pemeriksaan fisik

20

Click here to load reader

Upload: elmi-mahlida

Post on 25-Jun-2015

407 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: pemeriksaan fisik

Panduan Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag I

Mei 31, 2008 oleh agungrakhmawan

BAB I. PENDAHULUAN

Sejak kesehatan diketahui merupakan salah satu dari kebutuhan dasar setiap umat manusia (WHO , 1946 ), maka berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu upaya tersebut yang dinilai mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggaraan kesehatan ( Blum, 1976 ). Ini selaras dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Sistem Kesehatan Nasional.Puskesmasmempunyai fungsi pembangnan yang berwawasan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan yang bertangggung jawab tentang kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, sebagai sarana pelayanan kesehatan pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau semua lapisan masyarakatPada era desentralisasi untuk menghadapi berbagai tantangan berkaitan dengan makin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang bermutu. Hal ini diwujudkan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia .sehingga pelayanan kesehatan tetap terjaga sesuai standar profesi yang ada.Maka dari itu disusunlah suatu standar pemeriksaan fisik umum dengan harapan petugas mempunyai alat ukur untuk pelayanan kesehatan yang diberikan.

BAB II.PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Topik :beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisiksyarat pemeriksaan fisik umumJenis pemeriksaan fisik: inspeksi,Palpasi, Perkusi dan auskultasibeberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisikDalam melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan beberapa hal yang sangat mendasar yaitu :Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaanJagalah privasi pasienPemeriksaan harus seksama dan sistimatisJelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa )Beri instruksi spesifik yang jelasBerbicaralah yang komunikatifAjaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaanPerhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

2. syarat pemeriksaan fisik umum

Page 2: pemeriksaan fisik

Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pemeriksaan fisik umum antara lain :

1. Kompetensi petugas

2. Ruang pemeriksaan sesuai standar

3. Alat Bantu pemeriksaan sesuai standar dan berfungsi baik

4. Buku dan alat pencatat

 

3. Jenis pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistimatis dan saling mendukung, yaitu :

A. PEMERIKSAAN INSPEKSI

 Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran , tumor dan lainnya dari tubuh pasien.

Cara pemeriksaan

1. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri

2. Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka ( diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut.)

3. Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.

4. Catat hasilnya

B. PEMERIKSAAN PALPASI

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan / organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.

Cara pemeriksaan

Page 3: pemeriksaan fisik

1. Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka

2. Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan

3. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering

4. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.

5. Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan tekanan ringan dan sebentar-sebentar.

6. Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan

7. Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.

8. Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.

9. Lakukan Palpasi ringan apabila memeriksa organ/ jaringan yang dalamnya kurang dari 1 cm.

10. Lakukan Palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/ jaringan dengan kedalaman 1 – 2,5 cm.

11. Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ / jaringan tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.

12. Rasakan dengan seksama kelainan organ/ jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/ tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/ lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan .

13. Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat

Page 4: pemeriksaan fisik

Panduan Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag….III

Agustus 20, 2008 oleh agungrakhmawan

Lanjutan …… Bag III

B. DENYUT NADIDenyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri

akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :1. Arteri radialis Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada

sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin2. Arteri Brankialis Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa antekubital).

Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest pada infant3. Arteri Karotid Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara

trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

Normal : 60 – 100 x / menit, Bradikardi : < 60 x / menit Takhikardi : > 100. x / menit

Denyut nadi pada saat tidur yaitu : a. Bayi baru lahir 100 – 180 x/menitb. Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menitc. Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menitd. usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menite. Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menitBerdasarkan kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan : i. Tidak teraba denyut : 0 ii. Ada denyut tetapi sulit teraba : +1, iii. Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2 iv. Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta tidak

mudah hilang : + 3 1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :a. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI RADIALIS

Page 5: pemeriksaan fisik

1). Persiapan alat 1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

3). Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah 3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi

tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari

tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan 5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

b. PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI BRAKIALIS1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan2. Buatlah pasien rilek dan nyaman

3). Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi

tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku) 5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur6. Hitung jumlah denyut selama satu menit 7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

c. PEMERIKSAAN FREKWENSI DENYUT ARTERI KAROTIS1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)2. Buku catatan nadi ( kartu status )3. Alat tulis

