pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kube...
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
MELALUI KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)
ALKESA LESTARI RW. 003 CIPEDAK JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN
Diajukan kepada Faklultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
NUR SYAMSIYAH
111 3054 0000 17
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
ABSTRAK
Nur Syamsiyah
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui KUBE (Kelompok Usaha
Bersama) Alkesa Lestari Rw. 003 Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan
Proses pemberdayaan dinilai sangat penting dalam melakukan kegiatan
dan menjalankan program pemberdayaan. Dengan adanya proses pemberdayaan,
maka suatu program atau kegiatan pemberdayaan akan lebih terarah, terkontrol
dan terfokus. Banyak proses pemberdayaan menurut para ahli atau organisasi
yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
Proses pemberdayaan juga berlaku untuk program pemberdayaan
kewirausahaan di masyarakat. Seperti yang dilakukan Kube Alkesa Lestari dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
upaya pemecahan masalah dalam pemberdayaan ekonomi dan peningkatan aset
dalam bidang ekonomi yang didapatkan setelah bergabung dalam kelompok usaha
bersama ini. Dengan perumusan masalah (1) Bagaimana proses pemberdayaan
ekonomi masyarakat yang dijalankan oleh KUBE Alkesa Lestari. (2) Bagaimana
keadaan aset nyata anggota dan masyarakat sebelum dan setelah mengikuti
program pemberdayaan ekonomi KUBE Alkesa Lestari.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu
penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan
atau suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang
tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding),
hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara objektif tentang
keadaan yang sebenarnya dari objek yang sedang diselidiki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan ekonomi
masyarakat sebagaimana proses masyarakat yang sebelumnya tidak mampu,
melalui program pemberdayaan ekonomi mereka menjadi mampu, masyarakat
juga terlihat inovatif dalam bidang usahanya. Disamping itu, adanya peningkatan
aset dalam bidang ekonomi sebelum dan setelah mengikuti pemberdayaan di
KUBE Alkesa Lestari. Bagi anggota melalui KUBE Alkesa Lestari anggota
mampu menambah aset seperti tabungan, furnitur, dan surat tanggungan. Dan
adanya KUBE Alkesa Lestari masyarakat sekitar mampu menambah aset seperti
tabungan, furnitur, surat tanggungan, serta hak paten.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah......................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Metodelogi Penelitian .................................................................. 9
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 19
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 24
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat..................................... 24
B. Pemberdayaan Ekonomi ............................................................ 28
1. Pengertian Ekonomi ............................................................. 28
2. Definisi Pemberdayaan Ekonomi ........................................ 29
3. Kewirausahaan sebagai Program Pemberdayaan ................. 31
4. Aset ...................................................................................... 34
a. Definisi Aset ............................................................ 34
b. Tipe Aset ................................................................. 35
C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) .......................................... 39
1. Definisi KUBE ..................................................................... 39
BAB III GAMBARAN UMUM KUBE ALKESA LESTARI RW 003,
CIPEDAK, JAGAKARSA
A. Profil KUBE Alkesa Lestari ...................................................... 42
1. Sejarah KUBE Alkesa Lestari ............................................. 42
2. Visi dan Misi KUBE Alkesa Lestari .................................... 43
3. Program yang Dilaksanakan KUBE Alkesa Lestari ............ 44
4. Kemitraan KUBE Alkesa Lestari ......................................... 44
5. Sumber Dana ........................................................................ 45
B. Gambaran Cipedak Jagakarsa .................................................... 45
1. Letak Geografis Cipedak ..................................................... 45
vi
2. Kondisi Demografis ............................................................. 46
3. Kondisi Sosial Budaya ......................................................... 46
a. Kondisi kehidupan Beragama .................................. 46
b. Tingkat Pendidikan .................................................. 46
c. Kondisi Ekonomi ..................................................... 47
BAB IV ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
A. Proses Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui
KUBE (Kelompok Usaha Bersama) Alkesa Lestari .................. 48
B. Aset Nyata Yang Dimiliki Keluarga (Anggota) dan
Masyarakat ................................................................................ 67
1. Aset-Aset Nyata (tangible asset) yang Dimiliki
Keluarga (Anggota) ............................................................. 67
2. Aset-Aset Nyata (tangible asset) yang Dimiliki
Masyarakat ........................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 95
B. Saran ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 97
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Informan ............................................................................................ 14
Tabel 2 Aset Nyata yang Dimiliki Anggota................................................... 78
Tabel 3 Aset Nyata yang Dimiliki Masyarakat .............................................. 92
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Tabungan Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE................ 69
Grafik 2 Surat Tanggungan Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE .. 70
Grafik 3 Bangunan Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ............... 72
Grafik 4 Furnitur Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE .................. 74
Grafik 5 Mesin Produksi Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ...... 76
Grafik 6 Perkebunan Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ............. 77
Grafik 7 Hak Paten Anggota Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ............... 78
Grafik 8 Tabungan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ........... 83
Grafik 9 Surat Tanggungan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE85
Grafik 10 Bangunan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ........ 87
Grafik 11 Furnitur Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ........... 88
Grafik 12 Mesin Produksi Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE 90
Grafik 13 Perkebunan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ...... 90
Grafik 14 Hak Paten Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya KUBE ........ 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah sosial yang ada di masyarakat sangat beragam. Masalah
yang dihadapi oleh seseorang belum tentu dapat disebut sebagai masalah
sosial. Adanya berbagai fenomena di lingkungan masyarakat dapat
menimbulkan masalah sosial. Namun, tidak semua fenomena di
masyarakat dapat disebut sebagai masalah sosial. Dari sekian banyak
masalah sosial yang dihadapi manusia dan masyarakat salah satunya
bersumber dari faktor ekonomi yaitu masalah kemiskinan.
Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan mental, maupun fisiknya
dalam kehidupan kelompok tersebut.1
Pada hakekatnya, masalah sosial dapat ditanggani dengan kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang
ideal, yaitu kondisi yang saling menguntungkan antara pemberi dan
penerima manfaat program pemberdayaan. Pemberi program bisa
menyalurkan tanggung jawabnya sebagai bentuk partisipasi dalam
pembangunan dan penerima manfaat program lebih berdaya dari segala
aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan dan aspek
kehidupan lainnya untuk mencapai kesejahteraan.
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 322.
2
Program pemberdayaan terhadap masyarakat miskin merupakan
suatu kewajiban lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Aktifitas
dimana orang-orang yang tidak berdaya menjadi berdaya atau mempunyai
kehidupan yang layak, sama dengan manusia lainnya. Artinya cukup
tersedianya sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, keadilan,
dan rasa aman. Mensejahterakan kehidupan bangsa dalam hidup, berarti
memberdayakan setiap warga negara agar mampu berbuat dan bertindak
seimbang, baik dalam pikiran, perkataan, perbuatan serta mampu
menyelaraskan antara Hak dan Kewajiban, oleh karena itu pemberdayaan
dan kesejahteraan dalam hidup merupakan kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi.2
Pemberdayaan ini menjadi trend salah satu sebabnya adalah
kegagalan dari pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi, yakni
pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan dan mengabaikan aspek
sosial. Tujuan awal dari pembangunan yaitu memenuhi kebutuhan material
dan mewujudkan kesejahteraan, sedangkan yang terjadi adalah sebaliknya;
kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar, angka
pengangguran dan kemiskinan bertambah, pelayanan pendidikan dan
kesehatan kurang merata serta kerusakan lingkungan semakin menggila.
Pembangunan ekonomi model ini menimbulkan akses-akses negatif.
Kenyataan ini melahirkan pentingnya pembangunan sosial yang salah
satunya melalui pemberdayaan masyarakat.3
2 Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, strategi, implementasi, (Jakarta:
Depidiknas, 2005), h. 219. 3 Tantan Hermansah & Muhtadi, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat
dalam Islam, (Bogor: Titian Nusa Press, 2010), h. 19-20.
3
Pembangunan yang tidak mengabaikan potensi lokal salah satunya
adalah dengan membuat program pemberdayaan yang melibatkan
partisipasi masyarakat. Dalam program pengembangan masyarakat
partisipasi masyarakat adalah sangat penting. Karena partisipasi ini akan
menentukan keberhasilan suatu program pengembangan masyarakat
tersebut.4
Agar masyarakat berpartisipasi aktif dalam program tersebut
pastinya ada tahapan yang harus dijalankan. Sejak awal, pada tahap
perencanaan program, masyarakat harus terlibat di dalamnya agar pada
tahapan pelaksanaannya dan tahapan selanjutnya masyarakat akan lebih
aktif dalam keterlibatan program.
Pemberdayaan menurut pendapat Ife adalah upaya dimana
menyediakan sumber daya, peluang, pengetahuan, dan keterampilan bagi
masyarakat untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk meningkatkan
kapasitas mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan dapat
mengambil bagian dan mempengaruhi kehidupan masyarakat mereka.5
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya strategi
nasional yang mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan
sosial dan melindungi hak azasi manusia terutama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Dalam implementasinya pemerintah memiliki
komitmen dalam penanganan kemiskinan yang telah dituangkan dalam
peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 42 tahun 2010
4 Tantan Hermansah & Muhtadi, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat
dalam Islam, h. 32. 5 Asep Usman Ismail, ed., Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhua’fa, (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008), h. 168.
4
tentang tim koordinasi penanggulangan kemiskinan provinsi dan kota
dengan tujuan meningkatkan kerja sama, dukungan, dan sinergi semua
pihak baik sektor Pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dalam
menaggulangi kemiskinan.6
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan bagian dari
pemberdayaan masyarakat, karena itu konsep pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan pemberdayaan secara umum tidak jauh berbeda serta
tidak terlepas dari konsep pemberdayaan masyarakat itu sendiri.7
Kegiatan pemberdayaan masyarakat pada umumnya hanya terpusat
pada upaya peningkatan produksi, peningkatan pendapatan, dan perbaikan
kesejahteraan masyarakat penerima manfaat, serta upaya-upaya perbaikan
dan pengembangan sistem pemberdayaan masyarakat.8 Namun banyak
kegiatan pemberdayaan yang mengabaikan keberlanjutan atau
kemandirian.
Menurut Nanih dan Agus, salah satu upaya untuk memperdayakan
potensi ekonomi umat serta membangun sebuah masyarakat yang mandiri
adalah melahirkan sebanyak-banyaknya wirausahawan baru. Asumsinya
sederhana, kewirausahaan pada dasarnya adalah kemandirian, terutama
kemandirian ekonomi; dan kemandirian adalah keberdayaan.9
6
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2010,
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Dan Kabupaten/Kota,
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2010.
7 Asep Usman Ismail, ed., Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhua’fa, h. 227. 8 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebinto, Pemberdayaan Masyarakat
dalam persepektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 248. 9 Nanih Machendarwaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat
Islam:Dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 47.
5
Untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya secara ekonomi salah
satunya adalah dengan program pemberdayaan kewirausahaan.
Kewirausahaan berarti menciptakan lapangan pekerjaan dalam artian
menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri atau untuk orang
lain disekitarnya. Agar jiwa kewirausahaan masyarakat tumbuh dan
meningkat maka diperlukan pendampingan dan pembinaan melalui
program pemberdayaan.
Program pemberdayaan ekonomi (kewirausahaan) masyarakat
sebagai upaya kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses
pendapatan ekonomi masyarakat dalam mencapai kondisi sosial-budaya
terutama ekonomi yang lebih baik, sehingga masyarakat diharapkan lebih
mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik
pula.10
KUBE Alkesa Lestari terletak di Jl.Kav-Komp DKI Gg.Risin No.10
A RT.005 RW.003, Cipedak, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12630, Indonesia. Kawasan yang berada di
komplek perumahan Kavling DKI ini, tepat berada di gang Risin. Di
bangun berbasis nilai ke-Islaman dirancang untuk pemberdayaan
komunitas. Di area tersebut terdapat beberapa anggota kelompok usaha,
rumah sederhana, area pusat inkubasi bisnis, dan pusat pemberdayaan.
Ibu Mardiah11
dalam membangun masyarakat yang lebih berdaya,
tidak fokus pada keuntungan pribadi. Ini terlihat pada visi dan misinya
untuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi. Program
10
Lili Bariadi, dkk., Zakat & Kewirausahaan, (Jakarta: CDE/Center for
Enterpreneurship Development, 2005) h. 73. 11
Ibu Mardiah merupakan Perintis sekaligus Ketua KUBE Alkesa Lestari.
6
pembedayaan harus sinergi dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
sebagai penerima manfaat program. Untuk mensinergikan kebutuhan
tersebut perlu adanya identifikasi masalah. Cara mengidentifikasi masalah
dalam menentukan program terdapat dalam tahapan pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengembangkan program
pemberdayaan diperlukan strategi sehingga program tersebut tepat sasaran
dan efektif.
Untuk mewujudkan kesejahteraan dan masyarakat yang berdaya
tidak cukup hanya dengan memberi mereka uang atau memberi jaminan
kesehatan, karena akan membuat mereka lebih tidak berdaya dan kurang
memiliki keinginan yang kuat untuk menjamin diri mereka sendiri.
Dengan melakukan pembinaan, pendampingan dan pelatihan
kewirausahaan diharapkan mereka akan lebih mandiri terutama
kemandirian dalam ekonomi. Selain kemandirian ekonomi penulis juga
ingin meneliti apa saja peningkatan aset dalam bidang ekonomi dari hasil
usaha dari KUBE Alkesa Lestari.
