pemikiran soekarno tentang perempuan skripsirepository.uinbanten.ac.id/1563/1/skripsi ana...

94
PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Fakultas Ushuluddin dan Adab Jurusan Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten Oleh : ANA SAFITRI 133100081 FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN “SMH” BANTEN 2017 M/1439 H

Upload: others

Post on 08-Feb-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Pada Fakultas Ushuluddin dan Adab Jurusan Filsafat Agama

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Oleh :

ANA SAFITRI

133100081

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN “SMH” BANTEN

2017 M/1439 H

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama

(S.Ag) dan diajukan pada Jurusan Filsfat Agama Fakultas Ushuluddin

dan Adab Universitas Islam Negeri ‘’Sultan Maulana Hasanuddin’’

Banten ini sepenuhnya asli merupakan hasil karya tulis ilmiah saya

pribadi.

Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku di bidang penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh

isi skripsi ini merupakan hasil perbuatan plagiarisme atau mencontek

karya tulis orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi berupa

pencabutan gelar kesarjanaan yang saya terima atau sanksi akademik

lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Serang, Agustus 2017

Materai 6000

ANA SAFITRI

NIM 133100081

ii

ABSTRAK

Nama Ana Safitri NIM : 133100081, Judul Skripsi : Pemikiran Soekarno

tentang Perempuan (Study Pustaka), Jurusan : Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin

dan Adab. Tahun 1438 H. / 2017 M.

Realitas kehidupan perempuan Indonesia masih banyak mengalami

pengekangan, penindasan dan pembodohan terutama pengekangan yang terjadi

terhadap perempuan Indonesia akibat persepsi yang salah terhadap peran istri dalam

kehidupan rumah tangga. Di lihat dari perkembangan suatu bangsa, masyarakat dan

ideologi suatu negara ada beberapa peran perempuan diantaranya adalah pergerakan

untuk menyempurnakan keperempuanan yang identik dengan pekerjaan domestik,

kedua pergerakan kaum feminis dalam memperjuangkan persamaan hak dengan kaum

laki-laki. Hal ini meliputi persamaan untuk bekerja dan memilih. Hal tersebut disebut

sebagai emansipasi perempuan. Dan ketiga pergerakan kaum sosialis. Peran ketiga ini

perempuan bersama laki-laki berjuang untuk menciptakan masyarakat yang sosialis.

Berdasakan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Kehidupan Soekarno ?, 2) Bagaimana Kondisi

Perempuan ?, 3) Bagaimana Pemikiran Soekarno tentang Perempuan ?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kehidupan Soekarno, 2)

kondisi Perempuan, 3) Pemikiran Soekarno tentang Perempuan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan konten analisis. Teknik ini memfokuskan terhadap isi atau makna

dan pesan-pesan yang disampaikan. Metode lainnya adalah studi pustaka. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan menelaah sumber-sumber

tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi, dan literatur lainnya yang berkaitan

dengan pembahasan. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Soekarno lahir

pada 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya. Semasa dewasa mendirikan Partai

Nasional Indonesia (PNI). Pemikiran Soekarno terdiri dari dua latarbelakang, yaitu

budaya Jawa dan Islam tradisional, juga merupakan seorang pemikir dan intelektual

Islam. Perempuan merupakan mahluk yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Secara umum perempuan memiliki sifat seperti indah, lembut, rendah hati dan

penyayang. Soekarno berpandangan bahwa perempuan bagian dari manusia yang juga

berhak mendapat kesempatan dan persamaan seperti laki-laki. Ia menggambarkan

sebuah peradaban yang meminggirkan perempuan selalu tenggelam. Pola patriarkat

dan matriarkat tidak menjamin kesejahteraan kaum laki-laki maupun perempuan.

karena hal tersebut Soekarno menggagas pengangkatan harkat dan martabat

perempuan dengan beberapa karya tulisannya (buku).

iii

ABSTRACT

Name : Ana Safitri, NIM: 133100081, Titte: Women on Soekarno’s

Thought (Library Reaserch), Philosophy of Religion at Faculty of Ushuluddin and

Adab. 1438 H. / 2017 M.

The reality of Indonesian women are still much subjected to restraint,

oppression and duping, especially the restrains that occur on Indonesian women as a

result of wrong perceptions of the role of wives in domestic life. In view of the

development of a nation, society and ideology of a country there are several roles of

women such as the movement to perfect womanhood that is identical with domestic

work, second, the movement of feminists in fighting for equal rights with men. These

include equations for work and choice, it is called the emancipation of women. And

third, the socialist movement, this third role of women with men strives to create a

socialist society.

Based on the background of the research above, then the research questions

are: 1. How is Soekarno’s Life?, 2. What is the Condition of Women ?, 3. How is

Women in Soekarno’s Thought?

This study aims to determine : 1. Soekarno’s Life, 2. The Condition of

Women ?, 3. Women in Soekarno’s Thought.

As for the method used in this research is qualification method with content

analysis. This focuses on the content or meaning and the messages conveyed. Another

method is literature study. This method is used to collect data and information by

reviewing written sources such as scientific journlas, reference books, and other

literature related to the discussion. As for this type of research is descriptive.

Based on the result of research, it can b concluded that Soekarno born on 6

June 1901 at Lawang Seketeng, Surabaya. As an adulf founded the Indonesian

National Party (PNI). Soekarno’s thoughts consist of two backgrounds: Javanese

culture and traditional Islam, is also an Islamic thinker and intellectual. Women are

gentle and loving creatures. In general women have such a beatiful, nature of soft,

humble and compassionate. Soekarno holds that women are part of the human being

who is also entitled to the opportunity like men. Describes a civilization that thinks

women are always drowing. Patriarchal and matriarchal patterns do not guarantee the

welfare of men and women, because it is Soekarno initiated the appointment of the

dignity of women with some writings (book).

iv

FAKULTAS USHLUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

Nomor : Nota Dinas

Lampiran : Skripsi

Hal :Pengajuan Ujian

Munaqasyah

Kepada Yth

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab

Universitas Islam Negeri

Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Di_

Serang

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan

mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa

skripsi saudari Ana Safitri, NIM: 133100081, Judul Skripsi:

Pemikiran Soekarno tentang Perempuan, diajukan sebagai salah

satu syarat untuk melengkapi ujian munaqasyah pada Fakultas

Ushuluddin dan Adab jurusan Filsafat Agama UIN SMH Banten. Maka

kami ajukan skripsi ini dengan harapan dapat segera dimunaqasyahkan.

Demikian atas perhatian bapak kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Serang, Agustus 2017

Pembimbing I

Dr. Safiin Mansur. M.Ag

NIP : 19640108 199803 1 001

Pembimbing II

Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag

NIP : 19700529 199603 2 001

v

PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG PEREMPUAN

Oleh

ANA SAFITRI

NIM : 133100081

Pembimbing I

Dr. Safiin Mansur. M.Ag

NIP : 19640108 199803 1 001

Pembimbing II

Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag

NIP : 19700529 199603 2 001

Dekan,

Fakultas Ushluddin dan Adab

Prof. Dr. H Udi Mufrodi,Lc,.MA

NIP: 19610209 199403 1 001

Ketua,

Jurusan Filsafat Agama

Dr. Safiin Mansur. M.Ag

NIP : 19640108 199803 1 001

vi

PENGESAHAN

Skripsi a.n Ana Safitri, NIM: 133100081, judul skripsi: Pemikiran

Soekarno tentang Perempuan, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah

UIN SMH Banten pada tanggal 1 November 2017 skrispi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Agama Fakultas

Ushuluddin dan Adab jurusan Filsafat Agama UIN SMH Banten.

Serang, 16 November 2017

Sidang

Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Dr. Muhamad Shoheh, M.A.

NIP: 19710121 199903 1 002

Sekretaris Merangkap Anggota

Eneng Purwanti, M.A.

NIP: 19780607 200801 2 014

Penguji I

Dr. Moh. Hudaeri, M.A.

NIP : 19710903 199903 1 007

Anggota Penguji II

Drs. Jaipuri Harahap, M.Si.

NIP: 19610607 199503 1 002

Pembimbing I

Dr. Safiin Mansur. M.Ag

NIP : 19640108 199803 1 001

Pembimbing II

Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag

NIP : 19700529 199603 2 001

vii

MOTTO

‘’Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah

memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu’’. (Q.S An-Nisa:1)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan terimakasih. Skripsi ini

kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Ubayudin

dan ibunda Azizah, yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil, selalu mendidik saya dengan penuh perjuangan dan

membimbing saya dengan penuh kesabaran, serta adikku tercinta Siti

Nurkhaliza yang selalu memberikan semangat. Semoga kedua orang

tua dan adik saya selalu dilindungi oleh Allah Swt (Amin).

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ana Safitri, dilahirkan di Tangerang,

Banten pada 07 April 1996, merupakan anak pertama dari dua

bersaudara berasal dari pasangan Bapak Ubayudin S.E dan Ibu Azizah.

Jenjang pendidikan formal yang penulis tempuh adalah SDN

Kamuning II di Desa Kamuning Kecamatan Kresek, Kabupaten

Tangerang, lulus pada tahun 2007, dan MTS Nurunnisa, Kecamatan

Kronjo Kabupaten Tangerang lulus pada tahun 2010, setelah itu

melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 4 Tangerang lulus tahun 2013,

kemudian melanjutkan kuliah di UIN “Sultan Maulana Hasanuddin”

Banten mengambil Jurusan Filsafat Agama pada Fakultas Ushuluddin,

dan Adab.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa

kegiatan seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FA tahun 2015,

sebagai Sekretaris Umum, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pusat

Riset Mahasiswa (PRIMA) tahun 2015, dan Himpunan Mahasiswa

islam (HMI) sebagai Sekretaris bidang Pemberdaya Perempuan tahun

2015.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna

memenuhi persyaratan untuk dapat memperoleh gelar sarjana strata

satu pada Jurusan Filsafat Agama, Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN

‘’SMH’’ Banten.

Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh-sungguh

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pemikiran

Soekarno tentang Perempuan (Study Pustaka).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak telepas dari

kekurangan, kelemahan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun

demikian penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini mudah-

mudahan dapat membawa manfaat yang besar dan berguna khususnya

bagi diri penulis, pembaca, dan masyarakat pada umumnya sebagai

bahan pertimbangan dan khasanah ilmu pengetahuan Islam.

Skripsi ini kemungkinan besar tidak dapat diselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Fauzul Iman, M.A Sebagai Rektor Universitas

Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten yang telah

mengelola dan mengembangkan Universitas Islam Negeri

“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten lebih maju.

2. Bapak Prof. Dr. H. Udi Mufrodi, Lc., M.Ag. sebagai Dekan

Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri

xi

“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yang telah mendorong

penyelesaian studi dan skripsi penulis.

3. Bapak Dr. Syafiin Mansyur, M.Ag. sebagai ketua jurusan dan

Bapak Drs. Jaipuri Harahap, M.Si. sebagai sekretaris Jurusan

Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas

Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten, yang telah

memberikan arahan, mendidik dan memberikan motivasinya

kepada penulis.

4. Bapak Dr. Syafiin Mansyur, M.Ag. sebagai pembimbing I dan

Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag sebagai pembimbing II yang telah

memberikan nasehat, bimbingan dan saran-saran kepada penulis

selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen UIN SMH Banten, terutama yang telah

mengajar dan mendidik penulis selama kuliah di UIN Banten,

Pengurus Perpustakaan Umum, Iran Corner, serta staf akademik

dan karyawan UIN, yang telah memberikan bekal pengetahuan

yang begitu berharga selama kuliah di UIN “Sultan Maulana

Hasanuddin” Banten.

6. Kedua orang tua serta keluarga besar yang selalu memberikan

semangat dan motivasi sehingga memudahkan penulis

menyusun skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Filsafat Agama angkatan

2013 yang saya banggakan dan semua pihak yang telah

xii

membantu dalam berbagai hal sehingga memudahkan penulis

menyusun skripsi ini.

7. Kawan-kawan organisasi di Himpunan Mahasiswa Islam dan

semua pihak yang telah membantu dalam berbagai hal sehingga

memudahkan penulis menyusun skripsi ini.

8. Teruntuk Kakanda Sutisna S.Pd.I yang selalu memberikan

semangat serta memotivasi penulis untuk menyusun skripsi ini.

8. Teruntuk Devi, Dewi, Alifa, Mariam, Eka dan Ririn Sahabat-

sahabat yang telah membantu memotivasi penulis untuk

menyusun skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah jugalah penulis memohon agar

seluruh kebaikan dari semua pihak yang membantu selesainya skripsi

ini, semoga diberi balasan berlipat ganda. Penulis berharap kiranya

karya tulis penulis ini turut mewarnai khazanah Ilmu Pengetahuan dan

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Serang, Agustus 2017

Penulis

Ana Safitri

xiii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i

ABTSRAK....................................................................................... ii

NOTA DINAS ................................................................................. iv

LEMBAR PERSETUJUAN MUNAQOSAH ................................. v

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. vi

MOTTO ........................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................... viii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................... 4

D. Telaah Pustaka ................................................... 4

E. Kerangka Pemikiran .......................................... 6

F. Metode Penelitian .............................................. 10

G. Sistematika Penulisan ........................................ 12

BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SOEKARNO .. 13

A. Biografi Soekarno .............................................. 13

B. Karakteristik Pemikiran Soekarno ..................... 18

C. Karya-karya Soekarno ....................................... 29

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG

PEREMPUAN ........................................................ 33

xiv

A. Pengertian dan Karakter Perempuan ................. 33

B. Perempan dalam Islam....................................... 38

C. Sarinah dalam Kehidupan Soekarno.................. 43

D. Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan

Indonesia ............................................................ 47

BAB IV PEREMPUAN MENURUT SOEKARNO .......... 55

A. Perempuan Sebagai Sumber Kekuatan .............. 55

B. Emansipasi dan Kemitrasejajaran ...................... 60

C. Matriarkat dan Patriarkat ................................... 65

BAB V PENUTUP .............................................................. 74

A. Kesimpulan ........................................................ 74

B. Saran .................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Realitas kehidupan perempuan Indonesia masih banyak

mengalami pengekangan, penindasan dan pembodohan terutama

pengekangan yang terjadi terhadap perempuan Indonesia akibat

persepsi yang salah terhadap peran istri dalam kehidupan rumah

tangga. Di lihat dari perkembangan suatu bangsa, masyarakat dan

ideologi suatu negara ada beberapa peran perempuan di antaranya

adalah pergerakan menyempurnakan keperempuanan yang identik

dengan pekerjaan domestik, kedua pergerakan feminisme yang arahnya

memperjuangkan persamaan hak dengan kaum laki-laki melakukan

pekerjaan dan hak pemilihan yang disebut sebagai hak emansipasi

perempuan dan ketiga pergerakan sosialisme perempuan dan laki-laki

bersama-sama berjuang untuk mendatangkan masyarakat yang sosialis.

Dalam peradaban kuno di sepanjang masa, status perempuan

selalu mengalami perubahan meskipun adakalanya perempuan sedikit

dihormati, namun mereka biasanya tertindas dan mendapat perlakuan

kasar, begitu pula seringkali hukum dan perundang-undangan

mengenai perempuan sangat tidak adil. Perempuan kehilangan haknya

sebagai warga dan juga hak dasar mereka yaitu hak asasi manusia.

Banyak orang memiliki rasa kemanusiaan terhadap perempuan mereka

dikucilkan serta hanya di susahkan dengan alasan tradisi dan adat

istiadat perempuan kerap kali haknya terkekang dalam kehidupan sosial

dan kebebasan mengemukakan pendapat, mereka tidak lebih dari

1

2

sekedar seorang budak, mudah dan murah untuk diperjual belikan,

keadaan seperti itu selama ini dialami oleh semua perempuan dari

mulai perempuan muda, para istri, dan ibu-ibu. Mereka digiring dari

satu penjara ke penjara lainnya, tunduk kepada kekuasaan seorang

ayah, suami atau laki-laki sebagai pelindung yang mengawasi semua

aspek kehidupan mereka. Para perempuan tidak diperbolehkan

membuat keputusan, mereka pun tidak berhak atas keuangan dan hak-

hak sipil. Sejarah telah mencatat beberapa kasus di mana perempuan

menempati posisi kuat, sebagaimana terjadi dalam peradaban mesir.

Tetapi kasus tersebut hanya beberapa dan tidak mencerminkan kondisi

umum perempuan pada waktu atau sejak saat itu, mengenai kelembutan

perempuan yang dikenal sebagai anugerah Tuhan dan malaikat, itu

adalah murni hal kebetulan yang tidak menunjukkan bahwa perempuan

sangat dihormati atau bermartabat. Andai pun memang demikian,

kasus-kasus tersebut hendaklah dipandang sebagai kekecualian-

kekecualian yang jarang terjadi yang tidak mempengaruhi hukum

umum yang berlaku.1

Pemikiran Fatima Mernisi tentang gerakan feminisme muslim

meliputi kesadaran perempuan akan pembatasan atas dirinya karena

gender, penolakan perempuan atas ketidakadilan dan berusaha

membangun sistem gender yang lebih adil, yang melibatkan peran baru

perempuan dan hubungan lebih optimal diantara laki-laki dan

perempuan. Penelitian Amina Wadud mengenai perempuan dalam Al-

Qur’an yang tertuang dalam judul bukunya “Qur’an dan Woman’’

muncul dalam konteks historis yang erat kaitannya dengan pengalaman

1Fatima Umar, Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, (Jakarta cendikia

sentra Muslim: 2001), p.18

3

dan pergumulan orang-orang perempuan Afrika-Amerika dalam upaya

memperjuangkan keadilan gender, karena selama ini sistem relasi laki-

laki dan perempuan di masyarakat memang sering kali adanya bias-bias

patriarki dan sebagai implikasinya mereka perempuan kurang mendapat

keadilan secara lebih proporsional. Menurut Tahsan Hamami dan Siti

Bairatun perempuan mengalami ketidakadilan bukan hanya

diskriminasi disektor publik, tapi juga melalui cara pendistribusian

pekerjaan dalam rumah tangga. Pola kehidupan keluarga saat ini

menuntut perempuan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan

mengasuh anak. Pekejaan rumah tangga kadang jarang dibagi secara

sepadan atau setara bahkan kadang perempuan mencari nafkah dalam

upaya membantu kebutuhan keluarga.2

Soekarno sebagai seorang proklamator, sebagai seorang

presiden Republik Indonesia yang pertama yang banyak menuangkan

ide-ide pemikiran tentang politik, agama, sosial, dan ekonomi ternyata

Soekarno memiliki perhatian khusus terhadap perempuan, dimana

pemikiran tersebut di tuangkan dalam bentuk karya tulis yaitu buku

Sarinah, nama Sarinah di ambil dari nama seorang pembantu rumah

tangga, bahwa pada saat Soekarno kecil Soekarno dikenal sangat dekat

dengan Sarinah dan Sarinah yang selalu memberikan nasehat serta

motivasi untuk selalu mencintai rakyat dan lewat Sarinah inilah

Soekarno kemudian ingin mengangkat derajat perempuan, dan ingin

memerdekakan perempuan karena perempuan memiliki peran penting

sebagai sumber kekuatan.

