pemerintah kabupaten pekalonganditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...khusus ibukota...

22
1 PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan angkutan jalan merupakan salah satu urat nadi kehidupan kota yang memiliki peranan penting dalam menunjang dan mendorong pertumbuhan di segala bidang; b. bahwa pengaturan operasional masalah angkutan jalan yang ada selama ini kurang menunjukkan efektifitas dan efisiensi kinerja bidang lalu lintas dan angkutan jalan; c. bahwa dengan perkembangan kegiatan angkutan jalan yang semakin meningkat serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan angkutan jalan sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka dipandang perlu menetapkan pengaturan penyelenggaraan angkutan jalan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Angkutan Jalan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kabupaten Pekalongan dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik

Upload: others

Post on 24-May-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

1

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN

NOMOR 2 TAHUN 2008

T E N T A N G

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan angkutan jalan merupakan salah satu urat

nadi kehidupan kota yang memiliki peranan penting dalam menunjang

dan mendorong pertumbuhan di segala bidang;

b. bahwa pengaturan operasional masalah angkutan jalan yang ada

selama ini kurang menunjukkan efektifitas dan efisiensi kinerja bidang

lalu lintas dan angkutan jalan;

c. bahwa dengan perkembangan kegiatan angkutan jalan yang semakin

meningkat serta memberikan pelayanan kepada masyarakat

berdasarkan kewenangan yang ada di bidang lalu lintas dan angkutan

jalan sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka dipandang perlu

menetapkan pengaturan penyelenggaraan angkutan jalan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Angkutan Jalan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten Pekalongan dalam Lingkungan Propinsi Jawa

Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah

Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-undang Nomor 13 Tahun

1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

2

Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2757);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lambaran Negara Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang

Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3494);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4548);

8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah

Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 92,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3581);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

3

11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan

Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3528);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993

Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3529);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan

Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor

93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan PerUndang-Undangan;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 9 Tahun 2006

tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten

Pekalongan Tahun 2006 Nomor 9);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2006

tentang Penataan Transportasi Darat (Lembaran Daerah Kabupaten

Pekalongan Tahun 2006 Nomor 10).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PEKALONGAN

dan

BUPATI PEKALONGAN

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN

JALAN.

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pekalongan.

4. Dinas adalah Dinas yang membidangi Perhubungan Kabupaten

Pekalongan.

5. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lain, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,

perkumpulan, firm, kongsi, koperasi, yayasan, dana pensiun, organisasi

masa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga,

bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lain.

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi Perhubungan

Kabupaten Pekalongan.

7. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi sagala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di

atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di

atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

8. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

9. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari

kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

10. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan

teknis yang berada dalam kendaraan tersebut.

11. Kendaraan tidak bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

tenaga manusia atau hewan.

12. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat

ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

5

13. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang diperlengkapi

dengan lebih dari 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk

pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi.

14. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang

diperlengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 tempat duduk tidak

termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa

perlengkapan bagasi.

15. Mobil barang adalah kendaraan selain mobil bus, mobil penumpang dan

kendaraan bermotor roda dua.

16. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan yang disediakan untuk

dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

17. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa

angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan

tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal.

18. Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu

kesatuan jaringan pelayanan Angkutan orang.

19. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah Angkutan dari satu kota ke

kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota yang melalui lebih

dari satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang

terikat dalam trayek.

20. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah Angkutan dari satu kota ke

kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten / Kota dalam satu

daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat

dalam trayek.

21. Angkutan Kota adalah Angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam

satu daerah Kota atau wilayah ibukota Kabupaten atau dalam Daerah

Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau

mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

22. Angkutan Khusus adalah Angkutan yang mempunyai asal dan / atau

tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar

jemput karyawan, permukiman dan simpul yang berbeda.

23. Angkutan Taksi adalah Angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi argometer

yang melayani Angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi

terbatas.

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

6

24. Angkutan Sewa adalah Angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang melayani Angkutan dari pintu ke pintu, dengan

atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas.

