pembuatan bioetanol dari bonggol pisang_sofi norcahyati dan adhaningrum

24
Teknologi Petrokimia dan Minyak Bumi Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang Disusun Oleh: 1. 2. Sofi Norcahyati Adhaningrum (5213413004) (5213413064) Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) 2015

Upload: adha-ningrum

Post on 16-Sep-2015

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

biofuel dari biomassa

TRANSCRIPT

  • Teknologi Petrokimia dan Minyak Bumi

    Pembuatan Bioetanol dari Bonggol Pisang

    Disusun Oleh:

    1.

    2.

    Sofi Norcahyati

    Adhaningrum

    (5213413004)

    (5213413064)

    Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Negeri Semarang (UNNES)

    2015

  • PEMBAHASAN

    Pada masa sekarang kecendrungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan

    sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

    perlu adanya bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak bumi.

    Bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pemecahan masalah energi pada saat

    ini. Dalam hal ini adalah pembuatan bioetanol dari biomassa, yaitu bonggol pisang

    Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat

    (pati) menggunakan bantuan Saccharomyces cerevisea. Produksi bioetanol dari tanaman

    yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat

    menjadi gula (glukosa) dengan metode hidrolisis asam dan secara enzimatis.

    Tabel 1. Komposisi kandungan Bonggol Pisang.

    Bahan baku

    Proses Produksi Bioetanol

    Kandungan pati bonggol pisang sebesar 76,57%, sehingga memiliki potensi yang

    besar. Berikut proses pemecahan pati menjadi glukosa dengan menggunakan katalis asam.

    Proses pembuatan bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati,

    hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi etanol

    atau bioetanol, dan destilasi bioetanol

  • Prosedur Kerja

    Diagram alir proses kerja pembuatan Bioetanol

    Kesimpulan

    1. Kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bioetanol

    dengan metode hidrolisis asam dan enzimatis menjadi bioetanol.

    2. Proses pembuatan bioethanol yaitu meliputi ekstraksi pati dari bonggol pisang,

    hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi glukosa menjadi Bioethanol, destilasi

    dan dehidrasi.

    3. Proses ini akan menghasilkan Bioethanol berkadar kemurnian 99,5 % yang dapat

    dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar yang ramah lingkungan.

    4. Keuntungan dari pencampuran etanol ke dalam bensin adalah naiknya nilai angka

    oktan campuran etanol-bensin.

    5. Manfaat campuran Bioethanol dengan bensin adalah dapat mengurangi emisi yang

    dihasilkan oleh bahan bakar minyak.

  • LAMPIRAN

    PRAKTIKUM BIOENERGI

    PEMBUATAN BIOETANOL DARI BONGGOL PISANG DENGAN HIDROLISIS

    ASAM

    Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah

    Mata Kuliah Pilihan Bioenergi

    Disusun oleh :

    1. Nindia Wahyuningtyas Merdikawati 2. Teddy Kristian 3. Heri Dwi Agustian

    (21030111060035) (21030111060068) (21030111060085)

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

    PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2012

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

    penyusunan makalah MKP Bioenergi yang berjudul Pembuatan Bioetanol dari

    Bonggol Pisang dengan Hidrolisis Asam.

    Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan

    setiap pembaca sehingga dapat memahami secara jelas mengenai bioetanol sebagai

    energi terbarukan.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini telah

    banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih

    yang tak terhingga kepada :

    1. Ir. Margaretha Tuti Susanti MP, M. Endy Yulianto MT dan Ir. HjLaila Faizah M. Kes

    selaku dosen pengampu matakuliah MKP Bioenergi

    2. Teman- teman kelompok MKP Bioenergi.

    3. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

    kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

    membangun, guna kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

    Semarang, 24 Maret 2013

    (Penyusun)

  • ABSTRAK

    Bioetanol (C2H5OH) dapat diartikan sebagai bahan bakar dari minyak nabati

    yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati melalui proses fermentasi

    gula dari sumber karbohidrat mengunakan bantuan mikroorgaisme. Pohon pisang

    dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia dan jumlahnya yang melimpah ,

    sehingga berpotensi untuk menjadi alternatif bahan bakar bioetanol. Potensi

    kandungan pati bonggol pisang yang besar yaitu sebesar 76,57% dapat dimanfaatkan

    sebagai alternative bahan bakar, yaitu bioetanol. Komposisi yang terdapat dalam

    bongol pisang itu sendiri masing masing yaitu pati 76,57%, air 18,97%, lemak 2,11%,

    protein 0,32%, kalsium 717 mg/100g, fosfor 114 mg/100g, besi 0,13 mg/100g.

    Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan bioetanol yaitu : Bonggol

    Pisang, Aquadest, Asam Sulfat 96% 2M, ZA (Ammonium sulfat), NPK, Sukrosa,

    Saccharomyces cereviseae, Zeolit sintetis 3A, Reagensia Nelson, Reagensia

    Arsenomolybat, Pb-Asetat. Proses pembuatan bioetanol meliputi proses pendahuluan

    (isolasi bonggol pisang), hidrolisa pati menjadi glukosa dengan asam (H2SO4) ,

    fermentasi atau perubahan glukosa menjadi etanol dengan bantuan S.cereviceae ,

    destilasi, dehidrasi bioetanol, serta analisa produk.

    Kata kunci : Bioetanol, bonggol pisang, pati

    DAFTAR ISI

  • KATA PENGANTAR ........................................................................................

    ABSTRAK.............................................................................................. 3

    2

    DAFTAR ISI.......................................................................................................

    I.Latar Belakang ................................................................................

    II.RumusanMasalah ..........................................................................

    III.Tujuan Penulisan ..........................................................................

    IV.TinjauanPustaka. ..........................................................................

    4.1. Karakteristik Bonggol Pisang ..........................................

    4.2.Komposisi Bonggol Pisang ..............................................

    4.3. Pengertian Bioetanol .......................................................

    4.3.1 Standar Baku Mutu Bioetanol .........................

    4.4. Proses Produksi Bioetanol ...............................................

    4.4.1 Isolasi Pati Bonggol Pisang .............................

    4.4.2 Hidrolisis asam pati bonggol pisang ...............

    4.4.3 Fermentasi Gula menjadi Alkohol ..................

    4.4.4 Destilasi dan Dehidrasi Bioetanol ...................

    4.4.5 Metode Spektrofotometri................................ 15

    4.4.6 Metode Fenol Sulfat....................................... 16

    V.Metodologi Praktikum. ................................................................

    5.1. Alat yang digunakan ........................................................

    5.2. Bahan yang digunakan.....................................................

    5.3. Variabel Praktikum ..........................................................

    5.4.Prosedur Kerja ..................................................................

    5.5.Pengamatan yang dilakukan .............................................

    VI. Daftar Pustaka ............................................................................

    4

    6

    7

    7

    8

    8

    9

    9

    9

    11

    11

    11

    12

    15

    17

    17

    18

    18

    19

    22

    24

  • I. JUDUL

    Pembuatan Bioetanol Dari Bonggol Pisang Dengan Hidrolisis Asam.

    II. LATAR BELAKANG

    Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia

    sangat kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup manusia

    beserta aktivitas ekonomi dan sosialnya. Sejak lima tahun terakhir, Indonesia mengalami

    penurunan produksi minyak nasional akibat menurunnya cadangan minyak pada

    sumur-sumur produksi secara alamiah, padahal dengan pertambahan jumlah

    penduduk, meningkat pula kebutuhan akan sarana transportasi dan aktivitas industri.

    Hal ini berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak

    (BBM) yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

    Pemerintah masih mengimpor sebagian BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam

    negeri.

    Bahan bakar berbasis nabati salah satu contohnya adalah bioetanol.

    Bioetanol dapat dibuat dari sumber daya hayati yang melimpah di Indonesia.

    Bioetanol dibuat dari bahan-bahan bergula atau berpati seperti singkong atau ubi

    kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong dan lain-lain. Hampir semua

    tanaman yang disebutkan diatas merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi,

    karena mudah ditemukan dan beberapa tanaman tersebut digunakan sebagai bahan

    pangan (Susana, 2005). Bahan yang belum dimanfaatkan sebagai penghasil sumber

    karbohidrat adalah bonggol pisang. Bonggol pisang memiliki komposisi 76% pati,

    20% air, sisanya adalah protein dan vitamin (Yuanita dkk, 2008). Kandungan

    korbohidrat bonggol pisang tersebut sangat berpotensi sebagai sumber bahan bakar

    nabati yaitu bioetanol.

    Dibandingkan dengan hidrolisis enzim, hidrolisis dengan menggunakan asam

    tergolong mudah dan membutuhkan biaya yang tidak terlalu mahal tetapi membutuhkan

    waktu yang cukup lama dan suhu yang tinggi untuk dapat memutus ikatan polisakarida

    menjadi glukosa. Glukosa yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau

    peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol sebagai

    sumber energi.