Kemandirian ekonomi masyarakat bukan hanya semata tangung
jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai akademisi
pengembangan masyarakat yaitu dengan berfikir dan bertindak untuk
menemukan model pemberdayaan masyarakat yang lebih baik. Seperti
yang dilakukan oleh Ibu Mardiah di kawasan pemberdayaanya.
Berdasarkan pernyataan penulis ingin mengetahui bagaimana
pemberdayaan ekonomi dan proses yang dilakukan oleh Ibu Mardiah.
Dalam melakukan pemberdayaan di masyarakat tentulah ada proses yang
7
dijalankan oleh Ibu Mardiah. Penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Ibu Mardiah hingga ke
masyarakat. Penulis memilih KUBE Alkesa Lestari karena
keberhasilannya melakukan pemberdayaan sangat cocok menjadi Rule
Model untuk diterapkan di kawasan-kawasan lain di Indonesia.
Penulis sangat ingin mengetahui hasil dari pemberdayaan yang
dijalankan oleh KUBE Alkesa Lestari khususnya dalam peningkatan aset
ekonomi melalui binaan Ibu Mardiah yang beliau rintis yang nantinya bisa
menjadi contoh untuk kawasan pemberdayaan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul:
”Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui KUBE (Kelompok
Usaha Bersama) ALKESA LESTARI Rw. 003 Cipedak Jagakarsa
Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan demikian luasnya permasalahan yang terdapat dalam
KUBE Alkesa Lestari ini, maka perlu kiranya penulis membatasi
penelitian ini pada ruang lingkup proses pemberdayaan ekonomi
masyarakat khususnya keluarga yang terkena dampak langsung
maupun tidak langsung dari hadirnya KUBE, serta peningkatan aset
ekonomi yang didapat setelah pemberdayaan ekonomi masyarakat
8
khususnya bagi keluarga anggota kelompok maupun masyarakat
sekitar KUBE Alkesa Lestari.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis
dapat merumuskan masalah yaitu:
a. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dijalankan oleh KUBE Alkesa Lestari?.
b. Apa saja peningkatan aset nyata yang didapatkan oleh masyarakat
sekitar KUBE Alkesa Lestari sebelum dan setelah adanya program
pemberdayaan ekonomi KUBE Alkesa Lestari?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengatahui bagaimana
proses pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh KUBE Alkesa Lestari
hingga ke masyarakat sekitar KUBE Alkesa Lestari. Serta peningkatan
aset apa saja yang telah didapatkan sebelum dan setelah mengikuti
program KUBE Alkesa Lestari. Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dilakukan KUBE Alkesa Lestari.
2. Mengetahui peningkatan aset nyata masyarakat sekitar sebelum dan
setelah mengikuti pemberdayaan di KUBE Alkesa Lestari.
9
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat baik secara akademik maupun praktik.
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pemberdaya Ilmu sosial terutama pada Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) tentang upaya pemecahan
masalah sosial serta upaya pemberdayaan ekonomi dan menjadi
referensi ilmiah tentang pemberdayaan masyarakat dalam bidang
ekonomi.
2. Manfaat Praktis.
Penelitian ini diharapakan dapat dipraktikan oleh berbagai
kalangan terutama lembaga sosial, lembaga swadaya masyarakat,
yayasan atau badan usaha lainnya yang memiliki kesamaan dengan
KUBE Alkesa Lestari untuk di terapkan di kawasan lainnya di
Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan
metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-
peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu
10
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam penelitian.12
Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain
secara holistik, dan dengaan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khususnya alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.13
Penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang terbatas
pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau suatu
peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang
tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact
finding), hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran
secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang
sedang diselidiki, akan tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih
luas, biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian
berbagai interpretasi. Adapun ciri-ciri pokok penelitian deskriprif
adalah:14
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang
bersifat aktual.
12 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 41. 13
Lexy J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008). Cet. Ke-25, h.9-10. 14
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta :Gadjah
Mada University Press, 1991), h.31.
11
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang
diselidiki dengan sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi
rasional.
Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
karena lebih tepat dengan subjek yang diamati oleh penulis, dimana
penulis tidak hanya meneliti bentuk partisipasi subjek tetapi penulis
juga meneliti perilaku subjek terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam
penelitian ini penulis juga berupaya mendeskripsikan atau melihat
proses pemberdayaan melalui KUBE Alkesa Lestari. Dalam penelitian
ini penulis berusaha menggambarkan dengan pengumpulan data
melalui wawancara mendalam, tinjauan pustaka, dan pengamatan di
lapangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Pada dasarnya interaksi awal penulis dengan KUBE Alkesa
Lestari sedang berlangsung saat melakukan praktikum PMI,
dilaksanakan selama 3 bulan dari 10 Oktober 2016 sampai 30
Desember 2016. Adapun waktu penelitian untuk mengadakan
penelitian skripsi selama 3 bulan, sejak bulan Februari 2017 sampai
dengan bulan April 2017. Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan
KUBE Alkesa Lestari, Rw. 003 Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
3. Macam dan Sumber Data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
macam, yaitu data primer dan data data sekunder.
a. Data Primer
12
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
subjek penelitian yaitu KUBE Alkesa Lestari dan objek yaitu
masyarakat atau anggota yang terlibat secara langsung program
Pemberdayaan Ekonomi yang dilakukan oleh Ibu Mardiah melalui
KUBE Alkesa Lestari.
b. Data Sekunder
Data-data yang penulis kumpulkan dari catatan-catatan di
lapangan, seperti data kependudukan seperti jumlah penduduk,
ekonomi seperti pekerjaan penduduk, pendidikan, dan lain
sebagainya yang diperoleh dari kantor Kelurahan Cipedak.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam,
penelitian kualitatif menggunakan berbagai metode pengumpulan data,
seperti wawancara individual, wawancara kelompok, penelitian
dokumen dan arsip, serta penelitian lapangan. Antara metode satu
dengan yang lainnya tidak saling terpisah, tetapi saling berkaitan dan
saling mendukung untuk menghasilkan data yang sesuai dengan
kebutuhan. Data yang diperoleh dari suatu metode disilangkan dengan
data yang diperoleh melalui metode yang lain sehingga menghasilkan
data yang dapat dipercaya dan sesuai dengan kenyataan.15
Dalam
penulisan skripsi tentang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui
KUBE Alkesa Lestari penulis menggunakan teknik pengumpulan data,
yaitu Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumen:
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT
Bumi Aksara: 2013), h. 141-142.
13
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Menurut Indriati Yulistiani, observasi
adalah pengamatan dengan menggunakan seluruh panca indera
(melihat, mendengar, dan merasakan) serta pencatatan secara
sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian.16
Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh data penulis
mengunjungi dan meninjau lokasi penelitian yaitu KUBE Alkesa
Lestari dan sekitarnya sambil mengamati dan mencatat kejadian ke
dalam buku catatan mengenai kegiatan yang sedang berlangsung
dalam kegiatan produksi di lokasi penelitian. Sehingga dapat
terlihat dampak dari kegiatan pemberdayaan yang diberikan KUBE
Alkesa Lestari kepada masyarakat sekitar.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek
penelitian. Dengan durasi 45-60 menit. Wawancara merupakan
bagian dari observasi karena wawancara adalah salah satu cara
untuk memperoleh data melalui informasi yang didengar dengan
panca indra pendengaran, yang sebelumnya dinyatakan terlebih
dahulu kepada responden.17
Dalam penelitian ini penulis
16
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan, (
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16. 17
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan
Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 39.
14
mewawancarai Ibu Mardiah selaku pengurus KUBE Alkesa Lestari
dan masyarakat sekitarnya. Penulis mengadakan tanya jawab
berkenaan dengan proses pemberdaan. Yang semuanya mempunyai
tujuan untuk melihat apa saja dampak pemberdayaan pada aset
yang mereka miliki. Ada pun yang menjadi Informan dalam
penelitian ini adalah:
Tabel 1
Informan
No. Informan Nama Informasi yang
dicari
Jumlah Teknik
pengumpulan
data
1
.
Ketua Ibu Mardiah Gambaran umum
tentang KUBE
Alkesa Lestari dan
Proses
Pemberdayaan
1 Wawancara
dan
Dokumentasi
2. Sekertaris Ibu Sumini Gambaran Umum
tentang program
dan tahapannya
1 Wawancara
dan
Dokumentasi
3. Trainer Ibu Mantih Gambaran Umum
tentang KUBE dan
harapannya
1 Wawancara
dan
Dokumentasi
4. Masyarakat
(Anggota
KUBE)
Ibu Miah Dampak yang
dirasakan oleh
anggota KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
5. 5
5
.
Masyarakat
(Anggota
KUBE)
Ibu Manih Dampak yang
dirasakan oleh
anggota KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
6. Masyarakat
(Anggota
KUBE)
Ibu Khatijah Dampak yang
dirasakan oleh
anggota KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
7. Masyarakat Ibu Tumi
Winiarti
Dampak yang
dirasakan oleh
masyarakat sekitar
KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
8. Masyarakat Ibu Rodiah Dampak yang
dirasakan oleh
masyarakat sekitar
KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
15
9. Masyarakat Bapak Ubet Dampak yang
dirasakan oleh
masyarakat sekitar
KUBE.
1 Wawancara,
dokumentasi
dan observasi.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen mencari data yang tertulis, baik berupa
buku, jurnal, maupun lainnya.18
Dengan cara mengumpulkan data
yang melalui peninggalan tertulis, foto kegiatan, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai
pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan atau penelitian.
Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh data penulis
mengunjungi dan meninjau lokasi penelitian yaitu KUBE Alkesa
Lestari, Cipedak, Jagakarsa Jakarta Selatan, sambil mengamati
kejadian-kejadian yang terjadi disana dan dengan bantuan media
pulpen dan buku penulis mencatat dan merangkum segala kejadian
itu didalam buku catatan tersebut, penulis juga sesekali
mengeluarkan handphone untuk merekam segala bentuk
percakapan yang dilakukan dengan anggota maupun masyarakat
sekitar KUBE Alkesa Lestari pengamatan ini tentunya dilakukan di
sekitar KUBE Alkesa Lestari. Sehingga penulis dapat melihat
proses dari kegiatan produksi.
Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan penulis
menggunakan beberapa alat bantu seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, yaitu Handphone yang sudah dilengkapi dengan
18
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 34.
16
kamera, buku catatan dan pulpen. Alat bantu kamera digunakan
oleh penulis untuk merekam dan mengambil gambar ataupun
kejadian sehingga dapat diingat dan dilihat secara visual,
sedangkan buku tulis digunakan untuk mencatat hal-hal yang
sekiranya penting, sehingga didalam penggalian informasi dalam
penelitian ini dapat dilakukan dengan mudah dan meminimalisir
efek kurangnya daya ingat dari penulis.
6. Teknik Analisa Data.
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, menurut Seiddel proses
berjalannya analisis data kualitatif adalah sebasgai berikut:19
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-
hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), cet-22, h. 157.
17
Dalam menganalisa data ini, penulis menggunakan analisis
deksriptif, yaitu mengembangkan objek penelitian apa adanya sesuai
dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada. Pada saat menganalisa
data observasi, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada
kemudian menyimpulkannya. Setelah itu penulis menganalisa
kategori-kategorinya. Analisa data juga dilakukan dengan
menampilkan data deskriptif statistik diikuti dengan penjelasannya.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila penulis melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya penulis mengumpulkan data yang
sekaligus menguji kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.20
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Lexy J. Untuk menentukan
keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
terhadap data itu.21
Dalam penelitian ini penulis mengunakan teknik triangulasi
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh
dengan kenyataan yang ada saat penelitian berlangsung. Dalam
20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2,
h. 24.
21
Lexy J. Moleong, Metode Penelitan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), cet-22, h. 330.
18
penelitian ini penulis menggunakan kriterium derajat kepercayaan.
Berfungsi sebagai melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, dan menunjukkan
derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan pembuktian oleh
penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam penelitian
ini penulis melakukan beberapa kali kunjungan ke sekitar lokasi
penelitian untuk melakukan wawancara dan observasi langsung saat
berjalannya kegiatan produksi di KUBE Alkesa Lestari. Sekaligus
menggali informasi dengan metode mengobrol santai dengan para
masyarakat atau keluarga yang terkena dampak langsung maupun tidak
langsung khususnya yang melakukan kegiatan produksi.
Selanjutnya, triangulasi yakni teknik keabsahan data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pedoman data. Hal itu dapat
dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
8. Instrumen dan Alat Bantu.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
19
penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segala dari keseluruhan proses penelitian.22
Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan
belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.23
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes,
pengambilan foto atau film.24
Pada penelitian ini, penulis dibekali dengan beberapa alat
sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera,
dan perekam suara.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya
ilmiah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat miskin
yang penulis temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai
dengan judul penelitian yang peneliti angkat. Oleh karena itu, untuk
22 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 168.
23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet-2,
h. 60.
24
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), cet-22, h. 15.
