pemeriksaan fisik ge

60
I. PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN 1) Keluhan Utama Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: nyeri, mual, muntah, diare, pembesaran abdomen, kembung, dan sendawa, ketidaknyamanan abdomen, gas khusus, hematemisis, perubahan pada kebiasaan defekasi, serta karakteristik feses, malaise, dan sebagainya. a Nyeri Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri. Factor lain seperti makanan, istirahat, defekasi, dan gangguan vascular, dapat mempengaruhi secara langsung nyeri ini. b Mual muntah Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan 1

Upload: dyach-trisna-dewi

Post on 02-Dec-2015

318 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Pemeriksaan Fisik GE

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Fisik GE

I. PENGKAJIAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

1) Keluhan Utama

Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang

dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan sistem

pencernaan secara umum antara lain: nyeri, mual, muntah, diare, pembesaran abdomen,

kembung, dan sendawa, ketidaknyamanan abdomen, gas khusus, hematemisis, perubahan

pada kebiasaan defekasi, serta karakteristik feses, malaise, dan sebagainya.

a Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk meminta

pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran gastrointestinal dan organ

aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST, sehingga

pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar

yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri. Factor lain seperti makanan,

istirahat, defekasi, dan gangguan vascular, dapat mempengaruhi secara langsung nyeri ini.

b Mual muntah

Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan biasanya selalu

berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal. Mual (nausea) adalah sensasi

subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh

distensi atau iritasi dari bagian manasaja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh

pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau

bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus gastrointestinal

membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atau traktus

gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.

Etiologi dan Patofisiologi

Pusat muntah di batang otak mengkoordinasi berbagai komponen yang terlibat dengan

aksi muntah. Pusat muntah menerima masukan dari berbagai stimulus. Impuls-impuls saraf

1

Page 2: Pemeriksaan Fisik GE

mencapai pusat muntah melalui jalur aferent dari cabang sistem saraf otonom simpatis.

Reseptor-reseptor visceral dari serabut aferent yang terdapat di saluran gastrointestinal,

jantung, ginjal, dan uterus. Ketika terstimulasi reseptor-reseptor ini memberikan informasi ke

pusat muntah dan menjadi permulaan reflex muntah (Lewis, 2000).

Distensi yang berlebihan atau iritasi pada duodenum menyebabkan suatu rangsangan

khusus yang kuat untuk muntah. Impuls ditransmisikan baik dari saraf afferent vagal maupun

oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medulla, yang terletak dekat traktus solitaries

kurang lebih pada tingkat nucleus dorsalis vagus. Reaksi motorik otomatis yang sesuai

kemudian menimbulkan perilaku mutah. Impuls-impuls motorik yang menyebabkan muntah

ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf cranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus

gastrointestinal ke bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diaphragma dan otot abdomen

(Guyton, 1996).

Pada stimulasi kortikal di dapat dari berbagai rangsangan psikis, termasuk gambaran

yang mengganggu, yang memuakkan, dan stress psikologi lain yang sesuai juga dapat

menyebabkan muntah. Hubungan saraf yang tepat terhadap efek-efek ini tidak diketahui,

walaupun mungkin impuls melewati secara langsung pusat muntah tidak melibatkan zona

perangsangan kemoreseptor. Zona pencetus kemoreseptor yang berlokasi di ventrikel keempat

di dalam otak mendapat respon dari stimulus kimia dari onat-obatan dan racun. Rangsangan

elektrik pada daerah ini juga mencetuskan muntah, ang terpenting adalah pemakainan obat-

obat tertentu termasuk morfin, dan beberapa derivat digitalis secara langsung merangsang

zona pencetus kemoreseptor dan memulai muntah. Destruksi daerah tersebut menghambat

muntah jenis ini, tetapi tidak menghambat muntah yang ditimbulkan oleh rangsangan iritasi

pada traktus gastrointestinal itu sendiri (Lewis, 2000).

Selain itu juga, telah diketahui dengan baik bahwa motion sickness (gerakan perubahan

arah tubuh yang cepat mengakibatkan organ tertentu muntah). Mekanisme peristiwa ini adalah

sebagai berikut:gerakan merangsang reseptor dari labirin dan impuls ditransmisikan terutama

melalui inti-inti vestibular ke dalam cerebellum, kemudian zona pencetus kemoresptor, dan

akhirnya ke pusat muntah untuk menyebabkan muntah (Ganong, 1997).

2

Page 3: Pemeriksaan Fisik GE

c Kembung dan Sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan sendawa yaitu

pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektm.

Sendawa terjadi jika menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung.

Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung,

distensi, atau merasa penuh dengan gas (Smeltzer, 2002).

d Ketidaknyamanan Abdomen

Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan gangguan saraf

lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian lain tubuh. Makanan berlemak

cenderung menyebabkan ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih

lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat

juga mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang

berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan disfungsi

gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan gerakan peristaltic lambung

pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.

e Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat terjadi akibat

adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses, yang disebut diare osmotic, atau

karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus

halus distal atau usus besar (Lewis, 2000). Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi

lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus.

Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas.

Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang

tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu yang mengalami diare

berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang

dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas

3

Page 4: Pemeriksaan Fisik GE

dan secara langsung meyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga

unsure-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar (Cowin, 2007).

Diare juga dapat disebabkan oleh factor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis-jenis

stress tertentu, yang diperantai oleh stimulus usus oleh saraf parasimpatis. Diare juga dapat

ditandai dengan pengeluaran feses berjumlah kecil tapi sering. Penyebab diare jenis ini antara

lain adalah kolitis ulserativa dan penyakit crohn.

f Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang. Frekuensi defekasi

berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai

penurunan relative jumlah buang air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit

apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi atau

apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar

sewaktu feses berada di usus besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses

dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic

kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat atau

makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga

mendorong defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang

sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

Rasa takut akan nyeri sewaktu berdefekasi dapat menjadi stimulus psikologis bagi

seseorang untuk menahan BAB dan dapat menyebabkan terjadi konstipasi. Input-input

psikologis lain juga dapat menyebabkan kelambatan defekasi. Rangsangan simpatis atas saluran

GI dapat menurunkan motilitas dan dapat memperlambat defekasi. Aktivitas simpatis

meningkat pada individu yang mengalami stress lama. obat-obat tertentu misalna antacid dan

opiat juga dapat menyebabkan konstipasi. Trauma korda spinalis, sklerosis multiple, neoplasma

usus, dan hipotiroidisme juga dapat menyebakan konstipasi. Suatu penyakit yang ditandai oleh

disfungsi pleksus mienterikus di usus besar yang disebut penyakit Hirschpung (Megakolon

4

Page 5: Pemeriksaan Fisik GE

congenital) juag dapat menyebakan konstipasi. Penyakit ini biasanya telah tampak segera

setelah lahir.

2) Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk

menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya. Perawat

memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana

penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah

kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji dalam sistem

gastrointestinal:

1. Pengkajian rongga mulut

2. Pengkajian esofagus

3. Pengkajian lambung

4. Pengkajian intestinal

5. Pengkajian anus dan feses

6. Pengkajian organ aksesori

a Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya dan semuanya di

buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala

awal sampai sekarang.

Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan dampak terhadap

intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat badan? Pengkajian ini akan

memberikan kemudahan pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan

nutrisi yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanykan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat

tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama dan

dosisnya. Kemudian pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika

5

Page 6: Pemeriksaan Fisik GE

membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat melengkapi

pengkajian.

b Riwayat kesehatan dahului

Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi yang

memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan

penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu ditanyakan

rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama dirawat dan apakah

berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat

dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal,

pada pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk

dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat

mengumpulkan data-data penunjang masalulu seperti status rekam medis saat dirawat

sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.

c Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi kuantitas

maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien akaibat efeksamping dari

obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti

obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan

resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien menggunakan

preparat besi atau ferum karna obatini akan mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna

feses(agak kehitaman) atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik

pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau xzat juga bisa bersifat efatotoksik atau bersifat

6

Page 7: Pemeriksaan Fisik GE

racun terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan peraadangan

atau keganasan pada hati.

d Riwayat alergi

Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau agen obat

pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi tersebut, apakah memberikan dampak

terjadinya diare atau konstipasi.

e Lokasi geografik

Riwayat bagaimana pasien melakukan perjalanan, khususnya pada are-are tertentu

pada struktur geografis di indonesia dimana tempat pasien tinggal dengan tempat pelayanan

kesehatan yang memerlukan transportasi yang kompleks dan memerlukan lama perjalan yang

berpariasi sehingga memberikan manifestasi terhadap lama sakit pada gangguan GI seperti

mual, muntah, dan diare.

f Riwayat nutrisi

Pada saat melakukan pengkajian fungsi sisten GI, pengkajianan nutrisi merupakan

elemen penting yang harus dilakukan pada pengkajian riwayat kesehatan. Pengkajian status

nutrisi lebih lengkap dapat dipelajari pada BAB selanjutnya.