  • III. RUMUSAN MASALAH

    Limbah bonggol pisang banyak ditemukan di Indonesia khususnya di daerah

    pedesaan, umumnya limbah tersebut tidak banyak dimanfaatkan, tetapi dibiarkan

    menumpuk dan membusuk, sehingga dapat menggangu pemandangan dan mencemari

    lingkungan. Salah satu cara penanggulangan limbah bonggol pisang yang merupakan

    sampah organik yang mengandung sekitar 76,57% kandungan pati yang potensial untuk

    dikembangkan di Indonesia adalah dengan menerapkan teknologi fermentasi anaerobik

    yang .menghasilkan bioetanol sebagai energi alternatif

    Permasalahan yang akan dibahas adalah mengetahui cara pemanfaatan limbah

    bonggol pisang menjadi bioethanol dengan menggunakan proses hidrolisa asam dan

    dilanjutkan dengan proses fermentasi. Serta untuk mengetahui dan membandingkan

    kondisi optimum dan konsentrasi asam yang digunakan dalam proses hidrolisa.

    IV. TUJUAN PENULISAN

    Penulisan proposal ini bertujuan untuk :

    1. Memberikan alternatif dalam pemanfaatan bonggol pisang serta mengetahui

    potensi bonggol pisang dalam menghasilkan bioenergi bahan bakar alternatif

    bioetanol.

    2. Mengetahui potensi bonggol pisang sebagai sumber bioetanol menggunakan

    metode hidrolisis asam.

    3. Mengetahui Pengaruh konsentrasi asam yang digunakan dalam proses hidrolisa.

    4. Mengetahui pengaruh waktu hidrolisa yang digunakan dalam proses pembuatan

    bioetanol.

    5. Mengetahui kadar dan efisiensi dari bioetanol yang dihasilkan.

    V. TINJAUAN PUSTAKA

    5.1 Karakteristik Bonggol Pisang

    Bonggol pisang merupakan batang tanaman pisang yang berupa umbi batang

    (batang aslinya). Bonggol pisang yakni bagian terbawah dari batang semu yang

    berada di dalam tanah, mengandung banyak cairan yang bersifat menyejukkan dan

    berkhasiat menyembuhkan. Bonggol pisang merupakan bagian tanaman pisang

  • yang merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan mudah ditemukan hampir di

    seluruh daerah di Indonesia serta mudah dikembangkan dan merupakan limbah pohon

    pisang yang kaya akan kandungan pati atau karbohidrat. Komposisi kandungan

    bonggol pisang terdiri dari 76% Pati dan 18,97% air. Kandungan pati yang

    terdapat dalam bonggol pisang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan

    sebagai sumber bioetanol.

    Kingdom

    Devisi

    Sub. Divisi

    Kelas

    Bangsa

    Suku

    Marga

    Jenis

    : Plantae

    : Spermatophyta

    : Angiospermae

    : Monocotylae

    : Musales

    : Musaceae

    : Musa

    : Musa paradisiac

    5.2 Komposisi Bonggol Pisang

    Tabel 1. Komposisi kandungan Bonggol Pisang.

    Kandungan

    Pati

    Air

    Lemak

    Protein

    Kalsium

    Fosfor

    Besi

    Kadar (%)

    76,57

    18,97

    2,11

    0,32

    717 mg/100g

    114 mg/100g

    0,13 mg/100g

    Sumber : (Laboratorium Balai Penelitian Ternak Bogor, 1998)

  • 5.3 Pengertian Bioetanol

    Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber

    karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Bioetanol dapat

    juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang

    mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan

    bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium

    (Khairani, 2007).

    Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa polusi

    udara yang dihasilkan oleh biofuel juga rendah, di mana opasitasnya lebih kecil 30%

    daripada solar. Demikian pula dengan sulfur dan asap yang dihasilkan sangat rendah.

    Dengan melihat keunggulan-keunggulan bioetanol, maka sudah seharusnya

    penggunaan bahan bakar nabati untuk sektor transportasi perlu didukung untuk

    pengembangannya.

    5.3.1 Standar Baku Mutu Bioetanol

    Produk biofuel baik sebagai bioetanol murni maupun campurannya dengan

    bensin yang dijual dipasaran harus memenuhi standar mutu bioetanol dan bensin yang

    berlaku di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Standar bioetanol yang

    berlaku (berdasarkan spesifikasi bensin) adalah mengacu kepada ASTM D 4860.

    Diperlukan standar yang cocok dengan kondisi Indonesia.Etanol kering biasanya

    memiliki berat jenis dalam rentang 0,7936-0,7961 pada kondisi 15,56/15,56C.

