pemberdayaan masyarakat melalui teknologi sederhana untuk penanganan limpasan air hujan di surabaya

32
i CIVIL ENGINEERING INNOVATION PAPER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI TEKNOLOGI SEDERHANA UNTUK PENANGANAN LIMPASAN AIR HUJAN DI SURABAYA Nomor Registrasi : LM-015 Nama Anggota Tim : 1. Nita Dwi Febrianti 2. Choerur Robach 3. Dara Zam Chairyah UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

Upload: choerurrobach

Post on 28-Jul-2015

813 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

i

CIVIL ENGINEERING INNOVATION PAPER

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI TEKNOLOGI

SEDERHANA UNTUK PENANGANAN LIMPASAN AIR

HUJAN DI SURABAYA

Nomor Registrasi : LM-015

Nama Anggota Tim :

1. Nita Dwi Febrianti

2. Choerur Robach

3. Dara Zam Chairyah

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

ii

LEMBAR PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

1. Judul Karya Tulis : Pemberdayaan Masyarakat melalui Teknologi

Sederhana untuk Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya

2. Sub-Tema : Pengelolaan limpasan air hujan dalam rangka

mengatasi banjir di Surabaya

3. Ketua Tim

a. Nama Lengkap : Nita Dwi Febrianti

b. Nomor Induk Mahasiswa : 105060100111070

c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/ Teknik

d. Universitas : Universitas Brawijaya

e. No. HP dan E-mail : 085733725216 / [email protected]

4. Anggota Tim

a. Nama Lengkap : Choerur Robach

b. Nomor Induk Mahasiswa : 0710610026

c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/Teknik

d. Universitas : Universitas Brawijaya

e. No. HP dan E-mail : 085646787101 / [email protected]

5. Anggota Tim

a. Nama Lengkap : Dara Zam Chairyah

b. Nomor Induk Mahasiswa : 105060100111064

c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/Teknik

d. Universitas : Universitas Brawijaya

e. No. HP dan E-mail : 087859465481/ [email protected]

6. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Yatnanta Padma Devia, ST., MT.

b. NIP : 19740813 199903 2 002

c. No telp/HP dan email : 081 233 02366 / [email protected]

Malang, 11 Maret 2011

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Ketua Tim,

Yatnanta P. Devia, ST., MT. Nita Dwi Febrianti

NIP. 19740813 199903 2 002 NIM. 105060100111070

Mengetahui,

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya

Ir. H.R.B. Ainurrasjid, MS

NIP. 19550618 198103 1 002

Page 3: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan naskah ini, sebagai bentuk

partisipasi dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Himpunan

Mahasiswa Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. yang

merupakan rangkaian dari Civil Expo 2011.

Pembangunan kota dengan mengandalkan konsep yang berkelanjutan

sudah banyak diterapkan di banyak kota di Indonesia. Surabaya, sebagai salah

satu kota terbesar di Indonesia tentunya memiliki kebijakan serupa. Namun tidak

dipungkiri, banyak sekali tantangan maupun kendala yang dihadapi oleh

pemerintah kota dalam menjalankan program ini. Kendala itu di antaranya

seringnya terjadi banjir di wilayah Surabaya yang mengakibatkan rusaknya

lingkungan dan fasilitas umum. Untuk itu, diperlukan suatu langkah cerdas untuk

mengatasi banjir yang sering melanda. Salah satu langkah yang dapat dilakukan

yaitu dengan melibatkan masyarakat untuk gerakan pengelolaan air hujan menjadi

air bersih dengan metode sederhana yang sudah umum dipakai.

Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Yatnanta Padma Devia, ST., MT., selaku dosen pembimbing,

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa,

3. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Brawijaya yang memberikan banyak

masukan dan dukungan,

4. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis berharap masukan dari berbagai pihak untuk

perbaikan karya tulis serupa di masa mendatang.

Besar harapan penulis agar hasil dari karya tulis ini dapat dimanfaatkan

untuk keperluan perencanaan dan penerapan konsep pengembangan dan

pembangunan kota yang berkelanjutan, terutama dalam kaitannya dengan

pengelolaan air hujan.

Malang, 11 Maret 2011

Penyusun

Page 4: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1. 3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

1. 4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Hujan ....................................................................................................... 4

2. 2 Hujan Asam ............................................................................................ 5

2. 3 Siklus Hidrologi ...................................................................................... 5

2. 4 Limpasan Air Hujan .............................................................................. 6

2. 5 Banjir ....................................................................................................... 6

2. 6 Rain Harvesting ...................................................................................... 7

2. 7 Teknologi Penyaringan Air Sederhana ................................................ 7

2. 8 Ruang Terbuka Hijau ............................................................................ 8

2. 9 Pemberdayaan Masyarakat .................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN

3. 1 Teknologi Sederhana pada Pemanfaatan Limpasan Air Hujan ........ 9

3. 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Teknologi

Sederhana pada Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya ..... 16

BAB III PENUTUP

4. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 21

4. 2 Saran ......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

LAMPIRAN ......................................................................................................... 24

Page 5: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Saringan kain katun .......................................................................... 11

Gambar 3.2 Saringan pasir lambat (SPL) ............................................................ 11

Gambar 3.3 Saringan pasir cepat (SPC) ............................................................... 12

