pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

32
1 By : Dwi Abdul Rohman PEMERIKSAA N FISIK SENSORI PERSEPSI  I. PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada informasi yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan fungsi mata. Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus meyakinkan tentang tersedianya sumber penerangan/ lampu yang baik dan ruang gelap untuk tujuan tertentu. Pasien harus diberi tahu sebelumnya sehingga ia dapat bekerjasama. Untuk mempermudah pengkajian, perawat dapat berdiri atau duduk dihadapan pasien. Dalam setiap pengkajian, selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri dan selalu ingat bahwa normalnya mata berbentuk bulat/sferik. Dalam pengkajian mata, inspeksi merupakan teknik yang paling penting yang dilakukan sebelum palpasi. Peralatan yang perlu dipersiapkan bergantung pada tujuan pengkajian yang dilakukan. Secara umum dapat dipersiapkan oftalmoskop dan penutup mata. Gambar 1. Anatomi mata

Upload: dwi-abdul-rohman

Post on 03-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 1/32

1

By : Dwi Abdul Rohman

PEMERIKSAAN FISIK SENSORI PERSEPSI 

I. PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA

Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada informasi yang diperlukan.

Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan fungsi mata. Sebelum

melakukan pengkajian, perawat harus meyakinkan tentang tersedianya sumber penerangan/

lampu yang baik dan ruang gelap untuk tujuan tertentu. Pasien harus diberi tahu sebelumnya

sehingga ia dapat bekerjasama. Untuk mempermudah pengkajian, perawat dapat berdiri atau

duduk dihadapan pasien. Dalam setiap pengkajian, selalu bandingkan antara mata kanan

dengan mata kiri dan selalu ingat bahwa normalnya mata berbentuk bulat/sferik. Dalam

pengkajian mata, inspeksi merupakan teknik yang paling penting yang dilakukan sebelumpalpasi.

Peralatan yang perlu dipersiapkan bergantung pada tujuan pengkajian yang dilakukan.

Secara umum dapat dipersiapkan oftalmoskop dan penutup mata.

Gambar 1. Anatomi mata

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 2/32

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 3/32

3

By : Dwi Abdul Rohman

ditemukan pada pasien di bawah usia 40 tahun, mungkin menderita

hiperkolesterolemia. Cincin kuning-kehijauan yang abnormal dekat limbus,

kebanyakan ditemukan si superior dan inferior, adalah cincin Kayser-Fliescher. Cincin

ini sangat spesifik dan merupakan tanda yang sangat sensitoif dari penyakit Wilson,

yang merupakan degenerasi hepatolentikular akibat kelainan yang diturunkan dari

metabolisme tembaga. Cincin Kayser- Fleischer disebabkan oleh penimbunan

tembaga pada kornea.

 Pupil

Kedua pupil ukurannya harus sama (isokor), dan bereaksi terhadap cahaya dan

akomodasi. Pada sekitar 5% individu normal, ukuran pupil tidak sama

(anisokoria).anisokoria mungkin merupakan indikasi dari penyakit neurulogik.

Pembesaran pupil atau midriasis, berhubungan dengan obat-obatan simpatomimetik,

glaucoma, atau obat tetes mata yag menyebabkan dilatasi. Konstriksi pupil, atau

miosis, terlihat dengan obat-obatan parasimpatomimetik, peradangan iris, dan terapi

obat untuk glaucoma. Banyak pengobatan yang dpat menyebabkan anisokoria. Oleh

karena itu sangat penting untuk memastikan apakah pasien menggunakan tetes mata

atau dalam pengobatan.

 Abnormalitas pupil seringkali merupakan tanda dari peyakit neurologic. Kondisi

yang dikenal sebagai Pupil Miotonik Adie adalah dilatasi pupil 3-6 mm, yang hanya

sedikit berkontraksi terhadap cahaya dan akomodasi. Pupil ini sering berhubungan

dengan berkurang sampai tidakadnya reflex tendo pada ekstremitas. Lebih seringterjadi pada waita usia 25-45 tahun, dan penyebabnya tidak diketahui. Pupil Argyll

Robertson adalah pupil yang mengecil 1-2 mm, yang bereaksi terhadap akomodasi,

tetapi tidak bereaksi terhadap cahaya. Tampaknya berhubungan dengan neurisifilis.

Sindrom Horner adalah paralisis simpatik dari mata yang disebabkan oleh pemutusan

pada rantai simpatik servikal.

  Iris

Iris diperiksa untuk warnanya, apakah ada nodul, dan vaskularitas. Normalnya,

pembuluh darah iris tidak dapat terlihat dengan mata telanjang.

  Kamera oculi anterior 

Dengan memberikan sinar secara oblik menembus mata, perkiraan kasar 

kedalaman kamera okuli anterior dapat dibuat. Jika terlihat bayangan berbentuk bulan

sabit pada bagian iris yang jauh, kamera okuli anterior mungkin dangkal.

Pendangkalan kamera okuli anterior mungkin akibat penyempitan ruangan antara iris

dan kornea. Adanya kamar yang dangkal membawa seseorang pada kondisi yang

disebut Glaukoma sudut tertutup. Istilah glaucoma merujuk pada kompleks gejala yang

terjadi dalam tingkat penyakit yang berbeda. Penemuan klinis pada semua jenis

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 4/32

4

By : Dwi Abdul Rohman

glaucoma adalah peningkatan tekanan intraocular. Tekanan ini dapat diukur dengan

tonometer Schiotz.

  Aparatus lakrimal

Pada umumnya, hanya sedikit yang dapat terlihat pada apparatus lakrimalis,

kecuali pungtum. Jika ada epifora, mungkin ada obstruksi aliran keluar melalui

pungtum. Jika terdapat kelembaban yang berlebihan, periksalah apakah ada

sumbatan duktus nasolakrimalis dengan menekan sakus lakrimalis secara lembut,

berlawanan dengan cincin orbita interna. Jika ada sumbatan, dapat dikeluarkan

materi-materi melalui pungtum.

(H.Swartz, 1995:101-103)

Cara inspeksi mata

a) Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang pandang, dan

visus.

b) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara sebagai

berikut :

Anjurkan pasien melihat ke depan.

Bandingkan mata kanan dan kiri.

Anjurkan pasien menutup kedua mata.

Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian piggir 

kelopak mata, catat setiap ada kelainan, mis: kemerahan.

Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada tidaknya bulu

mata, sertaamati posisi bulu mata.

Perhatikan keluasan mata dalam membuka dan catat ila ada dropping kelopak

mata atas atau sewaktu mata membuka (ptosis).

c) Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :

Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.

Amati konjungtiva untuk mengetahui ada atau tidaknya kemerahan, keadaan

vaskularisasi, serta lokasinya.

Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.

Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila

didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal, misalnya anemic.

Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara membuka atau

membalik kelopak mata atas dengan prawat berdiri di belakang pasien.

Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva yang paa keadaan tertentu

warnanya dapat menjadi ikterik.

d) Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Kemudian lanjutkan dengan

mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalah sama

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 5/32

5

By : Dwi Abdul Rohman

besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar 

atau dilatasi isebut midriasis.

(Priharjo,Robert, 2006:52-53)

Cara inspeksi gerakan mata

a) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan

b) Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan (nistagmus)

yaitu gerakan ritmis bola mata, mula  – mula lambat bergerak ke satu arah,

kemudian dengan cepat kembali ke posisi semula.

c) Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau lambat),

amplitudo (luas/sempit), dan durasinya (hari/minggu).

d) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu mengalami

deviasi.

e) Luruskan jari telunjuk Anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15 – 30 cm.

f) Beri tahu pasien utnuk mengikuti gerakan jari Anda dan pertahankan posisi kepala

pasien. Gerakkan jari Anda ke delapan arah untuk mengetahui fungsi 6 otot mata.

(Priharjo,Robert, 2006:53-55)

Gambar 2. Inspeksi gerakan mata

2. Tajam penglihatan (visus)

Tajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio, seperti 20/20. Angka pertama

adalah jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak terbacanya peraga

oleh mata normal. Istilah OD (Oculus Dexter) berarti mata kanan: OS (Oculus Sinister)

berarti mata kiri. OU (Oculi Unitas) berarti kedua mata.

  Memakai Kartu Snellen Standar 

Jika tersedia kartu Snellen standar, pasien harus berdiri sejauh 6 meter dari kartu

tersebut. Jika pasien memakai kaca mata, biarkan dipakai terus selama pemeriksaan.

Pasien diminta untuk menutum mata dengan telapak tangan dan membaca baris

terkecil yang mungkin. Jika yang dapat terbaca ialah baris 6/60, maka visus mata

pasien adalah 6/60. Ini berarti bahwa pada jarak 6 meter pasien dpat membaca apa

yag dapat dibaca orang normal pada jarak 60 meter. Jika pada jarak 6 m pasie tidak

dapatmembaca baris 6/60, maka ia didekatkan pada kartu sampai baris itu terbaca.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 6/32

6

By : Dwi Abdul Rohman

Jika pasien baru dapat membaca pada jarak 1 m, maka tajam penglihatan pasien

adalah 1/60.

Gambar 3. Kartu Snellen untuk pemeriksaan visus.

  Memakai Kartu Tajam Penglihatan Saku

Jika kartu Snellen standar tidak tersedia, maka kartu tajam penglihatan ukuran

saku dapat dipakai. Kartu ini dilihat pada jarak 35 cm. pasien diminta membaca baris

terkecil yang masih dapat dibaca. Jika kedua jenis kartu ini tidak tersedia, maka dapat

dipakai materi cetak apa saja. Pemeriksa harus ingat bahwa kebanyakan pasien

berusia di atas 40 tahun memerlukan kaca baca. Meskipun pemeriksa tidak dapat

memastikan tajam penglihatan, ia pasti dapat menetapkan apakah pasien masih dapat

melihat. Dalam hal ini pasien diminta untuk menutup satu mata dan membaca baris

terkecil yang terbaca pada halaman cetak tertentu.

  Menilai Pasien dengan Penglihatan Buruk

Pasien dengan penglihatan buruk sekali dan tidak dapat membaca salah satu

baris cetak, harus diuji dengan kemampuan membaca jari-jari tangan. Pengukuran

tajam penglihatan ini dilakukan dengan menunjukkan jari-jari tangan di depan mata

pasien, sedangkan salah satu mata ditutup. Pasien ditanyakan jumlah jari yang

terlihat. Jika pasien tetap belum dapat melihat, maka penting untuk dinilai apakah

memang masih ada persepsi terhadap cahaya. Hal ini dilakukan dengan menutup satu

mata dan menyoroti mata yang terbuka dengan cahaya. Pemeriksa menanyakan

apakah pasien dapat melihat lampu menyala atau dimatikan. NLP (No Light

Perception) adalah istilah yang dipakai apabila seseorang tidak dapat menangkap

cahaya.

  Memeriksa Pasien yang Tidak Dapat Membaca

Bagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau buta huruf,

pemakaian huruf “E” dalam macam-macam ukuran dan arah akan sangat bermanfaat.

Pemeriksa meminta pasien menunjukkan arah huruf itu : ke atas, ke bawah, ke kanan,

ke kiri.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 7/32

7

By : Dwi Abdul Rohman

(H.Swartz, 1995:96-97)

Gambar 4. Kartu Snellen

Visus 1/300 : Pada jarak 1 m mata masih dapat melihat grakan tangan

pemeriksa yang pada mata normal masih dapat dilihat dari jarak

300 m.

Visus 1/∞ : Mata hanya dapat membedakan gelap dan terang.

Visus 0 : Mata tidak dapat membedakan gelap dan terang.

(Priharjo,Robert, 2006:55) 

3. Lapang pandang

Uji lapang pandang berguna untuk menetapakan ada tau tidaknya lesi pada jalur 

penglihatan. Terdapat banyak teknik dalam melakukan pemeriksaan lapang pandang.

Salah satunya adalah uji lapang pandang konfrontasi. Pada teknik ini pemeriksa

membandingkan penglihatan perifernya dengan penglihatan perifer pasien.

  Menilai Lapang Pandang dengan Uji Konfrontasi

Pemeriksa brdiri atau duduk1 m di depan dan setinggi tatap mata pasien. Pasien

diminta menutup mata kanannya sedangkan pemeriksa menutup mata kirinya,

masing-masing melihat hidung yang dihadapinya. Pemeriksa menjulurkan satu atau

dua jari pada masing-masing tangan secara serentak dan menanyakan pasien berapa

 jari tangan yang dilihatnya. Tangan digerakkan dari kuadran atas ke kuadran bawah

dan pemeriksaan diulang kembali. Pemeriksaan diulang dengan mata sebelah. Jari-

 jari harus terlihat oleh pasien dan pemeriksa secara bersamaan. Agar lebih

menguntungkan si pasien dan pemeriksa, tangan diangkat sedikit lebih dekat pada

pemeriksa. Hal ini member pasien lapangan pandangan yang lebih luas. Jika

pemeriksa dapat melihat jari-jari itu, maka pasien pasti juga melihatnya, kecuali ada

gangguan pengliatan berupa kurang luasnya lapangan pandangan. Karena lesi

sepanjang jalur visual berkembang secara berangsur maka pasien mungkin tidak

sadar adanya perubahan lapangan pandangan sampai penyakitnya telah lanjut.