    (Khairani, 2007). Tabel 2.Hasil Pengujian Parameter Uji Bioetanol Sesuai SNI

    7390:2008

  • 5.4 Proses Produksi Bioetanol

    Kandungan pati bonggol pisang sebesar 76,57%, sehingga memiliki potensi

    yang besar. Berikut proses pemecahan pati menjadi glukosa dengan menggunakan

    katalis asam.

    T= 100oC P= 1 atm

    H2SO4 96%

    T= 27oC pH= 4,5

    S. cereviseae

    (C6H12O5)n

    Pati

    (C6H12O6)n

    Glukosa

    nC6H12O6

    Glukosa

    2 C2H5OH + 2CO2

    Etanol

    Proses pembuatan bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati,

    hidrolisis pati menjadi glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi

    etanol atau bioetanol, dan destilasi bioetanol (Musanif, 2008).

    5.4.1 Isolasi Pati Bonggol Pisang

    Bonggol pisang sebagai bahan baku pati dikupas dan dibersihkan dari

    kotoran. Bonggol pisang kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara

    dijemur dan diangin-anginkan sampai kering. Bonggol pisang dibuat kering bertujuan

    agar lebih awet dan menghilangkan kandungan airnya sehingga diperoleh

    bonggol yang kering dan dapat disimpan sebagai cadangan bahan baku (Anonim,

    2008). Bonggol pisang kering digiling dengan mesin penggiling atau ditumbuk

    dengan penumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Serbuk bonggol pisang lalu

    disaring atau diayak sehingga diperoleh pati yang homogen.

    5.4.2 Hidrolisis Pati menjadi Glukosa

    Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pembuatan

    bioetanol, karena proses ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk

    kemudian dilakukan fermentasi menjadi bioetanol. Menurut Musanif (2008), prinsip

    hidrolisis pati adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa

    ataumonosakarida yaitu glukosa (C6H12O6). Pemutusan ikatan pada pati atau

    karbohidrat menjadi glukosa dapat menggunakan beberapa metode diantaranya

    yaitu metode kimiawi (hidrolisis asam) dan metode enzimatis (hidrolisis enzim).

    Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis pati menggunakan asam-asam

    organik, yang sering digunakan adalah H2S04, HCl, dan HNO3. Hasil

  • pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa (Trifosa,

    2007).

    Hidrolisis yang terdapat pada Bonggol Pisang dilakukan dengan menggunakan

    katalis asam kuat, yaitu asam sulfat (H2S04) Menurut Rohajatien hidrolisis dengan

    menggunakan asam sulfat (H2S04) mampu menghasilkan rendeme (yield) yang lebih

    besar dibandingkan menggunakan asam jenis lain (HCI). pada konsentrasi asam

    yang terlalu tunggi dan temperatur tinggi dimungkinkan terjadi degradasi glukosa

    atau terjadi karamelisasi (perubahan warna pada larutan menjadi warna coklat

    atau karamel) sehingga gula pereduksi yang dihasilkan dari proses hldrolisa

    tersebut menjadi tidak maksimal.

    5.4.3 Fermentasi Gula menjadi Alkohol

    Fermentasi adalah perubahan 1 mol glukosa menjadi 2 mol etanol dan 2

    mol CO2. Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi

    untuk mengkonversi glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak

    memerlukan okasigen (O2). S. cereviceae akan memetabolisme glukosa dan fruktosa

    membentuk asam piruvat. Asam piruvat, selanjutnya mengalami reaksi

    dekarboksilasi menjadi asetaldehid dan mengalami reaksi dehidrogenasi menjadi

    bioetanol (Musanif, 2008).

    Setelah mendapatkan kondisi optimum pada proses hidrolisa asam ,maka

    langkah selanjutnya adalah proses mengubah hidrolisat gula menjadi etanol

    dengan cara proses fermentasi. Dalam proses ini , substrat dikondisikan dengan

    menambahkan nutrisi baik makro maupun mikro (Urea dan NPK) masing-

    masing sebanyak 1,5% dan ditetapkan pHnya antara 4 ,5 dan 5,5. Kemudian ke

    dalam substrat diberikan juga gula sukrosa sebesar 1 % yang berguna untuk

    merangsang pertumbuhan mikroba selama proses fermentasi berlangsung. Fungsi

    dari ZA di sini yaitu selain penambah nutrisi mikroba berupa unsur Nitrogen, ZA juga

    berfungsi mengasamkan, karena ZA bersifat asam. Fungsi NPK di sini yaitu sebagai

    nutrisi mikroba.

