pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh …/pemberda... · kepala seksi industri kimia agro...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN
KOPERASI KABUPATEN PURWOREJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
SALIKAH
D0107017
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : SalikahNIM : D 0107017
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul :PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH OLEH DINASPERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATENPURWOREJO adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya,dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yangsaya peroleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juli 2012Yang membuat pernyataan,
Salikah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka bekerja keraslah (dalam
urusan yang lain)”
(Q.S. Al Insyiroh : 6 & 7)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.”
(Aristoteles)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”
(Confusius)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah, kepada Allah SWT ku ucapkan, hingga skripsi ini dapat
selesai dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :
Orang tua tersayang, Ibu dan Alm. Bapak yang selalu penuh dengan
kesabaran dan kasih sayang mendidik dan membimbingku.
Kakak-kakakku, terima kasih atas dorongan semangat, doa dan semua
bantuannya.
Teman-teman, sahabat, dan semua yang selalu mendukung dan membantu
hingga terselesaikannya skripsi ini.
Teman-teman Administrasi Negara 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMBERDAYAAN INDUSTRI
KECIL DAN MENENGAH OLEH DINAS PERINDUSTRIAN
PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN PURWOREJO”.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Progran Studi Administrasi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Drs. Ali, M.Si selaku pembimbing skripsi, atas bimbingan, arahan,
motivasi, serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ibu Dra. Suhartini, MM selaku kepala Dinas perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Purworejo, Bapak Ir. Subagiyo, Msi, selaku Kepala
Bidang Industri Disperindagkop Kab. Purworejo, Bapak A.N Firdaus selaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Kepala Seksi Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop Kab.
Purworejo, Bapak Fakhrudin Hidayat serta seluruh Bapak dan Ibu pegawai di
Disperindagkop Kab. Purworejo yang telah memberikan kemudahan di dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo yang telah
bersedia menjadi informan dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Seluruh keluarga besar, sahabat, teman-teman AN 2007 serta semua pihak
yang telah membantu dan memotivasiku dalam segala hal terutama proses
penyusunan skripsi.
Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan
penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat
dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat
memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Mei 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
ABSTRAK .....................................................................................................
ABSTRACT ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR..................
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
1. Pembangunan Ekonomi Nasional................................................
2. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah..............................
B. Kerangka Pemikiran.........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
A. Jenis Penelitian.................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................
C. Sumber Data.....................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................
E. Validitas Data...................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
xiv
1
1
8
8
9
10
10
10
13
29
32
32
32
33
35
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Teknik Analisis Data........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................
A. Deskripsi Lokasi...............................................................................
1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo………………………………………………………
2. Gambaran Umum Industri kecil dan Menengah Kabupaten
Purworejo....................................................................................
B. Pembahasan.....................................................................................
1. Penentuan Sasaran dan Analisis Kebutuhan................................
2. Penyiapan Program dan Sosialisai Kegiatan...............................
3. Pelaksanaan Program Pemberdayaan..........................................
a. Pelatihan.................................................................................
b. Bantuan Peralatan...................................................................
c. Pameran Produk......................................................................
BAB V PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran…….......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
37
39
39
39
51
53
55
57
59
60
74
79
84
84
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan di Kabupaten
Purworejo .................... …………………………....................... 3
Tabel 1.2. 5 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan Prioritas di
Kabupaten Purworejo………………………………………….. 7
Tabel 4.1. Daftar Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Purworejo… 51 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema dari kerangka berpikir………………………………... 31
Gambar 3.1. Model Analisis Data Interaktif……………………………….. 38
Gambar 4.1. Stuktur Organisasi Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Purworejo………………………………………… 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
SALIKAH. D0107017. Pemberdayaan Industri Kecil Dan Menengah OlehDinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Purworejo.Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012
Industri kecil dan menengah merupakan sektor usaha yang banyak berdiridi daerah pedesaan dan memiliki beberapa permasalahan yang menghambatperkembangannya. Seperti halnya di Kabupaten Purworejo, terdapat industri kecildan menengah yang memiliki permasalahan diantaranya kelemahan dalampermodalan, produksi, dan pemasaran, serta kurangnya keterampilan yangdimiliki pelaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaanpemberdayaan terhadap industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo olehDinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu informan, peristiwa atau aktivitas yangdiamati, serta dokumen dan arsip. Dalam pemilihan informan digunakan teknikpurposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik trianggulasi data untukmembandingkan informasi yang diperoleh dari narasumber yang berbeda. Analisisdata menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajiandata, dan penarikan simpulan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan pemberdayaanindustri kecil dan menengah oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiKabupaten Purworejo dimulai dengan melakukan survey dan analisis kebutuhanindustri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo. Hasil survey dan analisiskebutuhan tersebut menjadi dasar perumusan program pemberdayaan yang akandilakukan. Tahap selanjutnya adalah penyiapan program, sosialisasi danpelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan pelatihan keterampilan,pemberian bantuan peralatan, serta pameran produk untuk meningkatkan promosi.Dari pelaksanaan pemberdayaan ini, beberapa IKM dapat memiliki keterampilanlebih dan peralatan yang lebih modern serta menjalin kerjasama dengan beberapapihak terkait.
Kata kunci : pemberdayaan, industri kecil dan menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
SALIKAH. D0107017. The Empowerment of Small and Medium Industry bythe Office of Industry Trade and Cooperation of Purworejo Regency. Thesis.Department of Administration Sciences. Faculty of Social and PoliticalSciences. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012
Small and medium industry as a interprises sector, especially in rural areasare most likely encountered several problems that hinder its development. InPurworejo, the small and medium industry’s problem included lack of fund,production, marketing as well as skill of development. This study aims todetermine the empowerment of small and medium industry at Purworejo regency,performed by the Office of Industry Trade and Cooperation of PurworejoRegency.
This study is a descriptive qualitative study. The data resources wereinformants, events or activities observed, and documents and archives. To selectthe informants, the technique of purposive sampling was applied. Data werecollected through interviews, observation, and documentation. Data validationwas done by using the technique of data triangulation, to compare informationwhich had been collected from different informants. The data were then analyzedusing interactive analysis technique which consisted of data reduction, datapresentation, and drawing conclusion.
The results of the study show that the empowerment of small and mediumindustry performed by the Office of Industry Trade and Cooperation of PurworejoRegency is initiated by conducting a survey and analysing of the needs of smalland medium industries in Purworejo. The survey results and analysis of thoseneeds become the basic formulation to conduct the empowerment program. Thenext step is the preparation of programmes, socialization, and implementation.The implementation stage is conducted trough skills training, providing free aids,and holding products expo to improve the promotion. Through suchimplementation of empowerment, some small and medium industries performedmore skills and provided more modern equipments as well as building apartnerships with several stakeholders.
Keywords : empowerment, small and medium industry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi ekonomi yang ditandai dengan berlakunya perdagangan
bebas antar negara membawa Indonesia untuk ikut dalam perdagangan
internasional dan bersaing secara global dengan produk-produk industri dari
berbagai negara yang akan masuk ke pasaran internasioanl dan Indonesia.
Persaingan antar neagara dalam pasar internasional semakin ketat seiring
dengan semakin murahnya sistem produksi dan transportasi serta
perkembangan teknologi yang maju.
Untuk dapat bersaing dalam pasar internasional, diperlukan industri
dalam negeri yang mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan dunia internasional sehingga mampu menghasilkan produk-
produk yang berdaya saing tinggi di pasar dunia. Tantangan yang dihadapi
Indonesia dalam globalisasi perdagangan yaitu Indonesia harus mampu
mengembangkan industri nasional yang kompetitif, menghasilkan produk yang
mampu bersaing dengan produk luar, mempunyai kualitas sumber daya
manusia yang baik, kemampuan adaptasi dengan perkembangan, dan adanya
kebijakan pemerintah yang mampu membawa Indonesia bersaing dalam pasar
globalisasi.
Globalisasi perdagangan meningkatkan industrialisasi di dunia, dan
mendorong negara-negara berkembang termasuk Indonesia untuk
mengembangkan industri dalam negeri guna mendukung pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ekonomi nasional sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi.
Pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
perekonomian Indonesia, sehingga Indonesia mampu meningkatkan produksi
dalam negeri guna mencukupi kebutuhan masyarakat, dan mampu bersaing
dalam pasar internasional (ekspor-impor).
Salah satu sektor yang diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi
nasional adalah sektor industri. Sektor industri merupakan sektor yang utama
dan sangat potensial dalam perekonomian nasional karena sektor industri
berperan terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan
tenaga kerja, investasi, dan ekspor. Pengembangan industri di Indonesia sangat
potensial, karena Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah
dan dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan
industri dalam negeri yang termuat dalam peraturan Presiden Nomor 28 tahun
2007 tentang Kebijakan Industri Nasional. Dalam peraturan tersebut
pemerintah menetapkan Kebijakan Industri Nasional yang mencakup Bangun
Industri Nasional, Strategi Pembangunan Industri Nasional dan Fasilitas
Pemerintah sebagai pedoman dalam pengembangan industri nasional.
Kebijakan Industri Nasional menetapkan arah dan kebijakan industri yang
disepakati bersama agar jelas bentuk bangun industri yang tumbuh dan tercapai
tujuan pembangunan industri yang diinginkan.
Salah satu kelompok industri yang mempunyai peluang berkembang
adalah industri kecil menengah. Indonesia memiliki banyak industri yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tumbuh dan berkembang yang sebagian besar berupa industri kecil dan
menengah/industri rumahan. Industri kecil dan menengah dibangun masyarakat
dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar masyarakat sebagai bahan
baku. Dengan pembinaan dan pemasaran yang baik, industri kecil dan
menengah dapat menyokong perekonomian masyarakat, bahkan perekonomian
nasional. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri
kecil dan menengah tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
Kabupaten Purworejo memiliki potensi industri kecil dan menengah
yang cukup besar dan dari tahun ke tahun terdapat kecenderungan peningkatan
jumlah industri kecil menengah/industri rumahan di Kabupaten Purworejo.
Data yang berhasil diperoleh oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Purworejo, bahwa di Kabupaten
Purworejo terdapat sekitar 15.793 unit IKM dengan jumlah tenaga kerja 26.198
pada tahun 2008, 16.289 unit IKM dan tenaga kerja 26.244 pada tahun 2009,
dan 18.568 unit IKM dengan tenaga kerja 28.170 pada tahun 2010.
(Disperindagkop Kabupaten Purworejo). Berikut adalah data IKM unggulan
daerah Kabupaten Purworejo.
Tabel 1.1 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan diKabupaten Purworejo
No. Jenis Industri JumlahUnitUsaha
PenyerapanTenaga Kerja
Jumlahinvestasi(juta)
Pemasaran
1. Gula kelapa 5493 10996 5756 Nasional2. Gula aren 720 1440 360 Internasional3. Tempe 481 979 294,5 Lokal4. Minyak goreng 20 92 68 Lokal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
5. Empingmelinjo
177 230 79,15 Nasional
6. Pengolahanikan
20 85 15 Lokal
7. Tahu 126 291 77 Lokal8. Roti 25 60 62,5 Lokal9. Minyak atsiri
daun cengkeh5 40 60 Nasional
10. Makananringan dariketela(klanting,kripik ketela)
367 782 288,55 Lokal
11. Konveksi 10 20 15 Lokal12. Bordir (sulam) 27 40 12,15 Lokal13. Batik tulis 110 120 27,5 Lokal14. Industri
berbahanbambu(furniturerumah joglo,sangkarbururng, bilikbambu,anyamantampah, besek,dsb)
5052 5640 794,4 Nasional
15. Mebel kayu 252 507 363,575 Internasional16. Sapu ijuk 31 62 15,5 Lokal17. Tikar mendong 55 65 2,75 Lokal18. Kerajinan 12 36 6 Lokal19. Ukir kayu 12 24 6 Lokal20. Sumbu kompor 6 30 15,75 Lokal21. Bata merah 36 75 5,4 Lokal22. Genteng 49 130 175,5 Lokal
Jumlah 13086 21744 8500,225Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi KabupatenPurworejo (http://www.diperindagkop.purworejokab.go.id/)
Dari tabel diatas dapat diketahui jenis-jenis industri kecil dan menengah
yang ada di Kabupaten Purworejo beserta dengan potensinya dalam hal jumlah,
penyerapan tenaga kerja, nila investasi, maupun pemasarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Peningkatan jumlah industri kecil menengah/industri rumahan ini dapat
dilihat sebagai peluang untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat. Namun,
dalam perkembanganya, industri kecil dan menengah banyak mengalami
kendala diantaranya yaitu lemah dalam permodalan, lemahnya produksi,
lemahnya pemasaran, serta kurangnya keterampilan yang dimiliki pelaku
industri kecil dan menengah. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki industri
kecil dan menengah tersebut menjadikan industri kecil dan menengah sering
kalah bersaing dengan industri-industri besar lainya.
Dari hasil prasurvey, hasil pendataan oleh Disperindagkop Kabupaten
Purworejo menunjukkan bahwa pada saat ini kebutuhan gula kelapa di
Kabupaten Purworejo 90% sudah dapat penuhi oleh pengrajin gula kelapa di
Kabupaten Purworejo. Namun produksi gula kelapa di Kabupaten Purworejo
belum maksimal dikarenakan keterbatasan peralatan dan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh pengolah gula kelapa. Kebutuhan gula kelapa
secara nasional yang masih sangat tinggi merupakan prospek pasar yang sangat
bagus. Saat ini Kabupaten Purworejo baru dapat mensuplai 10% dari seluruh
kebutuhan gula kelapa nasional. Dalam skala internasional permintaan gula
kelapa cukup tinggi, akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh pengolah gula
kelapa di kabupaten ini karena persyaratan yang cukup ketat dari segi kualitas
dan kesinambungan suplai. Seperti yang diakui oleh para pengolah gula kelapa,
pemasaran gula kelapa mereka hanya terbatas pada pasar di daerah tersebut,
atau menjangkau ke daerah lain di sekitar, namun belum mencakup daerah
yang luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dilakukan upaya
pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten Purworejo,
yaitu melalui pengembangan dan pembinaan industri kecil dan menengah.
Namun demikian, masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi
Disperindagkop dalam upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah di
Kabupaten Purworejo, diantaranya yaitu sangat banyak dan beragamnya
jumlah industri kecil dan menengah sementara sumberdaya manusia yang
beperan dalam pembinaan dan pengembanganya terbatas. Selain itu, belum
tersedianya sistem informasi manajemen industri menyulitkan pendataan dan
penilaian perkembangan produk industri kecil dan menengah. Dengan
demikian masih banyak IKM di Kabupaten Purworejo yang masih belum
terdata oleh pemerintah, sehingga belum tercakup dalam program
pemberdayaan.
Pemberdayaan dilakukan pada keseluruhan IKM yang telah terdaftar
oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo, mempunyai potensi untuk
menyerap tenaga kerja dan berbasis sumber daya lokal, serta mempunyai
potensi pemasaran yang luas namun belum dapat berkembang secara mandiri.
Namun karena keterbatasan dana dan SDM yang ada, prioritas pemberdayaan
dilakukan pada IKM yang menjadi unggulan daerah, terutama unggulan
prioritas daerah dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa IKM tersebut
mempunyai peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja, berbasis sumber
daya lokal, dan mempunyai banyak unit industri. Contoh IKM yang menjadi
prioritas unggulan di Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 1.25 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan Prioritas di Kabupaten
Purworejo
No. JenisPerusahaan
Industri Kecil
JumlahPerusahaan
(UnitUsaha)
TenagaKerja
(Orang)
JumlahInvestasi
(Juta)
Pemasaran
1. Industriberbahanbaku bambu(furniture,rumah joglo,sangkarburung, bilik,anyamantampah,besek, dsb).
5052 5640 794.4 Nasional
2. Gula Kelapa 5493 10996 5756 Nasional3. Gula Aren 720 1440 360 Internasional4. Klanting,
KeripikKetela
367 782 288.55 Lokal
5. Mebel Kayu 252 507 363.575 InternasionalJumlah 11884 19365 4684.925
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi KabupatenPurworejo (http://www.diperindagkop.purworejokab.go.id/)
Dari tabel di atas diketahui bahwa industri unggulan kabupaten
purworejo memiliki potensi yang sangat bagus, baik dari segi tenaga
penyerapan tenaga kerja, nilai invesatasi, maupun pemasaranya. Namun, belum
semua unit-unit usaha tersebut mampu mencapai kondisi tersebut. Hal tersebut
karena kendala yang dimiliki IKM baik dari segi produksi, sumber daya
manusia, maupun pemasaranya.
Upaya pemberdayaan akan terus dilakukan sampai IKM dapat mandiri
dalam memajukan usahanya. IKM yang sudah mandiri dan maju akan dilepas
dari pemberdayaan dan akan dilakukan analisis ulang mengenai IKM baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang potensial dan sesuai dengan kriteria untuk menjadi industri unggulan dan
mendapat prioritas pemberdayaan dari pemerintah.
Pemberdayaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo
merupakan upaya untuk mengembangkan industri kecil dan menengah dalam
memberdayakan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu diperlukan adanya
pemberdayaan yang terarah dari pemerintah untuk menghadapi kendala-
kendala yang dialami oleh industri kecil dan menengah dalam
perkembanganya, agar industri kecil dan menengah dapat meningkatkan dan
menumbuhkan perekonomian rakyat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan : Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan
menengah oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu : Untuk mengetahui
pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh Dinas
Perindustrian perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang
pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah di Kabupaten
Purworejo.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan,
masukan, dan bahan pertimbangan yang membangun bagi semua pihak
yang berkepentingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Ekonomi Nasional
Pengertian pembangunan menurut Ibnu Syamsi (1986:4 ) adalah :
“pembangunan merupakan proses perubahan sistem yangdirencanakan dan pertumbuhan menuju ke arah perbaikan yangberorientasi pada modernitas, nation building, dan kemajuan sosial-ekonomis.”
Sedangkan menurut Katz dalam Syamsi (1986 :3) pembangunan
nasional merupakan perubahan yang terencana dari situasi nasional yang
satu ke situasi nasional lain yang lebih tinggi.
Pengertian lain mengenai pembangunan ekonomi disampaikan oleh
Suryana (2000:4), yaitu :
“pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensionalyang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial,sikap-sikap mental yang sudah terbiasa, dan lembaga-lembaganasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi,pengurangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut(masyarakat yang hidup dibawah tingkat penghasilan minimum yangdiperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan,pakaian, dan tempat tinggal).”
Dari pengertian tersebut, diketahui bahwa pembangunan bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan aspek-aspek kehidupan manusia,
salah satunya adalah aspek ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pembangunan dalam aspek ekonomi berkaitan erat dengan dengan
industrialisasi. Salah satu hal yang terkandung dalam pembangunan
ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional riil. Pendapatan nasional
riil adalah keseluruhan jumlah barang-barang dan jasa yang dinyatakan
secara riil. Hal ini menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan salah satu
aspek dalam pembangunan ekonomi nasional.
Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional,
Kementerian Perindustrian telah menetapkan sasaran strategis 2010-2014,
yaitu :
1. Meningkatnya nilai tambah industri.2. Meningkatnya penguasaan pasar domestik dan internasional.3. Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia industri, R & D
dan kewirausahaan.4. Meningkatkan penguasaan teknologi industri.5. Lengkap dan kuatnya struktur industri.6. Tersebarnya industri keluar pulau Jawa.7. Meningkatkan peran industri kecil dan menengah (IKM) terhadap
produk domestik bruto (PDB).(http://www.kemenperin.go.id)
Kementerian Perindustrian juga memfokuskan 6 kelompok industri
yang mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan pada tahun 2010-
2014 yaitu:
1. Industri Padat Karya.2. Industri Kecil Menengah.3. Industri Barang Modal.4. Industri Berbasis Sumber Daya Alam.5. Industri Pertumbuhan Tinggi.6. Industri Prioritas Khusus.(http://www.kemenperin.go.id)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari hal diatas, diketahui bahwa salah satu poin yang menjadi
sasaran pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatkan peran IKM
dalam produk domestik bruto. Selain itu, IKM merupakan salah satu
kelompok industri yang mempunyai peluang baik untuk dikembangkan.
Dalam GBHN 1988, disebutkan dalam BAB Pembangunan Daerah
bahwa pembangunan masyarakat pedesaan perlu terus ditingkatkan terutama
melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia termasuk
penciptaan iklim mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat
pedesaan. Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan masyarakat
pedesaan untuk berproduksi serta mengolah dan memesarkan hasil
produksinya, sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian,
masyarakat pedesaan makin mampu mengerahkan dan memanfaatkan
sebaik-baiknya segala dana dan daya bagi peningkatan pendapatan dan taraf
hidupnya.
Dalam rangka pembangunan ekonomi, sekaligus untuk memeratakan
hasil-hasil pembangunan, dilakukan penyebaran pelaksanaan pembangunan
ekonomi ke seluruh daerah, termasuk ke daerah pedesaan. Salah satu upaya
untuk pembangunan ekonomi di daerah pedesaan adalah melalui
pengembangan industri rumah tangga, atau sering disebut dengan industri
kecil dan menengah.
Industri kecil dan menengah mempunyai potensi untuk
dikembangkan. Potensi tersebut adalah :
1. Banyak menyerap tenaga kerja lokal dari sekitar tempat industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Letak industri kecil dan menengah tersebar di seluruh wilayah dan
sebagian besar di pedesaan. Hal ini menjadikan industri kecil dan
menengah banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan yang tersebar di
beberapa wilayah.
2. Menjadi peluang bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah.
Industri kecil dan menengah mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat, baik pemilik maupun pekerja, serta meningkatkan PDB
daerah.
3. Pemberdayaan sumber daya lokal.
Sebagian besar industri kecil dan menengah menggunakan bahan baku
lokal dari hasil pertanian maupun perkebunan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur
dalam pembangunan ekonomi adalah dengan pengembangan industri kecil
dan menengah.
2. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah
Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang
berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan atau
empowerment. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata daya yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Berdasarkan pengertian tersebut,
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau
proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses
pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Proses dalam hal ini
menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan
secara kronologis dan sistematis yang merupakan tahapan mengubah dari
yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan. Menurut Fear and
schwarzweller dalam Totok Mardikanto (2010), pemberdayaan dipahami
sebagai :
“a process in which increasingly more members of a given area orenvironment make and implement socially responsible decisions,while the probable consequence of which is an increase in the lifechances of some people without a decrease (without deteriorating) inthe life chances of others”(sebuah proses di mana anggota semakin lebih dari daerah tertentuatau lingkungan membuat dan melaksanakan keputusan tanggungjawab sosial, sedangkan konsekuensi kemungkinan yang merupakanpeningkatan peluang hidup dari beberapa orang tanpa penurunan(memburuk tanpa) dalam kesempatan hidup orang lain).
Sedangkan Robbins, Chatterjee, & Canda menyatakan bahwa
empowerment adalah :
“process by which individuals and groups gain power, access toresources and control over their own lives. In doing so, they gain theability to achieve their highest personal and collective aspirationsand goals”.(proses dimana individu dan kelompok mendapatkan kekuasaan,akses ke sumber daya dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri.Dalam melakukannya, mereka mendapatkan kemampuan untukmencapai aspirasi dan tujuan tertinggi pribadi dan kelompok).
Pemahaman lain tentang pemberdayaan juga dijelaskan oleh John
Lord dan Peggy Hutchison (1993:4), yaitu :
“According to Wallerstein (1992), empowerment is a social-actionprocess that promotes participation of people, organizations, andcommunities towards the goals of increased individual andcommunity control, political efficacy, improved quality of community
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
life, and social justice. While Whitmore (1988) feels the concept ofempowerment needs to be more clearly defined, she states that thereare some common underlying assumptions:
a. individuals are assumed to understand their own needs better thananyone else and therefore should have the power both to define andact upon them.
b. all people possess strengths upon which they can build.c. empowerment is a lifelong endeavor.d. personal knowledge and experience are valid and useful in coping
effectively.”
(Menurut Wallerstein (1992), pemberdayaan adalah sebuah prosestindakan sosial yang mempromosikan partisipasi orang, organisasi,dan komunitas menuju peningkatan individu dan kontrol masyarakat,efikasi politik, peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, dankeadilan sosial. Sementara Whitmore (1988) merasa konseppemberdayaan harus lebih jelas, ia menyatakan bahwa ada beberapaasumsi umum yang mendasari:
a. individu diasumsikan untuk memahami kebutuhan mereka sendirilebih baik dari orang lain dan karena itu harus memiliki kekuatanbaik untuk menentukan dan bertindak atas mereka.
b. semua orang memiliki kekuatan diri yang dapat bangun.c. pemberdayaan adalah upaya seumur hidup.d. pengetahuan pribadi dan pengalaman yang valid dan berguna dalam
mengatasi secara efektif.)
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan adalah sebuah
proses sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
baik sebagai individu maupun kelompok sosial. Dengan meningkatnya daya
dan kekuatan masyarakat, mereka akan dapat berpikir, melakukan tindakan,
dan menyelesaikan masalah mereka dengan daya dan kekuatan sendiri,
karena setiap individu maupun kelompok mempunyai kekuatan yang dapat
diberdayakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan.
Pengertian lain tentang pemberdayaan juga disampaikan oleh
Sumodiningrat dalam Mardikanto (2010:39), dimana pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau memfasilitasi kelompok
miskin agar mereka memiliki aksesibilitas terhadap sumber daya yang
berupa modal, teknologi, informasi, jaminan pemasaran dan lain-lain agar
mereka mampu memajukan dan mengembangkan usahanya sehingga
memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja demi
perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, menurut Totok Mardikanto
(2010 : 36) pemberdayaan dilakukan melalui 3 sisi yaitu :
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai
potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu
dengan mendorong (encourage), memotivasi dan membangun kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimilikinya serta mengembangkanya.
Dalam hal ini, upaya pemberdayaan yang dilakukan merupakan
upaya awal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimilikinya, serta menumbuhkan iklim yang mampu menarik kesadaran
masyarakat untuk berkembang. Upaya pemberdayaan dari sisi ini dapat juga
disebut sebagai penguatan individu anggota masyarakat, sebagai langkah
awal dalam rangkaian proses pemberdayaan. Senada dengan tersebut, Mann
Hyung Hur (2006 : 527) menytakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
“Peterson and Reid (2003) found four interrelated steps led toempowerment. They were alienation, awareness, participation, and asense of community.”(Peterson dan Reid (2003) menemukan empat langkah yang salingterkait menuju pemberdayaan. Langkah tersebut yaitu alienasi,kesadaran, partisipasi, dan perasaan sebagai komunitas.)
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa langkah pertama menuju
pemberdayaan adalah menemukan realitas, seperti keadaan dan kesadaran
masyarakat bahwa mereka mempunyai daya atau kekuatan yang terbatas.
Selain kesadaran akan kekurangan kekuatan, hal lain yang diperlukan dalam
pemberdayaan adalah adanya partisipasi dan rasa kebersamaan sebagai
komunitas. Dengan memiliki kesadaran akan keterbatasan daya,
individu/kelompok akan bersedia untuk menjalani proses pemberdayaan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih
positif selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities)
yang akan membuat masyarakat semakin berdaya.
Upaya penguatan merupakan inti dari proses pemberdayaan.
Penguatan bertujuan untuk meningkatkan potensi dan kemampuan
komunitas untuk mengelola dan meningkatkan kinerja. Selain upaya
penguatan komunitas, juga diperlukan penguatan sarana dan prasarana dasar
yang menunjang aktivitas masyarakat. Penguatan sarana dan prasarana
sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. Dengan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
prasarana yang baik, proses perkembangan masyarakat dapat lebih mudah.
Selain sarana dan prasarana, penguatan juga perlu dilakukan dalam budaya
dan nilai-nilai yang dianut masyarakat, seperti penumbuhan nilai kerja
keras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab. Dengan demikian, proses
pemberdayaan akan dapat lebih berhasil.
Ketiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah karena kurang
berdaya menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, dalam konsep
pemberdayaan masyarakat, pemihakan dan perlindungan kepada yang lemah
sangat diperlukan. Melindungi dalam hal ini bukan berarti menutup atau
mengisolasi dari interaksi karena hal itu justru akan semakin melemahkan.
Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin
tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Pemberdayaan
dalam arti melindungi dapat dimaknai sebagai upaya agar masyarakat yang
masih lemah atau belum berdaya dapat bertahan dan tidak tertindas oleh
pihak yang lebih kuat. Selain itu, juga bermakna agar masyarakat dapat
hidup mandiri, tanpa selalu menunggu menerima bantuan pihak lain.
Dari berbagai penjelasan di atas, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai upaya memberikan kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat
untuk bertindak memajukan dan mengembangkan kemampuan diri dan
usahanya dalam rangka memenuhi kebutuhan dirinya agar tercipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kemandirian masyarakat. Pemberdayaan dilakukan kepada kelompok atau
masyarakat yang tidak atau kurang berdaya, yang dapat dilakukan melalui
pembinaan dan pengembangan kemampuan kelompok atau masyarakat
tersebut, dengan mengelola sumber daya-sumber daya yang dimiliki.
Pemberdayaan dapat dilakukan pada masyarakat secara umum pada
berbagai komunitas dan dalam berbagai bidang, seperti yang dikatakan oleh
Mann Hyung Hur (2006 :524), yang menyebutkan bahwa :
“There exist three issues basic to the understanding ofempowerment. First, empowerment is multidimensional in that itoccurs within sociological, psychological, economic, political, andother dimensions. Empowerment also occurs at various levels, suchas individual, group, and community. Third, empowerment, bydefinition, is a social process because it occurs in relation to others(Page & Czuba, 1999; Peterson, Lowe, Aquilino & Schnider, 2005).Finally, empowerment is an outcome that can be enhanced andevaluated (Parpart et al., 2003).”
(Ada ada tiga isu dasar untuk memahami pemberdayaan. Pertama,pemberdayaan bersifat multidimensi dalam hal ini, terjadi dalambidang sosiologis, psikologis, ekonomi, politik, dan dimensi lainnya.Pemberdayaan juga terjadi di berbagai tingkatan, seperti individu,kelompok, dan masyarakat. Ketiga, pemberdayaan, menurut definisi,adalah suatu proses sosial karena terjadi dalam hubungannya denganorang lain (Page & Czuba, 1999; Peterson, Lowe, Aquilino &Schnider, 2005). Akhirnya, pemberdayaan adalah sebuah hasil yangdapat ditingkatkan dan dievaluasi (Parpart et al., 2003).)
Penjelasan di atas menyebutkan bahwa pemberdayaan adalah proses
yang bersifat multidimensi, yang dapat terjadi dalam bidang apapun baik
dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun bidang lainya, serta dengan
berbagai tingkatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Berkaitan
dengan hal tersebut, fokus dalam penelitian ini adalah pemberdayaan yang
dilakukan pada industri kecil dan menengah. Teori tersebut relevan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
penelitian ini karena industri kecil dan menengah merupakan bagian dari
kegiatan perekonomian masyarakat, dan pelaku IKM juga merupakan
bagian dari masyarakat.
UU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian mendefinisikan industri
sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi
yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha
perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri.
Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.(
http://hukumindustri.blogspot.com/)
Industri kecil dan menengah mempunyai definisi yang beragam dari
beberapa instansi. Keberagaman definisi ini didasarkan pada perbedaan
kriteria yang digunakan. Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di
Indonesia. Definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995
tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200
juta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sedangkan menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil
identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS
mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu:
1. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan /tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerjaberjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yangjumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenagakerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.(BPS, 1999: 250).
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan
usaha kecil adalah :
“Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan olehperorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anakperusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dariusaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usahakecil.”Tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam pasal 5
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah :
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,berkembang, dan berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecilmenjadi usaha yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah,penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhanekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dari pengertian diatas, secara umum penyebutan untuk industri kecil
dan menengah dan usaha kecil adalah sama, karena industri kecil dan
menengah merupakan bagian dari usaha kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Glendoh (2010: 40) , memberikan pengertian industri kecil dan
menengah berdasarkan karakteristik yang dimiliki sebagai berikut :
1. Industri berskala kecil: ukuran modal, jumlah produksi, tenagakerja
2. Perolehan modal: berasal dari sumber tidak resmi (tabungankeluarga, pinjaman dari kerabat, rentenir)
3. Pengelolaan: terpusat, pengambilan keputusan tanpa/sedikitdelegasi dalam bidang pemasaran, keuangan, produksi
4. Tenaga kerja: anggota keluarga, kerabat dekat5. Sifat hubungan kerja: informal dengan kualifikasi teknis apa
adanya atau dikembangkan sambil bekerja6. Hubungan antara keterampilan teknis dan keahlian: pendidikan
formal karyawan lemah7. Peralatan: sederhana dengan kapasitas output rendah
(sumber : http://pusdiklat.kemenperin.go.id)
Irsan Azhary Saleh (1986) mengemukakan alasan-alasan yang
mendukung pentingnya usaha pengembangan industri kecil dan menengah,
yaitu :
1. Fleksibilitas dan adaptabilitasnya di dalam memperoleh bahanmentah dan peralatan.
2. Relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi bagimenunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor-sektorekonomi yang lain.
3. Potensinya terhadap perluasan dan penciptaan kesempatan kerja.4. Dalam jangka panjang, peranannya sebagai basis untuk mencapai
suatu kemandirian pembangunan ekonomi karena kegiatanindustri kecil ini hampir seluruhnya dilakukan oleh pengusahadalam negeri dan proses produksinya cenderung dilakukandengan kandungan impor yang rendah.
Selain berperan dalam perekonomian, industri kecil dan menengah
juga mempunyai beberapa manfaat sosial. Manfaat sosial industri kecil dan
menegah bagi perekonomian (Irsan Azhary Saleh :1986) adalah :
1. Industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas denganpembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan daripengusaha masih rendah.
2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan danmobilisasi tabungan domestik. Industri kecil cenderungmemperoleh modal dari tabungan pengusaha sndiri, tabungankeluarga atau kerabatnya.
3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadapindustri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkanproduk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya tidakdihasilkan oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecilyang tersebar meminimkan biaya transportasi dan memungkinkanbarang-barang produksi sampai ke konsumen secara cepat,mudah, dan murah.
Namun demikian, industri kecil dan menengah mempunyai
permasalahan-permasalahan yang dapat menghambatnya dalam
berkembang. Permasalahan yang dihadapi usaha kecil menurut Kuncoro
(2000:8) adalah :
1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesarpangsa pasar.
2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untukmemperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.
3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber dayamanusia.
4. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil(sistem informasi pemasaran).
5. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang salingmematikan.
6. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dankurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadapusaha kecil.
Fokus dalam penelitian ini dilakukan pada industri kecil dan
menengah (IKM) yang didalamnya juga termasuk industri rumah tangga
serta usaha kecil yang mempunyai kesamaan karakteristik. Pengertian IKM
dalam penelitian ini disarikan dari berbagai pendapat di atas, yaitu kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
industri yang dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai ukuran modal,
jumlah produksi dan tenaga kerja yang kecil, serta mempunyai peralatan
yang sederhana.
Pemberdayaan industri kecil dan menengah yaitu upaya-upaya untuk
memajukan dan mengembangkan industri kecil dan menengah agar lebih
berdaya dalam produksi dan pengelolaanya. Dalam UU No 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah, pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan
masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga
mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Pemberdayaan IKM dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, dengan
tujuan untuk mewujudkan IKM yang tangguh, mandiri, serta menjadi
industri yang berkembang. Pemberdayaan IKM diarahkan untuk
memperkuat perkembangan IKM yang sudah ada, penumbuhan wirausaha
baru dan penyerapan tenaga kerja, peningkatan keterkaitan dan kemitraan
antara industri kecil dan menengah dengan industri besar dan sektor
ekonomi lainya, serta penanggulangan segera permasalahan aktual.
Kuncoro (2000:9), mengemukakan beberapa alternatif strategi
pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini, yang diklasifikasikan
dalam:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1. Aspek managerial, yang meliputi: peningkatanproduktivitas/omset/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkankemampuan pemasaran, dan pengembangan sumberdaya manusia.
2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kreditbagi usaha kecil minimum 20% dari portofolio kredit bank) dankemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, KreditMini/Midi, KKU).
3. Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baiklewat sistem Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir(forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage),modal ventura, ataupun subkontrak.
4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakahberbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (LingkunganIndustri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yangdidukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (TenagaPenyuluh Industri).
5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB(Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi IndustriKecil dan Kerajinan).
Upaya pemberdayaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini lebih
condong ke aspek manajerial, yang meliputi pembinaan dan pengembangan
usaha di bidang produksi dan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan
di bidang pemasaran, pembinaan dan pengembangan usaha di bidang
sumber daya manusia, serta pembinaan dan pengembangan usaha di bidang
teknologi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1998, pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil.b. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi
dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil.c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan.d. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program pembinaan
dan pengembangan bagi usaha kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pemberdayaan industri kecil dan menengah menurut Disperindagkop
Kabupaten Purworejo yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan IKM agar mampu berkembang menjadi industri yang maju
dan mandiri. Maju dalam hal ini dimaknai sebagai keadaan dimana industri
kecil dan menengah telah berkembang menjadi industri yang produktif dan
berhasil dalam permodalan, peralatan, pemasaran, peningkatan pendapatan,
serta tumbuhnya industri tersebut menjadi lebih besar. Mandiri dapat
dimaknai sebagai kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang harus dilakukan. Industri kecil dan menengah yang mandiri diartikan
sebagai industri yang memikirkan, memutuskan serta melakukan hal yang
tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki, tanpa harus menerima
bantuan dari pihak lain.
Tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh Disperindagkop
Kabupaten Purworejo mengacu pada tahapan pemberdayaan dalam PP No.
38 Tahun 1998, yaitu :
1. Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan.
Penentuan sasaran pemberdayaan dilakukan oleh aparat
Disperindagkop dengan berdasarkan pada data base informasi IKM
terkait industri-industri yang sedang berkembang. Penetapan kriteria
penting agar pemilihan sasaran dilakukan sebaik mungkin, sehingga
tujuan pemberdayaan akan tercapai seperti yang diharapkan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kegiatan pemilihan sasaran ini, juga dilakukan identifikasi potensi dan
masalah yang dihadapi industri kecil dan menengah, serta pemilihan
alternatif pemecahan masalah terbaik yang dapat dilakukan.
2. Sosialisasi kegiatan dan penyiapan program pemberdayaan.
Setelah dilakukan identifikasi potensi dan masalah IKM dan
penyiapan program pemberdayaan sesuai potensi dan masalah yang
dihadapi IKM, dilakukan sosialisasi program pemberdayaan pada pelaku
IKM. Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk
menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan
membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait
tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan yang telah
direncanakan. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh Disperindagkop
dilakukan dengan mendatangi unit-unit IKM yang akan dijadikan sasaran
pemberdayaan, dan mengkomunikasikan tentang kegiatan pemberdayaan
yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan.
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan merupakan inti dalam
tahapan proses pemberdayaan. Pelaksanaan pemberdayaan terdiri dari
berbagai pelatihan untuk menambah dan atau memperbaiki pengetahuan
teknis, ketrampilan manajerial serta perubahan sikap/wawasan.
Pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan oleh
pemerintah dan pihak lain yang berkaitan. Pelaksanaan pemberdayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo meliputi beberapa bidang,
yaitu :
a. Pelatihan.
Pengertian pelatihan berarti memberikan latihan kepada
seseorang. Sedangkan pengertia latihan yaitu :
“Latihan adalah proses belajar mengajar dengan menggunakanteknik dan metode tertentu yang dimaksudkan untukmeningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorangatau sekelompok orang, sasarannya adalah seseorang atausekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasiyang efisiensi, efektivitas, produktivitas kerja dirasakan perluditingkatkan secara terarah dan programatik” (Sondang P.Siagian :1983,178).
Pelatihan oleh Disperindagkop Kab. Purworejo adalah
kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap para pelaku IKM
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku IKM.
Pelatihan dilakukan dalam berbagai hal baik dalam bidang produksi,
pemasaran, maupun penggunaan teknologi.
b. Bantuan peralatan.
Peralatan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
membantu mempermudah pekerjaan manusia. Yang dimaksud
bantuan peralatan dalam hal ini adalah pemberian peralatan yang
berguna bagi peningkatan produktivitas IKM. Bantuan peralatan yang
diberikan oleh Disperindagkop Kab. Purworejo bersifat pinjam pakai,
yaitu bantuan peralatan tersebut bersifat seperti hibah, namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Disperindagkop mempunyai hak untuk mengambil kembali peralatan
tersebut jika tidak digunakan oleh pelaku IKM.
c. Pameran produk.
Pameran produk dalam hal ini yaitu mengenalkan produk-
produk IKM kepada masyarakat luas dengan mengikutsertakan
produk-produk IKM dalam suatu acara pameran yang bertujuan untuk
promosi produk IKM.
4. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk menilai atau mengkaji proses
pemberdayaan, sehingga dapat dilihat dampak dan manfaatnya, untuk
dijadikan perbaikan pada proses selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi
dilakukan selama proses pemberdayaan dan setelah proses selesai.
Dalam penelitian ini, proses evaluasi tidak masuk dalam tulisan
ini. Penelitian hanya membahas kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
oleh Disperindagkop. Proses evaluasi dilakukan oleh aparat
Disperindagkop dengan menganalisis dampak-dampak yang terjadi
setelah proses pemberdayaan untuk kemudian dijadikan referensi guna
tindakan lebih lanjut.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo
merupakan instansi daerah yang berwenang di bidang perindustrian,
perdagangan, koperasi serta usaha mikro kecil menengah khususnya di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kabupaten Purworejo, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat industri,
perdagangan, serta koperasi yang maju, tangguh, mandiri, profesional, serta
sejahtera. untuk mencapai tujuan tersebut, Disperindagkop Kabupaten
purworejo bertanggung jawab pada perencanaan, pengelolaan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap industri, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil
menengah di Kabupaten Purworejo.
Berkembangnya IKM di Kabupaten Purworejo yang ditandai dengan
bertambahnya jumlah IKM tiap tahun, merupakan potensi bagi perekonomian
daerah. Namun, banyaknya IKM yang muncul tidak selalu disertai dengan
kemampuan IKM untuk dapat terus bersaing dengan industri lain. Berbagai
faktor yang menjadi masalah dalam perkembangan IKM yaitu lemahnya
produksi sehingga pelaku tidak mendapat keuntungan, lemah dalam
permodalan, lemah dalam hal manajemen, biaya produksi yang tinggi, serta
kurangnya keterampilan para pelaku industri sehingga produk yang dihasilkan
bernilai krang tinggi.
Hal ini merupakan salah satu tanggung jawab Disperindagkop
Kabupaten Purworejo untuk melakukan pemberdayaan terhadap IKM agar
dapat bersaing dengan industri lainya. Pemberdayaan IKM di daerah juga
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Industri kecil dan menengah mempunyai kelebihan dan kelemahan yang dapat
menghambat proses perkembangannya. Oleh karena itu, Disperindagkop
Kabupaten Purworejo melakukan pemberdayaan dengan tujuan agar IKM
dapat berkembang, maju, dan mandiri sehingga IKM dapat mempertahankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
eksistensinya. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Disperindagkop
Kabupaten Purworejo dapat berupa pembinaan maupun pengembangan
diantaranya dengan pelatihan, bantuan alat dan modal, pameran produk, dan
standardisasi produk. Skema dari kerangka berpikir tersebut sebagai berikut.
Gambar 2.1Skema dari kerangka berpikir.
Permasalahan IKM :1. Lemah produksi2. Lemah permodalan3. Lemah pemasaran4. Kurangnya keterampilan
Pemberdayaan oleh Disperindagkop:1. Identifikasi dan penentuan
sasaran pemberdayaan.2. Sosialisasi dan penyiapan
program.3. Pelaksanaan.
Pelatihan. Bantuan alat. Pameran produk.
IKM yang maju dan mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan secara terperinci terhadap
gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam permasalahan yang diteliti,
sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Sedangkan menurut Bogdan
dan Taylor (dalam Moleong : 2002), metodologi kualitatif diartikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami. Penelitian
deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam
mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa
adanya di lapangan.
Penelitian ini bermaksud untuk membahas dan menggambarkan
masalah secara rinci mengenai pemberdayaan industri kecil dan menengah
yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Purworejo. Pemilihan lokasi dikarenakan Disperindagkop
Kabupaten Purworejo merupakan instansi yang berwenang terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pertumbuhan dan perkembangan sektor industri, termasuk industri kecil dan
menengah di Kabupaten Purworejo. Pertumbuhan IKM di Kabupaten
Purworejo meningkat dengan pesat, namun masih banyak IKM yang
mempunyai kendala terutama dalam kualitas sumber daya manusianya dan
belum memiliki daya saing yang tinggi sehingga membutuhkan pemberdayaan
dari Disperindagkop Kabupaten Purworejo.
Penelitian juga dilakukan di beberapa unit industri kecil dan menengah
di Kabupaten Purworejo yang merupakan objek pemberdayaan oleh
Disperindagkop Kabupaten Purworejo.
C. Sumber Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Sedangkan sumber data yaitu subyek darimana data
diperoleh (Arikunto : 2006). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
1. Narasumber (informan).
Narasumber (informan) adalah jenis sumber data yang berupa
manusia. Sumber data manusia berperan sebagai individu yang memiliki
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan (Sutopo, 2002 :
50). Dalam menentukan narasumber (informan), peneliti menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002 : 56).
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
langsung, penulis melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait
dalam pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh
Disperindagkop Kabupaten Purworejo. Adapun pihak-pihak tersebut :
1. Kepala seksi pemberdayaan industri kecil dan menengah Disperindagkop
Kabupaten Purworejo.
2. Staff pelaksana pemberdayaan industri kecil dan menengah
Disperindagkop Kabupaten Purworejo.
3. Beberapa pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo.
2. Peristiwa atau aktivitas yang diamati.
Peristiwa atau aktivitas adalah berbagai perilaku berbagai sumber
data yang berkaitan dengan sasaran penelitian (Sutopo, 2002: 51). Penulis
mengamati peristiwa atau aktivitas yang terjadi di lingkungan Dinas Industri
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo, serta aktivitas yang
terjadi di industri kecil dan menengah di lingkungan sekitar tempat tinggal
penulis.
3. Dokumen dan arsip.
Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan
dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, berupa rekaman tertulis tetapi
juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu
aktivitas atau peristiwa tertentu (Sutopo, 2002 :54). Dalam hal ini, data
diperoleh dari literatur, arsip-arsip, dokumen dan buku-buku, undang-
undang yang berhubungan dengan penulisan ini. Dalam penelitian ini,
penulis memperoleh data dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Undang undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil.
3. Rencana Strategis tahun 2011-2015 Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Purworejo.
4. Buku-buku dan catatan yang berkaitan dengan penulisan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
meliputi :
1. Wawancara.
Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung. Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara
dengan responden (informan). Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara dilakukan dalam bentuk wawancara untuk menggali pandangan
subyek tentang berbagai hal sebagai dasar bagi penggalian informasi yang
lebih jauh dan mendalam (Sutopo : 2002). Dalam melakukan wawancara,
peneliti memiliki pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan.
2. Observasi.
Merupakan pengamatan yang dilaksanakan secara langsung untuk
dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek penulisan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pengumpulan data sebanyak-banyaknya Observasi adalah melakukan
pengamatan dan bertujuan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat, atau lokasi dan benda serta rekaman gambar
(Sutopo : 2002).
3. Pengkajian dokumen.
Merupakan teknik pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen dan arsip yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas
tertentu. Pengkajian dokumen dilakukan dengan cara melihat dan
mempelajari dokumen yang ada berupa catatan, arsip, literature, laporan –
laporan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga
didapat analisis pembahasan yang mendalam atas masalah yang diteliti.
E. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan untuk menguji kebenaran dan kesahihan
data penelitian, sehingga dapat menjamin kesimpulan hasil penelitian. Validitas
merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil
penelitian (Sutopo, 2002 : 78). Validitas data dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330).
Trianggulasi data dilakukan dengan menggali data dari berberapa
sumber dan sudut pandang. Dengan demikian, peneliti dapat menarik simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan membandingkan data-data yang diperoleh, sehingga simpulan menjadi
lebih lengkap (Sutopo, 2002 :78).
F. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis data, terdapat 3 komponen utama yaitu reduksi
data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Ketiga proses
komponen tersebut saling berinteraki dan berkaitan dalam menentukan hasi
analisis.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi dari fieldnote (Sutopo : 2002). Proses reduksi
data berlangsung terus-menerus selama pelaksanaan penulisan, yang dimulai
dari sebelum pengumpulan data dilakukan hingga penulisan selesai.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisai informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara
logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami ( Sutopo : 2002 ).
3. Penarikan simpulan
Peneliti melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola,
pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat, dan
berbagai proposisi. Dari hasil catatan tersebut, kemudian dianalisis dan
ditarik suatu simpulan. Penarikan simpulan dilakukan setelah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengumpulan data berakhir. Ketiga komponen proses analisis data tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Model Analisis Data Interaktif
Sumber : HB Sutopo 2002 : 9
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.
a. Dasar Hukum Berdirinya Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Purworejo
Disperindagkop Kabupaten Purworejo merupakan instansi yang
mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas di bidang
perindustrian, perdagangan dan koperasi yang meliputi perindustrian,
perdagangan dan koperasi dan UMKM serta pengelolaan pasar.
Landasan hukum yang mendasari pembentukan Dinas Perindustrian
Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Purworejo adalah :
1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437).
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara No. 4438).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentangPengawasan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 202,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022).
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 26 Tahun 2000tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Purworejo (LembaranDaerah Kabupaten Purworejo Tahun 2000).
6. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 14 Tahun 2008 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah KabupatenPurworejo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 3 Tahun 2010tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD ) Kabupaten Purworejo tahun 2005 – 2025.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 2 Tahun 2011tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo tahun 2011-2015.
9. Peraturan Bupati Purworejo Nomor 30.K Tahun 2008 tanggal3 Nopember 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok FungsiDan Tata Kerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiKabupaten Purworejo.
b. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kewenangan
daerah dalam bidang perindustrian perdagangan koperasi dan usaha
mikro kecil dan menengah serta pengelolaan pasar.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Disperindagkop
mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perindustrian,Pertambangan dan Energi Perdagangan dan Koperasi, UsahaMikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian,Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi UsahaMikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;
2. Penyusunan perencanaan teknis dan program kerja BidangPerindustrian, Pertambangan Energi, Perdagangan, sertaKoperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputiPerindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan,Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta PengelolaanPasar;
3. Pembinaan dan Pengendalian teknis Bidang Perindustrian,Pertambangan dan Energi, Perdagangan serta Koperasi UsahaMikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian,Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi UsahaMikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;
4. Penyelenggaraan Perijinan dan pelayanan umum bidangPerindustrian, Pertambangan dan Energi Perdagangan, sertaKoperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputiPerindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta PengelolaanPasar;
5. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis denganpihak lain yang berhubungan dengan Perindustrian,Pertambangan dan Energi Perdagangan, serta Koperasi UsahaMikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian,Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi UsahaMikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;
6. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi dan pelaporanterhadap pelaksanaan tugas-tugas Perindustrian, Pertambangandan Energi Perdagangan, serta Koperasi Usaha Mikro Kecildan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan danEnergi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil danMenengah serta Pengelolaan Pasar;
7. Pengelolaan Sekretariat Dinas Perindustrian Perdagangan danKoperasi;
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuaidengan tugas pokok dan fungsinya.
c. Visi dan Misi
Visi Dinas Perindustrian perdagangan dan koperasi kabupaten
purworejo adalah :
“Memberdayakan Sektor Industri, Energi Sumber Daya Mineral,Perdagangan, Koperasi Dan Umkm Menuju MasyarakatPurworejo Sejahtera”
Dalam rangka mendukung atau mewujudkan visi tersebut
Disperindagkop Kabupaten Purworejo mempunyai misi :
1. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunandi bidang Industri dan Energi Sumber Daya Mineral.
2. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasipembangunan di bidang Perdagangan.
3. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunandi bidang Pengelolaan Pasar.
4. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunandi bidang Koperasi dan UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
d. Tujuan dan Sasaran
Secara terperinci Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat industri.b. Memberdayakan pengusaha untuk meningkatkan daya saing,
pemasaran dan kemitraan serta mewujudkan tertib niaga danperlindungan konsumen.
c. Mengembangkan dan memanfaatkan usaha sumber dayapertambangan dan energi.
d. Meningkatkan sumber daya manusia pasar dan pedagang,pelayanan, penyediaan fasilitas pasar daerah, keamanan,ketertiban, dan kebersihan pasar dan pendapatan dari sektorretribusi pasar.
e. Pengembangan koperasi usaha mikro kecil menengah yangmeliputi bimbingan usaha, penyehatan koperasi dan bantuanpermodalan koperasi.
Sedangkan sasaran yang direncanakan untuk dicapai dalam
tahun 2010-2011 adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat industri di bidangindustri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo.
b. Meningkatnya pemberdayaan pengusaha untuk meningkatkandaya saing pemasaran dan kemitraan serta mewujudkan tertibniaga dan perlindungan konsumen.
c. Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan usaha sumberdaya pertambangan dan energi.
d. Meningkatnya sumber daya manusia pasar dan pedagangpasar, pelayanan, penyediaan fasilitas pasar daerah K3,penataan pedagang dan pendapatan dari sektor retribusi pasar.
e. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan kegiatan/usahakoperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
f. Meningkatnya struktur permodalan koperasi dan usaha mikrokecil dan menengah (UMKM).
g. Pemberdayaan potensi wirausaha baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
e. Kebijakan dan Program
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo telah
menetapkan kebijakan dan program kegiatan sebagai berikut :
Kebijakan :
1) Menciptakan struktur ekonomi yang seimbang antara sektorprimer dan sekunder melalui pengembangan industri yangberbasis sumber daya lokal dengan memanfaatkan teknologitepat guna.
2) Meningkatkan pemasaran hasil produksi usaha kecil danmenengah dan memperluas jaringan kemitraan.
3) Meningkatkan pengawasan dan pembinaan usaha untukmewujudkan tertib niaga dan perlindungan konsumen.
4) Meningkatkan akses investasi dan pengembangan koperasisesuai dengan ekonomi kerakyatan.
5) Meningkatkan pengetahuan usaha pertambangan danmemanfaatkan potensi pertambangan dan energi.
6) Membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakatuntuk mengembangkan koperasi dan usaha kecil danmenengah.
7) Meningkatkan sumber daya manusia pasar,pengembangan/pemeliharaan sarana dan prasaranaperdagangan.
Program :
1) Pelatihan dan bantuan alat proses produksi mebel bambu.2) Pelatihan dan bantuan alat proses produksi pengolahan
makanan.3) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk pande
besi.4) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk gula
kelapa.5) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk mebel.6) Pelatihan dan studi banding industri bordir.7) Pelatihan dan studi banding industri batik.8) Penertiban usaha-usaha industri.9) Fasilitasi website bidang industri.10) Menciptakan agroindustri dan agrobisnis baru di pedesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
11) Monitoring dan pengendalian usaha pertambangan danenergi.
12) Bimbingan dan penyuluhan bidang pertambangan danindustri.
13) Penyusunan basis data pertambangan dan energi.14) Pengembangan listrik pedusunan.15) Pengembangan pasar lelang agro.16) Pameran produksi potensi daerah.17) Koordinasi/konsultasi dan temu usaha pedagang (PDN/PLN).18) Penyelenggaraan pasar murah dan operasi pasar.19) Peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa.20) Pengawasan distribusi pupuk bersubsidi.21) Monitoring harga sembako.22) Monitoring penyaluran BBM, BBG, dan BBMT.23) Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana
persampahan.24) Operasional pengelolaan pasar.25) Rehabilitasi pasar daerah.26) Pembangunan alat timbang ternak di pasar hewan.27) Pelatihan motivasi berprestasi.28) Pembinaan, monitoring, dan evaluasi dana bergulir.29) Bantuan permodalan koperasi.30) Bantuan permodalan usaha bagi UMKM.31) Penilaian kesehatan KSP/USP.32) Pendataan sentra UMKM.
f. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Purworejo terdiri dari :
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat, yang terdiri dari :
a) Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan.
b) Sub Bagian Keuangan.
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang perindustrian, pertambangan, dan energi yang terdiri
dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a) Seksi industri kimia, agro, dan hasil hutan.
b) Seksi industri logam, mesin, elektronik, dan aneka.
c) Seksi pertambangan dan energi.
4) Bidang Perdagangan, yang terdiri dari :
a) Seksi bina usaha dan kerja sama.
b) Seksi sarana dan prasarana.
5) Bidang Pengelolaan pasar yang terdiri dari:
a) Seksi pendapatan.
b) Seksi sarana ketertiban, keamanan, kebersihan.
6) Bidang Koperasi dan UMKM, yang terdiri dari:
a) Seksi Koperasi.
b) Seksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
7) Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari sejumlah
tenaga dalam jenjang Jabatan yang terbagi dalam bentuk
kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan ketrampilannya.
8) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai susunan organisasi
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo,
berikut bagan struktur oganisasinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 4.1Stuktur Organisasi Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Purworejo
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo
KEPALA DINAS SUBBAG.PERENC. EVAL &PELAPORAN
SUBBAG.KEUANGANSEKRETARIAT
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
SUBBAG.UMUM DANKEPEGAWAIAN
BIDANGPERDAGANGAN
BIDANGPERINDUSTRIAN
BIDANGKOPERASI DAN
UMKM
BIDANGPENGELOLAAN
PASAR
SEKSI INDUSTRIKIMIA AGRO DANHASIL HUTAN
SEKSI KOPERASISEKSI PENDAPATANSEKSI BINA USAHADAN KERJASAMA
SEKSI INDUSTRILOGAM MESINELEKTRONIKA DANANEKA
SEKSI UMKMSEKSI SARANA K3SEKSI SARANA DANPRASARANA
SEKSIPERTAMBANGANDAN ENERGI
UPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
g. Uraian Tugas dan Fungsi
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, dan dalam pelaksanaan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
Purworejo.
Susunan organisasi Disperindagkop kabupaten Purworejo terdiri
dari Kepala Dinas, yang membawahi langsung :
1. Sekretariat.
Bidang sekretariat mempunyai mempunyai tugas pokok dan
fungsi untuk melaksanakan pengkoordinasian penyiapan perumusan
kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara
terpadu, pelayanan dan pengendalian administrasi, yang meliputi
perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, serta umum dan
kepegawaian.
2. Bidang Perindustrian Pertambangan dan Energi
Tugas pokok dan fungsi dari bidang ini yaitu menyiapkan
bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan
teknis, pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang
perndustrian, pertambangan dan energi yang meliputi industri imia,
agro dan hasil hutan serta industri logam, mesin, elektronika dan
aneka.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka pelaksanaan
pemberdayaan industri dan menengah merupakan tugas dari bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
perindustrian pertambangan dan energi, dan lebih khusus merupakan
tugas pokok dari seksi inddustri kimia agro dan hasil hutan.
3. Bidang perdagangan.
Bidang perdagangan mempunyai tugas pokok dan fungsi
menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja pelayanan
administrasi dan teknis, pembinaan dan bimbingan evaluasi, dan
pelaporan bidang perdagangan yang meliputi bina usaha dan sarana
perdagangan.
4. Bidang pengelolaan pasar.
Bidang pengelolaan pasar mempunyai tugas pokok dan fungsi
menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan
administrasi dan teknis pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan
pelaporan bidang pengelolaan pasar yang meliputi pendapatan serta
sarana kebersihan, keamanan dan ketertiban (K3).
5. Bidang koperasi dan UMKM.
Bidang koperasi dan UMKM mempunyai tugas pokok dan
fungsi menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan
administrasi dan teknis, pembinaan dan bimbingan evaluasi dan
pelaporan di bidang Koperasi dan UMKM yang meliputi Hukum,
Kelembagaan, Permodalan dan Usaha Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
6. Unit pelaksana teknis (UPT).
UPT mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
sebagian tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
dinas.
7. Kelompok jabatan fungsional.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas pokok dan
fungsi melaksanakan kegiatan teknis dibidang perindustrian,
perdagangan dan Koperasi sesuai dengan bidang keahliannya.
h. Sumber Daya Manusia
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Disperindagkop Kabupaten Purworejo didukung oleh sumber daya
manusia serta beberapa sarana dan prasarana. Berdasarkan data
kepegawaian Disperindagkop Kabupaten Purworejo, saat ini terdapat 210
pegawai di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Purworejo, dengan rincian sebagai berikut :
Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan :
a. SD : 24 Orang
b. SLTP : 34 Orang
c. SMU : 112 Orang
d. D-3 : 11 Orang
e. Sarjana (S-1) : 25 Orang
f. Pasca Sarjana (S-2) : 4 Orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sumber daya manusia dengan komposisi berdasarkan golongan :
a. Golongan I : 40 Orang
b. Golongan II : 85 Orang
c. Golongan III : 79 Orang
d. Golongan IV : 6 Orang
Sumber daya manusia dengan komposisi berdasarkan jabatan :
a. Eselon II : 1 Orang
b. Eselon III : 5 Orang
c. Eselon IV : 12 Orang
Selain didukung oleh sumber daya manusia, Disperindagkop
Kabupaten Purworejo juga didukung dengan sarana dan prasarana
sebagai berikut :
1. Kendaraan operasional roda empat : 2 buah.
2. Kendaraan operasional roda dua : 19 buah.
3. Komputer : 10 buah.
4. LCD Proyektor : 2 unit.
5. Printer : 10 buah.
6. Kamera digital : 3 unit.
7. Meja komputer : 6 buah.
8. Mesin tik : 11 buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten
Purworejo
Kabupaten Purworejo memiliki berbagai macam jenis industri kecil
dan menengah yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo, yang
tumbuh sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-
masing daerah. Beragamnya jenis industri tersebut mendorong tumbuhnya
sentra-sentra industri kecil yang berbeda-beda di setiap daerah. Berikut ini
adalah daftar sentra industri kecil dan menengah yang tersebar di berbagai
wilayah di Kabupaten Purworejo.
Tabel 4.1Daftar Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Purworejo
No. Nama Sentra Unitusaha(unit)
Tenagakerja
(orang)
Nilaiinvestasi(Rp 000)
Jumlahkapasitasproduksi
Nilaiproduksi(Rp 000)
1. SIK anyamanbambu/besek.
5243 5522 747.950 13.155.900buah
5.262.360
2. SIK gula aren 693 1486 519.750 728 ton 5.821.2003. SIK gula
kelapa6.446 12.988 4.834.500 14.345 ton 86.370.664
4. SIK kerupukketela
150 300 97.500 377 ton 1.125.000
5. SIK konveksi 77 205 120.125 225.500potong
4.641.000
6. SIK kursibambu
33 111 24.750 1.584 unit 118.800
7. SIK lanting 139 278 104.250 264 ton 3.168.000
8. SIK mebelkayu
258 512 334.075 14.130unit
6.208.400
9. SIK sangkarburung
69 138 34.500 41.400buah
1.035.000
10. SIK tahu 129 250 64.500 774 ton 3.096.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
11. SIKtampah/senik
57 114 8.550 85.500buah
25.650
12. SIK tempe 345 667 172.500 1.765 ton 8.823.000
13. SIK tikarmendong
42 52 2.100 888lembar
7.560
14. SIK so’un 7 25 50.000 8 ton 63.000
15. SIK sawangan 64 128 12.800 192.000buah
288.000
16. SIK sapusabut kelapa
31 62 15.500 93.000buah
488.250
17. SIK roti/kue 25 50 62.500 162 ton 1.134.000
18. SIK pandebesi
41 152 75.000 98.400buah
3.120.000
19. SIK minyakgoreng
20 92 68.000 384 ton 4.608.000
20. SIK kerupukterung
10 20 58.000 36 ton 36.000
21. SIK kapur 15 30 82.500 27.000 M3 5.400.000
22. SIK empingmelinjo
195 275 107.250 117 ton 2.340.000
23. SIK bordir 27 40 67.500 4.860lembar
364.400
24. SIK batik tulis 154 154 38.500 1.848lembar
277.200
Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.
Tabel diatas memaparkan jumlah unit industri dari sentra-sentra
industri kecil yang ada di Kabupaten Purworejo, tenaga kerja yang terserap,
nilai investasi, kapasitas produksi, dan nilai produksi dari masing-masing
sentra.
Di Kabupaten Purworejo saat ini terdapat sekitar 18.568 unit usaha
industri yang terdiri dari industri non formal dan industri formal, dimana
hampir 98 % merupakan industri berbasis pengolahan hasil pertanian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kehutanan. Berdasarkan perhitungan PDRB Kabupaten Purworejo Tahun
2009, kegiatan sektor industri mencapai 574.141 milyar rupiah atau 9.82%
dari seluruh kegiatan di Kabupaten Purworejo.
B. Pembahasan
Kabupaten Purworejo mempunyai potensi yang besar dalam sektor
industri kecil dan menengah, yang terlihat dari banyaknya jumlah dan
beragamnya jenis IKM yang ada. Industri kecil dan menengah tersebut tidak
terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan usahanya,
diantaranya lemahnya permodalan yang dimiliki IKM, kurangnya keterampilan
pelaku IKM, keterbatasan pemasaran, serta keterbatasan penguasaan teknologi.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo melaksanakan kegiatan
pemberdayaan.
Banyaknya jumlah IKM yang ada tidak memunginkan Disperindagkop
Kabupaten Purworejo untuk melaksanakan pemberdayaan secara langsung dan
menyeluruh. Untuk memilih IKM yang akan mendapat pemberdayaan,
Disperindagkop menetapkan beberapa jenis IKM menjadi industri unggulan
daerah.
Penetapan Industri Unggulan Daerah dilakukan melalui penelusuran
terhadap data base industri kecil dan menengah di daerah Kabupaten Purworejo
dan diskusi mendalam dengan beberapa pihak terkait. Dari data base IKM
Kabupaten Purworejo ditetapkan jenis-jenis IKM yang masuk sebagai IKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
unggulan prioritas yang dipilih dengan kriteria jumlah unit usaha, kemampuan
menyerap tenaga kerja, jumlah investasi, nilai tambah daerah tinggi, nilai
tambah sosial tinggi.
Industri kecil dan menengah dikelompokkan dengan membagi unit-unit
yang sejenis dan memilih jenis-jenis industri yang paling potensial dan berbasis
sumber daya lokal, kemudian mengkategorikannya sebagai industri unggulan
daerah. Industri unggulan daerah mendapat pemberdayaan dengan alasan :
1. Industri kecil dan menengah berbasis sumber daya lokal, baik bahan baku
maupun tenaga kerja.
2. Industri kecil dan menengah mempunyai jumlah yang sangat banyak dan
mempunyai potensi untuk maju karena memproduksi barang yang banyak
dibutuhkan masyarakat.
3. Industri kecil dan menengah mempunyai potensi pemasaran yang luas,
namun kurang dapat memasarkan hasil produksinya karena keterbatasan
kemampuan pemasaran pengelolanya.
Pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan daya saing dan potensi yang dimiliki oleh IKM, sehingga
IKM yang saat ini banyak tumbuh di masyarakat dapat memperkuat
perekonomian masyarakat dan daerah. Pemberdayaan dilakukan melalui
pembinaan dan pengembangan industri kecil dan menengah dalam berbagai
bidang. Pembinaan dan pengembangan usaha IKM dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1. Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan
Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan dilakukan melalui
identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh industri kecil dan
menengah, untuk mengetahui fokus permasalahan sehingga dapat
merumuskan upaya-upaya yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Sebagai suatu usaha yang sedang berkembang, industri kecil dan
menengah selain mempunyai potensi juga menghadapi permasalahan yang
dapat menghambat perkembangannya. Identifikasi potensi dan masalah
terhadap industri kecil dan menengah dilakukan dengan survey dan
pendataan oleh Disperindagkop terhadap industri kecil dan menengah. Hal
sesuai dengan yang dikatakan Bapak A.N Firdaus selaku kepala seksi
industri kimia agro dan hasil hutan yang mengatakan :
“Kami melakukan survey dan pendataan ke unit-unit IKM,melakukan dialog dengan pelaku IKM dan melakukan analisiskebutuhan dan permasalahan. Dari hasil analisis tersebut, kamimembuat proposal untuk kegiatan pemberdayaan kepada dewandaerah, setelah usulan disetujui akan kami laksanakan”(wawancara13 September 2011)
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Sukirman, salah satu pelaku
industri kecil kerajinan sangkar burung, yaitu :
“Awalnya ada aparat dari Dinas Perindagkop Kabupaten datangkesini dan menanyakan banyak hal tentang usaha kami. Apakendalanya, apa kebutuhan kami yang belum dapat kami cukupi,dan lain-lain.”(wawancara 14 Januari 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Survey dan pendataan bertujuan untuk menggali semua informasi
mengenai potensi dan permasalahan yang dihadapi industri kecil dan
menengah. Hasil dari survey dan pendataan digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis bentuk-bentuk pemberdayaan yang akan diterapkan pada IKM,
dan memilih unit IKM yang akan menjadi sasaran pemberdayaan.
Pelaksanaan penentuan sasaran dan analisis kebutuhan,
Disperindagkop mengalami kesulitan karena banyaknya jumlah IKM dan
keterbatasan jumlah aparat dinas. Kesulitan ini juga disebabkan karena tidak
adanya sistem bottom up penyampaian informasi mengenai kondisi IKM
dari pelaku IKM kepada dinas. Selama ini, informasi tentang kondisi IKM,
kebutuhan, dan permasalahanya diperoleh jika petugas dari dinas
mendatangi lapangan. Seperti disampaikan oleh Kepala industri kimia agro
dan hasil hutan, Bp. A.N Firdaus :
“Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi IKM, kamimelakukan survey ke unit-unit industri dan melakukan dialog danpendataan. Karena jumlah IKM sangat banyak, pendataanmembutuhkan waktu yang lama karena keterbatasan jumlahaparat.”(wawancara 13 September 2011)
Hal tersebut juga disampaikan oleh staff Disperindagkop, Bp.
Fakhrudin :
“Pendataan selama ini dilakukan oleh aparat yang datang langsungke unit-unit industri. Sebenarnya kami sudah menginformasikankepada pelaku IKM untuk memberitahukan kebutuhan danpermasalahan mereka, karena kami tidak selalu bisa datang ke unitdan berdialog. Namun hal tersebut kurang dapat berjalan, sehinggapada akhirnya tetap kami yang harus mendatangi mereka. Olehkarena itu pendataan sering berjalan lama.”(wawancara 13September 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Beberapa pelaku IKM juga mengatakan hal yang sama, bahwa untuk
pendataan, selama ini mereka menunggu dari dinas. Hal tersebut
dikarenakan para pelaku IKM ini mencoba untuk mencari solusi dari
permasalahan mereka secara mandiri dulu. Misalnya, jika mereka
kekurangan alat, mereka berusaha untuk memenuhinya walaupun dengan
alat yang sederhana.
Disperindagkop berharap, untuk selanjutnya penyampaian informasi
dapat dilakukan secara terpadu, oleh aparat dinas yang mendatangi lapangan
maupun oleh pelaku IKM yang datang ke dinas. Dalam penyampaian
informasi permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi oleh IKM, akan lebih
bagus jika para pelaku IKM yang berinisiatif lebih dulu untuk
menyampaikan pada dinas, tanpa menunggu kedatangan aparat dinas ke
lapangan.
2. Penyiapan program pembinaan dan sosialisasi kegiatan.
Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi
dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil. Setelah diadakan identifikasi
terhadap potensi dan masalah yang dihadapi, Disperindagkop menganalisis
program-program yang sesuai dan akan diterapkan untuk pembinaan dan
pengembangan industri tersebut. Penyiapan program pembinaan dan
pengembangan dilakukan dengan rapat dan diskusi oleh bidang yang
bersangkutan dalam dinas. Penentuan program pembinaan dan
pengembangan didasarkan pada kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
oleh unit-unit IKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Sesuai dengan keterangan dari Kepala Seksi Industri Kimia Agro
dan Hasil Hutan, Bp. A.N Firdaus, yaitu :
“Setelah survey ke industri-industri, hasilnya dirapatkan untukditetapkan program yang akan dilakukan. Program tersebutkemudian diajukan ke dewan daerah untuk disetujui, baru bisadilaksanakan.” (wawancara 13 September 2011)
Dalam pengajuan usulan, tidak selalu usulan tersebut langsung
disetujui oleh dewan daerah. Penolakan usulan biasanya terjadi dikarenakan
beberapa alasan, diantaranya ketidakcocokan dengan anggaran yang ada.
Jika terjadi hal seperti itu, dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk
menyesuaikan dengan anggaran yang ada, setelah mendapat persetujuan,
Disperindagkop baru dapat melaksanakan program tersebut.
Setelah ditetapkan program-program yang akan diterapkan,
dilakukan sosialisasi oleh Disperindagkop mengenai program-program
tersebut kepada industri kecil dan menengah yang menjadi sasaran
pemberdayaan. Sosialisasi ini bertujuan untuk menyampaikan akan adanya
pelaksanaan pemberdyaan serta agar pelaku industri kecil dan menengah
dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti program ini.
Sosialisasi dilakukan oleh staff dinas yang mendatangai langsung
unit IKM, dan mengadakan pertemuan dan dialog dengan pelaku IKM,
seperti yang diungkapkan oleh Bp. A.N Firdaus, kepala seksi industri kimia
agro dan hasil hutan, :
“Kami mendatangai industri-industri target program pemberdayaanuntuk mengkomunikasikan program-program yang akan kamiterapkan. Dalam acara itu, kami juga menginformasikan apa sajakegiatan yang akan dilakukan dalam program tersebut, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
menyiapkan pelaku IKM agar mudah dalam menyesuaikan denganprogram pemberdayaan.”(wawancara 11 September 2011)
Hal tersebut dibenarkan oleh Sukirman, salah satu pelaku IKM yang
telah ikut dalam program pemberdayaan oleh Disperindagkop Kab.
Purworejo, :
“Sebelum ada kegiatan pelatihan, ada petugas dari dinas yang datangmemberitahu, bahwa akan ada kegiatan pelatihan. Selain itu, kamijuga disuruh membuat kelompok-kelompok, untuk mempermudahpembagian peralatan dan kegiatan pelatihan.”(wawancara 14 Januari2012)
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam rangkaian kegiatan
pemberdayaan, Disperindagkop Kab. Purworejo sebelumnya melakukan
penetapan program dan sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk
mengkomunikasikan program yang akan dilakukan, sehingga sasaran
pemberdayaan dapat segera menyesuaikan diri. Dalam proses sosialisasi ini,
Disperindagkop tidak mengalami kendala yang besar, karena dalam proses
ini, aparat dinas hanya mengadakan dialog dan menyampaikan informasi
tentang kapan dan bagaimana proses pemberdayaan akan dilakukan.
3. Pelaksanaan program pemberdayaan.
Pelaksanaan program pemberdayaan dilakukan dengan penerapan
program-program yang telah ditentukan. Pelaksanaan pemberdayaan ini
dilakukan oleh staff dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Purworejo yang bekerjasama antar bidang. Selain dari pihak
Disperindagkop Kabupaten Purworejo, peaksanaan pemberdayaan juga
melibatkan tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bidang-bidang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilakukan dalam program
pemberdayaan tersebut. Kegiatan pemberdayaan dilakukan dalam bentik
pelatihan dan penyuluhan, pemberian bantuan alat, dan pameran produk.
Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup semua aspek yang dibutuhkan oleh
industri keci, baik dalam bidang produksi, pemasaran, sumber daya
manusia, maupun teknologi. Pelaksanaan pemberdayaan tidak dilakukan
rutin dalam periode waktu tertentu, namun mengacu pada kebutuhan dan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Kegiatan pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan
secara terpadu dan saling berkaitan satu sama lain. Pemberdayaan industri
kecil dan menengah di kabupaten purworejo dilakukan dengan beberapa
kegiatan. Disperindagkop kabupaten purworejo melakukan pemberdayaan
dengan :
a. Pelatihan
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh para pelaku industri kecil dan menengah.
Dalam pelatihan, termasuk juga kegiatan-kegiatan penyuluhan dan
pemberian materi. Upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah
dengan memberikan pelatihan dilakukan dalam berbagai kegiatan
pelatihan. Pelatihan diberikan dalam berbagai bidang diantaranya bidang
produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia. Sesuai dengan yang
disebutkan UU No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan
menengah bahwa pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dilakukan dalam bidang produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan
teknologi.
1) Pelatihan Bidang Produksi
Kegiatan produksi berawal dari adanya suatu kebutuhan dan
keinginan masyarakat, kemudian organisasi mentransformasikannya
ke dalam suatu bentuk yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan masyarakat tersebut, yang dapat berupa barang-barang
maupun jasa. Produksi merujuk pada aktivitas yang menghasilkan
barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Produksi dan
pengolahan berarti mencakup berbagai hal mulai dari pemilihan dan
pengadaan bahan baku, sampai pada proses pengolahan bahan baku
tersebut menjadi barang industri, yang mempunyai nilai jual lebih dari
sekedar bahan baku.
Sebagian besar produk industri kecil dan menengah memiliki
ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian
dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk
yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama, sehingga
menjadikan produk-produk IKM kurang diminati oleh masyarakat
luas. Selain itu, permasalahan juga terjadi pada penyediaan bahan
baku. Terkadang unit-unit industri mengalami kesulitan mendapatkan
bahan baku sehingga produksinya berkurang.
Hal ini sperti yang dikatakan Bapak Sukirman, perajin dan
pengepul sangkar burung :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
“Kami sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan rotan.Rotan yang kami gunakan berasal dari Kalimantan dan kadangkami tidak mendapat rotan jika rotan sedanglangka.”(wawancara 14 Januari 2012)
Selain kelangkaan bahan baku, permasalahan produksi juga
berasal dari harga bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang
digunakan juga sering mengalami kenaikan harga terutama jika
sedang mengalami penurunan jumlah. Bagi beberapa pelaku industri
kecil dan menengah, kenaikan harga bahan baku dapat mengurangi
jumlah produksi mereka karena mereka hanya dapat membeli bahan
baku dalam jumlah kecil dengan modal yang mereka miliki. Dengan
bahan baku yang sedikit, jumlah barang yang mereka produksi juga
sedikit. Di sisi lain, dengan kenaikan harga bahan baku, pelaku
industri kecil tidak dapat dengan serta merta ikut menaikkan harga
produknya, karena jika harga naik terlalu tinggi, pembeli justru akan
menjauh. Seperti yang dikatakan Ibu Sumirah, pembuat alat-alat dari
anyaman bambu :
“Kadang harga bambu juga naik turun mbak, tapi hargabarang-barangnya tidak dapat naik karena kalau dijualkemahalan juga tidak ada yang mau beli. Kalau harga bambunaik juga saya beli bambunya tidak banyak-banyak karenamemang modalnya juga sedikit.”(wawancara 14 Januari 2012)
Hal-hal di atas menjadikan industri kecil dan menengah
mengalami penurunan produksi sehingga sulit bersaing dengan
industri-industri lain yang lebih besar. Bahkan memungkinkan industri
kecil dan menengah manjadi mati karena tidak mampu berproduksi
lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Selain kesulitan bahan baku, IKM juga menghadapi
permasalahan berkaitan dengan keterampilan para pelaku IKM.
Sebagian besar IKM yang ada merupakan usaha turun-temurun atau
pewarisan dari keluarga. Oleh karena itu, keterampilan yang dimiliki
pelaku juga merupakan pewarisan dari keluarga. Seperti yang
dikatakan oleh Munirotun (59), salah satu perajin gula kelapa di Desa
Semagung,
”Belajarnya secara alamiah dengan bapak dan ibu saya saatmembantu waktu membuat gula. Ibu saya dulu juga belajardari nenek. Menantu saya juga sekarang belajar denganmembantu memasak. Ya seperti itu, tidak pernah ada pelatihankhusus,”(wawancara 13 Januari 2012)
Keterangan tersebut juga dibenarkan oleh Sarwono, salah satu
pembuat gula kelapa dari Desa Pituruh, bahwa :
“Cara kita mbuat gula ya belajar dari orang tua mbak.Kebanyakan para pembuat gula belajarnya turun temurun dariorang tua. Atau, kami biasanya cuma tukar pengalaman denganpembuat gula yang lain. Misalnya kalau gula buatan saya kokjadi lembek, nggak mau keras, saya tanya ke pembuat lain,kira-kira kenapa dan bagaimana cara membuat gula biar bisabagus.”(wawancara 14 Januari 2012)
Pewarisan keterampilan ini menjadikan produk-produk yang
dihasilkan juga masih berorientasi pada kondisi produk yang sama
dengan produk pada masa lalu. Produk tersebut biasanya hanya
mempunyai satu bentuk dan pengemasan. Hal tersebut kurang dapat
mengimbangi permintaan pasar, dimana konsumen saat ini
dihadapkan dengan pilihan produk dan kemasan yang bervariasi dari
industri-industri lain. Untuk dapat meningkatkan persaingan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pasar, perlu dilakukan pemberdayaan dalam bidang produksi dan
pengolahan, yaitu pelatihan pembuatan gula kelapa dengan
diversivikasi produk atau pembuatan gula kelapa dengan model dan
pengemasan yang berbeda.
Hal tersebut sesuai dengan keterangan dari Bapak Sarwono,
salah satu pembuat gula kelapa :
“Kita ya dari dulu mbuat gulanya seperti itu mbak. Cetakannyasama, dan penjualanya biasanya tiap kilogram, atau tiap 10biji.”(wawancara 14 Januari 2012)
Untuk menciptakan inovasi baru, diadakan pelatihan kepada
pelaku IKM gula kelapa. Salah satu kegiatan pelatihan yang telah
dilaksanakan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo, yaitu
penyelenggaraan pelatihan kepada 20 orang perajin gula kelapa di
Kec. Ngombol, yang dilaksanakan pada tanggal 26 s/d 28 Juli 2011
dengan narasumber dari Asosiasi Gula Purworejo dan Penyuluh
Disperindagkop Kab. Purworejo. Menurut Kepala Bidang Industri
Disperindagkop Kab. Purworejo, Ir. Subagiyo, Msi, selain untuk
meningkatkan daya saing produk, pelatihan ini juga ditujukan untuk
meningkatkan ketrampilan pelaku IKM dan membekali dengan
peralatan produksi guna mendukukng proses produksi. Diharapkan
alat tersebut dapat dipergunakan sebagai kegiatan usaha rutin yang
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku IKM. Selain itu
pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dengan
menerapkan proses produksi sesuai dengan standar, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
meningkatkan nilai jual. Dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan
tersebut diatas maka garis besar pelatihan yang dilakukan adalah:
a) Membuat Gula kembali ke pengawet alami (Kulit Manggis dan
Kapur).
b) Membuat bentuk gula dengan aneka ragam bentuk (Bentuk Dakon
dan Bentuk Bumbung).
c) Penganekaragaman produk pada pengemasannya (1/2 Kg dan 1
Kg).
Dengan diversivikasi produk diharapkan industri gula akan
dapat meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, sehingga akan
menarik lebih banyak konsumen karena lebih banyak pilihan produk.
Pengembangan produk juga dilakukan pada sentra-sentra
industri kecil dan menengah lainya, salah satunya yaitu pelatihan
pengembangan desain-desain baru dalam industri pembuatan sangkar
burung di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo. Pengembangan desain
sangkar burung ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya
saing produk-produk sangkar burung dari Kabupaten Purworejo
dengan produk-produk dari luar daerah. Seperti yang dikatakan
Sukirman, salah satu pembuat sangkar burung, bahwa di pasaran
banyak produk-produk sangkar burung dari daerah lain yang masing-
masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Untuk meningkatkan
daya saing di pasaran, perajin sangkar burung dari kabupaten
Purworejo diberi pelatihan untuk pengembangan desain sangkar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
burung. Pelatihan diberikan dengan pembuatan desain-desain baru
yang lebih menarik, juga pengembangan dalam teknik pengecatan dan
warna yang digunakan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Sukirman,
pembuat sangkar burung :
“Kami diajari untuk membuat sangkar burung dengan model-model baru, teknik mengecat agar catnya halus dan rata, danpemilihan warna cat untuk membuat sangkar burung terlihatlebih menarik.”( wawancara 14 Januari 2012)
Pelatihan yang diberikan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta mendorong
penerapan standarisasi produk bagi industri kecil dan menengah.
Dengan pelatihan tersebut industri kecil dan menengah dapat
menciptakan inovasi baru dalam produk, juga untuk meningkatkan
standar mutu produk agar sesuai dengan permintaan pasar. Dengan
pengembangan dan diversivikasi produk, IKM mempunyai variasi
baru daya saing yang lebih tinggi dalam produknya yang diharapkan
akan dapat lebih menarik peminat untuk membeli sesuai dengan
kebutuhannya.
2) Pelatihan Pemasaran
Kegiatan pelatihan juga diberikan dalam bidang pemasaran
untuk meningkatkan pemanfaatan pasar dan akses pasar bagi industri
kecil dan menengah. Tujuan diberikannya pelatihan dalam bidang
pemasaran adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pelaku industri dan menengah dalam hal pemasaran produk-
produknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Industri kecil dan menengah cenderung mempunyai jaringan
pasar yang rendah karena produksinya masih berskala kecil dan
biasanya hanya dikenal oleh sebagian kecil masyarakat. Selain itu,
karena produknya kurang kompetitif jika dibandingkan dengan
industri yang lebih besar, produk-produk dari IKM kurang dapat
memasuki pasaran. Dalam pemasaran, IKM cenderung mempunyai
jaringan yang kecil dan tingkat promosi yang rendah sehingga
jangkauan pemasarannya juga kecil. Pemasaran produk-produk IKM
kebanyakan hanya bersifat lokal.