Lapangan .konfrontasi yang dilakukan oleh ahli penyakit dalam, mungkin merupakanbukti objektif pertama bahwa si pasien mempunyai lesi yang mengenai jalur 

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 8/32

8

By : Dwi Abdul Rohman

pengliatan. Daerah tampa pengliatan disebut skotoma. Pengliatan sentral normal

meluas lebih kurang 30 ke segala arah pada fiksasi sentral. Bintik buta (blind spot)

adalah skotoma fisiologik yang terletak lebih kurang 15-20 temporal terhadap fiksasi

sentral, yang sesuai dengan papilla nervus optikus. Tidak terdapat unsure sensorik

seperti sel batang dan kerucut pada papilla nervis optisi

  Kelainan Lapang Pandang

Terdapat skotoma patologik yang dapat ditentukan pada uji lapangan. Skotoma

dapat berasal dari penyakit mata primer seperti glaucoma, atau dari lesi dalam

susunan saraf pusat seperti tumor. Hilangnya pengliatan total pada satu mata di sebut

mata buta, akibat penyakit mata, lesi pada nervus optikusnya, atau akibat lesi dari

konteks oksipital yang terkait. Hemianopsia merujuk pada tiadanya pengliatan pada

setengah lapangan. Kerusakan lapangan yang bilateral ada kedua lapangan temporal

disebut hemianopsia itemporal. Terjadi akibat lesi pada nervus optikus setinggi kiasma

optikum. Tumor hipofisis adalah penyebab umum .

Hemianopsia homonim terjadi akibat kerusakan pada traktus optikus, radiasi

optic, atau korteks oksipital. Istilah “hormonim” menunjukkan hilangnya pengliatan

padsa lapangan sama. Seorang pasien dengan hermianopsia homonym kiri tidak

dapatmelihat belahan kiri lapangan dapa kedua mata. Keadaan ini terjadi oleh

kerusakan pada traktus optikus kanan. Hermianopsia hormonom adalah bentuk

hilangnya lapangan pandangan yang paling sering pada pasien dengan “stoke”. 

Kuadrananopsia adalah hilangnya pengliatan pada satu kuadran. Seorangpasien dengan kuadrantanopsia homonym atas kiri mempunyai kerusakan pada

radiasi optic bawah kanan atau daerah oksipital bawah kanan. Pasien dengan

penglihatan terowongan memiliki pandangan lapangan yang menetap pada semua

 jarak suatu fenomen fisiologik yang tidak muginkn. Kelainan lapang padangan jenis in

adalah khas pada histeri

  Pemeriksaan Nistagmus Optokinetik

Kadang-kadang seorang pasien dengan masalah psikiatrik merasa dirinya buta.

Suatu cara uji yang ampuh untuk meniadakan kemungkinan ini ialah nistagmus

optokinetik (OKN). Nistagmus optokinetik adalah gerakan mata yang cepat dank e kiri

dan kanan yang terjadi bila mata berusaha berfiksasi pada sasaran yang bergerak.

 Adanya nistagmus optokinetik menunjukkan utuhnya jalur optic fsiologik dari retina ke

korteks oksipital. Nistagmus optokinetik dapat ditimbulkan ke mata pasien dengan

meminta pasien berfiksasi pada angka-angka pita pengukur yang anda tarik dengan

cepat. Karena nistagmus optokinetik bersifat involunte, suatu respon positif merupakan

bukti bagus bahwa pasien pura-pura buta.

(H.Swartz, 1995:97-99)

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 9/32

9

By : Dwi Abdul Rohman

Cara inspeksi lapang pandang

a. Berdiri di depan pasien.

b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata yang tidak

diperiksa.

c. Beri tahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik

pandang, misalnya hidung anda.

d. Gerakkan jari Anda pada suatu garis vertikal / dari samping dekatan ke mata pasien

secara perlahan – lahan.

e. Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai melihat jari anda.

f. Kaji mata sebelahnya

(Priharjo,Robert, 2006:54)

Gambar 5. Inspeksi lapang pandang

4. Gerakan mata

Gerak mata dipengaruhi oleh kontraksi dan relaksasi otot-otot ekstraokular. Hal ini

berakibat bergeraknya mata ke atas atau ke bawah, atau dari sisi ke sisi dan juga

konvergensi.

  Pemeriksaan Kesesuaian Mata

Kesesuaian mata dengan mudah diketahui dengan mengevaluasi lokasi cahaya

yang dipantulkan oleh kornea. Lampu senter diarahkan tepat dari depan pasien. Jikapasien memandang lurus jauh ke depan, pantulan cahaya akan tampak tepat di pusat

masing-masing kornea. Jika cahaya jatuh pada pusat satu kornea dan menyimpang

dari pusat pada kornea lain, maka terdapat mata berdeviasi. Keadaan mata yang

berdeviasi atau mata juling, disebut strabismus, atau tropia. Strabismus adalah

ketidakseimbangan mata sehingga objek yang diamati tidak diproyeksikan secara

bersamaan pada fovea masing-masing mata. Esotropia adalah deviasi mata kearah

nasal, eksotropia adalah deviasi mata kearah temporal, heterotropia adalah deviasi

mata ke atas. Tropia alternans adalah istilah yang dipakai untuk memeriksa keadaandimana masing-masing mata berdeviasi.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 10/32

10

By : Dwi Abdul Rohman

  Melakukan Uji Tutup

Uji tutup berguna untuk menetapkan apakah mata lurus (normal) atau ada mata

berdeviasi. Pasien diminta untuk melihat pada sasaran jauh. Satu matanya ditutup

dengan karton 7,5 x 12,5 cm. pemeriksa harus mengqamati mata yang tidak tertutupi.

Jika mata yang tidak ditutupi itu bergerak sewaktu berfiksasi pada titik dikejauhan itu,

maka mata itu tidak lurus sebelum mata sebelahnya ditutupi. Jika mata itu tidak

bergerak, maka ia lurus. Uji ini kemudiandilanjutkan dengan mata sebelahnya.

  Menilai Posisi Utama Pandangan Mata

Penyebab penting timbulnya mata berdeviasi adalah otot ekstraokular yang

paresis (lemah), atau paralisis. Paralisiss otot-otot ini ditentikan dengan memeriksa

enam posisi utama pandangan mata. Pegang dagu pasien dengan tangan kanan dan

memintanya mengikuti tangan kiri anda sewaktu menulis huruf “H” besar di udara. Jari

telunjuk kiri anda diletakkan lebih kurang 25 cm di depan hidung pasien. Dari garis

tengah, gerakkan jari itu 30 cm ke kanan pasien dan berhenti, kemudian 20 cm ke atas

dan berhenti, ke bawah sejauh 40 cm dan berhenti, dan kemudian secara perlahan

kembali ke garistengan. Lintasi garis tengah dan ulangi gerakan serupa pada sisi yang

sebelah. Inilah keenam posisi utama pandangan mata. Anda perhatikan gerakan

kedua mata, yang harus mengikuti jari itu secara mulus. Perlu pula diperhatikan

gerakan paralel kedua mata ke segala arah.

