pemilihan bentuk usaha

18
Kelompok 6 “Pemilihan Bentuk Usaha” 1 Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi PEMILIHAN BENTUK USAHA Bentuk usaha yang lazim di dunia usaha dibagi menjadi 3, yaitu perseorangan, bentuk b usaha, dan bentuk usaha tetap. Dari setiap bentuk usaha tersebut mendapat perlkuan pa yang berbeda. Bentuk usaha perseorangan didirikan oleh seseorangtanpa melibatkan partnerdalam merealisasikan kegiatan usahanya. Usaha perseorang relative lebih sederhana dan lebi dalam hal perizinannya dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain. Bentuk badan usaha didirikan oleh lebih dari seorang yang mempunyai tujuan dengan disaksikan oleh notaries atau lembaga terkait. Badan usaha dapat berbentuk CV, PT, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Perkumpulan, Yayasan, BUMN, BUMD, organisasi politik, dan bentuk-bentuk organ baik yang bermotif profit maupun tidak. Bentuk usaha tetap didirikan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indon yang bertempat tinggal di indonesia kurang dari 183 hari dalam 12 bulan, atau badan u yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan us atau melakukan kegitan di Indonesia, yang dapat berupa: Tempat kedudukan manajemen Cabang perusahaan Kantor perwakilan Gedung kantor Pabrik Bengkel Gudang Ruang untuk promosi dan penjualan Pertambangan atau penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunak untuk eksploitasi pertambangan Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan Proyek konstruksi, instalasi, perakitan Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pagawai atau oleh orang lain dilakukan lebih dari 60 hari dalam 12 bulan. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

Upload: kinan-valdhiest-botranogi

Post on 21-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

1

PEMILIHAN BENTUK USAHABentuk usaha yang lazim di dunia usaha dibagi menjadi 3, yaitu perseorangan, bentuk badan usaha, dan bentuk usaha tetap. Dari setiap bentuk usaha tersebut mendapat perlkuan pajak yang berbeda. Bentuk usaha perseorangan didirikan oleh seseorang tanpa melibatkan partner dalam merealisasikan kegiatan usahanya. Usaha perseorang relative lebih sederhana dan lebih mudah dalam hal perizinannya dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain. Bentuk badan usaha didirikan oleh lebih dari seorang yang mempunyai tujuan yang sama, dengan disaksikan oleh notaries atau lembaga terkait. Badan usaha dapat berbentuk CV, PT, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, BUMN, BUMD, organisasi politik, dan bentuk-bentuk organisasi lain, baik yang bermotif profit maupun tidak. Bentuk usaha tetap didirikan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau yang bertempat tinggal di indonesia kurang dari 183 hari dalam 12 bulan, atau badan usaha yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegitan di Indonesia, yang dapat berupa: Tempat kedudukan manajemen Cabang perusahaan Kantor perwakilan Gedung kantor Pabrik Bengkel Gudang Ruang untuk promosi dan penjualan Pertambangan atau penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksploitasi pertambangan Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan Proyek konstruksi, instalasi, perakitan Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pagawai atau oleh orang lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam 12 bulan. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

2

Agen atau pegawai perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia Computer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

PERSEORANGAN ATAU BADAN USAHAKeuntungan dari pilihan bentuk usaha perseorangan : Mudah dan murah dalam proses pembentukannya Pemilik perusahaan mengendalikan secara langsung perusahaannya, yang dengan demikian memungkinkan pengusaha untuk bertindak lebih cepat. Tidak terlalu dipengaruhi oleh peraturan pemerintahan Pemilik menereima semua keuntungan dan menaggung semua kerugian usaha. Bebas dari pajak penghasilan apabila penghasilannya masih dibawah PTKP

Pilihan bentuk usaha perseorangan, badan usaha, ataupun BUT dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai ketentuan perpajakan, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tarif Pajak Penghasilan Pengurang Penghasilan Kena Pajak Kewajiban Pembukuan Pengakuan Penghasilan Kewajiban Pemungutan Pajak Pertanggung Jawaban

1. Pertimbangan Tarif Pajak Penghasilan Pemilihan suatu pajak, dilakukan dengan memperhatikan besarnya tariff pajak penghasilan. Perbedaan besarnya tariff PPh yang terhutang setiap tahun antara wajib pajak perseorangan dengan wajib pajak badan usaha.

