pemberdayaan masyarakat melalui teknologi sederhana untuk penanganan limpasan air hujan di surabaya
TRANSCRIPT
i
CIVIL ENGINEERING INNOVATION PAPER
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI TEKNOLOGI
SEDERHANA UNTUK PENANGANAN LIMPASAN AIR
HUJAN DI SURABAYA
Nomor Registrasi : LM-015
Nama Anggota Tim :
1. Nita Dwi Febrianti
2. Choerur Robach
3. Dara Zam Chairyah
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
ii
LEMBAR PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
1. Judul Karya Tulis : Pemberdayaan Masyarakat melalui Teknologi
Sederhana untuk Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya
2. Sub-Tema : Pengelolaan limpasan air hujan dalam rangka
mengatasi banjir di Surabaya
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Nita Dwi Febrianti
b. Nomor Induk Mahasiswa : 105060100111070
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/ Teknik
d. Universitas : Universitas Brawijaya
e. No. HP dan E-mail : 085733725216 / [email protected]
4. Anggota Tim
a. Nama Lengkap : Choerur Robach
b. Nomor Induk Mahasiswa : 0710610026
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/Teknik
d. Universitas : Universitas Brawijaya
e. No. HP dan E-mail : 085646787101 / [email protected]
5. Anggota Tim
a. Nama Lengkap : Dara Zam Chairyah
b. Nomor Induk Mahasiswa : 105060100111064
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil/Teknik
d. Universitas : Universitas Brawijaya
e. No. HP dan E-mail : 087859465481/ [email protected]
6. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Yatnanta Padma Devia, ST., MT.
b. NIP : 19740813 199903 2 002
c. No telp/HP dan email : 081 233 02366 / [email protected]
Malang, 11 Maret 2011
Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Ketua Tim,
Yatnanta P. Devia, ST., MT. Nita Dwi Febrianti
NIP. 19740813 199903 2 002 NIM. 105060100111070
Mengetahui,
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya
Ir. H.R.B. Ainurrasjid, MS
NIP. 19550618 198103 1 002
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan naskah ini, sebagai bentuk
partisipasi dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Himpunan
Mahasiswa Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. yang
merupakan rangkaian dari Civil Expo 2011.
Pembangunan kota dengan mengandalkan konsep yang berkelanjutan
sudah banyak diterapkan di banyak kota di Indonesia. Surabaya, sebagai salah
satu kota terbesar di Indonesia tentunya memiliki kebijakan serupa. Namun tidak
dipungkiri, banyak sekali tantangan maupun kendala yang dihadapi oleh
pemerintah kota dalam menjalankan program ini. Kendala itu di antaranya
seringnya terjadi banjir di wilayah Surabaya yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan dan fasilitas umum. Untuk itu, diperlukan suatu langkah cerdas untuk
mengatasi banjir yang sering melanda. Salah satu langkah yang dapat dilakukan
yaitu dengan melibatkan masyarakat untuk gerakan pengelolaan air hujan menjadi
air bersih dengan metode sederhana yang sudah umum dipakai.
Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ibu Yatnanta Padma Devia, ST., MT., selaku dosen pembimbing,
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa,
3. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Brawijaya yang memberikan banyak
masukan dan dukungan,
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis berharap masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan karya tulis serupa di masa mendatang.
Besar harapan penulis agar hasil dari karya tulis ini dapat dimanfaatkan
untuk keperluan perencanaan dan penerapan konsep pengembangan dan
pembangunan kota yang berkelanjutan, terutama dalam kaitannya dengan
pengelolaan air hujan.
Malang, 11 Maret 2011
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1. 3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1. 4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Hujan ....................................................................................................... 4
2. 2 Hujan Asam ............................................................................................ 5
2. 3 Siklus Hidrologi ...................................................................................... 5
2. 4 Limpasan Air Hujan .............................................................................. 6
2. 5 Banjir ....................................................................................................... 6
2. 6 Rain Harvesting ...................................................................................... 7
2. 7 Teknologi Penyaringan Air Sederhana ................................................ 7
2. 8 Ruang Terbuka Hijau ............................................................................ 8
2. 9 Pemberdayaan Masyarakat .................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN
3. 1 Teknologi Sederhana pada Pemanfaatan Limpasan Air Hujan ........ 9
3. 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Teknologi
Sederhana pada Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya ..... 16
BAB III PENUTUP
4. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
4. 2 Saran ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 24
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Saringan kain katun .......................................................................... 11
Gambar 3.2 Saringan pasir lambat (SPL) ............................................................ 11
Gambar 3.3 Saringan pasir cepat (SPC) ............................................................... 12
Gambar 3.4 Gravity-Fed Filtering System ........................................................... 13
Gambar 3.5 Saringan Arang ................................................................................. 13
Gambar 3.6 Saringan air sederhana/tradisional ................................................... 14
Gambar 3.7 Cadas/Jempeng/Lumpang Batu ........................................................ 14
Gambar 3.8 Biopori .............................................................................................. 15
vi
ABSTRAK
Banjir yang melanda kota Surabaya sudah menjadi masalah serius yang
membutuhkan penanganan dan penanggulangan yang mengacu pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Kurangnya kepedulian terhadap besarnya
limpasan permukaan akibat tingginya curah hujan memang menjadi penyebab
utama banjir. Untuk itu, diperlukan suatu langkah cerdas yang tidak hanya
mampu mengatasi permasalahan tersebut, melainkan juga memberikan
sumbangsih untuk pembangunan di Surabaya. Salah satu langkah nyata dalam
hal ini adalah dengan mengupayakan partisipasi masyarakat untuk pengelolaan
air hujan di Surabaya menjadi air bersih. Pengelolaan yang bersifat swadaya ini
mengandalkan teknologi pengolahan air secara sederhana, seperti filtrasi
dengan bermacam-macam metode dan pembuatan biopori intuk meningkatkan
daerah resapan air. Pengolahan air dibuat secara terpadu dengan secara kecil di
rumah tangga maupun secara berkelompok dengan mengandalkan
komunitas/kelompok masyarakat yang telah terbentuk seperti RT, RW, PKK
dan sebagainya. Untuk menjamin keberhasilan program, dilakukan beberapa
tahapan seperti persiapan, perencanaan, persiapan social, penyadaran
masyarakat, Analisis Kebutuhan, Pelatihan Keterampilan Dasar, Pendanaan,
Tahap Pelaksanaan serta dilakukan evaluasi terhadap kelangsungan program.