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi

    a. Spesies Sel Khamir

  • Pemilihan mikroorganisme biasanya berdasarkan jenis karbohidrat yang

    digunakan sebagai medium, untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan

    Saccharomyces cerevisiae.

    b. Jumlah Sel Khamir

    Jumlah sel khamir yang diinokulasikan merupakan faktor yang sangat

    mempengaruhi proses fermentasi. Mikroba yang diinokulasikan ke dalam medium

    fermentasi disebut inokulum.

    c. Media

    Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama

    glukosa dan pati dapatdigunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioethanol

    (Prescott and Dunn, 1959)

    e. Derajat Keasaman (pH)

    Derajat keasaman optimum untuk pertumbuhan khamir yang digunakan pada

    fermentasi etanol adalah 4,5-5,5. Pada umumnya sel khamir dapat tumbuh dan

    memproduksi etanol pada pH 3,5-6,0.

    f. Suhu

    Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk pembentukan

    selnya, suhu optimum untuk khamir adalah 25-30oC. Peningkatan suhu sampai 40oC

    dapat mempertinggi kecepatan awal produksi etanol, tetapi produktivitas fermentasi

    secara keseluruhan menurun karena meningkatnya jumlah etanol menyebabkan

    terhambatnya pertumbuhan sel khamir.

    g. Nutrisi

    Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseae juga memerlukan sumber

    nitrogen, vitamin danmineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnyasebagian besar

    Saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin

    yangdiperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineraljuga harus ada untuk

    pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dansejumlah

    kecil senyawa besi dan tembaga (Prescottand Dunn,1959).Pada penelitian ini

    menggunakan 6 gr Za dan 6 gr urea sebagai nutrisinya dan selanjutnya dipasteurisasa

    pada suhu 121oC (Rhonny.A dan Danang J.W., 2003)

    h. Oksigen

    Selama fermentasi alkohol berlangsung, diperlukan sedikit oksigen yaitu sekitar 0,05-0,10 mmHg tekanan oksigen, yang diperlukan sel khamir untuk biosintesa lemak tak jenuh dan

  • lipid. Jumlah oksigen yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga produksi alkohol menjadi lebih rendah. Persediaan oksigen yang besar penting untuk kecepatan perkembangbiakan sel khamir, namun produksi alkohol terbaik pada kondisi anaerob.

    i. Volume starter

    Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi. Jumlah

    volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta dapat

    menghasilkan kadar alcohol yang relative tinggi (Monick, J. A., 1968).Penambahan

    volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5% dari volume

    fermentasi(Prescott and Dunn, 1959).

    Volume starter yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas menurun karena

    menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan volume

    starterakan mempercepat terjadinya fermentasi terutama bila digunakan substrat berkadar

    tinggi. Tetapi jika volume starter berlebihan akan mengakibatkan. hilangnya kemampuan

    bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri sangat tinggi (Desrosier,1988).

    j. Waktu fermentasi

    Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya terlalu cepat

    Saccharomycescereviseae masi dalam masa pertumbuhan sehingga alcohol yang

    dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces cereviseae akan

    mati maka alcohol yang dihasilkan tidak maksimal (Prescott and Dunn, 1959).

    k. Konsentrasi gula

    Konsentrasi gula akan berpengaruh terhadap aktifitas Saccharomyces cereviseae.

    Konsentrasi gula yang sesuai kira-kira 10-18%. Konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan

    menghambat aktivitas Saccharomyces cereviseae, sebaliknya jika konsentrasinya rendah

    akan menyebabkan fermentasi tidak optimal (Prescott and Dunn, 1959).

  • 5.4.4 Destilasi dan Dehidrasi Bioetanol

    Bioetanol hasil proses fermentasi dipisahkan dengan cara disaring, kemudian

    filtrat didestilasi sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang bebas dari kontaminan

    atau pengotor yang terbentuk selama proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan

    dari destilasi pertama biasanya memiliki kadar sebesar 95 %. Menurut Musanif

    (2008), Bioetanol dengan konsentrasi 95 % belum dapat dijadikan sebagai bahan bakar.

    Menurut Nurdyastuti (2008), bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar

    untuk kendaraan harus benar-benar kering dan anhydrous supaya tidak korosif,

    sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5 100 % volume. Oleh karena

    itu, bioetanol hasil destilasi harus ditambahkan suatu bahan yang dapat menyerap

    atau menarik kandungan air yang masih terdapat dalam bioetanol, bahan yang

    sering digunakan diantaranya yaitu, CaCO3, dan zeolit atau dilakukan destilasi

    vakum, sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang lebih murni yang dapat dijadikan

    sebagai bahan bakar.

