pemeriksaan fisik

20
BAB II PEMBAHASAN 1. Pemeriksaan Dada Bagian Anterior Ketika diperiksa dalam posisi terlentang, pasien harus berbaring dengan nyaman sementara kedua lengannya sedikit diabduksikan. 1. INSPEKSI Amatilah bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada. Perhatikan: 1. Deformitas atau asimetri 2. Retraksi abnormal ruang sela iga bawah pada saat inspirasi 3. Tertinggalnya atau terganggunya bagian dada yang bersifat local pada gerakan respirasi 4. PALPASI Palpasi memiliki empat manfaat yang ptensial 1. Identifikasi daerah-daerah yang nyeri ketika ditekan 2. Penilaian terhadap abnormalitas yang terlihat 3. Penilaian lebih lanjut terhadap ekspansi dada 4. Penilain fremitus taktil 5. PERKUSI Lakukan perkusi dada bagian anterior dan lateral, dengan sekali lagi membandingkan kedua sisi dada. Jantung dalam keadaan normal akan menghasilkan daerah redup disebelah kiri os sternum dari sela iga ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri disebelah lateral daerah redup ini. 1. AUSKULTASI Dengarkan dada disebalah anterior dan lateral ketika pasien melakukan perrnapasan dengan mulut terbuka yang agak lebih dalam

Upload: endik-siswanto

Post on 27-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pemeriksaan fisik lengkap

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan fisik

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Dada Bagian Anterior

Ketika diperiksa dalam posisi terlentang, pasien harus berbaring dengan nyaman

sementara kedua lengannya sedikit diabduksikan.

1. INSPEKSI

Amatilah bentuk dada pasien dan gerakan dinding dada.

Perhatikan:

1. Deformitas atau asimetri

2. Retraksi abnormal ruang sela iga bawah pada saat inspirasi

3. Tertinggalnya atau terganggunya bagian dada yang bersifat local pada

gerakan respirasi

4. PALPASI

Palpasi memiliki empat manfaat yang ptensial

1. Identifikasi daerah-daerah yang nyeri ketika ditekan

2. Penilaian terhadap abnormalitas yang terlihat

3. Penilaian lebih lanjut terhadap ekspansi dada

4. Penilain fremitus taktil

5. PERKUSI

Lakukan perkusi dada bagian anterior dan lateral, dengan sekali lagi membandingkan

kedua sisi dada. Jantung dalam keadaan normal akan menghasilkan daerah redup

disebelah kiri os sternum dari sela iga ke-3 hingga ke-5. Lakukan perkusi paru kiri

disebelah lateral daerah redup ini.

 

1. AUSKULTASI

Dengarkan dada disebalah anterior dan lateral ketika pasien melakukan perrnapasan

dengan mulut terbuka yang agak lebih dalam dari pada pernapasan normal.

Bandingkan daerah-daerah paru yang simetris, dengan menggunakan pola yang

Page 2: pemeriksaan fisik

dianjurkan untuk perkusi dan lanjutkan pemeriksaan auskultasi ini kedaerah-daerah

disekitarnya. Dengarkan bunyi perrnapasan dengan memperhatikan intensitasnya dan

mengenali setiap variasi dari pernapasan vesicular yang normal. Biasanya bunyi

pernapasan lebih keras pada lapang paru anterior atas. Bunyi pernapasan

bronkovesikular dapat terdengar pada saluran napas yang besar, kususnya pada sisi

sebelah kanan.

Kenali setiap bunyi tambahan, tentukan waktu terdengarnya dalam siklus respiratori,

dan tentukan lokasi bunti tersebut pada dinding dada. Jika diperlukan dengarkan bunyi

suara yang ditransmisikan.

 

1. B.     PEMERIKSAAN DADA BAGIAN POSTERIOR

 

1. INSPEKSI

Dari posisi garis tengah di belakang tubuh pasien, perhatikan bentuk dada dan cara

dada bergerak yang meliputi:

1. a.  Deformitas atau ketidaksimetrisan (Asimetri)

b. Retraksi ruang sela iga yang abnormal pada saat inspirasi. Retraksi tampak paling

jelas pada ruang sela iga bagian bawah. Sering disertai retraksi supraklavikula.

1. c.  Gangguan gerak pernapasan pada salah satu atau kedua sisi atau

tertinggalnya (terlambatnya) gerak pernapasan yang unilateral

2. PALPASI

Ketika melakukan palpasi dada, fokuskan perhatian anda terhadap nyeri tekan dan

abnormalitas pada kulit yang berada diatasnya, ekspansi respiratorius, dan fremitus.

a. Tes ekspansi dada.