Bila memungkinkan, dilakukan pengembangan terhadap, seperti peningkatan
skala dan perluasan program ke kelompok masyarakat yang lain.
Kata kunci: Surabaya, pengeloaan air hujan, pencegahan banjir, teknologi
sederhana, pemberdayaan masyarakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Surabaya adalah ibukota propinsi Jawa Timur yang merupakan kota
terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dengan luas wilayah 37.436 km²
(Anonim, 2011). Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan
pendidikan di kawasan Indonesia timur. Kota Surabaya merupakan kota yang
padat penduduknya dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta
jiwa. Setiap tahunnya jumlah penduduk yang ada semakin bertambah dari
sebelumnya. Hal ini mengakibatkan banyak timbul masalah baik di bidang
ekonomi, sosial, kesehatan maupun lingkungan surabaya. Satu hal yang cukup
serius dihadapi saat ini adalah masalah lingkungan. Kualitas lingkungan di
Surabaya semakin menurun dari tahun ke tahun. Salah satu contoh nyata adalah
banjir yang sering melanda kota Surabaya. Banjir ini terjadi disebabkan oleh
banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya yaitu pembuangan sampah yang tidak
pada tempatnya, penebangan hutan secara liar tanpa reboisasi, pendangkalan
sungai, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat, pembuatan tanggul
yang kurang baik, serta air laut, sungai dan danau yang meluap. Padahal,
sebenarnya telah kita ketahui bersama bahwa air hujan yang turun dapat langsung
meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi yaitu penyerapan air oleh tanah
sehingga potensi terjadinya banjir semakin kecil. Akan tetapi, berbeda halnya
apabila lahan terbuka yang mampu menyerap air hujan ini semakin sempit seperti
yang terjadi pada kota Surabaya, meningkatnya aktivitas pembangunan seperti
betonisasi, pembangunan jaringan jalan, mengakibatkan berkurangnya lahan
terbuka untuk peresapan sehingga kemampuan tanah untuk menyerap air juga
semakin berkurang. Akibatnya, air hujan yang turun dapat menjadi limpasan
permukaan. Kondisi ini akan membuat limpasan permukaan semakin besar
sehingga menyebabkan banjir.
Apabila seperti keadaan ini dibiarkan secara terus menerus, maka akan
semakin memperparah keadaan kota Surabaya yang pada nantinya akan
berpengaruh pada faktor-faktor lainnya seperti rusaknya area permukiman
2
penduduk, sulitnya mendapatkan air bersih, rusaknya sarana dan prasarana
penduduk, rusaknya area pertanian, serta menghambat transportasi. Oleh karena
itu diperlukan beberapa teknologi alternatif sederhana guna mengatasi munculnya
dampak-dampak negatif tersebut. Peran serta masyarakat tentunya tidak kalah
penting dalam mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya peran masyarakat,
penerapan teknologi alternatif sederhana akan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan sehingga upaya pengelolaan limpasan air hujan dalam rangka
mengatasi banjir di Surabaya akan maksimal.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penulis mengangkat judul
“Pemberdayaan Masyarakat melalui Teknologi Sederhana untuk Penanganan
Limpasan Air Hujan di Surabaya”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah teknologi sederhana dalam pemanfaatan limpasan air
hujan?