    Dehidrasi dilakukan dengan menggunakan Silica Gel. Zeolit sintetis yang paling

    sederhana adalah zeolit A. Artinya, perbandingan antara molekul silika, alumina, dan

    sodium adalah 1:1:1. Untuk pemurnian bioetanol, sebaiknya digunakan zeolit sintetis 3A.

    Maksudnya zeolit yang berukuran 3 angstrom (1 angstrom = 1,0 x10-10 m).

    Dibandingkan zeolit alam dan sintetis lainnya, zeolit sintetis 3A memiliki beberapa

    keunggulan. Di antaranya ruang terbuka pada pori-porinya mencapai 47% lebih banyak,

    memiliki kemampuan untuk menukar molekul sodium, dan mampu mengikat air.

    5.4.5 Metode Spektrofotometri

    Metode Spektrofotometri sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar oleh suatu

    larutan berwarna, oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kolorimetri.

    Hanya larutan senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak

    berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang

    menghasilkan senyawa berwarna. Metode spektrofotometri didasarkan atas hukum

    Lambert Beer. Menurut hukum ini jumlah radiasi tampak, UV, atau infra merah, yang

    di serap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen tebal

    larutan.

    5.4.6 Metode Fenol Sulfat

  • Pengujian gula pereduksi metode Fenol dilakukan dengan cara memasukkan 1mL

    sampel ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml larutan phenol 5%.

    Larutantersebut kemudian dikocok dengan vorteks. Lalu, dilakukan penambahan

    H2SO4 sebanyak 5 ml ke dalam larutan. Dibiarkan sampai dingin pada suhu ruang,

    kemudiandiukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Pengukuran gula

    pereduksidengan metode fenol didasarkan pada prinsip bahwa gula sederhana,

    oligosakarida,polisakarida dan turunannya dapat bereaksi dengan fenol dalam asam

    sulfat pekat menghasilkan warna oranye yang stabil (Apriyantono, 1989).

    Kurva standar dibuat dengan konsentrasi glukosa 0,02 g/L atau 20 ppm, 0,04g/L

    atau 40 ppm, 0,06 g/L atau 60 ppm, 0,08 g/L atau 80 ppm, dan 0,1 g/L atau 100ppm.

    Kemudian nilai gula pereduksi dicari dengan metode Fenol dengan mengukur nilai

    absorbansi menggunakan spektrofotometer. Persamaan Regresi selanjutnya digunakan

    sebagai standar untuk menentukan kandungan glukosa yang ada dalam sampel uji,

    dengan Y adalah nilaiabsorbansi yang dimiliki sampel dan X adalah konsentrasi gula

    yang dimiliki sampel.

    Masing-masing sampel, yaitu gula sebelum inversi ditambahkan 1 ml phenol 5% dan

    dikocok menggunakan vorteks, kemudian ditambahkan 5 ml H2SO4 dan diukur nilai

    absorbansinya. Dari nilai absorbansi tersebut, dapat diketahui konsentrasi glukosa

    sampel dengan memasukkannya ke persamaan kurva standar metode Fenol.

    Metode phenol-asam sulfat merupakan metode yang digunakan untukmenghitung

    kadar karbohidrat total. Prinsip dari metode ini adalah padamedia asam panas, glukosa

    akan terdehidrasi menjadi hydroxymethil furfural yang berwarna hijau dan memiliki

    absorpsi maksimum pada 490 nm. Reagenyang digunakan pada metode ini adalah phenol

    5% dan asam sulfat 96%(Dubois,1956).Kadar karbohidrat ditentukan menggunakan

    persamaan berikut :

    Absorbansi yang sesuai dengan 0.1 mL larutan uji = x mg glukosa Kandungan dalam 100

    mL larutan sampel = x 100 mg glukosa= % total kandungan karbohidrat.

  • VI. METODOLOGI PRAKTIKUM

    6.1 Alat yang Digunakan

    Dalam proses pembuatan Bioetanol dari Bonggol pisang peralatan yang akan

    digunakan meliputi

    1. Fermentor

    2. Alat pengering

    3. Piknometer

    4. Pengukus

    5. Penggiling (Blender)

    6. Penyaring (Kertas saring)

    7. Botol kemasan

    8. Kertas Ph

    9. Timbangan Elektrik

    10. Pemanas

    11. Pipet

    12. Erlenmeyer

    13. Pengaduk

    14. Pendingin balik

    15. Klem dan Statif

    16. Gelas Ukur

    17. Selang

    18. Labu leher tiga (Labu Destilasi)

    19. Termometer

    20. Corong pemisah

    21. Spektrofotometer

    22. Labu takar 100 ml dan 500 ml

    23. Oven

    Gb.1 Fermentor

    Hidrolisa

    Gb.2 Rangkaian alat destilasi Gb. 3 Rangakaian alat

  • 6.2 Bahan yang Digunakan

    Adapun bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan Bioetanol ini antara