No

Perseorangan Batasan Penghasilan % Tarif PPh

Badan Batasan Peredaran % Tarif Tetap

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

3

1 2

Kena Pajak Progresif s.d 50 juta 5% lebih 50 juta s.d 250 15% juta lebih 250 juta s.d 500 25% juta lebih 500 juta 30%

Usaha s.d 4,8 milyar 12.5% 4,8 miliar s.d 50 miliar 25%-12,5% (4,8/peredaran bruto)

3 4

Lebih 50 juta

25%

2. Pertimbangan Pengurang Penghasilan Kena Pajak Pertimbangan lain untuk memilih bentuk usaha ada dengan adanya pengurang penghasilan kena pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak perseorangan. Pengurung terhadap wajib pajak perseorangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP setahun untuk orang pribadi adalah sebesar Rp 15.840.000,00, untuk status kawin ditambah 1.320.000,00 serta setiap tanggungannya sebesar 1.320.000,00 dengan paling banyak 2 orang. Dengan adanya PTKP maka besarnya penghasilan neto yang menjadi dasar perbandingan PPh teruang antara wajib pajak perseorangan dengan wajib pajak badan menjadi berubah, mengikuti status orang pribadi tersebut. Semakin banyak tanggungan orang pribadi tersebut, besarnya batas PPh terutang yang sama antara WP badan dan WP otang pribadi juga samkin tinggi. 3. Pertimbangan Kewajiban Pembukuan Pembukuan adalah salah satu cara yang dipergunakan wajib pajak untuk dapat menghitung penghasilahan neto yang berkaitan dengan perhitungan besarnya PPh terutang atas kegiatan usahanya. Atau bias juga dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto. Bagi wajib pajak badan, pembukuan merupakan kewajiban. Untuk wajib pajak orang pribadi dengan peredaran usaha sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 diberi pilihan untuk menghitung besarnya penghasilan neto; dapat mempergunakan pembukuan atau norma perhitungan penghasilan. Apabila wajib pajak memilih bentuk badan usaha maka mau tidak mau untuk menghitung pajak terhutang harus menggunakan pembukuan yang benar dan konsisten. Hal ini akan menjadi beban apabila wajib pajak tidak memiliki karyawan yang secara khusus menangani pembukuan tersebut. Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

4

Untuk menghindari kewajiban membuat pembukuan, wajib pajak cenderung mempergunakan bentuk orang pribadi, yang cukup dilakukan dengan mencatat peredaran kotor setiap bulan tanpa harus membuat laporan keuangan. Wajib pajak orang pribadi sudah tidak dapat menghindar dari kewajiban melakukan pembukan apabila omset usahanya mencapai Rp 4.800.000.000,00. Apabila tidak melakukan pembukan apabila sudah melebihin Rp 4.800.000.000,00 maka akan dikenakan sanksi sebesar 50% dari PPh kurang atau tidak bayar. 4. Pertimbangan Pengakuan Penghasilan Kepemilikan perusahaan sangat ditentukan oleh kepemilikan saham. Semakin besar saham atau modal suatu perusahaan maka semakin besar wewenangnya untuk mengatur dan menguasi perusahaan. Dengan alasan ini wajib pajak cenderung ingin menguasai saham dan modal sebanyak-banyaknya. Kalau perlu hingga 100% saham dikuasainya. Dengan kata lain, cenderung berbentuk orang pribadi. Apabila dikaitkan dengan kewajiban perpajakan, keinginan itu perlu dipertimbangkan lagi. Bagi wajib pajak orang pribadi, berkaitan dengan pajak tidak dikenal istilah PPh atas deviden, tetapi pengakuan penghasilan pada orang pribadi yang meliputi seluruh penghasilan yang didapat dari mana saja, termasuk istri dan anak yang belum dewasa. Sedangkan pada badan usaha, laba usaha yang didapatnya apabila dibagi kepada pemegang saham akan dikenakan PPh atas dividen, hanya WP badan tertentu saja yang tidak dikenakan. Demikian pula penghasilan wajib pajak badan hanya berkaitan dengan badan usaha itu sendiri, tidak termasuk kegiatan usaha dengan mempergunakan bentuk badan usaha. Dari pertimbangan diatas, wajib pajak orang pribadi memutuskan untuk melakukan kegiatan usaha dengan mempergunakan bentuk badan usaha. 5. Pertimbangan Kewajiban Pemungutan Pajak Wajib pajak badan usaha yang bergerak dibidang usaha industry semen, industry rokok, industry kertas, industry baja, industry otomotif ditunjuk sebagai pemungut PPh pasal 22 atas penjualan produknya. Kewajiban PPh pasal 22 tidak dikenakan kepada wajib pajak perseorangan yang mempunyai kegiatan industry di atas. Kewajiban memungut PPh pasal 22 pada industry tersebut dipungut oleh pabrik dari pembelinya, yang dalam hal ini adalah distributor atau agennya. Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