20
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti „menduplikat‟ hasil
karya orang lain, maka penulis sangat perlu mempertegas perbedaan
diantara masing-masing judul dan masalah yang dibahas dari beberapa
skripsi yang telah dibahas sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian
kepustakan, adapun beberapa judul diantaranya sebagai berikut:
Judul Skripsi : Upaya Kelompok Tani Sakati Makmur Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Petani Pasir Putih Melalui
Pertanian Jambu Merah.
Penulis : Syaiful, mahasiswa program studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012.
Isi Pokok : Dalam Skripsi tersebut membahas mengenai dampak
pemberdayaan ekonomi petani Kelompok Sakati
Makmur terhadap pendapatan petani melalui pertanian
jambu merah. Dengan hasil penelitian yang sudah
berjalan dengan baik berlandaskan dengan keterampilan
dan kemajuan teknologi pertanian. Dan melibatkan pihak
koperasi yang memegang peranan penting pada kegiatan
pemberdayaan ekonomi ini.
Judul Skripsi : Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus
Kelompok UPPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok
Pucung, Kota Tanggerang Selatan).
21
Penulis : Erna Milana, mahasiswa program studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012.
Isi Pokok : Dalam Skripsi tersebut membahas mengenai
pemberdayaan ekonomi dan evaluasinya terhadap
keluarga yang dilakukan oleh UPPKS Cut Nyak Dien di
Kelurahan Pondok Pucung, Kota Tanggerang Selatan.
Membahas tentang program pemberdayaan ekonomi
yang dimulai dari perencanaan program,
pengorganisasian, serta pelaksanaan kegiatan oleh
UPPKS untuk masyarakat agar tepat guna. Serta
pelaksanaan evaluasi yang membahas hambatan dalam
permodalan, serta pemasaran produk yang terbatas.
Dari kedua judul skripsi di atas, penulis tegaskan bahwa skripsi ini
sangat berbeda dengan karya skripsi sebelumnya. Adapun kelebihan atau
kekuatan penelitian dalam skripsi ini dan membuat berbeda dari penelitian
sebelumnya adalah: bahwa dalam skripsi ini penulis akan membahas
tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui KUBE Alkesa Lestari
Rw. 003 Cipedak, Jagakarsa. Proses pemberdayaan ekonomi masyarakat
serta aset nyata apa saja yang telah didapatkan oleh para anggota, maupun
warga sekitar setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi yang
dipelopori oleh KUBE Alkesa Lestari. Selain itu di dalam skripsi ini juga
mencoba melihat apakah program KUBE yang di galang oleh pemerintah
22
dalam mengentaskan kemiskinan di perkotaan sudah tepat sasaran atau
belum, melihat dengan panduan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka digunakanlah
sistematika penulisan. Penulis mengunakan acuan pendoman penulisan
Karya Ilmiah standar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
terbitan CeQDA. Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan
pemahaman mengenai penelitian ini. Maka dari itu, penulis membagi
skripsi ini ke dalam lima BAB. Adapun sistematika penulisannya sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini terdiri dari tujuh sub bab yang terdiri dari:
Latar Belakang, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada Bab II akan menguraikan kerangka teori yang
berkaitan dengan penelitian yaitu: Definisi Pemberdayaan
Masyarakat, Definisi Pemberdayaan Ekonomi,
Pemberdayaan Berbasis Ekonomi Sebagai Bagian dari
Pemberdayaan Masyarakat, Teori Aset, serta Definisi
KUBE.
BAB III GAMBARAN UMUM KUBE ALKESA LESTARI
23
Pada Bab III akan menguraikan tentang gambaran umum
KUBE Alkesa Lestari yang meliputi: Letak Geografis RW
003 Kelurahan Cipedak, Jagakarsa, Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Di RW 003 Kelurahan Cipedak.
BAB IV ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
Pada Bab IV akan menguraikan temuan dan analisa data
yang didapatkan dilapangan yaitu: Profil penelitian KUBE
Alkesa Lestari, Temuan Lapangan yang meliputi (a) Proses
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh ketua KUBE
Alkesa Lestari (b) Hasil dari pemberdayaan ekonomi yang
didapatkan melalui KUBE Alkesa Lestari.
BAB V PENUTUP
Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Untuk memahami sebuah konsep adalah dengan cara
mendefinisikannya. Berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat,
banyak definisi dan pengertiannya. Penulis mencoba mendefinisikan
Pemberdayaan Masyarakat atau sering juga disebut dengan
Pengembangan Masyarakat, Pembangunan Masyarakat dan Community
Development dari berbagai pendapat. Kata pemberdayaan adalah
terjemahan dari istilah Bahasa Inggris yaitu empowerment yang secara
harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan itu sendiri dapat
dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan kekuasaan
(power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung
(disadvantaged). Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun
eksistensi seseorang dalam kehidupannya dengan memberi dorongan
agar memiliki kemampuan/keberdayaan.1
Salah satu hukum masyarakat yang ditetapkan oleh Al-Qur‟an
menyangkut perubahan adalah yang dirumuskan Allah SWT
menegaskan dalam Al-Qur‟an bahwa setiap manusia sebagai makhluk
sosial seharusnya mereka berusaha untuk merubah keadaan yang ada
agar lebih baik. Sebagaimana firman Allah dalam dalam Surah Ar-rad
1 Syamsir Salam dan Amir Fadhillah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008), h. 232.
25
ayat 11 yang artinya sebagai berikut. “….Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum (masyarakat) sampai mereka merubah
(terlebih dahulu) keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia”.2
Makna ayat diatas, dalam kata diri mereka sendiri, terdiri dari
dua unsur pokok: nilai-nilai yang dihayati dan kehendak manusia.
Perpaduan keduanya menciptakan sesuatu kekuatan pendorong guna
melakukan sesuatu.3
Allah tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka
tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka. Ada pula yang
menafsirkan, bahwa Allah tidak akan mencabut nikmat yang diberikan-
Nya, sampai mereka mengubah keadaan diri mereka, seperti dari miskin
kepada kaya dan dari syukur kepada kufur. Demikian pula apabila
hamba mengubah keadaan diri mereka dari kesusahan kepada
kemudahan, maka Allah akan mengubah keadaanya dari sengsara
kepada kebahagiaan.4
Menurut Eddy Ch. Papilaya menjelaskan, pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong,
memotivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan
berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.
Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat (PM) adalah upaya untuk
2 Al-Qur‟an surah Ar-Rad ayat 11.
3 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2007), h. 385.
26
meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang
dalam kondisi miskin. Sehingga mereka dapat melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.5
Masyarakat yang lemah dan kurang beruntung perlu di
tingkatkan harkat dan martabatnya. Setiap masyarakat memiliki potensi
untuk dikembangkan agar mencapai kesejahteraan dalam segala aspek
kehidupan. Kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat merupakan
salah satu tujuan dari pemberdayaan. Penulis menggunakan teori ini
karena sesuai dengan apa yang ada di lapangan, yaitu adanya
peningkatan harkat dan martabatnya yang dialami oleh anggota KUBE
Alkesa Lestari maupun masyarakat sekitar yang diberdayakan.
Parson mengatakan pemberdayaan adalah sebuah proses dengan
mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang cukup untuk memperoleh kehidupannya dan kehidupan
orang lain yang menjadi perhatiannya.6
Pemberdayaan masyarakat ditekankan juga untuk mengasah
keterampilan dan pengetahuan masyarakat, baik dalam memimpin dan
manajemen kehidupan mereka, keterampilan dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan keberdayaan mereka. Serta
5 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat: Wacana & Praktik, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 24.
6 Edi Soeharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT
Revika Aditama, 2005), h. 58-59.
27
pengetahuan yang dapat mengadakan pilihan-pilihan. Selanjutnya
penulis mengunakan teori ini karena adanya kegiatan di KUBE Alkesa
Lestari yang mampu mengasah keterampilan para anggotanya, serta
adanya keahlian memimpin dan kemampuan mengambil keputusan
dalam mengatur kehidupan mereka.
Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan
masyarakat islam adalah tindakan nyata yang menawarkan alternatif
model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan
lingkungan dalam perspektif islam.7
Masyarakat memilih dan menentukan sendiri usaha apa yang
akan dijalankan. Kemampuan menentukan pilihan tersebut
berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat. Dari teori diatas,
penulis dapat mengambil benang merah bahwa pemberdayaan
masyarakat yang terjadi dalam KUBE Alkesa Lestari adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga, pemerintah dan
perusahaan sebagai fasilitator atau pembuat program yang bertujuan
yang merujuk pada keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan
yakni membangun potensi masyarakat dari yang lemah menjadi
berdaya, baik dalam dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan
mental, sosial-budaya dan aspek lainnya yang berhubungan dengan
kesejahteraan masyarakat.
7
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat
Islam:Dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 29.
28
B. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian Ekonomi
J. M Keynes menyatakan bahwa cacat tama dari masyarakat
ekonomi tempat kita hidup adalah kegagalannya untuk memberikan
kesempatan kerja penuh dan kesewenangannya dalam distribusi
pendapatan dan kekayaan yang tidak merata.8
Paul A. Samuelson mendefinisikan ekonomi sebagai kajian
tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan
sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.9
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang
berkontribusi dalam nilai kehidupan sehari-hari yang membahas
penerapan ilmu-ilmu yang ada didalam masyarakat. Mulai dari
permasalahan kemiskinan, pendapatan, produksi, konsumsi, dan
distribusi. Penulis mengangkat teori ekonomi karena terdapat kegiatan
ekonomi di KUBE Alkesa Lestari. Selain itu adanya pemberian
kesempatan kerja kepada anggota maupun masyarakat yang
sebelumnya tuna karya. Serta adanya pemanfaatan sumber daya alam
oleh sumber daya manusia yang produktif.
8
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: PT Revika Aditama,
2008), h. 240.
9 Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem
Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet Ke-1, h.2.
29
2. Definisi Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu
program kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) atau pemerintah dalam meningkatkan keterampilan hidup,
permodalan sekelompok orang agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, dan membuat kondisi hidupnya lebih baik dengan
mengembangkan usaha.10
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu proses yang dinamis, artinya perubahan yang terjadi menurut
adanya dinamika masyarakat dalam meningkatkan income per capita
agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari guna untuk mengantisipasi
dan mempersiapkan kondisi ekonomi dimasa mendatang.11
Menurut Edi Suharto pengembangan ekonomi masyarakat
adalah suatu usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia dalam bidang ekonomi.12
Pemberdayaan ekonomi hendaknya menjadi prioritas
pemerintah untuk mengorientasikan kepada masyarakat berjiwa
wirausaha. Sebab, untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan
bagi rakyat sebuah negara dapat dinilai sebagai tolak ukur adalah
10
Asep Usman Ismail, ed., Pengembangan Ekonomi Masyarakat: Upaya
Meningkatkan Equity Perempuan Duafa Desa Bojong Indah Parung, dalam Asep
Usman Ismail (ed), Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’fa,
(Jakarta: Dakwah Press UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 225-226.
11
Bariadi, dkk, Zakat & Kewirausahaan, h. 57-58.
12
Edi Suharto, Metode Pengembangan Masyarakat: Jurnal Community
Development, (Jakarta: Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Pengembangan
Msyarakat Islam, 2004), h. 3.
30
bagaimana pendapatan rakyat atau wirausaha sebagai penduduk yang
melakukan kegiatan usaha.13
Menurut Lippit dalam Zakat dan Wirausaha mengemukakan ada
7 fase perubahan dalam proses pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pertama, menumbuhkan kebutuhan untuk berubah. Kedua, membangun
hubungan untuk perubahan di antara sasaran dan agen pembaharu.
Ketiga, diagnosis dan penjelasan masalah yang dihadapi harus diketahui
dan dirumuskan menjadi masalah bersama. Keempat, mencari alternatif
pemecahan masalah dan menetapkan tujuan serta menumbuhkan tekad
untuk bertindak. Kelima, tekad tersebut dirubah menjadi usaha nyata
kearah pencapaian tujuan. Keenam, perluasan dan pemantapan
perubahan. Ketujuh, memutuskan hubungan antara sasaran dan
penyuluh. Untuk memutuskan hubungan antara sasaran dan penyuluh.
Untuk mencegah sikap ketergantungan masyarakat kepada penyuluh.14
Dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
KUBE Alkesa Lestari penulis menemukan adanya peningkatan
keterampilan hidup yang membuat kondisi hidupnya lebih baik dengan
mengembangkan usaha, yakni usaha mengolah singkong menjadi
keripik. Dengan pernyataan tersebut, dapat dilihat adanya peningkatkan
income per capita yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah sebuah
langkah yang perlu dijalankan dengan melakukan kegiatan
berwirausaha, dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat,
13 Bariadi, dkk, Zakat & Kewirausahaan, h. 63.
14
Bariadi, dkk, Zakat & Kewirausahaan, h. 60.
31
dengan itu masyarakat ditantang untuk lebih keras, dengan
merealisasikan ide dan inovasinya agar terlihat kreatif dan mandiri
dalam berwirausaha. Serta penulis melihat juga bagaimana proses
pemberdayaan ekonomi masyarakat, yakni penulis menemukan 6 fase
dalam proses pemberdayaan Pertama, inisiatif. Kedua, sosialisasi.
Ketiga, motivasi. Keempat, merubah tekad menjadi usaha nyata.