    lain

    1. Bonggol Pisang

    2. Aquadest

    3. Asam Sulfat 96% 2M

    4. ZA (Ammonium sulfat)

    5. NPK

    6. Sukrosa

    7. Saccharomyces cereviseae

    8. Zeolit sintetis 3A

    9. Fenol

    10. H2S04

    6.3 Variabel yang Digunakan

    Variabel yang digunakan pada praktikum pembuatan Bioetanol ini menggunakan variable

    :

    1. Variabel Tetap Meliputi:

    a) Berat Bahan Baku Bonggol Pisang Yang Digunakan : 200 g

    b) Lamanya waktu fermentasi: 7 hari

    c) Ph yang digunakan dalam proses fermentasi : 4,5

    d) Suhu fermentasi : 27- 30C, suhu fermentasi 80C

    e) Volume asam sulfat 40 ml

    2. Variabel Bebas Meliputi

    a) Volume asam sulfat yang digunakan : 10 ml ; 40 ml ; 60 ml

    b) Lama waku hidrolisis : 30 menit; 60 menit; 90 menit

    200 g

    1000 ml

    10 ml

    1,5 % b/b

    1,5 % b/b

    1% b/b

    5%

    1,5 kg/lt etanol yang dihasilkan

    5%

    5N

  • Bahan

    Bonggol Pisang

    Komposisi

    I

    200 g

    II

    200 g

    40 ml

    III

    200 g

    60 ml Asam Sulfat

    6.4.Prosedur Kerja

    10 ml

    Diagram alir proses kerja pembuatan Bioetanol

    -Dikupas -Dibersihkan -Dipotong kecil-kecil -Pengeringan -Penggilingan -Pengayakan

    Aquadest 1000 ml

    H2SO4 96% 10ml, 40ml, 60ml

    Suhu 100C 2 jam

    Analisa Kadar Glukosa (Metode Fenol Sulfat)

    Hidrolisa Analisa Gula Reduksi Dengan Spektrofotometer

    Selama 7 hari S. cereviseae 5%

    NPK 1,5% & ZA 1,5%, Sukrosa 1%

    Fermentasi

    25oC pH 4,5

    Suhu 80C 1 jam

    Analisa Kadar Glukosa (Metode Fenol Sulfat)

    Destilasi

    Uji Kemurnian

    Zeolit sintetis 3A 1,5 kg/Lt Selama 12 jam

    Dehidrasi Uji Kadar Air

    Sifat Fisik Analisa Produk

  • Prosedur kerja yang akan dilakukan dalam praktikum pembuatan Bioetanol dengan

    menggunakan bonggol pisang dibedakan menjadi 4 tahapan yaitu

    1. Proses Pendahuluan meliputi.

    a) Pengupasan. Bonggol pisang sebagai bahan baku pati dikupas dan

    dibersihkan dari kotoran. Bonggol pisang kemudian dipotong kecil-kecil.

    b) Pengeringan. Bonggol dikeringkan dengan cara dijemur dan diangin-anginkan

    sampai kering. Bonggol pisang dibuat kering bertujuan agar lebih awet dan

    menghilangkan kandungan airnya Setelah itu didinginkan.

    c) Penggilingan. Bonggol pisang kering digiling dengan mesin penggiling

    atau ditumbuk dengan penumbuk sehingga menjadi serbuk halus.

    Kemudian ditimbang sebanyak 200 g

    2. Proses Hidrolisa Asam

    a) Merangkai peralatan hidrolisa

    b) Memasukkan bahan baku yang berupa serbuk sebanyak 200 g kedalam labu

    leher tiga

    c) Memasukkan aquadest sebanyak 1000 ml

    d) Memasukkan larutan asam sulfat 96% sebanyak 10 ml, 40ml, 60ml

    e) Menghidupkan kompor dengan menjaga suhu hidrolisa pada 100 oC selama 30

    menit, 60 menit, dan 90 menit kemudian didinginkan sampai pada suhu

    ruangan

    f) Hasil hidrolisis disaring kemudian didapatkan filtrat dan kemudian filtrat akan

    dianalisa kadar gula reduksinya.