2Tasman Hamami dan Siti Barirotun, Kedudukan Wanita dalam Syariat

Islam, (al-jami’ah, 1994), p. 44

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan

permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kehidupan Soekarno ?

2. Bagaimana Kondisi Perempuan?

3. Bagaimana Pemikiran Soekarno tentang Perempuan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Kehidupan Soekarno.

2. Untuk mengetahui Kondisi Perempuan

3. Untuk mengetahui Pemikiran Soekarno tentang Perempuan.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dimaksudkan untuk meninjau beberapa hal yang

pernah dilakukan oleh beberapa penulis berkenaan dengan objek yang

sedang menjadi bahasan skripsi ini, yakni pemikiran Soekarno tentang

Perempuan.

Karya ilmiah berupa skripsi yang sempat sampai pada penulis

yang sekilas sama dengan yang penulis lakukan dalam study ini adalah

karya R. Ibnu Ambarudin, “pandangan Ir.Soekarno Tentang

Perempuan’’.3 Namun dari karya tersebut sudut pandang yang

3R Ibnu Ambaruddin,”Pandangan Ir.Soekarno tentang Perempuan’’,

Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat, IAIN Sunan

KalijagaYogyakarta,2001.

5

digunakan jauh berbeda dengan apa yang penulis lakukan dalam skripsi

ini. Karya R Ibnu Ambarudin memfokuskan dari sudut pandang akidah

Islam dan Filsafat dengan menitik beratkan perhatian pada pemahaman

perempuan secara umum yang didukung dengan pendekatan filsafat,

dengan mengkomparasikan pemikiran tokoh filsafat barat kuno.

Pemikiran Soekarno dari Karya diatas terpengaruh oleh sudut pandang

dan pendekatan dalam menerjemahkan pemikiran Soekarno. Hal ini

jelas berbeda dari sudut pandan g yang penulis lakukan. Oleh karena itu

hasilnya tentu akan sangat berbeda.

Kemudian buku-buku yang mengkaji pemikiran Soekarno

diantaranya adalah Cindy Adams dalam karyanya “Bung Karno

Penyambung Lidah Rakyat’’4 berbicara mengenai riwayat Soekarno

yang diceritakan sendiri kepada Cindy Adams dalam rangka penjelasan

terhadap dunia luar terutama Amerika, mengenai Soekarno dan oleh

Soekarno sendiri. Buku ini turut memberikan informasi penting

terhadap peneliti dalam mengetahui kondisi historis.

Bernhard Dahm dalam “Soekarno dan Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia’’5, juga menggambarkan bagaimana Soekarno

mencoba membawa arus pemikirannya ke dalam dunia pergerakan.

Suatu sintesa menarik antara nasionalisme, agama dan Marxisme.

Menurut penyusun karya ini sangat signifikan untuk mengetahui

pemikiran Soekarno serta latar belakang historis pemikirannya, namun

dalam karya tersebut tidak hanya mengupas peran Soekarno sebagai

4 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (terj.): Abdul Bar

Salim, (Djakarta: Gunung Agung, 1966). 5Bernhard Dahm, Soekarno dan Perjuangan kemerdekaan (terj). Hasan

Basri, (Jakarta: LP3ES,1987), p. XI

6

zoon politicon. Hal ini diakui sendiri oleh Dahm dalam kata pengantar

buku ini.

E. Kerangka Pemikiran

Soal perempuan adalah soal masyarakat, maka soal perempuan

adalah sama tuanya dengan masyarakat, soal perempuan adalah sama

tuanya dengan soal kemanusiaan. Atau lebih tegas soal laki-laki

perempuan adalah sama tuanya dengan kemanusiaan. Sejak manusia

hidup didalam gua-gua dan rimba-rimba dan belum mengenal rumah,

sejak “zaman adam dan hawa’’, kemanusiaan itu pincang, terganggu

oleh soal ini. Manusia zaman sekarang mengenal “soal perempuan’’,

manusia jaman purbakala mengenal “soal laki-laki’’. Sekarang kaum

perempuan duduk ditingkatan bawah, di jaman purbakala kaum laki-

laki lah yang duduk di tingkatan bawah. Sekarang kaum laki-laki yang

berkuasa, di jaman purbakala kaum perempuanlah yang berkuasa.

Kemanusiaan diatas lapangan soal laki-laki perempuan, selalu pincang.

Dan kemanusiaan akan terus pincang, selama saf yang satu menindas

saf yang lain. Harmoni hanyalah dapat tercapai, kalau tidak ada saf

yang satu diatas saf yang lain, tetapi dua “saf’’ itu sama derajat berjajar

yang satu di sebelah yang lain, yang satu memperkuat kedudukan yang

lain.6 Tetapi masing-masing menurut kodratnya sendiri. Sebab siapa

melanggar kodrat alam ini, ia ahirnya niscaya digilas remuk redam oleh

alam itu sendiri. Alam benar adalah “sabar’’, alam benar tampaknya

6Sukarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik

Indonesa, (Bandung syabas book 2013), p. 9

7

diam tetapi ia tak dapat diperkosa, ia tak mau diperkosa. Ia tak mau

ditundukkan. Ia menurut kata Vivekananda adalah “berkepala batu!’’. 7

Pada zaman peradaban kuno terlihat jelas bahwa perempuan

selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaanya, hak dan

kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja. Situasi ini

berlangsung sampai datangnya islam, yang mengajarkan kepada umat

manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh umat

manusia. Islam juga datang untuk menyelamatkan perempuan dari

penindasan dan penghinaan yang menyebabkan penderitaan. Islam

datang untuk meluruskan pengertian-pengertian yang salah,

melaksanakan hukum dan memulihkan kehormatan kaum perempuan.

Islam juga sudah memberikan hak-hak penuh kaum perempuan, yang

dinyatakan dan di tetapkan melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang jelas dan

terperinci. Islam melarang membunuh bayi perempuan, memberikan

garis-garis pedoman perawatannya untuk melindungi hidup mereka

sepanjang hidupnya dan memberikan mereka cinta dan kasih sayang.

Islam juga telah menetapkan peraturan-peraturan preventif

untuk melindungi kaum perempuan lebih jauh dari setiap penistaan,

penghinaan dan tuduhan-tuduhan yang salah. Islam sudah memberikan

perlindungan dan pengamanan yang diperlukan kaum perempuan, yang

selama berabad-abad sebelumnya tidak pernah mereka rasakan dan

masih mereka alami dalam banyak masyarakat yang disebut beradab

yang mengaku menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.8

7Sukarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik

Indonesa. P. 12 8Fatima Umar Na sif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 65

8

Jika kita memutuskan untuk sementara mengesampingkan

kecaman-kecaman terhadap agama patriarkhal yang merendahkan

perempuan, maka keragaman itu akan sangat jelas. Sebagai contoh

kadang-kadang kita menemukan bahwa otoritas dan kekuatan laki-laki

itu tidaklah selalu akan dapat dijumpai secara bersama-sama.

Adakalanya kelaki-lakian mungkin berarti otoritas dalam keluarga, di

mana perempuanlah yang menjalankan kekukasaan yang sebenarnya

dalam urusan rumah tangga. Kadang-kadang konsep keagamaan yang

sama dipakai berabad-abad oleh laki-laki dan perempuan, dan versi

laki-laki mungkin tampak menekan bagi perempuan, tetapi tidak selalu

versi laki-laki itu menonjol dalam pikiran perempuan.Oleh karena itu

mungkin terdapat perbedaan antara persepsi dengan praktek atau apa

yang tampak sebagai pengasingan perempuan oleh laki-laki dalam

aspek-aspek agama tertentu mungkin sesungguhnya merupakan akibat

dari sesuatu, bukan karena rasa benci kepada perempuan, atau mungkin

sama dengan pengasingan laki-laki oleh perempuan dalam kegitan

keagamaan tertentu.9

Manusia perempuan ini telah banyak mengalami komplikasi-

komplikasi sejarah dalam hidupnya dengan adanya perlakuan buruk

orang-orang lain kepadanya, pandangan mereka terhadapnya, dan

kelaliman mereka terhadap kemanusiaannya serta usaha untuk

mengubahnya menjadi “barang bekas yang tak berharga”. Ia tidak

memiliki peran apa-apa kecuali melayani laki-laki dan sebagai tempat

reproduksi keturunan baginya. Ia tidak berperan efektif sedikitpun

meskipun dalam kehidupan pribadinya yang mana ia tidak mempunyai

9 Syafaatun al Mirzanah dkk, Perempuan Dalam Agama-Agama Dunia,

(Jakarta: 2002), p. 5

9

kekuasaan di dalamnya untuk mengatakan ingin atau tidak ingin,

karena ia adalah manusia minor selama-lamanya yang berada di tingkat

sekunder atau inferior dari manusia.10

Hak-hak perempuan telah termaktub dalam UU RI No 39 Tahun

1999, bagian kesembilan yang terbagi dalam 7 pasal (pasal 45-51). Hal-

hak prempuan tersebut meliputi keterwakilannya dalam bidang politik,

berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran, keberhakannya

memilih dan dipilih disetiap profesi, serta keberhakannya dalam hal

perkawinan. Pasal 1 di dalam konvensi penghapusan diskriminasi

terhadap perempuan yang telah disepkati, bahwa istilah “diskriminasi

terhadap perempuan” berarti setiap pembedaan, pengucilan, atau

pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang mempunyai

pengaruh atau tujuan untuk mengurangi dan menghapuskan pengakuan,

penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-

kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau

atau apapun lainnya bagi kaum perempuan terlepas dari status

perkawinan mereka atas dasar persamaan laki-laki dan perempuan.

Di bidang ekonomi, krisis ekonomi telah memarjinalkan

perempuan dengan berbagai kebijakan pemerintah yang lebih ditujukan

kepada kaum laki-laki dengan anggapan bahwa mereka adalah pencari

nafkah. Sebagai contoh, kebijakan pekerjaan padat karya yang hanya

melibatkan kaum laki-laki saja. Contoh lain, dalam statistik, kita tidak

menjumpai pendapatan selalu yang diciptakan oleh perempuan seperti

menjahit, katering atau pekerjaan dalam sektor informal. Selama ini

10 Sayyid Muhamad Husain Fadhlulloh, Dunia Wanita Dalam Islam,

(Jakarta, Lentera : 1992), p. 31

10

data pendapatan selalu diambil dari para suami sebagai kepala keluarga,

baik yang memiliki kerja formal ataupun informal. Padahal kita tau

banyak perempuan yang berhasil mendapatkan uang dengan cara kerja

informal.

E. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut :

1. Menentukan Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah menggunakan metode kualitatif

dengan menggunakan metode analisis isi, yaitu suatu teknik penelitian

terhadap isi atau makna, pesan-pesan yang disampaikan berdasarkan

data yang tersedia untuk dibuat kesimpulan. Kemudian menggunakan

metode kepustakaan (library reaserch)11, sesuai dengan masalah pokok

yang dibahas, yakni mengenai pandangan pemikiran seorang tokoh

yang timbul pada masa lampau, maka metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian historis faktual mengenai tokoh. Adapun

sifat penelitian ini adalah deskriptif. Yaitu menggambarkan pemikiran

Soekarno tentang Perempuan khususnya dalam buku Sarinah.

2. Menentukan Sumber Data

Dalam menentukan sumber data penulis menggunakan sumber

primer sebagai sumber utama dalam penelitian penulis. Pertama,

Penulis mengambil data dari sumber asli karya Soekarno dalam

11Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia

Kalam Semesta, 2003), p.7

11

bukunya yang berjudul Sarinah. Kedua, penulis menggunakan sumber

sekunder yaitu penulis mengambil dari sumber lain seperti buku-buku

karya Soekarno Menyambung Lidah Rakyat, Dibawah Bendera

Revolusi, dan lain-lain, sertra dari berbagai jurnal dan sumber-sumber

lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

3. Pengolahan Data

Dari data yang terkumpul, kemudian dilakukan penyaringan dan

pemeriksaan kembali secara kembali secara cermat dari segi

kelengkapan, keterbatasan, kesesuaian, atau keserasian agar

keseluruhan data dapat dipahami secara tepat dan jelas. Metode

pengolahan data yang dipakai adalah :

a. Interpretasi, yaitu cara untuk menangkap arti nuansa yang

dimaksudkan tokoh secara benar lewat karya-karya yang

dihasilkan, diantaranya melalui buku Sarinah sebagai buku

Primer, penyusun memahami dan menangkap pemikiran

Soekarno tentang Perempuan.12

b. Deskripsi, yaitu penguraian secara teratur dan kompherensif

konsepsi Soekarno tentang Perempuan yang dipelajari oleh

peneliti.

c. Idealisasi, yaitu memahami pandangan yang diutarakan

Soekarno dalam karya-karyanya yang dipahami secara konsepsi

yang universal dan ideal.

4. Analisis Data

12Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(Yogyakarta: Kanisius, 1994), p. 65

12

Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data secara kualitatif

yaitu mendeskripsikan substansi pemikiran spesifik Soekarno tentang

Perempuan. Sehingga dari metode analisa tersebut didapatkan sebuah

jawaban dari pokok masalah yang di teliti oleh penyusun.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, sistematika

dalam penyusunan skripsi ini menggunakan lima bab, dengan perincian

sebagai berikut yaitu :

Bab Kesatu, pendahuluan beriri Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka

Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, Biografi dan pemikiran Soekarno yang meliputi

tentang Biografi Soekarno, Karakterisitk Pemikiran Soekarno, dan

Karya-karya Soekarno.

Bab Ketiga, Landasan teoritis tentang perempuan meliputi,

Pengertian dan Karakter Perempuan, Sarinah dalam Kehidupan

Soekarno, dan Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan Indonesia.

Bab Keempat, Perempuan menurut Soekarno meliputi,

perempuan Sebagai Sumber Kekuatan, Emansipasi dan

Kemitrasejajaran, dan Matriarkat dan Patriarkat.

Bab Kelima, Penutup terdiri dari : Kesimpulan dan saran-saran

kemudian diakhiri dengan Daftar Pustaka serta Lampiran-lampiran.

13

BAB II

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SOEKARNO

A. Biografi Soekarno

Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno yang sakit-sakitan

sejak kecil hingga usia belasan tahun sesuai dengan kepercayaan Jawa,

ayahnya harus memberinya nama baru untuk mengusir penyakitnya dan

diberilah nama Karno dan kemudian menjadi Soekarno.1 Bayi

Soekarno lahir menjelang matahari merekah karenanya disebut sebagau

putra sang fajar. Kebangkitan mulai menyingsing, yaitu di masa

permulaan era kebangkitan dan pergerakan nasional. Tepatnya pada

kamis Pon tanggal 18 safar 1831 tahun Saka, bertepatan dengan 6 Juni

1901 di Lawang Seketeng, Surabaya dan wafat pada tanggal 21 Juni

1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta. Ia adalah anak kedua dari

ibu Idayu Nyoman Ray. Ayahnya bernama Raden Soekemi

Sosrodihardjo, sedangkan kakaknya bernama Soekarmini, kakeknya

bernama Raden Hardjodikromo, orang yang dipandang mempunyai

ilmu hikmah (ilmu ghaib) dan seorang ahli kebatinan.2

Ayahnya, Raden Sukemi Sostrodiharjo, adalah sosok yang

tergabung dalam dirinya tiga unsur pemikiran yaitu pemikiran barat

yang diperolehnya ketika mendapat pendidikan di Kweekschool

(sekolah guru), agama Islam, dan paham teosofi. Jabatan pertamanya

adalah menjadi guru sekolah pendidikan pegawai negeri bumi putera

1Sukarno, Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia, (Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia, 2010), P. 7 2Roso Daras, Total Bung Karno,(Depok: Penerbit Imania, 2013), p. 119

13

14

Bali. Di samping pekerjaan sambilannya asisten peneliti Profesor Van

Der Tuuk, seorang ahli bahasa yang lama bermukim di Tapanuli.

Idayu Nyoman Ray, ibu Soekarno adalah seorang keturunan

kasta Brahmana dan berasal dari keturunan bangsawan. Walaupun

menyadari adanya perbedaan etnis, tradisi, dan agama, kedua orang tua

Soekarno ini tetap melangsungkan pernikahan dihadapan penghulu

secara Islam. Peristiwa ini sangat menggemparkan penduduk Bali yang

waktu itu masih sangat kuat memgang teguh adat dan tradisi.