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin

3). Cara pemeriksaan1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas

Page 6: pemeriksaan fisik

3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan

yang akan diperiksa6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari

rangsangan sinus karotid7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot

sternokleidomastoideus bagian medial8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian

hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit C. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAHPemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri. Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg). Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/ tangan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras1). Persiapan alat

1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset.2. stetoscope 3. antiseptik

2). Persiapan pasien1. Jelaskan kepada pasien tentang perlunya pemeriksaan tekanan darah2. Jelaskan bahwa lengan akan dipasangi manset yang bila dipompa akan menekan,

sehingga terasa tidak enak/ kesemutan . 3). Cara pemeriksaan

1. pemeriksa mencuci tangan2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa, sehingga

tidak ada penekanan pada a. brachialis. 3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman dengan

lengan bagian volar diatas.4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi jantung,

dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.

6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan pasien

merasa santai dan nyaman.8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan level air

raksa setinggi jantung1. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a. radialis dengan jari telunjuk dan

jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan )

Page 7: pemeriksaan fisik

2. pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar pembacaan hasil pengukuran tepat )

3. tutup katup pengontrol pada pompa manset4. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, raba denyut a.

brachialis 5. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi6. kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm Hg ( jangan lebih tinggi, sebab akan

menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi ) 7. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis8. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun dengan

kecepatan 2 – 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik 9. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis

( Korotkoff I ) ini adalah tekanan sistolik10. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba

melemah ( Korotkoff IV ) tekanan diastolik11. lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien.12. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan 13. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik14. informasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan Catat pada kartu status

Tabel tekanan darah

No USIA TekananSistole (mm Hg )

TekananDiastole (mm Hg )

12345

BayiAnak 7 - < 10 th10 - < 19 thLaki- lakiPerempuanUsia tengahUsia lanjut

65 – 11587 – 117124 – 136124 – 127120140 – 160

42 – 8048 – 6477 – 8463 – 748080 – 90

D. PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAPASAN Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan

karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

INSPIRASI EKSPIRASI

Diafragma Kontraksi ( tampak datar )

Relaksasi ( melengkung keatas )

Tulang iga ( costae ) bergerak keatas & keluar bergerak kebawah & kedalam

Tulang dada Bergerak keluar Bergerak kedalam

Rongga dada membesar mengecil

Paru-paru mengembang mengempis

Frekuensi napas normal tergantung umur :

Page 8: pemeriksaan fisik

Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menitUsia < 2 tahun 25 – 35 x/menitusia 2-12 tahun 18 – 26 x/menitdewasa 16 – 20 x/menit. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut Apnea : Bila tidak bernapas .1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam, stopwatch)2. Buku pencatat 3. Alat pencatat (pensil, pena)

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas 2. Posisi pasien berbaring, kecuali dalam kondisi tertentu.

3). Cara pemeriksaan1. tempatkan satu telapak tangan pasien diatas dada 2. Rasakan gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau dengan melihat

gerakan dada/ tangan yang naik turun. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekhalasi) dihitung 1 frekuensi napas

3. Hitung frekuensi napas selama satu menit 4. informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status

E. PEMERIKSAAN BERAT BADAN1). Persiapan alat

1. timbangan badan2. alat pencatat

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan

3). Cara pemeriksaan1. pastikan timbangan badan berfungsi baik dan stel penunjuk pada titik nol.2. pastikan tidak ada beban ditubuh pasien yang mempengaruhi penimbangan.3. pasien diminta naik keatas timbangan atau bila bayi baringkan diatasnya.4. perhatikan angka tempat penunjuk berhenti5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status

F. PEMERIKSAAN TINGGI BADAN1). Persiapan alat

1. meteran pengukur tinggi badan2. penggaris atau sejenis

2). Persiapan pasien1. Jelaskan proses dan pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan

3). Cara pemeriksaan1. pastikan meteran pengukur berfungsi baik ( tergantung macam )2. minta pasien berdiri tegak sejajar pengukur 3. pemeriksan menggunakan penggaris atau sejenis menaruh di ubun-ubun pasien

sejajar dengan tempat pijakan4. perhatikan angka yang ditunjuk oleh penggaris ( centimeter / inchi )

Page 9: pemeriksaan fisik

5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada status.E. PEMERIKSAAN ELASTISITAS KULITElastisitas kulit atau turgor menggambarkan keadaan keseimbangan cairan tubuh . secara sederhana dengan melakukan pemeriksaan turgor kulit . dapat diketahui derajat kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).1). Persiapan alat

1. stop watch2. tissue

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas 2. Posisi pasien berbaring, atau duduk.