    3. Analisa gula reduksi dengan metode spektrofotometri

    a) Buat larutan glukosa standar (10 mg glucose anhidrat/100 ml).

    b) Dari larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran sehingga

    diperoleh larutan glukosa dengan konsentrasi : 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/100 ml.

    c) Masing-masing 0,5 ml larutan baku tersebut ditambah 0,5 fenol 5% dan 2,5 ml

    asam H2SO4 5N dalam tabung reaksi, dikocok homogen, didiamkan 10 menit.

    d) Kemudian dipanaskan selama 15 menit pada suhu 100C. Serapan masing

    masing konsentrasi larutan baku glukosa diukur dengan spetrofotometer pada

    panjang gelombang 490 nm.

  • e) Larutan blanko adalah 0,5 ml aquadest dicampur dengan 0,5 ml fenol 5% dan

    2,5 ml H2SO4 5N dan dibuat kurva baku pembanding dengan persamaan garis

    regresinya (Chapline, 1986; Nielsen, 1994; Haime et al, 1993)

    4. Proses Fermentasi

    a) Merangkai alat seperti pada gambar 1.

    b) Memasukkan bahan yang telah dihidrolisa kedalam botol A (Fermentor) dan

    air kedalam botol B

    c) Masukkan ZA dan NPK masing masing sebanyak 1,5 % b/b. ZA dan NPK

    merupakan sumber Nutrisi untuk pertumbuhan yeast.

    d) Tambahkan sukrosa sebanyak 1 % b/b. Sukrosa digunakan untuk merangsang

    pertumbuhan yeast.

    e) Tambahkan inokulum yeast sebanyak 5% b/b

    f) Tutup rapat fermentor. Proses fermentasi dilakukan selama 7 hari

    5. Proses Destilasi

    a) Merangkai alat destilasi seperti pada gambar 2

    b) Memasukkan bioetanol yang masih berkadar 60% kedalam labu destilasi

    c) Menghidupkan kompor dengan menjaga suhu proses pada 80 oC selama 1 jam

    6. Proses Dehidrasi

    a) Etanol 95 % yang didapat dari proses destilasi kemudian didehidrasi dengan

    adsorben zeolit sintetis 3A dengan ketentuan zeolit yang dipakai sebanyak 1,5

    kg/lt etanol yang dhasilkan

    b) Dehidrasi dilakukan dalam bejana tertutup selama 12 jam.

    7. Analisa produk

    Produk diamati dan dibandingkan dengan standar bioetanol yang ada, dalam hal ini

    yang perlu diamati adalah sebagai berikut

    a) Berat jenis.Menguji berat jenis bioetanol yang dihasilkan dengan

    menggunakan piknometer

    b) Viskositas. Dihitung dengan menggunakan rumus ( )

    c) pH. Diukur dengan menggunakan kertas pH selama dan sesudah fermentasi

    berlangsung.

  • d) Sifat fisik lainya. Dalam hal ini adalah gelembung udara yang terbantuk pada

    Botol yang berisi air dan endapan yang terbentuk, diamati selama proses

    fermentasi berlangsung.

    6.5 Pengamatan yang dilakukan

    a) Analisa perbedaan volume Asam sulfat yang digunakan dalam proses

    hidrolisis pati menjadi glukosa

    b) Pengaruh Variasi waktu hidrolisis yang digunakan

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

  • Alexandria, VA. 2005. "Tahun 2020, Minyak Bumi di Indonesia Habis . Bali post

    Blanch, H.W. dan Douglas S.C. 1996. Biochemical Engineering. Bali Post

    Marcel Dekker Inc. New york. Pg618. Costello. R., dan Chum. H. 1998. Biomass Bioenergy

    and Carbon Management, In "Bioenergy '98.' Expanding Bioenergy Partnerships" (D.

    Wichert. Ed.). pp.117. Omnipress. Madison. WI.

    Hermiati, E. Dan Sukara, E., 2005, Konversi Bahan Berlignoselulosa Menjadi Bioenergi

    Etanol, Prosiding Seminar Nasional Biomassa Lignoselulosa, haI.14-21.

    Mulyana, Yana. 2008.BBM Generasi Kedua.

    http//bioethanolindonesia. bloqspot. com/2008/0 1/bbm-qenerasi-kedua. html.

    Nguyen, Q.A. and M.P. Tucker, 2002. Dilute acid/metal salt hydrolysis of lignocellulosics.

    United States Patent 6423145.

    Pramukti, D.P. 2007. dampak Baik dan Buruknya Penggunaan Biofuel.

    Purwito dan anita FMT. 2005. Pemanfaatan Limbah Sawit dan Asbuton untuk Bahan

    Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi, 1989, Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan

    Gizi Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.