Akibatnya, kehidupan kedua mempelai diasingkan dari pergaulan

masyarakat. Peristiwa ini, di samping membawa resiko pengorbanan

batin bagi keduanya, juga mengandung nilai keberanian dan kebesaran

jiwa di mana keduanya telah secara berani mendobrak adat lama. 3

Kakek dan moyang Soekarno dari pihak ibu merupakan

pejuang-pejuang kemerdekaan yang penuh semangat. Moyang

Soekarno gugur dalam perang Puputan suatu daerah di pantai utara Bali

di mana terletak kerajaan Singaraja dan di mana telah berkoar

pertempuran sengit dan bersejarah melawan penjajah. Ketika moyang

Soekarno menyadari, bahwa semuanya telah musnah dan tentaranya

tidak dapat menaklukkan lawan, maka dengan sisa-sisa pasukan yang

masih punya cita-cita, dia mengenakan pakaian serba putih dari kepala

sampai ke kaki, lalu menaiki kudanya.4

3Syamsul Kurniawan, Pendidikan di mata Soekarno, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media Group 2009), p. 41. 4Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (Jakarta: Yayasan

Bung Karno 2014), P. 24

15

Sebagai anak seorang guru, kedudukan sosial-ekonomi

keluarga Soekarno memang sedikit baik dibandingkan dengan

kehidupan rakyat pada umumnya. Namun, ini bukan berarti bahwa

keluarga Soekarno hidup secara kecukupan. Keluarga Soekarno seperti

pada umumnya rakyat yang lain pada waktu itu, sering kali tidak bisa

makan karena tidak memiliki sesuatu yang bisa dimakan atau memiliki

uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Tapi rupanya pola

hidup miskin serba kekurangan itu, menjadi “kawah candradimuka’’

yang menjadi “mesin penempa’’ bagi kehidupan Soekarno berikutnya.

Soekarno bukanlah type manusia yang mudah menyerah pada nasib,

hanya meratapi semua yang terjadi dengan jerit dan tangis, melainkan

justru membentuk kepribadian Soekarno, kepribadian seorang yang

ahrinya sangat peka pada nasib rakyat dan lantas bercita-cita

mengubahnya ke arah kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.5

Dalam kehidupan keluarganya, ternyata bukan hanya kedua

orangtuanya saja yang membentuk jiwa dan kepribadian Soekarno.

Melainkan juga seseorang pembantu rumah tangga yang bernama

Sarinah, yang memiliki andil besar dalam membentuk kepribadian

Soekarno memberikan inspirasi populisnya bagi watak dan

kepribadiannya6 dan orang yang paling besar pengaruhnya dalam hidup

Seokarno kelak dikemudian hari.7

Mengenai latar belakang pendidikannya, bisa dikatakan bahwa

Soekarno penuhnya merupakan hasil pendidikan Barat. Soekarno pada

5 Syamsui Kurniawan, Pendidikan di Mata Soekarno, p. 41 6Syamsul Kurniawan, Pendidikan di Mata Soekarno, p. 42 7Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, p. 30

16

awalnya memasuki sebuah sekolah Belanda di Tulung Agung, tempat

kakek neneknya berdomisili. Karena ayahnya sering berpindah-pindah

tugas, ia pun pindah ke Mojokerto, lalu ke Sidoarjo, kemudian pindah

lagi ke Mojokerto. Di sinilah ia bisa menamatkan pendidikannya ke

Europese Lagere School (ELS) pada tahun 1916. Lalu ia dikirim

ayahnya ke Surabaya untuk melanjutkan sekolahnya di Hogere Burger

School (HBS) dan lulus dari situ pada tanggal 11 Juni 1921. Ia

kemudian melanjutkan studinya di Bandung pada sekolah Technische

Hoogeschool dan lulus pada tanggal 25 Mei 1926 dengan titel Insinyur

teknik sipil.

Bahwa di masa sekolahnya di Surabaya ia bertempat tinggal di

rumah Cokroaminoto, yang disebut Ledge sebagai “mata air dari semua

ideologi’. Di sini ia bertemu dengan tokoh muslim kosmopolitan

bernama H. Agus Salim dan tentu saja Cokroaminoto selaku ketua

Serikat Islam bertemu dengan pendiri dan tokoh-tokoh Partai Komunis

Indonesia Hendrik Sneevliet, Semaun, Alamin, dan Muso bertemu

dengan tokoh Taman siswa Soewardi Soerjaningrat dan bertemu

dengan beberapa tokoh-tokoh pergerakan terkenal dari berbagai aliran

pada waktu itu. Di sini posisi khususnya dikalangan generasi

sesamannya mulai terbentuk. Ia berkenalan secara dekat dengan

sumber-sumber ideologi pada masa itu untuk kemudian berguru

langsung kepada mereka, suatu hal yang tidak diperoleh para pemimpin

muda pergerakan lainnya.

Sebagaimana diakuinya, bahwa pak Cokro panggilan akrab

bung Karno untuk Cokroaminoto adalah orang yang mampu mengubah

17

hidup dan dunianya.8 Menurut Soekarno, pak Cokro adalah seseorang

yang pandai berpidato, kharismatik dan berwawasan luas. Dia selalu

mendengarkan diskusi pak Cokro dan tamu-tamunya, termasuk

kalangan kiri (komunis) seperti Alimin dan Muso yang kelak menjadi

pendiri PKI (Partai Komunis Indonesia). Hal itu digunakan sebagai

sandaran Bung Karno untuk mengarahkan pembangunan Indonesia.

Setelah resmi menjadi menantu Cokroaminoto dengan menikahi

putrinya, Oetari, bung Karno selalu mengikuti kemanapun pak Cokro

pergi, dialah yang selalu menemani pak Cokro ke pertemuan-

pertemuan untuk berpidato. “Aku menjadi buntut Cokroaminoto.

Kemanapun dia pergi aku ikut. Seokarnolah yang selalu menemaninya

ke acara-acara pidatonya, tak pernah anak-anaknya, dia memiliki

wibawa yang besar terhadap rakyat’’.9

Di Surabaya bung Karno mendirikan perkumpulan politik yang

diberi nama Trikoro Darma, yang berarti “Tiga Tujuan Suci’’ dan

melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, dan sosial yang kami

cari.10 Organisasi ini pada dasarnya adalah sebuah organisasi para

pelajar yang sebaya dengannya pada waktu itu. Organisasi ini

berlandaskan kebangsaan yang kegiatannya adalah mengembangkan

kebudayaan, mengumpulkan data sekolah, dan membantu korban

bencana alam. Disamping itu bung Karno juga aktif mengikuti

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Studie club, sebuah

kelompok aktif membahas buah pikiran dan cita-cita.

8Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, (Jakarta:

Gunung Agung 1966), p. 41 9 CindyAdams, Penyambung Lidah Rakyat, p. 57 10 Cindy Adam, Penyambung Lidah Rakyat, p. 50

18

Pada tangal 4 Juni 1927 pak Karno mendirikan Partai Nasional

Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah mendirikan Negara Indonesia

merdeka untuk mengefektifkan jalannya perjuangan kebangsaan

menuju Indonesia merdeka, bung Karno merasa bahwa partai yang

cocok adalah yang dapat menghimpun rasa kebangsaan Indonesia.

Untuk itu, atas dukungan dari kawan-kawannya dari Algemene Studie

Club ia bersikukuh mendirikan PNI.11

PNI adalah partai politik pertama di Indonesia yang semata-

mata mendasarkan diri pada Nasionalisme, yang bertujuan menyatukan

seluruh persatuan bangsa tanpa membedakan golongan, suku, dan

agama. Karena itu kelahirannya mempunyai arti penting untuk

persatuan-persatuan bangsa. Lewat PNI inilah gerakan kemerdekaa

mencapai kemajuan yang menentukan dalam seluruh proses evolusi

pergerakan kemerdekaan yang telah ada. Perjuangan PNI di bidang

politik mempunyai pengaruh yang besar dikalangan pemuda, wanita

dan buruh. Di samping itu dari pihak PNI sejak berdirinya sangat

mempengaruhi Perhimpunan Pelajar Indonesia karena dimana-mana

gerakan PNI mendapat sambutan yang luar biasa khususnya dikalangan

pemuda.12

B. Karakteristik Pemikiran Soekarno

Pemikiran Soekarno terdiri dari dua latarbelakang, yaitu budaya

Jawa dan Islam tradisional. Sebagai orang jawa ia tidak bisa

11 Badri Yatim, Soekarno Islam dan Nasionalisme, (Bandung: Penerbit

Nusa:2001), p. 12 12 Soenario, Benteng Segitiga, (Jakarta: Yayasan Marinda, 1988), cet.ke-1,

p. 20

19

melepaskan diri dari peta budaya Jawa. Budaya Jawa ialah kebudayaan

yang dihiasi oleh dunia perwayangan, seperti umumnya orang Jawa

yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan mistik, maka Soekarno

juga menaruh perhatian pada segi mistik ini, pola mistik yang

mempengaruhinya bertemu pula dengan pikiran sinkretis, yaitu

berusaha mencari perpaduan antara berbagai kepercayaan, sekalipun

terdapat pertentangan antara masing-masing kepercayaan itu. Soekarno

memanfaatkan pola berpikir mistik dan sinkretis ini, dalam arti bukan

dalam bentuk ritual melainkan untuk menjadi dasar kerangka

pemikirannya yaitu berpikir secara dialektis terhadap berbagai ragam

pemikiran, dan kemudian lahirlah sintesa pemikiran baru. Soekarno

memiliki ambisi yang kuat untuk menyejajarkan dirinya dengan

pemikir-pemikir Barat, Dunia Islam maupun nasional Timur. Oleh

karena itu ia berusaha menemukan jalan pikirannya sendiri tanpa mau

terikat dengan satu pola pemikiran saja, bahkan ia berusaha untuk

berada di atas semua pemikiran yang ada. 13.

Soekarno selain di kenal sebagai sang proklamator, Presiden RI

dan berbagai gelar yang di sandangnya kemudian, juga merupakan

seorang pemikir dan intelektual Islam. Pikiran-pikirannya tentang

pembaruan Islam sangat berharga bagi khazanah pemikiran Islam di

Indonesia. Kingintahuannya akan Islam membuat ia bertukar surat

kepada Tuan Hasan salah satu guru persatuan Islam di Bandung. Salah

satu contoh surat yang di kirim dari Soekarno kepada Tuan A. Hasan,

13 M. Ridwan Lubis, Soekarno dan Modernisme Islam, (Depok: Komunitas

Bambu 2010). Cet ke-1, p. 82

20

Endeh, 1 Desember 1934

Assalamualaikum,

Jikalau saudara-saudara memperkenankan, saya minta Saudara

mengasih hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut berikut ini:

Pengajaran Shalat, Utusan Wahabi, Al-Muctar, Debat Talqien, Al-

Burhan Complete, Al-Jawahir.

Kemudian, jika suadara-saudara bersedia, saya minta sebuah

risalah yang membicarakan soal “sajid”. Ini buat saya di bandingkan

dengan alasan-alasan saya sendiri tentang hal ini. Walaupun Islam

zaman sekarang menghadapi soal yang beribu-ribu kali lebih besar dan

lebih sulit dari pada soal “sajid” itu tapi toch menurut keyakinan saya,

salah satu kejelasan Islam zaman sekarang ini, ialah pengamatan

manusia yang menghampiri kemusyrikan itu. Alasan-alasan kaum

“sajid”, misalnya mereka punya brosur “bukti kebenaran’’, saya sudah

baca, tetapi tidak bisa meyakinkan saya. Tersesatlah orang yang

mengira, bahwa Islam mengenal suatu “Aristokrasi Islam”. Tiada satu

agama yang menghendaki kesamarataan lebih dari pada Islam”.

Pengeramatan manusia itu adalah salah satu sebab yang mematahkan

jiwa suatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu

melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebathilan!

Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku yang saya

tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan terima kasih.

Wassalam,

21

SUKARNO14

Dalam isi surat yang di tulis oleh Soekarno untuk pertama

kalinya kepada Tuan A. Hasan di Bandung Soekarno menginginkan

agar Tuan A. Hasan dapat mengirimkan beberapa buku Islam untuk

Soekarno seperti buku Pengajaran Shalat, Utusan Wahabi, Al-Muctar,

Debat Talqien, Al-Burhan Complete dan Al-Jawahir. Dan meminta

sebuah risalah yang membicarakan soal Sajid sebagai perbandingan

dengan pemikiran-pemikiran Soekarno sendiri. Kemudian setelah surat

yang pertama di terima oleh Tuan A. Hasan, Tuan A. Hasan membalas

surat dari Soekarno dan mengirimkan buku-buku yang diminta

Soekarno. Setelah lama Soekarno tidak mengirimkan surat kepada

Tuan A. Hasan Kemudian Soekarno kembali

mengirimkan surat kepada Tuan A. Hasan isi suratnya :

Endeh, 17 Juli 1935.

Assalamualaikum,

Telah lama saya tidak kirim surat kepada Sadara. Sudahkah

saudara terima saya punya surat yang akhir, kurang lebih dua bulan

yang lalu ?

Kabar Endeh: sehat wal’afiat, Alhamdulilah. Saya masih terus

study Islam, tetapi saya kekurangan perpustakaan, semua buku-buku

yang ada pada saya sudah habis “termakan”. Maklum, pekerjaan saya

sehari-hari, sudah cabut-cabut rumput di kebun dan di samping

“mengobrol” dengan anak bini buat menggembirakan mereka, sisa

14 Soekarno, Islam Sontoloyo, (Bandung, Sega Arsy :2009), cet.1, p. 1

22

waktu saya pakai untuk membaca saja. Berganti-ganti membaca buku-

buku ilmu pengetahuan sosial dengan buku-buku yang mengenai Islam.

Yang belakangan ini, dari tangannya kaum Ilmu Pengetahuan yang

bukan Islam.

Di Endeh sendiri tak seorangpun yang bisa saya tanyai, karena

semuanya memang kurang pengetahuan (seperti biasa) dan kolot bin

kolot. Semuanya hanya bertaqid saja zonder tahu sendiri apa-apa yang

pokok ada satu dua pengetahuan sedikit, di Endeh ada seorang “sajid”

yang sedikit terpelajar, tetapi tak dapat memuaskan saya, karena

pengetahuannya tak keluar sedikitpun dari “kitab fiqih” mati hidup

dengan kita fiqih itu, dus kolot, dependent, unfree, taqlid Qur’an Api

Islam seakan-akan mati, karena kitab fiqih itulah yang seakan-akan

menjadi algojo “Ruh” dan “semangat” Islam. Bisakah sebagai misal,

satu masyarakat menjadi “hidup”, menjadi bernyawa, kalau

masayarakat itu hanya dialaskan saja kepada “Wetboek van strafrecht”

dan “Burgerjlijk Wetboek”, kepada artikel ini dan artikel itu?

Masyarakat yang demikian itu akan segeralah menjadi masyarakat

“mati” , masyarakat “bangkai”, masyrakat yang bukan masyarakat.

Sebab tandanya masyarakat ialah justru ia punya hidup, ia punya

nyawa. Begitu pula maka dunia Islam sekarang ini setengah mati , tiada

ruh, tiada nyawa, tiada api, karena umat Islam sama sekali tenggelam di

dalam “kitab-fiqih” iut, tidak terbang seperti burung garuda atas

agama-agamanya yang hidup.

Nah begitulah keadaan saya di Endeh; mau menambah

pengetahuan tetapi kurang petunjuk. Pulang balik kepada buku-buku

yang ada saja. Padahal buku-buku yang tertulis oleh autoriteit-autoriteit

23

keIslaman pun masih ada yang mengandung beberapa hal yang belum

memuaskan hati saya kadang-kadang malahan bertolak oleh hati dan

ingatan saya. Kalai di negeri ramai, tentu gampang melebarkan saya

punya sayap.

Alhamdulilah, antara kawan-kawan saya di Endeh sudah

banyak yang mulai luntur kekolotan dan kejumudannya. Kini mereka

sudah mulai sehaulan dengan kita dan tidak mau mengambing saja lagi

kepada kekolotannya, ketahayulannya kejumudannya,

kehadramautannya, kemesumannya, kemusyrikannya (“karena percaya

kepada azimat-azimat, tangkal-tangkal dan keramat-keramat”) kaum

kuno, dan mulailah terbuka hatinya buat agama yang hidup.

Mereka ingin baca buku-buku persatuan Islam, tetapi karea

malaise, mereka meminta kepada saya mendatangkan buku-buku itu

dengan sparuh harga. Saya sekarang minta keridhaan Tuan mengirim

buku-buku yang saya sebutkan di bawah ini dengan separuh harga ....

haraplah Tuan ingatkan, bahwa yang mau baca buku-buku ini ialah

orang-orang korban malaisme, dan bahwa mereka itu pengikut-

pengikut baru dari haluan muda. Alangkah baiknya kalau mereka itu

bisa sembuh sama sekali dari kekolotan dan kekonservatifan mereka

itu. Endeh barangkali bukan masyarakat mesum sebagai sekarang.

Bagi saya sendiri, saya minta kepada saudara hadiah satu dua

buku apa saja yang bisa menambah pengetahuan saya t erserah kepada

saudara buku apa.

Terima kasih lebih dahulu, dari saya dan kawan-kawan Endeh.

24

Sampaikanlah salam saya kepada saudara-saudara yang lain.

Wassalam,

SOEKARNO15

Dalam isi surat dalam isi surat selanjutnya Soekarno

menanyakan perihal surat yang sebelumnya di kirimkan apakah sudah

sampai kepada tangan Tuan A. Hasan. Dalam isi surat ini Soekarno

menggambarkan keadaan di Endeh di mana saat itu kabar Endeh baik-

baik saja, kabar Soekarno dan keluarga pun baik-baik saja, hanya saja

Soekarno kekurangan buku-buku untuk di baca buku-buku tentang

Islam dan Sosial telah habis termakan karena tidak ada buku lain lagi

untuk dibaca Soekarno membaca buku-buku yang ada secara berulang-

ulang. Keadaan Soekarno di Endeh yang hanya sibuk dengan pekerjaan

keseharian yaitu mengurus kebun dan membaca buku yang berulang-

ulang membuatnya merasa bosan karena pemuda di Endeh tidak ada

yang bisa diajak untuk berdiskusi, tidak ada yang bisa di tanyakan

perihal keagamaan maupun sosial karena para pemuda di Endeh

pengetahuan tentang keagamaan nya hanya cukup mengikuti kitab fiqih

tanpa ingin tahu penjelasan lebih luas lagi tentang yang terkandung

dalam kitab fiqih tersebut. Dengan melihat keadaan pemuda di Endeh

seperti itu membuat Soekarno merasa sendiri tidak ada teman untuk

bertanya dan berdiskusi, Soekarno ingin menambah pengetahuan tetapi

kurang fasilitas seperti buku-buku yang kurang.

