pembuatan jalan baru area terminal peti kemas …lib.unnes.ac.id/27446/1/5113412023.pdf · selalu...

227
i PEMBUATAN JALAN BARU AREA TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG TUGAS AKHIR diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil S1 Disusun oleh : Taufik Akbar (5113412023) Anita Hardyanti (5113412039) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: dothu

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PEMBUATAN JALAN BARU AREA TERMINAL PETI

KEMAS SEMARANG

TUGAS AKHIR

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Sipil S1

Disusun oleh :

Taufik Akbar (5113412023)

Anita Hardyanti (5113412039)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

(Taufik Akbar)

Tindakan tanpa keraguan adalah Kekuatan.

Jangan takut untuk bermimpi, karena mimpi adalah tempat menanam benih

harapan dan memetakan cita-cita.

(Anita Hardyanti)

Saat Allah meminta padamu hal yang berharga berikanlah, karena Allah

mempersiapkan hadiah paling indah untukmu kelak.

Ujian tersulit bukanlah kesedihan dan kesengsaraan, namun sebuah kebahagiaan

yang kadang membuatmu terlena.

PERSEMBAHAN DARI TAUFIK AKBAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan lancar. Sholawat

dan salam selalu kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW

yang selalu kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tugas Akhir ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari orangtua,

saudara, teman-teman dan sebagainya.

Terimakasih kepada Ayahanda Bapak Slamet Farodhi yang telah

memberikan kepercayaan kepada saya untuk merantau di kota Semarang tepatnya

di Universitas Negeri Semarang yang tercinta, selalu memberikan dukungan

berupanafkah, sesuap nasi dan doa. Ayah kini anakmu telah tumbuh dewasa,

v

vi

setiap tetes keringatmu tidak akan kusiasiakan. Terimakasih Ayah, Kau adalah

panutan.

Terimakasih kepada Ibunda Bu Mafiroh yang telah memberikan kasih

sayang dan kehangatan dalam keluarga, menyemati disaat diriku tersungkur dan

memberi dorongan untuk bangkit lagi. Doa yang ibu panjatkan setiap malam

merupakan lentera yang senantiasa menerangi setiap langkahku. Tanpa doa dari

ibunda, akbar hanyalah manusia buta yang tidak tau kemana harus melangkah.

Terima kasih ibu, Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Kasih

sayangmu bagaikan surya yang menyinari dunia.

Terimakasih kepada mbah Dini (ibu dari ibu) nasehat-nasehatmu tidak

akan pernah kulupakan. Semoga mbah selalu sehat dan diberi umur panjang agar

bisa menyaksikan ketika aku sukses dan menjadi orang yang berguna bagi nusa

dan bangsa. Tetaplah sehat mbah hingga aku membangun sebuah keluarga kecil

bersama istri dan anak-anakku kelak. Aamiin.

Terimakasih untuk Hidayat Faris adik yang paling besar sekaligus teman

bobokku selama di UNNES. Maturnuwun dek wes sabar ngadepi masmu iki,

ngapurone masmu seng gaweane nyeneni kowe. Semoga cepet lulus, cepat dapat

kerja.Sinau terus le..

Terimakasih untuk Aya Sofia adik perempuan yang selalu kangen

menunggu aku pulang Pekalongan. Dimanapun kamu kuliah disitulah tempatmu

berkembang, jangan berkecil hati karena tidak ada sesuatu yang terjadi secara

kebetulan. Tuhan telah menakdirkan kamu kuliah di Pekalongan agar bisa ketemu

terus sama Ayahanda dan Ibunda.

Terimakasih kepada Fajar Octanouva adik terkecil yang hobinya beli

binatang peliharaan. Belajar yang rajin dek, buat ayah dan ibu bangga. Jangan

main game terus, rajin berolah raga biar sehat. Kucinge kandange diresiki yo dek

ojo mas dayat terus seng ngresiki.

Terimakasih kepada Amal Rendy Pratama, Anggi Laras Setiawati selaku

sahabat SMP. Terimakasih kepada Yurizal Widha Vashra, Wahyu Arif Adha,

Bondan Irawan, Nurul Ikhsan selaku sahabat SMA. Terimakasih kepada Akhris

Sufri Hilmi, Aprindra Priaji, Luthfi Tugianbado, Nurohman, Dewi Lailatul

vii

Nikmah, Nuraeni, Paradita Maharani selaku teman MTMA. semoga apa yang

kalian cita-citakan segera terwujud. KALIAN SEMUA LUAR BIASA.

Terimakasih kepada My Partner Anita Hardyanti, semangat yang selalu

berkobar seperti api yang menyala-nyala meresonansi pikiran dan jiwa sehingga

terdorong untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terimakasih banyak

selalu sabar menghadapi sikapku yang terkadang kurang mengenakkan,

memberikan arahan saat aku tidak mengerti apa yang harus aku kerjakan.

Memotifasi untuk segera refisi dan masih banyak lagi. “Tresno iki dudu mung

dolanan mugi Allah paringi kasembadan”

PERSEMBAHAN DARI ANITA HARDYANTI

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala Puji Bagi Allah yang Menguasai Segala Hal dalam Kehidupan ini, tanpa

campur tangan Allah saya hanya hamba-Nya yang tak akan ada daya.

Terimakasih untuk Ibu Sri Mulyani yang selalu menyebutku dalam doa-

doanya,tak pernah lelah mengupayakan yang terbaik untuk anaknya. Selalu

menjadi wanita yang kuat dengan semua ujian yang Allah berikan dan menjadi

satu-satunya sayap yang Allah jaga sampai saat ini. Yang ku pinta sehat dan umur

panjangnya setiap waktu.

Kepada almarhum Ayah Raswito yang kuyakini selalu menjagaku walau

raga tak lagi di sisi, yang aku yakini selalu menjadi penguatku dalam pejaman

mata yang terkadang lelah dengan kehidupan dunia. Yakinku kau selalu hadir

dalam setiap momen kehidupanku walau tak dapat kulihat ragamu. Terimakasih

banyak ayah.

Terimakasih banyak Dek Dinda Dewi Rosalya yang menjadi penggantiku

sebagai anak tertua di rumah. Yang menjadi penjaga ibuk dan adek ragilku.

Terimakasih dek, semoga Allah selalu mengupayakan kemudahan dan kelancaran

dalam segala hal yang terbaik dalam hidupmu.

viii

Terimakasih Dek Dimas Rosyan Ramadhan yang selalu buat kangen

berantem saat mbaknya ini sedang belajar di Semarang. Yang menjadi salah satu

motivasi terkuatku untuk menjadi kakak yang bisa membuatmu sekolah hingga

jejang tertinggi sampai nanti menjadi lelaki yang pantas bagi keluargamu.

Terimakasih Pakde No sekeluarga, Pakde To sekeluarga, Bude Anik

sekeluarga, Bude Atik Sekeluarga, Lek Wid sekeluarga,Lek Yun, Lek Ning

sekeluarga,Lek Yanti sekeluarga,Pakde Jar sekeluarga, Pakde Wi sekeluarga.

Yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga anita bisa mencapai pada

titik ini sekarang. Matursuwun sanget sedoyonipun.

Terimakasih kepada Ella,Dita,Enny my best friend yang sudah tahu cerita

hudupku yang bukan sekedar teman tapi sudah kuanggap saudara. Dan

tarimakasih juga anggota yang pernah menjadi grup abal-abal katanya MTMA

namanya,bersama kalian pernah kutaklukan aspal dan beton jalanan.

Terimakasih seluruh teman Teknik Sipil Unnes angkatan 2012 atas

bantuan dan kerja samanya dalam segala hal selama kuliah ini,tanpa kalian

hidupku sepi dari cerita kenangan semasa kuliah.

Terimakasih IMP dan HMTS atas beberapa waktu belajar organisasi di sini,dan

BEMFT 2014, BEMKM 2015 yang banyak memberi pengalaman tak terlupakan.

Terimakasih banyak sekali kepada my best partner Taufik Akbar yang

katanya mau jadi partner hidup juga. (Hehehe..) Amiin. Semoga Allah membalas

segala kebaikanmu,jangan lelah menjadi orang baik. Thanks so much for

everything.

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan

mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pembuatan Jalan Baru Area Terminal

Peti Kemas Semarang”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan

meraih gelar Sarjana Teknik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas

Negeri Semarang. Sholawat dan salam disampaikan kepada junjungan besar Nabi

Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapatkan safaat-Nya di

yaumil akhir nanti. Aamiin.

Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

3. Dra. Sri Handayani, M.Pd., Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri

Semarang.

4. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., Ketua Program Studi Teknik

Sipil Universitas Negeri Semarang.

5. Untoro Nugroho, S.T, M.T., dan Ir. Agung Sutarto, M.T selaku dosen

pembimbing yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberikan

masukan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga tugas akhir ini

dapat selesai.

6. Prof.Dr.Ir. Bambang Haryadi,M.Sc, Selaku dosen wali sekaligus penguji

sidang tugas akhir yang telah memberikan saran dan masukan dalam

perbaikan tugas akhir.

7. Semua dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan bekal pengetahuan yang beharga.

x

8. Teman-teman Teknik Sipil,S1 angkatan 2012 yang telah membantu dan

selalu menyemangati.

9. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk tugas akhir ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan sebagai bekal untuk pengembangan di masa mendatang.

Semarang, 2016

Penulis

xi

ABSTRAK

Oleh

Taufik Akbar dan Anita Hardyanti

“Pembangunan Jalan Baru Area Terminal Peti Kemas Semarang”

Teknik Sipil S1 – Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

2016

Di area Terminal Peti Kemas yang menjadi pusat lalu lintas laut di area

Jawa Tengah sekarang pun mulai padat. Kegiatan ekspor impor dari dan menuju

Terminal Peti Kemas Semarang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun

2012 sampai 2015 volume truk kontainer mengalami peningkatan rata-rata 8 %.

Dengan melihat hal ini diperlukan peningkatan kualitas maupun kuantitas jalan

yang memenuhi kebutuhan transportasi darat di area Terminal Peti Kemas

Semarang, untuk mengurangi kepadatan dan mengatasi antrian truk kontainer.

Oleh karena itu perlu dibuat jalan baru di area Terminal Peti Kemas Semarang.

Tugas Akhir ini membahas tentang volume dan kapasitas jalan di Terminal

Peti Kemas Semarang, karena jalan harus memiliki kapasitas yang seimbang

dengan volume kendaraan yang melewatinya. Selain melihat kapasitas, jalan juga

harus memenuhi kriteria aman, nyaman, ekonomis dan cepat. Sehingga untuk

mendapatkan jalan yang memenuhi kriteria dibuat tiga alternatif yang kemudian

diambil hanya satu alternatif jalan dengan nilai yang paling tinggi dalam kriteria

aman, nyaman, ekonomis dan cepat. Kriteria aman dilihat dari faktor lengkung

horizontal dan daya dukung tanah. Kriteria nyaman dilihat dari faktor aspek

lingkungan, kriteria ekonomis dilihat dari anggaran biaya (rigid pavement) dan

kriteria cepat dilihat dari faktor panjang jalan. Setelah mempunyai lima faktor ini

diberikan penilaian dan kemudian dikalikan dengan bobot penilaian yang telah

ditentukan sesuai tingkat kepentingan per kriteria. Hasil akhirnya akan

menentukan pilihan terbaik dari tiga alternatif rute yang telah diberikan.

Setelah mendapatkan faktor-faktor yang dijadikan pembanding, maka tiap

alternatif rute akan memiliki nilai. Pada alternatif 1 nilainya 2,10. Untuk alternatif

2 nilainya 2,6 dan alternatif 3 nilainya nilainya 1,75. Jadi alternatif jalan yang

digunakan adalah alternatif 2 karena hasilnya tertinggi dari pada yang lain.

Dipembangunan jalan baru ini,digunakan rigid pavement karena dengan

memperhitungkan kendaraan yang lewat 100% dengan beban repetisi sumbu

tandem roda ganda yang juga bisa mengangkut peti kemas.

Kata kunci :Terminal Peti Kemas, jalan, rigid pavement

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviv

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 5

1.3.Batasan Masalah ................................................................................. 6

1.4.Maksud dan Tujuan ............................................................................ 7

1.5.Lokasi ................................................................................................. 8

1.6.Sistematika Penyusunan Tugas Akhir ................................................. 8

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Transportasi ...................................................................... 10

2.2.Peranan Jaringan Jalan Bagi Pengembangan Wilayah........................ 11

2.3.Tinjauan Lokasi ................................................................................... 12

2.4. Klasifikasi Jalan

2.4.1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Wewenang Pembinaan .............. 14

2.4.2. Jaringan Jalan Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 2006 ............................................................... 15

2.4.3. Fungsi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 34 Tahun 2006 ............................................................... 16

2.4.4. Kelas Jalan Menurut Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2009 ............................................................... 17

2.4.5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 79 Tahun 2013 ................................................................ 18

2.5.Peranan Jaringan Jalan Bagi Pengembangan Wilayah........................ 19

2.6.Desain Jalan Menurut Bina Marga 2012

2.6.1. Prosedur Perkerasan Kaku ........................................................ 21

2.6.2. Jenis Struktur Perkerasan .......................................................... 22

2.6.3. Mutu Konstruksi Perkersan Kaku dan Detail Desain

Untuk Mencegah Kerusakan ...................................................... 24

2.7. Parameter Geometrik Jalan

2.7.1. Kapasitas Jalan ........................................................................... 26

2.7.2. Volume Lalu Lintas ................................................................... 28

xiv

2.7.3. Derajat Kejenuhan ..................................................................... 31

2.7.4. Lintas Harian Rata-rata (LHR) .................................................. 32

2.8 Perkerasan Kaku .................................................................................. 33

2.8.1. Persyaratan Umum .................................................................... 34

2.8.2. Persyaratan Teknis .................................................................... 35

BAB III METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum ................................................................................. 48

3.2 Metode Penelitian................................................................................ 50

3.2.1 Tahapan Persiapan ..................................................................... 50

3.2.2 Tahapan Penyusunan ................................................................. 51

3.2.3 Tahapan Pengumpulan Data ...................................................... 51

3.2.3.1 Metode Literatur ............................................................ 51

3.2.3.2 Metode Observasi .......................................................... 51

3.2.4 Jenis Data

3.2.4.1 Data Primer .................................................................... 52

3.2.4.2 Data Sekunder ................................................................ 53

3.2.5 Cara Memperoleh Data .............................................................. 55

3.3 Data yang Telah Didapatkan ............................................................... 56

3.4 Analisa Pemilihan Alternatif ............................................................... 59

3.5 Metode Penilaian Alternatif ................................................................ 60

3.6 Pembobotan Nilai ................................................................................ 66

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Aspek Lalu Lintas, Kapasitas dan Derajat Kejenuhan

xv

4.1.1 Menghitung Volume Kontainer ................................................. 69

4.1.2 Menghitung Kapasitas Jalan Eksisting ...................................... 70

4.1.3 Menghitung Derajat Kejenuhan ................................................. 72

4.1.4 Kenaikan per Tahun( % ) ........................................................... 75

4.1.5 Penentuan Bulan Puncak .......................................................... 77

4.2 Pemilihan Solusi Paling Efektif .......................................................... 82

4.3 Pemilihan Alternatif Jalan ................................................................... 83

4.3.1 Alinyemen .................................................................................. 84

4.3.2 Daya Dukung Tanah .................................................................. 94

4.3.3 Aspek Lingkungan ..................................................................... 97

4.3.4 Analisis Biaya (volume rigid pavement) ................................... 99

4.3.5 Panjang Jalan ............................................................................. 100

4.4 Analisis Rute ....................................................................................... 102

4.5 Pembobotan Penilaian ......................................................................... 104

4.6 Perencanaan Jalan ............................................................................... 107

4.6.1 Data Perencanaan Geometrik Jalan ........................................... 107

4.6.2 Perhitungan untuk Desain Jalan ................................................. 107

4.6.3 Menentukan Tebal Pondasi Bawah ............................................ 109

4.6.4 Penentuan CBR Efektif .............................................................. 111

4.6.5 Faktor Keamanan Beban ............................................................ 112

4.6.6 Tebal Perkerasana Kaku ............................................................ 112

4.6.7 Menentukan Tegangan Ekuifalen (TE) dan

Faktor Erosi (FE) untuk STdRG ................................................ 114

xvi

4.6.8 Sambungan .................................................................................. 115

4.6.9 Perencanaan Penulangan ............................................................. 116

4.6 Metode Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) ...................... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 120

5.2 Saran ................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Batas Area Pengamatan .............................................................. 6

Gambar 1.2 Letak TPKS di Area Semarang dan Area TPKS ......................... 8

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek ...................................................................... 12

Gambar 2.2 Area Terminal Peti Kemas Semarang ......................................... 13

Gambar 2.3 Perencanaan Pengembangan Jaringan Jalan .............................. 21

Gambar 2.4 Tebal Pondasi Bawah Minimum

Untuk Perkerasan Beton Semen ................................................... 37

Gambar 2.5 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah ................. 38

Gambar 2.6 Tipikal Sambungan Memanjang ................................................. 46

Gambar 2.7 Ukuran Standar Penguncian Sambungan Memanjang ................ 46

Gambar 2.8 Sambungan Susut Melintang dengan Ruji .................................. 47

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan ............................................................... 49

Gambar 3.2 Kondisi Lapangan ....................................................................... 56

Gambar 3.3 Lokasi CY dan Kantor TPKS ...................................................... 57

Gambar 3.4 Data Arus Bongkar Muat di TPKS, Tahun 2012 – 2015 ............ 58

Gambar 3.5 Alternatif – alternatif Pemilihan Lokasi

Pembuatan Jalan Baru ................................................................. 60

Gambar 4.1 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 1 ................................ 84

Gambar 4.2 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 2 ................................ 85

Gambar 4.3 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 3 ............................... 85

xviii

Gambar 4.4 Aspek Lingkungan Sekitar Alternatif ......................................... 98

Gambar 4.5 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 1 ...................................... 100

Gambar 4.6 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 2 ...................................... 101

Gambar 4.7 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 3 ...................................... 101

Gambar 4.8 Alternatif 2 Menjadi Alternatif Terbaik ...................................... 106

Gambar 4.9 Penentuan CBR Tanah Dasar .............................................. 110

Gambar 4.10 Penentuan CBR Efektif ............................................................. 111

Gambar 4.11 Diagram Penentuan Tebal Perkerasan Kaku ............................. 113

Gambar 4.12 Sambungan Susut Melintang ..................................................... 115

Gambar 5.1 Lokasi Pilihan 3 Alternatif .......................................................... 121

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapasitas Dasar ............................................................................... 27

Tabel 2.2 Faktor Koreksi KapasitasAkibat Pembagian Arah (Fcsp) .............. 28

Tabel 2.3 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (Fcw) ...................... 29

Tabel 2.4 Kelas Gangguan Samping (FCSF ) ................................................. 29

Tabel 2.5 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) untuk Jalan 2/2 UD ....... 30

Tabel 2.6 Hubungan Tingkat Pelayanan dengan Derajat Kejenuhan............ 32

Tabel 2.7 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)) .............................................. 33

Tabel 2.8 Koefisien Distribusi Kendaraan (C) ................................................ 37

Tabel 2.9 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien

Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana ..................... 41

Tabel 2.10 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (R) ............................................ 42

Tabel 2.11 Faktor Keamanan Beban ............................................................... 44

Tabel 2.12 Diameter Ruji ................................................................................ 47

Tabel 3.1 Penggolongan Data Menurut Aspek yang Ditinjau ........................ 54

Tabel 3.2 Penguraian Faktor Pembanding ...................................................... 63

Tabel 3.3 Pembobotan Untuk Setiap Faktor Pembanding .............................. 68

Tabel 4.1 Volume dan DS Tahun 2012 – 2015 ............................................... 73

Tabel 4.2 Analisis Ekspor dan Impor Internasional ........................................ 82

Tabel 4.3 Perbanding Solusi .......................................................................... 83

Tabel 4.4 Analisis Alinyemen Horizontal ....................................................... 94

Tabel 4.5 Jumlah Lengkung Horizontal .......................................................... 94

xx

Tabel 4.6 Daya Dukung Tanah (DDT) Alternatif 1 ........................................ 95

Tabel 4.7 Daya Dukung Tanah (DDT) Alternatif 2 ........................................ 96

Tabel 4.8 Daya Dukung Tanah (DDT) Alternatif 3 ........................................ 96

Tabel 4.9 Daya Dukung Tanah (DDT) Titik D ............................................... 96

Tabel 4.10 Daya Dukung Tanah (DDT) Titik E ............................................. 97

Tabel 4.11 Nilai CBR ( California Bearing Ratio ) ........................................ 97

Tabel 4.12 Aspek Lingkungan ........................................................................ 98

Tabel 4.13 Analisis Biaya ............................................................................... 100

Tabel 4.14 Panjang Jalan dalam Satuan Meter ............................................... 102

Tabel 4.15 Penilaian Lengkung Horisontal ..................................................... 102

Tabel 4.16 Penilaian CBR ............................................................................... 102

Tabel 4.17 Penililaian Aspek Lingkungan ...................................................... 103

Tabel 4.18 Penilaian untuk Analisis Biaya ..................................................... 103

Tabel 4.19 Penilaian Panjang Jalan (m) .......................................................... 103

Tabel 4.20 Pembobotan Alternatif 1 ............................................................... 105

Tabel 4.21 Pembobotan Alternatif 2 ............................................................... 105

Tabel 4.22 Pembobotan Alternatif 3 ............................................................... 105

Tabel 4.23 Koefisien Distribusi Kendaraan (C) .............................................. 107

Tabel 4.24 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (R) ............................................ 108

Tabel 4.25 Faktor Keamanan Beban ............................................................... 112

Tabel 4.26 Tegangan Ekuivalen dan Faktor Erosi untuk

Perkerasan Tanpa Bahu Beton ..................................................... 114

xxi

Tabel 4.27 Penentuan Diameter Ruji .............................................................. 116

Tabel 4.28 Koefisien Gesekan (µ) .................................................................. 116

Tabel 2.29 Rencana Anggaran Biaya .............................................................. 119

xxii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Lalu Lintas Internasioanal 2012-2015 ........................................... 75

Grafik 4.2 Lalu Lintas Internasional Tiap Tahun ........................................... 76

Grafik 4.3 Akumulasi Lalu Lintas Internasional 2012-2015 .......................... 78

Grafik 4.4 Rata-rata Lalu Lintas Internasional 2012-2015 ............................. 79

Grafik 4.5 Lalu Lintas Ekspor dan Impor Internasional 2012-2015 ............... 80

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ekspor Impor Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Lampiran 2. Gambar Desain

Lampiran 3. Rencana Anggaran Biaya

Lampiran 4. Rencana Kerja dan Syarat

Lampiran 5. Dokumentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jalan merupakan komponen pokok yang mempengaruhi perkembangan

ekonomi di berbagai tempat di Indonesia. Perekonomian akan menjadi lebih baik jika

ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Berbagai kegiatan

perekonomian selalu berkaitan dengan transportasi, agar kegiatan transportasi

berjalan dengan baik maka perlu adanya penyediaan prasarana jalan dan sarana

angkut yang memadai sehingga meningkatkan pelayanan bagi pengguna jalan.

Sekarang semakin banyak yang menggunakan jasa transportasi laut.

Perkembangan ekspor dan impor semakin tinggi dari tahun ke tahun dan juga

pengiriman di domestik yang terus meningkat. Transportasi laut sangat dibutuhkan

sebagai jasa angkut distribusi barang terutama untuk mengirim barang melewati jalur

perairan yang tidak efisien jika ditempuh oleh kendaraan darat. Untuk pengiriman

barang agar sampai ke kapal digunakan kendaraan seperti truk dan kontainer dengan

akses darat yang kemudian menuju ke jalur laut dan melakukan penyebrangan

domestik maupun internasional menggunakan jasa angkutan kapal.

Ini berakibat arus lalu lintas di pelabuhan sudah semakin padat. Bahkan bisa

menjadikan kemacetan yang parah pada tahun-tahun yang akan datang. Peningkatan

2

sarana dan prasaran yang baik sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran

mobilitas masyarakat yang semakin meningkat ini. Sarana prasarana di pelabuhan

sangat mempengaruhi proses pengiriman barang, Infrastruktur seperti jalan

merupakan pokok permasalahan yang sangat penting dan berpengaruh pada lalu

lintas kendaraan berat yang mengangkut barang menuju dermaga. Jalan harus

memiliki kapasitas yang simbang dengan volume kendaraan yang melaluinya. Jalan

memegang peran penting dalam kegiatan transportasi dan mobilisasi di pelabuhan.

Tingkat pertumbuhan volume kendaraan setiap tahun di pelabuhan semakin

meningkat setiap tahunnya. Antrian truk dan kontainer di pintu masuk pelabuhan

sangat panjang. Pada saat jam puncak terjadi penumpukan kendaraan di satu titik

sehingga terhambatnya laju kendaraan.

Karena dengan prasarana yang mendukung maka mobilitas masyarakat akan

berjalan lancar dan cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan kemajuan suatu

daerah sangat tergantung dengan prasarana yang ada. Terminal Peti Kemas Semarang

yang beralamat Jl. Coaster No 10A Semarang,letak geografisnya pada garis 60

5’ – 70

10’ Lintang Selatan dan 1100

35’ Bujur Timur. Tipe Jalan di Terminal Peti Kemas

Semarang dari Pintu masuk atau gate sampai dermaga 2 lajur 2 arah tanpa pembatas

median dengan lebar per lajur 7 meter memiliki kepadatan yang cukup tinggi.

Kepadatan lalu lintas di Terminal Peti Kemas Semarang dari gate atau pintu masuk

kendaraan berat sampai dermaga mencapai 0,80. Saat lalu lintas mendekati kapasitas

(derajat kejenuhan > 0,8), kondisi lalu lintas akan tersendat yang berdampak pada

3

kemacetan. Berikut ini adalah data mengenai lalu lintas harian rata-rata dan tingkat

kepadatan Terminal Peti Kemas Semarang :

Satuan 2012 2013 2014 2015

6.863.780 7.274.322 8.138.247 8.650.890

Sumber Divisi Operasional TPKS

Dari data di atas didapatkan bahwa kegiatan ekspor impor akan terus menerus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan kapasitas jalan tidak akan

mengalami peningkatan yang sebanding dengan kegiatan lalu lintas di TPKS ini.

Agar tidak mengalami tundaan kendaraan maka volume tidak melebihi kapasitas

jalan yang tersedia.

Dengan melihat hal ini maka diperlukan peningkatan baik kualitas maupun

kuantitas jalan yang memenuhi kebutuhan transportasi darat di pelabuhan untuk

mengurangi kemacetan dan mengatasi penumpukan kendaraan. Kenyamanan dan

Volume

(Kendaraan/jam)

1 2012 784

2 2013 830

3 2014 929

4 2015 988

No Tahun

4

keamanan merupakan standarisasi untuk penyediaan fasilitas transportasi yang baik.

Jalan harus memiliki kapasiatas yang seimbang dengan volume kendaraan yang

melewatinya. Memperhatikan arus lalu lintas dan peningkatan laju ekspor impor

untuk menentukan spesifikasi jalan yang harus di desain dengan mutu dan kualitas

yang tepat.

Terminal Peti Kemas Semarang ini merupakan pelabuhan utama di Provinsi

Jawa Tengah yang melayani arus keluar masuk barang melalui jalur laut. TPKS

mengalami antrian panjang disebabkan volume arus lalu lintas kontainer yang terus

meningkat. Diperlukan adanya penambahan infrastruktur yang dapat meningkatkan

kapasitas dan juga akan berdampak pada kelancaran kegiatan ekspor impor di TPKS.

Untuk saat ini jalur yang digunakan sebagai akses jalan keluar dan masuk

kontainer dan kendaraan lainnya menggunakan satu jalan yang sama dengan tipe

empat lajur tanpa median,dengan penggunaan dua lajur di gunakan sebagai jalan

masuk kontainer dan kendaraan lain dan juga dua lajur lainnya digunakan sebagai

jalan keluar dari area pelabuhan. Ini dapat berakibat antrian cukup panjang saat di

waktu tertentu ketika hari dan juga jam puncak aktifitas di pelabuhan baik itu untuk

bongkar peti kemas ataupun mengangkut peti kemas. Karena jalan utama ini tidak di

gunakan untuk kendaraan yang akan ke dermaga saja,namun digunakan pula untuk

kendaraan yang akan masuk ke area container yard yang lainnya. Sehingga kesibukan

dapat dilihat dari arus lalu lintas di jalan tersebut terkadang sedikit antri untuk

bergantian lewatnya. Ini tentu kurang efektifnya waktu, jika di tambah jalan baru di

5

area pelabuhan maka akan lebih mudah untuk truk kontainer ini bertugas mengangkut

peti kemas.

Kesimpulannya pengembangan jaringan lalu lintas ini sangat dibutuhkan di

Terminal Peti Kemas Semarang. Guna peningkatan sarana dan juga untuk

menanggulangi kemacetan yang semakin parah nantinya. Khususnya untuk jalur lalu

lintas keluar masuknya kontainer yang akan bongkar muat di Terminal Peti Kemas

Semarang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Berapakah kapasitas jalan eksisting di Terminal Peti Kemas Semarang sekarang

ini?

2. Apakah dengan kapasitas jalan yang sekarang dapat mencukupi pertambahan

volume kendaraan yang meningkat setiap tahunnya?

3. Bagaimana solusi yang paling efektif sekarang ini untuk mengatasi kemacetan di

Terminal Peti Kemas Semarang ?

4. Pilihan alternatif mana yang menjadi pilihan terbaik ?

5. Bagaimana kondisi di area alternatif yang terbaik ?

6. Seperti apa desain alternatif yang direncanakan ?

6

7. Bagaimana gambar perencanaan, RAB dan RKS desain rute alternatif terpilih

tersebut ?

1.3 BATASAN MASALAH

1. Area yang akan ditinjau di Terminal Peti Kemas Semarang yaitu dimulai dari gate

keluar masuk hingga ke area container yard dan dermaga.

Sumber : Google Map

Gambar 1.1 Batas Area Pengamatan

2. Jenis kendaraan yang diteliti adalah jenis kendaraan berat (kontainer)

3. Hanya lalu lintas truk kontainer di area TPKS yang dijadikan acuan perhitungan

LHR.

7

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Sebagai salah satu infrastruktur yang sangat penting untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi sekarang ini, Terminal Peti Kemas Semarang perlu

melakukan peningkatan yang di maksudkan untuk memperlancar lalu

lintas,pelayanan dan juga efektifitas di Terminal Peti Kemas Semarang

Tujuan dari pembuatan jalan baru ini antara lain :

1. Untuk mengetahui kapasitas jalan eksisting di Terminal Peti Kemas

Semarang sekarang ini.

2. Untuk mengetahui apakah dengan kapasitas jalan yang sekarang dapat

mencukupi pertambahan volume kendaraan yang meningkat setiap

tahunnya.

3. Untuk mengetahui solusi yang paling efektif sekarang ini dalam mengatasi

kepadatan di Terminal Peti Kemas Semarang

4. Untuk mengetahui rute alternatif mana yang menjadi pilihan terbaik

5. Untuk mengetahui bagaimana kondisi di area alternatif yang terbaik

6. Untuk mengetaui desaian rute alternatif yang direncanakan.

7. Untuk mengetahui gambar perencanaan, RAB dan RKS desain rute

alternatif terpilih.

8

1.5 LOKASI

Terminal Peti Kemas Semarang yang beralamat Jl. Coaster No 10A

Semarang,letak geografisnya pada garis 60

5’ – 70

10’Lintang Selatan dan 1100 35’

Bujur Timur.

Sumber : Google Map

Gambar 1.2 Letak TPKS di Area Semarang dan Area TPKS

1.6 SISTEMATIKA PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

Untuk memberikan gambaran yang jelas, maka penyusun membuat

sistematika penyusunan tugas akhir sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat, lokasi, serta sistematika penyusunan laporan.

9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang sumber atau landasan dari pembahasan dan

juga perencanaan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini.

BAB III : METODOLOGI

Bab ini berisikan metodologi yang menggambarkan tentang urutan

proses atau langkah yang dilakukan dari memulai pengumpulan data hingga

pemecahan masalah.

BAB IV : ANALISIS DATA

Bab ini menguraikan tentang analisa data-data yang telah didapatkan.