Letakan ibu jari kedua  tangan disekitar ketinggian iga ke-10 dengan jari-jari tangan

yang memegang secara longgar dinding dada (rib cage) sebelah lateral dan sejjar

dengan dinding tersebut.

Page 3: pemeriksaan fisik

b.Lakukan palpasi untuk merasakan fremitus taktil

Femitus merupakan getaran atau vibrasi yang ditransmisikan melalui percabangan

bronkopulmonalis ke dinding dada yang dapat dirasakan dengan palpasi ketika pasien

berbicara . untuk mendeteksi fremitus,gunakan permukaan ventral( bagian tulang

telapak tangan atau pangkal jari tangan) atau permukaan ulnar tangan anda untuk

mengoptimalkan sensitivitas getaran pada tulang-tulang tangan. Minta pasien untuk

mengulangi perkataan “tujuh-tujuh”.

c. Lakukan palpasi dan bandingkan daerah simetris paru dengan pola yang terlihat

dalam foto.

Kenali dan tentukan lokasi setiap daerah dengan getaran fremitus yang

bertambah,berkurang,atau tidak teraba. Fremitus secara tipikal lebih menonjol di

daerah interskapular dibandingkan pada lapang paru bawah,dan seringkali lebih

menonjol pada sisi kanan dibandingkan pada sisi kiri. Getaran ini menghilang dibawah

diafragma.

1. PERKUSI

Perkusi merupakan salah satu teknik pemeriksaan fisik yang paling penting. Perkusi

dada menggunakan dinding dada serta jaringan dibawahnya sebagai landasan ketukan

agar menghasilkan bunyi yang dapat didengar dan getaran yang dapat

dirasakan.Ketika mempraktikan perkusi, dengarkan perubahan bunyi yang ditimbulkan

oleh perkusi pada berbagai tipe material atau berbagai bagian tubuh.

 

 

1. Lakukan hiperekstensi jari tengah tangan kiri anda yang dikenal sebagai

jari tangan pleksimeter. Buat sendi interfalangeal distal menekan kuat

pada permukaan yang akan  di perkusi. Perhatikan bahwa ibu jari,jari

telunjuk,jari manis dan jari kelingking tidak menyentuh permukaan dada

yang akan di perkusi.

2. Posisikan lengan kanan bawah anda cukup dekat dengan permukaan

yang akan di perkusi, sementara tangan anda di fleksikan kearah dorsal.

Page 4: pemeriksaan fisik

Jari tengah harus dalam keadaan fleksi yang parsial, rileks dan siap untuk

mengetuk.

3. Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat tetapi rileks ( tidak

kaku), ketuklah jari pleksimeter dengan jari tengah tangan kanan anda

atau jari pleksor. Arakan ketukan itu pada sendi dan interfalangeal distal.

4. Angkat jari tangan anda yang mengetuk dengan cepat untuk menghindari

peredaman terhadap getaran yang telah anda buat. Gerakan terjadi pada

pergelangan tangan. Gerakan mengetuk itu harus terarah, cepat, tetapi

rileks( tidak kaku) dan sedikit memantul.

 

Bunyi Perkusi dan Karakteristiknya

 

Intensitas

relative

Nada

Relative

Durasi

Relative

Contoh

Lokasi

Pekak(flatness) Pelan Tinggi Singkat Paha

Redup

(dullness)+

Sedang Sedang Sedang Hepar

Sonor(resonan

ce) Keras Rendah Lama

Paru yang

normal

Hipersonor

(hyperresornan

ce)

Sangat

keras

Lebih

rendah Lebih lama

Tidak

ditemukan

pada

keadaan

normal

 

Keterangan table :

Page 5: pemeriksaan fisik

a.)    Pekak adalah suara perkusi jaringan yang padat seperti pada :

(a)    Adanya cairan di rongga pleura

(b)   Perkusi daerah jantung

(c)    Perkusi daerah hepar

b.)    Redup adalah suara perkusi jaringan yang lebih padat/ konsolidasi paru-paru

seperti pneumonia

c.)    Sonor adalah suara perkusi jaringan yang normal

d.)   Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berrongga

kosong seperti :

(a)    Daerah caverne-caverne paru

(b)   Penderita asma kronik terutama dengan bentuk dada barrel-chest akan terdengar

seperti ketukan benda-benda kosong.