Beberapa pengkajian penting dilakukan perawat dalam mengkaji bagaimana nafsu

makan pasien sebelum dan sesudah mengalami keluhan GI dan bagaimana proses perubahan

nafsu makan tersebut, apakah bersifat mendadak atau perlahan-lahan. Perawat membantu

pasien agar bisa mendiskripsikan makanan dan minuman yang telah dikonsumsi pada periode

24 jam.

Perawat mengeksplorasi hubungan antara asupan makanan dengan manifestasi

gangguan GI yang mungkin terjadi. Perawat juga mengidentifikasi interaksi dari obat dan

makanan yang dikonsumsi.

7

Page 8: Pemeriksaan Fisik GE

g Riwayat Pola Hidup

Pengkajian ini untuk mengidentifikasi beberapa kebiasaan yang bisa memengaruhi

gangguan GI, seperti pola makan (berpengaruh pada kondisiobesitas), minum kopi (kafein

meningkatkan iritasi mukosa lambung dan meningkatkan resiko gastritis), alkohol

(meningkatkan resiko peradangan lambung dan kerusakan sel-sel hati), atau merokok

(mengiritasi mukosa GI dan meningkatkan resiko kanker esophagus). Perawat mengkaji

bagaimana kondisi lingkungan atau pekerjaan pasien sehari-hari mempunyai hubungan dengan

gangguan gastrointestinal. Seperti pada beberapa pasien yang bekerja dengan banyak stresor

seperti sekuriti atau bagian keuangan memberikan manifestasi keluhan yang berhubungan

dengan GI.

1) Pemarikasaan fisik

Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum terhadap

setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian anamnesis. Pemeriksaan

fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.

1. Survei umum

Survei umum pada pemeriksaan GI untuk melihat adanya ikterus, kaheksia, pigmentasi

kuli, status mental dan pengkajian tangan.

a. Ikterus

Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan perawat di

klinik dimana konsentrasi biliribin dalam darah mengalami peningkatan abnormal

sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit akan berubah warna

menjadi kuning atau kuning kehijauan.

Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin serum

melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala ikterus dapat

8

Page 9: Pemeriksaan Fisik GE

terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi bilirubin, atau ekskresi bilier.

( smeltzer,2002).

b. Kaheksia dan atrofi

Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat

menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat kurus dan

lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput pada kulit yang

terlihat diabnomen dan anggota badan menunjukkan penurunan berat badan yang

belum lama terjadi.

c. Pigmentasi kulit

Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,

hemokromatosis (akiabat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga memproduksi

melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat manimbulkan pigmentasi tipe Addison

(pigmentasi solaris)pada puting susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan,

dan mulut (Elrord, 2000).

Bercak bercak seperti flek (lesi diskrit berwarna cokelat-hitam) pada bibir disebut

dengan sindrome Peutz-Jeghers serta jari-jari tangan dan kaki berkaitan dengan

hemartoma usus kecil (50 %) dan kolon (30%) yang dapat menimbulkan perdarahan

atau intususepsi. Pada keadaan autosomal dominan ini insiden dari adenokarsinoman GI

meningkat (Talley, 1995).

Spider nevi atau gambaran kapiler yang melebar dan bercabang-cabang dari

bagian tengahnya sehingga menyerupai sarang laba-laba. Ukuran dari spider nevi

bervariasi dari hanya terlihat saja sampai berdiameter 0,5 cm. Distribusi spider nevi

biasanya pada daerah yang berhubungan dengan kava superior sehingga ditemukan

pada lengan, leher dan dinding dada. Spider nevi terkadang dapat berdarah secara

hebat. Tekanan pada arterior serta dengan alat penunjuk menyebabkan seluruh lesi

memucat. Ditemukannya lebih dari dua spider nevi dimana pun pada badan dianggap

abnormal. Spider nevi dapat disebabkan oleh sirosis, paling sering ditemukan pada

9

Page 10: Pemeriksaan Fisik GE

pasein dengan konsumsi alkohol. Kelainan ini dapat terjadi untuk sementara pada

hepatitis virus yang kemudian menghilang sendirinya.

Patogenesis dari spider nevi sampai saat ini masih kontrversial dan tidak ada

penyebab yang pasti ( Taller, 1993).

d. Pengkajian tangan

Clubbing. Dari pasien-pasien yang tidak berkompensasi sepertiganya menderita

clubbing pada jari tangan. Kelainan ini dapat berkaitan dengan shunting arteriovenosa

pada kedua paru sehingga menimbulkan desaturasi oksigen arterial. Sianosis dapat

berkaitan dengan penyakit hati kronik yang berat dan suadah berlangsung lama.

Penyebab dari AV shunting ini tidak diketahui. Keadaan seperti penyakit inflamasi usus

besar yang menyebabkan deplesi nutrisional dalam jangka lama dapat menimbulkan

clubbing.

e. Status mental dan tingkat kesadaran

Sindrom ensefalopati hepatik akibat siroses lanjut yang tidak

terkonpensasi(gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut) merupakan

kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung pada etiologi dan faktor-

faktor presipitasinya. Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan

mengalami penuruna kesadaran menjadi stupor, kemudian koma. Kombinasi kesussakn

hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat struktur hepatik yang terganggu

(keuanya ekstra hepatik dan intara hepatik) menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini

mungkin berkaitan dengan kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah

portal. Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia, asam

rantai pendek, dan amin.

2. Bibir

Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya lesi. Dengan

mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke ujung. Normalnya bibir berwarna

10

Page 11: Pemeriksaan Fisik GE

merah muda, lembab, simetris, dan halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka

sebelum pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia, sedangkan sianosis

desebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat

berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau kanker kulit.

3. Rongga mulut

Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau lesi yang

mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji rongga oral,perawat

menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa tunggal segi empat. Sarung tangan harus

dipakai selama pemeringksaan. Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring.

Pengkajian rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur rongga mulut.

Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka mulut,

kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah atau jari bersarung tangan

yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas

kebawah.senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau

merah muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal, mukosa bukal

merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.

Pada lansia mukosa normalnya kering karena penuruna salifasi. Bercak putih dan tebal

(leukoplakia) dapat dilihat pada perokok berat dan alkoholik. Leukoplakia harus dilaporkan

karna dapat juga merupakan lesi prakanker. Perawat memalpasi pipi dengan satu jari sepanjang

mukosa dalam dan ibu jari sepanjang pipi luar untuk memeriksa adanya benjolan dalam atau

ulsirasi. Sambil merektrasi pipi, perawat menginspeksi warna, adanya edema, retraksi,

pendaharahan, dan lesi pada gusi atau ginggiva. Busi disebelah sekitar graham bungsu juga

harus diperiksa karena area ini merupakan area yang sulit untuk dijangkau pada saat

bembersihkan gigi. Gusi yang sehat berwarna merah muda, halus,dan lembab dengan teppian

yang kuat pada setiap gigi.

Perawat memeriksa adanya ulkus mulut yang merupakan tanda sekunder dari beberapa

penyakit sistemik yang dapat timbul sebagai ulkus dimulut. Ulkus aftosa adalah jenis yang

paling sering dijumpai. Ulkus ini dimulai dengan vesikel kecil yang nyeri pada lidah atau

11

Page 12: Pemeriksaan Fisik GE

permukaan mukosa mulut yang dapat pecah membentuk ulkus dangkal yang nyeri. Ulkus-ulkus

ini sembuh tanpa meninggalkan parut. Penyebaanya tidak diketahui sama sekali. Ulkus ini

biasanya tidak menunjukkan adanya penyakit serius yang mendasarinya, tetapi dapat terjadi

pada penyakit Crrohn atau penyakit seliak.