Hingga merencanakan pemecahan masalah yang paling efektif.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan Tugas

Akhir.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Transportasi

Transportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda

transportasi oleh manusia untuk melakukan mobilitas kegiatan dalam rangka

memenuhi hajat hidupnya. Moda transportasi yang ada bila ditinjau dari geografis

fisik adalah transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Masing-

masing dari transportasi tersebut saling berhubungan dan saling menunjang antara

sati dengan yang lainnya. Sebelum pengguna transportasi laut dan udara menuju

tempat tujuan (pelabuhan dan bandara) maka pengguna harus melewati transportasi

darat (jalan) terlebih dahulu. Ini yang dimaksud dengan saling berkesinambungan

antara satu dengan yang lainnya.

Dan transportasi darat sangat vital perannya, karena banyak dari masyarakat

yang memanfaatkannya dari pada transportasi lain pada umumnya. Transportasi darat

dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari manusia dalam kehidupannya. Dan ini

menunjang atas kegiatan dan juga efiensi kehidupan masyarakat sekitarnya. Jalan

merupakan akses yang penting dalam hal transportasi darat.

11

2.2. Pengertian Jalan Secara Umum

Jalan adalah lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas dari suatu

tempat ke tempat yang lain. Lintasan merupakan jalur yang diperkuat atau diperkeras

tergantung volume lalu lintas. Volume lalu lintas yang terus berkembang dan naik

dari tahun ke tahun membuat kebutuhan akan jalan juga ikut meningkat dalam hal

kualitas maupun kuantitas. Lalu lintas merupakan semua benda yang melewati jalan

tersebut baik kendaraan bermotor manusia ataupun hewan (Suryadharma, Hendra –

Susanto, Benediktus, 1999).

Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan pengangkutan

orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, melancarkan jalannya lalu

lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir, untuk pertahanan daerah dan untuk

meningkatkan perekonomian (Fendi, 2009). Karena itu penetapan prioritas

peningkatan ruas jalan perlu dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan

mutlak dalam menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan

tersebut.

Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari berbagai jenis kendaraan

cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan tak

bermotor. Dalam hubungannya dengan kapasitas jalan, prasarana jalan dan data lalu

lintas. Arus lalu lintas adalah gerak lalu lintas sepanjang jalan. Arus lalu lintas

tersusun dari kendaraan-kendaraan tunggal yang terpisah, bergerak menurut

kecepatan yang diketahui oleh pengemudinya. Karena perbedaan kecepatan,

kendaraan yang lebih cepat dan akan terus mendekati kendaraan yang lebih lambat,

12

namun bila keadaan lalu llintas menghalangi kendaraan untuk mendahului dan faktor

sarana jalan yang kurang, maka akan terbentuk antrian yang akan menyebabkan

kemacetan (Hobbs, F.D.1995)

Konstruksi jalan mempunyai peranan yang cukup besar dalam tatanan

perkembangan ekonomi dan pembangunan Nasional. Dalam kelompok sektor

transportasi, jalan berpotensi sebagai penyedia akses transportasi jasa dan barang

keseluruhanwilayah cakupan perencanaan, yang berdampak sebagai komponen

akselerasi pembangunan wilayah atau regional. Sebagai salah satu moda transportasi

darat, jalan merupakan komponen pemicu dinamika pembangunan ekonomi secara

umum.

2.3. Tinjauan Lokasi

Lokasi yang akan dilakukan pengembangan jaringan lalu lintas yaitu berada di

daerah Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS). Terminal Peti Kemas Semarang,

dikelola oleh PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO), diresmikan pada

tahun 1985.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek

13

Terminal Peti Kemas Semarang berada di sisi utara kota Semarang. Pelabuhan

ini merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota Semarang. Pelabuhan Tanjung Emas

ke arah Tugu Muda Semarang berjarak sekitar 5 km atau kira-kira 30 menit dengan

kendaraan sepeda motor/mobil.

Terminal Peti Kemas Semarang beralamat di Jalan Coaster No.

10A,Semarang. Letak geografis pada garis 60 5’ sampai 7

0 10’ Lintang Selatan dan

1100 35’ Bujur Timur.

Lokasi ini dikelilingi dengan beberapa industri besar,misalnya PT. Indonesia Power,

PT. Tanah Mas Baruna, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang.

Area Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang

Gambar 2.2 Area Terminal Peti Kemas Semarang

Semarang

Sumber : Google Maps

14

2.4. Klasifikasi Jalan

2.4.1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Wewenanng Pembinaan

Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari :

A. Jalan Nasional

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan, yakni jalan yang

tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi juga mempunyai peranan

menjamin kesatuan dan kebutuhan nasional, melayani daerah-daerah yang

rawan dan lain-lain.

B. Jalan Propinsi

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Propinsi, yakni

jalan yang biarpun tidak dominan terhadap kepentingan ekonomi, tapi

mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah

yang baik dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan sosial lainnya.

C. Jalan Kabupaten

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Kabupate, yakni

jalan yang walaupun tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi

mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah

dalamPemerintah Daerah.

D. Jalan Kotamadya

Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya

15

E. Jalan Desa

Jaringan jalan sekunder didalam desa yang merupakan hasil swadaya

masyarakat, baik yang ada di dalam desa maupun di dalam kelurahan.

F. Jalan Khusus

Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh Instansi/Badan Hukum/Perorangan

untuk melayani kepentingan masing-masing.

2.4.2. Jaringan Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006

Menurut peraturan pemerintah No 34/2006 tentang jalan bagian kedua sistem

jaringan jalan, sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder.

1. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tataruang dan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk meningkatkan semua wilayah di

tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut :

a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan.

b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.

2. Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tataruang wilayah

kabupaten / kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di

dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang

mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi

sekunder ketiga dan seterusnya.

16

2.4.3. Fungsi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006

Berdasarkan fungsi jalan menurut peraturan pemerintah No 34/2006 tentang jalan

bagian kedua sistem jaringan jalan.

1. Jalan arteri primer yaitu menghubungkan secara berdaya guna antara pusat

kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

wilayah.

2. Jalan kolektor primer yaitu menghubungkan secara berdaya guna antara pusat

kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antara pusat kegiatan wilayah atau

antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

3. Jalan lokal primer yaitu menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan

nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, antara pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lingkungan, antara pusat kegiatan lokal atau pusat

kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antara pusat kegiatan

lingkungan.

4. Jalan lingkungan primer yaitu menghubungkan antara pusat kegiatan di dalam

kawasan pedesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan pedesaan.

5. Jalan arteri sekunder yaitu menghubungkan kawasan primer dengan kawasan

sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau

kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

6. Jalan lokal sekunder yaitu menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder

ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

17

7. Jalan lingkungan sekunder yaitu menghubungkan antara persil dalam kawasan

perkotaan.

2.4.4. Kelas Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Kelas jalan menurut UU No 22/2009 lalu lintas dan angkutan jalan tentang klasifikasi

kelas jalan.

1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang

tidak melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter dan

muatan sumbu terberat 10 ton.

2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat

dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter ,

ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200

milimeter dan muatan sumbu terberat 8 ton.

3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat

dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling tinggi 3.500

milimeter dan muatan sumbu terberat 8 ton.

4. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000

milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter dan muatan sumbu terberat lebih

dari 10 ton.

18

2.4.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 Tentang Jaringan

Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal 3 ayat 3

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas :

a. Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional

b. Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan propinsi

c. Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan kabupaten atau kota

Pasal 3 ayat 4

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) berlaku selama kurun waktu 20 tahun di evaluasi secara berkala

paling sedikit sekali dalam 5 tahun.

Pasal 4 ayat 1

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional meliputi

a. Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional untuk antar

kota yang lebih dari satu wilayah provinsi

b. Rencanan induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional untuk

perkotaan yang lebih dari satu wilayah provinsi

c. Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional untuk

pedesaan yang lebih dari 1 wilayah provinsi

Pasal 4 ayat 2

19

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional disusun

berdasarkan kebutuhan transportasi dan ruang kegiatan yang berskala nasional.

Pasal 4 ayat 3

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional untuk antarkota

perkotaan dan pedesaan yang lebih dari satu wilayah provinsi memuat :

a. Prakiraan perpindahan orang dan barang menurut asal tujuan perjalanan

lingkup nasional

b. Arah dan kebijakan peran lalu lintas dan angkutan jalan nasional dalam

keseluruhan moda transportasi nasional

c. Rencana lokasi dan kebutuhan simpul nasional

d. Rencana kebutuhan ruang lalu lintas nasional

Pasal 4 ayat 4

Rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) merupakan pedoman untuk :

a. Pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional

b. Integrasi dan intra moda transportasi nasional

c. Penyusunan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan nasional

d. Penyusunan rencana umum jaringan jalan nasional

e. Penyusunan rencana umum jaringan trayek angkutan antarkota, perkotaan,

dan pedesaan antar provinsi serta angkutan lalu lintas batas negara

f. Penyusunan rencana umum jaringan lintas angkutan barang nasional

20

g. Pembangunan simpul nasional

h. Pengembangan teknologi industri lalu lintas dan angkutan jalan tingkat nasional

Pasal 5 ayal 1

Penyusunan rancangan rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan

nasional dilakukan oleh menterisetelah berkoordinasi dengan instansi terkait.

Pasal 5 ayat 2

Penyusunan rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan :

a. Dokumen rencana pembangunan jangka panjang nasional

b. Dokumen rencana tata ruang wilayah nasional

c. Dokumen rencana induk perkeretaapian nasional

d. Dokumen rencana induk pelabuhan nasional

e. Dokumen rencana induk nasional bandar udara

Pasal 14 ayat 2

Penyusunan rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan kota dilakukan

dengan memperhatikan :

a. Dokumen rencana tata ruang wilayah nasional

b. Dokumen rencana tata ruang wilayah provinsi

c. Dokumen rencana tata ruang wilayah kota

d. Dokumen rencana pembangunan jangka panjang daerah kota

e. Dokumen rencana induk perkeretaapian kota

21

f. Dokumen rencana induk pelabuhan nasional

g. Dokumen rencana induk nasional bandar udara

h. Dokumen rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan nasional

i. Dokumen rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan provinsi

2.5 Peranan Jaringan Jalan Bagi Pengembangan Wilayah

Penyediaan jaringan jalan di suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari

kepentingan pembangunan ekonomi dan kewilayahan setempat. Pemahaman yang

mendalam terhadap interaksi antara pengembangan wilayah dengan kebutuhan

jaringan jalan merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

pengembangan jaringan jalan di suatu wilayah

Gambar 2.3 Perencanaan Pengembangan Jaringan Jalan

Siklus peranan jaringan jalan secara umum bagi pengembangan wilayah

disampaikan pada Gambar 2.3. Investasi pada jaringan jalan (berupa kegiatan

pembangunan dan pemeliharaan jalan) akan mempengaruhi kondisi dan kinerja

22

jaringan jalan, karakteristik kebutuhan perjalanan, dan dampak (seperti: biaya

transportasi, polusi, dsb). Hasil atau dampak dari perubahan kondisi dan kinerja

jaringan jalan memberikan “accessibility-effect” dalam konteks aksessibilitas

terhadap moda, jaringan transport, lokasi, dan waktu.

Perubahan mendasar pada faktor ekonomi akan mempengaruhi sistem

ekonomi wilayah menuju ke titik keseimbangan baru, optimalisasi penggunaan

sumber daya, percepatan dinamika ekonomi wilayah. Secara lebih terukur hal ini

akan menghasilkan perubahan pada output (PDRB) perkapita, kebutuhan sumber

daya, dan perkembangan investasi. Perubahan pada besaran ekonomi wilayah tersebut

mengakibatkan adanya pertumbuhan aktivitas dan permintaan perjalanan yang

berdampak pada berubahnya tingkat aksesibilitas jaringan jalan. Kondisi ini menuntut

adanya investasi pada jaringan jalan untuk memperbaiki kondisi melalui

pemeliharaan jalan dan menambah kapasitas jalan melalui pembangunan jalan baru.

Siklus peran jaringan jalan di atas memberikan pemahaman terhadap interaksi

antara ruang dengan penyediaan jaringan jalan jalan. Untuk memahami interaksi

tersebut, Gambar tersebut memberikan ilustrasi mengenai sistem transportasi makro,

dimana dalam sistem transportasi makro terdapat beberapa sub sistem yang terdiri

atas ruang, aktivitas, potensi pergerakan yang sangat dipengaruhi oleh sistem jaringan

jalan. Dengan adanya ruang untuk melakukan kegiatan dan tersedianya infrastruktur

jaringan jalan, secara otomatis akan memberikan tingkat aksesibilitas tertentu kepada

suatu ruang/wilayah tersebut. Kondisi ini memungkinkan terjadinya aktivitas sosial

ekonomi di lokasi ruang/wilayah tersebut yang memunculkan potensi pergerakan

23

orang, kendaraan, dan barang untuk berpindah dari satu ruang/wilayah ke

ruang/wilayah lainnya.

Kebutuhan aktivitas pergerakan orang, barang dan jasa serta kendaraan ini

akan berhubungan secara langsung dengan hambatan ruang berupa jarak, waktu dan

biaya perjalanan. Hambatan ruang ini dapat ditangani dengan adanya jaringan jalan,

sehingga dengan jaringan jalan ini dapat terjadi interaksi antar ruang/wilayah yang

berpotensi menimbulkan pergerakan orang, kendaraan, barang dan jasa. Untuk itu

jaringan jalan harus menyediakan kapasitas yang memadai agar pergerakan antar

ruang/wilayah dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

2.6 Desain Jalan Menurut Bina Marga 2012

Acuan

Pd T-14-2003 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Beton Semen

2.6.1 Prosedur Desain Perkerasan Kaku

1. Umur rencana harus 20 tahun kecuali diperintahkan atau disetujui

2. Menentukan kelompok sumbu desain yang lewat (20 tahun)

3. Menentukan daya dukung tanah dasar efektif

4. Menentukan stuktur pondasi jalan

5. Menentukan lapisan drainase dan lapisan subbase

6. Menentukan jenis sambungan (biasanya dowel)

7. Menentukan jenis bahu jalan (biasanya bahu beton)

8. Hitung tebal lapisan base dari solusi yang diberikan

24

9. Nyatakan rincian desain meliputi demensi slab, penulangan slab, Pd T-14-2003

posisi anker, ketentuan sambungan dsb

10. Tentukan ketentuan-ketentuan detail daya dukung tepi.

2.6.2 Jenis Struktur Perkerasan

Jenis struktur perkerasan yang diterapkan dalam desain struktur perkerasan baru

terdiri atas:

1. Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli;

2. Struktur perkerasan pada timbunan;

3. Struktur perkerasan pada galian.

2.6.3 Mutu Konstruksi Perkerasan Kaku Dan Detail Desain Untuk Mencegah

Kerusakan

Pemilihan Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku umumnya lebih murah daripada perkerasan lentur pada tingkat

lalu lintas lebih dari 30 juta ESA.

Beberapa keuntungan dari perkerasan kaku adalah :

Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk areatanah lunak yang membutuhkan

struktur pondasi jalan lebih besar daripada perkerasan kaku.

Konstruksi dan pengendalian mutu yang lebih mudah untuk area perkotaan

tertutup termasuk jalan dengan beban lebih kecil

25

Biaya pemeliharaan lebih rendah jika dikonstruksi dengan baik : keuntungan

signifikan untuk area perkotaan dengan LHRT tinggi

Pembuatan campuran yang lebih mudah (contoh, tidakperlu pencucian

pasir).

Kerugiannya antara lain :

Biaya lebih tinggi untuk jalan dengan lalu lintas rendah

Rentan terhadap retak jika dikonstruksi diatas tanah dasar lunak

Umumnya memiliki kenyamanan berkendara yang lebih rendah.

Oleh karena itu, perkerasan kaku seharusnya digunakan untuk jalan dengan

lalu lintas tinggi.

Kegagalan Perkerasan Kaku

Kegagalan dini yang menyebabkan biaya pemeliharaan yang signifikan menjadi

suatu masalah serius. Detail desain yang lebih ditingkatkan dan khususnya

standar konstruksi yang lebih ditingkatkan diperlukan untuk mengatasi masalah –

masalah berikut:

Terkait desain:

Dalam kondisi overloading

Desain pondasi jalan yang buruk khususnya pada area tanah lunak

Sambungan longitudinal ditempatkan pada jalur roda

Erosi butiran halus melalui sambungan.

26

2.7 Parameter Geometrik Jalan

2.7.1. Kapasitas Jalan

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus

atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam

jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam),

atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan

digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan

kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam atau

(smp)/jam.

Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada

gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan,

kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu

lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus

dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total, arus tidak

bergerak dan kepadatan tinggi.

Dalam perhitungan kapasitas ruas jalan dibedakan antara jaringan jalan yang

memakai pembatas median dan tanpa median. Untuk ruas jalan berpembatas median,

kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah. Sedangkan untuk ruas jalan tanpa

pembatas median, kapasitas dihitunguntuk kedua arah. Persamaan umum untuk

menghitung kapasitas ruas jalan menurut (MKJI,1997)

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS ......................................................... ( 2.1 )

27

Dimana:

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam),

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

a. Kapasitas dasar Co

Kapasitas dasar ditentukan berdasarkan tipe jalan dengan nilai yang telah

ditetapkan sesuai dengan tabel. Kapasitas dasar untuk jalan 2 lajur 2 arah tanpa

median (2/2 UD)

Tipe Jalan/Tipe

alinyemen

Kapasitas dasar

Total kedua arah

(smp/jam)

Dua lajur tak

terbagi

Datar

Bukit

Gunung

3100

3000

2900

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.1 Kapasitas Dasar

b. Faktor Koreksi Akibat Lebar Jalan Fcw

Faktor koreksi Fcw ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif yang dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

28

Tipe Jalan

Lebar efektif

jalur lalu-lintas

(Wc) (m)

Fcw

4 lajur terbagi

6 lajur terbagi

3,00 0,91

3,25 0,96

3,50 1,00

3,75 1,03

4 lajur tak terbagi

3,00 0,91

3,25 0,96

3,50 1,00

3,75 1,03

2 lajur tak terbagi

5 0,69

6 0,91

7 1,00

8 1,08

9 1,15

10 1,21

11 1,27

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.2 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (Fcw)

c. Faktor Koreksi Akibat Lebar Jalan Fcsp

Faktor koreksi Fcsp dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Penentuan faktor

koreksi untuk pembagian arah didasarkan pada kondisi arus lalu lintas dari kedua

arah atau untuk jalan tanpa pembatas median.

29

Pembagian Arah (%-%) 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCSP

Dua-lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88

Empat-lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.3 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Pembagian Arah (Fcsp)

d. Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Gangguan Samping Fcsf

Faktor koreksi untuk ruas jalan yang mempunyai bahu jalan didasarkan pada

lebar bahu jalan efektif (Ws) dan tingkat gangguan samping yang penentuan

klasifikasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tipe Jalan

Faktor koreksi akibat gangguan samping (FCSF)

Gangguan

Samping

Lebar bahu jalan efektif (Ws)

≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

4/2 D

Sangat Rendah 0,99 1,00 1,01 1,03

Rendah 0,96 0,97 0,99 1,01

Sedang 0,93 0,95 0,96 0,99

Tinggi 0,90 0,92 0,95 0,97

Sangat Tinggi 0,88 0,90 0,93 0,96

2/2 UD

4/2 UD

Sangat Rendah 0,97 0,99 1,00 1,02

Rendah 0,93 0,95 0,97 1,00

Sedang 0,88 0,91 0,94 0,98

Tinggi 0,84 0,87 0,91 0,95

Sangat Tinggi 0,80 0,83 0,88 0,93

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.4 Kelas gangguan samping ( FCSF )

30

e. Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp)

Untuk mengetahui ekivalensi kendaraan penumpang (emp) untuk jalan 2/2 UD

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tipe

alinyemen

Arus total

(kend/jam)

Emp

MHV LB LT

MC

Lebar jalur lalu-lintas (m)

< 6m 6 – 8m > 8m

Datar

0

800

1350

≥ 1900

1,2

1,8

1,5

1,3

1,2

1,8

1,6

1,5

1,8

2,7

2,5

2,5

0,8

1,2

0,9

0,6

0,6

0,9

0,7

0,5

0,4

0,6

0,5

0,4

Bukit

0

650

1100

≥ 1600

1,8

2,4

2,0

1,7

1,6

2,5

2,0

1,7

5,2

5,0

4,0

3,2

0,7

1,0

0,8

0,5

0,5

0,8

0,6

0,4

0,3

0,5

0,4

0,3

Gunung

0

450

900

≥ 1350

3,5

3,0

2,5

1,9

2,5

3,2

2,5

2,2

6,0

5,5

5,0

4,0

0,6

0,9

0,7

0,5

0,4

0,7

0,5

0,4

0,2

0,4

0,3

0,3

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.5 Ekivalensi kendaraan penumpang (emp) untuk jalan 2/2 UD

Keterangan :

MHV = Kendaraan Berat Menengah

LB = Bus Besar

LT = Truk Besar (termasuk Truk kombinasi)

Kendaraan jenis sepeda motor tergantung kepada lebar jalur lalu-lintas. Untuk

Kendaraan Ringan (LV) emp selalu 1.0

2.7.2. Volume Lalu Lintas

Volume dan aliran sering dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih tepat

untuk menyatakan arus lalu lintas dan mengandung pengertian jumlah kendaraan

31

yang terdapat dalam satu ruang, yang diukur dalam interval pada waktu tertentu.

Sedangkan volume lebih sering pada suatu jumlah kendaraan yang melewati suatu

titik dalam ruang selama satu interval waktu tertentu (Hobs, 1995).

2.7.3 Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (DS ) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap

kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam menentukan tingkat kerja

suatu segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai

masalah kapasitas atau tidak. Berikut persamaannya :

...................................................................... ( 2.2 )

keterangan :

DS = Derajat Kejenuhan

V = Volume lalu lintas (smp/jam)

C = Kapasitas aktual (smp/jam)

Jika nilai DS < 0,75 maka jalan tersebut masih layak, tetapi jika DS > 0,75

maka diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi kepadatan lalu

lintas. DS ini menjadi pengukur apakah jalan masih mencukupi tingkjat pelayanan

yang baik ataukah kurang baik.

Pada suatu keadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, pengemudi akan

merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan dibanding jika berapa pada kondisi

volume lalu lintas yang lebih besar.Ukuran efektifitas tingkat pelayanan jalan

32

dibedakan menjadi enam kelas dengan A tingkat paling baik dengan F untuk kondisi

terburuk. Berikut tabel tingkat pelayanan dan nilai derajat kejenuhan :

Tingkat

Pelayanan

Derajat

Kejenuhan

( DS )

Keterangan

A 0,00 – 0,20 Arus bebas, kecepatan bebas

B 0,20 – 0,44 Arus stabil, kecepatan mulai terbatas

C

0,45 – 0,74 Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan

dikendalikan

D 0,75 – 0,84 Arus tidak stabil, kecepatan menurun

E 0,85 – 1,00 Arus tidak stabil, kendaraan tersendat

F ≥ 1,00 Arus terhambat, kecepatan rendah

Sumber MKJI 1997

Tabel 2.6 Hubungan Tingkat Pelayanan dengan Derajat Kejenuhan

2.7.4 Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Lalu lintas harian rata-rata disingkat LHR adalah volume lalu lintas yang dua

arah yang melalui suatu titik rata-rata dalam satu hari, biasanya dihitung

sepanjang tahun. LHR adalah istilah yang baku digunakan dalam menghitung beban

lalu lintas pada suatu ruas jalan dan merupakan dasar dalam proses perencanaan

transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang diakibatkan oleh arus lalu lintas

pada suatu ruas jalan.

Jumlah

Lajur

Kendaraan Ringan Kendaraan Berat

1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah

1 1,00 1,00 1,00 1,00

33

2 0,60 0,50 0,70 0,50

3 0,40 0,40 0,50 0,475

4 - 0,30 - 0,45

5 - 0,25 - 0,425

6 - 0,20 - 0,40

Sumber Bina Marga,1987

Tabel 2.7 Koefisien distribusi kendaraan (C)

2.8 Perkerasan Kaku

Beban kendaraan akan disalurkan roda ke perkerasan jalan di bawahnya.

Sebagian besar beban tersebut didukung lapis perkerasan diatas tanah dasar. Batuan

butiran/granular yang disusun dengan baik secara alamiah memiliki sifat saling

mengunci sehingga cukup stabil mendukung beban roda sampai ukuran berat tertentu.

Namun demikian, jika beban yang bekerja di atas permukaan jalan ternyata

meningkat dan melebihi kemampuan sifat saling kunci agregat maka susunan butiran

tersebut dapat “lari”. Oleh karena itu maka diperlukan bahan ikat agregat yang

menyatukan agregat. Pada umumnya jenis perkerasan jalan dibedakan menurut bahan

ikatnya yaitu perkerasan jalan aspal dan perkerasan jalan semen/beton.

Dan untuk perkereasan beton sendiri termasuk dalam perkerasan kaku.

Perkerasan jalan beton/semen adalah perkerasan jalan yang permukaan bagian

atasnya menggunakan campuran agregat-semen yang dibentuk menjadi pelat-pelat.

Struktur perkerasan jalan beton aspal bersifat relatif kaku karena ikatan kimia antara

agregat dan semen menghasilkan struktur komposit yang keras dan kuat. Oleh karena

34

itu maka perkerasan jalan beton sering juga disebut perkerasan kaku. Karena lapisan

atas yang dipergunakan adalah pelat beton,maka di bawahnya di buatkan pondasi atau

langsung di atsa tanah dasar pondasi atau bisa juga langsung di atas tanah dasar (sub

grade)

Subgrade ini mempunyai fingsi sebagai berikut :

1. Menyediakan lapisan seragam stabil dan permanen.

2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar ( K ) menjadi modulusReaksi

Komposit.

3. Mengurangi kerusakan sebagai akibat pembekuan (frost action).

4. Melindungi gejala kerusakan pada daerah-daerah sambungan yang terdapat

butiran-butiran halus di daerah sambungan tersebut,retakan dan ujung samping

perkerasan.

5. Mengurangi terjadinya bahaya retak.

6. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat.

2.8.1 Persyaratan Umum

Perencanaan perkerasan kaku untuk jalan yang melayani lalu lintas lebih dari

satu juta sumbu kendaraan niaga. Metode perencanaan didasarkan pada :

1. Perkiraan lalu-lintas dan komposisinya selama umur rencana.

2. Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dengan CBR (%).

3. Kekuatan beton yang digunakan

4. Jenis bahu jalan.

35

5. Jenis perkerasan.

6. Jenis penyaluran beban.

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh

dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat

mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang

perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air

selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah

bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang

berfungsi sebagai berikut :

Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.

Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.

Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.

Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat

menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah

pada lapisan-lapisan di bawahnya.

2.8.2 Persyaratan Teknis

a. Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai

dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-

1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan

36

jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka

harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete)

setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.

b. Pondasi Bawah

Bahan pondasi bawah dapat berupa :

Bahan berbutir

Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)

Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)

Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan

beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan

penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan

pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar

sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku

tanah ekspansif. Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit

mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155

serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung

tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK).

Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan

37

Gambar 2.4 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen

c. Pondasi Bawah Material Berbutir

Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai

dengan SNI-03-6388- 2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai

dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji

gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah, dengan

penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah

dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi

bawah minimum 100 %, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.

38

Gambar 2.5 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah

d. Pondasi Bawah Dengan Bahan Pengikat (Bound Sub-base)

Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari :

Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai

dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan

ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen, kapur,

serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.

Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt)

Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan

karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2 ).

39

e. Pondasi bawah dengan campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)

Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton karakteristik

pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan abu terbang,

atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10

cm.

f. Lapis pemecah ikatan pondasi bawah dan pelat

Perencanaan ini didasarkan bahwa antara pelat dengan pondasi bawah

tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada

Tabel ()

Tabel 2.8 Nilai koefisien gesekan (µ)

g. Beton semen

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural

strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan

pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa

(30-50 kg/cm2 ). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat

penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik

lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat

tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.

Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat

didekati dengan rumus berikut :

40

fcf = K (fc’)0,50

dalam Mpa atau ................................................... ( 2.3 )

fcf = 3,13 K (fc’)0,50

dalam kg/cm2...................................................( 2.4 )

Dengan pengertian :

fc’ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)

fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2 )

K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat pecah.

Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang

dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :

fcf = 1,37 fcs dalam Mpa atau.......................................................... ( 2. 5 )

fcf = 13,44 fcs dalam kg/cm2............................................................ ( 2.6 )

Dengan pengertian :

fcs : kuat tarik belah beton 28 hari

Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan

kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk

tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza

tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang

bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk

meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm

dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45

kg/m³. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai

dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.

41

h. Lalu lintas

Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen,

dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai

dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas

harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi

sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang

ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat

total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis

kelompok sumbu sebagai berikut :

Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).

Sumbu tunggal roda ganda (STRG).

Sumbu tandem roda ganda (STdRG).

Sumbu tridem roda ganda (STrRG).

i. Lajur rencana dan koefisien distribusi

Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan

raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak

memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien distribusi (C)

kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan yang telah ditentukan.

Tabel 2.9 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan

koefisien distribusi (C) kendaraan niaga pada lajur rencana

42

j. Umur rencana

Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi

fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang

dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of

Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola

pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan

dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.

k. Pertumbuhan lalu lintas

Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau

sampai tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas

yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :

................................................................................ ( 2. 7 )

Dengan pengertian :

R : Faktor pertumbuhan lalu lintas

i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.

UR : Umur rencana (tahun)

Tabel 2.10 Faktor pertumbuhan lalu-lintas (R)

43

Apabila setelah waktu tertentu (URm tahun) pertumbuhan lalu-lintas tidak terjadi

lagi, maka R dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

.............................. ( 2.8 )

Dengan pengertian :

R : Faktor pertumbuhan lalu lintas

i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.

Urm : Waktu tertentu dalam tahun, sebelum UR selesai.

l. Lalu lintas rencana

Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada

lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban

pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal

dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban.

Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus

berikut :

..................................................... ( 2.9 )

Dengan pengertian :

JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana.

JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka.

R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (5) atau Rumus (6), yang

besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana.

C : Koefisien distribusi kendaraan

44

m. Faktor keamanan beban

Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor

keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya

berbagaii tingkat realibilitas perencanaan.

Tabel 2.11 Faktor keamanan beban

n. Sambungan

Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :

Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh

penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.

Memudahkan pelaksanaan.

Mengakomodasi gerakan pelat.

Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan::

Sambungan memanjang.

Sambungan melintang.

Sambungan isolasi

Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer),

kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint

filler).

45

1) Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)

Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan

terjadinya retak

memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m.

Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu

minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm.

Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

At = 204 x b x h dan........................... ( 2. 10 )

l = (38,3 x φ) + 75 ............................ ( 2.11 )

Dengan pengertian :

At = Luas penampang tulangan per meter panjang

sambungan (mm2).

b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak

sambungan dengan tepi perkerasan (m).

h = Tebal pelat (m).

l = Panjang batang pengikat (mm).

φ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).

Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm.

2) Sambungan pelaksanaan memanjang

Sambungan pelaksanaan memanjang umumnya dilakukan dengan cara

penguncian. Bentuk dan ukuran penguncian dapat berbentuk trapesium atau

setengah lingkaran

46

Gambar 2.6 Tipikal Sambungan Memanjang

Gambar 2.7 Ukuran Standar Penguncian Sambungan Memanjang

Sebelum penghamparan pelat beton di sebelahnya, permukaan sambungan

pelaksanaanharus dicat dengan aspal atau kapur tembok untuk mencegah

terjadinya ikatan beton lama dengan yang baru.

3) Sambungan susut melintang

Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal

pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal

pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen. Jarak sambungan susut melintang

untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan

untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 - 15 m dan untuk

47

sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan

kemampuan pelaksanaan.

Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm,

jarak antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan

mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Setengah

panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk

menjamin tidak ada ikatan dengan beton.

Diameter ruji tergantung pada tebal pelat beton :

Tabel 2.12 Diameter Ruji

Gambar 2.8 Sambungan Susut Melintang dengan Ruji

48

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum

Untuk merencanakan suatu pekerjaan diperlukan metodologi yang jelas

dan menggambarkan tentang semua hal yang akan dilakukan dari memulai

menemukan masalah sampai pemecahan masalahnya. Ini guna untuk menentukan

tujuan yang akan dicapai. Sifat dan karakteristik dapat diketahui dari data-data

yang didapatkan yang kemudian dilakukan pengolahan dan dianalisa untuk

merencanakan pemecahan masalah yang akan direkomendasikan. Oleh karena itu

dibutuhkan metode dalam perencanaan yang akan mengarahkan urutan prosesnya.