Gambar 3.4 Gravity-Fed Filtering System ........................................................... 13

Gambar 3.5 Saringan Arang ................................................................................. 13

Gambar 3.6 Saringan air sederhana/tradisional ................................................... 14

Gambar 3.7 Cadas/Jempeng/Lumpang Batu ........................................................ 14

Gambar 3.8 Biopori .............................................................................................. 15

Page 6: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

vi

ABSTRAK

Banjir yang melanda kota Surabaya sudah menjadi masalah serius yang

membutuhkan penanganan dan penanggulangan yang mengacu pada konsep

pembangunan yang berkelanjutan. Kurangnya kepedulian terhadap besarnya

limpasan permukaan akibat tingginya curah hujan memang menjadi penyebab

utama banjir. Untuk itu, diperlukan suatu langkah cerdas yang tidak hanya

mampu mengatasi permasalahan tersebut, melainkan juga memberikan

sumbangsih untuk pembangunan di Surabaya. Salah satu langkah nyata dalam

hal ini adalah dengan mengupayakan partisipasi masyarakat untuk pengelolaan

air hujan di Surabaya menjadi air bersih. Pengelolaan yang bersifat swadaya ini

mengandalkan teknologi pengolahan air secara sederhana, seperti filtrasi

dengan bermacam-macam metode dan pembuatan biopori intuk meningkatkan

daerah resapan air. Pengolahan air dibuat secara terpadu dengan secara kecil di

rumah tangga maupun secara berkelompok dengan mengandalkan

komunitas/kelompok masyarakat yang telah terbentuk seperti RT, RW, PKK

dan sebagainya. Untuk menjamin keberhasilan program, dilakukan beberapa

tahapan seperti persiapan, perencanaan, persiapan social, penyadaran

masyarakat, Analisis Kebutuhan, Pelatihan Keterampilan Dasar, Pendanaan,

Tahap Pelaksanaan serta dilakukan evaluasi terhadap kelangsungan program.

Bila memungkinkan, dilakukan pengembangan terhadap, seperti peningkatan

skala dan perluasan program ke kelompok masyarakat yang lain.

Kata kunci: Surabaya, pengeloaan air hujan, pencegahan banjir, teknologi

sederhana, pemberdayaan masyarakat.

Page 7: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Surabaya adalah ibukota propinsi Jawa Timur yang merupakan kota

terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dengan luas wilayah 37.436 km²

(Anonim, 2011). Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan

pendidikan di kawasan Indonesia timur. Kota Surabaya merupakan kota yang

padat penduduknya dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta

jiwa. Setiap tahunnya jumlah penduduk yang ada semakin bertambah dari

sebelumnya. Hal ini mengakibatkan banyak timbul masalah baik di bidang

ekonomi, sosial, kesehatan maupun lingkungan surabaya. Satu hal yang cukup

serius dihadapi saat ini adalah masalah lingkungan. Kualitas lingkungan di

Surabaya semakin menurun dari tahun ke tahun. Salah satu contoh nyata adalah

banjir yang sering melanda kota Surabaya. Banjir ini terjadi disebabkan oleh

banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya yaitu pembuangan sampah yang tidak

pada tempatnya, penebangan hutan secara liar tanpa reboisasi, pendangkalan

sungai, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, pembuatan tanggul

yang kurang baik, serta air laut, sungai dan danau yang meluap. Padahal,

sebenarnya telah kita ketahui bersama bahwa air hujan yang turun dapat langsung

meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi yaitu penyerapan air oleh tanah

sehingga potensi terjadinya banjir semakin kecil. Akan tetapi, berbeda halnya

apabila lahan terbuka yang mampu menyerap air hujan ini semakin sempit seperti

yang terjadi pada kota Surabaya, meningkatnya aktivitas pembangunan seperti

betonisasi, pembangunan jaringan jalan, mengakibatkan berkurangnya lahan

terbuka untuk peresapan sehingga kemampuan tanah untuk menyerap air juga

semakin berkurang. Akibatnya, air hujan yang turun dapat menjadi limpasan

permukaan. Kondisi ini akan membuat limpasan permukaan semakin besar

sehingga menyebabkan banjir.

Apabila seperti keadaan ini dibiarkan secara terus menerus, maka akan

semakin memperparah keadaan kota Surabaya yang pada nantinya akan

berpengaruh pada faktor-faktor lainnya seperti rusaknya area permukiman

Page 8: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

2

penduduk, sulitnya mendapatkan air bersih, rusaknya sarana dan prasarana

penduduk, rusaknya area pertanian, serta menghambat transportasi. Oleh karena

itu diperlukan beberapa teknologi alternatif sederhana guna mengatasi munculnya

dampak-dampak negatif tersebut. Peran serta masyarakat tentunya tidak kalah

penting dalam mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya peran masyarakat,

penerapan teknologi alternatif sederhana akan berjalan sesuai dengan yang

diharapkan sehingga upaya pengelolaan limpasan air hujan dalam rangka

mengatasi banjir di Surabaya akan maksimal.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka penulis mengangkat judul

“Pemberdayaan Masyarakat melalui Teknologi Sederhana untuk Penanganan

Limpasan Air Hujan di Surabaya”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah teknologi sederhana dalam pemanfaatan limpasan air

hujan?