Beberapa industri kecil dan menengah mempunyai prospek
yang sangat bagus karena produknya merupakan barang-barang
kebutuhan utama masyarakat, namun tidak dipungkiri bahwa industri
kecil tersebut mengalami kendala dalam pemasarannya. Hal ini terjadi
pada sebagian besar industri kecil. Industri kecil dan menengah yang
menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo dan mempunyai
keragaman produk dengan kualitas dan bentuk ataupun kemasan serta
area pemasaran yang berbeda. Dalam pemasarannya, biasanya para
produsen menjual produknya kepada tengkulak, baru tengkulak
tersebut yang akan mendistribusikan ke pasar-pasar. Harga yang
dipatok tegkulak biasanya jauh lebih rendah dari harga pasar, sehingga
keuntungan terbesar hanya dimiliki oleh tengkulak. Selama ini,
sebagian pelaku industri kecil tidak dapat memasarkan hasilnya
sendiri ke luar daerah dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mengakses pasar yang lebih luas. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
salah satu pembuat gula kelapa, Suti, warga Desa Semono, Kecamatan
Bagelen yang menyebutkan :
“Produk gula kelapa yang dihasilkan hanya dipasarkan melaluitengkulak. Otomatis harganya ya mengikuti patokantengkulak.”(wawancara 13 Januari 2012)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Sarwono, pembuat gula
kelapa dari Pituruh :
“Setelah gulanya jadi, akan ada orang yang mengambil danbaru memasarkannya, entah itu ke pasar, ke pabrik, atau kedaerah lain. Kami hanya membuat gula.”(wawancara 14Januari 2012)
Banyaknya sentra-sentra industri gula kelapa yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Purworejo kemudian dibentuk kelompok
industri di beberapa daerah. Dengan pembentukan kelompok-
kelompok industri ini, akan mempermudah Disperindakop dalam
melakukan pembinaan dan pengembangan. Pembentukan kelompok-
kelompok industri tersebut digunakan sebagai wadah bagi pemilik
sentra-sentra industri gula untuk berdiskusi dan sebagai jembatan
untuk berdialog dengan Disperindagkop.
Selain sentra industri gula kelapa, beberapa sentra lain telah
mempunyai kelompok-kelompok usaha. Pelaku-pelaku industri kecil
dan menengah yang tergabung dalam kelompok usaha ini mempunyai
satu orang yang bertindak sebagai pengumpul hasil-hasil dari
kelompok ini, dan memasarkanya. Hal ini dilakukan sebagai salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
satu strategi pemasaran yang digunakan agar terdapat kesamaan dan
kesesuaian harga barang dari produk yang sama. Hal ini dijelaskan
oleh salah satu pelaku IKM, Bapak Sukirman :
“Di desa ini, kami mempunyai tiga kelompok. Dari masing-masing kelompok mempunyai orang yang bertindak sebagaipengepul hasil-hasil lainya, dan orang ini yang akanmemasarkan produknya nanti.”(wawancara 14 Januari)
Dengan strategi pemasaran seperti ini, para pelaku IKM akan
lebih mudah dalam memasarkan produknya.
Pelatihan pemasaran juga diberikan dengan pemberian
penyuluhan tentang tentang konsep dan cara-cara pemasaran hasil
industri kecil dan menengah. Disperindagkop kabupaten Purworejo
melakukan pembinaan dan pengembangan IKM dalam bidang
pemasaran dengan mengadakan penyuluhan pada pelaku IKM. Dalam
penyuluhan tersebut, diterangkan kepada para peserta mengenai dasar-
dasar pemasaran dan aplikasi pemasaran dilapangan. Selain dijelaskan
menegenai kondisi dan kendala yang ada dalam bidang pemasaran,
juga diberikan teknik-teknik pemasaran mulai dari cara mencari pasar,
promosi, hingga teknik pemeliharaan pasar.
Dalam penyuluhan pemasaran juga diberikan materi-materi
tentang cara-cara meningkatkan promosi IKM, misal dengan membuat
selebaran-selebaran untuk promosi, membuat iklan melalui media
internet, atau pembuatan kartu nama yang dapat disebarkan. Upaya
pemberdayaan dalam bidang pemasaran yang dilakukan oleh
Disperindagkop mempunyai keterbatasan, yaitu Dispeindagkop hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dapat memberikan informasi tentang pihak-pihak yang dapat diajak
untuk membuka jaringan kerja sama, baik itu dalam bidang pemasaran
hasil produksi maupun penyediaan bahan baku. Disperindagkop tidak
berwenang untuk mengharuskan pelaku IKM untuk menjalin
kerjasama dengan suatu pihak. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
staff Disperindagkop, Bapak Fakhrudin :
“Dinas hanya memberikan informasi tentang adanya pihakyang dapat diajak bekerja sama membuka jaringan. Dinas tidakdapat mengintervensi bahwa suatu unit harus membukajaringan dengan suatu pihak.”(wawancara 14 Januari 2012)
Namun demikian, upaya pemberdayaan dalam bidang
pemasaran cukup membantu pelaku IKM untuk memperluas jaringan
pemasaran produk mereka. Beberapa pelaku IKM memiliki jaringan
yang lebih luas baik dalam hal bahan baku, maupun penjualan. Hal
tersebut seperti diungkapkan Sukirman, salah satu pelaku IKM :
“Dalam penyuluhan pemasaran kami juga diberitahu agen-agen penyedia bahan baku dan penjualan yang dapat kami ajakbekerja sama. Saya juga mendapat jaringan yang lebih untukpengadaan rotan, karena rotan sering sulit dicari.”(wawancara14 Januari 2012)
Bapak Sukirman juga menjelaskan bahwa dia mulai membuat
stan di kota untuk meningkatkan promosi produknya. Walaupun stan
tersebut masih memanfaatkan tempat orang lain. Seperti pernyataanya
berikut ini :
“Saya juga mulai membuat stan sementara dengan ikut ditempat jualan teman saya di kota. Saya bawa beberapa contohproduk saya untuk dijual. Jika ada konsumen yang tertarik,barang bisa langsung terjual. Saat itu juga sayamemberitahukan tempat produksi saya, jadi sewaktu-waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
ingin membeli bisa langsung datang ke tempat saya. Hal inilumayan berhasil, karena setelah itu sering ada pembeli yanglangsung datang tempat saya.”(wawancara 14 Januari 2012)
Strategi pemasaran seperti hal diatas dapat membantu
meningkatkan penjualan produk IKM. Namun, sebagian besar IKM
belum memanfaatkan akses internet untuk memasarkan hasil mereka,
karena terkendala kemampuan penggunaan teknologi internet.
3) Pelatihan dalam bidang sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan komponen inti dalam suatu
organisasi, karena sumber daya manusia sebagai penggerak kegiatan
dalam organisasi tersebut. Hal tersebut juga berlaku bagi industri kecil
dan menengah. Manusia sebagai pelaku industri dalam industri kecil
dan menengah harus mempunyai keterampilan dalam menjalankan
usaha industrinya. Namun dalam kenyataanya, banyak industri kecil
dan menengah yang menghadapi permasalahan dengan terbatasnya
kemampuan sumber daya manusianya.
Sebagian besar IKM tumbuh secara tradisional dan merupakan
usaha keluarga yang dilakukan secara turun temurun. Keterbatasan
SDM dalam industri kecil dan menengah baik dari segi pendidikan
formal maupun pengetahuan dan keterampilanya sangat berpengaruh
terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga IKM akan sulit
untuk berkembang dengan optimal. Selain itu, dengan keterbatasan
SDM, industri kecil dan menengah relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
produknya. Hal ini tentu akan menghambat perkembangan industri
kecil dan menengah tersebut. Seperti yang dikatakan Bapak A.N
Firdaus selaku kepala seksi industri kimia agro dan hasil hutan
Disperindagkop kabupaten Purworejo yang mengatakan bahwa :
“Sebenarnya, permasalahan utama dalam perkembanganindustri kecil dan menengah itu terletak pada kualitas sumberdaya manusianya, karena sebagian besar pelaku industri kecildan menengah merupakan petani yang beralih profesi,sehingga mereka tidak begitu memahami dalam pengelolaanindustri”.(wawancara 13 September 2011)
Tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta jiwa wirausaha yang
mempunyai tanggung jawab tinggi dalam mewujudkan usaha yang
mandiri, produktif, kreatif dan inovatif. Pemberdayaan sumber daya
manusia pelaku industri kecil dan menengah dilakukan dengan bentuk
penyuluhan, pendidikan dan pelatihan keterampilan dan kemampuan
manajerial.
Penyuluhan dan pelatihan diberikan kepada pelaku industri
kecil dan menengah terutama dalam pelatihan keterampilan. Salah
satu kegiatanya adalah Disperindagkop Kabupaten Purworejo
melakukan pelatihan keterampilan penggunaan alat-alat dalam
pengembangan desain pembuatan sangkar burung kepada perajin
Sangkar Burung di Desa Wirun, Kecamatan Kutoarjo. Kegiatan
pelatihan penggunaan alat dalam pengembangan desain sangkar
burung dilakukan dengan tujuan agar kerajinan sangkar burung di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Wirun makin berkembang baik model maupun teknik pembuatannya.
Kegiatan ini juga diisi dengan praktek pembuatan sangkar burung oleh
para perajin dan pelatihan teknik semprot. Hal ini diakui oleh
Sukirman, salah satu perajin sangkar burung di Wirun, :
“Kami dikenalkan dengan alat-alat baru, kemudian kamidiajari cara menggunakannya. Kami juga melakukan praktekpembuatan sangkar burung dengan menggunakan alat-alattersebut.”(wawancara 14 Januari 2012)
Kegiatan pelatihan keterampilan ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan teknis para pelaku IKM. Selain pelatihan,
pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan dengan
penyuluhan-penyuluhan yang pada umumnya diberikan materi tentang
kewirausahaan, pemasaran, serta pemberian materi inti misal tentang
teknik produksi, manajemen keuangan, manajemen kualitas, dan
sebagainya.
Hal ini dijelaskan oleh Bapak Sukirman, pelaku industri kecil
pembuatan sangkar burung, :
“Dulu, pada hari pertama kami diberi penyuluhan tentangpembentukan koperasi, pemasaran, dan kewirausahaan. Setelahitu, hari kedua dan ketiga kami praktek membuat sangkarburung dengan desain baru.”(wawancara 14 Januari 2012)
Dalam kegiatan penyuluhan ini, pemberi materi berasal dari
tenaga penyuluh dinas, pejabat dinas yang berkompeten, serta dari
praktisi ataupun mengundang pelatih dari balai-balai milik
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Sesuai dengan pernyataan dari Bapak Fakhrudin, staff
Disperindagkop :
“Materi yang diberikan sesuai dengan jenis pelatihannya, padaumumnya diberikan juga materi tentang kewirausahaan bagiyang masih awal, terus pemasaran serta pemberian materi inti,semisal tentang teknik produksi, manajemen keuangan,manajemen kualitas, dsb. Sedangkan pemberi materi berasaldari tenaga penyuluh dinas dan juga pejabat dinas yangberkompeten serta dari praktisi ataupun mengundang pelatihdari balai-balai milik pemerintah.”(wawancara 13 Januari2012)
Pelatihan juga dapat dilakukan dengan mengirim pelaku IKM
ke pelatihan yang diselenggarakan oleh balai-balai industri, provinsi
maupun kementerian.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku
IKM. Bekal keterampilan dan keahlian ini sangat berguna dalam
kegiatan produksi, yang akan dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi, dan nantinya dapat meningkatkan perkembangan
IKM.
b. Bantuan peralatan.
Salah satu kendala yang dialami industri kecil dan menengah
adalah dalam hal permodalan. Permodalan dalam hal ini dapat dikaitkan
dengan modal yang berupa uang maupun peralatan yang dimiliki oleh
industri kecil dan menengah. Permodalan merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha. Namun kebanyakan IKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mengalami kekurangan permodalan karena umumnya IKM merupakan
usaha perorangan atau keluarga yang berskala kecil dan mengandalkan
modal pada harta pemilik usaha tersebut. Seringkali modal yang dimiliki
oleh pelaku usaha tersebut jumlahnya terbatas sehingga hanya mampu
berproduksi seadanya. Sedangkan untuk mendapat modal pinjaman dari
bank atau lembaga keuangan lainnya, IKM mengalami kesulitan jika
dalam persyaratannya diminta adanya agunan karena tidak semua IKM
memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.
Beberapa pelaku industri kecil dan menengah mengaku mereka
hanya mempunyai modal dari harta pribadi keluarga. Ibu Sumirah, salah
satu pelaku IKM, mengaku pernah melakukan pinjaman uang pada salah
satu lembaga peminjam uang, dengan sistem cicilan :
“Saya pernah melakukan pinjaman modal pada lembaga peminjammodal, dan saya harus mengembalikannya dengan menyicil setiapbulan. Tapi saya tidak pernah meminjam ke bank, karena tidakmempunyai barang yang akan dijadikan jaminan. Jadi ya, usahasaya modalnya seadanya saja.”(wawancara 14 Januari 2012)
Keterbatasan modal juga dialami beberapa pelaku industri dan
menengah lainya. Salah satunya juga dialami oleh pelaku IKM pembuat
sangkar burung, Bapak Sukirman, yang mengaku memiliki keterbatasan
peralatan produksi :
“Peralatan yang kami miliki masih sangat sederhana, jadi prosespengerjaannya juga membutuhkan waktu yang lebih lama.Sementara, untuk membeli alat yang lebih baik, modal kami belumcukup.”(wawancara 14 Januari 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Hal yang sama juga disampaikan oleh pembuat gula, Bapak
Sarwono, yang mengaku memilki alat yang terbatas, yaitu cetakan gula
dan wajan. Seperti pernyataannya berikut :
“Peralatan untuk membuat gula yang paling utama adalah wajanyang besar, dan cetakan. Tapi alat yang saya miliki masih sedikitmbak. Karena sudah lama, cetakanya banyak yangrusak.”(wawancara 14 Januari 2012)
Hal ini dapat menjadikan para pelaku industri kecil dan menengah
mengalami penurunan produksi yang juga berakibat pada penurunan
pendapatan. Untuk memperkuat permodalan, biasanya pelaku industri
kecil dan menengah mencari pinjaman dari bank yang mempunyai
sistem-sistem peminjaman bagi industri kecil tanpa adanya agunan, misal
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Perkuatan permodalan seperti tidak
termasuk dalam upaya pemberdayaan oleh Disperindagkop, karena
pelaku IKM langsung berinteraksi dengan bank pemberi kredit.
Dalam hal perkuatan permodalan, Disperindagkop tidak
memberikan bantuan langsung berupa uang tunai, namun hanya
memberikan penyuluhan dan pemberian informasi-informasi tentang
adanya bentuk-bentuk bantuan pinjaman yang biasanya berasal dari
bank-bank. Dalam hal ini, Disperindagkop hanya bertindak sebagai
fasilitator yang memberikan informasi kepada pelaku IKM. Keputusan
IKM untuk mengambil bentuk-bentuk pinjaman dari bank atau lembaga
lain berdasar pada keputusan dari IKM tersebut, dinas tidak berperan
dalam penentuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Untuk meningkatkan kekuatan industri kecil dan menengah,
Disperindagkop juga memberikan bantuan peralatan kepada unit-unit
industri kecil dan menengah. Bantuan peralatan ini dimaksudkan agar
industri kecil dan menengah dapat meningkatkan produksinya baik dalam
hal kualitas maupun kuantitas. Pemberian bantuan peralatan ini bersifat
pinjam pakai, yaitu Disperindagkop memberikan atau menghibahkan
peralatan kepada pelaku IKM untuk digunakan, namun Disperindagkop
mempunyai hak untuk menarik peralatan tersebut kembali apabila dalam
dalam monitoring yang dilakukan Disperindagkop, peralatan tersebut
tidak digunakan sebagaimana mestinya oleh pelaku IKM.
Pemberian bantuan peralatan juga disertai dengan pelatihan
tentang penggunaan alat-alat tersebut. Dalam upaya pemberian bantuan
peralatan ini, alat-alat yang diberikan juga merupakan alat-alat yang
sudah menggunakan teknologi yang lebih baik dari alat-alat yang dimiliki
para pelaku IKM selama ini. Hal ini juga merupakan upaya
Disperindagkop untuk memasukkan teknologi yang lebih maju dalam
produksi industri kecil dan menengah, sehingga nantinya ada adaptasi
teknologi yang akan memudahkan dalam kegiatan produksi industri kecil
dan menengah. Pemberian bantuan alat juga diikuti dengan peningkatan
teknologi, seperti yang disampaikan olehKepala seksi industri kimia
agro, Bapak A.N Firdaus, :
“Kaitanya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju,kami juga melakukan pembaharuan pada peralatan yang digunakan,disesuaikan dengan teknologi yang lebih maju dan lebih baik.”(wawancara 13 September 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Salah satu kegiatan pemberian bantuan dilakukan kepada perajin
sangkar burung di Desa Wirun Kec. Kutoarjo. Disperindagkop
memberikan beberapa kompresor, alat bor, dan spray gun, serta
memberikan pelatihan bagaimana cara penggunaan alat-alat tersebut. Hal
ini dibenarkan oleh Sukirman, bahwa Disperindagkop memberikan
beberapa bantuan peralatan dengan teknologi yang lebih baik, :
“Dulu kami cuma menggunakan alat seadanya, seperti kuas untukmengecat. Tapi sekarang kami mempunyai spray gun. Selain itu,kami juga mendapat kompressor. Dengan bantuan alat-alat ini,pekerjaan kami jadi lebih cepat, rapi, dan lebih bagus.”(wawancara14 Januari 2012)
Selain dengan memberikan bantuan langsung kepada pelaku
IKM, Disperindagkop juga bekerja sama dengan pelaku IKM untuk
mengirimkan proposal permohonan bantuan ke Dinas Perindag Provinsi
Jawa Tengah. Seperti yang terjadi pada pembuat gula di Desa Wareng
Kec. Butuh. Mereka menerima bantuan alat pembuatan gula yang
diberikan langsung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa 15
sabit deres, 15 wajan baja kapasitas 15 kg sebanyak, 15 sarangan tungku,
dan 3 karung cetakan gula dari bambu. Bantuan peralatan tersebut
berstatus pinjam pakai, sehingga tidak boleh dialihkan ke orang lain
ataupun dijual. Adanya bantuan alat ini merupakan usaha bersama yang
dilakukan oleh kelompok usaha pembuat gula kelapa di Desa Wareng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dan Disperindagkop Kabupaten Purworejo, dengan mengirimkan
proposal permohonan bantuan ke Dinas Perindag Provinsi Jawa Tengah.
Bantuan peralatan tersebut diakui sangat membantu produktivitas
para pelaku industri kecil dan menengah. Seperti pernyataan dari Bapak
Sukirman, salah satu pelaku IKM, :
“Alat-alat baru tersebut sangat membantu kami untukmempercepat proses pengerjaan. Dulu untuk membuat lubangkecil di rotan kami harus hati-hati dan pelan-pelan. Setelah pakaialat bor, hal itu bisa lebih cepat dilakukan.”(wawancara 14Januari 2012)
Mereka mengaku dengan adanya bantuan peralatan yang lebih
baik. Mereka mendapat keterampilan dan peralatan baru yang
memudahkan pekerjaan mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pemberian bantuan peralatan yang disertai dengan peningkatan
teknologi tersebut mampu membantu pelaku IKM dalam kegiatan
produksinya, sehingga dapat memajukan IKM.
c. Pameran produk.
Pameran produk-produk industri kecil dan menengah merupakan
salah satu kegiatan pemberdayaan industri kecil dan menengah, yang
termasuk dalam pemberdayaan bidang pemasaran. Sesuai dengan UU
No. 20 tahun 2008 yang menyebutkan bahwa dalam pembinaan dan
pengembangan pemasaran bagi usaha kecil, salah satunya dilakukan
dengan memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan
distribusi. Untuk lebih mengenalkan produk-produk industri kecil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menengah dan memperluas jaringan pemasaran, Disperindagkop
mengikutsertakan produk-produk industri kecil dan menengah dalam
kegiatan-kegiatan pameran, baik itu di wilayah kabupaten, provinsi,
maupun nasional. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Bapak Fakhrudin,
staff Disperindagkop Kabupaten Purworejo :
“Dalam rangka promosi produk IKM, biasanya Disperindagkopmengikutkan produk IKM pada pameran-pameran yangdiselenggarakan, baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupunnasional. Kegiatan pameran ini, pada prinsipnya semua unit IKMbisa diikutkan, tapi dinas akan melihat jenis pameran apa yangada dan akan memilih IKM yang akan diikutkan yang sesuaidengan kualifikasi dari penyelenggara pameran. Dinas akanmemilah mana IKM yang potensial yang akan didahulukan untukikut dalam pameran.” (wawancara 13 September 2011)
Hal tersebut juga diakui oleh Bapak Sukirman, salah satu pelaku
industri kecil dan menengah yang mengatakan :
“Produk kami sering ikut dalam pameran-pameran untuk promosi.Biasanya kalau ada acara-acara di kabupaten maupun provinsi,kami diminta untuk mengirimkan produk kami untuk diikutkandalam pameran. Produk kami pernah mengikuti pameran diYoyakarta, Semarang, Jakarta, dan daerah lain.”(wawancara 14Januari 2012)
Kabupaten Purworejo banyak mengikutkan produk-produk
industri kecil dan menengah dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam
satu tahun, terdapat beberapa kegiatan di wilayah kabupaten yang juga
dijadikan sebagai ajang promosi bagi produk-produk industri kecil dan
menengah. Bapak A.N Firdaus, kepala seksi industri kimia agro dan hasil
hutan Disperindagkop Kabupaten Purworejo, mengatakan,:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
“Untuk pameran produk, kami sering membawa produk-produkIKM untuk ikut dalam acara baik di Kabupaten Purworejomaupun provinsi. Setiap tahun, pasti ada suatu acara yang jugamenjadi acara untuk pameran produk, misal dalam acara hariulang tahun Koperasi, ulang tahun kabupaten, atau acara-acaralainya.”(wawancara 13 September 2011)
Dengan pameran industri kecil dan menengah dapat memperluas
pangsa pasar, menambah koneksi dan juga bisa membandingkan dengan
produk-produk pesaing dan bisa melakukan inovasi terhadap produk-
produknya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sukirman :
“Biasanya kalau ikut pameran, kami mengamati dan mencari tahuproduk lain yang ikut pameran, istilahnya belajar gitu, dari oranglain. Kalau lihat produk yang lebih bagus, kami bisa tukarpendapat bagaimana cara untuk membuatnya. Selain itu, kamijuga jadi kenal banyak orang, baik itu pembeli maupun penjualbahan baku. Jadi kami bisa bekerjasama nantinya.”
Dalam suatu pameran, pihak-pihak yang diundang dan datang
terdiri tidak hanya dari konsumen, namun juga dari berbagai pihak
termasuk pemasok bahan baku. Dengan demikian, IKM dapat
memperluas jaringan baik itu dalam hal penyediaan bahan baku maupun
pemasaran. Dalam hal ini, IKM berinisiatif sendiri untuk membuka
jaringan dengan pihak-pihak lain, Disperindagkop hanya bertindak
sebagai fasilitator dengan mengundang pihak-pihak yang terkai dalam
suatu pameran.
Salah satu kekurangan yang dimilki oleh pelaku IKM saat
mengikuti pameran, yaitu mereka belum tergerak untuk membuat brosur,
kartu nama, atau pamflet untuk disebarkan pada pengunjung pameran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Padahal, hal tersebut merupakan langkah sangat baik untuk menarik
konsumen. Sesuai peryataan dari Bapak Fakhrudin, staff Disperindagkop
Kabupaten Purworejo :
“Sayangnya belum ada kesadaran dari pelaku IKM untukmembuat kartu nama, atau brosur dan sebagainya, yang dapatdisebarkan pada pengunjung pameran. Mereka beranggapan kalaupameran itu hanya membawa dan menjual produkmereka.”(wawancara 13 Januari 2012)
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Bapak Sukirman,
“Kami nggak pernah membuat kartu nama, brosur, dansebagainya saat ikut pameran untuk dibagikan pada pengunjung.Kalau untuk berkenalan dengan pengusaha lain atau penyediabahan baku, kami cukup bertukar nomor ponsel saja.”(wawancara14 Januari 2012)
Hal tersebut menunjukkan meskipun pembinaan dan
pengembangan telah dilakukan oleh Disperindagkop, namun masih
terdapat beberapa kekurangan.
Dari pelaksanaan pemberdayaan IKM yang telah dilakukan,
banyak manfaat yang diperoleh IKM. Manfaat tersebut diantaranya yaitu
bertambahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku IKM dari kegiatan
pelatihan dan penyuluhan. Selain itu, IKM dapat memiliki peralatan baru
yang lebih modern untuk produksinya, serta IKM dapat memiliki
beberapa jaringan untuk bekerjasama.
Namun demikian, dalam pelaksanaan pemberdayaan, terdapat
kendala yang menghambat proses tersebut. Secara garis besar, kendala
yang dihadapi Diserindagkop berupa ketimpangan antara jumlah aparat
yang terbatas dengan jumlah pelaku IKM yang sangat banyak. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mengatasi hal tersebut, dinas bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan, misalnya pengusaha-
pengusaha yang sudah lebih maju atau orang-orang yang menguasai
suatu bidang yang berhubungan dengan kegiatan pemberdayaan tersebut.
Selain hal tersebut, untuk mempermudah dan memberikan cakupan yang
lebih luas, dinas mengelompokkan pelaku-pelaku IKM ke dalam
beberapa kelompok dan melakukan kegiatan pemberdayaan secara
kelompok, sehingga kegiatan pemberdayaan dapat diberikan secara
menyeluruh. Hal tersebut dijelaskan oleh kepala seksi industri kimia agro
dan hasil hutan, Bp A.N Firdaus :
“Jumlah aparat dinas sedikit, sementara jumlah IKM yang adasangat banyak. Untuk itu, kegiatan pemberdayaan biasanyamelibatkan banyak orang, tidak hanya dilakukan oleh staff yangberada di bidang industri, namun juga melibatkan bidang lain danbeberapa pihak dari luar dinas yang berkompeten dalam kegiatanyang akan kami laksanakan. Selain itu, dalam kegiatanpemberdayaan, biasanya kami mengelompokkan pelaku-pelakuIKM untuk mempermudah proses pemberdayaan.”(wawancara 13September 2011)
Dengan demikian, untuk dapat melakukan pemberdayaan agar
lebih menyeluruh, Disperindagkop melibatkan beberapa pihak yang
berkompeten untuk membantu pelaksanaan pemberdayaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten
Purworejo mempunyai industri kecil dan menengah dalam jumlah yang
banyak, namun belum semua IKM tersebut dapat berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, Disperindagkop Kabupaten Purworejo melaksanakan upaya
pemberdayaan industri kecil dan menengah untuk meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan industri kecil dan menengah. Proses
pemberdayaan IKM tersebut melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan.
Kegiatan ini sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, meskipun
dinas membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus mengcover
seluruh IKM yang ada di wilayah Kabupaten Purworejo.
2. Penyiapan program pemberdayaan dan sosialisasi kegiatan.
Penyiapan program dan sosialisasi sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan. Masyarakat menerima dan bersedia untuk mengikuti rangkaian
program pemebrdayaan.
3. Pelaksanaan pemberdayaan dengan bentuk pelatihan, bantuan peralatan, dan
pameran produk.
Pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Disperindagkop secara
umum sudah berjalan dengan sesuai dengan perencanaan. IKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
mendapatkan keterampilan dan pengetahuan lebih, peralatan yang lebih
modern, serta jaringan untuk bekerjasama.
Namun, masih terdapat beberapa IKM yang kurang antusias dengan
program pemberdayaan yang dilakukan Disperindagkop. Mereka cenderung
menyukai cara-cara, dan sulit untuk menerima cara-cara baru yang
disampaikan melalui program pemberdayaan, meskipun cara baru yang
diajarkan ini bertujuan untuk memajukan IKM.
B. Saran
Berdasarkan analisis di atas, saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengenalkan dan mengajarkan cara-cara baru pada IKM, sebaiknya
Disperindagkop melakukan pendampingan langsung pada IKM dalam
kegiatan-kegiatan IKM yang menggunakan cara-cara baru. Misalnya, dalam
penggunaan peralatan baru yang masih asing dan susah bagi pelaku IKM,
aparat dari Disperindagkop menyempatkan diri untuk mendampingi,
memberikan bimbingan, dan membiasakan pelaku IKM dalam penggunaan
alat tersebut.
2. Agar Disperindagkop dapat mengcover seluruh IKM yang terdapat di
Kabupaten Purworejo, Disperindagkop dapat mengambil perwakilan dari
beberapa jenis IKM di suatu wilayah untuk mengikuti program
pemberdayaan terlebih dulu. Misalnya dari beberapa wilayah yang
mempunyai jenis IKM yang sama, dinas mengambil perwakilan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
masing-masing wilayah untuk ikut dalam satu program pemberdayaan.
Untuk program berikutnya, dilakukan cara yang sama untuk jenis IKM yang
berbeda.