5

Pada dasarnya pungutuan PPh pasal 22 menjadi hak distributor atau sejenisnya, dan PPh pasal 22 oleh pembeli dapat diperlakukan sebagai kredit pajak, atau diperlakukan sebagai final. Namun demikian selain akan menambah pekerjaan bagi pabrikan, pungutan PPh pasal 22 tersebut juga dapat meningkatkan harga dan mengurangi daya beli konsumen. Walaupun PPh pasal 22 tersebut dapat dikreditkan atau diperlakukan sebagai final, tetapi distributor harus membayar terlebih dahulu. Bagi distributor, PPh pasal 22 itu akan lebih dahulu dibebankan sebagai biaya. Dan beban akan semakin berat apabila distributor perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari perusahaan itu. Kalau diperbolehkan memilih maka wajib pajak badan lebih senang untuk tidak memungut PPh pasal 22 seperti wajib pajak perseorangan, bahkan bila dimungkinkan maka kegiatan usahanya akan berbentuk perseorangan saja. Kegiatan usaha bidang industry yang berupa wajib pajak perseorangan banyak terdapat pada industry rokok. Apabila pabrikan industry rokok tersebut berbentuk perseorangan, maka kewajiban memungut PPh pasal 22 tidak ada, tetapi kalau berbentuk badan usaha maka harus melakukan pemungutan PPh pasal 22. 6. Pertimbangan Pertanggung Jawaban Utang Pajak Pada dasarnya aktiva yang dimiliki oleh wajib pajak perseorangan tidak terpisahkan dengan aktiva dari kegiatan usahanya. Keuntungan yang didapat dari semua kegiatan usaha dalam bentuk perseorangan itu akan diakuinya sendiri demikian pula sebaliknya, seperti kerugian, musibah ataupun kesulitan dalam kegiatan usaha dari bentuk perseorangan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi wajib pajak. Berlainan dengan badan usaha yang harus memisahkan aktiva yang dimiliki pemilik dengan aktiva yang dimiliki perusahaan berbentuk badan usaha tersebut, baik keuntungan mauoun kerugian akan diakui secara bersama-sama sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, baik yang dimasukkan anggaran dasar maupun tidak. Namun demikian dalam ketentuan perpajakan ada beberapa tanggung jawab dari badan usaha yang tidak dapat terpisahkan dengan tanggung jawab pemiliknya, yaitu dalam hal hutang pajak. Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

6

Harta pemilik modal badan usaha dapat disita apabila utang pajak dari wajib pajak badan tersebut tidak dibayar walaupun telah dilakukan tindakan surat paksa oleh Juru Sita Pajak Negara. Sebelum menjalankan sebuah usaha, harus memperhitungkan kemungkinan laba yang mungkin lebih besar, juga harus dipertimbangkan seandainya rugi, dan bahkan kalaui sampai mempunyai hutang pajak. Penanggungan utang pajak tetap harus dilakukan walaupun pemilik modal badan usaha itu bersifat pasif. Apabila terjadi permasalahan dengan utang pajak, hartanya dapat diminta untuk membayar utang pajak dari badan usaha dimana dia menanamkan modalnya.

BADAN USAHA ATAU BENTUK USAHA TETAPBentuk usaha tetap pada prinsipnya tidak mempunya bentuk kegiatan usaha yang dibuat di Indonesia, tetapi melakukan kegiatan usaha di Indonesia dengan mempergunakan bentuk usaha yang ada di luar negeri dan hanya mempergunakan tempat tertentu di Indonesia yang dapat di jadikan gudang atau lainnya. Pemilihan kegiatan usaha berupa bentuk usaha tetap atau badan usaha yang dikaitkan dengan ketentuan perpajakan, utamanya berkaitan dengan pengakuan penghasilan dan besarnya PPH terutang. 1. Pertimbangan Pengakuan Penghasilan Objek pajak pada BUT hanyalah penghasilan yang didapat dari Negara dimana BUT bersangkutan berada. Berbeda dengan penghasilan badan usaha, selain penghasilan dari dalam negeri, penghasilan dari luar negeri juga harus diakui sebagai penghasilan. BUT, walaupun statusnya adalah wajib pajak luar negeri, tetapi mempunyai kewajiban yang sama seperti wajib pajak dalam negeri, yaitu melaporkan kegiatan usahanya melalui SPT tahunan. Dipandang dari pengakuan penghasilan maka akan lebih menguntungkan apabila wajib pajak BUT tidak berubah menjadi wajib pajak di Indonesia. 2. Pertimbangan Besarnya PPh Terutang Besarnya tariff pajak penghasilan (PPh) terutang atas BUT dihitung dengan cara yang sama, yaitu mempergunakan pasal 17 Undang-undang PPh seperti yang digunakan wajib pajak Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