Dalam proses perencanaan jalan yang khusus seperti ini perlu didapatkan

konsep terbaik tentang analisis perencanaan jalan baru di kawasan Terminal Peti

Kemas Semarang. Karena itu, perlu dipahami adanya suatu proses desain sebelum

melakukan perhitungan dan pemilihan geometro serta perkerasannya.

Proses perencanaan jalan ini yang terstruktur dan sistematis sangat

diperlukan untuk menghasilkan perencanaan yang efektif, efisien dan ekonomis.

Urutan rangkaian proses perencanaan akan menjadi pedoman bagi seorang

perencanaan dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan mengevaluasi

data yang ada sehingga menjadi suatu gambar desain yang siap dilaksanakan di

lapangan. Dalam metodologi perencanaan jalan baru di kawasan Pelabuhan

Tanjung Emas Semarang ini ada beberapa urutan proses perencanaan seperti yang

disajikan dalam Gambar 3.1 mengenai flowchart perencanaan jalan.

49

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan

Jalan

Perencanaan Geometri Jalan :

Penampang melintang

Alinyemen horizontal

Perencanaan Perkerasan Jalan :

Jenis Perkerasan

Perancangan perkerasan jalan

Perencanaan Perlengkapan Jalan

Pembatas Jalan

Lampu Penerangan Jalan

PERENCANAAN

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

SELESAI

START

PERMASALAHAN

OBSERVASI

LAPANGAN

PENGOLAHAN DATA

Wewenang Pembinaan

PP No 34/2006

UU No 22/2009

MKJI 1997

AASHTO 1993

Bina Marga 2012

Pd T-14-2003 STUDI PUSTAKA

DATA PRIMER

Data Umum

Data Lingkungan

Data Tanah

DATA SEKUNDER

Data Lalu Lintas

Peta Lokasi

DATA CUKUP ?

UKUP

PEMILIHAN RUTE ALTERNATIF

OPTIMAL

TIDAK

TIDAK

YA

YA

KESIMPULAN DAN SARAN

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

Pengumpulan Data

Desain Gambar Perencanaan

ALTERNATIF RUAS

50

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilaksanakan pada tugas akhir ini digambarkan

dalam bagan alir yang ditunjukkan pada gambar. Pada tugas akhir ini data lalu

lintas yang diperoleh digunakan untuk menghitung nilai kumulatif ESAL. Untuk

evaluasi kondisi secara struktural terdiri dari :

3.2.1 Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan saat persiapan secara detail tentang semua hal yang

harus dilaksanakan dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan menganalisis

sampai merencanakan pemecahan masalah.Dalam tahapan persiapan ini disusun

berbagai macam hal yang akan dilaksanakan supaya waktu pekerjaan efektif dan

tidak ada yang tertinggal atau terlupakan.

Dalam tahapan persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut

a. Melakukan studi pustaka mengenai materi perencanaan guna membuat pola

diagram alir dan garis besar proses perencanaan.

b. Mencatat data-data yang akan dibutuhkan dalam perencanaan.

c. Mengidentifikasi institusi yang berhubungan dan memiliki data sekunder

yang dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir.

d. Mengurus dan membuat surat-surat untuk persyaratan pencarian data.

e. Survei di lokasi untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi

lapangan.

Persiapan dilakukan dengan cermat supaya kegiatan selanjutnya

dapat di lakukan dengan maksimal dan menghindari dilakukannya kegiatan

berulang yang mengurangi efektifnya penyusunan tugas akhir ini.

51

3.2.2 Tahap Penyusunan

Tahap ini menggunakan metode penyususnan tugas akhir seperti berikut :

a. Pengumpulan data untuk digunakan sebagai analisa

b. Analisis terhadap lalu lintas yang melewati jalan keluar masuk kontainer di

area Terminal Peti Kemas Semarang.

c. Rekomendasi penambahan infrastruktur lalu lintas, guna menanggulangi

masalah lalu lintas yang terjadi pada jalan keluar masuk di Terminal Peti

Kemas Semarang.

3.2.3 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahap untuk menentukan penyelesaian suatu

masalah secara ilmiah. Hal ini tentunya didasari dengan dasar teori dan peranan

instasi yang terkait. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut

3.2.3.1 Metode Literatur

Metode literatur adalah mengumpulkan, mengidentifikasi, serta

mengolah data tertulis dan metode kerja yang digunakan.

3.2.3.2 Metode Observasi

Dengan survei langsung ke lapangan, agar dapat diketahui kondisi riil di

lapangan sehingga ndapat diperoleh gambaran sebagai pertimbangan

dalam perencanaan desain struktur.

52

3.2.4 Jenis Data

3.2.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya, diamati

dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut akan menjadi data

sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung

dengan penelitian yang bersangkutan.

1. Data Umum

Data umum mengenai gometrik jalan di lapangan yaitu : lebar jalan,

jenis jalan, ruas jalan. Sehingga dapat menggolongkan tipe jalan pada

akhirnya.

2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan menggambarkan kondisi visual lingkungan sekitar

jalan lingkar pada kondisi di lapangan saat ini, apakah jalan sudah ada

atau bagaimana kondisi jalan yang sekarang. Hal yang perlu ditinjau

yaitu keadaan pembebasan lahan sekitar dan apakah jalan rencana

melewati tanah pabrik atau sebagainya,sehingga akan mempengaruhi

terhadap pembebasan lahan dan ijin pembangunan jalan baru.

3. Data Tanah

Data ini berupa data CBR tanah asli yang diperlukan untuk

mengetahui daya dukung tanah asli. Data ini berfungsi untuk

menganalisa tebal perkerasan jalan yang dibutuhkan.

53

3.2.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah ada sebelumnya, yang diperoleh

dari instansi yang berwenang atau dari penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Data sekunder ini didapatkan bukan melalui pengamatan secara

langsung di lapangan.

1. Data Lalu Lintas

Untuk data lalu lintas yang digunakan adalah volume lalu lintas empat tahun

sebelumnya, ini bermanfaat untuk memprediksi angka pertumbuhan

kendaraan di tahun-tahun berikutnya.

2. Peta Lokasi Pelabuhan

Peta yang menunjukakan kondisi area pelabuhan dan sekitarnya.

Dari rincian data yang diperlukan diatas termasuk data sekunder. Data ini sangat

membantu dalam perencanaan jalan. Instasi yang dapat dijadikan narasumber

untuk data perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Data lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada kawasan Pelabuhan Tanjung

Emas Semarang, sumber instansi adalah Devisi Operasional Pelabuhan

Tanjung Emas Semarang.

b. Peta Lokasi Pelabuhan dan sekitarnya sumber instansi Divisi Teknik

Terminal Peti Kemas Semarang.

Adapun penggolongan data menurut aspek yang ditinjau, dapat dilihat pada tabel

berikut :

54

` Jenis Data Rincian Fungsi Analisis Tujuan Cara Mendapatkan

1. Data Umum

Geometrik jalan

(Lebar jalan, jenis

jalan, ruas jalan)

Mengetahui jalan

yang sudah ada dan

dapat menentukan

perencanaan jalan

baru

Acuan untuk

merencanakan

jalan baru

Melakukan

pengamatan langsung

di lapangan

2. Kondisi

Lingkungan Kondisi Visual

Menentukan lokasi

pembangunan jalan

baru

Acuan untuk

perencanaan

jalan baru

Mengamati langsung

di lapangan

3. Data Tanah DCPT ke CBR Menghitung daya

dukug tanah

Perencanaan

perkerasan

jalan

Melakukan uji DCPT

4. Data Lalu Lintas LHR

Menghitung

pertumbuhan lalu

lintas

Penentuan

jumlah lajur,

lebar jalan,

bahu jalan

Mendapat data dari

Divisi Operasional

TPKS

5. Peta Lokasi

Pelabuhan

Peta pelabuhan

dengan detail area

sekitarnya

Mengetahui kondisi

area sekitar

pelabuhan

Acuan

perencanaan

jalan baru

Mendapat data dari

Divisi Teknik TPKS

Dalam perencanaan jalan memiliki beberapa prinsip antara lain perkerasan

struktur jalan, keawetan, keamanan, kenyamanan, kemudahan, dalam

pelaksanaan, ekonomis dan estetis. Untuk mendapatkan prinsip perencanaan,

kebutuhan akan data lokasi perencanaan harus mencukupi. Karena bila terjadi

kekurangan data akan menghambat lagi perencanaannya. Oleh karena itu

dibutuhkan data yang cukup, seimbang, tepat dan akurat untuk merencanakan

jalan.

Tabel 3.1 Penggolongan Data Menurut Aspek yang Diitinjau

55

3.2.5 Cara Memperoleh Data

Data yang telah ditentukan diperoleh dengan cara-cara tertentu, berikut adalah

cara memperoleh data :

1. Data Umum

Data umum mengenai gometrik jalan di lapangan yaitu : lebar jalan, jenis

jalan, ruas jalan. Dilakukan survei lapangan dengan mengamati kondisi

jalan yang sudah ada seperti kondisi median, jumlah lajur, hambatan

samping. Lebar jalan diukur dengan roll meter dan panjang jalan diukur

menggunakan google map dengan menarik garis kemudian melakukan

pembacaan dalam satuan meter.

2. Kondisi Lingkungan

Untuk mengetahui Kondisi lingkungan dilakukan pengamatan langsung di

lokasi jalan baru dengan mengamati apa saja yang dilalui jalan baru seperti

CY 1, CY 2, CY 3, CY 4, CY 5, CY 6 untuk mengetahui potensi hambatan

lalu lintas.

3. Data Tanah

Untuk mendapatkan data CBR lapangan dilakukan uji DCPT dengan

mengambil beberapa titik di lapangan kemudian hasil uji DCPT dikonversi

ke CBR.

4. Data Lalu Lintas

Untuk data lalu lintas yang digunakan adalah volume lalu lintas empat

tahun sebelumnya. Data lalu lintas diperoleh dari Divisi Operasional

Terminal Peti Kemas Semarang.

56

5. Peta Lokasi Pelabuhan

Data yang menunjukakan kondisi area perencanaan alternatif penambahan

infrastruktur lalu lintas. Diperoleh dari Divisi Teknik Terminal Peti Kemas

Semarang.

3.3 Data yang Telah Didapatkan

1. Data Umum di area Terminal Peti Kemas Semarang didapatkan dengan

pengamatan langsung di lapangan, ini di lakukan untuk mengetahui

geometrik jalan lama yang sudah ada sekarang ini. Dengan hasil sebagai

berikut :

Panjang jalan : 950 meter

Lebar : 8 meter

Median : tidak ada median

Jumlah lajur : 2 lajur

Arah : 2 arah

Hambatan samping : sangat rendah

Gambar 3.2 Kondisi di lapangan

57

Cara mengolah data umum di lapangan

Data ini akan diolah menjadi acuan untuk menghitung kapasitas jalan

lama,guna menjadi dasar penghitungan. Data ini dihitung dengan

rumus :

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

2. Data kondisi lingkungan, menggambarkan secara visual bagaimana

keadaan di lokasi dimana terdapat CY-01, CY-02, CY-03, CY-04, CY-05,

CY-06. Ada pula pintu gate dan kantor TPKS di dalam area Terminal Peti

Kemas Semarang. Berikut gambaran posisi dari CY dan juga kantor

TPKS.

Gambar 3.3 Lokasi CY dan Kantor TPKS

Gambaran ini dapat menjadi acuan untuk merencanakan alternatif yang

mungkin diajukan sebagai langkah perencanaan jalan yang efisien dengan

memperhatikan lokasi-lokasi CY dan juga bangunan lainnya.

58

3. Data Lalu Lintas di Pelabuhan Petikemas dapat di pantau dari datangnya

jumlah dari petikemas-petikemas yang datang di dermaga. Berikut data

yang ada:

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Gambar 3.4 Data Lalu Lintas di TPKS, Tahun 2012-2015

Cara mengolah data lalu lintas

Data lalu lintas ini digunakan untuk menghitung LHR dan

memprekdisikan pertumbuhan lalu lintas beberapa tahun yang akan

datang. Rumus yang digunakan

TOTAL

FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER TOTAL IMPORT FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1.369.761 1.456.021 47.418 67.797 365.098 11.513 3.317.608 5.197.658 1.397.381 1.611.886 64.415 21.667 447.050 3.773 3.546.172 5.673.296 6.863.780 10.870.954

MONTH

Total s/d

DISCHARGE LOADING

TOTAL

FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1.726.951 1.711.312 32.797 56.596 13.790 4.469 3.545.915 5.308.283 1.792.146 1.786.509 66.064 65.416 18.096 176 3.728.407 5.599.252 7.274.322 10.907.535

MONTH

DISCHARGE LOADING

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

Total s/d

TOTAL

FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1.945.136 1.969.771 66.505 20.854 24.370 2.391 4.029.027 6.092.064 1.974.116 2.053.815 49.528 22.692 8.255 814 4.109.220 6.221.632 8.138.247 12.313.696

MONTH

DISCHARGE LOADING

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

Total s/d

TOTAL

FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

2.042.643 2.070.709 58.619 22.767 33.791 9.169 4.237.698 6.409.986 2.075.764 2.117.458 52.508 146.781 11.027 9.654 4.413.192 6.603.839 8.650.890 13.013.825

MONTH

Total s/d

DISCHARGE LOADING

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

Sumber : Divisi Operasoional, TPKS

Prediksi n tahun = LHR2015 ( 1 + i )n

59

4. Data lokasi area pelabuhan dan sekitarnya didapatkan dari Pelabuhan

Tanjung Emas Semarang.

5. Data Tanah berupa data uji DCPT yang nantinya akan di konversikan ke

nilai CBR Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

3.4 Analisa Pemilihan Alternatif

Analisa dibuat dengan menyediakan 3 alternatif dengan

mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan,biaya pelaksanaan dan

kecepatan. Kebutuhan dan letak bangunan penunjang, bangunan drainase dan

lainnya di sesuaikan dengan keadaan lingkungan perencanaan nantinya. Bilamana

perlu, data lain yang berkaitan dengan kebutuhan perencanaan geometri dapat

ditentukan sendiri.

Dari beberapa pengembangan alternatif rancangan yang telah diketahui

kelebihan dan kekurangannya. Maka dipilih satu alternatif rancangan terbaik

yaitu yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan dapat memecahkan

permasalahan pada lokasi perencanaan.

Alternatif ini nantinya akan di perbandingkan antara satu dengan yang

lainnya,untuk mendapatkan alternatif lokasi jalan baru yang paling

memungkinkan untuk dibangun jalan. Berikut gambarannya :

60

3.5 Metode Penilaian Alternatif

Pembuatan jalan yang baik harus memenuhi kriteria aman, nyaman , ekonomis

dan cepat. Kriteria aman dalam perencanaan dan pembangunan jalan ini ditinjau

dari faktor daya dukung tanah yang ada di area alternatif . Dinyatakan aman jika

memenuhi syarat yang telah ditentukan. Dan jika daya dukung tanah sudah

didapat dan kurang memenuhi syarat maka perlu di lakukan timbunan yang

kemudian dipadatkan sampai memenuhi standar yang telah ditentukan.

Untuk kriteria nyaman sangat diperlukan pengguna jalan, tingkat

kenyamanan dipengaruhi oleh banyaknya tikungan yang akan ada di sepanjang

jalan baru, jika terdapat banyak tikungan maka pengguna jalan akan merasa

kurang nyaman untuk melintasi jalan tersebut, apalagi jika tikungan ada di rute

pendek yang di dominasi kendaraan berat (kontainer) yang melintasinya.

Kemudian faktor kenyamanan yang lain adalah aspek lingkungan yang dilewati

Gambar 3.5 Alternatif-alternatif Pemilihan Lokasi Pembuatan Jalan Baru

http: google.co.id/maps

Kantor TPKS

61

jalan baru, adanya hambatan dan area-area penting di sekitar jalan akan

mempengaruhi kinerja lalu lintas di jalan tersebut.

Pembangunan yang baik juga memperhitungkapn pelaksanaan yang

berhubungan langsung dengan dana yang akan dikeluarkan untuk pembangunan

jalan. Semakin ekonomis pembangunannya akan semakin baik, namun tidak

melupakan atau menurunkan kualitas dari jalan itu sendiri. Kriteria ekonomis

yang menjadi faktor penilaian yang menjadi perhitungan nantinya yaitu analisis

biaya yang didasarkan dari perhitungan volume beton yang dibutuhkan. Karena

beton ini menjadi bahan utama dalam pembuatan jalan perkerasan kaku.

Karena jalan yang cepat lebih efisien dan mempermudah pengguna jalan

dan juga saat pelaksanaan pembangunan jalan baru. Kriteria kecepatan yang

ditinjau untuk penilaian tiap-tiap alternatif yang akan dilaksanakan meliputi

panjang lintasan jalan baru dan nantinya akan mempengaruhi waktu tempuh

kendaraan yang akan melintasi jalan baru ini.

Data perbandingan untuk alternatif jalan dilakukan dengan metode

observasi langsung ke lokasi yang akan diamati dan juga pengambilan data dari

beberapa sumber. Jadi data yang akan diambil adalah data perbandingan dari rute

alternatif yaitu jumlah tikungan, uji tanah dasar, aspek lingkungan, analisis biaya (

volume rigid pavement ), panjang rute.

Berikut penjelasan dari faktor-faktor yang digunakan untuk memperbandingkan

alternatif jalan yang akan dipilih :

62

1. Jumlah alinyement juga perlu diperhitungkan, karena berada di kawasan

pelabuhan maka di usahakan minim alinyemen horisontl maupun alinyemen

vertikal. Hal ini karena kendaraan yang melintas berupa kontainer yang

berukuran besar sehingga jika banyak alinyemen akan terasa kurang

nyaman.

2. Uji tanah dasar berfungsi untuk mengetahui daya dukung tanah dimana

jalan baru ini akan dibangun.

3. Aspek lingkungan berhubungan dengan keberadaan kawasan yang lain

yang telah digunakan yang di lindungi namun dilalui oleh rute jalan baru.

4. Analisis biaya sangat berpengaruh dengan anggaran pembuatan jalan dan

keekonomisan pembangunan jalan.

5. Panjang jalan, faktor panjang jalan sangat diperhitungkan karena ini

mempengaruhi beberapa faktor lainnya, seperti waktu tempuh dan juga

biaya. Panjang jalan ini dihitung mulai dari dimana jalan baru akan di

bangun (sambungan dari jalan lama).

Pengembangan yang lebih lanjut dari faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan alternatif jalan dapat berupa variabel penilaian yang digunkan dalam

analisis faktor tesebut,seperti pada gambar tabel :

63

No Faktor Sub Faktor Variabel penilaian

1 Kondisi Alinyement

Kesesuaian dengan jenis

kendaraan kontainer akan

kemudaan penggunaan jalan

Pengaruh terhadap

sistem jaringan jalan

2. Uji Tanah Dasar Kesesuaian dengan rencana

pembangunan jalan baru

Pengaruh terhadap

perencanaan jalan

baru

3. Aspek Lingkungan

Keberadaan kawasan yang

sudah dimanfaatkan

sebelum pembangunan jalan

ini direncanakan

Jumlah kawasan yang

akan dilewati jika

pembangunan jalan di

lakukan

4. Analisis Biaya (volume

rigid pavement)

Efisiensi besar biaya yang

dikeluarkan dalam

pemesanan beton sebagai

komposisi utama

Biaya yang

memberikan pilihan

paling ekonomis

dengan mutu sama

5 Panjang

Jarak dari titik awal hingga

akhir perencanaan jalan

baru dibuat

Panjang jarak dari titik

awal sampai akhir

pembangunan jalan

baru

Tabel 3.2 Penguraian Faktor Pembanding

Untuk memperbandingakan dan menentukan alternatif yang efisien, aman,

nyaman dan ekonomis, maka digunakan nilai-nilai yang nantinya akan diberikan

kepada tiap alternatif. Berikut uraian dari penilaian yang akan diberikan ke faktor-

faktor yang telah di tentukan :

1. Alinyemen

Alinyamen termasuk dalam penilaian suatu jalan. Kenyamanan pengguna

dengan jumlah alinyemen banyak akan memiliki nilai kurang efisien bagi

64

pengguna jalan. Maka adanya alinyemen horizontal ini sangat penting,apalagi di

Terminal Peti Kemas Semarang ini pengguna jalannya adalah kontainer dengan

ukuran yang cukup besar sehingga membutuhkan kenyamanan dalam penggunaan

jalan.

Lengkung horizontal merupakan proyeksi pada bidang datar horizontal di

peta area tersebut. Terdiri dari bagian lurus dan lengkung. Dalam pembahasan kali

ini yang diamati adalah lengkung yang bisa ke arah kanan maupun kiri.

Penilaian yang diberikan ini di tentukan sebagai berikut :

Lengkung Horozontal Nilai yang diberikan

1 – 2 3 point

3 – 4 2 point

5 – 6 1 point

Penilaian ini akan membuat perbandingan 3 alternatif memiliki nilai yang

berbeda,sehingga alternatif yang efisien akan memiliki point tertinggi diantara

alternatif yang lain.

2. Daya Dukung Tanah

Uji tanah dasar berfungsi untuk mengetahui daya dukung tanah yaitu

daya dukung balik terhadap gaya yang ditimbulkan oleh struktur diatasnya. Daya

dukung tanah merupakan dasar dalam sebuah konstruksi, dengan mengetahui

65

kondisi tanah maka dapat dilakukan rekayasa berupa perkuatan atau pelapisan

dengan tanah urugan yang lebih stabil dan kemudian dipadatkan.

Penilaian yang diberikan ini di tentukan sebagai berikut :

CBR Nilai yang diberikan

6 < x < 8 3 point

4 < x < 6 2 point

2 < x < 4 1 point

3. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan salah satu yang harus diperhatikan karena ini

mempengaruhi pembuatan tentang rute alternatif jalan baru. Ada beberapa

hambatan dlam aspek lingkungan yang nantinya harus direncanakan lebih, karena

melewati area yang sudah terpakai untuk saat ini. Dalam setiap hambatan di

lingkungan nantinya akan mempengaruhi nilai dari alternatif-alternatif yang telah

di ajukan. Dan berikut penilaian untuk aspek lingkungan :

Area yang Menghambat Nilai yang diberikan

1 - 2 3 point

3 - 4 2 point

5 - 6 1 point

4. Analisis Biaya (volume rigid pavement)

Analisis biaya berfungsi untuk menjadi pertimbangan pemilihan

alternatif, karena ini mempengaruhi nilai ekonomis dalam pembangunan jalan

66

baru. Pada analisis biaya ini di perhitungkan dengan volume beton yang

digunakan. Analisis biaya dalam pemakaian beton dihitung dengan diasumsikan

harga 1 m3. Berikut penilaian untuk analisis biaya.

Biaya Nilai yang diberikan

Rp.2 000.000.000 – Rp. 3.200.000.000 3 point

Rp. 3.201.000.000 – Rp. 4.400.000.000 2 point

Rp.4.401.000.000 – Rp. 5.600.000.000 1 point

5. Panjang Jalan

Penilaian yang diberikan pada faktor panjang jalan ini menggunakan

bantuan dari google map untuk mempermudah penentuan panjang rencana jalan

tiap alternatif yang telah di tentukan. Penilaian yang diberikan ini di tentukan

sebagai berikut :

Panjang rencana jalan baru Nilai yang diberikan

500-650 meter 3 point

650-800 meter 2 point

800-950meter 1 point

3.6 Pembobotan Nilai

Menurut sumber buku terbitan Gunadarma dengan judul Sistem

Transportasi (2010:33), lalu lintas menuntut sejumlah persyaratan antara lain

keamanan, kecepatan dan kenyamanan. Dan berdasarkan sumber tersebut

67

didapatkan keamanan, kecepatan, kenyamanan memiliki peran yang sangat

penting. Untuk menambah faktor guna memperbandingkan alternatif ini maka

ditambahkan faktor analisis biaya untuk mengetahui volume beton yang

dibutuhkan dan biaya yang akan dikeluarkan dengan volume tersebut. Maka yang

diperhitungkan untuk menentukan dalam pembobotan nilai didasarkan pada

penilaian tersebut.

Dengan mengakomodasikan aspirasi masyarakat dapat digunakan metode

importance performance analysis (IPA) untuk menentukan prioritas kriteria trase

jalan lingkar kemudian dengan responden dengan kompetensi yang sesuai

digunakan metode analytichierarchy process (AHP) untuk memilih trase jalan

terbaik dari beberapa alternatif trase jalan yang ada. ( Tonny Hermawanto et

al,2006).

Untuk pembobotan paling tertinggi diberikan untuk keamanan jalan.

Kriteria aman dengan memperhitungkan jumlah lengkung horizontal,mengingat

kendaraan yang melewati ini ada jenis kontainer. Dan keamanan juga

ditambahkan dengan perhitungan kekuatan tanah asli,karena jalan ini akan di

bangun di area Pelabuhan dan dengan beban sumbu yang berat. Maka masing-

masing memiliki pembobotan 30% untuk faktor lengkung horisontal dan 20 %

untuk faktor daya dukung tanah.

Pembobotan kriteria kenyamanan yang masuk dalam pembahasan ini

adalah faktor aspek lingkungan. Yang dimaksudkan adalah hambatan-hambatan di

lingkungan area jalan baru yang dapat mengganggu kenyaman pengguna jalan.

68

Dengan adanya hambatan ini maka kenyaman akan berkurang. Oleh karena itu

bobot sebesar 25% di berikan untuk faktor aspek lingkungan.

Kriteria ekonomis sangat penting bagi pelaksanaan pembangunan jalan

baru. Dalam kriteria ekonomis diwakilkan dengan faktor perhitungan anggaran

biaya. Yang dihitung adalah volume beton,karena ini adalah bahan utama

pembuatan rigid pavement. Faktor anggaran biaya diberi dengan bobot sebesar

15%.

Pembobotan dalam kecepatan ini berhubungan dengan waktu tempuh yang

dihitung berdasar pada panjang jalan. Maka untuk penilaian kecepatan ini

diwakilkan dengan faktor panjang jalan. Ini diberi pembobotan paling kecil,

diberikan pembobotan sebesar 10%.

Berikut tabel pembobotan yang didapatkan :

No Kriteria Faktor Bobot

1 Aman

Lengkung Horizontal 30%

Daya Dukung Tanah 20%

2 Nyaman Aspek Lingkungan 25%

3 Ekonomis Anggaran Biaya (Rigid Pavement) 15%

4 Cepat Panjang 10%

Tabel 3.3 Pembobotan Untuk Setiap Faktor Pembanding

69

BAB IV

ANALISA DATA

4.1. Aspek Lalu-Lintas, Kapasitas dan Derajat Kejenuhan

Terminal Peti Kemas Semarang sekarang melayani kegiatan ekpor impor

barang memalui transportasi laut. Dan dari tahun ke tahun terus bertambah alur

lalu lintas petikemasnya. Sedangkan jalan yang menghubungkan container yard

satu dengan lainnya hanya ada satu jalur dengan 2 lajur tak terbagi untuk keluar

masuk kontainer. Sehingga dengan peningkatan volume kontainer ini harus diikuti

dengan kapasitas jalan yang memadai untuk menjaga kelancaran arus bongkar

muat petikemas. TPKS harus dituntut kerja tepat waktu demi tercapainya

pengiriman dan penerimaan petikemas ekspor maupun impor yang efisien.

Maka harus diketahui pertumbuhan volume, kapasitas dan derajat kejenuhan

yang terjadi supaya dapat memperhitungkan solusi di TPKS untuk menangani

kepadatan lalu lintas. Tiga aspek ini saling berkesinambungan untuk menentukan

kapan peningkatan kualitas dan kuantitas harus dilakukan untuk kelancaran lalu

lintas di dalam area TPKS.

4.1.1 Mengitung Volume Kontainer

Berikut ini adalah perhitungan volume kontainer dari tahun 2012 hingga

tahun 2015 :

Lalu lintas kontainer dalam satuan kontainer/tahun

Tahun 2012 = 6.863.780 Kontainer/Tahun

70

Tahun 2013 = 7.274.322 Kontainer/Tahun

Tahun 2014 = 8.138.247 Kontainer/Tahun

Tahun 2015 = 8.650.890 Kontainer/Tahun

Lalu intas dijadikan satuan kontainer/jam

Tahun 2012 = = 786 Kontainer/jam

Tahun 2013 = = 830 Kontainer/jam

Tahun 2014 = = 929 Kontainer/jam

Tahun 2015 = = 988 Kontainer/jam

Menghitung volume menjadi smp/jam

Dengan mengalikan volume kontainer/jam dengan angka ekivalensi.

Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jenis kendaraan Truk besar (LT)

= 2,7 (Tabel 2.5). Berikut perhitungan volume dalam smp/jam :

Tahun 2012 = 786 × 2,7 = 2117 smp/jam

Tahun 2013 = 830 × 2,7 = 2241 smp/jam

Tahun 2014 = 929 × 2,7 = 2508 smp/jam

Tahun 2015 = 988 × 2,7 = 2668 smp/jam

4.1.2 Menghitung Kapasitas Jalan Eksisting

Dan dari sini volume lalu lintas sudah diketahui sesuai dengan data

yang diperoleh diatas, kemudian langkah kedua mencari kapasitas jalan

dengan rumus sebagai berikut :

C = Co x FCW x FCSP x FCSF

Keterangan :

71

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

Diketahui :

Co = 3100 smp/jam ( Tipe jalan 2 lajur tanpa pembatas )

: Tabel 2.1

FCW = 1,00 smp/jam (2 lajur tanpa pembatas dan lebar jalan 8,00 m )

: Tabel 2.2

FCSP = 1,00 ( Pembagian jalur antara lajur kiri dan kanan 50-50 )

: Tabel 2.3

FCSF = 0,97 ( hambatan samping sangat rendah/ VL )

: Tabel 2.4

Penyelesaian :

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

= 3100 x 1,08 x 1,00 x 0,97

= 3247,56 smp/jam

Dari perhitungan tersebut diperoleh kapasitas jalan sebesar 3247,56

smp/jam.

72

4.1.3 Mengitung Derajat Kejenuhan

Mencari Derajat kejenuhan (DS) dengan rumus:

Derajat Kejenuhan pada tahun 2012

Derajat Kejenuhan pada tahun 2013

Derajat Kejenuhan pada tahun 2014

Derajat Kejenuhan pada tahun 2015

Berikut adalah tabel dari hasil perhitungan :

73

Prediksi tahun 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020

Volume Tingkat

(smp/jam) Pertumbuhan

1 2012 2117 124 6% 0,65

2 2013 2241 0,69

3 2014 2508 0,77

Nilai i rata-rata 8%

Tahun Nilai i Kepadatan

267 12%

No

0,824 2015 2668 159 6%

DS

Tabel 4.1 Volume dan DS Tahun 2012-2015

74

Dari data di atas dapat diprediksikan keadaan kendaran di tahun-tahun

berikutnya. Dapat dilihat jika DS pada tahun 2014 dan 2015 telah melebihi 0,75 ,

sehingga arus mulai tidak stabil dan kecepatan menurun. 2016 dan seterusnya

akan mengalami arus tidak stabil dan kendaraan tersendat. Maka perlu diberikan

solusi supaya tidak terjadi arus terhambat dan antrian yang panjang untuk

melakukan bongkar muat di TPKS.

75

4.1.4 Kenaikan Per Tahun ( % )

a. Berikut merupakan grafik yang didapatkan dengan membandingkan kegiatan

lalu lintas dalam 4 tahun, dari 2012 sampai 2015 :

Berdasar grafik di atas,dapat diketahui:

Dari tahun 2012 hingga 2015 terjadi peningkatan dan juga penurunan dari

bulan ke bulan,namun pada tahun 2013 dan 2015 terjadi penurunan yang

signifikan lalu lintas petikemas Internasional, yaitu di bulan Agustus di tahun

2013 dan Juli tahun 2015. Puncak ekspor impor petikemas Internasional pada

bulan Mei 2015, 2014, 2013. Untuk tahun 2012 puncak arus lalu lintas di bulan

Oktober.