25. Angkutan Pariwisata adalah Angkutan dengan menggunakan mobil bus

umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda khusus untuk keperluan

pariwisata atau keperluan lain di luar pelayanan Angkutan dalam trayek,

seperti untuk keperluan keluarga dan sosial lainnya.

26. Angkutan lingkungan adalah Angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas

pada kawasan tertentu.

27. Izin dispensasi penggunaan jalan adalah izin yang diberikan kepada

mobil barang untuk menggunakan jalan yang tidak sesuai dengan

kelas, daya dukung muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan

yang diizinkan.

28. Izin bongkar muat barang adalah izin untuk melakukan kegiatan

bongkar muat barang bagi mobil barang.

29. Izin trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus

dan/atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek.

30. Izin operasi adalah izin untuk mengangkut orang dengan kendaraan

umum tidak dalam trayek;

31. Izin insidentil adalah izin yang diberikan kepada perusahaanyang telah

memiliki izin trayek untukmenggunakan kendaraan bermotor

menyimpang dari izin trayek yang dimiliki.

32. Izin pendirian pool dan/atau agen adalah izin yang diberikan untuk

mendirikan pool dan/atau agen penjualan/pemesanan karcis.

33. Izin usaha angkutan jalan adalah izin yang diberikan untuk melakukan

usaha angkutan dengan kendaraan umum.

34. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi

serta menemukan tersangkanya.

35. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas wewenang khusus oleh

Undang-undang untuk melakukan penyidikan.

36. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil

tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

7

khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan atas

pelanggaran Peraturan Daerah.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dan tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah :

a. memberikan arahan yang jelas tentang pelaksanaan angkutan jalan

yang ingin dicapai terpadu dengan moda transportasi lainnya;

b. Menciptakan penyelenggaraan lalulintas yang lancar, tertib, aman,

efisien dan efektif.

BAB III

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN

Bagian Pertama

Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum

Pasal 3

(1) Angkutan penumpang umum, diatur sebagai berikut :

a. Angkutan penumpang umum dengan kendaraan bermotor baik

angkutan kota maupun angkutan perbatasan dilayani dengan mobil

penumpang dan mobil bus.

b. Angkutan kota maupun angkutan perbatasan secara bertahap

diarahkan pada angkutan massal sesuai kondisi jalan yang dilalui

dan diatur oleh Bupati.

c. Guna efektifitas, aksesibilitas pelayanan angkutan umum diberi

prioritas untuk melalui jalan larangan dan diatur dengan rambu lalu

lintas.

d. Usia kendaraan angkutan umum baik untuk angkutan kota maupun

angkutan perbatasan yang beroperasi dibatasi maksimum 10

(sepuluh) tahun atau sesuai penilaian teknis dari kepala dinas.

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

8

e. Tumpang tindih pelayanan angkutan dengan trayek yang berbeda

dalam wilayah Daerah diberi toleransi maksimum 30 % (tiga puluh

perseratus) dari panjang rute yang dilayani.

(2) Pengangkutan orang dengan kendaraan umum, dilayani dengan :

a. trayek tetap dan teratur, dan

b. tidak dalam trayek.

Pasal 4

(1) Untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam

trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan trayek.

(2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:

a. Trayek angkutan kota;

b. Trayek angkutan perdesaan;

c. Trayek angkutan Antar Kota Dalam Propinsi;

d. Trayek angkutan Antar Kota Antar Propinsi;

e. Trayek angkutan khusus terdiri dari :

1. Angkutan antar jemput

2. Angkutan karyawan

3. Angkutan permukiman

4. Angkutan pemadu moda

(3) Pengangkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek

terdiri dari :

a. pengangkutan dengan menggunakan taksi;

b. pengangkutan dengan cara sewa;

c. pengangkutan untuk keperluan wisata;

d. pengangkutan sekolah;

e. pengangkutan lingkungan.

(4) Pengangkutan orang dengan menggunakan taksi, merupakan

pelayanan dari pintu ke pintu dengan menggunakan mobil penumpang

umum dalam wilayah operasi terbatas.