2. Bagaimanakah upaya pemberdayaan masyarakat melalui teknologi
sederhana dalam pemanfaatan limpasan air hujan?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang diangkat dalam karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui teknologi sederhana dalam pemanfaatan limpasan air
hujan
2. Mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat melalui teknologi
sederhana dalam pemanfaatan limpasan air hujan
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
3
1. Bagi mahasiswa, dapat menambah pengetahuan tentang upaya
pencegahan banjir dan pengembangan sistem filtrasi sederhana untuk
memanfaatkan air hujan
2. Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pengelolaan air hujan, yang secara langsung dapat mengurangi
konsumsi air PDAM dan secara tidak langsung dapat mencegah banjir
3. Bagi pemerintah, dapat membantu upaya pengurangan dampak air
hujan yang bila menjadi limpasan permukaan cenderung merusak
lingkungan dan menimbulkan banjir. Selain itu, pemanfaatan air hujan
juga dapat menjaga kelestarian air tanah yang selama ini menjadi
andalan dalam penyediaan air bersih
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hujan
Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses
kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil) membentuk
tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu
berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan uap air oleh angin
menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi
tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas dan senyawa lain yang ada di
udara. Karena itulah, air hujan mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa
yang terdapat dalam udara. Jadi, kualitas air hujan akan banyak dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus
hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul
menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Jumlah
air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan
sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang
lebih 0.25 mm. Satuan curah hujan menurut SI adalah milimeter, yang merupakan
penyingkatan dari liter per meter persegi. (Danang, 2008)
Air hujan diduga akan mengandung lebih banyak gas-gas daripada air
tanah, terutama kandungan CO2 dan O2. Air hujan biasanya tidak mengandung
garam-garam mineral, zat-zat racun, atau zat yang dapat mengandung kesehatan.
Karena itu hujan yang bersih dapat digunakan sebagai air minum apalagi untuk
keperluan mandi. Air hujan termasuk air lunak. Air atmosfir dalam keadaan murni
sangat bersih, tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan
sebagainya. Oleh karena itu untuk menjadikan air hujan sebagai air minum
hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan
mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat
agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga
hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat
lunak, sehingga boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2005).
5
2.2. Hujan Asam
Hujan Asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah
5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk
sebagai asam lemah. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang
merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi
dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini
berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan
asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang
asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal
ini saat ini sedang gencar dilaksanakan. (Anonim, 2011)
Hujan asam telah terjadi di Jakarta sejak tahun 1984 dengan frekuensi
kejadian nilai pH< 5,6 adalah 1983- 1999 sebanyak 60% dan 2001-2004 sebanyak
65%, Cisarua-Bogor 1989-2004 sebanyak 72% dan terjadi hujan asam sejak 1989.
Bandung terlihat terkena hujan asam mulai tahun 1994 dengan kejadian hujan
asam selama 1989-2004 sebanyak 74%. Surabaya sejak 1993 telah terkena hujan
asam dan terjadi hujan asam sebanyak 78% sampai 2003. Kecenderungan pH <
5,6 menurun sampai 2004 di P. Jawa berarti masih terjadi hujan asam. Terdapat
pengaruh laut untuk Jakarta dan Surabaya dari unsur Mg2+ dan Na+. Pengaruh
transportasi, industri dan laut dominan di Jakarta yang berakibat terhadap
terjadinya hujan asam. Pengaruh partikel-partikel aerosol pada musim JJA dan
SON akan memperburuk keasaman air hujan atau berpotensi menurunkan pH
(LAPAN, 2011).
2.3. Siklus Hidrologi
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumu ini relatif tetap dari masa ke
masa air mata di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang
berlangsung terus menerus, di mana kita tidak tahu kapan dan dari mana
berawalnya dan kapan pula akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut
dinamakan siklus hidrologi.
6
Air menguap dari permukaan samudra akibat energi panas matahari. Laju
dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat ekuator, dimana radiasi
matahari lebih kuat. Uap air adalah muni, karena pada waktu dibawa naik ke
atmosfir kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa udara
yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut mengalami
kondensasi dan membentuk butir-butir air yang akan jatuh kembali sebagai
presipitasi berupa hujan dan atau salju. Presipitasi ada yang jatuh di samudra , di
darat dan sebagian langsung menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan
bumi.
Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah
dengan beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi
sebagai es atau salju, atau genengan air, yang dikenal dengan simpanan depresi.
Sebagian air hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini
disebut aliran/ limpasan permukaan. Jika permukaan tanah porous, maka sebagian
air akan meresap ke dalam tanah melalui peristiwa infiltrasi. Sebagian lagi akan
kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman
(evapotranspirasi). Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari
aliran permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai. Konstribusi
air tanah pada aliran sungai disebut aliran dasar (baseflow). Air yang tersimpan di
waduk, danau, dan sungai disebut air permukaan.
Dalam kaitannya dengan pengendalian banjir, komponen hidrologi yang
terpenting adalah aliran/ limpasan permukaan. Oleh karena itu, komponen inilah
yang harus ditangani secara baik untuk menghindari berbagai bencana khususnya
bencana banjir. (Suripin, 2003)
2.4. Limpasan Air Hujan
Dalam siklus hidrologi, air hujan yang turun dari atmosfir jika tidak
ditangkap oleh vegetasi atau oleh permukaan-permukaan buatan seperti atap
bangunan atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi,
dan sebagian akan menguap, berinfiltrasi atau tersimpan dalam cekungan-
cekungan. Bila kehilangan cara-cara seperti itu telah terpenuhi, maka sisa air
hujan akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran
7
terdekat. Yang menjadi perhatian adalah Limpasan (runoff). Limpasan merupakan
gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan,
dan aliran bawah permukaan.