Analisa :

a) Puncak ekpor impor Internasional :

Grafik 4.1 Lalu Lintas Internasional 2012 - 2015

76

- 2012 di bulan Oktober sebesar = 621.182 Kontainer

- 2013 di bulan Mei sebesar = 669.091 Kontainer

- 2014 di bulan Mei sebesar = 732.871 Kontainer

- 2015 di bulan Mei sebesar = 785.916 Kontainer

b) Kenaikan puncak lalu lintas :

- 2012 ke 2013 = 7,2 %

- 2013 ke 2014 = 8,7 %

- 2014 ke 2015 = 6,7 %

Rata-rata kenaikan = 7,5 %

b. Berikut merupakan grafik lalu lintas dari tahun ke tahun selama 4 tahun, dari

2012 sampai 2015 :

Berdasar grafik di atas,dapat diketahui:

Grafik 4.2 Lalu Lintas Internasional Tiap Tahun

77

Grafik di atas merupakan data lalu lintas dari tahun ke tahun mulai 2012 sampai

2015. Dapat dilihat jika ini memberikan informasi jika setiap tahun mengalami

kenaikan lalu lintas.

Analisis :

a) Lalu lintas Internasional :

- Tahun 2012 = 6.863.780 Kontainer

- Tahun 2013 = 7.274.322 Kontainer

- Tahun 2014 = 8.138.247 Kontainer

- Tahun 2015 = 8.650.890 Kontainer

b) Kenaikan puncak lalu lintas :

- 2012 ke 2013 = 5,9 %

- 2013 ke 2014 = 11,8 %

- 2014 ke 2015 = 5,5 %

Rata-rata kenaikan = 8 %

4.1.5 Penentuan Bulan Puncak

a. Berikut merupakan grafik yang didapatkan dengan mengakumulasikan tiap

bulan yang sama dalam kegiatan lalu lintas selama 4 tahun, dari 2012 sampai

2015 :

78

Berdasar grafik di atas,dapat diketahui:

Dengan mengakumulasikan dari setiap bulan yang sama dari tahun 2012-2015

makan didapatkan grafik tersebut. Dapat diketahui jika pada bulan Mei memiliki

hasil paling tinggi di antara bulan yang lainnya.

Analisa :

Puncak ekpor impor Internasional :

- Bulan Januari = 2.617.736 Kontainer

- Bulan Febuari = 2.554.133 Kontainer

- Bulan Maret = 2.635.986 Kontainer

- Bulan April = 2.535.780 Kontainer

- Bulan Mei = 2.768.335 Kontainer

- Bulan Juni = 2.590.315 Kontainer

Grafik 4.3 Akumulasi Lalu Lintas Internasional 2012 - 2015

79

- Bulan Juli = 2.418.678 Kontainer

- Bulan Agustus = 2.447.116 Kontainer

- Bulan September = 2.567.512 Kontainer

- Bulan Oktober = 2.654.583 Kontainer

- Bulan November = 2.557.541 Kontainer

- Bulan Desember = 2.579.544 Kontainer

Jadi bulan Mei dapat dijadikan acuan lalu lintas puncak, karena dari data di atas

dapat diketahui jika hasil akumulasi dari 4tahun (2012-2015) bulan Mei memiliki

lalu lintas kontainer tertinggi di area Terminal Peti Kemas Semarang

b. Berikut merupakan grafik rata-rata tiap bulan yang sama dalam kegiatan lalu

lintas selama 4 tahun, dari 2012 sampai 2015 :

Grafik 4.4 Rata- rata Lalu Lintas Internasional 2012 - 2015

80

Berdasar grafik di atas,dapat diketahui:

Rata-rata lalu lintas internasional diambil tiap bulan dari tahun 2012-2015. Dan

bulan puncak terjadi di bulan Mei. Untuk nilai lalu lintas paling kecil di bulan Juli

Analisa :

Puncak ekpor impor Internasional :

- Bulan Januari = 654.434 Kontainer

- Bulan Febuari = 638.528 Kontainer

- Bulan Maret = 658.996 Kontainer

- Bulan April = 633.945 Kontainer

- Bulan Mei = 692.083 Kontainer

- Bulan Juni = 647.578 Kontainer

- Bulan Juli = 604.669 Kontainer

- Bulan Agustus = 611.779 Kontainer

- Bulan September = 641.878 Kontainer

- Bulan Oktober = 663.645 Kontainer

- Bulan November = 639.385 Kontainer

- Bulan Desember = 644.886 Kontainer

Jadi bulan Mei dapat di jadikan acuan lalu lintas puncak di area Terminal Peti

Kemas Semarang, karena dari data tersebut Mei memiliki arus lalu lintas

kontainer tertinggi.

c. Berikut merupakan grafik membandingkan ekspor dan impor tiap bulan yang

sama dalam kegiatan lalu lintas selama 4 tahun, dari 2012 sampai 2015 :

81

Berdasar grafik di atas,dapat diketahui:

Dari grafik akumulasi dari tahun 2012-2015 lalu lintas di atas diketahui ekspor

lebih besar dari pada impor. Dan puncak ekspor dan impor sama-sama terjadi di

bulan Mei .

Analisis :

Bulan Ekspor Impor

Januari 1317515 1300221

Febuari 1311636 1242477

Maret 1364861 1271125

April 1294061 1241764

Mei 1394458 1373877

Juni 1325187 1265128

Grafik 4.5 Lalu Lintas Ekpor dan Impor Internasional 2012 - 2015

82

Juli 1219289 1199389

Agustus 1243354 1203762

September 1324268 1243244

Oktober 1351521 1303062

November 1320468 1237073

Desember 1330418 1249126

Tabel 4.2 Analisis Ekspor dan Import Internasional

Dengan melihat hasil yang sudah dapat di lihat dari lalu lintas ekpor dan impor di

bulan Mei memiliki kuantitas lalu lintas tertinggi. Jadi bulan Mei dapat dijadikan

acuan lalu lintas puncak di area Terminal Peti Kemas Semarang.

4.2 Pemilihan Solusi Paling Efektif

Terminal Peti Kemas saat ini sangat perlu akan perbaikan kualitas dan

kuantitas yang dapat mengatasi kepadatan. Ada beberapa penambahan yang nanti

dapat dilakukan,namun harus disesuaikan dengan kebutuhan sekarang ini.

Penambahan infrastruktur bisa dengan pembangunan jalan baru dan pembangunan

jalur rel kereta api khusus peti kemas yang langsung menuju TPKS. Perlu diamati

kembali,bahwa pada kondisi sekarang hal yang paling memungkinkan dilakukan

penambahan infrastruktur ini adalah dengan pembuatan jalan baru.

Jika dibangun jalur rel,tentunya akan membutuhkan waktu yang cukup

lama. Karena akan ada masalah-masalah yang dihadapai misalnya tentang

83

pembebasan lahan untuk rel. Ini memerlukan waktu dan rencana yang

panjang,karena pembebasan lahan harus dengan perijinan dan persetujuan pemilik

tanah.

Berikut perbandingan dalam mencari solusi efisien saat ini :

Aspek Pembangunan Jalur Rel Pembangunan Jalan Baru

Waktu Membutuhkan waktu lama

untuk mengurus perijinan

pembukaan lahan guna

pembangunan rel

Membutuhkan waktu

pembangunan tidak lebih dari 6

bulan

Lahan Lahan akan melewati milik

warga

Lahan tersedia di area TPKS

Biaya Pembangunan Jalur Rel > Pembangunan Jalan Baru

Tabel 4.3 Perbandingan Solusi

Untuk penambahan infrastruktur jalan dinilai lebih baik untuk sekarang

ini. Karena masih tersedia lahan yang cukup untuk pembangunan jalan baru.

Diharapkan pembangunan jalan baru dapat menambah kapasitas jalan dan juga

membantu lalu lintas ekpor impor lebih lancar bagi pengguna jasa trasportasi ini.

Untuk memperoleh struktur jalan yang aman, nyaman, ekonomis dan cepat

maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan

berbagai aspek yang saling berkaitan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda.

Hal ini mempunyai tujuan agar struktur jalan yang direncanakan dapat berfungsi

secara optimal tanpa mengesampingkan faktor-faktor ekonomi dan sosial daerah

tersebut. Di dalam memilih jenis struktur jalan, ada beberapa yang menjadi

pertimbangan pembangunan jalan yang nanti akan dibuat dalam tiga alternatif

pilihan jalur pembuatan jalan baru.

84

4.3 Pemilihan Alternatif Jalan

Alternatif jalan yang diajukan memiliki 3 pilihan lokasi yang dapat

dijadikan area pembangunan jalan baru. Dengan adanya 3 alternatif yang akan

dilakukan analisa perbandingan dengan faktor-faktor yang telah di tentikan, maka

nantinya akan dipilih alternatif yang paling efisien. Dengan memberi nilai-nilai

pada setiap faktor untuk memberi pilihan alternatif yang terbaik dan paling

memungkinkan nantinya. Berikut analisanya :

4.3.1 Alinyemen

Alinyemen yang diperhitngkan adalah alinyemen hirisontal karena untuk

alinyemen vertikal telah datar sesuai kondisi di lapangan.

Alinyemen untuk setiap alternatif jalan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 1

Alinyemen Alternatif 1

= 4 alinyemen horisontal

85

Gambar 4.2 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 2

Gambar 4.3 Kondisi Alinyemen Horizontal Alternatif 3

Alinyemen Alternatif 2

= 2 alinyemen horisontal

Alinyemen Alternatif 3

= 4 alinyemen horisontal

86

ALTERNATIF 1

PERHITUNGAN AZIMUTH

A = ( 436600 ; 9232100 )

DI-1 = (436650 ; 9232130 )

DI-2 = (436600 ; 9232200 )

DI-3 = (436650; 9232300 )

DI-4 = (436650; 9232650 )

B = (436400 ; 9232700 )

α A -1 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 239˚2’10”

α 1 - 2 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 144˚27’43”

α 2 - 3 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 206˚33’54”

α 3 - 4 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 164˚3’18”

87

α 4 - B = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 101˚18’36”

PERHITUNGAN SUDUT PI

ΔDI1 = α A-1 – α 1-2

= 239˚2’10” - 144˚27’43”

= 94˚34’27”

ΔDI2 = α 1-2 – α 2-3

=144˚27’43” - 206˚33’54”

= -64˚6’11”

ΔDI3 = α 2-3 – α 3-4

= 206˚33’54” - 164˚3’18”

= 42˚30’36”

ΔDI4 = α 3-4 – α 4-B

= 164˚3’18” - 101˚18’36”

= 62˚45’14”

MENGHITUNG JARAK ANTAR PI

d A-1 =

=

` = 58,309 m

d 1-2 =

=

88

` = 86,023 m

d 2-3 =

=

` = 111,803 m

d 3-4 =

=

` = 364,005 m

d B-4 =

=

` = 158,114 m

Σd = d A-1 + d 1-2 + d 2-3 + d 3-4 + d B-4

= 58,309 + 86,023 + 111,803 + 364,005 + 158,114

= 778,256 m

ALTERNATIF 2

PERHITUNGAN AZIMUTH

A = ( 436600 ; 9232100 )

DI-1 = (436700 ; 9232200 )

DI-2 = (436570 ; 9232650 )

B = (436400; 9232700 )

α A -1 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

89

= 225˚0’0”

α 1 - 2 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 163˚53’13”

α 2 - B = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 106˚33’20”

PERHITUNGAN SUDUT PI

ΔDI1 = α A-1 – α 1-2

= 225˚0’0” - 163˚53’23”

= 61˚6’46”

ΔDI2 = α 1-2 – α 2-B

=144˚27’43” - 106˚33’20”

=57˚29’59”

MENGHITUNG JARAK ANTAR PI

d A-1 =

=

` = 141,421 m

d 1-2 =

=

` = 468,402 m

90

d 2-3 =

=

` = 177,200 m

Σd = d A-1 + d 1-2 + d 2-B

= 144,421 + 468,402 +177,200

= 778,023 m

ALTERNATIF 3

PERHITUNGAN AZIMUTH

A = ( 436730 ; 9232220 )

DI-1 = (436850 ; 9232250 )

DI-2 = (436720 ; 9232600 )

DI-3 = (436680; 9232620 )

DI-4 = (436600; 9232700 )

B = (436400 ; 9232700 )

α A -1 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 225˚57’50”

α 1 - 2 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 156˚37’29”

91

α 2 - 3 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 216˚33’54”

α 3 - 4 = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 106˚41’52

α 4 - B = ArcTg

+ 180˚

= ArcTg

+ 180˚

= 95˚42’38”

PERHITUNGAN SUDUT PI

ΔDI1 = α A-1 – α 1-2

= 225˚57’50”- 156˚37’29”

= 99˚20’28”

ΔDI2 = α 1-2 – α 2-3

=156˚37’29” - 216˚33’54”

= 40˚3’29”

ΔDI3 = α 2-3 – α 3-4

= 216˚33’54”- 106˚41’52

= 9˚51’58”

ΔDI4 = α 3-4 – α 4-B

= 106˚41’52 - 95˚42’38”

= 10˚59’20”

92

MENGHITUNG JARAK ANTAR PI

d A-1 =

=

` = 123,693 m

d 1-2 =

=

` = 373,363 m

d 2-3 =

=

` = 44,721 m

d 3-4 =

=

` = 100 m

d B-4 =

=

` = 200,998 m

Σd = d A-1 + d 1-2 + d 2-3 + d 3-4 + d B-4

= 123,693 + 373,363 + 44,721 + 100 + 200,998

= 842,775 m

No Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1. Hasil Pegitungan Azimut Hasil Perhitungan Azimut Hasil Perhitungan Azimut

93

α A -1 = 239˚2’10”

α 1 - 2 = 144˚27’43

α 2 – 3 = 206˚33’54

α 3 – 4 = 164˚3’18”

α 4 – B = 101˚18’36”

α A -1 = 225˚0’0”

α 1 - 2 = 163˚53’13”

α 2 – B = 106˚33’20”

α A -1 = 225˚57’50”

α 1 - 2 = 156˚37’29”

α 2 – 3 = 216˚33’54”

α 3 - 4 = 106˚41’52

α 4 – B = 95˚42’38”

2. Hasil Perhitungan

Sudut PI

ΔDI1 = 94˚34’27”

ΔDI2 = -64˚6’11”

ΔDI3 = 42˚30’36”

ΔDI4 = 62˚45’14”

Hasil Perhitungan

Sudut PI

ΔDI1 = 61˚6’46”

ΔDI2 = 57˚29’59”

Hasil Perhitungan

Sudut PI

ΔDI1 = 99˚20’28”

ΔDI2 = 40˚3’29”

ΔDI3 = 9˚51’58”

ΔDI4 = 10˚59’20”

3. Hasil Pehitungan

Jarak antar PI

d A-1 = 58,309 m

d 1 - 2 = 86,023 m

d 2 - 3 = 111,803 m

d 3-4 = 364,005 m

d 4 - B = 158,114 m

Hasil Pehitungan

Jarak antar PI

d A-1 = 141,421 m

d 1 - 2 = 468,402 m

d 2 - B = 177,200 m

Hasil Pehitungan

Jarak antar PI

d A-1 = 123,693 m

d 1 - 2 = 373,363 m

d 2 - 3 = 44,721

d 3-4 = 100 m

d 4 - B = 200,998 m

4. Total Jarak antar PI

= 778,258 m

Total Jarak antar PI

= 778,023 m

Total Jarak antar PI

= 842,775 m

5. e max = 10 % e max = 10 % e max = 10 %

6. Vr = 30 km/jam Vr = 30 km/jam Vr = 30 km/jam

7. f max = 0,1725 f max = 0,1725 f max = 0,1725

8. Rmin = 26,006 Rmin = 26,006 Rmin = 26,006

9. Dmax = 55,079 Dmax = 55,079 Dmax = 55,079

Tabel 4.4 Analisis Alinyemen Horizontal

94

No Alternatif Jumlah Lengkung

Horisontal (ΔDI )

1 Alternatif 1 4

2 Alternatif 2 2

3 Alternatif 3 4

Tabel 4.5 Jumlah Lengkung Horisontal

4.3.2 Daya Dukung Tanah

Uji tanah dasar dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah yaitu

daya dukung balik terhadap gaya yang ditimbulkan oleh struktur diatasnya. Daya

dukung tanah merupakan dasar dalam sebuah konstruksi, dengan mengetahui

kondisi tanah maka dapat dilakukan rekayasa berupa perkuatan atau pelapisan

dengan tanah urugan yang lebih stabil dan kemudian dipadatkan.

Uji tanah dasar dilaksanakan di daerah alternatif jalan dengan mengambil

beberapa titik untuk pengujian. Pengujian tanah bertujuan untuk mendapat nilai

CBR tanah asli menggunakan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer) yang

kemudian di konversi ke CBR.

Berikut adalah hasil Uji Daya dukung tanah di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang :

Langkah Perhitungan :

95

Pengujian Daya Dukung Tanah di Titik A (Alternatif 1)

Tabel 4.6 Daya dukung tanah (DDT) Alternatif 1

Pengujian Daya Dukung Tanah di Titik B (Alternatif 2)

Tabel 4.7 Daya dukung tanah (DDT) Alternatif 2

Pengujian Daya Dukung Tanah di Tittik C (Alternatif 3)

0 0 0 0

2 2 40 40

2 4 110 110

2 6 245 245

2 8 345 362

2 10 480 480

2 12 630 725

52,50 3,59

Banyak

Tumbukan

Kumulatif

Tumbukan

Penetrasi

(mm)

Kumulatif

Penetrasi

(mm)

DCP

(mm/tumbukan)CBR (%)

0 0 0 0

2 2 10 10

2 4 55 55

2 6 80 80

2 8 110 110

2 10 180 180

2 12 245 245

2 14 420 420

2 16 550 550

34,38 6,26

Banyak

Tumbukan

Kumulatif

Tumbukan

Penetrasi

(mm)

Kumulatif

Penetrasi

(mm)

DCP

(mm/tumbukan)CBR (%)

96

Pengujian Daya Dukung Tanah di Titik D

Tabel 4.9 Daya dukung tanah (DDT) Titik D

Pengujian Daya Dukung Tanah di Titik E

Tabel 4.10 Daya dukung tanah (DDT) Titik E

0 0 0 0

2 2 35 35

2 4 75 75

2 6 125 125

2 8 200 200

2 10 355 355

2 12 530 530

44,17 4,50

Banyak

Tumbukan

Kumulatif

Tumbukan

Penetrasi

(mm)

Kumulatif

Penetrasi

(mm)

DCP

(mm/tumbukan)CBR (%)

0 0 0 0

2 2 30 30

2 4 65 65

2 6 110 110

2 8 195 195

2 10 289 289

2 12 355 355

29,58 7,62

Banyak

Tumbukan

Kumulatif

Tumbukan

Penetrasi

(mm)

Kumulatif

Penetrasi

(mm)

DCP

(mm/tumbukan)CBR (%)

0 0 0 0

2 2 35 35

2 4 85 85

2 6 130 130

2 8 200 200

2 10 290 290

2 12 370 370

30,83 7,22

Banyak

Tumbukan

Kumulatif

Tumbukan

Penetrasi

(mm)

Kumulatif

Penetrasi

(mm)

DCP

(mm/tumbukan)CBR (%)

Tabel 4.8 Daya dukung tanah (DDT) Alternatif 3

97

No Alternatif CBR CBR (%)

1 Alternatif 1 2 < x < 4 3,59

2 Alternatif 2 6 < x < 8 6,26

3 Alternatif 3 4 < x < 6 4,50

Tabel 4.11 Nilai CBR (California Bearing Rasio)

4.3.3 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan salah satu yang harus diperhatikan karena ini mempengaruhi

pembuatan tentang rute alternatif jalan baru. Ada beberapa hambatan dlam aspek

lingkungan yang nantinya harus direncanakan lebih, karena melewati area yang

sudah terpakai untuk saat ini. Dalam setiap hambatan di lingkungan nantinya akan

mempengaruhi nila dari alternati-alternatif yang telah di ajukan.

Berikut gambaran rute-rute yang telah direncanakan :

98

Gambar 4.4 Aspek Lingkungan Sekitar Alternatif

Dan berikut penilaian untuk aspek lingkungan :

No Alternatif Aspek Ligkungan

( Hambatan )

1 Alternatif 1 a. Melewati CY-03

b. Melewati area AKR

2 Alternati 2

a. Melewati CY-03

b. Dekat dengan pintu CY-04

c. Dekat dengan kantor TPKS

3 Alternatif 3

a. Melewati CY-02

b. Melewati CY-06

c. Berbatasan langsung dengan laut

4.3.4 Analisis Biaya (volume rigid pavement)

Analisis biaya berfungsi untuk menjadi pertimbangan pemilihan

alternatif, karena ini mempengaruhi nilai ekonomis dalam pembangunan jalan

baru. Pada analisis biaya ini di perhitungkan dengan volume beton yang

digunakan. Jadi untuk mengetahui analisis biaya dalam pemakaian beton dihitung

dengan asumsi sebagai berikut :

Disesuaikan harga 1 m3 beton dari harga satuan yang digunakan dalam rencana

anggaran biaya adalah :

Jenis Bahan Harga Satuan

Tabel 4.12 Aspek Lingkungan

99

Beton K-350 Rp 1.550.340,00

Dengan menggunakan acuan harga beton di atas dan telah dikatahui panjang

rencana jalan sebelumnya maka di perhitungkan analisis pembelian beton sesuai

dengan volume masing-masing,berikut perhitungannya :

Volume Jalan Alternatif 1 ) + (593 12

Volume Jalan Alternatif 2 ) + (500 12

Volume Jalan Alternatif 3 ) + (510 12

Analisis biaya :

Analisis biaya Alternatif 1

No Alternatif Harga satuan Volume Analisis Biaya

1 Alternatif 1 Rp. 1.550.340,00 Rp. 3.145.639.860,-

2 Alternatif 2 Rp. 1.550.340,00 Rp. 3.488.265.000,-

3 Alternatif 3 Rp. 1.550.340,00 Rp. 5.705.251.200,-

Tabel 4.13 Analisis biaya

4.2.5 Panjang Jalan

Dan hasil pengambilan panjang dari tiap alternatif dilakukan dengan

bantuan google map adalah sebagai berikut :

100

Gambar 4.5 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 1

Gambar 4.6 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 2

Panjang Alternatif 1

= 643 m

Panjang Alternatif 2

= 650 m

101

Gambar 4.7 Pengukuran Panjang Alternatif Jalan 3

No Alternatif Panjang Jalan (m)

1 Alternatif 1 643

2 Alternatif 2 650

3 Alternatif 3 940

Tabel 4.14 Panjang jalan dalam satuan meter

4.4 Analisis Rute

a. Lengkung Horisontal

No Alternatif Jumlah Lengkung

Horisontal Penilaian

1 Alternatif 1 4 2

Panjang Alternatif 3

= 940 m

102

2 Alternatif 2 2 3

3 Alternatif 3 4 2

Tabel 4.15 Penilaian Lengkung Horisontal

b. Daya Dukung Tanah

No Alternatif CBR (%) Penilaian

1 Alternatif 1 3,59 1

2 Alternatif 2 6,26 3

3 Alternatif 3 4,50 2

c. Aspek Lingkungan

No Alternatif Aspek Ligkungan

( Hambatan ) Penilaian

1 Alternatif 1 a. Melewati CY-03

b. Melewati area AKR 3

2 Alternati 2

a. Melewati CY-03

b. Dekat dengan pintu CY-04

c. Dekat dengan kantor TPKS

2

3 Alternatif 3

a. Melewati CY-02

b. Melewati CY-06

c. Berbatasan langsung dengan laut

2

Tabel 4.17 Penilaian Aspek Lingkungan

Tabel 4.16 Penilaian CBR

103

f. Analisis Biaya

No Alternatif Analisis Biaya Penilaian

1 Alternatif 1 Rp. 3.145.639.860,- 3

2 Alternatif 2 Rp. 3.488.265.000,- 2

3 Alternatif 3 Rp. 5.705.251.200,- 1

Tabel 4.18 Penilaian untuk Analisis Biaya

e. Panjang Jalan

No Alternatif Panjang Jalan (m) Penilaian

1 Alternatif 1 643 3

2 Alternatif 2 650 3

3 Alternatif 3 940 1

Tabel 4.19 Penilaian Panjang Jalan (m)

Hasil yang didapatkan dengan memberikan poin nilai untuk masing-masing

alternatif ini akan dilanjutkan dengan pembobotan nilai yang sebelumnya sudah

ditentukan terlebih dahulu.

4.5 Pembobotan Penilaian

Dengan nilai-nilai yang telah didapatkan maka dilakukan pembobotan

untuk mengetahui alternatif yang paling baik diantara yang lainnya. Keamanan,

kenyaman , ekonomis dan kecepatan sangat diperhitungkan dalam suatu

perencanaan jalan baru. Dengan melihat faktor keamanan paling penting dalam

suatu pembangunan, maka lengkung horisontal diberikan bobot 30% yang

berperan sebagai standar keamanan saat pengguna jalan melaluinya.

104

Keamanan daya dukung tanah juga berperan penting karena ini yang

menjadi pondasi dibangunnya jalan baru, 20% bobot yang diberikan untuk daya

dukung tanah. Aspek lingkungan mewakili kenyamanan di area sekitar jalan

barupun harus diperhatikan, karena adanya hambatan di area pembangunan jalan

baru ini membuat pengguna jalan akan besimpangan dengan aktifitas pengguna

area sekitar jalan baru sehingga fungsi jalan akan terganggu. Maka hambatan

dalam aspek lingkungan diberikan bobot 25%. Sebagai perbandingan bagaiaman

jika jalan dibangun maka ditambahkan nilai ekonomis dalam perencanaan jalan

baru ini. Dan anggaran biaya diberikan bobot 15%. Sedangkan kecepatan dapat

diperkirakan dengan panjang pembangunan jalan baru,sehingga jalan yang lebih

efisien waktu akan memudahkan pengguna jalan. Panjang jalan diberikan bobot

10%.

Berikut pembobotan akhir, pada setiap alternatif :

Faktor Nilai Bobot Hasil

Alternatif 1

Lengkung Horisontal 2 30% 0,60

Daya Dukung Tanah 1 20% 0,20

Aspek Lingkungan 3 25% 0,75

Anggaran Biaya 3 15% 0,45

Panjang 3 10% 0,30

Total Nilai 100% 2,30

Tabel 4.20 Pembobotan Alternatif 1

Faktor Nilai Bobot Hasil

105

Alternatif 2

Lengkung Horisontal 3 30% 0,90

Daya Dukung Tanah 3 20% 0,60

Aspek Lingkungan 2 25% 0,50

Anggaran Biaya 2 15% 0,30

Panjang 3 10% 0,30

Total Nilai 100% 2,60

Tabel 4.21 Pembobotan Alternatif 2

Faktor Nilai Bobot Hasil

Alternatif 3

Lengkung Horisontal 2 30% 0,60

Daya Dukung Tanah 2 20% 0,40

Aspek Lingkungan 2 25% 0,50

Anggaran Biaya 1 15% 0,15

Panjang 1 10% 0,10

Total Nilai 100% 1,75

Dari hasil pembobotan tersebut didapatkan bahwa total nilai adalah sebagai

berikut :

Alternatif 1 = 2,30

Alternatif 2 = 2,60

Alternatif 3 = 1,75

Sehingga alternatif yang dapat dijadikan pilihan untuk pembuatan jalan baru di

area Terminal Peti Kemas Semaranga adalah alternatif 2 yang memiliki hasil

pembobotan nilai paling tinggi.

Gambaran jalur alternatif 2 :

Tabel 4.22 Pembobotan Alternatif 3

106

Gambar 4.8 Alternatif 2 menjadi alternatif terbaik

4.6 Perencanaan Jalan

Sesuai dengan syarat perkerasan kaku yang berdasar pada Pd T-14-2003

untuk membangun sebuah jalan baru maka dibutuhkan metode perencanaan

sebagai berikut :

4.6.1 Data Perencanaan Geometrik Jalan

Sesuai dengan UU No. 22 tahun 2009, jalan baru di area Terminal Peti

Kemas Semarang memakai rencana jalan khusus yang memiliki muatan sumbu

terberat ≥ 10 ton. Karena jalan khusus ini dipergunkan untuk kendaraan

pengangkut petikemas yang akan melakasanakan ekspor atau impor.

107

Ini sesuai dengan klasifikasi jalan berdasarkan Wewenang Pembinaan,

dimana jalan khusus merupakan jalan yang dibangun dan dipelihara oleh

Instansi/Badan Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing.

4.6.2 Perhitungan untuk Desain Jalan

a. Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Kondisi Jalan 2 lajur 1 arah untuk kendaraan berat

Nilai C yang digunakan = 0,7

b. Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) Selama Umur Rencana

JKN = 365 × JKNH × R

Dimana R adalah pertumbuhan lalu lintas, yang akan terus bertambah

sesuai dengan umur rencana. Faktor pertumbuhan rencana dapat

ditentukan dengan berdasar rumus berikut :

R =

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton

Semen

Tabel 4.23 Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )

108

R =

R = 45,76

Faktor pertumbuhan lalu lintas juga ditentukan berdasar tabel berikut :

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

JKNH = 988 × 24 = 23712 kend/hari

JKN = 365 × 23712 × 45,76

= 3,9 × 108

JKN rencana = 3,9 × 108 × 0,7

= 2,7 × 108

c. Perhitungan Repetasi Sumbu Rencana

Karena jalan yang akan direncanakan ini jalan khusus untuk lalu

lintas di area Terminal Peti Kemas Semarang, maka perhitungan repetisi

adalah sepenuhnya digunakan STdRG (Sumbu Tandem Roda Ganda).

Proporsi beban jenis sumbu STdRG :

Beban sumbu 20 ton =

Tabel 4.24 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas ( R )

109

=

= 100 %

Proporsi sumbu :

Jenis sumbu STdRG =

=

= 100 %

4.6.3 Menentukan Tebal Pondasi Bawah

Penentuan jenis pondasi bawah yang pas dan juga tebalnya dapat

menggunakan gambar tebal pondasi bawah untuk jalan beton semen yang

terdapat di Pd T-14-2003. Dengan memperhitungkan nilai CBR tanah

dasar rencana dan jumalah repetisi sumbu.

Bahan pondasi dapat berupa :

a. Bahan berbutir

b. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat

c. Campuran beton kurus

Tebal lapisan pondasi minimum 10cm yang paling sedikit mempunyai

mutu sesuai dengan SNI No.03-1743-1989.

Tebal pondasi bawah minimum yang disarankan dapat di lihat sebagai

berikut :

CBR tanah dasar = 6,26 %

110

Jumlah repetisi sumbu = 2,7 × 108

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Jadi Tebal Pondasi yang disarankan = 150 mm dengan BP (bahan

pengikat)

Pondasi bawah dengan bahan pengikat yang dipilih adalah menggunakan

campuran beton kurus giling padat yang mempunyai kuat tekan karakteristik

pada umur 28hari minimum 5,5 Mpa (55Kg/cm2).

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton

4.6.4 Penentuan CBR Efektif

Penentuan CBR efektif didasarkan pada nilai CBR tanah dasar dan tebal

pndasi bawah yang direncanakan.Penetuan tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 4.9 Penentuan CBR Tanah Dasar

111

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

CBR tanah efektifnya = 43 %

4.6.5 Faktor Keamanan Beban

Penentuan faktor keamanan beban rencana, beban sumbu dikalikan

dengan faktor keamanan beban ( FKB). Faktor keamanan beban ini

digunakan berkaitan dengan adanya tingkatan reabilitas perencanaan

seperti terlihan pada tabel berikut :

Gambar 4.10 Penentuan CBR Efektif

112

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Tabel 4.25 Faktor keamanan beban

JadiFaktor keamanan beban = 1,1

Karena termasuk jalan bebas hambatan dengan volume kendaraan menengah.

4.6.6 Tebal Perkerasan Kaku

Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 Mpa, Lalu – Lintas Luar Kota, Dengan

Ruji, FKB = 1,1

Perencanaan jalan yang diambil adalah Alternatif 2 dengan nilai CBR

berdasarkan penelitian dilapangan. CBR tanah dasar = 6,26 %

113

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Gambar 4.11 Diagram penentuan tebal perkerasan kaku

Dari gambar diatas diperoleh tebal perkerasan beton = 25 cm.

114

4.6.7 Menentukan Tegangan Ekuivalen (TE) dan Faktor Erosi (FE) untuk

STdRG.

Menggunakan tabel berikut :

Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton

Tabel 4.26 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa

Bahu Beton

115

Dari tabel diatas diketahui tebal perencanaan pelat beton 250 mm dengan CBE

efektif 43% (dipakai 35 % yang mendekatinya) tanpa bahu beton.

Didapatkan TE = 0,95

FE = 2,64

Dengan didapatkannya TE dan FE, maka dapat ditentuka faktor rasio tegangan

(FRT) untuk beban rencana per roda.