(5) Pengangkutan orang dengan cara sewa sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf b, merupakan pelayanan dari pintu ke pintu dengan atau

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

9

tanpa pengemudi, dilakukan dengan menggunakan mobil penumpang

umum dalam wilayah operasi yang tidak terbatas.

(6) Pengangkutan orang untuk keperluan pariwisata sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf c, merupakan pelayanan angkutan ke dan

dari daerah-daerah tujuan wisata, dilakukan dengan menggunakan

mobil bus umum dengan tanda khusus.

(7) Pengangkutan untuk sekolah maupun pengangkutan untuk lingkungan

dapat dilakukan dengan mobil bus atau mobil penumpang umum.

Bagian Kedua

Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor

Pasal 5

(1) Pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor pada dasarnya

dilakukan dengan menggunakan mobil barang.

(2) Pengangkutan barang terdiri dari :

a. barang umum;

b. barang berbahaya, barang khusus, barang curah, peti kemas, dan

alat berat.

Bagian Ketiga

Angkutan dengan Kendaraan Tidak Bermotor

Pasal 6

(1) Yang termasuk kendaraan tidak bermotor adalah:

a. dokar;

b. becak.

(2) Pengemudi kendaraan tidak bermotor yang mengoperasikan

kendaraannya sebagai angkutan umum, wajib memiliki Kartu Tanda

Kecakapan Mengemudi Kendaraan Tidak Bermotor (KTKM-KTB);

(3) Kendaraan tidak bermotor yang dioperasikan sebagai angkutan umum

wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Tidak

Bermotor (STNK-TB) dan Tanda Nomor Kendaraan Tidak Bermotor

(TNK-TB);

(4) Kendaraan tidak bermotor yang digunakan sebagai angkutan umum

wajib melaksanakan pengujian laik jalan secara berkala.

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

10

BAB IV

PERIZINAN ANGKUTAN

Bagian Pertama

Izin Usaha Angkutan

Pasal 7

(1) Kegiatan usaha angkutan orang dan atau angkutan barang dengan

kendaraan bermotor, dilakukan oleh :

a. BUMN / BUMD

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional.

c. Koperasi.

d. Perorangan Warga Negara Indonesia.

(2) Untuk dapat melakukan kegiatan usaha angkutan, wajib memiliki izin

usaha angkutan yang diberikan oleh Bupati.

(3) Izin usaha angkutan meliputi perijinan sebagai berikut :

a. Angkutan orang dengan trayek tetap dan teratur;

b. Angkutan orang tidak dalam trayek;

c. Angkutan barang untuk mengangkut barang umum.

(4) Izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan

untuk jangka waktu selama perusahaan yang bersangkutan masih

menjalankan usahanya.

(5) Untuk mendapatkan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara

tertulis kepada Bupati.

(6) Tata cara dan persyaratan permohonan izin usaha angkutan, diatur

lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 8

(1) Izin usaha angkutan, dilengkapi dengan Kartu Izin Usaha Angkutan

untuk masing-masing kendaraan, berlaku untuk jangka waktu 1 (satu)

tahun dan wajib dilakukan daftar ulang.

(2) Kartu Izin Usaha Angkutan, dikeluarkan oleh Kepala Dinas.

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

11

Pasal 9

Pengusaha angkutan yang telah mendapatkan izin usaha angkutan

diwajibkan :

a. memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha.

b. melakukan kegiatan usahanya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

setelah izin usaha angkutan diterbitkan.

c. melaporkan bila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan,

peremajaan, dan penambahan kendaraan kepada Bupati.

d. melaporkan kegiatan usahanya setiap bulan kepada Kepala Dinas.

Bagian Kedua

Persetujuan Izin Trayek dan Izin Operasi

Pasal 10

(1) Setiap penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan umum,

baik usaha baru, perubahan komposisi kendaraan, maupun

penambahan kendaraan harus mendapatkan surat persetujuan Izin

Trayek atau Surat Persetujuan Izin Operasi dari Kepala Dinas.

(2) Surat Persetujuan Izin Trayek atau Surat Persetujuan Izin Operasi

berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 1

(satu) kali periode selama jangka waktu 6 (enam) bulan.

