pemilihan tapak potensial untuk …digilib.batan.go.id/e-prosiding/file...

18
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086 Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 233 PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA Sucipta, Budi Setiawan, Dadang Suganda, Arimuladi Setyo Purnomo Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA. Telah dilakukan kegiatan penelitian dengan studi literatur, penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium dalam rangka pemilihan tapak potensial untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif (PLLR). Studi tapak mencakup aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik, volkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, kawasan penting dan situs bersejarah. Penelitian dilakukan dengan metode evaluasi deskriptif dan scoring (pengharkatan) dari hasil kajian data sekunder (literatur dan hasil penelitian terdahulu) dan interpretasi data primer dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium. Calon tapak yang menjadi obyek kegiatan berada dalam wilayah Serang, Serpong, Karawang, Subang, Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban. Dari evaluasi yang telah dilakukan berhasil diperoleh beberapa tapak di daerah sebagian kabupaten Serang, Serpong, Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban yang memiliki kesesuaian sebagai tapak potensial untuk PLLR. Kata kunci : tapak, potensial, penyimpanan lestari, limbah, radioaktif ABSTRACT SELECTION OF POTENTIAL SITE FOR RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL IN JAVA ISLAND AND THE SURROUNDING. Research activity, literature study, field investigation and laboratory analysis to select the potential sites for radioactive waste disposal have been done. Sites study includes geomorphology, lithostratigraphy, seismotectonic, volcanology, hydrology, hydrogeology, mineral resources, demography, important place and hystorical situs. Research was conducted by descriptive and scoring evaluation method based on the results of secondary data assessment and the interpretation of primary data obtained from field investigation and laboratory analysis. The covering area of the study are Serang, Serpong, Karawang, Subang, Sumedang, Jepara, Rembang and Tuban. Based on the evaluation, some part of the study area have suitability as potential site for radioactive waste disposal, such as Serang, Serpong, Sumedang, Jepara, Rembang and Tuban. Keywords : site, potential, disposal, waste, radioactive PENDAHULUAN Tujuan dari pemilihan tapak penyimpanan lestari limbah radioaktif ialah untuk mencari suatu tapak, yang apabila dilengkapi dengan desain, bentuk limbah, tipe dan kuantitas kemasan limbah, penghalang rekayasa dan kontrol institusional yang memadai, akan menjamin proteksi radiasi terhadap persyaratan yang telah ditentukan oleh badan pengawas. Standard IAEA [1] dan rekomendasi serta petunjuk internasional yang telah ada dapat dipertimbangkan. Seperti pada umumnya kegiatan di dunia, seleksi tapak diawali dengan studi wilayah yang mempertimbangkan banyak aspek. Pada tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan seleksi tapak potensial berdasarkan aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik, volkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, kawasan penting dan situs bersejarah. Wilayah-wilayah potensial telah dipilih untuk dilakukan studi, yang meliputi Serang, Serpong, Karawang, Subang, Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban. Tujuan penyimpanan lestari limbah radioaktif ialah untuk mengisolasi limbah sehingga tidak ada akibat paparan radiasi terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat pengisolasian yang diperlukan dapat diperoleh dengan mengimplementasikan berbagai metode penyimpanan, diantaranya dengan model near surface disposal (NSD) dan deep geological disposal (DGD) sebagai pilihan yang umum dan digunakan di beberapa negara. Di dalam NSD, fasilitas penyimpanan diletakkan pada atau di bawah permukaan tanah, dengan ketebalan lapisan pelindung beberapa meter. Dalam beberapa kasus lapisan pelindung tersebut dapat mencapai beberapa puluh meter pada tipe fasilitas rock cavern disposal (RCD).

Upload: buidang

Post on 06-May-2018

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

233

PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK PENYIMPANAN LESTARI

LIMBAH RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA

Sucipta, Budi Setiawan, Dadang Suganda, Arimuladi Setyo Purnomo

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN

ABSTRAK

PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH

RADIOAKTIF DI PULAU JAWA DAN SEKITARNYA. Telah dilakukan kegiatan penelitian dengan studi

literatur, penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium dalam rangka pemilihan tapak potensial untuk

penyimpanan lestari limbah radioaktif (PLLR). Studi tapak mencakup aspek-aspek geomorfologi,

litostratigrafi, seismotektonik, volkanologi, hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang, demografi, kawasan

penting dan situs bersejarah. Penelitian dilakukan dengan metode evaluasi deskriptif dan scoring

(pengharkatan) dari hasil kajian data sekunder (literatur dan hasil penelitian terdahulu) dan interpretasi data

primer dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium. Calon tapak yang menjadi obyek kegiatan

berada dalam wilayah Serang, Serpong, Karawang, Subang, Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban. Dari

evaluasi yang telah dilakukan berhasil diperoleh beberapa tapak di daerah sebagian kabupaten Serang,

Serpong, Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban yang memiliki kesesuaian sebagai tapak potensial untuk

PLLR.

Kata kunci : tapak, potensial, penyimpanan lestari, limbah, radioaktif

ABSTRACT

SELECTION OF POTENTIAL SITE FOR RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL IN JAVA

ISLAND AND THE SURROUNDING. Research activity, literature study, field investigation and laboratory

analysis to select the potential sites for radioactive waste disposal have been done. Sites study includes

geomorphology, lithostratigraphy, seismotectonic, volcanology, hydrology, hydrogeology, mineral resources,

demography, important place and hystorical situs. Research was conducted by descriptive and scoring

evaluation method based on the results of secondary data assessment and the interpretation of primary data

obtained from field investigation and laboratory analysis. The covering area of the study are Serang,

Serpong, Karawang, Subang, Sumedang, Jepara, Rembang and Tuban. Based on the evaluation, some part of

the study area have suitability as potential site for radioactive waste disposal, such as Serang, Serpong,

Sumedang, Jepara, Rembang and Tuban.

Keywords : site, potential, disposal, waste, radioactive

PENDAHULUAN

Tujuan dari pemilihan tapak

penyimpanan lestari limbah radioaktif ialah

untuk mencari suatu tapak, yang apabila

dilengkapi dengan desain, bentuk limbah,

tipe dan kuantitas kemasan limbah,

penghalang rekayasa dan kontrol

institusional yang memadai, akan menjamin

proteksi radiasi terhadap persyaratan yang

telah ditentukan oleh badan pengawas.

Standard IAEA [1] dan rekomendasi serta

petunjuk internasional yang telah ada dapat

dipertimbangkan.

Seperti pada umumnya kegiatan di

dunia, seleksi tapak diawali dengan studi

wilayah yang mempertimbangkan banyak

aspek. Pada tahun 2010 telah dilaksanakan

kegiatan seleksi tapak potensial berdasarkan

aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi,

seismotektonik, volkanologi, hidrologi,

hidrogeologi, cebakan tambang, demografi,

kawasan penting dan situs bersejarah.

Wilayah-wilayah potensial telah dipilih

untuk dilakukan studi, yang meliputi Serang,

Serpong, Karawang, Subang, Sumedang,

Jepara, Rembang dan Tuban.

Tujuan penyimpanan lestari limbah

radioaktif ialah untuk mengisolasi limbah

sehingga tidak ada akibat paparan radiasi

terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat

pengisolasian yang diperlukan dapat

diperoleh dengan mengimplementasikan

berbagai metode penyimpanan, diantaranya

dengan model near surface disposal (NSD)

dan deep geological disposal (DGD) sebagai

pilihan yang umum dan digunakan di

beberapa negara. Di dalam NSD, fasilitas

penyimpanan diletakkan pada atau di bawah

permukaan tanah, dengan ketebalan lapisan

pelindung beberapa meter. Dalam beberapa

kasus lapisan pelindung tersebut dapat

mencapai beberapa puluh meter pada tipe

fasilitas rock cavern disposal (RCD).

Page 2: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

234

Fasilitas-fasilitas tersebut dikhususkan untuk

limbah aktivitas rendah dan sedang tanpa

radionuklida umur panjang [2].

Kesesuaian tapak terutama

tergantung pada kapasitasnya untuk

mengungkung limbah radioaktif dalam

periode waktu yang dibutuhkan, dan untuk

membatasi laju pelepasan radionuklida, dan

pada kemampuannya untuk membatasi

potensi penyebaran dampak dari sistem

disposal terhadap manusia dan lingkungan

[2].

Dalam pemilihan tapak, idealnya

perlu diikuti suatu prosedur sistematis yaitu

dengan sistem penapisan dari wilayah yang

luas ke tapak spesifik. Eksplorasi tapak

sistematis untuk fasilitas NSD meliputi

empat tahapan yaitu meliputi : 1) tahap

konsep dan perencanaan; 2) tahap survei

daerah; 3) tahap karakterisasi tapak; dan 4)

tahap konfirmasi tapak [3].

Berbagai faktor penting yang wajib

dipertimbangkan dalam eksplorasi tapak

penyimpanan lestari limbah radioaktif

adalah [1,2,3] : geologi, hidrogeologi,

geokimia, tektonik dan kegempaan, proses-

proses permukaan, meteorologi, man-

induced events, transportasi limbah,

penggunaan lahan, distribusi penduduk dan

proteksi lingkungan.

METODE PENELITIAN

B a h a n

Daerah penelitian meliputi wilayah

Serang, Serpong, Karawang, Subang,

Sumedang, Jepara, Rembang dan Tuban.