Kadang-kadang bila menatap kesisi ekstrim, mata akan bergerak ritmik yang

disebut nistagmus titik akhir. Terjadi gerak cepat ke arah tatapan, yang diikuti gerakbaling yang lambat. Uji ini membedakan nistagmus titik akhir dari nistagmus patologik,

yang menghasilkan gerakan cepat selalu kea rah yang sama, tidak tergantung arah

pandangan. Bayangan yang jatuh pada retina akan diinterpretasikan oleh otak dengan

cara fusi, diplopia atau supresi. Pada anak-anak, strabismus menghasilkan diplopia

yang berakibat kekacauan, kemudian supresi dari bayangan dan akhirnya ambliopia.

 Ambliopia adalah hilangnya tajam penglihatan, sekunder terhadap supresi. Ambliopia

masih reversible sampai retina telah berkembang sempurna, pada usia lebih dari 7

tahun. Ambliopia adalah fenomena yang hanya timbul pada anak-anak. Seorang

dewasa yang mendapat strabismus sekunder terhadap apapun penyebabnya tidak

dapat mensupresi bayangan mata yang berdeviasi dan akan berakibat diplopia.

  Menilai Refleks Cahaya Pupil

Pemeriksa meminta pasien melihat jauh, sementara ia menyinari mata pasien

dengan baerkas cahaya terang. Sumber cahaya harus dating dari sisi, memanfaatkan

hidung sebagai penghalang mata mengenai mata sebelah. Pemriksa harus mengamati

respon pupil langsung dan konsensual. Pemeriksa kemudian melakukan uji pada mata

yang sebelah. Uji cahaya berayun merupakan modifikasi untuk menguji reflex cahaya

pupil. Tes ini berfungsi untuk mengungkapkan perbedaan dalam respon terhadap

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 11/32

11

By : Dwi Abdul Rohman

stimulus aferen di antara mata. Dalam tes ini pasien berfiksasi pada sasaran jauh

sementara pemeriksa dengan cepat mengayun lampu dari satu mata ke matalain,

mengamati adanya konstriksi dari pupil. Dalam keadaan tertentu terjadi dilatasi

parodoksikal dari pupil yang terkena cahaya. Keadaan ini dikenal sebagai pupil

Marcus Gunn, berhubungan dengan kerusakan cabang aferen pada mata yang

disinari. Contoh paling ekstrim mata dengan fenomena Marcus Gunn adalah mata

buta. Bila berkas cahaya jatuh pada mata buta, tidak terjadi respon langsung maupun

respon konsensual. Bila bahaya dipindahkan pada mata lain yang normal, akan terjadi

respon langsung maupun konsensual karena jalur aferen maupun eferen adalah

normal. Bila cahaya kembali diarahkan pada mata yang buta, tidak ada impulsyang

diterima retina (aferen) dan pupil matabuta tidak akan berkonstriksi, ia akan

berdilatasi. Terdapat berbagai derajat kerusakan pupil Marcus Gunn, bergantung pada

keterlibatan nervus opticus.

  Menilai Refleks Dekat

Reflex dekat diuji dengan meminta pasien berturut-turut melihat sasaran jauh

kemudian sasaran yang diletakkan kurang lebih 12,5 cm dari hidung. Bila memandangi

sasara dekat, mata akan berkonvergensi dan pupil akan mengecil.

(H.Swartz, 1995:99-101)

5. Pengenalan Warna

Pemeriksaan menggunakan kartu tes ishihara/ benang wol berwarna. Pasienmembaca angka berwarna dalam kartu ishihara. Atau mengambil benang wol sesuai

perintah. Interpretasi dari pemeriksaan pengenalan warna adalah normal dan buta warna.

Cara pemeriksaan buta warna :

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan Ishihara Color Test merupakan

test untuk mendeteksi defisiensi warna. Buku ini diciptakan oleh, Dr. Shinobu Ishihara, 

professor dari Universitas Tokyo, dan telah dipublikasikan sejak 1917 hingga kini menjadi

alat test buta warna yang berlaku secara internasional.

Test ini terdiri dari gambar yang membentuk angka, disebut dengan gambar isihara.

Setiap gambar tersusun secara acak yang memuat lingkaran dari kumpulan titik yang

membentuk angka dan ukuran tertentu. Dalam setiap pola titik yang membentuk angka

akan dengan mudah ditebak bila klien tiidak mengidap buta warna dan akan sulit

dibedakan bila seseorang tersebut mengalami buta warna terutama untuk defisiensi warna

merah dan hijau. Tes secara keseluruhan terdiri atas 38 gambar, namun kita akan segera

menyadari seseorang dengan buta warna hanya dengamemperlihatkan beberapa gambar 

saja. Pada pengetesan pertama, 24 gambar akan memberi diagnosis yang lebih tepatmengenai derajat cacat buta warna.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 12/32

12

By : Dwi Abdul Rohman

Syarat Pelaksanaan :

1. Pemeriksa tidak mengalami buta warna.

2. pasien yang hendak diperiksa.

3. Pencahayaan yang cukup (hal ini karena sel batang lebih sensitive terhadap cahaya

 juka dibandingkan dengan sel kerucut sehingga warna tidak dapat dibedakan dengan

baik pada keadaan gelap).

4. Alat test berupa bukku ishihara.

Kelainan yang paling sering mucul adalah cacat warna merah dan hijau namun

terkadang cacat biru dan kuning juga kerap terjadi.

Interpretasi : 12Interpretasi : 2

Interpretasi : 5

Gambar 6. cuplikan gambar pada buku ishihara

B. Palpasi

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 13/32

13

By : Dwi Abdul Rohman

Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan bola mata dan

mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti

diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata

Beri tahu pasien untuk duduk.

Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.

Lakukan palpasi pada kedua bola mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata terasa

keras 

(Priharjo,Robert, 2006:56)

C. Pengkajian Tingkat Mahir (Pengkajian Funduskopi)

Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling akhir. Pengkajian ini

dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan menggunakan alat oftalmoskop. Untukdapat melakukan hal ini, diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang memadai

serta keterampilan khusus dalam menggunakan alat oftalmoskop. (Priharjo,Robert, 2006:56)

Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi interna dari

mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop : satu untuk mengatur lubang cahaya (dan filter),

dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan refraktif baik dari pemeriksa

maupun pasien.

Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang besar,

dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak berdilatasi, lubang besar 

untuk pupil yang berdilatasi, dan filter bebas merah menyingkirkan sinar merah dan dirancang

untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan.

Gambar 7. Oftalmoskop

Cara kerja pengkajian funduskopi

1. Atur posisi pasien duduk di kursi.

2. Beri tahu pasien tentang tindakan yang dikerjakan.

3. Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangka pendek, misalnya

tropikamid (bila tidak ada kontraindikasi)

4. Atur cahaya ruangan agak redup.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 14/32

14

By : Dwi Abdul Rohman

5. Duduk di kursi di hadapan pasien.

6. Beri tahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dan anjurkan untuk tetap

mempertahankan sudut pandangnya tanpa berkedip.