Alhamdulilah, setelah sekian lama pemuda Endeh yang hanya

mengikuti saja kitab fiqih kini ada sebagian pemuda yang ingin ikut

15 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet.1, p. 5

25

membaca, ikut membeli buku-buku dari Soekarno mereka ingin

membaca buku-buku Persatuan Islam dan ingin mengetahui lebih

dalam. Kmudian Soekarno pun memesan lebih banyak buku kepada

Tuan A. Hasan dan meminta agar Tuan A.Hasan dapat memberikan

hadiah dua macam buku untuk Soekarno yang dapat menambah

pengetahuan.

Kemudian di surat-surat selanjutnya yang di kirim pada tanggal

14 Desember 1936 Soekarno membahas tentang persoalan “debat

taqlid” karena menurutnya taqlid adalah salah satu sebab yang besar

dari kemunduran Islam sekarang ini. Semenjak ada peraturan taqlid

disitu lah awal kemunduran Islam, dan masih ada alasan-alasan lain

selain taqlid yaitu alasan-alasan “tarikh” alasan sejarah. Banyak ulama-

ulama dan kiyai-kiyai yang kurang paham akan sejarah, yang mereka

pahami hanya menganut kepada bagian fiqih saja, mereka tidak ingin

tahu bagaimana sejarah tentang kemunduran dan kemajuan Islam,

mereka tidak pernah memikirkan bagaimana cara agar Islam dapat

maju dan berkembang. Karena yang mereka baca hanya buku-buku

tarikh Islam dalam bentuk kitab fiqih saja, dari bangun sampai tidur

menganut kepada kitab fiqih dan perukunan saja.16

Kemudian dalam surat selanjutnya yang di kirim pada tanggal

18 Agustus 1936 Soekarno meneruskan pembahasan sebelumnya,

seperti yang sudah di ketahui bahwa kita memiliki agama yaitu Islam,

memiliki sebuah ideologi yaitu Islam akan tetapi mereka hanya

mempelajari Islam dan tata cara yang diajarkan oleh Rasul dan para

khalifahnya semasa dulu, mereka lupa bahwa manusia itu tidak diam,

16 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet.1, p. 11

26

manusia bergerak dan terus berubah seiring perkembangan zaman

padahal Nabi SAW sendiri telah berpesan bahwa urusan dunia di

serahkan kepada kita sendiri di dunia membenarkan segala urusa dunia

yang tidak haram dan tidak makruh. Akan tetapi kata kafir sangat

gampang sekali di ucapkan sangat gampang sekali di dengar

pengetahuan barat dianggap kafir, radio dianggap kafir, kedokteran

dianggap kafir, memakai dasi dan topi dianggap kafir, memakai sendok

dan garpu dianggap kafir, tulisan latin kafir, bergaul dengan bangsa lain

yang bukan Islam pun kafir. Dan yang di namakan Islam yaitu jika

orang-orang yang memakai dupa dan korma dan jubah, siapa yang

wajahnya seram, tangan bau kemenyan, siapa yang memakai jubah

panjang, dan memegang tasbih yang selalu berputar maka dialah yang

dinamkan Islam, orang Islam. Inikah Islam inikah agama Allah yang

mengkafirkan pengetahuan dan kecerdasan, mengkafirkan radio dan

listrik, mengkafirkan kemodernan. Yang ada hanya keterbelakangan

saja, kemana-mana tinggal naik unta makan korma seperti zaman Nabi

dan Khilafah yang tidak ingin adanya aturan-aturan baru di Turki, di

Mesir, di negara-negara lain dan negara Islam di Barat.

Menurut Soekarno Islam adalah progres, agama yang

berkemajuan. Kemajuan karena fardu, karena sunnah, dan kemajuan

dengan aturan-aturan yang baru yang lebih luas, mendapatkan sistem-

sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi

tingkatannya di banding dulu. Tidakkah zaman sendiri yang membuat

sistem-sistem baru dengan keperluan zaman itu sendiri. Tarikh Islam

jangan ditingalkan tetap kita membaca kitab-kitab tarikh dan fiqih

sebagai pedoman, perukunan akan tetapi kita harus bisa

27

meneyimbangkan antara ilmu-ilmu dari kitab fiqih dan tarikh dengan

kemajuan zaman, kita tidak boleh terus menerus berpedoman

kehidupan pada zaman Nabi dan khilafah saja, akan tetaoi harus

progres dan modern seiring kemajuan zaman yang tidak ada haram dan

makruh bagi Islam.17

Di dalam surat kabar Pemandangan 8 April Soekarno membaca

kabar yang ganjil yaitu ada sorang guru agama di jebloskan ke dalam

penjara karena ia telah memperkosa seorang muridnya yang di bawah

umur. Tetapi bukan masalah perbuatan tersebut seroang guru di

jebolskan ke dalam penjara, bukan masalah sifat kebinatangannya itu

akan tetapi menghalalkan segala cara agar bisa berbuat seperti itu,

diketahui guru itu mempengaruhi murid-muridnya bahwa ia pernah

bicara kepada Nabi Besar Muhamah SAW dengan ajarannya untuk

mendekati Allah setiap malam jum’at berdzikir dari magrib sampai

subuh dengan seruan “saya muridnya Kiyai Anu” dengan seruan ini

katanya supaya terkenal dan Allah mengampuni dosanya.

Tiap-tiap murid perempuan, meskipun masih anak-anak musti

di tutup wajahnya, jika waktu pertemuan malam jum’at golongan

perempuan dipisahkan dalam rumah sedangkan murid laki-laki di

tempat spesial dalam langgar. Kiyai itu menerangkan dalam ajarannya

“perempuan itu boleh di sedekah”. Artinya murid-murid perempuan itu

meskipun masih anak-anak musti ditutup wajahnya karena haram

dilihat oleh laki-laki yang bukan suaminya, katanya. Dengan sebab

demikian maka murid-murid perempuan kemudian harus di mahram

17 Soekarno, Islam Sontoloyo, cet, p. 20

28

dulu dinikahi olehnya, yang jadi kiyai ia juga, yang jadi pengantin ia

juga.18

Caranya kalau seorang murid lelaki yang mempunyai istri yang

jadi muridnya juga kemudia dihadapan istrinya, suaminya menjatuhkan

talaknya tiga maka seketika juga perempuan itu dinikahkan dengan

lelaki lain sehingga tiga lelaki dalam seketika itu juga berturut-turut

tiga kali dinikahkan dan diceraikan lagi, dan ke empat kalinya

dinikahkan olehnya sendiri dengan pilihannya sendiri. Kecuali kalau

janda atau gadis tidak dinikahkan dengan orang lain tetapi langsung

dinikahkan dengan si Dajal sendiri. Dengan cara demikian tiap-tiap istri

yang jadi muridnya berarti istri daripada Dajal tersebut dalam

pemandangan golongan mereka. Demikianlah pada suatu hari gadis ini

dipikat oleh guru itu masuk ke dalam satu rumah dan di situlah ia

meruka kehormatannya halal dan sah karena sudah istrinya. Sungguh

kalau reportase di surat Pemandangan itu benar maka benarlah di sini

kita melihat Islam Sontoloyo. Sesuatu perbuatan dosa dihalalkan

menurut hukum fiqih. Benar, ini sah, ini halal, tapi halalnya Islam

sontoloyo! Halalnya orang yang mau main kikebu dengan Tuhan, atau

orang yang mau main “kucing-kucingan” dengan Tuhan. Dan kalau

mau memakai perkataan yang lebih jitu, halalnya orang yang mau

mengabui mata Tuhan!19

18 Ir.Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, (Jakarta Pusat: Yayasan Bung

Karno, 2005), cet.1, p. 495 19 Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, cet.1, p. 496

29

C.Karya-Karya Soekarno

Bukan menjadi rahasia umum dan setiap orang mengetahui

bahwa Soekarno adalah termasuk penggemar buku. Soekarno sudah

gemar menulis sejak duduk di bangku HBS di Surabaya.20 Sehingga

kawan-kawan terdekatnya seringkali memberikan julukan “hantu

buku’’. Oleh karena itu, setiap buku yang dijumpainya selalu dibacanya

dan dipahaminya serta sangat berkesan dihatinya. Lebih-lebih buku

kaya besar sepeti karl Marxs, Jeun Jaures, Sun Yat Sen dan masih

banyak lagi ternyata benar-benar sangat berpengaruh dan megesankan

kedalam jiwa dan alam pemikiran Soekarno. Segala macam buku, baik

buku-buku mengenai politi, sejarah, ekonomi, maupun buku-buku

tentang pengetahuan agama dan sosial lainnya, tidak luput dari intaian

dan perhatiannya.

Kegemaran Soekarno membaca buku ini sudah tertanam ketika

Soekarno masih muda hingga mejadi mahasiswa dan menjadi

pemimpin rakyat buku-buku bacannya sangat banyak. Memang dunia

buku tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan Soekarno. Buku-buku

itulah yang telah memberi hiburan dan telah ikut mendidik serta

membentuk pribadi manusia besar Soekarno yang memiliki

pengetahuan dan cakrawala wawasan yang luas. Tanpa buku Soekarno

tidak akan menjadi apa-apa, akan tetapi sebaliknya berkat jasa-jasa

buku yang dibaca dan dipahaminya, menyebabkan Soekarno menjadi

manusia besar yang mampu memimpin bangsanya.21 Kegemaran

20Ir.Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, cet.ke-1, p. xiv 21 Tashadi, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Ir. Soekarno dan K.H.

Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya, 1999), cet.ke-1, p. 15

30

membaca buku itulah banyak sekali karya-karya Soekarno yang ia

bukukan.

Karya politik Soekarno yang fenomenal berjudul “Indonesia

Menggugat’’, adalah salah satu masterpiece pemikiran Soekarno. Butir-

butir pemikiran yang ia tuang dalam teks pembelaan itu, benar-benar

merupakan hasil kontemplasi seorang pemikir muda, dalam ruang

tahanan Belanda selama delapan tahun. Persidangan yang bersejarah itu

sendiri berlangsung 18 Agustus 1930. Sebagai pembelaan politik

seorang tahanan politik sebuah negara jajahan, “Indonesia Menggugat’’

laksana mercusuar yang memberi isyarat jelas bagi peradaban dunia

Soekarno menerangkan akan kekejaman Imperialisme dan Kapitalisme

yang menjadi hantu di negeri Indonesia, dengan tegas dan lantang

Soekarno mengatakan bahwa Imperialisme adalah suatu sistem

pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang memisahkan

kaum buruh dari alat-alat produksi. Lanjutnya, arti kata Imperialisme

adalah suatu nafsu, suatu sistem menguasai atau mempengaruhi

ekonomi Bangsa lain atau negeri, suatu sistem merajai atau

mengendalikan ekonomi atau negeri bangsa lain.

“Di Bawah Bendera Revolusi” adalah buku yang menghimpun

tulisan-tulisan Bung Karno di masa penjajahan Belanda, Pertama kali

di terbitkan pada tahun 1959 oleh sebuah Panitia Penerbitan di bawah

pimpinan H. Mualliff Nasution. Pada tahun 1963 buku monumental itu

mengalami cetak ulang. Pada tahun 1965 buku itu untuk keempat

kalinya dicetak ulang ini menunjukan bahwa keinginan rakyat

31

Indonesia untuk memiliki buku Di Bawah Bendera Revolusi sangat

besar.22

Kemudian “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, tulisan

ini dimuat pertama kali dalam majalah “Oetoesan Hindia’’ pada tahun

1926. Konsepsi Soekarno mengenai persatuan ini merupakan pertanda

bahwa masa sosialisasi politiknya telah berahir. Ketiga paham itu

merupakan hasil yang diperolehnya dari masa pergerakan nasional

menentang pemerintah Hindia Belanda sebelumnya. Kemudian

dituangkan Soekarno kedalam bentuk tulisan yang berisi anjuran untuk

menghilangkan pertentangan yang pernah terjadi sebelumnya bagi

kaum elit pergerakan.23

Soekarno berusaha untuk memberi pengertian yang sebenarnya

dapat dicapai oleh kaum pergerakan. Pokok penulisan ini adalah

nasionalisme, Islam dan Marxisme dipergunakan sebagai sesuatu yang

mampu memperjelas pemikirannya, dan kedua paham itu mempunyai

pengaruh yang kuat dalam pergerakan nasional Indonesia.24

Kemudian, “Islam Sontoloyo”, dan beberapa tulisan lain yang

ada dalam buku ini, merupakan pikiran-pikirannya yang dianggap

paling “ekstrem” dalam menggugat cara berpikir umat Islam Indonesia.

Tulisan-tulisan itu tidak saja menggemparkan dunia Islam ketika itu,

tetapi bahkan telah menimbulkan polemik dengan tokoh-tokoh Islam,

terutama dengan Mohamad Natsir yang berlangsung sepanjang tahun

1930-1935. Polemik dengan Mohamad Natsir tersebut diakui memiliki

22Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, p. iv 23Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, p. 2 24Soekarno, Di bawah Bendera Revolusi, p. xvi

32

bobot yang luar biasa dan nyaris belum ada tandingan bobotnya dalam

sejarah polemik di Indonesia.25

Dari paparan di atas terdapat karya-karya Soekarno diantaranya

yaitu, Di Bawah Bendera Revolusi, yang menghimpun tulisan-tulisan

Soekarno dimasa Belanda. Kemudian Nasionalisme, Islamisme dan

Marxisme yang dimuat pertama kali dalam majalah “Oetoesan Hindia’’

mengenai persatuan yang merupakan tanda berakhirnya masa

sosialisasi politik Soekarno. Kemudian Sukarno Paradoks Revolusi

Indonesia edisi khusus empat tokoh yang diterbitkan dalam versi buku

dengan metodologi sejarah yang singkat.26 Kemudian Sarinah, yang

menjadi bahan pedoman perjuangan wanita nasionalis Indonesia dalam

mewujudkan harkat dan martabatnya sebagai bangsa yang merdeka,

serta menciptakan “Dunia Baru’’ yang damai.27 “Islam Sontoloyo”, dan

beberapa tulisan lain yang ada dalam buku ini, merupakan pikiran-

pikirannya yang dianggap paling “ekstrem” dalam menggugat cara

berpikir umat Islam Indonesia. Dan selanjutnya Wanita Bergerak, buku

ini adalah salah satu materi yang disampaikan Bung Karno dalam

“Kursus Wanita’’ di Yogyakarta pada tahun 1947 yang diikuti oleh

para mahasiswi dan kalangan wanita lainnya. 28

25 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh. 26Sukarno, Paradoks Revolusia Indonesia, p. ix 27 Soekarno, Sarinah Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik

Indonesia, P. iii 28 Ir Soeakrno, Wanita Bergerak, P. vi

33

BAB III

LANDASAN TEORITIS TENTANG PEREMPUAN

A. Pengertian dan Karakter Perempuan

Perempuan merupakan mahluk lemah lembut dan penuh kasih

sayang karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan

yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara.

Demikianlah gambaran perempuan yang sering terdengar disekitar kita.

Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan pula perbedaan

pada tingkah lakunya, dan timbul juga perbedaan dalam hal

kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional yang

bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan.

Adapun pengertian perempuan sendiri secara etimologis berasal

dari kata empu yang berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau

berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun dalam buku Zaitunah

Subhan.1 Perempuan berasal dari kata empu yang berarti dihargai,

dijelaskan bahwa pergeseran istilah dari wanita ke perempuan. Kata

wanita berasal dari bahasa Sansakerta, dengan dasar kata Wan yang

berarti nafsu, sehingga kata wanita berarti dinafsui atau merupakan

objek seks. Jadi secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita ke

perempua adalah mengubah objek menjadi subjek. Tetapi dalam bahasa

Inggris wan ditulis dengan kata want, atau dalam bahasa Belanda, Wun

dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like,

wish, desire, aim. Kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya

1Zaitunah Subhan, Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos, (Yogyakarta :

Pustaka Pesantren, 2004), p. 1

33

34

wanted. Jadi, wanita adalah who is being wanted yaitu seseorang yang

di butuhkan, seseorang yang di ingini.2 Sementara itu feminisme

perempuan mengatakan, bahwa perempuan merupakan istilah untuk

konstruksi sosial yang identitasnya ditetapkan dan dikonstruksi melalui

penggambaran.3 Dari sini dapat dipahami bahwa kata perempuan pada

dasarnya merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau jenis dan

membedakan dengan jenis lainnya.

Para ilmuan seperti Plato, mengatakan kekuatan fisik maupun

spiritual, mental perempuan lebih lemah dari laki-laki, tetapi perbedaan

tersebut tidak menyebabkan adanya perbedaan dalam bakatnya.4

Sedangkan gambaran tentang perempuan menurut pandangan yang

didasarkan pada kajian medis, psikologis, dan sosial, terbagi atas dua

faktor, yaitu faktor fisik dan psikis.

Secara biologis dari segi fisik, perempuan dibedakan atas

perempuan lebih kecil dari laki-laki, suaranya lebih halus,

perekembangan tubuh perempuan terjadi lebih dini, kekuatan

perempuan tidak sekuat laki-laki dan sebagainya. Perempuan

mempunyai sikap pembawaan yang kalem, perasaan perempuan lebih

cepat menangis dan bahkan pingsan apabila menghadapi persoalan

berat. Sementara Kartini Kartono mengatakan, bahwa perbedaan

fisiologis yang alami sejak lahir pada umumnya kemudian diperkuat

2Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990), p. 448 3 Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka,

2002), p. 501 4 Murtadha Muthahari, Hak-Hak Wanita Dalam Islam, (Jakarta:

Lentera,1995), p. 107

35

oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem

sosial-ekonomi dan pengaruh-pengaruh pendidikan.5

Seorang tokoh feminis Mansour Fakih mengatakan bahwa

manusia baik laki-laki dan perempuan diciptakan mempunyai ciri

biologis (kodrati) tertentu. Manusia jenis laki-laki adalah manusia yang

memiliki penis, memiliki jakun dan memproduksi sperma. Sedangkan

perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk

melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat

menyusui (payudara). Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada

tubuh manusia jenis laki-laki dan perempuan selamanya dan tidak bisa

ditukar.6 Dalam konsep gendernya dikatakan, bahwa perbedaan suatu

sifat yang melekat baik pada kaum laki-laki maupun melekat pada

kaum perempuan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural.

Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, kasih sayang,

anggun, cantik, sopan, emosional atau keibuan, dan perlu perlindungan.

Sementara laki-laki dianggap kuat, keras, rasional, jantan, perkasa,

galak, dan melindungi. Padahal sifat-sifat tersebut merupakan sifat

yang dapat di pertukarkan. Berangkat dari asumsi inilah kemudian

muncul berbagai ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.

Konstruksi sosial yang membentuk pembedaan antara laki-laki

dan perempuan itu pada kenyatannya mengakibatkan ketidakadilan

terhadap perempuan. Pembedaan peran, status, wilayah dan sifat

mengakibatkan perempuan tidak otonom. Perempuan tidak memiliki

kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan baik untuk

5 Kartini Kartono, Psikologi Wanita, (Bandung: Mandar Maju, 1989), p. 4 6 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,. p. 8

36

pribadinya maupun lingkungan karena adanya pembedaan-pembedaan

tersebut. Berbagai bentuk ketidakadilan terhadap perempuan tersebut

adalah subordinasi, marginilisasi, stereotipe, beban ganda dan

kekerasan terhadap perempuan.7

Secara eksistensial, setiap manusia mempunyai harkat dan

martabat yang sama, sehingga secara asasi berhak untuk dihormati dan

diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Secara mendasar,

Hak Asasi Manusia meliputi, hak hidup, hak untuk merdeka, hak

memiliki sesuatu, serta hak untuk mengenyam pendidikan. Ketiga hak

tersebut merupaka kodrat manusia. Siapapun tidak boleh mangganggu

dan harus dilindungi.

Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas

masalah kaum perempuan membedakan antara konsep seks (jenis

kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap

kedua konsep tersebut sangat diperlukan karena beberapa alasan

diantaranya, pemahaman dan pembedaan antara konsep seks dan

gender sangatlah diperluakan dalam melakukan analisis untuk

memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa

kaum perempuan. Hal ini, disebabkan adanya kaitan yang erat antara

perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender

(gender intequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara

lebih luas. Dengan demikian, pemahaman dan pembedaan yang jelas

7Dewi Ambarsari, Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan, (Surakarta:

Pattiro, 2002), cet 1, p. 3

37

antara konsep seks dan gender sangat diperlukan dalam membahas

masalah ketidakadilan sosial.8

Feminisme berasal dari bahasa latin “femina’’, yang artinya

memiliki sifat keperempuanan. Selain itu feminisme dapat diartikan

gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita

dan pria.9 Aliran feminisme adalah aliran yang ingin memperjuangkan

hak-hak dari kaum wanita agar mendapat hak yang sama tanpa adanya

diskriminasi. Feminisme tentang perlawanan terhadap terhadap

pembagian kerja di suatu dunia yang menetakan kaum laki-laki sebagai

yang berkuasa dalam ranah publik seperti dalam pekerjaan, olahraga,

perang, pemerintahan sementara kaum perempuan hanya menjadi

pekerja tanpa upah di rumah, dan memikul seluruh beban kehidupan

keluarga.10 Feminisme ini menyangkut bagaimana memposisikan

subjek perempuan di dalam masyarakat.

Feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak

dimiliki oleh kaum perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat

mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa yang baik

bagi dirinya dalam banyak hal. Kedudukan perempuan dalam

masyarakat lebih rendah dari laki-laki, bahkan mereka dianggap

sebagai “the second sex’’, warga kelas dua. Hal ini, menunjukan

adanya semacam diksriminasi gender yang membandingkan antara

laki-laki dan perempuan.

8 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, p. 4 9W.J.S. Poerardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai

Pustaka 1976), p. 281 10 Watkins, Susan Alice, Marisa Rueda dan Marta Rodriguez, Feminisme

Untuk Pemula,(Yogyakarta: Resist Book 2007), cet-1, p. 3

38

Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender ini,

yang menjadi masalah adalah, terjadi kerancuan dan pemutarbalikan

makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa ini terjadi

peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat, di

mana apa yang sesungguhnya gender karena pada dasarnya konstruksi

sosial justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis

atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang sering dianggap atau

dinamakan sebagai “kodrat wanita’’ adalah konstruksi sosial dan

kultural atau gender. Misalnya saja sering diungkapkan bahwa

mendidik anak, mengelola dan merawat rumah tangga atau urusan

domestik sering dianggap sebagai “kodrat wanita’’. Padahal

kenyataanya bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam

mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan

rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam suatu masyarakat

tertentu. Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik anak dan merawat

kebersihan rumah tangga bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh

karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan tidak bersifat

universal, apa yang sering disebut sebagai “kodrat wanita’’ atau “takdir

Tuhan atas wanita’’ dalam kasus mendidik anak dan mengatur

kebersihan rumah tangga, sesungguhnya, adalah gender.11

B. Perempuan Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, seluruh umat manusia adalah mahluk

Tuhan yang satu, memiliki derajatnya yang sama, apapun latar

belakang kulturnya, dan karena itu memiliki penghargaan yang sama

dari Tuhan yang harus dihormati dan dimuliakan. Maka, diksriminasi

11 Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, p. 11

39

yang berlandaskan pada perbedaan jenis kelamin, warna kulit, kelas,

ras, teritorial, suku, agama dan sebagainya tidak memiliki dasar pijakan

sama sekali dalam ajaran Tauhid. Hanya tingkat ketaqwaan kepada

Allah yang menjadi ukuran perbedaan kelak dihari pembalasan.12

Kondisi perempuan dalam peradaban kuno terlihat jelas bahwa

selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaannya. Hak-hak dan

kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja dan situasi ini terus

berlangsung sampai datangnya Islam, yang mengajarkan kepada umat

manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh uman

manusia. Islam juga datang untuk menyelamatkan perempuan dari

penindasan dan penghinaan yang menyebabkan penderitaan. Islam

datang untuk meluruskan pengertian-pengertian yang salah,

melaksanakan hukum dan memulihkan kehormatan kaum perempuan.

13

Islam juga sudah memberikan hak-hak penuh kaum perempuan,

yang dinyatakan dan ditetapkan melalui ayat-ayat Al-qur’an yang jelas

dan terperinci. Keterangan ayat-ayat ini tidak dapat dirubah dan

disangkal. Islam melarang pembunuhan bayi perempuan, memberikan

garis-garis pedoman perawatannya untuk melindungi hidup mereka

sepanjang hidupnya dan memberikan mereka cinta dan kasih sayang.

Islam juga telah menetapkan peraturan-peraturan preventif untuk

melindungi kaum perempuan lebih jauh dari setiap penistaan,

penghinaan dan tuduhan-tuduhan yang salah. Islam sudah memberikan

12Hussein Muhamad, Islam Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta: LkiS,

2004), p. 11

13 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 65

40

perlindungan dan pengamanan yang diperlukan kaum perempuan, yang

selama berabad-abad sebelumnya tidak pernah mereka rasakan dan

masih mereka alami dalam banyak masyarakat yang disebut beradab

yang mengaku menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. 14.

Menegakkan sisi kemanusiaan perempuan, Allah SWT telah

memuliakan umat manusia, baik perempuan maupun laki-laki, dalam

firmannya :

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,

Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki

yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atasa kebanyakan mahkluk yang telah Kami ciptakan.’’ (QS.

Al-Isra: 70).

Mengenai ayat ini Sayed Quthub menjelaskan sebagai berikut :

Allah telah memuliakan manusia dengan menciptakannya dalam bentuk

ini yang mengkomibansikan lumpur dengan nafas kehidupan (roh)

Tuhan. Allah SWT juga telah memuliakan manusia dengan

mengkaruniai mereka watak-watak alamiah sehingga ia mampu

menjadi pemimpin di bumi, melakukan berbagai perubahan baru,

mengolah dan membangunnya. Manusia juga mampu menyusun

berbagai peraturan dan ketetapan, menghasilkan berbagai karya ilmiah

yang besar dan mencapai kesempurnaan dalam eksistensinya di dunia

ini. Yang Maha kuasa juga memuliakan manusia dengan mendudukkan

baginya kekuatan alam bumi dan kekuatan kosmik bintang-bintang dan

orbit-orbit. Allah memuliakan mereka dengan kehidupan duniawi yang

14 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 66

41

mewah dan meriah dan juga dengan para malaikat yang bersujud

kepada Adam dan Sang Khalik sendiri yang menyatakan ketinggian

martabat dan superioritas manusia.15 Perbedaan-perbedaan yang ada

dirancang Allah SWT. Agar tercipta kesempuranaan kedua belah pihak

karena masing-masing pihak tidak dapat berdiri sendiri dalam

mencapai kesempurnaan tanpa adanya keterlibatan satu sama lain.16

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda

“Perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok) dan

engkau tidak bisa meluruskannya. Bila engkau berharap untuk hidup

bahagia dengannya maka lakukanlah dengan menerima

kebengkokannya, bila engkau mencoba meluruskannya maka engkau

akan mematahkannya berarti menceraikannya”. Abu Hurairah juga

meriwayatkan bawa Nabi SAW bersabda: “Perlakukanlah perempuan

dengan baik. Perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk, dan yang

paling bengkok daru tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau

mencoba meluruskannya maka engkau akan mematahkannya, dan jika

engkau membiarkan apa adanya maka ia akan tetap bengkok. Jadi

perlakukanlah perempuan dendan baik.”17

Karena itu, kaum perempuan telah dikaruniai dengan ciri-ciri

fisik dan mental yang khusus, sehingga dengan ciri-ciri khusus itu

mereka dapat melaksanakan peran mereka dalam masyarakat dan dapat

melaksanakan misi mereka di muka bumi. Lagi-lagi hal ini tidak

mempengaruhi martabat dan kesetaraan mereka dengan laki-laki seperti

15Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, P. 66 16M. Quraish Shihab, Perempuan, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2005),

P. 8 17 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 70

42

banyak diduga orang. Islam adalah sekumpulan peraturan-peraturan

yang membuat sebuah sistem yang integral yang harus dipraktikkan

seutuhnya, semata-mata demi kemaslahatan umat manusia laki-laki dan

perempuan khususnya seluruh makhluk Allah pada umumnya.18

Di dalam Islam, ilmu pengetahuan keagamaan itu wajib

hukumnya untuk setiap Muslim laki-laki dan perempuan. Oleh karena

itu ilmu pengetahuan secara umum, sangat dijunjung tinggi dan

dihormati dalam Islam. Maka tidak heran kalau para ulama diberi

penghargaan yang tinggi dan dipuji-puji di dalam banyak ayat Al-

Qur’an. Penghormatan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan

terhadap mereka yang memilikinya. 19

Islam adalah agama yang di ridhoi oleh Allah SWT untuk umat

manusia. Sebuah agama di mana kaum perempuan mewakili satu dari

dua bagian kemanusiaan. Islam mengakui pentingnya peran kaum

perempuan dalam kehidupan masyarakat dan dampaknya pada

kehidupan politik kita. Oleh karena itu, kaum perempuan telah

diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status mereka yang

bermartabat, terhormat, dan mulia dalam Islam, sebagian dari hak-hak

tersebut adalah: hak kebebasan untuk mengungkapkan pendapat, hak

untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan, hak untuk ikut

berjihad, hak untuk memberikan perlindungan, dan jabatan penguasa.20

Dalam hukum fikih Islam, pertimbangan dan fatwa yang sama

berlaku atas semua orang yang memenuhi syarat untuk menjalankan

18Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 77 19 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 99 20 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 167-187

43

ibadah kalau tidak ada pengecualian atau pembatasan yang disebutkan

dalam Al-Qur’an, atau dijalankan dalam sunnah Nabi SAW. Seperti

yang sudah saya tunjukkan bahwa perempuan layak beribadah menurut

Al-Qur’an dan Sunnah, berarti harusnya perempuan layak atas hak-hak

ekonomi seperti laki-laki. Seperti, hak untuk memelihara, mahar

(maskawin) atau Shadaq, dan warisan dan lain-lain.21

C. Sarinah Dalam Kehidupan Soekarno

Sosok Sarinah tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

Soekarno. Sebab, dalam perjalanan hidup Soekarno nasihat Sarinah

tertanam kuat dalam dirinya hingga diwujudkan dalam bentuk nyata,

yakni menjadi seorang presiden pertama Negara Republik Indonesia.

Sebenarnya Soekarno tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang

tuanya, meski ia lahir dan di besarkan dalam keluarga miskin. Soekarno

mendapat kasih sayang dari ibunya dan sikap disiplin dari ayahnya. Ia

juga mendapat pengalaman hidup dari kakek dan neneknya yang

merupakan orang tua ayahnya. Namun dalam buku ini orang yang

paling penting dan berperan dalam kehidupan Soekarno adalah Sarinah.

Sarinah hadir sebagai perempuan biasa dalam rumah tangga kedua

orang tua Soekarno. Kesibukan ayahnya sebagai guru dan ibunya

sebagai ibu rumah tangga membuat keduanya memiliki waktu yang

sedikit untuk mengasuh Seokarno.22 Waktu tersebut justru diisi oleh

Sarinah sebagai pengasuh Soekarno yang bekerja selama siang dan

21Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan, p. 189-205 22 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, (Yogyakarta, Palapa:2015), cet.1, p.

44

44

malam tanpa pamrih. Apalagi Sarinah mengajarkan berbagai

pengalaman hidup dan hakikah cinta kepada Soekarno.

Kendati sarinah tidak mengasuh Seokarno dalam waktu yang

lama, tetapi ia memberi kesan yang mendalam dalam hati Soekarno.

Karena waktu pertemuan yang singkat itu, Soekarno pun tidak menyia-

nyiakan waktu dan kesempatan yang hadir dalam hidupnya. Bahkan ia

membagi seluruh waktu yang dimilikinya dengan cukup baik, termasuk

waktu yang digunakan untuk mengenyam pendidikan, menulis

pemikirannya, dan aktifitas perjuangannya. Soekarno selama tiga

windu terhitung sejak ia secara masif memperjuangkan kemerdekaan

hingga menjadi presiden pertama Indonesia tepatnya sejak ia membaca

teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yakni dari tahun 1928-1945.

Selanjutnya, pembahasan akan diakhiri dengan beberapa uraian singkat

mengenai kursus politik bagi kaum perempuan yang di adakan di

Yogyakakarta olehnya pada 1947 hingga terbit buku Sarinah di tahun

yang sama.23

Perempuan yang paling mempengaruhi kehidupan Soekarno tak

lain adalah Idayu dan Sarinah. Rasa cinta dari seorang ibu dan

pengasuh menjadi dasar perjuangan Soekarno. Artinya cinta merupakan

penyebab Soekarno berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari

penjajahan Belanda maupun Jepang. Dalam hal ini hakikat

perjuangannya adalah rasa cinta dan kemanusiaan. Idayu mengajarkan

Soekarno tentang kelembutan hati dan kesabaran. Sementara Sarinah

23 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 45

45

membentuknya menjadi seorang laki-laki yang berkepribadian

humanis. Dua perempuan itu telah menjadikan Soekarno peka terhadap

lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Bahkan hingga dewasa, ia

senantiasa mengagumi kelembutan dan kebaikan setiap perempuan.24

Oleh sebab itulah, Soekarno memiliki banyak istri. Namun,

bukan berarti ia adalah seorang penggemar perempuan atau buaya

darat sebagimana anggapan orang-orang. Hal yang menyebabkan

Soekarno mengawini banyak perempuan adalah karena ia sangat

mengagumi sifat-sifat mereka. Sehingga, timbullah rasa cinta yang

sangat besar kepada mereka. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad

SAW, Soekarno pun mengagumi keindahan. Ia mengaggap bahwa

kecantikan perempuan termasuk keindahan alami ciptaan Tuhan. Oleh

karena itu, ia sepakat dengan sabda Nabi Muhamad SAW yang

berbunyi, “Tuhan yang dapat menciptakan mahkluk cantik, seperti

kaum perempuan, adalah Tuhan yang Maha Benar dan Maha

Pengasih”.25

Bagi Soekarno, perempuan dan revolusi adalah dua hal yang tak

dapat dipisahkan, bahkan telah melekat dalam dirinya. Dalam hal ini,

Ahmad Kusuma Djaya mengatakan bahwa Soekarno merupakan sosok

yang menempatkan perempuan sebagai sumber revolusi untuk

menciptakan suatu perubahan.

24 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 46

25 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 47

46

Selain pengalaman bersama Sarinah, Soekarno juga memiliki

satu pengalaman penting tatkala ia menjadi seorang interniran. Saat iu,

ia bertamu ke rumah seorang kenalannya. Sepulang bertamu dari rumah

si kenalan, ada hal yang mengganjal dalam pikiran Soekarno. Hal itu

tidak lain adalah perempuan.26 Sejak itulah Soekarno menyadari bahwa

segala hal tentang perempuan harus diselesaikan dengan baik dan bijak.

Tujuannya, agar kemerdekaan Indonesia tidak berjalan timpang

lantaran masalah perempuan di kesampingkan.

Itulah cikal bakal lahirnya buku Sarinah pada 1947. Buku

Sarinah bukanlah biografi yang menceritakan kisah hidup Sarinah

sebagai seorang pengasuh, buku itu justru menjelaskan bahwa Sarinah

merupakan sentral pemikiran Soekarno tentang perempuan Indonesia.

