pemeriksaan fisik

10
PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala - Rambut : Kuantitas, distribusi, tekstur, kerontokan rambut, ketombe - Kulit kepala : lesi, nevus - Tulang kepala : Ukuran, permukaan tulang, deformitas - Wajah : Asimetri wajah, edema, masssa - Kulit wajah : Warna, pigmentasi, tekstur, ketebalan, distribusi rambut, lesi pada kulit - Mata : Ketajaman penglihatan : Menggunakan Optotipe Snellen. Posisi pasien 6 meter dari Optotipe Snellen. Kemudian periksa mata kanan pasien, pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan tanpa tekanan. Lakukan pemeriksaan dari baris pertama hingga akhir. Catat urutan baris akhir yang bisa dibaca penderita. Bila huruf teratas tidak bisa dibaca maka lakukan pemeriksaan hitung jari dengan mengacungkan jari pemeriksa di depan pasien, apabila dalam jarak 1 meter tidak terbaca, lakukan pemeriksaan gerakan tangan. Apabila dalam jarak 1 meter tak terbaca maka lakukan pemeriksaan cahaya. Sorotkan cahaya di depan pasien dari jarak 1 meter. Apabila pasien bisa melihat cahaya maka visusnya 1/~, jika tidak maka visusnya 0. Visus normal 6/6 dan abnormal jika: Menghitung jari pada jarak 1 meter : VOS-D : 1/60 Mengenal gerakan tangan : VOS-D : 1/300

Upload: elsa-alamanda

Post on 12-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pf lengkap head to toe

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala

- Rambut : Kuantitas, distribusi, tekstur, kerontokan rambut, ketombe

- Kulit kepala : lesi, nevus

- Tulang kepala : Ukuran, permukaan tulang, deformitas

- Wajah : Asimetri wajah, edema, masssa

- Kulit wajah : Warna, pigmentasi, tekstur, ketebalan, distribusi rambut, lesi pada kulit

- Mata :

Ketajaman penglihatan : Menggunakan Optotipe Snellen. Posisi pasien 6

meter dari Optotipe Snellen. Kemudian periksa mata kanan pasien, pasien

menutup mata kiri dengan telapak tangan tanpa tekanan. Lakukan pemeriksaan

dari baris pertama hingga akhir. Catat urutan baris akhir yang bisa dibaca

penderita. Bila huruf teratas tidak bisa dibaca maka lakukan pemeriksaan

hitung jari dengan mengacungkan jari pemeriksa di depan pasien, apabila

dalam jarak 1 meter tidak terbaca, lakukan pemeriksaan gerakan tangan.

Apabila dalam jarak 1 meter tak terbaca maka lakukan pemeriksaan cahaya.

Sorotkan cahaya di depan pasien dari jarak 1 meter. Apabila pasien bisa

melihat cahaya maka visusnya 1/~, jika tidak maka visusnya 0.

Visus normal 6/6 dan abnormal jika:

Menghitung jari pada jarak 1 meter : VOS-D : 1/60

Mengenal gerakan tangan : VOS-D : 1/300

Mengenal cahaya : VOS-D : 1/-

Tidak mampu mengenal cahaya : VOS-D : 0

Lapangan pandang : tes konfrontasi. Cara tes konfrontasi yaitu :

1. Pasien diberi penjelasan mengenai tes.

2. Pemeriksa yang normal lapangan pandangnya duduk

berhadapan dengan pasien dimana kedudukan mata keduanya

sama tinggi.

3. Lalu fiksasi mata pasien dengan meminta melihat ke mata

pemeriksa. Tutup mata yang tidak diperiksa.

4. Pasien tetap mematap ke depa ketika sesuatu benda yang

menyolok didekatkan oleh pemeriksa memasuki kawasan

medan penglihatannya dari berbagai arah telah terlihat olehnya.

Page 2: pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Fundus : memeriksa Retina dan papil N.II menggunakan

oftalmoskop.

Pengenalan warna : stilling ishihara test card

Konjungtiva dan sklera : menginspeksi konjungtiva palpebra, apakah

pucat, terdapat edema, hiperemis, injeksi konjungtiva, injeksi silliar, mix

injeksi, sklera ikterik.

Kornea : amati apakah kornea bening atau tidak?

Lensa : Amati kejernihan lensanya

Iris : Amati apakah gambaran kripte iris jelas

Pupil : Amati ukuran, bentuk, dan kesimetrisan pupil. Pupil normal

bentuk bulat, isokor, diameter 2-4 mm ( <2mm : miosis, >

4mm : midriasis)

Refleks pupil terhadap cahaya:

Langsung : Terjadi miosis pada mata yang disenter

Tidak Langsung : Jatuhkan sinar pada salah satu matam terjadi

miosis pada mata yang tidak disenter.

