pemetaan dan analisis kerugian hak dan/atau … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional...

260
PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU KEWENANGAN KONSTITUSIONAL DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DI MAHKAMAH KONSTITUSI (2003-2017)

Upload: dangngoc

Post on 30-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN

HAK DAN/ATAU KEWENANGAN KONSTITUSIONAL

DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

DI MAHKAMAH KONSTITUSI

(2003-2017)

Page 2: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN

HAK DAN/ATAU KEWENANGAN KONSTITUSIONAL

DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

DI MAHKAMAH KONSTITUSI

(2003-2017)

Peneliti:

Damianagatayuvens

Liza Farihah

Rangga Sujud Widigda

Agung Sudrajat

Erwin Natosmal Oemar

Asisten Peneliti:

Shanaz Hani Sofi

Muhammad Indra Lesmana

Nabila

Editor:

Anbar Jayadi

Desain Sampul dan Tata Letak:

Annisa Farida Zahra

Cetakan Pertama, Oktober 2018

xxii+ 238 hlm.14,8 x 21 cm

ISBN: 978-602-53227-0-9

Diterbitkan oleh:

Indonesian Legal Roundtable

Jl. Perdatam VI No. 6, Pancoran, Jakarta Selatan

Telp. (021) 799 6069, Faks. (021) 799 5069

Surel: [email protected]

© Indonesian Legal Roundtable

Page 3: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN

HAK DAN/ATAU KEWENANGAN KONSTITUSIONAL

DALAM PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

DI MAHKAMAH KONSTITUSI

(2003-2017)

Page 4: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 5: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

v

Kata Pengantar

Tahir Foundation

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga pelindung

konstitusi (guardian of constitution) dan penafsir akhir konstitusi (final

interpreter of constitution). Dalam menjalankan perannya tersebut, salah satu

kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perkara

pengujian undang-undang adalah perkara yang paling sering diajukan ke

Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan data rekapitulasi perkara di MKRI per 14

September 2018, total perkara pengujian undang-undang yang diajukan ke

Mahkamah Konstitusi adalah sejumlah 1.211 perkara.

Dalam mengajukan perkara pengujian undang-undang, kedudukan

hukum memegang peranan penting. Jika pemohon tidak memiliki kedudukan

hukum, pemeriksaan terhadap materi pengujian undang-undang tidak akan

dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Dengan kata lain, kedudukan hukum

adalah pintu gerbang dalam proses pengujian undang-undang.

Salah satu elemen penting dari kedudukan hukum adalah kerugian hak

dan/atau kewenangan konstitusional. Elemen ini telah diuraikan oleh

Mahkamah Konstitusi melalui putusannya menjadi 5 syarat yang bersifat

kumulatif. Menariknya meskipun peran kedudukan hukum sangat krusial dalam

pengujian undang-undang, jarang sekali ditemukan tulisan yang memberikan

porsi yang cukup dalam membahas kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional ini.

Kurangnya bacaan yang komprehensif mengenai kerugian hak dan/atau

kewenangan mendorong Tahir Foundation untuk memberikan dukungan penuh

kepada Indonesian Legal Roundtable guna melakukan penelitian yang mampu

memberikan gambaran utuh mengenai konsep kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional. Kami percaya bahwa penelitian ini akan sangat

membantu seluruh elemen masyarakat untuk menilai kompetensinya sendiri

ketika akan melakukan pengujian undang-undang. Selain itu, dukungan kami

ini merupakan bentuk nyata partisipasi dan kepedulian Tahir Foundation

terhadap sistem hukum di Indonesia.

Page 6: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

vi

Dengan selesainya penelitian ini, diharapkan ruang diskursus baru

mengenai kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional menjadi terbuka.

Besar harapan kami agar penelitian ini bisa menjadi pijakan bagi hadirnya era

penerapan konsep hak dan/atau kewenangan konstitusional yang sistematis dan

terukur. Dan hal ini sesuai dengan visi Tahir Foundation dalam menciptakan

Indonesia yang lebih baik, di mana setiap individu memiliki akses untuk

pendidikan dan penelitian yang memadai guna meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

Akhir kata, Tahir Foundation mengucapkan selamat kepada Indonesian

Legal Roundtable yang sudah berani menjadi pionir dalam membedah konsep

kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga

hasil penelitian dan konsep ini dapat menjadi inspirasi bagi anak bangsa lainnya

untuk melakukan kajian lanjutan demi terwujudnya cita-cita negara hukum

Indonesia yang pada akhirnya bermuara pada tercapainya keadilan bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Dato Sri Prof. Dr Tahir MBA

Katua Yayasan Tahir Foundation

Page 7: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

vii

Kata Pengantar

Indonesian Legal Roundtable

Kehadiran Mahkamah Konstitusi (MK) diakui telah menjadi penanda

tegaknya prinsip negara hukum dan terselenggaranya pemerintahan yang

demokratis. Pengakuan itu dapat dilihat bahwa MK telah menjadi solusi

alternatif para pencari keadilan, yang mengajukan permohonan penyelesaian

perkara-perkara konstitusi (the guardian of constitution). Sejauh ini MK

setidaknya telah memutus tiga dari lima kewenangan yang dimandatkan UUD

1945, yaitu perkara yang terkait dengan pengujian konstitusionalitas undang-

undang, perselisihan wewenang konstitusional antar lembaga negara dan

perselisihan hasil pemilu.

Perkara pengujian konstitusionalitas undang-undang (PUU),

merupakan perkara yang paling sering dan rutin dijalankan MK. Sejak dibentuk

2003, terdapat hampir 1000 perkara pengujian undang-undang yang telah

diputus MK. Rata-rata 66,66 setiap tahun perkara diterima, diproses dan diputus

MK. Kendati demikian, tidak semua orang boleh mengajukan permohonan

pengujian undang-undang ke MK dan menjadi pihak pemohon. Hukum acara

MK yang tertuang dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi mensyaratkan, pemohon adalah pihak yang menganggap

hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-

undang. Syarat ini seperti sebuah tiket masuk yang nantinya membolehkan

seseorang diakui dan dapat bertindak sebagai pemohon.

MK kemudian memformulasikan adanya lima (5) kriteria/syarat

sebagai penafsiran dan penjabaran dari kerugian konstitusional dalam Pasal 51

tersebut yaitu: (a) adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon

yang diberikan UUD 1945; (b) hak dan/atau kewenangan tersebut dirugikan

oleh berlakunya undang-undang; (c) kerugian harus bersifat spesifik dan aktual,

atau setidaknya potensi akan terjadi; (d) adanya hubungan sebab akibat (causal

verband) antara kerugian dan undang-undang yang akan diuji; (e) kerugian

tidak akan atau tidak lagi terjadi bila permohonan dikabulkan.

Formulasi kerugian konstitusional (constitusional loss/constitusional

injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau yurisprudensi yang kerap

Page 8: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

viii

kali dijadikan acuan MK untuk membuktikan ada tidaknya kedudukan hukum

(legal standing) dan kepentingan hukum pemohon. Sedangkan bagi pemohon

menjadi acuan pula untuk menjelaskan alasan-alasannya dan menguraikan

kerugian konstitusional yang dialami, serta kaitannya dengan pemberlakuan

undang-undang yang akan diuji. Pertanyaannya, bagaimanakah MK

menerapkan lima (5) kriteria tersebut untuk menentukan atau

mengklasifikasikan kerugian konstitusional? Apakah kriteria tersebut bersifat

kumulatif dan diterapkan secara ajek dan konsisten?

Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dari

total 888 putusan PUU tahun 2003 hingga bulan Juni 2017 yang ditelaah dan

diteliti, ditemukan bahwa terdapat 2 bentuk kerugian konstitusional yaitu

kerugian aktual dan potensial. Namun MK juga kerap kali memberikan

kedudukan hukum kepada pemohon yang tidak mengalami kerugian

konstitusional, namun memiliki kepentingan hukum. Menariknya, 5 kriteria

kerugian konstitusional itu secara praktis hanya diterapkan secara formil, tidak

pernah diterapkan secara materiil oleh MK. Secara formil MK sering

mengulang pernyataan bahwa pemohon secara prima facie memiliki kedudukan

hukum, tanpa memberikan pertimbangan apa pun, termasuk mengenai hak

dan/atau kewenangan konstitusional apa yang dirugikan.

Bisa dikatakan penerapan prinsip kerugian konstitusional ini sangat

dinamis. MK tidak selalu ajek dan menilai secara ketat penerapan kerugian

konstitusional. Seperti yang disimpulkan dalam penelitian, MK tidak memiliki

tolak ukur yang jelas dalam penerapan kriteria kerugian, bahkan bisa dibilang

tidak selalu peduli terhadap kedudukan hukum. Temuan dalam penelitian ini

tentu menjadi penting untuk merumuskan kembali konsep kerugian

konstitusional, baik yang aktual, potensial dan kepentingan hukum, serta

syarat/kriteria penerapannya. Tentu saja, penelitian ini juga bukan sesuatu yang

absolut dan final. Terbuka untuk dibaca secara kritis dan dilanjutkan dalam

penelitian-penelitian yang lebih mendalam.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat untuk

memetakan dan mengklasifikasi bentuk-bentuk kerugian konstitusional.

Sehingga memudahkan dalam pengajuan permohonan PUU ke MK. Juga

bermanfaat bagi hakim konstitusi, akademisi dan praktisi hukum untuk menguji

Page 9: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

ix

konsistensi penerapan Pasal 51 UU MK dan syarat-syarat kerugian

konstitusional. Selamat dan terima kasih kepada para peneliti. Terima kasih pula

pada semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu terlaksananya

penelitian ini, terutama kepada Tahir Foundation yang telah mendukung penuh

terlaksananya penelitian ini.

Firmansyah Arifin

Direktur Eksekutif

Page 10: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 11: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Tahir Foundation ------------------------------------------------- v

Kata Pengantar Direktur Eksekutif

Indonesian Legal Roundtable ------------------------------------------------------ vii

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------- vi

Daftar Tabel, Diagram dan Grafik ------------------------------------------------ xiii

Daftar Istilah --------------------------------------------------------------------------- xxi

BAB I

PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------- 1

B. Rumusan Permasalahan -------------------------------------------------------- 9

C. Tujuan Penelitian ---------------------------------------------------------------- 9

D. Manfaat Penelitian -------------------------------------------------------------- 10

E. Kerangka Konseptual ----------------------------------------------------------- 10

F. Metode Penelitian --------------------------------------------------------------- 15

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN ------------------------------------------- 27

A. Jimly Asshiddiqie --------------------------------------------------------------- 29

B. M. Mahfud M.D. ---------------------------------------------------------------- 31

C. M. Akil Mochtar ----------------------------------------------------------------- 33

D. Hamdan Zoelva ------------------------------------------------------------------ 36

E. Arief Hidayat --------------------------------------------------------------------- 38

F. Perbandingan dari Masa ke Masa -------------------------------------------- 40

BAB III

KERUGIAN AKTUAL ------------------------------------------------------------- 43

A. Ruang Lingkup dan Batasan Kerugian Aktual ---------------------------- 43

B. Kerugian Aktual dalam Perspektif MKRI ---------------------------------- 47

C. Pergerakan Penafsiran Kerugian Aktual

dari Masa ke Masa -------------------------------------------------------------- 82

Page 12: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xii

D. Konseptualisasi Kerugian Aktual -------------------------------------------- 93

BAB IV

KERUGIAN POTENSIAL --------------------------------------------------------- 99

A. Ruang Lingkup dan Batasan Kerugian Potensial ------------------------- 99

B. Kerugian Potensial dalam Perspektif MKRI ------------------------------- 102

C. Pergerakan Penafsiran Kerugian Potensial

dari Masa ke Masa -------------------------------------------------------------- 134

D. Konseptualisasi Kerugian Potensial ----------------------------------------- 141

BAB V

KEPENTINGAN HUKUM -------------------------------------------------------- 151

A. Ruang Lingkup dan Batasan Kepentingan Hukum ----------------------- 151

B. Kepentingan Hukum dalam Perspektif MKRI ----------------------------- 155

C. Pergerakan Penafsiran Kepentingan Hukum

dari Masa ke Masa -------------------------------------------------------------- 189

D. Konseptualisasi Kepentingan Hukum --------------------------------------- 197

BAB VI

SIMPULAN DAN REKOMENDASI -------------------------------------------- 203

A. Simpulan -------------------------------------------------------------------------- 203

B. Rekomendasi --------------------------------------------------------------------- 206

Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------- 209

Lampiran I

Petunjuk Pengisian Instrumen ----------------------------------------------------- 213

Lampiran II

Daftar Putusan ------------------------------------------------------------------------- 221

Profil Peneliti dan Asisten Peneliti ------------------------------------------------ 233

Profil Indonesian Legal Roundtable ---------------------------------------------- 235

Page 13: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xiii

DAFTAR TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK

A. DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah input berdasarkan status kedudukan hukum ---------- 27

Tabel 2.2 Jumlah putusan dan input berdasarkan

periode Ketua MKRI pada saat RPH ---------------------------- 28

Tabel 2.3 Jumlah input status kedudukan hukum

pada periode Jimly Asshiddiqie ----------------------------------- 29

Tabel 2.4 Kategori kedudukan hukum pada periode

Jimly Asshiddiqie ---------------------------------------------------- 30

Tabel 2.5 Jumlah input status kedudukan hukum

pada periode M. Mahfud M.D. ------------------------------------ 31

Tabel 2.6 Kategori kedudukan hukum pada periode

M. Mahfud M.D. ----------------------------------------------------- 32

Tabel 2.7 Jumlah input status kedudukan hukum

pada periode M. Akil Mochtar ------------------------------------ 34

Tabel 2.8 Kategori kedudukan hukum pada periode

M. Akil Mochtar ----------------------------------------------------- 35

Tabel 2.9 Jumlah input status kedudukan hukum

pada periode Hamdan Zoelva ------------------------------------- 36

Tabel 2.10 Kategori kedudukan hukum pada periode

Hamdan Zoelva ------------------------------------------------------ 37

Tabel 2.11 Jumlah input status kedudukan hukum

pada periode Arief Hidayat ---------------------------------------- 38

Tabel 2.12 Kategori kedudukan hukum pada periode

Arief Hidayat --------------------------------------------------------- 39

Tabel 3.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 021/PUU-III/2005 -------------------------- 50

Tabel 3.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 54/PUU-VI/2008 ---------------------------- 52

Tabel 3.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 100/PUU-X/2012 --------------------------- 54

Page 14: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xiv

Tabel 3.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 75/PUU-XIII/2015 -------------------------- 56

Tabel 3.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 020/PUU-I/2003 ----------------------------- 57

Tabel 3.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 001/PUU-III/2005 -------------------------- 60

Tabel 3.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 002/PUU-III/2005 -------------------------- 61

Tabel 3.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 50/PUU-VI/2008 ---------------------------- 63

Tabel 3.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 117/PUU-X/2012 --------------------------- 65

Tabel 3.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 011-017/PUU-I/2003 ----------------------- 69

Tabel 3.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 010/PUU-III/2005 -------------------------- 71

Tabel 3.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 28/PUU-X/2012 ----------------------------- 73

Tabel 3.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 137/PUU-XIII/2017 ------------------------ 75

Tabel 3.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 013/PUU-I/2003 ----------------------------- 76

Tabel 3.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 009-014/PUU-III/2005 --------------------- 78

Tabel 3.16 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 8/PUU-XI/2013 ----------------------------- 80

Tabel 3.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 013/PUU-I/2003 ----------------------------- 82

Tabel 3.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 065/PUU-II/2004 --------------------------- 83

Tabel 3.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 16/PUU-IX/2011 ---------------------------- 84

Page 15: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xv

Tabel 3.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 65/PUU-IX/2011 ---------------------------- 85

Tabel 3.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 84/PUU-X/2012 ----------------------------- 86

Tabel 3.22 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 1/PUU-XI/2013 ----------------------------- 87

Tabel 3.23 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 89/PUU-XI/2013 ---------------------------- 88

Tabel 3.24 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 120/PUU-XII/2014 ------------------------- 89

Tabel 3.25 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 111/PUU-XIV/2016 ------------------------ 90

Tabel 3.26 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 139/PUU-XIII/2015 ------------------------ 90

Tabel 4.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 002/PUU-II/2004 --------------------------- 106

Tabel 4.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 005/PUU-I/2003 ----------------------------- 110

Tabel 4.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 020/PUU-IV/2006 -------------------------- 112

Tabel 4.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 12/PUU-V/2007 ----------------------------- 113

Tabel 4.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 19/PUU-VI/2008 ---------------------------- 115

Tabel 4.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 53/PUU-VIII/2010 -------------------------- 116

Tabel 4.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 72/PUU-VIII/2010 -------------------------- 117

Tabel 4.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 75/PUU-IX/2011 ---------------------------- 119

Tabel 4.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 84/PUU-IX/2011 ---------------------------- 120

Page 16: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xvi

Tabel 4.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 112/PUU-X/2012 --------------------------- 122

Tabel 4.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 59/PUU-XI/2013 ---------------------------- 123

Tabel 4.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 46/PUU-XII/2014 --------------------------- 124

Tabel 4.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 71/PUU-XIII/2015 -------------------------- 126

Tabel 4.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 55/PUU-XIV/2016 -------------------------- 128

Tabel 4.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 56/PUU-XIV/2016 -------------------------- 129

Tabel 4.16 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 002/PUU-II/2004 --------------------------- 134

Tabel 4.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 22-24/PUU-VI/2008 ------------------------ 135

Tabel 4.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 110-111-112-113/PUU-VII/2009 -------- 136

Tabel 4.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 2/PUU-XI/2013 ----------------------------- 137

Tabel 4.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 61/PUU-XI/2013 ---------------------------- 137

Tabel 4.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 39/PUU-XII/2014 --------------------------- 138

Tabel 4.22 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 137/PUU-XIII/2015 ------------------------ 139

Tabel 4.23 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 56/PUU-XIV/2016 -------------------------- 140

Tabel 4.24 Penggunaan potensi derajat kerugian

terhadap Putusan No. 14-17/PUU-V/2007 ---------------------- 144

Tabel 4.25 Penggunaan potensi derajat kerugian

terhadap Putusan No. 37/PUU-IX/2011 ------------------------- 144

Page 17: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xvii

Tabel 4.26 Penggunaan potensi derajat kerugian

terhadap Putusan No. 55/PUU-XI/2013 ------------------------- 146

Tabel 4.27 Penggunaan potensi derajat kerugian

terhadap Putusan No. 15/PUU-XII/2014 ------------------------ 146

Tabel 4.28 Penggunaan potensi derajat kerugian

terhadap Putusan No. 54/PUU-XIV/2016 ---------------------- 147

Tabel 5.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 004/PUU-I/2003 ----------------------------- 158

Tabel 5.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 006/PUU-I/2003 ----------------------------- 160

Tabel 5.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 008/PUU-II/2004 bagi Pemohon I ------- 162

Tabel 5.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 008/PUU-II/2004 bagi Pemohon II ------ 162

Tabel 5.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 019/PUU-I/2003 ----------------------------- 165

Tabel 5.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 003/PUU-I/2003 ----------------------------- 167

Tabel 5.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 128/PUU-VII/2009 ------------------------- 170

Tabel 5.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 006/PUU-II/2004 ---------------------------- 172

Tabel 5.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 002/PUU-I/2003 ----------------------------- 174

Tabel 5.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 072-073/PUU-II/2004 ---------------------- 177

Tabel 5.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 026/PUU-III/2005 -------------------------- 178

Tabel 5.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 014/PUU-IV/2006 -------------------------- 180

Tabel 5.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 21-22/PUU-V/2007 ------------------------- 182

Page 18: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xviii

Tabel 5.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 3/PUU-IX/2011 ----------------------------- 183

Tabel 5.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 96/PUU-X/2012 ----------------------------- 185

Tabel 5.16 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional

dalam Putusan No. 62/PUU-XII/2014 --------------------------- 187

Tabel 5.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 008/PUU-II/2004 --------------------------- 189

Tabel 5.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 128/PUU-VII/2009 ------------------------- 191

Tabel 5.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 96/PUU-X/2012 ----------------------------- 192

Tabel 5.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 62/PUU-XII/2014 --------------------------- 193

Tabel 5.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum

dalam Putusan No. 123/PUU-XIII/2015 ------------------------ 195

Tabel 5.22 Penggunaan tes kepentingan hukum

terhadap Putusan No. 014/PUU-IV/2006 ----------------------- 198

Tabel 5.23 Penggunaan tes kepentingan hukum

terhadap Putusan No. 63/PUU-XII/2014 ------------------------ 199

Tabel 5.24 Penggunaan tes kepentingan hukum

terhadap Putusan No. 152/PUU-VII/2009 ---------------------- 199

Tabel 5.25 Penggunaan tes kepentingan hukum

terhadap Putusan No. 25/PUU-IV/2006 ------------------------- 200

Tabel 5.26 Penggunaan tes kepentingan hukum

terhadap Putusan No. 019-020/PUU-III/2005 ------------------ 201

B. DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Persentase status kedudukan hukum

berdasarkan jumlah input ---------------------------------------- 27

Diagram 2.2 Persentase jumlah putusan yang diputus

dalam tiap periode Ketua MKRI ------------------------------- 28

Page 19: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xix

Diagram 2.3 Persentase status kedudukan hukum

pada periode Jimly Asshiddiqie -------------------------------- 30

Diagram 2.4 Persentase kategori kedudukan hukum

pada periode Jimly Asshiddiqie -------------------------------- 31

Diagram 2.5 Persentase status kedudukan hukum

pada periode M. Mahfud M.D. --------------------------------- 32

Diagram 2.6 Persentase kategori kedudukan hukum

pada periode M. Mahfud M.D. --------------------------------- 33

Diagram 2.7 Persentase status kedudukan hukum

pada periode M. Akil Mochtar --------------------------------- 34

Diagram 2.8 Persentase kategori kedudukan hukum

pada periode M. Akil Mochtar --------------------------------- 35

Diagram 2.9 Persentase status kedudukan hukum

pada periode Hamdan Zoelva ----------------------------------- 36

Diagram 2.10 Persentase kategori kedudukan hukum

pada periode Hamdan Zoelva ----------------------------------- 37

Diagram 2.11 Persentase status kedudukan hukum

pada periode Arief Hidayat ------------------------------------- 39

Diagram 2.12 Persentase kategori kedudukan hukum

pada periode Arief Hidayat ------------------------------------- 40

C. DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Perbandingan status kedudukan hukum pemohon

dari masa ke masa ------------------------------------------------- 41

Grafik 2.2 Perbandingan kategori kedudukan hukum

dari masa ke masa ------------------------------------------------- 41

Grafik 3.1 Perbandingan penggunaan bentuk kerugian aktual

dari masa ke masa ------------------------------------------------- 47

Grafik 4.1 Perbandingan penggunaan bentuk kerugian potensial

dari masa ke masa ------------------------------------------------- 103

Grafik 5.1 Perbandingan penggunaan bentuk kepentingan hukum

dari masa ke masa ------------------------------------------------- 156

Page 20: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 21: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

xxi

DAFTAR ISTILAH

No. Istilah Singkatan

1 Asosiasi Penasihat Hukum dan Hak Asasi Manusia

Indonesia APHI

2 Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN

3 Badan Pemeriksa Keuangan BPK

4 Daftar Pemilih Tetap DPT

5 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia DPD

6 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR

7 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD

8 Kartu Tanda Penduduk KTP

9 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas

HAM

10 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK

11 Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara KPKPN

12 Komisi Pemilihan Umum KPU

13 Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD

14 Komisi Penyiaran Indonesia KPI

15 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN

16 Lembaga Swadaya Masyarakat LSM

17 Mahkamah Agung Republik Indonesia MARI

18 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia MKRI

19 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR

20 Masyarakat hukum adat MHA

21 Nusa Tenggara Barat NTB

22 Partai Kebangkitan Bangsa PKB

23 Partai Komunis Indonesia PKI

24 Pemutusan Hubungan Kerja PHK

25 Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP

26 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU

27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP

28 Rapat Permusyawaratan Hakim RPH

29 Tata Usaha Negara TUN

30 Tenaga Kerja Indonesia TKI

31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

UUD NRI

1945

32 Undang-Undang Republik Indonesia UU

33 Warga negara asing WNA

34 Warga negara Indonesia WNI

Page 22: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 23: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

MKRI adalah lembaga negara yang lahir sebagai hasil dari amandemen

ketiga UUD NRI 1945.1 Pembentukan MKRI bertujuan untuk menjamin

tegaknya UUD NRI 1945.2 Guna mewujudkan perannya, MKRI memiliki

dengan 4 kewenangan dan 1 kewajiban. Kewenangan MKRI adalah: (i)

menguji undang-undang terhadap UUD NRI 1945; (ii) memutus sengketa

kewenangan lembaga negara; (iii) memutus pembubaran partai politik; dan

(iv) memutus perselisihan hasil pemilihan umum.3 Kemudian, kewajiban

MKRI adalah memutus pendapat DPR yang berisi tuduhan bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak

lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.4

Ketentuan umum tentang MKRI ada dalam pasal-pasal di UUD NRI

1945. Pasal-pasal tersebut yakni Pasal 7B ayat (1), (3), (4), (5), Pasal 24

ayat (2) dan Pasal 24C UUD NRI 1945. Aturan utama, turunan pasal-pasal

tentang MKRI di UUD NRI 1945, adalah UU No. 24 Tahun 2003 tentang

Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan UU No. 8 Tahun 2011

(UU MK). UU MK mengatur lebih lanjut tentang kewenangan dan

kewajiban MKRI dan hukum acara di MKRI.

Aturan lain tentang MKRI yang relevan, misalnya, UU No. 1 Tahun

2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

sebagaimana kali terakhir diubah melalui UU No. 10 Tahun 2016. Aturan

1 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (a), “Sejarah Pembentukan Mahkamah

Konstitusi” Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diakses dari

https://mkri.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=1&menu=2 pada tanggal 14 September

2018. 2 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: Jakarta, 2006) hlm. 152. 3 Indonesia (a), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, UUD NRI 1945,

Pasal 24C ayat (1). 4 Ibid., Pasal 7B ayat (1).

Page 24: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

2

ini mengatur tentang kewenangan MKRI untuk menyelesaikan perkara

perselisihan hasil pemilihan kepala daerah secara sementara.5 Lebih lanjut,

ada UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana diubah

melalui UU No. 2 Tahun 2011. Undang-undang ini memberikan

pengaturan lanjutan mengenai kewenangan MKRI dalam melakukan

pembubaran partai politik.6

Dalam menjalankan kewenangannya, MKRI memiliki peran positif

khususnya dalam mengembangkan iklim demokrasi7, menjaga hak

konstitusional warga negara dan memberikan penguatan terhadap hak asasi

manusia.8 Contoh pengejawantahan dari peran positif MKRI adalah

Putusan No. 102/PUU-VII/2009 yang menjawab isu mengenai hak pilih

dan Putusan No. 46/PUU-VIII/2010 yang menjawab isu mengenai

hubungan keperdataan antara orang tua dan anak.

Di Putusan No. 102/PUU-VII/2009, Refly Harun dan Maheswara

Prabandono adalah para pemohon di perkara ini. Mereka mengajukan

permohonan pengujian konstitusionalitas terhadap ketentuan yang

memberikan syarat bagi warga negara untuk terdaftar dalam DPT sebelum

bisa menggunakan hak pilihnya. Dengan kata lain, jika nama yang

bersangkutan tidak tercantum di DPT, maka tidak ada kesempatan untuk

memilih bagi pemilik nama itu. Ketentuan ini ada di dalam UU No. 42

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.9

5 Indonesia (b), Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-

Undang, UU No. 10 Tahun 2016 (LN No. 130 Tahun 2016, TLN No. 5898) Pasal 157 ayat

(3). 6 Indonesia (c), Undang-Undang tentang Partai Politik, UU No. 2 Tahun 2008 (LN No. 2

Tahun 2008, TLN No. 4801) Pasal 41 huruf c dan Pasal 48 ayat (3) dan (7). 7 Ni’matul Huda dan Sri Hastuti Puspitasari, “Peran dan Fungsi Mahkamah Konstitusi

dalam Pembangunan Politik Hukum Pemerintahan Daerah” Jurnal Hukum IUS QUIA

IUSTUM, Volume 19, Nomor 3, Juli 2012, hlm. 338. 8 Mutiara Hikmah, “Peran Mahkamah Konstitusi dalam Menjamin Hak Konstitusional

Warga Negara pada Proses Demokratisasi di Indonesia” Jurnal Hukum dan Pembangunan,

Volume 39 Nomor 4, Desember 2009, hlm. 451. 9 Indonesia (d), Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden,

UU No. 42 Tahun 2008 (LN No. 176 Tahun 2008, TLN No. 4924) Pasal 28 dan Pasal 111.

Page 25: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

3

Alasan pengujian oleh Refly Harun dan Maheswara Prabandono adalah

kedua pemohon tidak terdaftar dalam DPT sehingga mereka tidak bisa

menggunakan hak pilihnya di pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD.10

Di dalam Putusan ini, MKRI menjelaskan bahwa DPT merupakan syarat

prosedural administratif dan karenanya tidak bisa meniadakan hak untuk

memilih.11 Terlepas dari pandangan ini, MKRI mengamini bahwa

pemutakhiran data pemilih membutuhkan waktu yang panjang.12 Oleh

karena itu, guna mencegah terjadinya kerugian berupa tidak bisa

digunakannya hak untuk memilih, MKRI memutuskan agar KTP—atau

paspor bagi warga negara yang berada di luar negeri—bisa digunakan

sebagai pelengkap DPT.13 Dengan demikian, setiap warga negara yang

sudah memiliki KTP tetap bisa menggunakan hak untuk memilih kendati

tidak terdaftar dalam DPT.

Peran positif MKRI di Putusan No. 102/PUU-VII/2009 adalah MKRI,

pun menyadari tantangan dalam administrasi pemilihan umum, tetap

mengutamakan hak konstitusional dari warga negara yakni hak untuk

menggunakan hak pilih. MKRI juga memberikan solusi nyata yaitu

penggunaan KTP atau paspor sehingga warga negara tetap bisa memilih

wakil-wakilnya dalam pemilihan umum.

Di Putusan No. 46/PUU-VIII/2010, Aisyah Mochtar dan Muhammad

Iqbal adalah para pemohon di perkara ini. Mereka memohon pengujian

konstitusionalitas dari ketentuan dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang mengatur tentang kewajiban pencatatan perkawinan14 dan

ketiadaan hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan ayah

biologisnya.15 Tentang kewajiban pencatatan perkawinan, MKRI

mengemukakan bahwa pencatatan perkawinan dilakukan guna menjamin

adanya perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia dan berguna

10 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (b), Putusan No. 102/PUU-VII/2009, hlm. 3. 11 Ibid., hlm. 16. 12 Ibid. 13 Ibid., hlm. 17 dan 19-20. 14 Indonesia (e), Undang-Undang tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974 (LN No. 1

Tahun 1974, TLN No. 3019) Pasal 2 ayat (2). 15 Ibid., Pasal 43 ayat (1).

Page 26: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

4

sebagai bukti yang sempurna mengenai adanya perkawinan.16 Selanjutnya,

mengenai hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan ayah

biologisnya, MKRI menyatakan bahwa setiap anak yang lahir, terlepas dari

status perkawinan orang tuanya, harus mendapatkan perlindungan

hukum.17 Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh MKRI adalah

adanya hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan ayahnya

selama ada pembuktian secara keilmuan yang memvalidasi hubungan

biologis antara anak dan ayahnya.18

Peran positif MKRI di Putusan No. 46/PUU-VIII/2010 adalah

memberikan perlindungan hukum terhadap anak luar kawin. Putusan ini

merupakan putusan progresif. MKRI memberikan solusi bagi pemenuhan

hak anak di Indonesia khususnya anak yang lahir di luar perkawinan.

Terlepas dari peran positif MKRI terhadap perkembangan hukum di

Indonesia, masih ada catatan terhadap MKRI. Catatan tersebut di antaranya

anggapan bahwa MKRI belum konsisten dalam melakukan penafsiran

terhadap UUD NRI 194519; kurangnya independensi hakim konstitusi

karena adanya pertimbangan mengenai prospek karier di masa

mendatang20; atau karena MKRI tidak jarang memutus pengujian undang-

undang yang terkait dengan dirinya sendiri—sehingga dianggap terjadi

pelanggaran terhadap asas nemo iudex in causa sua21.

Isu lain tentang kinerja MKRI yakni menyoal penerapan ketentuan

tentang kriteria kedudukan hukum di UU MK dalam perkara pengujian

16 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (c), Putusan No. 46/PUU-VIII/2010, hlm.

33-34. 17 Ibid., hlm. 35. 18 Ibid., hlm. 35 & 37. 19 Dinoroy M. Aritonang, “Peranan dan Problematika Mahkamah Konstitusi (MK) dalam

Menjalankan Fungsi dan Kewenangannya” Jurnal Ilmu Administrasi, Volume X, Nomor 3,

Desember 2013, hlm. 382. 20 Meirina Fajarwati, “Intervensi Politik dalam Putusan Mahkamah Konstitusi” Rechts

Vinding Online, diakses dari

https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/SAMBUTAN%20POLA%20PENELITIAN.

pdf, pada tanggal 15 September 2018, hlm. 3. 21 Tanto Lailam, “Pro-Kontra Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Menguji

Undang-Undang yang Mengatur Eksistensinya” Jurnal Konstitusi, Volume 12, Nomor 4,

Desember 2015, hlm. 800.

Page 27: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

5

undang-undang. Isu ini dibahas dalam Naskah Akademik UU MK yang

disiapkan oleh BPHN.22 Naskah Akademik menjelaskan bahwa undang-

undang mengenai MKRI yang baru harus memperhatikan syarat

kedudukan hukum yang sudah dibangun oleh MKRI.23 Kemudian, mantan

Ketua MKRI, Jimly Asshiddiqie pernah memberikan tanggapan tentang

kedudukan hukum di MKRI. Jimly Asshiddiqie menyatakan:

“Sudah tentu, dalam pelaksanaannya, kelima kriteria tersebut

(kriteria mengenai kedudukan hukum pemohon pengujian

undang-undang - pen) masih bersifat abstrak. Bagaimana

penilaiannya oleh hakim sangat tergantung kepada kasus

konkretnya di lapangan. Untuk dinyatakan memiliki

kedudukan hukum legal standing untuk mengajukan

permohonan, kelima kriteria itu kadang-kadang tidak

diterapkan secara kaku, atau bersifat kumulatif secara

mutlak.”24

Interpretasi dari Tim Peneliti terhadap penjelasan di Naskah Akademik UU

MK oleh BPHN dan tanggapan Jimly Asshiddiqie tentang kedudukan

hukum yakni: pertama, MKRI sudah menetapkan kriteria untuk

menentukan apakah seorang pemohon memiliki kedudukan hukum atau

tidak; kedua, kriteria yang ada seyogyanya diterapkan secara kaku dan

kumulatif; dan ketiga, pada praktiknya kriteria yang ada tidak diterapkan

secara kaku dan kumulatif.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kriteria kedudukan hukum

yang ditetapkan oleh MKRI, penting untuk mengetahui pengaturan tentang

kedudukan hukum yang ada dalam UU MK. Pasal 51 ayat (1) UU MK

menyatakan:

22 Tim Penyelarasan Naskah Akademik RUU tentang Mahkamah Konstitusi, “Laporan

Hasil Penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah

Konstitusi” Badan Pembinaan Hukum Nasional, diakses dari

https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_mk.pdf, pada tanggal 18 September 2018,

Pasal 63 ayat (1) dan (2). 23 Ibid., hlm. 73. 24 Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi

Press, 2006) hlm. 71.

Page 28: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

6

“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

undang-undang, yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam

undang-undang;

c. badan hukum publik atau privat; atau

d. lembaga negara.”25

Terhadap Pasal 51 ayat (1) UU MK ini, MKRI memberikan penafsiran

bahwa ada 2 beban pembuktian bagi pemohon pengujian undang-undang

untuk menyatakan bahwa dirinya memiliki kedudukan hukum untuk

berperkara di MK. Kedua beban pembuktian tersebut yaitu: (i) pembuktian

mengenai kapasitas pemohon; dan (ii) pembuktian mengenai kerugian hak

dan/atau kewenangan konstitusional (kerugian konstitusional) yang diderita

pemohon dalam kapasitas dimaksud sebagai akibat dari berlakunya suatu

undang-undang.26 Yang dimaksud sebagai “kapasitas pemohon” adalah

apakah pemohon adalah perorangan WNI, kesatuan MHA, badan hukum

publik, badan hukum privat atau lembaga negara.27 Lebih lanjut, yang

dimaksud dengan “kerugian konstitusional yang diderita pemohon dalam

kapasitas dimaksud sebagai akibat dari berlakunya suatu undang-undang”

adalah:

“a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional

Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945;

b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh

Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya undang-

undang yang dimohonkan pengujian;

25 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, UU No. 24 Tahun 2003

(LN No. 98 Tahun 2003, TLN No. 4316) Pasal 51 ayat (1) dan (2). 26 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (d), Putusan No. 006/PUU-I/2003, hlm. 90. 27 Ibid.

Page 29: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

7

c. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik

(khusus) dan aktual atau setidak-tidaknya potensial yang

menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan

terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara

kerugian dan berlakunya undang-undang yang

dimohonkan pengujian;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya

permohonan, maka kerugian konstitusional yang

didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi;”28

Sejauh literatur yang sudah ditelaah oleh Tim Peneliti29, kajian

mengenai kedudukan hukum yang ada saat ini sebagian besar membahas

mengenai kapasitas pemohon. Fokus pembahasan yang demikian tidaklah

keliru. Akan tetapi, berdasarkan telaah literatur, Tim Peneliti menemukan

bahwa perihal kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional tidak

begitu mendapat perhatian.30 Jika pun ada, pembahasan menitikberatkan

pada diskusi tentang ruang lingkup hak dan/atau kewenangan

konstitusional.

Perihal kedudukan hukum, Jimly Asshiddiqie memberikan analisis

normatif terhadap bukti-bukti untuk menunjukkan adanya kedudukan

hukum. Bukti tersebut yakni bukti yang bisa menunjukkan identitas

pemohon sesuai dengan kualifikasinya, bukti adanya hak konstitusional

dan bukti adanya kerugian.31 Dari sudut pandang praktis, menurut Jimly

28 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (e), Putusan No. 12/PUU-V/2007, h. 85. 29 Literatur yang ditelusuri: (i) Hukum Acara Pengujian Undang-Undang oleh Jimly

Asshiddiqie; (ii) Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia oleh Maruarar

Siahaan; (iii) Hukum Acara Mahkamah Konstitusi oleh Tim Penyusun Hukum Acara

Mahkamah Konstitusi; (iv) Hukum Acara Pengujian Undang-Undang di Mahkamah

Konstitusi oleh Sriwaty Sakkirang; (v) Problematika Legal Standing Putusan Mahkamah

Konstitusi oleh Ajie Ramdan; (vi) Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional oleh

Bisariyadi; (vii) Kualifikasi Pemohon dalam Perkara Pengujian Undang-Undang di

Mahkamah Konstitusi oleh Radian Salman dan Rosa Ristawati; dan (viii) Tinjauan Hukum

Legal Standing dalam Gugatan UU Pemilu terkait Pasal Pasal yang Dicabut dalam UUPA

oleh Tim Riset Jaringan Survei Inisiatif. 30 Lihat, ibid. 31 Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, hlm. 72-73.

Page 30: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

8

Asshiddiqie, keberadaan kedudukan hukum penting untuk membatasi

pihak yang bisa mengajukan permohonan pengujian undang-undang.32

Penjelasan Jimly Asshiddiqie di atas seirama dengan Maruarar

Siahaan, dalam artian keduanya menjelaskan pentingnya ada pembatasan

pihak yang bisa mengajukan permohonan pengujian undang-undang.33

Lebih lanjut, Maruarar Siahaan menekankan satu hal, yaitu pada akhirnya

interpretasi hakimlah yang berperan besar dalam menentukan luas

sempitnya akses pemohon dalam melakukan pengujian undang-undang.34

Kemudian, perihal kerugian konstitusional, Jimly Asshiddiqie

menjelaskan tentang definisi dan lingkup dari kerugian konstitusional.

Kerugian konstitusional adalah keadaan yang mana hak konstitusional

dikurangi, dibatasi atau dibuat tidak dapat diwujudkan pemenuhannya.35

Kerugian ini haruslah bisa dibuktikan oleh pemohon.36

Berdasarkan telaah Tim Peneliti, setidak-tidaknya ada 2 hal yang

belum dibahas secara mendalam oleh Jimly Asshiddiqie khususnya

mengenai kerugian konstitusional. Dua hal tersebut adalah (i) elaborasi

tentang kerugian potensial, dan (ii) penjelasan tentang hubungan kausal

antara kerugian konstitusional yang dialami dengan undang-undang yang

diuji. Sedangkan, menurut Tim Peneliti, Maruarar Siahaan belum

memberikan perhatian lebih terhadap isu penentuan ada atau tidaknya

kerugian konstitusional.

Selain Jimly Asshiddiqie dan Maruarar Siahaan, ahli lain yang

membahas tentang kerugian konstitusional adalah Bisariyadi. Bisariyadi

menggunakan pendekatan teoritis dan praktis. Dalam tulisan ini, Bisariyadi

menguraikan satu per satu syarat kerugian konstitusional dan membaginya

menjadi 2 bagian, yaitu: (i) syarat yang merupakan unsur yang harus

dipenuhi (adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional serta adanya

32 Ibid., hlm. 104. 33 Lihat Maruarar Siahaan (a), Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

Ed. Ke-2, Cet. Ke-2 (Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hlm. 65. 34 Ibid., hlm. 71. 35 Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, hlm. 103. 36 Ibid., hlm. 103-104.

Page 31: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

9

kerugian); dan (ii) syarat yang berisi prosedur penilaian kerugian

konstitusional (bentuk kerugian harus bersifat spesifik dan aktual atau

setidaknya potensial, adanya hubungan kausalitas antara kerugian dan

undang-undang yang diuji dan kerugian tidak akan terjadi bila permohonan

dikabulkan).37 Akan tetapi, menurut Tim Peneliti, Bisariyadi belum

menjelaskan lebih jauh 2 hal. Pertama, tolok ukur kerugian potensial atau

aktual. Kedua, gambaran sejauh mana kausalitas yang diterima oleh MKRI

dalam memberikan kedudukan hukum.

Berdasarkan telaah literatur Tim Peneliti di atas, dapat tergambar

adanya “kekosongan” dalam literatur khususnya tentang kerugian

konstitusional. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, Tim Peneliti

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kerugian konstitusional

pemohon perkara pengujian undang-undang pada putusan MKRI dengan

harapan untuk melengkapi literatur yang ada.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana MKRI

menafsirkan 5 syarat kerugian konstitusional guna menentukan kerugian

konstitusional di dalam putusan-putusannya yang memberikan kedudukan

hukum kepada pemohon? Putusan-putusan MKRI yang dikaji dalam

penelitian ini adalah putusan-putusan MKRI dalam kurun waktu 2003

hingga pertengahan 2017. Terhadap telaah terhadap putusan-putusan

MKRI tersebut, diajukan sebuah pertanyaan turunan, yaitu bagaimana

pengategorian bentuk kerugian konstitusional pemohon perkara pengujian

undang-undang pada putusan MKRI?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban mengenai

bagaimana MKRI menafsirkan 5 syarat kerugian konstitusional dalam

menentukan kerugian konstitusional pemohon pengujian undang-undang

37 Bisariyadi, “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” Jurnal Konstitusi, Volume

14, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 26-27.

Page 32: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

10

yang dinyatakan memiliki kedudukan hukum. Dari jawaban ini, diharapkan

akan muncul kategori pelbagai bentuk kerugian konstitusional dalam

putusan pengujian undang-undang di MKRI pada kurun waktu 2003

hingga pertengahan 2017.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi masyarakat, adanya kategori mengenai bentuk-bentuk kerugian

konstitusional akan memudahkan mereka untuk memahami dan

menentukan kerugian dalam mengajukan permohonan pengujian

undang-undang.

2. Bagi akademisi, praktisi hukum dan hakim konstitusi, kategori bentuk

kerugian konstitusional bisa dijadikan acuan untuk menguji konsistensi

penafsiran Pasal 51 ayat (1) UU MK dan syarat-syarat kerugian

konstitusional.

E. KERANGKA KONSEPTUAL

Konsep yang digunakan oleh Tim Peneliti sebagai dasar dari penelitian

ini adalah konsep kerugian konstitusional yang diturunkan dari Pasal 51

ayat (1) UU MK. Sebagaimana telah dikutip pada sub-bab sebelumnya, ada

5 syarat dari kerugian konstitusional. Berikut adalah uraian singkat

mengenai tiap syarat yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

1. Adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang

diberikan oleh UUD NRI 1945

Hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam UUD NRI

1945.38 Kewenangan konstitusional adalah kewenangan yang diatur

38 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Penjelasan Pasal 51 ayat

(1).

Page 33: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

11

dalam UUD NRI 1945.39 Hak dan/atau kewenangan ini bisa secara

eksplisit tercantum maupun secara implisit ditafsirkan dari ketentuan

dalam UUD NRI 1945.40

2. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon

dianggap dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang dimohonkan

pengujian

Syarat ini berarti bahwa pemohon harus memiliki anggapan bahwa

dirinya dalam kualifikasi tertentu (WNI, MHA, badan hukum publik,

badan hukum privat atau lembaga negara) mengalami kerugian

konstitusional akibat berlakunya suatu undang-undang.41 Anggapan

mengenai kerugian ini haruslah didalilkan.42

3. Kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan

aktual atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang

wajar dapat dipastikan akan terjadi

Pada sub-bab sebelumnya telah disebutkan pendapat Bisariyadi

mengenai sifat kerugian konstitusional yang bisa dialami oleh

pemohon—meski terminologi yang digunakan oleh Bisariyadi adalah

bentuk kerugian—yaitu: (i) spesifik dan aktual; atau (ii) potensial.43

Tim Peneliti tidak setuju dengan pembagian ini karena, secara tekstual,

penggunaan kata hubung “atau” memberikan pilihan kondisi, yaitu

“aktual” atau “setidak-tidaknya potensial”, yang tergabung dengan

39 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (f), Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang

Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, PMK Nomor:

06/PMK/2005, Pasal 1 angka 2. 40 Ria Indriyani, “Legal Standing Warga Negara Asing dalam Perkara Pengujian Undang-

Undang (Judicial Review) di Mahkamah Konstitusi Indonesia (Studi Kasus Perkara Nomor

2-3/PUU-V/2007 tentang Pengujian UU Narkotika)” Tesis Universitas Indonesia, Jakarta,

Juli 2009, hlm. 70. 41 Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 67. 42 Lihat, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (g), Putusan No. 20/PUU-V/2007,

hlm. 98. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (h), Putusan No. 21/PUU-

XIV/2016, hlm. 103. 43 Bisariyadi, “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” hlm. 33.

Page 34: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

12

kondisi “spesifik”, yang ditandai dengan penggunaan kata hubung

“dan”. Dengan kata lain, sifat kerugian yang bisa dialami oleh

pemohon adalah: (i) spesifik dan aktual; atau (ii) spesifik dan potensial.

Belum ada putusan maupun tulisan yang memberikan definisi atau

batasan eksplisit mengenai sifat spesifik dari suatu kerugian. Namun,

dengan memperhatikan beberapa putusan MKRI, di mana di dalamnya

terdapat uraian bentuk kerugian yang dialami oleh pemohon44, Tim

Peneliti menyimpulkan bahwa kerugian adalah spesifik jika kerugian

yang dialami atau berpotensi dialami bersifat tertentu.

Kerugian aktual bermakna kerugian nyata atau faktual45, sudah

benar-benar telah terjadi dan dialami oleh pemohon.46 Penilaian

mengenai sudah terjadi atau tidaknya kerugian haruslah bisa dinilai

secara objektif empiris.47

Kerugian potensial berarti bahwa kerugian belum secara nyata

dialami oleh pemohon, namun ada kemungkinan kerugian tersebut

terjadi.48 Sifat potensial dari kerugian tidak berarti sebagai probabilitas

dengan kemungkinan sangat kecil, melainkan harus dimaknai sebagai

probabilitas yang bernilai signifikan untuk dialami pemohon.49

44 Lihat, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (i), Putusan No. 021/PUU-III/2005,

hlm. 75-76. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (j), Putusan No. 54/PUU-

VI/2008, hlm. 46. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (k), Putusan No.

100/PUU-X/2012, hlm. 58. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (l),

Putusan No. 75/PUU-XIII/2015, hlm. 71-72. 45 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm. 20. 46 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (n), Putusan No. 4/PUU-V/2007, hlm. 98. 47 Ibid. 48 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (o), Putusan No. 002/PUU-II/2004, hlm. 23-

24. 49 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (p), Putusan No. 56/PUU-XIII/2015, hlm.

36.

Page 35: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

13

4. Adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan

berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian

Kerugian yang dialami oleh pemohon bisa terjadi akibat

berlakunya undang-undang secara langsung50 ataupun secara tidak

langsung.51

5. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan,

maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi

terjadi

Syarat ini dimaknai sebagai berikut:

a. Jika ketentuan yang diujikan tidak ada, pemohon tidak akan pernah

mengalami kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional; dan

b. Jika ketentuan yang diujikan dibatalkan, potensi kerugian bagi

pihak lain tidak akan ada lagi.52

Konsep di atas digunakan oleh Asisten Peneliti dan Tim Peneliti untuk

menentukan apakah kedudukan hukum yang diberikan pada sebuah

putusan berbentuk kerugian aktual atau potensial atau keduanya atau bukan

keduanya. Dalam hal kedudukan hukum dalam sebuah putusan tidak

termasuk ke dalam bentuk kerugian aktual dan/atau potensial, maka

Asisten Peneliti dan Tim Peneliti akan memasukkannya ke dalam kategori

sendiri, yang disebut sebagai kepentingan hukum.

Sejauh telaah literatur yang dilakukan oleh Tim Peneliti, Tim Peneliti

menyimpulkan bahwa kepentingan hukum bukan merupakan bentuk

kedudukan hukum yang dibahas dalam diskursus mengenai kedudukan

hukum pengujian undang-undang di Indonesia. Bentuk ini ada guna

melengkapi bentuk kedudukan hukum dengan kategori kerugian aktual dan

50 Lihat, Bisariyadi, “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” hlm. 36-37. Lihat

juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (q), Putusan No. 53/PUU-VI/2008, hlm. 78. 51 Lihat, Bisariyadi, “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” hlm. 36-37. Lihat

juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (r), Putusan No. 9/PUU-IX/2011, hlm. 24. 52 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (s), Putusan No. 110-111-112-113/PUU-

VII/2009, hlm. 86.

Page 36: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

14

kerugian potensial karena terdapat putusan yang memberikan kedudukan

hukum meski tidak ada kerugian yang dialami oleh pemohon.

Contoh yang bisa diambil adalah Putusan No. 002/PUU-I/2003.

Pemohon dalam perkara ini adalah beberapa perkumpulan.53 Ketentuan

yang diujikan adalah keseluruhan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak

dan Gas Bumi.54 Hak konstitusional yang didalilkan mengalami kerugian

adalah hak yang dijamin dalam Pasal 28A ayat (1), Pasal 28C ayat (2),

Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (1), Pasal 31 ayat (1), Pasal 31 ayat (4)

dan Pasal 33 UUD NRI 1945.55 Dalam pertimbangannya mengenai

kedudukan hukum pemohon, MKRI menyatakan:

“Menimbang bahwa Pemohon I sampai dengan V, terlepas

dari tidak dapat dibuktikannya apakah Para Pemohon

dimaksud berstatus sebagai badan hukum atau tidak, namun

berdasarkan anggaran dasar masing-masing perkumpulan

yang mengajukan permohonan ini (Pemohon I sampai dengan

V) telah ternyata bahwa tujuan perkumpulan tersebut adalah

untuk memperjuangkan kepentingan umum (public interests

advocacy) yang di dalamnya tercakup substansi dalam

permohonan a quo, sehingga Mahkamah berpendapat

Pemohon I sampai dengan V memiliki kedudukan hukum

(legal standing) sebagai Pemohon dalam permohonan a

quo;”56

Berdasarkan pertimbangan di atas, Tim Peneliti menyimpulkan bahwa

MKRI belum melihat adanya kerugian konstitusional yang dialami oleh

pemohon. Menurut Tim Peneliti, di Putusan ini, dasar pemberian

kedudukan hukum kepada pemohon adalah adanya kepentingan dari

pemohon untuk memperjuangkan kepentingan umum.

Dasar dari bentuk kedudukan hukum ini adalah terminologi di

Penjelasan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK yang menyatakan: “Yang

53 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (t), Putusan No. 002/PUU-I/2003, hlm. 1-2. 54 Ibid., hlm 69. 55 Ibid., hlm 9-13. 56 Ibid, hlm. 200.

Page 37: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

15

dimaksud dengan ‘perorangan’ termasuk kelompok orang yang

mempunyai kepentingan sama.”57 Penggunaan terminologi kepentingan

sama dalam ketentuan ini menunjukkan bahwa pemohon pada dasarnya

harus memiliki kepentingan sebelum mengajukan permohonan pengujian

undang-undang.