Kelima, perluasan perubahan. Keenam, adanya kerjasama atau
hubungan antara KUBE dengan Dinas Sosial yang terhenti.
3. Kewirausahaan sebagai Program Pemberdayaan
Kewirausahaan merupakan sebuah program pemberdayaan
masyarakat, terutama adalah pemberdayan dibidang ekonomi. Bagi
Mardikanto dan Soebianto, pemberdayaan masyarakat dengan
sendirinya berpusat pada bidang ekonomi, karena sasaran utamanya
adalah memandirikan masyarakat, dimana peran ekonomi sangat
penting.15
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan upaya
kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses pendapat ekonomi
masyarakat dalam mencapai kondisi sosial-budaya terutama ekonomi
yang lebih baik, sehingga masyarakat diharapkan lebih mandiri dengan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik pula.16
Dalam pemberdayaan masyarakat, ekonomi adalah hal yang
sangat penting karena berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat.
15
Mardikanto dan Soebinto, Pemberdayaan Masyarakat, h. 290. 16
Bariadi, dkk, Zakat & Kewirausahaan, h. 73.
32
Salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat adalah
dengan program kewirausahaan.
Kegiatan kewirausahaan di masyarakat dapat dikelola sendiri
atau dengan membentuk kelompok masyarakat. Penentuan usaha
kelompok atau individu harus melalui kesepakatan bersama. Dengan
membentuk kelompok-kelompok di masyarakat maka jiwa
kewirausahaan masyarakat akan tumbuh secara bersama.
Dalam penentuan usaha juga harus melibatkan partisipasi
masyarakat, fasilitator mengarahkan masyarakat dalam menentukan
usaha dengan dilihat dari potensi lokal masyarakat. Penentuan usaha
berdasarkan potensi lokal masyarakat bertujuan agar tepat sasaran.
Misalnya di suatu desa pekerjaan masyarakat adalah petani singkong,
maka yang baik dikembangkan adalah olahan yang terbuat dari
singkong. Selain mudah mendapatkan bahannya warga juga sudah
terbiasa dengan singkong, sehingga peluang keberhasilannya lebih
tinggi. Usaha tersebut juga bisa menjadi makanan khas desa tersebut.
Kewirausahaan adalah sebuah proses disiplin dan sistematis
dalam menerapkan kreativitas dan inovasi terhadap kebutuhan,
problem, dan peluang pasar. Kreatif adalah kemampuan seseorang
untuk dapat memikirkan dan mengembangkan ide-ide baru, cara-cara
baru dalam melihat masalah dan peluang sehingga muncul solusi.
Inovasi adalah kemampuan untuk mengimplementasi ide-ide kreatif
tersebut terhadap permasalahan dan peluang yang ada.17
17 Franky Slamet, dkk., Dasar-dasar Kewirausahaan, (Jakarta: PT Indeks, 2014), h. 25.
33
Masyarakat juga harus aktif, kreatif dan inovatif dalam
menentukan jenis usahanya. Usaha yang dibangun harus memiliki nilai
pembeda yang unik dari yang sudah ada. Ini sejalan dengan pengertian
kewirusahaan menurut Peter F. Drucker dalam Kewirausahaan, bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa
seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain, atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan sesuatu yang sudah ada
sebelumnya.18
Program pemberdayaan di bidang kewirausahaan juga tidak
hanya memberi suntikan dana saja kepada masyarakat tanpa adanya
pelatihan agar muncul ide yang baru di masyarakat dan melakukan
pengawasan agar dana dan rencana program berjalan sesuai tahapan dan
target. Pelatihan seperti manejemen keuangan, pemilihan usaha wajib
dilakukan oleh fasilitator pemberdaya masyarakat. Penulis melihat
adanya pelatihan tentang kewirusahaan di masyarakat akan membantu
masyarakat mengurangi resiko dan dapat melihat peluang yang akan
dikembangkan.
Dalam kegiatan kewirausahaan sebagai program pemberdayaan
yang dilakukan melalui KUBE Alkesa Lestari juga menumbuhkan jiwa
kewirausahaan di masyarakat melalui program pemberdayaan
merupakan alternatif untuk memandirikan masyarakat secara ekonomi.
18
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h. 20.
34
Kewirausahaan sebagai program pemberdayaan adalah kegiatan
memandirikan masyarakat maupun anggota melalui usaha, baik usaha
kelompok maupun individu. Kemandirian usaha merupakan tujuan dari
program pemberdayaan. Melalui usaha tersebut masyarakat bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya, meningkatkan daya beli sehingga
berdampak kepada kesejahteraan masyarakat.
4. Aset
a. Definisi Aset
Aset bukanlah sesuatu yang ada begitu saja atau ia
bukanlah kepemilikan atas sesuatu. Lebih tepatnya aset merupakan
hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik konkret
maupun abstrak. Hak dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi,
atau hukum. Kemudian, kepemilikan pribadi adalah klaim sosial
seseorang untuk menggunakan, atau melarang orang lain
menggunakan, menerima keuntungan dari hak-hak tertentu.
Menurut R.H. Tawney:
Properti merupakan kategori yang paling ambigu. Ia
melingkupi berbagai dimensi hak yang tidak dimiliki
persamaan secara umum kecuali yang diberlakukan oleh
individu dan dilindungi oleh negara. Selain dari karakter
formalnya, perbedaan mereka tidak begitu jelas sesuai
dengan karakter ekonomi, pada efek sosial dan justifikasi
moral. Mereka mungkin bersifat kondisional seperti hak
paten atau absolut seperti kepemilikan sewa tanah,
temporer dan dapat diakhiri seperti hak cipta atau permanen
seperti hak milik tanah, komprehensif seperti kekuasaan
daerah, terbatas seperti hak sewa, personal seperti
kepemilikan baju atau buku, atau tidak jelas seperti
tambang emas dan perkebunan karet.
35
Aset terdiri dari modal investasi yang pada gilirannya akan
menghasilkan laju pemasukan di masa depan. Keuntungan aset ini
sangat bergantung pada investasi yang sukses. Uang yang disimpan
dibalik bantal tentu saja tidak melakukan ini. Modal bukan hanya
berarti uang, tetapi uang yang bergerak. Kapital merupakan uang
yang terus berputar dan membentuk suatu produksi dan kembali
menjadi uang. Dengan kata lain, kapitalisme merupakan sebuah
proses. Istilah bahasa spanyol untuk aset adalah aktiva (activosi),
yang memiliki arti dari kata itu sendiri. Secara konsep, ada
beberapa cara untuk membagi aset. Aset dapat dibagi menjadi
individu versus sosial atau kecil versus besar atau dikotomi
lainnya.
Untuk pembahasan kali ini, aset dibagi dengan nyata
(tangible) dan tidak nyata (intangible). Masing-masing tipe aset
tersebut dapat dikategorisasikan (dalam semua hal kategori, yang
bisa diperdebatkan) sebagai sesuatu yang nyata maupun yang tidak
nyata. Kemudian, masing-masing tipe aset ini dapat dipandang
sebagai sesuatu yang mampu menghasilkan bentuk khusus
pemasukan atau pendapatan.19
b. Tipe Aset
Menurut Michael Sherraden aset memiliki dua tipe yaitu aset nyata
19
Michael Sherraden, Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 134-136.
36
(Tangible Asset) dan aset tidak nyata (intangible Asset). Namun,
penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar hasil sesuai
dengan harapan yakni:
1. Aset yang Nyata (Tangible Asset)
Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk
didalam properti fisik sebagai hak milik dan berfungsi sama
seperti properti fisik. Ini dapat dibagi menjadi delapan kategori
umum, yaitu sebagai berikut;
1. Tabungan uang yang pemasukkannya dalam bentuk bunga.
Kategori ini termasuk semua dana tunai, rekening
tabungan, rekening cek dan semua instrumen pasar
keuangan.
2. Saham, surat tanggungan dan semua bentuk jaminan
finansial yang bentuk pemasukannya seperti saham, bunga,
dan atau keuntungan modal atau keruggiannya.
Kepemilikan saham pada dunia bisnis sekarang ini lebih
pada sebuah bentuk peminjaman bukan kepemilikan karena
bagi kebanyakan pemegang saham (shareholders), tidak
benar-benar memiliki kekuatan dalam membuatan
keputusan-perusahaan modern dijalankan oleh para
manajer yang tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana
“pemilik asli”. Oleh karena itu, saham lebih mirip dengan
surat obligasi. Intinya, semua bentuk jaminan ini dapat
dipandang sebagai klaim sebagai properti pribadi (swasta)
37
atau perusahaan umum. Kategori ini merupakan kategori
yang paling dekat dengan “kapital” dalam bentuk produksi
dan aset ini langsung memiliki oleh sebagian kecil saja dari
penduduk, walaupun banyak juga orang yang tidak secara
langsung berpartisipasi lewat kepemilikan saham, biasanya
lewat dana pensiun.
3. Properti nyata, seperti bangunan atau tanah, dengan
pemasukan dalam bentuk pembayaran sewa beserta
keuntungan (juga kerugian). Untuk sebagian orang, aset
kunci dalam kategori ini adalah kesetaraan (equity) antara
pemilik dan penyewa rumah.
4. Aset-aset “berat” selain real esttate, dengan pemasukan
dalam bentuk keuntungan modal (juga kerugiannya). Pada
kategori ini aset yang tidak berbunga seperti metal
berharga, perhiasaan, furnitur, dan semua koleksi lain.
5. Mesin, alat-alat dan komponen produksi nyata lainnya,
dengan bentuk keuntungan penjualan dari produk yang
dihasilkan (juga kerugiannya).
6. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama, dengan
keuntungan lewat meningkatnya efisiensi tugas keluarga.
Dalam beberapa hal, ini memiliki sifat yang sama dengan
mesin pada sektor bisnis keduanya membutuhkan modal
dan keduanya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi
dan keduanya memiliki kegunaan yang jelas.
38
7. Sumber alam, seperti perkebunan, minyak, mineral dan
kayu hutan dengan keuntungan penjualan panen atau
komoditas yang diambil (juga kerugiannya). Sebelum
revolusi industri terjadi, bagian terbesar kekayaan negara
berasal dari sektor ini dan akhirnya secara luas dibagikan.
Tanah dan sumber alam kini tidak sebesar sebelumnya.
8. Hak cipta dan hak paten dengan keuntungan dalam bentuk
royalti dan biaya penggunaan lainnya. Kategori yang lebih
bersifat intelektual ini mungkin dapat dimaksudkan dalam
kategori aset nyata karena hak cipta dan hak paten
dilindungi secara aksplisit oleh hukum legal.20
Penulis meninjau bahwa perlunya pengangkatan teori
pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena sesuai dengan judul
penelitian yakni Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) Alkesa Lestari Rw. 003 Cipedak,
Jagakarsa. Dan salah satu tujuan program pemberdayaan adalah
kemandirian masyarakat baik dalam arti mandiri dari berbagai aspek,
salah satunya adalah ekonomi. Di lapangan penulis menemukan bahwa
KUBE adalah organisasi yang berbasis mengembangkan kemampuan
berwirausaha, dan selalu mengupayakan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dalam bidang ekonomi. Ditunjukkan dengan adanya
peningkatan kemampuan untuk berwirausaha dari sebelumnya. Serta
20
Michael Sherraden, Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan, h. 135-136.
39
adanya peningkatan aset nyata, setelah adanya pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
1. Definisi KUBE
Definisi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok
usaha binaan Kementrian Sosial Republik Indonesia yang dibentuk
dari beberapa keluarga binaan sosial untuk melaksanakan kegiatan
usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial dalam rangka
kemandirian usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
sosialnya.21
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari
keluarga yang tergolong ekonominya medium-low yang dibentuk,
tumbuh, dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling
berinteraksi, dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan
untuk meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi
sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan
masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan
usaha bersama.
Kelompok usaha bersama merupakan salah satu media
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diarahkan untuk terciptanya,
aktivitas sosial ekonomi keluarga “miskin” agar dapat meningkatkan
kesejahteraan sosial mereka. Melalui kelompok dapat berinteraksi,
21 Haryati Roebiyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan
Kemiskinan Melalui KUBE, (Jakarta: P3KS Press, 2011), h. 45.
40
saling tolong menolong dalam memecahkan permasalahan dan
memenuhi kebutuhan.
Pembentukan KUBE didasari oleh kedekatan tempat tinggal,
jenis usaha atau keterampilan anggota, ketersediaan sumber atau
keadaan geografis, latar belakang kehidupan budaya, serta memiliki
motivasi yang sama.22
KUBE merupakan upaya mempercepat penghapusan
kemiskinan dengan tujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan
berusaha para anggota secara bersama dalam kelompok, (2)
peningkatan pendapatan, (3) pengembangan usaha, (4) peningkatan
kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE
dengan masyarakat sekitar.23
Menurut pendekatan Tampubolon dalam konsepnya ABCCM
Empowerment Concept yang dikutip dari buku Implementasi Program
Pemberdayaan Fakir Miskin, ada delapan faktor yang mempengaruhi
keberhasilan KUBE. Lima faktor utama yang merupakan faktor
eksitensi KUBE, meliputi: (a) modal (asset), (b) kemampuan atau
keterampilan (ability), (c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen
(commitment), (e) pasar (market). Tiga faktor lainnya yang
mempengaruhi kedinamisan KUBE, yakni meliputi: (a)
pendampingan, (b) jaringan kerjasama, (c) inovasi. Kedelapan faktor
22
Wawan Mulyana, dkk., Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BPLS) Tahun 2011,
(Jakarta: Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2011), h.
13.
23
Haryati Roebiyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan
Kemiskinan Melalui KUBE, h. 46.
41
ini harus ada dalam KUBE, sehingga KUBE tersebut dapat berjalan
dan berkembang dengan baik.24
Dengan melihat kondisi tersebut, penulis mendapati adanya
pengelolaan pemberdayaan memerlukan kapasitas masyarakat agar
lebih bisa mandiri, oleh sebab itu peluang, kesempatan, dan
kewenangan juga kemampuan, yang semuanya memerlukan proses
atau pemberdayaan. Adapun dalam melakukan pemberdayaan pada
komunitas adalah dengan cara meningkatkan kapasitas pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu berdaya saing dan hidup mandiri.
Selain itu juga perlu dilakukan pembukaan akses kepada berbagai
peluang yang akan membuat komunitas semakin berdaya, seperti akses
pembekalan pengetahuan dan keterampilan, akses pembiayaan modal
dan akses pemasaran sehingga kelompok atau komunitas tersebut
mampu mengembangkan usahanya.
24 B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin,
(Jakarta: Puslit Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen
Sosial RI, 2007), h. 12-13.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM KUBE ALKESA LESTARI CIPEDAK,
JAGAKARSA
A. Profil KUBE Alkesa Lestari
1. Sejarah KUBE Alkesa Lestari
Awal mula terbentuknya usaha pembuatan kripik singkong
awalnya dari usaha orang tua Ibu Mardiah saat itu tahun 2006. Seiring
berjalannya waktu, Ibu Mardiah sudah mulai merintis produksi kripik
singkong sendiri, yaitu tahun 2009. Tahun 2012 pembentukan KUBE
Alkesa atas perintah Dinas Sosial. Saat pembentukan KUBE
prosedurnya harus memiliki organisasi. Yang ada didalam struktur 10
orang, tetapi Ibu Mardiah selaku ketua KUBE Alkesa Lestari tidak bisa
membatasi calon pengusaha baru untuk ikut bergabung. Dengan
komitmen tidak masuk dalam struktur organisasi. Mereka adalah yang
merasa peduli dengan perekonomian keluarganya masing-masing.
Dengan cara menumbuhkan kesadaran untuk membatu perekonomian
keluarganya dan saat itu mulai bangkit.
Kelompok Alkesa Lestari, merupakan salah satu KUBE yang
dibentuk oleh ibu Mardiah. KUBE ini merupakan salah satu KUBE
yang berada di wilayah Jakarta Selatan, tepatnya di kelurahan Cipedak,
kecamatan Jagakarsa. Dalam kurun waktu tiga tahun, KUBE ini telah
berhasil. Dan pantas menjadi Role Model karena prestasinya tersebut.
Jenis usaha KUBE yang ditekuni oleh KUBE Alkesa Lestari ini
ialah pemanfaatan singkong untuk dijadikan keripik, selain itu KUBE
43
inipun diberikan pelatihan cara pembuatan berbagi jenis makanan
ringan lainnya. Keberhasilan kelompok KUBE ini ditandai dengan
banyaknya penjual yang kini datang ke KUBE ini untuk memasarkan
produk tersebut, hal ini sangat mengembirakan dan membuat angota
KUBE ini semakin antusias. Berbeda dengan pada masa awal
pembentukan KUBE ini, produk yang dijadikan usaha KUBE ini
awalnya harus berkeliling dari warung ke warung, menyebarkan atau
menjajakan langsung ke konsumen.
Produk andalan KUBE ini ialah makanan ringan yang terbuat
dari bahan dasar singkong, seperti keripik singkong, opak, dan aneka
kue kering seperti, kembang goyang, rempeyek dan lain-lain. Berkat
usaha dan kerja keras seluruh anggota KUBE ini, KUBE Alkesa
Lestari kini mendapakan penghargaan yakni legalitas usahanya kini
telah diakui sebagai Wirausaha Mikro Sosial. Penghargaan tersebut
mereka terima dari Dinas Sosial, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian,
dan MUI untuk pelabelan Halal pada produk, yang membuat seluruh
anggota merasa termotivasi untuk terus berkembang kedepannya.1
2. Visi dan Misi KUBE Alkesa Lestari
Visi
Berkarya bersama untuk sesama, yaitu mampu berbuat dan
memberikan manfaat kepada sesama, merangkul dan meraih impian
bersama kepada sesama.
1 Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
44
Misi
Memberikan kontribusi yang edukatif, membawa perubahan
paradigma agar keadaan berubah, bangkit memandang dunia dengan
arif dan bijaksana harmonis dan dinamis.2
3. Program yang dilaksanakan KUBE Alkesa Lestari
a. Mengubah paradigma warga masyarakat Cipedak.
b. Pemperdayaan masyarakat Cipedak.
c. Memberikan pelatihan mengolah singkong kepada warga
masyarakat Cipedak.
d. Melakukan pertemuan setiap bulan dengan para warga masyarakat
Cipedak dalam konteks perkembangan usahanya.3
4. Kemitraan KUBE Alkesa Lestari
Salah satu pengelolaan yang baik dan menghasilkan produksi
yang dapat dijaga kualitasnya, KUBE membuktikan dengan
bekerjasama KUBE lain. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan
dan terciptanya kesinambungan sehingga KUBE tidak berhenti
berproduksi. Berikut yang menjalin kemitraan dengan KUBE Alkesa
Lestari. Sudah banyak mitra yang terlibat dalam KUBE Alkesa Lestari
dan cukup berperan besar dalam KUBE, yakni:
1) Dinas Pertanian.
2 Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
3 Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
45
2) Dinas UKM.
3) BPOM dan MUI.
4) Dinas Ketenaga Kerjaan.4
5. Sumber Dana
Program kelompok usaha bersama (KUBE) Alkesa Lestari.
Kelompok usaha ini tidak berdiri sendiri oleh karena itu sumber dana
yang didapatkan dari pihak Dinas Sosial (Dinsos).5
B. Gambaran Cipedak Jagakarsa
1. Letak Geografis Cipedak
Kelurahan Cipedak berada di Jakarta Selatan dengan luas
wilayah 397,5 Ha yang terbagi dalam 6 Rukun Warga (RW) dan 62
(RT) pada tahun 2016, berada dibelahan Selatan Jakarta dengan batas-
batas wilayah :
Sebelah Utara : Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa.
Sebelah Timur : Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa.
Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah Baru, Kota Depok.
Sebelah Barat : Kali Krukut, Kelurahan Gandul, Kota Depok.
4
Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
5 Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
46
2. Kondisi Demografis
KUBE Alkesa Lestari terletak di RW. 03 Cipedak, Jagakarsa
yang memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 1.578 kepala keluarga
dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sejumlah 3.010
jiwa dan yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 2.979 jiwa.6
3. Kondisi Sosial Budaya
a. Kondisi Kehidupan Beragama
Keagamaan masyarakat Cipedak khususnya di RW 003
menganut agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, dan
Hindu. Dimana mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kehidupan antar umat beragama di wilayah RW 003 cukup
harmonis dan tingkat toleransi beragama cukup tinggi.7
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator penentu
berhasilnya suatu daerah dalam pembangunan. Pendidikan
berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM). Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang
sangat signifikan dalam menciptakan penduduk yang produktif dan
kreatif yang berpartisipasi dalam pembangunan.
Kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan di RW 003
ini adalah sebagian besar penduduknya lulusan perguruan tinggi,
6
Laporan Bulanan Kelurahan Cipedak Bulan Desember 2016, Kelurahan
Cipedak.
7 Laporan Bulanan Kelurahan Cipedak Bulan Desember 2016, Ibid.
47
dan SMA. Selanjutnya, penduduk dengan tingkat pendidikan SMP,
dan hanya beberapa yang lulusan SD.8
c. Kondisi Ekonomi
Jenis mata pencaharian penduduk RW 003, beraneka
ragam. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai
wiraswasta sedangkan yang bermata pencaharian sebagai karyawan
dan pegawai negeri sipil tidak terlalu banyak.9
8 Laporan Bulanan Kelurahan Cipedak Bulan Desember 2016, Ibid.
9 Laporan Bulanan Kelurahan Cipedak Bulan Desember 2016, Ibid.
48
BAB IV
ANALISIS TEMUAN LAPANGAN
A. Proses Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) Alkesa Lestari
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia adalah negara yang subur dan
kaya, namun sebagian besar masyarakat ekonominya tergolong miskin.
Berdasarkan latar belakang berdirinya KUBE Alkesa Lestari di RT. 05
RW. 003 Kelurahan Cipedak, Jagakarsa yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, bahwa usaha rumahan yang sangat menjanjikan karena dapat
menjadi tulang punggung bagi ekonomi masyarakat kecil.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen,
bahwasannya proses pelaksanaan dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat merupakan program yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat. Dengan adanya program ini, yang mayoritas ibu
rumah tangga diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan
tambahan yang berguna untuk membantu perekonomian di dalam
keluarganya.
Dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat,
pemberdaya/fasilitator telah menemukan permasalahan yang ada dan
mampu memberikan solusi yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Hadirnya KUBE sebagai bentuk nyata dari program pemberdayaan yang
dijalakan yakni adanya perubahan pada anggota dan masyarakat sekitar.
Adapun perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam segi
49
pendapatan ekonomi keluarga. Sehingga masyarakat tersebut dapat
dikatakan sejahtera.
“....terus yang ibu tau dari itu masyarakat yang ikut bikin keripik
ekonominya jadi lebih bagus, ya jadi lebih baik ya kak.”1
Begitu penturan Ibu Mantih selaku pelatih/trainer Kube Alkesa
Lestari. Yang mengakui adanya perubahan ekonomi di setiap keluarga
pelaku wirausaha.
Langkah dalam proses pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh
Ibu Mardiah selaku pengerak pemberdayaan sekaligus ketua KUBE yakni
adalah:
1. Inisiatif.
Dalam hal ini Ibu Mardiah mengakui bahwa inisiatif yang
dimaksud disini adalah satu upaya bahwa perlunya perubahan dalam
masyarakat beliau menyadari bagaimana masyarakat di sekitarnya
masih jauh dari “sejahtera”. Beliau memulai dari titik sadar, bahwa
perlunya pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi yaitu dengan
melakukan konsolidasi bersama Dinas Sosial. Berikut penuturannya:
“Ini dulu konsolidasi ke atas dulu ke Dinsos,....”2
Hal ini merupakan langkah awal yang dari pemberdayaan yang
dilakukan oleh Ibu Mardiah.
2. Sosialisasi.
Dalam hal ini Ibu Mardiah melakukan program pemberdayaan
dengan sosialisasi, sosialiasi dilakukan secara formal maupun non-
1
Wawancara Pribadi dengan MT, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
2 Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
50
formal dalam forum perkumpulan dari RT ke RT. Sosialisasi juga
dilakukan lewat perkumpulan PKK berikut penuturannya:
“Awal-awalnya itu kita seminggu sekali kumpul, terus kita
bersosialisasi, kumpul PKK juga pasti....”3
Sedangkan penuturan Ibu Sumini, salah satu pengurus KUBE
Alkesa Lestari, beliau memang mengetahui akan diberdirikannya
KUBE Alkesa Lestari yang disosialisasi kan lewat perkumpulan ibu-
ibu. Berikut penuturannya:
“Awalnya, tau dari ibu Mardiah. Ya seneng aja gitu bisa
masuk KUBE,....”4
Begitupun yang dikatakan dengan Ibu Mantih selaku
pelatih/trainer di KUBE Alkesa Lestari:
“Ya kalo ibu taunya waktu itu bu Mar ya yang sosialisasi
kalo lagi ada kumpul arisan, kumpul PKK juga pasti
dikasih kabar bagaimana programnya,...”5
Sama halnya dengan Ibu Miah yang mengetahui program
pemberdayaan ekonomi ini dari sosialisasi yang dilakukan oleh Ibu
Mardiah.
“Tau program KUBE dari bu Mar langsung, kan dulu bu
Mar sempet ngumumin, kaya sosialisasi gitu, terus ibu
tertarik, ya langsung dateng gitu ke bu Mar.”6
Hal serupa juga sama dengan yang disampaikan oleh Ibu Manih,
beliau mengakui bahwa mengetahui akan terbentuk KUBE melalui
sosialisasi yang disampaikan oleh Ibu Mardiah berikut penuturannya:
“Tau dari bu Mar saya,...”7
3
Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
4 Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
5 Wawancara Pribadi dengan MT, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
6 Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
7 Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
51
3. Motivasi
Hal ini juga berarti bahwa, pemberdayaan dengan cara
membangun daya melalui motivasi, yang berupaya mengembangkan
kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas. Ibu Mardiah selaku
ketua KUBE Alkesa Lestari tentu juga melakukan motivasi berikut
penuturannya:
“Saya pasti mulai dari motivasi dulu, supaya mindset
masyarakat bisa berubah, supaya punya semangat, nantikan
kalo udah semangat mereka udah mulai mau merubah kan
artinya, dari situ kalo ada masyarakat yang mau belajar
silahkan, kalo belum bisa produksi saya kasih tau dulu
caranya, tapi rata-rata mereka langsung mau coba, saya sih
gak ngelarang, justru saya seneng gitu bisa ngasih nilai yang
bermanfaat ya kalo ada orang yang teriak saya seneng gitu,
artinya saya bisa kasih solusi.”8
Motivasi sangat dibutuhkan bagi sasaran pemberdayaan, untuk
menyakini mereka untuk mulai membangun dari keadaan sebelumnya.