Refleks pupil akomodatif/ konvergensi :

Pasien diminta menatap lurus ke depan, kemudian secara tiba-tiba

datangkan suatu benda dengan cepat ke arah pangkal hidung.

Terjadi kontraksi kedua otot rektus mediaalis (= konvergensi), dan

kontraksi otot siliaris (= konstriksi pupil)

Pemeriksaan gerak bola mata

Pemeriksaan ini dapat memberikan info penting adanya lesi mulai

dari korteks serebri, mesensefalon sampai saraf otak. Dibedakan

atas: gerakan voluntar(diatur korteks serebri) dilaksanakan oleh

otot okular kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan : gerakan konyugat

dan diskonyugat serta gerakan involuntar contohnya nistagmus.

- Telinga :

Inspeksi: auricula dan canais auditorius dari luar, apakah

terdapat lesi, fistel, deformitas, discharge? Dengan

menggunakan otoskop dapat melihat canalis auditorius dan

membran tympani.

Palpasi : apakah teraba tumor, hangat, discharge, nyeri tekan?

Page 3: pemeriksaan fisik

Perkusi : apakah terasa nyeri ketok?

- Hidung

Inspeksi: apakah terdapat deformitas, apakah simetris/ asimetris, dan

bagian dalam rongga hidung (konka inferior dan media, septum nasi)

dengan spekulum dan melihat apakah terdapat discharge, oedem konka,

hiperemis konka?

Palpasi : Palpasi hidung untuk merasakan apakah ada krepitasi, tumor,

nyeri tekan.

Perkusi : Apakah terdapat nyeri ketok?

- Mulut

Bibir: Amati warna dan kelembapannya, dan perhatikan apakah terdapat

benjolan, ulkus, dan pembentukan skuama.

Mukosa Oral: amati wamanya, apakah terdapat ulkus, bercak putih

(leukoplakia), dan nodulus.

-Gusi dan Gigi

Inspeksi : warna gusi (normalnya merah muda), bagian tepi gusi (margo

gingiva) dan papila interdental untuk menemukan pembengkakan atau

ulserasi, apakah ada gigi yang tanggal, berubah wama, berubah bentuk

atau terletak pada posisi yang abnormal.

Palpasi : mengecek gigi yang goyah dengan ibu jari dan jari telunjuk

- Atap Mulut

Inspeksi: warna dan struktur palatum durum

- Lidah

Inspeksi : Kesimetrisan (tes untuk memeriksa nervus hipoglosus).

Perhatikan warna dan tekstur bagian dorsum lidah, bagian samping lidah,

dan dasar mulut.

Palpasi : apakah teraba indurasi pada lidah

Page 4: pemeriksaan fisik

- Faring

Inspeksi : palatum mole, pilar anterior serta posterior, uvula kedua tonsil

dan daerah faring. Perhatikan warna serta kesimetrisannya, dan cari

apakah terdapat eksudat, oedem, ulserasi, atau hipertrofi tonsil.

- Leher

Inspeksi : amati kesimetrisannya, apakah tampak benjolan, pembesaran

kelenjar submental, submandibulla, dan parotis.

Palpasi : Meraba nodus limfaticus leher pada 6 regio, apakah teraba

pembesaran? Teraba hangat? Nyeri bila diraba?

- Trakea dan tirod

Inspeksi : apakah terdapat deviasi?

Palpasi : meraba trakea, ukuran, jumlah, letak, permukaan, bentuk dan

konsistensi ketenjar tiroid.

Auskultasi : Jika keleniar tiroid membesar, lakukan auskultasi dengan

stetoskop pada kedua Iobus lateralis untuk rnendengarkan bruit.

- Thorax

Pemeriksaan pulmo anterior

Inspeksi : mengamati bentuk dada, adakah deformitas? ketidaksimetrisan?

bekas luka? bekas operasi? Spider nervi? Sela iga melebar? Retraksi

intracostal? retraksi supraklavikular?

Palpasi : : pemeriksa mempalpasi dada, mengamati apakah muncul nyeri

tekan intercostal. Penilaisn lebih laniut terhadap ekspansi dada.

Tempatkan kedua ibu jan tangan anda di sepanjang tiap-tiap tepi tulang

iga (margo kosta) sementara kedua tangan berada di sepanjang bagian

lateral dinding dada. Ketika mengatur posisi kedua tangan anda, geser

keduanya sedikit ke arah medial untuk menimbulkan lipatan kulit yang

longgar di antara kedua ibu jari tangan Anda. Minta pasien untuk menarik

napas yang dalam. Amati seberapa jauh kedua ibu jari tangan Anda

bergerak saling menjauhi ketika toraks mengembang, dan rasakan luasnya

serta kesimetrisan gerakan respirasi. Kemudian memeriksa stem fremitus

Page 5: pemeriksaan fisik

untuk dengan menggunakan permukaan ventral (bagian tulang telapak

tangan atau pangkal jari tangan) atau permukaan ulnar tangan Anda untuk

mengoptimalkan sensitivitas getaran pada tulang-tulang tangan Anda.