Moniliasis. Infeksi jamur oleh kandida abilkans menyebabkan terjadinya bercak-bercak

putih didalam rongga mulut yang sulit dilepas dan bekasnya berdarah. Infeksi ini dapat

menyebar hingga mengenai esofagus dan menimbulkan disfagia. Moniliasis berkaitan dengan

imunosupresi (steroid, kemoterapi tumor, atau kelainan imunologis yang mendasarinya seperti

AIDS) atau keganasan hematologis dimana disebabkan oleh daya tahan hospes yang menurun.

Anti biotikk septrum luas yang menghambat flora normal mulut juga merupakan penyebab

yang sering karena terjadi pertumbuhan jamur yang berlebihan. Higiene mulut yang buruk,

defisiensi besi, dan diabetes militus, juga menjadi predisposisi penyebab.

Pemeriksaan kualitas higiene mulut dapat ditentukan dengan mudah melaui inspeksi

gigi. Posisi dan kesejajaran gigi harus dicatat untuk memeriksa permukaan posterior gigi

perawat meminta pasien membuka mulut dengan bibir rileks. Spatel lidah diperlukan untuk

merektrasi bibir dan gigi terutama ketika memeriksa molar. Tartar disepanjang dasar gigi, karies

gigi (lubang), daerah denga ekstrasi, dan warna gigi harus dicatat. Gig yang sehat, normal,

halus, putih, dan bercahaya. Perubahan warna seperti kapur pada email merupakan indikasi

dini pembentukan karies. Perubahan warna coklat atau hitam mengindikasikan pembentukan

karies. Pada lansia, gigi yang tanggal atau lepas merupakan hal yang umum terjadi karena

adanya peningkatan resorsi tulang. Gigi lansia sering kali terasa kasar saat enamel gigi

mengeras.

4. Lidah dan dasar mulut

Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar mulut. Terlebih

dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat

adanya penyimpangan, tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan untuk menguji

fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh, dapat terlihat adanya

reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah berada digaris tengah. Pada beberapa

12

Page 13: Pemeriksaan Fisik GE

keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan otot

lidah pada pasien yang mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple forroed . untuk

menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah keatas dan kesemping.

Lidah harus bergerak dengan bebas.

Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa warna, ukuran

posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah. Lidah harus berwarna merah sedang

atau merah pudar, lembab, sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang

tepi lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular.

Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-are yang umumnya terkena lesi

kanker oral. Pasien mengangkat lidahnya dengan menempatkan bagian ujungnya pada palatum

dibegian belakang gigi taring.

Perawat memerik warna adanya pembengkakan, dan lesi seperti nodul atau kista.

Permukan fentral dari lidar berwarna merah muda dan halus dengan vena besar diantara

lipatan frenulum. Untuk memalpalpasi lidah, perawat menjelaskan prosedur dan kemudian

meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya. Perawat memegang ujung lidah pasien dengan

kasa segi empat dan menariknya dengan hati-hati kesatu sisi. Dengan menggunakan sarung

tangan, perawat memalpasi sepanjang lidah dan juga bagian dasarnya untuk adanya

pengerasan atau ulserasi. Dapat terlihat adanya varises(vena yang membengkan dan berkelok-

kelok). Parises jarang menimbulkan masalah tetapi banyak terjadi pada lansia. Pada pengkajian

dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma mandibula akan terlihat pada dasar mulut

garis patah dari tulang mandibula

Kelenjar parotis

Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi pada daerah parotis

untuk mencari adanya pembesaran parotis. Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot

masseter dapt teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter dan didepan

telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal

ini disebabkan infiltrasi lemak, mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau

tanpa malnutrisi.

13

Page 14: Pemeriksaan Fisik GE

5. Pemeriksaan fisik Abdomen

a) Modalitas pemeriksaan abdomen

Abdomen dibagi secra imajiner. Adanya garis batas membantu perawat memetakan

region abdomen.prosesus hipoideus (ujung sternum) menandai tepi atas region abdomen dan

simfisis pubis menggambarkan tepi bawah. Dengan membagi abdomen menjadi empat kuadran

imajiner, perawat dapat merujuk hasil pengkajian dan mewncatatnya dalam hubungannnya

dalam setiap kuadran. Sebagai contoh, perawat dapat menentukan bahwa pasien mengalami

nyeri tekan pada kuadran kiri bawah ( LLQ ) dengan bising usus normal. Sebelah posterior ginjal

terdapat di vertebra T12 sampai L3, dilindungi oleh iga bawah dan otot. Sudut kostovertebral

dibentuk oleh iga terakhir dan kolumna vertebra adalah garis batas yang digunakan Selama

palpasi ginjal.

b) Persiapan dan survei abdomen secara umum

Perawat manata ruangan pemeriksaan dengan menurunkan kebisingan, optimalisasi

pencahayaan, dan mengatur privasi denga memasang sampiran apabila pemeriksaan dilakukan

pada bangsal keperawatan.

Pada saat pemeriksaan abdomen, pasien harus rileks. Otot abdomen yang mengencang

menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi. Perawat meminta berkemih sebelum

pemeriksaan dimulai.

Perawat kemudian mengatur posisi pasien secara terlentang, meletakkan selimut untuk

melindungi tungkai dan pakaian bagian abdomen dibuka. Bantal kecil ditempatkan dibelakang

lutut. Jika pasien meletakkan lengan dibawah kepala, otot abdomen dapt mengncang.

Abdomen dipajankan btepat dari atas prosesus hipoidius sampai kebawah simfisis pubis.

Perawat melakukan pemeriksaan dengan tenang dan perlahan, memastikan bahwa

terdapat pencahayaan yang adekuat. Abdomen dipanjankan tepat dari atas prosesus sifoideus

kebawah ke simfisis pubis. Tangan dan stetoskop yang hangat akan meningkatkan relaksassi.

Mempertahankan percakapan kecuali selama auskultasi membantu mendistraksi pasien. Pasien

14

Page 15: Pemeriksaan Fisik GE

diminta melapor jika terjadi nyeri dan menunjuk area yang nyeri. Area yang nyeri harus dikaji

paling akhir. Urutan pemeriksaan abdomen asedikit berbeda dengan pengkajian sebelumnya.

Perawat memulainya denga inspeksi dan diikuti dengan auskultasi.pengkajian dengan

auskultasi sebelum palpasi dan perkusi merupakan hal yang penting dilakukan karena palpasi

dan perkusi dapat mengubah frekuensi dan karakter bisisng usus. Perawat juga memerluka pita

ukur dan pena ( potter, P.A,2005).

Pertama-tama perawat melakukan survey secara umum dengan mengobservasi pasien

selama aktivitas layanan rutin. Perawat mencatat postur pasien dan status nutrisi. Pengkajian

status nutrisi dinilai dari pertimbangan komposisi berat badan dan tinggi badan. Pasien yang

terlalu kurus atau malnutrisi akan memperberat kesembuhan dan terjadi penurunan sistem

imun yang berhubungan dengan penurunan kandungan protein plasma.

Perawat kemudian melakukan inspeksi pada perut dengan melihat gerakan atau

bayangan abnormal paada abdomen. Perawat berdiri disisi kanan pasien dan melakukan

inspkeksi dari tas abdomen. Dengan posisi duduk untuk melihat tegak lurus pada abdomen,

perawat mengkajia kontur. Pemeriksaan ringan diarahkan pada seluruh abdomen.

Inspeksi

Kulit. Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola

vena atau pembesaran vena, lesi, dan striae ( tanda guratan-guratan ). Kulit memiliki warna

yang sama dengan bagian tubuh yang lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada pasien

yang kurus. Pada kondisi klinis, pasien dengan pembesaran vena pada abdomen bagian atas

sampai dinding dada anterior merupakan manifestasi pembesaran vena dari pasien yang

tummur mediastinum. Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau

kehamilan. Adanya lubang buatatan menunjukkan adanya daerah drainase yang terjadi akbat

pembedahna atau kolostomi. Jaringan parut menunjukkan trauma atau pembedahan dimasa

lampau yang menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ dibawahnya. Memar

dapat mengindikasikan cedra kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis gangguan perdarahan.