(3) Persyaratan dan tata cara permohonan Surat Persetujuan Izin Trayek

dan Surat Persetujuan Izin Operasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Bagian Ketiga

Izin Trayek dan Izin Operasi

Pasal 11

(1) Izin trayek atau izin operasi diberikan oleh Bupati dalam bentuk

Keputusan yang berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.

(2) Pemberian izin trayek atau izin operasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilengkapi dengan Kartu Pengawasan dan Kartu Jam

Perjalanan berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan wajib

dilakukan daftar ulang.

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

12

(3) Untuk memperoleh izin trayek atau izin operasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), wajib memenuhi persyaratan :

a. memiliki izin usaha angkutan.

b. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor sesuai yang diajukan

perizinannya dan dalam kondisi laik jalan.

c. memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan dan perawatan

kendaraan.

Pasal 12

Izin trayek atau izin operasi tidak berlaku lagi bila :

a. telah berakhir usaha angkutan yang bersangkutan.

b. dikembalikan oleh pemegang izin.

c. pencabutan izin.

d. habis masa berlaku izin dan tidak diperpanjang.

Bagian Keempat

Peremajaan Kendaraan

Pasal 13

(1) Dalam rangka menjamin pelayanan dan kelangsungan usaha angkutan,

setiap kendaraan angkutan umum yang sudah tidak laik jalan harus

diremajakan.

(2) Pelaksanaan peremajaan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dilakukan terhadap kendaraan yang berusia paling lama 10

(sepuluh) tahun berdasarkan hasil penilaian teknis.

Bagian Kelima

Izin Insidentil

Pasal 14

(1) Perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek dapat diberikan

izin insidentil untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangan

menyimpang dari trayek yang dimiliki.

(2) Izin insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh

Kepala Dinas untuk trayek AKDP.

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

13

(3) Dalam keadaan tertentu, izin insidentil dapat diterbitkan bagi kendaraan

tertentu yang telah memiliki izin trayek tetap dan teratur atau izin

operasi.

(4) Izin insidentil diberikan hanya untuk satu kali perjalanan pergi pulang,

dan berlaku paling lama 14 (empat belas) hari serta tidak dapat

diperpanjang.

(5) Tata cara dan persyaratan untuk memperoleh izin insidentil diatur lebih

lanjut oleh Bupati.

Bagian Keenam

Pengoperasian Angkutan Barang

Pasal 15

(1) Di dalam operasinya, angkutan barang yang dipergunakan untuk

angkutan barang umum dan angkutan barang perusahaan wajib

dilengkapi dengan izin usaha angkutan barang.

(2) Izin usaha angkutan barang untuk angkutan perusahaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terpisah dari perizinan pokok perusahaan yang

bersangkutan.

Bagian Ketujuh

Pengoperasian Angkutan Tidak Bermotor

Pasal 16

(1) KTKM-KTB, STNK-KTB dan TNK-KTB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

(2) KTKM-KTB, STNK-KTB dan TNK-KTB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 dikeluarkan oleh Dinas.

(3) Pengujian berkala bagi kendaraan tidak bermotor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali.

(4) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh

Dinas.

(5) Tata cara untuk mendapatkan KTKM-KTB, STNK-KTB, TNK-KTB dan

penyelenggaraan pengujian kendaraan tidak bermotor diatur lebih lanjut

oleh Bupati.

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

14

Pasal 17

(1) Pada prinsipnya angkutan dengan kendaraan tidak bermotor hanya

diizinkan beroperasi sebagai angkutan lokal dan atau angkutan

pemukiman, jumlahnya ditetapkan dan diawasi oleh Bupati.

(2) Untuk becak dan/atau dokar dari luar daerah dapat beroperasi di

wilayah Kabupaten Pekalongan dengan terlebih dahulu mendapatkan

izin operasi dari Kepala Dinas.

(3) Becak dan/atau dokar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang

diizinkan beroperasi di wilayah Kabupaten adalah becak dan/atau dokar

yang berdomisili di wilayah perbatasan daerah.