2. Bagaimanakah upaya pemberdayaan masyarakat melalui teknologi

sederhana dalam pemanfaatan limpasan air hujan?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang diangkat dalam karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui teknologi sederhana dalam pemanfaatan limpasan air

hujan

2. Mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat melalui teknologi

sederhana dalam pemanfaatan limpasan air hujan

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah

sebagai berikut:

Page 9: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

3

1. Bagi mahasiswa, dapat menambah pengetahuan tentang upaya

pencegahan banjir dan pengembangan sistem filtrasi sederhana untuk

memanfaatkan air hujan

2. Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya

pengelolaan air hujan, yang secara langsung dapat mengurangi

konsumsi air PDAM dan secara tidak langsung dapat mencegah banjir

3. Bagi pemerintah, dapat membantu upaya pengurangan dampak air

hujan yang bila menjadi limpasan permukaan cenderung merusak

lingkungan dan menimbulkan banjir. Selain itu, pemanfaatan air hujan

juga dapat menjaga kelestarian air tanah yang selama ini menjadi

andalan dalam penyediaan air bersih

Page 10: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hujan

Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses

kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk

tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu

berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan uap air oleh angin

menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi

tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas dan senyawa lain yang ada di

udara. Karena itulah, air hujan mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa

yang terdapat dalam udara. Jadi, kualitas air hujan akan banyak dipengaruhi oleh

keadaan lingkungannya. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus

hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul

menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut

melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Jumlah

air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan

sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang

lebih 0.25 mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan

penyingkatan dari liter per meter persegi. (Danang, 2008)

Air hujan diduga akan mengandung lebih banyak gas-gas daripada air

tanah, terutama kandungan CO2 dan O2. Air hujan biasanya tidak mengandung

garam-garam mineral, zat-zat racun, atau zat yang dapat mengandung kesehatan.

Karena itu hujan yang bersih dapat digunakan sebagai air minum apalagi untuk

keperluan mandi. Air hujan termasuk air lunak. Air atmosfir dalam keadaan murni

sangat bersih, tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan

sebagainya. Oleh karena itu untuk menjadikan air hujan sebagai air minum

hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan

mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat

agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga

hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat

lunak, sehingga boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2005).

Page 11: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

5

2.2. Hujan Asam

Hujan Asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah

5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena

karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk

sebagai asam lemah. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang

merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi

dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini

berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan

asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang

asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang

terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal

ini saat ini sedang gencar dilaksanakan. (Anonim, 2011)

Hujan asam telah terjadi di Jakarta sejak tahun 1984 dengan frekuensi

kejadian nilai pH< 5,6 adalah 1983- 1999 sebanyak 60% dan 2001-2004 sebanyak

65%, Cisarua-Bogor 1989-2004 sebanyak 72% dan terjadi hujan asam sejak 1989.

Bandung terlihat terkena hujan asam mulai tahun 1994 dengan kejadian hujan

asam selama 1989-2004 sebanyak 74%. Surabaya sejak 1993 telah terkena hujan

asam dan terjadi hujan asam sebanyak 78% sampai 2003. Kecenderungan pH <

5,6 menurun sampai 2004 di P. Jawa berarti masih terjadi hujan asam. Terdapat

pengaruh laut untuk Jakarta dan Surabaya dari unsur Mg2+ dan Na+. Pengaruh

transportasi, industri dan laut dominan di Jakarta yang berakibat terhadap

terjadinya hujan asam. Pengaruh partikel-partikel aerosol pada musim JJA dan

SON akan memperburuk keasaman air hujan atau berpotensi menurunkan pH

(LAPAN, 2011).

2.3. Siklus Hidrologi

Secara keseluruhan jumlah air di planet bumu ini relatif tetap dari masa ke

masa air mata di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang

berlangsung terus menerus, di mana kita tidak tahu kapan dan dari mana

berawalnya dan kapan pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut

dinamakan siklus hidrologi.

Page 12: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

6

Air menguap dari permukaan samudra akibat energi panas matahari. Laju

dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat ekuator, dimana radiasi

matahari lebih kuat. Uap air adalah muni, karena pada waktu dibawa naik ke

atmosfir kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa udara

yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami

kondensasi dan membentuk butir-butir air yang akan jatuh kembali sebagai

presipitasi berupa hujan dan atau salju. Presipitasi ada yang jatuh di samudra , di

darat dan sebagian langsung menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan

bumi.

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah

dengan beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi

sebagai es atau salju, atau genengan air, yang dikenal dengan simpanan depresi.

Sebagian air hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini

disebut aliran/ limpasan permukaan. Jika permukaan tanah porous, maka sebagian

air akan meresap ke dalam tanah melalui peristiwa infiltrasi. Sebagian lagi akan

kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman

(evapotranspirasi). Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari

aliran permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai. Konstribusi

air tanah pada aliran sungai disebut aliran dasar (baseflow). Air yang tersimpan di

waduk, danau, dan sungai disebut air permukaan.