2.5. Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir
timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Pada umumnya banjir
disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat
curah hujan yang tinggi. Peristiwa ini terjadi sebagai akibat dari pembuangan
sampah yang tidak pada tempatnya, penebangan hutan secara liar tanpa reboisasi,
pendangkalan sungai, pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
pembuatan tanggul yang kurang baik, serta air laut, sungai dan danau yang
meluap. (Anonim, 2011)
2.6. Rain Harvesting
Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan sejak
lama khususnya di pedesaan yang mana sumber air lainnya yaitu air tanah tidak
mencukupi, atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan
selama musim kemarau panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan
air hujan yang mengucur dari atap rumah. Sedangkan untuk skala besar,
pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah tangkapan air. (Suripin, 2002).
Secara garis besar, ada tiga komponen dalam alat pemanenan air hujan ini.
Collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan storage berupa
tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap bangunan dan
terkumpul melalui talang (gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari
pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta jangan
mengalami pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air,
seperti chrome, besi atau metal. Atap sebaliknya juga tidak terganggu oleh
pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir
melalui conveyor. Sebagai proses pembersihan awal, perlu dipasang alat
penyaring ditengah conveyor sebelum air hujan mengalir ke tangki penyimpanan.
(Aryanti, 2004).
8
2.7. Teknologi Penyaringan Air Sederhana
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk
mendapatkan air bersih. Ada beberapa cara yang mudah diaplikasikan oleh
masyarakat yaitu dengan membuat saringan pasir lambat (SPL), saringan pasir
cepat (SPC), Saringan Kain Katun, Saringan Kapas, Gravity-Fed Filtering
System, Saringan Arang, Saringan air sederhana/tradisional, Saringan
Cadas/Jempeng/Lumpang Batu, Biopori (Anonim, 2011).
2.8. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lahan/kawasan yang ditetapkan sebagai
ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya tanaman/vegetasi yang berfungsi sebagai
pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota (Perda No.3, 2007).
2.9. Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat adalah seseorang, kelompok orang, termasuk masyarakat
hukum adat, atau badan hukum. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang,
yang dalam peraturan ini adalah dalam proses perencanaan tata ruang (Perda No.
3, 2007).
Pemberdayaan masyarakat disebut sebagai suatu proses yang membangun
manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat,
perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.
Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat
yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat,
dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat
dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha,
kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan,
kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu
diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat
peningkatan kesejahteraan masyarakat (Anonim, 2011).
9
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 Teknologi Sederhana pada Pemanfaatan Limpasan Air Hujan
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari
laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu
turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak
sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. (Anonim, 2011). Namun, saat ini
hujan merupakan suatu hal yang sangat merugikan masyarakat, khususnya di kota
Surabaya karena dapat menyebabkan banjir. Banjir dapat terjadi karena curah
hujan yang sangat tinggi dan air hujan yang tidak diserap oleh tanah langsung,
melainkan menjadi limpasan-limpasan yang menyebabkan banjir. Curah hujan
yang cukup tinggi di kota Surabaya menyebabkan potensi banjir semakin besar.
Hal ini terjadi karena terbatasnya ruang terbuka hijau yang dapat menyerap air
hujan yang jatuh. Yang ada hanya bangunan tinggi dan jalan aspal maupun beton-
beton yang mana dapat menyebabkan terjadinya limpasan air hujan dan dapat
menyebabkan banjir. Karena kondisi tersebut, menimbulkan banyak anggapan
bahwa air hujan adalah sesuatu yang merugikan dan mengganggu masyarakat
Surabaya. Padahal air hujan itu dapat diolah menjadi air bersih yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Salah satu cara mengolah air hujan
adalah dengan cara pemanenan air hujan (rain harvesting) terlebih dahulu.
Pemanenan air hujan adalah mengumpulkan dan menyimpan air hujan. Ini telah
digunakan untuk menyediakan air minum, air untuk ternak, air untuk irigasi atau
untuk mengisi akifer dalam proses yang disebut resapan air tanah. Air hujan
dikumpulkan dari atap rumah, tenda dan institusi lokal, dapat memberikan
kontribusi penting dengan ketersediaan air minum. Air hujan yang berkualitas
baik dapat dikumpulkan dari air hujan yang berasal dari atas atap rumah. Tentu
saja atap rumah yang bersih dan terbuat dari bahan yang tahan erosi, misalnya
genteng yang dilapisi aluminium atau semen, atau sirap. Demikian juga, bak
penampung juga harus bersih. Sebaliknya, air yang berasal dari hujan pada awal
musim hujan dibuang, tidak dimasukkan dalam bak penampung. Hal ini
dikarenakan pada awal musim hujan, atap masih kotor. Untuk pemanenan air
10
hujan yang lebih besar dapat dilakukan dengan menampung aliran permukaan dari
suatu kawasan dalam suatu bak penampung. Besarnya air hujan yang dapat
dipanen tergantung pada topografi dan kemampuan tanah atas pada lahan untuk
menahan air (Suripin, 2002). Dari proses rain harvesting proses selanjutnya
adalah penyaringan air hujan dengan menggunakan beberapa teknologi sederhana.