Postulat di atas didukung oleh MKRI melalui putusan-putusannya.

Misalnya dalam Putusan No. 004/PUU-I/2003 yang menyatakan adanya

kepentingan bagi hakim karier dalam mengajukan pengujian terhadap

pengaturan sehubungan dengan syarat untuk menjadi hakim agung58,

maupun dalam Putusan No. 006/PUU-I/2003 yang menyatakan adanya

kepentingan bagi anggota lembaga negara yang dibubarkan dalam

melakukan pengujian terhadap undang-undang yang membubarkan

lembaganya tersebut59.

Guna bisa membahas pemberian kedudukan hukum atas dasar

kepentingan, terlepas dari ragam terminologi yang digunakan, Tim Peneliti

akan menggunakan terminologi payung bernama “kepentingan hukum”.

F. METODE PENELITIAN

Guna mendapatkan kategori bentuk kedudukan hukum dalam putusan

pengujian undang-undang di MKRI, tahapan kegiatan yang telah dilalui

adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Putusan

Tahapan ini dilakukan dengan cara mengakses laman resmi MKRI

(http://www.mahkamahkonstitusi.go.id) dan mengunduh seluruh

putusan pengujian undang-undang dengan mengecualikan ketetapan

terhadap perkara yang ditarik kembali. Pengecualian ini dilakukan

karena di dalam ketetapan terhadap perkara yang ditarik kembali tidak

ada pertimbangan mengenai kedudukan hukum. Seleksi terhadap jenis

57 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Penjelasan Pasal 51 ayat

(1) huruf a. 58 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm. 16. 59 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (d), Putusan No. 006/PUU-I/2003, hlm. 91.

Page 38: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

16

putusan pengujian undang-undang yang diunduh dilakukan dengan

melihat keterangan yang diberikan oleh MKRI pada tiap putusan.

Putusan yang diunduh dimulai dari putusan pengujian undang-

undang pertama pada tahun 2003 hingga putusan yang dibacakan pada

akhir bulan Juni 2017—karena penelitian dimulai pada pertengahan

tahun 2017. Dari hasil penelusuran, didapatkan 842 putusan pengujian

undang-undang, yang diawali dengan Putusan No. 004/PUU-I/2003

tertanggal 30 Desember 2003 dan diakhiri dengan Putusan No.

27/PUU-XV/2017 tertanggal 14 Juni 2017. Putusan yang sudah

diunduh kemudian diberi kode (0001 s.d. 0842) guna memudahkan

penelusuran dalam melakukan indeksasi putusan.

2. Penyusunan Instrumen Indeksasi Putusan MKRI

Instrumen indeksasi merupakan alat yang digunakan untuk

memilah informasi-informasi penting mengenai kerugian

konstitusional dalam putusan pengujian undang-undang MKRI.

Tahapan ini dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu:

a. Pembuatan instrumen indeksasi putusan MKRI

Piranti lunak yang digunakan untuk membuat instrumen

indeksasi terhadap putusan-putusan pengujian undang-undang

adalah Microsoft Excel karena sistem ini sederhana dan mudah

untuk dibaca. Komponen data yang dimuat dalam instrumen

adalah sebagai berikut:

1) Kode Putusan;

2) Nomor Putusan;

3) Peraturan yang Diuji;

a) Jenis;

b) Nomor;

c) Nama;

d) Pasal;

4) Batu Uji;

Page 39: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

17

5) Kualifikasi Pemohon;

a) Jenis;

b) Keterangan;

6) Kedudukan Hukum

a) Status;

b) Keterangan;

7) Kedudukan Hukum Diterima;

a) Jenis;

b) Penyebab Timbulnya Kerugian;

- Karena Undang-Undang

- Karena Tindakan

c) Bentuk Kerugian;

- Terhadap Hak Konstitusional

- Terhadap Interpretasi Hak Konstitusional

d) Keterangan;

8) Kedudukan Hukum Tidak Diterima;

a) Jenis;

b) Keterangan;

9) Syarat Kerugian berdasarkan Putusan MKRI.

a) Ada tidaknya pertimbangan mengenai hak dan/atau

kewenangan konstitusional;

b) Ada tidaknya pertimbangan mengenai dirugikannya hak

dan/atau kewenangan konstitusional;

c) Ada tidaknya pertimbangan mengenai bentuk kerugian

yang dialami pemohon;

d) Ada tidaknya pertimbangan mengenai hubungan kausal

antara kerugian yang dialami pemohon dengan berlakunya

undang-undang yang diujikan atau tidak;

e) Ada tidaknya pertimbangan mengenai dampak jika

permohonan dikabulkan.

Page 40: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

18

b. Uji instrumen indeksasi putusan MKRI

Setelah instrumen dibuat, Tim Peneliti melakukan pengujian

terhadap instrumen indeksasi dengan dibantu oleh Asisten Peneliti

dan beberapa ahli hukum tata negara yang dikemas dalam bentuk

expert meeting. Di dalam pertemuan ini, Tim Peneliti menguraikan

latar belakang, tujuan serta metode penelitian yang kemudian

disambung dengan simulasi pengisian instrumen. Setelah tahapan

ini selesai, ahli-ahli yang diundang kemudian memberikan

masukan. Selanjutnya diadakan diskusi terkait hal-hal seputar

materi penelitian.

Ahli yang hadir dalam expert meeting adalah Maruaraar

Siahaan, S.H. yang merupakan mantan hakim MKRI pada tahun

2003-2009, Mustafa Fakhri, S.H., M.H., LL.M. yang merupakan

akademisi hukum tata negara dari Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, Feri Amsari, S.H., M.H., LL.M. yang merupakan

akademisi hukum tata negara dari Fakultas Hukum Universitas

Andalas dan Refly Harun, S.H., M.H., LL.M. yang merupakan

praktisi hukum yang kerap beracara di MKRI.

Kesimpulan yang disarikan oleh Tim Peneliti dari expert

meeting tersebut adalah sebagai berikut:

1) Masukan dan diskusi yang ada dengan para ahli lebih tertuju

pada konsep kedudukan hukum secara umum.

2) Sehubungan dengan instrumen, para Ahli menganggap bahwa

instrumen yang ada sudah bisa merangkum data dalam putusan

dengan baik. Hanya saja, banyaknya data akan menyebabkan

proses penelaahan menjadi memakan waktu. Ahli Mustafa

Fakhri secara spesifik menekankan perlunya panduan yang

jelas dan lengkap agar proses pengisian bisa berjalan dengan

lancar dan konsisten.

Page 41: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

19

Sehubungan dengan diskusi yang terjadi, sejauh pemahaman

Tim Peneliti, berikut adalah poin-poin yang dipaparkan oleh

masing-masing Ahli:

1) Ahli Maruarar Siahaan menuturkan bahwa konsep kedudukan

hukum dalam pengujian undang-undang saat ini banyak

menyerap ide dari kedudukan hukum dalam pengajuan gugatan

perdata. Ahli Maruarar Siahaan juga menjabarkan bahwa pada

awal pembentukan MKRI, kedudukan hukum digunakan

sebagai alat untuk memilah perkara. Menurut Ahli Maruarar

Siahaan, MKRI pada saat itu berpandangan bahwa kedudukan

hukum yang terlalu ketat akan mematikan MKRI, sehingga

penggunaannya harus fleksibel. Lebih lanjut, pandangan yang

ada adalah materi yang diujikan di MKRI lebih penting dari

kedudukan hukum. Jika materinya berkaitan dengan isu

nasional yang penting, akan ada kelonggaran dalam

pemeriksaan terhadap kedudukan hukum.

2) Ahli Mustafa Fakhri menguraikan bahwa perluasan makna

kerugian konstitusional sudah terjadi sejak awal, terutama

dengan dijadikannya pembayar pajak sebagai dasar dari

kedudukan hukum pengujian undang-undang. Hal ini

menunjukkan inkonsistensi MKRI dalam menerapkan standar

kerugian konstitusional yang dibuatnya sendiri. Namun, ada

pula kasus di mana MKRI sangat ketat dalam menerapkan

standar kerugian konstitusional.

3) Ahli Feri Amsari menyatakan bahwa konsep kedudukan

hukum di MKRI perlu ditinjau kembali. Hal ini mengingat

bahwa putusan MKRI mengikat bagi semua (erga omnes)

sehingga kesempatan untuk mengajukan permohonan

pengujian undang-undang seyogyanya dibuka seluas-luasnya.

Kendatipun demikian, menurut Ahli Feri Amsari pendekatan

yang demikian memang bisa menyebabkan meledaknya

jumlah perkara di MKRI. Guna menyelesaikan masalah ini,

Page 42: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

20

diperlukan konsep kedudukan hukum yang tolok ukurnya

sederhana, yaitu kepentingan. Selain itu, Ahli Feri Amsari juga

menegaskan bahwa syarat kedudukan hukum yang ada saat ini

menimbulkan pertanyaan, misalnya mengenai standar

penalaran yang wajar. Yang kemudian menjadi pertanyaan

adalah standar siapa yang digunakan dan apa yang dimaksud

dengan kewajaran.

4) Ahli Refly Harun menyampaikan bahwa MKRI tidak pernah

konsisten dalam menerapkan standar kedudukan hukum.

Kondisi ini tidak terlepas dari bagaimana MKRI memandang

materi permohonan yang diajukan. Ahli Refly Harun juga

menyampaikan bahwa perlu ada pengkajian lebih lanjut

mengenai makna hak dan/atau kewenangan konstitusional,

sebab secara terminologis, tak seharusnya semua pihak

memiliki hak dan/atau kewenangan konstitusional. Hak hanya

dimiliki oleh WNI, sedangkan lembaga negara hanya memiliki

kewenangan. Pada praktiknya, hal ini diabaikan. Ahli Refly

Harun kemudian menyatakan bahwa konsep kedudukan

hukum yang mensyaratkan adanya kerugian individual tidak

sesuai dengan hasil akhir pengujian undang-undang yang erga

omnes.

5) Secara bersama, menurut Tim Peneliti, para Ahli sepakat

bahwa perlu ada pendekatan kedudukan hukum yang berbeda

terhadap uji formil undang-undang maupun pengujian undang-

undang yang tersusupi materi lain, misalnya sengketa

kewenangan lembaga atau constitutional complaint.

Pendekatan yang diambil oleh MKRI selama ini, yang

menyamaratakan syarat kedudukan hukumnya, merugikan

pemohon.

Berdasarkan diskusi dengan para Ahli, Tim Peneliti

menyimpulkan bahwa instrumen yang ada sudah mampu

menyarikan data-data yang dibutuhkan. Dengan demikian, proses

Page 43: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

21

dilanjutkan dengan uji coba pengisian data oleh Asisten Peneliti.

Dari kegiatan uji coba, Asisten Peneliti dapat dengan mudah

menggunakan instrumen indeksasi.

c. Finalisasi instrumen indeksasi putusan MKRI

Berdasarkan hasil uji instrumen indeksasi, yang menunjukkan

bahwa instrumen indeksasi dapat digunakan dengan mudah dan

datanya bisa diolah, Tim Peneliti kemudian melakukan finalisasi

instrumen indeksasi. Finalisasi dilakukan dengan membuat

pedoman pengisian data yang komprehensif dan mudah dipahami

oleh Asisten Peneliti.

3. Indeksasi Putusan MKRI

Pada tahap ini, Asisten Peneliti melakukan indeksasi terhadap 842

putusan pengujian undang-undang. Tahapan indeksasi yang dilakukan

adalah: (i) Asisten Peneliti menelusuri dan membaca penjelasan yang

berkaitan dengan kedudukan hukum pemohon dalam putusan

pengujian undang-undang secara tekstual; (ii) Asisten Peneliti

memasukkan data sesuai dengan panduan pengisian ke dalam

Microsoft Excel yang telah disiapkan; (iii) Tim Peneliti memeriksa

hasil masukan data di Microsoft Excel dengan cara menelusuri dan

membaca putusan secara tekstual dan membandingkannya dengan hasil

masukan data yang telah dilakukan; (iv) Tim Peneliti memberikan

tinjauan atas hasil masukan data Asisten Peneliti dalam bentuk catatan

tertulis secara langsung di Microsoft Excel maupun di dokumen

terpisah; dan (v) Asisten Peneliti menyempurnakan hasil masukan data

tersebut dengan merujuk pada hasil tinjauan Tim Peneliti.

Asisten Peneliti yang terdiri dari 3 orang, masing-masing

memasukkan data dengan rincian sebagai berikut: Asisten Peneliti 1

mengindeks data untuk putusan dengan kode 0001 sampai dengan kode

0281, Asisten Peneliti 2 mengindeks data untuk putusan dengan kode

0282 sampai dengan kode 0562, sedangkan Asisten Peneliti 3

Page 44: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

22

mengindeks data untuk putusan dengan kode 0563 sampai dengan kode

0842. Tiap Asisten Peneliti memiliki seorang Peneliti untuk menjadi

pendamping dalam melakukan indeksasi.

Indeksasi dilakukan oleh Asisten Peneliti dengan langkah sebagai

berikut: (i) membaca identitas pemohon secara lengkap; (ii) membaca

pertimbangan mengenai kedudukan hukum yang dibuat oleh MKRI

secara tekstual. Jika pertimbangan yang diberikan sudah bisa

memberikan informasi yang lengkap mengenai pemberian kedudukan

hukum—misalnya tidak menyebutkan hak konstitusional yang

dijadikan dasar—Asisten Peneliti akan memasukkan data ke dalam

instrumen. Jika pertimbangan yang diberikan belum memadai dan

MKRI tidak membantah dalil pemohon, Asisten Peneliti akan melihat

uraian pemohon mengenai kedudukan hukum guna melengkapi data

yang dibutuhkan. Setelah indeksasi data selesai, Asisten Peneliti akan

memberikan catatan terhadap tiap putusan. Dengan metode indeks data

seperti ini, bias merupakan hal yang tak terhindarkan. Kendatipun

demikian, tinjauan kolektif dari Tim Peneliti diharapkan bisa

meminimalisir bias ini sehingga data dalam instrumen tetap objektif.

4. Klasifikasi dan Analisis Data

Setelah seluruh putusan pengujian undang-undang selesai

diindeksasi, data yang ada dalam instrumen diklasifikasikan menjadi 5

jenis data, yaitu: (i) data kedudukan hukum dengan kerugian aktual;

(ii) data kedudukan hukum dengan kerugian potensial; (iii) data

kedudukan hukum dengan kepentingan hukum; (iv) data kedudukan

hukum yang tidak diterima; dan (v) data kedudukan hukum yang tidak

dipertimbangkan.

Data (i) sampai (v) kemudian dibagi berdasarkan rezim

kepemimpinan Ketua MKRI. Pembagian berdasarkan rezim dilakukan

dengan memperhatikan siapa yang menjadi Ketua MKRI pada saat

RPH dilakukan. Pembagian ini penting mengingat Ketua MKRI adalah

Page 45: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

23

orang yang memimpin RPH60, sehingga diasumsikan bahwa tiap Ketua

MKRI memiliki posisi yang dominan dalam menentukan alur rapat.

Asumsi selanjutnya dari kondisi ini adalah, posisi dominan yang

dipegang oleh Ketua MKRI akan berpengaruh pada alur berpikir dalam

pengambilan sikap mengenai kedudukan hukum.61

Data (i) sampai (iii) merupakan data kedudukan hukum yang

diterima yang kemudian dibagi ke dalam 3 bentuk kerugian

konstitusional menurut pendapat MKRI. Ketiga jenis data ini menjadi

acuan dalam membuat analisis bagaimana MKRI menafsirkan kerugian

aktual, kerugian potensial dan kepentingan hukum. Sebelum analisis

dilakukan, data (i) sampai (iii) dibagikan kepada 3 orang Peneliti. Tiap

Peneliti bertanggung jawab terhadap 1 bentuk kerugian konstitusional.

Tiap Peneliti kemudian membaca tabel hasil indeksasi sesuai dengan

bagiannya masing-masing.

Analisis yang dilakukan oleh tiap Peneliti dibagi ke dalam 3

bagian. Pada bagian pertama, yang hendak digambarkan oleh Peneliti

adalah bagaimana MKRI menafsirkan kerugian aktual, kerugian

potensial atau kepentingan hukum di dalam putusan-putusannya. Pada

bagian kedua, yang hendak digambarkan adalah perkembangan

penafsiran kerugian aktual, kerugian potensial atau kepentingan hukum

dari tiap masa kepemimpinan Ketua MKRI. Pada bagian ketiga, yang

hendak ditampilkan adalah ide perbaikan terhadap kerugian aktual,

kerugian potensial atau kepentingan hukum.

Untuk mendapatkan gambaran pada bagian pertama, Peneliti

memilih beberapa putusan secara acak dalam tiap periode

kepemimpinan Ketua MKRI untuk disajikan dalam bentuk tulisan.

Pemilihan secara acak dilakukan agar ada representasi yang tidak bias

60 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (f), Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang

Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, Pasal 29 ayat (1). 61 Sejauh penelusuran Tim Peneliti, belum ada penelitian serupa yang membahas

mengenai peran dan pengaruh Ketua MKRI. Namun, dengan melihat tugas Ketua MKRI

dalam Pasal 29 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 06/PMK/2005 tentang

Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, maka cukup aman untuk

diasumsikan sebagaimana tercantum pada kalimat di atas.

Page 46: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

24

untuk tiap periode kepemimpinan MKRI. Setelah mendapatkan

beberapa putusan, peneliti kemudian membaca ulang putusan tersebut

dengan mereplikasi langkah yang dilakukan oleh Asisten Peneliti.

Hasil pembacaan ulang yang dikombinasikan dengan catatan dalam

tabel indeksasi merupakan hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Di dalam tulisan, hal yang disajikan adalah ketentuan apa yang

diuji, hak dan/atau kewenangan konstitusional yang dijadikan dasar,

bagaimana kerugian terjadi, bentuk kerugian, hubungan kausal antara

kerugian dan ketentuan yang diuji, serta analisis futuristik mengenai

dampak keberhasilan permohonan. Selanjutnya, gambaran mengenai 5

syarat kerugian konstitusional tersebut akan dibungkus dalam bentuk

tabel. Dari gambaran ini, akan tampak syarat kerugian konstitusional

mana yang ada dan tidak ada dalam pertimbangan. Selanjutnya,

Peneliti melakukan generalisasi keadaan dan memberikan pendapatnya

mengenai kondisi tersebut.

Guna mendapatkan gambaran pada bagian kedua, Peneliti terlebih

dahulu melihat undang-undang apa yang diuji dalam setiap putusan.

Setelah didapatkan data mengenai putusan mana saja yang menguji

undang-undang dengan judul yang sama berdasarkan tiap

kepemimpinan Ketua MKRI, Peneliti kemudian memilih secara acak

perwakilan dari tiap putusan tersebut sehingga didapatkan 1 putusan

untuk tiap masa kepemimpinan Ketua MKRI yang menguji undang-

undang dengan judul yang sama. Pemilihan atas dasar kesamaan judul

undang-undang dilakukan guna bisa memberikan perbandingan yang

sebanding mengenai cara berpikir dari tiap Ketua MKRI mengenai hal

yang sama.

Penggambaran terhadap perkembangan pemikiran dilakukan

dengan membuat tabel yang berisi nomor putusan, kualifikasi pemohon

yang mengajukan permohonan, hak dan/atau kewenangan

konstitusional yang disebutkan dalam pertimbangan dan kutipan

langsung yang berisi uraian mengenai pilihan MKRI terhadap bentuk

kerugian konstitusional yang dialami. Dari data yang disajikan, Peneliti

Page 47: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

25

kemudian menggambarkan elemen-elemen yang ada dari pertimbangan

dalam putusan tersebut. Hasil penggambaran elemen ini kemudian

dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan umum.

Untuk bagian ketiga, Peneliti akan mengambil sebuah putusan

secara acak untuk kemudian dibenturkan dengan konsep yang disusun

oleh Tim Peneliti mengenai kerugian aktual, kerugian potensial

maupun kepentingan hukum. Selanjutnya, Peneliti akan mengambil

beberapa putusan secara acak untuk dijadikan contoh dalam

menerapkan konsep yang ditawarkan oleh Tim Peneliti.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat besarnya peranan tiap Peneliti

dalam melakukan penilaian dan analisis. Oleh karenanya, bias dari tiap

Peneliti adalah hal yang tak terhindarkan. Kendatipun demikian, Tim

Peneliti berupaya dengan semaksimal mungkin untuk menangani bias

tersebut sehingga diharapkan hasil yang dicapai bisa objektif.

Penanganan terhadap bias dilakukan dengan mengikuti metode yang

telah ditetapkan dan dengan melakukan diskusi rutin antar-Peneliti

terhadap tiap bagian yang sedang dinilai dan dianalisis.

Data (iv) sebagai data putusan yang tidak menerima kedudukan

hukum pemohon. Data ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh Tim

Peneliti karena yang hendak dicari oleh Tim Peneliti adalah gambaran

mengenai tafsir syarat kerugian konstitusional sehubungan dengan

pemberian kedudukan hukum kepada pemohon.

Data (v) adalah hasil masukan data dari putusan yang tidak

mempertimbangkan kedudukan hukum pemohon. Data ini tidak

dianalisis lebih lanjut karena tidak memperlihatkan bagaimana MKRI

menafsirkan kerugian konstitusional yang dialami oleh pemohon.

5. Penyusunan Laporan Penelitian

Dengan selesainya klasifikasi dan analisis data, penelitian

dilanjutkan dengan penyusunan laporan penelitian. Laporan penelitian

dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: (i) pendahuluan; (ii) gambaran

Page 48: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

26

umum hasil penelitian; (iii) kerugian aktual; (iv) kerugian potensial; (v)

kepentingan hukum; dan (vi) penutup.

Bab pertama menguraikan mengenai latar belakang munculnya

penelitian, permasalahan yang menjadi isu dalam penelitian, tujuan dan

manfaat penelitian, kerangka konseptual penelitian yang disarikan dari

beberapa putusan pengujian undang-undang dan metode penelitian.

Bab kedua berisi mengenai gambaran umum terhadap data yang

diperoleh dari hasil indeksasi putusan pengujian undang-undang.

Angka dan persentase digunakan sebagai media untuk menyajikan

perbandingan dan gambaran singkat dari data yang telah dihimpun.

Bab ketiga hingga bab kelima merupakan hasil telaah terhadap

konsep kerugian aktual, kerugian potensial dan kepentingan hukum

berdasarkan klasifikasi data kedudukan hukum yang diterima oleh

MKRI. Dalam tiap bab, pemaparan akan dimulai dengan memberikan

gambaran masing-masing konsep dari perspektif MKRI secara umum,

yang dilanjutkan dengan perkembangan konsep dari masa ke masa dan

diakhiri dengan usulan konsep mengenai masing-masing kerugian

aktual, kerugian potensial, dan kedudukan hukum guna

menyempurnakan konsep yang ada.

Bab terakhir diisi dengan simpulan beserta rekomendasi guna

menyempurnakan kerugian aktual, kerugian potensial dan kepentingan

hukum dengan harapan agar ketiga bentuk ini bisa dipahami dengan

lebih baik di kemudian hari.

Page 49: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

27

BAB II

GAMBARAN UMUM

HASIL PENELITIAN

Bab ini memberikan deskripsi mengenai hasil input data putusan

MKRI sehubungan dengan pengujian undang-undang sejak tahun 2003

hingga bulan Juni tahun 2017. Ada 842 putusan pengujian undang-undang

yang dimasukkan ke dalam instrumen. Dari jumlah tersebut, terdapat 888

input pada instrumen yang disebabkan adanya putusan-putusan yang

memiliki beberapa pemohon yang kedudukan hukumnya dipertimbangkan

secara berbeda oleh MKRI. Secara umum, rangkuman hasil input putusan-

putusan pengujian undang-undang adalah sebagai berikut:

Jenis Putusan Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 619

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 191

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 78

Total 888

Tabel 2.1 Jumlah input berdasarkan status kedudukan hukum

Diagram 2.1 Persentase status kedudukan hukum berdasarkan jumlah input

Page 50: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

28

Dari Tabel 2.1 dan Diagram 2.1, terlihat bahwa putusan yang

mempertimbangkan dan kemudian memberikan kedudukan hukum kepada

pemohon untuk menguji undang-undang lebih dari 2 kali lipat dibanding

dengan putusan yang mempertimbangkan kemudian menolak untuk

memberikan kedudukan hukum kepada pemohon dan putusan yang tidak

mempertimbangkan kedudukan hukum pemohon.

Merujuk pada data dalam Tabel 2.1, selanjutnya dilakukan pemisahan

terhadap status kedudukan hukum pemohon dengan didasarkan pada rezim

kepemimpinan Ketua MKRI pada saat melakukan RPH yang secara umum

tercermin dari tabel berikut:

Periode RPH Jumlah Putusan Jumlah Input

Jimly Asshiddiqie 114 127

M. Mahfud M.D. 329 334

M. Akil Mochtar 53 57

Hamdan Zoelva 121 128

Arief Hidayat 225 239

Total 842 888

Tabel 2.2 Jumlah putusan dan input berdasarkan periode Ketua MKRI pada saat RPH

Diagram 2.2 Persentase jumlah putusan yang diputus dalam tiap periode Ketua MKRI

Hanya dengan memperhatikan angka yang tertera pada Tabel 2.2 dan

Diagram 2.2, seolah M. Mahfud M.D. adalah Ketua MKRI yang paling

Page 51: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

29

produktif (jika “produktivitas” diukur dengan “jumlah putusan yang

diputus”). Namun, tidaklah demikian perhitungannya.

Dengan membandingkan jumlah putusan yang diputus dalam RPH

oleh tiap Ketua MKRI dengan masa jabatan masing-masing—Jimly

Asshiddiqie selama 60 bulan, M. Mahfud M.D. selama 55 bulan, M. Akil

Mochtar selama 6 bulan, Hamdan Zoelva selama 14 bulan dan Arief

Hidayat per Juni 2017 selama 25 bulan—maka yang paling produktif

dalam memutus dalam RPH adalah Arief Hidayat dengan jumlah 9 putusan

per bulan—meski angka ini mungkin berubah mengingat Arief Hidayat

masih menjabat ketika data ini diambil. Setelah Arief Hidayat, berikutnya

yang produktif adalah M. Akil Mochtar dengan jumlah 8,8 putusan per

bulan, lalu Hamdan Zoelva dengan jumlah 8,6 putusan per bulan. Angka

terendah yakni jumlah 1,9 putusan per bulan di masa Jimly Asshiddiqie,

yang diikuti oleh M. Mahfud M.D. dengan jumlah 6 putusan per bulan.

Berikutnya akan diberikan rincian dari kedudukan hukum pemohon

pengujian undang-undang berdasarkan rezim Ketua MKRI pada saat RPH:

A. JIMLY ASSDHIDDIQIE

Pada saat Jimly Asshidiqie menjabat sebagai Ketua MKRI, terdapat

114 permohonan pengujian undang-undang yang kedudukan hukumnya

diperiksa. Dari 114 putusan tersebut, terdapat 127 input data—yang artinya

terdapat 13 putusan yang memiliki status kedudukan hukum yang berbeda.

Berikut adalah gambaran data status kedudukan hukum pemohon

pengujian selama Jimly Asshiddiqie menjabat sebagai Ketua MKRI:

Jimly Asshiddiqie Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 80

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 44

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 3

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan ditolak) (11)

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan tidak

dipertimbangkan)

(2)

Total 127

Tabel 2.3 Jumlah input status kedudukan hukum pada periode Jimly Asshiddiqie

Page 52: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

30

Diagram 2.3 Persentase status kedudukan hukum pada periode Jimly Asshiddiqie

Mengacu pada Tabel 2.3 dan Diagram 2.3, terlihat bahwa pada periode

kepemimpinan Jimly Asshiddiqie, jumlah pemohon yang kedudukan

hukumnya diterima hampir mencapai 2 kali lipat dibandingkan dengan

kombinasi jumlah pemohon yang kedudukan hukumnya ditolak dan tidak

dipertimbangkan.

Dari jumlah kedudukan hukum yang diterima, berikut adalah kategori

kedudukan hukum dalam putusan pada periode kepemimpinan Jimly

Asshiddiqie:

Kategori Kedudukan Hukum Jumlah Input

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual 36

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial 8

Kedudukan hukum berdasarkan kepentingan hukum 23

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan potensial 2

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan kepentingan

hukum

7

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial dan

kepentingan hukum

4

Total 80

Tabel 2.4 Kategori kedudukan hukum pada periode Jimly Asshiddiqie

Page 53: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

31

Diagram 2.4 Persentase kategori kedudukan hukum pada periode Jimly Asshiddiqie

Berdasarkan Tabel 2.4 dan Diagram 2.4, kerugian potensial

mendapatkan porsi yang paling sedikit pada masa kepemimpinan Jimly

Asshiddiqie. Merujuk pada data yang ada, Jimly Asshiddiqie cenderung

menggunakan kerugian aktual sebagai dasar pemberian kedudukan hukum

kepada pemohon. Di sisi lain, data juga menunjukkan kepentingan hukum

cukup sering digunakan oleh Jimly Asshiddiqie sebagai dasar dalam

memberikan kedudukan hukum meski pada kepentingan hukum, kerugian

konstitusional tidaklah ada.

B. M. MAHFUD M.D.

Ketika M. Mahfud M.D. memegang jabatan sebagai Ketua MKRI

terdapat 329 permohonan pengujian undang-undang yang diputus dalam

RPH. Dari permohonan ini, didapati 334 input data. Di bawah ini adalah

gambaran data status kedudukan hukum pemohon pengujian selama masa

jabatan M. Mahfud M.D.:

M. Mahfud M.D. Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 259

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 49

Page 54: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

32

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 26

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan ditolak) (5)

Total 334

Tabel 2.5 Jumlah input status kedudukan hukum pada periode M. Mahfud M.D.

Diagram 2.5 Persentase status kedudukan hukum pada periode M. Mahfud M.D.

Dari Tabel 2.5 dan Diagram 2.5 dan dibandingkan dengan Tabel 2.3

dan Diagram 2.3, pemohon yang kedudukan hukumnya diterima oleh

MKRI pada masa kepemimpinan M. Mahfud M.D. menjadi semakin

bertambah dibanding pada masa kepemimpinan Jimly Asshiddiqie.

Perbandingan antara pemohon yang kedudukan hukumnya dengan

pemohon yang kedudukan hukumnya ditolak dan tidak dipertimbangkan

menjadi 3 banding 1.

Dari jumlah kedudukan hukum yang diterima, berikut adalah kategori

kedudukan hukum dalam putusan pada periode kepemimpinan M. Mahfud

M.D.:

Kategori Kedudukan Hukum Jumlah Input

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual 142

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial 72

Kedudukan hukum berdasarkan kepentingan hukum 15

Page 55: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

33

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan potensial 25

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan kepentingan

hukum

3

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial dan

kepentingan hukum

2

Total 259

Tabel 2.6 Kategori kedudukan hukum pada periode M. Mahfud M.D.

Diagram 2.6 Persentase kategori kedudukan hukum pada periode M. Mahfud M.D.

Merujuk pada Tabel 2.6 dan Diagram 2.6 dengan dibandingkan pada

Tabel 2.4 dan Diagram 2.4, bahwa kerugian aktual masih mendominasi

dasar pemberian kedudukan hukum—jika dibandingkan dengan masa

kepemimpinan Jimly Asshiddiqie. Terjadi peningkatan terhadap

penggunaan kerugian potensial sebagai dasar pemberian kedudukan

hukum. Sebaliknya, terjadi penurunan terhadap penggunaan kepentingan

hukum sebagai dasar pemberian kedudukan hukum.

C. M. AKIL MOCHTAR

Terdapat 53 permohonan pengujian undang-undang yang dibahas dan

diputuskan dalam RPH pada saat M. Akil Mochtar menjabat sebagai Ketua

MKRI. Dari 53 putusan tersebut, terdapat 57 input data. Di bawah ini

Page 56: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

34

adalah gambaran data status kedudukan hukum pemohon pengujian selama

masa jabatan M. Akil Mochtar sebagai Ketua MKRI:

M. Akil Mochtar Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 47

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 7

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 3

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan ditolak) (4)

Total 57

Tabel 2.7 Jumlah input status kedudukan hukum pada periode M. Akil Mochtar

Diagram 2.7 Persentase status kedudukan hukum pada periode M. Akil Mochtar

Dengan membandingkan antara Tabel 2.7 dan Diagram 2.7 dengan

Tabel 2.5 dan Diagram 2.5, terjadi peningkatan terhadap pemohon yang

kedudukan hukumnya diperiksa dan diterima oleh MKRI—jika

dibandingkan dengan masa kepemimpinan M. Mahfud M.D. Perbandingan

antara pemohon yang kedudukan hukumnya diterima dengan pemohon

yang kedudukan hukumnya ditolak dan tidak dipertimbangkan adalah 4,7

banding 1.

Page 57: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

35

Dari jumlah kedudukan hukum yang diterima, berikut adalah kategori

kedudukan hukum dalam putusan pada periode kepemimpinan M. Akil

Mochtar:

Kategori Kedudukan Hukum Jumlah Input

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual 32

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial 10

Kedudukan hukum berdasarkan kepentingan hukum 1

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan potensial 3

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan kepentingan

hukum

1

Total 47

Tabel 2.8 Kategori kedudukan hukum pada periode M. Akil Mochtar

Diagram 2.8 Persentase kategori kedudukan hukum pada periode M. Akil Mochtar

Dari perbandingan antara Tabel 2.8 dan Diagram 2.8 dengan Tabel 2.6

dan Diagram 2.6, bisa dilihat bahwa pada masa kepemimpinan M. Akil

Mochtar, kerugian aktual semakin sering digunakan sebagai dasar

pemberian kedudukan hukum dibandingkan dengan masa kepemimpinan

M. Mahfud M.D. Sebaliknya, ada penurunan penggunaan kerugian

potensial dan kepentingan hukum sebagai dasar pemberian kedudukan

hukum.

Page 58: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

36

D. HAMDAN ZOELVA

Selama kepemimpinan Hamdan Zoelva, MKRI telah memutus 121

permohonan pengujian undang-undang dalam RPH. Dari angka tersebut,

input yang ada adalah sebanyak 128. Berikut adalah gambaran data status

kedudukan hukum pemohon pengujian selama Hamdan Zoelva menjabat

sebagai Ketua MKRI:

Hamdan Zoelva Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 85

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 16

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 27

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan ditolak) (6)

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan tidak

dipertimbangkan)

(1)

Total 127

Tabel 2.9 Jumlah input status kedudukan hukum pada periode Hamdan Zoelva

Diagram 2.9 Persentase status kedudukan hukum pada periode Hamdan Zoelva

Masa kepemimpinan Hamdan Zoelva—mengacu pada Tabel 2.9 dan

Diagram 2.9 dengan dibandingkan terhadap Tabel 2.7 dan Diagram 2.7—

ditandai dengan adanya penurunan persentase pemohon yang kedudukan

Page 59: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

37

hukumnya diberikan. Pemohon yang kedudukan hukumnya ditolak berada

pada persentase yang sama, sedangkan pemohon yang kedudukan

hukumnya tidak dipertimbangkan mengalami kenaikan. Perbandingan

antara pemohon yang kedudukan hukumnya diterima dengan pemohon

yang kedudukan hukumnya ditolak dan tidak dipertimbangkan mengalami

penurunan sehingga menjadi 2 banding 1.

Dari jumlah kedudukan hukum yang diterima, berikut adalah kategori

kedudukan hukum dalam putusan pada periode kepemimpinan Hamdan

Zoelva:

Kategori Kedudukan Hukum Jumlah Input

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual 36

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial 24

Kedudukan hukum berdasarkan kepentingan hukum 7

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan potensial 16

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan kepentingan

hukum

1

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial dan

kepentingan hukum

1

Total 85

Tabel 2.10 Kategori kedudukan hukum pada periode Hamdan Zoelva

Diagram 2.10 Persentase kategori kedudukan hukum pada periode Hamdan Zoelva

Page 60: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

38

Tabel 2.10 dan Diagram 2.10—dan dengan menggunakan Tabel 2.8

dan Diagram 2.8 sebagai acuan—menunjukkan tren penurunan dalam

penggunaan kerugian aktual sebagai dasar pemberian kedudukan hukum.

Sebaliknya, ada peningkatan terhadap penggunaan kerugian potensial dan

kedudukan hukum sebagai dasar pemberian kedudukan hukum.

E. ARIEF HIDAYAT

Sejak Arief Hidayat menduduki jabatan sebagai Ketua MKRI hingga

akhir bulan Juni 201760, terdapat sebanyak 225 permohonan pengujian

undang-undang yang diputuskan dalam RPH. Dari jumlah tersebut,

terdapat 239 input data. Berikut adalah gambaran data status kedudukan

hukum pemohon pengujian undang-undang selama masa jabatan Arief

Hidayat sebagai Ketua MKRI:

Arief Hidayat Jumlah Input

Putusan dengan kedudukan hukum diterima 148

Putusan dengan kedudukan hukum ditolak 73

Putusan dengan kedudukan hukum tidak dipertimbangkan 19

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan ditolak) (11)

(Putusan dengan kedudukan hukum diterima dan tidak

dipertimbangkan)

(1)

(Putusan dengan kedudukan hukum ditolak dan tidak

dipertimbangkan)

(2)

Total 239

Tabel 2.11 Jumlah input status kedudukan hukum pada periode Arief Hidayat

60 Berdasarkan data dalam laman resmi MKRI, Arief Hidayat mengakhiri periode

pertama jabatannya sebagai Ketua MKRI pada tanggal 14 Juli 2017. Pada hari yang sama ia

kembali terpilih sebagai Ketua MKRI. Masa jabatan pada periode kedua diembannya

hingga tanggal 2 April 2018. Ia digantikan oleh Anwar Usman.

Page 61: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

39

Diagram 2.11 Persentase status kedudukan hukum pada periode Arief Hidayat

Perbandingan antara Tabel 2.11 dan Diagram 2.11 dengan Tabel 2.9

dan Diagram 2.9 menggambarkan penurunan tingkat kedudukan hukum

yang diberikan oleh MKRI selama sebagian masa kepemimpinan Arief

Hidayat. Di sisi lain, terjadi lonjakan penolakan kedudukan hukum dan

penurunan pada tidak diperiksanya kedudukan hukum. Perbandingan

antara pemohon yang kedudukan hukumnya diterima dengan pemohon

yang kedudukan hukumnya ditolak dan tidak dipertimbangkan adalah 1,6

banding 1.

Dari jumlah kedudukan hukum yang diterima, berikut adalah kategori

kedudukan hukum dalam putusan pada periode kepemimpinan Arief

Hidayat:

Kategori Kedudukan Hukum Jumlah Input

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual 51

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial 60

Kedudukan hukum berdasarkan kepentingan hukum 8

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan potensial 26

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian aktual dan kepentingan

hukum

2

Page 62: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

40

Kedudukan hukum berdasarkan kerugian potensial dan

kepentingan hukum

1

Total 148

Tabel 2.12 Kategori kedudukan hukum pada periode Arief Hidayat

Diagram 2.12 Persentase kategori kedudukan hukum pada periode Arief Hidayat

Dengan mengambil data dari Tabel 2.12 dan Diagram 2.12 dan

membandingkannya dengan data dari Tabel 2.10 dan Diagram 2.10,

didapati bahwa pada masa kepemimpinan Arief Hidayat, kembali terjadi

penurunan terhadap penggunaan kerugian aktual sebagai dasar pemberian

kedudukan hukum. Sedangkan terhadap kerugian potensial dan

kepentingan hukum, terjadi peningkatan penggunaannya sebagai dasar

pemberian kedudukan hukum.

F. PERBANDINGAN DARI MASA KE MASA

Dengan mengacu pada data dalam tabel-tabel dan diagram-diagram di

atas, berikut ditampilkan grafik yang menunjukkan perbandingan status

kedudukan hukum dan kategori kedudukan hukum yang diberikan kepada

pemohon dari masa ke masa.

Page 63: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

41

Grafik 2.1 Perbandingan status kedudukan hukum pemohon dari masa ke sama

Grafik 2.2 Perbandingan kategori kedudukan hukum dari masa ke masa

Page 64: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 65: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

43

BAB III

KERUGIAN AKTUAL

Bab ini akan memberikan uraian mengenai salah satu bentuk kerugian

konstitusional yang bersumber dari Pasal 51 ayat (1) UU MK dan

kemudian dikembangkan dalam putusan-putusan MKRI, yaitu kerugian

aktual. Uraian akan dimulai dengan memberikan gambaran mengenai

ruang lingkup dan batasan dari kerugian aktual yang akan digambarkan

secara tekstual dan dilanjutkan dengan pemaknaan melalui tafsir yang

diberikan oleh MKRI dalam putusan-putusannya. Pada bagian selanjutnya,

diberikan pergerakan pemikiran mengenai kerugian aktual dari tiap masa

kepemimpinan Ketua MKRI. Pada bagian akhir, yang diuraikan adalah

proposal yang ditawarkan untuk menyempurnakan kerugian aktual.

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN KERUGIAN AKTUAL

Kerugian aktual adalah salah satu bentuk kerugian konstitusional.

Bentuk kerugian ini bisa ditemukan dengan membaca ketentuan Pasal 51

ayat (1) UU MK yang menyatakan: “...pihak yang menganggap hak

dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan...”61 Secara tekstual,

kata “dirugikan” berasal dari kata dasar rugi yang dipasangkan dengan

konfiks di-kan. Konfiks di-kan merupakan bentuk pasif dari konfiks me-

kan. Konfiks ini memiliki makna yang sama dengan konfiks me-kan, yaitu:

(i) melakukan pekerjaan untuk orang lain; (ii) menyebabkan atau membuat

jadi; (iii) melakukan perbuatan; (iv) mengarahkan; atau (v) memasukkan.

Makna konfiks di-kan dalam kata “dirugikan” yang paling tepat adalah

“menyebabkan atau membuat jadi”. Dengan kata lain, “dirugikan” dapat

diartikan sebagai “disebabkan atau dibuat jadi rugi”.

Berdasarkan konstruksi di atas, pemohon “dirugikan” ketika kerugian

sudah terjadi. Sebaliknya, ketika kerugian belum terjadi, maka pemohon

tidak (atau setidak-tidaknya belum) “dirugikan”. MKRI menggunakan

kerugian aktual sebagai standar tunggal untuk menilai ada tidaknya

61 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 51 ayat (1).

Page 66: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

44

kerugian konstitusional hanya pada 3 putusan awal pengujian undang-

undang saja, yaitu Putusan No. 004/PUU-I/2003, Putusan No. 011-

017/PUU-I/2003 dan Putusan 009/PUU-I/2003. Selepas ketiga Putusan ini,

mulai muncul perkembangan yang menjadikan kerugian potensial sebagai

bagian dari kerugian konstitusional.

Dalam Putusan No. 004/PUU-I/2003, yang menjadi pokok

permasalahan adalah salah satu syarat untuk menjadi hakim agung yang

diberikan kepada hakim karier, yaitu pengalaman setidak-tidaknya 5 tahun

sebagai ketua pengadilan tingkat banding atau 10 tahun sebagai hakim

tingkat banding, yang tidak diberikan kepada calon hakim agung yang

tidak berasal dari hakim karier.62 Yang menjadi pemohon adalah hakim

karier.63 Dalam pertimbangan hukumnya, MKRI menyatakan:

“Meskipun Pemohon belum pernah mengajukan diri sebagai

calon Hakim Agung, namun dengan adanya ketentuan Pasal 7

ayat (1) huruf g ini secara hukum tertutuplah kemungkinan

Pemohon mengajukan pencalonan sebagai Hakim Agung.

Dengan demikian memang terdapat kerugian pada

Pemohon...”64

Dari kutipan di atas, kondisi yang dikonstruksikan sebagai kerugian aktual

adalah adanya halangan secara normatif bagi pemohon untuk bisa

mencalonkan diri sebagai hakim agung. Kerugian yang telah dialami oleh

pemohon adalah hilangnya kesempatan untuk bisa menjadi hakim agung,

yang terjadi karena persyaratan yang ditentukan dalam undang-undang

yang dimohonkan pengujiannya.

Dalam Putusan No. 011-017/PUU-I/2003, yang menjadi pokok

masalah adalah larangan bagi mereka yang terlibat organisasi terlarang

untuk menjadi anggota DPR, DPD dan/atau DPRD.65 Pemohon yang

62 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm. 2. 63 Ibid., hlm. 1. 64 Ibid., hlm. 16. 65 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (u), Putusan No. 011-017/PUU-I/2003, hlm.

9.

Page 67: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

45

kedudukan hukumnya diberikan adalah mereka yang bekas tahanan politik

karena dituduh terlibat dengan organisasi terlarang.66 Sehubungan dengan

kedudukan hukum, MKRI berpendapat:

“Mereka telah ditahan atau dipenjara karena dituduh terlibat

secara langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa

G.30.S./PKI, dan menganggap hak konstitusional mereka

dirugikan oleh berlakunya Pasal 60 huruf g Undang-Undang

Nomor 12 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;”67

Berdasarkan pada kutipan di atas, kerugian yang dialami oleh pemohon

adalah cap sebagai anggota organisasi terlarang yang dimiliki oleh

pemohon. Cap ini membuat pemohon kehilangan kesempatan untuk bisa

mencalonkan diri sebagai anggota DPR, DPD dan/atau DPRD.

Pada Putusan No. 009/PUU-I/2003, pokok masalahnya adalah

kemungkinan akan adanya hukum tanah yang sifatnya kedaerahan

sehingga akan merugikan PPAT yang diangkat oleh pemerintah pusat.68

Yang menjadi pemohon adalah Asosiasi PPAT.69 Sehubungan dengan

kedudukan hukum, MKRI mempertimbangkan: “Para Pemohon tidak

dirugikan kepentingannya hingga saat ini, dan dengan demikian

kekhawatiran Para Pemohon terlalu dini (premature)...”70 Pertimbangan

ini menunjukkan bahwa kerugian yang belum dialami, bukan merupakan

kerugian.

Dari ketiga Putusan di atas, bisa disimpulkan bahwa: (i) kerugian ada

ketika pemohon sudah mengalami kerugian; (ii) kerugian disebabkan

karena berlakunya undang-undang; (iii) hilangnya kesempatan untuk

melaksanakan hak merupakan pengalaman terjadinya kerugian; dan (iv)

66 Ibid., hlm. 33. 67 Ibid. 68 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (v), Putusan No. 009/PUU-I/2003, hlm. 1. 69 Ibid., hlm. 35. 70 Ibid., hlm. 38.

Page 68: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

46

kemungkinan mengenai adanya kerugian bukan merupakan kerugian.

Kondisi ini kemudian berubah sejak putusan pengujian undang-undang

keempat MKRI, yaitu Putusan No. 014/PUU-I/2003.

Dalam Putusan No. 014/PUU-I/2003, yang menjadi pokok

permasalahan adalah kewenangan pemanggilan paksa yang melekat pada

DPR.71 Yang menjadi pemohon adalah masyarakat.72 Sehubungan dengan

kedudukan hukum, MKRI berpendapat: “Bahwa baik kerugian potensial

maupun aktual tidak akan diderita oleh para Pemohon dengan berlakunya

ketentuan UU Susduk a quo...”73 Hal ini menunjukkan bahwa MKRI dalam

Putusan ini telah mengadopsi kerugian potensial sebagai bagian dari

kerugian konstitusional. Pendekatan yang diambil oleh MKRI dalam

Putusan No. 014/PUU-I/2003 tidak berarti bahwa MKRI meninggalkan

bentuk kerugian aktual. MKRI hanya memperluas dasar bagi kedudukan

hukum pemohon pengujian undang-undang. Perluasan ini bahkan dijadikan

standar tetap kerugian konstitusional, melalui Putusan No. 006/PUU-

III/2005.

Kembali pada Putusan No. 004/PUU-I/2003, Putusan No. 011-

017/PUU-I/2003 dan Putusan 009/PUU-I/2003, kerugian aktual adalah

kerugian yang nyata dan sudah benar-benar dialami oleh pemohon.

Kerugian yang dialami memiliki bentuk spesifik, yang salah satunya adalah

hilangnya kesempatan untuk melaksanakan hak. Sedangkan yang menjadi

sumber dari terjadinya kerugian adalah ketentuan dalam undang-undang

yang diuji. Guna mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai ruang

lingkup dan batasan ini, maka pada bagian selanjutnya akan diberikan

uraian mengenai perspektif MKRI dalam menentukan kerugian aktual bagi

pemohon pengujian undang-undang.

71 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (w), Putusan No. 014/PUU-I/2003, hlm. 5. 72 Ibid., hlm. 3. 73 Ibid., hlm. 31.

Page 69: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

47

B. KERUGIAN AKTUAL DALAM PERSPEKTIF MKRI

Dari 888 input data yang ada, sebanyak 383 input adalah kerugian

aktual—termasuk 86 input yang bentuk kedudukan hukumnya lebih dari 1.

Bentuk kerugian aktual merupakan bentuk kerugian yang hampir selalu

lebih banyak digunakan sebagai dasar pemberian kedudukan hukum

pemohon pengujian undang-undang—meski ada penurunan

penggunaannya pada 2 periode kepemimpinan Ketua MKRI terakhir,

sebagaimana terlihat dari grafik di bawah ini:

Grafik 3.1 Perbandingan penggunaan bentuk kerugian aktual dari masa ke masa

Berdasarkan penelaahan terhadap 383 input yang ada, dan dengan

merujuk pada uraian di bagian sebelumnya, didapati bahwa ada 2 elemen

penentu bilamana suatu kerugian dikategorikan sebagai kerugian aktual,

yakni: (i) kerugian bersifat spesifik dan nyata; dan (ii) kerugian bersumber

dari undang-undang dan/atau tindakan.

1. Kerugian Bersifat Spesifik dan Aktual

Sebagaimana telah dikutip pada Bab I, MKRI menetapkan 5 syarat

kerugian konstitusional yang kumulatif, yang salah satunya adalah:

“kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan

aktual...”74 Hal ini berarti bahwa kerugian yang dialami oleh pemohon

74 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (e), Putusan No. 12/PUU-V/2007, h. 85.

Page 70: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

48

tidak hanya harus aktual, namun juga harus spesifik.75 Aktual dimaknai

sebagai nyata atau faktual76, sudah benar-benar telah terjadi dan

dialami oleh pemohon.77 Lebih lanjut, penilaian mengenai sudah terjadi

atau tidaknya kerugian haruslah bisa dinilai secara objektif empiris.78

Kerugian bisa dikatakan sebagai spesifik bilamana kerugian yang

dialami adalah tertentu, atau dengan kata lain, ada uraian bentuk

kerugian yang dialami oleh pemohon79. Dengan demikian, elemen

kerugian bersifat spesifik dan aktual merujuk pada sifat dari kerugian

yang dialami oleh pemohon.

Berikut adalah beberapa putusan MKRI yang memberikan

gambaran mengenai sifat kerugian yang spesifik dan aktual:

Sifat Spesifik Kerugian

a. Putusan No. 021/PUU-III/2005

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, khususnya Pasal 78 ayat (15)

tentang perampasan oleh negara terhadap hasil hutan hasil

kejahatan dan pelanggaran dan alat-alat terkait.80 Di dalam putusan

ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa hak

konstitusional Pemohon adalah hak akan kepastian hukum yang

adil (Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945); hak atas perlindungan

harta benda yang berada di bawah kekuasaannya (Pasal 28G ayat

(1) UUD NRI 1945), dan hak untuk mempunyai hak milik yang

tidak boleh diambil secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal

75 Bisariyadi, “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional” hlm. 33. 76 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm. 20. 77 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (n), Putusan No. 4/PUU-V/2007, hlm. 98. 78 Ibid. 79 Lihat, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (i), Putusan No. 021/PUU-III/2005,

hlm. 75-76. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (j), Putusan No. 54/PUU-

VI/2008, hlm. 46. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (k), Putusan No.

100/PUU-X/2012, hlm. 58. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (l),

Putusan No. 75/PUU-XIII/2015, hlm. 71-72. 80 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (i), Putusan No. 021/PUU-III/2005, hlm.

18-19.

Page 71: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

49

28H ayat (4) UUD NRI 1945). Namun, MKRI tidak menjelaskan

lebih detail lagi mengenai hak konstitusional tersebut.