Dalam kaitannya dengan pengendalian banjir, komponen hidrologi yang

terpenting adalah aliran/ limpasan permukaan. Oleh karena itu, komponen inilah

yang harus ditangani secara baik untuk menghindari berbagai bencana khususnya

bencana banjir. (Suripin, 2003)

2.4. Limpasan Air Hujan

Dalam siklus hidrologi, air hujan yang turun dari atmosfir jika tidak

ditangkap oleh vegetasi atau oleh permukaan-permukaan buatan seperti atap

bangunan atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi,

dan sebagian akan menguap, berinfiltrasi atau tersimpan dalam cekungan-

cekungan. Bila kehilangan cara-cara seperti itu telah terpenuhi, maka sisa air

hujan akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran

Page 13: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

7

terdekat. Yang menjadi perhatian adalah Limpasan (runoff). Limpasan merupakan

gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan,

dan aliran bawah permukaan.

2.5. Banjir

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir

timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Pada umumnya banjir

disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat

curah hujan yang tinggi. Peristiwa ini terjadi sebagai akibat dari pembuangan

sampah yang tidak pada tempatnya, penebangan hutan secara liar tanpa reboisasi,

pendangkalan sungai, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,

pembuatan tanggul yang kurang baik, serta air laut, sungai dan danau yang

meluap. (Anonim, 2011)

2.6. Rain Harvesting

Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan sejak

lama khususnya di pedesaan yang mana sumber air lainnya yaitu air tanah tidak

mencukupi, atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan

selama musim kemarau panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan

air hujan yang mengucur dari atap rumah. Sedangkan untuk skala besar,

pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah tangkapan air. (Suripin, 2002).

Secara garis besar, ada tiga komponen dalam alat pemanenan air hujan ini.

Collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan storage berupa

tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap bangunan dan

terkumpul melalui talang (gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari

pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta jangan

mengalami pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air,

seperti chrome, besi atau metal. Atap sebaliknya juga tidak terganggu oleh

pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir

melalui conveyor. Sebagai proses pembersihan awal, perlu dipasang alat

penyaring ditengah conveyor sebelum air hujan mengalir ke tangki penyimpanan.

(Aryanti, 2004).

Page 14: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

8

2.7. Teknologi Penyaringan Air Sederhana

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk

mendapatkan air bersih. Ada beberapa cara yang mudah diaplikasikan oleh

masyarakat yaitu dengan membuat saringan pasir lambat (SPL), saringan pasir

cepat (SPC), Saringan Kain Katun, Saringan Kapas, Gravity-Fed Filtering

System, Saringan Arang, Saringan air sederhana/tradisional, Saringan

Cadas/Jempeng/Lumpang Batu, Biopori (Anonim, 2011).

2.8. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lahan/kawasan yang ditetapkan sebagai

ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya tanaman/vegetasi yang berfungsi sebagai

pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota (Perda No.3, 2007).

2.9. Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat adalah seseorang, kelompok orang, termasuk masyarakat

hukum adat, atau badan hukum. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan

masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah

masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang,

yang dalam peraturan ini adalah dalam proses perencanaan tata ruang (Perda No.

3, 2007).

Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai suatu proses yang membangun

manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat,

perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat

yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat,

dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat

dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,

kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,

kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu

diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat

peningkatan kesejahteraan masyarakat (Anonim, 2011).

Page 15: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

9

BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Teknologi Sederhana pada Pemanfaatan Limpasan Air Hujan

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari

laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu

turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak

sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. (Anonim, 2011). Namun, saat ini

hujan merupakan suatu hal yang sangat merugikan masyarakat, khususnya di kota

Surabaya karena dapat menyebabkan banjir. Banjir dapat terjadi karena curah

hujan yang sangat tinggi dan air hujan yang tidak diserap oleh tanah langsung,

melainkan menjadi limpasan-limpasan yang menyebabkan banjir. Curah hujan

yang cukup tinggi di kota Surabaya menyebabkan potensi banjir semakin besar.

Hal ini terjadi karena terbatasnya ruang terbuka hijau yang dapat menyerap air

hujan yang jatuh. Yang ada hanya bangunan tinggi dan jalan aspal maupun beton-

beton yang mana dapat menyebabkan terjadinya limpasan air hujan dan dapat

menyebabkan banjir. Karena kondisi tersebut, menimbulkan banyak anggapan

bahwa air hujan adalah sesuatu yang merugikan dan mengganggu masyarakat

Surabaya. Padahal air hujan itu dapat diolah menjadi air bersih yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Salah satu cara mengolah air hujan

adalah dengan cara pemanenan air hujan (rain harvesting) terlebih dahulu.

Pemanenan air hujan adalah mengumpulkan dan menyimpan air hujan. Ini telah

digunakan untuk menyediakan air minum, air untuk ternak, air untuk irigasi atau

untuk mengisi akifer dalam proses yang disebut resapan air tanah. Air hujan

dikumpulkan dari atap rumah, tenda dan institusi lokal, dapat memberikan

kontribusi penting dengan ketersediaan air minum. Air hujan yang berkualitas

baik dapat dikumpulkan dari air hujan yang berasal dari atas atap rumah. Tentu

saja atap rumah yang bersih dan terbuat dari bahan yang tahan erosi, misalnya

genteng yang dilapisi aluminium atau semen, atau sirap. Demikian juga, bak

penampung juga harus bersih. Sebaliknya, air yang berasal dari hujan pada awal

musim hujan dibuang, tidak dimasukkan dalam bak penampung. Hal ini

dikarenakan pada awal musim hujan, atap masih kotor. Untuk pemanenan air

Page 16: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

10

hujan yang lebih besar dapat dilakukan dengan menampung aliran permukaan dari

suatu kawasan dalam suatu bak penampung. Besarnya air hujan yang dapat

dipanen tergantung pada topografi dan kemampuan tanah atas pada lahan untuk

menahan air (Suripin, 2002). Dari proses rain harvesting proses selanjutnya

adalah penyaringan air hujan dengan menggunakan beberapa teknologi sederhana.