Sarinah hanyalah lambang atau simbol bagi Soekarno dalam

membicarakan posisi perempuan saat itu. Dengan semangat dan ruh

Sarinah dalam dirinya, Soekarno menguraikan harapan luhurnya

kepada kaum perempuan melalui tulisan.

Jadi, jelaslah siapa sebenarnya Sarinah dalam kehidupan

Soekarno dan menjadi dasar penulisan buku yang ditulis olehnya.

Pertama, Sarinah merupakan sosok perempuan yang berbudi luhur. Ia

adalah seorang pengasuh yang berasal dari rakyat biasa, tetapi memiliki

budi yang baik dan setia. Kedua, Sarinah merupakan sosok yang

menginspirasi Soekarno sehingga ia memiliki ras cinta kepada rakyat.

Sementara rakyat yang dipimpinnya meliputi kaum laki-laki dan

perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Soekarno

26 Mujiasri dan Agus Suprijono, Pemikiran Soekarno Tentang Perempuan

dan Kontroversi Pernikahannya, AVATARA, e-jurnal Pendidikan Sejarah, Volume

2, no. 3 Oktober 2014, p. 371.

47

mencintai perempuan termasuk Sarinah. Atas dasar itulah, tumbuh satu

cita-cita besar Soekarno yang ingin memerdekakan Sarinah Indonesia

dari keterpurukan.27

D. Gerakan dan Pemberdayaan Perempuan Indonesia

Keadaan wanita yang ditindas oleh pihak laki-laki itu akhirnya,

tidak boleh tidak, niscaya membangunkan dan membangkitkan satu

pergerakan yang berusaha meniadakan segala tindakan-tindakan itu. Itu

memang sudah hukum alam. Tetapi adalah hukum alam juga, bahwa

kesadaran dan kegiatan sesuatu pergerakan bertingkat-tingkat. “Ber-

evolusi”. Pergerakan perempuan berevolusi.28.

Di dunia baratlah pertama-tama terdengar semboyan

“perempuan, bersatulah”! di dunia Baratlah berkembangnya contoh

untuk kaum wanita di dunia lain. Malahan dari mulut wanita dunia

Barat, dari mulut Katharina Brechkovskaya, pertama-tama terdengar

seruan: “Hai wanita Asia, sadar dan melawanlah!”.29

Tatkala perempuan di dunia Barat sudah sadar, sudah bergerak,

sudah melawan, maka perempuan di dunia Timur masih saja diam-

diam menderita pingitan dan penindasan dengan tiada protes sedikitpun

juga. Tidak diketahui, tidak dikira-kirakan, oleh perempuan di dunia

Timur itu, bahwa ada kemungkinan menghilangkan tindasan dan

pingitan itu, bahwa ada jalan untuk memerdekakan diri. Dikiranya,

bahwa tindasan dan pingitan itu memang sudah kehendaknya alam.

27 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 110 28 Ir. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 1 29. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 2

48

Tetapi sebagaimana, paham-paham politik yang timbul di dunia Barat

lambat laun menular ke dunia Timur, demikian pula maka semboyan

kemerdekaan wanita yang didengung-dengungkan di dunia Barat itu

akhirnya mengumandang dan menggaung juga ditepi Sungai Nil,

Sungai Yang Tse, dan Sungai Gangga. Kini dunia Timur sudah

mempunyai “pergerakan wanita”, kini Asia sudah tidak lagi mendidih

dan menggolak dengan perjuangan kaum laki-laki saja, tetapi wanita

Asia pun sudah mulai ikut serta di dalam perjuangan untuk seksenya

sendiri dan untuk tanah airnya.30

Kedudukan kaum perempuan adalah kehidupan sosial diatur

oleh tradisi, hak dan kewajiban kaum perempuan lebih rendah

dibandingkan kaum lelaki. Kebiasaan yang sudah berlangsung lama ini

masih saja terjadi, dan telah dibuktikan oleh banyak pengamat.31

Cerita keseharian perempuan di Jawa itu sebenarnya juga

dialami kaum perempuan dari berbagai daerah lain di Indonesia

walaupun terdapat perbedaan karena adanya perbedaan sistem sosial

yang dianut setiap daerah. Tetapi, pada dasarnya, semua pekerjaan

mereka berkaitan dengan sektor pertanian. Dalam proses pengolahan

tanah, kaum perempuan sangat diperlukan.

Korn menyatakan bahwa kaum perempuan di Bali dapat

menikmati kebebasan, meskipun yang tampak dimasyarakat bukanlah

demikian. Hal itu seperti disampaikan M. Covarrubias, kedudukan

kaum perempuan di Bali setara dengan kaum lelaki, dalam rumah

30. Soekarno, Wanita Bergerak, p. 3 31 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan

Pencapaian, (Depok: Komunitas Bambu, 2008, p. 45

49

tangga terdapat kesetaraan yang kuat antara suami dan istri, mereka

saling menghormati, menghargai, terbuka, dan tidak ada perbudakan

terhadap istri seperti terjadi di negara-negara Timur. 32

Ada banyak perempuan yang telah memainkan peran dan

pengaruhnya di masyarakat baik secara terbuka mupun terselubung.

Salah satunya adalah peran aktif perempuan Minangkabau dalam

keluarganya. Di antara suku Ambon Kristen. Kaum perempuan

Indonesia telah memiliki akses untuk meraih jabatan atau kedudukan

yang tinggi. Berdasarkan hubungan yang terjadi antara Aceh dan

Belanda, Veth seperti juga disampaikan oleh Valentyn,

mengungkapkan bahwa Aceh dipimpin oleh perempuan (1641-1699)

ketika daerah ini belum dijajah. Kemudiaan selama perjuangan Aceh

melawan Belanda, beberapa perempuan Aceh juga ikut dalam

peperangan, pemimpin perempuan disebutkan (ulebalang) disebutkan

dalam Adatrechtbundels dan di sumber-sumber lainnya.33

Diberbagai kerajaan kecil di bagian selatan Sulawesi, begitu

banyak perempuan yang telah memerintah sampai saat ini dan tentu

saja tidak dapat disebutkan semuanya. Di Bali kaum perempuan sering

di hubungkan dengan martabat kerajaan, bahkan seperti dewa agung di

Klungkung, mereka juga melakukan fungsi-fungsi yang lain. Di

Kalimantan, Adji Sitti, janda cerai dari Sultan Kutai memrintah Kota

bangun yang berada di sungai Kutai selama pertengahan abad ke-19.

Dalam masa mudanya, dengan berpakaian lelaki, dia memimpin

32 Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 47 33Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 49

50

banyak pertempuran. Jadi dapat dikatakan bahwa perempuan Dayak

memainkan peran penting dalam pemerintahan dan kedudukan mereka

sama seperti kaum lelaki.34

Di Jawa beberapa perempuan juga telah memerintah sejak

dahulu. Kitab Pararaton menyebut beberapa dari mereka yang

memerintah pada masa kejayaan Hindu. Di pertengahan terakhir abad

ke-16, seorang putri memerintah di Jepara dan yang lain memerintah di

Gresik. Professor G.F Pijper mengatakan bahwa, sejarah di Jawa

dipenuhi dengan perempuan terhormat yang memegang jabatan yang

tinggi yang melakukan tugasnya sebagai duta pemerintah atau berperan

aktif dalam dunia politik.

Berbagai contoh dari masa kuno dan modern tampak sejalan

dengan kesimpulan pertama Bousguet, “Naiknya martabat perempuan

di seluruh lapisann dan seluruh pulau bukan hanya menunjukan adanya

semangat anti-Muslim’’. Jika benar adat yang telah memperbolehkan

perempuan Indonesia mengaktualisasikan dirinya secara bebas diruang

publik dan mengasumsikan adanya persamaan tanggung jawab antara

perempuan dan lelaki, maka tidak benar jika kawin paksa, pernikahan

dini, poligami, dan hak sepihak untuk tidak mengakui seorang anak

atau istri adalah kebiasaan-kebiasaan kuno, tetapi tidak pula

diperkenalkan oleh Islam. Di sisi lain, adat membawa perempuan

Indonesia memiliki kedudukan ekonomi yang bebas yang membuat

istilah Islam nafaka tidak lagi diperlukan. Hal itu sebenarnya sama

dengan adat yang memperbolehkan kawin paksa ternyata juga

34Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 50

51

menimbulkan reaksi kawin lari dari kaum muda yang ingin menolak

kebiasaan kuno itu. Kenyataanya setelah kawin lari, rekonsiliasi dengan

keluarga akan disetujui oleh adat dan tercapainya perdamaian adalah

akhir dan jawaban dari “pembangkangan individual’’ itu. Akhirnya,

adat juga yang melindungi kaum perempuan dari penyalahgunaan

penyangkalan (repudiation) oleh lembaga taklik yang hampir menjadi

aturan wajib.35

Meskipun begitu, sekitar 1900 ketika kaum perempuan mulai

berani meningkatkan taraf hidupnya, kedudukan perempuan Indonesia,

yang secara kasat mata terlihat sebaliknya (tidak digunakannya

kerudung dan purdah), menjadi hal yang patut ditiru. Tidaklah penting

untuk menjelaskan tentang naiknya martabat perempuan indonesia

karena rendahnya pengetahuan mereka tentang Islam, atau sebaliknya

mereka harus mengalami kemunduran karena Islam. Sesungguhnya

mereka tetap menganggap dirinya sebagai Muslim, dan mereka pun

ingin memperbaiki nasibnya karena mereka adalah Muslim.36

Bukan hanya karena mereka Muslim, tetapi juga karena mereka

adalah orang Indonesia. Tidak keci peran Islam dalam memberikan

kontribusi terhadap persatuan di Indonesia dengan melewati sifat

kedaerahan yang ditimbulkan adat.

Pada dasarnya, kaum perempuan tidaklah berjuang sendirian.

Dalam usaha memperjuangkan emansipasi perempuan, Kartini

35Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 51 36Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 52

52

didukung ayah dan suaminya, Dewi Sartika pun dibantu suaminya, dan

Achmad Djajadiningrat juga salah satu tokoh yang membantu kaum

perempuan dalam memerangi pernikahan dini. Melalui beberapa tokoh

lelaki tersebut dapat dilihat adanya peran lelaki dalam memperjuangkan

dalam memperjuangkan dan akhirnya mewujudkan emansipasi

perempuan di Indonesia.37

Berkaitan dengan perjuangan meraih emansipasi, beberapa

organiasipun didirikan. Pada tahun 1912, Putri Mardika didirikan di

Jakarta. Organisasi ini mendapat dukungan dan bantuan dari Budi

Utomo, organisasi bagi para cendikiawan, ahli hukum, dan orang-orang

pertahanan. Organisasi ini didirikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo

pada 1908 dengan menekankan pada bidang pendidikan dan

kebudayaan. Tujuan utama mereka (tetapi terselubung) adalah

mewujudkan kemerdekaan Indonesia, dan sampai 1909 Budi Utomo

telah memiliki anggota sebanyak sepuluh ribu orang. 38

Dalam waktu hampir bersamaan dengan Putri Mardika,

keutamaan istri juga telah mendirikan empat sekolah bagi kaum

perempuan di tanah Sunda. Selain kedua organisasi tersebut,

organisasai perempuan lain yang berada di Jawa adalah Pawijatan

Wanito yang berdiri di Magelang pada 1915, Wanito Hado didirikan di

37Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 83

38Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 84

53

Jepara pada 1915, dan Wanito Susilo yang berdiri di Pemalang pada

1918. 39

Di tahun-tahun berikut, banyak organisasi perempuan baik lokal

maupun regional yang didirikan, tapi yang paling menarik perhatian

adalah Putri Budi Sedjati di Surabaya. Dengan dukungan dari

lingkungan nasionalis di seputar kelompok study pimpinan Dr.

Soetomo, organisasi ini berhasil mendirikan beberapa sekolah dan

sekolah berasrama. Di kota Gadang (Sumatera Barat), Keradjinan Amai

Setia berdiri pada 1914 dengan membawa misi meningkatkan

kedudukan perempuan dengan cara memberikan pelajaran dan

pelatihan yang lebih baik. Selanjutnya, di Padang Panjang pun berdiri

keutamaan Istri Minangkabau yang membangun beberapa sekolah dan

mengajarkan pengetahuan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan

rumah tangga. Selain itu, Bukittinggi juga menjadi pusat bagi federasi

organisasi perempuan di Sumatra yang diberi nama Sarekat Kaum Ibu

Sumatra, yang terbitnya disebut sebagai Al-Sjarq (Timur). Dua surat

kabar yaitu Suara Perempuan (Padang) dan Perempuan Bergerak

(Medan) terbit pada periode yang sama. Di Sulawesi tepatnya

Minahasa, berdiri pula perkumpulan perempuan bernama Pikat

(Pengasuh Ibu Kepada Anak Turunan) pada 1917 dan menerbitkan

majalah dengan nama yang sama.40

Pada masa itu, semua organisasi yang didirikan dan

publikasinya antara 1913 dan 1915 masih bersifat sosial. Semua

39Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 86 40Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 87

54

bertujuan meningkatkan martabat perempuan dengan memberikan

pendidikan di bidang rumah tangga, jahit-menjahit, kursus-kursus

tentang cara merawat dan mendidik anak, dan lain-lain. Organisasi-

organisasi itu telah membuka “sangkar’’ perempuan bangsawan atau

perempuan dari golongan atas menengah yang biasanya dipingit atau

dikurung di dalam rumah. Kata “dipingit’’ sendiri diambil dari kata

‘kuda pingitan’ yang artinya kuda tersebut dikurung di dalam kandang

dan tidak dibiarkan bebas berkeliaran seperti kuda lain. Tetapi, dengan

adanya organisasi-organisasi tersebut perempuan kelas atas inipun

dapat bertemu dengan teman-teman sekaumnya yang berasal dari kelas

bawah, dan mereka ahirnya memperjuangkan emansipasi bersama.41

Sebagai seorang orator ulung, Soekarno menyampaikan

harapannya dengan semangat dan keyakinan yang kuat. Ia berharap

supaya gerakan perempuan Indonesia tidak sekedar menuntut

persamaan hak sebagai tujuan, tetapi juga harus terlibat dalam

perjuangan nasional.42

41Cora Vreede-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan

Pencapaian, p. 91 42 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p.97

55

BAB IV

PEREMPUAN MENURUT SOEKARNO

A. Perempuan Sebagai Sumber Kekuatan

Soal perempuan adalah menjadi soal masyarakat yang teramat

penting. Dan tidakkah Nabi Muhamad SAW pernah bersabda :

“Perempuan itu tiang negeri. Manakala baik perempuan, baiklah negeri.

Manakala rusak perempuan, rusaklah negeri.” Sesungguhnya, kita

harus menyadari bahwa soal masyarakat dan negara adalah soal laki-

laki dan perempuan.1

Sesungguhnya benarlah perkataan Charles Fourrier kalau ia

mengatakan, bahwa tinggi-rendahnya tingkat kemajuan suatu

masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi-rendahnya tingkat kedudukan

perempuan di dalam masyarakat itu. Atau benarlah perkataan Baba

O’lllah, yang menulis bahwa, ‘’laki-laki dan perempuan adalah sebagai

dua sayapnya seekor burung, jika kedua sayap itu sama kuatnya, maka

terbanglah burung itu sampai puncak udara yang setinggi-tingginya,

jika patah satu dari kedua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung

itu sama sekali.2

Mengapa kaum perempuan yang oleh Bung Karno disebut

‘’Sarinah’’ ini sering dianggap lemah, kecil dan bahkan hanya sebagai

penanak nasi dan melahirkan keturunan saja? fakta yang dikemukakan

oleh Prof. Heymes dan seorang feminisme Henriette Roland Holst,

bahwa kaum perempuan sering direndahkan oleh kaum laki-laki,

1 Sukarno, Sarinah. p. 10 2 Sukarno, Sarinah.p. 17

55

56

disebabkan karena bentuk tubuh yang kecil, pendek, dan kekuatan

fisiknya dibawah laki-laki. Hal ini benar, jika dilihat dari ukuran fisik

yang memang tak terbantahkan. Tapi yang lebih parah ialah saat para

ahli Eropa menyudutkan sarinah-sarinah dengan kepintarannya yang

jauh dibawah kaum adam, sehingga mereka dianggap dicap sebagai

kaum bodoh! Waktu membuktikan bahwa “alasan otak” ini adalah

alasan kosong. Yang sengaja dibuat untuk menyombongkan kaum laki-

laki. Henriette R. Holst, membuktikan bahwa ketajaman otak

perempuan dan laki-laki sama, kemampuannya sama, hanya

kesempatan bekerjanya yang tidak sama.3

Allah telah berfirman, bahwa ia membuat segala hal berpasang-

pasangan. Firman itu tertulis dalam surat Yasin ayat 36: “Maha

mulialah Dia, yang menjadikan segala sesuatu berpasang-pasangan”;

dalam surat al-Zuchruf ayat 12: “Dan Dia yang menjadikan segala hal

berpasang-pasangan dan membuat bagimu perahu-perahu dan ternak,

yang kamu tunggangi”; dalam surat adz-Dzariyat ayat 49: “Dan dari

tiap-tiap barang kita membuat pasang-pasangan, agar supaya kamu

ingat”. Alam membuat manusia berpasang-pasangan. Laki-laki tak

dapat ada jika tak ada perempuan, dan sebaliknya. Olive Schreiner,

seorang idealis perempuan bangsa Eropa, di dalam bukunya “Drie

dromen in de Woestjin”, pernah memperlambangkan lelaki dan

perempuan itu sebagai dua mahkluk yang terikat satu kepada yang lain

oleh satu tali ghaib, satu tali hidup begitu terikat satu dengan yang lain,

sehingga yang satu tak dapat mendahului selangkahpun kepada yang

lain, tak dapat maju setapakpun dengan tidak membawa juga kepada

3 Sukarno, Sarinah. p. 7

57

yang lain. Olive Scheiner adalah benar, memang begitulah keadaan

manusia bukan saja laki dan perempuan tak dapat terpisah satu sama

lain, tetapi juga tiada masyarakat manusia satupun dapat berkemajuan,

kalau laki-laki perempuan salah satu tidak membawa yang lain.