7

badan. Namun yang membedakan BUT adalah adanya tambahan pajak (branch profit tax) bagi BUT yang atas hasil usahanya tidak diinvestasikan lagi di Indonesia. Sedangkan besarnya branch profit tax (BPT) itu adalah 20% dari penghasilan neto setelah pajak. Perbedaan pengenaan PPh pada Badan Usaha dan BUTNo Tariff PPh 1 Tarif PPh terutang 2 Tariff PPh dipotong Badan Usaha Peredaran bruto s.d Rp 4,8 milyar sebesar 12,5% Peredaran bruto diatas Rp 4,8 milyar sebesar (25%-12,5% x (4,8 milyar / peredaran bruto)) x penghasilan kena pajak 1,5%, 2%, 3%, 4%, 6%, sesuai jenis pemotongan PPh) Tidak ada BUT 25% 20% dari neto atau sesuai tariff P3B

3

Tambahan Pajak

Bila laba BUT tidak diinvestasikan lagidi Indonesia 20% x (penghasilanPPh terutang)

Berdasarkan pertimbangan diatas maka bagi pengusaha diluar negeri yang akan berusah di indonesia dapat menentukan pilihan, mau berbentuk badan usaha atau BUT. Dan apabila sudah berbentuk BUT akan menginvestasikan kembali atas labanya atau tidak.

BERBAGAI BENTUK BADAN USAHABadan usaha, ada yang dimiliki oleh banyak orang, seperti kopersai, yayasan, organisasi politik, dan ada pula yang dimiliki oleh beberapa orang saja, seperti CV, firma atau PT. Pemilik badan usaha tersebut juga dapat dibatasi pada orang-orang tertentu, atau dibatasi dengan batasan modal tertentu, atau dibatasi dengan wewenang tertentu. Pilihan bentuk badan usaha dari sudut perpajakan dapat dibandingkan dengan pertimbangan berikut: Memilih bentuk Perseroan Koamnditer atau Perseroan Terbatas Memilih Perseroan Terbatas atau Perseroan Terbuka Memilih bentuk Koperasi Memilih bentuk Yayasan Memilih bentuk Kerja Sama Operasi Memilih bentuk Joint Operation Memilih bentuk Usaha Bangun Guna Serah

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

8

Memilih bentuk Usaha Waralaba

Memilih Bentuk Perseroan Komanditer atau Perseroan TerbatasPerseroan Komanditer (CV) maupun Perseroan Terbatas (PT) adalah dua bentuk usaha yang lebih berorientasi kepada profit motive yang sangat diminati oleh pengusaha. Untuk membentuk badan usaha tersebut dapat dilakukan oleh beberapa orang saja, bahkan sangat besar kemungkinan pembentukan dilakukan oleh yang masih satu saudara, maka bentuk badan usaha ini dari segi kepemilikan maupun penguasaan hampir sama dengan perusahaan perseorangan. Namun tidak tertutup kemungkinan kedua usaha tersebut kepemilikannya dibuka untuk umum, yaitu dengan membentuk saham yang dijual secara bebas melalui bursa efek. Yang perlu diamati dan dipertimbangkan dalam memilih bentuk dan usaha adalah: Pengakuan biaya gaji bagi pemiliknya Perlakuan keuntungan.

1. Pertimbangan Pengakuan Biaya Gaji Bagi Pemiliknya Dalam ketentuan pajak , baik perseroan komanditer maupun perseroan terbatas, perlakuan perpajakannya dibedakan untuk yang modal terbagi atas saham dengan yang modalnya tidak terbagi atas saham . Dengan adanya penerbedaan pengakuan pembayaran gaji kepada anggota pemilik atau komisaris CV atau PT sama-sama modalnya tidak terbagi atas saham , maka dapat juga menjadi pertimbangan bentuk usaha mana yang akan dipilih .bagi pemilik atau anggota CV ataupun PT yang mendapatkan gaji atau sejenisnya , lebih memilih benttuk PT disbanding CV , karena dengan dapat dikurangkannya pembayaran gaji atau sejenisnya kepada pemilik atau anggota yang juga sebagai direktur atau komisaris tersebut akan membuat laba kena pajak perusahaan menjadi lebih rendah .