7. Bila pasien atau pemeriksa memakai kacamata hendaknya dilepas dulu.

8. Pegang oftalmoskop, atau lensa pada angka nol, nylakan dan arahkan pada pupil mata

pada jarak sekitar 30 cm sampai pemeriksa menemukan red reflex yang merupakan

pancaran dari cahaya retina. Bila letak oftalmoskop tidak tepat, red reflex tidak akan

muncul. Red reflex juga tidak muncul pada berbagai gangguan misalnya katarak

9. Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan oftalmoskop secara perlahan ke mata pasien.

Bila pasien myopia, atur control kea rah negative (merah). Bila pasien hiperopia atur 

control kea rah positif (hitam).

10. Amati fundus secara sistematis yang diawali dengan mengamati pembuluh darah besar.

Catat bila ditemukan kelainan. Lanjutkan pengamatan dengan membandingkan ukuran

arteri dan vena 4:5. Kemudian amati warna macula yang normalnya tampak lebih terang

daripada retina. Berikutnya amati warna, batas, dan pigmentasi diskus optikus.

Normalnya diskus optikus berbentuk melingkar berwarna merah muda agak kuning,

batasan terang dan tetap dengan jumlah pigmen yang bervariasi. Lalu amati warna

retina, kemungkinan ada darah, dan setiap ada kelainan.

11. Bandingkan mata kanan dan kiri.

12. Catat hasil pengkajian dengan jelas.

13. Setelah pengkajian selesai, teteskan pilokarpin 2% untuk menetralisasi dilatasi padamata yang diamati (pada pasien yang ditetesi tropikamid).

14. Tunggu/pastikan pasien dapat melihat seperti semula.

(Priharjo,Robert, 2006:57)

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 15/32

15

By : Dwi Abdul Rohman

II. PEMERIKSAAN FISIK PADA TELINGA

Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan

timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang

pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe

dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfedan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga

tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran

listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori

pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis (Koesora,2009).

Gambar 8. Anatomi telinga

 Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kelainan pada telinga/fungsi pada

telinga yaitu terdiri dari 4 tes:

1. Tes Bisik

Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan

1. Atur posisi pasien berdiri membelakangi Anda pada jarak sekitar 4,5-6 meter.

2. Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.

3. Bisikkan suatu bilangan (misalnya., tujuh enam).

4. Beri tahu pasien untuk mengulangi bilangan yang didengar.

5. Periksa telinga sebelahnya dengan cara yang sama.

6. Bandingkan kemampuan mendengar pada telingan kanan dan kiri pasien.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 16/32

16

By : Dwi Abdul Rohman

Gambar 9. Pemeriksaan pendengaran dengan bisikan

Pemeriksaan pendengaran dengan bisikan dapat juga dikerjakan dengan

menggunakan arloji.

Cara pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan arloji

1. Pegang sebuah arloji disamping telinga pasien

2. Minta pasien menyatakan apakah mendengar detak arloji.

3. Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta pasien menyatakan bila

tidak dapat mendengar lagi detak arloji tersebut. Normalnya detak arloji masih dapat

didengar sampai jarak sekitar 30 cm dari telinga.

4. Bandingkan telinga kanan dan kiri.

2. Tes Bisik ModifikasiTes bisik modifikasi merupakan hasil perubahan tertentu dari tes bisik. Tes bisik

modifikasi digunakan sebagai skrining pendengaran dari kelompok orang berpendengaran

normal dengan kelompok orang berpendengaran abnormal dari sejumlah besar populasi.

Misalnya tes kesehatan pada penerimaan CPNS. 

Cara melakukan tes bisik modifikasi, yaitu :

1. Lakukan dalam ruangan kedap suara.

2. Bisikkan 10 kata dengan intensitas suara lebih kecil dari tes bisik konvensional karena

 jaraknya juga lebih dekat dari jarak pada tes bisik konvensional.3. Perlebar jarak dengan penderita yaitu dengan menolehkan kepala kita atau pemeriksa

berada di belakang penderita sambil melakukan masking (menutup telinga penderita

yang tidak diperiksa dengan menekan tragus penderita ke arah meatus akustikus

eksternus).

4. Pendengaran penderita normal bilamana penderita masih bisa mendengar 80% dari

semua kata yang kita bisikkan.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 17/32

17

By : Dwi Abdul Rohman

3. Tes Garputala

Gambar 10. Garputala

Tes garputala yaitu tes fungsi pendengaran dengan menggunakan garputala. Tes

garputala ini terdiri dari tes: 

A. Tes Rinne Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang

dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.  Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

a. Garputala 512 Hz dibunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak

lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera garputala dipindahkan ke depan meatus

akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapatmendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya

b. Garputala 512 Hz di bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara

tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan

meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi

garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang

meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien

mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne

negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah

atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1. Normal : tes rinne positif 

2. Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)

3. Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a. Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

 b. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c. Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I

yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 18/32

18

By : Dwi Abdul Rohman

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa

maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus,

tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien.

Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah

tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid

pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan

garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

(Koesora,2009)

GgGambar 11. Tes Rinne

B. Tes Weber 

Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara

kedua telinga pasien. Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,

sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala.

Cara melakukan tes weber yaitu membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya di

letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar 

atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1

telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak

mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Pada keadaan patologis pada MAE atau cavum timpani misal otitis media purulenta

pada telinga kanan serta adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani, bila ada bunyi

segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

Interpretasi:

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke

kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1.Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.

2.Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan lebih

hebat.

3.Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar 

sebelah kanan.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 19/32

19

By : Dwi Abdul Rohman

4.Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah

kanan.

5. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.

(Koesora,2009) 

Gambar 12. Tes Weber 

C. Tes Swabach

Tujuan melakukuan tes ini adalah membandingkan daya transport melalui tulang

mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus.

Dasar pemeriksaan :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh: getaran yang

datang melalui udara dan getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo

temporale

Cara Kerja :Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala

probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah

dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat tidak mendengar suara

garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang

yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua

kemungkinan dapat terjadi: akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

(Koesora,2009)

3. Tes Audiometri 

 Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji

pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman

pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan

anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.

 Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran

seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat

ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 20/32

20

By : Dwi Abdul Rohman

yang merasa memiliki gangguan pendengaran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu

bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan

pasien yang kooperatif.

Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :

a. Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat

menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi yaitu antara 250-500, 1000-

2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang

dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang

diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk mengukur ketajaman pendengaran

melalui hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang,

sehingga akan didapatkan kurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca

audiogram kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.

Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan

berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-

20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami

percakapan sehari-hari.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangandalam Desibel 

Klasifikasi 

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai

berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada

stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara

kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala

decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator 

(bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL.

Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 21/32

21

By : Dwi Abdul Rohman

b. Audiometri tutur 

 Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata

terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk

mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir 

sama dengan audiometri nada murni, hanya pada tes ini alat uji pendengarannya

menggunakan daftar kata terpilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut

dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan

audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa

pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita

rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur.

Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setiap kata yang didengar, dan apabila

kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,

pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang

ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan

pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar,

sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar.

Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :

a. Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang

dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut

persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).b. Kemampuan maksimal pendengaran untuk mendiskriminasikan setiap satuan bunyi

(fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi

tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata

yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara dapat berapa saja.

Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur 

intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT),

tetapi juga jauh diatasnya.

Kriteria orang tuli pada tes ini adalah:

Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB

Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

Tujuan tes audiometric adalah

1. Mediagnostik penyakit telinga

2. Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakapan sehari-hari, atau

dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 22/32

22

By : Dwi Abdul Rohman

butuh alat pembantu mendengar atau pendidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam

bidang kedokteran kehakiman dan asuransi).

3. Skrining anak balita dan SD

4. Memonitor untuk pekerja-pekerja ditempat bising

(Koesora,2009)

Gambar 13. Tes Audiometri

III. PEMERIKSAAN FISIK PADA KULIT

Kulit merupakan system tubuh yang paling besar. Pada dasarnya kulit terdiri dari tiga

bagian, yaitu bagian luar (epidermis), bagian tengah (dermis), dan bagian dalam (lapisan lemak

subkutan) yang juga disebut hypodermis. Secara umum, kulit berfungsi untuk melindungi

 jaringan di bawahnya, sebagai persepsi sensori, pengatur suhu tubuh dan tekanan darah,

sintesis vitamin, serta sebagai tempat pengeluaran/sekresi keringat. (Priharjo,Robert,2006)

Gambar 14. Anatomi kulit 

a. Inspeksi dan Palpasi

 Agar data yang diperoleh dalam pengkajian benar-benar tepat, pengkajian harus

dilakukan dengan pencahayaan yang memadai. Kulit harus dikaji secara menyeluruh dantidak terbatas pada lokasi abnormal saja. Dalam pelaksanaannya, kulit dapat dikaji bersama-

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 23/32

23

By : Dwi Abdul Rohman

sama sewaktu mengkaji bagian tubuh yang lain. Perawat sering kali dapat mendeteksi adanya

gangguan kulit karena adanya kesempatan untuk mengadakan kontak dengan pasien.

Pengkajian kulit juga dapat dilakukan sewaktu perawat membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan kebersihan diri. Bagi pasien yang harus tirah baring atau yang menglami gangguan

mobilitas, perawat secara teratur juga harus mengkaji kondisi kulit untuk mengamati adanya

tanda-tanda luka tekan/dekubitus. (Priharjo,Robert,2006)

Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati warna, suhu, kelembaban, kekeringan

tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularisasi, mobilitas dan kondisi rambut serta kuku.

Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit harus dinilai dengan palpasi.

Warna kulit bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, berkisar dari warna gading

hingga coklat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka, khususnya dikawasan yang beriklim

panas dan banyak cahaya matahari, cenderung lebih berpigmen dari pada bagian tubuh

lainnya. Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari dan inflamasi

akan menimbulkan bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan

keadaan tidak adanya atau berkurangnya tonus serta vaskularitas kulit yang normal dan

paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan hipoksia

seluler dan mudah terlihat pada ekstremitas , dasar kuku, bibir serta membrane mukosa.

Ikterus , yaitu kulit yang menguning, berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin

serum dan acapkali terlihat pada sclera serta membrane mukosa.

Selanjutnya yang di inspeksi pada kulit adalah Hygiene kulit, penilaian atas kebersihan

yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang. Dan kelainan-kelainan yangbisa nampak pada inspeksi. Pada palpasi, pertama-tama dirasakan kehangatan kulit, (dingin-

hangat-demam), kemudian kelembabannya, pasien dehidrasi terasa kering dan pasien

hipertyroidisme berkeringat terlalu banyak. Texture kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada

kulit normal. Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke

keadaan semula, menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi. Krepitasi teraba ada

gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher 

yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada dibawah kulit dada. Edema adalah

terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh lebih daripada jumlah semestinya. Misal, Pitting

edema, bila menjadi cekung setelah penekanan pada tempat-tempat pretibial, saklrum, jari-

 jari, kelopak mata. Dan untuk non pitting edema tidak menjadi cekung setelah penekanan,

pada mixedema (hipotyroid). (Brunner & Suddarth,2001)

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 24/32

24

By : Dwi Abdul Rohman

Gambar 15. Pemeriksaan palpasi

b. Pemeriksaan Sensitibilitas

Pemeriksaan fisik pada kulit juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan sensitibilitas,

pemeriksaan sensibilitas ini merupakan pemeriksaan yang tidak mudah. Kita bergantung

kepada perasaan penderita, jadi bersifat subjektif. Selain itu, reaksi seseorang terhadap

rangsangan dapat berbeda-beda, malah pada satu orangpun reaksi tersebut dapat berbeda,

tergantung pada keadaannya, apakah ia sedang lelah, atau pikirannya terpusat pada hal yang

lain.

 Agar didapat hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal berikut: selama

pemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan tenang dan perhatiannya dapat

dipusatkan pada pemeriksaan.

Pemeriksaan:Sebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada keluha mengenai

sensabilitas. Bila ada suruh ia menunjukkan lokasinya. Dari bentuk daerah yang terganggu

dapat diduga apakah ganggguan bersifat sentral, perifer, atau berbentuk dermatom.

Dermatom merupakan daerah kulit yang disarafi oleh akar posterior dan ganglionnya. Pada

pasien histeri daerah yang terganggu tidak sesuai dengan pola anatomic, umumnya batas

gangguan amat tegas, serinng berbentuk kaus dan melibatkan seluruh jenis sensibilitas.

Perlu ditanyakan jenis gangguan, intensitasnya, apakah hanya timbul pada waktu-waktu

tertentu, misalnya nyeri kalau dingin; dan juga factor-faktor yang dapat mencetuskan kelainan

ini. Waktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah-daerah kulit yang kurang merasa, sama

sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya. Bertambahnya perasaan

dapat disebabkan oleh iritasi pada reseptor atau serabut saraf atau karena fenomena

pelepasan (release). Kata disestesia digunakan untuk menyatakan adanya perasaan yang

berlainan dari rangsangan yang diberikan, misalnya bila pasien diraba ia merasa seolah-olah

dibakar atau semutan. Kata parestesia merupakan perasaan abnormal yang timbul spontan,

biasanya ini berbentuk rasa-dingin, panas, semutan, ditusuk-tusuk, rasa-berat, rasa ditekan

atau rasa gatal.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 25/32

25

By : Dwi Abdul Rohman

Pada pemeriksaan sensabilitas eksteroseptif, perlu diperiksa rasa raba, rasa nyeri, dan

rasa suhu.

