pemeriksaan fisik

8
I. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik pasien ini, Status interna pasien hanya dituliskan keadaan umum baik, Tekanan darah, suhu, dan nadi pasien. Padahal seharusnya pemeriksaan fisik status umum pasien harus lengkap. Pemeriksaan fisik yang lengkap yaitu terdiri dari status umum pasien yang meliputi kesan umum, kesadaran, dan tanda tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Pada pasien ini masih didapatkan kekurangan data yaitu kesadaran dan respirasi . Seharusnya semua hal tersebut harus dicantumkan sebagai hasil pemeriksaan general yang benar (Djunaedi et al, 2011). Selanjutnya pemeriksaan status lokalis, Pada pasien ini sama sekali tidak dilakukan pemeriksaan status lokalis baik di kepala, leher, Thorax, abdomen, maupun extremitas. Padahal status lokalis sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan yang dialami pasien saat ini. Seperti apakah pasien ini mengalami anemia atau tidak yang dilihat dari konjungtiva pada pemeriksaan lokalis kepala dan pemeriksaan Capillary Refill Time (CRT) pada

Upload: devita-ari

Post on 09-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

skill pemeriksaan fisik

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERIKSAAN FISIK

I. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik pasien ini, Status interna pasien hanya dituliskan keadaan

umum baik, Tekanan darah, suhu, dan nadi pasien. Padahal seharusnya pemeriksaan

fisik status umum pasien harus lengkap. Pemeriksaan fisik yang lengkap yaitu terdiri

dari status umum pasien yang meliputi kesan umum, kesadaran, dan tanda tanda vital

yang meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Pada pasien ini masih

didapatkan kekurangan data yaitu kesadaran dan respirasi . Seharusnya semua hal

tersebut harus dicantumkan sebagai hasil pemeriksaan general yang benar (Djunaedi

et al, 2011).

Selanjutnya pemeriksaan status lokalis, Pada pasien ini sama sekali tidak

dilakukan pemeriksaan status lokalis baik di kepala, leher, Thorax, abdomen, maupun

extremitas. Padahal status lokalis sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan yang

dialami pasien saat ini. Seperti apakah pasien ini mengalami anemia atau tidak yang

dilihat dari konjungtiva pada pemeriksaan lokalis kepala dan pemeriksaan Capillary

Refill Time (CRT) pada pemeriksaan lokalis ekstremitas. Jika terjadi anemia

kemungkinan pasien mengalami perdarahan akibat penyakitnya ini. Lalu diperlukan

juga pemeriksaan fisik benjolan di tempat lain misalnya leher, abdomen atau

ekstremitas yang bisa diakibatkan dari mungkin sudah terjadi metastasis ke organ lain

(Djunaedi et al, 2011).

Pada Pemeriksaan status ginekologi pasien, hasil pemeriksaanya hanya Palpasi

Abdomen hanya didapatkan teraba massa 10 cm, konsistensi padat, permukaan rata,

mobile dan inspekulo tidak dilakukan. Pada pemeriksaan ini didapatkan sangat

banyak sekali kekurangannya, yakni sebagai berikut

Page 2: PEMERIKSAAN FISIK

- Palpasi Abdomen hanya didapatkan teraba massa 10 cm, konsistensi padat, permukaan

rata, mobile padahal seharusnya bila ada tumor harus diperiksa lokasi, ukuran, bentuk,

konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, mobilitas, temperatur, fluktuasi, dan ballottement

(Ma’roef et al, 2009). ). Selain itu pada inspeksi juga harus diperhatikan bentuk,

pembesaran/cekungan, pergerakan dengan pernapasan kondisi kulit ( tebal, mengkilat,

keriput, striae, pigmentasi, gambaran vena), parut operasi dan lain sebagainya.

Pembesaran perut kedepan dengan batas yang jelas, menunjuk kearah kehamilan atas

tumor ( mioma uteri atau karsinoma uteri). Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan

perkusiuntuk menentukan pembesaran perut disebabkan oleh tumor (mioma uteri atau

kistoma ovary) atau oleh karena cairan bebas dalam perut. Pada tumor, ketokan perut

pekak terdapat pada bagian yang menonjol kedepan apabila tidur terlentang dang apabila

tumornya tidak terlampau besar, maka terdengar suara timpani disisi peryt, kanan dan kiri

karena usus terdorong kesamping. Daerah pekak tersebut tidak akan berpindah apabila

penderita dibaringkan di sisi kanan atau kiri (Sarwono, 2014).

- Pemeriksaan payudara pasien baik inspeksi maupun palpasi tidak dilakukan,

padahal pemeriksaan ini merupakan salah satu pemeriksaan ginekologi yang

penting dilakukan (Ma’roef et al, 2009). Pada pemeriksaan payudara yang perlu

diperhatikan ialah perkembangan payudara ( besar-kecilnya ) dihubungkan

dengan umur dan keluhan penderita, bentuknya, konsistensinya adakah benjolan

dan bagaimana gerakan benjolan itu terhadap kulit dan dasarnya (Sarwono, 2014).