2. Pertimbangan Perlakuan Keuntungan

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

9

Keuntungan yang telah didapat oleh badan usaha , apabila dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen maka akan terutang PPh . Namun bagi wajib pajak berbentuk CV yang modalnya tidak terbagi atas saham maka atas dividen yang dibaginya tidak terutang PPh . sebaliknya bagi perseroan terbatas ( PT ) yang sahamnya dimiliki oleh badan usaha termasuk koperasi yang aktif,atas pembagian dividennya itu tidak dipotong PPh .

MEMILIH PERSEROAN TERBATAS ATAU PERSEROAN TERBUKAPerseroan terbatas adalah perseroan public yang telah melakukan penawaran umum saham atau efek bersifat ekuitas lainnya di Indonesia dan tercatat di bursa efek di Indonesia. Pemilihan bentuk usaha sebagai perseroan terbatas atau sebagai perseroan terbuka mempunyai arti apakah perlu perseroan terbatas itu menjual sahamnya pada bursa efek di Indonesia . Berbagai pertimbangan pemilihan antara perseroan terbatas dengan perseroan terbuka antara lain adalah : Pertimbangan PPh Wajib pajak badan dalam negri yang berbentuk perseroan terbuka dapat memperoleh penurunan tariff pajak penghasilan sebesar 5% lebih rendah dari tarif tertinggi pajak penghasilan wajib pajak badan dalam negri sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat 1 huruf b Undang-Undang PPh . Penurunan tariff pajak penghasilan penghasilan perseroan terbuka diberikan kepada wajib pajak badan dalam negeri yang kepemilihan sahamnya untuk : Public 40% atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor,dan Dimiliki paling sedikit 300 pihak , dan masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor.

Kedua hal tersebut harus dipenuhi oleh wajib pajak badan dalam negri yang berbentuk perseroan terbuka dalm waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak . Dalam hal wajib pajak badan dalam negri yang berbentuk perseroan terbuka tidak memnuhi ketentuan tersebut , maka ketentuan penurunan tarif itu menjadi tidak berlaku .

MEMILIH BENTUK USAHA KOPERASIKelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

10

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasikan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya . dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional . Koperasi adalah salah satu badan usaha yang didirikan oleh banyak orang , yang mempunyai kepemilikan yang sama . Bentuk kegiatan operasi : Koperasi simpan pinjam Koperasi serba usaha Koperasi unit desa

Pertimbangan pemilihan bentuk usaha koperasi , terkait dengan ketentuan perpajakan , dan perlu mempertimbangkan berikut ini ; 1. Pertimbangan perlakuan PPh - Penghasilan koperasi - Bunga simpanan anggota koperasi yang tidak melebihi Rp.240.000,00 per bulan tidak dipotong PPh pasal 23 . - Pembagian SHU kepada anggotanya tidak dipotong PPh pasal 23 2. Pertimbangan Perlakuan Penghasilan penghasilan tertentu pada koperasi bukan merupakan objek pajak , yaitu seperti berikut ; Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah , bantuan atau sumbangan kepada koperasi , sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan , kepemilikan atau poenguasaan 3. Pertimbangan Kegiatan Usaha Ada beberapa kegiatan yang mempunyai perlakuan khusus : Koperasi buruh yang membangun dan membiayai pondok boro atau bangunan sederhana bertingkat Koperasi dapat mendirikan perusahaan pembiayaan seperti perseroan terbatas . Koperasi yang menanamkan modal Koperasi pengemudi taksi diberikan pembebasan bea masuk dan PPn ditanggung pemerintah pada saat impor sedan yang digunakan untuk taksi . -

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

11

Koperasi yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan / bangunan pengenaan PPh nya berdasarkan ketentuan umum .