 

 

1. AUSKULTASI

Auskultasi paru merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting dalam menilai

aliran udara melalui percabangan trakeobronkial.

Auskultasi meliputi:

1. Mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh pernapasan

2. Mendengarkan setiap bunyi tambahan

3. Jika terdapat kecurigaan akan abnormalitas, mendengarkan bunyi yang di

timbulkan oleh suara atau bisikan pasien ketika suara tersebut

ditransmisikan melalui dinding dada.

Page 6: pemeriksaan fisik

a. a.      Bunyi Napas (Bunyi Paru)

Bunyi napas yang normal adalah:

1. Vesicular atau pelan dan bernada rendah. Bunyi ini terdengar selama

inspirasi, kemudian berlanjut tanpa henti sepanjang ekspirasi, dan

ahirnya terdengar semakin samar-samar sekitar sepertiga perjalanan

sepanjang ekspirasi.

2. Bronchovesikular dengan bunyi inspirasi dan ekspirasi yang lebih-kurang

sama panjangnya dan terkadang dipisahkan oleh interfal yang

sunyi(tanpa suara). Perbedaan nada dan intensitas sering lebih mudah

terdekteksi pada saat ekspirasi.

3. Bronchial atau bunyi yang keras dan bernada lebih tinggi dengan interval

tanpa suara yang singkat diantara bunyi inspirasi dan ekspirasi. Bunyi

ekspirasi berlangsung lebih lama dari pada bunyi inspirasi.

Berikut adalah beberapa bunyi tambahan pada paru-paru :

1. Krekels : di dengar terutama saat inspirasi, bisa didengarkan pada paru

bagian bawah. Di bedakan menjadi berikut ini :

2. Halus : Terdengar kering, nadanya tinggi, durasinya pendek. Suara

terdengar seperti rambut yang di tarik di antara dua jari.

3. Kasar : Terdengar  basa, nadanya rendah, duarsinya lebih lama. Suaranya

terdengar seperti air yang baru keluar dari wadah setelah sumbatannya

lepas.

a.)    Ronchi ; Terutama terdengar saat inspirasi diatas trakea dan  bronkus secara

terus menerus, nadanya rendah, terdengar seperti suara musik.

b.)    Mengi (wheezing) : terdengar terutama saat ekspirasi disemua lapang paru (bisa

bernada rendah atau tinggi)

c.)    Pleural friction rub: terdengar saat inspirasi atau ekspirasi pada paru-paru bagian

anterior sebagai suara gesekan yang sangat kasar.

d.)   Stridor: terdengar secara terus menerus pada fase inspirasi seperti suara kerokan

yang kasar.

 

Page 7: pemeriksaan fisik

1. b.      Karakteristik bunyi napas

 

Lamanya

bunyi

Intensitas

bunyi

ekspirasi

Nada

bunyi

ekspirasi

Lokasi bunyi

terdengaar

secara

normal

Vesicular*

             

Bunyi inspirasi

berlangsung

lebih lama dari

pada bunyi

ekspirasi pelan

Relative

rendah

Hamper

diseluruh

kedua

lapang paru

bronkovesikula

r

Lama

berlangsungny

a bunyi

inspirasi dan

ekspirasi lebih

kurang sama sedang sedang

Sering pada

ruang sela

iga pertama

dan kedua

disebelah

anterior dan

pada daerah

interskapula

r

bronkial

Bunyi

ekspirasi

berlangsung

lebih lama dari

pada bunyi

inspirasi keras

Relative

tinggi

Pada daerah

manubrium

jika benar-

benar

terdengar

trakeal Lama

berlangsungny

a bunyi

inspirasi dan

Sangat

keras

Relative

tinggi

Di daerah

trakea pada

leher

Page 8: pemeriksaan fisik

ekspirasi lebih

kurang sama.

 

 

1. c.       Bunyi tambahan (Adventitious sounds)

Pendeteksian bunyi tambahan-cracles (yang terkadang disebut rales), mengi dan

rhonchi-mrupakan bagian penting pada pemeriksaan karena bunyi tambahan ini sering

mengghasilkan diagnosis kelainan jantung dan paru.

1. d.      Jenis-jenis bunyi tambahan yang paling sering ditemukan

a. BUNYI DISKONTINU (CRECLES ATAU RALES)

Merupakan bunyi yang intermiten (terputus-putus),nonmusical dan singkat-sepertititik-

titik disepanjang waktu crakles halus merupakan bunyi yang pelan, bernada tinggi dan

sangat singkat (5-10 mdet).