FRT = TE / fcf

= 0,95 / 4,25

= 0,22

4.6.8 Sambungan

Sambungan yang digunakan adalah sambungan susut melintang.

Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat untuk

perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis

pondasi stabilisasi semen. Berikut gambarannya:

Gambar 4.12 Sambungan susut melintang

116

Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung

dengan tulangan 8-15 meter. Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos

panjang 45 cm, jarak antar ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang

akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Setengah dari

panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk

menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji tergantung pada tebal

pelat beton, berikut tabelnya :

Sumber : Pd T-14-2003, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Dari tabel di atas maka didapatkan diameter ruji sebesar 36 mm.

Panjang dowel digunakan ukuran 400 mm dan jarak spacing antar dowel 300

mm

Untuk sambungan membujur digunakan tie bars berupa tulangan baja berulir

(deform bar) berfungfi untuk mengikat pelat yang satu dengan yang lain

Ukuran tie bar yang disarankan diameter 16 mm jarak 600 mm

4.6.9 Perencanaan Penulangan

Tabel 4.28 Koefisien gesekan (µ)

Tabel 4.27 Penentuan Diameter Ruji

117

Tulangan Memanjang

µ = 1,5 fs = 240 MPa

L = 8 m h = 250 mm = 0,25 m

As =

M = 2400 kg/m

3

=

= 147,15 mm2/m’

As min = 0,1 % × 220 × 1000 = 250 mm2/m’

Dipergunakan tulangan diameter 12 mm, jarak 200 mm

Tulangan Melintang untuk STA 0-150

µ = 1,5 fs = 240 MPa

L = 5 m h = 250 mm = 0,25 m

As =

M = 2400 kg/m

3

=

= 91.97 mm2/m’

As min = 0,1 % × 250 × 1000 = 250 mm2/m’

Dipergunakan tulangan diameter 10 mm, jarak 200 mm

Tulangan Melintang untuk STA 151-650

µ = 1,5 fs = 240 MPa

118

L = 6 m h = 250 mm = 0,25 m

As =

M = 2400 kg/m

3

=

= 110,36 mm2/m’

As min = 0,1 % × 250 × 1000 = 250 mm2/m’

Dipergunakan tulangan diameter 12 mm, jarak 200 mm

4.6.Metode Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Untuk perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) digunakan

program yang dapat mendukung kelancaran dan ketelitian dalam

perhitungan, oleh karena itu perencana menggunakan program Microsoft

Exel, untuk mencari volume pekerjaan dan analisa bahan dan upah.

119

Tabel 4.29 Rencana Anggaran Biaya

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp.) (Rp.)

I.

1 Pengukuran Ls 1 4.500.000,00Rp 4.500.000,00Rp

2 Dokumen dan Administrasi Ls 1 1.200.000,00Rp 1.200.000,00Rp

3 Papan Nama Proyek Ls 1 300.000,00Rp 300.000,00Rp

4 Direksi Keet Ls 1 2.780.000,00Rp 2.780.000,00Rp

5 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1 10.000.000,00Rp 10.000.000,00Rp

18.780.000,00Rp

II.

1Pengupasan tanah dan

pembersihan m² 6000 1.604,17Rp 9.625.004,40Rp

2Mengangkut material untuk

mengurug galianm³ 600 191.904,17Rp 115.142.500,00Rp

3 Membentuk badan jalan m³ 600 59.950,00Rp 35.970.000,00Rp

4 Pemadatan tanah dasar m² 6000 1.970,38Rp 11.822.250,00Rp

172.559.754,40Rp

III.

1 Lapis pondasi bawah m³ 1125 447.370,00Rp 503.291.250,00Rp

2 Bekisting m² 220 48.620,00Rp 10.696.400,00Rp

3 Penulangan kg 71721,00 16.671,22Rp 1.195.676.408,25Rp

4 Beton m³ 2250 1.550.340,00Rp 3.488.265.000,00Rp

5.197.929.058,25Rp

IV.

1 Urugan Tanah m³ 594 89.845,25Rp 53.368.078,50Rp

2Pemasangan Kanstin 50x20x40

cmm' 1000 154.764,50Rp 154.764.500,00Rp

3Pemasangan Paving Hexagon

20x20x6 cm (K-300)m² 800 136.317,50Rp 109.054.000,00Rp

317.186.578,50Rp

V.

1 Marka Jalan Termoplastik m² 426,563 320.192,97Rp 136.582.313,58Rp

2 Unit Penerangan Lampu Tunggal buah 13 6.104.253,84Rp 79.355.299,88Rp

215.937.613,46Rp

I. 18.780.000,00Rp

II. 172.559.754,40Rp

III. 5.197.929.058,25Rp

IV. 317.186.578,50Rp

V. 215.937.613,46Rp

VI. 5.922.393.004,61Rp

VII. 296.119.650,23Rp

VIII. Total (VI + VII) 6.218.512.654,84Rp

Jumlah I + II + III + IV + V

Terbilang : Lima milyar tujuh ratus tujuh puluh delapan juta delapan ratus enam puluh dua ribu tujuh puluh sembilan koma lima

kkkkkkkkitujuh rupiah

Umum

Jumlah

Jumlah

Pekerjaan Pembatas Jalan

Umum

Pekerjaan Pelengkap

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Perkerasan

Rekap Pekerjaan Jalan di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS)

Pekerjaan Pelengkap

Jumlah

Pajak 5 % (0,05 × VI)

No. Uraian VolumeSatuan

Jumlah

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Perkerasan

Pekerjaan Pembatas Jalan

Jumlah

120

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan:

1. Kapasitas di jalan eksisting Terminal Peti Kemas Semarang sekarang ini

sebesar 3247,56 smp/jam.

2. Kapasitas jalan akan tetap selama dimensi dan kondisi jalan tidak dirubah,

sedangkan volume lalu lintas mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Dengan derajat kejenuhan > 0,75 pada tahun 2014 (DS = 0,77), tahun

2015 (DS = 0,82), tahun 2016 (DS = 0,89), tahun 2017 (DS = 0,98), maka

dapat diketahui kapasitas sudah terlampaui pada tahun 2018 (DS = 1,03)

dan akan terus meningkat setiap tahun, sehingga kapasitas tidak dapat

mencukupi kebutuhan lalu lintas di area Terminal Peti Kemas Semarang.

3. Solusi yang paling efektif untuk mengatasi kepadatan lalu lintas adalah

dengan dibuatnya jalan baru di area Terminal Peti Kemas Semarang.

4. Dengan memberikan tiga pilihan alternatif jalan yang akan dibuat,

didapatkan hasil sebagai berikut :

Alternatif 1 = 2,30

Alternatif 2 = 2,60

Alternatif 3 = 1,75

121

Maka didapatkan alternatif kedua adalah pilihan terbaik dari tiga alternatif

yang diberikan.

5. Kondisi di area alternatif 2 adalah sebagai berikut :

Jumlah lengkung horisontal 2 lengkung

Hasil uji daya dukung tanah CBR 6,26 %

Aspek lingkungan 3 hambatan

Biaya pembuatan Rp 3.488.265.000 ,-

Panjang jalan 650 meter

Gambar 5.1 Lokasi Pilihan 3 Alternatif

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3

122

6. Desain alternatif jalan baru yang direncanakan di Terminal Pati Kemas

Semarang dengan rigid pavement adalah sebagai berikut :

a. Panjang jalan = 650 m

b. Lebar jalan STA 0 – 150 = 20 m

Lebar Jalan STA 151-650 = 12 m

c. Tebal perkerasan kaku = 250 mm

d. Mutu beton yang digunkan = K-350

e. Lapis pondasi = Lapisan pasir dan sirtu kelas A,

CBR > 20%

f. Tanah Eksisting = CBR > 5 %

7. Lampiran

5.2 Saran

1. Jalan baru ini sebaiknya segera di buat tahun 2017,karena sebenarnya

pada tahun 2018 sudah melebihi dari kapasitas jalan lama dan akan terus

bertambah pada tahun-tahun berikutnya.

2. Jika volume lalu lintas terus meningkat dan jalan baru sudah tidak dapat

menampung volume tersebut,maka dapat dilakukan pembuatan alternatif

lain,berupa pembangunan rel kereta api khusus peti kemas di area

Terminal Peti Kemas Semarang.

3. Disarankan dibuat kajian alternatif pemecahan masalah memakai

pembangunan rel.

123

DAFTAR PUSTAKA

2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 34 Tahun 2006 Tentang Jalan,

Sekretariat Negara, Jakarta.

2009. Undang-Undang No 22 tahun 2009. Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 79 Tahun 2013 Tentang

Jaringan Lalu-lintas dan Angkutan Jalan, Presiden Republik Indonesia,

Jakarta.

AASHTO M-155, 1998, Standard Specification for Transportation Materials and

Methods of Sampling and Testing.Washington, D.C.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003, Perencanaan Perkerasan

Jalan Beton Semen, Pedoman Konstruksi Bangunan, Pd.T-14-2003,

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia

( MKJI). Bina Karya . Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2012. Manual Desain Perkerasan Jalan,

Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum RI.

Divisi Operasional, 2016. Arus Bongkar Muat Petikemas. Semarang : Terminal

Petikemas Semarang.

Fendi, 2009. Teori Perencanaan Geometrik Jalan Raya.

http://www.flyconcep.com/2009/01/22/teori-perencanaan-geomerik-jalan-

raya.html/v. (Diakses pada 20 November 2015 pukul 19.25)

124

Kamarwan, S. S., Sistem Transportasi, Gunadarma, Jakarta, 1997.

Hendarsin, Shirley L. 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan Teknik

Sipil - Politeknik Negeri Bandung, Bandung

Hermawanto, T., M. Zainul Arifin dan A. Wicaksono, 2006. Pemilihan

Trase Jalan dengan Metode IPA (Importance Performance Analysis) dan

AHP (Analytic Hierarchy Process. Universitas Brawijaya, Malang.

Hobbs, F.D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah Mada

University Press.

SNI 03-1738-1989, Pengujian CBR Lapangan

SNI 03-1743-1989, Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah.

SNI 03-6388-2000. Spesifikasi agregat tanah lapis pondasi bawah, lapis pondasi

dan lapis permukaan.

Suryadharma ; Hendra – Susanto ; Benediktus, 1999. Rekayasa Jalan

Raya. Penerbitan Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

123

LAMPIRAN - LAMPIRAN

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

Harga Satuan

Harga Bahan/Upah Jumlah

(Rp.) (Rp.)

A Pengukuran 4.500.000,00Rp

9000 m² Pengukuran lokasi proyek 500,00Rp 4.500.000,00Rp

B Dokumen dan Administrasi 1.200.000,00Rp

8 lembar Gambar Shopdrawing 50.000,00Rp 400.000,00Rp

8 bendel Laporan mingguan 50.000,00Rp 400.000,00Rp

2 bendel Laporan bulanan 100.000,00Rp 200.000,00Rp

1 bendel Laporan akhir 200.000,00Rp 200.000,00Rp

C Papan nama proyek 300.000,00Rp

1 Papan nama proyek ukuran 200 x 150 cm 300.000,00Rp 300.000,00Rp

D Direksi Keet 2.780.000,00Rp

21 m² Kantor Konsultan 30.000,00Rp 630.000,00Rp

21 m² Kantor Kontraktor Pelaksana 30.000,00Rp 630.000,00Rp

21 m² Barak Tenaga 20.000,00Rp 420.000,00Rp

100 m² Gudang 5.000,00Rp 500.000,00Rp

2 KM/WC 300.000,00Rp 600.000,00Rp

E Mobilisasi dan Demobilisasi 10.000.000,00Rp

1 buah Bulldoser 110 hp 2.000.000,00Rp 2.000.000,00Rp

1 buah Grader 110 hp 2.000.000,00Rp 2.000.000,00Rp

1 buah Whell Loader 80 HP 2.000.000,00Rp 2.000.000,00Rp

1 buah Mesin gilas bergetar 1 ton 2.000.000,00Rp 2.000.000,00Rp

1 buah Mesin gilas 3 roda 8 - 10 T 2.000.000,00Rp 2.000.000,00Rp

F Harga Total ( A + B + C + D + E ) 18.780.000,00Rp

No Total Satuan Uraian Pekerjaan

I PEKERJAAN PERSIAPAN 18.780.000,00Rp

133

Harga Bahan/Upah Jumlah

(Rp.) (Rp.)

1. Menggunakan alat berat

2 Tidak ada pohon besar dalam damija ( hanya semak - semak )

3. Lebar damija 12 m.

A Tenaga 225.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

1,00 hari Operator terlatih 75.000,00Rp 75.000,00Rp

2,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 80.000,00Rp

B Material -Rp

C Peralatan 3.275.000,00Rp

5,00 jam Bulldoser 110 hp 650.000,00Rp 3.250.000,00Rp

1,00 set Alat Bantu 25.000,00Rp 25.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 3.500.000,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 350.000,00Rp

F 2400 m² Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 3.850.000,00Rp

Uraian PekerjaanKoef. SatuanNo

1.604,17Rp 1 m²II PENGUPASAN TANAH DAN PEMBERSIHAN PADA DAMIJA

1. Menggunakan alat berat ( 120 m³ / hari )

2. Dipakai material dari penggalian di daerah jalan atau

tempat lain yang diperbolehkan.

3. 2 rit pp / jam / truk.

4. Jarak angkut pp < 4 km.

5. Kapasitas pemadatan 120 m³ perhari

6. Tidak termasuk pekerjaan persiapan dilokasi pengambilan.

A Tenaga 1.670.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

4,00 hari Operator terlatih 75.000,00Rp 300.000,00Rp

6,00 hari Sopir 150.000,00Rp 900.000,00Rp

10,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 400.000,00Rp

B Material 7.930.000,65Rp

144 m³ Bahan Timbunan 55.000,00Rp 7.930.000,65Rp

C Peralatan 11.335.000,00Rp

5,00 jam Bulldoser 110 hp 650.000,00Rp 3.250.000,00Rp

5,00 jam Whell Loader 80 HP 250.000,00Rp 1.250.000,00Rp

5,00 jam Mesin gilas bergetar 1 ton 500.000,00Rp 2.500.000,00Rp

5,00 jam Truk tangki air 68 HP 290.000,00Rp 1.450.000,00Rp

25,00 jam Dump Truk ( 5 T ) - 68 HP 115.000,00Rp 2.875.000,00Rp

0,40 set Alat bantu 25.000,00Rp 10.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 20.935.000,65Rp

E Overhead & Profit (10%) 2.093.500,07Rp

F 120 m³ Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 23.028.500,72Rp

III 1 m³ 191.904,17Rp MENGANGKUT MATERIAL UNTUK MENGURUG GALIAN

134

IV 1 m³ 59.950,00Rp

1. Menggunakan peralatan berat ( 200 m³ / hari )

2. 20 % terbuang ditempat

3. 80 % diangkut dan dibuang dengan truk

4. 2,5 rit pp / jam / truk

5 Jarak 1 rit pp < 2 km

6. Tidak termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar

A Tenaga 1.095.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

3,00 hari Operator terlatih 75.000,00Rp 225.000,00Rp

4,00 hari Sopir 150.000,00Rp 600.000,00Rp

5,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 200.000,00Rp

B Material -Rp

C Peralatan 9.805.000,00Rp

5,00 jam Bulldoser 110 Hp 650.000,00Rp 3.250.000,00Rp

5,00 jam Grader 110 Hp 600.000,00Rp 3.000.000,00Rp

5,00 jam Whell Loader 80 HP 250.000,00Rp 1.250.000,00Rp

20,00 jam Dump truk ( 5 T ) - 68 HP 115.000,00Rp 2.300.000,00Rp

0,20 set Alat bantu 25.000,00Rp 5.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 10.900.000,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 1.090.000,00Rp

F 200 m³ Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 11.990.000,00Rp

MEMBENTUK BADAN JALAN / DIDAERAH GALIAN TANAH

EXISTING

1. Menggunakan alat berat ( 8 m x 500 m /hari )

2. Damija dibersihkan dari semak

3. Lebar dasar jalan 8 m

4. Hasil kerja menyiapkan dasar jalan 500 m / hari

A Tenaga 380.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

2,00 hari Operator terlatih 75.000,00Rp 150.000,00Rp

4,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 160.000,00Rp

B Material -Rp

C Peralatan 6.785.000,00Rp

6,00 jam Grader 110 HP 600.000,00Rp 3.600.000,00Rp

6,00 jam Mesin gilas 3 roda 8 - 10 T 530.000,00Rp 3.180.000,00Rp

0,20 set Alat bantu 25.000,00Rp 5.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 7.165.000,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 716.500,00Rp

F 4000 m² Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 7.881.500,00Rp

PEMADATAN TANAH DASAR 1.970,38Rp V 1 m²

135

1. Menggunakan peralatan berat ( 150 m³ / hari ).

2. Dimulai dengan pekerjaan memperbaiki penurunan.

3. Grader melakukan 2 kali lintasan untuk mencampur

dan 3 kali lintasan untuk mencampur dan meratakan.

4. Koefisien pemadatan = 1,2.

5. Harga material berdasarkan harga di lokasi proyek.

A Tenaga 530.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

2,00 hari Operator terlatih 75.000,00Rp 150.000,00Rp

1,00 hari Sopir 150.000,00Rp 150.000,00Rp

4,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 160.000,00Rp

B Material 53.640.000,00Rp

45,00 m³ Batu pecah 3-5 cm 350.000,00Rp 15.750.000,00Rp

23,00 m³ Batu pecah 2-3 cm 350.000,00Rp 8.050.000,00Rp

13,00 m³ Batu pecah 1-2 cm 350.000,00Rp 4.550.000,00Rp

27,00 m³ Batu pecah 0,5 - 1 cm 350.000,00Rp 9.450.000,00Rp

72,00 m³ Pasir urug 220.000,00Rp 15.840.000,00Rp

C Peralatan 6.835.000,00Rp

5,00 jam Grader 110 HP 600.000,00Rp 3.000.000,00Rp

5,00 jam Mesin gilas roda karet 8 - 10 t 530.000,00Rp 2.650.000,00Rp

4,00 jam Truk tangki air 68 HP 290.000,00Rp 1.160.000,00Rp

1,00 set Alat bantu 25.000,00Rp 25.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 61.005.000,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 6.100.500,00Rp

F 150 m³ Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 67.105.500,00Rp

KONSTRUKSI LAPIS PONDASI BAWAH ( LPB ) KLAS A 447.370,00Rp VI 1 m³

136

1. Kelompok tukang memasang 100 m² dalam 5 hari kerja

2. 1/3 material dapat dipakai kembali

3. Pengadaan barang dari leveransir

4. Untuk 1m3 beton menggunakan 40 lbr plywood 1,7 mm

5. Tukang kayu membongkar perancah

A Tenaga 4.075.000,00Rp

5,00 hari Mandor 70.000,00Rp 350.000,00Rp

20,00 hari Tukang batu 75.000,00Rp 1.500.000,00Rp

35,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 1.400.000,00Rp

15,00 hari Buruh semi terlatih 55.000,00Rp 825.000,00Rp

B Material 270.000,00Rp

20,00 Kg Paku jembatan 12.000,00Rp 240.000,00Rp

3,00 Liter Minyak bakar 10.000,00Rp 30.000,00Rp

C Peralatan 75.000,00Rp

3,00 set Alat bantu 25.000,00Rp 75.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 4.420.000,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 442.000,00Rp

F 100 m² Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 4.862.000,00Rp

VII 1 m² PERANCAH (BEKISTING) UNTUK BETON BERTULANG 48.620,00Rp

1. 200 kg tulangan jadi disiapkan dalam 1 hari

2. Besi untuk tulangan dikirim ketempat pekerjaan oleh leveransir

3. Batang-batang tulangan dibengkok ditempat pekerjaan

4. Penyusutan tulangan dihitung 10% dan pemakaian kawat baja 1%

A Tenaga 335.000,00Rp

1,00 hari Mandor 70.000,00Rp 70.000,00Rp

1,00 hari Tukang batu 75.000,00Rp 75.000,00Rp

2,00 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 80.000,00Rp

2,00 hari Buruh semi terlatih 55.000,00Rp 110.000,00Rp

B Material 2.691.130,50Rp

225,00 kg Besi beton & kawat beton 11.960,58Rp 2.691.130,50Rp

C Peralatan 5.000,00Rp

0,20 set Alat bantu 25.000,00Rp 5.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 3.031.130,50Rp

E Overhead & Profit (10%) 303.113,05Rp

F 200 kg Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 3.334.243,55Rp

16.671,22Rp VIII 1 KgPENULANGAN BETON (POTONG, BENGKOK, PASANG BESI

TULANGAN

137

1. Beton dikirim dalam bentuk ready mix

2. Pengecoran dilapangan dilaksanakan tiap 6 m³

A Tenaga 311.400,00Rp

0,30 hari Mandor 70.000,00Rp 21.000,00Rp

5,94 hari Buruh tak terlatih 40.000,00 237.600,00Rp

0,96 hari Buruh semi terlatih 55.000,00 52.800,00Rp

B Material 7.680.000,00Rp

6,0 m³ Beton ready mix (K-350) 1.280.000,00Rp 7.680.000,00Rp

C Peralatan 465.000,00Rp

5,00 jam Alat penggetar beton 4 HP 55.000,00Rp 275.000,00Rp

5,00 jam Pompa air ( Ø 5 cm ) 30 m3 / jam 35.000,00Rp 175.000,00Rp

0,6 set Alat bantu 25.000,00Rp 15.000,00Rp

D Jumlah A+B+C 8.456.400,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 845.640,00Rp

F 6 m³ Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 9.302.040,00Rp

BETON (PENGECORAN DAN PERAWATAN)IX 1 m³ 1.550.340,00Rp

1. Menggunakan tenaga manusia ( 60 m3 / hari ).

2. Di pakai material dari penggalian didaerah jalan atau tempat lain

yang diperbolehkan.

A Tenaga 15.510,00Rp

0,033 hari Mandor 70.000,00Rp 2.310,00Rp

0,330 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 13.200,00Rp

B Material 66.000,00Rp

1,2000 m³ Bahan Timbunan 55.000,00Rp 66.000,00Rp

C Peralatan 167,50Rp

0,007 set Alat Bantu 25.000,00Rp 167,50Rp

D Jumlah A+B+C 81.677,50Rp

E Overhead & Profit (10%) 8.167,75Rp

F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 89.845,25Rp

X 1 m³ PEKERJAAN TIMBUNAN PEMBATAS JALAN 89.845,25Rp

138

A Tenaga 19.875,00Rp

0,025 hari Mandor 70.000,00Rp 1.750,00Rp

0,135 hari Tukang batu 75.000,00Rp 10.125,00Rp

0,2 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 8.000,00Rp

B Material 102.800,00Rp

1,01 m² Paving hexagon 20 x 20 x 6 cm (K-300) 80.000,00Rp 80.800,00Rp

0,1 m³ Pasir 220.000,00Rp 22.000,00Rp

C Peralatan 1.250,00Rp

0,050 set Alat Bantu 25.000,00Rp 1.250,00Rp

D Jumlah A+B+C 123.925,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 12.392,50Rp

F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 136.317,50Rp

XI 136.317,50Rp PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING1 m²

A Tenaga 9.570,00Rp

0,001 hari Mandor 70.000,00Rp 70,00Rp

0,1 hari Tukang batu 75.000,00Rp 7.500,00Rp

0,05 hari Buruh tak terlatih 40.000,00Rp 2.000,00Rp

B Material 130.500,00Rp

4 buah Kanstin 50 x 20 x 40 cm 28.000,00Rp 112.000,00Rp

0,15 sak Semen (40 kg) 50.000,00Rp 7.500,00Rp

0,05 m³ Pasir 220.000,00Rp 11.000,00Rp

C Peralatan 625,00Rp

0,025 set Alat Bantu 25.000,00Rp 625,00Rp

D Jumlah A+B+C 140.695,00Rp

E Overhead & Profit (10%) 14.069,50Rp

F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 154.764,50Rp

XII 1 m' PEKERJAAN PEMASANGAN KANSTIN 154.764,50Rp

139

A Tenaga 7.875,00Rp

0,600 jam Pekerja 7.857,14Rp 4.714,29Rp

0,225 jam Tukang 10.714,29Rp 2.410,71Rp

0,075 jam Mandor 10.000,00Rp 750,00Rp

B Bahan 272.970,00Rp

3,300 kg Cat Marka 75.000,00Rp 247.500,00Rp

1,050 liter Thinner 12.000,00Rp 12.600,00Rp

0,450 kg Glass Bit 28.600,00Rp 12.870,00Rp

C Peralatan 10.239,52Rp

0,075 jam Compressor 130.226,90Rp 9.767,02Rp

1,000 ls Alat Bantu 472,50Rp 472,50Rp

D Jumlah A+B+C 291.084,52Rp

E Overhead & Profit (10%) 29.108,45Rp

F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 320.192,97Rp

MARKA JALAN TERMOPLASTIK Rp 320.192,97 XIII 1 m²

A Tenaga 28.662,86Rp

2,432 jam Pekerja 7.857,14Rp 19.108,57Rp

0,608 jam Tukang 10.714,29Rp 6.514,29Rp

0,304 jam Mandor 10.000,00Rp 3.040,00Rp

B Bahan 5.405.437,15Rp

1,000 m³ Beton K-250 1.626.437,15Rp 1.626.437,15Rp

2,000 kg Besi Tulangan (Ulir) U 32 14.500,00Rp 29.000,00Rp

1,000 buah Lampu Penerangan Lengan 3.750.000,00Rp 3.750.000,00Rp

C Peralatan 115.221,66Rp

0,304 jam Flat Bed Truck 379.018,62Rp 115.221,66Rp

1,000 ls Alat Bantu -Rp -Rp

1,000 ls Cetakan Besi -Rp -Rp

D Jumlah A+B+C 5.549.321,67Rp

E Overhead & Profit (10%) 554.932,17Rp

F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 6.104.253,84Rp

PENERANGAN LAMPU TUNGGAL Rp 6.104.253,84 XIV 1 buah

140

Rencana Anggaran Biaya

Harga Satuan Jumlah Harga

(Rp.) (Rp.)

I.

1 Pengukuran Ls 1 4.500.000,00Rp 4.500.000,00Rp

2 Dokumen dan Administrasi Ls 1 1.200.000,00Rp 1.200.000,00Rp

3 Papan Nama Proyek Ls 1 300.000,00Rp 300.000,00Rp

4 Direksi Keet Ls 1 2.780.000,00Rp 2.780.000,00Rp

5 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1 10.000.000,00Rp 10.000.000,00Rp

18.780.000,00Rp

II.

1Pengupasan tanah dan

pembersihan m² 6000 1.604,17Rp 9.625.004,40Rp

2Mengangkut material untuk

mengurug galianm³ 600 191.904,17Rp 115.142.500,00Rp

3 Membentuk badan jalan m³ 600 59.950,00Rp 35.970.000,00Rp

4 Pemadatan tanah dasar m² 6000 1.970,38Rp 11.822.250,00Rp

172.559.754,40Rp

III.

1 Lapis pondasi bawah m³ 1350 447.370,00Rp 603.949.500,00Rp

2 Bekisting m² 325 48.620,00Rp 15.801.500,00Rp

3 Penulangan kg 71721,00 16.671,22Rp 1.195.676.408,25Rp

4 Beton m³ 2250 1.550.340,00Rp 3.488.265.000,00Rp

5.303.692.408,25Rp

IV.

1 Urugan Tanah m³ 660 89.845,25Rp 59.297.865,00Rp

2Pemasangan Kanstin 50x20x40

cmm' 1000 154.764,50Rp 154.764.500,00Rp

3Pemasangan Paving Hexagon

20x20x6 cm (K-300)m² 800 136.317,50Rp 109.054.000,00Rp

323.116.365,00Rp

V.

1 Marka Jalan Termoplastik m² 426,563 320.192,97Rp 136.582.313,58Rp

2 Unit Penerangan Lampu Tunggal buah 13 6.104.253,84Rp 79.355.299,88Rp

215.937.613,46Rp

I. 18.780.000,00Rp

II. 172.559.754,40Rp

III. 5.303.692.408,25Rp

IV. 323.116.365,00Rp

V. 215.937.613,46Rp

VI. 6.034.086.141,11Rp

VII. 301.704.307,06Rp

VIII. Total (VI + VII) 6.335.790.448,16Rp

No. Uraian VolumeSatuan

Jumlah

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Perkerasan

Pekerjaan Pembatas Jalan

Jumlah

Jumlah I + II + III + IV + V

Terbilang : Enam milyar tiga ratus tiga puluh lima juta tujuh ratus sembilan puluh ribu empat ratus empat puluh delapan koma enam

kkkkkkkkibelas rupiah

Umum

Jumlah

Jumlah

Pekerjaan Pembatas Jalan

Umum

Pekerjaan Pelengkap

Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Perkerasan

Rekap Pekerjaan Jalan di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS)

Pekerjaan Pelengkap

Jumlah

Pajak 5 % (0,05 × VI)

141

Lampiran Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB I SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL I.01.

PERATURAN UMUM

Tata laksana dalam penyelenggaraan bangunan ini dilaksanakan berdasarkan

peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Sepanjang tidak ada ketentuan lain untuk melaksanakan pekerjaan borongan di

Indonesia maka yang sah dan mengikat adalah syarat-syarat umum (disingkat

SU) untuk melaksanakan pekerjaan borongan di Indonesia Nomor 9 tanggal 28

Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara NP.14517.

2. Keputusan Presiden RI Nomor : 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah beserta lampirannya.

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan

Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .

4. Surat Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga (1984) tentang Tata Cara

Penyelenggaraan Pembangunan Jalan dan Jembatan Negara.

5. PP No.43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

6. KM Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman

Pemakai Jalan

7. Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

142

PASAL I.02.

PEMBERI TUGAS PEKERJAAN

Pemberi tugas pekerjaan ini adalah PT. PELINDO III di Pelabuhan Tanjung

Emas Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

PASAL I.03

PENGELOLA PROYEK

Pengendalian pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan oleh Pengendali Kegiatan

dalam hal ini adalah :

1. Pengelola administrasi dan keuangan dari unsur-unsur pemegang mata anggaran.

2. Pengelola teknik dari unsur kegiatan.

PASAL I.04.

PERENCANA

1. Perencana untuk pekerjaan ini adalah PT.PELINDO III Pelabuhan Tanjung

Emas Semarang,Provinsi Jawa Tengah.

2. Perencana berkewajiban untuk berkonsultasi dengan pihak Pengendali Kegiatan

pada tahap perencanaan dan penyusunan dokumen lelang secara berkala.

3. Perencana berkewajiban pula untuk mengadakan pengawasan berkala dalam

bidang struktur.

4. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan

sebelum mendapat izin dari Kepala Satuan Kerja Sementara.

5. Bilamana perencana menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan

atau menyimpang dari bestek, supaya segera diberitahukan kepada Kepala

Satuan Kerja Sementara.

PASAL I.05.

PENGAWAS LAPANGAN

1. Di dalam pelaksanaan sehari-hari di tempat pekerjaan, sebagai pengawas

lapangan adalah konsultan pengawas.

2. Pengawas tidak dibenarkan mengubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan

pekerjaan sebelum mendapat izin dari Kepala Satuan Kerja Sementara.

143

3. Bilamana pengawas lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam

pelaksanaan atau menyimpang dari bestek, supaya segera diberitahukan kepada

Kepala Satuan Kerja Sementara.

4. Konsultan pengawas diwajibkan menyusun rekaman pengawasan selama

pekerjaan berlangsung dari 0 % - 100 %, disampaikan kepada Kepala Satuan

Kerja Sementara dari unsur teknis.

PASAL I.06.

PEMBORONG / KONTRAKTOR

1. Kontraktor merupakan perusahaan berstatus badan hukum yang usaha pokoknya

adalah melaksanakan pekerjaan pemborongan jalan yang mempunyai syarat-syarat

kualitas menurut panitia lelang yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Kerja Sementara

untuk melaksanakan pembangunan jalan tersebut.

2. Tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) yakni lulus dalam pra kualifikasi

yang diadakan oleh panitia.

3. Penunjukan pemborong / rekanan harus memperhatikan peraturan yang berlaku.

PASAL I.07.

PEMBERIAN PENJELASAN

1. Pemberian penjelasan akan diselenggarakan pada :

a. Hari : ............

b. Tanggal : ............

c. Waktu : ............

d. Tempat : ...........

2. Bagi mereka yang tidak dapat mengikuti acara pemberian penjelasan, tidak dapat

dijadikan dasar untuk menolak atau mengugurkan penawaran.