MEMILIH BENTUK USAHA YAYASANYayasan termasuk organisasi nirlaba . organisasi ini memeperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut . Yayasan adalah badan hokum yang didirikan oleh beberapa orang atau beberapa badan usaha yang tidak bertujuan semata-mata mencari keuntungan . yayasan mempunyai kewajiban perpajakan yang sama dengan bentuk badan usaha lain . namun yayasan juga memiliki perlakuan pajak yang berbea . Kegiatan usaha yayasan dapat terjadi pada berbagai hal , sebagai berikut : Pendidikan Kesehatan Agama dan social lainnya .

Pertimbangan perpajakan atas pemilihan kegiatan usaha yayasan meliputi : - Pertimbangan pengakuan penghasilan biaya - Pertimbangan pengenaan PPh dan PPn 1. Pertimbangan perlakuan penghasilan dan biaya Pada perlakuan biaya pada yayasan terdapat beberapa perbedaan pengakuan biaya yang boleh diperhitungkan antara bentuk kegiatan usaha yayasan yang satu dengan yayasan lainnya . Pengakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Pendidikan Ketentuan perpajakan memperlakukan secara khusus yayasan yang kegiatan usahanya dalam bidang pendidikan.yayasan tersebut biasanya bergerak di bidang pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi . Yayasan ini diperkenankan untuk mengakui dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan bruto . dana tersebut adalah dana yang akan digunakan untuk membangun gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari sisa lebih .

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

12

Pembangunan gedung dan prasarana telah termasuk ; pembelian tanah , gedung , asrama mahasiswa , rumah dinas guru ,inventaris kantor dll . Apabila setelah lewat jangka waktu 4 tahun yayasan tidak mempergunakannya , dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan tersebut akan diakui sebagai penghasilan dan dikenakan PPh pada tahun pajak berikutnya. Perlakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Kesehatan Sama perlakuan pajak dengan badan usaha lainnya , dimana sisa lebih dari penerimaannya diperlakukan seperti laba , yang dikenakan PPh dengan tariff yang sama seperti badan usaha lainnya. Penerimaan yayasan kesehatan yang harus diakui sebagai penghasilannya adalh : Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan Sewa kamar , poliklinik Penghasilan dari perawatan kesehatan Penghasilan dari penyewaan alat-alat kesehatan Penjualan obat , dll

Penghasilan lain serta biaya biaya yang dikeluarkan oleh yayasan diperlakukan sama seperti pada bentuk badan usaha lain. Perlakuan Penghasilan dan Biaya pada Kegiatan Usaha Yayasan Agama dan Sosial Lainnya Termasuk yang bukan berorientasi mencari laba , tetapi tetap diberlakukan sebagai subjek pajak. Pada dasarnya bukan meru[pakan objek pajak sehingga apabila penghasilan sematamata dari penghasilan yang bkan merupakan objek pajak maka atas yayasan keagamaan maupun social tidak akan terutang PPh.Namun demikian apabiula yayasan tersebut mempunyai penghasilan sebagai objek pajak maka akan tetaqp terutang PPh . Ketentuan perpajakan yang di berlakukakn ; Sisa lebih yayasan diperlakukan sebagai laba seperti badan usaha lainnya Pengakuan penghasilan maupun biaya pada yayasan sama dengan badan usaha lainnya . Khusus yayasan pendidikan diberi fasilitas untuk dapat mengakui dana pembangunan sebagai biaya .

2. Pertimbangan Pengenaan PPh dan PPn

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

13

Pengenaan PPh atas sisa lebih dari penerimaan merupakan objek pajak yang dikenakann PPh sesuai dengan badan usaha lainnya . Pengenaan PPn pada yayasan juga sama dengan kegiatan usaha lainnya , tergantung barang atau jasa yang menjadi produk yayasan .kebanyakan produk yayasan berupa jasa yang tidak dikenakan PPh , seperti jasa pendidikan , kesehatan , agama dll.

MEMILIH BENTUK USAHA KERJASAMA OPERASIKerjasama Operasi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih di mana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan asset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung resiko atas usaha tersebut . Bentuk usaha dibedakan menjadi dua , yaitu : KSO dengan entitas hukum yang terpisah KSO tanpa pembentukan entitas hokum yang terpisah