Bahan penelitian berupa peta rupa bumi,

peta geologi, peta hidrogeologi, peta

seismotektonik, peta gunungapi, peta

penggunaan lahan, peta sumberdaya alam,

peta kawasan penting dan bersejarah serta

data terkait lainnya.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi peralatan studio kerja,

peralatan lapangan dan peralatan

laboratorium. Peralatan studio kerja meliputi

komputer, printer, plotter, dan alat tulis.

Peralatan lapangan terdiri dari kompas

geologi Brunton, palu geologi Estwing,

global positioning system (GPS), kaca

pembesar, kamera digital, teropong, alat

komunikasi, mistar, busur derajat dan alat

tulis. Peralatan laboratorium meliputi alat

pemotong dan pemoles batuan, pembuat

preparat (sayatan tipis) dam mikroskop

polarisasi.

Tata Kerja

Penelitian dilakukan di Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif, Badan

Tenaga Nuklir Nasional, pada tahun 2010.

Penelitian dilakukan dengan urutan langkah-

langkah sebagai berikut : studi pustaka dan

analisis data sekunder, penelitian lapangan,

analisis dan evaluasi data lapangan, serta

pelaporan. Studi pustaka dan analisis data

sekunder dilaksanakan untuk aspek

geomorfologi, litostratigrafi, seismotektonik,

volkanologi, hidrologi, hidrogeologi,

cebakan tambang, demografi, kawasan

penting dan situs bersejarah. Kegiatan ini

meliputi penelusuran dan analisis data

sekunder berupa peta topografi, peta

geologi, peta rupa bumi dan laporan-laporan

hasil penelitian terdahulu, seta sejumlah

pustaka lain.

Survei lapangan dilakukan untuk

mendapatkan data primer dari semua aspek

penelitian dan untuk pengecekan data

sekunder. Data hasil dari survei lapangan

dan data sekunder diolah, dianalisis dan

dievaluasi secara deskriptif dan scoring

(pengharkatan) berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan, sehingga diperoleh tapak

potensial untuk PLLR. Untuk mencapai

sasaran maka pelaksanaan penelitian

dilakukan dalam tiga tahap seperti tertera

pada Gambar 1. Semua data yang

dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan

dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditentukan dengan metode scoring [4] untuk

menentukan kesesuaian tapak-tapak yang

dievaluasi sebagai calon tapak potensial

untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif.

Page 3: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

235

LANGKAH

KERJA

DATA MASUKAN (INPUT)

HASIL YANG

DIHARAPKAN DATA NON

LAPANGAN

DATA

LAPANGAN

DATA

LABORATORIUM

TAHAP PRA

LAPANGAN

• Penetapan

kriteria

• Studi data

sekunder

• Interpretasi

peta-peta

• Rencana kerja

lapangan

• Peta topografi

• Peta rupa bumi

• Peta geologi region

• Peta hidrogeologi

• Peta gunungapi

• Peta seismotektonik

• Peta sd mineral

• Peta tataguna lahan

Gambaran

umum tentang

geomorfologi,

litostratigrafi,

seismotektonik,

volkanologi,

hidrologi,

demografi,

cebakan

tambang,

kawasan penting

dan situs

bersejarah

Penentuan

lintasan dan

lokasi sampel

TAHAP KERJA

LAPANGAN

• Pengenalan

medan

• Pengumpulan

data lapangan

• Pengecekan

hasil

Batas satuan batuan,

morfologi, data alur,

lembah, sungai,

litologi, stratigrafi,

struktur, hidrologi,

bencana geologi,

penggunaan lahan

dll.

Kondisi

geomorfologi,

litostratigrafi,

seismotektonik,

volkanologi,

hidrologi,

demografi,

cebakan

tambang,

kawasan penting

dan situs

bersejarah

TAHAP PASCA

LAPANGAN

• Analisis lab.

• Pembuatan

peta-peta

• Evaluasi

(deskriptif dan

scoring)

Data karakteristik

fisik, kimia, dan

mekanik

batuan/tanah/air

Tapak

Potensial untuk

Disposal

Limbah

Radioaktif

Gambar 1. Diagram alir kegiatan penelitian untuk pemilihan tapak potensial

Dasar penilaian kesesuaian tapak

secara kuantitatif dengan memberikan nilai

kualitas dari setiap parameter. Angka yang

kecil menunjukkan nilai yang rendah, yang

berarti tidak sesuai, sebaliknya angka yang

tinggi berarti sesuai untuk tapak

penyimpanan lestari limbah radioaktif.

Penentuan nilai tersebut adalah (dari yang

terendah) 1 (sangat rendah), 2 (rendah), 3

(sedang), 4 (tinggi) dan 5 (sangat tinggi).

Disamping itu masing-masing parameter

diberi nilai kepentingan sesuai

kepentingannya untuk tujuan tersebut.

Penentuan nilai kepentingan tersebut adalah

0 (tidak penting) dan 1 (penting).

Semua parameter atau aspek yang

dipertimbangkan dalam penelitian ini

bernilai penting sehingga semuanya bernilai

1. Pemberian nilai kualitas dan nilai

kepentingan tersebut ditentukan secara

relatif dengan berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan.

Jumlah nilai minimum dan

maksimum dari semua aspek/parameter

adalah 21 dan 105, yang bisa dibagi menjadi

5 kategori penilaian sebagai berikut. Nilai

Page 4: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

236

21-37 berarti tidak sesuai, 38-54 berarti

kurang sesuai, 55-71 berarti kesesuaian

sedang, 72-88 berarti kesesuaian tinggi dan

nilai 89-105 berarti kesesuaian sangat tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Serang

Menurut PANEKOEK, 1949 [5],

daerah penelitian Serang termasuk dalam

wilayah Karang-Merak yang merupakan

bekas tubuh gunungapi Karang dan Gede.

Daerah Serang (Bojonegara dan Puloampel)

merupakan daerah dataran bergelombang

dan perbukitan rendah-tinggi dengan lereng

landai-terjal. Kondisi proses geomorfologi

permukaan seperti erosi dan gerakan tanah

relatif tidak intensif, karena kondisi

penyusun batuan yang berupa batuan beku

andesit dan breksi volkanik yang relatif

kompak dan keras. Secara morfogenesa

daerah penelitian merupakan daerah yang

terbentuk oleh aktivitas volkanik. Oleh

karena itu daerah penelitian dapat

diklasifikasikan sebagai satuan perbukitan

lereng gunungapi.

Secara regional, batuan yang

tersingkap di daerah penyelidikan terdiri dari

batuan sedimen, gunungapi dan terobosan,

berumur mulai dari Miosen Akhir hingga

Holosen. Tebal tiap formasi berkisar 200-

800 m, dan tebal secara keseluruhan

diperkirakan melebihi 3500 m (RUSMANA

dkk, 1991) [6].

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

hasil gunungapi Gede, tufa Banten,

batugamping koral dan endapan aluvium.

Hasil gunungapi Gede berupa lava, lahar dan

breksi termampatkan, yang berumur

Plistosen. Tufa Banten terdiri dari tufa, tufa

batuapung dan batupasir tufaan, yang

berumur sedikit lebih muda daripada hasil

gunungapi Gede.

Stratigrafi daerah penelitian yang

hanya terdiri dari dua satuan batuan dapat

disimpulkan relatif sederhana. Batuan yang

dapat dipilih sebagai batuan potensial adalah

batuan beku andesit dari hasil gunungapi

Gede (Gambar 2). Ketebalan batuan tersebut

diduga mencapai lebih dari 500 m, dengan

luas pelamparan mencapai 10x10 km2 [6].

Aspek lain yang sangat menentukan

dalam pemilihan calon wilayah PL-LR

adalah aspek seismotektonik. Aspek ini

meliputi interaksi lempeng tektonik yang

mengakibatkan terjadinya gempa bumi dan

pembentukan gunung berapi. Gambar 3

memperlihatkan wilayah gempa di Indonesia

dengan sebaran regionalnya.

Daerah penelitian Serang berada

pada daerah dengan percepatan batuan dasar

yang relatif rendah, yaitu sekitar 0,2 g [7].

Percepatan ini sangat dipengaruhi oleh

kemasifan/kerapatan jenis batuan di daerah

tersebut, selain dipengaruhi oleh struktur

pelapisan dan ketebalannya. Menurut peta

wilayah rawan bencana gempa bumi

Indonesia (KERTAPATI dkk, 2001), daerah

Serang masuk dalam kategori skala MMI

IV-V dari maksimum skala XII.

Gambar 2. Singkapan batuan andesit di daerah Puloampel, Serang

Page 5: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

237

Gambar 3. Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar

dengan periode ulang 500 tahun [7].

Dari aspek vulkanologi, gunungapi

aktif terdekat dari daerah Serang adalah

Gunung Krakatau (gunungapi tipe A) yang

berjarak 70 km arah baratdaya. Sebagai

gambaran perlu disampaikan bahwa

gunungapi tipe A adalah gunungapi yang

pernah mengalami erupsi magmatik atau

proses-proses lain yang berhubungan

sekurang-kurangnya sekali setelah tahun

1.600 M [8]. Gunungapi tipe B merupakan

gunungapi yang berada dalam tahap

solfatara dan fumarola, dan tidak ada erupsi

magmatik yang diketahui/tercatat sejak

tahun 1.600 M.