Karena Surabaya merupakan kota metropolitan yang kaya akan polutan, maka air

hujan di Surabaya banyak mengandung zat asam yang bisa mempercepat korosi

suatu besi. Keasaman air hujan tersebut harus dinetralisasi dengan cara

memberikan bongkahan kapur yang bersifat basa. Sehingga air hujan tersebut

menjadi netral dan aman untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari

masyarakat Kota Surabaya. Jadi, air hujan yang mengalir dari atap rumah

langsung dialirkan ke bak penampung melalui saluran yang sudah diberi

bongkahan kapur sebagai penetral air hujan yang memiliki kandungan zat asam.

Setelah itu dialirkan ke teknologi penyaringan limpasan air hujan sederhana yang

kemudian air hujan tersebut sudah menjadi air bersih dan dapat digunakan untuk

mencuci baju, mencuci mobil, memasak, mandi dan lain sebagainya.

Adapun teknologi tersebut adalah Saringan Kain Katun, Saringan pasir

lambat (SPL), Saringan pasir cepat (SPC), Gravity-Fed Filtering System, Saringan

Arang, Saringan air sederhana/tradisional, Saringan Cadas/Jempeng/Lumpang

Batu dan Biopori.

3. 1.1 Saringan kain katun

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan

teknik penyaringan yang paling sederhana dan mudah. Air keruh disaring dengan

menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari

kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan

tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan. Kelebihan metode

ini yaitu alat yang digunakan relatif mudah didapatkan dan cukup murah dan hasil

yang cukup memadai untuk skala kecil. Namun metode ini kurang efektif untuk

skala besar. Selain itu, penyaringan dengan kain katun tidak mampu memisahkan

bakteri maupun bahan kimia yang terlarut dalam air, sehingga air hasil

penyaringan tidak dapat langsung digunakan, melainkan harus digabung dengan

Page 17: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

11

metode lain atau ditambahkan disinfektan ataupun tawas untuk menghilangkan

polutan.

Air Keruh

Kain Katun

Air Bersih

Gambar 3.1 Saringan kain katun

3. 1.2 Saringan pasir lambat (SPL)

Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan

menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air

bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih

dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Kelebihan metode ini yaitu hasil

yang cukup baik karena melewati beberapa tahapan penyaringan. Saringan ini

juga cukup efektif untuk menghilangkan beberapa polutan. Kekurangannya yaitu

penyaringan dengan metode ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama

dibandingkan metode lain.

Gambar 3.2 Saringan pasir lambat (SPL)

Page 18: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

12

3. 1.3 Saringan pasir cepat (SPC)

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas

lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah

penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni

dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air

baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan

pasir. Kelebihan metode ini yaitu waktu penyaringan yang lebih cepat, namun

kurang efektif untuk air dengan kekeruhan dan polutan yang tinggi.

Gambar 3.3 Saringan pasir cepat (SPC)

3. 1.4 Gravity-Fed Filtering System

Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir

Cepat (SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua

tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air

hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan

Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas

air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit

air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan

beberap/multi Saringan Pasir Lambat.

Page 19: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

13

Gambar 3.4 Gravity-Fed Filtering System

3. 1.5 Saringan Arang

Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan

tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam

menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat

berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat

digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang

yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5 Saringan Arang

Page 20: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

14

3. 1.6 Saringan air sederhana/tradisional

Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan

pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain

menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk

/ ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Penyaringan dengan metode ini hamper sama

dengan saringan arang, namun dengan peralatan dan metode yang lebih

sederhana, dan hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.

Gambar 3.6 Saringan air sederhana/tradisional

3. 1.7 Saringan Cadas/Jempeng/Lumpang Batu

Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air

disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum

digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan

untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi

sawah. Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari jempeng

relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.

Gambar 3.7 Cadas/Jempeng/Lumpang Batu

Page 21: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

15

3. 1.8 Biopori

Biopori merupakan lubang-lubang metode resapan air yang ditujukan

untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.

Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut

Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan

membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk

menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini

kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan

pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama

biopori. (Anonim, 2011). Secara alami, biopori adalah lubang-lubang kecil pada

tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau

pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi

jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan

air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut. Tujuan Lubang

Resapan Biopori / LRB Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah

sehingga menambah air tanah, Membuat kompos alami dari sampah organik

daripada dibakar, Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit,

Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut,Mengurangi resiko banjir di

musim hujan, Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, Mencegah

terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Gambar 3.8 Biopori

Page 22: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

16

3. 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Teknologi

Sederhana pada Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya

Setelah teknologi yang baik dan sederhana untuk pengolahan air hujan

menjadi air bersih sudah dibuat, hal yang tidak kalah penting dalam upaya

mengatasi limpasan air hujan yang menyebabkan banjir di Surabaya yaitu

pemberdayaan masyarakat untuk mengaplikasikan teknologi sederhana. Yang

dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini yaitu mengembangkan

kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat dan mengorganisir diri

masyarakat. Dalam pengembangan kemampuan masyarakat, masyarakat dibekali

pengetahuan-pengetahuan mengenai proses teknologi sederhana skala rumah

tangga sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat yang awalnya sangat

bergantung pada PDAM untuk penyediaan air bersish, agar menjadi lebih mandiri.

Selain itu juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pengelolaan air hujan untuk pencegahan banjir dan mengurangi kerusakan

lingkungan di Kota Surabaya. Dalam pemberdayaan masyarakat terhadap

pengelolaan limpasan air hujan dapat ditempuh dalam beberapa tahap. Yaitu :

3. 2.1 Persiapan

Adapun persiapan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limpasan

air hujan terdapat tiga kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu sosialisasi rencana

kegiatan dengan masyarakat dan kelembagaan lokal yang ada,

pemilihan/pengangkatan motivator (key person) masyarakat sekitar, dan

melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang lebih memahami pengolahan

limpasan air hujan.

3. 2.2 Perencanaan

Dalam melakukan perencanaan upaya penanganan limpasan air hujan

berbasis masyarakat ini terdapat beberapa perencanaan yang dinilai akan efektif,

yaitu proses perencanaannya berasal dari dalam dan bukan dimulai dari luar,

merupakan perencanaan partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakat lokal,

berorientasi pada tindakan (aksi) berdasarkan tingkat kesiapannya, memiliki

tujuan dan luaran yang jelas, memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi

Page 23: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

17

pengambalian keputusan, bersifat terpadu, dan meliputi proses-proses untuk

pemantauan dan evaluasi.

3. 2.3 Persiapan Sosial

Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh,

maka masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat mengutarakan

aspirasi serta pengetahuan tradisional dan kearifannya dalam menangani isu-isu

lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi, mengetahui keuntungan

dan kerugian yang akan didapat dari setiap pilihan yang diusulkan yang dianggap

dapat berfungsi sebagai jalan keluar untuk menanggulangi persoalan banjir yang

dihadapi selama ini, dan berperanserta dalam perencanaan dan pelaksanaan

rencana tersebut.

3. 2.4 Penyadaran Masyarakat (Edukasi)

Dalam tahap ini, masyarakat diberikan suatu penyadaran tentang beberapa

teknologi sederhana pengelolaan air hujan. Hal ini bertujuan untuk memperluas

pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan air hujan. Air hujan yang selama ini

menyebabkan banjir akibat limpasannya, ternyata dapat dimanfaatkan secara

maksimal sehingga dampak-dampak negatif air hujan seperti banjir dapat

dikurangi. Tahap edukasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni secara langsung

dan tidak langsung. Yang dimaksud secara langsung adalah pemberian pengertian

tentang pengelolaan air hujan secara langsung tanpa menggunakan bantuan media,

baik media cetak, audio maupun audio visual. Contoh dari tahap ini adalah dengan

cara memberikan penyuluhan secara langsung pada masyarakat, khususnya

masyarakat Surabaya. Yang mana penyuluhan tersebut, dilakukan oleh pihak-

pihak yang mengerti akan masalah tersebut. Dapat dilakukan oleh para akademisi

lingkungan, mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun instansi

yang terkait. Agar penyuluhan tentang limpasan air hujan dapat langsung

mengenai sasaran dan lebih efektif, seharusnya tahap ini dilakukan diberbagai

lapisan masyarakat. Mulai dari remaja, bapak-bapak, maupun ibu rumah tangga.

Pelaksanaan penyuluhan untuk bapak-bapak dan ibu rumah tangga dapat

dilakukan ketika ada acara PKK, arisan maupun pengajian atau sejenisnya di

lingkungan tiap RT. Penyuluhan dilakukan di tiap RT karena ruang lingkup yang

Page 24: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

18

tidak terlalu besar, sehingga pelaksanaannyapun semakin efektif. Selain dilakukan

pada bapak dan ibu rumah tangga, penyuluhan juga dilakukan di kalangan remaja.

Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah-sekolah, bimbingan belajar maupun

karang taruna. Selanjutnya adalah tahap edukasi secara tidak langsung yang mana

pada tahap ini dibutuhkan berbagai media mulai dari media cetak, audio, maupun

audiovisual. Contoh dari media cetak adalah pembuatan brosur, pamflet, ataupun

buklet. Brosur, pamflet, atau buklet merupakan terbitan tidak berkala yang dapat

terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain,

dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain

dengan stapler, benang, atau kawat). Selain media cetak, media visual yang dapat

dimanfaatkan adalah radio. Informasi tentang limpasan air hujan dan

penanganannya dapat disiarkan melalui radio setempat. Hal tersebut juga bisa

diaplikasikan dalam media audio visual yakni bisa melalui stasiun televisi lokal di

Surabaya. Dalam media ini, masyarakat akan lebih mudah memahami, karena

adanya video yang dapat ditirukan langsung dan mudah untuk dipahami oleh

masyarakat.