KSO dengan Entitas Hukum Terpisah Dapat berbentuk badan hokum atau persekutuan , termasuk diantaranya bentuk joint operation . Contoh KSO dengan entitas hukum terpisah ; KSO pada Telkom , KSO pada KPS , KSO pada pelayanan medis . KSO pada Telkom Telkom , dalma kegiatan pengelolaan dan pengoperasian sarana/jaringan yang telah ada dan sarana/jaringan baru , membentuk KSO dengan mitra usaha . Mitra usaha yang membentuk KSO dengan Telkom adalah badan usaha patungan Indonesia yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing . KSO pada KPS Unit KSO adalah organisasi kemitraan yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengoperasian system KSO yang merupakan salah sau divisi Telkom , tetapi secara administrasi terpisah sama sekali dari Telkom maupun mitra usaha . KSO juga sering dibentuk oleh kontraktor production sharing(KPS) dengan mitra usahanya untuk melaksanakan sebagian dari kegiatan usahanya . Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

14

KSO pada Rumah Sakit Contohnya dalam pengoperasian pelayanan medis berupa fptp rontgen dengan system bagi hasil antara rumah sakit dengan badan usaha swasta . KSO Tanpa Entitas Hukum Terpisah Berbentuk pengendalian bersama operasi ( PBO )dan pengendalian bersama aset (PBA) . dalam pola PBO atau PBA , masing-masing partisipan KSO memiliki kendali yang signifikan atas operasi atau aset KSO (jointly controlled). PPh atas penghasilan JO dari proyek tersebut dikenakan kepada masing-masing badan anggotanya sesuai dengan bagian penghasilan masing-masing.

MEMILIH BENTUK USAHA JOINT OPERATIONMerupakan kerjasama operasi dua badan usaha atau lebiih yang bersifat sementara , hanya untuk melaksanakan suatu proyek tertentu sampai proyek tersebut selesai dikerjakan.JO banyak digunakan pada kegiatan usaha kontraktor , sementara perlakuan perpajakan pada JO sama dengan perlakuan perpajakna pada KSO . Joint Operation Dilakukan oleh beberapa perusahaan karena berbagai alasan , seperti proyek yang akan dikerjakan cukup besar sehingga memerlukan pendanaan besar , atau diperlukan keahlian yang bermacam-macam, yang terkadang tidak dipunyai oleh satu perusahaan sehingga perusahaan itu merasa perlu untuk bekerja sama dengan perusahaan lain.

1. Pertimbangan Pengakuan Penghasilan Dihitung dengan cara yang sama dengan badan usaha lain , yaitu dengan memebedakan penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak . penghasilan yang didapat oleh KSO tidak terutang PPh seperti pada KSO , tetapi penghasilan yang dibagikan kepada anggota KSO harus diakui sebagai penghasilan yang akan diperhitungkan besarnya PPh terutang setelah digabungkan dengan penghasilan anggota KSO sendiri. Pengakuan Penghasilan pada KSO Telkom

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

15

Pendapatan KSO yang harus dibagi adalah pendapatan bersih unit KSO yaitu total pendapatan KSO pendapatan Minimum Telkom Biaya Operasi KSO . Pendapatan minimum Telkom adalah jumlah yang harus dibayar KSO atas pemanfaatannya hak pengelolaan jaringan telekomunikasi milik Telkom . Laba dari KSO tidak terutang pajak , tetapi laba yang dibagikan kepada Telkom dan badan usaha mitra usaha digabungkan dengan laba usaha masing-masing untuk dihitung pajak terutangnya. Pengakuan Penghasilan JO Penghasilan dari JO yang dibagikan kepada anggotanya tidak diperlakukan sebagai dividen sehingga tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 23 terlebih dahhulu .

2. Pertimbangan Pengenaan PPh KSO tidak berewajiban membayar dan melaporkan PPh pasal 25 dan 29 , tetapi hanya sebagai pemotong pemungut PPh pasal 21,22,23,26 4(2),15 dan PPn .

3. Pertimbangan Tingkat Tarif PPh pada Anggota KSO atau JO Perhitungan PPh terutang dari penghasilan JO dihitung pada masing-masing anggota JO dilakukan dengan menggabungkan penghasilan perusahaan anggota JO dengan bagian keuntungan yang diterima JO . Besarnya PPh terutang atas laba JO tergantung tariff PPh anggota JO .kalau tariff laba JO rendah tetapi tarif PPh anggotanya JO tinggi , maka besarnya PPh terhutang atas laba JO menjadi tinggi. Apabila tarif PPh terhutang anggota JO lebih rendah dan tarif PPh terhutang JO , besarnya PPh terutang JO yang digabungkan ke anggota JO akan menjadi lebih rendah dibanding dikerjakan sendiri tanpa membentuk JO. Apabila tarif PPh yang terutang atas JO dengan tariff PPh anggotanya , maka besarnya PPh terutang akan lebih besar kalau penghasilan tersebut digabung.

