pembuatan etanol secara fermentasi
DESCRIPTION
BioteknologiTRANSCRIPT
RESUME
Pembuatan Etanol Secara Fermentasi Menggunakan Sel Saccharomyces
cerevisiae Yang Terimobilisasi pada Kalsium Alginat
Abstrak
Penelitian fermentasi molase menghasilkan etanol menggunakan Saccharomyces
cerevisae imobil dalam fermentor sistem teraduk. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh berat bead dan waktu fermentasi molase terhadap etanol.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh besar bead dan waktu fermentasi terhadap
kadar etanol diperoleh maksimum 12,9386% pada berat bead 10 gram dengan
waktu fermentasi 36 jam.
Pendahuluan
Fermentasi merupakan suatu upaya mengubah senyawa karbohidrat menjadi
etanol dengan bantuan mikroorganisme. Molase merupakan hasil samping dari
industri pengolahan gula yang mengandung gula yang cukup tinggi. Kandungan
gula terutama sukrosa berkisar 48-55. Dalam fermentasi ini glukosa didegradasi
menjadi etanol dan CO2 melalui jalur glikolisis. Proses fermentasi menggunakan
cara konvensional yaitu dengan mencampurkan sel ragi Saccharomyces cerevisae
dengan substrat gula. Cara ini memiliki kelemahan karena pemisahan produk
lebih sulit. Untuk mengatasi cara konvensional dilakukan teknik imobilisasi untuk
memproduksi etanol dengan menggunakan bahan baku molase. Proses imobilisasi
sel adalah suatu proses pergerakan sel dalam ruang dibatasi. Dalam penelitian ini
sel ragi dijerap dengan menggunakan kalsium alginat. Bila larutan natrium alginal
dicampur dengan larutan CaCl2 akan terbentuk gel yang tidak larut dalam air.
Reaksi ini dimanfaatkan sebagai biokatalis dalam upaya memproduksi etanol dari
molase secara fermentasi.
Bahan dan Metode
1. Bahan :
a. Molase
b. Saccharomyces cerevisae
c. PDA
d. Pepton
e. YGP
f. Larutan Kalium Bikromat
g. Larutan ferro ammonium sulfat
h. Indikator feroin
i. Kalsium klorida
j. Natrium alginat
k. NaCl
l. Buffer sitrat pH 4
m. Ammonium sulfat 1,10 o—phenantrolin
n. Magnesium sulfat
o. Kalium hidrogen phospat
p. Asam klorida
2. Alat :
a. Fermentor batch sistem teraduk
b. Petridish
c. Autoklaf
d. Hemasitometer
e. Buret
f. Termometer
g. Hand refractometer
h. Erlenmeyer
i. Labu ukur
3. Metode Penelitian :
1. Penanaman Saccharomyces cerevisae
Dengan menggunakan metode cawan gores, hasil biakan yang diperoleh
dibiakan kembali kedalam media pertumbuhan cair YGP.
2. Pembuatan starter
Dilakukan pada media pertumbuhan YGP yang ditambahkan ammonium
sulfat, magnesium sulfat dan kalium dihidrogen phospat yang selanjutnya
ditambahkan buffer sitrat pH 4.
3. Imobilisasi sel ragi
Starter dicampur natrium alginat kemudian diteteskan CaCl2, hasil reaksi
ini berupa bead yang akan menjerap sel ragi. Bead dibiarkan mengeras lalu
disaring dan dicuci dengan NaCl, Bead disimpan dalam suhu 4° C hingga
bead siap digunakan.
4. Fermentasi molase
Fermentor batch sistem teraduk dicuci dengan etil alkohol. Molase
ditambahkan ammonium sulfat, kalium dihidrogen phospat, magnesium
sulfat dan pH diatur dengan penambahan HCl serta buffer sitrat pH 4.
Larutan dipasteurisasi dan dimasukkan kedalam fermentor. Bead
diinkubasi dengan larutan ekstrak ragi 2% selama 15 menit pada suhu
30°C kemudian disaring. Selanjutnya fermentasi dilakukan pada suhu 30°
C selama 12, 24, 36 dan 48 jam.
5. Analisis kadar alkohol
Hasil fermentasi diencerkan dengan aquadest kemudian dipipet 1 ml dan
ditambahkan K2Cr2O7 0,689 N. Kemudian dipanaskan pada suhu 80°C
selama 15 menit. Hasil kemudian dititrasi dengan FeSo4 dan amonium
sulfat hingga terbentuk warna jingga terang. Kemudian ditambahkan
indikator feroin dan dititrasi dengan FeSO4.(NH4)2 sampai diperoleh
larutan coklat kemerahan.
Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa berat bead dan waktu inkubasi sangat
mempengaruhi hasil dan jumlah alkohol. Bertambah besarnya jumlah bead
berpengaruh sangat besar terhadap kenaikan produksi alkohol. Semakin besarnya
waktu inkubasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap produksi
alkohol. Kadar alkohol tertinggi diperoleh pada perlakuan berat bead 10 gram
dengan lama fermentasi 36 jam yaitu sebesar 12,9387%. Hasil fermentasi yang
bervariasi kemungkunan disebabkan karena terjadinya oksidasi etanol menjadi
asetaldehid dan selanjutnya dioksidasi menjadi asam asetat yang menyebabkan
media fermentasi semakin asam. Selain itu juga keberagaman hasil fermentasi
disebabkan karena pembentukan produk yang diikuti pula dengan meningkatnya
evolusi panas sehingga suhu medium meningkat dan pada akhirnya alkohol yang
dihasilkan akan menguap.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil produksi fermentasi berupa alkohol dari molase bergantung pada variasi
berat bead dan waktu inkubasi.
2. Tingkat produksi alkohol maksimum diperoleh dengan pemberian berat bead
10 gram dengan waktu inkubasi 36 jam dengan kadar alkohol 12,9386%.