3. Berita acara pemberian penjelasan dapat diambil pada :

a. Hari : .............

b. Tanggal:........

c. Waktu:............

144

d.Tempat:..............

PASAL I.08.

SAMPUL SURAT PENAWARAN

1. Sampul surat penawaran berwarna coklat dan tidak tembus baca.

2. Sampul surat penawaran yang sudah berisi surat penawaran lengkap dengan

lampiran-lampiran supaya ditutup (dilem) dan diberi lak 5 (lima) tempat dan tidak

diberi cap cincin atau kop perusahaan ataupun kode-kode lainnya.

3. Sampul surat penawaran di sebelah kiri atas dan di sebalah kanan bawah supaya

ditulis atau diketik langsung.

SURAT PENAWARAN PEKERJAAN

PEMBANGUNAN JALAN BARU AREA TERMINAL

PETI KEMAS SEMARANG

HARI, TANGGAL :

JAM :

TEMPAT :

KEPADA YTH. :

DIREKTUR PT.PELINDO III

145

Keterangan : = daerah pengelakan

PASAL I.09.

SAMPUL SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH

Sampul surat penawaran dinyatakan tidak sah dan gugur bilamana :

1. Sampul surat penawaran dibuat menyimpang atau tidak sesuai dengan syarat-syarat

dalam Pasal I.08.

2. Sampul surat penawaran terdapat nama penawar atau terdapat harga penawaran atau

terdapat tanda-tanda di luar syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Pasal I.08.

PASAL I.10.

PERSYARATAN PENAWARAN

1. Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,

syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia

barang / jasa, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran

bersyarat.

2. Syarat penawaran adalah

a. Para penawar yang ikut dalam pelelangan/tender diwajibkan menyerahkan surat

jaminan penawaran yang dikeluarkan oleh lembaga penjamin yang ditetapkan

oleh Mentri Keuangan

b. Besarnya jaminan penawaran berkisar antara 1-3% dari harga penawaran, untuk

keseragaman besarya akan ditentukan pada waktu Aanwijzing.

146

c. Jaminan penawaran tersebut akan dikembalikan apabila yang bersangkutan

tidak menjadi pemenang dalam pelelangan.

d. Jaminan pelelangan menjadi milik Negara apabila mengundurkan diri setelah

memasukkan surat penawaran ke dalam kotak pelelangan, peserta yang menang

berhak menerima surat penunjukan.

e. Penawar yang telah ditunjuk sebelum menandatangani kontrak diwajibkan

memberi jaminan penawaran yang besarnya ditentukan 5%dari nilai kontrak,

yang berlaku sampai dengan selesainya masa pemeliharaan.

f. Bila pelelangan dinyatakan batal maka jaminan penawaran dikembalikan.

3. Surat-surat yang dibuat oleh pemborong harus dibuat di atas kertas kop perusahaan

untuk nama perusahaan / pemborong dan harus ditandatangani dan di bawah

tandatangannya supaya disebut nama terangnya.

4. Bilamana surat penawaran tidak ditandatangani oleh direktur pemborong sendiri dapat

ditandatangani oleh penerima kuasa dari direktur pemborang yang namanya tercantum

dalam akte pendirian dan harus dilampiri :

a. Surat kuasa dari direktur pemborong yang bersangkutan dengan bermaterai Rp.

6.000,00.

b. Fotokopi Akte Pendirian Badan Hukum.

5. Surat penawaran supaya dibuat rangkap 3 (tiga) lengkap dengan lampiran-

lampirannya. Surat penawaran yang asli diberi materai Rp.6.000,00 yang diberi

tanggal dan terkena tandatangan dan cap perusahaan.

6. Surat penawaran termasuk lampiran-lampirannya supaya dimasukkan ke dalam satu

amplop sampul surat penawaran yang tertutup.

7. Lampiran-lampiran surat penawaran adalah sebagai berikut :

Surat kuasa (bila diperlukan)

a. Jaminan penawaran

b. Jadwal pelaksanaan

c. Daftar kuantitas dan harga yang telah diisi

d. Daftar mata pembayaran utama

e. Analisa harga satuan mata pembayaran utama

f. Analisa harga satuan dasar

g. Analisa harga lump sum mobilisasi

147

h. Analisa harga lump sum pekerjaan pemeliharaan rutin

i. Daftar usulan peralatan

j. Daftar usulan staf inti proyek

k. Daftar usulan pekerjaan yang di sub-kontrakkan

l. Surat pernyataan bukan pegawai negeri, bukan BUMN/D dan bukan pegawai

bank pemerintah / daerah.

m. Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan beserta perubahan-perubahannya

n. Metode pelaksanaan

o. Fotokopi sertifikat yang memenuhi syarat

p. Daftar susunan pemilik modal perusahaan

q. Daftar susunan pengurus perusahaan

r. Fotokopi NPWP

s. Bukti pajak tahun terakhir

8. Bagi peserta yang tidak mendapatkan pekerjaan, maka jaminan penawaran dapat

diambil kembali setelah pengumuman pemenang lelang.

PASAL I.11.

SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH

Surat penawaran dinyatakan tidak sah dan gugur bilamana :

1. Surat penawaran tidak dimasukkan ke dalam amplop tertentu.

2. Surat penawaran, surat pernyataan dan daftar analisa serta Daftar Kuantitas dan Harga

dibuat tidak di atas kertas kop nama dari perusahaan pemborong yang bersangkutan.

3. Surat penawaran tidak ditandatangani oleh penawar sampai batas waktu yang

148

ditentukan.

4. Surat penawaran yang asli tidak bermaterai Rp. 6.000,00, tidak diberi tanggal dan

tidak terkena tandatangan penawar / tidak ada cap perusahaan, sampai batas waktu

pembukaan penawaran.

5. Surat penawaran dari pemborong yang tidak diundang / mendaftar.

6. Surat penawaran yang tidak lengkap lampirannya seperti tercantum pada Pasal I.10

atau terdapat lampiran surat penawaran yang tidak sah.

PASAL I.12.

CALON PEMENANG

1. Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan

mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan serta telah sesuai dengan

ketentuan yang ada, maka panitia menetapkan 3 (tiga) peserta yang telah memasukkan

penawaran yang paling menguntungkan dalam arti :

a. Penawar secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penawaran tersebut adalah yang terendah di antara penawaran yang memenuhi

syarat seperti tersebut pada nomor 1a dan 1b di atas.

2. Jika dua peserta atau lebih mengajukan penawaran yang sama, maka panitia memilih

peserta menurut pertimbangan mempunyai kecakapan dan kemampuan yang besar.

3. Panitia membuat laporan kepada pejabat yang berwenang, mengambil keputusan

mengenai penetapan dalam calon pemenang. Laporan tersebut disertai usulan serta

penjelasan tambahan dan keterangan keputusan.

PASAL I.13.

PENETAPAN PEMENANG

Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh panitia, pejabat berwenang

menetapkan pemenang pelelangan dan cadangan pemenang pelelangan diurutan kedua di

antara calon yang diusulkan oleh panitia.

PASAL I.14.

PENGUMUMAN PEMENANG

1. Pengumuman pemenang dilakukan oleh panitia setelah ada penetapan pemenang

pelelangan dari pejabat yang berwenang.

2. Kepada rekanan yang berkeberatan atas penetapan pemenang dapat diberikan

kesempatan untuk mengajukan sanggahan keberatan secara tertulis kepada atasan

149

pejabat yang bersangkutan selambat-lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari setelah

pengumuman pemenang.

3. Jawaban terhadap sanggahan diberikan secara tetulis selambat-lambatnya dalam

waktu 5 (lima) hari setelah diterimanya sanggahan tersebut.

4. Sanggahan tersebut diajukan kepada pejabat yang berwenang menetapkan

pemenang leleng disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan.

PASAL I.15.

PEMBATALAN LELANG

Lelang dibatalkan bilamana :

1. Rekanan yang tercantum dalam daftar calon peserta lelang kurang dari 3 (tiga),

atau

2. Penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), atau

3. Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang diperlukan dalam dokumen

lelang, atau

4. Semua penawaran diatas pagu dana yang tersedia, atau

5. Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam

dokumen pemilihan penyedia barang / jasa ternyata benar, atau

6. Sanggahan dari peserta lelang atas terjadinya KKN terhadap calon pemenang

lelang 1,2 dan 3 ternyata benar, atau

7. Calon pemenang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak bersedia ditunjuk,

atau

8. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang atau

prosedur yang berlaku.

PASAL I.16.

PEMBERIAN PEKERJAAN

1. Kepala Satuan Kerja Sementara yang akan memberikan pekerjaan kepada pemborong

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Penunjukan pemenang diberikan kepada pemborong yang telah ditunjuk paling lambat

14 (empat belas) hari setelah pengumuman pemenang.

3. Pemborong diperkenankan mulai bekerja setelah diterbitkannya SPK.

150

PASAL I.17.

PELAKSANAAN PEMBORONGAN

1. Bilamana akan memulai pekerjaan di lapangan, pihak pemborong supaya

memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Satuan Kerja Sementara dengan

tembusan kepada konsultan pengawas yang bersangkutan.

2. Pemborong supaya menetapkan seorang kepala pelaksana yang ahli dan diberi kuasa

oleh direktur untuk bertindak atas namanya.

3. Kepala pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu di tempat pekerjaan agar

pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang ditugaskan direksi.

PASAL I.18.

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan antara lain sesuai dengan :

1. RKS dan gambar-gambar detail serta segala perubahannya dalam pemberian

penjelasan untuk pekerjaan ini.

2. Petunjuk-petunjuk dari Kepala Satuan Kerja Sementara, direksi dan konsultan

pengawas.

PASAL I.19.

PENETAPAN UKURAN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN

1. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna barang/jasa secara tertulis kepada

penyedia barang/jasa, ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap

mengacu pada ketentuan ketentuan yang tercantum dalam kontrak awal.

2. Pemborong berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan apabila ada

perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada Kepala Satuan

Kerja Sementara.

3. Bilamana ternyata terdapat selisih perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka

petunjuk Kepala Satuan Kerja Sementara dijadikan sebagai pedoman.

4. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% dari harga yang tercantum dalam kontrak

awal.

5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubahan, maka

perencana harus membuat gambar revisi dengan tanda garis berwarna di atas gambar

tersebut dan harus disetujui oleh Kepala Satuan Kerja Sementara.

6. Didalam pelaksanaan, pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan

151

RKS dan ukuran-ukuran gambar, kecuali seizin dan sepengetahuan Kepala Satuan

Kerja Sementara.

PASAL I.20.

PENJAGAAN DAN PENERANGAN

1. Pemborong harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam), dalam

kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan , gudang dan lain-

lain.

2. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan / lampu pada

tempat-tempat tertentu, atas kehendak direksi

3. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lainnya yang

disimpan di dalam gudang dan dalam halaman pekerjaan. Apabila terjadi kebakaran

dan pencurian, pemborong harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran

pekerjaan.

4. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran yang menimbulkan

kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-bahan material juga gudang dan

lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.

PASAL I.21.

KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Bilamana terjadi kecelakaan, pemborong harus segera mengambil tindakan

penyelamatan dan segera memberitahukan kepada Kepala Satuan Kerja Sementara.

2. Pemborong harus memenuhi / mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan korban

dan keluarga.

3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang memenuhi syarat, dan setiap habis

digunakan harus dilengkapi lagi.

4. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerjanya, pihak kesatu

memberikan bantuan pertolongan kepada pihak ketiga dan juga menyediakan air

minum yang memenuhi syarat kesehatan.

5. Pemborong diwajibkan menaati undang-undang keselamatan ketenaga-kerjaan dari

Departemen Tenaga Kerja setempat.

PASAL I.22.

PENGGUNAAN BAHAN BANGUNAN

1. Semua bahan-bahan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat

152

persetujuan dari direksi.

2. Semua bahan bangunan yang telah disahkan dan telah dinyatakan oleh Kepala Satuan

Kerja Sementara tidak dapat dipakai, harus segera disingkirkan ke luar lapangan dan

harus segera diganti dengan bahan-bahan yang telah memenuhi syarat.

3. Diutamakan penggunaan bahan produksi dalam negeri.

4. Harus ditetapkan syarat-syarat dan mutu barang dan jasa yang bersangkutan.

5. Bila Kepala Satuan Kerja Sementara sangsi akan mutu bahan bangunan yang akan

digunakan, Kepala Satuan Kerja Sementara berhak minta kepada pemborong untuk

memeriksakan bahan-bahan bangunan tersebut pada laboratorium bahan bangunan.

PASAL I.23.

KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEUR

1. Jika terjadi kenaikan harga akibat kebijakan Pemerintah Republik Indonesia di bidang

moneter yang bersifat nasional, pemborong dapat mengajukan klaim sesuai dengan

keputusan pemerintah dan pedoman resmi dari pemerintah.

2. Semua kenaikan yang bersifat biasa, pemborong tidak dapat mengajukan klaim.

3. Semua kerugian akibat force majeur berupa bencana alam antara lain : gempa bumi,

angin topan, hujan lebat, pemberontakan pemerintah, bukan menjadi tanggung jawab

pemborong.

BAB II SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

PASAL II.01.

JAMINAN PENAWARAN

1. Jaminan penawaran berupa surat jaminan bank milik pemerintah atau bank / lembaga

keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan kepada Kepala Satuan Kerja

Sementara pembangunan Jalan Baru Area Terminal Peti Kemas Semarang.

2. Bagi pemborong yang tidak ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, jaminan

penawaran diberikan kembali 1 (satu) minggu setelah pemenang lelang ditetapkan.

3. Bagi pemborong yang ditetapkan sebagai pemenang pelelangan, diberikan kembali saat

jaminan pelaksanaan diterima oleh Kepala Satuan Kerja Sementara.

PASAL II.02.

JAMINAN PELAKSANAAN

1. Jaminan pelaksanaan ditetapkan 5 % dari nilai kontrak.

153

2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh Kepala Satuan Kerja Sementara setelah

penunjukkan dan sebelum penandatanganan kontrak.

3. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan bilamana prestasi telah mencapai 100 % dan

pekerjaan sudah diserahkan untuk pertama kalinya dan diterima baik oleh Kepala

Satuan Kerja Sementara (disertai Berita Acara Penyerahan Pertama).

PASAL II.03.

RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)

1. Pemborong harus membuat Rencana Kerja Pelaksanaan Kerja yang disetujui oleh

Kepala Satuan Kerja Sementara selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah SPK

diterbitkan, serta daftar nama pelaksana yang diserahkan untuk penyelesaian Kegiatan

ini.

2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja tersebut.

3. Pemborong bertanggung jawab atas penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.

PASAL II.04.

LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN

1. Konsultan pengawas tiap minggu diwajibkan mengirimkan laporan kepada Kepala

Satuan Kerja Sementara mengenai prestasi pekerjaan disertai laporan harian. Laporan

harian dan laporan mingguan dibuat oleh pengawas lapangan dan dilegalisir oleh yang

berwenang.

2. Penilaian persentase kerja atas dasar pekerjaan yang telah dikerjakan, tidak termasuk

adanya bahan-bahan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran

uang oleh pemborong.

3. Untuk blangko harian dan mingguan agar dikonsultasikan dengan Kepala Satuan Kerja

Sementara

PASAL II.05.

PEMBAYARAN

1. a) Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh pengguna

barang/ jasa apabila penyedia barang/jasa telah mengajukan tagihan disertai

laporan kemajuan hasil pekerjaan.

b) Penggguna barang/jasa dalam kurun waktu 7 hari harus sudah mengajukan surat

permintaan pembayaran untuk prestasi kerja.

2. a) Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dapat dilakukan dengan sistem

154

termijn yang didasarkan pada prestasi pekerjaan sebagaimana tertuang dalam

dokumen kontrak.

b) Pembayaran bulanan/termijn harus dipotong jaminan pemeliharaan, angsuran uang

muka, denda (jika ada) dan pajak.

3. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan

Pekerjaan dan dilampiri hasil opname pekerjaan dan foto-foto dokumentasi dalam

album.

PASAL II.06.

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN (KONTRAK)

1. Surat perjanjian pemborongan (kontrak) seluruhnya dibubuhi materai Rp. 6.000,00

atas biaya pemborong.

2. Surat perjanjian pemborongan (kontrak) dibuat rangkap 14 (empat belas) atas biaya

pemborong.

3. Konsep kontrak dibuat oleh Kepala Satuan Kerja Sementara.

4. Dokumen kontrak harus diinterpretasikan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

dengan urutan prioritas sebagai berikut :

a. Surat Perjanjian, termasuk Addendum Kontrak jika ada.

b. Surat Keputusan Penerapan

c. Surat Penawaran

d. Addendum Dokumen Lelang, jika ada.

e. Data Kontrak

f. Rencana kerja dan syarat-syarat

g. Gambar-gambar

h. Daftar kuantitas yang telah diisi.

i. Harga penawaran

PASAL II.07.

PERMULAAN PEKERJAAN

1. Selambat-lambatnya dalam waktu satu minggu terhitung dari SPK dikeluarkan oleh

Kepala Satuan Kerja Sementara, pekerjaan harus sudah dimulai.

2. Pemborong wajib memberitahukan kepada Kepala Satuan Kerja Sementara bila akan

memulai pekerjaan.

155

PASAL II.08.

PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan selama 272 hari kalender, termasuk hari minggu, hari besar,

dan hari raya.

2. Pekerjaan dapat diserahkan yang pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah selesai

100 % dan dapat diterima dengan baik oleh Kepala Satuan Kerja Sementara dengan

disertai Berita Acara dan dilampiri daftar kemajuan pekerjaan serta foto berwarna.

3. Pengguna barang / jasa melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah

diselesaikan olah penyedia barang/jasa. Bilamana terdapat kekurangan kekurangan

atau cacat hasil pekerjaan, penyedia barang/jasa wajib memperbaiki atau

menyelesaikannya.

4. Dalam penyerahan pekerjaan pertama kalinya dan bilamana terdapat pekerjaan

instalasi listrik, maka pihak pemborong harus menunjukkan kepada Kepala Satuan

Kerja Sementara, keterangan dari instalatur yang terdaftar di PLN. Bilamana pihak

kedua tidak dapat menunjukkan surat pengesahan instalasi listrik kepada Kepala

Satuan Kerja Sementara maka penyerahan pekerjaan pertama kalinya harus

ditangguhkan terlebih dahulu, agar tidak menjadi kesulitan di kemudian hari sewaktu

akan menyambung aliran listrik.

5. Penyedia barang/jasa wajib meemlihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan

sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

PASAL II.09.

MASA PEMELIHARAAN

1. Jangka waktu pemeliharaan adalah selama 365 hari kalender setelah penyerahan

pertama.

2. Bilamana dalam masa pemeliharaan terjadi kerusakan akibat kurang sempurnanya

dalam pelaksanaan atau kurang baiknya mutu bahan-bahan yang dipergunakan, maka

pemborong harus segera memperbaikinya dan menyempurnakannya.

PASAL II.10.

PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN

1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan yang pertama diajukan kepada

Kepala Satuan Kerja Sementara harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 hari

sebelum batas waktu penyerahan pertama kali. Surat tersebut supaya dilampiri data

yang lengkap serta time schedule baru yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan.

156

2. Surat permohonan perpanjangan waktu tanpa data yang lengkap tidak akan

dipertimbangkan.

3. Permintaan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama dapat diterima

oleh Kepala Satuan Kerja Sementara apabila :

a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minderwerk) tidak

dapat dielakkan lagi setelah atau sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua

belah pihak.

b. Adanya surat perintah tertulis dari Kepala Satuan Kerja Sementara mengenai

pekerjaan tambahan.

c. Adanya force majeur (bencana alam, gangguan keamanan, pemogokan,

perang), kejadian dimana ditangguhkan oleh pihak berwenang.

d. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus di tempat pekerjaan secara

langsung mengganggu pekerjaan yang dilaporkan oleh konsultan pengawas dan

dilegalisir oleh unsur teknik yang bersangkutan.

e. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktunya yang telah ditentukan

karena lahan yang dipakai masih terdapat permasalahan.

PASAL II.11.

SANKSI / DENDA

1. Besarnya denda kepada penyedia barang/jasa atas keterlambatan penyelesaian

pekerjaan adalah 1‰ (satu per seribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk

setiap hari keterlambatan.

2. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pengguna barang/jasa atas keterlambatan

pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar.

3. Denda paling banyak 5% dari nilai kontrak kepada orang atau badan hokum yang

melaksanakan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan

ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan telah mengakibatkan kegagalan

konstruksi.

PASAL II.12.

PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN

1. Harga untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh Kepala

Satuan Kerja Sementara, pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.

Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan menggunakan harga

satuan telah dimasukkan dalam penawaran / kontrak.

3. Bilamana harga satuan pekerjaan tambahan belum tercantum dalam surat penawaran

yang diajukan, maka akan diselesikan secara musyawarah.

157

PASAL II.13.

DOKUMENTASI

1. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0 %

supaya diadakan pemotretan di tempat yang dianggap penting menurut pertimbangan

direksi.

2. Setiap permintaan pembayaran dan penyerahan harus diadakan pemotretan yang

menunjukkan prestasi pekerjaan (satu titik yang tetap) masing-masing menurut

pengajuan.

PASAL II.14.

PENCABUTAN PEKERJAAN

1. Kepala Satuan Kerja Sementara berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari

tangan pemborong apabila ternyata pemborong cedera janji atau tidak memenuhi

kewajiban dan tangggung jawabnya sebagaimana diatur dalam kontrak..

2. Pada pencabutan pekerjaan, pemborong dapat dibayarkan hanya pekerjaan yang telah

selesai dan diperiksa serta disetujui oleh Kepala Satuan Kerja Sementara, sedangkan

harga bahan bangunan yang berada di tempat menjadi resiko pemborong sendiri.

3. Penyerahan bagian-bagian pekerjaan kepada pemborong lain (onder eanamer) tanpa

ijin tertulis dari Kepala Satuan Kerja Sementara tidak diijinkan

BAB III SYARAT-SYARAT TEKNIK

PENJELASAN UMUM

1. Lingkup pekerjaan :

a. Nama pekerjaan : Pembangunan Jalan Baru Area Terminla Peti

Kemas Semarang

b. Lokasi pekerjaan :Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah

c. Volume pekerjaan : ...

Pekerjaan Jalan Baru Area Terminal Peti Kemas Semarang , melingkupi :

a. Pekerjaan galian dan timbunan tanah

b. Pekerjaan sub base course tebal yang disesuaikan desain

c. Pekerjaan beton mutu K-350

d. Pekerjaan pelengkap jalan (pembatas jalan, lampu jalan, marka jalan)

2. Rencana kerja

158

Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari dari saat perintah kerja, kontraktor harus

mengajukan sebuah rencana kerja tertulis, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan

seperti yang disebutkan dalam dokumen kontrak. Rencana kerja tertulis menjelaskan

secara terperinci urutan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk

hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan peralatan, pekerjaan sementara yang ada dan

sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya.

3. Gambar-gambar pekerjaan

a. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar

detail situasi dan lain sebagainya yang akan disampaikan kepada kontraktor /

pemborong beserta dokumen-dokumen lainnya. Kontraktor tidak boleh

menambah dan mengubah tanpa persetujuan dari Kepala Satuan Kerja

Sementara/ direksi.

b. Gambar-gambar

c. Pemborong / kontraktor harus menyimpan di tempat kerja satu bendel gambar

lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Berita Acara Rapat

Penjelasan, Time schedule dan semuanya dalam keadaan baik (dapat dibaca

dengan jelas) termasuk perubahan terakhir .

BAB I UMUM

Seksi 1.1. : Ringkasan pekerjaan

Seksi 1.1.1. : Cakupan pekerjaan

1. Cakupan pekerjaan dari kontrak meliputi pengadaan alat pengendali dan pengaman

pemakai jalan dalam sistem jalan negara dan atau propinsi. Pekerjaan-pekerjaan

yang mencakup di dalam spesifikasi ini dibagi dua kategori yaitu pekerjaan utama

dan pekerjaan minor.

2. Pekerjaan-pekerjaan minor harus dilaksanakan sesegera mungkin selama masa

periode mobilisasi dan dimaksudkan untuk memulihkan jalan yang ada terhadap

kondisi yang dapat dipergunakan secara konsisten dengan kebutuhan normal untuk

jalan sesuai dengan jenisnya.

3. Pekerjaan-pekerjaan utama, dimana ditentukan, diterapkan pada bagian-bagian

jalan yang telah selesai dilaksanakan pekerjaan minor dan dimaksudkan untuk

memperbaiki jalan menjadi keadaan yang lebih baik dibandingkan sebelum

159

pekerjaan tersebut dilaksanakan.

4. Cakupan kontrak ini juga mensyaratkan bahwa penyedia barang / jasa melakukan

survey lapangan yang cukup detail selama periode mobilisasi agar pengguna

barang / jasa dapat menyelesaikan detail konstruksi.

Seksi 1.1.2. : Klasifikasi pekerjaan konstruksi

Dalam cakupan pekerjaan dari kontrak ini terdapat dua kelompok pekerjaan yang

berbeda yaitu pekerjaan utama dan pekerjaan minor.

Seksi 1.1.3. : Persyaratan teknik

1. Rancangan teknik untuk kontrak ini didasarkan atas “filosofi khusus jalan cepat”,

dimana pekerjaan untuk pembayaran utama (yang telah dirancang) ditentukan

jumlah dan tempat serta perinciannya telah dimasukkan sebelum penandatanganan

kontrak. Rancangan teknis detail dari pekerjaan untuk pambayaran minor

(berhubungan dengan drainase, pengembalian kondisi dan lain-lain) dilaksanakan

oleh pengguna barang / jasa setelah penandatanganan kontrak dimana data

lapangan detail dalam jumlah besar dapat diperoleh dengan mudah dan cepat.

2. Selama periode mobilisasi pada saat dimulai kontrak, penyedia barang / jasa

diwajibkan untuk melaksanakan survey lapangan yang lengkap terhadap kondisi

fisik dan struktur perkerasan jalan lama, marka jalan, rambu lalu lintas dan

sebagainya. Detail selengkapnya dari persyaratan survey ini terdapat dalam seksi

1.7 : Rekayasa Lapangan.

3. Berdasarkan hasil survey, pengguna barang / jasa akan melakukan peninjauan

ulang rancangan secara lengkap terhadap cakupan pekerjaan yang dilelang.

Seksi 1.1.4. : Urutan pekerjaan

1. Cakupan pekerjaan untuk kontrak ini mensyaratkan bahwa aktifitas tertentu harus

diselesaikan secara berurutan menurut tonggak-tonggak yang telah ditetapkan lebih

dahulu.

a. Survey lapangan dan penyerahan laporan oleh penyedia barang / jasa adalah

30 hari setelah pengambilalihan oleh penyedia barang / jasa.

b. Peninjauan kembali rancangan oleh pengguna barang / jasa adalah 60 hari

160

setelah pengambilalihan lapangan oleh penyedia barang / jasa, walaupun

keluarnya detail konstruksi dapat berangsur-angsur setelah tanggal itu.

c. Pekerjaan minor pada pemotongan dan penimbunan, pemasangan

perlengkapan jalan, dan pekerjaan pengembalian kondisi area lokasi adalah

90 hari setelah pengambilalihan oleh penyedia barang / jasa.

2. Penjelasan secara diagram menunjukkan cakupan dan urutan aktifitas pekerjaan

utama yang diperkirakan.

Seksi 1.1.5. : Pembayaran pekerjaan

1. Penyedia barang / jasa harus melaksanakan pekerjaan menurut detail yang

diberikan dalam gambar kontrak, dan menurut petunjuk pengguna barang / jasa

sebagian besar menurut sistem harga satuan pembayaran yang diukur dan mata

pembayaran kontrak yang telah dilaksanakan menurut seksi yang bersangkutan.

2. Pembayaran yang diberikan kepada penyedia barang / jasa harus mencakup

kompensasi penuh untuk seluruh biaya yang dikeluarkan, seluruh tenaga kerja,

material, peralatan konstruksi, pengorganisasian pekerjaan, biaya administrasi,

keuntungan, pajak, pengamanan pekerjaan yang telah selesai, pembayaran pihak

ketiga untuk tanah dan penggunaan atas tanah, atau terhadap kerusakan harta milik,

maupun untuk biaya pekerjaan tambahan yang tidak dibayar sacara terpisah seperti

pembuatan drainase sementara untuk melindungi pekerjaan selama konstruksi,

pengangkutan, perkakas, bahan peledak dan lain-lain biaya yang diperlukan atau

lazim dipakai untuk pelaksanaan dan penyelesaian suatu pekerjaan.

3. Setelah data lengkap dan disepekati bersama, dalam waktu 7 hari penyedia barang /

jasa harus mengajukan surat permintaan pembayaran.

Seksi 1.2. : Pekerjaan Survei dan Pengukuran

1 Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana timbunan di lapangan

Kontraktor harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar

sesuai dengan koordinat di lapangan dengan titik ikat BM tetap sebelah Barat

workshop TPKS, atau BM lain yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas atau

Pengawas yang ditunjuk.

2 Pengukuran dilakukan dengan metoda triangulasi dan hasilnya disampaikan

kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan.

161

3 Dalam hal terdapat perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil

pengukuran yang dilaksanakan, maka Kontraktor harus melaporkan hal ini

kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan dan dinyatakan dalm Berita

Acara.

4 Untuk pekerjaan pengukuran, Kontraktor minimal harus menyediakan alat ukur

tanah : Theodolit T2, Theodolit T0, Total Station (TS), Waterpass, Rambu / Bak

Ukur, Meteran, Echosounding, dan lain-lain.

5 Pembayaran

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

1.1 Pengukuran Lump sum

Seksi 1.3 : : Kantor lapangan dan fasilitasnya ( Direksi Keet)

1. Menurut seksi ini, kontraktor harus membangun atau menyewa, memperlengkapi,

memasang, memelihara, membersihkan, menjaga dan pada saat selesainya kontrak,

pihak kontraktor harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor

darurat, gudang penyimpanan, barak pekerja dan bengkel yang dibutuhkan untuk

pengelola dan pengawasan proyek, termasuk pengadaan kantor dan bangunan

akomodasi untuk staf kontraktor.

2. Kontraktor harus menyediakan akomodasi kantor lapangan yang cocok dan

fasilitas yang memenuhi kebutuhan proyek, jumlah ruangan yang cukup untuk

menampung seluruh kegiatan disertai dengan peralatan yang memadai.

Kantor lapangan dan fasilitasnya dibayar menurut pembayaran lum sum untuk

mobilisasi. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima

oleh direksi teknik.

3. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang di terima oleh direksi teknik

162

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

1.3 Direksi Keet Lump sum

Seksi 1.3. : Mobilisasi

1. Cakupan kegiatan mobilisasi tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus

dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam dokumen kontrak yang meliputi :

a. Mobilisasi personil kontraktor di lapangan beserta staf dan tenaga kerja

yang diperlukan selama pelaksanaan hingga selesainya pekerjaan.

b. Mobilisasi peralatan yang akan digunakan dengan jenis dan jumlah yang

sesuai dengan yang tercantum di dalam dokumen kontrak.

c. Penyediaan base camp dan kantor direksi teknik dengan kelengkapannya.

d. Penyediaan peralatan pengendalian mutu dengan jenis dan jumlah sesuai

dengan keperluannya sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan guna

memenuhi ketentuan dalam dokumen kontrak.

2. Mobilisasi harus sudah diselesaikan dalam jangka waktu maksimum 60 hari kalender

terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja. Peralatan untuk

pengendalian mutu harus harus sudah tersedia paling lambat 45 hari kalender

terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja.

3. sebelum melaksanakan mobilisasi, kontraktor harus menyediakan dan menyerahkan

program kerja mobilisasi kepada Kepala Satuan Kerja Sementarauntuk mendapatkan

persetujuan. Di dalam program kerja tersebut harus dicantumkan waktu yang

diperlukan untuk pelaksanaan dari masing-masing kegiatan mobilisasi.

4. Jika terdapat perubahan jadwal waktu mobilisasi, maka sebelumnya kontraktor harus

mengajukan permohonan perubahannya kepada direksi teknik untuk mendapat

persetujuannya.

5. Pengukuran atas kemajuan pekerjaan mobilisasi ditentukan oleh direksi teknik

163

berdasarkan kemajuan yang telah dicapai dan telah diterima serta disetujui oleh

direksi teknik.