3. 2.5 Analisis Kebutuhan

Dalam hal ini, yang dimaksud dari analisis kebutuhan adalah melakukan

analisis dari kebutuhan teknologi sederhana yang dibutuhkan tiap rumah tangga.

Karena setiap rumah memilki ukuran, model, dan luas rumah serta jenis tanah

yang berbeda, maka teknologi sederhana yang digunakan juga berbeda.

3. 2.6 Pelatihan Keterampilan Dasar

Adapun pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas

upaya pengaplikasian teknologi sederhana di Surabaya, yaitu pelatihan mengenai

perencanaan teknologi sederhana yang akan dipakai, keterampilan tentang dasar-

dasar manajemen organisasi, peranserta masyarakat dalam pemantauan dan

pengawasan, pelatihan dasar tentang pengamatan sumberdaya, pelatihan

pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi, dan orientasi mengenai

pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan upaya

pengelolaan limpasan air hujan.

Page 25: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

19

3. 2.7 Pendanaan

Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam proses implementasi upaya

penanganan limpasan air hujan untuk mencegah banjir di Surabaya. Oleh karena

itu, peran pemerintah selaku penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan

alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan dan implementasi upaya

penanggulangan. Namun demikian, modal terpenting dalam upaya ini adanya

kesadaran masyarakat untuk melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana

swadaya masyarakat setempat.

Ketujuh proses implementasi upaya penanganan limpasan air hujan dalam

mengatasi masalah banjir di Surabaya di atas tidak bersifat absolut, tetapi dapat

disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat setempat,

terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal yang

memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan

ekonomi masyarakat sekitarnya.

3. 2.8 Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, masyarakat melaksanakan langsung metode-metode

pengelolaan air hujan yang telah disarankan. Tahap ini merupakan tahap paling

penting. Karena disinilah tujuan yang sebenarnya, yaitu pengaplikasian langsung

pada masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan dengan metode pelaksanaan secara

komunal. Metode pelaksanaan secara komunal yang dimaksud yaitu

pengaplikasian teknologi sederhana dilakukan tiap-tiap kelompok masyarakat

seperti setiap RT atau RW untuk masyarakat rumah tangga, tiap-tiap sekolah atau

fakultas/universitas untuk pelajar atau mahasiswa. Agar pelaksanaan dapat

berjalan secara maksimal maka dilakukan evaluasi pada masyarakat.

3. 2.9 Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, keseluruhan rangkaian program yang melibatkan

masyarakat dicatat hasilnya untuk kemudian dilakukan evaluasi. Evaluasi ini akan

lebih efektif jika pada tahap pelaksanaan di tiap kelompok masyarakat dikoordinir

secara terpadu, sehingga pada tahap evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan

dan kendala-kendala yang dihadapi. Selain itu, yang tidak kalah penting dalam

Page 26: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

20

mendukung keberhasilan program adalah adanya pemberian reward and

punishment (penghargaan dan hukuman). Penghargaan diberikan kepada

masyarakat/kelompok masyarakat yang mampu melaksanakan program sesuai

dengan kententuan yang telah diberikan. Sementara hukuman atau sanksi

diberikan apabila masyarakat mengabaikan atau tidak melaksanakan program

yang telah diberikan.

Kesembilan proses implementasi upaya penanganan limpasan air hujan

dalam mengatasi masalah banjir di Surabaya di atas tidak bersifat absolut, tetapi

dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat

setempat, terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal

yang memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan

ekonomi masyarakat sekitarnya.

Page 27: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

21

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penjelasan karya tulis ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara

untuk mengatasi permasalahan banjir di Surabaya adalah dengan mengolah

limpasan air hujan dengan menggunakan teknologi sederhana. Dalam karya tulis

ini lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat Surabaya dalam

mengaplikasikan teknologi sederhana tersebut. Hal ini dikarenakan

pengaplikasian teknologi pada masyarakat lebih penting. Kita asumsikan jika di

tiap RT masyarakat mengaplikasikan teknologi tersebut, maka Kota Surabaya

akan terbebas dari banjir. Karena secara tidak langsung, masyarakat dapat

mengurangi volume air hujan yang jatuh sebagai limpasan.

4.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dari karya tulis ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk Mahasiswa, LSM lingkungan, akademisi lingkungan maupun instansi

terkait agar lebih mempelajari tentang teknologi sederhana untuk penanganan

limpasan air hujan, sehingga dapat diaplikasikan langsung oleh masyarakat.

Selain itu agar memberikan inovasi baru dalam teknologi sederhana tersebut

untuk masyarakat Surabaya.

b. Untuk Masyarakat agar bersedia untuk mengaplikasikan teknologi sederhana

tersebut dalam penanganan limpasan air hujan, sehingga kota Surabaya

menjadi kota yang bebas dengan ancaman banjir yang hampir terjadi tiap

tahun.

c. Untuk Pemerintah agar mengkaji ulang dan memberikan kontribusi kepada

masyarakat dalam penanganan limpasan air hujan dalam upaya mengatasi

banjir di Surabaya. Kontribusi yang diberikan, dapat berupa bantuan dana

operasional pembuatan teknologi sederhana tersebut maupun menyediakan

tenaga-tenaga untuk mensosialisasikan teknologi tersebut. Selain itu, agar

pemerintah membuat suatu Peraturan Daerah terkait dengan limpasan air

Page 28: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

22

hujan, yang mana peraturan tersebut dapat berupa penghargaan maupun

hukuman pada masyarakat dalam upaya penanganan limpasan air hujan di

Surabaya.