Hasil yang tidak diharapkan mencangkup perubahan warna seperti ikterik atau sianosis.

15

Page 16: Pemeriksaan Fisik GE

Pasien diminta miring ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung jika

cairan merupakan penyebab distensi. Perawat harus berhati-hati agar tidak rancu antara

distensi atau obesitas.

Kesimetrisan abdomen. Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan

permukaan abdomen; mempertahankan adanya massa, penonjolan, atau distensi. Abdomen

datar membentuk bidang horizontal dari proseus sifoideus sampai simfisis pubis. Abdomen

yang bulat menonjol kedalam bola cekung dari bidang horizontal. Setio hasil temuan tersebut

normal jika bentuk abdomen simetris.

Pada lansia, sering terdapat peningkatan distribusi jaringan adipose yang merata. Adanya

massa yang hanya pada satu sisi atau tidak simetris dpat mengindikasikan adanya kondisi

patologis. Gas intestinal, tumor,atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan

distensi (pembengkakan). Jka distensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan

menonjol, kulit sering tampak tegang, seperti diregangkan di atas abdomen. Jika gas

menyebabkan distensi, panggul tidak menonjol. Akan tetapi, jika cairan yang menjadi sumber

masalahnya, maka akan terlihat perut katak atau pembesaran kea rah samping pada pasien

dengan akumulasi cairan pada rongga adomen.

Pasien diminta miring ke satu sisi. Tonjolan akan terbentuk pada sisi yang menggantung,

jika cairan merupakan penyebab distensi.perawat menanyakan pada pasien apakah abdomen

terasa kencang. Perawat harus berhati-hati agar tidak tertukar antara distensi dengan obesitas.

Pada obesitas ditemukan abdomen besar, gulugan jaringan adipose terdapat disepanjang

panggul, dan pasien tidak mengeluh sesak pad abdomen. Jika terjadi distensi abdoemen,

perawat dapat mengukur lingkar abdomen dengan meletakkan pita ukur disekeliling abdomen

setinggi umbilicus. Penguuran berurutan akan menunjukkan adanya peningkatan atau

penurunan distensi. Gunakan pena dengan untuk menunjukkan dimana pita ukur tersebut

diletakkan.

Perawat memperhatikan kondisi abdomen kuadran bawah tentang kontur dan

kesimetrisan dari abdomen yang dilihat dari identifikasi penonjolan local, distensi, atau

gelombang peristaltic. Adanya tanda sikatrik merupakan tanda adanya pembedahan abdomen

16

Page 17: Pemeriksaan Fisik GE

bagian bawah. Perhatiakan adanya pembesaran pada abdomen bagian bawah yang bukan

karena penumpukan cairan (acites). Perbedaan dari pembesran abdomen yang bukan karena

cairan dengan yang berisi cairan adalah dengan melihatb bentuk dari pembesaran tersebut.

Pembengkakan local dapat menunjukan pembesarn salah satu oragan dalam abdomen

atau pelvis. Hernia adalah protrusi dari suatu viskus melalui lubang yang abnormal. Kedaan ini

dapat terjadi karena operasi sebelumnya yang memperlemah dinding abdomen(hernia

insisional), kelemahan diding abdomen kongenital ( paraumbilikal, inguinal atau femoral

hernia), atau tekanan abdominal yang meningkat (hernia umbilkal, inguinal atau femoral).

Auskultasi

Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi ( yang dapat meningkatatkan motilitas

usus dan dengan demikian mengubah bising usus). Perawat mengauskultasi abdomen untuk

mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan untuk mendeteksi bunyi vascular. Pasien

diminta untuk tidak berbicara. Jika pasien memakai selang neogastrik atau selang intestinal

yang dihubungkan dengan kepenghisap intermiten, maka selang tersebut harus dimatikan

sementara. Bunyi alat penghisap (suction) dapat mengaburkan bising usus.

Motilitas usus. Peristaltic atau motilitas usus halus merupakan fungsi normal usus halus

dan usus besar. Bising usus merupakan bunyi lintasan udara dari cairan yang diciptakan oleh

peristalsis tersebut. Diagfragma stetoskop yang dihangatkan diletakkan sedikit diatas setiap

kuadran. Normalnya udara dan cairan yang mengalir melwati usus menimbulkan bunyi

berdeguk atau bunyi klik yang terjadi tidak teratur 5-35 kali permenit. Bunyi tersebut dapat

berlangsung selama 0,5 detik sampai beberapa detik. Normalnya diperlukan 5-20 detik untuk

mendengarkan bisisng usus. Akan tetapi, diperlukan waktu 5 menit mendnegarkan secara

kontinu sebelum memutuskan bahawa tidak ada bising usus (potter, 2005).

Bising vena. Bising vena secara khas terdengar diantara prosesus sifoideus dan

umbilicus pada kasus-kasus hipertensi porta, tetapi tidak sering. Bising vena ini dpat menjalar

ke dada atau hepar. Volume darah yang besar yang mengalir didalam vena-vena umbilikalis

atau paraumbilikalis pada ligamentun falsiformis adalah bertanggung jawab untuk timbulnya

17

Page 18: Pemeriksaan Fisik GE

bising vena ini. vena-vena ini menyalurkan darah dari vena portal kiri menuju vena epigastrika

atau vena mamaria interna pada diding abdomen. Bisisng vena (venous hum) kadang kadang

dapat terdengar pada pembuluh-pembuluh darah besar lain seperti vena mesentrika inferior

atau setelah shunting postkaval (Talley, 1993).

Bruit. Pada kondisi kilinik, sangat jarang suatu bruit sistolik arterial dapat terdengar

pada hepar basanya ini disebabkan oleh hepatoma atau hepatitis alkoholik. Auskultasi untuk

bruit ginajl diindikasikan dicurigai adanya stenosis arteri renalis.

Perkusi

Perkusi abdomen dilakukan untuk mengetahui letak organ-organ yang berada di

bawahnya, tulang, atau massa; dan membantu mengungkapkan adanya udara di lambung dan

usus. Peserta didik pemula menggunakan keterampilan ini dengan cara yan terbatas.

Diperlukan latihan untuk memastkan keakuratan timpani atau pekak di catat selama perkusi.

Perawat memerkusi secara sistemik setiap kuadran untuk mengkasji area timpani dan pekak.

Area-area yang menimbulkan nyeri selalu diperkusi paling akhir.

Timpani biasanya mendominasi karena adanya udara di dalam lambung dan usus.

Perkusi pekak terdengar sebagai bunyi bernada sedang sampai tinggi yang terdengar di atas

massa padat seperti hati, limfe, pancreas, ginjal, dan kandung kemih yang terdistensi. Selain itu,

bunyi pekak juga dapat mengindikasikan adanya tumor. Jika terdengar adanya pekak sangat

bermanfaat untuk palpasi untuk menyeesaikan pengkajian yang lebih lengkap.

Palpasi

Dengan palpasi umumnya peserta didik keperawatan menggunakannya untuk

mendereksi area-area nyeri tekan pada abdomen dan mencatat kualitas distensi abdomen atau

massa. Semakin terampil peserta didik tersebut maka semakin mempelajari penggunaan

palpasi untuk organ-organ spesifik seperti hati. Palpasi yang digunakan adalah palpasi ringan

dan dalam.

18

Page 19: Pemeriksaan Fisik GE

Setelah mengosongkan kedua tangan, perawat menggunakan palpasi ringan. Area yang

menimbulkan nyeri dipalpasi paling akhir. Perawat meletakkan telapak tangan dengan jari

diekstensi dan menekan ringan pada abdomen. Perawat mejaga agar telapak tangan dan

lengan atas tetap horizontal. Bantalan ujung jari menekan kira-kira 1,3 cm dengan gerakkan

menukik yang lembut. Perawat menghindari tusukan cepat dan menggunakan gerakan

terkoodinasi yang halus. Dengan meletakkan tangan pasien di atas abdomen dan tangan

perawat di atas tangan pasien akan sangat membantu jika pasien tersebut mudah merasa geli.

Ha ini dilakukan sampai perawat meindahkan tangan pasien secara bertahap.