6. Cara pembayarannya adalah sebagai berikut :

a. 50 % dari nilai mobilisasi jika pekerjaan mobilisasi telah selesai 50 %.

b. 20 % dari nilai mobilisasi jika semua peralatan utama telah tersedia di

lapangan.

c. 30 % dari nilai mobilisasi jika pekerjaan mobilisasi dari semua peralatan dan

personil yang digunakan dalam pekerjaan pekerjaan selesai dilaksanakan.

Jika kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan mobilisasi tepat pada waktu

yang telah ditetapkan pada ayat 2 seksi ini, kepadanya akan dikenakan sanksi denda

sebesar 1 % dari nilai angsuran pekerjaan mobilisasi untuk setiap hari keterlambatan

dan maksimum 50 hari keterlambatan.

7. Pembayaran

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

1.5 Mobilisaasi dan Lump sum

Demobilisasi

Seksi 1.4. : Pelayanan Pengujian Laboratorium

1. Penyedia barang / jasa diperbolehkan mengadakan pemeriksaan laboratorium untuk

seluruh kegiatan pekerjaan yang memerlukan pengujian pada instansi / balai

pengujian yang telah mendapat akreditasi dan disetujui oleh pengguna barang /

jasa.

2. Pihak penyedia barang / jasa harus memberitahu pihak pengguna barang / jasa

mengenai rencana waktu pelaksanaan pengujian satu jam sebelum pengujian

dilaksanakan secepatnya dengan demikian memberi waktu pengguna barang / jasa

atau wakilnya menyaksikan setiap pengujian rutin bahan-bahan yang diinginkan.

164

3. Hasil pengujian harus segera diolah dan didistribusikan, sehingga kemungkinan

untuk pelaksanaan pengujian ulang, penggantian bahan atau pemadatan ulang dari

bahan-bahan dapat dilaksanakan secepatnya. Dengan demikian mengurangi

keterlambatan penangana pekerjaan.

4. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan semua pengujian yang

diperlukan agar pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik, yang sesuai dengan

berbagai persyaratan atau pelaksanaan pengujian seperti ditentukan dalam

dokumen-dokumen kontrak, menjadi tanggung jawab penyedia barang / jasa dan

seluruh kebutuhan atas biaya tersebut sudah harus dimasukkan dalam perhitungan

mobilisasi.

Seksi 1.5. : Pembayaran Sertifikasi Bulanan

1. Rancangan sertifikasi bulanan perlu diserahkan setiap bulan kalender dari masa

pelaksanaan. Pihak penyedia barang / jasa harus bertanggung jawab penuh untuk

pelaksanaan penyiapan dari penyerahan setiap rancangan sertifikasi bulanan.

2. Setiap rancangan sertifikasi bulanan harus diberi tanggal menurut tanggal hari

terakhir dari bulan kalender, tetapi jumlah permintaan pembayaran harus

didasarkan atas jumlah tinglat penyelesaian sampai dan termasuk hari keduapuluh

lima pada periode bulan yang bersangkutan.

3. Rancangan sertifikasi bulanan harus memuat ringkasan dari seluruh pekerjaan yang

telah diselesaikan menurut setiap bab dari spesifikasi terhitung sejak dimulainya

pelaksanaan dari kontrak dan juga harus diperlihatkan persentase tingkat

penyelesaian dari setiap bab dan akan dipakai sebagai tolak ukur pembanding

pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak.

4. Dalam pihak penyedia barang / jasa telah menyerahkan Berita Acara pembayaran

terpisah mengenai penyelesaian pekerjaan dari satu seksi atau bagian secara tuntas

maka baik rancangan sertifikasi bulanan dan dokumen data pendukungnya harus

memuat perhitungan mengenai besarnya nilai dari pernyataan penyelesaian

pekerjaan secara tuntas tersebut.

Seksi 1.6. : Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas

1. Penyedia barang / jasa harus melaksanakan pekerjaannya sedemikian rupa

sehingga pekerjaan itu terlindungi dari kerusakan oleh lalu lintas umum maupun

165

konstruksi.

2. Agar dapat melindungi pekerjaan, menjaga keselamatan umum, dan kelancaran

arus lalu lintas melalui atau di sekitar pekerjaan, penyedia barang / jasa harus

memasang dan memelihara rambu-rambu lalu lintas, rintangan, maupun fasilitas

lainnya dimana operasi konstruksi dapat mengganggu lalu lintas.

3. Penyedia barang / jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di

semua tempat dimana operasi konstruksi mengganggu lalu lintas. Tugas utamanya

adalah mengarahkan dan mengatur gerakan lalu lintas melalui atau di sekitar

pekerjaan itu.

4. Setiap jalan diproyekkan dibuat jalan darurat.

5. Dasar pembayaran terhadap pemeliharaan arus lalu lintas adalah Ls.

Seksi 1.7. : Rekayasa Lapangan

1. Dalam waktu maksimum 15 hari kalender terhitung hari pertama periode

mobilisasi dilaksanakan, kontraktor harus mengerahkan personil tekniknya untuk

melakukan survey ke lapangan.

2. Sebelum melakukan rekayasa lapangan, kontraktor harus memberitahu dahulu

kepada direksi teknik untuk mendapat petunjuk dan instruksi lebih lanjut tentang

pekerjaan rekayasa lapangan ini.

3. Segera setelah rekayasa selesai dilaksanakan, kontraktor harus melaporkan hasil

rekayasa dalam bentuk laporan hasil laporan hasil rekayasa lapangan. Laporan ini

akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan

4. Pekerjaan lapangan ini tidak ada pembayaran tersendiri, untuk itu dalam analisa

harga satuan pekerjaan kontrak harus sudah memperhitungkan pekerjaan rekayasa

lapangan ini.

Seksi 2 : PEKERJAAN TANAH

Seksi 2.1. : Pengupasan Tanah dan Pembersihan

1. Pekerjaan ini mencakup penggalian dan penanganan tanah hasil galian.

2. Pekerjaan ini dilaksanakan untuk pembentukan badan jalan, sehingga di dalam

kegiatan pekerjaan galian ini sudah termasuk pemadatan.

166

3. Pelaksanaan :

a. Sebelum penggalian dilaksanakan, kontraktor harus memasang peil-peil.

Apabila dipandang perlu, harus ditempatkan petugas untuk mengontrol pada

saat penggalian agar tidak terjadi kesalahan.

b. Penggalian dilaksanakan dengan peralatan yang sesuai dengan kondisi

lapangan, dengan kedalaman galian sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan dalam dokumen kontrak

c. Pelaksanaan penggalian diatur sedemikian rupa sehingga di lokasi pekerjaan

tidak terdapat timbunan material galian yang dapat mengganggu kelancaran

pekerjaan.

d. Permukaan galian yang sudah dipadatkan harus mempunyai kemiringan

permukaan jalan yang telah ditetapkan dalam gambar rencana.

4. Jadwal pekerjaan :

a. Sebelum mulai pekerjaan ini kontraktor harus membuat rencana kerja

terlebih dahulu dan harus mendapatkan persetujuan dari direksi teknik.

b. Setiap akan dimulai melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus

memberitahukan kepada direksi. Sebelum mendapat perintah untuk

memulai pekerjaan, kontraktor tidak diperkenankan untuk melaksanakan

pekerjaan.

5. Pelaporan

a. Kontraktor harus menyerahkan gambar potongan melintang dari setiap

lokasi pekerjaan galian yang menunjukkan permukaan tanah asli dan

permukaan tanah setelah digali.

b. Setelah pekerjaan galian selesai dilaksanakan, kontraktor harus

memberitahukan kepada direksi teknik sebelum lapisan diatasnya

dilaksanakan untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana perlunya sesuai

dengan yang ditetapkan dalam dokumen kontrak.

c. Segala resiko akibat dari kelalaian kontraktor karena tidak melaksanakan

ketentuan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya

6. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan :

Jika dinilai direksi pekerjaan galian tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

167

yang telah ditetapkan, maka direksi teknik berhak untuk tidak menerima dan

kontraktor harus memperbaikinya sehingga persyaratan yang telah ditetapkan

dapat dipenuhi dan diterima oleh direksi teknik. Segala resiko dari pekerjaan

perbaikan sepenuhnya menjadi beban kontraktor tanpa adanya klaim dalam

bentuk apapun.

7. Pengkuran hasil kerja :

Berdasarkan gambar profil melintang dari lokasi pekerjaan galian akan

ditentukan volume pekerjaan dalam m3, di dalamnya termasuk pekerjaan galian

untuk konstruksi.

8. Pembayaran :

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang diterima oleh direksi teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

2.1

Pengupasan tanah dan

Pembersihan m 2

m

Seksi 2.2. : Mengangkut Material untuk Mengurug Galian

1. Pekerjaan ini menyangkut pengadaan material tanah urugan, pengurugan.

2. Pekerjaan ini urugan biasa, dilaksanakan untuk urugan penyiapan badan jalan

3. Toleransi dimensi :

a. Permukaan dan ketinggian serta permukaan akhir setelah pemadatan tidak

boleh lebih tinggi dari 2 cm dari rencana yang telah ditetapkan.

b. Permukaan urugan harus rata dan mempunyai kelandaian yang cukup untuk

menjamin aliran yang bebas dari air permukaan

c. Urugan harus dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cm

168

setiap lapisnya.

4. Pelaporan :

a. Kontraktor harus segera mengadakan pengujian terhadap contoh bahan urugan

yang akan digunakan untuk pekerjaan ini dalam waktu maksimum 14 hari

kalender sebelum pekerjaan urugan dilaksanakan dan harus mendapat

persetujuan dari direksi teknik.

b. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada

direksi teknik terlebih dahulu tentang rencana jadwal kerja dengan lampiran

sebagai berikut :

− Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang

telah dipersiapkan untuk pekerjaan urugan

− Hasil pengujian kepadatan seperti yang ditetapkan pada seksi 4.a seksi ini.

− Sebelum diijinkan oleh direksi teknik, maka kontraktor tidak

diperkenankan untuk mulai melaksanakan pekerjaan.

5. Bahan urugan :

Urugan biasa :

Bahan urugan tidak termasuk tanah dengan plastisitas tinggi, yang diklasifikasikan

sebagai A-76 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistem

klasifikasi “Unified atau Casagrande”.

6. Pelaksanaan :

a. Penghamparan :

− Pelaksanaan penghamparan bahan urugan diatur sedemikian rupa sehingga

tidak mempunyai ketebalan lebih besar dari 25 cm. Alat penghampar yang

digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat kerja.

− Penghantaran diatur sedemikian rupa sehingga permukaan akhir dari urugan

mempunyai kelandaian sesuai dengan keadaan yang telah ditetapkan.

− Penghamparan tidak boleh dilaksanakan pada kondisi yang menyebabkan

kadar air yang terkandung dalam bahan urugan melebihi yang ditetapkan

pada nomor 6.b seksi ini.

- maksimum 3 % dan lebih besar maksimum 1 % dari kadar air optimum.\

169

b. Pengendalian mutu :

Setiap volume bahan urugan 1000 m3, kontraktor harus mengadakan

pengendalian mutu minimal 1 kali.

7. Pengaturan lalu lintas :

a. Selama pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor diharuskan mengatur sedemikian

rupa sehingga kelancaran dan keamanan arus lalu lintas tetap terjaga serta tidak

menimbulkan gangguan terhadap pihak-pihak yang berbatasan dengan lokasi

pekerjaan.

b. Segala resiko yang diakibatkan karena kelalaian kontraktor melaksanakan ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.

8. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan :

a. Direksi teknik berhak untuk memerintahkan kontraktor untuk melakukan

pengujian terhadap hasil kerja yang telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam seksi ini.

b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan

kontraktor untuk membongkar, memperbaikinya sehingga hasil pekerjaannya

sesuai dengan yang telah ditentukan.

c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab

kontraktor.

9. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima :

Kontraktor diharuskan memelihara hasil pekerjaan yang telah diterima oleh direksi

teknik selama periode pelaksanaan dan periode pemeliharaan, sehingga pada saat

didakan serah terima akhir pekerjaan dalam kondisi baik sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan.

10. Pengukuran hasil kerja :

Berdasarkan gambar profil melintang dari lokasi pekerjaan urugan tanah akan

ditentukan volume pekerjaan dalam m3.

11. Pembayaran :

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

170

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

Mengangkut material

2.2 untuk m 2

m

Menurug galian

Seksi 2.3. : Membentuk Badan Jalan

1. Pekerjaan ini mencakup penyiapan tanah dasar permukaan jalan dari galian

sampai timbunan dan disusul dengan pembentukan, pemadatan, pengujian,

memelihara permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan

ditampatkan di atasnya.

2. Ketinggian pembentukan setelah dipadatkan harus tidak boleh lebih tinggi

atau lebih rendah dari 1 cm dari yang ditentukan.

3. Pelaporan :

a. Satu minggu sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai,

kontraktor sudah melaporkan secara tertulis kepada direksi teknik

untuk mendapatkan persetujuan.

b. Dari hasil pengujian pemadatan dan pengukuran permukaan dari data

survey membuktikan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan

telah memenuhi.

4. Bahan :

Bahan yang digunakan dalam penyiapan tanah dasar dapat berupa urugan

biasa, urugan pilihan atau tanah asli untuk daerah galian apabila CBR kurang

dari 25 %.

5. Pelaksanaan :

a. Galian dan timbunan yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar

171

harus sesuai dengan tinggi elevasi yang ditentukan dalam perencanaan.

b. Setiap tanah dasar, baik berupa tanah asli, tanah biasa ataupun tanah

pilihan harus dipadatkan dengan memenuhi persyaratan CBR 95-100 %

dari kepadatan kering maksimum.

6. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

7. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

a. Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan

diterima direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan

persyaratn yang ditentukan sampai pada saat diadakan serah terima akhir

pekerjaan.

b. Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan dengan

biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa adanya

pembayaran tambahan.

8. Pengukuran dan pembayaran :

a. Pengukuran hasil kerja

Pengukuran kuantitas pekerjaan penyiapan badan jalan dihitung dari

lebar lajur ditambah dengan lebar bahu jalan dikalikan dengan panjang

satuan meter persegi sesuai kuantitas kontrak.

b. Pembayaran

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh

direksi teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

2.3 Membentuk badan m 3

m

jalan

172

Seksi 2.4. : Pemadatan Tanah Dasar

Pemadatan :

1. Alat pemadat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat kerja dengan

persetujuan direksi teknik.

2. Pemadatan dilakukan dilakukan lapis demi lapis dan hanya boleh dilakukan pada

saat kondisi kadar air lebih kecil.

3. Urugan Biasa. Nilai CBR minimal 5 % setelah direndam 4 hari dan telah

dipadatkan 100 % dari kepadatan maksimum seperti yang telah ditetapkan dalam

AASHTO T 99

4. Selama pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor diharuskan mengatur sedemikian

rupa sehingga kelancaran dan keamanan arus lalu lintas tetap terjaga serta tidak

menimbulkan gangguan terhadap pihak-pihak yang berbatasan dengan lokasi

pekerjaan. Segala resiko yang diakibatkan karena kelalaian kontraktor

melaksanakan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.

5. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan :

a. Direksi teknik berhak untuk memerintahkan kontraktor untuk melakukan

pengujian terhadap hasil kerja yang telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam seksi ini.

b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan

kontraktor untuk membongkar, memperbaikinya sehingga hasil pekerjaannya

sesuai dengan yang telah ditentukan.

c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab

kontraktor.

6. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima :

Kontraktor diharuskan memelihara hasil pekerjaan yang telah diterima oleh direksi

teknik selama periode pelaksanaan dan periode pemeliharaan, sehingga pada saat

didakan serah terima akhir pekerjaan dalam kondisi baik sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan.

7. Pengukuran hasil kerja :

Berdasarkan gambar profil melintang dari lokasi pekerjaan urugan tanah akan

ditentukan volume pekerjaan dalam m3.

173

8. Pembayaran :

Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

2.4 Pemadatan tanah dasar m 2

m

Seksi 3 : PEKERJAAN PERKERASAN

Seksi 3.1. : Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah

1. Lapisan Sub Base adalah bagian dari Struktur perkerasan yang berada diantara Sub

Grade dan CTB (Cement Treated Base). Ketebalan lapisan base course bervariasi

sesuai dengan Gambar Konstruksi.

2. Material Sub Base Course yang dipergunakan adalah berupa agregat klas A dengan

persyaratan sebagai berikut :

a. CBR minimum 60%.

b. Abrasi maksimum 40% (sesuai AASHTO T 96).

c. Sand Equivalent minimum 25 (sesuai AASHTO T 176)

d. Material harus bersih, kualitas seperti disebut dalam AASHTO M 147.

e. Gradasi material :

- dia 3” , % berat lolos = 100

- dia 1 ½ “ , % berat lolos = 60 – 90

- dia 1” , % berta lolos = 46 – 78

- dia ¾ “ , % berat lolos = 40 – 70

174

- dia 3/8 “ , , % berat lolos = 24 – 58

- No. 4 , % berat lolos = 13 – 45

- No. 8 , % berat lolos = 6 – 36

- No. 30 , % berat lolos = 2 – 22

- No.40 , % berat lolos = 2 – 18

- No. 200 , % berat lolos = 0 – 10

3. Jumlah titik pengetesan CBR lapangan minimal adalah 1 (satu) titik untuk setiap

100 m2. sedangkan untuk pengetesan laboratorium seperti Abrasi, Sand equivalent

dan Analisa saringan masing-masing dilakukan setiap 125 m3 volume material.

Pengujian ini harus dilaporkan Kontraktor kepada Pengawas

4. Toleransi maksimum dari perataan permukaan Sub Base Course yang disyaratkan

adalah + 10 mm atau – 15 mm, sedangkan toleransi perbedaan maksimum

ketebalan yang diijinkan adalah 7,5 mm.

5 Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,

penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah

disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam Gambar

atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi

agregrat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus

meliputi, bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi

lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari

Spesifikasi ini.

6 Toleransi Dimensi

a. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidak-

rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan

itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.

b. Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu

sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

7 Standar Rujukan

SNI 03-1967-1990

(AASHTO T 89 - 90)

: Metode Pengujian Batas cair dengan Alat

Cassagrande.

175

SNI 03-1966-1990

(AASHTO T 90 - 87)

: Metode Pengujian Batas Plastis.

SNI 03-2417-1991

(AASHTO T 96 - 87)

: Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin

Los Angeles.

SK SNI M-01-1994-03

(AASHTO T112 - 87)

: Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-

butir Mudah Pecah dalam Agregat.

SNI 03-1743-1989

(AASHTO T180 - 90)

: Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.

SNI 03-2827-1992

(AASHTO T191 - 86)

: Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan

Alat Konus Pasir

: Metode Pengujian CBR Laboratorium.

8 Pengajuan Kesiapan Kerja

Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan berikut di bawah ini

paling sedikit 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan setiap

bahan untuk pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi Agregat :

i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan oleh Pengawas Pekerjaan

sebagai rujukan selama Periode Kontrak.

ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk Lapis

Pondasi Agregat, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan

bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Pasal III.20.g.5 terpenuhi.

1. Kontraktor harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis kepada

Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan dan sebelum

persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi

Agregat :

i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air

ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei pemeriksaan yang

menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan dipenuhi.

9 Bahan

a. Fraksi Agregat Kasar

176

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau

pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-

ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk agregat

kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini

harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.

b. Fraksi Agregat Halus

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami

atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan

No.200 tidak boleh lebih besar dua per tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.

c. Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan

Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan

lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan

harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang

diberikan dalam Tabel III.20.(1) dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam

Tabel III.20.(2)

Tabel III.20.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat :

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang

Lolos

ASTM (mm) Kelas A

2” 50

1 ½” 37,5 100

1“ 25,0 79 - 85

3/8” 9,50 44 - 58

No.4 4,75 29 - 44

No.10 2,0 17 - 30

No.40 0,425 7 - 17

177

No.200 0,075 2 - 8

Tabel. Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat :

Sifat – sifat Kelas A

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) 0 - 40 %

Indek Plastisitas (SNI-03-1966-1990) 0 - 6

Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos Ayakan

No.200

maks.

25

Batas Cair (SNI 03-1967-1990) 0 - 25

Bagian Yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03) 0 - 5 %

CBR (SNI 03-1744-1989) min.90

%

d. Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan

di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan

menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran

yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

e. Penghamparan

1) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang

merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan.

Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.

2) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata

agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang

disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-

lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.

178

3) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu

metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel

agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau

dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.

4) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali

ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh

melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

f. Pemadatan

1) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus

dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan

disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari

kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan

oleh SNI 03-1743-1989, metode D.

2) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda

karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja

dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis

Pondasi Agregat.

3) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam

rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air

optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh

kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh

SNI 03-1743-1989, metode D.

4) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit

demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang

ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan

bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi

penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang

dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.

5) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau

mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat

lainnya yang disetujui.

g. Pengujian

1) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan

awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, minimum pada tiga

179

contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk

mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan

tersebut.

2) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan,

seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat

Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.

3) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan

untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi peker-

jaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling

sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas,

lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering

maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR

harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan.

4) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,

mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh

kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,

tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.

10. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

11. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

a. Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan diterima

direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan persyaratn yang

ditentukan sampai pada saat diadakan serah terima akhir pekerjaan.

b. Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan dengan

biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa adanya

pembayaran tambahan.

12. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

180

3.1 Lapis Pondasi Bawah m 3

m

Seksi 3.2. : Bekisting

1. Bahan

a. Bahan – bahan yang dapat dipakai untuk bekesting adalah kayu, multiplek

(tebal 12 – 16 mm), pasangan bata dan panel logam. Sedangkan bahan –

bahan yang dapat digunakan untuk acuan penyangga adalah kayu atau tiang

/ pipa logam. Penggunaan bambu untuk acuan tidak diijinkan. Sebelum

memakai suatu bahan sebagai bekesting atau acuan, Rekanan harus

mengajukan ijin ke Direksi Pekerjaan terlebih dahulu

b.Penggunaan bahan–bahan pembantu pelepasan bekesting harus seijin dari

Direksi Pekerjaan dan untuk itu Rekanan harus memberikan data–data

teknis dari produk tersebut ke Direksi Pekerjaan

c. Penggunaan bahan–bahan pembantu pelepasan bekesting harus seizin dari

Direksi Pekerjaan dan untuk itu Rekanan harus memberikan data–data

teknis dari produk tersebut ke Direksi Pekerjaan

d. Penggunaan bekesting lebih dari 1 kali tidak diizinkan kecuali kondisi

bekesting masih sangat baik dan mampu menghasilkan permukaan beton

yang sesuai dengan spesifikasi. Penggunaan bekesting lebih dari 1 kali

harus mendapatkan izin dari Direksi Perkerjaan

2. Pembuatan dan Pemasangan Bekesting

a. Sistem bekesting harus diajukan dan disetujui terlebih dahulu oleh Direksi

Pekerjaan, khususnya yang menyangkut jenis / dimensi bekesting dan jarak –

jarak acuan penyangga

b. Bekesting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah perpindahan

tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan bekesting harus halus

dan rata, tidak boleh ada lekukan, lubang–lubang dan tidak boleh melendut.

Sambungan– sambungan pada bekesting harus diusahakan lurus dan rata

dalam arah horisontal dan vertikal

c. Khusus untuk struktur beton exposed atau struktur beton lainnnya yang perlu

menggunakan minyak atau bahan sejenis pada bekesting, Rekanan harus

mengoleskan minyak tersebut seperlunya dan harus menjaga agar minyak

tersebut tidak sampai mencemari batang tulangan dan sambungan konstruksi

d. Khusus untuk bekesting – bekesting kolom pada tepi bawah kolom pada 2

sisi harus dibuatkan bukaan untuk mengeluarkan kotoran–kotoran yang

181

terdapat pada dasar kolom dan bukaan ini boleh ditutup setelah dasar kolom

diperiksa kebersihannya dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan

e. Hal yang sama juga harus dikerjakan pada balok–balok yang tinggi atau

dinding– dinding beton

f. Tiang–tiang penyangga vertikal harus dibuat sebaik mungkin untuk

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya kerusakan atau

overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani

g. Struktur tiang–tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian

rupa sehingga konstruksi ini benar–benar stabil, kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban – beban yang berada diatasnya selama

pelaksanaan beton

h. Semua tiang – tiang penyangga tidak boleh ditempatkan langsung diatas

tanah, tetapi harus berpijak diatas balok kayu rata atau lantai kerja dengan

kokoh. Selain itu semua tanah dasar di sekitar daerah penyangga harus

dipadatkan sampai cukup kuat untuk menahan beban diatasnya

i. Bila tidak dinyatakan lain, maka semua bekesting balok dan pelat lantai

harus diberi anti lendut ke atas di tengah – tengah bentang sebesar 0,2 % dari

lebar bentang

Khusus untuk balok dan pelat kantilever, maka besarnya anti lendut yang

harus diambil adalah 0,4 % dari bentang

j. Semua bekesting yang akan dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan

tidak tercemar oleh bahan – bahan yang dapat menurunkan mutu beton

3. Pembongkaran Bekesting

a. Semua pekerjaan pembongkaran bekesting baru dapat dimulai setelah ijin

tertulis dari Direksi Pekerjaan terutama pada struktur drop of canopy, plat

atap, plat lantai, listplank – listplank, konsol–konsol, tangga dan balok –

balok bentang panjang

b. Bila pada saat pembuatan beton tidak digunakan suatu bahan pencampur

(admixture/additive) khusus, maka waktu minimum pembongkaran

bekesting harus didasarkan pada PBI 1971 dan hasil uji tekan beton

c. Dengan adanya pembongkaran bekesting dan/atau acuan pada beton,

struktur– struktur bangunan tidak mengalami perubahan bentuk, kerusakan

ataupun pembebanan yang melebihi beban rencana

d. Pertanggung jawaban atas keselamatan semua pihak pada pembongkaran

bekesting atau acuan berada di pihak Rekanan

4. Persiapan Pengecoran

182

a. Sebelum melaksanakan pengecoran, Rekanan harus membersihkan seluruh area

pengecoran memeriksa dan memperbaiki lagi bekesting dan pembesian yang

masih kurang sempurna, memeriksa dan mengkoordinasikan lagi gambar

struktur dengan desain gambar lain berikut segala pipa, konduit atau barang–

barang lain yang akan tertanam dalam beton dan mengajukan ijin tertulis dari

Direksi Pekerjaan

b. Sebelum pengecoran, semua alat–alat pembuatan beton dan pengangkutan beton

harus dalam keadan baik dan bersih.

c. Sebelum pengecoran beton, Rekanan harus membasahi cetakan dan pasangan-

pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton sampai jenuh. Selain itu

semua bidang-bidang beton yang lama yang akan di cor harus di kasarkan

terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran – kotoran beton

yang lepas dan kemudian penyambungan bidang – bidang beton yang lama harus

memakai lem beton

d. Sebelum pengecoran beton, Rekanan harus membersihkan / membuang air yang

tergenang pada bekesting atau area pengecoran.

5. Jadwal pekerjaan :

a. Sebelum mulai pekerjaan ini kontraktor harus membuat rencana kerja terlebih

dahulu dan harus mendapatkan persetujuan dari direksi teknik.

b. Setiap akan dimulai melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan

kepada direksi. Sebelum mendapat perintah untuk memulai pekerjaan, kontraktor

tidak diperkenankan untuk melaksanakan pekerjaan.

6. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

7. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan diterima direksi

teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan persyaratn yang ditentukan sampai

pada saat diadakan serah terima akhir pekerjaan.

183

Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan dengan biaya

sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa adanya pembayaran tambahan.

8. Pembayaran dilakukan terhadapat hasil kerja yang diterima oleh direksi teknik

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

3.2 Bekisting m 2

m

Seksi 3.3. : Penulangan

1. Jenis dan mutu baja yang dipergunakan adalah baja polos untuk tulangan

memanjang dan melintang dengan diameter 12 mm dan baja ulir D16 untuk tie

bar. Untuk ruji digunakan diameter 33mm.

2. Jenis-jenis besi ini harus mempunyai tegangan limit elastisitas karakteristik

sesuai dengan yang tercantum dalam PBI-1971

3. Semua jenis besi yang digunakan harus diperoleh dari pemasok/pabrik yang telah

disetujui oleh Direksi Pekerjaan

4. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas besi yang diminta, maka disamping

adanya sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan, secara periodik

juga diambil minimum 2 contoh percobaan tarik sebanyak minimum 3 kali, yaitu

pada waktu permulaan besi datang, kemudian pada pertengahan dan akhir

pekerjaan pembesian. Akan tetapi apabila selama pelaksanaan ditemukan hal–hal

yang meragukan, percobaan tarik harus dilakukan lagi. Selain itu Rekanan juga

wajib melakukan percobaan tarik dan lengkung dingin sebanyak 1 set percobaan

setiap 10 ton besi untuk besi berdiameter > 12 mm

Pajang contoh yang diambil adalah 1 m dan tiap batang besi diambil 3 buah

contoh

5. Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati – hati dan teliti, tepat pada

ukuran posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari

SNI-03-2847-2002 dan / atau PB 1971.

184

6. Pembengkokan tulangan harus dilakukan oleh tenaga ahli dengan

mempergunakan alat –alat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat,

patah, retak–retak, dan kerusakan kerusakan lainnya

7. Pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin

8. Tulangan yang sebagian sudah tertanam didalam beton tidak boleh dibengkokan

di lapangan, kecuali ada ijin khusus dari Pengawas atau Direksi Pekerjaan

9. Sebelum penyetelan dan pemasangan tulangan , Rekanan harus membuat

rencana kerja dan pembengkokan baja tulangan ( bending schedule ) yang harus

diserahkan ke Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan

10. Tulangan–tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama pengecoran

tidak berubah tempatnya. Untuk membantu penempatan tulangan ini, Rekanan

harus memasang “beton tahu”, “kaki ayam” (beton decking) dan bahan

pembantu lainnya secukupnya

11. Sebelum baja tulangan dipasang, baja harus bebas dari kulit besi, karat, lemak

kotoran serta bahan–bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat. Jika terjadi

keterlambatan pengecoran maka pembesian harus di periksa dan dibersihkan

ulang

12. Sambungan batang tulangan dengan menggunakan las tidak diizinkan. Semua

sambungan batang tulangan harus sesuai dengan ketentuan SNI-03-2847-2002

kecuali ada ketentuan lain dari Direksi Pekerjaan

13. Tebalnya selimut beton harus sesuai dengan SNI-03-2847-2002

14. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

3.3 Penulangan kg

m

123

Seksi 3.4. : Beton

1 Mutu beton dan campuran beton rencana

a. Seluruh beton polos (tidak bertulang) seperti rabat dan lantai kerja

digunakan mutu beton K.175 (f’c=14,5 MPa). Untuk jalan beton

digunakan beton K.350, struktur saluran dan ducting digunakan beton

K.300 untuk pekerjaan lain sesuai dengan daftar pekerjaan.

b. Untuk mencapai mutu beton tersebut diatas, Rekanan diwajibkan untuk

membuat campuran beton rencana (mix design) paling lambat 6 minggu

sebelum pekerjaan beton dimulai . Rekanan harus membuat masing –

masing 20 benda uji pada umur 7,14, dan 28 hari

c. Pembuatan campuran beton rencana ini hendaknya mengikuti PBI ayat 4.6

dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5

Bila sumber atau kualitas dari semen atau agregat diganti maka harus

dicari lagi campuran rencana yang baru sehingga tercapai mutu beton yang

dipersyaratkan

2 Pengujian beton

a. Rekanan harus menyediakan tenaga kerja, material, tempat dan semua

peralatan untuk melakukan semua peralatan untuk melakukan semua uji

beton di bawah ini, yaitu :

- Uji Slump

- Uji Tekan silinder beton diameter 15 cm dan tinggi 30 cm

- Uji Kadar Lumpur

- Hammer Test

- Core Drilling

b. Pengujian slump beton harus dilaksanakan berdasarkan PBI – 1971 dengan

batasan nilai slump maksimum sebagai berikut :

Mutu Beton Nilai Slump (cm) Toleransi (cm)

K 350 8 ± 2

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan

sampai maksimum 1,5 cm.

c. Rekanan harus membuat, merawat dan mengadakan uji kubus beton pada

laboratorium beton yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan atas biaya sendiri

dan berdasarkan atas PBI – 1971

d. Jumlah pengambilan contoh untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton,

tidak boleh kurang dari dua benda uji dan harus diuji pada umur 7 dan 28

hari

e. Pengujian kekuatan tekan masing-masing mutu beton

124

JUMLAH SAMPLE PENGUJIAN BETON

Volume Pengecoran Jumlah Sample

Sampai dengan 10 m3 1 sample

10 s/d 40 m3 2 samples

40 s/d 80 m3 3 samples

Note:

3 Tiap penambahan 50 m3, harus melakukan penambahan 1

sample.