Minta pasien untuk mengulangi perkataan "sembilan-sembilan."

Kemudian bandingkan stem fremitus pulmo sinistra dan dextra.

Perkusi : Lakukan perkusi dada bagran anterlor dan lateral, dengan

membandingkan kedua sisi dada. Apakah terdengar sonor? hipersonor?

Pekak? Redup? Timpani?

Auskultasi : Dengarkan dada di sebelah anterior dan lateral. Apakah pada

seluruh lapangan paru terdengar suara dasar vesikuler seluruh lapangan

paru? Apakah terdengar bunyi bronkovesikuler, bronkial di tempat yang

tidak seharusnya? Apakah terdengar suara tambahan seperti ronkhi, dan

mengi? Intensitas pernafasan?

Pemeriksaan pulmo posterior

Inspeksi : Dari posisi garis tengah di belakang tubuh pasien, perhatikan

bentuk dada dan pergerakan dada yang meliputi deformitas atau

ketidaksimetrisan (asimetri), Retraksi ruang sela iga yang abnormal pada

saat inspirasi. Retraksi tampak paling jelas pada ruang sela iga bagian

bawah disertai retraksi supraklavikular. Gangguan gerak pernapasan pada

silah satu atau kedua sisi atau tertinggalnya (terlambatnya) gerak

pernapasan yang unilateral.

Palpasi : pemeriksa mempalpasi dada, mengamati apakah muncul nyeri

tekan intercostal, kemudian meletakkan kedua tangan di sekitar ketinggian

iga ke-10 dengan jari-jari tangan yang memegang secara longgar dinding

dada sebelah lateral dan sejajar dengan dinding tersebut. Ketika

meletakkan kedua tangan Anda, geser keduanya ke arah medial dengan

gerakan yang cukup untuk menimbulkan lipatan kulit yang longgar pada

setiap sisi dada di antara ibu jari tangan Anda dan tulang belakang pasien.

Minta pasien untuk menarik napas yang dalam. Amati jarak antara kedua

ibu iari tangan ketika keduanya bergerak saling menjauhi pada saat

inspirasi, dan rasakan luasnya serta kesimetrisan rib cage pada saat

dinding dada mengembang dan berkontraksi (ekspansi dada), memeriksa

stem fremitus untuk dengan menggunakan permukaan ventral (bagian

Page 6: pemeriksaan fisik

tulang telapak tangan atau pangkal jari tangan) atau permukaan ulnar

tangan Anda untuk mengoptimalkan sensitivitas getaran pada tulang-

tulang tangan Anda. Minta pasien untuk mengulangi perkataan "sembilan-

sembilan." Kemudian bandingkan stem fremitus pulmo sinistra dan

dextra.

Perkusi : Mengetuk sela iga posterior dan mendengarkan apakah bunyi

sonor? hipersonor? Pekak? Redup? Timpani?

Auskultasi : Apakah pada seluruh lapangan paru terdengar suara dasar

vesikuler seluruh lapangan paru? Apakah terdengar bunyi

bronkovesikuler, bronkial di tempat yang tidak seharusnya? Apakah

terdengar suara tambahan seperti ronkhi, dan mengi? Intensitas

pernafasan?

- Cor

Inspeksi : Apakah ictus cordis kuat angkat? Penerangan dari samping akan

memberikan lapangan pandang yang paling jelas untuk melakukan

inspeksi ictus cordis. Bila ictu cordis ditemukan, cek lokasinya

( normalnya di SIC IV/V 2cm medial linea medioclavicularis), diameter

(normalnya bila terlentang 2,5 cm), amplitudo (terasa cepat dan

mengetuk)

Palpasi: rnendeteksi thrills, palpasi daerah arteri pulmonalis pada ruang

sela iga ke-2 kiri, dan palpasi daerah aorta pada ruang sela iga ke-2

kanan

Perkusi: memulainya dari sisi sebelah kiri dada, lakukan perkusi mulai

dari bunyi sonor (resonan) paru ke arah pekak jantung pada ruang sela

iga ke-3, ke4, ke-5, dan mungkin pula ke-6.

Auskultasi: Dengarkan jantung pasien dengan stetoskop Anda pada

ruang sela iga ke-2 kanan di dekat tulang sternum, di sepanjang tepi

kiri sternum pada setiap ruangsela iga mulai dari ruang sela iga ke-2

hingga ke-5, dan pada claerah apeks kordis. Apakah BJ 1-2

normal/tidak?