Rasa raba : sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas atau kain dan

ujungnya diusahakan sekecil mungkin. Hindarkan adanya tekanan atau pembangkitan

rasa nyeri. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian-bagian yang simetris.

Thigmentesia berarti rasa raba halus. Bila rasa raba hilang disebut thigmanesthrsia.

Rasa nyeri : dapat dibagi menjadi:

a. rasa-nyeri-tusuk (rasa nyeri cepat): rasa nyeri yang mempunyai sifat yang tajam,

seperti bila tertusuk jarum.

b. rasa-nyeri-tumpul (rasa nyeri lamban): rasa nyeri yang timbul bila testis dipijat.

Reseptor rasa-nyeri tidak mempunyai bentuk tertentu dan terdiri dari serabut-serabut

saraf yang tidak berselubung, ia terdapat pada epidermis kulit dan pada selaput lender.

Pada beberapa tempat jumlah serabut-serabut ini berdekatan misalnya pada lidah, bibir,kemaluan dan ujung jari.

Dalam praktek sehari-hari pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan jarum atau

peniti. Tusukan hendaknya cukup keras sehingga betul-betul dirasakan rasa-nyeri dan

bukan rasa-disemtuh atau rasa-raba. Kita periksa seluruh tubuh, dan bagian-bagian

yang simetris dibandingkan. Bila bagian yang simetris dibandingkan, tusukan harus

sama kuat.

Rasa suhu : ada dua macam rasa-suhu, yaitu rasa panas dan rasa dingin. Rangsangan

rasa-suhu yang berlebihan akan mengakibatkan rasa nyeri. Rasa suhu diperiksa dengan

menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin, dan untuk rasa

panas dengan air panas. Untuk memeriksa rasa dingin dapat digunakan air yang

bersuhu sekitar 10-200C dan untuk panasyang bersuhu 40-500C.

Pada pemeriksaan rasa-suhu diperiksa seluruh tubuh dan dibandingkan bagian-bagian

yang simetris. Bagian yang simetris ini harus diusahakan agar berada dalam kondisi

yang sama.

Bila kita memeriksa sensibilitas pada pasien yang gelisah atau yang agak menurun

kesadarannya, maka pemeriksaan rasa-tusuk masih dapat dilakukan, sedang yang lainnya

(rasa raba dan rasa suhu) perlu ditangguhkan. Pada anak, pemeriksaan ini biasanya

dilakukan dan kita nilai dari reaksi atau tangisan si anak (bayi). (Lumbantobing,2008)

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 26/32

26

By : Dwi Abdul Rohman

IV. PEMERIKSAAN FISIK PADA HIDUNG

Hidung dikaji dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung.

Pengkajian hidung dimulai dari bagian luar , bagian dalam, kemudian sinus-sinus. Pasien

dipersiapkan dalam posisi duduk bila memungkinkan. Peralatan yang dipersiapkan antara lain

otoskop, speculum hidung, cermin kecil, dan sumber penerangan/ lampu.

Gambar 16. Anatomi Hidung

a. Inspeksi dan Palpasi

Cara inspeksi dan palpasi hidung bagian luar serta palpasi sinus-sinus :

1. Duduk menghadap pasien.

2. Atur penerangan dan amati hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan sisi atas.

Perhatikan bentuk atau tulang hidung dari ketiga sisi ini.

3. Amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung.

4. Amati kesimetrisan lubang hidung.

5. Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat bila ditemukanketidaknormalan kulit atau tulang hidung.

6. Kaji mobilitas septum nasi.

7. Palpasi sinus maksilaris , frontalis, dan etmoidalis. Perhatikan adanya nyeri tekan.

Untuk dapat melakukan inspeksi hidung bagian dalam, ada beberapa peralatan yang

diperlukan antara lain otoskop, speculum hidung, cermin kecil dan lampu. Tidak disarankan

bagi peserta didik keperawatan untuk melakukan praktik ini kecuali di bawah pengawasan

instruktur yang berpengalaman.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 27/32

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 28/32

28

By : Dwi Abdul Rohman

alat untuk mengecap, dan juga untuk berbicara. Menurut Ayurveda, lidah ini erat sekali

kaitannya dengan organ tubuh bagian dalam. Oleh karena organ bagian dalam sulit dilihat dan

diperiksa dan luar, maka dengan memeriksa lidah ataü jihva dapat juga membantu menegakkan

diagnosis yang tepat. Hal ini dimungkinkan karena energi vital berada serta bergerak pula di

seluruh bagian lidah. Gerakan prima ini sesuai dengan keadaan organ di bagian dalam tubuh.

Perubahan warna, penebalan atau penipisan bagian tertentu dan lidah menunjukkan adanya

kelainan atau gangguan pada organ tertentu dalam tubuh. Jika dilihat dan segi bentuk, maka

ujung lidah merupakan cerminan keadaan di tubuh bagian atas. Bagian tengah dan pangkal

lidah sebagai refleksitubuh bagian yang lebih di bawahnya. Oleh sebab itu, perubahan yang

terjadi pada ujung lidah pada umumnya menunjukkan adanya gangguan pada organ tubuh

bagian atas, terutama di daerah dada. Makin ke belakang, pada pangkal lidah menandakan

adanya gangguan pada organ.

Gambar 17. Anatomi lidah

Warna Lidah

Warna lidah yang normal adalah merah muda,namun sering kali warna lidah seseorang

tidah merah muda,warna patologis yang sering diobsevasi adalah pucat, merah, merah tua,

merah keunguan, dan biru.

1. Pucat jika warna lidah pucat, itu menunjukkan adanya sirkulasi atau produksi darah yangtidak baik. Karena terkait dengan sirkulasi udara, kemungkinan terjadi masalah dengan hati,

pasalnya salah satu fungsi hati adalah sebagai filter darah.

2. Kekuningan jika warna lidah anda kekuningan, berarti ada infeksi bekteri, baik dari dalam

tubuh maupun luar tubuh, jika warna kekuningan menuju kehijauan berarti infeksi bakterinya

semakin parah.

3. Merah jika lidah anda berwarna merah, itu menandakan adanya panas dalam, jika warna

merah hanya ada pada ujung lidah, itu menandakan adanya panas pada jantung. Jika warna

merah hanya ada pada sisi lidah, baik sisi kanan maupun kiri, itu menunjukkan adanya panas

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 29/32

29

By : Dwi Abdul Rohman

dalam hati atau kandung empedu. Jika warna merahnya lebih tua maka penyakitnya sudah

parah.

4. Ungu jika warna lidah anda ungu, itu menunjukkan adanya statis darah atau darah tidak

lancer, warna ungu disini ada 2 yaitu merah ungu dan biru ungu. Merah ungu adalah

kelanjutan lidah merah dan berati adanya panas dan statis darah. Biru ungu adalah

kelanjutan lidah pucat, berati adanya dingin dan statis darah pada penderita.