4 1 sample minimal terdiri dari 3 benda uji pada tiap mutu beton

f. Kalau digunakan pompa beton (concrete pump), pengambilan khusus

harus dilakukan dilokasi pengecoran setelah beton melewati ujung pipa

pompa beton

g. Setiap benda uji harus diberi tanggal pembuatan dan dari bagian ujung

pipa mana beton diambil

h. Prosedur pengambilan silinder beton sesuai dengan SNI 03-4810-1998

i. Setiap benda uji tidak boleh cacat

j. Rekanan harus membuat laporan lengkap mengenai hasil test khusus yang

disertai evaluasi perhitungan nilai karakteristiknya dan disampaikan pada

Direksi Pekerjaan

k. Kalau terjadi kegagalan dalam uji beton ini, Rekanan harus melakukan

percobaan – percobaan non destruktif dan apabila masih menunjukkan

kegagalan Rekanan harus memperbaiki dan mengganti struktur tersebut

atas biaya Rekanan sendiri

l. Bila dianggap perlu, maka Rekanan harus melakukan uji tambahan atas

biaya Rekanan

5 Pembuatan beton

a. Rekanan bertanggung jawab penuh atas seluruh pembuatan beton yang

baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan

b. Dalam pembuatan beton ini, Rekanan harus memakai sistem “Weight

batching plant” & volumetric system (untuk mengukur air) yang sudah

disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semua alat ukur untuk pencampuran

beton ini harus dalam kondisi baik dan dikalibrasi dan disediakan oleh

Rekanan

c. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material

– material harus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan

125

d. Seluruh operasi harus diinspeksi dan dikontrol terus oleh seorang inspektor

yang berpengalaman dan bertanggung jawab

e. Pencampuran beton dengan tidak memakai perbandingan berat atau

dengan tangan tidak diperbolehkan

f. Mixer harus betul – betul kosong sebelum menerima material – material

dari adukan berikutnya . Mixer harus dibersihkan dan dicuci bila mixer

tidak dipakai lebih lama dari 30 menit atau bila beton yang akan dibuat

berbeda mutunya

g. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh atau

mengeras tidak diizinkan

h. Ketelitian alat ukur (timbangan) harus dikontrol minimum satu kali setiap

minggu dengan ketelitian 1 persen

6 Beton Pra Campur (Ready Mix)

a. Rekanan tidak diijinkan memakai beton pra campur tanpa izin dari Direksi

Pekerjaan

b. Semua beton pra campur harus dipasok dari perusahaan yang disetujui

oleh Direksi Pekerjaan

c. Bila tidak ditentukan lain, semua persyaratan yang berlaku untuk beton

biasa juga berlaku untuk beton pra campur

d. Nama dan Alamat dari perusahaan beton pra campur harus disampaikan

untuk persetujuan Direksi Pekerjaan. Jika diperlukan, Rekanan harus

mengatur peninjauan ke perusahaan tersebut

e. Beton pra campur harus sudah dicor pada tempatnya dalam waktu

maksimum 2 jam dihitung dari mulainya truck mixer keluar dari plant

sampai penuangan terakhir dilakukan. Bila dipergunakan retarder, waktu

maksimum tersebut dapat melebihi 2 jam tetapi tidak boleh lewat 4 jam.

Mengenai lamanya waktu yang diperkenankan ini hendaknya dibicarakan

sebelum beton pra campur ini digunakan, sehingga diketahui waktu yang

masih diijinkan

f. Semua data–data dari beton pra campur ini harus dicatat secara lengkap

oleh Rekanan atas sepengetahuan Direksi Pekerjaan data–data tersebut

harus selalu tersedia diproyek

Data – data yang harus dicatat adalah :

Waktu kedatangan untuk truck mixer

Waktu pencampuran material – material dan penambahan air

Pencatatan nomer truck mixer dan nama plat

Waktu ketika beton ditempatkan / dicor

Lokasi pengecoran

Pengambilan jumlah kubus uji

126

Nilai slump

Dan data – data lain yang relevan

g. Rekanan bertanggung jawab atas semua hasil pengecoran dari beton pra

campur . Direksi Pekerjaan berhak untuk mengganti perusahaan beton pra

campur atau menghentikan penggunaan beton pra campur bila ternyata

syarat–syarat dari spesifikasi ini tidak terpenuhi dengan memuaskan.

9. Pengangkutan beton

a. Metoda pengangkutan yang akan digunakan Rekanan haruslah metoda

pengangkutan yang sudah dievaluasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan

b. Kecepatan pengangkutan harus sedemikian rupa dan cukup cepat sehingga

beton tidak kering atau kehilangan workabilitas atau plastisitas selama

waktu yang digunakan antara mencampur dan mencetak (mengecor)

c. Sistem pengangkutan beton tidak boleh sampai menimbulkan segregasi

pada adukan beton ataupun kehilangan semen dan air

d. Pengangkutan harus diorganisir sedemikian rupa sehingga selama

pengecoran pada bagian tertentu, tak terjadi keterlambatan pada bidang cor

dan sambungan dingin ( cold joint )

e. Semua peralatan yang digunakan untuk pengangkutan harus dibersihkan

dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari 30 menit

10. Pengecoran beton

a. Pengecoran beton harus berlangsung terus menerus tanpa berhenti sampai

mencapai siar–siar pelaksanaan yang sudah direncanakan dan disetujui

oleh Direksi Pekerjaan

b. Pemadatan beton untuk struktur yang cukup tebal harus dilaksanakan lapis

per lapis dengan tebal tiap lapisan maksimum 40 cm atau sesuai dengan

persetujuan Direksi Pekerjaan

c. Metode Penuangan dan Pemadatan beton harus dilaksanakan sedemikian

rupa sehingga tidak akan terjadi segregasi pada beton

d. Tinggi jatuh vertikal pada pengecoran tidak boleh lebih dari 150 cm.

Untuk dinding– dinding, kolom–kolom atau bagian–bagian yang tinggi,

beton tidak boleh di cor dari atas, tetapi pengecoran harus dilakukan

memulai sisi bekesting

e. Saluran curam tidak boleh digunakan untuk pengecoran beton, kecuali

dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Bila diizinkan, saluran curam harus

dibuat dari metal yang dapat mengalirkan adukan beton tanpa terjadinya

pemisahan bahan dan harus dicor dengan sudut tidak lebih datar dari

perbandingan 1 ( satu ) tegak , 2 ( dua ) mendatar

f. Beton harus dipadatkan dengan vibrator mekanis yang dikerjakan oleh

orang – orang yang berpengalaman dan terampil. Pekerjaan beton yang

telah selesai harus merupakan suatu massa yang bebas dari lubang–lubang,

segregasi dan keropos

127

g. Vibrator yang dipakai haruslah vibrator yang mempunyai frekwensi tidak

kurang dari 6000 siklus per menit dan mempunyai lengan sepanjang 6

meter atau lebih

h. Selama pemadatan beton, Rekanan harus menjaga agar tidak terjadi “over

vibration” yang akan mengakibatkan segregasi. Selain itu Rekanan juga

harus menjaga agar tulangan–tulangan (terutama tulangan yang telah

masuk pada beton) tidak mengalami getaran langsung dari vibrator

i. Rekanan harus menyediakan vibrator–vibrator dengan kondisi yang baik

dan jumlah yang cukup

j. Selama hujan pengecoran tidak boleh dilakukan dan beton yang baru di cor

harus dilindungi dari air hujan. Selain itu penghentian beton yang baru

dicor harus dilindungi terhadap pengikisan aliran air hujan ( terutama pada

balok , kolom dan dinding)

k. Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, seluruh beton yang kena hujan

/ aliran air hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dulu terhadap

beton–beton yang tercampur / terkikis air hujan Pengecoran selanjutnya

harus mendapatkan izin Direksi Pekerjaan terlebih dahulu

l. Siar – siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak

banyak mengurangi kekuatan konstruksi

m. Bila tidak ada ketentuan lain, pada pelat dan balok, siar–siar pelaksanaan

harus ditempatkan kira–kira pada 1/3 bentang. Untuk balok yang ditengah–

tengah bentangnya terdapat titik pertemuan dengan balok lainnya maka

siar pelaksanaan harus ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari

pertemuan / persilangan

n. Siar harus mulai dibuat pada lokasi dan dimensi yang tetap seperti pada

gambar rencana dan penulangan tidak boleh ada yang menerus

11. Kualitas Pekerjaan Beton

a. Direksi pekerjaan berhak menolak semua pekerjaan beton yang tidak

memenuhi syarat seperti :

Konstruksi beton keropos

Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan

atau posisinya yang tidak sesuai dengan gambar

Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan

Konstruksi beton berisikan kayu atau benda lain

Konstruksi beton yang mengalami cacat–cacat lainnya

Rekanan harus mengganti / membongkar dan memperbaiki beton–

beton yang tidak memenuhi syarat atas biaya sendiri sesuai dengan

instruksi dari Direksi Pekerjaan dan Perencana

b. Kekuatan beton harus sesuai dengan persyaratan dalam SNI-03-2847-2002

c. Struktur beton harus mempunyai ukuran–ukuran dimensi lokasi dan bentuk

yang tidak boleh melampui toleransi di bawah ini :

128

Posisi garis as dari penyelesaian bagian struktur pada semua titik

maksimum bergeser 0,5 cm dari posisi seharusnya

Variasi ukuran–ukuran dimensi struktur yang < 3 m adalah 0,5 cm

Variasi ukuran–ukuran dimensi struktur yang > 3 m adalah 1 cm

d. Perawatan beton

Selama proses pengerasan beton, konstruksi beton, cetakan dan

penulangan tidak boleh terganggu atau menggalami pembebanan yang

dapat merusak struktur beton muda ini. Oleh kerena itu Rekanan

dilarang menggunakan struktur beton yang masih muda umurnya untuk

tempat penimbunan material atau lalu lintas kerja (minimal 14 hari

umurnya)

Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan dan dari

kerusakan yang disebabkan oleh alat–alat. Dua jam setelah pengecoran

beton, semua beton harus selalu dalam keadaan basah, paling sedikit 10

hari dengan cara dibasahi dengan air terus menerus, direndam air atau

dengan sistem disiram air dari pipa yang berhubungan atau sistem lain

yang dapat membuat kondisi beton basah, untuk kolom beton dapat

digunakan karung basah yang dililitkan

Bekesting kayu tetap dibiarkan tinggal agar beton itu tetap basah

selama perawatan untuk mencegah retak pada sambungan dan

pengeringan beton yang terlalu cepat

Air yang dipergunakan untuk perawatan harus air dan sama sekali

bebas dari unsur – unsur kimia yang mungkin menyebabkan perubahan

warna beton.

12. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

13. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan diterima

direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan persyaratn yang

ditentukan sampai pada saat diadakan serah terima akhir pekerjaan.

Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan dengan biaya

sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa adanya pembayaran

tambahan.

14. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

129

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

3.4 Beton m 3

m

Seksi 4 : PEKERJAAN PEMBATAS JALAN

Seksi 4.1. : Urugan Tanah Pembatas Jalan

1. Pekerjaan ini menyangkut pengadaan material tanah urugan, pengurugan dan

pemadatan.

2. Pekerjaan urugan ini dilaksanakan untuk mengurug bagian pembatas jalan

yang setinggi kansin dikurangi paving.

3. Pelaporan :

Kontraktor harus segera mengadakan pengujian terhadap contoh bahan

urugan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini dalam waktu maksimum 14

hari kalender sebelum pekerjaan urugan dilaksanakan dan harus mendapat

persetujuan dari direksi teknik.

4. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada

direksi teknik terlebih dahulu tentang rencana jadwal kerja dengan lampiran

sebagai berikut :

1. Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan

yang telah dipersiapkan untuk pekerjaan urugan

2. Sebelum diijinkan oleh direksi teknik, maka kontraktor tidak

diperkenankan untuk mulai melaksanakan pekerjaan.

5. Pelaksanaan :

1. Pelaksanaan penghamparan bahan urugan diatur sedemikian rupa

sehingga tidak mempunyai ketebalan lebih besar dari 25 sesuai gambar.

Alat penghampar yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat

kerja.

2. Penghantaran diatur sedemikian rupa sehingga permukaan akhir dari

urugan mempunyai kelandaian sesuai dengan keadaan yang telah

ditetapkan.

130

6. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan :

a. Direksi teknik berhak untuk memerintahkan kontraktor untuk melakukan

pengujian terhadap hasil kerja yang telah diselesaikan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan dalam seksi ini.

b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan

kontraktor untuk membongkar, memperbaikinya sehingga hasil

pekerjaannya sesuai dengan yang telah ditentukan.

c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung

jawab kontraktor.

7. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima :

Kontraktor diharuskan memelihara hasil pekerjaan yang telah diterima oleh

direksi teknik selama periode pelaksanaan dan periode pemeliharaan,

sehingga pada saat didakan serah terima akhir pekerjaan dalam kondisi baik

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

8. Pengukuran hasil kerja :

Berdasarkan gambar profil melintang dari lokasi pekerjaan urugan tanah akan

ditentukan volume pekerjaan dalam m3.

9. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

4.1 Urugan Tanah m 3

m

Pembatas Jalan

Seksi 4.2. : Pemasangan Kanstin 50x20x40 cm

1. Pembatas jalan adalah bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai

pembatas jalur lalu lintas dengan bagian jalan lainya. Jenis pembatas jalan

digunakan dengan ukuran lebar atas x tinggi : 120 cmx 40 cm. Pembuatan

pembatas dengan tanah urug yang selanjutnya di tutup pasangan batako kanstin

bagian samping dan di tutup dengan paving hexagon K-300

2. Bahan

- Ukuran 120 x 40 cm dengan panjang tiap segmen 50 – 60 cm

131

- Dibuat dengan susunan batako kanstin pada bagian samping dan paving hexagon

pada bagian atas

3. Pemasangan

- Pemasangan pembatas dilaksanakan sesuai gambar kerja

- Pembatas direkatkan dengan adukan semen pasir 1:3

4. Perbaikan dari hasil pekerjaan yang tidak memuaskan :

a. Direksi teknik berhak untuk memerintahkan kontraktor untuk melakukan

pengujian terhadap hasil kerja yang telah diselesaikan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan dalam seksi ini.

b. Jika didapat kepastian bahwa pekerjaan dilaksanakan tidak sesuai dengan

persyaratan yang telah ditentukan, direksi teknik berhak memerintahkan

kontraktor untuk membongkar, memperbaikinya sehingga hasil

pekerjaannya sesuai dengan yang telah ditentukan.

c. Segala resiko akibat adanya kegiatan ini sepenuhnya menjadi tanggung

jawab kontraktor.

6. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima :

Kontraktor diharuskan memelihara hasil pekerjaan yang telah diterima oleh direksi

teknik selama periode pelaksanaan dan periode pemeliharaan, sehingga pada saat

didakan serah terima akhir pekerjaan dalam kondisi baik sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan.

7. Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh direksi

teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

4.2 Pemasangan Kanstin m 1

m

50x20x40

Seksi 4.3. : Pemasangan Paving 20x20x 6 cm

1. Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan, peralatan dan tenaga yang diperlukan

untuk pelaksanaan pekerjaan.

2. Pelaporan

132

a. Sebelum dimulai pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada

direksi teknik dengan melampirkan rencana lokasi kerja dan perkiraan

waktu penyelesaian pekerjaan untuk mendapat persetujuan.

b. Sebelum ada ijin dari direksi teknik, kontraktor tidak diperbolehkan

mulai melaksanakan pekerjaan.

3. Bahan menggunakan paving hexagon K-300

4. Dipasang dengan dasar pasir di atas tanah urugan dalam pembatas jalannya.

5. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

6. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan diterima

direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan persyaratn yang

ditentukan sampai pada saat diadakan serah terima akhir pekerjaan.

Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan dengan biaya

sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa adanya pembayaran

tambahan.

7. Pembayaran Pembayaran dilakukan terhadap hasil kerja yang telah diterima oleh

direksi teknik.

No. Mata

Uraian

Satuan

Pembayaran Pengukuran

Pemasangan Paving

4.3 Hexagon m 2

m

20x20x6

K-300

Seksi 5 : PEKERJAAN PELENGKAP

Seksi 5.1. : Marka Jalan.

1. Pekerjaan

Pekerjaan ini akan terdiri dari pengadaan, pemasangan marka jalan baik untuk

jalan lama dengan pelapisan ulang dan pelapisan baru pada tempat seperti

ditunjukkan pada gambar rencana.

133

2. Pelaporan

a. Sebelum mulai pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada direksi

teknik dengan melampirkan rencana lokasi pekerjaan dan perkiraan waktu

penyelesaian guna mendapat persetujuan.

b. Sebelum ada ijin dari direksi teknik, kontraktor tidak diperbolehkan mulai

melaksanakan pekerjaan.

c. Kontraktor harus mengirimkan 1 liter contoh cat untuk warna dan tipe cat

yang akan digunakan guna mendapat persetujuan direksi teknik.

3. Bahan

Bahan cat yang digunakan harus dari bahan termoplastis dari campuran kristal

kaca dan harus memenuhi ketentuan AASHTO M29-77. Kristal-kristal kaca

harus memenuhi ketentuan AASHTO M29-77 tipe 2.

4. Pelaksanaan

a. Permukaan jalan yang akan dicat harus dalam keadaan bersih, kering, bebas

dari debu dan lapisan minyak .

b. Sebelum pengecatan dilakukan, pada lokasi harus dibuat tanda-tanda

mengenai letak, batas dan ukuran pengecatan.

c. Cat dingin yang akan digunakan harus diaduk dengan komposisi yang telah

disetujui direksi teknik.

d. Pengecatan dilakukan dengan mesin pengecat, tetapi jika tidak dapat

disediakan mesin pengecat, dengan ijin direksi teknik dapat dilakukan

pengecatan dengan menggunakan kuas atau semprotan. Jika digunakan kuas

atau semprotan, maka harus dilaksanakan dengan menggunakan mal sesuai

bentuk marka. Ketebalan cat harus seragam dan merata dengan ketebalan

minimal 3 mm termasuk kristal kaca.

e. Kristal kaca segera dipasang setelah pengecatan selesai dilaksanakan dengan

menggunakan semprotan yang mempunyai tekanan 450 gr/m2.

f. Pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan harus dilindungi dari lalu lintas

sampai dipastikan bahwa catnya betul-betul telah mengering.

5. Pengaturan pekerjaan

Kontraktor harus mengatur sedemikian rupa sehingga keamanan pelaksanaan

pengecatan dan kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin. Resiko yang timbul

akibat kelalaian kontraktor melaksanakan ketentuan ini sepenuhnya menjadi

tanggung jawab kontraktor.

6. Jika oleh direksi teknik hasil pekerjaan tidak memuaskan sehubungan dengan

kualitasnya, maka kontraktor harus memperbaiki sesuai dengan petunjuk

direksi teknik.

134

7. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

a. Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui

direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan persyaratan

yang ditentukan sampai pada saat serah terima akhir pekerjaan.

b. Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan

dengan biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa

adanya pembayaran tambahan.

8. Pengukuran

Hasil pekerjaan yang telah diterima dan disetujui oleh direksi teknik diukur

dalam m2.

9. Pembayaran

Pembayaran akan dilakukan terhadap hasil pekerjaan yang telah diterima oleh

direksi teknik berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.

No. Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran

5.1 Marka jalan m2

Seksi 5.2. : Unit Penerangan Lampu Ganda

1. Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan, peralatan, dan tenaga kerja yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

2. Pelaporan

a. Sebelum dimulai pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada

direksi teknik dengan melampirkan rencana lokasi kerja dan perkiraan

waktu penyelesaian pekerjaan untuk mendapat persetujuan.

b. Sebelum ada ijin dari direksi teknik, kontraktor tidak diperbolehkan mulai

melaksanakan pekerjaan.

c. Kontraktor harus mengirimkan 1 liter contoh cat untuk warna dan tipe cat

yang akan digunakan guna mendapat persetujuan direksi teknik.

d. Kontraktor harus menyerahkan contoh plat , pipa besi, dan lampu yang akan

digunakan untuk unit penerangan lampu jalan

3. Bahan

Unit Penerangan Lampu Jalan

i. Lampu memakai lampu jalan tenaga surya.

ii. Baut dan mur harus digalvanis atau dicat anti karat.

135

iii. Pondasi digunakan beton mutu K-250.

iv. Lembaran pantul dari bahan scotlite yang digunakan harus memenuhi

ketentuan dari DLLAJR.

4. Pelaksanaan

Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan

dengan lokasi pemasangan sesuai dengan petunjuk direksi teknik.

5. Perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan

Jika menurut direksi teknik hasil pekerjaan dalam segala hal tidak memuaskan,

maka kontraktor atas biaya sendiri harus memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai

dengan petunjuk teknik.

6. Pemeliharaan pekerjaan yang telah diterima

a. Kontraktor harus memelihara hasil pekerjaan yang telah disetujui dan

diterima direksi teknik sehingga kondisinya tetap baik sesuai dengan

persyaratn yang ditentukan sampai pada saat diadakan serah terima

akhir pekerjaan.

c. Apabila terjadi kerusakan, kontraktor harus melakukan perbaikan

dengan biaya sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor tanpa

adanya pembayaran tambahan.

7. Pengukuran

Hasil pekerjaan yang telah diterima dan disetujui oleh direksi teknik diukur

dalam buah.

8. Pembayaran

Pembayaran akan dilakukan terhadap hasil pekerjaan yang telah diterima oleh

direksi teknik berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.

No. Mata

Uraian Satuan Pengukuran

Pembayaran

5.2 Lampu Jalan Tenaga Surya Buah

123

TOTAL

NO. MONTH FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1 Januari 114.275 125.372 5.130 2.834 33.454 1.101 282.166 447.223 122.524 129.545 5.120 1.434 31.490 89 290.202 456.446 572.368 903.669

2 Pebruari 107.654 120.454 2.325 1.999 11.911 509 244.852 380.051 105.986 140.302 2.397 929 45.180 1.170 295.964 485.013 540.816 865.064

3 Maret 123.899 132.552 4.326 3.801 19.632 1.010 285.220 442.740 130.335 141.376 4.114 1.175 34.221 99 311.320 491.130 596.540 933.870

4 April 104.793 117.554 5.022 12.412 15.528 724 256.033 394.861 112.713 107.987 9.121 1.750 30.210 54 261.835 409.207 517.868 804.068

5 M e i 112.202 114.080 3.536 8.434 50.312 909 289.473 458.310 110.648 131.291 7.108 2.434 39.272 231 290.984 468.886 580.457 927.196

6 J u n i 125.259 116.203 3.477 4.121 41.445 1.560 292.065 454.750 109.739 139.701 5.163 2.117 43.356 876 300.952 490.048 593.017 944.798

7 J u l i 105.021 115.680 2.598 5.420 41.912 1.173 271.804 433.167 106.641 119.992 3.149 2.460 39.306 562 272.110 435.119 543.914 868.286

8 Agustus 114.570 124.639 4.858 5.443 41.313 1.362 292.185 464.357 112.776 145.605 6.174 1.738 38.266 90 304.649 494.784 596.834 959.141

9 September 109.969 115.517 4.183 3.293 51.962 499 285.423 457.584 99.994 140.765 5.111 1.583 41.188 67 288.708 475.839 574.131 933.423

10 Oktober 123.634 134.859 2.434 9.740 34.071 1.296 306.034 478.694 129.262 139.886 4.147 2.379 39.351 123 315.148 498.655 621.182 977.349

11 November 113.279 121.657 4.908 3.644 11.424 559 255.471 394.019 133.196 136.535 7.666 1.946 23.954 178 303.475 471.808 558.946 865.827

12 Desember 115.206 117.454 4.621 6.656 12.134 811 256.882 391.902 123.567 138.901 5.145 1.722 41.256 234 310.825 496.361 567.707 888.263

TOTA L 1.369.761 1.456.021 47.418 67.797 365.098 11.513 3.317.608 5.197.658 1.397.381 1.611.886 64.415 21.667 447.050 3.773 3.546.172 5.673.296 6.863.780 10.870.954

TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG (TPKS)

ARUS BONGKAR MUAT PETIKEMAS 2012

INTERNASIONALIMPORT CONTAINER EXPORT CONTAINER

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

T P K S

TOTAL

NO. MONTH FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1 Januari 151.525 152.407 5.288 3.105 767 729 313.821 473.012 152.951 157.601 6.112 2.442 2.261 32 321.399 487.405 635.220 960.417

2 Pebruari 147.283 145.324 6.178 5.470 974 217 305.446 458.139 148.876 157.322 4.114 3.433 2.245 3 315.993 479.677 621.439 937.816

3 Maret 134.328 144.969 4.244 1.984 926 666 287.117 437.922 146.087 148.033 7.151 3.779 1.190 6 306.246 462.626 593.363 900.548

4 April 147.684 136.098 2.243 2.008 792 91 288.916 428.140 158.644 139.750 5.657 3.999 1.806 9 309.865 457.087 598.781 885.227

5 M e i 165.835 157.990 927 4.509 2.074 93 331.428 492.512 164.879 160.461 5.444 5.768 1.098 13 337.663 504.679 669.091 997.191

6 J u n i 144.881 134.970 1.136 4.226 1.114 289 286.616 424.125 153.296 148.374 7.162 5.707 1.254 54 315.847 472.691 602.463 896.816

7 J u l i 135.384 145.607 5.347 9.159 1.746 121 297.364 450.185 143.317 139.497 985 9.334 1.271 8 294.412 436.173 591.776 886.358

8 Agustus 127.297 113.987 2.345 5.363 815 108 249.915 367.170 128.902 124.323 1.099 9.705 1.291 0 265.320 392.033 515.235 759.203

9 September 135.750 145.672 1.902 4.099 780 86 288.289 436.729 145.987 153.543 5.844 8.644 1.212 18 315.248 475.865 603.537 912.594

10 Oktober 147.888 146.765 876 2.359 1.006 901 299.795 449.343 153.682 156.028 9.345 5.613 1.420 8 326.096 492.897 625.891 942.240

11 November 144.093 143.980 1.055 8.198 965 791 299.082 445.873 146.084 148.667 8.989 1.098 2.087 15 306.940 466.698 606.022 912.571

12 Desember 145.003 143.543 1.256 6.116 1.831 377 298.126 445.133 149.441 152.910 4.162 5.894 961 10 313.378 471.421 611.504 916.554

TOTA L 1.726.951 1.711.312 32.797 56.596 13.790 4.469 3.545.915 5.308.283 1.792.146 1.786.509 66.064 65.416 18.096 176 3.728.407 5.599.252 7.274.322 10.907.535

TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG (TPKS)

ARUS BONGKAR MUAT PETIKEMAS 2013

INTERNASIONAL

IMPORT CONTAINER EXPORT CONTAINER

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

124

TOTAL

NO. MONTH FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1 Januari 165.307 166.243 5.682 1.195 1.626 155 340.208 513.914 156.991 169.146 5.120 2.126 579 93 334.055 508.993 674.263 1.022.907

2 Pebruari 154.648 164.914 7.652 1.250 2.594 226 331.284 506.670 153.069 170.254 4.487 1.214 479 103 329.606 504.929 660.890 1.011.599

3 Maret 168.866 173.761 4.677 1.878 2.612 231 352.025 533.306 179.178 181.689 6.014 2.396 962 64 370.303 559.032 722.328 1.092.338

4 April 165.768 155.843 5.126 1.272 2.849 170 331.028 495.016 162.290 171.469 5.117 2.284 862 31 342.053 519.532 673.081 1.014.548

5 M e i 175.185 179.498 5.430 2.270 2.445 144 364.972 552.489 178.771 183.919 1.994 2.301 848 66 367.899 554.726 732.871 1.107.215

6 J u n i 162.357 164.731 6.789 2.131 2.179 165 338.352 512.216 159.936 170.934 5.141 2.189 1.105 47 339.352 516.579 677.704 1.028.795

7 J u l i 164.597 159.145 6.257 1.254 2.342 163 333.758 501.665 165.759 169.992 5.115 1.248 749 95 342.958 518.909 676.716 1.020.574

8 Agustus 150.404 149.122 6.676 1.270 1.278 129 308.879 466.084 153.075 150.156 2.246 1.977 679 77 308.210 461.368 617.089 927.452

9 September 147.331 156.761 5.771 2.339 2.228 229 314.659 479.648 164.690 174.787 2.674 2.404 577 57 345.189 523.284 659.848 1.002.932

10 Oktober 165.704 167.055 7.276 3.464 1.662 177 345.338 521.508 167.903 171.322 4.565 1.216 410 64 345.480 521.841 690.818 1.043.349

11 November 158.737 166.234 2.067 1.182 1.474 258 329.952 499.985 168.799 169.120 3.396 2.025 457 60 343.857 516.890 673.809 1.016.875

12 Desember 166.232 166.464 3.102 1.349 1.081 344 338.572 509.563 163.655 171.027 3.659 1.312 548 57 340.258 515.549 678.830 1.025.112

TOTA L 1.945.136 1.969.771 66.505 20.854 24.370 2.391 4.029.027 6.092.064 1.974.116 2.053.815 49.528 22.692 8.255 814 4.109.220 6.221.632 8.138.247 12.313.696

TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG (TPKS)

ARUS BONGKAR MUAT PETIKEMAS 2014

INTERNASIONALIMPORT CONTAINER EXPORT CONTAINER

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

T P K S

TOTAL

NO. MONTH FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER FULL CONTAINER EMPTY CONTAINER EXPORT/IMPORT

20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS 20' 40' 45' 20' 40' 45' BOX TEUS BOX TEUS

1 Januari 176.963 177.586 4.484 1.953 2.199 841 364.026 549.136 174.403 178.645 4.485 12.788 578 960 371.859 556.527 735.885 1.105.663

2 Pebruari 175.876 176.690 3.998 1.158 2.240 933 360.895 544.756 174.122 177.105 4.343 12.514 1.128 861 370.073 553.510 730.968 1.098.266

3 Maret 167.073 168.822 5.530 1.869 2.751 718 346.763 524.584 176.683 181.364 4.383 12.511 1.112 939 376.992 564.790 723.755 1.089.374

4 April 175.758 179.427 4.102 2.113 3.651 736 365.787 553.703 178.509 183.607 4.469 12.876 752 50 380.263 569.141 746.050 1.122.844

5 M e i 187.355 188.769 6.164 1.590 3.303 823 388.004 587.063 188.717 189.024 4.368 13.904 688 1.211 397.912 593.203 785.916 1.180.266

6 J u n i 167.881 170.170 5.177 1.315 2.924 628 348.095 526.994 169.815 181.209 4.173 11.778 948 1.113 369.036 556.479 717.131 1.083.473

7 J u l i 142.952 143.690 5.553 1.718 1.732 818 296.463 448.256 145.350 146.992 4.467 11.193 947 860 309.809 463.075 606.272 911.331

8 Agustus 165.208 176.958 4.872 1.911 3.020 814 352.783 538.447 168.879 179.058 4.582 10.812 963 881 365.175 550.659 717.958 1.089.106

9 September 174.413 168.761 5.142 2.843 3.093 621 354.873 532.490 176.663 180.049 4.555 12.463 836 557 375.123 561.120 729.996 1.093.610

10 Oktober 165.235 175.894 4.788 1.993 3.575 410 351.895 536.562 174.920 170.061 4.366 13.593 1.126 731 364.797 541.081 716.692 1.077.643

11 November 170.698 171.758 4.682 1.937 2.583 910 352.568 532.501 173.681 175.305 4.253 10.873 1.165 919 366.196 547.838 718.764 1.080.339

12 Desember 173.231 172.184 4.127 2.367 2.720 917 355.546 535.494 174.022 175.039 4.064 11.476 784 572 365.957 546.416 721.503 1.081.910

TOTA L 2.042.643 2.070.709 58.619 22.767 33.791 9.169 4.237.698 6.409.986 2.075.764 2.117.458 52.508 146.781 11.027 9.654 4.413.192 6.603.839 8.650.890 13.013.825

TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG (TPKS)

ARUS BONGKAR MUAT PETIKEMAS 2015

INTERNASIONALIMPORT CONTAINER EXPORT CONTAINER

TOTAL IMPORT TOTAL EXPORT

125

DOKUMENTASI

Perangkaian alat DCPT Pengujian Daya Dukung Tanah

126

Pembacaan dan Mencatat Hasil Uji DDT