Page 29: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

23

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, 2004. ”Penurunan Kekeruhan dan Bacteri Escherichia coli Pada Air

Hujan Tersimpan Dengan Menggunakan Saringan Pasir”, Jurusan Teknik

Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, UII, Jogjakarta.

Aimyaya. 2009. Kumpulan Teknik Penyaringan Air Sederhana.

http://aimyaya.com/files/Abst. Tanggal Akses 09 Maret 2011 Pukul 12.56 WIB.

Anonim, 2011. Kota Surabaya. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Kota Surabaya.

Diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pukul 11.35 WIB.

Anonim, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. http://id.wikipedia.org/ wiki/

Pemberdayaan masyarakat. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pukul

10.35 WIB.

Anonim, 2011. Siklus Hidrologi. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Siklus Hidrologi.

Diakses pada tanggal 09 Maret 2011 pukul 13.11 WIB.

Anonim, 2011. Hujan asam. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Hujan Asam. Diakses

pada tanggal 09 Maret 2011 pukul 17.38 WIB.

Budiwati, Tuti, Sri Kaloka Prabotosari, Tuti Mulyani, M. Pariyatmo1, Mulyono.

2011. “Karakteristik Kimia Air Hujan di Pulau Jawa”. Jurnal Metereologi

dan Geofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Dikutip dari http://www.lapan.go.id diakses pada tanggal 08 Maret 2011

pukul 15.48 WIB.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Surabaya

Setiawan, Danang , 2008. Studi Kualitas Dan Pengolahan Air Pada

Penampungan Air hujan (PAH) Di Desa Hargosari, Kecamatan

Tanjungsari, Gunung KidulMenggunakan Filter Karbon Aktif Dan UV ,

Tugas Akhir, Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta

Suripin, 2002. ” Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air”, Andi, Jogjakarta.

Suripin, 2003. ” Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”, Andi,

Jogjakarta

Waluyo L, 2005. ”Mikrobiologi Lingkungan”, UMM Press, Malang

Page 30: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

24

LAMPIRAN

Biodata Peserta:

1. Nama : Nita Dwi Febrianti

Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 3 Februari 1991

No. HP : 085 733 725 216

e-mail : [email protected]

NIM : 105060100111070

Jurusan/Prodi : Teknik Sipil

Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya

Riwayat pendidikan : - TK Dharma Wanita Kebonagung

- SDN Kebonagung

- SMPN 1 Puri Mojokerto

- SMAN 1 Sooko Mojokerto

-Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Riwayat organisasi : - Forum Angkatan Mhs. Sipil 2011

- Himpunan Mahasiswa Sipil 2011

Riwayat pelatihan : Sekolah Kebangsaan UB 2010

Penghargaan : -

2. Nama : Choerur Robach

Tempat, tanggal lahir : Tuban, 22 Mret 1989

No. HP : 085 646 787 101

e-mail : [email protected]

NIM : 0710610026

Jurusan/Prodi : Teknik Sipil

Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya

Page 31: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

25

Riwayat pendidikan : -RA Al-Hidayah

-MI R.Tholibin Maibit Rengel Tuban

-MTs Syi’ar Islam Maibit Rengel Tuban

-MAN 1 Bojonegoro

-Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Riwayat organisasi : -Forum Angkatan Mhs. Sipil 2009

-Himpunan Mahasiswa Sipil 2010

Riwayat pelatihan : -Seminar Enterpreneurship Al-Hikam 2011

-Workshop Tender & e-procurement 2011

-Training of Pengkaderan FORSIS 2010

Penghargaan : Indocement Awards 2010

3. Nama : Dara Zam Chairyah

Tempat, tanggal lahir : Tuban, 11 Juni 1992

No. HP : 087 859 465 481

e-mail : [email protected]

NIM : 105060100111064

Jurusan/Prodi : Teknik Sipil

Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya

Riwayat pendidikan : - TK ABA 11 TUBAN

- SDN PAGENTAN 05

- SMPN 1 SINGOSARI

- SMAN 1 MALANG

- Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Malang

Riwayat organisasi : Himpunan Mahasiswa Sipil 2011

Page 32: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Teknologi Sederhana Untuk Penanganan Limpasan Air Hujan Di Surabaya

26

Riwayat pelatihan : Agric Training Center 2009

Penghargaan : -

Biodata Dosen Pembimbing:

Nama lengkap dan gelar : Yatnanta Padma Devia, ST. MT.

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 13 Agustus 1974

Alamat : Griya Kencana Asri D/2 Surabaya

No. HP : 081 233 02366

e-mail : Griya Kencana Asri D/2 Surabaya

NIP : 19740813 199903 2 002

Jabatan : Lektor

Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya

Spesifikasi bid. yang dikuasai : Teknik Lingkungan

Karya tulis yang pernah dibimbing : -