Selanjutnya, dalam pertimbangannya MKRI menjelaskan hak

konstitusional Pemohon yang dianggap dirugikan dengan

berlakunya ketentuan yang diujikan sebagai berikut:

“…bahwa hak konstitusional Pemohon sebagai

Penerima Fidusia yang berupa hak milik atas barang

yang dijaminkan fidusia telah dianggap dirugikan

oleh berlakunya dan diterapkannya UU Kehutanan,

khususnya Pasal 78 ayat (15) dan Penjelasannya

yang berakibat barang-barang dimaksud dirampas

untuk negara, yang berarti telah jelas ada hubungan

kausal antara hak konstitusional Pemohon dan

berlakunya Pasal 78 ayat (15) UU Kehutanan, serta

telah nyata pula bahwa kerugian hak konstitusional

Pemohon bersifat spesifik dan aktual yang apabila

permohonan dikabulkan diyakini kerugian tersebut

tidak akan terjadi;”81

Kerugian Pemohon bersifat spesifik karena hak konstitusional

Pemohon sebagai Penerima Fidusia yang berupa hak milik atas

barang yang dijaminkan fidusia telah dianggap dirugikan oleh

penerapan ketentuan tersebut. Meskipun uraian di atas menyatakan

bahwa terdapat hubungan kausal antara hak konstitusional dengan

ketentuan yang diujikan dan jika permohonan dikabulkan diyakini

kerugian tidak akan terjadi, tetapi MKRI tidak menguraikan

mengenai kedua hal ini dalam pertimbangan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

81 Ibid., hlm. 75-76.

Page 72: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

50

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 021/PUU-III/2005

b. Putusan No. 54/PUU-VI/2008

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1995 tentang Cukai, khususnya 66A ayat (1) mengenai

persentase pembagian penerimaan negara dari cukai hasil

tembakau kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau.82 Di

dalam Putusan ini, MKRI menyatakan bahwa: “…terjadi

pertentangan pula dengan prinsip demokrasi ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945”. Di

sini MKRI menyatakan hak konstitusional Pemohon yang

dirugikan, yaitu hak konstitusional yang termuat dalam Pasal 33

ayat (4). Namun, MKRI tidak mengelaborasi lebih lanjut mengenai

hak konstitusional tersebut.

Mengenai kerugian konstitusional yang dialami, MKRI dalam

pertimbangannya menguraikan bahwa:

“….secara konstitusional sangat dirugikan dan

berkepentingan untuk mengajukan permohonan ini,

karena Pemerintah Provinsi NTB yang berkontribusi

besar terhadap penerimaan negara dari cukai hasil

82 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (j), Putusan No. 54/PUU-VI/2008, hlm. 4.

Page 73: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

51

tembakau justru tidak dapat menikmati hasil

tembakau.”83

Lebih lanjut, MKRI menguraikan mengenai fakta hukum

bahwa “penerimaan negara dari cukai hasil tembakau oleh

Pemerintah hanya dibagikan kepada ‘provinsi yang memiliki

pabrik rokok’ sebagai penafsiran dari ‘provinsi penghasil cukai

tembakau’.”84 Uraian di atas menunjukkan hak dan/atau

kewenangan konstitusional Pemohon dianggap dirugikan oleh

ketentuan yang diuji, meski tidak ada kejelasan mengenai hak

dan/atau kewenangan konstitusional mana yang dirugikan. Dengan

demikian, syarat pertama dari syarat kerugian konstitusional

tidaklah terpenuhi dan seharusnya seluruh syarat lainnya pun

menjadi tidak mungkin terpenuhi. Sebab, dasar pemenuhan syarat

kerugian konstitusional adalah adanya hak dan/atau kewenangan

konstitusional. Namun demikian, untuk melihat penafsiran MKRI

terhadap syarat-syarat ini, maka penilaian terhadap syarat lain tetap

akan dilakukan.

Kerugian yang didalilkan oleh Pemohon tersebut pun bersifat

spesifik di mana kerugian yang terjadi adalah kerugian materiil,

yaitu Pemerintah Provinsi NTB tidak mendapatkan persentase

pembagian penerimaan negara dari cukai hasil tembakau.

Pemerintah Provinsi NTB kehilangan pemasukan daerah dari cukai

hasil tembakau.

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang diuji

tidak tampak karena permasalahan yang ada, sebagaimana diakui

oleh Pemohon, adalah masalah interpretasi ketentuan. Pembagian

penerimaan negara dari cukai hasil tembakau ternyata dibagikan

kepada “provinsi yang memiliki pabrik rokok” sebagai penafsiran

dari “provinsi penghasil cukai tembakau” yang termuat dalam

83 Ibid., hlm. 46. 84 Ibid.

Page 74: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

52

ketentuan yang diuji.85 Namun, tidak ada uraian mengenai kondisi

yang akan tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan oleh MKRI.

Sebaliknya, oleh karena ketentuan yang diujikan menjadi dasar

pembagian cukai hasil tembakau kepada pemerintah daerah, maka

pembatalan terhadap ketentuan ini justru akan menyebabkan

kerugian terus terjadi.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 54/PUU-VI/2008

c. Putusan No. 100/PUU-X/2012

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 96

mengenai daluwarsa tuntutan pembayaran buruh setelah 2 tahun.86

Di dalam putusan ini, MKRI tidak menjelaskan hak konstitusional

apa yang dimiliki Pemohon. Dalam pertimbangannya MKRI

menjelaskan hak konstitusional Pemohon yang dianggap dirugikan

dengan berlakunya ketentuan yang diuji sebagai berikut:

85 Ibid. 86 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (k), Putusan No. 100/PUU-X/2012, hlm. 4.

Page 75: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

53

“…namun dengan adanya ketentuan Pasal 96 UU

Ketenagakerjaan a quo, mengakibatkan Pemohon

tidak dapat melakukan tuntutan mengenai uang

pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian

hak sesuai ketentuan Pasal 163 ayat (2) juncto Pasal

156 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UU

Ketenagakerjaan a quo. Oleh karenanya, Pemohon

sedang maupun akan mengalami/merasakan secara

langsung dampak kerugian yang diakibatkan

ketentuan Pasal 96 UU Ketenagakerjaan a quo;”87

Uraian di atas menjelaskan hak konstitusional Pemohon yang

dianggap dirugikan akibat keberlakuan Pasal a quo, meski tidak

ada kejelasan hak konstitusional mana yang dirugikan. Kerugian

yang terjadi pun spesifik, yaitu dalam bentuk kerugian moril

sekaligus materiil di mana. Kerugian moril adalah Pemohon tidak

dapat melakukan tuntutan mengenai uang pesangon, uang

penghargaan, dan uang penggantian. Hal ini berimbas pada

kerugian materiil yang diterima yaitu karena tuntutan tidak dapat

dilakukan, pelbagai kompensasi dalam bentuk uang tersebut tidak

bisa didapatkan. Hubungan kausal terjadi antara kerugian dengan

keberlakuan Pasal a quo karena ketentuan dalam Pasal a quo yang

langsung membuat Pemohon tidak dapat menuntut hak-haknya

pasca-PHK.

Di sisi lain, MKRI tidak mengelaborasi lebih lanjut mengenai

kondisi yang akan tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan

oleh MKRI. Pertimbangan MKRI mengenai hal tersebut hanya

menyatakan:

“...terdapat hubungan sebab akibat (causal verband)

antara kerugian dimaksud dengan berlakunya UU

Ketenagakerjaan yang dimohonkan pengujian,

sehingga terdapat kemungkinan dengan

87 Ibid., hlm. 58.

Page 76: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

54

dikabulkannya permohonan maka kerugian hak

konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau

tidak lagi terjadi,”88

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 100/PUU-X/2012

d. Putusan No. 75/PUU-XIII/2015

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, khususnya

Pasal 20 ayat (3) (frasa kurang lengkap dalam penyelidikan kasus

hak asasi manusia (HAM) dan penjelasan Pasal 20 ayat (3)

(definisi kurang lengkap).89 Di dalam Putusan ini, MKRI tidak

membantah dalil Pemohon bahwa hak konstitusional Pemohon

adalah hak atas kebenaran (right to know), hak atas keadilan (right

to justice), dan hak atas pemulihan (right to reparation).90

Mengenai kerugian yang dialami pemohon, MKRI

menguraikan sebagai berikut:

88 Ibid., hlm. 59. 89 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (l), Putusan No. 75/PUU-XIII/2015, hlm. 4. 90 Ibid., hlm. 71.

Page 77: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

55

“Namun, sampai 12 (dua belas) tahun, sejak tahun

2002 hingga saat permohonan a quo diajukan ke

Mahkamah, Jaksa Agung belum juga menindaklanjuti

hasil penyelidikan Komnas HAM dimaksud dengan

alasan yang menurut para Pemohon tidak konsisten

dan selalu berubah-ubah sehingga terjadi bolak-balik

berkas dari Jaksa Agung kepada Komnas HAM dan

sebaliknya.”91

“[3.5.5] Bahwa menurut para Pemohon,

ketidakkonsitenan [sic] dan berubah-ubahnya alasan

Jaksa Agung sebagaimana diuraikan…disebabkan

oleh ketidakjelasan Pasal 20 ayat (3) dan Penjelasan

Pasal 20 ayat (3) UU 26 Tahun 2000, khususnya

adanya frasa ‘kurang lengkap dalam ketentuan

dimaksud.”92

Uraian di atas menjelaskan kerugian yang dialami Pemohon

adalah spesifik berupa kerugian moril, yaitu dirugikannya hak atas

kebenaran (right to know), hak atas keadilan (right to justice), dan

hak atas pemulihan (right to reparation). Yang menjadi pertanyaan

adalah, Pasal mana dalam UUD NRI 1945 yang menelurkan ketiga

hak ini? Sayangnya, hubungan kausal tidak terelaborasi karena

tidak dijelaskan dalam pertimbangan apa hubungan antara bolak-

baliknya berkas penyelidikan dengan kerugian konstitusional

Pemohon. MKRI juga tidak menguraikan sama sekali mengenai

kondisi yang akan tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan

oleh MKRI.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

91 Ibid., hlm. 72. 92 Ibid.

Page 78: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

56

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 75/PUU-XIII/2015

Sifat Aktual Kerugian

e. Putusan No. 020/PUU-I/2003

Dalam Putusan ini, MKRI belum memperkenalkan 5 syarat

kerugian konstitusional. Namun, analisis terhadap kerugian aktual

dalam Putusan ini tetap akan dilakukan berdasarkan kelima syarat

tersebut.

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 31 Tahun 2002

tentang Partai Politik, khususnya Pasal 2 ayat (3) sub b (syarat

persentase per daerah untuk kepengurusan partai politik untuk

didaftarkan ke Departemen Kehakiman); Pasal 3 ayat (2)

(pengesahan partai politik); Pasal 23 huruf a, b, c, dan d

(pengawasan pelaksanaan undang-undang partai politik).93 Dalam

pertimbangannya, MKRI tidak menguraikan hak konstitusional

mana yang menjadi dasar kedudukan hukum Pemohon.

Selanjutnya penjelasan mengenai anggapan Pemohon tentang hak

konstitusional yang dirugikan adalah:

“Bahwa Pemohon telah dirugikan oleh berlakunya

UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik,

karena Partai Politik yang dipimpinnya (PPRI) tidak

diakui keberadaannya oleh Depertemen [sic]

93 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (x), Putusan No. 020/PUU-I/2003, hlm. 3-4.

Page 79: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

57

Kehakiman dan HAM Republik Indonesia dan tidak

dapat menjadi peserta Pemilu sehingga menimbulkan

kerugian moril maupun materill [sic].”94

Uraian di atas hanya menjelaskan bahwa kerugian moril dan

materiil dialami Pemohon karena Partai Politik yang dipimpin

Pemohon tidak dapat menjadi peserta pemilihan umum. Tidak ada

penjelasan lebih lanjut mengenai kerugian moril dan kerugian

materiil seperti apa yang dialami oleh Pemohon.

Selanjurnya, uraian mengenai hubungan sebab akibat antara

kerugian dengan sumber kerugian menyebutkan bahwa kerugian

tidak dapat menjadi peserta pemilihan umum disebabkan

berlakunya ketentuan yang diujikan dan ditindaklanjuti dengan

penolakan pengesahan partai politik tersebut sebagai badan hukum

oleh Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia dengan

Surat Keputusan No.M.02.HT.01.10 Tahun 2003, tanggal 30

Oktober 2003. Namun, sayangnya tidak ada uraian mengenai

kondisi pasca-dikabulkannya permohonan terhadap kerugian.

Berdasarkan gambaran di atas, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 020/PUU-I/2003

94 Ibid., hlm. 24.

Page 80: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

58

f. Putusan No. 071/PUU-II/2004 dan 001-002/PUU-III/2005

Dalam putusan ini, MKRI belum memperkenalkan 5 syarat

kerugian konstitusional. Namun, analisis terhadap kerugian aktual

dalam Putusan ini akan dilakukan berdasarkan kelima syarat

tersebut.

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang, khususnya Pasal 2 ayat (5) (Menteri Keuangan

sebagai pemohon pailit jika debitur adalah lembaga di bidang

kepentingan publik); Pasal 6 ayat (3) (penolakan permohonan pailit

oleh Panitera); Pasal 223 (lembaga yang berwenang memohonkan

PKPU untuk debitur di bidang kepentingan publik); dan Pasal

224(6) (ketentuan yang ada sebagai tata cara pengajuan

permohonan PKPU).95

Putusan ini berdasarkan 3 permohonan sehingga terdapat 3

pemohon yang berbeda, yaitu Pemohon I (perorangan WNI),

Pemohon II (perorangan WNI), dan Pemohon III (Yayasan

Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia/YLKAI). Pembahasan

mengenai pemenuhan kelima syarat kerugian konstitusional akan

dibedakan per Pemohon. Namun, untuk Pemohon ketiga, karena

termasuk dalam kepentingan hukum, tidak akan dibahas dalam

Bab ini.

Pemohon 001/PUU-III/2005

Di dalam putusan ini, MKRI tidak menjelaskan hak

konstitusional apa yang dimiliki Pemohon. Selanjutnya, dalam

pertimbangannya MKRI menjelaskan hak konstitusional Pemohon

yang dianggap dirugikan dengan berlakunya ketentuan yang diuji

sebagai berikut:

95 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (y), Putusan No. 071/PUU-II/2004 dan 001-

002/PUU-III/2005, hlm. 11-12.

Page 81: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

59

“Pemohon 001/2005 adalah warga negara Indonesia

yang menganggap telah dirugikan hak

konstitusionalnya oleh berlakunya Pasal 2 ayat (5)

dan Pasal 6 ayat (3) UU Nomor 37 Tahun 2004,

dengan ditolaknya permohonan pailit yang diajukan

Pemohon terhadap PT. Prudential Life Insurance oleh

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat.”96

Uraian di atas juga menunjukkan bahwa sifat aktual dari

kerugian yang dialami Pemohon sangat terlihat dengan adanya

penolakan permohonan pailit yang diajukan Pemohon oleh

pengadilan niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hubungan

kausal antara keberlakuan ketentuan yang diuji dengan kerugian

aktual yang dialami terlihat dari pertimbangan MKRI sebagai

berikut:

“bahwa andaikatapun tagihan itu sudah sah menurut

hukum, dan Para Pemohon mengajukan kembali

permohonan kepada Pengadilan Niaga untuk

mempailitkan kedua perusahaan asuransi itu,

Pengadilan Niaga niscaya tetap tidak akan menerima

permohonan Pemohon karena tidak diajukan oleh

Menteri Keuangan.”97

Pertimbangan tersebut jelas menunjukkan bahwa terdapat

hubungan kausal di mana ketentuan yang diuji memberikan

kewenangan eksklusif kepada Menteri Keuangan untuk

mengajukan permohonan pailit kepada debitur yang merupakan

lembaga di bidang kepentingan publik menyebabkan Pemohon

mengalami kerugian berupa tidak dapat mengajukan permohonan

96 Ibid., hlm. 152. 97 Ibid., hlm. 153.

Page 82: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

60

pailit. Selanjutnya, tidak ada uraian sama sekali mengenai kondisi

yang akan tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan oleh MKRI.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 001/PUU-III/2005

Pemohon 002/PUU-III/2005

Di dalam Putusan ini, MKRI tidak menjelaskan hak

konstitusional apa yang dimiliki Pemohon. Selanjutnya, dalam

pertimbangannya MKRI menjelaskan hak konstitusional Pemohon

yang dianggap dirugikan dengan berlakunya ketentuan yang diuji

sama dengan yang dialami Pemohon 001/PUU-III/2005. Hal yang

berbeda adalah pengadilan yang menolak permohonan pailit yang

diajukan Pemohon 002/PUU-III/2005 adalah pengadilan niaga

pada Pengadilan Negeri Semarang.

Penolakan oleh pengadilan tersebut menegaskan sifat aktual

dari kerugian yang dialami Pemohon. Hubungan kausal antara

keberlakuan ketentuan yang diuji dengan kerugian aktual yang

dialami terlihat dari pertimbangan MKRI sebagai berikut:

Page 83: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

61

“bahwa andaikatapun tagihan itu sudah sah menurut

hukum, dan Para Pemohon mengajukan kembali

permohonan kepada Pengadilan Niaga untuk

mempailitkan kedua perusahaan asuransi itu,

Pengadilan Niaga niscaya tetap tidak akan menerima

permohonan Pemohon karena tidak diajukan oleh

Menteri Keuangan.”98

Pertimbangan tersebut jelas menunjukkan bahwa terdapat

hubungan kausal di mana ketentuan yang diuji memberikan

kewenangan eksklusif kepada Menteri Keuangan untuk

mengajukan permohonan pailit kepada debitur yang merupakan

lembaga di bidang kepentingan publik menyebabkan Pemohon

mengalami kerugian berupa tidak dapat mengajukan permohonan

pailit. Selanjutnya, tidak ada uraian sama sekali mengenai kondisi

yang akan tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan oleh MKRI.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 002/PUU-III/2005

98 Ibid.

Page 84: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

62

g. Putusan No. 50/PUU-VI/2008

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

khususnya Pasal 27 ayat (3) (informasi/dokumen elektronik yang

memiliki muatan penghinaan/pencemaran nama baik) dan Pasal 45

ayat (1) (pidana penjara dan/atau denda terhadap tindakan pada

Pasal 27).99 Di dalam putusan ini, MKRI tidak membantah dalil

Pemohon bahwa hak konstitusional Pemohon adalah hak yang

tercantum dalam Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2) dan ayat

(3), serta Pasal 28F UUD NRI 1945.100 Kendatipun demikian, tidak

ada spesifikasi mengenai hak konstitusional apa yang termuat

dalam Pasal-Pasal tersebut.

Selanjutnya, dalam pertimbangannya MKRI menjelaskan hak

konstitusional Pemohon yang dianggap dirugikan dengan

berlakunya ketentuan yang diuji sebagai berikut:

“….pembatasan yang dilakukan Pasal a quo telah

memasung hak-hak konstitusional warga negara

untuk memperoleh informasi, menyatakan pendapat,

dan mengontrol kekuasaan”.101

Namun, uraian MKRI tersebut sangat luas karena menyatakan

hak konstitusional yang dipasung adalah hak untuk memperoleh

informasi, hak menyatakan pendapat, dan hak mengontrol

kekuasaan. Tidak jelas hak konstitusional mana yang dianggap

oleh Pemohon dirugikan dari ketiga hak tersebut. Sifat kerugian

yang dialami Pemohon dalam hal ini adalah aktual sebab Pemohon

telah benar-benar mengalami kerugian karena tengah berada dalam

proses persidangan pidana dengan sangkaan ketentuan yang diuji.

99 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (z), Putusan No. 50/PUU-VI/2008, hlm. 7. 100 Ibid., hlm. 88. 101 Ibid.

Page 85: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

63

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang diuji

hanya dijelaskan oleh MKRI sebatas uraian berikut:

“Rumusan dalam Pasal undang-undang a quo

mengandung materi muatan yang tidak memiliki

kepastian hukum karena adanya pertentangan dengan

asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan khususnya asas kedayagunaan dan

kehasilgunaan karena menimbulkan rasa tidak aman

dan rasa takut bagi para pengguna internet, sehingga

pengguna internet sewaktu-waktu dapat ditahan polisi

karena ancaman pidananya lebih dari lima tahun.”102

Tidak ada uraian sama sekali mengenai kondisi yang akan

tercipta jika ketentuan yang diuji dibatalkan oleh MKRI.

Selanjutnya, MKRI hanya menyatakan bahwa secara prima facie

Pemohon telah memenuhi syarat-syarat kedudukan hukum.

Berdasarkan gambaran di atas, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut.

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 050/PUU-VI/2008

102 Ibid., hlm. 89.

Page 86: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

64

h. Putusan No. 117/PUU-X/2012

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 163 ayat

(1) mengenai pemutusan hubungan kerja dalam kondisi tertentu

dan kompensasi untuk pekerja/buruh.103 Di dalam Putusan ini,

MKRI tidak menjelaskan hak konstitusional apa yang dimiliki

Pemohon tetapi MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa

Pemohon yang merupakan pekerja/buruh mengalami

kerugian/kehilangan haknya terkait penggabungan kepemilikan

perusahaan.

MKRI menguraikan bahwa kerugian yang dialami Pemohon

adalah tidak didapatkannya haknya sebagaimana diatur dalam

ketentuan yang diuji. Namun, MKRI tidak menguraikan lebih

lanjut hak apa yang ada dalam Pasal tersebut. Dalam dalil

Pemohon, hak dalam Pasal a quo adalah uang pesangon sebesar 1

kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa

kerja 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak

sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). Selanjutnya, Pemohon

benar-benar mengalami kerugian karena dinyatakan

mengundurkan diri oleh perusahaan sehingga tidak mendapatkan

haknya.

Mengenai hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji, hanya dijelaskan oleh MKRI sebatas uraian berikut:

“Para Pemohon tidak bersedia melanjutkan hubungan

kerja dengan perusahaan tersebut, namun

perusahaan tidak melakukan Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK) sehingga para Pemohon dinyatakan

mengundurkan diri oleh Perusahaan. Perusahaan

menafsirkan bahwa mengenai hal PHK yang

tercantum dalam Pasal 163 ayat (1) UU

103 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (aa), Putusan No. 117/PUU-X/2012, hlm.

5-6.

Page 87: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

65

Ketenagakerjaan mutlak merupakan hak dari

Perusahaan. Berdasarkan pernyataan tersebut, para

Pemohon tidak mendapatkan haknya sebagaimana

diatur dalam Pasal 163 ayat (1) UU

Ketenagakerjaan.”104

Sayangnya MKRI tidak mengelaborasi lebih jauh mengenai

bagaimana tindakan perusahaan yang tidak mau melakukan PHK

menyebabkan para pekerja/buruh dinyatakan mengundurkan diri

dan kemudian kehilangan pelbagai hak akibat PHK. Selanjutnya,

tidak ada pula uraian mengenai kemungkinan kondisi pasca-

dikabulkannya permohonan terhadap kerugian.

Berdasarkan gambaran di atas, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 117/PUU-X/2012

Di awal Bab, dinyatakan bahwa kerugian aktual adalah kerugian

yang bersifat spesifik dan pemohon dianggap benar-benar mengalami

kerugian akibat keberlakuan dari undang-undang dan/atau pasal yang

diuji ke MKRI. Pasca-penelusuran dan analisis terhadap putusan-

104 Ibid., hlm. 65.

Page 88: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

66

putusan di atas, berikut adalah gambaran sifat spesifik dan aktual yang

ditafsirkan oleh MKRI.

Sifat spesifik kerugian merujuk pada bentuk dari kerugian yang

dialami. Bahwa kerugian tersebut harus tertentu dan dapat

dikelompokkan menjadi kerugian moril dan/atau kerugian materiil—

meski MKRI tidak menyatakan secara eksplisit bahwa kerugian yang

terjadi adalah kerugian moril dan/atau materiil. Kendatipun demikian,

Tim Peneliti menerjemahkan kerugian materiil sebagai kerugian yang

secara kasat mata dapat dikuantifikasi, sedangkan kerugian moril

sebagai kerugian terhadap hal-hal yang secara kasat mata tidak dapat

dikuantifikasikan.

Kerugian materiil dapat ditemui dalam beberapa putusan. Pertama,

Putusan No. 54/PUU-VI/2008 tentang persentase pembagian

penerimaan negara dari cukai hasil tembakau kepada provinsi

penghasil cukai hasil tembakau. Kerugian materiil berupa hilangnya

penerimaan Provinsi NTB dari pembagian penerimaan negara dari

cukai hasil tembakau akibat berlakunya ketentuan yang diuji. Kedua,

Putusan No. 100/PUU-X/2012 mengenai akibat daluwarsa tuntutan

pembayaran buruh setelah 2 tahun. Daluwarsa tuntutan pembayaran

buruh ini berakibat buruh tidak bisa mendapatkan kompensasi berupa

uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak.

Contoh adanya kerugian moril terdapat pada Putusan No. 75/PUU-

XIII/2015 mengenai frasa kurang lengkap dalam penyelidikan kasus

hak asasi manusia yang menyebabkan bolak balik berkas dari

penyelidik, yaitu Komnas HAM kepada penyidik, yaitu Jaksa Agung.

Pemohon mengalami kerugian moril dalam bentuk waktu menunggu

adanya tindak lanjut penyelidikan Komnas HAM selama 12 tahun

karena hasil penyelidikan “dirasa” kurang lengkap.

Berikutnya kerugian moril dan materiil dianggap dialami oleh

Pemohon dalam Putusan No. 021/PUU-III/2005 mengenai perampasan

Page 89: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

67

oleh negara terhadap barang bukti terkait tindak pidana kehutanan.

Dalam Putusan ini, kerugian yang terjadi adalah dirampasnya hak milik

atas barang yang dijaminkan fidusia kepada Pemohon selaku Penerima

Fidusia. Tentunya, ketika perampasan terjadi, perlindungan atas hak

milik Pemohon terugikan—yang artinya terjadi kerugian moril—dan

sebagai akibatnya muncul kerugian materiil bagi Pemohon.

MKRI secara umum melihat bahwa sifat aktual berarti pemohon

benar-benar mengalami kerugian yang ia dalilkan. Dari analisis

terhadap pelbagai putusan, pemohon bisa menjelaskan kondisi yang

dialaminya merupakan akibat berlakunya norma yang diuji. Beberapa

putusan yang dibahas menunjukkan bahwa pemohon dalam kondisi

benar-benar mengalami kerugian, seperti pada Putusan No. 071/PUU-

II/2004 dan Putusan No. 001-002/PUU-III/2005. Dalam Putusan ini,

ketentuan yang diuji memberikan kewenangan eksklusif kepada

Menteri Keuangan untuk mengajukan permohonan pailit terhadap

debitur yang merupakan lembaga di bidang kepentingan publik,

menyebabkan Pemohon tidak bisa mengajukan permohonan pailit ke

pengadilan niaga. Kondisi ini kemudian termanifestasikan dalam

bentuk penolakan permohonan pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat untuk Pemohon I dan Pengadilan Negeri Semarang untuk

Pemohon II. Selanjutnya, Putusan No. 020/PUU-I/2003

memperlihatkan bahwa partai politik Pemohon benar-benar tidak dapat

menjadi peserta pemilihan umum karena tidak diakui keberadaannya.

2. Kerugian Bersumber dari Undang-Undang dan/atau Tindakan

Elemen ini merujuk pada sumber dari kerugian konstitusional yang

dialami oleh pemohon. Sehubungan dengan sumber, Pasal 51 ayat (1)

UU MK telah menegaskan bahwa sumber penyebab terjadinya

kerugian konstitusional bagi pemohon adalah berlakunya undang-

undang yang diuji. Pada bagian terdahulu telah disampaikan bahwa

sifat kerugian yang dialami oleh pemohon adalah spesifik dan aktual.

Contohnya adalah, kehilangan hak atas perlindungan terhadap hak

milik karena adanya kewenangan untuk melakukan perampasan.

Page 90: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

68

Ketika pejabat yang berwenang melakukan perampasan terhadap

barang milik pemohon, maka pemohon baru bisa dikatakan telah

mengalami kerugian. Keberadaan ketentuan semacam ini tanpa

dilaksanakan tidak secara aktual merugikan. Dengan demikian,

berlakunya undang-undang dalam konteks yang demikian ini harus

dimaknai sebagai adanya tindakan dari pejabat yang berwenang yang

melaksanakan ketentuan yang dimohonkan untuk diuji.

Pada contoh yang lain, misalnya daluwarsa untuk melakukan

tuntutan mengenai uang pesangon, uang penghargaan dan uang

penggantian hak, kondisi yang ada tidak sama. Sehubungan daluwarsa,

ketentuan ini berfungsi sebagai saringan formil untuk mengajukan

tuntutan hak. Dengan demikian, lewatnya batas waktu yang dialami

oleh pemohon menyebabkan ketentuan ini berlaku padanya dan

karenanya kerugian menjadi muncul. Dengan kata lain, berlakunya

undang-undang dalam konteks ini tidak membutuhkan pelaksanaan

untuk bisa menyebabkan kerugian.

Berikut adalah beberapa putusan MKRI yang memberikan

gambaran mengenai sumber kerugian dari undang-undang dan/atau

tindakan:

Undang-Undang sebagai Sumber Kerugian

a. Putusan No. 011-017/PUU-I/2003

Dalam putusan ini, MKRI belum memperkenalkan 5 syarat

kerugian konstitusional yang harus dipenuhi oleh pemohon.

Namun, analisis terhadap kerugian aktual dalam Putusan ini akan

dilakukan berdasarkan kelima syarat tersebut.

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 12 Tahun 2003

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

khususnya Pasal 60 huruf (g). Pasal ini mengatur mengenai

persyaratan untuk menjadi anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,

Page 91: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

69

dan DPRD Kabupaten/Kota, yaitu bukan bekas anggota organisasi

terlarang.105

MKRI tidak menjelaskan hak konstitusional apa yang dimiliki

Pemohon. Meskipun Pemohon menganggap bahwa hak

konstitusional mereka dirugikan, uraian mengenai bentuk kerugian

yang dialami oleh Pemohon dan bagaimana Pemohon dirugikan

atas keberlakuan ketentuan yang diuji tidak ada dalam

pertimbangan Putusan. Uraian yang ada dalam pertimbangan

adalah:

“Sebagian Para Pemohon I dan Para Pemohon II

seluruhnya adalah bekas tahanan politik. Mereka

telah ditahan atau dipenjara karena dituduh terlibat

secara langsung maupun tidak langsung dalam

peristiwa G.30.S./PKI, dan menganggap hak

konstitusional mereka dirugikan oleh berlakunya

Pasal 60 huruf g UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.”106

Tidak ada uraian mengenai hubungan antara kerugian dengan

sumber kerugian dan tidak ada pula uraian mengenai kemungkinan

yang kerugian tidak terjadi kembali jika permohonan dikabulkan

oleh MKRI. Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

105 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (u), Putusan No. 011-017/PUU-I/2003,

hlm. 9. 106 Ibid., hlm. 33

Page 92: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

70

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 011-017/PUU-I/2003

b. Putusan No. 010/PUU-III/2005

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 59

ayat (2) mengenai persyaratan partai politik yang dapat

mendaftarkan pasangan calon Kepala Daerah. Di dalam Putusan

ini, MKRI tidak menjelaskan hak konstitusional apa yang dimiliki

Pemohon tetapi hanya menyatakan bahwa hak konstitusional

Pemohon dijamin dalam UUD NRI 1945.107 Mengenai kerugian

yang dianggap dialami oleh Pemohon, MKRI menguraikan sebagai

berikut:

“…kerugian hak konstitusional yang didalilkan

Pemohon adalah karena ketentuan tentang

pembatasan persentase perolehan partai politik atau

gabungan partai politik minimal 15% dari jumlah

kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan

suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di

daerah pemilihan yang bersangkutan, telah

menyebabkan Pemohon tidak dapat mengajukan

pasangan calon kepala daerah, antara lain, di daerah

Kabupaten Kutai Kertanegara Kaltim, karena

Pemohon hanya memperoleh 2½ (dua setengah)

persen suara sah pada pemilihan umum tahun

2004.”108

107 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ab), Putusan No. 010/PUU-III/2005, hlm.

25. 108 Ibid.

Page 93: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

71

Uraian di atas menjelaskan bahwa kerugian yang dialami

adalah kerugian aktual karena ketentuan yang diuji langsung

menyebabkan Pemohon tidak dapat mengajukan pasangan calon

kepala daerah. Terdapat hubungan kausal antara kerugian yang

dialami Pemohon dengan ketentuan yang diuji di mana kerugian

langsung dirasakan Pemohon karena berlakunya ketentuan yang

diuji. Tanpa perlu ada tindakan dari pejabat yang menjalankan

ketentuan yang diuji, Pemohon terhambat oleh syarat formil untuk

mengajukan pasangan calon kepala daerah dari partai politiknya.

Selanjutnya, tidak ada uraian mengenai kemungkinan kerugian

konstitusional tidak akan terjadi lagi jika permohonan dikabulkan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 010/PUU-III/2005

c. Putusan No. 28/PUU-X/2012

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No. 5

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA), khususnya

Pasal 45A ayat (2) huruf c (perkara tata usaha negara yang dibatasi

untuk diajukan kasasi) dan UU No. 16 Tahun 2004 tentang

Page 94: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

72

Kejaksaan (UU Kejaksaan), khususnya Pasal 30 ayat (2)

(wewenang Kejaksaan untuk bidang perdata dan tata usaha

negara).109 Di dalam putusan ini, MKRI tidak membantah dalil

Pemohon bahwa hak konstitusional Pemohon adalah hak yang

tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 27 ayat (1),

Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28I ayat (2), ayat (4),

dan ayat (5), serta Pasal 34 ayat (3) UUD NRI 1945. Namun, tidak

jelas dari sekian banyak Pasal yang disebutkan, apa hak

konstitusional yang dijadikan dasar oleh Pemohon dan mana yang

benar-benar dianggap dirugikan akibat ketentuan yang diujikan.

Mengenai kerugian konstitusional yang dianggap dialami

Pemohon dan hubungan kausal antara kerugian dengan ketentuan

yang diuji, MKRI menguraikan sebagai berikut:

“….Pemohon tidak dapat mengajukan permohonan

kasasi ke Mahkamah Agung terhadap Putusan

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor

104/B/2011/PT.TUN.SBY tanggal 7 November 2011

juncto Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Nomor 22/G/2011/PTUN.BY tanggal 20 Juni 2011.

Selain itu Pemohon juga menganggap hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh

berlakunya Pasal 30 ayat (2) UU 16/2004 karena

merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif

dan tidak sama di hadapan hukum dengan adanya

peraturan perundang-undangan yang memungkinkan

negara atau pemerintah menggunakan jasa Jaksa

Pengacara Negara sebagai kuasa hukum dalam

perkara PTUN yang dijalani oleh Pemohon.”110

Mengingat bahwa Pemohon mengajukan uji materiil terhadap

2 undang-undang, uraian di atas menyatakan 2 kondisi kerugian.

Pertama, kerugian yang dianggap dialami akibat Pasal 45A ayat

109 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ac), Putusan No. 28/PUU-X/2012, hlm. 2. 110 Ibid., hlm. 22.

Page 95: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

73

(2) huruf c UU MA, yaitu Pemohon tidak dapat mengajukan

permohonan kasasi ke MARI terhadap perkara TUN tertentu yang

diatur dalam Pasal 45A ayat (2) huruf c. Dalam hal ini, kerugian

yang dialami adalah kerugian aktual karena tanpa perlu ada

tindakan dari pejabat yang menolak kasasi yang diajukan Pemohon

pun, ketentuan dalam Pasal tersebut secara formil menghalangi

Pemohon dalam mengajukan permohonan kasasi.

Kedua, kerugian akibat berlakunya UU Kejaksaan. Konteks

kerugian akibat berlakunya UU Kejaksaan adalah berbeda dengan

UU MA, sebab diskriminasi yang didalilkan oleh Pemohon baru

terjadi ketika pemerintah menggunakan Jaksa Pengacara Negara

sebagai kuasa hukumnya. Artinya, keberadaan ketentuan ini saja

tanpa penerapan tidak kemudian menimbulkan kerugian yang

didalilkan oleh Pemohon.

Selanjutnya, tidak ada uraian mengenai kemungkinan kerugian

konstitusional tidak akan terjadi lagi jika permohonan dikabulkan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 028/PUU-X/2012

Page 96: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

74

d. Putusan No. 137/PUU-XIII/2017

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, khususnya Pasal 65

ayat (2) mengenai kepala daerah dapat dipilih kembali untuk

jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.111 Di dalam

Putusan ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa hak

konstitusional Pemohon adalah hak yang tercantum dalam Pasal 27

ayat (1), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI

1945. Lebih lanjut, MKRI menguraikan bahwa Pemohon merasa

tidak mendapatkan hak yang sama dengan warga negara Indonesia

lainnya dan tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.112 Mengenai kerugian konstitusional yang dialami

Pemohon, MKRI menyatakan sebagai berikut:

“…dirugikan dengan berlakunya Pasal 65 ayat (2)

UU Pemerintahan Aceh karena Pemohon yang

pernah menjabat sebagai kepala daerah dan saat ini

telah 5 (lima) tahun tidak menjabat sebagai kepala

daerah, tidak dapat lagi mencalonkan diri sebagai

calon bupati atau kepala daerah khususnya di

Kabupaten Simeulue.”113

Uraian di atas menunjukkan kerugian yang dialami adalah

kerugian aktual karena ketentuan yang diuji langsung

menyebabkan Pemohon tidak bisa mencalonkan diri sebagai

kepala daerah di Aceh, khususnya Kabupaten Simeuleu. Kerugian

yang dialami Pemohon bersumber dari ketentuan yang diuji. Tanpa

perlu ada tindakan dari pejabat yang menjalankan ketentuan yang

diuji, Pemohon jelas tidak bisa mencalonkan diri sebagai kepala

daerah.

111 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ad), Putusan No. 137/PUU-XIII/2017,

hlm. 5. 112 Ibid., hlm. 28. 113 Ibid.

Page 97: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

75

Hubungan kausal antara kerugian dengan ketentuan yang

dialami telah jelas berdasarkan uraian di atas. Namun, tidak ada

uraian mengenai kemungkinan kerugian konstitusional tidak akan

terjadi lagi jika permohonan dikabulkan. Dari uraian di atas,

pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah sebagai

berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 137/PUU-XIII/2017

Tindakan sebagai Sumber Kerugian

e. Putusan No. 013/PUU-I/2003

Dalam Putusan ini, MKRI belum memperkenalkan 5 syarat

kerugian konstitusional yang harus dipenuhi oleh Pemohon.

Namun, analisis terhadap kerugian aktual dalam putusan ini akan

dilakukan berdasarkan kelima syarat tersebut.

Ketentuan yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No. 16

Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.114 Di

dalam Putusan ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa

hak konstitusional Pemohon yang dirugikan adalah hak untuk tidak

114 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ae), Putusan No. 013/PUU-I/2003, h. 7.

Page 98: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

76

dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut yang diatur dalam

Pasal 28I ayat (1) UUD NRI 1945.115

Selanjutnya, uraian pertimbangan MKRI menunjukkan bahwa

kerugian konstitusional bersifat aktual karena Pemohon benar telah

mengalami kerugian. Selain itu, kerugian yang dialami oleh

Pemohon adalah kerugian moril yang terjadi akibat dituntutnya

Pemohon dengan dasar hukum yang berlaku surut. Hubungan

kausal terjadi antara kerugian dengan keberlakuan ketentuan yang

diuji di mana penuntut umum telah menuntut Pemohon

berdasarkan ketentuan dalam ketentuan yang belum ada saat tindak

pidana dilakukan.116 Dari sini, terlihat bahwa ada tindakan yang

dilakukan oleh pihak yang berwenang, yaitu penuntut umum, yang

menjalankan ketentuan yang diujikan dengan cara melakukan

penuntutan dalam persidangan. Dalam pertimbangannya, MKRI

tidak menguraikan sama sekali mengenai kondisi yang akan

tercipta jika ketentuan yang diujikan dibatalkan oleh MKRI.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 013/PUU-I/2003

115 Ibid., hlm. 35. 116 Ibid.

Page 99: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

77

f. Putusan No. 009-014/PUU-III/2005

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, khususnya Pasal 1 ayat (5)

(bentuk organisasi notaris); Pasal 67 ayat (3) huruf b (unsur

Majelis Pengawas); Pasal 77 (wewenang Majelis Pengawas Pusat);

78 (wewenang Majelis Pengawas Pusat); dan Pasal 82 ayat (1)

(Notaris dalam satu wadah Organisasi Notaris).117 Di dalam

Putusan ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa hak

konstitusional Pemohon adalah hak yang tercantum dalam Pasal

28E ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945, dan

menyatakan bahwa hak konstitusional yang dirugikan adalah hak

kebebasan untuk berserikat dan hak untuk mendapat perlakuan

yang sama di hadapan hukum.118 Lengkapnya, menyatakan:

“Pemohon menganggap hak konstitusional tersebut di

atas dirugikan oleh berlakunya UU JN, khususnya

Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 82 ayat (1) yang

merugikan hak kebebasan untuk berserikat; Pasal 15

ayat (2) huruf f dan g yang merugikan hak atas

jaminan kepastian hukum, dan Pasal 67 ayat (1)

sampai dengan (6) yang merugikan hak untuk

mendapat perlakuan yang sama di hadapan

hukum.”119

Lebih lanjut, MKRI menyimpulkan bahwa kerugian yang

dialami oleh Pemohon adalah: …ditolaknya permohonan para

Pemohon untuk mendaftarkan HNI sebagai badan hukum oleh

Departemen Hukum dan Perundang-undangan…”120

117 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (af), Putusan No. 009-014/PUU-III/2005,

hlm. 22. 118 Ibid., hlm. 112. 119 Ibid. 120 Ibid.

Page 100: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

78

Penolakan sebagai badan hukum merupakan tindakan yang

merupakan pelaksanaan dari ketentuan yang diuji. Dengan

demikian, sumber dari kerugian adalah ketentuan yang diuji dan

terjadinya kerugian adalah karena pelaksanaan ketentuan yang

diuji oleh lembaga yang berwenang.

Hubungan kausal pun jelas terlihat dari uraian di atas.

Selanjutnya, MKRI menyatakan: “…seandainya permohonan para

Pemohon dikabulkan oleh Mahkamah, maka kerugian yang

dialami dan diperkirakan oleh para Pemohon tidak akan atau

tidak lagi terjadi.”121 Permasalahannya, uraian yang demikian ini

tidak cukup untuk menjelaskan kondisi yang terjadi jika

permohonan dikabulkan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 009-014/PUU-III/2005

g. Putusan No. 8/PUU-XI/2013

Undang-undang yang diuji dalam Putusan ini adalah UU No.

20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

khususnya Pasal 41 ayat (4) mengenai peran serta masyarakat

121 Ibid., hlm. 112-113.

Page 101: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

79

dalam mencegah dan memberantas korupsi. 122 Di dalam Putusan

ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon bahwa hak

konstitusional Pemohon adalah hak yang tercantum dalam Pasal

28C ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28D ayat (1) serta Pasal 28H ayat

(1) dan ayat (2) UUD NRI 1945. Hak konstitusional tersebut

dianggap telah dirugikan berdasarkan uraian berikut:

“….mengajukan gugatan praperadilan pengentikan

[sic] perkara korupsi BLBI Syamsul Nursalim. Pada

awalnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

mengabulkan praperadilan yang diajukan oleh

Pemohon, namun putusan tersebut oleh Pengadilan

Tinggi Jakarta dinyatakan tidak dapat diterima

dengan alasan Undang-Undang tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi tidak mengatur hak

gugat LSM/ORMAS untuk mengajukan praperadilan

terhadap penghentian penyidikan dan penuntutan

dalam perkara-perkara korupsi.”123

Uraian di atas menunjukkan bahwa kerugian yang terjadi

bersifat aktual karena benar-benar dialami Pemohon, yaitu putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengabulkan gugatan

praperadilan Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima oleh

Pengadilan Tinggi Jakarta. Dalam hal ini, kerugian bersumber dari

ketentuan yang diuji dan tindakan yang ada dilakukan oleh

lembaga yang berwenang, yaitu Pengadilan Tinggi Jakarta.

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang diuji

dijelaskan pada uraian di atas. Namun, tidak ada uraian mengenai

kemungkinan yang akan terjadi ketika permohonan dikabulkan

MKRI. Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

122 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ag), Putusan No. 8/PUU-XI/2013, hlm. 40. 123 Ibid., hlm. 47.

Page 102: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

80

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau

kewenangan konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) dan aktual ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan

yang diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di

masa mendatang ✓

Tabel 3.16 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 8/PUU-XI/2013

Pada bagian sebelumnya, telah diuraikan bahwa penyebab

terjadinya kerugian adalah berlakunya undang-undang, dalam artian

kerugian bisa terjadi semata-mata karena suatu undang-undang

diberlakukan atau kerugian bisa pula terjadi ketika undang-undang

tersebut dilaksanakan. Putusan-putusan yang dianalisis di atas telah

menunjukkan bahwa MKRI cenderung mengabaikan apa yang menjadi

sumber dari kerugian, apakah semata-mata karena undang-undang atau

karena adanya tindakan pelaksanaan undang-undang.

Pada Putusan No. 011-017/PUU-I/2003 yang mengatur persyaratan

untuk menjadi anggota legislatif, yaitu bukan bekas anggota organisasi

terlarang, Pemohon yang merupakan calon anggota legislatif dan

pernah terafiliasi dengan organisasi terlarang langsung merasa

dirugikan. Kondisi serupa juga tergambar dalam Putusan No.

010/PUU-III/2005 mengenai persyaratan partai politik yang dapat

mendaftarkan pasangan calon Kepala Daerah. Berlakunya ketentuan

yang diuji langsung menyebabkan Pemohon tidak dapat mengajukan

pasangan calon kepala daerah. Kedua putusan ini menunjukkan

ketentuan undang-undang yang diberlakukan langsung bisa

memberikan kerugian pada pemohon.

Dalam putusan-putusan lain, kerugian baru dikatakan ada ketika

sudah ada pelaksanaan undang-undang yang diuji. Contohnya dalam

Page 103: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

81

Putusan No. 013/PUU/I/2003 di mana Pemohon mengalami kerugian

berupa dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Kerugian

Pemohon benar-benar baru dirasakan ketika Pemohon menjadi

terdakwa dan dituntut oleh penuntut umum menggunakan ketentuan

yang berlaku surut. Contoh lain adalah Putusan No. 009-014/PUU-

III/2005 yang menunjukkan bahwa Pemohon baru benar-benar

mengalami kerugian ketika telah ada tindakan penolakan pendaftaran

organisasinya sebagai badan hukum. Tanpa tindakan penolakan dari

lembaga yang berwenang, Pemohon belum mengalami kerugian.

Seluruh uraian di atas menunjukkan bahwa elemen yang digunakan

oleh MKRI untuk menunjukkan ada tidaknya kerugian aktual adalah: (i)

adanya kerugian yang bersifat spesifik dan aktual; dan (ii) sumber

terjadinya kerugian adalah akibat berlakunya undang-undang dan akibat

adanya tindakan yang melaksanakan ketentuan undang-undang yang diuji.

Sehubungan dengan sifat kerugian yang spesifik, MKRI membaginya ke

dalam 2 jenis, yaitu kerugian moril dan kerugian materiil. Dengan kata

lain, ragam dari kerugian aktual dalam perspektif MKRI adalah: (i)

kerugian moril yang aktual dan disebabkan oleh berlakunya undang-

undang; (ii) kerugian moril yang aktual dan disebabkan oleh tindakan; (iii)

kerugian materiil yang aktual dan disebabkan oleh berlakunya undang-

undang; (iv) kerugian materiil yang aktual dan disebabkan oleh tindakan;

(v) kerugian moril dan materiil yang aktual dan disebabkan oleh

berlakunya undang-undang; dan (vi) kerugian moril dan materiil yang

aktual dan disebabkan oleh tindakan.

Terlepas dari ragam di atas, dengan memperhatikan pemenuhan syarat

kerugian konstitusional yang dibuat oleh MKRI, secara umum bisa

disimpulkan bahwa MKRI tidak terlalu tegas dalam mengikuti syarat-

syarat tersebut. Putusan-putusan di atas telah menunjukkan bahwa bahkan

MKRI tidak pernah menerapkan kelima syarat tersebut secara keseluruhan.

Pada banyak kasus, MKRI sekadar mengulang syarat yang ada dan

Page 104: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

82

menyimpulkan bahwa syarat tersebut telah terpenuhi. Artinya, MKRI tidak

mengembangkan penafsiran terhadap kelima syarat tersebut.

Secara lebih detail, tidak dipenuhinya syarat kerugian konstitusional

dalam berbagai putusan dapat dilihat dari fakta bahwa: (i) MKRI jarang

melakukan kualifikasi terhadap hak dan/atau kewenangan konstitusional

yang didalilkan oleh Pemohon; (ii) MKRI tidak terlalu memedulikan

apakah kerugian yang ada spesifik atau tidak; (iii) MKRI tidak

memberikan tolok ukur yang jelas mengenai sifat spesifik dan aktual dalam

melihat kerugian aktual; (iv) MKRI hampir selalu mengabaikan uraian

mengenai hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang diujikan;

dan (v) MKRI tidak pernah memberikan gambaran mengenai kemungkinan

kerugian konstitusional tidak akan terjadi kembali jika permohonan

dikabulkan.

C. PERGERAKAN PENAFSIRAN KERUGIAN AKTUAL DARI MASA KE

MASA

Pada bagian ini, akan dibahas mengenai pergerakan penafsiran

kerugian aktual dengan melakukan analisis terhadap 1 isu khusus yang

dibahas pada setiap masa kepemimpinan Ketua MKRI. Dengan

membandingkan putusan-putusan yang memiliki isu sejenis dari masa ke

masa, diharapkan akan tampak perbedaan pola pikir dari tiap Ketua MKRI

mengenai kerugian aktual. Pola analisis ini digunakan guna melengkapi

penafsiran MKRI mengenai kerugian aktual sebagaimana diuraikan pada

bagian sebelumnya. Putusan yang akan dianalisis adalah putusan terkait

proses peradilan pidana, termasuk penyidikan, penuntutan dan penjatuhan

pidana oleh MARI dan pengadilan di bawahnya.

1. Periode Jimly Asshiddiqie

Nomor Putusan : 013/PUU-I/2003

Kualifikasi Pemohon : WNI124

Hak dan/atau Kewenangan : Hak yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1) UUD

124 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ae), Putusan No. 013/PUU-I/2003, hlm. 1.

Page 105: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

83

Konstitusional dalam

Pertimbangan

1945 yang memuat: “hak untuk hidup hak untuk

tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan

hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut ada”125

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Bahwa Pemohon menganggap hak-hak

konstitusionalnya dirugikan oleh Undang-Undang

No. 16 Tahun 2003. Padahal, terhadap Pemohon

telah diterapkan hukum yang berlaku surut, karena

terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 12

Oktober 2002 (Peristiwa Peledakan Bom di Bali)

telah diterapkan Perpu No. 1 Tahun 2002 yang

diundangkan pada tanggal 18 Oktober 2002.”126

Tabel 3.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 013/PUU-I/2003

Nomor Putusan : 065/PUU-II/2004

Kualifikasi Pemohon : WNI127

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1) UUD

1945 yang memuat: ”hak untuk hidup, hak untuk

tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan

hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia

yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

apapun”128

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Pemohon…menganggap hak konstitusionalnya

dirugikan oleh Pasal 43 ayat (1) UU Pengadilan

HAM…yang menentukan bahwa pelanggaran hak

asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum

125 Ibid., hlm. 35. 126 Ibid. 127 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ah), Putusan No. 065 /PUU-II/2004, hlm.

1. 128 Ibid., hlm. 47.

Page 106: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

84

diundangkannya UU Pengadilan HAM diperiksa

dan diputuskan oleh Pengadilan Hak Asasi

Manusia Ad Hoc telah diterapkan terhadap

Pemohon.”129

Tabel 3.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 065/PUU-II/2004

Dari rangkuman di atas, sifat spesifik dan aktual kerugian terlihat

jelas. Dalam Putusan No. 013/PUU-I/2003, kerugian yang dialami oleh

Pemohon adalah terjadinya penuntutan kepada dirinya menggunakan

hukum yang berlaku surut. Penuntutan ini pun sudah benar-benar

terjadi. Sedangkan dalam Putusan No. 065/PUU-II/2004, kerugian

yang dialami oleh Pemohon adalah diperiksa dan diputusnya kejahatan

yang diduga dilakukan oleh Pemohon berdasarkan hukum yang

berlaku surut. Pemeriksaan dan putusan menggunakan hukum yang

berlaku surut ini sudah ada.

Di sisi lain, sumber terjadinya kerugian pada kedua Putusan adalah

tindakan yang melaksanakan ketentuan yang diujikan. Pada Putusan

No. 013/PUU-I/2003, pejabat yang melakukan tindakan, berupa

penuntutan atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah penuntut

umum. Sedangkan pada Putusan No. 065/PUU-II/2004, tindakan

dilakukan oleh pengadilan hak asasi manusia ad hoc.

2. Periode M. Mahfud M.D.

Nomor Putusan : 16/PUU-IX/2011

Kualifikasi Pemohon : WNI130

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak konstitusional untuk memperoleh perlindungan

dan kepastian hukum, serta perlakuan yang sama di

hadapan hukum sebagaimana dijamin dalam Pasal

28D ayat (1) UUD 1945131

Uraian Kerugian Aktual : “…Pemohon juga tidak dapat melakukan gugatan

129 Ibid. 130 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ai), Putusan No. 16/PUU-IX/2011, hlm. 1. 131 Ibid., hlm. 53.

Page 107: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

85

dalam Pertimbangan praperadilan atau tuntutan ganti kerugian terhadap

aparatur negara yang menjalankan

kewenangannya secara eksesif yang melanggar

hak-hak konstitusional Pemohon, karena adanya

Pasal 95 ayat (1) KUHAP yang tidak

memungkinkan Pemohon mengajukan tuntutan

ganti kerugian atas tindakan penyidik atau

penuntut umum yang melanggar hukum.

Berdasarkan fakta tersebut, Pemohon menganggap

hak konstitusionalnya…terlanggar.”132

Tabel 3.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 16/PUU-IX/2011

Nomor Putusan : 65/PUU-IX/2011

Kualifikasi Pemohon : WNI 133

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “…dirugikan hak konstitusionalnya oleh

berlakunya Pasal 83 ayat (1) dan ayat (2)

KUHAP.”134

“…telah merugikan hak konstitusional Pemohon

karena telah menghalangi atau menutup hak

Pemohon untuk mengajukan permintaan banding ke

Pengadilan Tinggi Jakarta terhadap putusan

praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

Nomor 27/PID/PRAP/ 2011/PN.JKT.SEL.”135

Tabel 3.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 065/PUU-II/2004

Kedua Tabel di atas menunjukkan dengan jelas perbedaan

pendekatan yang digunakan oleh Jimly Asshiddiqie dengan M. Mahfud

132 Ibid. 133 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (aj), Putusan No. 65/PUU-IX/2011, hlm. 1. 134 Ibid., hlm. 25. 135 Ibid.

Page 108: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

86

M.D. dalam menilai kerugian aktual. Pertama, M. Mahfud M.D. lebih

tidak tegas mengenai hak konstitusional apa yang menjadi dasar.

Bahkan dalam Putusan No. 65/PUU-IX/2011, M. Mahfud M.D. sama

sekali tidak menyebutkan Pasal mana dalam UUD NRI 1945 yang

melahirkan hak konstitusional yang menjadi dasar adanya kedudukan

hukum. Sedangkan dalam Putusan No. 16/PUU-IX/2011, M. Mahfud

M.D. tidak menentukan secara akurat hak konstitusional mana yang

menjadi dasar. Kedua, sumber kerugian yang digunakan oleh M.

Mahfud M.D. adalah keberlakuan undang-undang. Pada kedua

Putusan, halangan formil yang ada di hadapan Pemohon merupakan

sumber terjadinya kerugian. Terlepas dari perbedaan tersebut, baik

Jimly Asshiddiqie maupun M. Mahfud M.D. sama-sama menguraikan

dengan jelas spesifikasi kerugian yang dialami oleh pemohon.

3. Periode M. Akil Mochtar

Nomor Putusan : 84/PUU-X/2012

Kualifikasi Pemohon : WNI136

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Menimbang bahwa Pemohon I adalah perorangan

warga negara yang pada saat permohonan ini

diajukan telah dinyatakan bersalah melakukan

tindak pidana yang diatur dalam Pasal 156a

KUHP dan telah dijatuhi putusan berdasarkan

Putusan Pengadilan Negeri Sampang Nomor

69/Pid.B/2012/PN.Spg, dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun.”137

Tabel 3.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 84/PUU-X/2012

136 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ak), Putusan No. 84/PUU-X/2012, hlm. 1. 137 Ibid., hlm. 138.

Page 109: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

87

Nomor Putusan : 1/PUU-XI/2013

Kualifikasi Pemohon : WNI138

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak-hak konstitusional yang dijamin oleh Pasal

28D ayat (1) UUD NRI 1945139

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Bahwa Pemohon beranggapan telah dirugikan

hak konstitusionalnya untuk mendapatkan

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di

hadapan hukum dengan berlakunya Pasal 335 ayat

(1) KUHP…Menurut Pemohon, kedua pasal a quo

telah merugikan hak-hak konstitusional Pemohon

yang dijamin oleh UUD 1945 khususnya Pasal 28D

ayat (1) UUD 1945, karena memuat norma hukum

yang tidak jelas, bias, menimbulkan multi tafsir,

menimbulkan ketidakjelasan, perlakuan yang

tidak adil, perlakuan yang berbeda di hadapan

hukum, dan perlakuan diskriminatif. Dengan

berlakunya pasal a quo, Pemohon sebagai

perseorangan warga negara Indonesia yang telah

ditetapkan menjadi tersangka karena dianggap

telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan

dirugikan hak konstitusionalnya untuk

mendapatkan jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di

hadapan hukum.”140

Tabel 3.22 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 1/PUU-XI/2013

Merujuk pada kedua Tabel di atas, terlihat bahwa M. Akil Mochtar

tidak tegas dalam menerapkan syarat kerugian konstitusional,

khususnya sehubungan dengan ada tidaknya hak konstitusional. Pada

Putusan No. 84/PUU-X/2012, M. Akil Mochtar bahkan tidak

menguraikan hak konstitusional mana yang menjadi dasar kedudukan

138 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (al), Putusan No. 1/PUU-XI/2013, hlm. 1. 139 Ibid., hlm. 31. 140 Ibid.

Page 110: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

88

hukum Pemohon. Sedangkan dalam Putusan No. 1/PUU-I/2013, M.

Akil Mochtar hanya menyatakan Pasal dalam UUD NRI 1945 tanpa

menyebutkan hak konstitusional mana yang menjadi dasar kedudukan

hukum.

Di sisi lain, dalam Putusan 84/PUU-X/2012, relasi antara uraian

kerugian dengan pemenuhan syarat kerugian konstitusional tidaklah

tergambar jelas. Namun demikian, kedua Putusan sama-sama

menjadikan tindakan sebagai sumber terjadinya kerugian. Selain itu

sifat spesifik dan aktual kerugian sama-sama tergambar jelas dalam

kedua Putusan.

4. Periode Hamdan Zoelva

Nomor Putusan : 89/PUU-XI/2013

Kualifikasi Pemohon : WNI141

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Oleh karena himpitan ekonomi dan pengaruh

buruk dari Narkotika dimaksud maka Pemohon

menerima ajakan temannya yang bernama

Muhammad Yanamar Azzam untuk menjaga 15

(lima belas) karung yang berisikan 215 (dua ratus

lima belas) bungkus ganja dengan berat brutto [sic]

214.600 gram (ditimbang dengan lakban

pembungkus).”142

“…ancaman hukuman Pasal 111 ayat (2), Pasal

112 ayat (1), dan Pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

sangatlah menciderai rasa keadilan Pemohon

karena seolah-olah Pemohon sebagai pemilik

narkotika tersebut, yang dapat dihukum dengan

141 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (am), Putusan No. 89/PUU-XI/2013, hlm.

1. 142 Ibid., hlm. 14.

Page 111: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

89

sangat berat, padahal peranan Pemohon adalah

sangat kecil/sedikit.”143

“…Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (1), dan

Pasal 114 ayat (2) UU Narkotika merugikan hak

konstitusional Pemohon karena menanggung dosa-

dosa orang lain, dalam hal ini pemilik narkotika

yang sampai saat ini tidak dapat tertangkap oleh

Pihak Kepolisian. Selain itu, pasal-pasal a quo juga

mengakibatkan Pemohon kehilangan keadilan dan

kepastian hukum atas diri Pemohon.”144

Tabel 3.23 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 89/PUU-XI/2013

Nomor Putusan : 120/PUU-XII/2014

Kualifikasi Pemohon : WNI145

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: ”Para Pemohon merasa hak konstitusionalnya

telah dirugikan oleh norma Pasal 1 angka 2 dan

Pasal 7 ayat (1) UU 8/1981 karena keberadaan

kedua ketentuan tersebut mengakibatkan para

Pemohon telah ditetapkan sebagai tersangka tanpa

adanya bukti-bukti yang mendukung penetapan

para Pemohon sebagai tersangka.”146

Tabel 3.24 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 120/PUU-XII/2014

Uraian dalam kedua Tabel di atas menunjukkan bahwa Hamdan

Zoelva tidak tegas dalam menerapkan syarat kerugian konstitusional.

Uraian mengenai kerugian yang ada tidak diawali dengan penentuan

143 Ibid. 144 Ibid., hlm. 14-15. 145 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (an), Putusan No. 120/PUU-XII/2014, hlm.

1-2. 146 Ibid., hlm. 52.

Page 112: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

90

hak konstitusional yang dirugikan—meski dalam Putusan No.

89/PUU-XI/2013 secara implisit bisa dikatakan bahwa hak

konstitusional yang menjadi dasar adalah hak atas keadilan dan

kepastian hukum. Selain itu, dalam Putusan No. 89/PUU-XI/2013, sifat

aktual dari kerugian yang disampaikan tidak jelas terlihat. Hal ini juga

menyebabkan munculnya pertanyaan mengenai apa yang menjadi

penyebab dari timbulnya kerugian: apakah undang-undang ataukah

tindakan.

Kendatipun demikian, dalam Putusan No. 120/PUU-XII/2014, sifat

aktual kerugian jelas terlihat. Dari kerugian ini terlihat pula bahwa

yang menjadi penyebab timbulnya kerugian adalah tindakan yang

dilakukan oleh pejabat yang melaksanakan ketentuan yang diujikan.

Dalam kedua Putusan, sifat spesifik dari kerugian terlihat.

5. Periode Arief Hidayat

Nomor Putusan : 111/PUU-XIV/2016

Kualifikasi Pemohon : WNI147

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak untuk mendapat kepastian hukum yang adil148

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: “Karena berlakunya Pasal 9 UU 20/2001 Pemohon

telah diadili dan dijatuhi pidana…padahal

Pemohon menganggap dirinya tidak terbukti

melakukan tindak pidana korupsi…”149

Tabel 3.25 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 111/PUU-XIV/2016

Nomor Putusan : 139/PUU-XIII/2015

Kualifikasi Pemohon : WNI150

147 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ao), Putusan No. 111/PUU-XIV/2016,

hlm. 1. 148 Ibid., hlm. 19. 149 Ibid. 150 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ap), Putusan No. 139/PUU-XIII/2015,

hlm. 1-2.

Page 113: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

91

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan sebagaimana dinyatakan dalam

Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945; hak untuk hidup

serta mempertahankan hidup dan kehidupannya

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28A ayat (1)

UUD NRI 1945; hak untuk memajukan dirinya

dalam memperjuangkan haknya secara kolektif

untuk membangun masyarakat, bangsa dan

negaranya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

28C ayat (2) UUD NRI 1945; hak mendapatkan

perlindungan diri atas diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat dan harta benda yang di

bawah kekuasaannya serta berhak atas rasa aman

dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan

hak asasi sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28G

ayat (1) UUD NRI 1945; hak milik pribadi dan hak

milik tersebut tidak boleh diambil secara sewenang-

wenang oleh siapapun sebagaimana dinyatakan

dalam Pasal 28H ayat (4) UUD NRI 1945; serta hak

untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak untuk

beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak

untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku

surut, hak bebas dari perlakuan yang bersifat

diskriminatif sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

28I UUD NRI 1945151

Uraian Kerugian Aktual

dalam Pertimbangan

: ”...para Pemohon...menganggap hak

konstitusionalnya dirugikan...dengan berlakunya

pasal yang diuji...karena adanya SK

Menhut...membuka peluang kepada PT. Sari Hijau

Mutiara (SHM) untuk melaporkan

151 Ibid., hlm. 108-109.

Page 114: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

92

masyarakat...dengan tuduhan Pasal yang

diuji...”152

Tabel 3.26 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 120/PUU-XII/2014

Berdasarkan kedua Tabel di atas, terlihat inkonsistensi Arief

Hidayat dalam menerapkan syarat kerugian konstitusional. Dalam

Putusan No. 111/PUU-XIV/2016, Arief Hidayat dengan jelas

menentukan mana hak konstitusional yang menjadi dasar adanya

kedudukan hukum. Sedangkan dalam Putusan No. 120/PUU-XII/2014,

Arief Hidayat hanya mengutip isi beberapa Pasal dalam UUD NRI

1945 tanpa menentukan mana hak konstitusional yang dirugikan. Jika

benar bahwa seluruh hak yang disebutkan dalam Pasal-Pasal UUD NRI

1945 tersebut dirugikan karena berlakunya ketentuan yang diuji,

seyogyanya ada uraian kerugian yang terjadi bagi masing-masing hak.

Tidaklah mungkin uraian tunggal bisa menggambarkan kerugian dari

sekian banyak hak konstitusional yang disebutkan.

Di sisi lain, kedua Putusan menggunakan pendekatan yang berbeda

dalam menentukan penyebab dari timbulnya kerugian. Pada Putusan

No. 111/PUU-XIV/2016, penyebab timbulnya kerugian adalah

dijatuhkannya putusan pemidanaan kepada Pemohon. Sedangkan pada

Putusan No. 120/PUU-XII/2014, keberadaan ketentuan yang diuji yang

dianggap sebagai penyebab timbulnya kerugian. Kendatipun demikian,

kerugian pada kedua Putusan adalah spesifik.

Mengacu pada uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa terdapat corak

ketidaktegasan dalam menerapkan syarat kerugian konstitusional pada

rezim kepemimpinan M. Mahfud M.D., M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva

dan Arief Hidayat. Mereka bahkan cenderung tidak memulai uraian

mengenai kedudukan hukum dari hak dan/atau kewenangan konstitusional

yang dimiliki oleh pemohon.

152 Ibid., hlm. 106-107.

Page 115: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

93

Ketua MKRI yang cenderung konsisten dalam menerapkan syarat

kerugian konstitusional adalah Jimly Asshiddiqie. Kekonsistenan ini

bahkan juga terjadi dalam menguraikan sifat kerugian dan penyebab

terjadinya kerugian. Hal mana tidak ditemukan pada Ketua MKRI yang

lain, kecuali sehubungan dengan sifat spesifik dari kerugian.

D. KONSEPTUALISASI KERUGIAN AKTUAL

Dua bagian terdahulu telah menguraikan bagaimana MKRI—dan tiap

Ketua MKRI—memandang kerugian aktual. Ada 2 elemen kunci untuk

bisa menentukan apakah kerugian yang dialami oleh pemohon adalah

kerugian aktual atau bukan, yaitu: (i) kerugian bersifat spesifik dan nyata;

dan (ii) kerugian bersumber dari undang-undang dan/atau tindakan.

Menurut hemat Tim Penulis, ada 2 permasalahan dari elemen yang ada saat

ini. Pertama, sehubungan dengan sifat kerugian yang spesifik, yang

kemudian diturunkan menjadi kerugian moril dan materiil. Tim Penulis

berpendapat bahwa kerugian materiil tidaklah bisa dikategorikan sebagai

kerugian konstitusional karena hal yang hendak dilindungi melalui

mekanisme pengujian undang-undang adalah hak dan/atau kewenangan

konstitusional saja. Kedua, sehubungan dengan undang-undang sebagai

sumber kerugian. Dengan menerima konstruksi ini, maka sebenarnya

pemisahan antara kerugian aktual dan potensial menjadi sangat kabur, dan

sukar untuk dibedakan.

Merujuk pada kedua permasalahan di atas, Tim Peneliti menawarkan

sebuah gagasan untuk memperbaiki penafsiran mengenai kerugian aktual.

Secara umum, konsep kerugian aktual akan tetap terbagi dalam 2 elemen,

yaitu: (i) kerugian bersifat spesifik dan aktual; dan (ii) kerugian terjadi

karena tindakan.

1. Sifat Spesifik dan Aktual dari Kerugian

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam melihat

kerugian yang dialami oleh pemohon, MKRI menerima kerugian

materiil dan kerugian moril sebagai bagian dari kerugian

Page 116: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

94

konstitusional. Kerugian materiil adalah kerugian yang secara kasat

mata dapat dikuantifikasi, sedangkan kerugian moril adalah kerugian

terhadap hal-hal yang secara kasat mata tidak dapat dikuantifikasikan.

Menurut hemat Tim Peneliti, tidak seyogyanya kerugian materiil

menjadi bagian dari kerugian konstitusional, sebab seluruh kerugian

konstitusional adalah kerugian moril.

Contoh: uraian kerugian konstitusional pemohon dalam Putusan

MKRI No. 071/PUU-II/2004 dan No. 001-002/PUU-III/2005, di mana

pemohon menyampaikan bahwa kerugiannya terjadi akibat penolakan

permohonan pailit yang ia ajukan terhadap perusahaan asuransi.153

Dalam perspektif awam bisa dikatakan bahwa pemohon mengalami

kerugian materiil karena tidak jadi mendapatkan pembayaran. Namun,

jika ditelaah lebih hati-hati, hak yang kali pertama dirugikan adalah

hak untuk melakukan upaya hukum—yang muncul karena Indonesia

adalah negara hukum. Dirugikannya hak untuk melakukan upaya

hukum ini—yang jelas merupakan kerugian moril—yang kemudian

menyebabkan timbulnya kerugian materiil. Dengan kata lain, kerugian

materiil adalah turunan dari kerugian moril.

Berdasarkan uraian di atas, bukan berarti bahwa kerugian materiil

sama sekali tidak bisa dijadikan dasar untuk menyatakan adanya

kerugian konstitusional. Kerugian materiil pada dasarnya bisa

digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan ada tidaknya kerugian

moril. Contohnya: jika terjadi perampasan benda yang dimiliki oleh

pemohon, maka kerugian materiil ini bisa menjadi dasar untuk

menyatakan bahwa hak atas perlindungan hak milik pemohon telah

dirugikan. Pernyataan bahwa terjadi perampasan terhadap benda milik

pemohon saja tidaklah cukup jika tidak ditambahkan dengan uraian

bahwa perampasan tersebut juga berarti terjadi kerugian terhadap hak

atas perlindungan hak milik. Dengan kata lain, kerugian materiil adalah

pendukung dari uraian mengenai kerugian moril.

153 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (y), Putusan No. 071/PUU-II/2004 dan

001-002/PUU-III/2005, hlm. 153.

Page 117: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

95

2. Tindakan sebagai Sumber Kerugian

Faktor pembeda paling sederhana antara kerugian aktual dan

kerugian potensial adalah ada tidaknya tindakan yang dilakukan

sebagai wujud dari pelaksanaan undang-undang yang dimohonkan.

Contoh yang bisa diambil adalah batasan 1 kali untuk mengajukan

permohonan grasi, sebagaimana dipertimbangkan oleh MKRI dalam

Putusan No. 32/PUU-XIV/2016. Dalam perkara ini, Pemohon adalah

WNI yang sudah pernah mengajukan permohonan grasi 1 kali dan

ditolak.154 Ketentuan yang ada secara formil menghalanginya untuk

mengajukan permohonan grasi untuk kali kedua.155 Dalam

pertimbangannya, MKRI menyatakan:

“…telah terang bagi Mahkamah bahwa meskipun

Pemohon I tidak secara tegas menerangkan hak

konstitusionalnya yang dianggap dirugikan oleh

berlakunya norma undang-undang yang dimohonkan

pengujian, Pemohon secara aktual telah mengalami

kerugian yang disebabkan oleh berlakunya Pasal 2 ayat

(3) UU 5/2010 yaitu Pemohon I tidak dapat lagi

mengajukan permohonan grasi untuk kali kedua…”156

Dari kutipan di atas, MKRI berpendapat bahwa Pemohon “telah

mengalami kerugian”. Artinya, bentuk kerugian yang dialami oleh

Pemohon adalah kerugian aktual. Kerugian yang dialami oleh

Pemohon adalah ketidakbisaan untuk mengajukan permohonan grasi

untuk kali kedua. Dalam perspektif ini, hambatan formil yang

diciptakan oleh undang-undang dianggap secara langsung merugikan

hak Pemohon atas grasi.

154 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (aq), Putusan No. 32/PUU-XIV/2016, hlm.

4-5. 155 Ibid., hlm. 5. 156 Ibid., hlm. 48.

Page 118: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

96

Jika perspektif MKRI di atas digunakan, pertanyaannya adalah:

lantas apa perbedaan antara kerugian aktual dengan kerugian

potensial? Jika Pemohon belum pernah mengalami penolakan karena

mengajukan permohonan grasi untuk kali kedua, sebenarnya Pemohon

masih berpotensi dirugikan, karena masih ada kemungkinan—meski

sangat kecil—bahwa permohonan grasi yang diajukan Pemohon untuk

kali kedua diperiksa. Memang tidak salah untuk mengatakan bahwa

jika Pemohon mengajukan permohonan grasi untuk kali keduanya,

niscaya penolakanlah yang akan ia dapatkan. Namun tetap saja,

penolakan itu belum terjadi.

Dengan kata lain, selama Pemohon belum pernah mengajukan

permohonan grasi untuk kali kedua dan mengalami penolakan atas

dasar ketentuan yang diuji, maka sebenarnya Pemohon belum

mengalami kerugian aktual. Jika Pemohon sudah mengajukan

permohonan grasi untuk kali kedua dan mendapatkan penolakan, pada

saat itulah Pemohon mengalami kerugian aktual.

Ada 3 pengecualian untuk elemen ini, yaitu: (i) dalam konteks

kewenangan konstitusional, kerugian bisa terjadi meski belum ada

pejabat/lembaga yang melaksanakan undang-undang yang diuji; (ii)

tindakan tidak diperlukan jika ada pertentangan nyata antara ketentuan

yang diuji dengan UUD NRI 1945; dan (iii) tidak semua bentuk

tindakan akan menghasilkan kerugian konstitusional. Pertama,

sehubungan dengan kewenangan konstitusional. Ketika undang-

undang diundangkan dan menyebabkan terjadinya pengurangan atau

perubahan kewenangan, maka bisa dikatakan kerugian sudah terjadi.

Contohnya: pemecahan wilayah. Ketika wilayah dibagi—katakan—

menjadi 2, maka daerah yang semula memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus keseluruhan wilayah menjadi terkurangi

kewenangannya untuk mengatur dan mengurus karena wilayahnya

hanya tersisa setengah saja. Contoh lain adalah pembentukan lembaga

baru yang mengambil sebagian kewenangan lembaga lama. Lembaga

lama demi hukum mengalami kerugian karena ada bagian dari

Page 119: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

97

kewenangannya yang diambil darinya. Pertanyaan yang perlu dijawab

adalah apakah pengurangan atau perubahan kewenangan itu terkait

dengan kewenangan konstitusional yang dimilikinya. Jika ya, maka

kerugian terhadap kewenangan konstitusional terjadi. Sebaliknya, jika

tidak, maka kerugian terhadap kewenangan konstitusional tidak terjadi.

Kedua, sehubungan dengan pertentangan nyata antara ketentuan

yang diuji dengan UUD NRI 1945. Dalam hal ketentuan suatu undang-

undang secara nyata bertentangan dengan UUD NRI 1945, misalnya

adanya pengalokasian dana pendidikan di bawah 20%, maka tidak

perlu ada tindakan dari pejabat/lembaga untuk bisa menunjukkan

adanya kerugian aktual atas diri pemohon. Pertentangan nyata ini

secara langsung merugikan hak atas pendidikan pemohon.

Ketiga, sehubungan dengan jenis tindakan yang dilakukan. Penting

untuk diingat bahwa tiap ketentuan mengenai jenis kerugiannya

masing-masing. Contohnya, bentuk kerugian dari ketentuan mengenai

hukuman mati adalah dijatuhinya hukuman mati kepada seseorang.

Jika orang dimaksud baru disidik menggunakan ketentuan yang

memiliki ancaman hukuman mati, kerugian belum terjadi, meski

tindakan sudah dilakukan. Artinya, untuk bisa menyatakan bahwa

kerugian konstitusional telah terjadi, tindakan harus dilakukan oleh

pejabat/lembaga yang bisa menyebabkan berlakunya efek dari

ketentuan yang diuji.

Page 120: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 121: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

99

BAB IV

KERUGIAN POTENSIAL

Bab ini akan menjelaskan mengenai kerugian potensial. Penjelasan

akan dimulai dengan ruang lingkup dan batasan dari kerugian potensial.

Dari situ, penjelasan akan dilanjutkan dengan melihat bagaimana MKRI

menafsirkan kerugian potensial. Selanjutnya, perbandingan dari tafsir

terhadap kerugian potensial dari tiap masa kepemimpinan Ketua MKRI

akan dilakukan. Bab ini akan ditutup dengan proposal yang ditawarkan

guna menyempurnakan kerugian potensial.

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN KERUGIAN POTENSIAL

Kerugian potensial merupakan salah satu bentuk dari kerugian

konstitusional yang kali pertama diperkenalkan oleh MKRI dalam Putusan

No. 002/PUU-II/2004. Di dalam Putusan ini, yang menjadi pemohon

adalah perorangan WNI yang merupakan calon anggota DPR dan

DPRD.157 Ketentuan yang utamanya dipermasalahkan adalah sistem

pemilihan umum yang ada pada saat itu, yaitu sistem proporsional dengan

daftar calon terbuka.158 Sehubungan dengan kedudukan hukum pemohon,

MKRI menyatakan:

“…walaupun Pemohon II dan Pemohon IV belum secara

nyata dirugikan dengan berlakunya UU Pemilu Anggota

DPR, DPD dan DPRD, tetapi sebagai calon anggota DPR

dan DPRD mereka mempunyai kepentingan dan kemungkinan

dirugikan hak konstitusionalnya.”159

Dari uraian di atas, MKRI memberikan ruang kepada mereka yang belum

benar-benar mengalami kerugian konstitusional namun memiliki

157 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (o), Putusan No. 002/PUU-II/2004, hlm.

23.

158 Ibid, hlm. 5-8. 159 Ibid, hlm. 23-24.

Page 122: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

100

kemungkinan akan mengalami kerugian tersebut untuk menjadi pemohon

pengujian undang-undang.

Pilihan diksi yang digunakan oleh MKRI berubah dalam Putusan No.

005/PUU-I/2003. Di dalam Putusan ini, yang menjadi Pemohon adalah

perkumpulan yang bergerak di bidang penyiaran.160 Ketentuan yang diuji

adalah kewenangan KPI untuk memberikan sanksi administratif kepada

penyelenggara penyiaran.161 Sehubungan dengan kedudukan hukum,

MKRI menyatakan bahwa kualifikasi yang dipenuhi oleh Pemohon adalah

kelompok WNI, dan bukan sebagai perkumpulan berbadan hukum.162

MKRI juga menyatakan bahwa:

“…kerugian hak konstitusional sebagai akibat berlakunya

suatu UU tidak perlu bersifat real/aktual sampai menunggu

jatuhnya korban UU, tetapi cukup bersifat potensial

berdasarkan ‘objective constitutional invalidity’ dan ‘broad

approach in fundamental rights litigation’”163

Merujuk pada paparan di atas, terlihat bahwa MKRI mengubah diksi

“kemungkinan” menjadi “potensial” dan menambahkan kriteria untuk

menilai apakah potensi kerugian tersebut bisa dikategorikan sebagai bagian

dari kerugian konstitusional. Kriteria tersebut adalah objective

constitutional invalidity dan broad approach in fundamental rights

litigation.

Kriteria untuk mengukur potensi kerugian ini dihilangkan dalam

Putusan No. 001-021-022/PUU-I/2003 yang menguji konstitusionalitas

undang-undang ketenagalistrikan yang diajukan oleh kelompok WNI.164 Di

dalam Putusan ini, MKRI hanya menyampaikan bahwa: “Kerugian hak

160 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ar), Putusan No. 005/PUU-I/2003, hlm. 1-

2.

161 Ibid., hlm. 4-5.

162 Ibid., hlm. 75 & 77.

163 Ibid., hlm. 76.

164 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (as), Putusan No. 001-002-022/PUU-

I/2003, hlm. 326-327.

Page 123: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

101

konstitusional tidak selalu harus bersifat aktual, tetapi bisa bersifat

potensial.”165

Putusan No. 006/PUU-III/2005 memberikan kriteria yang ajek untuk

menilai apakah potensi kerugian yang didalilkan oleh pemohon bisa

dikatakan sebagai kerugian konstitusional atau tidak. Dalam Putusan ini,

yang diuji adalah konstitusionalitas ketentuan yang mengharuskan

pencalonan kepala daerah melalui partai politik.166 Yang menjadi Pemohon

adalah WNI yang berniat untuk menjadi kepala daerah melalui jalur

perorangan.167 Sehubungan dengan kedudukan hukum, dikatakan:

“…bahwa kerugian konstitusional yang timbul karena

berlakunya satu undang-undang menurut Pasal 51 ayat (1)

UU MK harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu masing-

masing:

a. adanya hak konstitusional Pemohon yang diberikan oleh

UUD 1945;

b. bahwa hak konstitusional Pemohon tersebut dianggap

oleh Pemohon telah dirugikan oleh suatu undang-undang

yang diuji;

c. bahwa kerugian konstitusional pemohon yang dimaksud

bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidaknya

bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar

dapat dipastikan akan terjadi;

d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara

kerugian dan berlakunya undang-undang yang

dimohonkan untuk diuji;

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya

permohonan maka kerugian konstitusional yang

didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi;”168

165 Ibid., hlm. 327.

166 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (at), Putusan No. 006/PUU-III/2005, hlm.

7.

167 Ibid., hlm. 3.

168 Ibid., hlm. 16.

Page 124: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

102

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kriteria yang ditetapkan oleh MKRI

untuk menilai potensi kerugian adalah “menurut penalaran yang wajar

dapat dipastikan akan terjadi”.

Kriteria mengenai potensi kerugian ini kembali dipertajam oleh MKRI

dalam Putusan No. 56/PUU-XIII/2015 dengan menyatakan:

“…pengertian potensi kerugian konstitusional yang dimaksud

oleh Mahkamah bukanlah kerugian yang sekadar ada secara

probabilitas, dengan nilai kemungkinan sangat kecil. Potensi

kerugian konstitusional yang dimaksud oleh Mahkamah

adalah kerugian yang selain ada secara probabilitas, juga

bernilai signifikan untuk dialami oleh para Pemohon.”169

Dari keseluruhan uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa kerugian

potensial adalah kerugian yang belum benar-benar terjadi. Artinya, secara

nyata pemohon belum mengalami kerugian. Kerugian yang didalilkan

adalah suatu kemungkinan yang bisa dialami oleh pemohon. Kemungkinan

ini tidak bisa hanya berupa probabilitas yang tidak signifikan, melainkan

harus merupakan probabilitas yang signifikan.

B. KERUGIAN POTENSIAL DALAM PERSPEKTIF MKRI

Dari keseluruhan input data yang ada, sebanyak 257 input memberikan

kedudukan hukum atas dasar kerugian potensial—termasuk 80 input yang

pemohonnya mendapatkan lebih dari 1 bentuk kedudukan hukum. Dari

data yang ada, terlihat adanya tren peningkatan penggunaan kerugian

potensial sebagai dasar pemberian kedudukan hukum. Pengecualian dari

tren ini hanya terjadi pada era kepemimpinan M. Akil Mochtar. Gambaran

pemberian kedudukan hukum atas dasar kerugian potensial dari masa ke

masa kepemimpinan Ketua MKRI dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

169 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (p), Putusan No. 56/PUU-XIII/2015, hlm.

36.

Page 125: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

103

Grafik 4.1 Perbandingan penggunaan bentuk kerugian potensial dari masa ke masa

Berdasarkan penelaahan terhadap 257 input yang ada, dan dengan

memperhatikan uraian sebelumnya, terlihat bahwa MKRI jarang

memberikan uraian lebih lanjut mengenai kriteria potensi kerugian.

Sehingga, kriteria tersebut menjadi sulit untuk diterjemahkan menjadi lebih

konkret. Skema yang umumnya digunakan oleh MKRI—khususnya pasca-

kepemimpinan Jimly Asshiddiqie—ketika mempertimbangkan kedudukan

hukum pemohon adalah: (i) mengulang inti uraian kedudukan hukum

pemohon dan penyebutan syarat sembari menyebutkan pasal mana dalam

UUD NRI 1945 yang menjadi dasar hak konstitusional pemohon,

kemudian secara serta-merta menyatakan bahwa pemohon mengalami

kerugian secara potensial; (ii) mengulang inti uraian kedudukan hukum

pemohon dan kemudian menyatakan bahwa secara prima facie pemohon

memiliki kedudukan hukum; dan (iii) mengulang inti uraian kedudukan

hukum pemohon dan kemudian menyatakan bahwa pemohon memiliki

kedudukan hukum karena ada kerugian secara potensial.

Berikut akan diberikan pemaparan dari beberapa putusan yang diambil

secara acak guna bisa memvalidasi kesimpulan di atas. Pada uraian tiap

Page 126: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

104

putusan, akan diberikan analisis singkat mengenai pemenuhan 5 syarat

kerugian konstitusional sebagaimana diperkenalkan oleh MKRI, yang

dilihat dari perspektif kerugian potensial. Syarat ketiga kerugian

konstitusional, yaitu mengenai sifat kerugian, akan dibagi menjadi 2

menjadi: (i) sifat spesifik kerugian; dan (ii) sifat potensial kerugian yang

menurut penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi.

1. Putusan No. 002/PUU-II/2004

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, khususnya:

a. Pasal 107 ayat (2) huruf b (penetapan calon terpilih berdasarkan

urutan dalam daftar);

b. Pasal 93 ayat (1) (syarat keabsahan suara untuk pemilihan);

c. Pasal 46 ayat (1) (mengatur pembagian daerah pemilihan);

d. Pasal 46 ayat (2) (batasan penentuan alokasi kursi pada setiap

daerah pemilihan);

e. Pasal 106 huruf b (formula perhitungan tahap pertama ketika suara

sah lebih kecil dari bilangan pembagi pemilih);

f. Pasal 106 huruf c (formula perhitungan tahap kedua);

g. Pasal 1 angka 7 (mendefinisikan penduduk); dan

h. Pasal 1 angka 8 (mendefinisikan pemilih).170

Di dalam Putusan ini, MKRI tidak membantah dalil Pemohon

bahwa hak konstitusional Pemohon adalah hak yang tercantum dalam

Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat (2), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18 ayat (2),

Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 22E ayat (1), Pasal 22E ayat

(2), Pasal 28H ayat (2) dan Pasal 29I ayat (2) UUD NRI 1945.171

Permasalahannya, MKRI tidak memberikan uraian sedikit pun

170 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (o), Putusan No. 002/PUU-II/2004, hlm.

22. 171 Ibid., hlm. 22-23.

Page 127: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

105

mengenai hak konstitusional apa saja yang termuat dalam Pasal-Pasal

tersebut.

Uraian mengenai apa yang menjadi hak konstitusional penting

untuk 2 alasan pokok. Pertama, mengacu pada definisi dari hak

konstitusional, yaitu hak-hak yang diatur dalam UUD NRI 1945172,

maka bisa dikatakan bahwa hak konstitusional adalah hak-hak spesifik

yang terkandung dari pasal-pasal yang ada dalam UUD NRI 1945.

Dengan demikian, hak konstitusional perlu untuk dispesifikasi.

Tidaklah cukup untuk sekadar menyatakan bahwa pemohon memiliki

hak yang terkandung dalam pasal tertentu. Yang harus dilakukan

adalah menyebutkan apa hak yang ada dalam pasal tersebut. Kedua,

uraian mengenai apa yang menjadi hak konstitusional dari tiap

ketentuan dalam UUD NRI 1945 akan memperjelas hak apa saja yang

bisa diturunkan dari UUD NRI 1945. Dengan demikian, di kemudian

hari , bank terhadap hak konstitusional akan terbentuk.

Dengan memperhatikan struktur syarat kerugian konstitusional,

yang menjadi dasar dari ada atau tidaknya kerugian konstitusional

adalah ada atau tidaknya hak dan/atau kewenangan konstitusional.

Tanpa adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional, maka kerugian

konstitusional tidak akan terjadi. Dengan mencermati uraian di atas

bahwa Pemohon dan MKRI tidak menguraikan apa yang menjadi hak

konstitusional Pemohon, aman untuk disimpulkan bahwa syarat-syarat

lain dari kerugian konstitusional tidaklah terpenuhi pula. Namun, demi

mendapatkan tafsir utuh mengenai syarat kerugian konstitusional,

maka analisis terhadap syarat lainnya tetap akan dilakukan.

Selanjutnya, MKRI mempertimbangkan identitas Pemohon

berdasarkan hubungannya terkait dengan undang-undang yang

diujikan, dengan mengatakan: “...Pemohon II...merupakan calon

anggota DPR RI...dan Pemohon IV...merupakan calon anggota

172 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Penjelasan Pasal 51

ayat (1).

Page 128: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

106

DPRD...”173 MKRI kemudian menyebutkan beberapa ketentuan yang

dianggap merugikan dan menyimpulkan bahwa:

“...Pemohon II dan Pemohon IV belum secara nyata

dirugikan berlakunya UU Pemilu...sebagai calon anggota

DPR dan DPRD mereka mempunyai kepentingan dan

kemungkinan dirugikan hak konstitusionalnya.”174

Dengan memperhatikan kutipan di atas serta uraian lain dalam

pertimbangan, tampak bahwa MKRI tidak menjelaskan bentuk

kerugian yang secara potensial dialami oleh Pemohon; tidak

menjelaskan pula tingkat kemungkinan terjadinya kerugian bagi

pemohon; tidak menjelaskan hubungan antara ketentuan yang diuji

dengan potensi kerugian Pemohon; dan tidak menjelaskan dampak jika

permohonan dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian di

masa mendatang.175

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

173 Ibid., hlm. 23. 174 Ibid., hlm. 23-24. 175 Ibid., hlm. 22-24

Page 129: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

107

Putusan No. 002/PUU-II/2004

2. Putusan No. 005/PUU-I/2003

Undang-Undang yang diuji adalah UU No. 32 Tahun 2002 tentang

Penyiaran, khususnya:

a. Pasal 7 ayat (2) (kewenangan KPI untuk mengatur perihal

penyiaran);

b. Pasal 10 ayat (1) huruf g (syarat tidak adanya kaitan dengan

kepemilikan media masa untuk menjadi anggota KPI);

c. Pasal 14 ayat (1) (status hukum Lembaga Penyiaran Publik);

d. Pasal 15 ayat (1) huruf c (sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran

Publik yang berasal dari sumbangan masyarakat);

e. Pasal 15 ayat (1) huruf d (sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran

Publik yang berasal dari siaran iklan);

f. Pasal 16 ayat (1) (status hukum Lembaga Penyiaran Swasta);

g. Pasal 18 ayat (1) (pembatasan kepemilikan Lembaga Penyiaran

Swasta dalam wilayah siaran tertentu);

h. Pasal 19 huruf a (sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Swasta

dari usaha terkait penyelenggaraan penyiaran);

i. Pasal 20 (batasan bagi Lembaga Penyiaran Swasta untuk bergerak

di bidang penyiaran radio dan televisi);

j. Pasal 21 ayat (1) (status hukum Lembaga Penyiaran Komunitas);

k. Pasal 22 ayat (2) (sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran

Komunitas dari sumbangan);

l. Pasal 26 ayat (2) huruf a (kewajiban melakukan sensor bagi

Lembaga Penyiaran Berlangganan);

m. Pasal 27 ayat (1) huruf a (syarat bagi Lembaga Penyiaran

Berlangganan untuk memiliki jangkauan siaran tertentu);

Page 130: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

108

n. Pasal 31 ayat (2) (hak bagi Lembaga Penyiaran Publik untuk

menyelenggarakan siaran yang menjangkau seluruh wilayah

Indonesia);

o. Pasal 31 ayat (3) (hak bagi Lembaga Penyiaran Swasta untuk

menyelenggarakan siaran pada wilayah terbatas);

p. Pasal 31 ayat (4) (delegasi kewenangan untuk membuat aturan

mengenai sistem stasiun jaringan);

q. Pasal 32 ayat (2) (delegasi kewenangan untuk membuat aturan

mengenai rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis

perangkat penyiaran);

r. Pasal 33 ayat (3) (dasar materiil pemberian izin penyelenggaraan

penyiaran);

s. Pasal 33 ayat (8) (delegasi kewenangan untuk membuat aturan

mengenai tata cara dan syarat perizinan penyelenggaraan

penyiaran);

t. Pasal 34 ayat (5) huruf a (alasan pencabutan izin karena tidak lulus

masa uji coba penyiaran);

u. Pasal 34 ayat (5) huruf e (alasan pencabutan izin karena melanggar

rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat

penyiaran);

v. Pasal 34 ayat (5) huruf f (alasan pencabutan izin karena melanggar

standar program siaran);

w. Pasal 36 ayat (2) (kewajiban untuk menyiarkan minimal 60% mata

acara dari dalam negeri bagi jasa penyiaran televisi);

x. Pasal 44 ayat (1) (kewajiban melakukan ralat terhadap kesalahan

bagi lembaga penyiaran);

y. Pasal 47 (kewajiban untuk memperoleh tanda lulus sensor bagi isi

siaran);

z. Pasal 55 ayat (1) (adanya sanksi administratif bagi pelanggaran

ketentuan tertentu);

Page 131: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

109

aa. Pasal 55 ayat (2) (jenis sanksi administratif);

bb. Pasal 55 ayat (3) (delegasi kewenangan untuk membuat aturan

mengenai pemberian sanksi administratif);

cc. Pasal 60 ayat (3) (peralihan yang mengatakan bahwa aturan

pelaksana tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan aturan

baru);

dd. Pasal 62 ayat (1) (delegasi kewenangan diformalkan dalam bentuk

peraturan pemerintah); dan

ee. Pasal 62 ayat (2) (batasan waktu untuk menetapkan aturan yang

berdasar dari delegasi kewenangan).176

Sedangkan landasan hak konstitusional yang dianggap dirugikan

adalah hak yang diatur dalam Pasal 28F UUD NRI 1945, yang mana

keseluruhan ketentuan kemudian dikutip, sehingga tidak ada kejelasan

mengenai hak konstitusional mana yang secara spesifik dirugikan.177

Tidak ada uraian mengenai bentuk kerugian yang akan dialami

oleh Pemohon dan bagaimana Pemohon akan dirugikan. Oleh

karenanya, tidak ada pula uraian mengenai hubungan antara kerugian

dengan sumber kerugian dan tidak mungkin pula ada uraian mengenai

kondisi pasca-dikabulkannya permohonan terhadap kerugian. Yang ada

dalam Putusan ini hanyalah pernyataan berikut:

“Bahwa kerugian hak konstitusional sebagai akibat

berlakunya suatu UU tidak perlu bersifat real/aktual

sampai menunggu jatuhnya korban UU, tetapi cukup

bersifat potensial berdasarkan ‘objective constitutional

invalidity’ dan ‘broad approach in fundamental rights

litigation’”178

176 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (as), Putusan No. 005/PUU-I/2003, hlm.

11. 177 Ibid., hlm. 75-76. 178 Ibid., hlm. 76.

Page 132: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

110

Uraian ini, selain tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai

apakah Pemohon memiliki kerugian konstitusional secara potensial

atau tidak, juga tidak menjelaskan yang dimaksud dengan objective

constitutional invalidity dan broad approach in fundamental rights

litigation serta cara menerapkannya. Uraian di atas, alih-alih menjawab

pertanyaan mengenai apakah Pemohon mengalami kerugian

konstitusional atau tidak, malah memunculkan pelbagai pertanyaan

baru. Merujuk pada paparan di atas, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 005/PUU-I/2003

3. Putusan No. 020/PUU-IV/2006

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 27 Tahun 2004 tentang

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, khususnya:

a. Bagian Konsiderans;

b. Pasal 1 angka 1 (definisi kebenaran);

c. Pasal 1 angka 2 (definisi rekonsiliasi); dan

d. Pasal 1 angka 5 (definisi korban).179

179 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (au), Putusan No. 020/PUU-IV/2006, hlm.

16.

Page 133: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

111

Di sini, MKRI tidak membantah bahwa pasal yang menjadi dasar dari

hak konstitusional pemohon adalah Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat

(1), Pasal 28C ayat (2) dan Pasal 29 ayat (1).180 Di sini, MKRI tidak

memberikan penjelasan mengenai hak konstitusional apa saja yang

termuat dalam Pasal-Pasal tersebut.181

Selanjutnya, MKRI mengutip dalil kerugian konstitusional

Pemohon berupa kekhawatiran bangkitnya komunisme/Marxisme-

Leninisme akibat berlakunya undang-undang yang diuji.182 MKRI

lantas melakukan penilaian dan menyampaikan:

“...tidak menutup kemungkinan para Pemohon adalah

korban atau malah justru dapat pula disangka sebagai

pelakunya. Dengan demikian para Pemohon secara

potensial menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan

akan mengalami kerugian hak konstitusional...”183

Berdasarkan uraian ini, jelas bahwa MKRI mengabaikan dalil

kerugian Pemohon dan menciptakan dalil kerugian baru untuk

Pemohon. Selain itu, meski MKRI mengatakan bahwa secara potensial

(menurut penalaran yang wajar) Pemohon bisa mengalami kerugian

dengan disangka sebagai pelaku, namun MKRI tidak memberikan

uraian mengenai seberapa jauh jarak kemungkinan terjadinya kondisi

tersebut. Hal ini menjadi penting karena bahkan Komisi Kebenaran

dan Rekonsiliasi sendiri belum mulai melaksanakan tugasnya untuk

menguak perkara pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu; belum

mulai pula mencari informasi; tentunya belum melakukan identifikasi

terhadap pihak yang terkait; dan belum pula melakukan

pengelompokan derajat keterlibatan dari pihak yang terkait. Artinya,

ada jarak yang cukup jauh antara kondisi yang ada dengan kondisi

yang dikhawatirkan terjadi. Pada akhirnya, tentu muncul pertanyaan

180 Ibid., hlm. 54. 181 Ibid., h. 53-55.

182 Ibid. h. 54. 183 Ibid., h. 54-55.

Page 134: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

112

mengenai: apakah kondisi yang demikian ini sesuai dengan penalaran

yang wajar?

Di sisi lain, MKRI tidak membahas mengenai dampak jika

permohonan dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian di

masa mendatang. Berdasarkan gambaran di atas, pemenuhan terhadap

syarat kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 020/PUU-IV/2006

4. Putusan No. 12/PUU-V/2007

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, khususnya:

a. Pasal 3 ayat (1) (asas monogami perkawinan);

b. Pasal 3 ayat (2) (kewenangan bagi pengadilan untuk memberi izin

poligami);

c. Pasal 4 ayat (1) (kewajiban untuk mengajukan permohonan bagi

suami yang hendak poligami);

d. Pasal 4 ayat (2) (dasar materiil bagi pengadilan untuk memberi izin

poligami);

e. Pasal 5 ayat (1) (syarat bagi suami yang hendak poligami);

Page 135: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

113

f. Pasal 9 (larangan untuk kawin bagi mereka yang masih terikat

perkawinan);

g. Pasal 15 (hak untuk melakukan pencegahan perkawinan atas dasar

masih terikat ikatan perkawinan); dan

h. Pasal 24 (hak untuk melakukan pembatalan perkawinan atas dasar

masih terikat ikatan perkawinan).184

Hak konstitusional Pemohon yang dianggap dirugikan adalah hak

yang dijamin dalam Pasal 28B ayat (1), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I

ayat (1), Pasal 28I ayat (2), Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2)

UUD NRI 1945.185

Selanjutnya, MKRI menguraikan bahwa Pemohon telah

mengajukan permohonan untuk poligami namun “…tidak bisa

diproses lebih lanjut” karena tidak memenuhi syarat.”186 Dari situ,

MKRI beranjak pada dalil Pemohon yang menyatakan bahwa pemohon

merasa hak konstitusionalnya secara potensial dirugikan, dan

kemudian menyatakan bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum.187

Tidak ada penjelasan mengenai hubungan kausal antara kerugian dan

ketentuan yang diuji dan tidak ada penjelasan mengenai akibat ketika

permohonan dikabulkan terhadap potensi kerugian di masa mendatang.

Dari sini, pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

184 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (av), Putusan No. 12/PUU-V/2007, hlm.

85. 185 Ibid. 186 Ibid., hlm. 85-86. 187 Ibid., hlm. 86.

Page 136: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

114

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 12/PUU-V/2007

5. Putusan No. 19/PUU-VI/2008

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 7 tahun 1989 tentang

Peradilan Agama sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006,

khususnya Pasal 49 ayat (1) dan Penjelasannya (daftar kompetensi

absolut pengadilan agama).188 Hak konstitusional yang menjadi dasar

kerugian konstitusional adalah hak yang ada dalam Pasal 28E ayat (1),

Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1) UUD NRI 1945. 189 MKRI

mengutip isi dari seluruh Pasal tersebut dan menyatakan bahwa hak

konstitusional yang dirugikan adalah kebebasan untuk beragama dan

beribadat menurut ajaran agama.190

Selanjutnya MKRI menyatakan bahwa “...secara prima facie

Pemohon telah memenuhi syarat kerugian konstitusional...”191 Alasan

yang dikemukakan oleh MKRI untuk mendukung pernyataan tersebut

adalah pengulangan terhadap 5 syarat kerugian konstitusional. Padahal

ada beberapa pertanyaan yang seharusnya dijawab terlebih dahulu

sebelum bisa sampai pada kesimpulan ini, misalnya apakah hak untuk

diadili berdasarkan hukum agamanya adalah bagian dari hak

konstitusional? Jika ya, maka Pasal mana dalam UUD NRI 1945 yang

menjadi sumbernya? Jika bahkan pertanyaan ini tidak bisa dijawab,

188 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (aw), Putusan No. 19/PUU-VI/2008, hlm.

2. 189 Ibid., hlm. 20. 190 Ibid. 191 Ibid., hlm. 21.

Page 137: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

115

seyogyanya pembahasan mengenai syarat selanjutnya tidak perlu

dilanjutkan.

Dalam salah satu pembahasan syarat kerugian konstitusional,

MKRI menyatakan: “...kerugian konstitusional dimaksud meskipun

tidak secara spesifik dan aktual tetapi setidak-tidaknya secara

potensial akan terjadi;”192 Hal mana menunjukkan bahwa unsur

“spesifik” seolah tidak harus dibuktikan jika kerugian yang didalilkan

adalah kerugian potensial. Tidak ada penjelasan mengenai hubungan

kausal antara kerugian dan ketentuan yang diuji dan tidak ada

penjelasan mengenai akibat ketika permohonan dikabulkan terhadap

potensi kerugian di masa mendatang. Berdasarkan uraian ini,

pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah sebagai

berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 19/PUU-VI/2008

6. Putusan No. 53/PUU-VIII/2010

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 31 ayat (1) dan Penjelasannya

(pemberhentian sementara kepala daerah karena didakwa melakukan

192 Ibid.

Page 138: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

116

tindak pidana tertentu).193 Sedangkan hak konstitusional yang menjadi

dasar kerugian adalah hak yang ada dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D

ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI 1945, yang kemudian

disebutkan secara singkat isinya oleh MKRI.194

Pemohon, yang merupakan seorang bupati dan ditetapkan menjadi

tersangka195, menganggap bahwa ketentuan yang diujikan merupakan

penghukuman tanpa proses peradilan.196 MKRI kemudian menyatakan:

“...kerugian hak konstitusional Pemohon tersebut bersifat spesifik dan

potensial...” 197 dan “...Pemohon prima facie mempunyai kedudukan

hukum...”198 Tidak ada penjelasan mengenai hubungan kausal antara

kerugian dan ketentuan yang diuji dan tidak ada penjelasan mengenai

akibat ketika permohonan dikabulkan terhadap potensi kerugian di

masa mendatang. Merujuk pada uraian ini, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 53/PUU-VIII/2010

193 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ax), Putusan No. 53/PUU-VIII/2010, hlm.

13. 194 Ibid. 195 Ibid., hlm. 3-4. 196 Ibid., hlm. 40-41. 197 Ibid., hlm. 40. 198 Ibid.

Page 139: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

117

7. Putusan No. 72/PUU-VIII/2010

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan, khususnya Pasal 38 ayat (3) (izin pinjam pakai sebagai

dasar penggunaan kawasan hutan) dan Pasal 50 ayat (3) huruf g

(larangan untuk melakukan penyelidikan umum atau eksplorasi atau

eksploitasi bahan tambang di kawasan hutan tanpa izin).199 Hak

konstitusional yang dianggap dirugikan adalah hak yang ada dalam

Pasal 18 dan Pasal 18A UUD NRI 1945, khususnya hak untuk

mengurus daerahnya berdasarkan asas otonomi.200

Kerugian yang didalilkan Pemohon, dalam kapasitasnya sebagai

kepala daerah201, adalah munculnya hambatan investasi di bidang

pertambangan yang bisa berpengaruh pada pendapatan daerah.202

MKRI kemudian menyampaikan bahwa perizinan adalah pintu bagi

investasi pengelolaan sumber daya sehingga secara prima facie

terdapat potensi kerugian konstitusional.203 Dari situ MKRI kemudian

menguraikan adanya hubungan sebab akibat dengan menyatakan:

“...dengan memperhatikan akibat yang dialami oleh Pemohon

dikaitkan dengan hak konstitusional Pemohon, menurut Mahkamah,

terdapat hubungan sebab akibat...”204 Hal mana sebenarnya tidak bisa

menjelaskan hubungan sebab akibat yang dimaksud. MKRI tidak

menguraikan mengenai akibat ketika permohonan dikabulkan terhadap

potensi kerugian di masa mendatang. Oleh sebab itu, pemenuhan

terhadap syarat kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

199 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ay), Putusan No. 72/PUU-VIII/2010, hlm.

22. 200 Ibid., hlm. 67. 201 Ibid., hlm. 1. 202 Ibid., hlm. 67. 203 Ibid., hlm. 68. 204 Ibid.

Page 140: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

118

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 72/PUU-VIII/2010

8. Putusan No. 75/PUU-IX/2011

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, khususnya

Lampiran D tentang Sarana Prasarana yang Memadai dan Maju, angka

31 halaman 55 dan 56 untuk frasa “penerapan konsep teknologi netral

yang responsif terhadap kebutuhan pasar dan industri dengan tetap

menjaga keutuhan sistem yang telah ada”.205 Hak konstitusional yang

dianggap mengalami kerugian adalah hak yang dijamin dalam Pasal

18A ayat (2), Pasal 18B ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 33 ayat (1),

Pasal 33 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945.206

Argumen Pemohon dalam menunjukkan kerugian

konstitusionalnya adalah: (i) ketentuan yang diujikan tidak

didefinisikan dan dianggap bertentangan dengan ketentuan dalam

undang-undang lain; (ii) ada perbedaan penafsiran mengenai ketentuan

yang diujikan antara masyarakat dan pemerintah; (iii) ketidakpastian

akan berpotensi pada adanya kerugian negara di dalam PNBP.207

Terhadap argumen ini, MKRI menyatakan bahwa: “...Pemohon prima

205 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (az), Putusan No. 75/PUU-IX/2011, hlm. 7-

8. 206 Ibid., hlm. 11-12. 207 Ibid., hlm. 12.

Page 141: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

119

facie mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan

permohonan a quo.”208

Tidak ada penjelasan mengenai hubungan kausal antara kerugian

dan ketentuan yang diuji dan tidak ada penjelasan mengenai akibat

ketika permohonan dikabulkan terhadap potensi kerugian di masa

mendatang. Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 75/PUU-IX/2011

9. Putusan No. 84/PUU-IX/2011

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 5 Tahun 2011

tentang Akuntan Publik, khususnya Pasal 55 (ketentuan pidana bagi

akuntan publik yang melakukan manipulasi data) dan Pasal 56

(ketentuan pidana bagi pihak yang membantu manipulasi data).209

Sedangkan hak konstitusional yang dianggap dirugikan adalah hak

yang diatur dalam 28C ayat (1), Pasal 28 ayat (2), Pasal 28D ayat (1)

208 Ibid. 209 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ba), Putusan No. 84/PUU-IX/2011, hlm.

33.

Page 142: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

120

dan Pasal 28G ayat (1) UUD NRI 1945,210 yang mana hak spesifik dari

tiap Pasal kemudian disebutkan dalam uraian selanjutnya211.

Alasan yang dikemukakan oleh Pemohon, sebagai akuntan

publik212, guna menunjukkan adanya kerugian konstitusional adalah:

(i) ketidakjelasan istilah manipulasi sehingga mengakibatkan

ketidakpastian hukum213; (ii) ketidakjelasan istilah manipulasi

membuat rasa tidak aman bagi pemohon untuk menjalankan

profesinya214; dan (iii) ketentuan pidana ini membatasi ruang untuk

mendapat manfaat dari ilmu pengetahuan di bidang akuntansi dan

audit215.

MKRI, dalam pertimbangannya mengenai kedudukan hukum,

tidak membantah dalil-dalil Pemohon tersebut dan kemudian sekadar

mengulang penyebutan seluruh syarat kerugian konstitusional216,

termasuk mengulang mentah-mentah syarat ketiga (sifat kerugian yang

spesifik dan aktual atau potensial) sehingga muncul ketidakjelasan

apakah kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon adalah

kerugian aktual ataukah kerugian potensial. Merujuk pada seluruh

uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional

adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

210 Ibid., hlm. 178. 211 Ibid., hlm. 179-181. 212 Ibid., hlm. 1. 213 Ibid., hlm. 179. 214 Ibid., hlm. 180. 215 Ibid., hlm. 180-181. 216 Ibid., hlm. 181.

Page 143: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

121

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 84/PUU-IX/2011

10. Putusan No. 112/PUU-X/2012

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 3 Tahun 2003

tentang Pembentukan Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Seluma dan

Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu, khususnya:

a. Pasal 4 huruf d (wilayah bagi Kabupaten Seluma yang diambil dari

Kabupaten Bengkulu Selatan),

b. Pasal 4 huruf e (wilayah bagi Kabupaten Seluma yang diambil dari

Kabupaten Bengkulu Selatan),

c. Pasal 5 huruf g (wilayah bagi Kabupaten Kaur yang diambil dari

Kabupaten Bengkulu Selatan),

d. Pasal 7 ayat (2) (batas wilayah Kabupaten Seluma),

e. Pasal 7 ayat (3) (batas wilayah Kabupaten Kaur) dan Penjelasan

Umum Alinea Ketiga.217

Dalam pertimbangan mengenai kedudukan hukum, MKRI sama sekali

tidak menyebutkan dasar hak konstitusional Pemohon, termasuk ketika

menyarikan argumen Pemohon.

Pemohon—pemerintah daerah218—menyampaikan bahwa kerugian

yang dialaminya adalah adanya polemik sebagai akibat tidak adanya

kepastian mengenai tapal batas dan luas wilayah dan karena penentuan

batas wilayah daerah pemekaran tidak pernah dibahas dalam rapat

paripurna.219 Di sini, MKRI bahkan tidak mengulang kelima syarat

kerugian konstitusional dalam menjelaskan terpenuhinya syarat

kerugian konstitusional bagi Pemohon dan menyimpulkan bahwa

217 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bb), Putusan No. 112/PUU-X/2012, hlm.

32-33. 218 Ibid., hlm. 1. 219 Ibid., hlm. 74-75.

Page 144: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

122

Pemohon secara potensial dirugikan oleh berlakunya ketentuan yang

diuji.220 Mengacu pada kondisi ini, pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 112/PUU-X/2012

11. Putusan No. 59/PUU-XI/2013

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 8 Tahun 2012

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, khususnya

Pasal 51 ayat (1) huruf k (syarat bakal calon anggota legislatif:

kewajiban pengunduran diri yang tidak bisa ditarik lagi bagi pejabat di

badan yang anggarannya bersumber dari keuangan negara, namun

tidak termasuk menteri).221 Yang dimohonkan oleh Pemohon adalah

agar menteri juga termasuk ke dalam kualifikasi pejabat yang harus

mengundurkan diri jika hendak menjadi bakal calon anggota

legislatif.222 Di dalam Putusan ini, tidak ada uraian mengenai hak

konstitusional apa yang dirugikan oleh Pemohon.

220 Ibid., hlm. 75. 221 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bc), Putusan No. 59/PUU-XI/2013, hlm.

21-22. 222 Ibid.

Page 145: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

123

Yang dijelaskan oleh MKRI dalam pertimbangannya adalah

potensi kerugian Pemohon, yaitu tidak optimalnya kinerja menteri

yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan ada potensi

penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pencalonan.

Selanjutnya, MKRI mengulang isi syarat kerugian konstitusional dan

menyatakan bahwa Pemohon mengalami kerugian potensial sebagai

akibat dari berlakunya ketentuan yang diuji.223 Berdasarkan pada

uraian ini, pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 59/PUU-XI/2013

12. Putusan No. 46/PUU-XII/2014

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, khususnya Penjelasan

Pasal 124 (besaran maksimal tarif retribusi pengendalian menara

telekomunikasi).224 Pemohon mendalilkan—yang mana diterima oleh

MKRI—bahwa telah ada ketidakpastian hukum yang menghambat

menara telekomunikasi untuk melaksanakan prinsip kepentingan

223 Ibid., hlm. 26. 224 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bd), Putusan No. 46/PUU-XII/2014, hlm.

58.

Page 146: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

124

umum dalam menyediakan sarana telekomunikasi sehingga merugikan

hak atas komunikasi yang dijamin dalam Pasal 28F UUD NRI 1945.225

MKRI selanjutnya menyatakan bahwa:

“...mendasarkan pada...dalil Pemohon yang merasa

dirugikan akibat ketidakpastian hukum dalam penentuan

tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi yang

ditimbulkan oleh Penjelasan Pasal 124 UU 28/2009,

menurut Mahkamah, prima facie Pemohon mempunyai

hak konstitusional karena dirugikan oleh berlakunya

Undang-Undang yang dimohon pengujian.”226

Dari pernyataan ini MKRI beranjak pada pengulangan kelima

syarat kerugian konstitusional dan menyimpulkan bahwa Pemohon

memiliki kedudukan hukum.227 Yang perlu mendapatkan perhatian dari

kutipan di atas adalah adanya urutan kejadian yang tidak tepat.

Dikatakan bahwa “…Pemohon mempunyai hak konstitusional karena

dirugikan…” Hal ini menunjukkan bahwa Pemohon mendapatkan hak

konstitusional justru karena mengalami kerugian karena berlakunya

undang-undang. Artinya, dasar dari hak konstitusional seolah-olah

adalah kerugian—hal mana jelas bertentangan dengan definisi hak

konstitusional dan konstruksi syarat kerugian konstitusional. Terlepas

dari kondisi tersebut, berikut adalah tabel pemenuhan terhadap syarat

kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

225 Ibid., hlm. 58. 226 Ibid. 227 Ibid.

Page 147: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

125

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 46/PUU-XII/2014

13. Putusan No. 71/PUU-XIII/2015

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 8 Tahun 2015

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi

Undang-Undang, khususnya Pasal 7 huruf s (syarat untuk menjadi

calon kepala daerah: wajib memberitahukan kepada pimpinan lembaga

dalam hal bakal calon adalah anggota DPR, DPD atau DPRD).228

Tidak pernah ada uraian mengenai hak konstitusional Pemohon sebab

di dalam pertimbangan mengenai kedudukan hukum hanya dikatakan

bahwa: “...para Pemohon adalah perseorangan warga negara

Indonesia yang mempunyai hak yang dijamin oleh UUD 1945, sebagai

pemilih...”229

Selanjutnya, MKRI menyarikan argumen Pemohon sehubungan

dengan kedudukan hukum, yaitu:

“Bahwa pemberlakuan Pasal 7 huruf s tersebut telah

mengakibatkan kerugian spesifik dan aktual atau setidak-

tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar

akan ditanggung oleh Pemohon karena sebagai rakyat

pemegang kedaulatan yang telah memilih anggota DPR,

DPD dan/atau DPRD tersebut sama sekali tidak memiliki

kewenangan yang menentukan ketika seorang anggota

228 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (be), Putusan No. 71/PUU-XIII/2015, hlm.

22. 229 Ibid., hlm. 26.

Page 148: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

126

DPR. DPD dan/atau DPRD yang telah dipilih oleh

Pemohon tersebut bermaksud untuk mencalonkan diri

sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,

Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon

Walikota dan Calon Wakil Walikota;”230

Dari uraian di atas, ada 3 hal yang bisa disimpulkan: (i) tidak ada

penjelasan mengenai hak konstitusional apa yang dirugikan; (ii) tidak

ada kejelasan bagaimana kerugian terjadi; dan (iii) tidak ada kejelasan

mengenai apakah kerugian sudah terjadi atau potensial terjadi.

MKRI tidak membantah dalil Pemohon mengenai kedudukan

hukum dan menyimpulkan: “...para Pemohon memiliki hak

konstitusional dan hak konstitusional tersebut prima facie dapat

dirugikan dengan berlakunya Pasal 7 huruf s...”231 Kondisi ini menjadi

cukup rancu karena MKRI tidak pernah menjelaskan mengapa

kerugian aktual yang didalilkan Pemohon tidak terjadi dan kenapa

menurut MKRI pemohon “dapat” mengalami kerugian.

Selain itu, tidak ada penjelasan mengenai hubungan kausal antara

kerugian dan ketentuan yang diuji dan tidak ada penjelasan mengenai

akibat ketika permohonan dikabulkan terhadap potensi kerugian di

masa mendatang. Berdasarkan uraian di atas, pemenuhan terhadap

syarat kerugian konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang ✓

230 Ibid. 231 Ibid., hlm. 27.

Page 149: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

127

diuji

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 71/PUU-XIII/2015

14. Putusan No. 55/PUU-XIV/2016

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 10 Tahun 2016

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota

menjadi Undang-Undang, khususnya Pasal 7 ayat (2) huruf p (syarat

pencalonan kepala daerah: kewajiban untuk mundur dari jabatan

kepala daerah jika mencalonkan diri di daerah lain) dan Pasal 70 ayat

(3) (syarat bagi kepala daerah petahana untuk tidak menggunakan

fasilitas jabatan, menjalani cuti di luar tanggungan dan pengaturan

jadwal cuti yang memperhatikan tugas penyelenggaraan pemerintahan

daerah).232 Tidak ditemukan adanya uraian mengenai hak

konstitusional yang dirugikan dalam pertimbangan mengenai

kedudukan hukum.

Dalil yang dibawakan oleh Pemohon, dan disimpulkan oleh MKRI,

adalah: petahana yang hendak mencalonkan diri di daerah yang sama

tidak wajib untuk mengundurkan diri padahal petahana yang hendak

mencalonkan diri di daerah lain wajib mengundurkan diri.233

Selanjutnya, MKRI menyatakan bahwa Pemohon mengalami kerugian

potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan

terjadi, ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan peraturan yang

diujikan dan juga menyatakan bahwa ketika permohonan dikabulkan

maka kerugian tidak akan terjadi lagi.234 Mengacu pada keterangan ini,

232 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bf), Putusan No. 55/PUU-XIV/2016, hlm.

25. 233 Ibid., hlm. 62. 234 Ibid.

Page 150: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

128

pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah sebagai

berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 55/PUU-XIV/2016

15. Putusan No. 56/PUU-XIV/2016

Undang-undang yang diujikan adalah UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 251 ayat (1) (alasan

pembatalan peraturan daerah tingkat provinsi dan peraturan gubernur

oleh menteri), Pasal 251 ayat (2) (alasan pembatalan peraturan daerah

tingkat kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota oleh menteri),

Pasal 251 ayat (7), Pasal 251 ayat (8) (hak mengajukan keberatan

terhadap keputusan pembatalan peraturan daerah tingkat

kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota).235 Dalam pertimbangan

mengenai kedudukan hukum, MKRI menyatakan bahwa pemohon

memiliki hak konstitusional sebagaimana dijamin dalam Pasal 24A

ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945236, meski tidak

memberikan uraian mengenai hak apa yang terkandung dalam kedua

Pasal tersebut.

235 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bg), Putusan No. 56/PUU-XIV/2016, hlm.

4. 236 Ibid., hlm. 95.

Page 151: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

129

MKRI kemudian menyampaikan bahwa kerugian pemohon akan

terjadi ketika pembatalan peraturan daerah dilakukan tanpa melalui

proses judicial review dan kerugian semakin bertambah karena satu-

satunya pihak yang bisa mengajukan keberatan terhadap pembatalan

peraturan daerah hanyalah kepala daerah.237 Kemungkinan terhadap

terjadinya kerugian ini dikatakan ada karena terdapat kemungkinan

terjadinya pembatalan terhadap beberapa peraturan daerah yang akan

berdampak langsung kepada Pemohon.238

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa jarak antara potensi

kerugian dan kondisi yang ada di lapangan cukup jauh. Perlu dicatat

bahwa tidak ada uraian yang bisa menjelaskan mengapa beberapa

peraturan daerah yang dikemukakan akan dibatalkan dan apa indikasi

yang menunjukkan adanya rencana pembatalan tersebut. Namun

demikian, hal ini juga menunjukkan luasnya perspektif MKRI

mengenai konsep “penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi”.

MKRI lantas menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara

kerugian dan ketentuan yang diuji, hal mana terlihat dari uraian

argumen sebelumnya, dan menyatakan bahwa kerugian tidak akan

terjadi jika permohonan dikabulkan. Mengacu pada seluruh uraian

tersebut, pemenuhan terhadap syarat kerugian konstitusional adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang ✓

237 Ibid., hlm. 93-94. 238 Ibid., hlm. 96.

Page 152: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

130

diuji

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 4.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 56/PUU-XIV/2016

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa kriteria yang

ditetapkan MKRI untuk menilai potensi dari kerugian konstitusional adalah

“menurut penalaran yang wajar akan terjadi”. Putusan-putusan yang

dianalisis di atas telah menunjukkan bahwa MKRI tidak memberikan tolok

ukur yang terukur mengenai potensi kerugian dan tata cara melakukan

penilaian terhadap potensi kerugian.

Pada Putusan MKRI No. 71/PUU-XIII/2015 yang di dalamnya

dilakukan pengujian terhadap syarat untuk menjadi calon kepala daerah

yang mewajibkan memberitahukan kepada pimpinan lembaga dalam hal

bakal calon adalah anggota DPR, DPD atau DPRD, MKRI tidak memberi

penjelasan mengenai hak konstitusional apa yang berpotensi dirugikan oleh

ketentuan yang diajukan dan tidak menjelaskan bagaimana kerugian

konstitusional terjadi. Dalam Putusan No. 59/PUU-XI/2013 yang di

dalamnya dilakukan pengujian terhadap syarat bakal calon anggota

legislatif yang mewajibkan pengunduran diri yang tidak bisa ditarik lagi

bagi pejabat di badan yang anggarannya bersumber dari keuangan negara

kecuali menteri, MKRI sekali lagi tidak menjelaskan hak konstitusional

apa yang berpotensi dirugikan oleh ketentuan yang diajukan. Tidak adanya

kejelasan mengenai hak konstitusional Pemohon yang secara potensial

dirugikan dapat dilihat juga dalam Putusan No. 112/PUU-X/2012 yang di

dalamnya dilakukan pengujian mengenai wilayah. Di dalam Putusan

tersebut Pemohon sebagai pemerintah daerah menyatakan bahwa kerugian

yang dialaminya adalah adanya polemik sebagai akibat tidak adanya

kepastian mengenai tapal batas dan luas wilayah dan karena penentuan

batas wilayah daerah pemekaran tidak pernah dibahas dalam rapat

paripurna. Namun, kerugian yang dialami Pemohon tidak pernah dikaitkan

dengan hak konstitusional dan MKRI juga tidak mengaitkan dengan hak

Page 153: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

131

konstitusional apa pun ketika menyatakan bahwa Pemohon secara potensial

dirugikan oleh berlakunya ketentuan yang diuji.

Seluruh uraian di atas menunjukkan bahwa elemen yang digunakan

oleh MKRI untuk menunjukkan ada tidaknya kerugian potensial adalah

hanya berdasarkan penalaran dari MKRI semata. Berbeda dengan kerugian

aktual, tidak ada keharusan bahwa kerugian yang ada bersifat spesifik.

Lebih jauh lagi, tidak ada keharusan bahwa kerugian yang ada adalah

kerugian terhadap hak dan/atau kewenangan konstitusional. Sehingga

berdasarkan putusan-putusan di atas, penjabaran mengenai elemen atau

kategori kerugian potensial tidak dapat dilakukan.

Penilaian MKRI terhadap apa yang dimaksud dengan kerugian

potensial juga tidak konsisten. Dalam Putusan No. 12/PUU-V/2007 MKRI

memberikan kedudukan hukum atas dasar kerugian potensial bagi suami

yang hendak poligami. Dengan tidak adanya bantahan dari MKRI terhadap

dalil Pemohon bahwa poligami adalah bagian dari hak untuk beribadah dan

karenanya merupakan hak konstitusional, maka sebenarnya yang dialami

oleh Pemohon adalah kerugian aktual dan bukan potensial. Perlu dicatat,

bahwa MKRI sendiri menyatakan bahwa Pemohon (suami) sudah

mengajukan permohonan ke pengadilan untuk mendapatkan izin poligami

namun “tidak bisa diproses lebih lanjut”. Hal ini menunjukkan bahwa

pengadilan melalui perangkatnya sudah memberikan “penolakan” dengan

menggunakan ketentuan yang diuji sebagai dasar. Artinya, hak Pemohon

untuk berpoligami yang dikatakan sebagai bagian dari hak untuk beribadah

telah secara nyata dirugikan. Hal yang sama terjadi pada Putusan No.

72/PUU-VIII/2010 di mana MKRI memberikan kedudukan hukum atas

dasar kerugian potensial kepada Pemohon karena kewenangan pemberian

izin pertambangan ada pada menteri dan bukan pada pemerintah daerah.

Jika dianggap bahwa kewenangan pemberian izin pertambangan adalah

bagian dari kewenangan konstitusional pemerintah daerah untuk mengatur

dan mengurus daerahnya sendiri, seyogyanya kerugian yang dialami

Pemohon sebagai kepala daerah dan DPRD adalah kerugian aktual. Dalam

konteks kewenangan, perubahan perundangan-undangan yang mengurangi

Page 154: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

132

kewenangan awal secara otomatis merupakan kerugian bagi pemegang

kewenangan awal. Hal inilah yang terjadi dalam Putusan No. 72/PUU-

VIII/2010.

Kedua Putusan di atas menunjukkan bahwa bahkan terhadap kondisi

yang mana kerugiannya secara nyata sudah terjadi, MKRI masih bisa

mengklasifikasikannya sebagai kerugian potensial. Artinya, terdapat

putusan yang di dalamnya batas antara kerugian aktual dan potensial

menjadi tidak ada.

Di dalam Putusan No. 59/PUU-XI/2013 dan Putusan No. 56/PUU-

XIV/2016, yang terjadi justru sebaliknya: batas antara kerugian aktual dan

potensial sangatlah lebar. Jarak antara kondisi yang ada dan kemungkinan

kerugian terlalu jauh. Dalam Putusan No. 59/PUU-XI/2013, MKRI

memberikan kedudukan hukum atas dasar kerugian potensial kepada

pemohon yang menghendaki agar menteri yang hendak menjadi bakal

calon anggota legislatif harus mundur dari jabatannya karena pemohon

dianggap berhak mempunyai menteri yang bekerja secara optimal. Hal

pertama yang dapat dilihat dari konstruksi tersebut adalah hak warga

negara untuk memiliki menteri yang bekerja secara optimal merupakan

bagian dari hak konstitusional. Dari situ, tampak bahwa kerugian baru akan

terjadi ketika seorang menteri tidak bekerja secara optimal—terlepas apa

definisi dari “optimal”. Berdasarkan kondisi yang digambarkan oleh

Pemohon dalam Putusan ini: (i) belum ada menteri yang tidak bekerja

secara optimal; (ii) belum ada menteri yang menjadi bakal calon anggota

legislatif; dan bahkan (iii) belum ada menteri yang mengungkapkan

niatnya untuk menjadi bakal calon anggota legislatif. Artinya, kondisi yang

menjadi dasar masih terlalu jauh jaraknya sampai kerugian bisa terjadi.

Dalam Putusan No. 56/PUU-XIV/2016, MKRI memberikan

kedudukan hukum atas dasar kerugian potensial kepada Pemohon yang

adalah karyawan yang khawatir terhadap terjadinya pembatalan peraturan

daerah yang menyangkut masalah ketenagakerjaan sebagai akibat adanya

kewenangan pembatalan peraturan daerah oleh menteri. Dalam Putusan ini,

hak konstitusional yang dijadikan dasar adalah hak untuk mempertahankan

Page 155: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

133

peraturan daerah. Dengan menerima hak ini sebagai hak konstitusional,

tetap saja jarak antara kerugian—dibatalkannya peraturan daerah—dengan

kondisi yang disampaikan sangatlah jauh, karena: (i) peraturan daerah yang

hendak dipertahankan tidak termasuk ke dalam daftar peraturan yang

hendak dibatalkan oleh menteri; (ii) tidak ada bukti yang menunjukkan

bahwa peraturan daerah tersebut hendak dibatalkan; dan bahkan (ii) tidak

ada informasi yang menunjukkan bahwa menteri hendak menyasar jenis

peraturan daerah tersebut. Dengan kata lain, kekhawatiran terhadap

terjadinya kerugian sangatlah berlebihan.

Mari pula perhatikan Putusan No. 53/PUU-VIII/2010 yang menguji

konstitusionalitas ketentuan yang memberikan kewenangan kepada

Presiden untuk memberhentikan sementara kepala daerah yang didakwa

atas dasar tindak pidana tertentu, termasuk korupsi. Artinya, kerugian akan

terjadi ketika Presiden memberhentikan sementara kepala daerah karena

didakwa atas dasar tindak pidana tertentu. Kondisi yang terjadi pada diri

pemohon adalah ia merupakan kepala daerah yang telah ditetapkan sebagai

tersangka atas dugaan korupsi. Dari kondisi yang ia alami, jarak kepada

kerugian aktual cukup dekat, karena ia akan bisa segera menjadi terdakwa

ketika berkas sudah dialihkan kepada penuntut umum dan penuntut umum

mendaftarkan dakwaan. Bisa dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya

kerugian cukup tinggi.

Selanjutnya Putusan No. 56/PUU-XIII/2015, MKRI berupaya untuk

mempertajam kriteria kerugian potensial dengan memberikan pengertian

frasa “potensi kerugian konstitusional”. Dalam putusan tersebut MKRI

menyatakan bahwa frasa tersebut memiliki makna bahwa bukanlah

kerugian yang sekadar ada secara probabilitas, dengan nilai kemungkinan

sangat kecil. Selain dari perspektif probabilitas, potensi kerugian

konstitusional tersebut juga harus bernilai signifikan untuk dialami oleh

pemohon. Namun putusan tersebut justru memberikan pertanyaan

tambahan, yaitu bagaimana cara untuk mengukur signifikansi kerugian

yang dialami oleh pemohon.

Page 156: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

134

Uraian di atas menggambarkan betapa variatifnya pendekatan yang

digunakan oleh MKRI dalam menafsirkan kerugian potensial. Secara

umum dapat dilihat bahwa: (i) MKRI bisa saja memberikan kedudukan

hukum atas kerugian potensial tanpa adanya kejelasan hak konstitusional

yang dirugikan; (ii) MKRI tidak memberikan tolok ukur yang terukur

mengenai potensi kerugian dan cara melakukan penilaian terhadap potensi

kerugian; (iii) MKRI belum tentu mempertimbangkan apakah kerugian

yang ada spesifik atau tidak; (iv) MKRI acap kali mengabaikan uraian

mengenai hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang diujikan;

dan (v) MKRI tidak pernah memberikan gambaran mengenai akibat dari

dikabulkannya permohonan.

C. PERGERAKAN PENAFSIRAN KERUGIAN POTENSIAL DARI MASA KE

MASA

Gambaran yang diberikan pada bagian terdahulu merupakan refleksi

umum terhadap pemikiran MKRI sehubungan dengan penerapan konsep

kerugian konstitusional. Pada bagian ini, yang akan ditampilkan adalah

pergerakan penafsiran terhadap konsep kerugian konstitusional dari masa

ke masa berdasarkan periode kepemimpinan Ketua MKRI. Pergerakan

penafsiran ini akan ditunjukkan dengan melakukan analisis terhadap

beberapa putusan MKRI dari masa ke masa. Putusan yang akan dianalisis

adalah putusan sehubungan dengan materi pengujian tertentu yang selalu

muncul pada tiap periode dan semua periode memberikan kedudukan

hukum atas dasar kerugian potensial, yaitu putusan pengujian undang-

undang tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD.

1. Periode Jimly Asshiddiqie

Nomor Putusan : 002/PUU-II/2004

Kualifikasi Pemohon : Calon anggota DPR dan calon anggota DPRD239

Hak Konstitusional dalam : Hak yang ada dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 1 ayat

239 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (o), Putusan No. 002/PUU-II/2004, hlm.

23.

Page 157: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

135

Pertimbangan (2), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18 ayat (2), Pasal 18

ayat (3), Pasal 19 ayat (1), Pasal 22E ayat (1), Pasal

22E ayat (2), Pasal 28H ayat (2) dan Pasal 28I ayat

(2) UUD NRI 1945240

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “...walaupun Pemohon II dan Pemohon IV belum

secara nyata dirugikan dengan berlakunya UU

Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, tetapi

sebagai calon anggota DPR dan DPRD mereka

mempunyai kepentingan dan kemungkinan

dirugikan hak konstitusionalnya.”241

Tabel 4.16 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 002/PUU-II/2004

Dari rangkuman di atas, dapat dilihat bahwa ada 3 elemen kunci

dari kerugian potensial yang ditetapkan pada periode Jimly

Asshiddiqie, yaitu: (i) pemohon belum secara nyata dirugikan; (ii)

pemohon memiliki kemungkinan untuk mengalami kerugian; dan (iii)

pemohon memiliki kepentingan nyata terhadap ketentuan yang

diujikan.

2. Periode M. Mahfud M.D.

Nomor Putusan : 22-24/PUU-VI/2008

Kualifikasi Pemohon : Calon anggota DPRD242

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D

ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI 1945243

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “...oleh karena Pemohon I (Muhammad Sholeh,

S.H.) berpotensi tidak terpilih menjadi anggota

DPRD, Mahkamah berpendapat, Pemohon I

240 Ibid., hlm. 22. 241 Ibid., hlm. 22-23. 242 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bh), Putusan No. 22-24/PUU-VI/2008,

hlm. 78. 243 Ibid., hlm. 79.

Page 158: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

136

(Muhammad Sholeh, S.H.) mempunyai kedudukan

hukum...”244

Konteks dalam pertimbangan: pemohon merasa

bahwa sistem penentuan calon terpilih anggota DPR

dan DPRD yang memberikan preferensi pada calon

dengan nomor urut lebih kecil bisa menyebabkan

pemohon tidak terpilih.245

Tabel 4.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 22-24/PUU-VI/2008

Nomor Putusan : 110-111-112-113/PUU-VII/2009

Kualifikasi Pemohon : Partai politik peserta pemilihan umum246 dan calon

anggota DPR247

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “...Pemohon I dan Pemohon III dalam perkara ini

adalah Partai Politik peserta pemilihan umum...

serta berpotensi dirugikan atas berbagai

penafsiran Pasal 205 ayat (4), Pasal 211 ayat (3),

Pasal 212 ayat (3) UU 10/2008 terhadap perolehan

kursi pada Pemilu 2009, oleh karenanya Mahkamah

berpendapat bahwa para Pemohon memiliki

kedudukan hukum...” 248 dan “...Pemohon II...adalah

perorangan calon anggota DPR...yang berpotensi

dirugikan atas berbagai penafsiran Pasal 205 ayat

(4) UU 10/2008 terhadap perolehan kursi pada

Pemilu 2009.”249

Tabel 4.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 110-111-112-113/PUU-VII/2009

244 Ibid., hlm. 80. 245 Ibid., hlm. 79-80. 246 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (s), Putusan No. 110-111-112-113/PUU-

VII/2009, hlm. 86. 247 Ibid., hlm. 87. 248 Ibid., hlm. 86-87. 249 Ibid., hlm. 87.

Page 159: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

137

Dalam rangkuman Putusan 22-24/PUU-VI/2008, M. Mahfud M.D.

membuat penekanan yang berbeda dengan Jimly Asshiddiqie. Yang

menjadi titik tekan dari kedua putusan tersebut adalah penyebab

munculnya potensi kerugian yang dikaitkan dengan kualifikasi

pemohon—hal mana bisa terlihat karena kualifikasi Pemohon masuk

menjadi bagian pertimbangan kedua Putusan. Satu hal yang perlu

diperhatikan dalam Putusan No. 110-111-112-113/PUU-VII/2009

adalah bahwa MKRI bahkan tidak menyebutkan hak konstitusional apa

yang dianggap oleh Pemohon dirugikan.

3. Periode Akil Mochtar

Nomor Putusan : 2/PUU-XI/2013

Kualifikasi Pemohon : WNI yang berdomisili di luar negeri250

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C

ayat (2) dan Pasal 28D ayat (3) UUD NRI 1945251

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “Hak konstitusional para Pemohon dirugikan atau

berpotensi dirugikan oleh ketentuan a quo, karena

tidak adanya daerah pemilihan luar negeri telah

membuat kepentingan para Pemohon sebagai warga

negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri,

tidak secara khusus terwakili.”252

Tabel 4.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 2/PUU-XI/2013

Nomor Putusan : 61/PUU-XI/2013

Kualifikasi Pemohon : WNI253

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 28I ayat (1), Pasal 28J

ayat (1) dan Pasal 28J ayat (2) UUD NRI 1945254

250 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bi), Putusan No. 2/PUU-XI/2013, hlm. 1 -

6 & 39. 251 Ibid., hlm. 39. 252 Ibid. 253 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bj), Putusan No. 61/PUU-XI/2013, hlm. 1.

Page 160: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

138

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “Kerugian konstitusional Pemohon setidak-

tidaknya dianggap potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi.”255

Konteks dalam pertimbangan: guna mewujudkan

kekuasaan negara, maka hak memilih harus

dijadikan sebuah kewajiban.256

Tabel 4.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 61/PUU-XI/2013

Pada periode Akil Mochtar, dalam Putusan No. 2/PUU-XI/2013,

MKRI bahkan tidak tegas dalam menentukan jenis kerugian yang

diderita oleh Pemohon, apakah aktual ataukah potensial. Sedangkan

dalam Putusan No. 61/PUU-XI/2013, MKRI menentukan jenis

kerugian pemohon namun hanya sekadar mengulang bagian dari syarat

kerugian konstitusional.

4. Periode Hamdan Zoelva

Nomor Putusan : 39/PUU-XII/2014

Kualifikasi Pemohon : Warga negara Indonesia257

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 28J ayat (2) UUD NRI

1945258

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “Kerugian konstitusional Pemohon setidak-

tidaknya dianggap potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi.”259

Konteks dalam pertimbangan: upaya pemohon untuk

254 Ibid., hlm. 24. 255 Ibid. 256 Ibid., hlm. 23-24. 257 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bk), Putusan No. 39/PUU-XII/2014, hlm.

1. 258 Ibid., hlm. 29. 259 Ibid.

Page 161: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

139

menjadikan hak pilih sebagai sebuah kewajiban

adalah upaya penyelesaian kerugian pemohon yang

berjuang dalam membangun bangsa.260

Tabel 4.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 39/PUU-XII/2014

Pada Periode Hamdan Zoelva, di dalam Putusan No. 39/PUU-

XII/2014 dapat dilihat bahwa MKRI sekadar mengulang bagian dari

syarat kerugian konstitusional tanpa adanya kejelasan lebih lanjut

bagaimana Pemohon berpotensi dirugikan oleh ketentuan yang

diajukan.

5. Periode Arief Hidayat

Nomor Putusan : 137/PUU-XIII/2015

Kualifikasi Pemohon : Pemerintah daerah kabupaten/kota261

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak untuk melaksanakan, menjaga, mengawal dan

menerapkan otonomi daerah, hak untuk

mengembangkan daerah dengan keragaman dan

kekhasannya masing-masing, dan hak secara kolektif

untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara

serta hak mendapatkan kepastian hukum yang adil262

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “...telah terang bagi Mahkamah bahwa para

Pemohon tersebut telah menjelaskan secara aktual

atau setidak-tidaknya potensial mengenai kerugian

hak-hak konstitusionalnya...”263

Konteks dalam pertimbangan: para pemohon

menganggap bahwa ada kerugian yang mereka alami

karena adanya kewenangan bagi gubernur untuk

260 Ibid., h. 28. 261 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bl), Putusan No. 137/PUU-XIII/2015, h. 1-

10. 262 Ibid., h. 177. 263 Ibid., h. 185.

Page 162: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

140

membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota dan

peraturan bupati/walikota.264

Tabel 4.22 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 137/PUU-XIII/2015

Nomor Putusan : 56/PUU-XIV/2016

Kualifikasi Pemohon : Buruh265

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 24A ayat (1) dan Pasal 27

ayat (1) UUD NRI 1945266

Uraian Kerugian Potensial

dalam Pertimbangan

: “Apabila Perda dibatalkan langsung baik oleh

gubernur maupun oleh menteri tanpa melalui

mekanisme judicial review ke Mahkamah Agung,

sangat berpotensi merugikan hak konstitusional

para Pemohon.”267

Tabel 4.23 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 56/PUU-XIV/2016

Pada periode Arief Hidayat, sama seperti pada periode M. Akil

Mochtar, MKRI pada Putusan No. 137/PUU-XIII/2015 tidak tegas

dalam menentukan kerugian yang diderita oleh pemohon, apakah

aktual atau potensial. Selain itu dalam Putusan No. 56/PUU-XIV/2016,

tidak ada relasi yang cukup jelas antara hak konstitusional Pemohon

dengan kondisi yang dikhawatirkan terjadi.

Mengacu pada uraian analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak

pernah ada rezim kepemimpinan yang mencoba memberikan tolok ukur

terhadap penentuan ada tidaknya potensi kerugian sehingga cara masing-

masing hakim melihat adanya kerugian potensial berbeda-beda dan sangat

tergantung pada kasus yang diajukan pada setiap periode rezim

kepemimpinan ketua MKRI. Pada periode M. Akil Mochtar dan Arief

264 Ibid., hlm. 180-181 & 184. 265 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bg), Putusan No. 56/PUU-XIV/2016, hlm.

1. 266 Ibid., hlm. 95. 267 Ibid.

Page 163: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

141

Hidayat, MKRI bahkan tidak tegas dalam menentukan apakah kerugian

yang dialami pemohon adalah kerugian aktual atau potensial. Kriteria

penentuan ada tidaknya kerugian potensial, atau bahkan adanya kerugian

konstitusional dari pemohon itu sendiri, sempat berkembang dari periode

Jimly Asshidiqie ke M. Mahfud M.D., namun malah mengalami

kemunduran dari periode M. Akil Mochtar ke periode Arief Hidayat.

D. KONSEPTUALISASI KERUGIAN POTENSIAL

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa tolok ukur kerugian

potensial yang ditawarkan oleh MKRI adalah “bersifat potensial yang

menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi”. Meskipun

pada praktiknya tolok ukur ini tidak mendapatkan penjelasan yang

memadai, namun bukan berarti bahwa tolok ukur ini tidak bisa digunakan

sama sekali.

Dengan memperhatikan frasa “bersifat potensial yang menurut

penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi”, pertanyaan yang harus

dijawab adalah apa yang dimaksud dengan penalaran yang wajar dapat

dipastikan akan terjadi dan bagaimana cara menentukannya. Proposal yang

ditawarkan di sini untuk bisa melihat hal ini adalah dengan melihat

seberapa jauh jarak potensi kerugian yang ada dengan kerugian aktualnya.

Guna bisa menghitung jarak potensi kerugian, yang kali pertama harus

ditentukan adalah apa yang menjadi kerugian aktualnya. Jika sudah

diketahui mana yang menjadi kerugian aktual, maka mana yang menjadi

kerugian potensial bisa terlihat. Selanjutnya, potensi kerugian ini pun bisa

dicacah menjadi 4 derajat. Derajat pertama adalah kondisi di mana

kerugian niscaya terjadi (imminent). Derajat kedua adalah keadaan di mana

kerugian bisa saja terjadi jika ada beberapa kondisi yang terpenuhi. Pada

derajat ketiga, persyaratan agar kerugian bisa terjadi menjadi semakin

bertambah. Sedangkan pada derajat keempat, kerugian menjadi sesuatu

yang hampir tidak mungkin terjadi.

Sebagai contoh, akan digunakan Putusan No. 2/PUU-VII/2009. Di

dalam Putusan ini, yang menjadi pemohon adalah pengelola blog yang

Page 164: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

142

mengutarakan ide-idenya di dalam blog tersebut.268 Ketentuan yang diuji

adalah Pasal 27 ayat (3) (ketentuan pidana untuk penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik dalam platform elektronik) UU No. 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.269 Hak konstitusional yang

dianggap dirugikan adalah hak dalam Pasal 1 ayat (2), Pasal 1 ayat (3),

Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2), Pasal 28E ayat (3) dan Pasal 28F

UUD NRI 1945.270

Selanjutnya, pada bagian pertimbangan MKRI menyatakan: “...Pasal

27 ayat (3) UU ITE bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD

1945...karena dinilai berpotensi dapat menimbulkan efek jangka

panjang...pengguna internet sewaktu-waktu dapat ditahan polisi...”271 Di

sini, MKRI mengadopsi perspektif pemohon mengenai kedudukan hukum

dan menyatakan bahwa pemohon berhasil mendalilkan kerugian hak

konstitusionalnya.272

Kerugian yang dialami oleh pemohon di sini merupakan kerugian

potensial karena: (i) ketentuan yang diujikan tidak secara langsung berlaku

terhadap pemohon—hanya jika unsur-unsur dalam ketentuan pidana ini

terpenuhi, barulah ketentuan yang diujikan bisa diberlakukan kepada

pemohon; dan (ii) ketentuan yang diujikan tidak sedang atau akan

diterapkan kepada pemohon. Artinya, baik dalam perspektif rumusan

undang-undang maupun tindakan, pemohon tidak mengalami kerugian

secara aktual, melainkan hanya ada potensi kerugian.

Pertanyaannya, seberapa jauh jarak potensi kerugian pemohon ini?

Guna mengukur jarak potensi kerugian pemohon, maka perlu untuk

terlebih dahulu menentukan kondisi mana yang merupakan kerugian

aktual. Oleh karena yang dipermasalahkan adalah tindak pidana, maka

kerugian secara aktual baru terjadi ketika ada putusan pengadilan yang

268 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bm), Putusan No. 2/PUU-VII/2009, hlm.

7-8. 269 Ibid., hlm. 51-52. 270 Ibid., hlm. 114-117. 271 Ibid., hlm. 117. 272 Ibid.

Page 165: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

143

dijatuhkan kepada pemohon atas dasar tindak pidana yang dimohonkan.

Dengan menggunakan kondisi ini sebagai standar, maka potensi kerugian

tingkat 1 (terdekat) berada pada tingkatan di mana ketentuan tindak pidana

sudah digunakan, baik untuk melakukan penyidikan, penuntutan atau dasar

dalam persidangan. Sedangkan mereka yang berpotensi untuk dirugikan

pada tingkat 2 adalah mereka yang secara aktif menggunakan internet

untuk mengemukakan pendapatnya. Tingkatan selanjutnya (tingkat 3)

ditujukan bagi mereka yang menggunakan internet secara umum.

Sedangkan potensi yang paling jauh ada pada mereka yang tidak

menggunakan internet. Dengan melihat uraian pada pertimbangan hukum

MKRI, pemohon memiliki potensi kerugian tingkat 3.

Agar model kerugian potensial 4 derajat ini bisa lebih dipahami cara

penerapannya, berikut adalah tabel yang bersumber dari beberapa putusan

MKRI yang dibaca dengan menggunakan model ini:

1 Nomor Putusan : 14-17/PUU-V/2007

Kedudukan Pemohon

dalam Putusan

: Warga negara yang berniat jadi calon kepala daerah

namun pernah dikenai pidana dengan ancaman penjara

5 tahun atau lebih273

Norma yang Diuji : Larangan jadi calon kepala daerah jika pernah dijatuhi

pidana yang tindak pidananya diancam pidana penjara

5 tahun atau lebih274

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Dianggap Dirugikan

: Hak konstitusional yang ada dalam Pasal 27 ayat (1),

Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI

1945275

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Seyogyanya Digunakan

: Hak atas kesamaan di hadapan hukum, hak atas

kepastian hukum yang adil dan hak untuk bebas dari

diskriminasi

273 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bn), Putusan No. 14-17/PUU-V/2007, hlm.

4-5 & 112-113. 274 Ibid., hlm. 5-6 & 113. 275 Ibid., hlm. 112-113.

Page 166: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

144

Konstruksi Kerugian

Konstitusional dalam

Putusan

: Pemohon memenuhi persyaratan lain untuk menjadi

calon kepala daerah namun pernah dipidana dengan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum

tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau

lebih276

Kerugian Aktual : Penolakan terhadap warga negara yang mendaftarkan

diri menjadi calon kepala daerah atas dasar pernah

dijatuhi pidana yang tindak pidananya diancam pidana

penjara 5 tahun atau lebih

Potensi Derajat 1 : Warga negara yang sudah melengkapi semua

persyaratan untuk menjadi kepala daerah dan hendak

mendaftar namun pernah dijatuhi pidana berdasarkan

tindak pidana yang diancam pidana penjara 5 tahun

atau lebih

Potensi Derajat 2 : Warga negara yang berniat menjadi calon kepala

daerah dan pernah dijatuhi dengan pidana berdasarkan

tindak pidana yang diancam pidana penjara 5 tahun

atau lebih

Potensi Derajat 3 : Warga negara yang berniat menjadi calon kepala

daerah dan sedang dalam persidangan pidana yang

mana tindak pidana yang didakwakan memiliki

ancaman pidana penjara 5 tahun atau lebih

Potensi Derajat 4 : Warga negara yang berniat menjadi calon kepala

daerah

Tabel 4.24 Penggunaan potensi derajat kerugian terhadap Putusan No. 14-17/PUU-V/2007

2 Nomor Putusan : 37/PUU-IX/2011

Kedudukan Pemohon

dalam Putusan

: Buruh di perusahaan277

276 Ibid., hlm. 113-114. 277 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bo), Putusan No. 37/PUU-IX/2011, hlm.

6-7.

Page 167: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

145

Norma yang Diuji : Kewajiban untuk tetap melakukan kewajiban selama

putusan pengadilan hubungan industrial sehubungan

dengan pemutusan hubungan kerja belum ditetapkan.

Frasa belum ditetapkan harus dibaca menjadi sebelum

putusan berkekuatan hukum tetap. 278

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Dianggap Dirugikan

: Hak konstitusional yang ada dalam Pasal 28D ayat (1)

dan (2) UUD NRI 1945279

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Seyogyanya Digunakan

: Hak atas kepastian hukum yang adil dan hak untuk

mendapat imbalan yang adil dan layak dalam

hubungan kerja

Konstruksi Kerugian

Konstitusional dalam

Putusan

: MKRI mengutip dalil Pemohon dan kemudian

menyatakan bahwa Pemohon memiliki kedudukan

hukum.280 Pemohon sendiri mendalilkan bahwa frasa

belum ditetapkan memunculkan pertanyaan mengenai

apakah belum ditetapkan itu hanya merujuk pada

putusan tingkat pertama ataukah ataukah merujuk

pada level yang lain; dan tidak adil karena buruh bisa

menjadi tidak mendapatkan hak atas upah frasa belum

ditetapkan memiliki kejelasan.281

Kerugian Aktual : Tidak dilaksanakannya kewajiban oleh perusahaan

ketika telah ada putusan tentang pemutusan hubungan

kerja namun belum berkekuatan hukum tetap

Potensi Derajat 1 : Persidangan mengenai pemutusan hubungan kerja

sedang berjalan.

Potensi Derajat 2 : Penyelesaian masalah pemutusan hubungan kerja

sedang dilakukan secara tripartit.

Potensi Derajat 3 : Penyelesaian masalah pemutusan hubungan kerja

sedang dilakukan secara bipartrit.

Potensi Derajat 4 : Warga negara yang berstatus sebagai buruh

Tabel 4.25 Penggunaan potensi derajat kerugian terhadap Putusan No. 37/PUU-IX/2011

278 Ibid., hlm. 33. 279 Ibid., hlm. 33 & 35. 280 Ibid., hlm. 34-35. 281 Ibid., hlm. 34.

Page 168: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

146

3 Nomor Putusan : 55/PUU-XI/2013

Kedudukan Pemohon

dalam Putusan

: Jaksa yang pernah menjabat sebagai ketua KPK

(Pemohon I)282

Norma yang Diuji : Pemeriksaan terhadap jaksa harus mendapat izin Jaksa

Agung283

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Dianggap Dirugikan

: -

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Seyogyanya Digunakan

: Hak atas kepastian hukum yang adil

Konstruksi Kerugian

Konstitusional dalam

Putusan

: Pemohon ditangkap dan ditahan tanpa ada izin dari

Jaksa Agung284

Kerugian Aktual : Seorang jaksa diperiksa meski tidak ada izin dari

Jaksa Agung

Potensi Derajat 1 : Seorang jaksa diduga melakukan tindak pidana

Potensi Derajat 2 : Seorang jaksa

Potensi Derajat 3 : Calon jaksa

Potensi Derajat 4 : Warga negara yang memenuhi syarat untuk menjadi

jaksa

Tabel 4.26 Penggunaan potensi derajat kerugian terhadap Putusan No. 55/PUU-XI/2013

4 Nomor Putusan : 15/PUU-XII/2014

Kedudukan Pemohon

dalam Putusan

: Direktur sebuah perusahaan yang bersengketa di

forum arbitrase nasional285

Norma yang Diuji : Kewajiban pembuktian permohonan pembatalan

putusan arbitrase dengan menggunakan putusan

pengadilan yang ada dalam Penjelasan Pasal286

282 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bp), Putusan No. 55/PUU-XI/2013, hlm.

5-6 & 68. 283 Ibid. 284 Ibid., hlm. 68-69 285 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bq), Putusan No. 15/PUU-XII/2014, hlm.

4-5 & 69. 286 Ibid., hlm. 5.

Page 169: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

147

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Dianggap Dirugikan

: Hak konstitusional yang ada dalam Pasal 27 ayat (1)

dan Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945 287

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Seyogyanya Digunakan

Hak atas kesamaan di hadapan hukum dan hak atas

kepastian hukum yang adil

Konstruksi Kerugian

Konstitusional dalam

Putusan

: MKRI mengutip dalil Pemohon dan kemudian

menyatakan bahwa Pemohon memiliki kedudukan

hukum.288 Pemohon sendiri menyatakan bahwa norma

yang diujikan bertentangan dengan norma dalam Pasal

induk.289

Kerugian Aktual : Permohonan pembatalan ditolak karena tidak ada

putusan pengadilan yang menjadi dasar

Potensi Derajat 1 : Pengajuan permohonan pembatalan ke pengadilan

Potensi Derajat 2 : Mendapatkan putusan arbitrase yang hendak

dibatalkan

Potensi Derajat 3 : Sedang bersengketa di forum arbitrase

Potensi Derajat 4 : Memiliki kontrak dengan klausula arbitrase

Tabel 4.27 Penggunaan potensi derajat kerugian terhadap Putusan No. 15/PUU-XII/2014

5 Nomor Putusan : 54/PUU-XIV/2016

Kedudukan Pemohon

dalam Putusan

: Pemilih pemula yang tidak terdaftar dalam DPT pada

Pemilihan Umum tahun 2014 (Pemohon IV)290

Norma yang Diuji : Kewajiban terdaftarnya pendukung calon perorangan

dalam DPT Pemilihan Umum 2014291

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Dianggap Dirugikan

: Hak konstitusional yang ada dalam Pasal 1 ayat (3),

Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat

(3) dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI 1945292

287 Ibid., hlm. 69. 288 Ibid. 289 Ibid. 290 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (br), Putusan No. 54/PUU-XIV/2016, hlm.

69. 291 Ibid., hlm. 67-68 292 Ibid., hlm. 68.

Page 170: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

148

Hak dan/atau Kewenangan

Konstitusional yang

Seyogyanya Digunakan

Hak atas kesamaan di hadapan hukum, hak atas

kepastian hukum yang adil, hak untuk memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan dan hak

untuk bebas dari diskriminasi

Konstruksi Kerugian

Konstitusional dalam

Putusan

: MKRI mengutip dalil Pemohon dan kemudian

menyatakan bahwa Pemohon memiliki kedudukan

hukum.293 Pemohon sendiri menyatakan bahwa ia

merupakan pemilih pemula yang mendukung salah

satu calon, dan keberadaan norma yang diujikan jelas

merugikan hak konstitusionalnya.294

Kerugian Aktual : Ditolaknya dukungan kepada calon perorangan karena

tidak terdaftar dalam DPT Pemilu 2014

Potensi Derajat 1 : Calon pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT Pemilu

2014 menyatakan dukungannya kepada calon

perorangan

Potensi Derajat 2 : Tidak terdaftarnya calon pemilih dalam DPT Pemilu

2014

Potensi Derajat 3 : Warga negara yang berhak memilih

Potensi Derajat 4 : Warga negara yang belum berhak memilih

Tabel 4.28 Penggunaan potensi derajat kerugian terhadap Putusan No. 54/PUU-XIV/2016

Seyogyanya, derajat 3 adalah derajat terakhir untuk bisa menentukan

apakah seorang pemohon secara potensial akan dirugikan hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya. Sebab, derajat 4 sudah berada pada jarak

yang terlalu jauh sehingga kemungkinan terjadinya kerugian menjadi

begitu kecil.

Perlu dicatat bahwa model ini bukanlah model tanpa cacat, meskipun

tetap dapat dipakai dalam kondisi saat ini yang mana belum adanya tolak

ukur yang jelas untuk menilai ada tidaknya kerugian potensial. Ada 3

permasalahan utama dari model ini. Pertama, kerugian aktual akibat suatu

norma bisa bervariasi bergantung pada keadaan tiap-tiap pemohon.

Artinya, persepsi akan sangat menentukan konstruksi kerugian aktual,

293 Ibid., hlm. 68-70. 294 Ibid., hlm. 69.

Page 171: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

149

sehingga akan pula memunculkan ragam kerugian potensial. Kedua, tidak

semua kerugian bisa memiliki 4 derajat potensi kerugian. Kerugian yang

terlalu spesifik tidak memungkinkan terjadinya 4 derajat ini. Ketiga, bias

terhadap penentuan derajat sangat mungkin terjadi. Perdebatan mengenai

apa yang seyogyanya menjadi derajat pertama dan seterusnya terbuka lebar

karena tidak ada standar perasaan kerugian.

Page 172: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 173: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

151

BAB V

KEPENTINGAN HUKUM

Bab ini akan menelaah kepentingan hukum sebagai alternatif

pemberian kedudukan hukum kepada pemohon pengujian undang-undang,

selain dari kerugian konstitusional. Telaah yang kali pertama akan

diberikan adalah mengenai ruang lingkup dan batasan dari kepentingan

hukum. Selanjutnya, akan diberikan uraian mengenai bagaimana MKRI

secara implisit membangun dan menafsirkan kepentingan hukum.

Selanjutnya, akan dipaparkan perbandingan dari tafsir terhadap

kepentingan hukum dari tiap masa kepemimpinan Ketua MKRI. Bab ini

akan ditutup dengan proposal yang ditawarkan guna menyempurnakan

kepentingan hukum.

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN KEPENTINGAN HUKUM

Kepentingan hukum bukanlah konsep yang ada secara formal.

Kepentingan hukum adalah nama yang dilekatkan oleh Tim Peneliti

terhadap ragam kedudukan hukum yang diberikan tidak atas dasar kerugian

aktual atau kerugian potensial, namun atas dasar kepentingan. Hasil telaah

Tim Peneliti menunjukkan bahwa ragam kedudukan hukum semacam ini

cukup variatif dan dapat ditemukan dalam pelbagai putusan MKRI.

Sehubungan dengan terminologi kepentingan dan relevansinya dengan

kedudukan hukum pemohon pengujian undang-undang, hal ini bisa

ditemukan dalam Penjelasan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK yang

menyatakan “Yang dimaksud dengan "perorangan" termasuk kelompok

orang yang mempunyai kepentingan sama.”295 Penggunaan frasa

“kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama” di dalam Penjelasan

Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK secara implisit menyatakan bahwa subjek

“perorangan” dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK juga merupakan

pihak yang memiliki kepentingan. Dikarenakan jika faktor yang

295 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Penjelasan Pasal 51

ayat (1) huruf a.

Page 174: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

152

menyatukan sekelompok orang untuk dianggap sebagai perorangan adalah

adanya kepentingan yang sama, berarti seharusnya setiap “subjek hukum”

juga dianggap memiliki kepentingan untuk dapat dikualifikasikan sebagai

pemohon. Implikasi selanjutnya dari penafsiran ini adalah bahwa semua

subjek yang disebutkan di dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK seharusnya

merupakan pihak yang juga memiliki kepentingan untuk dapat menjadi

pemohon. Ketika subjek perorangan dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a

diinterpretasikan harus memiliki kepentingan, maka interpretasi yang sama

seharusnya juga diterapkan terhadap subjek dalam Pasal 51 ayat (1) huruf

b, c, dan d.

Konteks “kepentingan” ini kemudian yang ditelusuri lebih lanjut

keberadaannya di dalam Putusan MKRI. Dalam Putusan MKRI No.

004/PUU-I/2003, dikatakan:

“Pemohon Machri Hendra, S.H., umur 42 tahun, Hakim pada

Pengadilan Negeri Padang, sebagai hakim karir yang

menjadi Hakim dengan melalui tes Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Departemen Kehakiman, pada waktu itu

mempunyai kepentingan langsung terhadap ketentuan yang

mengatur promosi jabatan karirnya di lingkungan peradilan

termasuk di dalamnya adalah promosi jabatan Hakim Agung

di lingkungan Mahkamah Agung, sebagai jenjang peradilan

tertinggi;”296

Jabatan hakim karier yang melekat pada diri Pemohon sebagai subjek yang

mengajukan permohonan pengujian ternyata dijadikan salah satu dasar

diberikannya kedudukan hukum oleh MKRI. Hal ini terlihat dari kutipan

berikut:

“Mahkamah berpendapat bahwa adanya dua dasar, yang

pertama adanya kepentingan pada Pemohon, dan yang kedua

296 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm.

15.

Page 175: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

153

adanya kerugian pada Pemohon cukup untuk menjadikan

dasar pemberian legal standing kepada Pemohon.”297

Pernyataan “adanya dua dasar” secara implisit menempatkan “adanya

kepentingan pada pemohon” sebagai suatu hal yang sejajar dengan “adanya

kerugian pada pemohon” sebagai dasar pemberian kedudukan hukum

kepada pemohon. Penyetaraan antara kepentingan dan kerugian yang

dilakukan oleh MKRI bisa dikatakan sebagai penciptaan kondisi baru,

karena jika dikembalikan pada pengaturan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU

MK, keberadaan frasa “kepentingan yang sama” digunakan untuk

menunjukkan adanya kesamaan dasar bagi pemohon WNI yang memiliki

kerugian konstitusional. Artinya, kedudukan kepentingan adalah subordinat

dibandingkan dengan kepentingan hukum.

Sikap MKRI ini menimbulkan pertanyaan: “kenapa MKRI

menciptakan suatu dasar pemberian kedudukan hukum dengan terminologi

‘kepentingan’ yang disejajarkan dengan kerugian?” Pertanyaan ini tidak

secara tegas bisa didapatkan jawabannya. Namun, dengan memperhatikan

konstruksi kedudukan hukum dalam Putusan No. 006/PUU-I/2003, maka

bisa didapatkan dugaan jawabannya.

Di dalam Putusan No. 006/PUU-I/2003, yang menjadi pemohon adalah

KPKPN (Pemohon I) beserta anggotanya (Pemohon II)298 yang

mempermasalahkan berlakunya UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menghilangkan kewenangan

KPKPN untuk mencegah KKN299. Sehubungan dengan kedudukan hukum

Pemohon II, MKRI mempertimbangkan:

“Bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2003 di atas, ternyata bahwa

Pemohon II (Ir. H.Muchayat dkk.) sebagai anggota KPKPN

mempunyai kepentingan langsung dengan akibat yang

297 Ibid, hlm. 16. 298 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (d), Putusan No. 006/PUU-I/2003, hlm. 1-

4. 299 Ibid., hlm. 6.

Page 176: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

154

ditimbulkan oleh berlakunya Undang-undang Nomor 30

Tahun 2002, dalam kapasitasnya sebagai perorangan warga

negara Indonesia yang pada saat permohonan diajukan,

merupakan anggota KPKPN. Sebagai warga negara, anggota

KPKPN dapat melakukan fungsi dan tugas pencegahan

praktek KKN. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 30

Tahun 2002, fungsi dan tugas yang dimiliki oleh anggota

KPKPN tersebut menjadi berkurang bahkan akan hilang

sama sekali. Dengan demikian para Pemohon II mempunyai

kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan

permohonan a quo;”300

Dari uraian di atas, MKRI hanya mempertimbangkan apa yang menjadi

kepentingan Pemohon II dan bukan kerugian konstitusional apa yang

dialami oleh Pemohon II. Bahkan dengan menelusuri keseluruhan isi

Putusan ini, tidak ditemukan adanya pasal dalam UUD NRI 1945 yang

dijadikan dasar pemberian hak konstitusional bagi Pemohon II.

Berdasarkan ketiadaan kerugian konstitusional yang dialami oleh

Pemohon II dan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK,

seyogyanya MKRI tidak bisa memberikan kedudukan hukum kepada

Pemohon II. Hal ini dikarenakan Pasal 51 ayat (1) UU MK sudah jelas

mengatur bahwa “Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-

undang”301

Merujuk pada runutan penjelasan di atas, Tim Peneliti berpandangan

bahwa disejajarkannya kepentingan dengan kerugian konstitusional guna

menjadi dasar diberikannya kedudukan hukum adalah agar kepentingan

bisa menjadi alternatif dari kerugian konstitusional. Asumsi Tim Peneliti

ini didukung dengan pernyataan MKRI dalam Putusan No. 008/PUU-

II/2004, yang di dalam pertimbangannya mengenai kedudukan hukum

menyatakan:

300 Ibid., hlm. 91. 301 Indonesia (f), Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 51 ayat (1)

Page 177: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

155

“Akan halnya Pemohon II, Dr. Alwi Abdurrahman Shihab

dalam kapasitas sebagai perorangan warga negara

Indonesia, tidak memiliki legal standing karena dalam

kapasitas tersebut tidak ada hak konstitusional Pemohon II

yang dirugikan oleh berlakunya Undang-undang a quo.

Sedangkan dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Dewan

Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa yang akan mengusulkan

Pemohon I sebagai calon Presiden Partai Kebangkitan

Bangsa, Pemohon II memiliki legal standing;”302

Kutipan di atas secara tegas menunjukkan bahwa ternyata tanpa adanya

kerugian konstitusional pun, pemohon pengujian undang-undang masih

bisa mendapatkan kedudukan hukum—kendati kondisi ini secara nyata

bertentangan dengan Pasal 51 ayat (1) UU MK—selama pemohon bisa

membuktikan adanya kepentingan terhadap materi undang-undang yang

dimohonkan pengujiannya.

Pada akhirnya terlepas dari terlepas dari adanya pertentangan dengan

Pasal 51 ayat (1) UU MK, Putusan No. 008/PUU-II/2004 merupakan

putusan yang menegaskan pentingnya peran dari kepentingan di dalam

hukum acara MKRI dikarenakan kepentingan dapat memberikan

kedudukan hukum untuk pihak yang secara eksplisit telah dinyatakan tidak

memiliki kerugian konstitusional.

B. KEPENTINGAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF MKRI

Saat ini belum terdapat definisi dan pengaturan mengenai kepentingan

di dalam peraturan perundang-undangan. Pemberian kedudukan hukum

atas dasar kepentingan hidup dalam putusan. Dengan demikian, penentuan

adanya kepentingan dari pemohon sebagai kedudukan hukum murni

didasarkan pada penalaran MKRI terhadap ada atau tidaknya kepentingan

tersebut. Penentuan adanya kepentingan bisa dilakukan dengan atau tanpa

adanya kerugian konstitusional pemohon. Lima syarat dalam Putusan No.

006/PUU-III/2005 yang digunakan untuk mengukur kerugian

302 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bs), Putusan No. 008/PUU-II/2004, hlm.

24

Page 178: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

156

konstitusional pemohon pengujian undang-undang juga belum tentu

diterapkan oleh MKRI bagi pemohon yang memiliki kepentingan sebagai

kedudukan hukum.

Terlepas dari kurangnya informasi yang ada, dalam penelusuran Tim

Peneliti terhadap 888 input data yang ada, sebanyak 76 input diidentifikasi

menggunakan ragam kepentingan (kepentingan hukum) sebagai dasar

pemberian kedudukan hukum. Angka ini merupakan jumlah total antara

putusan yang hanya menggunakan kepentingan hukum saja sebagai dasar

pemberian kedudukan hukum (sebanyak 54 putusan) dan putusan yang

juga menggunakan kerugian konstitusional sebagai dasar pemberian

kedudukan hukum (sebanyak 22 putusan). Dari data yang ada, terlihat

rendahnya tren penggunaan kepentingan hukum sebagai dasar pemberian

kedudukan hukum. Era kepemimpinan Jimly Asshiddiqie saja yang cukup

sering menggunakan kepentingan hukum sebagai dasar pemberian

kedudukan hukum. Gambaran pemberian kedudukan hukum atas dasar

kepentingan hukum dari masa ke masa kepemimpinan Ketua MKRI dapat

dilihat dari grafik di bawah ini:

Grafik 5.1 Perbandingan penggunaan bentuk kedudukan hukum dari masa ke masa

Page 179: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

157

Berikut adalah beberapa putusan yang menggunakan kepentingan

hukum sebagai dasar pemberian kedudukan hukum namun tetap berusaha

mengedepankan kerugian konstitusional sebagai batu uji pemberian

kedudukan hukum. Oleh sebab itu, putusan-putusan ini akan dianalisis

melalui 5 syarat kerugian konstitusional—meski ada beberapa putusan

yang dibacakan sebelum syarat-syarat di atas diperkenalkan.

1. Putusan No. 004/PUU-I/2003

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung pada Pasal 7 ayat (1) huruf g (syarat calon hakim

agung).303 Di dalam Putusan ini, hak konstitusional Pemohon sebagai

perorangan WNI yang dinyatakan ulang oleh MKRI adalah Pasal 27

ayat (1) dan (2), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), (2), dan (3),

serta Pasal 28I ayat (2). MKRI hanya menyatakan dalam bagian

kedudukan hukum bahwa ketentuan yang diajukan diskriminatif bagi

pemohon tanpa memberikan uraian mengenai hak konstitusional yang

dirugikan oleh ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf g. Dalam putusan

tersebut, MKRI menyatakan ada 2 dasar pemberian kedudukan hukum

kepada Pemohon, yaitu: (i) adanya kepentingan pada Pemohon; dan

(ii) adanya kerugian pada Pemohon.304

Untuk kepentingan, MKRI menjelaskan bahwa sebagai hakim

karier yang menjadi Pemohon mempunyai kepentingan langsung

terhadap ketentuan yang mengatur promosi jabatan kariernya di

lingkungan peradilan termasuk di dalamnya adalah promosi jabatan

hakim agung di lingkungan MARI. MKRI dalam ini melihat posisi

Pemohon sebagai hakim karier dan menentukan dalam kapasitasnya

tersebut, Pemohon mempunyai kepentingan terhadap ketentuan

mengenai promosi jabatan hakim agung.

303 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003, hlm. 6. 304 Ibid, hlm. 16.

Page 180: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

158

Untuk kerugian, MKRI menyatakan bahwa ketentuan yang

diajukan diskriminatif bagi Pemohon tanpa memberikan uraian lebih

jelas lagi. Dari pertimbangan ini, tampak bahwa MKRI hanya

menjelaskan bentuk kerugian yang dialami oleh Pemohon dan tidak

menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam Putusan ini adalah adanya

2 dasar pemberian kedudukan hukum terhadap Pemohon. Meskipun di

dalam Putusan ini pada akhirnya kedua kedudukan hukum tersebut

seakan dianggap menjadi satu oleh MKRI, namun pemisahan yang

dilakukan oleh MKRI di awal menunjukkan bahwa selain kerugian

konstitusional, ada hal lain yang dapat menjadi dasar diberikannya

kedudukan hukum kepada Pemohon.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.1 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 004/PUU-I/2003

2. Putusan No. 006/PUU-I/2003

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, khususnya Pasal 13

huruf a (kewenangan KPK), Pasal 69 ayat (1) dan (2) jo. Pasal 26 ayat

Page 181: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

159

(3) huruf a (diintegrasikannya KPKPN menjadi bidang pencegahan

dalam KPK), dan Pasal 71 ayat (2) (tidak berlakunya sebagian

ketentuan mengenai KPKPN).305 Di dalam Putusan ini, Pemohon tidak

pernah menyatakan hak konstitusional mana yang dirugikan oleh

ketentuan yang diajukan. Pemohon hanya menyatakan bahwa

ketentuan yang diajukan melanggar Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28D

UUD NRI 1945.306 Pada pertimbangan mengenai kedudukan hukum,

MKRI tidak menyatakan bahwa ada hak konstitusional Pemohon yang

dirugikan dan menyatakan bahwa pemohon sebagai anggota KPKPN

mempunyai kepentingan langsung dengan akibat yang ditimbulkan

oleh berlakunya ketentuan yang diuji.307

Tidak ada uraian mengenai bentuk kerugian konstitusional yang

akan dialami oleh Pemohon dan bagaimana Pemohon mengalami

kerugian konstitusional. Oleh karenanya, tidak ada pula uraian

mengenai hubungan antara kerugian dengan sumber kerugian dan tidak

mungkin pula ada uraian mengenai kondisi pasca-dikabulkannya

permohonan terhadap kerugian. Yang ada dalam Putusan ini hanyalah

pernyataan berikut: “Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 30

Tahun 2002, fungsi dan tugas yang dimiliki oleh anggota KPKPN

tersebut menjadi berkurang bahkan akan hilang sama sekali.”308

Dari perspektif kepentingan hukum, hal yang harus diperhatikan

dalam putusan ini adalah baik Pemohon mau pun MKRI tidak pernah

menyatakan dari awal sampai akhir bahwa ada kerugian konstitusional

yang dialami Pemohon, namun permohonan tetap diterima dan

dipertimbangkan oleh MKRI atas dasar adanya kepentingan langsung

dari Pemohon.

305 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (d), Putusan No. 006/PUU-I/2003, hlm. 38-

39. 306 Ibid., hlm. 38. 307 Ibid., hlm. 91. 308 Ibid.

Page 182: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

160

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.2 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 006/PUU-I/2003

3. Putusan No. 008/PUU-II/2004

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 23 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, khususnya Pasal 6

huruf d (calon Presiden harus mampu secara jasmani dan rohani) dan

huruf s (calon Presiden bukan bekas anggota PKI).309 Di dalam putusan

ini, MKRI tidak membantah dalil pemohon bahwa hak konstitusional

pemohon adalah hak yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal

28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (3) dan Pasal 28I ayat

(2) UUD NRI 1945.310 MKRI tidak memberikan uraian mengenai hak

konstitusional apa saja yang termuat dalam Pasal-Pasal tersebut. Di

sini, MKRI memberikan kedudukan hukum yang berbeda untuk

Pemohon I dan Pemohon II. Kepada Pemohon I, MKRI menyatakan

bahwa:

“Pemohon I, K.H. Abdurrahman Wahid, sebagai

perorangan warga negara Indonesia yang diusulkan

sebagai calon Presiden oleh Partai Kebangkitan Bangsa

309 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bs), Putusan No. 008/PUU-II/2004, hlm.

9-10. 310 Ibid, hlm. 8.

Page 183: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

161

maupun sebagai Ketua Umum Dewan Syuro Partai

Kebangkitan Bangsa, memiliki kedudukan hukum (legal

standing) guna mengajukan permohonan pengujian

terhadap Pasal 6 huruf d, atau keseluruhan Pasal 6

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden;”311

Sedangkan kepada Pemohon II, MKRI menyatakan bahwa:

“Akan halnya Pemohon II, Dr. Alwi Abdurrahman Shihab

dalam kapasitas sebagai perorangan warga negara

Indonesia, tidak memiliki legal standing karena dalam

kapasitas tersebut tidak ada hak konstitusional Pemohon

II yang dirugikan oleh berlakunya Undang-undang a quo.

Sedangkan dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Dewan

Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa yang akan

mengusulkan Pemohon I sebagai calon Presiden Partai

Kebangkitan Bangsa, Pemohon II memiliki legal

standing;”312

Jadi dapat dilihat bahwa yang sebenarnya mengalami kerugian

konstitusional, atau dianggap mengalami kerugian konstitusional

dalam putusan ini sebenarnya hanyalah Pemohon I. Pemohon II sama

sekali tidak memiliki kerugian konstitusional dalam permohonan ini,

meskipun Pemohon II tetap dinyatakan memiliki kedudukan hukum

atas dasar kapasitasnya sebagai “Ketua Umum Dewan Tanfidz Partai

Kebangkitan Bangsa yang akan mengusulkan Pemohon I sebagai calon

Presiden Partai Kebangkitan Bangsa”. Namun dalam Putusan ini baik

untuk Pemohon I dan Pemohon II, MKRI tidak menjelaskan bentuk

kerugian yang dialami oleh para Pemohon; tidak menjelaskan pula

apakah kerugian tersebut aktual atau potensial; dan tidak menjelaskan

dampak jika permohonan dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian di masa mendatang.

311 Ibid, hlm. 24. 312 Ibid.

Page 184: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

162

Dari perspektif kepentingan hukum, hal yang harus diperhatikan

dalam Putusan ini adalah bahwa kepentingan hukum bisa menjadi

dasar pemberian kedudukan hukum meskipun para Pemohon tersebut

secara eksplisit telah dinyatakan tidak memiliki kerugian konstitusional

sama sekali.313 Hal ini menjadi indikasi bahwa MKRI sendiri

sebenarnya bisa saja mengabaikan Pasal 51 ayat (1) UU MK dan

memberikan kedudukan hukum untuk pihak yang tidak dirugikan hak

konstitusionalnya oleh ketentuan yang diajukan dengan justifikasi

bahwa pihak tersebut memiliki kepentingan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Untuk Pemohon I:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.3 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004 bagi Pemohon I

Untuk Pemohon II:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

313 Ibid.

Page 185: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

163

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.4 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004 bagi Pemohon II

4. Putusan No. 019/PUU-I/2003

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 18 Tahun 2003 Tentang

Advokat, khususnya Penjelasan Pasal 2 ayat (1) (latar belakang

pendidikan tinggi hukum), Pasal 14 sampai 17 (hak advokat dalam

menjalankan profesinya), Pasal 3 ayat (1) (batasan minimal umur

advokat) dan Pasal 32 ayat (3) (pembatasan organisasi advokat).314 Di

dalam Pertimbangan mengenai Pokok Permohonan MKRI menyatakan

bahwa para Pemohon juga memohonkan mengenai Pasal 32 ayat (2).315

Namun dalam bagian petitum permohonan para Pemohon tidak pernah

menyebutkan mengenai Pasal 32 ayat (2) dan tidak terdapat argumen

mengenai hal tersebut. Di dalam Putusan ini, MKRI tidak membantah

dalil para pemohon bahwa hak konstitusional para pemohon adalah hak

yang tercantum dalam Pasal 24, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1)

UUD NRI 1945.316 Namun, MKRI tidak memberikan uraian mengenai

hak konstitusional apa saja yang termuat dalam Pasal-Pasal tersebut.

Tidak ada uraian MKRI mengenai bentuk kerugian konstitusional

yang dialami oleh para pemohon; MKRI tidak menjelaskan hubungan

antara ketentuan yang diuji dengan kerugian para Pemohon, dan tidak

314 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bt), Putusan No. 019/PUU-I/2003, hlm. 9-

10. 315 Ibid., hlm. 23. 316 Ibid., hlm. 22-23.

Page 186: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

164

menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang. Hal terkait

kedudukan hukum para Pemohon yang ada dalam Putusan ini hanyalah

pernyataan berikut:

“Menimbang, bahwa Para Pemohon adalah perorangan

atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang

sama dan sebagian tergabung dalam APHI (Asosiasi

Penasihat Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia) oleh

karena itu Mahkamah berpendapat bahwa Para Pemohon

beralasan untuk menganggap bahwa hak dan/atau

kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan

berlakunya UU Nomor 18 Tahun 2003 sebagaimana akan

diuraikan dalam pokok perkara. Oleh karena itu Para

Pemohon memiliki legal standing untuk bertindak sebagai

Pemohon di dalam perkara ini.”317

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa MKRI hanya

menyatakan bahwa para Pemohon adalah “perorangan atau kelompok

orang yang mempunyai kepentingan yang sama” dan langsung

mengambil sebuah kesimpulan bahwa para Pemohon mempunyai

cukup alasan untuk beralasan untuk menganggap bahwa hak dan/atau

kewenangan konstitusional mereka dirugikan dengan berlakunya

ketentuan yang diuji tanpa adanya penjelasan kenapa dan bagaimana

caranya identitas pemohon sebagai: “perorangan atau kelompok orang

yang mempunyai kepentingan yang sama dan sebagian tergabung

dalam APHI (Asosiasi Penasihat Hukum dan Hak Asasi Manusia

Indonesia)” membuat para Pemohon mempunyai cukup alasan untuk

dirugikan hak konstitusionalnya.

Dari perspektif kepentingan hukum, dalam Putusan ini dapat

dilihat bahwa MKRI dapat melakukan penyederhanaan terhadap

penjelasan tentang kerugian dengan menyatakan bahwa Pemohon

adalah perorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan

317 Ibid, hlm. 23.

Page 187: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

165

sama yang sebagian tergabung dalam APHI untuk menjadikan dasar

pemberian kedudukan hukum.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.5 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 019/PUU-I/2003

5. Putusan No. 003/PUU-I/2003

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 24 Tahun 2002 tentang

Surat Utang Negara, khususnya Pasal 20 (keberlakuan surat utang

negara).318 Di dalam Putusan ini, Pemohon tidak pernah menyatakan

hak konstitusional mana yang dirugikan oleh ketentuan yang diajukan.

MKRI juga tidak menyatakan bahwa ada hak konstitusional Pemohon

yang dirugikan dan menyatakan bahwa:

“Menimbang bahwa Para Pemohon a quo adalah warga

masyarakat pembayar pajak (tax payers), sehingga

dipandang memiliki kepentingan sesuai Pasal 51 Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2003. Hal dimaksud sesuai

dengan adagium no taxation without participation dan

318 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bu), Putusan No. 003/PUU-I/2003, hlm.

30.

Page 188: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

166

sebaliknya no participation without tax, sehingga hak dan

kepentingan mereka terpaut pula dengan pinjaman (loan)

yang dibuat negara cq pemerintah dengan pihak lain

yang akan membebani warga negara sebagai pembayar

pajak. Upaya pembayaran dan pelunasan utang negara

antara lain berasal dari pemasukan pajak. Dalam kaitan

dimaksud, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon a

quo yang menganggap hak konstitusional mereka

dirugikan dengan berlakunya Pasal 20 UU Nomor 24

Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, dapat

dibenarkan sehingga Pemohon a quo memiliki kedudukan

hukum (legal standing) untuk berperkara di hadapan

Mahkamah.“319

Tidak ada uraian mengenai bentuk kerugian konstitusional yang

akan dialami oleh Pemohon dan bagaimana Pemohon akan dirugikan.

Oleh karenanya, tidak ada pula uraian mengenai hubungan antara

kerugian dengan sumber kerugian dan tidak mungkin pula ada uraian

mengenai kondisi pasca-dikabulkannya permohonan terhadap

kerugian. Terhadap hal tersebut, 2 orang hakim MKRI—yang tidak

disebutkan namanya—menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap

diberikannya kedudukan hukum kepada Pemohon karena pemohon

tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51

ayat (1) UU MK.320 Kedua hakim MKRI tersebut berpendapat bahwa

suku kata “-nya” dalam anak kalimat “yang menganggap kewenangan

konstitusionalnya” yang tercantum dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK,

mengandung arti bahwa kerugian konstitusional itu harus bersifat

spesifik dan merupakan kerugian aktual atau potensial yang

mempunyai kaitan yang cukup jelas dengan berlakunya undang-

undang tersebut. Kedua hakim MKRI tersebut juga secara tegas

319 Ibid., hlm. 49-50. 320 Ibid., hlm. 50.

Page 189: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

167

menyatakan bahwa kerugian yang dialami oleh Pemohon bukanlah

kerugian konstitusional.321

Dari perspektif kepentingan hukum, dalam putusan ini hal yang

harus diperhatikan adalah bahwa MKRI tidak pernah menyatakan

bahwa Pemohon mengalami kerugian konstitusional dan bahkan 2 di

antaranya menyatakan dengan tegas bahwa para pemohon tidak

mengalami kerugian konstitusional, namun permohonan tetap diterima

dan dipertimbangkan oleh MKRI atas dasar adanya kepentingan dari

Pemohon sebagai pembayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagaimana dalam Putusan No. 008/PUU-II/2004, MKRI bisa saja

memberikan kedudukan hukum terhadap pihak yang tidak mengalami

kerugian konstitusional sama sekali.322

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional Pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.6 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004

321 Ibid. 322 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bs), Putusan No. 008/PUU-II/2004, hlm.

15-16.

Page 190: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

168

6. Putusan No. 128/PUU-VII/2009

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 36 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan, khususnya Pasal 4 ayat (2) (penghasilan yang

terkena pajak final), Pasal 17 ayat (7) (pengaturan tarif pajak di

peraturan pemerintah), Pasal 7 ayat (3) (pengaturan penghasilan tidak

kena pajak), Pasal 14 ayat (1) (norma penghitungan penghasilan netto),

Pasal 14 ayat (7) (besar dari peredaran bruto), Pasal 17 ayat (2) huruf

a, c, dan huruf d (batasan penurunan tarif), Pasal 17 ayat (3) (besar

lapisan penghasilan kena pajak), Pasal 19 ayat (2) (tarif atas selisih

penilaian kembali aktiva), Pasal 21 ayat (5) (tarif pemotongan atas

penghasilan), Pasal 22 ayat (1) huruf c (kewenangan Menteri

Keuangan menetapkan wajib pajak badan memungut pajak), Pasal 22

ayat (2) (ketentuan pungutan pajak di pasal 22 ayat 1), dan Pasal 25

ayat (8) (ketentuan pajak bagi wajib pajak yang tidak punya nomor

pokok wajib pajak dan berusia 21 tahun yang pergi ke luar negeri).323

Hal yang menarik di dalam putusan ini adalah MKRI menyatakan

bahwa dikarenakan Pasal-Pasal tersebut didelegasikan lebih lanjut

kepada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, hak

konstitusional pemohon adalah yang tercantum dalam Pasal 23A, Pasal

28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) UUD NRI

1945 telah dirugikan.324 Padahal dalam petitum, Pemohon menyatakan

bahwa ketentuan yang diuji hanya bertentangan dengan Pasal 23A dan

Pasal 28D UUD NRI 1945.325

Dalam Pertimbangan mengenai Kedudukan Hukum, MKRI

menyatakan dalam bagian kedudukan hukum bahwa Pemohon merasa

sangat berkepentingan dan dirugikan hak konstitusionalnya oleh

sejumlah materi/muatan dalam ketentuan yang dimohonkan karena:

323 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bv), Putusan No. 128/PUU-VII/2009, hlm.

17-18. 324 Ibid., hlm. 150. 325 Ibid., hlm. 18.

Page 191: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

169

a. Pengenaan pajak secara final sebesar 20% untuk deposito yang

diatur dalam PP No. 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank

Indonesia (PP 131/2000);

b. Pemohon merasa berdosa telah mengajarkan sesuatu yang salah

karena ketentuan yang diujikan bertentangan dengan UUD NRI

1945;

c. Pelimpahan pengaturan itu menyebabkan Pemohon tidak dapat

menentukan atau mengatur sendiri (melalui DPR) mengenai pajak;

dan

d. Jika permohonan dikabulkan maka warga negara tidak akan

dirugikan.326

Sedangkan dalam Pertimbangan mengenai Pokok Permohonan,

MKRI menyatakan bahwa ketentuan yang diajukan oleh Pemohon di

dalam permohonan telah menyebabkan kerugian konstitusional

Pemohon dalam bentuk:

a. Penetapan pajak harus dengan undang-undang bukan dengan

peraturan yang lebih rendah (PP, Peraturan Menteri Keuangan,

Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Direktur Jenderal

Pajak);

b. Tidak memenuhi unsur materi pajak, karena peraturan di bawah

undang-undang tidak dapat menetapkan subjek, objek, beban dan

sanksi pajak;

c. Pengenaan pajak tanpa persetujuan DPR adalah perampokan,

karenanya harus diatur dalam undang-undang;

d. PP 131/2000 tidak adil karena tidak membedakan antara yang kaya

dengan yang miskin;

e. Pengaturan tarif pajak dengan PP tidak menjamin kepastian hukum

yang adil;327

326 Ibid., hlm. 150. 327 Ibid., hlm. 153.

Page 192: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

170

Meskipun MKRI menyatakan hal-hal di atas menyebabkan

kerugian konstitusional bagi Pemohon, MKRI tidak menguraikan apa

hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang dirugikan.

Sehingga dalam Putusan ini, MKRI tidak menjelaskan bentuk kerugian

konstitusional yang dialami oleh Pemohon, tidak menjelaskan

hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian Pemohon dan

tidak menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari perspektif kepentingan hukum, hal yang harus diperhatikan di

sini adalah bahwa selain dikarenakan Pasal-Pasal tersebut

didelegasikan ke peraturan perundang-undangan yang lebih rendah,

tidak ada kerugian konstitusional yang secara pribadi diderita oleh

Pemohon. Alasan seperti “Pemohon merasa berdosa telah mengajarkan

sesuatu yang salah karena UU Pajak Penghasilan bertentangan dengan

UUD NRI 1945” seharusnya bukanlah kerugian konstitusional

meskipun diderita secara langsung oleh Pemohon. Oleh karena itu

frasa “Pemohon sangat berkepentingan” dapat dikatakan merupakan

kunci kenapa MKRI tetap memberikan kedudukan hukum kepada

Pemohon. Meskipun Pemohon secara pribadi tidak dirugikan, tapi

Pemohon sangat berkepentingan terhadap ketentuan yang diajukan.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa ✓

Page 193: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

171

mendatang

Tabel 5.7 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 128/PUU-VII/2009

7. Putusan No. 006/PUU-II/2004

Undang-undang yang diuji adalah Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2003 tentang Advokat, khususnya Pasal 31 (pidana bagi non-

advokat yang menjalankan profesi advokat). Di dalam Putusan ini,

MKRI tidak membantah dalil para Pemohon bahwa hak konstitusional

para Pemohon adalah hak yang tercantum dalam Pasal 28C ayat (1)

dan ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan (3) serta Pasal 28I ayat (2) UUD

NRI 1945.328

Dalam Putusan ini MKRI hanya menyatakan bahwa para Pemohon

telah mengalami kerugian dalam wujud ditolaknya kehadiran para

Pemohon oleh pihak penyidik pada saat melakukan pendampingan

tanpa menjelaskan hak konstitusional mana yang dirugikan. MKRI

hanya menyatakan bahwa “telah ternyata terdapat kepentingan

Pemohon terhadap berlakunya undang-undang a quo yang menurut

Pemohon, dalam kualifikasi sebagaimana diuraikan di atas, telah

merugikan hak-hak konstitusionalnya”.329

Dari perspektif kepentingan hukum, MKRI melakukan simplifikasi

terhadap pemberian kedudukan hukum dengan hanya menyatakan

bahwa para Pemohon memiliki kepentingan yang kemudian hal itu

menimbulkan kerugian. MKRI tidak menjelaskan bentuk kerugian

konstitusional yang dialami oleh para Pemohon, tidak menjelaskan

hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian para Pemohon;

dan tidak menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

328 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bw), Putusan No. 006/PUU-II/2004, hlm.

11. 329 Ibid., hlm. 28.

Page 194: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

172

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.8 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 006/PUU-II/2004

8. Putusan No. 002/PUU-I/2003

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi secara keseluruhan. Pada bagian permohonan,

para Pemohon menyatakan bahwa hak konstitusional para Pemohon

adalah hak yang tercantum dalam Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat

(1), Pasal 33, Pasal 28 H ayat (1), Pasal 28A serta Pasal 31 ayat (1) dan

ayat (4) UUD NRI 1945.330 Dalam Putusan ini, ketika

mempertimbangkan kedudukan hukum para Pemohon, MKRI tidak

melihat dari perspektif apakah para Pemohon dalam kasus ini

dirugikan hak konstitusionalnya atau tidak oleh ketentuan yang

diajukan. MKRI hanya mempertimbangkan dari perspektif apakah para

Pemohon memiliki kepentingan untuk mengajukan permohonan atau

tidak. Di dalam Putusan ini MKRI menyatakan bahwa:

“Menimbang bahwa Pemohon I sampai dengan V,

terlepas dari tidak dapat dibuktikannya apakah Para

Pemohon dimaksud berstatus sebagai badan hukum atau

330 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (t), Putusan No. 002/PUU-I/2003, hlm. 9-

13.

Page 195: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

173

tidak, namun berdasarkan anggaran dasar masing-

masing perkumpulan yang mengajukan permohonan ini

(Pemohon I sampai dengan V) telah ternyata bahwa

tujuan perkumpulan tersebut adalah untuk

memperjuangkan kepentingan umum (public interests

advocacy) yang di dalamnya tercakup substansi dalam

permohonan a quo, sehingga Mahkamah berpendapat

Pemohon I sampai dengan V memiliki kedudukan hukum

(legal standing) sebagai Pemohon dalam permohonan a

quo;”331

Ketika menolak untuk memberikan kedudukan hukum kepada

Pemohon VI dalam Putusan ini, MKRI juga menggunakan perspektif

kepentingan untuk menolak memberikan kedudukan hukum. MKRI

mendalilkan bahwa dikarenakan Pemohon VI tidak menerangkan

dengan jelas kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya

berkenaan dengan kualifikasinya sebagai Pembantu Rektor II

Universitas Kejuangan 45, maka “tidak tampak adanya hubungan

kepentingan antara substansi permohonan dan kualifikasi Pemohon

yang bertindak atas nama Universitas Kejuangan 45”332 sehingga

kedudukan hukum Pemohon VI tidak diberikan. Jadi dalam Putusan

ini, MKRI murni mempertimbangkan penerimaan dan/atau penolakan

kedudukan hukum para Pemohon dari kepentingan masing-masing

Pemohon, bukan dari apakah masing-masing Pemohon tersebut

mengalami kerugian konstitusional sebagai akibat dari berlakunya

ketentuan yang diuji.

Dari perspektif kepentingan hukum, Putusan ini sangatlah penting

karena dalam Putusan ini penerimaan kedudukan hukum sama sekali

tidak berdasarkan dari perspektif kerugian konstitusional yang dialami

para Pemohonnya. MKRI tidak menyatakan bahwa dikarenakan

pemohon memiliki kepentingan lalu timbul kerugian seperti di

331 Ibid., hlm. 200. 332 Ibid., hlm. 201.

Page 196: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

174

putusan-putusan sebelumnya,333 MKRI melangkah lebih jauh lagi

dengan tidak mempertimbangkan kerugian yang dialami sama sekali

ketika menerima dan menolak kedudukan hukum dari para

Pemohon.334

MKRI tidak menjelaskan bentuk kerugian konstitusional yang

dialami oleh para Pemohon, tidak menjelaskan hubungan antara

ketentuan yang diuji dengan kerugian para Pemohon, dan tidak

menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional para Pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.9 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 002/PUU-I/2003

333 Lihat, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (m), Putusan No. 004/PUU-I/2003,

hlm. 16. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (d), Putusan No. 006/PUU-

II/2004, hlm. 28. Lihat juga, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bv), Putusan No.

128/PUU-VII/2009, hlm. 150. 334 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (i),Putusan No. 002/PUU-I/2003, h. 200-

201

Page 197: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

175

9. Putusan No. 072-073/PUU-II/2004

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, khususnya Pasal 1 angka 21 (definisi KPUD)

serta Pasal 57 ayat (1), Pasal 65 ayat (4), Pasal 66 ayat (3) huruf e,

Pasal 67 ayat (1) huruf e, Pasal 82 ayat (2), Pasal 89 ayat (3), Pasal 94

ayat (2) dan Pasal 114 ayat (4) (ketentuan pemilihan umum kepala

daerah).335 Di dalam Putusan ini, para Pemohon mendalilkan bahwa

ketentuan yang diajukan bertentangan dengan Pasal 18 ayat (3), Pasal

22E ayat (1), dan Pasal 22E ayat (5) UUD NRI 1945336 dengan

kerugian hanya di Pasal 28D UUD NRI 1945 ayat (1) yang kemudian

diterima oleh MKRI.337

Dalam Putusan ini MKRI menyatakan bahwa untuk Perkara No.

072/PUU-II/2004, berdasarkan anggaran dasar dari 5 LSM/yayasan

yang mengajukan permohonan: kelima LSM/yayasan tersebut

berkepentingan terhadap upaya pembaharuan pemilu (electoral reform)

termasuk di dalamnya pemilihan kepala daerah langsung yang dapat

terselenggara secara demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur

dan adil (luber dan jurdil), serta bebas dari KKN.338 Hal tersebut

menjadi dasar bagi MKRI untuk menentukan bahwa para Pemohon

tersebut memiliki kedudukan hukum.339

Untuk Perkara No. 073/PUU-II/2004, MKRI menggunakan

penafsiran yang berbeda. Di awal MKRI menggunakan perspektif

kepentingan dengan mempertimbangkan identitas para Pemohon

sebagai 21 KPU Provinsi yang dinamakan KPUD yang akan bertindak

sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah provinsi (gubernur)

yang tentunya sangat berkepentingan akan adanya peraturan

perundang-undangan yang dapat menjamin bisa diselenggarakannya

335 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bx), Putusan No. 072-073/PUU-II/2004,

hlm. 19. 336 Ibid. 337 Ibid., hlm. 105. 338 Ibid., hlm. 104-105. 339 Ibid.

Page 198: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

176

pemilihan kepala daerah langsung secara demokratis, luber dan jurdil.

Namun lalu MKRI menggunakan perspektif kerugian dengan

menyatakan bahwa para Pemohon mengalami kerugian konstitusional

dalam bentuk kerugian terhadap kepastian hukum karena:

“…di satu pihak KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

sebagai bagian dari KPU menurut UU No. 12 Tahun

2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD

serta menurut UU No. 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden harus bertanggung jawab

kepada KPU, sementara di lain pihak menurut UU Pemda

dalam sebutannya sebagai KPUD harus bertanggung

jawab kepada DPRD Dengan demikian, hak

konstitusional Pemohon yang tercantum dalam Pasal 28D

ayat (1) UUD NRI 1945 sangat dirugikan dan oleh

karenanya para Pemohon dalam Perkara No. 073/PUU-

II/2004 memiliki legal standing…”340

Dari perspektif kepentingan hukum, konstruksi analisis MKRI

terhadap Putusan ini menarik karena MKRI menggunakan pendekatan

yang berbeda dalam memberikan kedudukan hukum bagi para

pemohon dalam Perkara No. 072/PUU-II/2004 dan Perkara No.

073/PUU-II/2004. Pendekatan yang digunakan dalam menilai

kedudukan hukum para pemohon dalam Perkara No. 072/PUU-II/2004

murni berdasarkan pendekatan kepentingan hukum. MKRI hanya

melakukan analisis terhadap isi dari anggaran dasar masing-masing

tanpa menganalisis kerugian yang dialami oleh para Pemohon tersebut.

Sedangkan dalam Perkara No. 073/PUU-II/2004, perspektif yang

digunakan awalnya adalah perspektif kerugian namun kemudian

beralih menjadi menganalisis kerugian konstitusional yang dialami

oleh para Pemohon.

Dalam putusan ini MKRI menjelaskan bentuk kerugian

konstitusional yang dialami oleh para Pemohon; MKRI menjelaskan

340 Ibid, h. 105

Page 199: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

177

juga hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian para

Pemohon; namun MKRI tidak menjelaskan dampak jika permohonan

dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian di masa

mendatang.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.10 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 072-073/PUU-II/2004

10. Putusan No. 026/PUU-III/2005

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 13 Tahun 2005 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2006. Di dalam

Putusan ini, Pemohon meminta MKRI menyatakan bahwa Undang-

undang tersebut dinyatakan oleh MKRI bertentangan dengan Pasal 31

ayat (4) UUD NRI 1945.341 MKRI mempertimbangkan kedudukan

hukum Pemohon atas dasar kepentingan Pemohon sebagai organisasi

yang berisi guru. MKRI menyatakan bahwa guru memiliki kepentingan

langsung terhadap anggaran pendidikan dalam hubungan dengan

bekerjanya sistem pendidikan nasional sebagaimana dimaksud oleh

341 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (by), Putusan No. 026/PUU-III/2005, hlm.

27.

Page 200: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

178

Pasal 31 ayat (3) UUD NRI 1945.342 Selanjutnya MKRI

mempertimbangkan anggaran dasar dari Pemohon dan pada akhirnya

berkesimpulan bahwa Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk

mengajukan permohonan.343

Dari perspektif kepentingan hukum, kedudukan hukum yang

diberikan kepada Pemohon dalam Putusan ini murni didasarkan pada

kepentingan hukum dan bukan karena adanya kerugian konstitusional

yang dialami oleh Pemohon. MKRI tidak pernah menyatakan

keberadaan hak konstitusional dari Pemohon yang akan dirugikan

dengan berlakunya undang-undang yang diajukan. MKRI tidak

menjelaskan bentuk kerugian konstitusional yang dialami oleh

Pemohon, hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian

Pemohon, dan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional Pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.11 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 026/PUU-III/2005

342 Ibid., hlm. 77. 343 Ibid.

Page 201: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

179

11. Putusan No. 014/PUU-IV/2006

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 18 Tahun 2003 tentang

Advokat, khususnya, Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 28 ayat (1)

dan ayat (3) dan Pasal 32 ayat (4) (pengaturan dan pembatasan

organisasi advokat). Di dalam Putusan ini, Pemohon meminta MKRI

menyatakan ketentuan yang diujikan bertentangan dengan Pasal 28D

ayat (3), Pasal 28E ayat (3) serta Pasal 28J ayat (1) dan ayat (2) UUD

NRI 1945.344

Dalam Putusan ini, MKRI menyatakan secara eksplisit bahwa para

Pemohon tidak menjelaskan secara spesifik hak-hak konstitusionalnya

yang dirugikan oleh berlakunya ketentuan yang dimohonkan

pengujiannya. Para Pemohon juga tidak menjelaskan kerugian hak

konstitusionalnya baik yang bersifat aktual maupun potensial. Para

Pemohon hanya menyatakan bahwa ketentuan yang dimohonkan

bertentangan dengan UUD NRI 1945 namun tidak disertai alasan atau

argumentasi mengapa dikatakan bertentangan.345 Pada akhirnya MKRI

menerima kedudukan hukum para Pemohon atas dasar bahwa sebagai

advokat, para Pemohon berkepentingan terhadap ketentuan yang diuji

dan berhak mempersoalkan apakah undang-undang tersebut merugikan

diri dan profesinya atau tidak.346

Dari perspektif kepentingan hukum, Putusan ini menjadi satu dari

sekian putusan yang menunjukkan bahwa sebuah permohonan

pengujian undang-undang tetap dapat diajukan tanpa adanya kerugian

konstitusional yang jelas selama pihak yang mengajukan memiliki

kepentingan terhadap ketentuan yang diajukan. Dalam Putusan ini,

MKRI tidak pernah menyatakan keberadaan hak konstitusional dari

344 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bz), Putusan No. 014/PUU-IV/2006, hlm.

8. 345 Ibid., hlm. 46. 346 Ibid.

Page 202: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

180

para Pemohon yang akan dilanggar dengan berlakunya undang-undang

yang diajukan. MKRI tidak menjelaskan bentuk kerugian

konstitusional yang dialami oleh para Pemohon; MKRI tidak

menjelaskan juga hubungan antara ketentuan yang diuji dengan

kerugian para Pemohon; dan MKRI juga tidak menjelaskan dampak

jika permohonan dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian di masa mendatang.

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional para Pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.12 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 014/PUU-IV/2006

12. Putusan No. 21-22/PUU-V/2007

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Pemohon I mengajukan pengujian terhadap

Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf d, Pasal 4 ayat (2) huruf a, Pasal 8

ayat (1), Pasal 12 ayat (4), dan Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c yang

menurut Pemohon I bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) dan (3),

Page 203: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

181

Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A dan Pasal 28C UUD NRI 1945.347 Untuk

Pemohon II, ketentuan yang diujikan adalah Pasal 1 ayat (1), Pasal 4

ayat (2) huruf a, Pasal 8 ayat (1) dan (3), Pasal 12 ayat (1) dan (3)

Pasal 21, Pasal 22 ayat (1) dan (2) tanpa menyebutkan pasal mana

dalam UUD NRI 1945 yang dilanggar oleh ketentuan tersebut.348 Pada

intinya, baik Pemohon I maupun Pemohon II meminta keharusan

adanya keterlibatan atau peran aktif negara dalam ketentuan-ketentuan

tersebut.349

Dari perspektif kepentingan hukum, MKRI menciptakan sebuah

norma yang membuka kemungkinan WNI untuk melakukan pengujian

undang-undang apabila warga negara tersebut menganggap ketentuan

yang diujikan mengakibatkan hilang, berkurang, atau terhalangnya

keterlibatan atau peran aktif negara untuk melakukan tindakan dalam

rangka menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan

memenuhi (to fulfill) hak-hak konstitusional yang dipersoalkan.350 Oleh

karena MKRI tidak menyatakan hal tersebut sebagai kerugian

konstitusional, maka berarti hal ini dapat memberikan kedudukan

hukum bukan dikarenakan adanya kerugian konstitusional bagi WNI,

tapi karena WNI memiliki kepentingan atas hal tersebut. MKRI juga

menyatakan bahwa sepanjang argumentasi yang digunakan untuk

memohonkan pengujian didasarkan pada Pasal 33 UUD NRI 1945,

MKRI telah menerima kedudukan hukum dengan kualifikasi yang

identik dengan para Pemohon dalam putusan ini, dengan

mengkualifikasikannya sebagai kelompok orang WNI yang

mempunyai kepentingan sama. Putusan yang dimaksud oleh MKRI

adalah Putusan No. 001-021-022/PUU-I/2003, Putusan No. 002/PUU-

347 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ca), Putusan No. 21-22/PUU-V/2007, hlm.

40 . 348 Ibid., hlm. 99. 349 Ibid., hlm. 185. 350 Ibid., hlm. 186.

Page 204: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

182

I/2003, Putusan No. 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-

III/2005, serta Putusan No. 013-021/PUU-III/2005.351

Dalam putusan ini, MKRI menjelaskan hak konstitusional para

Pemohon namun tidak menjelaskan bentuk kerugian konstitusional

yang dialami oleh para Pemohon; MKRI tidak menjelaskan juga

hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian para Pemohon;

MKRI juga tidak menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan

terhadap kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.13 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 21-22/PUU-V/2007

13. Putusan No. 3/PUU-IX/2011

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 20 Tahun 2001, khususnya Pasal 2 ayat (1) dan ayat

(2), Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 45 yang menurut pemohon bertentangan

351 Ibid.

Page 205: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

183

dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI 1945.352

Dalam Putusan ini, MKRI hanya mempertimbangkan anggaran dasar

dari Pemohon sebagai dasar pemberian kedudukan hukum.353 MKRI

tidak menjelaskan hak konstitusional Pemohon dan juga tidak

menjelaskan bentuk kerugian konstitusional yang dialami oleh

Pemohon; MKRI tidak menjelaskan juga hubungan antara ketentuan

yang diuji dengan kerugian Pemohon; MKRI juga tidak menjelaskan

dampak jika permohonan dikabulkan terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian di masa mendatang.

Dari perspektif kepentingan hukum, Putusan ini menjadi salah satu

putusan yang menunjukkan bahwa MKRI bisa tidak

mempertimbangkan kerugian konstitusional sama sekali ketika

memberikan kedudukan hukum. Putusan ini juga menunjukkan bahwa

Putusan Nomor 003/PUU-I/2003 yang memberikan kedudukan hukum

kepada pembayar pajak merupakan salah satu acuan MKRI dalam

memberikan kedudukan hukum.354

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional Pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang ✓

352 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cb), Putusan No. 3/PUU-IX/2011, hlm. 15. 353 Ibid., hlm. 18. 354 Ibid.

Page 206: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

184

diuji

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.14 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 3/PUU-IX/2011

14. Putusan No. 96/PUU-X/2012

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 8 Tahun 2012 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, khususnya

Pasal 22 ayat (4) (penentuan daerah pemilihan anggota DPR).355 Dalam

petitum permohonan, para Pemohon tidak menyatakan hak

konstitusional apa yang dirugikan dan pasal mana dalam UUD NRI

1945 yang digunakan sebagai batu uji. Dalam Pertimbangan mengenai

Kedudukan Hukum, MKRI menyatakan ulang dalil para Pemohon

yang menyatakan bahwa para Pemohon memiliki hak konstitusional

pada Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945 dan

menyatakan bahwa para Pemohon dirugikan karena para Pemohon

mengalami hambatan untuk berperan dalam penyelenggaraan

pemilihan umum yang jujur dan adil serta melakukan pengkajian

mekanisme pengalokasian kursi DPR secara benar akibat

ketidaktepatan pengalokasian kursi DPR.356 MKRI menerima

kedudukan hukum para Pemohon dengan dasar kerugian dari para

Pemohon dengan dicampur pertimbangan bahwa para Pemohon adalah

badan hukum privat yang peduli untuk mewujudkan pemilihan umum

yang demokratis di Indonesia dengan melakukan aktivitas sosial dan

pengkajian yang berkaitan dengan pemilihan umum.357

Dalam Putusan ini MKRI menjelaskan hak konstitusional para

Pemohon dan bentuk kerugian konstitusional yang dialami oleh para

Pemohon, namun MKRI tidak menjelaskan hubungan antara ketentuan

355 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cc), Putusan 96/PUU-X/2012, hlm. 37. 356 Ibid., hlm. 71. 357 Ibid., hlm. 71-72.

Page 207: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

185

yang diuji dengan kerugian para Pemohon; MKRI juga tidak

menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan terhadap

kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari perspektif kepentingan hukum, dalam Putusan ini terdapat

ketidakjelasan dari MKRI soal apakah kedudukan hukum diberikan

karena memang ada kerugian para Pemohon atau kah memang karena

ada kepentingan hukum para Pemohon. Di satu sisi MKRI

menyebutkan dalam pertimbangannya: “…serta dikaitkan dengan

kerugian yang dialami oleh para Pemohon…”358 dan menyatakan

ulang ketentuan yang menurut MKRI berisi hak konstitusional dari

para Pemohon. Di sisi lain, MKRI menerima kedudukan hukum para

Pemohon atas dasar kepedulian para Pemohon untuk mewujudkan

pemilihan umum yang demokratis di Indonesia.359 Dasar pemberian

kedudukan hukum tersebut jelas masuk dalam perspektif kepentingan

hukum.

Dari uraian di atas, pemenuhan terhadap syarat kerugian

konstitusional adalah sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.15 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 96/PUU-X/2012

358 Ibid., hlm. 71. 359 Ibid., hlm. 72.

Page 208: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

186

15. Putusan No. 62/PUU-XII/2014

Undang-undang yang diuji adalah UU No. 8 Tahun 2012 tentang

Pemilihan Umum, khususnya Pasal 142 ayat (2) (alat bantu untuk

disabilitas).360 Dalam petitum permohonan, para Pemohon tidak

menyatakan hak konstitusional apa yang dirugikan dan pasal mana

dalam UUD NRI 1945 yang digunakan sebagai batu uji. Dalam

pertimbangan kedudukan hukum, MKRI juga tidak menyebutkan dan

juga tidak menguraikan apa hak konstitusional dari para Pemohon.361

Dalam Putusan ini, MKRI tidak menjelaskan hak konstitusional para

Pemohon dan juga tidak menjelaskan bentuk kerugian konstitusional

yang dialami oleh para Pemohon; MKRI tidak menjelaskan juga

hubungan antara ketentuan yang diuji dengan kerugian para Pemohon;

MKRI juga tidak menjelaskan dampak jika permohonan dikabulkan

terhadap kemungkinan terjadinya kerugian di masa mendatang.

Dari perspektif kepentingan hukum, MKRI memilah pemohon

yang punya dan tidak punya kedudukan hukum murni dari anggaran

dasar masing-masing para Pemohon. MKRI menerima anggaran dasar

Pemohon I karena salah satu tujuan Pemohon I adalah untuk

memberikan bantuan hukum bagi tunanetra. MKRI menyatakan

Pemohon II dan Pemohon III tidak memiliki kedudukan hukum karena

anggaran dasar mereka kabur. Terakhir, MKRI menyatakan Pemohon

IV dan Pemohon V tidak memiliki kedudukan hukum karena tidak

memberikan anggaran dasar.362 Jadi bisa dilihat dalam Putusan ini

bahwa MKRI menerima dan menolak kedudukan dengan sama sekali

tidak mempertimbangkan soal apakah pemohon memiliki kerugian

konstitusional atau tidak. MKRI menerima dengan alasan adanya

anggaran dasar dan menolak juga dengan alasan tidak adanya atau

kaburnya anggaran dasar. Jadi pertimbangan pemberian dan penolakan

360 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cd), Putusan 62/PUU-XII/2014, hlm. 15. 361 Ibid., hlm. 18-20. 362 Ibid., hlm. 19-20.

Page 209: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

187

kedudukan hukum murni didasarkan pada perspektif kepentingan

hukum, bukan kerugian.

Dari uraian di atas, tidak ada pemenuhan sama sekali terhadap

syarat kerugian konstitusional pemohon sehingga hasilnya adalah

sebagai berikut:

Syarat Terpenuhi Tidak

Terpenuhi

Hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon ✓

Anggapan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon ✓

Sifat kerugian yang spesifik (khusus) ✓

Sifat kerugian yang aktual atau potensial yang menurut

penalaran wajar dapat dipastikan akan terjadi ✓

Hubungan kausal antara kerugian dan ketentuan yang

diuji ✓

Kemungkinan tidak akan terjadinya kerugian di masa

mendatang ✓

Tabel 5.16 Pemenuhan syarat kerugian konstitusional dalam

Putusan No. 62/PUU-XII/2014

Berdasarkan uraian pada beberapa Putusan di atas, ada beberapa

kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:

1. MKRI dapat tidak menerapkan ketentuan mengenai kedudukan hukum

dalam peraturan perundang-undangan dan yurisprudensinya sendiri

Konsekuensi logis dari tidak dipenuhinya Pasal 51 ayat (1) UU

MK seyogyanya adalah tidak diterimanya permohonan pengujian

undang-undang. Dalam Putusan No. 006/PUU-III/2005 MKRI bahkan

mengenalkan 5 syarat kerugian konstitusional untuk menentukan dapat

diterima atau tidaknya kedudukan hukum pemohon pengujian undang-

undang. Namun sebagaimana dapat dilihat pada putusan No. 008/PUU-

II/2004, MKRI bahkan bisa memberikan kedudukan hukum untuk

pihak yang secara eksplisit telah dinyatakan tidak punya kerugian

Page 210: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

188

konstitusional.363 Dalam Putusan 62/PUU-XII/2014 MKRI bahkan

melangkah lebih jauh lagi dengan tidak mempertimbangkan kerugian

konstitusional para pemohon sama sekali.364

2. Syarat kerugian konstitusional yang disusun oleh MKRI tidak sesuai

dengan cara MKRI melihat adanya kedudukan hukum pada pemohon

Meskipun pasca-Putusan No. 006/PUU-III/2005 MKRI, 5 syarat

kerugian konstitusional disebutkan di hampir setiap putusan MKRI,

namun pada faktanya MKRI jarang sekali menilai kerugian

konstitusional berdasarkan pada 5 syarat tersebut. Dari 15 (lima belas)

Putusan yang dijelaskan di atas, tidak ada satu pun putusan yang

memenuhi kelima syarat yang ditentukan sendiri oleh MKRI. Hal ini

menunjukkan bahwa 5 syarat kerugian konstitusional yang ditentukan

oleh MKRI tidak sesuai dengan cara MKRI menilai ada tidaknya

kerugian konstitusional pemohon pengujian undang-undang. Sebab,

jika 5 syarat kerugian konstitusional tersebut benar-benar diterapkan,

maka seharusnya pemohon-pemohon dalam Putusan-Putusan yang

dikutip di atas dinyatakan tidak memiliki kedudukan hukum oleh

MKRI.

3. Kepentingan hukum saat ini berfungsi sebagai metode bagi MKRI

untuk memberikan kedudukan hukum bagi pihak yang tidak memiliki

kerugian konstitusional

Untuk pihak yang kerugian konstitusionalnya tidak jelas seperti di

dalam Putusan No. 014/PUU-IV/2006365 atau memang tidak memiliki

kerugian konstitusional seperti dalam Putusan No. 008/PUU-II/2004366,

363 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bt), Putusan No. 008/PUU-II/2004, hlm.

24. 364 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cd), Putusan 62/PUU-XII/2014, hlm. 19-

20. 365 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bz), Putusan No. 014/PUU-IV/2006, hlm.

46. 366 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bt), Putusan No. 008/PUU-II/2004, hlm.

24.

Page 211: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

189

kepentingan hukum dapat digunakan oleh MKRI untuk memberikan

kedudukan hukum bagi pihak yang tidak memiliki kerugian

konstitusional ketika MKRI. Hal ini penting dalam hal MKRI melihat

adanya manfaat dari dikabulkannya permohonan yang diajukan bagi

bangsa Indonesia.

C. PERGERAKAN PENAFSIRAN KEPENTINGAN HUKUM DARI MASA KE

MASA

Gambaran yang diberikan pada bagian terdahulu merupakan refleksi

umum terhadap pemikiran MKRI sehubungan dengan penerapan konsep

kepentingan hukum. Pada bagian ini, akan ditampilkan adalah pergerakan

penafsiran terhadap konsep kerugian konstitusional dari masa ke masa

berdasarkan periode kepemimpinan Ketua MKRI. Pergerakan penafsiran

ini akan ditunjukkan dengan melakukan analisis terhadap beberapa putusan

MKRI dari masa ke masa. Putusan yang akan dianalisis adalah putusan

yang menggambarkan bagaimana MKRI melihat hubungan antara kerugian

konstitusional dan kepentingan hukum dari masa ke masa.

1. Periode Jimly Asshiddiqie

Nomor Putusan : 008/PUU-II/2004

Kualifikasi Pemohon : Perorangan WNI yang diusulkan sebagai calon

Presiden Calon Presiden dan Ketua Umum Dewan

Tanfidz PKB yang akan mengusulkan Pemohon I

sebagai calon Presiden dari PKB

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C

ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (3) dan

Pasal 28I ayat (2) UUD NRI 1945.367

Uraian Kerugian

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: “Pemohon I, K.H. Abdurrahman Wahid, sebagai

perorangan warga negara Indonesia yang diusulkan

sebagai calon Presiden oleh Partai Kebangkitan

Bangsa maupun sebagai Ketua Umum Dewan Syuro

367 Ibid., hlm. 8.

Page 212: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

190

Partai Kebangkitan Bangsa, memiliki kedudukan

hukum (legal standing) guna mengajukan

permohonan pengujian terhadap Pasal 6 huruf d,

atau keseluruhan Pasal 6 Undang-undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden;”368

“Akan halnya Pemohon II, Dr. Alwi Abdurrahman

Shihab dalam kapasitas sebagai perorangan warga

negara Indonesia, tidak memiliki legal standing

karena dalam kapasitas tersebut tidak ada hak

konstitusional Pemohon II yang dirugikan oleh

berlakunya Undang-undang a quo.;”369

Uraian Kepentingan dalam

Pertimbangan

: “Sedangkan dalam kapasitas sebagai Ketua Umum

Dewan Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa yang

akan mengusulkan Pemohon I sebagai calon

Presiden Partai Kebangkitan Bangsa, Pemohon II

memiliki legal standing;”370

Tabel 5.17 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004

Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa pada masa kepemimpinan

Jimly Asshiddiqie, kepentingan hukum dapat diberikan kepada

pemohon yang secara eksplisit telah dinyatakan tidak memiliki

kedudukan hukum ketika pemohon tersebut dinilai memiliki hubungan

dengan objek dari ketentuan yang diajukan. Dengan kata lain,

kedudukan hukum dijadikan alat tambahan untuk menguji apakah

pemohon bisa diberikan kedudukan hukum atau tidak ketika alat

utama, yaitu kerugian konstitusional, menunjukkan bahwa pemohon

seyogyanya tidak mendapatkan kedudukan hukum.

368 Ibid., hlm. 24. 369 Ibid. 370 Ibid.

Page 213: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

191

2. Periode M. Mahfud M.D.

Nomor Putusan : 128/PUU-VII/2009

Kualifikasi Pemohon : Perorangan WNI yang juga adalah seorang

akademikus yang dikenakan beban kewajiban

membayar pajak penghasilan371

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 23A, Pasal 28D ayat (1),

Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (4) UUD NRI

1945372

Uraian Kerugian

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: “Pemohon merasa sangat berkepentingan dan

dirugikan hak konstitusionalnya oleh sejumlah

materi/muatan dalam pasal-pasal yang dimohonkan

pengujian a quo karena:

- Pengenaan pajak secara final sebesar 20% untuk

deposito yang diatur dalam PP Nomor 131 Tahun

2000;

- Pemohon merasa berdosa telah mengajarkan

sesuatu yang salah karena UU Pajak

Penghasilan bertentangan dengan UUD 1945;

- Pelimpahan pengaturan itu menyebabkan

Pemohon tidak dapat menentukan atau mengatur

sendiri (melalui DPR) mengenai pajak;

- Jika ini dikabulkan maka warga negara tidak

akan dirugikan.”373

Uraian Kepentingan dalam

Pertimbangan

: “Pemohon merasa sangat berkepentingan dan

dirugikan hak konstitusionalnya oleh sejumlah

materi/muatan dalam pasal-pasal yang dimohonkan

pengujian a quo karena:

- Pengenaan pajak secara final sebesar 20% untuk

deposito yang diatur dalam PP Nomor 131 Tahun

2000;

- Pemohon merasa berdosa telah mengajarkan

371 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bv), Putusan No. 128/PUU-VII/2009, hlm.

150. 372 Ibid. 373 Ibid.

Page 214: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

192

sesuatu yang salah karena UU Pajak

Penghasilan bertentangan dengan UUD 1945;

- Pelimpahan pengaturan itu menyebabkan

Pemohon tidak dapat menentukan atau mengatur

sendiri (melalui DPR) mengenai pajak;

- Jika ini dikabulkan maka warga negara tidak

akan dirugikan.”374

Tabel 5.18 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 128/PUU-VII/2009

Uraian di atas menunjukkan bahwa MKRI pada masa

kepemimpinan M. Mahfud M.D. mencampurkan antara kerugian

konstitusional dengan kepentingan hukum. Kerugian konstitusional

yang dialami pemohon dianggap satu kesatuan dengan kepentingan

hukum dari pemohon. Kondisi ini berbeda dengan masa kepemimpinan

Jimly Asshiddiqie yang secara tegas memisahkan antara kerugian

konstitusional dan kepentingan hukum.

3. Periode M. Akil Mochtar

Nomor Putusan : 96/PUU-X/2012

Kualifikasi Pemohon : Perkumpulan Untuk Pemilu Dan Demokrasi dan

Perkumpulan Indonesian Parliamentary Center375

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D

ayat (1) UUD NRI 1945376

Uraian Kerugian

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: “Dengan alasan-alasan yang pada pokoknya bahwa

para Pemohon mengalami hambatan untuk berperan

dalam penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu)

yang jujur dan adil serta melakukan pengkajian

mekanisme pengalokasian kursi DPR secara benar

akibat ketidaktepatan pengalokasian kursi DPR”377

374 Ibid. 375 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cc), Putusan 96/PUU-X/2012, hlm. 1. 376 Ibid., hlm. 71. 377 Ibid.

Page 215: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

193

Uraian Kepentingan dalam

Pertimbangan

: “Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, menurut

Mahkamah, para Pemohon adalah badan hukum

privat yang peduli untuk mewujudkan Pemilu yang

demokratis di Indonesia dengan melakukan aktivitas

sosial dan pengkajian yang berkaitan dengan

Pemilu. Oleh karena itu, menurut Mahkamah, para

Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal

standing) untuk mengajukan permohonan a quo”378

Tabel 5.19 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 96/PUU-X/2012

Kedudukan MKRI pada periode kepemimpinan M. Akil Mochtar

terhadap kepentingan hukum memiliki kemiripan dengan kedudukan

MKRI pada periode kepemimpinan M. Mahfud M.D. dalam artian

keduanya memberi pertimbangan mengenai kerugian konstitusional

dan kepentingan hukum. Namun, keduanya juga bisa dikatakan

berbeda, karena M. Mahfud M.D. tidak memisahkan antara kerugian

konstitusional dan kepentingan hukum, sementara M. Akil Mochtar

membuat keduanya menjadi seolah berhubungan sebab-akibat.

Awalnya M. Akil Mochtar mempertimbangkan kerugian

konstitusional, namun akhirnya memberikan kedudukan hukum atas

dasar kepentingan hukum.

4. Periode Hamdan Zoelva

Nomor Putusan : 62/PUU-XII/2014

Kualifikasi Pemohon : Organisasi379

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kerugian

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

378 Ibid., hlm. 72. 379 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cd), Putusan 62/PUU-XII/2014, hlm. 19.

Page 216: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

194

Uraian Kepentingan dalam

Pertimbangan

: “Menimbang, bahwa mengenai Pemohon 1

(Suhendar), berdasarkan AKTA PENDIRIAN

IKATAN ALUMNI WYATA GUNA (IAWG) Nomor

02 tanggal 06-01-2011, Pemohon adalah Ketua

IKATAN ALUMNI WYATA GUNA (IAWG) yang

berwenang mewakili organisasi tersebut di

pengadilan dan berdasarkan Pasal 5 huruf d,

Bidang Advokasi oleh Notaris RIENA SABRINA,

salah satu tujuan organisasi tersebut, antara lain,

untuk mewujudkan bantuan hukum bagi tunanetra,

menurut Mahkamah mempunyai kedudukan hukum

(legal standing) untuk mengajukan permohonan a

quo;

Menimbang, bahwa mengenai Pemohon 2 (Yayat

Ruhiyat) dan Pemohon 3 (H. Yudi Yuspan) meskipun

mengajukan AKTA PENDIRIAN IKATAN

TUNANETRA MUSLIM INDONESIA yang dibuat

oleh Notaris HILDA SOPHIA WIRADIREDJA, S.H

tertanggal 16 Januari 2006, akan tetapi akta

tersebut tidak dapat dibaca karena fotokopinya

kabur. Dengan demikian Mahkamah menilai kedua

Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal

standing) untuk mengajukan permohonan a quo;

Menimbang, bahwa Pemohon 4 (Yadi Sophian) yang

mengaku sebagai Ketua Persatuan Olahraga

Tunaetra Indonesia (PORTI) Jawa Barat; Pemohon

5 (Wahyu Hidayat, S.Pd) yang mengaku sebagai

Ketua DPC Persatuan Tuna Netra Indonesia

(PERTUNI) Kota Bandung, dan Pemohon 6 (Putre

Wiwoho) yang mengaku sebagai Ketua DPD

Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI) Jawa

Barat, namun ketiganya tidak mengajukan akta

pendirian organisasi mereka sehingga menurut

Mahkamah tidak mempunyai kedudukan hukum

Page 217: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

195

(legal standing) untuk mengajukan permohonan a

quo;”380

Tabel 5.20 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004

Pada era kepemimpinan Hamdan Zoelva, MKRI menggunakan

kepentingan hukum sebagai satu-satunya dasar untuk memberikan

kedudukan hukum kepada pemohon pengujian undang-undang. Tes

terhadap apakah pemohon memiliki kedudukan hukum atau tidak

murni didasarkan pada pemeriksaan formal terhadap apa yang termuat

dalam anggaran dasar saja. Tidak ada pembahasan mengenai apakah

pemohon mengalami kerugian atau tidak. Dengan kata lain, terjadi

pemisahan tegas antara kerugian konstitusional dan kepentingan

hukum, dan terjadi pengakuan implisit bahwa kepentingan hukum

memang bisa menggantikan kerugian konstitusional sebagai dasar

untuk memberikan kedudukan hukum.

5. Periode Arief Hidayat

Nomor Putusan : 89/PUU-XIII/2015

Kualifikasi Pemohon : Badan hukum privat (Pemohon III)381

Hak Konstitusional dalam

Pertimbangan

: Hak yang ada dalam Pasal 28C ayat (2) dan Pasal

28D ayat (1) UUD NRI 1945382

Uraian Kerugian

Konstitusional dalam

Pertimbangan

: -

Uraian Kepentingan dalam

Pertimbangan

: “…terhadap Pemohon III, Mahkamah menerima

kedudukan hukum (legal standing) yang

bersangkutan dalam kapasitasnya sebagai badan

hukum yang ruang lingkup aktivitasnya berkenaan

dengan kegiatan kemasyarakatan dalam bidang

380 Ibid., hlm. 19-20. 381 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ce), Putusan 89/PUU-XIII/2015, hlm. 11-

12. 382 Ibid., hlm. 169-170.

Page 218: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

196

hukum, bukan dalam kedudukan sebagai pengawas

kinerja Kepolisian sebagaimana didalilkan oleh

Pemohon III;”383

Tabel 5.21 Ringkasan pemberian kedudukan hukum dalam

Putusan No. 008/PUU-II/2004

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kedudukan MKRI pada masa

kepemimpinan Arief Hidayat dalam menyikapi kepentingan hukum

adalah sama dengan kedudukan MKRI pada masa kepemimpinan

Hamdan Zoelva. Keduanya menjadikan kepentingan hukum sebagai

satu-satunya dasar guna memberikan kedudukan hukum. Perbedaannya

di antara keduanya terlihat dari cara Arief Hidayat memperlakukan

dalil pemohon. Dari kutipan di atas, terlihat bahwa MKRI tidak

menerima dalil Pemohon mengenai kapasitasnya. Namun, alih-alih

menyatakan bahwa Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum,

MKRI malah menentukan apa kapasitas yang seharusnya digunakan

Pemohon agar Pemohon bisa mendapatkan kedudukan hukum dalam

mengajukan pengujian undang-undang.

Mengacu pada uraian analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat

kerugian konstitusional, meski selalu disebutkan, malah semakin jarang

dipenuhi. Pada periode Hamdan Zoelva dan Arief Hidayat, terdapat

putusan yang di dalamnya bahkan tidak mempertimbangkan kerugian

konstitusional ketika memberikan kedudukan hukum kepada pemohon

pengujian undang-undang. Kondisi ini semakin menunjukkan bahwa pada

perkembangannya, MKRI menjadi longgar dalam menilai ada tidaknya

kerugian konstitusional pemohon pengujian undang-undang. Dengan kata

lain, ruang berkembangnya kepentingan hukum sebagai dasar pemberian

kedudukan hukum semakin melebar.

383 Ibid., hlm. 170-171.

Page 219: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

197

D. KONSEPTUALISASI KEPENTINGAN HUKUM

Kepentingan hukum adalah konsep yang berkembang secara sporadis

dalam putusan-putusan MKRI. Tidak ada penamaan tunggal terhadapnya.

Terminologi yang digunakan berbeda-beda, mulai dari kepentingan,

kepentingan langsung, atau public interest advocacy, yang memberikan

pengakuan terhadap adanya kepentingan hukum bagi mereka yang

mengajukan permohonan atas dasar kepentingan umum384. Akibatnya, ada

kegamangan untuk bisa melihat apakah identitas tertentu memiliki

kepentingan yang bisa mendapatkan kedudukan hukum atau tidak.

Andaikan MKRI tetap hendak menggunakan konsep kepentingan

hukum ini, terlepas dari cara penyebutannya, maka seyogyanya perlu

dilakukan standardisasi terhadap konsep ini. Tim Peneliti menawarkan

proposal berupa tes 3 tingkatan guna bisa menentukan apakah seorang

pemohon memiliki kepentingan hukum atau tidak, yaitu: (i) penentuan

objek; (ii) penentuan hubungan antara subjek dan objek; dan (iii)

penentuan derajat hubungan.

Pertama, penentuan objek dari undang-undang. Penentuan dilakukan

dengan cara melihat apa yang diatur dalam undang-undang tersebut.

Misalnya, jika yang hendak diuji adalah undang-undang mengenai advokat,

maka jelas bahwa objek dari undang-undang tersebut adalah advokat. Jika

undang-undang yang hendak diuji adalah undang-undang mengenai

sumber daya air, maka tentu objek dari undang-undang tersebut adalah

hubungan antara sumber daya air dengan pemerintah dan masyarakat.

Kedua, penentuan hubungan antara subjek dan objek. Penentuan

dilakukan dengan melihat siapa saja yang menjadi subjek dari undang-

undang yang hendak diuji. Dengan mengambil contoh sebelumnya, dalam

undang-undang advokat, yang secara kasat mata terlihat sebagai subjek

utama adalah advokat itu sendiri. Selanjutnya, subjek lain yang juga

terpengaruh tentu ada klien dari advokat. Pada contoh mengenai sumber

daya air, karena yang diatur adalah hubungan antara pemerintah dan

384 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (i), Putusan No. 002/PUU-I/2003, h. 200.

Page 220: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

198

masyarakat sehubungan dengan sumber daya air, maka jelas bahwa yang

menjadi subjek adalah pemerintah dan masyarakat.

Ketiga, penentuan derajat hubungan yang dilakukan guna memberikan

batasan pada siapa yang bisa benar-benar dianggap memiliki kepentingan

terhadap suatu undang-undang. Penentuan ini dilakukan dengan melihat

kedekatan hubungan antara subjek dengan objek undang-undang. Pada

contoh mengenai undang-undang advokat, yang memiliki hubungan

langsung dengan keberlakuannya tentu adalah advokat. Sedangkan

hubungan antara klien advokat dengan undang-undang advokat jelas

merupakan hubungan tidak langsung karena hubungan tersebut ada sebagai

akibat dari hubungan antara klien dan advokat. Artinya, ada penghubung

(proxy) yang menghubungkan antara klien advokat dengan undang-undang

advokat. Sedangkan pada contoh mengenai undang-undang sumber daya

air, karena yang diatur adalah hubungan antara pemerintah dan masyarakat

mengenai pemanfaatan sumber daya air, maka keduanya secara langsung

berhubungan dengan undang-undang tersebut.

Agar cara penerapan tes 3 tingkatan ini dapat lebih dipahami, berikut

adalah tabel yang bersumber dari beberapa Putusan MKRI yang dibaca

dengan menggunakan tes ini:

A

1

Nomor Putusan : 014/PUU-IV/2006

Kedudukan Pemohon dalam

Putusan

: Advokat385

Undang-Undang yang Diuji : UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Objek Undang-Undang : Hak, kewajiban, tugas dan wewenang

advokat

Subjek dalam Undang-Undang : Advokat, klien, organisasi advokat, advokat

asing dan menteri

Subjek yang Berhubungan

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Advokat, organisasi advokat dan advokat

asing

385 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (bz), Putusan No. 014/PUU-IV/2006, hlm.

1 & 46.

Page 221: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

199

Subjek yang Berhubungan Tidak

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Klien dan menteri

Tabel 5.22 Penggunaan tes kepentingan hukum terhadap Putusan No. 014/PUU-IV/2006

2 Nomor Putusan : 63/PUU-XII/2014

Kedudukan Pemohon dalam

Putusan

: Notaris dan persekutuan perdata yang terdiri

dari para notaris386

Undang-Undang yang Diuji : UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris

Objek Undang-Undang : Hak, kewajiban, tugas dan wewenang notaris

Subjek dalam Undang-Undang : Notaris, pejabat sementara notaris, notaris

pengganti, organisasi notaris dan menteri

Subjek yang Berhubungan

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Notaris, pejabat sementara notaris, notaris

pengganti dan organisasi notaris

Subjek yang Berhubungan Tidak

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Menteri dan klien

Tabel 5.23 Penggunaan tes kepentingan hukum terhadap Putusan No. 63/PUU-XII/2014

3 Nomor Putusan : 152/PUU-VII/2009

Kedudukan Pemohon dalam

Putusan

: WNI387

Undang-Undang yang Diuji : UU No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Objek Undang-Undang : Hak, kewajiban, tugas dan wewenang MPR,

DPR, DPD dan DPRD

386 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cf), Putusan No. 63/PUU-XII/2014, hlm. 1

& 20. 387 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (cg), Putusan No. 152/PUU-VII/2009, hlm.

1 & 47.

Page 222: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

200

Subjek dalam Undang-Undang : MPR, DPR, DPD, DPRD, KPU, KPU

provinsi, KPU kabupaten/kota, dan BPK

Subjek yang Berhubungan

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: MPR, DPR, DPD dan DPRD

Subjek yang Berhubungan Tidak

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: KPU, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota,

BPK dan WNI

Tabel 5.24 Penggunaan tes kepentingan hukum terhadap Putusan No. 014/PUU-IV/2006

4 Nomor Putusan : 025/PUU-IV/2006

Kedudukan Pemohon dalam

Putusan

: Kelompok WNI yang berprofesi sebagai guru

atau dosen 388

Undang-Undang yang Diuji : UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen

Objek Undang-Undang : Hak, kewajiban, tugas dan wewenang guru

dan dosen

Subjek dalam Undang-Undang : Guru, dosen, guru besar atau profesor,

penyelenggara pendidikan, organisasi profesi

guru, lembaga pendidikan tenaga

kependidikan, masyarakat, pemerintah,

pemerintah daerah dan menteri

Subjek yang Berhubungan

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Guru, dosen, guru besar atau profesor,

penyelenggara pendidikan, organisasi profesi

guru dan lembaga pendidikan tenaga

kependidikan

Subjek yang Berhubungan Tidak

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah

dan menteri

Tabel 5.25 Penggunaan tes kepentingan hukum terhadap Putusan No. 025/PUU-IV/2006

388 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ch), Putusan No. 025/PUU-IV/2006, hlm.

1-2 & 91.

Page 223: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

201

5 Nomor Putusan : 019-020/PUU-III/2005

Kedudukan Pemohon dalam

Putusan

: Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja,

Asosiasi Jasa Penempatan Asia Pasifik,

Himpunan Pengusaha Tenaga Kerja

Indonesia, Yayasan Indonesia Manpower

Watch, Tenaga Kerja Indonesia Luar Negeri

dan Perusahaan Jasa Pengiriman Tenaga

Kerja Indonesia389

Undang-Undang yang Diuji : UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan

dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Luar Negeri

Objek Undang-Undang : Penempatan dan perlindungan TKI di luar

negeri

Subjek dalam Undang-Undang : TKI, calon TKI, pelaksana penempatan TKI

swasta, mitra usaha, pengguna jasa TKI,

pemerintah dan menteri

Subjek yang Berhubungan

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: TKI, calon TKI dan pelaksana penempatan

TKI swasta

Subjek yang Berhubungan Tidak

Langsung dengan Objek Undang-

Undang

: Mitra usaha, pengguna jasa TKI, pemerintah

dan menteri

Tabel 5.26 Penggunaan tes kepentingan hukum terhadap Putusan No. 019-020/PUU-

III/2005

Seyogyanya, pemohon yang diberikan kedudukan hukum dalam hal

yang digunakan adalah kepentingan hukum adalah pemohon yang

merupakan subjek yang berhubungan langsung dengan objek dari undang-

undang yang diuji. Subjek yang tidak berhubungan langsung dengan objek

dari undang-undang yang diuji tidak bisa dikatakan memiliki kepentingan

hukum terhadap undang-undang tersebut.

Dengan memperhatikan sekilas proposal tes 3 tingkatan ini, akan

ditemukan beberapa permasalahan, yaitu: (i) pemohon akan dengan mudah

389 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (ci), Putusan No. 019-020/PUU-III/2005,

hlm. 1-2, 89 & 91.

Page 224: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

202

menunjukkan kepentingan hukumnya terhadap suatu undang-undang,

khususnya untuk undang-undang yang pengaturannya lebih dititikberatkan

pada hubungan antara objek dengan subjek, misalnya undang-undang yang

mengatur sumber daya alam; (ii) penentuan langsung tidaknya hubungan

antara subjek dan objek undang-undang penuh dengan nuansa subjektivitas

yang bisa menyebabkan pemanfaatan secara berlebih terhadap konsep

kepentingan hukum.

Guna bisa memitigasi permasalahan di atas, penting untuk dicatat

bahwa seyogyanya penerapan konsep kepentingan hukum baru bisa

dilakukan jika pemohon memang benar-benar tidak memiliki kerugian

konstitusional, baik secara aktual dan potensial. Jika pemohon memiliki

kerugian konstitusional, maka konsep kepentingan hukum tidaklah bisa

untuk digunakan. Artinya, konsep kepentingan hukum didudukkan sebagai

pelengkap, bukan pengganti.

Page 225: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

203

BAB VI

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

MKRI melalui putusannya telah menetapkan bahwa terdapat 5 syarat

yang harus dipenuhi oleh pemohon pengujian undang-undang guna bisa

membuktikan apakah dirinya mengalami kerugian konstitusional dalam

kualifikasinya—apakah sebagai WNI, MHA, badan hukum publik, badan

hukum privat atau lembaga negara—sehingga ia memiliki kedudukan

hukum untuk bisa mengajukan permohonan pengujian undang-undang.

Kelima syarat tersebut adalah: (i) adanya hak dan/atau kewenangan

konstitusional; (ii) anggapan adanya kerugian konstitusional; (iii) sifat

kerugian yang spesifik dan aktual atau potensial yang menurut penalaran

wajar dapat dipastikan akan terjadi; (iv) hubungan kausal antara kerugian

dan berlakunya undang-undang yang diuji; dan (v) kemungkinan tidak

akan terjadinya lagi kerugian jika permohonan dikabulkan.

MKRI mencoba untuk memberikan tafsir terhadap masing-masing

syarat tersebut. Syarat pertama dimaknai sebagai hak dan atau kewenangan

yang ada dalam UUD NRI 1945. Syarat kedua mengharuskan adanya dalil

dari pemohon mengenai kerugian. Tafsir mengenai syarat ketiga perlu

dilihat dari 3 sifat yang disebutkan: pertama, mengenai sifat spesifik dilihat

sebagai tertentunya kerugian yang didalilkan; kedua, sifat aktual merujuk

pada keadaan di mana pemohon sudah benar-benar mengalami kerugian;

ketiga, sifat potensial adalah kondisi adanya kemungkinan yang signifikan

bagi pemohon untuk mengalami kerugian. Sehubungan dengan syarat

keempat, tafsir yang ada merujuk pada langsung tidaknya hubungan antara

kerugian dan keberlakuan undang-undang yang dimohonkan

pengujiannya—yang mana keduanya diterima sebagai bagian dari

hubungan kausal. Syarat terakhir merujuk pada kondisi ketika permohonan

sudah dikabulkan dan dikaitkan dengan kemungkinan terulangnya kerugian

serupa.

Page 226: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

204

Tafsir yang diberikan MKRI terhadap kelima syarat tersebut tersebar

dalam pelbagai putusan. Penerapan 5 syarat kerugian konstitusional

berbeda-beda pada tiap putusan. Ada putusan yang menerapkan kelima

syarat tersebut secara kumulatif, dan ada pula yang tidak. Kondisi ini

senada dengan pendapat Ketua MKRI pertama, Jimly Asshiddiqie yang

menyatakan bahwa pelaksanaan kriteria kedudukan hukum pemohon

pengujian undang-undang tidak diterapkan secara kaku atau bersifat

kumulatif secara mutlak.

Dalam perkembangannya, Tim Peneliti menemukan adanya corak

ketidaktegasan dalam menerapkan syarat kerugian konstitusional pada

rezim kepemimpinan M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva dan Arief Hidayat.

MKRI di bawah kepemimpinan mereka cenderung tidak memulai uraian

mengenai kedudukan hukum dari hak dan/atau kewenangan konstitusional

yang dimiliki oleh pemohon. Tak jarang ditemukan pertimbangan

kedudukan hukum yang sekadar mengulang syarat kerugian konstitusional

dan tiba pada kesimpulan bahwa pemohon memiliki kedudukan hukum.

Tim Peneliti juga menemukan bahwa ada 2 bentuk kerugian

konstitusional yang digunakan oleh MKRI dalam memberikan kedudukan

hukum kepada pemohon pengujian undang-undang, yaitu: (i) menyatakan

pemohon mengalami kerugian konstitusional yang sifatnya aktual; (ii)

menyatakan pemohon mengalami kerugian konstitusional yang sifatnya

potensial. Selain itu, MKRI juga memberikan kedudukan hukum kepada

pemohon pengujian undang-undang atas dasar kepentingan hukum. Skema

pertama dan kedua adalah bagian dari 5 syarat kerugian konstitusional

sebagaimana tertulis di atas. Sedangkan skema ketiga adalah skema yang

jejaknya terlihat dalam pelbagai putusan namun tidak mendapatkan

pengakuan secara formal.

Dari hasil penelaahan yang dilakukan, Tim Peneliti mendapati bahwa

kerugian aktual memiliki 2 elemen utama, yaitu sifatnya yang spesifik dan

nyata dan sumbernya dari undang-undang atau tindakan. Spesifik dan nyata

merujuk pada sifat kerugian yang dialami oleh pemohon, yaitu tertentu dan

sudah benar-benar terjadi dan dialami. Sedangkan sumber kerugian

Page 227: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

205

membahas mengenai asal terjadinya kerugian, yaitu bisa langsung karena

berlakunya suatu undang-undang atau tindakan pelaksanaan undang-

undang. Sehubungan dengan kerugian potensial, tidak ditemukan adanya

elemen yang bisa memandu secara konkret. Yang ada adalah rambu-rambu

bahwa kerugian belum dialami oleh pemohon namun ada kemungkinan

besar kerugian tersebut akan dialami oleh pemohon.

Tim Peneliti mendapati ada permasalahan pada putusan-putusan yang

menerapkan kerugian aktual dan potensial. Ada irisan antara sumber

kerugian aktual berupa langsung berlakunya undang-undang dengan

kerugian potensial. Di beberapa kasus yang dikatakan oleh MKRI sebagai

kerugian aktual yang terjadi akibat berlakunya undang-undang ternyata

kerugian belum secara nyata dialami oleh pemohon. Selain itu, ditemukan

adanya putusan pemohon mendapatkan kedudukan hukum atas dasar

kerugian potensial, meski pemohon sudah benar-benar mengalami

kerugian. Oleh sebab itu, Tim Peneliti menyarankan disusunnya pedoman

agar permasalahan penerapan kerugian aktual dan potensial semacam ini

bisa terselesaikan.

Menyangkut kepentingan hukum, Tim Peneliti menyimpulkan bahwa

MKRI tak jarang menggunakan dasar kepentingan dengan pelbagai ragam

terminologinya untuk memberikan kedudukan hukum kepada pemohon

ketika pemohon tidak memiliki kerugian konstitusional. Yang menjadi

tolok ukur adalah kepentingan pemohon terhadap ketentuan yang diujikan.

Hubungan kepentingan ini biasanya dilekatkan pada identitas pemohon.

Pada perkembangannya, ditemukan bahwa kepentingan hukum menjadi

dasar pemberian kedudukan hukum yang independen yang tidak lagi

terikat pada kerugian konstitusional, dalam artian tidak perlu ada

pembuktian mengenai kerugian konstitusional lebih dahulu sebelum

kepentingan hukum digunakan.

Page 228: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

206

B. REKOMENDASI

Sebagaimana Tim Peneliti telah sampaikan sebelumnya, ada kebutuhan

untuk menghadirkan pedoman guna membaca syarat kerugian

konstitusional pemohon pengujian undang-undang, khususnya menyangkut

mengenai sifat kerugian yang aktual dan potensial. Pedoman ini diharapkan

bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan adanya tumpang tindih di

antara kedua sifat kerugian ini.

Sehubungan dengan kerugian aktual, perlu ada perubahan terhadap

elemennya. Pertama, adalah menghilangkan kerugian materiil sebagai

bagian dari elemen sifat kerugian khususnya terkait sifat spesifik kerugian.

Penghilangan ini diperlukan agar tidak terjadi perluasan makna terhadap

kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional. Kedua, menghilangkan

salah satu elemen penyebab kerugian, yaitu disebabkan oleh undang-

undang secara langsung. Hak konstitusional baru akan dirugikan secara

nyata jika sudah ada tindakan yang melaksanakan undang-undang yang

diuji. Berbeda halnya dengan kewenangan konstitusional yang bisa

langsung mengalami kerugian ketika undang-undang diberlakukan.

Penghilangan ini akan menjadi pembeda sederhana antara kerugian aktual

dan kerugian potensial.

Terkait dengan kerugian potensial, perlu ada batasan mengenai sejauh

apa potensi kerugian bisa dialami oleh pemohon. Untuk bisa menemukan

batasan ini, yang kali pertama harus dilakukan adalah menentukan bentuk

kerugian aktualnya. Dari situ barulah bisa dibuat derajat kemungkinan

terjadinya kerugian yang dimulai dengan yang potensinya paling besar

sampai ke yang potensinya paling kecil. Di sini, Tim Peneliti menawarkan

adanya 4 derajat potensi, di mana batas untuk bisa dikatakan masih

berpotensi dirugikan berada pada derajat ketiga.

Selain pedoman terhadap kerugian aktual dan potensial, perlu pula

disusun pedoman terkait kepentingan hukum yang bisa memadukan varian

kepentingan yang sudah berkembang selama ini. Tim Peneliti menawarkan

tes 3 tingkat sebagai pedoman. Tes pertama dilakukan dengan menentukan

apa yang menjadi objek dari undang-undang yang dimohonkan

Page 229: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

207

pengujiannya. Dilanjutkan dengan tes yang menentukan hubungan antara

identitas subjek yang melakukan pengujian dengan objek yang diuji.

Terakhir, ditentukan derajat hubungan antara subjek dengan objek dalam

bentuk langsung atau tidaknya hubungan tersebut. Tes 3 tingkat ini

didesain untuk bisa memberikan kesempatan sekaligus membatasi pihak-

pihak yang berkepentingan dalam mengajukan pengujian undang-undang.

Page 230: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 231: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

209

DAFTAR PUSTAKA

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. UUD NRI

1945.

_______. Undang-Undang tentang Perkawinan. UU No. 1 Tahun 1974.

LN No. 1 Tahun 1974. TLN No. 3019.

_______. Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. UU No. 24

Tahun 2003. LN No. 98 Tahun 2003. TLN No. 4316.

_______. Undang-Undang tentang Partai Politik. UU No. 2 Tahun 2008.

LN No. 2 Tahun 2008. TLN No. 4801.

_______. Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden. UU No. 42 Tahun 2008. LN No. 176 Tahun 2008. TLN No.

4924.

_______. Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang.

UU No. 10 Tahun 2016. LN No. 130 Tahun 2016. TLN No. 5898.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Peraturan Mahkamah

Konstitusi tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian

Undang-Undang. PMK Nomor: 06/PMK/2005.

B. BUKU, JURNAL DAN TESIS

Aritonang, Dinoroy M. “Peranan dan Problematika Mahkamah Konstitusi

(MK) dalam Menjalankan Fungsi dan Kewenangannya”. Jurnal Ilmu

Administrasi. Volume X, Nomor 3, Desember 2013, hlm. 375-392.

Page 232: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

210

Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara

Pasca Reformasi. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi: Jakarta, 2006.

_______. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Jakarta: Konstitusi

Press, 2006.

Bisariyadi. “Membedah Doktrin Kerugian Konstitusional”. Jurnal

Konstitusi. Volume 14, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 22-44.

Hastuti, Proborini. “Studi Kritis Pasal 51 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun

2003 juncto UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi

terhadap Perlindungan Hak Warga Negara Asing di Indonesia”. Jurnal

Supremasi Hukum. Volume 5, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 197-

224.

Hikmah, Mutiara. “Peran Mahkamah Konstitusi dalam Menjamin Hak

Konstitusional Warga Negara pada Proses Demokratisasi di

Indonesia”. Jurnal Hukum dan Pembangunan. Volume 39, Nomor 4,

Desember 2009, hlm. 437-454.

Huda, Ni’matul, dan Sri Hastuti Puspitasari. “Peran dan Fungsi Mahkamah

Konstitusi dalam Pembangunan Politik Hukum Pemerintahan Daerah”.

Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. Volume 19, Nomor 3, Juli 2012,

hlm. 337-362.

Indriyani, Ria. “Legal Standing Warga Negara Asing dalam Perkara

Pengujian Undang-Undang (Judicial Review) di Mahkamah Konstitusi

Indonesia (Studi Kasus Perkara Nomor 2-3/PUU-V/2007 tentang

Pengujian UU Narkotika)” Tesis Universitas Indonesia. Jakarta, Juli

2009.

Page 233: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

211

Lailam, Tanto. “Pro-Kontra Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam

Menguji Undang-Undang yang Mengatur Eksistensinya”. Jurnal

Konstitusi. Volume 12, Nomor 4, Desember 2015, hlm. 795-824.

Rahman, Irfan Nur, dkk. “Dasar Pertimbangan Yuridis Kedudukan Hukum

(Legal Standing) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Proses

Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi”. Jurnal

Konstitusi. Volume 8, Nomor 5, Oktober 2011, hlm. 767-802.

Ramdan, Ajie. “Problematika Legal Standing Putusan Mahkamah

Konstitusi”. Jurnal Konstitusi. Volume 11, Nomor 4, Desember 2014,

hlm. 737-758.

Sakkirang, Sriwaty. “Hukum Acara Pengujian Undang-Undang di

Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Al-‘Adl. Volume 7, Nomor 2, Juli 2014,

hlm. 84-96.

Salman, Radian dan Rosa Ristawati. “Kualifikasi Pemohon dalam Perkara

Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Yuridika.

Volume 23, Nomor 1, Januari 2008, hlm. 1-20.

Siahaan, Maruarar. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia, Ed. Ke-2, Cet. 2. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Hukum Acara

Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi, 2010.

C. SITUS WEB

Fajarwati, Meirina. “Intervensi Politik dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi”. Rechts Vinding Online. Diakses dari

https://rechtsvinding.bphn.go.id/jurnal_online/SAMBUTAN%20POL

A%20PENELITIAN.pdf, pada tanggal 15 September 2018.

Page 234: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

212

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. “Sejarah Pembentukan

Mahkamah Konstitusi”. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Diakses dari

https://mkri.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=1&menu=2 pada

tanggal 14 September 2018.

Siahaan, Maruarar. “Hak Konstitusional dalam UUD 1945”. Lembaga

Studi & Advokasi Masyarakat. Diakses dari

http://lama.elsam.or.id/downloads/1322798965_HAK_KONSTITUSI

ONAL_DALAM_UUD_1945.pdf, pada tanggal 20 September 2018.

Tim Penyelarasan Naskah Akademik RUU tentang Mahkamah Konstitusi.

“Laporan Hasil Penyelarasan Naskah Akademik Rancangan Undang-

Undang tentang Mahkamah Konstitusi”. Badan Pembinaan Hukum

Nasional. Diakses dari

https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_mk.pdf, pada tanggal

18 September 2018.

Tim Riset Jaringan Survei Inisiatif. “Tinjauan Hukum Legal Standing

Pemohon dalam Gugatan UU Pemilu terkait Pasal Pasal yang Dicabut

dalam UUPA”. Jaringan Survei Inisiatif. Diakses dari

http://www.jsithopi.org/wp-content/uploads/2017/09/KAJIAN-

TEMATIK-_-Analisis-Legal-Standing-Pemohon-dalam-UU-

Pemilu.pdf pada tanggal 20 September 2018.

Page 235: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

213

LAMPIRAN I

PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN

1. Kode

Ditulis dengan mengikuti kode penamaan putusan yang telah ada. Dalam

hal ditemui 2 atau lebih putusan yang mengadili hal yang sama dan juga

memiliki kode putusan yang berbeda, maka gunakan salah satu saja.

Pastikan untuk menginformasikan kepada Peneliti kode putusan mana saja

yang tumpang tindih.

2. Nomor Putusan

Ditulis dengan mengikuti format yang ada pada putusan MKRI. Jika ada

putusan dengan beberapa nomor perkara namun mengenai hal yang sama

dan memang digabung oleh MKRI, maka buatlah dalam 1 register saja.

3. Tanggal Pembacaan Putusan

Tanggal ini merujuk pada saat pembacaan putusan di persidangan yang

terbuka untuk umum.

4. Tanggal Rapat

Tanggal ini merujuk pada tanggal dilakukannya RPH.

5. Ketua MK

Ditulis dengan menggunakan kode berikut:

a. Jimly Asshiddiqie : JA

b. M. Mahfud MD : MM

c. M. Akil Mochtar : AM

d. Hamdan Zoelva : HZ

e. Arief Hidayat : AH

Page 236: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

214

6. Peraturan yang Diuji

Bagian ini dibagi menjadi 4 kolom, yaitu:

a. Jenis

Dibuat dengan kode berikut:

1) Undang-Undang : UU

2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang : Perppu

3) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat : TAP MPR

4) Lainnya, sesuaikan dengan singkatan masing-masing peraturan

b. Nomor

Ditulis dengan format sebagai berikut: Tahun/Nomor. Contoh: 2003/01

c. Nama

Hanya tuliskan mengenai apa undang-undang tersebut. Misalnya:

Hukum Acara Pidana; Peradilan Tata Usaha Negara; Administrasi

Pemerintahan dst.

d. Pasal

Tuliskan dengan format sebagai berikut: Pasal(Ayat)HurufAngka.

Misalnya: 12(1)a2. Jika ada lebih dari 1 pasal, maka pisahkan dengan

tanda (;), misal: 1(3); 2(1). Jika pasal yang diuji lebih dari cukup, maka

tuliskan pasal dari yang terkecil sampai yang terbesar.

7. Batu Uji

Tuliskan dengan format sebagai berikut: Pasal(Ayat), misalnya: 28B(1).

Jika ada lebih dari 1 pasal, maka pisahkan dengan tanda (;), misal: 28A;

28I(1). Jika pasal yang diuji lebih dari cukup, maka tuliskan pasal dari

yang terkecil sampai yang terbesar.

Page 237: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

215

8. Kualifikasi Pemohon

Dibagi menjadi 2 kolom, yaitu:

a. Jenis

Ditulis dengan menggunakan kode sebagai berikut:

1) WNI : A1

2) MHA : A2

3) Badan hukum publik : A3

4) Badan hukum privat : A4

5) Lembaga Negara : A5

6) Lainnya : A6

Jika ada lebih dari 1 kualifikasi pemohon, maka pisahkan dengan tanda

(;), misalnya: A1; A2. Jika ada lebih dari 1 kualifikasi pemohon, maka

tuliskan yang angkanya paling kecil terlebih dahulu, misal: A2; A5.

b. Keterangan

Poin ini khususnya untuk memberikan informasi terhadap kualifikasi

Lainnya (A6), misalnya: WNA. Namun demikian, tidak berarti bahwa

hal lain tidak bisa dimasukkan ke dalam poin keterangan.

9. Kedudukan Hukum

Dibagi menjadi 2 kolom, yaitu:

a. Status

Ditulis dengan menggunakan kode sebagai berikut:

1) Diterima : B1

2) Tidak diterima : B2

3) Tidak dipertimbangkan : B3

Jika pemohon dalam sebuah putusan mendapatkan 2 status, misal:

diterima dan tidak diterima, maka data diinput 2 kali. Artinya, ulangi

Page 238: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

216

seluruh input pada komponen sebelumnya, dan lengkapi komponen

sisanya pada baris selanjutnya.

b. Keterangan

Khususnya untuk memberikan gambaran alasan mengapa kedudukan

hukum tidak dipertimbangkan, apakah karena: (i) perkara gugur; (ii)

perkara ditarik kembali; (iii) ne bis in idem; (iv) bukan kewenangan

MKRI; (v) undang-undang sudah dicabut; (vi) Perppu sudah disahkan

menjadi undang-undang; (vii) atau alasan-alasan lainnya. Tentu hal ini

tidak berarti bahwa keterangan hanya untuk memberi gambaran

mengenai kedudukan hukum yang tidak dipertimbangkan.

10. Kedudukan Hukum Diterima

Dibagi menjadi 4 kolom, yaitu:

a. Jenis

Ditulis dengan menggunakan kode sebagai berikut:

1) Kedudukan diterima karena terdapat kerugian aktual : C1

2) Kedudukan diterima karena terdapat kerugian potensial : C2

3) Kedudukan diterima karena terdapat kepentingan hukum : C3

Jika terdapat kombinasi jenis kedudukan, maka tuliskan dengan dipisah

tanda (;) dan dimulai dari kode terkecil, misal: C1; C3.

b. Penyebab Timbulnya Kerugian

Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y atau N. Tulis kode Y, jika

dirasa penyebab timbulnya kerugian adalah karena undang-undang,

dan tuliskan kode N pada bagian penyebab timbulnya kerugian karena

tindakan. Namun, jika dirasa keduanya terpenuhi, maka tuliskan kode

Y pada kedua kolom.

Page 239: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

217

c. Bentuk Kerugian

Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y atau N. Tulis kode Y, jika

dirasa bentuk kerugian adalah terhadap hak konstitusional, dan tuliskan

kode N pada bagian bentuk kerugian terhadap interpretasi hak

konstitusional. Namun, jika dirasa keduanya terpenuhi, maka tuliskan

kode Y pada kedua kolom.

d. Keterangan

Kolom ini harus diisi. Uraikan alasan terhadap pilihan yang dibuat

pada poin-poin sebelumnya, i.e. alasan mengapa jenis kerugian adalah

aktual, mengapa penyebab timbulnya kerugian adalah undang-

undangan, maupun mengapa bentuk kerugian adalah terhadap hak

konstitusional.

11. Kedudukan Hukum Tidak Diterima

Dibagi menjadi 2 kolom, yaitu:

a. Jenis

Ditulis dengan menggunakan kode berikut:

1) Tidak ada hak dan/atau kewenangan konstitusional : D1

2) Tidak ada kerugian terhadap hak dan/atau kewenangan

konstitusional : D2

3) Kerugian tidak disebabkan oleh undang-undang yang diuji : D3

4) Tidak ada kepentingan hukum : D4

5) Lainnya : D5

b. Keterangan

Kolom ini harus diisi. Uraikan alasan dari tidak diterimanya kedudukan

hukum.

Page 240: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

218

12. Syarat Kerugian Berdasarkan Putusan MK

Dibagi menjadi 5 kolom, yaitu:

a. Kolom 1: kolom ini menjelaskan pertanyaan: apakah MKRI dalam

pertimbangan hukumnya menguraikan hak dan/atau kewenangan

konstitusional pemohon. Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y

atau N. Jika MKRI menyebutkan secara eksplisit mengenai hal ini,

maka tulis Y, dan jika tidak tulis N.

b. Kolom 2: kolom ini menjelaskan pertanyaan: apakah MKRI dalam

pertimbangan hukumnya menyebutkan/menguraikan mengenai

bagaimana hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon

dirugikan oleh berlakunya undang-undang yang sedang diujikan.

Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y atau N. Jika MKRI

menyebutkan secara eksplisit mengenai hal ini, maka tulis Y, dan jika

tidak tulis N.

c. Kolom 3: kolom ini menjelaskan pertanyaan: apakah MKRI dalam

pertimbangan hukumnya menjelaskan kerugian yang dialami oleh

pemohon. Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y atau N. Jika

MKRI menyebutkan secara eksplisit mengenai hal ini, maka tulis Y,

dan jika tidak tulis N.

d. Kolom 4: kolom ini menjelaskan pertanyaan: apakah MKRI dalam

pertimbangan hukumnya menguraikan hubungan kausal antara

kerugian yang dialami pemohon dengan berlakunya undang-undang

yang diujikan. Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y atau N.

Jika MKRI menyebutkan secara eksplisit mengenai hal ini, maka tulis

Y, dan jika tidak tulis N.

e. Kolom 5: kolom ini menjelaskan pertanyaan: apakah MKRI dalam

pertimbangan hukumnya memberikan gambaran dampak jika

Page 241: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

219

permohonan dikabulkan. Hanya ada 2 kemungkinan jawaban, yaitu Y

atau N. Jika MKRI menyebutkan secara eksplisit mengenai hal ini,

maka tulis Y, dan jika tidak tulis N.

* * *

Page 242: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau
Page 243: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

221

LAMPIRAN II

DAFTAR PUTUSAN

1 Putusan No. 004/PUU-I/2003

2 Putusan No. 011-017/PUU-I/2003

3 Putusan No. 009/PUU-I/2003

4 Putusan No. 014/PUU-I/2003

5 Putusan No. 006/PUU-I/2003

6 Putusan No. 002/PUU-II/2004

7 Putusan No. 001/PUU-II/2004

8 Putusan No. 008/PUU-II/2004

9 Putusan No. 024/PUU-I/2003

10 Putusan No. 020/PUU-I/2003

11 Putusan No. 007/PUU-II/2004

12 Putusan No. 013/PUU-I/2003

13 Putusan No. 005/PUU-I/2003

14 Putusan No. 003/PUU-II/2004

15 Putusan No. 010/PUU-I/2003

16 Putusan No. 005/PUU-II/2004

17 Putusan No. 054/PUU-II/2004

18 Putusan No. 057/PUU-II/2004

19 Putusan No. 019/PUU-I/2003

20 Putusan No. 061/PUU-II/2004

21 Putusan No. 055/PUU-II/2004

22 Putusan No. 012/PUU-I/2003

23 Putusan No. 003/PUU-I/2003

24 Putusan No. 018/PUU-I/2003

25 Putusan No. 004/PUU-II/2004

26 Putusan No. 006/PUU-II/2004

27 Putusan No. 001-021-022/PUU-

I/2003

28 Putusan No. 053/PUU-II/2004

29 Putusan No. 002/PUU-I/2003

30 Putusan No. 069/PUU-II/2004

31 Putusan No. 067/PUU-II/2004

32 Putusan No. 065/PUU-II/2004

33 Putusan No. 072-073 /PUU-II/2004

34 Putusan No. 005/PUU-III/2005

35 Putusan No. 066/PUU-II/2004

36 Putusan No. 070/PUU-II/2004

37 Putusan No. 004/PUU-III/2005

38 Putusan No. 071/PUU-II/2004 dan

001-002/PUU-III/2005

39 Putusan No. 006/PUU-III/2005

40 Putusan No. 010/PUU-III/2005

41 Putusan No. 003/PUU-III/2005

42 Putusan No. 058-059-060-

063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-

III/2005

43 Putusan No. 007/PUU-III/2005

44 Putusan No. 009-014/PUU-III/2005

45 Putusan No. 013/PUU-III/2005

46 Putusan No. 016/PUU-III/2005

47 Putusan No. 012/PUU-III/2005

48 Putusan No. 011/PUU-III/2005

49 Putusan No. 015/PUU-III/2005

50 Putusan No. 017/PUU-III/2005

51 Putusan No. 018/PUU-III/2005

52 Putusan No. 001/PUU-IV/2006

53 Putusan No. 021/PUU-III/2005

54 Putusan No. 022/PUU-III/2005

55 Putusan No. 026/PUU-III/2005

56 Putusan No. 019-020/PUU-III/2005

57 Putusan No. 024/PUU-III/2005

58 Putusan No. 007/PUU-IV/2006

59 Putusan No. 009/PUU-IV/2006

60 Putusan No. 010/PUU-IV/2006

61 Putusan No. 003/PUU-IV/2006

62 Putusan No. 005/PUU-IV/2006

63 Putusan No. 008/PUU-IV/2006

64 Putusan No. 011/PUU-IV/2006

65 Putusan No. 015/PUU-IV/2006

66 Putusan No. 014/PUU-IV/2006

67 Putusan No. 013-022/PUU-IV/2006

68 Putusan No. 006/PUU-IV/2006

69 Putusan No. 020/PUU-IV/2006

Page 244: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

222

70 Putusan No. 012-016-019/PUU-

IV/2006

71 Putusan No. 018/PUU-IV/2006

72 Putusan No. 023/PUU-IV/2006

73 Putusan No. 024/PUU-IV/2006

74 Putusan No. 021/PUU-IV/2006

75 Putusan No. 025/PUU-IV/2006

76 Putusan No. 1/PUU-V/2007

77 Putusan No. 028-029/PUU-IV/2006

78 Putusan No. 031/PUU-IV/2006

79 Putusan No. 026/PUU-IV/2006

80 Putusan No. 8/PUU-V/2007

81 Putusan No. 4/PUU-V/2007

82 Putusan No. 6/PUU-V/2007

83 Putusan No. 5/PUU-V/2007

84 Putusan No. 11/PUU-V/2007

85 Putusan No. 12/PUU-V/2007

86 Putusan No. 16/PUU-V/2007

87 Putusan No. 2-3/PUU-V/2007

88 Putusan No. 19/PUU-V/2007

89 Putusan No. 15/PUU-V/2007

90 Putusan No. 14-17/PUU-V/2007

91 Putusan No. 20/PUU-V/2007

92 Putusan No. 23/PUU-V/2007

93 Putusan No. 24/PUU-V/2007

94 Putusan No. 18/PUU-V/2007

95 Putusan No. 27/PUU-V/2007

96 Putusan No. 21-22/PUU-V/2007

97 Putusan No. 28/PUU-V/2007

98 Putusan No. 29/PUU-V/2007

99 Putusan No. 2/PUU-VI/2008

100 Putusan No. 8/PUU-VI/2008

101 Putusan No. 3/PUU-VI/2008

102 Putusan No. 4/PUU-VI/2008

103 Putusan No. 31/PUU-V/2007

104 Putusan No. 6/PUU-VI/2008

105 Putusan No. 10/PUU-VI/2008

106 Putusan No. 15/PUU-VI/2008

107 Putusan No. 12/PUU-VI/2008

108 Putusan No. 17/PUU-VI/2008

109 Putusan No. 11/PUU-VI/2008

110 Putusan No. 19/PUU-VI/2008

111 Putusan No. 13/PUU-VI/2008

112 Putusan No. 16/PUU-VI/2008

113 Putusan No. 14/PUU-VI/2008

114 Putusan No. 20/PUU-VI/2008

115 Putusan No. 21/PUU-VI/2008

116 Putusan No. 18/PUU-VI/2008

117 Putusan No. 26/PUU-VI/2008

118 Putusan No. 22-24/PUU-VI/2008

119 Putusan No. 46/PUU-VI/2008

120 Putusan No. 47/PUU-VI/2008

121 Putusan No. 42/PUU-VI/2008

122 Putusan No. 58/PUU-VI/2008

123 Putusan No. 3/PUU-VII/2009

124 Putusan No. 56/PUU-VI/2008

125 Putusan No. 51-52-59/PUU-

VI/2008

126 Putusan No. 32/PUU-VI/2008

127 Putusan No. 1/PUU-VII/2009

128 Putusan No. 4/PUU-VII/2009

129 Putusan No. 9/PUU-VII/2009

130 Putusan No. 54/PUU-VI/2008

131 Putusan No. 53/PUU-VI/2008

132 Putusan No. 13/PUU-VII/2009

133 Putusan No. 50/PUU-VI/2008

134 Putusan No. 2/PUU-VII/2009

135 Putusan No. 98/PUU-VII/2009

136 Putusan No. 99/PUU-VII/2009

137 Putusan No. 102/PUU-VII/2009

138 Putusan No. 7/PUU-VII/2009

139 Putusan No. 110-111-112-

113/PUU-VII/2009

140 Putusan No. 16/PUU-VII/2009

141 Putusan No. 6/PUU-VII/2009

142 Putusan No. 26/PUU-VII/2009

Page 245: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

223

143 Putusan No. 117/PUU-VII/2009

144 Putusan No. 104/PUU-VII/2009

145 Putusan No. 107/PUU-VII/2009

146 Putusan No. 103/PUU-VII/2009

147 Putusan No. 133/PUU-VII/2009

148 Putusan No. 22/PUU-VII/2009

149 Putusan No. 25/PUU-VII/2009

150 Putusan No. 18/PUU-VII/2009

151 Putusan No. 133/PUU-VII/2009

152 Putusan No. 132/PUU-VII/2009

153 Putusan No. 119/PUU-VII/2009

154 Putusan No. 19/PUU-VII/2009

155 Putusan No. 12/PUU-VII/2009

156 Putusan No. 101/PUU-VII/2009

157 Putusan No. 130/PUU-VII/2009

158 Putusan No. 114/PUU-VII/2009

159 Putusan No. 127/PUU-VII/2009

160 Putusan No. 116/PUU-VII/2009

161 Putusan No. 129/PUU-VII/2009

162 Putusan No. 123/PUU-VII/2009

163 Putusan No. 142-146/PUU-

VII/2009

164 Putusan No. 138/PUU-VII/2009

165 Putusan No. 135/PUU-VII/2009

166 Putusan No. 122/PUU-VII/2009

167 Putusan No. 131/PUU-VII/2009

168 Putusan No. 100/PUU-VII/2009

169 Putusan No. 118/PUU-VII/2009

170 Putusan No. 128/PUU-VII/2009

171 Putusan No. 11/PUU-VIII/2010

172 Putusan No. 10-17-23/PUU-

VII/2009

173 Putusan No. 147/PUU-VII/2009

174 Putusan No. 11-14-21-126 dan

136/PUU-VII/2009

175 Putusan No. 140/PUU-VII/2009

176 Putusan No. 120/PUU-VII/2009

177 Putusan No. 145/PUU-VII/2009

178 Putusan No. 4/PUU-VIII/2010

179 Putusan No. 18/PUU-VIII/2010

180 Putusan No. 15/PUU-VIII/2010

181 Putusan No. 143/PUU-VII/2009

182 Putusan No. 24/PUU-VIII/2010

183 Putusan No. 151/PUU-VII/2009

184 Putusan No. 14/PUU-VIII/2010

185 Putusan No. 27/PUU-VII/2009

186 Putusan No. 40/PUU-VIII/2010

187 Putusan No. 137/PUU-VII/2009

188 Putusan No. 124/PUU-VII/2009

189 Putusan No. 27/PUU-VIII/2010

190 Putusan No. 49/PUU-VIII/2010

191 Putusan No. 33/PUU-VIII/2010

192 Putusan No. 29/PUU-VIII/2010

193 Putusan No. 42/PUU-VIII/2010

194 Putusan No. 6-13-20/PUU-

VIII/2010

195 Putusan No. 37-39/PUU-VIII/2010

196 Putusan No. 152/PUU-VII/2009

197 Putusan No. 52/PUU-VIII/2010

198 Putusan No. 115/PUU-VII/2009

199 Putusan No. 141/PUU-VII/2009

200 Putusan No. 16/PUU-VIII/2010

201 Putusan No. 35/PUU-VIII/2010

202 Putusan No. 149/PUU-VII/2009

203 Putusan No. 23-26/PUU-VIII/2010

204 Putusan No. 60/PUU-VIII/2010

205 Putusan No. 63/PUU-VIII/2010

206 Putusan No. 69/PUU-VIII/2010

207 Putusan No. 7/PUU-VIII/2010

208 Putusan No. 8/PUU-VIII/2010

209 Putusan No. 1/PUU-VIII/2010

210 Putusan No. 5/PUU-VIII/2010

211 Putusan No. 73/PUU-VIII/2010

212 Putusan No. 47/PUU-VIII/2010

213 Putusan No. 57/PUU-VIII/2010

214 Putusan No. 64/PUU-VIII/2010

Page 246: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

224

215 Putusan No. 68/PUU-VIII/2010

216 Putusan No. 7/PUU-IX/2011

217 Putusan No. 81/PUU-VIII/2010

218 Putusan No. 76/PUU-VIII/2010

219 Putusan No. 6/PUU-IX/2011

220 Putusan No. 121/PUU-VII/2009

221 Putusan No. 153/PUU-VII/2009

222 Putusan No. 31/PUU-VIII/2010

223 Putusan No. 41/PUU-VIII/2010

224 Putusan No. 22/PUU-VIII/2010

225 Putusan No. 38/PUU-VIII/2010

226 Putusan No. 144/PUU-VII/2009

227 Putusan No. 24/PUU-VII/2009

228 Putusan No. 75/PUU-VIII/2010

229 Putusan No. 21/PUU-VIII/2010

230 Putusan No. 53/PUU-VIII/2010

231 Putusan No. 36/PUU-VIII/2010

232 Putusan No. 56/PUU-VIII/2010

233 Putusan No. 10/PUU-IX/2011

234 Putusan No. 48/PUU-VIII/2010

235 Putusan No. 22/PUU-IX/2011

236 Putusan No. 9/PUU-IX/2011

237 Putusan No. 3/PUU-VII/2010

238 Putusan No. 43/PUU-VII/2010

239 Putusan No. 5/PUU-IX/2011

240 Putusan No. 12/PUU-VIII/2010

241 Putusan No. 71/PUU-VIII/2010

242 Putusan No. 79/PUU-VIII/2010

243 Putusan No. 66/PUU-VIII/2010

244 Putusan No. 30/PUU-IX/2011

245 Putusan No. 18/PUU-IX/2011

246 Putusan No. 15/PUU-IX/2011

247 Putusan No. 11/PUU-IX/2011

248 Putusan No. 17/PUU-VIII/2010

249 Putusan No. 4/PUU-IX/2011

250 Putusan No. 1/PUU-IX/2011

251 Putusan No. 32/PUU-IX/2011

252 Putusan No. 23/PUU-IX/2011

253 Putusan No. 21/PUU-IX/2011

254 Putusan No. 35/PUU-IX/2011

255 Putusan No. 65/PUU-VIII/2010

256 Putusan No. 36/PUU-IX/2011

257 Putusan No. 28/PUU-VIII/2010

258 Putusan No. 36/PUU-IX/2011

259 Putusan No. 37/PUU-IX/2011

260 Putusan No. 26/PUU-IX/2011

261 Putusan No. 55/PUU-VIII/2010

262 Putusan No. 29/PUU-IX/2011

263 Putusan No. 17/PUU-IX/2011

264 Putusan No. 58/PUU-VIII/2010

265 Putusan No. 3/PUU-IX/2011

266 Putusan No. 2/PUU-IX/2011

267 Putusan No. 72/PUU-VIII/2010

268 Putusan No. 25/PUU-IX/2011

269 Putusan No. 41/PUU-IX/2011

270 Putusan No. 48/PUU-IX/2011

271 Putusan No. 49/PUU-IX/2011

272 Putusan No. 19/PUU-VIII/2010

273 Putusan No. 46/PUU-IX/2011

274 Putusan No. 43/PUU-IX/2011

275 Putusan No. 34/PUU-VIII/2010

276 Putusan No. 61/PUU-VIII/2010

277 Putusan No. 54/PUU-IX/2011

278 Putusan No. 50/PUU-VIII/2010

279 Putusan No. 63/PUU-IX/2011

280 Putusan No. 74/PUU-VIII/2010

281 Putusan No. 70/PUU-VIII/2010

282 Putusan No. 69/PUU-IX/2011

283 Putusan No. 8/PUU-IX/2011

284 Putusan No. 60/PUU-IX/2011

285 Putusan No. 80/PUU-IX/2011

286 Putusan No. 81/PUU-IX/2011

287 Putusan No. 27/PUU-IX/2011

288 Putusan No. 55/PUU-IX/2011

289 Putusan No. 77/PUU-VIII/2010

290 Putusan No. 40/PUU-IX/2011

Page 247: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

225

291 Putusan No. 39/PUU-IX/2011

292 Putusan No. 67/PUU-VIII/2010

293 Putusan No. 46/PUU-VIII/2010

294 Putusan No. 78/PUU-VIII/2010

295 Putusan No. 45/PUU-IX/2011

296 Putusan No. 47/PUU-IX/2011

297 Putusan No. 67/PUU-IX/2011

298 Putusan No. 66/PUU-IX/2011

299 Putusan No. 83/PUU-IX/2011

300 Putusan No. 56/PUU-IX/2011

301 Putusan No. 38/PUU-IX/2011

302 Putusan No. 85/PUU-IX/2011

303 Putusan No. 16/PUU-IX/2011

304 Putusan No. 57/PUU-IX/2011

305 Putusan No. 75/PUU-IX/2011

306 Putusan No. 6/PUU-X/2012

307 Putusan No. 20/PUU-X/2012

308 Putusan No. 45/PUU-VIII/2010

309 Putusan No. 65/PUU-IX/2011

310 Putusan No. 17/PUU-X/2012

311 Putusan No. 18/PUU-X/2012

312 Putusan No. 11/PUU-X/2012

313 Putusan No. 23/PUU-X/2012

314 Putusan No. 14/PUU-IX/2011

315 Putusan No. 25/PUU-VIII/2010

316 Putusan No. 30/PUU-VIII/2010

317 Putusan No. 32/PUU-VIII/2010

318 Putusan No. 79/PUU-IX/2011

319 Putusan No. 19/PUU-IX/2011

320 Putusan No. 64/PUU-IX/2011

321 Putusan No. 27/PUU-X/2012

322 Putusan No. 38/PUU-X/2012

323 Putusan No. 44/PUU-X/2012

324 Putusan No. 34/PUU-IX/2011

325 Putusan No. 58/PUU-IX/2011

326 Putusan No. 52/PUU-IX/2011

327 Putusan No. 15/PUU-X/2012

328 Putusan No. 19/PUU-X/2012

329 Putusan No. 74/PUU-IX/2011

330 Putusan No. 13/PUU-X/2012

331 Putusan No. 28/PUU-IX/2011

332 Putusan No. 37/PUU-X/2012

333 Putusan No. 59/PUU-IX/2011

334 Putusan No. 70/PUU-IX/2011

335 Putusan No. 57/PUU-X/2012

336 Putusan No. 51/PUU-IX/2011

337 Putusan No. 51/PUU-X/2012

338 Putusan No. 52/PUU-X/2012

339 Putusan No. 54/PUU-X/2012

340 Putusan No. 55/PUU-X/2012

341 Putusan No. 61/PUU-IX/2011

342 Putusan No. 71/PUU-IX/2011

343 Putusan No. 68/PUU-IX/2011

344 Putusan No. 70/PUU-X/2012

345 Putusan No. 77/PUU-X/2012

346 Putusan No. 24/PUU-X/2012

347 Putusan No. 66/PUU-X/2012

348 Putusan No. 28/PUU-X/2012

349 Putusan No. 60/PUU-X/2012

350 Putusan No. 77/PUU-IX/2011

351 Putusan No. 9/PUU-X/2012

352 Putusan No. 34/PUU-X/2012

353 Putusan No. 73/PUU-IX/2011

354 Putusan No. 82/PUU-IX/2011

355 Putusan No. 44/PUU-IX/2011

356 Putusan No. 50/PUU-IX/2011

357 Putusan No. 78/PUU-IX/2011

358 Putusan No. 12/PUU-X/2012

359 Putusan No. 14/PUU-X/2012

360 Putusan No. 7/PUU-X/2012

361 Putusan No. 82/PUU-X/2012

362 Putusan No. 16/PUU-X/2012

363 Putusan No. 31/PUU-X/2012

364 Putusan No. 71/PUU-X/2012

365 Putusan No. 81/PUU-X/2012

366 Putusan No. 36/PUU-X/2012

Page 248: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

226

367 Putusan No. 10/PUU-X/2012

368 Putusan No. 69/PUU-X/2012

369 Putusan No. 42/PUU-X/2012

370 Putusan No. 43/PUU-X/2011

371 Putusan No. 45/PUU-X/2012

372 Putusan No. 46/PUU-X/2012

373 Putusan No. 53/PUU-X/2012

374 Putusan No. 58/PUU-X/2012

375 Putusan No. 53/PUU-IX/2011

376 Putusan No. 84/PUU-IX/2012

377 Putusan No. 2/PUU-X/2012

378 Putusan No. 29/PUU-X/2012

379 Putusan No. 1/PUU-X/2012

380 Putusan No. 5/PUU-X/2012

381 Putusan No. 25/PUU-X/2012

382 Putusan No. 76/PUU-X/2012

383 Putusan No. 80/PUU-X/2012

384 Putusan No. 4/PUU-X/2012

385 Putusan No. 26/PUU-X/2012

386 Putusan No. 33/PUU-X/2012

387 Putusan No. 40/PUU-X/2012

388 Putusan No. 56/PUU-X/2012

389 Putusan No. 67/PUU-X/2012

390 Putusan No. 116/PUU-X/2012

391 Putusan No. 8/PUU-X/2012

392 Putusan No. 39/PUU-X/2012

393 Putusan No. 50/PUU-X/2012

394 Putusan No. 68/PUU-X/2012

395 Putusan No. 109/PUU-X/2012

396 Putusan No. 89/PUU-X/2012

397 Putusan No. 97/PUU-X/2012

398 Putusan No. 32/PUU-X/2012

399 Putusan No. 47/PUU-X/2012

400 Putusan No. 48/PUU-X/2012

401 Putusan No. 62/PUU-X/2012

402 Putusan No. 33/PUU-IX/2011

403 Putusan No. 63/PUU-X/2012

404 Putusan No. 64/PUU-X/2012

405 Putusan No. 74/PUU-X/2012

406 Putusan No. 85/PUU-X/2012

407 Putusan No. 87/PUU-X/2012

408 Putusan No. 108/PUU-X/2012

409 Putusan No. 4/PUU-XI/2012

410 Putusan No. 92/PUU-X/2012

411 Putusan No. 104/PUU-X/2012

412 Putusan No. 65/PUU-X/2012

413 Putusan No. 73/PUU-X/2012

414 Putusan No. 95/PUU-X/2012

415 Putusan No. 110/PUU-X/2012

416 Putusan No. 114/PUU-X/2012

417 Putusan No. 115/PUU-X/2012

418 Putusan No. 7/PUU-XI/2013

419 Putusan No. 12/PUU-XI/2013

420 Putusan No. 15/PUU-XI/2013

421 Putusan No. 107/PUU-X/2012

422 Putusan No. 18/PUU-XI/2013

423 Putusan No. 35/PUU-X/2012

424 Putusan No. 79/PUU-X/2012

425 Putusan No. 98/PUU-X/2012

426 Putusan No. 8/PUU-XI/2013

427 Putusan No. 29/PUU-XI/2013

428 Putusan No. 49/PUU-X/2012

429 Putusan No. 78/PUU-X/2012

430 Putusan No. 94/PUU-X/2012

431 Putusan No. 17/PUU-XI/2013

432 Putusan No. 75/PUU-X/2012

433 Putusan No. 113/PUU-X/2012

434 Putusan No. 40/PUU-XI/2013

435 Putusan No. 46/PUU-XI/2013

436 Putusan No. 99/PUU-X/2012

437 Putusan No. 112/PUU-X/2012

438 Putusan No. 19/PUU-XI/2013

439 Putusan No. 39/PUU-XI/2013

440 Putusan No. 45/PUU-XI/2013

441 Putusan No. 5/PUU-XI/2013

442 Putusan No. 41/PUU-X/2012

Page 249: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

227

443 Putusan No. 22/PUU-XI/2013

444 Putusan No. 51/PUU-XI/2013

445 Putusan No. 51/PUU-XI/2013

446 Putusan No. 52/PUU-XI/2013

447 Putusan No. 30/PUU-X/2012

448 Putusan No. 93/PUU-X/2012

449 Putusan No. 90/PUU-X/2012

450 Putusan No. 96/PUU-X/2012

451 Putusan No. 6/PUU-XI/2013

452 Putusan No. 41/PUU-XI/2013

453 Putusan No. 13/PUU-XI/2013

454 Putusan No. 24/PUU-XI/2013

455 Putusan No. 42/PUU-XI/2013

456 Putusan No. 44/PUU-XI/2013

457 Putusan No. 84/PUU-X/2012

458 Putusan No. 100/PUU-X/2012

459 Putusan No. 2/PUU-XI/2013

460 Putusan No. 66/PUU-XI/2013

461 Putusan No. 43/PUU-XI/2013

462 Putusan No. 53/PUU-XI/2013

463 Putusan No. 72/PUU-X/2012

464 Putusan No. 58/PUU-XI/2013

465 Putusan No. 86/PUU-X/2012

466 Putusan No. 117/PUU-X/2012

467 Putusan No. 49/PUU-XI/2013

468 Putusan No. 16/PUU-XI/2013

469 Putusan No. 103/PUU-X/2012

470 Putusan No. 111/PUU-X/2012

471 Putusan No. 8/PUU-X/2012

472 Putusan No. 25/PUU-XI/2013

473 Putusan No. 27/PUU-XI/2013

474 Putusan No. 1/PUU-XI/2013

475 Putusan No. 14/PUU-XI/2013

476 Putusan No. 57/PUU-XI/2013

477 Putusan No. 59/PUU-IX/2013

478 Putusan No. 3/PUU-XI/2013

479 Putusan No. 86/PUU-XI/2013

480 Putusan No. 91/PUU-XI/2013

481 Putusan No. 92/PUU-XI/2013

482 Putusan No. 93/PUU-XI/2013

483 Putusan No. 94/PUU-XI/2013

484 Putusan No. 79/PUU-XI/2013

485 Putusan No. 81/PUU-XI/2013

486 Putusan No. 89/PUU-XI/2013

487 Putusan No. 1-2/PUU-XII/2014

488 Putusan No. 78/PUU-XI/2013

489 Putusan No. 102/PUU-XI/2013

490 Putusan No. 54/PUU-XI/2013

491 Putusan No. 105/PUU-XI/2013

492 Putusan No. 4/PUU-XII/2014

493 Putusan No. 21/PUU-XI/2013

494 Putusan No. 30/PUU-XI/2013

495 Putusan No. 34/PUU-XI/2013

496 Putusan No. 36/PUU-XI/2013

497 Putusan No. 20/PUU-XI/2013

498 Putusan No. 74/PUU-XI/2013

499 Putusan No. 61/PUU-XI/2013

500 Putusan No. 72/PUU-XI/2013

501 Putusan No. 99/PUU-XI/2013

502 Putusan No. 108/PUU-XI/2013

503 Putusan No. 9/PUU-XI/2013

504 Putusan No. 83/PUU-XI/2013

505 Putusan No. 63/PUU-XI/2013

506 Putusan No. 73/PUU-XI/2013

507 Putusan No. 31/PUU-XI/2013

508 Putusan No. 32/PUU-XI/2013

509 Putusan No. 100/PUU-XI/2013

510 Putusan No. 24/PUU-XII/2014

511 Putusan No. 80/PUU-XI/2013

512 Putusan No. 55/PUU-XI/2013

513 Putusan No. 104/PUU-XI/2013

514 Putusan No. 109/PUU-XI/2013

515 Putusan No. 33/PUU-XI/2013

516 Putusan No. 56/PUU-XI/2013

517 Putusan No. 69/PUU-XI/2013

518 Putusan No. 96/PUU-XI/2013

Page 250: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

228

519 Putusan No. 23/PUU-XII/2014

520 Putusan No. 26/PUU-XII/2014

521 Putusan No. 26/PUU-XI/2013

522 Putusan No. 106/PUU-XI/2013

523 Putusan No. 107/PUU-XI/2013

524 Putusan No. 64/PUU-XI/2013

525 Putusan No. 97/PUU-XI/2013

526 Putusan No. 37/PUU-XII/2014

527 Putusan No. 35/PUU-XI/2013

528 Putusan No. 38/PUU-XI/2013

529 Putusan No. 17/PUU-XII/2014

530 Putusan No. 28/PUU-XI/2013

531 Putusan No. 60/PUU-XI/2013

532 Putusan No. 65/PUU-XI/2013

533 Putusan No. 22/PUU-XII/2014

534 Putusan No. 33/PUU-XII/2014

535 Putusan No. 49/PUU-XII/2014

536 Putusan No. 50/PUU-XII/2014

537 Putusan No. 51/PUU-XII/2014

538 Putusan No. 53/PUU-XII/2014

539 Putusan No. 67/PUU-XI/2013

540 Putusan No. 68/PUU-XI/2013

541 Putusan No. 103/PUU-XI/2013

542 Putusan No. 48/PUU-XI/2013

543 Putusan No. 62/PUU-XI/2013

544 Putusan No. 5/PUU-XII/2014

545 Putusan No. 73/PUU-XII/2014

546 Putusan No. 82/PUU-XII/2014

547 Putusan No. 71/PUU-XI/2013

548 Putusan No. 84/PUU-IX/2013

549 Putusan No. 62/PUU-XII/2014

550 Putusan No. 50/PUU-XI/2013

551 Putusan No. 101/PUU-XI/2013

552 Putusan No. 39/PUU-XII/2014

553 Putusan No. 97/PUU-XII/2014

554 Putusan No. 98/PUU-XII/2014

555 Putusan No. 101/PUU-XII/2014

556 Putusan No. 105/PUU-XII/2014

557 Putusan No. 111/PUU-XII/2014

558 Putusan No. 87/PUU-XI/2013

559 Putusan No. 93/PUU-XII/2014

560 Putusan No. 61/PUU-XII/2014

561 Putusan No. 70/PUU-XII/2014

562 Putusan No. 71/PUU-XII/2014

563 Putusan No. 95/PUU-XII/2013

564 Putusan No. 6/PUU-XII/2013

565 Putusan No. 15/PUU-XII/2014

566 Putusan No. 38/PUU-XII/2014

567 Putusan No. 75/PUU-XII/2014

568 Putusan No. 84/PUU-XII/2014

569 Putusan No. 88/PUU-XII/2014

570 Putusan No. 75/PUU-XI/2013

571 Putusan No. 98/PUU-XI/2013

572 Putusan No. 10/PUU-XII/2014

573 Putusan No. 63/PUU-XII/2014

574 Putusan No. 64/PUU-XII/2014

575 Putusan No. 82/PUU-XI/2013

576 Putusan No. 3/PUU-XII/2014

577 Putusan No. 16/PUU-XII/2014

578 Putusan No. 45/PUU-XII/2014

579 Putusan No. 18/PUU-XII/2014

580 Putusan No. 47/PUU-XII/2014

581 Putusan No. 52/PUU-XII/2014

582 Putusan No. 57/PUU-XII/2014

583 Putusan No. 67/PUU-XII/2014

584 Putusan No. 121/PUU-XII/2014

585 Putusan No. 34/PUU-XII/2014

586 Putusan No. 43/PUU-XII/2014

587 Putusan No. 59/PUU-XII/2014

588 Putusan No. 65/PUU-XII/2014

589 Putusan No. 86/PUU-XII/2014

590 Putusan No. 123/PUU-XII/2014

591 Putusan No. 124/PUU-XII/2014

592 Putusan No. 27/PUU-XII/2014

593 Putusan No. 66/PUU-XII/2014

594 Putusan No. 89/PUU-XII/2014

Page 251: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

229

595 Putusan No. 132/PUU-XII/2014

596 Putusan No. 140/PUU-XII/2014

597 Putusan No. 77/PUU-XII/2014

598 Putusan No. 85/PUU-XI/2013

599 Putusan No. 118-119-125-126-127-

129-130-135/PUU-XII/2014

600 Putusan No. 19/PUU-XII/2014

601 Putusan No. 31/PUU-XII/2014

602 Putusan No. 81/PUU-XII/2014

603 Putusan No. 120/PUU-XII/2014

604 Putusan No. 11/PUU-XII/2014

605 Putusan No. 12/PUU-XII/2014

606 Putusan No. 20/PUU-XII/2014

607 Putusan No. 91/PUU-XII/2014

608 Putusan No. 85/PUU-XI/2014

609 Putusan No. 137/PUU-XII/2014

610 Putusan No. 15/PUU-XIII/2015

611 Putusan No. 14/PUU-XII/2014

612 Putusan No. 32/PUU-XII/2014

613 Putusan No. 113/PUU-XII/2014

614 Putusan No. 21/PUU-XII/2014

615 Putusan No. 42/PUU-XII/2014

616 Putusan No. 44/PUU-XII/2014

617 Putusan No. 29/PUU-XII/2014

618 Putusan No. 35/PUU-XII/2014

619 Putusan No. 46/PUU-XII/2014

620 Putusan No. 78/PUU-XII/2014

621 Putusan No. 18/PUU-XIII/2015

622 Putusan No. 30-74/PUU-XII/2014

623 Putusan No. 68/PUU-XII/2014

624 Putusan No. 109/PUU-XII/2014

625 Putusan No. 110/PUU-XII/2014

626 Putusan No. 41/PUU-XII/2014

627 Putusan No. 56/PUU-XII/2014

628 Putusan No. 33/PUU-XIII/2015

629 Putusan No. 34/PUU-XIII/2015

630 Putusan No. 37/PUU-XIII/2015

631 Putusan No. 38/PUU-XIII/2015

632 Putusan No. 71/PUU-XIII/2015

633 Putusan No. 79/PUU-XIII/2015

634 Putusan No. 26/PUU-XIII/2015

635 Putusan No. 42/PUU-XIII/2015

636 Putusan No. 46/PUU-XIII/2015

637 Putusan No. 49/PUU-XIII/2015

638 Putusan No. 51/PUU-XIII/2015

639 Putusan No. 58/PUU-XIII/2015

640 Putusan No. 70/PUU-XIII/2015

641 Putusan No. 73/PUU-XIII/2015

642 Putusan No. 25/PUU-XII/2014

643 Putusan No. 116/PUU-XII/2014

644 Putusan No. 23/PUU-XIII/2015

645 Putusan No. 72/PUU-XII/2014

646 Putusan No. 5/PUU-XII/2015

647 Putusan No. 27/PUU-XIII/2016

648 Putusan No. 54/PUU-XII/2014

649 Putusan No. 58/PUU-XII/2014

650 Putusan No. 76/PUU-XII/2014

651 Putusan No. 79/PUU-XII/2014

652 Putusan No. 60/PUU-XIII/2015

653 Putusan No. 63/PUU-XIII/2015

654 Putusan No. 77/PUU-XIII/2015

655 Putusan No. 80/PUU-XIII/2015

656 Putusan No. 81/PUU-XIII/2015

657 Putusan No. 83/PUU-XIII/2015

658 Putusan No. 112/PUU-XII/2014

dan 36/PUU-XIII/2015

659 Putusan No. 68/PUU-XIII/2015

660 Putusan No. 95/PUU-XIII/2015

661 Putusan No. 96/PUU-XIII/2015

662 Putusan No. 100/PUU-XIII/2015

663 Putusan No. 92/PUU-XII/2014

664 Putusan No. 43/PUU-XIII/2015

665 Putusan No. 69/PUU-XII/2014

666 Putusan No. 12/PUU-XIII/2015

667 Putusan No. 13/PUU-XIII/2015

668 Putusan No. 35/PUU-XIII/2015

Page 252: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

230

669 Putusan No. 41/PUU-XIII/2015

670 Putusan No. 61/PUU-XIII/2015

671 Putusan No. 91/PUU-XIII/2015

672 Putusan No. 7/PUU-XII/2014

673 Putusan No. 106/PUU-XII/2014

674 Putusan No. 114/PUU-XII/2014

675 Putusan No. 10/PUU-XIII/2015

676 Putusan No. 28/PUU-XIII/2015

677 Putusan No. 2/PUU-XIII/2015

678 Putusan No. 94/PUU-XIII/2015

679 Putusan No. 105/PUU-XIII/2015

680 Putusan No. 117/PUU-XII/2014

681 Putusan No. 57/PUU-XIII/2015

682 Putusan No. 62/PUU-XIII/2015

683 Putusan No. 89/PUU-XIII/2015

684 Putusan No. 101/PUU-XIII/2015

685 Putusan No. 104/PUU-XIII/2015

686 Putusan No. 8/PUU-XII/2014

687 Putusan No. 80/PUU-XII/2014

688 Putusan No. 20/PUU-XIII/2015

689 Putusan No. 108/PUU-XIII/2015

690 Putusan No. 122/PUU-XII/2014

691 Putusan No. 138/PUU-XII/2014

692 Putusan No. 22/PUU-XIII/2015

693 Putusan No. 24/PUU-XIII/2015

694 Putusan No. 66/PUU-XIII/2015

695 Putusan No. 84/PUU-XIII/2015

696 Putusan No. 93/PUU-XIII/2015

697 Putusan No. 120/PUU-XIII/2015

698 Putusan No. 95/PUU-XII/2014

699 Putusan No. 16/PUU-XIII/2015

700 Putusan No. 19-PUU-XIII/2015

701 Putusan No. 31/PUU-XIII/2015

702 Putusan No. 45/PUU-XIII/2015

703 Putusan No. 56/PUU-XIII/2015

704 Putusan No. 98/PUU-XIII/2015

705 Putusan No. 2/PUU-XIV/2016

706 Putusan No. 39/PUU-XIII/2015

707 Putusan No. 126/PUU-XIII/2015

708 Putusan No. 131/PUU-XIII/2015

709 Putusan No. 4/PUU-XIII/2015

710 Putusan No. 3/PUU-XIII/2015

711 Putusan No. 26/PUU-XIV/2016

712 Putusan No. 4/PUU-XIV/2016

713 Putusan No. 21/PUU-XIII/2015

714 Putusan No. 16/PUU-XIV/2016

715 Putusan No. 33/PUU-XIV/2016

716 Putusan No. 25/PUU-XIII/2015

717 Putusan No. 40/PUU-XIII/2015

718 Putusan No. 30/PUU-XIII/2015

719 Putusan No. 122/PUU-XIII/2015

720 Putusan No. 8/PUU-XIII/2015

721 Putusan No. 9/PUU-XIII/2015

722 Putusan No. 76/PUU-XIII/2015

723 Putusan No. 107/PUU-XIII/2015

724 Putusan No. 18/PUU-XIV/2016

725 Putusan No. 22/PUU-XVI/2016

726 Putusan No. 7/PUU-XIII/2015

727 Putusan No. 11/PUU-XIII/2015

728 Putusan No. 64/PUU-XIII/2015

729 Putusan No. 17/PUU-XIV/2016

730 Putusan No. 32/PUU-XIV/2016

731 Putusan No. 37/PUU-XIV/2016

732 Putusan No. 90/PUU-XIII/2015

733 Putusan No. 112/PUU-XIII/2015

734 Putusan No. 23/PUU-XIV/2016

735 Putusan No. 34/PUU-XIV/2016

736 Putusan No. 32/PUU-XIII/2015

737 Putusan No. 5/PUU-XIV/2016

738 Putusan No. 92/PUU-XIII/2015

739 Putusan No. 106/PUU-XIII/2015

740 Putusan No. 119/PUU-XIII/2015

741 Putusan No. 10/PUU-XIV/2016

742 Putusan No. 24/PUU-XIV/2016

743 Putusan No. 42/PUU-XIV/2016

744 Putusan No. 6/PUU-XIII/2015

Page 253: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

231

745 Putusan No. 29/PUU-XIII/2015

746 Putusan No. 65/PUU-XIII/2015

747 Putusan No. 117/PUU-XIII/2015

748 Putusan No. 6/PUU-XIV/2016

749 Putusan No. 48/PUU-XIV/2016

750 Putusan No. 75/PUU-XIII/2015

751 Putusan No. 128/PUU-XIII/2015

752 Putusan No. 7/PUU-XIV/2016

753 Putusan No. 51/PUU-XIV/2016

754 Putusan No. 53/PUU-XIII/2015

755 Putusan No. 59/PUU-XIII/2015

756 Putusan No. 67/PUU-XIII/2015

757 Putusan No. 123/PUU-XIII/2015

758 Putusan No. 8/PUU-XIV/2016

759 Putusan No. 20/PUU-XIV/2016

760 Putusan No. 21/PUU-XIV/2016

761 Putusan No. 50/PUU-XIV/2016

762 Putusan No. 72/PUU-XIII/2015

763 Putusan No. 110/PUU-XIII/2015

764 Putusan No. 113/PUU-XIII/2015

765 Putusan No. 114/PUU-XIII/2015

766 Putusan No. 27/PUU-XIV/2016

767 Putusan No. 38/PUU-XIV/2016

768 Putusan No. 47/PUU-XIII/2015

769 Putusan No. 52/PUU-XIII/2015

770 Putusan No. 87/PUU-XIII/2015

771 Putusan No. 135/PUU-XIII/2015

772 Putusan No. 62/PUU-XIV/2016

773 Putusan No. 69/PUU-XIII/2015

774 Putusan No. 88/PUU-XIII/2015

775 Putusan No. 138/PUU-XIII/2015

776 Putusan No. 50/PUU-XIII/2015

777 Putusan No. 78/PUU-XIII/2015

778 Putusan No. 102/PUU-XIII/2015

779 Putusan No. 109/PUU-XIII/2015

780 Putusan No. 52/PUU-XIV/2016

781 Putusan No. 82/PUU-XIII/2015

782 Putusan No. 85/PUU-XIII/2015

783 Putusan No. 111/PUU-XIII/2015

784 Putusan No. 57/PUU-XIV/2016

785 Putusan No. 58/PUU-XIV/2016

786 Putusan No. 59/PUU-XIV/2016

787 Putusan No. 125/PUU-XIII/2015

788 Putusan No. 63/PUU-XIV/2016

789 Putusan No. 130/PUU-XIII/2015

790 Putusan No. 133/PUU-XIII/2015

791 Putusan No. 136/PUU-XIII/2015

792 Putusan No. 3/PUU-XIV/2016

793 Putusan No. 29/PUU-XIV/2016

794 Putusan No. 40/PUU-XIV/2016

795 Putusan No. 43/PUU-XIV/2016

796 Putusan No. 140/PUU-XIII/2015

797 Putusan No. 25/PUU-XIV/2016

798 Putusan No. 35/PUU-XIV/2016

799 Putusan No. 45/PUU-XIV/2016

800 Putusan No. 76/PUU-XIV/2016

801 Putusan No. 81/PUU-XIV/2016

802 Putusan No. 83/PUU-XIV/2016

803 Putusan No. 89/PUU-XIV/2016

804 Putusan No. 93/PUU-XIV/2016

805 Putusan No. 129/PUU-XIII/2015

806 Putusan No. 139/PUU-XIII/2015

807 Putusan No. 28/PUU-XIV/2016

808 Putusan No. 64/PUU-XIV/2016

809 Putusan No. 65/PUU-XIV/2016

810 Putusan No. 72/PUU-XIV/2016

811 Putusan No. 77/PUU-XIV/2016

812 Putusan No. 78/PUU-XIV/2016

813 Putusan No. 91/PUU-XIV/2016

814 Putusan No. 99/PUU-XIV/2016

815 Putusan No. 13/PUU-XIV/2016

816 Putusan No. 49/PUU-XIV/2016

817 Putusan No. 79/PUU-XIV/2016

818 Putusan No. 90/PUU-XIV/2016

819 Putusan No. 98/PUU-XIV/2016

820 Putusan No. 111/PUU-XIV/2016

Page 254: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

232

821 Putusan No. 94/PUU-XIV/2016

822 Putusan No. 39/PUU-XIV/2016

823 Putusan No. 55/PUU-XIV/2016

824 Putusan No. 109/PUU-XIV/2016

825 Putusan No. 2/PUU-XV/2017

826 Putusan No. 132/PUU-XIII/2015

827 Putusan No. 137/PUU-XIII

828 Putusan No. 102/PUU-XIV/2016

829 Putusan No. 9/PUU-XV/2017

830 Putusan No. 95/PUU-XIV/2016

831 Putusan No. 101/PUU-XIV/2016

832 Putusan No. 110/PUU-XIV/2016

833 Putusan No. 12/PUU-XIV/2016

834 Putusan No. 61/PUU-XIV/2016

835 Putusan No. 68/PUU-XIV/2016

836 Putusan No. 82/PUU-XIV/2016

837 Putusan No. 106/PUU-XIV 2016

838 Putusan No. 19/PUU-XV/2017

839 Putusan No. 47/PUU-XIV/2016

840 Putusan No. 54/PUU-XIV/2016

841 Putusan No. 56/PUU-XIV/2016

842 Putusan No. 27/PUU-XV/2017

Page 255: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

233

PROFIL PENELITI DAN ASISTEN PENELITI

A. PENELITI

Damianagatayuvens meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia

pada tahun 2012 dan gelar Master of Law and Development dari University of

Melbourne pada tahun 2017. Damian adalah advokat yang masih tetap

menggeluti dunia penelitian. Beberapa tulisannya dapat ditemukan dalam

jurnal-jurnal nasional. Damian dapat dihubungi melalui alamat surel

[email protected].

Liza Farihah meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia pada

tahun 2012. Liza adalah peneliti madya di Lembaga Kajian dan Advokasi

Independensi Peradilan (LeIP) yang fokus pada pembaruan peradilan Indonesia

melalui advokasi berbasis riset. Hasil penelitian yang ia lakukan dapat

ditemukan dalam pelbagai terbitan LeIP dan jurnal nasional. Liza dapat

dihubungi pada alamat surel [email protected].

Rangga Sujud Widigda meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas

Indonesia pada tahun 2013. Rangga pernah bekerja sebagai konsultan hukum

pada firma hukum ternama di Indonesia dan kini bekerja di perusahaan yang

bergerak di bidang ketenagakerjaan. Rangga tetap aktif sebagai pemerhati dunia

hukum Indonesia dan dapat dihubungi pada alamat surel

[email protected].

Agung Sudrajat meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia pada

tahun 2012 dan gelar Master of Law dari Dokuz Eylül University pada tahun

2016. Agung pernah mengabdikan dirinya di Kedutaan Besar Republik

Indonesia di Ankara, Turki dan kini bekerja sebagai staf di Kedutaan Besar

Republik Indonesia di Oslo, Norwegia. Agung dapat dihubungi pada alamat

surel [email protected].

Page 256: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

234

Erwin Natosmal Oemar meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gajah

Mada pada tahun 2011 dan mendapatkan Young Policy Leaders Fellowship dari

European University Institute pada tahun 2017. Erwin bergabung dengan

Indonesian Legal Roundtable (ILR) sejak tahun 2012. Pada tahun 2016, Erwin

diangkat sebagai Ketua Bidang Hubungan Masyarakat DPP Ikatan Advokat

Indonesia. Erwin dapat dihubungi pada alamat surel [email protected].

B. ASISTEN PENELITI

Shanaz Hani Sofi mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Sebelas

Maret pada tahun 2014. Hani pernah menjadi Asisten Pengacara Publik di

Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada tahun 2016 dan kemudian bergabung

dengan Indonesian Legal Roundtable (ILR) pada tahun yang sama. Hani saat

ini juga aktif di Bakornas LKB-HMI.

Muhammad Indra Lesmana mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari

Universitas Sebelas Maret pada tahun 2015. Sebagai mahasiswa, Indra aktif di

pelbagai organisasi kemahasiswaan seperti Kelompok Studi Penelitian

“Principium” dan Himpunan Mahasiswa Indonesia. Ia bergabung dengan

Indonesian Legal Roundtable (ILR) sejak tahun 2016.

Nabila Thalib mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia

pada tahun 2015. Sebagai mahasiswa, ia kerap berperan sebagai moderator dan

asisten peneliti. Ia pernah bekerja di Indonesian Legal Roundtable (ILR) pada

tahun 2015 hingga tahun 2017. Selanjutnya Nabila bergabung dengan Pusat

Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia.

Page 257: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

235

PROFIL INDONESIAN LEGAL ROUNDTABLE (ILR)

A. LATAR BELAKANG

Dunia hukum dan peradilan Indonesia saat ini dipenuhi kontroversi demi

kontroversi. Apabila dirangkum dalam suatu kesimpulan umum, pelbagai

kontroversi tersebut dimulai dari materi perundang-undangan yang tidak jelas

nilai dan ideologinya serta multi-makna dalam penafsirannya, sampai dengan

kinerja lembaga peradilan yang sering melukai rasa keadilan masyarakat.

Sehingga tidak mengherankan bila banyak pihak yang mengatakan bahwa

tujuan hukum untuk memberikan kepastian, keadilan dan kemanfaatan akhirnya

hanya berlaku di atas kertas saja.

Beberapa contoh dari kebobrokan dunia hukum dan peradilan juga dapat

dilihat dari pelbagai penelitian yang dilakukan oleh pelbagai lembaga swadaya

masyarakat, di mana diperoleh data bahwa aktor-aktor yang terlibat pun sudah

demikian luas, dimulai dari seluruh aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim,

sipir penjara dan advokat), pegawai administrasi dengan pangkat tertinggi,

politisi pembuat peraturan perundang-undangan sampai dengan kalangan

intelektual yang menjadi ahli.

Fakta yang secara selintas disebutkan di atas menyebabkan pelbagai laporan

lembaga di dalam maupun luas negeri yang menyebutkan Indonesia sebagai

salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia menjadi cukup valid

dan tidak dapat disanggah sama sekali. Bahkan Daniel Kauffmann, dalam

laporannya yang secara khusus menyoroti praktik korupsi di lembaga peradilan,

menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara yang berada pada posisi yang

cukup memprihatinkan berkaitan dengan kinerja aparat pada lembaga

penegakan hukumnya.

Bentuk-bentuk korupsi di lembaga peradilan sendiri menurut Deklarasi

International Bar Association (IBA), secara umum adalah tindakan-tindakan

yang menyebabkan ketidakmandirian lembaga peradilan dan institusi hukum

(polisi, jaksa, hakim dan advokat). Sedangkan secara khusus dapat dilakukan

dalam bentuk mencari atau menerima pelbagai macam keuntungan atau janji

berdasarkan penyalahgunaan kekuasaan kehakiman atau perbuatan lainnya,

seperti: suap, pemalsuan, penghilangan data atau berkas pengadilan, perubahan

Page 258: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

236

dengan sengaja berkas pengadilan, memperlambat proses pengadilan,

pemanfaatan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, pertimbangan yang

keliru, sikap tunduk kepada campur tangan luar/dalam pada saat memutus

perkara karena adanya tekanan, ancaman, nepotisme, conflict of interest,

favoritisme, kompromi dengan advokat serta tunduk pada kemauan pemerintah

dan partai politik. Praktik-praktik judicial corruption ini secara kolektif dikenal

dengan sebutan mafia peradilan.

Sebagai suatu sistem, kinerja aparat penegak hukum sekarang ini memang

berada pada titik nadir yang cukup mengkhawatirkan. Pelbagai keluhan baik

dari masyarakat dan para pencari keadilan seolah-olah sudah tidak dapat lagi

menjadi media kontrol bagi para penegak hukum tersebut untuk kemudian

melakukan pelbagai perbaikan yang signifikan bagi terciptanya suatu kinerja

yang ideal dan sesuai dengan harapan masyarakat. Sayangnya lagi

pemerintahan yang telah dipilih secara langsung oleh rakyat tidak memiliki

sense of crisis terhadap persoalan hukum. Yang terjadi malah political interest

lebih menonjol ketimbang komitmen dan political will yang sungguh-sungguh

untuk memperkuat law enforcement dan rule of law. Tak jarang dari banyak

fakta atau kasus, justru political interest ini yang menjadi penghambat jalannya

penegakan hukum.

Berdasarkan pelbagai permasalahan yang telah dipaparkan di atas, yang

sebenarnya masih sangat singkat dan sederhana apabila dibandingkan dengan

fakta yang terjadi secara terus-menerus dan sistemik di lapangan, kami berpikir

perlu ada suatu lembaga yang secara menyeluruh dan sistemik melakukan

kajian atas pelbagai masalah hukum tersebut dan menawarkan solusi

pemecahannya. Sehingga diharapkan pada akhirnya secara bertahap semua

permasalahan yang seperti benang kusut tersebut sedikit demi sedikit dapat

terurai dan hukum yang bertujuan untuk memberikan kepastian, keadilan dan

kemanfaatan akhirnya berlaku juga di lapangan.

Kondisi demikian bukanlah sesuatu yang datang dalam sekejap, tetapi telah

berlangsung sekian lama, sistematis, dan seperti tak berkesudahan. Hampir satu

dasawarsa seiring dengan euforia reformasi, namun perubahan hukum belum

membuahkan hasil yang memuaskan dan berpengaruh secara signifikan.

Melengkapi upaya yang telah dilakukan sejumlah kalangan, kami hadir untuk

Page 259: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

237

mendorong dan memperkuat proses perubahan hukum yang telah berjalan.

Selain mencoba memberikan sesuatu yang lebih bermakna bagi sebuah

pencapaian rule of law dan keadilan yang lebih luas.

B. NAMA LEMBAGA

INDONESIAN LEGAL ROUNDTABLE (ILR), dengan badan hukum

berbentuk Yayasan.

C. SIFAT

INDONESIAN LEGAL ROUNDTABLE (ILR), dengan badan hukum

berbentuk Yayasan.

D. VISI

Tercapainya hukum yang demokratis, responsif dan berkeadilan serta

menghargai hak asasi manusia.

E. MISI

1. Merumuskan ide dan gagasan baru tentang hukum serta perubahan hukum

yang diperlukan bagi penguatan demokrasi, hak asasi dan rule of law yang

berkeadilan.

2. Mendorong dan memfasilitasi peran civil society untuk terlibat secara aktif

dalam proses perubahan dan penegakan hukum.

3. Melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk membangun kesadaran dan

awareness publik terhadap perubahan hukum.

F. PROGRAM KERJA

1. Annual Report tentang Rule of Law Index

2. Interim Report (Policy Papers) tentang pelbagai permasalahan hukum dan

peradilan

G. METODE KERJA

1. Survei

2. Riset

3. Roundtable Discussion

Page 260: PEMETAAN DAN ANALISIS KERUGIAN HAK DAN/ATAU … · kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional secara mendalam. Semoga ... injury) itu, bisa dikatakan sudah menjadi doktrin atau

238

H. STRUKTUR ORGANISASI

Direktur Eksekutif : Firmansyah Arifin

Deputi Direktur Internal : Erwin Natosmal Oemar

Deputi Direktur Pengembangan Riset : Andri Gunawan

Peneliti : Agil Oktaryal

: Muh. Indra Lesmana

: Muh. Rizky Yudha

: Shahnaz Hani Sofi

: Yanose Syahni

Staf Keuangan : Kiki Pranasari

: Siti Nurhayati

Staf Umum & Administrasi : Jafar Tasdik