Deteksi dini kanker payudara perlu dilakukan karena kanker payudara juga bisa

mengalami metastasis ke serviks yang akhirnya menyerupai leiomyoma uteri

raksasa (Horikawa et al, 2012)

Page 3: PEMERIKSAAN FISIK

- Pemeriksaan inspekulo tidak dilakukan. Seharusnya pemeriksaan ini perlu

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat massa, bentuk, ukuran, warna,

massa, discharge, dan lesi yang ada disekitarnya juga harus dilihat (Ma’roef et al,

2009). Dengan menggunakan speculum, dinding vagina diperiksa ( rugae

vaginalis, sinoma flour albus), portio vaginalis sevisis uteri ( bulat, terbelah

melintang, mudah berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor atau ulkus

terutama pada karsinoma) (sarwono 2014).

Perlu dilihat juga dari orifisium uterine eksterna apakah ada discharge

sebagai tanda perdarahan, infeksi, atau nekrosis. (Brandsetter et al, 2005). Selain

itu pada pemeriksaan speculum dapat juga dilakukan pemeriksaan pelengkap

seperti usap vagina dan portio untuk pemeriksaan sitology, getah kanalis serviks

untuk pemeriksaan gonorhe dan getah dari forniks posterior untuk pemeriksaan

trikomoniasis dan kandidiasis.(sarwono, 2014)

- Pemeriksaan Bimanual tidak dilakukan. Padahal pemeriksaan ini sangat penting

pada kasus ginekologi, yakni untuk mencari tahu bentuk, ukuran, mobilitas, dan

nyeri tekan serviks. Selain itu, untuk mengetahui bentuk, ukuran, mobilitas, nyeri,

dan posisi (antefleksi atau retrofleksi) dari uterus. Juga untuk memeriksa adneksa

pasien (Ma’roef et al, 2009).

Dilakukan pemeriksaan apakah introitus vagina dan vagina sempit atau

luas, apakah dinding vagina licin atau kasar bergaris – garis ( rugae vaginalis ),

apakah teraba polip, tumor, atau benda asing, apakah teraba lubang (fistula)

apakah ada kelainan bawaan seperti septum vagina, apakah puncak vagina teraba

kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servisitis tingkat II&III. Pada

Page 4: PEMERIKSAAN FISIK

pemeriksaan cavum douglasi untuk meliahat apakah ada penonjolan atau tidak

jika ada kemungkinan akibat :

o Terkumpulnya feses/skibala didalam rektosigmoid

o Korpus uterus dalam retrofleksio

o Abses di cavum douglasi

o Hematokel retrouterina pada KET

o Kutub bawah dari tumor ovarium atau mioma uteri dan tumor

rektosigmoid.

Pada pemeriksaan serviks perlu di ketahui :

o Kemana menghadapnya

o Bentuknya apakah bulat atau terbelah melintang

o Besar dan konsistensinya

o Apakah agak turun kebawah

o Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri

internum.

Perabaan korpus uteri pada pemeriksaan bimanual untuk mengetahui :

o Letaknya

o Bentuknya

o Besar dan konsistensi

o Permukaan gerakannya

Perabaan Parametrium dan adneksum dilakukan apabila posisi uterus

sudah diketahui. Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal

hanya dapat diraba pada perempuan kurus dengan dinding perut lunak, besarnya

Page 5: PEMERIKSAAN FISIK

seperti ujung jari atau ujung ibu jari dan kenyal. Setiap parametrium dan atau

tuba dapat diraba, itu berarti suatu kelainan. Apabila teraba tahanan atau tumor di

daerah samping uterus atau diatas, selalu harus ditentukan apakah ada hubungan

dengan uterus dan bagaimana sifat hubungan tersebut, lebar, erat, melalui tangkai

atau uterus menjadi satu dengan massa tumor (sarwono, 2014)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu USG sudah sesuai dengan prosedur

yang ada. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan transvaginal

sonografi dilakukan untuk lebih memastikan gambaran uterus fibroid. Untuk lebih

memperjelas pemeriksaan terhadap dinding dalam uterus dapat dilakukan dengan

histerosonography yaitu dengan mengisi cavum uteri dengan larutan salin selama

pemeriksaan sehingga tampak perbedaan dengan adenomiosis. Hasil pemeriksaan

USG akan tampak sebagai penebalan dinding uterus yang homogen, sementara

fibroid dilihat sebagai area bula dengan batas yang tegas. Dapat pula dilakukan

histeroskopi untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta

bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat (Parker, 2007).

Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan bila hasil imaging belum

tampak jelas karena terhalang gerakan janin atau kelainan anatomi. MRI lebih akurat

karena dapat mengetahui ukuran, jumlah nodul, lokasi mioma. Dengan mengetahui

hal tersebut dapat menjadi pedoman tindakan operasi lain yang akan dilakukan.selain

histerektomi, seperti miomektomi atau uterine artery embolization (UEA) (Parker,

2007).