Karena Surabaya merupakan kota metropolitan yang kaya akan polutan, maka air
hujan di Surabaya banyak mengandung zat asam yang bisa mempercepat korosi
suatu besi. Keasaman air hujan tersebut harus dinetralisasi dengan cara
memberikan bongkahan kapur yang bersifat basa. Sehingga air hujan tersebut
menjadi netral dan aman untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakat Kota Surabaya. Jadi, air hujan yang mengalir dari atap rumah
langsung dialirkan ke bak penampung melalui saluran yang sudah diberi
bongkahan kapur sebagai penetral air hujan yang memiliki kandungan zat asam.
Setelah itu dialirkan ke teknologi penyaringan limpasan air hujan sederhana yang
kemudian air hujan tersebut sudah menjadi air bersih dan dapat digunakan untuk
mencuci baju, mencuci mobil, memasak, mandi dan lain sebagainya.
Adapun teknologi tersebut adalah Saringan Kain Katun, Saringan pasir
lambat (SPL), Saringan pasir cepat (SPC), Gravity-Fed Filtering System, Saringan
Arang, Saringan air sederhana/tradisional, Saringan Cadas/Jempeng/Lumpang
Batu dan Biopori.
3. 1.1 Saringan kain katun
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun merupakan
teknik penyaringan yang paling sederhana dan mudah. Air keruh disaring dengan
menggunakan kain katun yang bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari
kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan. Kelebihan metode
ini yaitu alat yang digunakan relatif mudah didapatkan dan cukup murah dan hasil
yang cukup memadai untuk skala kecil. Namun metode ini kurang efektif untuk
skala besar. Selain itu, penyaringan dengan kain katun tidak mampu memisahkan
bakteri maupun bahan kimia yang terlarut dalam air, sehingga air hasil
penyaringan tidak dapat langsung digunakan, melainkan harus digabung dengan
11
metode lain atau ditambahkan disinfektan ataupun tawas untuk menghilangkan
polutan.
Air Keruh
Kain Katun
Air Bersih
Gambar 3.1 Saringan kain katun
3. 1.2 Saringan pasir lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan
menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air
bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih
dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Kelebihan metode ini yaitu hasil
yang cukup baik karena melewati beberapa tahapan penyaringan. Saringan ini
juga cukup efektif untuk menghilangkan beberapa polutan. Kekurangannya yaitu
penyaringan dengan metode ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan metode lain.
Gambar 3.2 Saringan pasir lambat (SPL)
12
3. 1.3 Saringan pasir cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni
dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air
baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
pasir. Kelebihan metode ini yaitu waktu penyaringan yang lebih cepat, namun
kurang efektif untuk air dengan kekeruhan dan polutan yang tinggi.
Gambar 3.3 Saringan pasir cepat (SPC)
3. 1.4 Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari Saringan Pasir
Cepat (SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air bersih dihasilkan melalui dua
tahap. Pertama-tama air disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air
hasil penyaringan tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan
Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut diharapkan kualitas
air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih baik. Untuk mengantisipasi debit
air hasil penyaringan yang keluar dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan
beberap/multi Saringan Pasir Lambat.
13
Gambar 3.4 Gravity-Fed Filtering System
3. 1.5 Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang dengan
tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang yang digunakan dapat
berupa arang kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat
digunakan arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang
yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.5 Saringan Arang
14
3. 1.6 Saringan air sederhana/tradisional
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan
pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini selain
menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang juga ditambah satu buah lapisan injuk
/ ijuk yang berasal dari sabut kelapa. Penyaringan dengan metode ini hamper sama
dengan saringan arang, namun dengan peralatan dan metode yang lebih
sederhana, dan hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda.
Gambar 3.6 Saringan air sederhana/tradisional
3. 1.7 Saringan Cadas/Jempeng/Lumpang Batu
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan keramik. Air
disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu cadas. Saringan ini umum
digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan
untuk menyaring air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi
sawah. Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari jempeng
relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi SPC.
Gambar 3.7 Cadas/Jempeng/Lumpang Batu
15
3. 1.8 Biopori
Biopori merupakan lubang-lubang metode resapan air yang ditujukan
untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.
Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut
Pertanian Bogor. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan
membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk
menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini
kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan
pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama
biopori. (Anonim, 2011). Secara alami, biopori adalah lubang-lubang kecil pada
tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau
pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi
jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan
air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut. Tujuan Lubang
Resapan Biopori / LRB Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah
sehingga menambah air tanah, Membuat kompos alami dari sampah organik
daripada dibakar, Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit,
Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut,Mengurangi resiko banjir di
musim hujan, Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, Mencegah
terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Gambar 3.8 Biopori
16
3. 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengaplikasikan Teknologi
Sederhana pada Penanganan Limpasan Air Hujan di Surabaya
Setelah teknologi yang baik dan sederhana untuk pengolahan air hujan
menjadi air bersih sudah dibuat, hal yang tidak kalah penting dalam upaya
mengatasi limpasan air hujan yang menyebabkan banjir di Surabaya yaitu
pemberdayaan masyarakat untuk mengaplikasikan teknologi sederhana. Yang
dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini yaitu mengembangkan
kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat dan mengorganisir diri
masyarakat. Dalam pengembangan kemampuan masyarakat, masyarakat dibekali
pengetahuan-pengetahuan mengenai proses teknologi sederhana skala rumah
tangga sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat yang awalnya sangat
bergantung pada PDAM untuk penyediaan air bersish, agar menjadi lebih mandiri.