(4) Untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah angkutan dengan kendaraan

tidak bermotor, maka ditetapkan kapasitas maksimal jumlah angkutan

kendaraan tidak bermotor untuk tiap-tiap rayon di wilayah Kabupaten

Pekalongan.

(5) Tata cara untuk mendapatkan izin operasi dan penetapan rayon serta

kapasitas becak dan/atau dokar tiap rayon diatur lebih lanjut oleh

Bupati.

Bagian Kedelapan

Agen Jasa Angkutan dan Pool Kendaraan

Pasal 18

(1) Agen jasa angkutan terdiri dari agen penjualan karcis, dan biro

perjalanan angkutan orang serta agen jasa angkutan barang.

(2) Agen jasa Angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

bagian dan menjadi tanggung jawab perusahaan.

(3) Agen penjualan karcis dan biro perjalanan hanya berfungsi sebagai

tempat penjualan karcis.

(4) Lokasi agen dapat di terminal, pool kendaraan atau di tempat lain yang

memungkinkan.

(5) Pool kendaraan dapat difungsikan sebagai tempat menaikkan dan

menurunkan penumpang setelah memenuhi persyaratan teknis dan

setelah mendapatkan izin dari Bupati.

(6) Setiap pendirian agen jasa angkutan harus mengajukan izin agen jasa

angkutan kepada Kepala Dinas.

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

15

(7) Penyelenggaraan izin pendirian agen dapat dikenakan retribusi yang

besarnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.

Pasal 19

(1) Pengusaha Angkutan wajib menguasai fasilitas penyimpanan / pool

kendaraan bermotor.

(2) Pool kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain berfungsi

sebagai tempat istirahat kendaraan dan tempat pemeliharaan serta

perbaikan kendaraan juga dapat difungsikan sebagai tempat untuk

menaikkan dan menurunkan penumpang.

(3) Dalam pengoperasiaan pool kendaraan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), harus mendapatkan izin dari Bupati.

Bagian Kedelapan

Bongkar Muat Barang

Pasal 20

(1) Kegiatan bongkar dan muat barang harus dilakukan pada tempat-

tempat yang telah ditetapkan peruntukannya.

(2) Kegiatan bongkar muat barang di dalam kota yang tidak sesuai dengan

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan

setelah mendapatkan izin dari Bupati.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengaturan bongkar muat barang dan

prosedur perizinannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB V

PENYIDIKAN

Pasal 21

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang lalu lintas angkutan jalan, serta tindak pidana di

bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

16

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), agar keterangan atau laporan tersebut menjadi

lengkap dan jelas.

b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangnan mengenai orang

atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana tersebut.

c. Meminta keterangan dan tanda bukti dari pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana tersebut.

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

yang lain yang berkenaan dengan tindak pidana tersebut.

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut.

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana tersebut.

g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung

dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e.

h. Memotret seseorang berkaitan dengan tindak pidana tersebut.

i. Memanggil seseorang untuk didengar keterangan dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi.

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana tersebut menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 22

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam

pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak

Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Page 17: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

17

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah

pelanggaran.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai

pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Pekalongan.

Ditetapkan di Kajen

Pada tanggal

BUPATI PEKALONGAN,

SITI QOMARIYAH

Page 18: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

18

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN

NOMOR 2 TAHUN 2008

T E N T A N G

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN

I. PENJELASAN UMUM

Peraturan Daerah mengenai Penyelenggaraan Angkutan Jalan dimaksudkan untuk

meningkatkan pembinaan, pengawasan serta penyelenggaraan angkutan jalan sesuai

dengan perkembangan kehidupan masyarakat.

Sebagai salah satu komponen Sistem Perhubungan, pada hakikatnya

penyelenggaraan angkutan jalan menyangkut hajat hidup orang banyak karena

digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam kedudukan dan peranan yang demikian sudah selayaknya apabila

Pemerintah Daerah memberikan bimbingan pembinaan sehingga penyelenggaraan

angkutan jalan dapat diselenggarakan secara tertib dan teratur, berhasil guna dan

berdaya guna.