Karenanya janganlah masyarakat laki-laki mengira, bahwa ia dapat

maju dan subur, kalau tidak dibarengi oleh kemajuan masyarakat

perempuannya.4

Janganlah mengira bahwa laki-laki menciptakan suatu kultur

yang didalam kultur tersebut menghinakan perempuan. karena bangsa

Yunani jatuh hanya dikarenakan telah menghina perempuan dalam

kulturnya. Matahari Islam pun tenggelam jika tidak memuliakan

perempuan. sesungguhnya peradaban manapun akan tenggelam akan

jatuh dengan sendirinya jika menghinakan perempuan. 5

Ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tetapi itupun

hanyalah karena untuk tujuan kodrat alam, yakni untuk tujuan

persuamiistrian dan peribuan saja kecuali perbedaan fisik. Professor

O’Conroy yang dulu menjadi guru besar di Keio Universitas di Tokyo

menceritakan di dalam bukunya tentang negri Nippon, bahwa di

Nippon selalu diadakan ujian-ujian perbandingan antara laki-laki

dengan perempuan, dan bahwa selamanya kaum perempuan nyata lebih

unggul daripada kaum laki-laki.6

Banyak sekali yang beranggapan bahwa tidak bisa dibuktikan

bahkan tidak mungkin seorang perempuan menyamai tingkat ketajaman

4 Sukarno, Sarinah.p.16 5 Sukarno, Sarinah.p.16 6 Sukarno, Sarinah.p.26

58

otak setara dengan laki-laki. Namun hasil penelitian dari ahli-ahli

seperti Bischoff, Bovd, Marchand, Retzius, dan Grosser. Menurut

Retzius dab Grosser otak laki-laki rata-rata beratnya 1388 gram, dan

otak permpuan rata-rata 1252 gram, lantas dari hasil penelitian tersebut

mengungkap bahwa ternyata laki-laki lebih banyak otaknya dari pada

perempuan.

Namun hasil penelitian ini dinilai kurang sempurna dikarenakan

berat tubuh laki-laki dan perempuan maka, Charles Darwin berkata :

otak laki-laki memang lebih banyak dari otak perempuan. tetapi, jika

dihitung dalam perbandingan dengan lebih besarnya badan laki-laki

apakah benar otak laki-laki lebih besar? Jika dihitunh otak perempuan

rata-rata 23,6 per kg tubuh dan otak laki-laki rata-rata 21,6 per kg

tubuh, jika demikian semestinya perempuan lebih pandai dari laki-laki.7

Bahkan terhadap fungsi kodrat terhadap kaum perempuan yaitu

fungsi menjadi ibu: menerima benih, mengandung, melahirkan,

menyusui, memelihara dan lain-lain kaum laki-laki masih menganggap

rendah dan tidak menghargai. Kaum laki-laki maju kedalam medan

perang, berani menghadapi bahaya-bahaya besar yang kaum perempuan

tidak pernah merasakannya, menghadapi kematian, menghitung jumlah

kematian laki-laki dalam medan perang guna keperluan sejarah.

Mereka para kaum laki-laki beranggapan bahaya apakah yang para

kaum perempuan hadapi? Bahwa kaum laki-laki tidak mengetahui

bahwa di zaman dahulu tatkala hukum msyarakat belum seperti

sekarang ini, hukum yang digunakan ialah hukum peribuan alias

“matriarchat” kaum perempuanlah yang mengemudi masyarakat,

7 Sukarno, Sarinah.p.27

59

kaum perempuanlah yang mengepalai peperangan, kaum perempuanlah

yang berkuasa, kaum perempuan lah yang mengorbankan jiwanya guna

sejarah. Dan seperti pertanyaan kaum laki-laki tersebut bahwa apakah

ada hal yang lebih membahayakan selain peperangan? Jawaban dari

pertanyaan tersbut adalah melahirkan anak, jikalah dalam peperangan

lebih banyak memakan korban. Bahwa setiap seorang ibu melahirkan

anak adalah hal yang sangat membahayakan disepanjang hidup seorang

perempuan.8

Di zaman sekarang pun dapatlah dilihat diberbagai bangsa-

bangsa kaum perempuan yang tidak terkurung, dan tertindas, mereka

memiliki badan yang kuat, lincah bergerak, baik budi pekertinya,

cerdik, cerdas serta luar pengetahuannya. Havelock Ellis

memberitahukan keterangannya Johnstone yang lama bergaul dengan

bangsa-bangsa Andombies di Afrika, bahwa perempuan-perempuan

Andombis kerja berat tetapi senang hidupnya dan bahwa sering kali

mereka lebih kuat dari laki-laki, lebih subur dan badan-badannya sigap

dan menarik hati. Dan tentang bangsa Manymema di Afrika itu pula

Parke menceritakan bahwa bangsa ini: mahluk-mahluk yang sigap,

yang perempuan-perempuannya sangat lincah dan sama kuatnya

memikul beban berat dengan kaum laki-laki.9

Oleh karena itu, tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan jika

orang mengatakan bahwa perempuan itu tetap pada kodratnya di dalam

segala hal berbeda dengan kaum laki- laki. Dan bukan saja tidak sesuai

dengan ilmu pengetahuan orang demikian itu juga tidak melihat lebih

8 Sukarno, Sarinah.p.29-30 9 Sukarno, Sarinah.p.33

60

jauh, tidakkah di zaman ahir ini kita melihat dengan mata kepala kita

sendiri ribuan perempuan-perempuan Indonesia yang tidak mendekam

di rumah, akan tetapi bekerja di kantor-kantor, di pabrik-pabrik, di

kebun, menjadi kuli, menjadi mandor, menjadi guru, dokter, wartawan

dan lain-lain.10

B. Emansipasi dan Kemitrasejajaran

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah artikel Jawa Pos, setiap

Soekarno selesai memberikan kursus bagi kaum perempuan, materi

yang diajarkannya selalu ditulis dan dikumpulkan menjadi satu oleh

Mualif Nasution dan Gunadi. Hasil dari kumpulan materi pada kursus

tersebut dibukukan dan diberi judul Sarinah. Soekarno mengajarkan

peran perempuan dalam berjuang dan berpolitik. Ia mengajarkan bahwa

setiap perempuan tidak selamanya berada di belakang laki-laki.11

Menurut Ignas Kleden, buku Sarinah menunjukan

perkembangan kesadaran Soekarno tentang pentingnya kedudukan,

peranan dan sumbangan kaum perempuan terhadap perjuangan

nasional. Dengan merujuk kepada perkembangan setelah revolusi

Perancis dan Amerika, Soekarno mencatat tiga tahap perkembangan

kaum perempuan.12

Penyelenggaraan kursus politik untuk kaum perempuan tersebut

bukan semata acara ceremonial yang tidak memiliki visi dan misi yang

10 Sukarno, Sarinah.p.34 11 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p.99 12 Ignas Kleden, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan (Magelang,

Indonesia Tera: 2004). p, 193

61

jelas. Soekarno secara matang mengadakan kursus tersebut agar para

perempuan Indonesia menyadari pentingnya sebuah perjuangan rakyat.

Perjuangan yang tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi juga

kaum perempuan, maka Soekarno berusaha keras mewujudkannya. Ia

pun memilih menyelenggarakan kursus tersebut di Yogyakarta.

Soekarno meyakini bahwa kemerdekaan bangsa dan terbentuknya

negara Indonesia tidak akan sempurna tanpa peran aktif perempuan.

oleh karena itu, dalam kursus politik yang diselenggarakannya,

Soekarno membicarakan persolan-persoalan perempuan Indonesia.

Sejarah perjuangan kaum perempuan di Eropa dan Amerika, serta

kewajiban perempuan dalam revolusi nasional.13

Kesadaran Soekarno dalam memikirkan posisi perempuan

Indonesia dan pentingnya keterlibatan peempuan dalam perjuangan

nasional, tentunya berhubungan dengan perjuangan rakyat secara

umum. Selain itu, dapat dikatakan bahwa usaha Soekarno merupakan

bagian dari visi politiknya sebagai pemangku Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sebagai

seorang presiden, ia juga melahirkan pemikiran besar yang disebut

dengan feminisme. Sebenarnya, pemikiran feminis Soekarno timbul

karena ia mempunyai banyak pengalaman hidup dengan perempuan.14

Sementara itu gerakan kesetaraan baru disadari dan dilakukan

oleh sebagian kecil kaum perempuan. pada dasarnya kesadaran tersebut

berasal dari sebagian kaum perempuan saja. Mereka memikirkan satu

13 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 100 14 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 101

62

hal saja, yaitu kesetaraan gender. Artinya mereka belum sampai pada

perjuangan yang bersifat politis. Kemudian, pada masa selanjutnya

setelah beberapa partai besar membentuk divisi yang melibatkan kaum

perempuan, merekapun terlibat dalam partai tersebut dan ikut serta

dalam penyelenggaraan politik. Aktivitas perempuan Indonesia tidak

luput dari pandangan Soekarno. Oleh karena itu, ia menekuni ide-ide

feminisme Barat dan pemikiran kesetaraan yang dilahirkan oleh

perempuan Indonesia. Pemikirannya tentang perempuan melahirkan

gerakan perempuan Indonesia.15

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencatat sejumlah

pahlawan perempuan yang memberontak kepada Belanda seperti Cut

Nya Dien, dan Cut Meutia dari Aceh, Martha Christina Tiahahu dari

Maluku, dan Nyai Ageng Serang dari Jawa Tengah. Beberapa nama

pejuang perempuan yang diketahui oleh Soekarno meneguhkan

pemikirannya bahwa perjuangan dan ide kesetaraan telah ada di

Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Artinya, ia membenarkan

adanya feminisme di Indonesia sejak dahulu. Namun fakta sejarah

tersebut tidak serta merta membuat Soekarno puas. Menurutnya, hal itu

tidak cukup untuk menjadi pedoman perjuangan kaum perempuan

Indonesia dalam meraih kemerdekaan kembali. Sebab, di banyak

daerah di Indonesia perempuan memiliki kesempatan yang luas untuk

mengaktualisasikan potensinya diranah publik. Misalnya, perempuan

15 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 102

63

Jawa sejak dulu bebas bekerja di sawah, berjualan di pasar atau

sekolah, maupun melakukan pekerjaan yang lainnya.16

Pemisahan antara laki-laki dan perempuan seperti yang dialami

oleh Kartini merupakan bentuk patriarkat bangsawan Jawa, dan tidak

berlaku dalam kalangan perempuan yang berasal dari wong cilik Jawa.

Itulah sebabnya Soekarno mengupayakan adanya pemahaman baru

yang lebih relevan untuk diaplikasikan oleh Sarinah Indonesia melalui

perjuangan nasional.

Sebagaimana perkataan Hegel Terome sebelumnya, Soekarno

berperan besar dalam menyelenggarakan kursus dan menerbitkan buku

tentang perempuan. itulah bukti bahwa Soekarno telah berusaha

mengarahkan gerakan perempuan dalam visi politikny, yakni

antikolonialisme, dan imperlialisme. Pada masa kepemimpinan

Soekarno, gerakan perempuan dipandang sebagai mitra oleh kaum laki-

laki dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemandirian bangsa.

Saat itu, perempuan memiliki posisi sama dengan laki-laki sebagai

warga negara.17

Menurut hasil penelitian Mely G. Tan, sepanjang kesadaran

kaum perempuan Indonesia sejak masa penjajahan hingga

kemerdekaan, Sarinah menjadi buku yang paling menonjol pada zaman

kemerdekaan.18 Buku penting tersebut mengingatkan orang-orang

16 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 103 17 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 103 18 Mely G. Tan, Telaah Pendekatan Teoritis dan Metodologis Studi Wanita

di Indonesia, (Jakarta, Badan Nasional Wanita Indonesia: 1994), p. 4-5

64

kepada jasa besar Sarinah terhadap Soekarno. Sebab, Sarinah telah

berjuang membentuk karakter Soekarno sehingga menjadi anak

Indonesia yang cerdas dan memiliki pemikiran yang lebih maju.19

Soekarno mengajarkan kesetaraan antara laki-laki dan

perempuan kepada kaum perempuan yang memiliki kesadaran. Dengan

demikian, keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan di

Indonesia akan tercipta. Yakni, kesetaraan yang menghilangkan

penindasan antara golongan yang satu terhadap golongan yang lain.

Dengan adanya kesetaraan, Soekarno mencoba mewujudkan

masyarakat sosialis yang dicita-citakan oleh Soekarno, stigma

masyarakat tentang tugas perempuan hanya berkisar dalam urusan

domestik akan terhapus.20

Buku Sarinah merupakan inti pemikiran Soekarno tentang

kemerdekaan kaum perempuan, harmoni dalam masyarakat, perjuangan

bersama, serta politik kekuasaan yang menjunjung tinggi keadilan dan

perikemanusiaan. Secara khusus, ia menuangkan gagasan-gagasan

besar yang terinspirasi Sarinah tentang posisi perempuan Indonesia

dalam revolusi kemerdekaan.21

Satu hal yang penting kita ketahui mengenai buku Sarinah

adalah kenyataan bahwa buku tersebut terbit sebelum Soekarno

memiliki banyak istri. Dengan kata lain, konsentrasi Soekarno saat

19 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 104 20 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 106 21 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 107

65

memikirkan gagasan besarnya tentang perempuan hanya tertuju pada

sosok Sarinah. hal itu tidak berkaitan dengan kehidupan Soekarno

selanjutnya yang memiliki banyak istri. Begitu pula sebaliknya,

terlepas dari kebenaran adanya perempuan yang penuh kasih dalam

kehidupan kanak-kanak Soekarno, buku Sarinah tetap memiliki

keistimewaan.22

C. Matriarkat dan Patriarkat

Satu kali perempuan berkedudukan mulia, yakni di zaman

berkembangnya matriarkat (hukum peribuan), lantas jika menginginkan

martabat wanita mulia harus melalui sistem matriarkat ? ternyata

anggapan itu adalah anggapan yang salah meskipun seorang wanita

yang beranggapan demikian. Jangan tertarik hanya karena mendengar

nama matriarkat yang seolah perempuan berkedudukan mulia, lebih

luas lagi karena harus mencari keselamatan masyarakat pada umumnya

tidak hanya memikirkan keselamatan perempuan saja, kemudian oleh

karena matriarkat itu adalah hasil perbandingan-perbandingan

masyarakat kuno dan tidak diadakan lagi di masyarakat saat ini, dan

tidak selamanya hukum peribuan mengasih tempat mulia kepada kaum

perempuan.23

Bachofen berkata bahwa dimana ada hukum peribuan, disitu

ada kedudukan perempuan tinggi dan mulia yang sudah dibantah oleh

ilmu pengetahuan karena hukum peribuan tersebut membawa banyak

dampak untuk perempuan, tidak semua perempuan dimuliakan dengan

22 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 110 23 Sukarno, Sarinah.p.93

66

adanya hukum beribuan tersebut. Hukum peribuan tidak didasari oleh

landasan yang jelas, hukum peribuan dibuat dengan tujuan hanya untuk

menjaga perempuan dari laki-laki yang ingin menikahi perempuan

yang masih dalam ikatan keluarga, yang pada ahirnya akan terjadi

percampuran darah dikarenakan masih satu turunan. Aturan ini tidak

tentu membawa kedudukan perempuan yang lebih baik dan lebih

merdeka, di dalam banyak sekali suku-suku yang memakai aturan

peribuan kedudukan perempuan sama sengsaranya dengan kedudukan

perempuan di dalam suku-suku yang memakai aturan perbapakan.24

Pada saat hukum peribuan menjadi pemerintahan peribuan,

menjadi gynaeco-creatie, menjadi matriarkat, menjadi sistem

pemerintahan ibu, maka disitulah perempuan berderajat, disitulah

perempuan bermartabat tinggi. Terjadinya pemerintahan perempuan

kala itu karena kaum perempuan menjadi produsen pertanian terpenting

dialah yang mengerjakan, dan memimpin pertanian dialah yang

menggenggam nasib perekonomian. Maka kedudukan sebagai produksi

pokok itulah yang menjunjung derajatnya, itulah awal mulai

dihargainya seorang perempuan dan bukan karena hukum peribuan,

bukanlah suatu hukum, bukan sesuatu timbangan moral, yang menjadi

sebab kedudukannya penting. Sebaliknya, hukum peribuan, moral,

hukum itu adalah akibat daripada kedudukannya yang penting.25

Di Minangkabau sudah tidak ada lagi matriarkat yang ada

hanyalah sisa-sisa dari hukum peribuan saja, yang main lama makin

24 Sukarno, Sarinah.p94 25 Sukarno, Sarinah, p. 95

67

memudar. Hak keturunan menurut garis peribuan masih ada situ,

perkawinan eksogan (mencari suami dimustikan dari suku lain, tidak

boleh dari suku sendiri) masih diadatkan disitu, hak harta pusaka tetap

tinggal di dalam lingkungan ibu, masih di tegakkan. Tetapi matriarkat

sudah lama lenyap sejak pemerintahan Bundo Kandung di Pagar

Rujung. Yang masih ada hanyalah runtuhan-runtuhan saja dari hukum

peribuan, sebagaimana runtuhan-runtuhan ini juga terjadi pula di

beberapa daerah di luar Minangkabau seperti, lampung, Bengkulu,

Batanghari Aceh, Mentawai, Enggano, Belu, Wahihala, Sulawesi

Selatan dan lain-lain. Dan di luar Indonesia pada beberapa suku Indian

di Amerika Utara, kepulauan Mariana, dibeberapa bagian di Philipina,

Oceania, di beberapa daerah Neger dan lain-lain. Sisa-sisa peninggalan

hukum peribuan ini hanya terdapat pada bangsa-bangsa terbelakang

saja, dan tidak pada bangsa yang sudah cerdas dan tinggi evolusinya

serta kulturnya. Dan jika masih terjadi matriarkat didaerah

Minangkabau itupun hanya daerah rendah, daerah yang masih kental

dengan adat dahulu.26

Bukan dengan menghidupkan kembali atau memelihara sisa

peninnggalan budaya matriarkat untuk bisa memerdekakan perempuan

dari perbudakan sekarang ini, bukan dengan menghidupkan kembali

atau memelihara satu sistem yang basisnya adalah di dalam fase

masyarakat yang zaman dahulu. Kita musti mencari ikhtiar untuk

memerdekakan kaum perenpuan itu dengan basis masyarakat sekarang,

atau dengan basis masyarakat yang akan datang.27

26 Sukarno, Sarinah, p. 96 27 Sukarno, Sarinah, p. 98

68

Pokok hukum perbapakan itu digambarkan oleh Engels dengan

satu kalimat yang amat jitu ia berasaskan pertuanan orang laki-laki,

dengan maksud tertentu untuk melahirkan anak-anak yang tak dapat

dibantah lagi siapa bapaknya; dan perbapakan yang tak dapat dibantah

itu perlu oleh karena anak-anak ini nanti harus mewarisi harta milik

bapak itu. Hukum perbapakan mulai datang setelah masyarakat

mengenal “milik” yakni mengenal “milik perseorangan”. Laki-laki

yang meninggalkan perburuan menyusun “milik” itu dengan keringat

sendiri-sendiri, peternakan mengasih kekayaan yang berupa hewan,

orang-orang tawanan tidak dibunuh lagi tetapi dijadikan kekayaan yang

berupa budak belian, hasil pertanian pun membesar-besarkan harta

pusaka. Untuk mendapatkan milik ini di dalam tangan anak-anaknya

sendiri, menjaga jangan sampai ia jatuh ditangan anak-anak orang lain,

maka diadakan lah hukum perbapakan tersebut.28

Hasrat laki-laki untuk memiliki kaum perempuan sepenuhnya

melahirkan hasrat untuk memperbudak mereka. Sejak saat itulah, para

Sarinah dibelahan dunia berada dalam perbudakan kaum laki-laki.

Persoalan itu pula yang kemudian dianggap sebagai penindasan

terhadap kodrat kaum perempuan. Mereka pun berada diposisi

subordinat. Hukum patriarkat telah menentukan seluruh sendi-sendi

kehidupan kaum perempuan. Sebab, di antara mereka, ada yang

diperlakukan seperti benda. Terkait hal ini, Soekarno pernah berkata

“Ada lagi dua hal yang perlu saya terangkan lebih jelas di sini,

28 Sukarno, Sarinah.p .107-108

69

berhubungan dengan anggapan bahwa perempuan itu benda. Pertama,

hal persundalan dan kedua, hal perempuan sebagai mahluk dosa.29

Persundalan termasuk salah satu bagian penting yang berada

dalam sistem patrriarkat. Menurut Soekarno, persundalan dalam sistem

patriarkat berhubungan dengan kaum perempuan yang melacurkan diri

sebagai cara untuk mencari nafkah. Sementara persundalan pada zaman

matriarkat masih menjadi bagian dari suatu amal ibadah keagamaan.

Agama bukan hanya menjadi identitas religius dalam masyarakat

patriarkat, tetapi juga alat untuk memperkuat aturan patriarki. Atas

nama agama, kaum laki-laki merendehkan kedudukan kaum perempuan

sebagai keturunan iblis.30

Pada mulanya, sistem patriarkat masih sesuai dengan ajaran

agama, baik Nasrani maupun Islam. Dalam hal ini, kehadiran Islam

membawa visi memperbaiki sistem patriarkat yang tidak memberi

kadilan kepada kaum perempuan. Sebelum kehadiran Islam di Arab,

segala hal yang berkaitan dengan kaum perempuan dimonopoli oleh

kaum laki-laki. Zaman itu dikenal dengan zaman jahiliah. Hal serupa

juga terjadi di negara-negara lain, seperti kaum perempuan yang

menjadi budak birahi bagi kaum laki-laki di Jepang atau atau disebut

dengan geisha.31

29 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 164 30 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 165 31 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 166

70

Menurut Soekarno, patriarkat yang dijunjung oleh masyarakat

Indonesia saat itu mengingatkannya pada pernyataan Professor

Havelock Ellis. Professor tersebut pernah mengatakan bahwa

kebanyakan dari kaum laki-laki memandang perempuan sebagai suatu

belasteran antara seorang dewi dan seorang tolol. Artinya, dalam satu

sisi, perempuan atau istri dijunjung tinggi sebagaimana seorang dewi.

Namun di satu sisi di saat yang bersamaan ia juga dianggap sebagai

manusia yang tidak memiliki daya hidup atau manusia yang tolol.

Kenyataan pahit yang harus di terima oleh kaum perempuan Indonesia

membuat Soekarno bersimpati dan berusaha mengakhirinya. Sebagai

seorang manusia yang memiliki harga diri dan akal sehat, hak-hak

kaum perempuan harus diangkat dan diperhatikan. Soekarno pun tidak

menyangkal kebenaran bahwa kemajuan kaum perempuan Indonesia

dalam membangun negara masih tertinggal jauh ketimbang kaum

perempuan di negara-negara lain.32

Bagi Soekarno, proses peralihan dari sistem matriarkat ke

sistem patriarkat pada zaman dahulu membuat kemerdekaan

perempuan hilang begitu saja. Sehingga perempuan menjadi famulus

(budak) dalam keluarga. Sarinah Indonesia kembali dikungkung,

ditutup dan dipingit.33

Sebagai pendiri bangsa, Soekarno menegaskan bahwa ia tidak

sepakat dengan pemberlakuan sistem matriarkat atau patriarkat yang

dapat merugikan pihak laki-laki maupun perempuan. ia masih

32 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 117 33 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 147

71

melakukan telaah secara lebih jauh dan mendalam terhadap sejarah

sistem masyarakat tersebut diberbagai negara. Hal itu dilakukan agar ia

mendapat konsep sistem masyarakat yang ideal dengan kondisi sosial

Indonesia. Soekarno tidak mencukupkan pembacanya dari satu sejarah

dalam satu sumber saja. Ia justru membaca dan mempelajari berbagai

sistem masyarakat dari sumber sejarah yang berbeda.34

Sistem matriarkat dalam bentuk dan model apapun tidak dapat

diterapkan lagi dalam masyarakat yang telah terkontruksi oleh sistem

patriarkat. Pengalaman tentang sistem matriarkat pada zaman dahulu

mengajarkan kita yang hidup saat ini bahwa kaum perempuan

sebenarnya tidak lemah. Perempuan adalah mahluk yang mampu

berpikir cerdas, pekerja keras, dan memiliki hasrat untuk berkembang.

Kaum perempuan menjadi kalangan yang dimuliakan oleh laki-laki saat

sistem matriarkat berlaku dalam masyarakat. Sebab, mereka merupakan

manusia pertama yang mencetuskan kehidupan menetap. Mereka

menciptakan peradaban manusia dengan aturan yang lebih beradab.

Namun, mereka pula yang mencederai pemerintahan pola matriarkat.35

Menurut Soekarno, pengembalian sistem matriarkat sebagai

sistem masyrakat Indonesia merupakan hal yang mustahil dan utopis.

Sistem matriarkat cukup diyakini keberadaannya pada masa lalu dan

menjadi hal yang dapat mengingatkan kita pada kemuliaan kaum

perempuan terdahulu. Dengan romantisme masa lalu tersebut, kita bisa

membaca ulang bahwa kaum perempuan mampu berpikir cerdas,

34 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 157 35 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 159

72

bekerja keras, dan bertahan hidup tanpa meninggalkan kodratnya. Oleh

sebab sejarawan, sistem matriarkat dianggap sebagai sistem masyarakat

primitif. Dalam hal ini, Bachofen mengatakan bahsa bangsa-bangsa

primitif memakai sistem peribuan dalam mengatur masyarakat mereka.

Begitu pula dengan pendapat Friedrich Engels, ia mengatakan bahwa

hukum peribuan merupakan satu fase masyarakat yang umum.36

Pada prinsipnya, Soekarno menekankan bahwa segala persoalan

tentang perempuan merupakan persoalan kaum laki-laki juga. Maka

dari itu, Soekarno menginisiasi semua pihak baik kaum laki-laki

maupun perempuan untuk memecahkan masalah hak perempuan

Indonesia. Bagi Soekarno, bercermin kepada kehidupan kaum

perempuan di luar Indonesia merupakan hal yang penting jika

perempuan Indonesia ingin mengalami kemajuan. Sebab, dengan

pengetahuan tersebut, akan didapat konsep yang tetap untuk

menjelaskan peran dan fungsi perempuan bagi perkembangan

Indonesia.37

Gambaran nasib kaum Sarinah bertujuan untuk mengangkat

kesadaran masyarakat Indonesia bahwa mereka bukanlah mahluk

lemah, bukan pula mahluk yang tidak berpikir. Sebaliknya, para

Sarinah itu merupakan mahluk mulia yang bisa melakukan pekerjaan

36 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 161 37 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 118

73

laki-laki dan berhak mendapatkan kemerdekaan atas kodrat yang

mereka miliki.38

Kaum Sarinah di mana pun mereka, berhak hidup merdeka.

Sebab, Islam sebagai agama penyempurna membawa visi untuk

memerdekakan umat manusia dari penindasan. Khususnya bagi kaum

Sarinah, yang berada dalam cengkraman hukum patriarkat.

Dengan skema sejarah hukum matriarkat dan patriarkat

tersebut, sudah waktunya bagi Sarinah Indonesia untuk mendukung

cita-cita Soekarno. Usaha Soekarno mencari konsep bagi perjuangan

kaum Sarinah untuk mendapatkan lagi kemerdekaan mereka,

merupakan usaha mulia. Seokarno tidak sebatas membaca situasi dan

kondisi Sarinah Indonesia, tetapi jauh membaca ulang sejarah

perempuan di negeri-negeri lain dan agama-agama lain. Pendapat para

tokoh dipelajari secara mendalam. Ajaran-ajaran agama pun tidak luput

dari telaah Soekarno.39

Satu cita-cita dengan satu gagasan besar yang lahir dari dalam

diri Soekarno pasca kemerdekaan, tidak lain, adalah demi nasib Sarinah

Indonesia. Cita-cita Soekarno tidak bisa dipisahkan dari peran

ppengasuh pada masa kecilnya, yaitu Mbok Sarinah.

38 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 167 39 S. Wisnuwardhana, Sarinah Mata Air Cinta, Humanisme, dan Feminisme

Soekarno dalam Pelukan Cinta Sang Ibu Asuh, p. 168

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Lawang Seketeng, Surabaya

dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Gatot Subroto,

Jakarta. Terlahir dari ibu bernama Idayu Nyoman Ray dan Ayah

bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Soekarno selain di kenal

sebagai sang proklamator, Presiden RI dan berbagai gelar yang di

sandangnya, juga merupakan seorang pemikir dan intelektual Islam.

Pikiran-pikirannya tentang pembaruan Islam sangat berharga bagi

khazanah pemikiran Islam di Indonesia. Kingintahuannya akan Islam

membuat ia bertukar surat kepada Tuan Hasan salah satu guru

persatuan Islam di Bandung. Menurut Soekarno Islam adalah progres,

agama yang berkemajuan. Kemajuan karena fardu, karena sunnah, dan

kemajuan denganaturan-aturan yang baru yang lebih luas, mendapatkan

sistem-sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi

tingkatannya di banding dulu.Dalam Kegemarannya membaca buku

maka banyak sekali karya-karya Soekarno yang dibukukan. Karena

eksistensinya melawan penjajahan ia kemudian dinobatkan menjadi

presiden pertama pasca Indonesia merdeka, didampingi M. Hatta.

2. Kondisi perempuan dalam peradaban kuno terlihat jelas bahwa

selalu ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaannya. Hak-hak dan

kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja dan situasi ini terus

74

75

berlangsung sampai datangnya Islam, yang mengajarkan kepada umat

manusia bagaimana bersikap adil dan benar terhadap seluruh uman

manusia. Selain itu, adat yang berkembang saat itu sangat

mendiskriminasi perempuan.

3. Soekarno perbandangan bahawa perempuan bagian dari

manusia yang juga berhak mendapatkan kesempatan dan perlakukan

adil seperti halnya laki-laki. Ia menggambarkan bagaimana suatu

peradaban yang meminggirkan perempuan selalu tenggelam. Pola

Partiarkat dan matriarkat tidak menjamin kesejahteraan laki-laki dan

perempuan. Karenanya melalui beberapa buku, Seokarno menggagas

tentang pengangkatan terhadap harkat dan martabat perempuan.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Maka, penulis

memberikan beberapa saran-saran, antara lain:

a) Perempuan adalah makhluk yang lemah lembut, dan penuh

kasih sayang, dengan adanya perbedaan dari segi fisik antara

laki-laki dan perempuan sudah seharusnya kaum perempuan

lebih dihormati, dan dihargai, karena peran perempuan sangat

penting baik sebagai anak, istri, ibu, dan ranah publik.

b) Adanya Pemikiran Soekarno tentang perempuan yang banyak

dituangkan dalam bentuk tulisan diharapkan dapat membantu,

dan lebih memahami khususnya kaum perempuan antara kodrat

perempuan dan peran perempuan dalam dunia sosial, politik,

dan lain-lai

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Dudung ,Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta:

Kurnia Kalam Semesta, 2003).

Adams Cindy, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, (terj.)”: Abdul

Bar Salim, (Djakarta : Gunung Agung, 1966).

Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta : PT Pustaka

Insan Madani, 2005).

Ambarsari Dewi, Kebijakan Publik dan Partisipasi Perempuan,

(Surakarta : Pattiro, 2002), cet 1.

Baker Anton dan Charis Ahmad Zubair, Metodologi Penelitian

Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1994).

Dahm Bernhard, Soekarno dan Perjuangan kemerdekaan (terj) Hasan

Basri, (Jakarta : LP3ES, 1987).

Daras Roso, Total Bung Karno, (Depok : Penerbit Imania, 2013).

Fakih Mansour, Analisis Gender, cetakan pertama (Yogyakarta,

Pustaka Pelajar: 1996).

Humm Maggie, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka,

2002).

Ibnu R Ambaruddin,’’Pandangan Ir.Soekarno tentang Perempuan’’,

Skripsi Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat,

Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga: 2001.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990).

Kartono Kartini, Psikologi Wanita, (Bandung : Mandar Maju, 1989).

Kasenda Peter, Sukarno, Marxisme & Leninisme, (Depok :

Komunitas Bambu 2014), cet ke-1.

Kleden Ignas, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan (Magelang,

Indonesia Tera: 2004).

Kurniawan Syamsul, Pendidikan di mata Soekarno, (Jogjakarta : Ar-

Ruzz Media Group, 2009).

Kusuma Djaya Ahmad, Soekarno: Perempuan & Revolusi Sebuah

Biografi Politik dan Intelektual (Jakarta, Kreasi Wacana: 2013).

Lubis M Ridwan, Soekarno dan Modernisme Islam, (Depok :

Komunitas Bambu, 2010), cet ke-1.

Mosse Julia Cleves, Gender dan Pembangunan (terj.), cetakan pertama

(Yogyakarta, Pustaka Pelajar : 1996).

Muhamad Hussein, Islam Agama Ramah Perempuan, (Yogyakarta :

LkiS, 2004).

Muthahari Murtadha, Hak-Hak Wanita Dalam Islam, (Jakarta :

Lentera,1995).

Nasif Fatima Umar, Menggugat Sejarah Perempuan, (Jakarta: Cendikia

sentra Muslim, 2001).

Poerardaminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN

Balai Pustaka, 1976).

Quraish M. Shihab, Perempuan, (Tangerang : Penerbit Lentera Hati,

2005).

Rueda Marisa, dkk, Feminisme Untuk Pemula, (Yogyakarta: Resist

Book, 2007).

Saksono Ign Gatut, Marhaenisme Bung Karno, (Yogyakarta : Ardana

Media, 2008), cet ke-1.

Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, (Jakarta Pusat : Yayasan Bung

Karno, 2005), cet. ke-5.

Subhan Zaitunah, Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos, (Yogyakarta :

Pustak Pesantren, 2004).

Sukarno, Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia, (Jakarta : Kepustakaan

Populer Gramedia, 2010).

Soekarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, (Jakarta,

Gunung Agung 1966).

Soekarno, Sarinah, Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik

Indonesa, (Bandung: syabas book, 2013).

Soekarno, Wanita Bergerak, cetakan pertama (Bantul: Kreasi Wacana :

2013).

Soenario, Benteng Segitiga, (Jakarta : Yayasan Marinda, 1988),cet. ke-

1.

Suprijono Agus dan Mujiasri , Pemikiran Soekarno Tentang

Perempuan dan Kontroversi Pernikahannya, AVATARA, e-

Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 2, no. 3 Oktober 2014.

Suryakusuma Julia, Agama, Seks, dan Kekuasaan, (Depok : Komunitas

Bambu, 2012).

Susan Alice Watkins, Marta Rodriguez dan Marisa Rueda, Feminisme

Untuk Pemula, (Yogyakarta: Resist Book 2007), cet 1.

Syafaatun Al Mirzanah dkk, Perempuan Dalam Agama-Agama Dunia,

(Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Departemen Agama

bekerja sama dengan CIDA-McGill-Project, 2002).

Sayyid Muhamad Husain Fadhlulloh, Dunia Wanita Dalam Islam,

(Jakarta: Lentera, 1992).

Tan G. Mely, Telaah Pendekatan Teoritis dan Metodologis Studi

Wanita di Indonesia, (Jakarta: Badan Nasional Wanita

Indonesia, 1994).

Tashadi, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan,Ir.Soekarno dan

K.H. Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya,1999),

cet. ke-1.

Vreede Cora-De Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan

Pencapaian, (Depok : Komunitas Bambu, 2008), cet. ke-1.

Wisnuwardana. S, Sarinah, cetakan pertama (Yogyakarta: Palapa,

2015).

Yatim Badri, Soekarno Islam dan Nasionalisme, (Bandung: Penerbit

Nusa, 2001).