Selain itu juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengelolaan air hujan untuk pencegahan banjir dan mengurangi kerusakan
lingkungan di Kota Surabaya. Dalam pemberdayaan masyarakat terhadap
pengelolaan limpasan air hujan dapat ditempuh dalam beberapa tahap. Yaitu :
3. 2.1 Persiapan
Adapun persiapan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limpasan
air hujan terdapat tiga kegiatan yang harus dilaksanakan, yaitu sosialisasi rencana
kegiatan dengan masyarakat dan kelembagaan lokal yang ada,
pemilihan/pengangkatan motivator (key person) masyarakat sekitar, dan
melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang lebih memahami pengolahan
limpasan air hujan.
3. 2.2 Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan upaya penanganan limpasan air hujan
berbasis masyarakat ini terdapat beberapa perencanaan yang dinilai akan efektif,
yaitu proses perencanaannya berasal dari dalam dan bukan dimulai dari luar,
merupakan perencanaan partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakat lokal,
berorientasi pada tindakan (aksi) berdasarkan tingkat kesiapannya, memiliki
tujuan dan luaran yang jelas, memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi
17
pengambalian keputusan, bersifat terpadu, dan meliputi proses-proses untuk
pemantauan dan evaluasi.
3. 2.3 Persiapan Sosial
Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh,
maka masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat mengutarakan
aspirasi serta pengetahuan tradisional dan kearifannya dalam menangani isu-isu
lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi, mengetahui keuntungan
dan kerugian yang akan didapat dari setiap pilihan yang diusulkan yang dianggap
dapat berfungsi sebagai jalan keluar untuk menanggulangi persoalan banjir yang
dihadapi selama ini, dan berperanserta dalam perencanaan dan pelaksanaan
rencana tersebut.
3. 2.4 Penyadaran Masyarakat (Edukasi)
Dalam tahap ini, masyarakat diberikan suatu penyadaran tentang beberapa
teknologi sederhana pengelolaan air hujan. Hal ini bertujuan untuk memperluas
pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan air hujan. Air hujan yang selama ini
menyebabkan banjir akibat limpasannya, ternyata dapat dimanfaatkan secara
maksimal sehingga dampak-dampak negatif air hujan seperti banjir dapat
dikurangi. Tahap edukasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni secara langsung
dan tidak langsung. Yang dimaksud secara langsung adalah pemberian pengertian
tentang pengelolaan air hujan secara langsung tanpa menggunakan bantuan media,
baik media cetak, audio maupun audio visual. Contoh dari tahap ini adalah dengan
cara memberikan penyuluhan secara langsung pada masyarakat, khususnya
masyarakat Surabaya. Yang mana penyuluhan tersebut, dilakukan oleh pihak-
pihak yang mengerti akan masalah tersebut. Dapat dilakukan oleh para akademisi
lingkungan, mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun instansi
yang terkait. Agar penyuluhan tentang limpasan air hujan dapat langsung
mengenai sasaran dan lebih efektif, seharusnya tahap ini dilakukan diberbagai
lapisan masyarakat. Mulai dari remaja, bapak-bapak, maupun ibu rumah tangga.
Pelaksanaan penyuluhan untuk bapak-bapak dan ibu rumah tangga dapat
dilakukan ketika ada acara PKK, arisan maupun pengajian atau sejenisnya di
lingkungan tiap RT. Penyuluhan dilakukan di tiap RT karena ruang lingkup yang
18
tidak terlalu besar, sehingga pelaksanaannyapun semakin efektif. Selain dilakukan
pada bapak dan ibu rumah tangga, penyuluhan juga dilakukan di kalangan remaja.
Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah-sekolah, bimbingan belajar maupun
karang taruna. Selanjutnya adalah tahap edukasi secara tidak langsung yang mana
pada tahap ini dibutuhkan berbagai media mulai dari media cetak, audio, maupun
audiovisual. Contoh dari media cetak adalah pembuatan brosur, pamflet, ataupun
buklet. Brosur, pamflet, atau buklet merupakan terbitan tidak berkala yang dapat
terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain,
dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain
dengan stapler, benang, atau kawat). Selain media cetak, media visual yang dapat
dimanfaatkan adalah radio. Informasi tentang limpasan air hujan dan
penanganannya dapat disiarkan melalui radio setempat. Hal tersebut juga bisa
diaplikasikan dalam media audio visual yakni bisa melalui stasiun televisi lokal di
Surabaya. Dalam media ini, masyarakat akan lebih mudah memahami, karena
adanya video yang dapat ditirukan langsung dan mudah untuk dipahami oleh
masyarakat.