Palpasi sistemik dilakukan untuk mebgkaji adanya resistensi muscular, distensi, nyeri

tekan, dan organ atau massa superficial. Sambil memalpasi perawat mengobservasi wajah

pasien untuk melihat adanya ketidaknyamanan. Abdomen normalnya halus denngan kelunakan

yang konsisten yang tidak ada nyeri tekan tanpa massa. Lansia sering kali kekurangan tonus

abdomen. Apabila perawat memalpasi area sensitive, maka dapat terjadi ketegangan otot. Jika

ketegangan otot tersebut tetap ada setelah pasien dibantu untuk rileks, maka hal tersebut

dapat disebabkan oleh peritonitis, kolesistitis akut, atau apendiksitis. Kandung kemih yang

terdistensi mudah didteksi dengan palpasi ringan. Normalnya kandung kemih berada di bawah

umbilicus dan tidak di atas simpisis pubis. Perawat secara rutin memeriksa adanya distensi

kandung kemih jika pasien tidak dapat berkemih (misalnya karena anaestesia atau sedasi),

mengalami inkontinensia, jika kateter tidak mengalir denga baik.

Palpasi ringan dilakukan untuk mengidentifikasi rasa nyeri tekan, misalnya pada palpasi

lambung. Adanya temuan abnormal harus di catat berdasarkan pengalaman perawat dapat

melakukan palpasi dalam untuk menggambarkan organ-ogan abdominal dan untuk mendeteksi

adanya massa yang kurang jelas. Saat melakukan palpasi diperlukan kuku yang pendek. Penting

bagi pasien untuk rileks pada saat tangan perawat menekan kira-kira 2,5/7,5 cm kedalam

abdomen. Palpasi dalam tidak pernah digunakan di atas insisi bedah atau organ yang sangat

lunak. Palpasi juga tidak digunkan pada massa yang normal. Tekanan dalam dapat

menyebabkan nyeri tekan pada pasien sehat jika diberikan di atas sekum, kolon sigmoid, aorta,

dan garis tengah di dekat prosesus sifoideus.

19

Page 20: Pemeriksaan Fisik GE

Massa yang terpalpasi dikaji ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, ulsasi, dan

mobilitasnya. Jika terdapat nyeri tekan, pemeriksa memeriksa adanya nyeri lepas. Dengan tes

ini perawat menekan tangan secara perlahan dan mendalam ke dalam area yang sakit dan

kemudian melepaskannya dengan cepat. Jika nyeri muncul pada saat di lepaskan, maka seperti

apendisitis, rangkaian pankreatitis, atau cedera peritoneum yang menyebabkan empedu,

darah, atau enzim memasuki rongga peritoneum.

6. Pemeriksaan Rektal Anus

Inspeksi

Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh berbaring pada sisi kirinya

dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut dengan posisi lateral kiri. Perawat yang

mengenakan sarung tangan dan mulai melakukan inspeksi pada anus dan daerah perianal

dengan menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai adanya konsistensi

abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini:

1. Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup nyeri sehingga

menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-in-ano biasanya terjadi secara

berlangsung pada bagian posterior dan garis tengah. Mungkin perlu menyuruh pasien

mengedan agar fisura dapat terlihat

2. Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena akibat

bendungan vena usus.

3. Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang berwarna merah

terlihat menonjol dari anus.

4. Fistel-in-ano, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4 cm dari anus.

Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang disebabkan jaringan granulasi. Fistel

ini mempunyai hubungan dengan penyakit Crohn.

5. Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang kol pada pinggir

anus.

20

Page 21: Pemeriksaan Fisik GE

Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari telunjuk yang

terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada anus. Pasien diminta bernapas

melalui mulut dengan tenaga dan rileks. Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan pada

jari telunjuk kea rah bawah sampai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini dimasukkan

perlahan-lahan kedalam rectum.

Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar prostat pada pria

dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan massa kenyal berlobus dua dengan lekukan

sentral. Prostat menjadi semakin keras sesuai umur ang bertambahdan akan menjadi sangat

keras bila terdapat karsinoma prostat. Massa di atas prostat atau serviks dapat menunjukkan

adanya metastatic. Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral kanan,

dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi secara berurutan.

Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam rectum dan perlahan ditarik keluar

menyusuri dinding rectum. Lesi yag lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip, lebih

mungkin teraba dengan cara ini.

Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat darah segar atau

melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati. Hemoroid tidak teraba kecuali

mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri yang nyata selama pemeriksaan menunjukkan

kemungkinan fisura anal, abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru mengalami

thrombosis, prokitis, atau ekskoriasi anal.

Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:

1. Karsinoma rekti

2. Polip rekti

3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)

4. Deposit metastatic pada pelvis

5. Keganasan uterus atau ovarium

6. Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)

7. Endometriosis

21

Page 22: Pemeriksaan Fisik GE

7. Pengkajian organ aksesori

Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan peemriksaan

abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya abnormalitas dari organ hati dengan teknik

palpasi-perkusi hati dan memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.

a. Palpasi dan perkusi hati

Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat menggunakan palpasi

dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini mendeteksi pembesaran hati. Untuk memalpasi

hati, peraawat meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga

kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver ini mempermudah

perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan,

perawat meletakkan tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada

saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien menarik nafas dalam

melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada

saat hati menurun. Hati normal tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri

tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat di palpasi, perawat

melacak tepiannya secara medial dan lateral dengan mengulang manuver tersebut.

Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat dengan permukaan yang

rata. Besar hati diperkirakan dengan melakukan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati

tidak teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi toraks yang

dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat mengakibatkan nyeri tekan tersebut.

Respon pasien kemudian dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks

kiri bawah.

Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan mencat ukuran dalam

jari (misalnya dua jari dari iga), serta konsistensinya apakah pada organ tersebut terdapat nyeri

tekan dan apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati membesar, maka

derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta kanan harus dicatat untuk menunjukan

22

Page 23: Pemeriksaan Fisik GE

ukuran hati. Pemeriksaan harus menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul

dan apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata. Hati seorang pasien

sirosis akan teraba mengecil dan keras, sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan

tepian mudah digerakkan dengan tangan.

Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja terjadi disertai

peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan dapat berarti bahwa pembesaran tersebut

tidak berlangsung lama. Hati pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati

pasien hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut. Pembesaran hati

merupakan gejala abnormal yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.

Asites. Penumpukan cairan (asites) dalam rongga abdomen. Dengan terjadinya asites,

volume intravascular cenderung menurun dan ginjal akan melepaskan rennin. Rennin akan

meningkatkan sekresi hormone aldosteron oleh kelenjar adrenal yang selanjutnya membuat

ginjal menahan natrium dan air dalam upaya untuk mengembalikan volume intravascular pada

keadaan yang normal (Smeltzer, 2002). Dengan berlanjutnya hipertensi portal, retensi cairan

turut membentuk lebih banyak lagi cairan asites karena albumin dalam cairan asites

menimbulkan gradient osmotic dan menarik lebih banyak cairan ke dalam kavum peritoneal.

Meskipun asites sering merupakan akibat dari kerusakan hati, pada kondisi klinik keadaan ini

dapat pula terjadi pada kelainan lain seperti penyakit kanker, penyakit ginjal dan gagal jantung.

Adanya asites dan luasnya dikaji dengan perkusi abdomen. Apabila sudah terdapat

pengumpulan cairan dalam kavum peritonei, daerah pinggang akan menonjol ketika pasien

berada dalam posisi berbaring telentang (supinasi). Cairan asites dapat dipastikan dengan

melakukan perkusi untuk pemeriksaan shifting dullness atau dengan mendeteksi gelombang

cairan. Adanya gelombang cairan (fluid wave) kemungkinan hanya ditemukan bila terdapat

cairan dalam jumlah yang besar. Pengukuran dan pencatatan lingkar abdomen serta berat

badan yang dilakukan setiap hari sangat penting untuk mengkaji perkembangan asites dan

responnyaterhadap pengobatan (Smeltzer, 2002).

23

Page 24: Pemeriksaan Fisik GE

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM CERNA

1) Endoscopy

Endoskop adalah suatu instrument yang dilengkapi dengan lampu dan di

gunakan untuk memvisualisasikan rongga atau organ tubuh.