4. Pertimbangan Pengenaan PPn Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

16

Setiap bentuk KSO memiliki perlakuan pengenaan PPn yang diatur secara khusus.

5. Pertimbangan Pengenaan PPn pada KSO Telkom Mitra usaha yang semata-mata melakukan kegiatan dalam bentuk KSO tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP,tetapi penyerahan jasa telekomunikasinya akan terutang PPn sehingga KSO harus dikukuhkan sebagai PKP 6. Pertimbangan Tidak Lapor SPT PPh Penghasilan KSO tidak dikenakan PPh pada KSO bersangkutan , tetapi penghasilan tersebut dikenakan PPh setelah diterima anggota KSO .demikian juga KSO yang bukan merupakan subjek pajak sehingga KSO tidak berkewajiban untuk melaporkan SPT PPh , baik tahunan maupun masa . tetapi KSO / JO berkewajiban memotong atau memungut PPh pasal 21, PPh pasal 23, PPh pasal 26 dan PPn .

MEMILIH BENTUK USAHA BANGUN GUNA SERAHMerupakan bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor , yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian BOT , dan mengalihkan kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa BOT selesai. 1. Pertimbangan Penghasilan dan Biaya pada BOT Penghasilan investor sehubungan dengan perjanjian BOT adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pengusaha bangunan yang didirikan,anatara lain : Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta Hak pengusahaan bangunan Imbalan yang diterima apabila masa perjanjian BOT diperpendek dari masa yang telah ditentukan 2. Pertimbangan Pengenaan PPh Sama seperti pada bentuk KSO , yaitu bagian keuntungan atau lainnya yang diterima dari BOT digabung dengan penghasilan investor maupun pemegang hak untuk dihitung besarnya PPh masing-masing .Namun demikian BOT mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan atau pemungutan pajak berkaitan dengan transaksi yang terkait dengan pelaksanaan BOT Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

17

MEMILIH BENTUK USAHA WARALABAAdalah bentuk usaha dimana terjadi perjanjian atau kontrak pembelian (franchise agreement) antara pemilik franchise dengan pemegang franchise . terjadi dibanyak kegiatan usaha seperti rumah makan , pendidikan , perdagangan dan lainnya . Waralaba dapat terjadi pada perusahaan dalam bentuk badan usaha dan dapat juga dalam bentuk perseorangan .berikut ketentuan pajak yang perlu dipertimbangkan ; - Pertimbangan PPh - Pertimbangan PPn 1. Pertimbangan PPh Berkaitan dengan penghasilan dari penjualan hak franchise , termasuk pembayaran berkala dari hak franchise .perhitungan penghasilan yang terutang PPh bagi franchiser meliputi penghasilan dari perusahaan yang dimilikinya sendiri ternmsuk cabang-cabang yang tidak didirikan berdasarkan franchise , dan juga penghasilan dari penjualan hak franchise , termasuk pembayaran berkala dari hak franchise tersebut . 2. Pertimbangan PPn Penyerahan hak pada franchise termasuk dalam kategori penyerahan BKPtidak berwujud , dimana berdasarkan Undang-Undang PPn , penyerahan BKPtidak berwujud di dalam daerah pabean oleh pengusaha termasuk yangdikenakan PPn . Kegiatan usaha dengan bentuk waralaba yang terjadi pada berbagai bentuk kegiatan usaha: Waralaba dalam perdagangan Pengakuan sebagai pedaganmg eceran besar (PEB) pada perusahaan yang melakukan franchise adalah bagi franchiser dihitung dari peredaran bruto , baik berupa penyerahan BKP maupun JKP dari franchiser termasuk dengan para franchise yang berada pada wilayah pabean Indonesia. Waralaba dalam pendidikan Pendirian sekolah dengan system waralaba akan terutang PPn , yang harus dipungut oleh pembeli (franchise) sebagai pajak masukan Waralaba dalam rumah makan

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha

Chintya Lovita Matalito Edo Afrinaldi

18

Penjualan makan juga bukan merupakan objek pajak PPn sehingga waralaba yang usahanya rumah makan juga tidak menyebar PPn atas penjualan produknya Secara ketentuan perpajakan , pembentukan waralaba mengharuskan franchisee dikukuhkan sebagai PKP . namun dari sudut PPh , franchisee diperlakukan sama dengan wajib pajak badan usaha atau perseorangan lainnya .

Kelompok 6 Pemilihan Bentuk Usaha