Muhtadi berpendapat dalam bukunya, bahwa motivasi juga dibutuhkan
untuk meningkatkan produktivitas. Sumber dari motivasi bekerja
diantaranya adalah adanya kesempatan untuk berkembang, jenis
pekerjaan yang dilakukan, serta adanya perasaan bangga menjadi
bagian dari organisasi.9
“Apalagi kalo orang (yang teriak itu) dengerin, ngelakuin apa
yang saya saranin. Seneng banget saya. Sejauh ini mereka
(masyarakat yang terlibat dalam produksi) anggota maupun
non anggota, kalo mereka bisa produksi setenggah mateng
nanti ditimbang di saya gapapa, saya terima, kalo sudah
mampu mau masarin produknya sendiri gapapa. Bebas saya,
dan saya gak mau buat mereka terbatas gitu, kalo stok di
gudang saya masih banyak nanti stok mereka yang saya
8
Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
9 Tantan Hermansah & Muhtadi, Dasar-dasar Pengembangan
Masyarakat dalam Islam, (Bogor: Titian Nusa Press, 2010), h. 59.
52
pending, satu-satu gitu masuknya karna kan di gudang saya
gak muat kan.”10
Dalam menjalankan program atau kegiatan pemberdayaan,
KUBE Alkesa Lestari ada hubungan antara KUBE dengan masyarakat
terjadi kerjasama serta terjadinya proses pembinaan dan
pengembangan. Dan adanya perlakuan timbal-balik, dan saling
menguntungkan.
4. Merubah tekad menjadi usaha nyata.
Hal ini adalah poin terpenting dari seluruh rangkaian proses
pemberdayaan. Karena jika tidak dimulai dari sedini mungkin KUBE
tidak akan sukses seperti sekarang ini. Dari runtutan poin perencanaan
hal ini juga merupakan hal yang penting karena ini adalah proses
perwujudan dari perencanaan tersebut. Sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik tidak akan melenceng dalam pelaksanaan
jika di lapangan ada kerja sama yang baik antara pelaku perubahan dan
masyarakat.
Hal ini senada dengan yang ada di lapangan bahwa adanya
perubahan tekad menjadi usaha. Usaha yang dimaksud disini yaitu
dengan memulai. Berikut penuturan Ibu Mardiah :
“Tahun 2012 mulai pembentukan KUBE Alkesa atas perintah
Dinas Sosial.”11
Begitu pun hal yang serupa juga dilakukan oleh para anggota
untuk mulai merubah potensi kewirausahaannya menjadi usaha nyata.
10 Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
11 Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
53
Menurut Ibu Sumini selaku sekertaris KUBE beliau mulai menjadi
wirausahawan sejak tahun 2012. Berikut penuturannya:
“Saya ikut kube dari tahun 2012 tapi saya kurang inget
bulan apa, pokonya dari awal berdirinya KUBE deh
neng.”12
Ibu Miah juga mengakui jika beliau juga ikut merubah tekadnya
menjadi usaha sejak tahun 2012. Beliau mengakui sudah tertarik
mengikuti pemberdayaan yang diusung oleh Ibu Mardiah sejak
disosialisasikan. Berikut penuturannya:
“Dari awal ibu sudah gabung KUBE. Berarti sekitar 6
tahunan ya dek.” 13
Hal yang serupa juga dikatakan oleh Ibu Manih beliau
berkomitmen merubah tekadnya menjadi usaha nyata sejak tahun 2012
berikut penuturannya:
“Ya sekitar tahun 2012 an lah.” 14
Berbeda dengan Ibu Khatijah yang mengaku 2 tahun terakhir
berkomitmen untuk merubah tekadnya menjadi usaha sejak tahun
2015, hal ini berbeda dengan anggota yang lain karena ada perubahan
struktur anggota, anggota terdahulu dinyatakan non aktif karena sudah
tidak produktif. Berikut penuturan Ibu Khatijah:
“Saya baru 2 tahun ngerjain (produksi keripik) ini, iya
baru jadi anggotanya juga sekitar 2 tahunan ya mba.”15
12 Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
13
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
14
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
15
Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
54
5. Perluasan perubahan
Dalam hal ini KUBE Alkesa Lestari juga melakukan perluasan
perubahan yang berdampak pada masyarakat di lingkungan sekitarnya
yaitu 3 dari 7 orang pelaku usaha yang sama, 2 orang merasa terbantu
dengan adanya KUBE.
Ibu Tumi menyatakan bahwa beliau memulai usahanya sejak
setelah menikah, yang sebelumnya hanya membantu produksi orang
tua, setelah menikah beliau memilih untuk membuka usaha sendiri,
sebelum beralih untuk produksi keripik singkong dari cerita yang ada
sebelumnya beliau memproduksi bubuk minuman herbal yang
berbahan baku jahe, namun usaha tersebut telah behenti produksi dan
telah beralih ke keripik singkong. Berikut penuturannya:
“Udah lama ya aku produksi, yaaa kira-kira setelah nikah aku
produksi sendiri.” 16
Berbeda dengan Ibu Rodiah yang menyatakan terbantu dengan
adanya KUBE, dari hasil wawancara beliau mengungkapkan bahwa
beliau merasa terbantu dengan adanya KUBE. Karena, beliau bisa
menjual sebagian produk mentahnya ke KUBE, dimana dengan status
masyarakat yang tidak masuk struktur keanggotaan KUBE, beliau
merasa sangat terbantu. Beliau juga mengakui sebelum terbentuknya
KUBE beliau sudah melakukan produksi, tetapi produksinya hanya
menjadi sampingan. Sebelumnya beliau hanya seorang buruh cuci, 8
tahun terakhir beliau memfokuskan diri untuk produksi keripik
singkong. Berikut penuturannya:
16 Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
55
“Saya sekitar 8 tahunan, 8 tahun kemarilah, kurang lebih
dari tahun 2009 an lah.” 17
Hal yang sama juga dikatakan oleh Pak Ubet, dari hasil
wawancara yang ada beliau menyatakan bahwa beliau merasa terbantu
adanya KUBE. Karena beliau mengetahui cara produksi dari Ibu
Mardiah. Beliau menyatakan beliau adalah seorang buruh bangunan,
dan produksi keripik singkong dilakukan hanya sampingan jika beliau
sedang bekerja menjadi buruh. Beliau dibantu istrinya jika sedang
bekerja menjadi buruh untuk produksi. Hasil produksi beliau jual
mentah ke pengepul yang berada di daerah Kalibata. Berikut
penuturannya:
“Udah lama, sekitar 4 tahunan ada jalan 5 tahunan neng kalo
saya keripik cuma buat sampingan aja biasanya yang ngerjain
kalo saya lagi kerja jadi tukang istri saya.”18
6. Adanya kerjasama atau hubungan antara KUBE dengan Dinas Sosial
yang terhenti.
Sebelum terbentuknya KUBE Alkesa Lestari, Ibu Mardiah
selaku pengerak pemberdayaan, beliau melakukan konsolidasi terlebih
dahulu dengan Dinas Sosial. Setelah terbentuk KUBE yang syaratnya
memiliki struktur organisasi, KUBE Alkesa Lestari mendapatkan
bantuan Modal sekitar Rp. 20.000.000- yang berbentuk barang dan
singkong dan dibagi rata ke seluruh anggota KUBE. Setelah dirasa
mampu produksi, KUBE tidak lagi mendapat bantuan. Hal ini
membuktikan bahwa di KUBE Alkesa Lestari mengalami adanya
17 Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
18
Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
56
kerjasama atau hubungan antara KUBE dengan Dinas Sosial yang
terhenti.
Namun, penulis menemukan di lapangan sedikit berbeda
dengan yang dikemukakan Lippit yang menyebutkan bahwa fase
dalam teori proses pemberdayaan yang ada. Dikatakan berbeda karena
banyaknya poin dalam teori yang tidak ditemukan di lapangan. Dalam
teori menyebutkan bahwa Pertama, menumbuhkan kebutuhan untuk
berubah. Kedua, membangun hubungan untuk perubahan di antara
sasaran dan agen pembaharu. Ketiga, diagnosis dan penjelasan
masalah yang dihadapi harus diketahui dan dirumuskan menjadi
masalah bersama. Keempat, mencari alternatif pemecahan masalah dan
menetapkan tujuan serta menumbuhkan tekad untuk bertindak. Kelima,
tekad tersebut dirubah menjadi usaha nyata kearah pencapaian tujuan.
Keenam, perluasan dan pemantapan perubahan. Ketujuh, memutuskan
hubungan antara sasaran dan penyuluh. Untuk memutuskan hubungan
antara sasaran dan penyuluh. Untuk mencegah sikap ketergantungan
masyarakat kepada penyuluh.19
Namun keadaan di lapangan penulis hanya menemukan 6 fase
dalam proses pemberdayaan Pertama, inisiatif. Kedua, sosialisasi.
Ketiga, motivasi. Keempat, merubah tekad menjadi usaha nyata.
Kelima, perluasan perubahan. Keenam, adanya kerjasama atau
hubungan antara KUBE dengan Dinas Sosial yang terhenti.
19
Bariadi, dkk, Zakat & Kewirausahaan, h. 60.
57
Begitu pula pemberdayaan yang dilakukan melalui KUBE Alkesa
Lestari juga sudah sesuai dengan yang termaktub dalam tafsiran ayat Al-
Qur‟an Surat Ar-Rad ayat 11 Sebagaimana firman Allah yang artinya
sebagai berikut. “….Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum (masyarakat) sampai mereka merubah (terlebih dahulu) keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya;
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.20
Terlihat jelas bagaimana proses masyarakat yang sebelumnya tidak
mampu, melalui program pemberdayaan ekonomi mereka menjadi
mampu, masyarakat juga terlihat inovatif dalam bidang usahanya. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pemanfaatan sumber daya manusia yang
produktif untuk memproduksi, mendistribusikan produk untuk
dikonsumsi. Sehingga tampak jelas pengaruh dari produksi tersebut
dibuktikan sebagai berikut.
Ibu Sumini menyatakan bahwa beliau lebih berinovatif dalam
berproduksi, hal ini dibuktikan dengan penuturan beliau, beliau mengakui
bahwa setelah menjadi anggota KUBE Alkesa Lestari Ibu Sumini mampu
memproduksi keripik singkong, disamping itu ketika bulan ramadhan
pesanan lebih meningkat dari bulan-bulan biasanya. Saat bulan ramadhan
beliau mengaku banyak menerima pesanan aneka kue kering. Hasil inovasi
Ibu Sumini dinaungi juga dalam KUBE. Berikut penuturannya:
20 Al-Qur‟an surah Ar-Rad ayat 11.
58
“Abis itu udah mulai bisa dimanfaatin kan kaya oven nya itu
kadang pas mau lebaran bisa buat sampingan jual kue kering,
lumayan pesenannya mah bisa sampe 50 toplesan.”21
Menurut Ibu Miah mengakui bahwa beliau lebih percaya diri untuk
produksi keripik singkong. Sebelumnya, beliau berjualan nasi uduk,
lontong sayur, di pagi hari. Ketika siang, beliau berjualan es di pekarangan
rumahnya. Setelah menjadi anggota KUBE Alkesa Lestari beliau
konsisten hanya produksi keripik singkong saja. Berikut penuturannya:
“Dari ngupas, ngukus singkong, ngiris, terus jemur aja dek.”22
Begitu pun dengan Ibu Manih, sebelumnya beliau hanya ibu rumah
tangga yang mengurus seluruh keperluan rumah tangganya, semenjak
beliau menjadi anggota KUBE, beliau fokus produksi. Berikut
penuturannya:
“Kalo saya cuma ngolah produk yang mentah bu Mar yang
goreng. Sama kaya yang laen. Itu ada yang baru kering mau dijual
gitu loh,....”23
Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Khatijah, dari cerita yang ada.