Endoskopi yang dulu berbentuk kakis,tubular,dan terbuat dari logam disebut

endoskopi kaku. Endoskopi yang banyak digunakan adalah endoskopi jenis serat optic

yang mentrasmisikan cahaya melalui serat kaca kecil di sepanjang tabung yang fleksibel.

Endoskopi digunakan untuk pemeriksaan melalui pengamatan langsung,pencitraan

video atau fotografi,biopsy,dan pengobatan (mis. Pemasangan stent untuk

mempertahankan agar saluran empedu tetap terbuka dan lain-lain)

Endoskopi dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya baik dan dibuat rileks

(sedasi). Akan tetapi ,beberapa pemeriksaan perlu menggunakan anestesi

umum,biasanya dilakukan dalam kegiatan pembedahan sehari (ODS=one day surgery).

Pemeriksaan endoskopi terdiri atas esofagoskopi, gastroskopi, duodenoskopi,

enteroskopi,anuskopi, proktoskopi,sigmoiddoskopi,kolonoskopi dan koledokoskopi.

Sedangkan, pemeriksaan panendoskopi adalah sekaligus melakukan esofagoskopi,

gastroskopi,dan duodenoskopi. Enteroskopi dipakai untuk mendorong jejunum dan

ileum. Kolonoskopi dilakukan untuk melihat sebagian saja dari kolon atau untuk

memeriksa seluruh kolon yang dinamakan kolonoskopi total. Pemeriksaan endoskopi

untuk melihat duktus koledokus, duktus pancreas, serta duktus hepatic melaui ampula

Vater di duodenum dengan tujuan membantu dalam mengevaluasi

ikterik,pancreatitis,tumor pancreas,batu duktus koleduktus dan penyakit lainnya.

Pemerikasaan ini disebut kolangio-pankreatografi retrograde endoskopik (ERCP=

Endoscopic retrograde colangio pancreaography).

Endoskopi Gastrointestinal Atas

Fiberoskopi terhadap saluran GI atas memungkinkan untuk visualisasi langsung

esophagus lambung dan mukosa duodenal melalui endoskop berlampu (gastroskop).

24

Page 25: Pemeriksaan Fisik GE

Prosedur ini khususnya bermakna bila ada abnormalitas esophagus,lambung atau

duodenal dan inflamasi,neoplastik atau infeksi ysng dicurigai. Motilitas esophagus dan

lambung dapat dievaluasi. Sekresi dan specimen jaringan dapat dikumpulkan untuk

analisa lanjut. Fotografi video diambil melalui skop yang memungkinkan untuk

dokumentasi temuan.

Indikasi endoskopi diagnostic saluran cerna atas meliputi ; kasus yang tidak

sembuh dengan terapi intensif, kondisi perdarahan saluran cerna atas, adanya obstruksi

saluran cerna, adanya kecurigaan kea rah keganasan,serta menetukan jenis

keganasandengan biopsy atau penyikatan (untuk sitologi). Pemeriksaan ini dilakukan

apabila hasil rontegen tidak jelas, mencurigakan, untuk penelitian serta sebagai follow

up setelah terapi medis atau pembedahan (Lewis,2000).

Kontraindikasi endoskopi saluran certa atas dapat bersifata absolute seprti pada

pasien yang tidak kooperatif, pasien yang mengalami serangan status asmatikus, kondisi

infark miokard akut, dekompensasi jantung dan dalam kondisi syok. Sementara itu,

kontraindikasi relative utama pada pasien yang mengalami hipertermi, faringitis,

kelainan tulang servikotorakal, sesak nafas yang ringan,infeksi akut seperti

pneumonia,peritonitis, tumor mediastinum dan aneurisma aorta (Black,1995).

Keuntungan endoskopi saluran cerna atas untuk diagnostic adalah :

1. Lesi kecil seperti erosi atau polip kecil dapat diatasi

2. Dapat membedakan antara jaringan atau tukak aktif

3. Dapat membedakan tukak yang ganas dari tukak yang tidak ganas.

4. Dapat melakukan pewarnaan, misalnya dengan biru metilen untuk mempermudah

mendiagnosis keganasan.

5. Dapat melakukan biopsy untuk menentukan keganasan dan mengetahui jenis

keganasan.

6. Dapat melakukan penyikatan (brushing) untuk pemeriksaan sitologi

7. Dapata menentukan lokasi perdarahan.

25

Page 26: Pemeriksaan Fisik GE

Prosedur Internvensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Pemerikasaan Endoskopi

Gastrointestinal Atas

Prosedur

Umum

1. Pasien diinstruksikan untuk puasa selama 6-12 jam sebelum

pemeriksaan

2. Siapkan sarana format persetujuan tindakan.

3. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien,

serta berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih

kooperatif pada saat intervensi.

4. Anjurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan

tindakan (Informed consent ).

5. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang

jadwal pemeriksaan.

6. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi.

Prosedur

keperawatan

saat

dilaksanakan

prosedur

endoskopi

1. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut :

a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi.

b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan

kardiorespirasi.

2. Jelaskan langkah prosedur

a. Tenggorokan akan dilakukan penyemprotan dan kumur

dengan anestetik local.

b. Pasien akan mendapat pemberian obat-obatan secara

intravena seperti diazepam (valium), atropine untuk

mengurangi sekresi, dan glucagon untuk merilekskan otot

halus..

c. Pasien akan dilakukan pengaturan posisi untuk

memudahkan prosedur endoskopi dengan cara

memiringkan tubuh pasien memudahkan aliran saliva dan

memberikan akses mudah untuk endoskop.

3. Bantu ahli gastroenterology untuk mmberikan pelumas larut air

26

Page 27: Pemeriksaan Fisik GE

pada instrument endoskopi.

4. Anjurkan pada pasien untuk melakukan seperti menelan ludah

pada saat dimasukkan dengan perlahan sepanjang bagian

belakang mulut. Hal ini dilakukan agar alat lebih mudah masuk

ke esophagus.

5. Lakukan monitoring pada kondisi jalan nafas selama prosedur

yang dilakukan sekita 30menit.

6. Beri dukungan psikologis pada pasien ada saat ahli

gastroenterology melihat dinding gaster serta sfingternya.

Endoskop kemudian dimasukkan terus ke duodenum untuk

pemeriksaan lebih jauh.

7. Serahkan alat forsep biopsy untuk mendapatkan specimen

jaringan atau apusan sitologi untuk mendapatkan sel yang akan

digunakan dalam pemeriksaan mikroskopik. Spisemen tersebut

dapat dimasukan melalui skop. Setelah selesai,apusan sitologi

dipersiapkan untuk dikirim ke laboratorium.

8. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai

dilaksanakan.

Prosedur

Keperawatan

Pascaendoskopi

1. Instruksikan tidak makan atau minum sampai reflex faring

kembali (dalam 1-2 jam) untuk mencegah aspirasi makanan atau

cairan ke dalam paru

2. Observasi tanda-tanda perforasi seperti nyer perdarahan,

kesulitan menelan yang tidak biasanya.

3. Berikan kumur salin dan obat analgesic oral setelah reflex faring

kembali.

4. Lakukan pengaturan tirah baring sampai dengan pengaruh

sedasi telah sadar betul.

Dokumentasi 1. Catat persiapan umum yang telah dilakukan pada pasien.

2. Catat apusan sitologi sudah dikirimkan ke bagian laboratorium.

27

Page 28: Pemeriksaan Fisik GE

3. Pemberian informasi sudah diterima dan dimengerti oleh pasien

4. Catat bagaimana tingkat toleransi pasien pada saat prosedur.

5. Catat pemberian cairan,obat-obatan, dan sarana yang

digunakan.

6. Catat tanda-tanda vital pascaprosedur.

Endoskopi Gastrointestinal Bawah

Pemeriksaan endoskopi gastrointestinal bawah diindikasikan pada pasien

dengan kasus yang tidak sembuh dengan terapi intensif dan pasien dengan foto rontgen

menunjukan adanyapenyempitan, gambaran yang tidak jelas. Pasien dengan

hematokesia yang disebabkan oleh hemoroid juga menjadi indikasi pada

pemeriksaandiagnostik ini. Untuk menentukan jenis radang kolon atau sebagai follow up

setelah operasi misalnya pada karsinoma kolorektal atau setelah terapi medis misanya

pada colitis ulserosa dan sebagainya atau setelah polipektomi membutuhkan

pemeriksaan diagnostic secara endoskopi. Kontraindikasi endoskopi saluran cerna

bawah secara absolute adalah pasien dengan kehamilan semester ketiga dan kondisi

akut pada abdomen. Kontraindikasi yang bersifat relative pada kondisi dialtasi akut pada

colitis ulserosa (penyakit Crohn), diverticulitis akut, adnya penyakit kardiovaskuler atau

aneurisma aorta abdominal.