2) cara pemeriksaan1. pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan diperiksa terbuka 2. bersihkan kulit yang akan diperiksa dengan tissue3. pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk pada kulit,4. lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang diperlukan kulit untuk kembali seperti

semula ( dalam detik )5. informasikan hasil pemeriksaan pada pasien dan catat pada statusBersambung ………….  Pemeriksaan Kepala

Oksigenasi bawah judul Oksigenasi: "TERAPI OKSIGENDALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Mr. Dafid

Oksigenmerupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafasPenyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.

Page 10: pemeriksaan fisik

PROSES RESPIRASIProses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis. Oksigen di atmosfir mengandung konsentrasi sebesar 20,9 % akan masuk ke alveoli melalui mekanisme ventilasi kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut proses difusi. Difusi adalah suatu perpindahan/ peralihan O2 dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dimana konsentrasi O2 yang tinggi di alveoli akan beralih ke kapiler paru dan selanjutnya didistribusikan lewat darah dalam 2 (dua) bentuk yaitu : (1) 1,34 ml O2 terikat dengan 1 gram Hemoglobin (Hb) dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan “Saturasi O2” (SaO2), (2) 0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada tekanan parsial O2 di arteri (PaO2) 1 mmHg.Kedua bentuk pengangkutan ini disebut sebagai kandungan O2 atau “Oxygen Content” (CaO2) dengan formulasi : CaO2 = (1,34 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2) Sedangkan banyaknya O2 yang ditransportasikan dalam darah disebut dengan “Oxigen Delivery” (DO2) dengan rumus : DO2 = (10 x CaO2) x CO Dimana CO adalah “Cardiac Output” (Curah Jantung). CO ini sangat tergantung kepada besar dan ukuran tubuh, maka indikator yang lebih tepat dan akurat adalah dengan menggunakan parameter “Cardiac Index” (CI). Oleh karena itu formulasi DO2 yang lebih tepat adalah : DO2= (10 x CaO2) x CI Selanjutnya O2didistribusikan ke jaringan sebagai konsumsi O2(VO2) Nilai VO2 dapat diperoleh dengan perbedaan kandurngan O2 arteri dan vena serta CI dengan formulasi sebagai berikut : VO2a= (CaO2– CvO2) x CI Selain faktor difusi dan pengangkutan O2 dalam darah maka faktor masuknya O2 kedalam alveoli yang disebut sebagai ventilasi alveolar.VENTILASI ALVEOLAR Ventilasi alveolar adalah salah satu bagian yang penting karena O2 pada tingkat alveoli inilah yang mengambil bagian dalam proses difusi. Besarnya ventilasi alveolar berbanding lurus dengan banyaknya udara yang masuk keluar paru, laju nafas, udara dalam jalan nafas serta keadaan metabolik. Banyaknya udara masuk keluar paru dalam setiap kali bernafas disebut sebagai “Volume Tidal” (VT) yang bervariasi tergantung pada berat badan. Nilai VT normal pada orang dewasa berkisar 500 – 700 ml dengan menggunakan “Wright’s Spirometer”. Volume nafas yang berada di jalan nafas dan tidak ikut dalam pertukaran gas disebut sebagai “Dead Space” (VD)(Ruang Rugi) dengan nilai normal sekitar 150 - 180 ml yang terbagi atas tiga yaitu : (1) Anatomic Dead Space, (2) Alveolar Dead Space, (3) Physiologic Dead Space. Anatomic Dead Space yaitu volume nafas yang berada di dalam mulut, hidung dan jalan nafas yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Alveolar Dead Space yaitu volume nafas yang telah berada di alveoli, akan tetapi tidak terjadi pertukaran gas yang dapat disebabkan karena di alveoli tersebut tidak ada suplai darah. Dan atau udara yang ada di alveoli jauh lebih besar jumlahnya dari pada aliran darah pada alveoli tersebut. Ventilasi alveolar dapat diperoleh dari selisih volume Tidal dan ruang rugi, dengan laju nafas dalam 1 menit. VA = (VT – VD) x RR Sedangkan tekanan parsial O2 di alveolar (PaO2) diperoleh dari fraksi O2 inspirasi (FiO2) yaitu 20,9 % yang ada di udara, tekanan udara, tekanan uap air, tekanan parsial CO2 di arteri (PaCO2). PaO2 = FiO2 (760 – 47) – (PaCO2 : 0,8).Demikian faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi dimana respirasi