Sebelumnya beliau hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak
produktif. 2 tahun terakhir adalah masa perubahan yang drastis, dimana
yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, kini beliau memiliki
tabungan, dan bisa memberi jajan anaknya hasil dari produksi yang beliau
jalani, beliau menjadi anggota KUBE karena anggota yang sebelumnya
sudah tidak produktif. Maka itu Ibu Khatijah yang menggantikan posisi
tersebut. Awalnya Ibu Khatijah belajar produksi, beliau mengakui bahwa
Ibu Mardiah lah yang membimbingnya. Kini beliau sama seperti anggota
21
Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
22
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
23
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
59
lainnya, yang hanya fokus produksi keripik singkong. Berikut
penuturannya:
“Awalnya saya nyoba, 10 kg singkong 2 hari, terus nambah sampe
sekarang jadi 50 kg udah tuh mentok ngerjaiinnya 2 hari. Kadang
saya kerjain bareng suami saya kalo dia udah pulang selesai anter
kue, ngupas, ngukus singkong sore, terus lanjut ngiris malemnya,
pagi baru dijemur sampe siang baru diangkat. Kan sama kaya yang
laen kita jual yang mentah.”24
Di kelompok masyarakat, penulis juga menemukan hal yang sama
dimana ada 2 orang yang mengaku bahwa, mereka tidak hanya fokus
produksi tetapi juga memasarkan produknya. Dan 1 orang lainnya hanya
fokus produksi. Berikut penjelasannya:
Ibu Tumi menyatakan bahwa beliau tidak hanya rutin produksi tetapi
juga memasarkan produknya, berikut penuturannya:
“Produksi iya, marketing juga iya, ya fleksibel aja gitu, kita kan
juga harus pinter baca situasi, ya dijual di toko pisang, toko oleh-
oleh, warung, kadang juga ada langganan yang pesen sekian-
sekian. Karna kan untuk pemasaran kita beda ya sama KUBE jadi
kita harus pinter juga gitu.”25
Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu Rodiah, selain produksi beliau
juga memasarkan produknya sendiri, berikut penuturannya:
“Ya saya jual kering, mateng juga, kalo jual mateng ke temen-
temen kantor bapak, naro dikantin kantornya, ke ABEH.”26
Berbeda dengan Pak Ubet, yang hanya produksi saja, beliau
menyatakan bahwa :
“Kalo saya produksi setengah mateng, abis dikukus, ngiris, terus
jemur, kering terus saya jual jual mentah, dijual di Kalibata”27
24 Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
25
Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
26
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
27
Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
60
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian keluarga
adalah salah satu tujuan dari program pemberdayaan yang dilakukan oleh
KUBE. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan
berusaha para anggota secara bersama di dalam kelompoknya. Sehingga
berdampak pada peningkatan penghasilan masyarakat maupun anggota
yang sekaligus berstatus sebagai masyarakat sekitar, dengan merubah pola
pikirnya agar mampu berusaha, tentu saja tidak instan, pemberdaya butuh
waktu yang cukup lama untuk menjadi bagian pemberdayaan yang sedang
dilakukan. Setelah mampu dari sebelumnya disitu sudah mulai ada
peningkatan pendapatan pertahunnya. Dengan demikian kegiatan
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui KUBE Alkesa
Lestari dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berikut
penuturannnya menurut Ibu Mardiah penghasilan dalam sekala KUBE
cukup stabil, meskipun tidak terikat dalam pekerjaan, tapi mampu bersaing
penghasilannya berikut penuturannya:
“Kalo skala dalam pertahun ya namanya kita kan gak kerja
kantoran, ya tergantung pasarnya, bisa dibilang penghasilan kita
di KUBE itu Alhamdulillah stabil ya, ya kalo omset kita sebulan
Rp30.000.000 ya gak jauh sekitar Rp360.000.000 pendapatan
pertahun nanti masing-masing tinggal dibagi aja yang saya bilang
tadi itu. Ya kalo saya Rp9.000.000 perbulan. Setahun ya kurang
lebih Rp108.000.000-an ya (tersenyum).”28
Dampak yang sama juga terlihat dibeberapa keluarga yang ikut
melakukan produksi diantaranya, beberapa anggota, dan pengurus KUBE,
yakni: Ibu Sumini, Ibu Miah, Ibu Manih, Ibu Khatijah, Ibu Tumi, Ibu
Rodiah, dan Pak Ubet berikut penuturannya:
28 Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
61
“Kalo dalam setahun ya tergantung kita produksinya juga gimana,
yaaa. Bisa dibilang penghasilan kita di KUBE itu Alhamdulillah
stabil ya, seringnya sih kita sebulan terima Rp3.000.000 ya berarti
juga gak jauh sekitar Rp36.000.000 pendapatan pertahun. Kurang
lebihnya ya segituan lah. Kalo sebelum adanya KUBE ya dulu
karna saya cuma ngurus rumah ya, jadi penghasilan cuma dari
bapaknya aja.”29
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Miah, yang sebelumnya
beliau hanya berjualan nasi uduk pada pagi hari, dan berjualan es pada
siang harinya. Kini beliau memberhentikan kegiatan tersebut, dan
konsisten hanya produksi keripik, dan ada perubahan yang terlihat. Yakni,
perubahan pendapatan perbulan yang stabil bila dilihat dari pendapatan
pertahunnya. Berikut penuturannya:
“Kalo dalam skala pertahun bisa dibilang penghasilan kita di
KUBE itu Alhamdulillah lumayan stabil ya, ya kalo kita sebulan
biasa terima Rp3.000.000 ya gak jauh sekitar Rp36.000.000
pendapatan pertahunnya dek. Ya biasanya dibaginya segituan lah
kurang lebih.”30
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Manih, beliau
mengungkapkan bahwa selama beliau berkontribusi dalam KUBE, dan
selama produksi keripik. Beliau juga mendapatkan dampak disisi
penghasilannya jika dilihat dalam sekala pertahunnya. Berikut
penuturannya:
“Kalo dalam setahun ya ka namanya kita kan kerjanya begini, ya
penghasilan kita di KUBE itu Alhamdulillah stabil ya ka. Sebulan
kurang lebih biasanya Rp3.000.000 ya berarti kan gak jauh sekitar
Rp36.000.000 pendapatan pertahunnya.”31
Senada dengan Ibu Khatijah, yang menegaskan bahwa
pendapatannya setiap bulan yang beliau terima hampir sama. Bisa
29 Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
30
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
31
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
62
dibilang, cukup stabil bila dilihat dalam sekala pertahunnya. Sebelumnya
beliau hanya mengurus rumah tangga, tentu tidak memiliki penghasilan
dan hanya mengharapkan uang bulanan dari suaminya. Kini beliau
memiliki penghasilan, berikut penuturannya:
“Kalo dalam setahun bisa dibilang penghasilan kita di KUBE itu
ya kalo kita sebulan biasa terima Rp3.000.000-an ya gak jauh
sekitar Rp36.000.000 pendapatan pertahunnya. Ya bisa segituan
lah kurang lebih.”32
Begitupun yang dikatakan oleh Ibu Tumi, beliau bisa dibilang lebih
berpengalaman dari pada yang lainnya. Karena, beliau memiliki
pengalaman yang lebih lama diantara yang lainnya dalam hal produksi
keripik. Dan ketika membahas penghasilannya, Ibu Tumi paling unggul,
karena lebih besar juga diantara yang lainnya. Berikut penuturannya:
“Dalam setahun ya, ya tergantung pasarnya juga ya mba, bisa
dibilang penghasilan kita bisa dibilang Alhamdulillah, walaupun
gak stabil ya, ya kalo omset kita sebulan ambil paitnya ya
Rp5.000.000 ya gak jauh sekitar Rp60.000.000 pendapatan
pertahun saya ya. Itu kalo amit-amit sedikit-sedikitnya ya pernah
sih Rp4.000.000 tapi jarang ya. Alhamdulillah… ya seringnya sih
karna kita mingguan bisa mencapai Rp2.000.000 an ya itu
untungnya aja.”33
Pernyataan yang sama kembali diperkuat oleh keluarga yang
melakukan produksi juga, yaitu Ibu Rodiah. Jika penghasilan dari produksi
keripik saja, bisa dibilang stabil. Jika dari keseluruhan pendapatan yang
bersumber dari pensiun suami Ibu Rodiah dan rumah sewanya, bisa
dibilang tidak stabil, karena rumah sewanya belum tentu terisi. Berikut
penuturannya:
“Ya kalo pendapatan dari keripik aja ya sekitar Rp3.000.000
perbulan dikali 12 ya berarti sekitar Rp36.000.000 itu kalo dari
32
Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
33 Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
63
keripik aja. Kalo keseluruhan yaa tadikan Rp7.000.000 dalam
setahun ya gak nentu ya karna itu kan campur uang kontrakan
yang gak selalu keisi gitu.”34
Pak Ubet selaku pelaku produksi keripik mengatakan hal serupa,
yakni adanya dampak pada penghasilannya yang stabil seperti berikut
penuturannya:
“Ya kalo pendapatan dari keripik aja ya sekitar Rp1.500.000
perbulan dikali 12 ya berarti sekitar Rp9.000.000 itu kalo dari
keripik aja. Kalo dari buruh ya ga nentu juga, yah kadang abis aja
gitu buat sehari-hari.”35
Terlihat jelas di lapangan penulis juga menemukan adanya
peningkatan kemampuan berusaha para anggota secara bersama dalam
kelompok, peningkatan pendapatan, pengembangan usaha, peningkatan
kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dengan
masyarakat sekitar. Serta adanya dorongan modal dari Dinas Sosial
maupun modal dukungan dari keluarganya, adanya peningkatan
kemampuan atau keterampilan, yang dipadu dengan cara bersama atau
kemasyarakatan (based community), diperkuat dengan komitmen, serta
adanya interaksi jual beli. Berikut bukti bahwa adanya dukungan dari
keluarga maupun masyarakat sekitar, serta adanya solidaritas dan sinergi
dari masyarakat sekitar berikut adalah penuturan dari Ibu Mardiah:
“Ya bisa dibilang Alhamdulillah karna masyarakat mendukung
sekali, ya antusias lah dengan adanya KUBE. Kalo dari masing-
masing keluarga yang ikut produksi kita punya hubungan baik
sekali. Ya kita sama-sama support. Kalo ada yang kesusahan ya
pasti kita bantu. Ya rata-rata kalo ada acara di kelurahan kita
paling banyak personilnya karna kan kita punya KUBE, KWT,
Jumantik.”36
34 Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
35
Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
36
Wawancara Pribadi dengan M, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
64
Keluarga yang melakukan produksipun mengakui bahwa adanya
dukungan dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Adanya hubungan
yang harmonis antara keluarga yang tinggal disekitar KUBE Alkesa
Lestari. Dan rata-rata dari mereka hanya memfokuskan diri pada kegiatan
yang sedang dijalani yaitu, produksi keripik. Berikut ini kutipan
wawancara bersama masyarakat pelaku usaha yakni Ibu Sumini:
“Bisa dibilang iya, karna dari keluarga ibu dukung ya neng, dan
masyarakat mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah
dengan adanya KUBE gitu. Kalo dari masing-masing keluarga
yang ikut produksi kita punya hubungan baik sekali. Ya kan kita
sama-sama. Kalo kita atau ada yang kesusahan ya pasti
dibantu.”37
Dukungan itu juga dirasakan oleh Ibu Miah, serta adanya
solidaritas dan sinergi dari masyarakat sekitar berikut penuturannya:
“Ya bisa dibilang Alhamdulillah ya dek, karna masyarakat
mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah dengan adanya
KUBE. Kalo dari masing-masing keluarga yang ikut produksi kita
punya hubungan baik sekali. Ya kita sama-sama support. Kalo ada
yang kesusahan ya pasti kita bantu.”38
Hal yang sama diungkapkan juga oleh Ibu Manih, berikut
penuturannya:
“Ya… Alhamdulillah ka, dari keluarga sangat mendukung,
masyarakat juga mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah
dengan adanya KUBE. Kalo dari masing-masing keluarga kaya
yang selain anggota KUBE yang ikut produksi kita punya
hubungan baik ya ka. Ya kita sama-sama bantu. Kalo ada yang
kesusahan ya pasti kita bantu.”39
Tidak hanya Ibu Miah dan Ibu Manih, tetapi Ibu Khatijah juga
mengalami. Adanya dukungan, dorongan, serta adanya solidaritas dan
sinergi dari keluarga dan masyarakat sekitar. Berikut penuturannya:
37 Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
38
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
39
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
65
“Ya mendukung kalo dari keluarga saya, suami dukung, anak-anak
juga, bisa dibilang dari keluarga sangat mendukung apa yang saya
lakukan, masyarakat juga keliatan mendukung Kalo dari masing-
masing keluarga selain anggota KUBE yang ikut produksi,
hubunganya baik ya ka kalo saya liat gitu. Ya kalo ada yang susah
apa sakit sih kita sama-sama bantu.”40
Adapun penuturan Ibu Tumi, selaku pelaku produksi yang
berpengalaman. Beliau juga menuturkan bahwa adanya dukungan dari
keluarga dan masyarakat sekitar, serta adanya solidaritas dan sinergi dari
masyarakat sekitar, berikut penuturannya:
“Hmmm, bisa dibilang masyarakat mendukung ya, ya gak ada
yang merasa terganggu. Ikut antusias malah mba tetangga-
tetangga sini liat kita setiap hari produksi. Malah kadang ponakan
saya (rumahnya disebelah tempat produksi Ibu Tumi) kadang dia
malah ngikut ngirisin kadang, hehehhe. Ya kita sama-sama
dorong, support walaupun gak harus materi, ya senyum aja cukup
ya mba. Kalo ada yang kesusahan ya pasti kita bantu pasti, masa
kita diemin kan gak mungkin.”41
Senada dengan yang diungkapkan dengan Ibu tumi, Ibu Rodiah
dan Pak Ubet juga mengungkapkan bahwa beliau merasakan dorongan
dari keluarga dan masyarakat sekitar. Dan tidak hanya dukungan beliau
juga menuturkan bahwa adanya solidaritas dan sinergi dari masyarakat
sekitar, berikut penuturannya:
“Ya kalo dari keluarga saya, suami dukung, anak-anak juga, bisa
dibilang dari keluarga sangat mendukung apa yang saya lakukan.