5. Biru jika lidah berwarna biru, berati terjadi keadaan yang sama dengan jika lidah berwarna

biru keunguan, yakni adanya dingin dan statis darah namun kondisinya lebih parah.

Bentuk Lidah

Bentuk lidah memberi indikasi keadaan darah dalam tubuh bentuk lidah yang ideal

adalah yang sesuai dengan bentuk rahang,artinya berada dalam lengkung rahang yang

sempurna,dan memiliki bentuk yang tidak terlalu tebal namun juga tidak terlalu tipis idealnya

sekitar 1 cm. Dibawah ini beberapa bentuk lidah yang tidak normal:

1. Tipis : Jika lidah berbentuk tipis, apalagi disertai warna pucat, itu menunjukkan adanya

defiensi (kekurangan) darah. Hal itu berhubungan dengan hati, semakin tipis bentuk lidah,

berarti semakin menahun penyakit yang diderita.

2. Tebal : Jika bentuk lidah tebal, itu menunjukkan sirkulasi dalam tubuh tidak normal,

sirkulasi ini meliputi, sirkulasi air, nutrisi dan darah. Jadi, jika ketika lidah berbentuk tebal,

kemungkinan ada masalah pada ginjal, limpa dan hati.

3. Kaku : Jika lidah kaku, itu menunjukkan adanya angin dalam tubuh. Karena bagian dalam

tubuh kemasukan angin, maka itu menyebabkan lidah menjdi kaku.4. Panjang : Jika lidah panjang, berarti ada kecenderungan panas dalam tubuh, terutama

didalam jantung, sebaliknya jika lidah berbentuk pendek dan disertai warna pucat itu

menandakan adanya dingin dalam tubuh.

5. Retak : Jika retak-retak transversal menunjukkan defiensi lambung, bila retak-retak

terdapat pada sisi lidah didekat pertengahan, berarti adanya defiensi menahun pada limpa.

Retak memanjang pada garius tengah yang mendekati ujung lidah, berati adanya

gangguan pada jantung.

Pemeriksaan pada lidah :

a. Inspeksi Lidah 

Pemeriksaan fisik lidah didahului dengan pemeriksaan mukosa.

Periksa mukosa apakah ada massa?

Apakah lidahnya lembab?

Apakah ada lesi berbentuk massa pada sisi atau permukaan bawah lidah?

Minta pada pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan

bawah lidah mudah diperiksa. Pada orang-orang yang lebih tua, vena-vena besar pada aspek

ventral lidah dapat menjadi berkelok-kelok. Varikosis ini tidak pernah berdarah dan tidak

mempunyai arti klinis.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 30/32

30

By : Dwi Abdul Rohman

Periksa pada lidah pasien apakah ada Candidiasis. Candidiasis yang dikenal pula

sebabagi moniliasis atau thrush, adalah suatu infeksi jamur oportunistik yang lazim berkaitan

dengan pemakaian antibiotik berspektrum luas. Infeksi sering menyerang rongga mulut,

saluran cerna, perineum atau vagina. Lesinya terlihat sebagai membran putih yang melekat

secara longgar, dan dibawahnya terdapat mukosa yang merah menyala. Candidiasis oral

tidak lazim ditemukan pada rang yang sehat yang tidak mendapat terapi antibiotik. Adanya

candidiasis pada orang seperti itu mungkin merupakan manifestasi dini AIDS. Candidiasis 

merupakan infeksi oral yang paling sering ditemukan pada pasien AIDS.

Selain memeriksa lidah pasien apakah ada candidiasis, periksa juga apakah pada lidah

pasien terdapat leukoplakia. Leukoplakia bentuk baru yang disebut leukoplakia berambut oral  

kelihatannya berkaitan dengan perkembangan AIDS selanjutnya. Lesi putih yang menonjol ini

kelihatannya berombak-ombak atau “berambut” dan ukurannya berkisar mulai dari beberapa

milimeter sampai 2-3 cm. Penyakit ini paling sering ditemukan pada tepi lateral lidah tetapi

dapat dijumpai pula pada mukosa pipi.

b. Pemeriksaan Saraf Kranialis XII

Minta pada pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut berdeviasi ke satu

sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua belas membuat otot-otot lidah

pada sisi yang terkena tidak dapat berkontraksi dengan normal. Oleh karena itu, sisi

kontralateral “mendorong” lidah ke sisi lesi. 

c. Palpasi Lidah

Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan denganpalpasi yang seksama.

Palpapsi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya ke dalam

sepotong kasa.

Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika sisi-sisi lidah diinspeksi

dan dipalpasi dengan tangan kanan.

Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks

muntah. Sangat penting untuk mempalpasi tepi lateral lidah, karena lebih dari 85% dari semua

kanker lidah timbul didaerah ini.

Semua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-tanda indurasi (pengerasan)?

Indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma. Setelah palpasi lidah, lidah

tersebut dikeluarkan dari kasa dan kasanya dibuang.

Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien, merupakan

tindakan pencegahan kalau-kalau pasien berusaha berbicara atau menggigit jari pemeriksa.

d. Palpasi Dasar Mulut 

Dasar mulut harus diperiksa denga palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan

satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan atau

massa.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 31/32

31

By : Dwi Abdul Rohman

Kelainan pada Lidah

Kelainan yang terjadi pada lidah manusia adalah sebagai berikut. Diantaranya adalah :

Glositis, atau peradangan lidah. Bisa akut ataupun kronis. Dengan gejala berupa adanya

ulkus dan lender yang menutupi lidah. Peradangan ini biasa timbul pada pasien yang

mengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah lembek dan pucat,

dengan bekas  – bekas gigitan pada pinggirnya. Biasanya, glositis kronis menghilang,

apabila kesehatan badan membaik dan memelihara higien mulut yang baik.

Lekoplakia, ditandai oleh adanya bercak –bercak putih yang tebal pada permukaan lidah

(juga pada selaput lender pipi dan gusi). Hal ini biasanya terlihat pada perokok.

Cara Memelihara Lidah

Cara memelihara agar lidah tetap berfungsi adalah sebagai berikut:

1. Jangan dibiasakan makan dan minim yang masih panas, karena akan berpengaruh pada

lidah.

2. Menggosok gigi secara teratur untuk mengatasi terjadinya infeksi pada gigi.

3. Kurangi merokok bagi perokok berat agar tidak terjadi bercak  – bercak putih pada lidah.

7/28/2019 Pemeriksaan-fisik persepsi sensori.docx

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-fisik-persepsi-sensoridocx 32/32

DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

H.Swartz,Mark. 1995. Diagnostik Fisik . EGC:Jakarta

Koesora.2009.Pemeriksaan Tes Pendengaran. 

http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/  (akses 29 november 2010)

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC

Lumbantobing.2008.Neurologi Klinik .Jakarta: balai penerbit FKUI

http://www.mediacollege.com/lighting/colour/colourblind.html (diakses pada 11 Desember 2010)