Sistem perizinan lebih menitikberatkan kepada jaminan kualitas pelayanan

angkutan penumpang umum maupun barang dengan kendaraan bermotor.

Izin usaha angkutan diberlakukan untuk seluruh usaha angkutan dengan

kendaraan umum dan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan angkutan.

Izin trayek dan operasi diberlakukan untuk pelayanan angkutan penumpang

dengan trayek tetap dan teratur serta tidak dalam trayek dengan tujuan usaha

angkutan dapat diselenggarakan secara tertib dan teratur dengan tetap menjaga

kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi kecil, menengah dan besar.

Untuk menjamin kualitas pelayanan yang tertib dan teratur, maka pengawasan

faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan keselamatan seperti perawatan

kendaraan dan mutu pengemudi akan ditingkatkan. Demikian pula pengawasan

terhadap kelebihan muatan akan pula ditingkatkan sehingga kerusakan-kerusakan

jalan akibat kelebihan muatan dapat dikurangi ataupun dihapuskan.

Dalam Peraturan Daerah ini diatur pula mengenai angkutan dengan kendaraan

tidak bermotor, peremajaan angkutan, agen jasa angkutan dan pool kendaraan dan

bongkar muat barang.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2

Cukup jelas.

Angka 3

Cukup jelas.

Page 19: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

19

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Termasuk pengertian mobil penumpang antara lain bemo dan helicak.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Cukup jelas.

Angka 17

Cukup jelas.

Angka 18

Cukup jelas.

Angka 19

Cukup jelas.

Angka 20

Cukup jelas.

Angka 21

Cukup jelas.

Angka 22

Cukup jelas.

Angka 23

Cukup jelas.

Angka 24

Cukup jelas.

Angka 25

Cukup jelas.

Page 20: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

20

Angka 26

Cukup jelas.

Angka 27

Cukup jelas.

Angka 28

Cukup jelas.

Angka 29

Cukup jelas.

Angka 30

Cukup jelas.

Angka 31

Cukup jelas.

Angka 32

Cukup jelas.

Angka 33

Cukup jelas.

Angka 34

Cukup jelas.

Angka 35

Cukup jelas.

Angka 36

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Ayat 1

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Usia kendaraan angkutan umum yang beroperasi dibatasi maksimum 10

(sepuluh) tahun dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain

faktor keselamatan, kenyamanan, perbandingan antara pendapatan

dengan biaya operasi kendaraan. Penilaian teknis dilakukan oleh kepala

dinas dengan berdasar pada ketentuan teknis yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah.

Huruf e

Toleransi 30% (tiga puluh perseratus) dimaksudkan sebagai batas

maksimum dari tumpang tindih pelayanan angkutan guna terjaminnya

kualitas pelayanan angkutan.

Ayat 2

Cukup jelas

Page 21: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

21

Pasal 4

Ayat 1

Cukup jelas

Ayat 2

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Angka 1

Pengertian angkutan antar jemput adalah angkutan dalam trayek

dengan asal dan tujuan perjalanan tetap atau sebaliknya.

Angka 2

Pengertian angkutan karyawan adalah angkutan dalam trayek yang

melayani dari dan ke satu tujuan tempat kerja dengan beberapa titik

asal penumpang.

Angka 3

Pengertian angkutan permukiman adalah angkutan dalam trayek yang

melayani dari dan ke satu kawasan permukiman dengan beberapa

titik tujuan penumpang.

Angka 4

Pengertian angkutan permukiman adalah angkutan yang melayani

penumpang dari dan / atau ke terminal, stasiun kereta api, pelabuhan

dan bandar udara kecuali dari terminal ke terminal.

Ayat 3

Wilayah operasi terbatas yang dimaksud adalah batasan wilayah yang

tercantum pada izin operasi.

Ayat 4

Cukup jelas

Ayat 5

Cukup jelas

Ayat 6

Tanda khusus dimaksud adalah tanda yang diberikan oleh instansi yang

membidangi perhubungan setelah mendapatkan izin insidentil.

Ayat 7

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Page 22: PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGANditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2008/pekalongan2...Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat

22

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR