pembicara 3-ajatiman

33
IMPLEMENTASI INPRES NO.5 TAHUN 2005 DAN AZAS CABOTAGE DENGAN PENERAPANNYA TERHADAP FPSO/PSO/FSO Oleh : BIRO KLASIFIKASI INDONESIA SURABAYA, 22 Februari 2010

Upload: ariston-yoga

Post on 05-Jul-2015

164 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: pembicara 3-ajatiman

IMPLEMENTASI INPRES NO.5 TAHUN 2005 DAN AZAS CABOTAGE DENGAN PENERAPANNYA TERHADAP FPSO/PSO/FSO

Oleh :BIRO KLASIFIKASI INDONESIASURABAYA, 22 Februari 2010

Page 2: pembicara 3-ajatiman

PROSEDUR GANTI BENDERA & PENERBITAN SERTIFIKAT STATUTORY FPSO/PSO/FSO

• DASAR HUKUM :1. Inpres no.5 tahun 2005 tentang Azas Cabotage

(Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional), oleh Presiden RI;

2. KM no.66 tahun 2005 tentang Ketentuan Pengoperasian Kapal Tangki Minyak Lambung Tunggal (Single Hull), oleh Menteri Perhubungan;

3. KM no.71 tahun 2005 tentang Road Map Azas Cabotage (pengangkutan barang/muatan antar pelabuhan laut didalam negeri), oleh Menteri Perhubungan;

4. KM no.26 tahun 2006 tentang Penyederhanaan sistem dan Prosedur Pengadaan Kapal dan Penggunaan/Penggantian Bendera Kapal oleh Menteri Perhubungan;

5. KM no.57 tahun 2008 tentang Ketentuan Impor Barang Modal Bukan Baru, oleh Menteri Perdagangan;

Page 3: pembicara 3-ajatiman

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK IDONESIANOMOR 5 TAHUN 2005

PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL

TENTANG

Page 4: pembicara 3-ajatiman

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK IDONESIANOMOR 5 TAHUN 2005

TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan industri pelayaran nasional, dengan ini menginstruksikan :

Kepada : 1. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian;2. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional;3. Menteri Perhubungan;4. Menteri Keuangan;5. Menteri Dalam Negeri;6. Menteri Perindustrian; 7. Menteri Perdagangan;8. Menteri Kehutanan;9. Menteri Pendidikan Nasional;10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;11. Menteri Kelautan dan Perikanan; 12. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;13. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;14. Para Gubernur/Bupati/Walikota di seluruh Indonesia.

Untuk :PERTAMA : Menerapkan asas cabotage secara konsekuen dan merumuskan kebijakan serta

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing guna memberdayakan industri pelayaran nasional sebagai berikut :

Page 5: pembicara 3-ajatiman
Page 6: pembicara 3-ajatiman
Page 7: pembicara 3-ajatiman
Page 8: pembicara 3-ajatiman
Page 9: pembicara 3-ajatiman
Page 10: pembicara 3-ajatiman
Page 11: pembicara 3-ajatiman
Page 12: pembicara 3-ajatiman
Page 13: pembicara 3-ajatiman

AMANAT INPRES NO. 5/ 2005 UNTUK MENERAPKAN ASAS CABOTAGE

AMANAT INPRES NO. 5/ 2005 UNTUK MENERAPKAN ASAS CABOTAGE

Bidang Perdagangan

Muatan pelayaran antarpelabuhan di dalam negeri dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya setelah Instruksi Presiden ini berlaku, wajib diangkut dengan kapal berbendera Indonesia dan dioperasikan oleh perusahaan pelayaran nasional.

Bidang Perhubungan

Angkutan Laut

Menata penyelenggaraan angkutan laut nasional dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya setelah Instruksi Presiden ini berlaku, sehingga angkutan laut dalam negeri seluruhnya dilayani oleh kapal-kapal berbendera Indonesia.

Page 14: pembicara 3-ajatiman

INSTRUKSI PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2005INSTRUKSI PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2005

Menerapkan asas Cabotage secara konsekuen danmerumuskan kebijakan serta mengambil langkah-langkah

yang diperlukan sesuai dengan kewenangan masing-masingguna memberdayakan industri pelayaran Nasional

BidangPerdagangan

BidangPerdagangan

Muatan dalamnegeri (Cabotage) Muatan impor Kemitraan dengan kontrakangkutan jangkapanjang.

BidangKeuangan

BidangKeuangan

Perpajakan Lembaga

Keuangan Asuransi

BidangPerhubungan

BidangPerhubungan

Angkutan Laut- Angkutan Laut Dalam Negeri (Cabotage)

Pelabuhan

BidangPerindustrian

BidangPerindustrian

Industri perkapalan

Pembangunan kapal

BidangESDM

BidangESDM

Jaminan penyedia-an BBM bagi kapalberbenderaIndonesia untukangkutan lautdalam negeri

BidangPendidikan &

Latihan

BidangPendidikan &

Latihan

MendorongPemda danswasta me-ngembangkan diklat ber-standar IMO

Kerjasama dengan peng- guna jasa pelaut

Page 15: pembicara 3-ajatiman

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NO. 71 TAHUN 2005 TANGGAL 18 NOPEMBER 2005

PENGANGKUTAN BARANG/ MUATAN ANTARPELABUHAN DI DALAM NEGERI;

TENTANG

Page 16: pembicara 3-ajatiman

Peraturan Menteri Perhubungan No. 71 Tahun 2005 tanggal 18 Nopember 2005 tentang Pengangkutan Barang/ Muatan Antarpelabuhan di Dalam Negeri;

Peraturan ini menetapkan Roadmap Pelaksanaan Asas Cabotage Angkutan Laut Dalam Negeri Berdasarkan Komoditi, dimana sesuai dengan kapasitas armada nasional yang tersedia diharapkan seluruh barang/ muatan antar pelabuhan di dalam negeri akan telah dapat diangkut oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia selambat-lambatnya 1 Januari 2011.

Barang/ muatan antarpelabuhan di dalam negeri meliputi (sesui Pasal 2):1. Minyak dan gas bumi (Oil/ Petroleum);2. Barang umum (General Cargo);3. Batubara (Coal)4. Kayu dan olahan primer (Wood)5. Beras (Rice)6. Minyak kelapa sawit (CPO)7. Pupuk (Fertilizer)8. Semen (Cement)9. Bahan galian tambang/ bahan galian logam, bahan galian non logam dan bahan

galian golongan C (Mine and Quarry);10. Biji-bijian lainnya (Other Grains);11. Muatan cair dan bahan kimia lainnya (Other Liquid);12. Bijian hasil pertanian (Agri Grain)13. Sayur, buah-buahan dan ikan segar (Fresh Product);14. Penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi (Offshore).

ROADMAP PELAKSANAAN ASAS CABOTAGE BERDASARKAN KOMODITI

Page 17: pembicara 3-ajatiman

Peraturan Menteri Perhubungan No. 71 Tahun 2005 tanggal 18 Nopember 2005 tentang Pengangkutan Barang/ Muatan Antarpelabuhan di Dalam

Negeri;KM 71 TAHUN 2005, PASAL 3 :• Pelaksanaan pengangkutan barang/muatan antarpelabuhan laut di dalam

negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

• pengangkutan barang/muatan yang menggunakan peti kemas, dilaksanakan pada saat peraturan ini ditetapkan;b. pengangkutan kayu dan hasil olahan primer, dilaksanakan pada saat

peraturan ini ditetapkan;c. pengangkutan barang umum (general cargo) yang tidak menggunakan

petikemas, dilaksanakan pada saat peraturan ini ditetapkan;d. pengangkutan semen, pupuk dan beras, dilakukan pada saat peraturan

ini ditetapkan;e. pengangkutan minyak kelapa sawit, bahan galian tambang (mine and

quarry), biji-bijian lainnya (other grains), sayur, buah-buahan dan ikan segar (fresh product) dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2008;

f. pengangkutan muatan cair dan bahan kimia lainnya dan bijian hasil pertanian, dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2009;

g. pengangkutan minyak dan gas bumi, dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2010;

h. pengangkutan batu bara, dilaksanakan pada saat berakhirnya masa kontrak dan selambat-lambatnya 1 Januari 2010;

i. pengangkutan penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi, dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2011.

Page 18: pembicara 3-ajatiman

Untuk menunjang kegiatan produksi migas di Indonesia, diperlukan kapal-kapal antara lain, meliputi:

Accomodation Barges > 200 ft class Paltform Supply VesselsAnchor Handling Tugs 2D Seismic VesselsAnchor Handling Tugs Supply FSO/FPSOASD Tug Boats Crane BargesJack Up Rig Pipe/Cable Laying ShipSubmersible Rig 3D Seismic Vessel FPSO/FSO (Floating Production of Loading and Storage)

Sedangkan Pemerintah Indonesia untuk tahun 2011 menargetkan semua Kapal-kapal harus sudah berbendera Indonesia (azaz cabotage), Sementara saat ini kapal-kapal tersebut masih banyak yang berbendera asing.

JENIS-JENIS KAPAL YANG DIPERLUKAN PADA INDUSTRI MIGAS

Page 19: pembicara 3-ajatiman

Tantangan yang Dihadapi Tantangan yang dihadapi oleh KKKS (ataupun kontraktor) dalam

melaksanakan azas cabotage:

Perlunya dukungan perbankan nasional sehubungan dengan syarat untuk masuk bendera Indonesia dimana mayoritas sahamnya harus dimilki WNI

Terkait masalah pajak (tax) dan perlindungan asuransi serta P&I.

Untuk kapal yang kontraknya hampir selesai di tahun 2011 dan tidak berencana beroperasi di migas / Indonesia kembali, serta dalam kontrak sebelumnya tidak menyebutkan keharusan berbendera Indonesia.Ketentuan dari Peraturan Menteri Perdagangan No. 63 mengenai Impor Barang, menyebutkan bahwa impor kapal dengan usia diatas 20 tahun harus mendapat pertimbangan teknis dari Depperin. Quality, delivery, Cost, dan Safety

Page 20: pembicara 3-ajatiman

Terkait kapal – kapal project/drilling:

Akibat yang ditimbulkan secara operasional yakni terganggunya project yang sedang berjalan bahkan kemungkinan delay / gagal (jika kapal bendera Indonesia tidak tersedia dan tetap tidak diperoleh ijin operasi untuk kapal asing tersebut).

Jika kapal yang diperlukan perlu re-tender, maka akan memakan waktu dan biaya yang berimbas pula pada penyelesaian project.

Ketiadaan kapal bendera Indonesia untuk pendukung kegiatan drilling serta tidak adanya ijin untuk bendera asing akan menyebabkan tertundanya kegiatan pengeboran target APBN tidak tercapai.

Page 21: pembicara 3-ajatiman

PROSEDUR PENGKELASAN FPSO/FSO KE BKI

•Sesuai dengan peraturan klasifikasi pada umumnya :

•Berikut Flow Chart Prosedur Pengkelasan FPSO/FSO ke BKI

Page 22: pembicara 3-ajatiman

Document Submit : Permohonan klasifikasi ke Div. Survey :

Gambar/Doc./FDA

Divisi Mesin & Listrik

Approval Drawing & Doc.

Review (BKI Head Office

Kantor Cabang

Intern. Certificate Issue

Yes

No

Permanent Cert. Issue

Divisi StatutoriDivisi Lambung

Inspeksi ke Kapal FPSO/FS

O

Survey Report

OwnerBKI Kantor Pusat

Page 23: pembicara 3-ajatiman

Dokumen untuk persetujuan ganti bendera:1. Permohonan ganti bendera;2. Bill of sale (harus dilegalisir oleh notaris yang

menyaksikan penandatanganan Bill of Sale tersebut atau Pejabat Pemerintah yang berwenang dari negara asal bendera kapal);

3. Protocol of Delivery and acceptance;4. Deletion Certificate dari negara asal kapal (sementara

dapat diganti dengan Surat Pernyataan Tidak Keberatan Pengeluaran Deletion Certificate oleh Pemerintah bendera asal);

5. Builder’s certificate;6. Surat-surat/sertifikat kapal dari negara bendera asal

kapal;dan7. General arrangement (gambar rencana umum).

Page 24: pembicara 3-ajatiman

PROSEDUR GANTI BENDERA & PENERBITAN SERTIFIKAT STATUTORY FPSO/PSO/FSO

Dokumen/sertifikat sementara yang diterbitkan Perhubungan sehubungan dengan penggantian bendera :

1. International Tonnage Measurement Certificate (TM 69)/Surat Ukur;

2. Certificate of Nationality (Surat Kebangsaan/Surat Laut);

3. IOPP (International Oil Pollution Prevention) Certificate/Pencemaran oleh minyak;

4. IAPP (International Air Pollution Prevention) Certificate/Pencemaran oleh udara;

5. Cargo Ship Safety Construction Certificate (Keselamatan Konstruksi)

6. Cargo Ship Safety Equipment Certificate (Keselamatan Perlengkapan)

7. Cargo Ship Safety Radio Certificate (Keselamatan Radio)

Page 25: pembicara 3-ajatiman

Berikut Contoh Sertifikat

Page 26: pembicara 3-ajatiman
Page 27: pembicara 3-ajatiman
Page 28: pembicara 3-ajatiman
Page 29: pembicara 3-ajatiman
Page 30: pembicara 3-ajatiman
Page 31: pembicara 3-ajatiman
Page 32: pembicara 3-ajatiman
Page 33: pembicara 3-ajatiman

FINISH &

THANK YOU FOR YOUR ATTENTION