3. 2.5 Analisis Kebutuhan
Dalam hal ini, yang dimaksud dari analisis kebutuhan adalah melakukan
analisis dari kebutuhan teknologi sederhana yang dibutuhkan tiap rumah tangga.
Karena setiap rumah memilki ukuran, model, dan luas rumah serta jenis tanah
yang berbeda, maka teknologi sederhana yang digunakan juga berbeda.
3. 2.6 Pelatihan Keterampilan Dasar
Adapun pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas
upaya pengaplikasian teknologi sederhana di Surabaya, yaitu pelatihan mengenai
perencanaan teknologi sederhana yang akan dipakai, keterampilan tentang dasar-
dasar manajemen organisasi, peranserta masyarakat dalam pemantauan dan
pengawasan, pelatihan dasar tentang pengamatan sumberdaya, pelatihan
pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi, dan orientasi mengenai
pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan upaya
pengelolaan limpasan air hujan.
19
3. 2.7 Pendanaan
Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam proses implementasi upaya
penanganan limpasan air hujan untuk mencegah banjir di Surabaya. Oleh karena
itu, peran pemerintah selaku penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan
alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan dan implementasi upaya
penanggulangan. Namun demikian, modal terpenting dalam upaya ini adanya
kesadaran masyarakat untuk melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana
swadaya masyarakat setempat.
Ketujuh proses implementasi upaya penanganan limpasan air hujan dalam
mengatasi masalah banjir di Surabaya di atas tidak bersifat absolut, tetapi dapat
disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat setempat,
terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal yang
memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan
ekonomi masyarakat sekitarnya.
3. 2.8 Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, masyarakat melaksanakan langsung metode-metode
pengelolaan air hujan yang telah disarankan. Tahap ini merupakan tahap paling
penting. Karena disinilah tujuan yang sebenarnya, yaitu pengaplikasian langsung
pada masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan dengan metode pelaksanaan secara
komunal. Metode pelaksanaan secara komunal yang dimaksud yaitu
pengaplikasian teknologi sederhana dilakukan tiap-tiap kelompok masyarakat
seperti setiap RT atau RW untuk masyarakat rumah tangga, tiap-tiap sekolah atau
fakultas/universitas untuk pelajar atau mahasiswa. Agar pelaksanaan dapat
berjalan secara maksimal maka dilakukan evaluasi pada masyarakat.
3. 2.9 Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, keseluruhan rangkaian program yang melibatkan
masyarakat dicatat hasilnya untuk kemudian dilakukan evaluasi. Evaluasi ini akan
lebih efektif jika pada tahap pelaksanaan di tiap kelompok masyarakat dikoordinir
secara terpadu, sehingga pada tahap evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan
dan kendala-kendala yang dihadapi. Selain itu, yang tidak kalah penting dalam
20
mendukung keberhasilan program adalah adanya pemberian reward and
punishment (penghargaan dan hukuman). Penghargaan diberikan kepada
masyarakat/kelompok masyarakat yang mampu melaksanakan program sesuai
dengan kententuan yang telah diberikan. Sementara hukuman atau sanksi
diberikan apabila masyarakat mengabaikan atau tidak melaksanakan program
yang telah diberikan.
Kesembilan proses implementasi upaya penanganan limpasan air hujan
dalam mengatasi masalah banjir di Surabaya di atas tidak bersifat absolut, tetapi
dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat
setempat, terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal
yang memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan
ekonomi masyarakat sekitarnya.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan karya tulis ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan banjir di Surabaya adalah dengan mengolah
limpasan air hujan dengan menggunakan teknologi sederhana. Dalam karya tulis
ini lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat Surabaya dalam
mengaplikasikan teknologi sederhana tersebut. Hal ini dikarenakan
pengaplikasian teknologi pada masyarakat lebih penting. Kita asumsikan jika di
tiap RT masyarakat mengaplikasikan teknologi tersebut, maka Kota Surabaya
akan terbebas dari banjir. Karena secara tidak langsung, masyarakat dapat
mengurangi volume air hujan yang jatuh sebagai limpasan.
4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dari karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk Mahasiswa, LSM lingkungan, akademisi lingkungan maupun instansi
terkait agar lebih mempelajari tentang teknologi sederhana untuk penanganan
limpasan air hujan, sehingga dapat diaplikasikan langsung oleh masyarakat.
Selain itu agar memberikan inovasi baru dalam teknologi sederhana tersebut
untuk masyarakat Surabaya.
b. Untuk Masyarakat agar bersedia untuk mengaplikasikan teknologi sederhana
tersebut dalam penanganan limpasan air hujan, sehingga kota Surabaya
menjadi kota yang bebas dengan ancaman banjir yang hampir terjadi tiap
tahun.
c. Untuk Pemerintah agar mengkaji ulang dan memberikan kontribusi kepada
masyarakat dalam penanganan limpasan air hujan dalam upaya mengatasi
banjir di Surabaya. Kontribusi yang diberikan, dapat berupa bantuan dana
operasional pembuatan teknologi sederhana tersebut maupun menyediakan
tenaga-tenaga untuk mensosialisasikan teknologi tersebut. Selain itu, agar
pemerintah membuat suatu Peraturan Daerah terkait dengan limpasan air
22
hujan, yang mana peraturan tersebut dapat berupa penghargaan maupun
hukuman pada masyarakat dalam upaya penanganan limpasan air hujan di
Surabaya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, 2004. ”Penurunan Kekeruhan dan Bacteri Escherichia coli Pada Air
Hujan Tersimpan Dengan Menggunakan Saringan Pasir”, Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, UII, Jogjakarta.