Kenuntungan endoskopi saluran cerna bawah untuk diagnostic adalah sebagai berikut :

1. Dapat menentukan adanya radang kolorektal dan jenis radang.

2. Dapat melakukan biopsy untuk menyokong diagnosis radang dan tukak kolorektal

misalnya adanya amuba dan sebagainya

3. Dapat menentukan keganasan kolorektal disertai biopsy.

4. Dapat menentukan lokasi perdarahan

28

Page 29: Pemeriksaan Fisik GE

Alat yang digunakan untuk prosedur endoskopi gastrointestinal dapat

menggunakan skop kaku atau skop serat optic fleksibel. Prosedur endoskopi

gastrointestinal bawah,terdiri atas anoskop yaitu skop kaku yang digunakan untuk

memeriksa kanal anal. Proktoskop dan sigmoidoskop adalah skop kaku yang digunakan

untuk melihat rectum dan kolon sigmoid, untuk bukti ulserasi, tumor,polip, atau proses

patologis lain.Kolonoskopi adalah inspeksi visual langsung terhadap kolon sampai

sekumdengan alat kolonoskop serat optic.

Perawat melalukan persiapan praendoskopi dengan tujuan pasien secara fisik

dan fisikologis saiap untuk dilakukan prosdur endoskopi dan koordinsi untuk penetapan

jadwal dapat lebih efesien dan efektif

Prosedur interensi keperawatan pada pasien dengan pemeriksaan endoskopi

gastrointestinal bawah

Prosedur skop

kaku

1. Siapkan sarana format persetujuan tindakan.

2. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien, serta

berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih kooperatif saat

intervensi.

3. Ajnurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan tindakan

(informed consent).

4. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang jadwal

pemeriksaan.

5. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi.

6. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut :

a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi kaku.

b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan

kardiorespirasi.

29

Page 30: Pemeriksaan Fisik GE

7. Jelaskan langkah prosedur :

a. Pasien akan diatur posisi lutut - dada pada tepi tempat tidur atau

meja periksa. Punggung naik dengan sudut kira-kira 45 derajat,

pasien pada posisi tepat untuk memasukan anoskop,proktoskop,

atau sigmoidoskop

b. Selama pemeriksaan proktosigmoidoskopik, pasien akan diberi

informasi tentang kemajuan pemeriksaan.

c. Pasien akan merasakan tekanan yang ditimbulkan oleh alat akan

menciptakan dorongan untuk defekasi.

8. Bantu ahli gastroenterologi untuk memberikan pelumas larut air pada

instrumen endoskopi.

9. Beri dukungan pada pasien pada saat ahli gastroenterology memasukan

alat ke lubang anus sampai pada saat melepas alat.

10. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan.

11. Transportasikan pasien secara aman keruang rawat inap.

12. Observasi adanya pendarahan fekal dan tanda-tanda perforasi usus

(misalnya demam drainase rectal,distensi abdomen, dan nyeri)

13. Lakukan aktivitas regular diet sesuai toleransi.

Prosedur skop

serat optik

1. Siapkan sarana format persetujuan tindakan.

2. Jelaskan tahap dan tujuan prosedur yang akan dilalui pasien, serta

berikan dukungan psikologis pada pasien agar lebih kooperatif saat

intervensi.

3. Ajnurkan pasien untuk melakukan pengisian persetujuan tindakan

30

Page 31: Pemeriksaan Fisik GE

(informed consent).

4. Lakukan pendaftaran pada bagian ruang endoskopi tentang jadwal

pemeriksaan.

5. Transportasikan pasien secara aman keruang endoskopi.

6. Lakukan persiapan umum yaitu sebagai berikut :

a. Siapkan alat dan sarana pemeriksaan endoskopi serat optic.

b. Siapkan peralatan kedaruratan apabila respons kegawatan

kardiorespirasi.

7. Jelaskan langkah prosedur :

a. Pasien akan ditempatkan pada posisi nyaman miring kiri dari

tempat tidur dengan kaki ditekuk dan ditempatkan dianterior

b. Pasien akan merasakan tekanan yang ditimbulkan pada saat

alat masuk ke rectum dan akan menciptakan dorongan untuk

defekasi.

8. Bantu ahli gastroenterologi untuk memberikan pelumas larut air pada

instrumen endoskopi.

9. Beri dukungan pada pasien pada saat ahli gastroenterology

memasukan alat ke lubang anus sampai pada saat melepas alat.

10. Serahkan alat forsep biopsy untuk mendapatkan specimen jaringan

atau apusan sitologi untuk mendapatkan sel yang akan digunakan pada

pemeriksaan mikroskopik. Spesimen dapat dimasukan melalui skop.

Setelah selesai, apusan sitologi dipersiapkan untuk dikirim

kelaboratorium.

11. Rapikan alat dan pasien setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan.

12. Transportasikan pasien secara aman keruang rawat inap.

13. Observasi adanya pendarahan fekal dan tanda-tanda perforasi usus

(misalnya demam drainase rectal,distensi abdomen, dan nyeri)

31

Page 32: Pemeriksaan Fisik GE

14. Lakukan aktivitas regular diet sesuai toleransi.

Dokumentasi 1. Catat persiapan umum yang telah dilakukan pada pasien

2. Catat apusan sitologi lalu kirimkan ke bagian laboratorium.

3. Pemberian informasi sudah diterima dan dimengerti oleh pasien

4. Catat bagaimana tingkat tolerasi pasien pada saat prosedur.

5. Catat pemberian cairan, obata-obatan, dan sarana yang digunakan.

6. Catat tanda-tanda vital pascaprosedur

2) Rektosigmoidcopy

3) USG Abdomen

Ultrasonografi adalah tekhnik diagnostik noninfasif dimana gelombang bunyi

dimasukkan melalui struktur tubuh internal dan dipantulkan kembali yang menghasilkan

citra organ dan struktur abdomen pada oskiloskop. Prosedur ini secara umum digunakan

untuk mengetahui ukuran dan konfigurasi struktur abdomen.

Keuntungan utama dari ultrasonografi adalah prosedur ini tidak memerlukan

radiasi pengionisasi. Tidak terdapat efek samping yang dilaporkan dan prosedur relatif

tidak mahal. Satu kerugiannya dalah teknik ini tidak dapat digunkan untuk memeriksa

struktur yang ada dibalik jaringan tulang yang mencegah pasase gelombang suara ke

struktur yang lebih dalam. Gas di dalamn abdomen atau udara dalam paru juga

bermasalah karena USG tidak ditransmisikan dengan baik melalui gas, udara, atau

cairan.

32

Page 33: Pemeriksaan Fisik GE

4) CT Scan Abdomen

Pemindaian Computed Tomography (CT) merupakan suatu teknik diagnostik

deengan menggunakan sinar sempit dari sinar-x untuk memindai gastrointestinal dalam

lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memeberi gambaran melintang dari

organ GI dengan membedakan bandingan perbedaan jaringan padat pada tulang

dengan organ atau struktur abdominal terobservasi lebih langsung.

Indikasi pemeriksaan CT pada saluran pencernaan adalah untuk menilai

kelayakan pembedahan dengan membuat stagingpada berbagai tumor

esofagus,lambung, dan kolon, serta menilai inflitrasi kejaringan sekitar dan deposit

sekunder, melokalisasi abses dan komplikasi pascaoperasi, serta membuat prosedur

biopsi dan drainase.

Pemindaian CT dilakukan non-invasif, tidak nyeri dan memiliki derajat sensivitas

untuk mendeteksi lesi pada sistem GI. Kemudian versi-versi yang baru berkenbang dan

semakin banyaknya oaran-orang yang berpengalaman banyak mengiterprestasi hasil

pemindahan CT sehingga jumlah penyakit dan cedera padat didiagnosa meninggat, serta

kebutuhan prosedur diagnostik invasif berkurang. Perawat perlu secara ringkas

mengetahui persiapan dan cara pemeriksaan yang berguna sebagai bahan penyuluhan

atau pembelajaran kepada pasien agar lebih kooperatif pada saat pemeriksaan.