Crakles kasar merupakan bunyi yang lebih keras bernada lebih rendah dan terdengr

lebih lama (20-30 mdet)

 

1. BUNYI KONTINU

Terdengar selama >250 mdet, terutama lebih lama dari pada crakles-mirip garis-garis

pendek disepanjang waktu – tetapi tidak selalu bertahan diseluruh siklus respirasi.

Berbeda dengan crakles, bunyi ini bersifat musical.

Mengi merupakan bunyi mengi yang relative bernada tinggi(sekitar 400Hz atau lebih)

dan memiliki sifat seperti bunyi peluit atau bunyi bergetar.

Ronchi merupakan bunyi yang relative bernada rendah (sekitar 200 Hz atau kurang)

dan memiliki sifat seperti bunyi dengkuran.

1. Bunyi suara yang ditransmisikan.

Page 9: pemeriksaan fisik

Jika terdengar bunyi pernapasan bronkovesikular atau bronchial yang  lokasinya

abnormal , lanjutkan pemeriksaan untuk menilai bunyi suara yang ditransmisikan.

 

1. C.    PEMERIKSAAN JANTUNG

Pada sebagian besar pemerriksaan jantung, pasien harus berbaring terlentang Setara

tubuh bagian atas ditinggikan dengan menaikan kepala ranjang atau meja-periksa

sehingga sudut sekitar 300. Ada dua macam posisi yang diperlukan:

1. Posisi berbaring miring ke kiri

2. Posisi membungkuk ke depan.

Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien

Urutan pemeriksaan jantung

Posisi pasien

Pemerikssaan

 

Berbaring terrlentang dengan

kepala ranjang dinaikan hingga

sudut 300

Lakukan inspeksi dan palpasi

diderah prekordial: ruang sela

iga ke-2; ventrikel kanan; dan

ventrikel kiri termasuk iktus

kordis (diameter, lokassi,

amplitudo, durasi)

 

Posisi dekubitus lateral-kiri Lakukan palpasi iktus kordis jika

sebelumnya tidak berhasil

terdeteksi. Dengarkan pada

daerah apeks dengan

menggunakan bagian

sungkup/corong dari tetosko[p

Page 10: pemeriksaan fisik

(bell)

 

Berbaring terlentang dengan

kepala ranjang dinaikan pada

sudut300

Dengarkan pada daerah

tricuspid dengan menggunakan

bagian sungkup dari stetoskop.

Dengarkan pada semua daerah

auskultassi dengan

menggunakan bagian

membrane dari stetoskop

 

Duduk dengan tubuh miring

kedepan sesudah menarik

napas secara penuh

Debgarkan disepanjang tepi os

sternum dan pada daerah apeks

 

 

Penting pula untuk mengidentifikasi lokassi anatomic hasil-hasil temuan dan saat

terjadinya dalam siklus kardiak.

1. Perhatikan lokasi anatomik bunyi jantung dalam pengerrtian ruang sela

iga dan jaraknya terhadap linea midsternalis, linea midklavikularis atau

linea aksilaris. Linea midsternalis akan memberikan titik nol yang paling

andal untuk pengukuran.

2. Kenali saat terjadinya impuls atau bunyi jantung dalam kaitannya dengan

siklus kardiak. Saat terdengarnya bunyi jantng sering kali dapat

ditentukan hanya melalui auskultasi.

 

Page 11: pemeriksaan fisik

 

Pemeriksaan jantung meliputi inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi

1. INSPEKSI

Pengamatan pertama mencari ictus cordis, yaitu denyutan dinding thorax karena

pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax. Bila normal akan berada di ICS-5 pada linea

medioclavikularis kiri selebar 1 cm saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada pasien-

pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar mammaeyang besar. Dengan

mengetahui letak ictus, secara tidak langsung bias diperroleh gambaran tentag ada

tidaknya pembesaran jantung (pembesaran jantung ictus cordis bias sampe berada di

linea axilaris anterior). Ictus cordis yang sangat nyata/=kuat sesuai juga dengan

meningkatkan kerja ventrikel kiri seperi pada seorang yang sedang sangat berdebar

ketakutan atau hipertensi sistolik.

Bulging precodial (daerah precordial yang lebih menonjol dari dinding thorax yang lain).

Menunjukan kemungkinan pembesaran ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.