Aimyaya. 2009. Kumpulan Teknik Penyaringan Air Sederhana.
http://aimyaya.com/files/Abst. Tanggal Akses 09 Maret 2011 Pukul 12.56 WIB.
Anonim, 2011. Kota Surabaya. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Kota Surabaya.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pukul 11.35 WIB.
Anonim, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. http://id.wikipedia.org/ wiki/
Pemberdayaan masyarakat. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pukul
10.35 WIB.
Anonim, 2011. Siklus Hidrologi. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Siklus Hidrologi.
Diakses pada tanggal 09 Maret 2011 pukul 13.11 WIB.
Anonim, 2011. Hujan asam. http://id.wikipedia.org/ wiki/ Hujan Asam. Diakses
pada tanggal 09 Maret 2011 pukul 17.38 WIB.
Budiwati, Tuti, Sri Kaloka Prabotosari, Tuti Mulyani, M. Pariyatmo1, Mulyono.
2011. “Karakteristik Kimia Air Hujan di Pulau Jawa”. Jurnal Metereologi
dan Geofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Dikutip dari http://www.lapan.go.id diakses pada tanggal 08 Maret 2011
pukul 15.48 WIB.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surabaya
Setiawan, Danang , 2008. Studi Kualitas Dan Pengolahan Air Pada
Penampungan Air hujan (PAH) Di Desa Hargosari, Kecamatan
Tanjungsari, Gunung KidulMenggunakan Filter Karbon Aktif Dan UV ,
Tugas Akhir, Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta
Suripin, 2002. ” Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air”, Andi, Jogjakarta.
Suripin, 2003. ” Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”, Andi,
Jogjakarta
Waluyo L, 2005. ”Mikrobiologi Lingkungan”, UMM Press, Malang
24
LAMPIRAN
Biodata Peserta:
1. Nama : Nita Dwi Febrianti
Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 3 Februari 1991
No. HP : 085 733 725 216
e-mail : [email protected]
NIM : 105060100111070
Jurusan/Prodi : Teknik Sipil
Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya
Riwayat pendidikan : - TK Dharma Wanita Kebonagung
- SDN Kebonagung
- SMPN 1 Puri Mojokerto
- SMAN 1 Sooko Mojokerto
-Teknik Sipil Universitas Brawijaya
Riwayat organisasi : - Forum Angkatan Mhs. Sipil 2011
- Himpunan Mahasiswa Sipil 2011
Riwayat pelatihan : Sekolah Kebangsaan UB 2010
Penghargaan : -
2. Nama : Choerur Robach
Tempat, tanggal lahir : Tuban, 22 Mret 1989
No. HP : 085 646 787 101
e-mail : [email protected]
NIM : 0710610026
Jurusan/Prodi : Teknik Sipil
Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya
25
Riwayat pendidikan : -RA Al-Hidayah
-MI R.Tholibin Maibit Rengel Tuban
-MTs Syi’ar Islam Maibit Rengel Tuban
-MAN 1 Bojonegoro
-Teknik Sipil Universitas Brawijaya
Riwayat organisasi : -Forum Angkatan Mhs. Sipil 2009
-Himpunan Mahasiswa Sipil 2010
Riwayat pelatihan : -Seminar Enterpreneurship Al-Hikam 2011
-Workshop Tender & e-procurement 2011
-Training of Pengkaderan FORSIS 2010
Penghargaan : Indocement Awards 2010
3. Nama : Dara Zam Chairyah
Tempat, tanggal lahir : Tuban, 11 Juni 1992
No. HP : 087 859 465 481
e-mail : [email protected]
NIM : 105060100111064
Jurusan/Prodi : Teknik Sipil
Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya
Riwayat pendidikan : - TK ABA 11 TUBAN
- SDN PAGENTAN 05
- SMPN 1 SINGOSARI
- SMAN 1 MALANG
- Teknik Sipil Universitas Brawijaya
Malang
Riwayat organisasi : Himpunan Mahasiswa Sipil 2011
26
Riwayat pelatihan : Agric Training Center 2009
Penghargaan : -
Biodata Dosen Pembimbing:
Nama lengkap dan gelar : Yatnanta Padma Devia, ST. MT.
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 13 Agustus 1974
Alamat : Griya Kencana Asri D/2 Surabaya
No. HP : 081 233 02366
e-mail : Griya Kencana Asri D/2 Surabaya
NIP : 19740813 199903 2 002
Jabatan : Lektor
Fakultas/Perguruan Tinggi : Teknik/Universitas Brawijaya
Spesifikasi bid. yang dikuasai : Teknik Lingkungan
Karya tulis yang pernah dibimbing : -