Page 11: pemeriksaan fisik

tidak saja pertukaran gas pada tingkat paru (respirasi eksternal) tetapi juga pertukaran gas yang terjadi pada tingkat sel (respirasi internal).

TERAPI OKSIGENTerapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : (1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol, (2) Tidak terjadi penumpukan CO2, (3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, (4) efisien dan ekonomis, (5) nyaman untuk pasien. Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

INDIKASI PEMBERIAN O2Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :(1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,(2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,(3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasigangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepadaklien dengan gejala :(1) sianosis,(2) hipovolemi,(3) perdarahan,(4) anemia berat,(5) keracunan CO,(6) asidosis,(7) selama dan sesudah pembedahan,(8) klien dengan keadaan tidak sadar.

METODE PEMBERIAN O2Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :1. Sistem aliran rendahTehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara

Page 12: pemeriksaan fisik

ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing.Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :a. Kateter nasalMerupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O 2 secara kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.KeuntunganPemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.KerugianTidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.b. Kanula nasalMerupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.KeuntunganPemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.KerugianTidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.c. Sungkup muka sederhanaMerupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.KeuntunganKonsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.KerugianTidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 2 L/mntKeuntungan

Page 13: pemeriksaan fisik

Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendirKerugianTidak dapat memberikan O2konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasiKeuntungan :Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.KerugianKantong O2 bisa terlipat.

2. Sistem aliran tinggiSuatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipepernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebihtepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.KeuntunganKonsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2KerugianKerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran rendah.

BAHAYA BAHAYA PEMBERIAN OKSIGENPemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkanefek merugikan, antara lain :1. KebakaranO2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok, membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.2. Depresi Ventilasi Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO 2 dapat menekan ventilasi3. Keracunan O2 Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru

Page 14: pemeriksaan fisik

seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu

ASUHAN KEPERAWATANTerapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian. Pengkajian ini ditujukan kepada keluhan-keluhan klien serta hasil pemeriksaan baik yang sifatnya pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang dan pememriksaan diagnostik yang berkaitan dengan system pernafasan serta system lain yang terlibat. Pengkajian keperawatan dapat dilakukan dengan metode wawancara yang berkaitan dengan keluhan klien antara lain batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan lain yang berkaitan dengan masalah transportasi O2 . metode yang lain adalah metode observasi dengan melakukan pemeriksaan fisik pernafasan. Data yang didapa dapat berupa kecepatan, iram dan kedalam pernafasan, usaha nafas, sianosis, berkeringat, peningkatan suhu tubuh, abnormalitas sistem pernafasa serta kardiovaskular. Selanjutnya data-data ini dapat didukung oleh hasil pemeriksaan penunjang seperti gasa darah asteri seerta pememriksaan diagnostik foto torak. Tahap beikutnya adalah perumusan Diagnosa Keperawatan yang berorientasi kepada pada yang dirasakan oleh klien. Diagnosa ini dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian yang disebutkan diatas Berdasarkan diagnosa-diagnosa keperawatan yang dirumuskan maka disusunlah intervensi keperawatan (Rencana Tindakan) yang bertujuan untuk “Problem Solving” (penyelesaian masalah) klien.Perawat bahagia

Lebih lengkap disini: Oksigenasi | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/