 

 

1. PALPASI

a. Pada ictus cordis meraba ictus cordis dengan telapak jari II-III-

IV(seringkali juga ictus tidak tampak namun bias teraba). Dirasakan

kekuatan pukul dan ditentukan lebarnya ictus cordis yang normal tidak

lebih dari 1 cm persegi.

Kalau teraba lebuh lebar dan pukulannya kuat serta letaknya bergeser kekiri hal ini

sesuai dengan Hipertrifi Ventrikel Kiri (misalnya karena Hipertensi yang lama).

Sedangkan Hipertrofi Ventrikel Kanan akan menimbulkan gerakn naik turun didaerah

linea sternalis kiri. Keadaan ini disebut Rigth Ventricular Lift/=Heaving.

 

Hitung frekuensi jantung/= hear rate(HR)

Page 12: pemeriksaan fisik

Pada palpasi dihitung frekuensi jantung (HR) selama 1 menit penuh serta diamati

teratur tidaknya denyut jantung. Kemudian membandinkan HRdengan frekuensi nadi

yang telah kita hitang sebelumnya (atau lebih tepat bersamaan waktu bila ada

pemeriksaan lain yang membantu). Bila ternyata ada perbedaan jumlah denyut nadi

dengan HR . Hal ini sesuai dengan adanya Fibrilasi Atrium .

 

1. Memeriksa ada tidaknya thrill, yaitu getaran ictus cordis, tidak lain ini

adalah murmur (pada auskultasi) derajat 5-6 yang karena kers/kasarnya

dapat kita raba.

Ictus kordis atau apical impulse (PMI, Point Of Maximal Impuls)- Daerah ventrikel

kiri.

Ictus kordis merepresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri yang cepat pada saat denyutan

ini bergerak ke anterior ketika terjadi kontraksi dan menyentuh dinding dada. Pada

keadaan yang jarang dijumpai,seorang pasien dapat memiliki dekstrocardial- jantung

yang berada di sebelah kanan dengan demikian ictus cordis akan di temukan pada sisi

kanan. Jika tidak dapat menemukan ictus kordis, lakukan perkkusi untuk menentukan

pekak jantung serta hati dan untuk menemukan bunyi timpani lambung. Pada situs

inversus, ketiga struktur ini berada pada sisi yang berlawanan dengan keadaan

normalnya. Jantung yang berada disisi kanan dengan hati dan lambung yang letaknya

normal biasanya menyertai penyakit jantung kongenital

1. PERKUSI

Pada pemeriksaan perkusi ditentukan batas-batas jantung, karena daerah jantung

terdengar pekak. Dengan demikian, dapat ditentukan ukuran jantung apakah lebih

besar dari pada batas-batas normal ataukah tidak membesar. Pembesaran jantung

yang dapat diperiksa dengan perrkusi adalah pembesaran ventrrikel kiri, yaitu dapat

membessar kekiri agak ke bawah.

Pembesaran ventrikel kanan kurang dapat ditentukan dengan perkusi karena

pembesarannya lebih ke arah antero posterior. Perkusi pada pasien gemuk atau sangat

berotot akan menyulitkan penetuan batas-batas jantung dengan baik.

 

Page 13: pemeriksaan fisik

1. AUSKULTASI

Auskultasi jantung yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat stetoskop. Untuk itu,

diperlukan suasana yang tenang agar bunyi jantung terdengar baik. Kesalahan

terbanyak pada auskultasi adalah ingin mendengar sekaligus/seketika semua bunyi-

bunyi jantung yang semestinya satu demi satu sesuai dengan tempatnya, bunyi jantung

mana yang kita perhatikan. Mula-mula gunakanlah sisi membrane dengan tekanan kuat

untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi, kemudian sisi bell dengan tekanan

ringan untuk mendengar nada-nada yang lebih rendah.

a. )  Bunyi jantung (BJ)

BJ I. adalah bunyi menutupnya katup mitral dan tricuspidalis

BJ II. Adalah bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis

Maka kita berupaya mendengar bunyi ke empat katup itu sesuai dengan tempat

penjaran bunyi – bunyi tersebut di dinding thorax. Perlu diketahui bahwa penjalaran

bunyi jantung sesuai dengan arah aliran darahnya. Oleh karena itu, tempat – tempat

mendengar BJ tidak persis sama dengan proyeksi anatomik katup – katup jantung.