Penting diberikan penjelasan pada pasien bahwa prosedur ini tidak menimbulkan

nyeri agar menurunkan kecemasan sebelum pemeriksaan. Bila pemberian barium

dilakukan tindakan ini harus dijadwalkan setelah pemindaian CT agar tidak

memengaruhi pencritaan.

Implikasi Keperawatan

Pada setiap pemeriksaan, perlu diberikan penjelasan tentang proses pelaksanaan

pemeriksaan CT scan agar pasien lebih kooperative. Pasien juga perlu mendapat

33

Page 34: Pemeriksaan Fisik GE

dukungan psikologis agar kecemasan sebelum pemeriksaan dapat berkurang.

Penjelasanyang perlu diberikan perawat meliputi hal-hal berikut ini:

1. Intruksikan pasien untuk berbaring telentang di atas meja yang dikelilingi mesin,

tetapi jangan menyentuh daerah yang akan discan.

2. Pasien juga sedapat mungkin harus berada pada posisi tidak bergerak (mungkin

dibutuhkan sedatif).

3. Jelaskan pada pasien bahwa scan tidak akan memberikan hasil dengan kualitas

terbaik jika pasien bergerak selama pemeriksaan atau bila sorotan x-ray dialihkan

oleh benda logam di dalam atau di sekitar pasien.

III. PENGAMBILAN DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAZIM DALAM

SALURAN CERNA

1) Rectal Swab

2) Darah

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menilai gngguan gastrointestinal

terhadap fungsi sistemik. Pemriksaan tersebut,meliputi : hemoglobin, jumlah sel

darah merah, hematokrit, dan kadar elektrolit.

Tes Fungsi Hati

Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan sebelum

tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal. Fungsi hati umumnya diukur

dengan memeriksa aktivitas enzim serum (yaitu alkali fosfatase, laktat

dehidrogenase,serum aminotransferase [transaminase]) dan konsentrasi serum

protein, bilirubin,ammonia, factor pembekuan,serta lipid. Beberapa test ini dapat

membantu mengkaji keadaan pasien penyakit hati. Namun, sifat dan luas disfungsi

hati tidak dapat ditentukan oleh tes-tes ini saja karena banyak penyakit lainnya yang

dapat memengaruhi hasil tes hati (Smeltzer,2002).

34

Page 35: Pemeriksaan Fisik GE

Pengukuran bilirubin total terdiri atas kadar bilirubin terkonjugasi dan tidak

terkonjugasi. Pada penyakit hati,kadar bilirubi dapat meningkat dengan berbagai

kombinasi.

Pengukuran Enzim-Enzim Hati

Serum aminotransferase (yang juga disebut Transaminase) merupakan

indicator yang sensitive untuk menunjukkan cidera sel hati dan sangat membantu

dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti hepatitis . Alanin

aminotranferase (ALT) (yang juga dinamakan serum glutamik-piruvik transaminase

[SGPT]) dan aspartat aminotranferase (AST) (yang juga dinamakan serum glutamik-

oksaloasetik transaminase [ SGOT] ) merupakan tes yang palingsering dilakukan

untuk menunjukkan kerusakan hati. Kadar ALT (SGPT) meningkat terutama pada

penyakit hati dan dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit hepatitis,

serosis, atau hasil pengobatan yang mungkin toksik bagi hati. AST (SGOT) terdapat

dalam jaringan yang memiliki aktivas metabolic yang tinggi. Jadi, enzim ini dapat

meningkat pada kerusakan atau kematian jaringan oragan sseperti jantung, hati,

otot skeletal, dan ginjal. Meskipun tidak spesifik bagi penyakit hati, kadar AST

(SGOT) dapat meningkat pada sirosis, hepatitis, dan penyakit kanker hati (Corwin,

2001).

3) Faeces dan urine

Pemeriksaan feses secara umum adalah melihat kondisi feses baik dari segi

jumlah, konsistensi,dan warnanya.

Warna Feses

Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang sampai coklat gelap. Berbagai

makanan, zat, dan obat-obatan dapat memengaruhi warna feses, seperti berikut ini.

1. Protein menghasilkan warna coklat gelap.

2. Sayur bayam menghasilkan warna hijau.

35

Page 36: Pemeriksaan Fisik GE

3. Wortel dan bit menghasilkan warna merah.

4. Kokoa menghasilkan warna merah gelap atau coklat

5. Bismut, besi (ferum), dan karbon menghasilkan warna hitam.

6. Barium menghasilkan penampilan warna seperti susu.

Bila darah keluar dalam jumlah cukup ke dalam saluran GI atas, darah akan

membuat feses berwarna hitam seperti ter (melena). Darah yang masuk bagian bawah

saluran GI atau melewati saluran GI dengan cepat akan tampak merah terang atau elap.

Perdarahan rectal bawah atau anal dicurigai bila ada lapisan darah pada permukaan

feses atau bila darah terlihat pada tisu toilet.

Konsistensi dan Penanpilan Feses

Pada berbagai gangguan feses menunjukan penampilan khas (Talley,1994).

1. Pada steatorea, feses secara umum berminyak, berbusa dan bau menyengat;

warna feses abu-abu dengan lapisan seperti perak.

2. Pada colitis, ulsiratif kronis, benang-benang mucus atau pus mugkin terlihat pada

inspeksi tak langsung terhadap feses.

3. Konstipasi, obstipasi (konstipasi ekstrem), atau imfaksi fekal dapat

mengakibatkan pasase masa yang kecil, kering,keras, seperti batu yang disebut

skibala. Tipe feses ini dapat melukai mukosa rectal yang dapat menyebabkan

perdarahan, dimana kasus massa fekal terlapisi oleh darah .

IV. PERSIAPAN PASIEN OPERASI

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan

psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

A. Persiapan Psikologi

36

Page 37: Pemeriksaan Fisik GE

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal

ini dapat disebabkan karena :

1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.

2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat

mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada

pasien pra bedah.

1. Penjelasan tentang peristiwa

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).

- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

- Alat-alat khusus yang diperlukan

- Pengiriman ke ruang bedah.

- Ruang pemulihan.

- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

· Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

· Perlu kebebasan saluran nafas.

· Antisipasi pengobatan.

B. Persiapan Fisiologi

1. Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi

pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi

umum.Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan

diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan

antara lain :

- Aspirasi pada saat pembedahan

37

Page 38: Pemeriksaan Fisik GE

- Mengotori meja operasi.

- Mengganggu jalannya operasi.

2. Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran

pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan

dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

3. Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu

malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran

harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur

sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

4. Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasi en / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga

dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.Pada kasus gawat

darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin

tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat

kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)

1. Mencegah Cidera

Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

38

Page 39: Pemeriksaan Fisik GE

- Catatan tentang persiapan kulit.

- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

- Pemberian premedikasi.

- Pengobatan rutin.

- Data antropometri (BB, TB)

- Informed Consent

- Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar

induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam

menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

Selama dilaksanakannya operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi

total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal

ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya

perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi

dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b. Pengkajian fisik

- Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus

memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

39

Page 40: Pemeriksaan Fisik GE

- Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan

juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

- Infus

(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti

dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

- Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan

operasi adalah sebagai berikut :

1. Cemas

2. Resiko perlukaan/injury

3. Resiko penurunan volume cairan tubuh

4. Resiko infeksi

5. Kerusakan integritas kulit

Fase Pasca Anaesthesi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan

harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari

anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.Banyaknya asuhan

keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung

kepada prosedur bedah yang dilakukan.

40

Page 41: Pemeriksaan Fisik GE

1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan

rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

2. Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi

umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek

faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus

dibantu dengan suction.

3. Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan

lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien

sadar.

Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering

terjadi pada pasien post anaesthesi.Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit

sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui

kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar

juga harus dimonitor.

Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang

pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah

kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Memberikan obat analgesic

41

Page 42: Pemeriksaan Fisik GE

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan

program dokter.Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan

tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi

sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

42