Hidrogeologi mempelajari

penyebaran, pergerakan air tanah dalam

tanah dan batuan di kerak bumi (umumnya

dalam akuifer) serta kondisi produktivitas

aquifer. Secara umum daerah penelitian

Bojonegara dan Puloampel, Serang,

batuannya tersusun dari batuan beku

(kristalin) sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [9].

Kondisi hidrologi daerah penelitian

Bojonegara dan Puloampel, Serang,

diindikasikan dengan pola dan tekstur

pengaliran sungai di daerah tersebut. Dari 11

sungai yang ada berpola pengaliran

subparalel dengan arah aliran ke timur (Laut

Jawa). Tekstur pengaliran kasar ditunjukkan

dengan jarak antar sungai yang berkisar

antara 375 m sampai 1.375 m atau rata-rata

750 m (di bagian hilir) dan antara 375 m

sampai 2.500 m atau rata-rata 1.500 m (di

bagian hulu). Dari sungai-sungai yang ada

sangat kecil potensinya untuk terjadinya

banjir.

Kondisi demografi daerah

Bojonegara dan Puloampel secara singkat

dapat dideskripsikan sebagai berikut [10].

Kecamatan Bojonegara yang memiliki luas

30,30 km2 penduduknya berjumlah 39.823

jiwa. Kepadatan penduduk wilayah

kecamatan Bojonegara adalah 1.314

jiwa/km2. Kecamatan Puloampel dengan

luas 44,71 km2 berpenduduk sebanyak

33.725 jiwa dengan densitas penduduk 754

jiwa/km2.

Daerah yang memiliki cadangan

sumberdaya alam terutama yang bernilai

strategis dan vital (golongan A dan B) perlu

dihindari untuk tidak dipertimbangkan

sebagai calon tapak potensial PLLR. Potensi

cebakan tambang daerah Bojonegara dan

Puloampel, Serang berupa andesit dan tanah

urug yang masing-masing memiliki

cadangan total 160.600.427 ton dan

9.103.124 ton, dan luas area masing-masing

189,54 ha dan 55 ha [11].

Yang dimaksud dengan kawasan

penting dan situs bersejarah meliputi 1)

kantor pemerintahan, 2) fasilitas kesehatan

(rumah sakit dan puskesmas), 3) pangkalan

militer, 4) tempat peribadatan, 5) fasilitas

pendidikan (SD s/d PT), 6) prasarana

transportasi dan telekomunikasi, 7)

pemakaman umum, 8) wisata dan hiburan,

9) kebudayaan, 10) sarana perekonomian

dan industri, 11). situs bersejarah (meliputi:

candi, pemakaman tokoh terkenal dan

bangunan-bangunan bersejarah lain).

Kawasan penting biasanya

merupakan kawasan yang penggunaan

lahannya telah diatur oleh pemerintah daerah

Page 6: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

238

setempat dan merupakan wilayah untuk

kepentingan publik (umum). Situs bersejarah

berupa suatu benda atau tapak yang

merupakan peninggalan bersejarah yang

harus dilindungi oleh undang-undang atau

peraturan. Dalam pemilihan wilayah

potensial untuk fasilitas PLLR, maka

wilayah yang terdapat kawasan penting dan

situs bersejarah perlu dihindari.

Kawasan penting yang ada di

daerah Bojonegara dan Puloampel adalah

kawasan industri yang tersebar terutama di

daerah dekat pantai timur. Pelabuhan

Bojonegara juga merupakan salah satu aset

penting sebagai prasarana perhubungan laut.

2. Serpong

Lokasi penelitian daerah Kawasan

Nuklir Serpong, Kawasan PUSPIPTEK

Serpong dan sekitarnya, secara fisiografis

terletak di cekungan Jawa Barat bagian utara

yang merupakan daerah peralihan antara

Zona Bogor dengan dataran rendah Jakarta

[12]. Struktur geologi daerah ini umumnya

berarah jurus baratlaut-tenggara (NW-SE).

Menurut klasifikasi bentuklahan

yang disusun oleh ZUIDAM & ZUIDAM-

CANCELADO [13], secara genesa daerah

penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) satuan yaitu satuan geomorfologi

dataran bergelombang fluvio-volkanik dan

satuan dataran endapan fluviatil. Secara

morfometri daerah penelitian memiliki

kemiringan lereng antara 0 s/d 13% ( 0 s/d

7,41°). Daerah penelitian berada pada

ketinggian antara 44 m s/d 88 m.

Proses-proses geomorfik yang

potensial terjadi adalah pelapukan dan erosi,

baik erosi alur (rill erosion) maupun erosi

lembaran (sheet erosion), terutama pada

tempat-tempat yang tak tertutup vegetasi.

Tanah di daerah penelitian yang merupakan

tanah berlempung tebal yang berasal dari

pelapukan endapan volkanik ditafsirkan

memiliki laju erosi antara 1,3 - 1,5

(HUDSON, 1971, vide SETA, 1991) [14].

Geologi daerah penelitian menurut

TURKANDI dan kawan-kawan, 1992 [15]

terdiri dari (dari tua ke muda) : Formasi

Bojongmanik (umur Miosen awal), Formasi

Genteng (umur Mio-Pliosen), Formasi

Serpong (umur Pliosen), kipas aluvium

(umur Plistosen) dan aluvium (umur

Holosen).

Kekerasan batuan pada umumnya

kurang, kekompakan kurang hingga sedang,

serta homogenitas yang relatif rendah. Dari

kondisi litologi tersebut dapat ditafsirkan

kekuatan batuannya kurang. Permeabilitas

batuan sampai dengan kedalaman ± 20 m,

sebesar 1,01.10-7

m/s (pada lempung laterit)

s/d 1,79.10-5

m/s (pada pasir tufaan) [16].

Seperti ditunjukkan dalam Gambar

3, daerah Serpong berada pada daerah

dengan percepatan batuan dasar relatif

rendah, yaitu < 0,15 g. Menurut peta

wilayah rawan bencana gempa bumi

Indonesia (KERTAPATI dkk, 2001) [7],

daerah Serpong masuk skala MMI < IV dari

maksimum skala XII.

Ditinjau dari aspek kegunung-

apian, daerah penelitian berada dalam daerah

bebas ancaman bahaya gunungapi.

Gunungapi terdekat adalah G. Salak (status

tak berbahaya) yang berada pada jarak ± 50

km ke arah selatan dari daerah penelitian [8].

Potensi ancaman bahaya gunungapi yang

paling mungkin terjadi adalah hujan abu atau

lapili.

Secara umum pada kedalaman > 20

m daerah penelitian Serpong rata-rata

batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [9]. Batuan

muda yang menumpang di atas batuan tua

tersebut berperan sebagai akuifer walaupun

tidak tebal, tetapi memiliki potensi yang

cukup sebagai sumber air tanah.

Daerah penelitian Kawasan

PUSPIPTEK Serpong dan sekitarnya

termasuk dalam DAS Cisadane. Air hujan

yang turun di dalam DAS tersebut sebagian

akan mengalir sebagai run-off (limpasan

permukaan), sebagian meresap ke dalam

tanah (infiltrasi) dan sebagian akan

teruapkan ke atmosfer (evaporasi). Di daerah

penelitian dijumpai tubuh air permukaan

berupa sungai, yaitu K. Cipelang, Cisalak

dan beberapa sungai kecil; serta 4 situ yang

ada di sebelah barat aliran S. Cisadane dan 5

situ/genangan air di sebelah timur S.

Cisadane. Kali Cisalak dan Cipelang

mengalir ke arah utara-baratlaut yang

kemudian bermuara ke S. Cisadane yang

mengalir relatif ke utara.

Kondisi demografi daerah

kecamatan Setu dan sekitarnya tahun 2005

secara singkat dapat dideskripsikan sebagai

Page 7: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

239

berikut [17] : luas wilayah 3,35 km2 (4,47

km2), jumlah penduduk 8.158 jiwa dan

kepadatan penduduk 1.825 jiwa/km2.

Sumberdaya mineral yang ada di

daerah penelitian berupa galian tanah, pasir

dan batu, yang sebagian besar diperoleh

dengan penggalian atau pengerukan tanah

maupun sungai.

Di daerah penelitian kawasan

PUSPIPTEK Serpong terdapat banyak

kawasan penting dan bersejarah antara lain

Kawasan PUSPIPTEK sebagai sentra iptek

yang berupa reaktor riset, laboratorium,

perkantoran dan permukiman, kawasan

industri Taman Tekno, Taman Makam

Pahlawan Seribu, PDAM, Kampus ITI,

Kantor Polsek, sekolah SD-SMU/SMK dan

lain-lain.

3. Karawang

Menurut Van BEMMELEN, 1949

[12], daerah penelitian Karawang berada

pada jalur zona Antiklinorium Bogor yang

termasuk zona utara dari Jawa Barat. Zona

Bogor merupakan suatu antiklinorium akibat

intensitas perlipatan yang sangat kuat dari

perlapisan-perlapisan yang terbentuk pada

subzaman Neogen, dengan beberapa intrusi

hypabyssal volcanic necks, stocks dan

bosses.

Secara umum daerah penelitian

merupakan daerah dataran bergelombang

dengan kemiringan lereng antara 0 – 13%

dengan beda tinggi antara 0 – 50 m, yang

dapat dikategorikan sebagai satuan dataran

bergelombang (ZUIDAM, R.A., et al., 1979)

[13].

Kondisi proses geomorfologi

permukaan seperti erosi dan gerakan tanah

relatif tidak intensif, karena kondisi

topografi yang berupa dataran

bergelombang. Secara morfogenesa daerah

penelitian merupakan daerah yang

dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

lipatan dan patahan. Oleh karena itu daerah

penelitian dapat diklasifikasikan sebagai

satuan dataran bergelombang struktural

berbatuan lempung.

Secara regional, batuan yang

tersingkap di daerah penyelidikan terdiri dari

batuan sedimen yang berumur Miosen

Tengah hingga Pliosen dan endapan

permukaan yang berumur Plistosen sampai

Holosen (ACHDAN dan SUDANA, 1992)

[18].

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

Formasi Jatiluhur, anggota Pasirgombong,

Formasi Parigi, Formasi Subang dan anggota

Tanjakan Pacol, Formasi Kaliwungu dan

Formasi Cihoe.

Stratigrafi daerah penelitian yang

hanya terdiri dari 5 formasi dan endapan

permukaan dapat disimpulkan relatif

sederhana. Batuan yang dapat dipilih sebagai

batuan potensial untuk hostrocks disposal

limbah radioaktif adalah batulempung

Formasi Subang. Ketebalan batuan tersebut

diduga mencapai lebih dari 1000 m, dengan

luas pelamparan mencapai 9x13 km2 dan

6x6 km2.

Seperti ditunjukkan dalam Gambar

3, daerah penelitian Karawang berada pada

daerah dengan percepatan batuan dasar

relatif rendah, yaitu < 0,15 g. Menurut peta

wilayah rawan bencana gempa bumi

Indonesia (KERTAPATI dkk, 2001) [7],

daerah Karawang masuk skala MMI < IV

dari maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, daerah

Karawang berjarak minimal 45 km dari

gunungapi aktif terdekat yaitu G. Gede dan

G. Tangkubanperahu (gunungapi tipe A) [8].

Potensi ancaman bahaya gunungapi yang

paling mungkin terjadi adalah hujan abu atau

lapili.

Secara umum daerah penelitian

Karawang termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [19].

Di daerah penelitian Karawang

terdapat sungai besar yaitu S. Citarum yang

sering terjadi banjir pada musim hujan. Pola

aliran sungai relatif paralel dengan arah

aliran ke utara menuju laut Jawa. Sungai-

sungai besar yang mengalir di daerah ini

dalam stadia dewasa dicirikan dengan aliran

meandering dan terbentuknya dataran banjir

dan endapan sungai di sekitar alirannya.

Menurut data tahun 2008 [20], di

wilayah kabupaten Karawang yang luasnya

1.753,27 km2, jumlah penduduknya

2.094.408 jiwa dengan kepadatan 1.194,57

jiwa/km2. Wilayah kecamatan yang

penduduknya paling padat adalah Karawang

Barat (4.651,43 jiwa/km2), Kota Baru,

Page 8: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

240

Rengasdengklok dan Karawang Timur

(>3.000 jiwa/km2).

Potensi cebakan tambang di daerah

Karawang adalah batu kapur dan pasir kali.

Batu kapur yang ada jenis batugamping

klastik dan terumbu yang berada di desa

Bunder dan Parigi (kecamatan Pangkalan).

Sedangkan pasir kali banyak ditemui di desa

Karang Pawitan dan Cimahi (kecamatan

Klari), dan sepanjang S. Cibeet, desa

Tegalwaru.

Di wilayah kabupaten Karawang

banyak ditemukan kawasan penting dan

situs bersejarah yang lokasinya tersebar

hampir di semua kecamatan, terutama

berupa kawasan industri, kawasan pertanian

subur dan permukiman yang padat. Selain

itu banyak dijumpai tempat-tempat penting

[21] seperti Monumen Rawagede

(Kecamatan Rawamerta), Tugu Kebulatan

Tekad (Rengasdengklok), Curug Cigentis-

Cipanundaan-Bandung-Cikarapyak-

Cikolengkak (Tegalwaru), Bendungan

Parisdo dan Danau Kalimati (Klari), Danau

Cipule (Ciampel), Situ Kamojing

(Cikampek), Kompleks Makam Mantan

Bupati (Cilamaya), Makam Nyi Mas Rara

Santang (Jayakerta), Makam Syech Quro

(Lemahabang), Makam Ki Bagus Jabin dan

Situs Cikubang (Cikampek), Vihara Shia Jin

Ku Po (Karawang), Pantai Tanjung Pakis

(Pakisjaya), Pantai Samodra Baru (Pedes),

Pantai Tanjung Baru (Cilamaya), Situs

Candi Jiwa dan Blandongan (Batujaya),

Situs Kuta Tandingan (Ciampel) dan Situs

Cibuaya 1 (Pedes).

4. Subang

Menurut Van BEMMELEN, 1949

[12], daerah penelitian Subang berada pada

jalur zona Antiklinorium Bogor yang

termasuk zona utara dari Jawa Barat. Zona

Bogor merupakan suatu antiklinorium akibat

intensitas perlipatan yang sangat kuat dari

perlapisan-perlapisan yang terbentuk pada

subzaman Neogen, dengan beberapa intrusi

hypabyssal volcanic necks, stocks dan

bosses.

Secara umum daerah Subang

merupakan daerah dataran bergelombang

dengan kemiringan lereng antara 0 – 13%

dengan beda tinggi antara 0 – 50 m, yang

dapat dikategorikan sebagai satuan dataran

bergelombang (ZUIDAM, R.A., et al., 1979)

[13]. Secara morfogenesa daerah

penelitian merupakan daerah yang

dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

lipatan dan patahan. Oleh karena itu daerah

penelitian (selain Serang dan Jepara) dapat

diklasifikasikan sebagai satuan dataran

bergelombang struktural berbatuan lempung.

Kondisi proses geomorfologi permukaan

seperti erosi dan gerakan tanah relatif tidak

intensif, karena kondisi topografi yang

berupa dataran bergelombang.

Menurut SILITONGA (2003) [22],

secara geologi regional daerah Subang dan

Sumedang bagian baratlaut (termasuk dalam

lembar Bandung) dapat dikelompokkan

menjadi 5 kelompok batuan yaitu batuan

terobosan, batuan sedimen, batuan

gunungapi dan endapan permukaan.

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

anggota batulempung Formasi Subang,

anggota batupasir Formasi Subang, Formasi

Kaliwungu, Formasi Citalang, batupasir

tufan-lempung dan konglomerat, dan

endapan sedimen dalam.

Anggota batulempung Formasi

Subang tersusun oleh batulempung,

beberapa mengandung batugamping napalan

yang keras, napal dan batugamping abu-abu

tua. Kadang-kadang juga dijumpai sisipan

batupasir glaukonit hijau. Mengandung fosil

foraminifera. Anggota batupasir Formasi

Subang terutama tersusun oleh batupasir

andesit, batupasir konglomerat, breksi,

lapisan batugamping dan batulempung.

Ketebalan satuan ini 0-300 m.

Formasi Kaliwungu tersusun oleh

batupasir tufan, konglomerat, batulempung

dan kadang-kadang lapisan-lapisan batupasir

gampingan dan batugamping. Selain itu

terdapat lapisan-lapisan tipis gambut dan

lignit. Pada batupasir dan konglomerat

banyak dijumpai fosil moluska. Ketebalan

formasi ini sekitar 600 m. Formasi Citalang

tersusun oleh lapisan-lapisan napal tufan,

diselingi batupasir tufan dan konglomerat.

Ketebalan formasi ini berkisar antara 500-

600 m [22].

Batupasir tufan-lempung dan

konglomerat secara rinci berupa batupasir

tufan, kadang-kadang mengandung

batuapung, lempung mengandung sisa-sisa

tumbuhan, konglomerat, breksi dan pasir

halus. Satuan batuan ini berlapis-lapis

mendatar dan membentuk dataran (hampir

datar) di bagian utara daerah penelitian.

Endapan sedimen dalam tersusun oleh

Page 9: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

241

lempung tufan, batupasir, konglomerat dan

breksi, dengan ketebalan 0-100 m.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif adalah

batulempung dari anggota batulempung

Formasi Subang (Gambar 4). Menurut TJIA

(1963) [23] tebal dari anggota batulempung

ini 2900 m, dengan luas singkapan di daerah

hulu S. Cilamaya sekitar 6x13 km2, dan di

daerah hulu S. Cibodas sekitar 6x3,5 km2.

Seperti ditunjukkan dalam Gambar

4, daerah penelitian Subang berada pada

daerah dengan percepatan batuan dasar

relatif rendah, yaitu sekitar 0,15 g. Menurut

peta wilayah rawan bencana gempa bumi

Indonesia (KERTAPATI dkk, 2001) [7],

daerah Subang masuk skala MMI < IV dari

maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, daerah

penelitian Subang berada pada jarak 30 km

dari gunungapi aktif terdekat yaitu G.

Tangkubanperahu [8]. Potensi ancaman

bahaya gunungapi yang paling mungkin

terjadi adalah hujan abu atau lapili.

Secara umum daerah penelitian

Subang termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [19].

Di daerah penelitian Subang

terdapat sungai besar yaitu S. Cilamaya, S.

Cibodas dan S. Cipunegara yang sering

terjadi banjir pada musim hujan. Pola aliran

sungai relatif paralel dengan arah aliran ke

utara menuju laut Jawa. Sungai-sungai besar

yang mengalir di daerah ini dalam stadia

dewasa dicirikan dengan aliran meandering

dan terbentuknya dataran banjir dan endapan

sungai di sekitar alirannya. Sungai-sungai

kecil sebagai anak sungai-sungai besar

memiliki pola pengaliran dendritik dan

tekstur pengaliran halus (jarak antar sungai

relatif dekat).

Berdasarkan data stastistik Subang

pada tahun 2010 [24], kabupaten Subang

berpenduduk 1.397.352 orang yang tersebar

di 22 wilayah kecamatan. Luas wilayah

kabupaten Subang adalah 1.855,01 km2

dengan kepadatan penduduk 753,29

jiwa/km2.

Kabupaten Subang memiliki

potensi sumberdaya mineral (cebakan

tambang) strategis seperti minyak dan gas

bumi masing-masing sebesar 169,5 juta

barel dan 718,7 BCF gas asosiasi serta

3218,1 BCF gas non asosiasi. Potensi panas

bumi di Subang mencapai 120 MW dan

belum dikembangkan. Selain itu ditemukan

sumberdaya biomassa, tenaga surya dan

angin.

Bahan galian golongan C banyak

dijumpai tersebar di kabupaten Subang [25]

yaitu pasir pantai (Legonkulon, Pamanukan

dan Blanakan), lempung (Blanakan,

Patokbesi, Ciasem, Pamanukan, Compreng,

Pusakanagara), lempung dan trass

(Pabuaran, Cikaum, Kalijati, Pagaden), sirtu

(Cipeundeuy, Blanakan, Ciasem, Compreng,

Cipunagara, Cibogo, Subang), gipsum

(Subang), batubelah (Cijambe, Cisalak,

Tanjungsiang, Jalancagak, Sagalaherang).

Gambar 4. Singkapan batulempung Formasi Subang di S. Cibaleber, Subang

Page 10: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

242

Batugunung dan pasir gunung

ditemukan di Jalancagak, pasir (Cipeundeuy,

Kalijati, Subang, Cijambe), pazulon

(Cijambe dan Sagalaherang), belerang dan

yarosite (Jalancagak).

Kawasan penting dan situs

bersejarah daerah Subang terutama

didominasi oleh kawasan wisata [25] seperti

pemandian air panas Ciater, kawah

Tangkubanprahu, Curug Agung/Batu Kapur

dan Curug Cileat yang berada di daerah

perbukitan/pegunungan wilayah selatan

kabupaten Subang. Di daerah pantai utara

Subang ada beberapa kawasan penting yaitu

Pantai Pondok Bali, penangkaran buaya

Blanakan dan desa wisata Wangunharja.

5. Sumedang

Menurut Van BEMMELEN, 1949

[12], daerah penelitian Sumedang berada

pada jalur zona Antiklinorium Bogor yang

termasuk zona utara dari Jawa Barat. Secara

umum daerah penelitian merupakan daerah

dataran bergelombang dengan kemiringan

lereng antara 0 – 13% dengan beda tinggi

antara 0 – 50 m, yang dapat dikategorikan

sebagai satuan dataran bergelombang

(ZUIDAM, R.A., et al., 1979) [13].

Secara morfogenesa daerah

penelitian merupakan daerah yang

dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

lipatan dan patahan. Oleh karena itu daerah

penelitian dapat diklasifikasikan sebagai

satuan dataran bergelombang struktural

berbatuan lempung. Kondisi proses

geomorfologi permukaan seperti erosi dan

gerakan tanah relatif tidak intensif, karena

kondisi topografi yang berupa dataran

bergelombang.

Dalam peta geologi lembar

Arjawinangun (DJURI, 1995) [26], daerah

penelitian Sumedang bagian timurlaut

tersusun oleh batuan-batuan yang termasuk

dalam Formasi Subang, Formasi Kaliwungu,

Formasi Citalang, breksi terlipat, batupasir

tufan-lempung dan konglomerat dataran

pantai, batuan gunungapi tak teruraikan dan

sedimen piroklastika, serta endapan aluvium.

Deskripsi batuan dari formasi-formasi

tersebut sama seperti yang ditemukan di

daerah Subang.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif adalah

batulempung dari anggota batulempung

Formasi Subang (Gambar 5). Menurut TJIA

(1963) [23] tebal dari anggota batulempung

ini 2900 m, dengan luas singkapan di daerah

daerah Buahdua lebih kurang 6x24 km2 dan

di daerah Ujungjaya mencapai 7x15 km2.

Sebagaimana ditunjukkan dalam

Gambar 3, daerah penelitian Sumedang

berada pada daerah dengan percepatan

batuan dasar relatif rendah, yaitu sekitar

0,15 g. Menurut peta wilayah rawan

bencana gempa bumi Indonesia

(KERTAPATI dkk, 2001) [7], daerah

Sumedang masuk skala MMI < IV dari

maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, gunungapi

aktif terdekat dari daerah daerah penelitian

Sumedang berada pada jarak >30 km dari

gunungapi aktif terdekat yaitu G.

Tangkubanperahu dan G. Ciremai [8].

Potensi ancaman bahaya gunungapi yang

paling mungkin terjadi adalah hujan abu atau

lapili.

Gambar 5. a. Geologi daerah Gunung Lutung dan sekitarnya, Sumedang, Jawa Barat [26],

b. Singkapan batulempung Formasi Subang di S. Cipelang, Sumedang

Page 11: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

243

Secara umum daerah penelitian

Sumedang termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [19].

Di daerah Buahdua dan sekitarnya

mengalir sungai yang cukup besar yaitu S.

Cikambing, S. Cinambo, S. Cigalagah dan

sungai-sungai kecil dengan arah aliran relatif

ke utara membentuk pola dendritik, dan

bertekstur penyaluran halus. Potensi banjir

cenderung sedang pada musim hujan karena

run-off lebih besar daripada infiltrasi ke

dalam tanah.

Di daerah penelitian Ujungjaya,

Sumedang, tidak dijumpai sungai besar yang

sering terjadi banjir pada musim hujan.

Sungai terdekat adalah S. Cipelang yang

bergabung dengan S. Cimanuk di bagian

hilir. Daerah kajian berjarak sekitar > 4 km

dari sungai tersebut. Sungai-sungai kecil

sebagai anak sungai yang lebih besar

memiliki pola pengaliran dendritik dan

tekstur pengaliran halus (jarak antar sungai

relatif dekat), bersifat intermittent atau

ephemeral (berair pada waktu hujan saja).

Wilayah kabupaten Sumedang

dengan luas 1.522,21 km2 berpenduduk

1.143.992 jiwa yang terdiri dari 568.960

laki-laki dan 575.032 perempuan. Kepadatan

penduduk rata-rata kabupaten Sumedang

adalah 685 jiwa/km2 [25].

Potensi cebakan tambang di daerah

penelitian kurang berarti ekonomi yang

tinggi, karena hanya ditemukan pasir dan

batu sebagai endapan sungai dengan volume

cadangan yang relatif kecil.

Wilayah kabupaten Sumedang

memiliki kawasan penting yang terkait

dengan sejarah [25]. Beberapa hal yang

menjadi perhatian sebagai kawasan penting

dan situs bersejarah adalah Alun-alun

kabupaten Sumedang, Masjid Agung

Sumedang, Monumen Lingga, dan Museum

Prabu Geusan Ulun yang semuanya berada di

kota Sumedang. Beberapa makam leluhur

juga ditemui antara lain Makam Dayeuh

Luhur di Sumedang Utara, Makam Cut Nyak

Dien di Sumedang Selatan, Makam Pasarean

Gede, Makam Gunung Lingga di Darmaraja,

dan Makam Marongge. Kawasan wisata

alam Cipanas Sekarwangi dan Cilengsing di

kaki G. Tampomas (kecamatan Buahdua).

Beberapa kawasan wisata alam lainnya

adalah wisata alam Cadas Pangeran (jalan

arah bandung), Curug Sindulang

(Cimanggung), lapangan golf Giri Gahana

(Jatinangor), Gunung Kunci (kota

Sumedang), bumi perkemahan Kiara Payung

(Jatinangor), Copanteuneun (kaki G.

Tampomas), dan Kampung Toga (3 km dari

alun-alun Sumedang).

6. Jepara

Daerah Muria terdiri dari tiga

kenampakan morfologi utama yaitu

Kompleks Gunung Genuk, Gunung Muria

dan Kubah Pati [12]. Ketiga struktur

kenampakan tersebut muncul pada daerah

miring landai yang tersusun oleh lahar,

breksi volkanik dan endapan lateritik. Semua

itu dikelilingi oleh endapan aluvial.

Gunung Genuk yang termasuk

dalam daerah penelitian, mempunyai bentuk

sirkular dengan ketinggian 716 m, dikelilingi

dataran aluvial dan laut Jawa. Gunung

Genuk dicirikan oleh lereng yang landai,

daerah rata, relatif stabil dan vegetasi lebat.

Pola pengaliran berbentuk radial dan muncul

beberapa mata air di sekitar kaldera Gunung

Genuk.

Berdasarkan atas asal pembentukan,

beda tinggi, kemiringan lereng, dan batuan

penyusunnya, daerah penelitian Jepara

(khususnya Ujungwatu dan sekitarnya) dapat

dibagi menjadi beberapa satuan

geomorfologi (Gambar 6), yaitu : 1) satuan

perbukitan kawah gunung api, 2) satuan

perbukitan aliran lava, 3) satuan perbukitan

kerangka gunungapi berbatuan trakit, 4)

satuan perbukitan kerangka gunungapi

berbatuan andesit, 5) satuan perbukitan

lereng gunungapi, 6) satuan dataran kaki

gunungapi bergelombang berbatuan tuf, 7)

satuan dataran kaki gunungapi bergelombang

berbatuan breksi-tuf, dan 8) satuan dataran

pantai.

Dengan pendekatan batuan beku

sebagai calon tapak potensial untuk PLLR,

maka dari beberapa satuan geomorfologi

tersebut yang berpotensi adalah 1) satuan

perbukitan aliran lava, 2) satuan perbukitan

kerangka gunungapi berbatuan trakit, 3)

satuan perbukitan kerangka gunungapi

berbatuan andesit, 4) satuan perbukitan

lereng gunungapi, dan 5) satuan dataran kaki

gunungapi bergelombang berbatuan tuf.

Page 12: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

244

Gambar 6. Kenampakan geomor- Gambar 7. Singkapan batuan beku

fologi daerah G. Genuk dan sekitarnya trakhit di G. Ragas

Secara regional daerah penelitian

merupakan satu rangkaian volkanik, yang

termasuk di dalam kompleks Muria

(BEMMELEN, 1949) [12]. Menurut

SUWARTI dan WIKARNO (1992) [27],

batuan yang tersingkap di daerah penelitian

Ujungwatu dan sekitarnya dari tua ke muda

terdiri dari Formasi Bulu, Formasi Patiayam,

Batuan Gunungapi Genuk, Tuf Muria dan

Aluvium.

Formasi Bulu berupa batugamping

bersisipan batugamping pasiran dan

batugamping lempungan. Formasi Patiayam

berupa perselingan batupasir tufan dan

konglomerat tufan dengan sisipan

batulempung, batugamping dan breksi.

Batuan gunungapi Genuk tersusun oleh lava,

breksi gunungapi dan tuf (Gambar 7). Tuf

Muria yang tersusun oleh tuf, lahar dan tuf

pasiran tersebar di sekitar Formasi Patiayam

setebal kurang lebih 50 m. Aluvium yang

berukuran dari lempung sampai kerikil

tersebar di bagian timurlaut daerah

penelitian.

Wilayah Jepara berada pada daerah

dengan percepatan batuan dasar yang rendah,

yaitu sekitar < 0,1 g. Menurut peta wilayah

rawan bencana gempa bumi Indonesia

(KERTAPATI dkk, 2001) [7], daerah Jepara

berada dalam skala MMI < V dari

maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, gunungapi

aktif terdekat dari daerah Ujung Watu,

Jepara, adalah G. Genuk dan G. Muria yang

pernah aktif pada masa Kuarter [8]. Berbagai

studi yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa produk volkanik Muria termasuk

dalam suatu siklus yang sekarang sedang

berlangsung di Jawa bagian tengah dengan

jarak terdekat minimum 100 km yaitu G.

Ungaran (gunungapi tipe B).

Secara umum daerah penelitian

Ujungwatu, Jepara, termasuk dalam wilayah

bukan cekungan air tanah. Daerah penelitian

rata-rata batuannya tersusun dari batuan beku

sehingga mempunyai kondisi akuifer langka

dan batuannya memiliki kelulusan air sangat

rendah [28].

Sungai-sungai yang ada di daerah

penelitian memiliki pola pengaliran radial

yang berkembang pada tipe batuan breksi tuf

andesit, batuan beku atau tuf. Pada bagian

hulu anak-anal sungainya bersifat

intermittent. Pengaliran daerah penelitian

memiliki tekstur sedang, dengan jarak antar

sungai orde 1 berkisar antara 100-750 m,

bahkan ada yang 500-1250 m. Dari kondisi

sungai-sungai yang ada, tidak ada sungai

yang berpotensi banjir di daerah penelitian.

Kemungkinan banjir hanya bisa terjadi di S.

Gelis dan S. Balong yang berada jauh (>5

km) di sebelah barat daerah kajian.

Kabupaten Jepara dengan luas

wilayah daratan 100.413.189 ha, memiliki

jumlah penduduk 1.090.839 jiwa (548.953

laki-laki dan 541.886 perempuan) dan

kepadatan penduduknya sekitar 1.086

jiwa/km2 [29]. Kecamatan Donorojo

mempunyai luas wilayah 108,642 km2,

jumlah penduduk 57.544 jiwa dan kepadatan

penduduk 530 jiwa/km2 [29].

Potensi cebakan tambang daerah

penelitian Ujungwatu dan sekitarnya

meliputi batugamping, kaolin, trass, pasir,

batu andesit, marmer dan metasedimen,

feldspar dan pasir besi [29].

Di wilayah kabupaten Jepara

banyak dijumpai kawasan penting dan situs

bersejarah seperti kawasan industri ukiran

kayu jati, juga kawasan wisata dan

bersejarah seperti Air Terjun Songgolangit

di Sumanding, Goa Tritip di Ujungwatu,

Page 13: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

245

Museum R.A. Kartini di Jepara, Pantai

Kartini di Jepara, Benteng Portugis di

Banyumanis, Pantai Tirto Samudro (Pantai

Bandengan), Pulau Panjang di Jepara, Pulau

Karimunjawa dan gugusannya, Pusat Tenun

Ikat Troso di Ds. Troso Kec. Pecangaan,

Pusat Kerajinan Monel Kriyan di Ds. Kriyan

Kec. Kalinyamat, Pantai Balong di Balong,

Masjid Mantingan di Mantingan, Pantai

Bondo di Bondo, Pantai Pailus di Pailus

Karanggondang, PLTU Tanjung Jati B di

Tubanan dan calon tapak PLTN di

Ujungwatu [29].

7. Rembang

Secara regional, menurut

PANEKOEK, 1949 [5], daerah penelitian

Rembang merupakan bagian dari wilayah

Pegunungan Kapur Pantai Utara, yang

termasuk dalam Antiklinorium Rembang.

Secara umum daerah penelitian merupakan

daerah dataran bergelombang dengan

kemiringan lereng antara 0 – 13% dengan

beda tinggi antara 0 – 50 m, yang dapat

dikategorikan sebagai satuan dataran

bergelombang (ZUIDAM, R.A., et al., 1979)

[13].

Secara morfogenesa daerah

penelitian merupakan daerah yang

dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

lipatan dan patahan. Oleh karena itu daerah

penelitian dapat diklasifikasikan sebagai

satuan dataran bergelombang struktural

berbatuan napal. Kondisi proses

geomorfologi permukaan seperti erosi dan

gerakan tanah relatif tidak intensif, karena

kondisi topografi yang berupa dataran

bergelombang.

Menurut DARWIN KADAR dan

SUDIJONO (1993) [30], secara geologi

regional daerah Rembang dapat

dikelompokkan menjadi 3 kelompok batuan

yaitu batuan sedimen, batuan gunungapi dan

endapan permukaan.

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

Formasi Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi

Wonocolo, Formasi Ledok dan Formasi

Mundu. Di atas formasi-formasi tersebut

ditumpangi secara takselaras oleh anggota

Selorejo dan Formasi Lidah pada jaman

Plistosen. Formasi-formasi tersebut diterobos

dan ditumpangi oleh andesit dan breksi hasil

dari gunungapi Lasem. Di atas formasi-

formasi tersebut diendapkan aluvium.

Formasi Mundu tersusun oleh napal masif,

abu-abu keputihan, kaya akan foraminifera

plankton.

Andesit dari gunungapi Lasem

berupa lava andesit, dan breksi hasil aktivitas

Lasem berupa breksi, konglomerat dan

batupasir tufan. Endapan aluvium terdiri dari

lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal

endapan Holosen.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Selatan Rembang adalah napal masif dari

Formasi Mundu yang memiliki ketebalan

250-1500 m, dan batulempung dari Formasi

Lidah dengan ketebalan > 200 m. Luas

singkapan di daerah penelitian Selatan

Rembang masing-masing 12x24 km2 dan

6x15 km2.

(a) (b)

Gambar 21. a). Geologi daerah Kragan-Sedan, Rembang, Jawa Tengah [31]

b). Singkapan andesit pada tambang batu di daerah Kragan, Rembang

Page 14: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

246

Di sebelah utara dan timur Sedan,

batuan potensial andesit Lasem dan Formasi

Mundu serta Formasi Wonocolo tersingkap

secara blok-blok dengan tebal sekitar 200 m

dan luas ± 2x5 km2. Di sebelah selatan Sale

tersingkap Formasi Mundu dengan ketebalan

± 200 m luas sekitar 2,5x9 km2, sedangkan di

sebelah utaranya tersingkap Formasi

Wonocolo setebal 250 m dan luas

pelamparan sekitar 5x10 km2.

Wilayah Rembang berada pada daerah

dengan percepatan batuan dasar yang rendah,

yaitu sekitar 0,1 g. Menurut peta wilayah

rawan bencana gempa bumi Indonesia

(KERTAPATI dkk, 2001) [7], daerah

Rembang berada dalam skala MMI IV-V dari

maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, daerah

penelitian Rembang relatif jauh dari

gunungapi terdekat yaitu G. Lawu dan G.

Ungaran (gunungapi tipe B) yaitu > 100 km

[8]. Potensi ancaman bahaya gunungapi yang

paling mungkin terjadi adalah hujan abu atau

lapili.

Secara umum daerah penelitian

Rembang termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [28].

Hidrologi daerah selatan Rembang

(Sulang dan sekitarnya) dapat ditafsirkan

dari keberadaan 11 sungai antara K. Delok di

bagian barat hingga K. Lasem di bagian

timur. Pola pengaliran sungai berawal dari

pola dendritik di bagian hulu hingga pola

parallel di bagian hilir. Jarak antar sungai

berkisar antara 1 km – 5 km (rata-rata 2,1

km). Potensi banjir bisa terjadi di bagian hilir

sungai yang mengalir pada daerah dengan

topografi dataran.

Hidrologi daerah Kragan-Sarang-

Sedan, Rembang, dapat ditafsirkan dari

keberadaan 4 sungai antara K. Bagoran/K.

Gempol/K. Blitungkulon, di bagian barat

hingga K. Wangon di bagian timur. Pola

pengaliran sungai subparallel, dengan jarak

antar sungai berkisar antara 2 km – 10 km

(rata-rata 5 km). Potensi banjir relatif kecil

terjadi karena sungai mengalir pada topografi

bergelombang yang miring ke arah utara

(Laut Jawa), sehingga pengaliran lancar.

Menurut data tahun 2004 [31],

jumlah penduduk kabupaten Rembang

sebanyak 585.446 jiwa, dengan rata-rata

kepadatan penduduk sekitar 558 jiwa/km2.

Dari tingkat kepadatan tersebut 82,6%

penduduk tinggal di daerah perdesaan dan

sisanya 17,4% berada di daerah perkotaan.

Kepadatan penduduk terendah terdapat di

kecamatan Bulu sebesar 250 jiwa/km2 dan

tertinggi di kecamatan Rembang sebesar

1.344 jiwa/km2. Dalam dasawarsa terakhir

pertumbuhan penduduk mencapai 1,22%.

Potensi cebakan tambang yang ada

di kabupaten Rembang terutama bahan

tambang untuk industri semen yaitu batu

kapur, tras, pasir kuarsa, dan tanah liat [32].

Hasil perkiraan cadangan bahan galian

tersebut adalah batu kapur 2.213.500.000 m3

dengan kualitas bagus (CaO > 50%), pasir

kuarsa dengan kandungan SiO2 > 95%, trass

memiliki cadangan tereka 45.225.000 m3,

dan tanah liat mempunyai potensi

433.025.000 m3. Lokasi cebakan tambang

berada pada daerah perbukitan di bagian

selatan Rembang.

Beberapa kawasan penting dan situs

bersejarah dapat dijumpai di kabupaten

Rembang [32] yaitu Musium Kamar

Pengabadian R.A. Kartini di kecamatan

Rembang, Taman Rekreasi Pantai Kartini di

kecamatan Rembang, jangkar Dampu

Awang, makam R.A. Kartini (kecamatan

Bulu), Wana Wisata Wana Mantingan

(Bulu), Rimba Pasucen dengan goa-goanya

di kecamatan Gunem, petilasan Sunan

Bonang (Lasem), embung Lodan (Sarang)

dan hutan wisata Sumber Semen di

kecamatan Sale.

8. Tuban

Menurut Van BEMMELEN, 1949

[12], daerah penelitian Tuban termasuk

dalam Antiklinorium Rembang. Secara

morfogenesa daerah penelitian merupakan

daerah yang dipengaruhi oleh struktur

geologi berupa lipatan dan patahan. Oleh

karena itu daerah penelitian dapat

diklasifikasikan sebagai satuan dataran

bergelombang struktural berbatuan

lempung/napal.

Secara umum daerah penelitian

merupakan daerah dataran bergelombang

dengan kemiringan lereng antara 0 – 13%

dengan beda tinggi antara 0 – 50 m, yang

dapat dikategorikan sebagai satuan dataran

bergelombang (ZUIDAM, R.A., et al., 1979)

[13]. Kondisi proses geomorfologi

permukaan seperti erosi dan gerakan tanah

Page 15: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

247

relatif tidak intensif, karena kondisi topografi

yang berupa dataran bergelombang.

Menurut SITUMORANG (1992)

[31], secara geologi regional daerah Tuban

dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok

batuan yaitu batuan sedimen, batuan

gunungapi dan endapan permukaan, seperti

daerah Rembang yang berada di sebelah

baratnya.

Batuan yang tersingkap di daerah

penelitian meliputi (urut dari tua ke muda)

anggota Tawun Formasi Tuban, anggota

Ngrayong Formasi Tuban, Formasi Bulu,

Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi

Mundu dan Formasi Paciran. Di atas

formasi-formasi tersebut ditumpangi secara

takselaras oleh Formasi Lidah pada jaman

Plistosen. Formasi-formasi tersebut diterobos

dan ditumpangi oleh andesit dan breksi hasil

dari gunungapi Lasem. Di atas formasi-

formasi tersebut diendapkan aluvium.

Formasi Mundu tersusun oleh batunapal,

batulempung lanauan dan batugamping

napalan.

Stratigrafi daerah penelitian dapat

dikatakan relatif sederhana. Batuan potensial

yang bisa dipilih sebagai hostrocks untuk

pengungkung limbah radioaktif di wilayah

Tuban sebelah selatan Bancar adalah napal

pasiran dari Formasi Wonocolo yang

memiliki ketebalan sekitar 250 m luas sekitar

3x5 km2. Batuan potensial lainnya adalah

batunapal dan batulempung dari Formasi

Mundu di daerah sebelah utara Jatirogo

dengan ketebalan > 200 m dan luas

singkapan kurang lebih 3x21 km2.

Wilayah Tuban berada pada daerah

dengan percepatan batuan dasar yang rendah,

yaitu sekitar 0,1 g. Menurut peta wilayah

rawan bencana gempa bumi Indonesia

(KERTAPATI dkk, 2001) [7], daerah Tuban

berada dalam skala MMI IV-V dari

maksimum skala XII.

Dari aspek vulkanologi, daerah

Tuban relatif jauh dari gunungapi terdekat

yaitu G. Lawu dan G. Ungaran (gunungapi

tipe B) yaitu > 100 km [8]. Potensi ancaman

bahaya gunungapi yang paling mungkin

terjadi adalah hujan abu atau lapili.

Secara umum daerah penelitian

Tuban termasuk dalam wilayah bukan

cekungan air tanah. Daerah penelitian rata-

rata batuannya tersusun dari batuan tua dan

lempungan sehingga mempunyai kondisi

akuifer langka dan batuannya memiliki

kelulusan air sangat rendah [33].

Hidrologi daerah Bancar dan

sekitarnya, Tuban, dapat ditafsirkan dari

keberadaan 3 sungai antara K. Wangon di

bagian barat, K. Bogoran di bagian tengah

hingga K. Budur di bagian timur. Pola

pengaliran sungai subparallel, dengan jarak

antar sungai berkisar antara 2 km – 4 km

(rata-rata 3,3 km). Potensi banjir relatif kecil

terjadi karena sungai mengalir pada topografi

bergelombang yang miring ke arah utara

(Laut Jawa), sehingga pengaliran lancar.

Kabupaten Tuban dengan luas

wilayah daratan 1.839,94 km2 dengan

panjang pantai 65 km dan luas wilayah

lautan sebesar 22.608 km2, ditempati oleh

penduduk sebanyak adalah 1.137.708 (data

tahun 2008) [34]. Kecamatan Bancar dan

Jatirogo yang merupakan wilayah menarik

untuk kajian tapak potensial PLLR memiliki

luas wilayah masing-masing 111,98 dan

112,36 km2 dengan jumlah penduduk 54.029

jiwa dan 54.462 jiwa, serta kepadatan

penduduk masing-masing 479 jiwa/km2 dan

485 jiwa/km2.

Bahan galian yang dieksplotasi di

Kabupaten Tuban pada tahun 2006 meliputi :

batu kapur, tanah liat, pedel, ballclay,

dolomite, pasir kuarsa dan fosfat. Bahan

galian yang paling besar dieksploitasi adalah

batu kapur yang mencapai 10.989.273 [34].

Tuban terkenal dengan sebutan Kota

Wali karena Tuban adalah salah satu kota di

Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran

agama Islam. Tuban juga terkenal dengan

Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang

berada pada deretan Pegunungan Kapur

Utara yang banyak goanya. Di daerah Tuban

banyak kawasan penting dan situs bersejarah

seperti misalnya Gua Akbar, Masjid Agung,

Makam Sunan Bonang, Ngerong Rengel,

Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan,

Air Terjun Nglirip, Goa Suci, Makam Syech

Maulana Ibrahim Asmaraqandi, dan Pantai

Boom. Sebagai kabupaten, Tuban memiliki

tempat penting seperti Kantor Bupati,

Pendopo Krido Manunggal, kantor DPRD,

Masjid Agung dan GOR Rangga jaya

Anoraga [34].