Ada lima tempat mendengar BJ untuk empat buah katup :

(a.)  Katup Aorta/A di ICS-2 Linea Sternalis Kanan di sini terutama disimak BJ II-A.

(b.) Katup Pulmonalis/P di ICS-2 Linea Sternalis Kiri dan ICS-3 Linea Sternalis Kiri, di

sini terutama disimak BJ II-P.

(c.)  Katup Tricuspidal/T di ICS-4 Linea Sternalis Kiri, di sini terutama disimak BJ I-T.

(d.) Katup Mitral/M di ICS-5 Linea Medio-Clavicularis Kiri (atau diapex ictus cordis), di

sini terutama disimak BJ I-M.

 

Pada keadaan normal BJ II (A dan P) dan BJ I (T dan M) adalah bunyi tunggal karena

menutupnya katup A bersamaan dengan P,dan T bersamaan dengan M. Bila pasien

Page 14: pemeriksaan fisik

disuruh melakukan inspirasi dalam, bisa terjadi bunyi terbelah ( split ) pada BJ II karena

pada inspirasi dalam intra thoracal berkurang,darah lebih banyak ke paru-paru, artinya

atrium kanan dan ventrikel kanan memompa lebih banyak darah ke paru-paru.

Akibatnya, waktu pemompaan ventrikel kanan, ( katup P) sedikit lebih lama daripada

ventrikel kiri ( katup A) disebut normal Splitting). Bila tetap terdengar BJ II split,baik saat

inspirasi maupun expirasi,merupakan tanda yang cukup spesifik untuk ASD atau

Stenosis katup P.

 

Tentang Bunyi Jantung III/BJ III (kalau ada).

BJ III didengar didaerah M.

BJ III terdengar sesudah BJ II dengan jarak cukup jauh. Namun, tidak melewati separuh

fase diastolik, nadanya rendah (sehingga lebih jelas dengan sisi bell.

 

 

 

 

           I                        II         III           I                              II           III

 

 

 

                                                                                   

Page 15: pemeriksaan fisik

                                                                                    BJ

III                                                   BJ III

Pada anak-anak dan orang muda, bukan merupakan kelainan jantung. Pada orang

dewasa/tua yang diserta  gejala dan tanda payah jantung lain,seperti

edema,dyspnea,BJ III merupakan tanda yang cukup khas. Suara/irama BJ pada

decompensatio cordis kiri disebut irama pacu kuda/gallop rhythm.

Irama pacu kuda/Galloop rythm.

BJ III timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke ventrikel kiri

yang sudah membesar,darah” jatuh” ke ruanglebar kemudian  timbul getaran.

1. Fase sistolik dan diastolic

Setelah kita mengenal BJ I dan BJ II maka kita dapatkan:

Fase sisitolik    : yaitu antara fase BJ I dan BJ II.

Fase diastolic  : yaitu antara fase BJ II dan BJ I  berikutnya.

Fase diastolic lebih lebar/=lama daripada fase sisitolik. Dengarkan baik-baik apakah

didapat suara-suara tambahan pada fase sistolik,fase diastolic atau kedua-duanya.

Suara tambahan ini disebut bising jantung= murmur ( m )

1. Bising jantung/Murmur ( m )

Murmur adalah fibrasi / getaran yang terjadi di dalam jantung atau pembuluh darah

besar yang diakibatkan oleh bertambahnya arus Turbulensi darah. Arus darah yang

normal adalah stream line.

Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensi.

Hal inilah yang menimbulkan  bising.

Bila didengar/murmur harus dideskripsi :

Page 16: pemeriksaan fisik

1. Tempatnya ( M,T,P ) dan penjalarannya/tidak menjalar.

2.  Terjadinya pada fase sisitolik atau diastolik.

3. Derajatnya.

4. Tinggi rendahnya nada.

5. Kualitasnya.

BAB III

PENUTUP

1. A.    KESIMPULAN

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya

bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan

komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah

dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik

menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan

diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,

maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.pemeriksaan dada

( thoraks ) adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan

organ didalamnya . pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi

 

1. B.     SARAN

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami

ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan

secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

 

 

 

 

Page 17: pemeriksaan fisik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

 

Agustinus, Andy Santosa. 1951. Pemeriksaan Fisik Physical Assessment. Jakarta:

Akademi Keperawatan st. Carolus.

Bickley, Lynn S. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.

Jakarta: EGC Kedokteran.

Page 18: pemeriksaan fisik

Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba

Medika.