Page 16: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

248

Tabel 2. Tapak potensial untuk PLLR di pulau Jawa

NO WILAYAH

POTENSIAL

CALON TAPAK

POTENSIAL

NILAI

KUMULATIF

TAPAK POTENSIAL

1 Serang Bojonegara 75 Bojonegara

Puloampel 79 Puloampel

2 Serpong PPTN Serpong 73 PPTN Serpong

3 Karawang Karawang 65 X

4 Subang Cilamaya hulu 70 X

Cibodas hulu 71 X

5 Sumedang Buahdua 76 Buahdua

Ujungjaya 85 Ujungjaya

6 Jepara G. Ragas 69 X

G. Bako 68 X

Lava basalt 68 X

G. Tempur 70 X

G. Pusuh 73 G. Pusuh

G. Truwili 69 X

7 Rembang Sulang 67 X

Kragan 83 Kragan

8 Tuban Bancar 83 Bancar

Jatirogo 77 Jatirogo

X = tidak potensial

Pembahasan

Hasil evaluasi terhadap tapak-tapak

yang ada memberikan gambaran sebagai

berikut : Serang (Bojonegara nilai 75 dan

Puloampel nilai 79), Serpong (nilai 73),

Karawang (nilai 65), Subang (Cilamaya hulu

dengan nilai 70 dan Cibodas hulu 71),

Sumedang (Buahdua bernilai 76 dan

Ujungjaya 85), Jepara (G. Ragas 69, G.

Bako 68, lava basalt 68, G. Tempur 70, G.

Pusuh 73 dan G. Truwili 69), Rembang

(Sulang dengan nilai 67 dan Kragan bernilai

83), serta Tuban (Bancar bernilai 83 dan

Jatirogo 77).

Evaluasi dengan metode scoring

memberikan hasil adanya beberapa tapak

yang memiliki jumlah nilai dengan kisaran

antara 55-71 yang termasuk kategori

kesesuaian sedang yaitu daerah Krawang,

Subang (Cilamaya hulu dan Cibodas hulu),

Jepara (G. Ragas, G. Bako, lava basalt, G.

Tempur dan G. Truwili) dan Rembang

(Sulang). Beberapa tapak yang memiliki

jumlah nilai dengan kisaran antara 72-88

yang termasuk kategori kesesuaian tinggi

yaitu daerah Serang (Bojonegara dan

Puloampel), Serpong (Kawasan Nuklir

Serpong), Sumedang (Buahdua dan

Ujungjaya), Jepara (G. Pusuh), Rembang

(Kragan), dan Tuban (Bancar dan Jatirogo).

Tidak ada tapak yang bernilai kesesuaian

sangat rendah, rendah dan sangat tinggi.

Dari 2 kategori kesesuaian sedang

dan tinggi tersebut dapat dipilih tapak-tapak

yang berkesesuaian tinggi untuk ditetapkan

sebagai calon tapak potensial PLLR di P.

Jawa dan sekitarnya. Apabila tapak-tapak

tersebut diurutkan sesuai urutan nilai dari

yang tertinggi maka rangkingnya adalah

sebagai berikut : 1) Ujungjaya (Sumedang),

2) Kragan (Rembang), 3) Bancar (Tuban), 4)

Puloampel (Serang), 5) Jatirogo (Tuban), 6)

Buahdua (Sumedang), 7) Bojonegara

(Serang), 8) G. Pusuh (Jepara), dan 9)

Serpong.

KESIMPULAN

Telah dilakukan kegiatan penelitian

dalam rangka pemilihan tapak potensial

untuk penyimpanan lestari limbah radioaktif

di Pulau Jawa dan sekitarnya, yang

dilakukan di daerah Serang, Serpong,

Karawang, Subang, Sumedang, Jepara,

Rembang, dan Tuban. Aspek-aspek yang

dipertimbangkan sebagai dasar pemilihan

tapak potensial meliputi geomorfologi,

litostratigrafi, seismotektonik, vulkanologi,

hidrologi, hidrogeologi, cebakan tambang,

demografi, kawasan penting dan situs

bersejarah.

Dari hasil evaluasi dengan metode

scoring diperoleh beberapa tapak potensial

yang termasuk dalam kategori kesesuaian

tinggi untuk tapak fasilitas PLLR. Beberapa

tapak potensial tersebut adalah daerah

Page 17: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

249

Serang (Bojonegara dan Puloampel),

Serpong (Kawasan Nuklir Serpong),

Sumedang (Buahdua dan Ujungjaya), Jepara

(G. Pusuh), Rembang (Kragan), dan Tuban

(Bancar dan Jatirogo).

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas tuntasnya penulisan makalah

ini diucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang mendukung baik dari para

pimpinan PTLR maupun para staf

khususnya staf BTPL.

DAFTAR PUSTAKA :

1. IAEA, Near Surface Disposal of

Radioactive Wastes, Safety Series No.

111-S.3, IAEA, Vienna, 1994.

2. IAEA, Siting of Near Surface Disposal

Facilities, Safety Series No. 111 G-3.1,

IAEA, Vienna, 1994.

3. IAEA, Site Investigations for

Repositories for Solid radioactive

Wastes in Shallow Ground, Technical

Reports Series No. 216, IAEA, Vienna,

1982.

4. HOWARD, A.D. dan I. REMSON,

Geology in Environmental Planning,

Mc.Graw-Hill Inc., New York, 1978.

5. PANEKOEK, The Outline of

Geomorphology, 1949.

6. RUSMANA, E., SUWITODIRDJO, K.

dan SUHARSONO, Peta Geologi

Lembar Serang, P3G ESDM, Bandung,

1991.

7. KERTAPATI, E.K., SETIAWAN, Y.B.

& IPRANTA, Peta Bahaya Goncangan

Gempabumi Indonesia, P3G DESDM,

Bandung, 1999.

8. Dir. Volkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi, Peta Sebaran Gunungapi Aktif

di Indonesia, DVMBG DESDM,

Bandung, 2001.

9. SUKRISNA, A., MURTIANTO, E. &

S. RUCHIJAT, Peta Cekungan Air

Tanah Propinsi Banten, PLG ESDM

Bandung, 2008.

10. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Serang, Kabupaten Serang dalam

Angka, 2010.

11. Dinas Pertambangan dan Energi

Propinsi Banten, Peta Potensi Bahan

Galian Industri Kabupaten Serang dan

Kota Serang, 2009.

12. BEMMELEN, R.W. Van, (1949), The

Geology of Indonesia, Vol. 1A,

Martinus Nijhoff, The Hague.

13. ZUIDAM, R.A., et al., (1979), Terrain

Analysis and Classification Using

Aerial Photographs : A

Geomorphological Approach, ITC,

Netherland.

14. SETA, A.K., Konservasi Sumberdaya

Tanah dan Air, Kalam Mulia, Jakarta

(1991).

15. TURKANDI, T., SIDARTO,

AGUSTIYANTO, D.A. dan M.M.

PURBO HADIWIDJOYO, Peta

Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan

Seribu, P3G, Bandung (1992).

16. FACULTY OF MINERAL

TECHNOLOGY – ITB, Shallow

Groundwater Survey and Construction

of Monitoring Wells in the Surrounding

Area of RSG-LP Puspiptek Serpong

Tangerang West Java, National Atomic

Energy Agency, Republic of Indonesia

(1987).

17. BPS Kabupaten Tangerang dan PTLR

BATAN, Pemutakhiran Rona

Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong

(2007).

18. ACHDAN dan SUDANA, Peta Geologi

Lembar Karawang, P3G ESDM,

Bandung,1992

19. SUKRISNA, A., MURTIANTO, E.,

RUCHIJAT, S. & H. SETIADI, Peta

Cekungan Air Tanah Propinsi DKI dan

Jawa Barat, PLG ESDM Bandung,

2008.

20. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Karawang, Karawang dalam Angka,

2009.

21. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_

Karawang

22. SILITONGA, Peta Geologi Lembar

Bandung, P3G ESDM, Bandung, 2003.

23. TJIA, H.D., Peta Geologi Bersistem

Djawa, lembar 35 Subang. Field Report

1, Field Report 2, Field Report 3, Field

Report 4, Unpublished Report,

Geological Survey of Indonesia, 1963..

24. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_

Subang

25. http:/www.jabarprov.go.id/index.php/su

b Menu/240

26. DJURI, Peta Geologi Lembar

Arjawinangun, P3G ESDM, Bandung,

1995.

27. SUWARTI dan WIKARNO, Peta

geologi Lembar Kudus, P3G ESDM,

Bandung, 1992.

28. SETIADI, H., Peta Cekungan Air Tanah

Propinsi Jawa Tengah, PLG ESDM

Bandung, 2008.

Page 18: PEMILIHAN TAPAK POTENSIAL UNTUK …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Lingkungan/Pros... · aspek-aspek geomorfologi, litostratigrafi, ... Alat Peralatan yang ... •

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ISSN 1410-6086

Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

250

29. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara,

Kabupaten Jepara dalam Angka, 2010.

30. DARWIN, K. & SUDIJONO, Peta

Geologi Lembar Rembang, P3G

DESDM, Bandung, 1993.

31. SITUMORANG, R.L., (1992), Peta

Geologi Lembar Jatirogo – Jawa,

Puslitbang Geologi, Dept. ESDM,

Bandung.

32. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_

Rembang

33. ARIFIN, M.B., Peta Cekungan Air

Tanah Propinsi Jawa Timur, PLG

ESDM Bandung, 2008.

34. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban,

Kabupaten Tuban dalam Angka, 2010.