Malah kadang bapak ikut ngiris, ngupasin juga, ya kalo saya liat
ya masyarakat juga keliatan mendukung. Disamping itu kita juga
punya hubungan yang baik sama KUBE, hubunganya baik ya ka
kalo saya liat gitu Bu Mar juga kalo saya liat sebagai ketua baik
ya ngayom gak pelit gitu malah dia kan yang ngajakin orang-
orang bikin keripik. Ya sama-sama lah namanya juga kitakan
hidup bertetangga, ya harus rukun ya.”42
40 Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
41
Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
42
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
66
Berikut penuturan Pak Ubet dukungan itu juga dirasakan oleh
beliau, serta adanya solidaritas dan sinergi dari masyarakat sekitar berikut
penuturannya:
“Ya baik-baik aja. Kalo dari keluarga saya mendukung apa yang
saya dan istri lakukan. Kadang istri juga gantiin kalo saya lagi
jadi tukang ikut ngiris, ngupasin juga. Terus juga saya sama Bu
Mar juga punya hubungan yang baik sama KUBE juga. Dulu dia
kan yang ngajakin orang-orang sini bikin keripik. Diajarin juga,
kita yang ngeliat dia bikin keripik.”43
Masyarakat di sekitar KUBE berasal dari keluarga yang tergolong
ekonominya medium-low yang dibentuk, tumbuh, dan berkembang atas
dasar prakarsanya sendiri, dan saling berinteraksi. Tinggal dalam satu
wilayah yakni tepat di kelurahan Cipedak RW. 003 dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang
harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang
dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.
Dan tidak terlepas mandiri dengan sendirinya karena adanya proses
pendampingan dari beberapa Dinas, serta jaringan kerjasama yang kuat,
dan memiliki inovasi. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini KUBE
Alkesa Lestari mampu membangun keadaan masyarakat dengan motivasi.
Dibuktikan dengan peningkatan kemampuan masyarakat sekaligus anggota
KUBE Alkesa Lestari yang mampu mengubah perekonomian keluarganya.
Masyarakat mengetahui tentang kondisi ekonomi sebelumnya, yang jauh
dari kata sejahtera, maka itu masyarakat sendiri yang melepaskan diri dari
perangkap keterbelakangannya, dengan membangun keterampilan serta
kemampuannya dengan memilih jenis usaha yang dijalankannya. Dapat
43 Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
67
dilihat juga dalam proses pemberdayaan yang dilakukan KUBE Alkesa
Lestari mampu mengasah keterampilan serta pengetahuan masyarakat
untuk mengolah singkong menjadi, makanan olahan yaitu keripik singkong
dan beberapa jenis makanan kering olahan. Beberapa diantaranya
diproduksi oleh sebagian keluarga yang bertempat tinggal disekitar KUBE
Alkesa Lestari.
Pembentukan KUBE Alkesa Lestari didasari oleh kedekatan
tempat tinggal, jenis usaha atau keterampilan anggota, ketersediaan
sumber atau keadaan geografis, latar belakang kehidupan budaya, serta
memiliki motivasi yang sama. Serta adanya (1) peningkatan kemampuan
berusaha para anggota secara bersama dalam kelompok, (2) peningkatan
pendapatan, (3) pengembangan usaha, (4) peningkatan kepedulian dan
kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dengan masyarakat
sekitar.
B. Aset Nyata Yang dimiliki Keluarga (Anggota) dan Masyarakat
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dampak langsung yang
terjadi pada kelompok sasaran dengan mengetahui keadaan anggota
sebelum mengikuti program KUBE dan setelah mengikuti program KUBE
dilihat dari aset nyata.
1. Aset-Aset Nyata (tangible asset) yang dimiliki Keluarga (Anggota)
68
Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk di
dalanya properti fisik sebagaimana hak milik dan berfungsi sama
seperti properti fisik.44
Memiliki delapan kategori;
a. Memiliki tabungan uang yang pemasukannya dalam bentuk uang.
Tidak hanya anggota, tetapi salah satu pengurus juga ada
yang memiliki tabungan yakni Ibu Sumini, beliau memiliki
tabungan yang jenisnya tunai. Berikut penuturannya:
“Ya untuk semuanya neng Alhamdulillah ya cukup buat
tabungan walaupun dikit ada ya sebulan bisa Rp300.000
an lah, kan pengeluaran banyak arisan juga bisa dibilang
nabung juga ya, arisan aja ada 3 PKK, RT, sama RW. Ya
sebulan buat arisan bangsa Rp300.000 an juga.”45
Dari ketiga anggota KUBE menyatakan bahwa ketiga
anggota memilki tabungan dari hasil KUBE, berikut penuturan Ibu
Miah, Ibu Manih, dan Ibu Khatijah:
“Punya, Rp1.000/ hari di KUBE. Ya itukan dapet dari
setiap nimbang di celengin di KUBE, kalo ibu pribadi ada
tabungan sekitar Rp 2.200.000 sisa penghasilan ibu, karna
masih harus bayar cicilan Rp. 790.000 sekian ya sisa nya
ibu tabungin.”46
“Tabungan ada di KUBE kadang saya sebulan kalo abis
nimbang ya lebihnya adalah, bangsa Rp 52.000-55.000 ya
kalo di total ada sekitar Rp 219.000 lah. Kalo nyelengin
sendiri gak ada, abis buat itu aja udah sehari-hari.
Sebenernya kita bisa kalo mau nyisihin duit, misalkan kita
hari ini kita jual ya begitulah, karna kita banyak
keperluannya juga ya ka..”47
“Pokoknya buat nutupin yang kurang aja gitu, kalo
tabungan khusus dari sini ya ada tapi sedikit, Rp.50.000
seminggu ada. Ya total kalo dalam sebulan pemasukan
44 Michael Sherraden, Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan, h. 135.
45 Wawancara Pribadi dengan SM, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
46
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
47
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 15 Agustus 2017. (terlampir)
69
saya Rp 3.000.000, pengeluarannya ya banyak sisa
mingguan aja Rp 50.000 x 4 ya dalam sebulan itu Rp
200.000, berarti pengeluaran saya Rp 2.800.000 itu udah
masuk biaya produksi juga.”48
Grafik 1 Tabungan (Anggota) Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa adanya kenaikan
penghasilan yang ditabungkan dari para anggota KUBE yakni yang
dialami oleh Ibu Miah sebesar Rp. 2.200.000, yang sebelumnya
hanya memiliki tabungan Rp. 300.000, yang sebelumnya tidak
memiliki tabungan Ibu Manih kini memiliki tabungan Rp. 219.000
perbulannya, dan begitu pula Ibu Khatijah yang sebelumnya tidak
memiliki tabungan kini memiliki tabungan Rp. 200.000
perbulannya.
Disini tampak jelas bahwa adanya KUBE sangat
berpengaruh khususnya bagi anggotanya. Adanya perubahan aset
yang signifikan. Peningkatan ini dialami oleh anggota karena
sebelum para anggota produksi, mereka hanya mengurus rumah
48
Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
MH MN KH
TABUNGAN
tabungan tabungan sebelum tabungan tabungan sesudah
70
tangga, yang tidak memiliki penghasilan. Setelah mereka produksi,
mereka mempunyai penghasilan, bahkan mereka juga mampu
menambahkan angka ke tabungannya.
b. Dalam bentuk saham, surat tanggungan dan semua bentuk
tanggungan. Dalam hal ini, 1 orang anggota yang memiliki surat
tanggungan. Yaitu Ibu Miah, berikut penuturannya:
“Punya surat pinjaman kemaren ngambil di BRI tahun
2014, tahun ini terakhir, kemaren minjemnya
Rp.15.000.000 dek.”49
Menurut pengakuannya Ibu Miah meminjam uang di salah
satu bank, yakni BRI untuk keperluan kuliah anaknya. Lama
cicilannya kurang lebih selama 3 tahun, terhitung dari tahun 2014.
Grafik 2 Surat Tanggungan (Anggota) Sebelum dan Setelah
Adanya KUBE
49
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
16000000
MH MN KH
SURAT TANGGUNGAN
surat tanggungan sebelum surat tanggungan setelah
71
Dapat kita lihat dari grafik di atas bahwa adanya
peningkatan yang signifikan setelah Ibu Miah menjadi anggota
KUBE, sebelumnya beliau tidak pernah berani untuk ambil
pinjaman, karena sebelumnya tidak memiliki penghasilan. Setelah
menjadi anggota beliau berani pinjam karena punya penghasilan,
untuk menutupi biaya cicilan. Disini tampak jelas bahwa adanya
KUBE sangat berpengaruh khususnya bagi Ibu Miah. Ibu Miah
mengalami kenaikan dalam bentuk aset ini yakni sebesar
Rp15.000.000 yang beliau ambil dari bank BRI. Yang dicicil
selama 3 tahun.
c. Properti dalam bentuk nyata seperti tanah atau bangunan rumah
yang disewakan. Untuk hal ini ada anggota yang memiliki
bangunan atau tanah yang disewakan namun ada juga bangunan
yang hanya ditempati.
Ibu Miah mengakui bahwa beliau memiliki bangunan yang
disewakan, dan ada juga bangunan yang digunakan untuk tempat
tinggalnya, berikut penuturannya:
“Ada kontrakan 2 pintu. Harganya beda-beda yang satu
Rp.700.000, yang satu lagi Rp.750.000 ya lumayan buat
tambahan sekolah bocah (anak). Kalo luas tanahnya ibu
kurang paham ya ada sekitar 200 m lah dek. Luas
kontrakannya beda-beda makanya harganya juga beda,
kalo untuk kamar mandi, tiap pintunya udah ada sendiri-
sendiri gitu, ya seadanya yang penting udah enak udah
masing-masing kamar mandinya.”50
50
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
72
Begitu pun dengan Ibu Manih, beliau mengakui bahwa beliau
4 tahun terakhir sempat memiliki bangunan yang disewakan, dan
memiliki bangunan tempat tinggal sekitar 150 m². Tetapi,
bangunan kontrakannya satu tahun lalu dibongkar. Berikut
penuturannya:
“Tanah gak ada, tadinya sih iya begitu, yang belakang di
kontrakin 2 petak, tapi saya jebol saya jadiin satu, pas
kemaren mau ada acara nikahin anak, “Sempit ah”,
yaudah saya jadiin satu. Jadi udah gak punya kontrakan,
dulu kalo ada cuma Rp.650.000- satu pintunya. Lumayan
dari tahun 2013-2016. Kalo luas rumah ini tadinya kan
panjang ya cuma dioper alih dibayarin sama bu Mar jadi
tinggal segitu (sambil nunjuk kearah ruangan lainnya) jadi
sisa sekitar 150 meteran lah.”51
Berbeda dengan Ibu Khatijah yang hanya memilki bangunan
tempat tinggal. Menurut penuturannya beliau hanya memiliki luas
tanah 60 m² yang digunakan untuk tempat tinggalnya. Berikut
penuturannya:
“Gak punya kontrakan, rumah ini aja luas 60 m² kurang
lebih, tanah di kampung punya orang tua ya berarti gak
punya tanah juga.”52
Grafik 3 Bangunan (Anggota) Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
51
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
52
Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
0
0.5
1
MH MN KH
BANGUNAN
bangunan sebelum bangunan setelah
73
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa tidak ada
peningkatan aset yang berupa bangunan yang disewakan yang
dialami anggota, dapat disimpulkan bahwa adanya KUBE tidak
mempengaruhi aset dalam bentuk bangunan terhadap anggota. Aset
ini tidak terhitung karena aset ini, bagi Ibu Miah peninggalan dari
orang tua. Sedangkan Ibu Miah juga peninggalan dari orang tua,
dan sebagian hasil dari kerja keras suaminya.
d. Berhubungan dengan barang-barang berat dari metal, perhiasan
dan furnitur. Dalam hal ini anggota memiliki semua seperti alat
elektronik, perhiasan, dan furnitur.
Ibu Miah mengakui bahwa setelah menjadi anggota KUBE,
beliau banyak mengalami perubahan aset yang beliau miliki
terutama dalam bentuk furnitur. Dari hasil wawancara, beliau
mengatakan bahwa banyak aset yang didapat, berikut
penuturannya:
“Handphone, kulkas dari hasil KUBE, mesin cuci orang
jual butuh Rp.200.000-250.000, di jual ibu beli dari
celengan ibu, kipas angin juga ibu yang beli, radio, tv 21
inci, kulkas juga ibu boleh bayarin orang perlu dari
celengan ibu juga hasil dari KUBE, rak piring juga, meja
tv. Kasur juga kalo ada yang murah ibu beli.”53
Meskipun baru 2 tahun menjadi anggota, Ibu Khatijah juga
sudah ada penambahan aset dalam bentuk furnitur. Beliau
mengakui dapat membeli lemari tv atau bupet. Berikut
penuturannya:
53 Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
74
“Ini aku beli ini doang nih (sambil nunjukin lemari tv) hasil
dari KUBE.”54
Grafik 4 Furnitur (Anggota) Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa adanya kenaikan
aset dalam bentuk furnitur yang dialami 2 anggota mengalami
peningkatan, sedangkan 1 anggota tidak mengalami perubahan
dalam bentuk aset ini. 2 orang anggota yang mengalami
peningkatan ialah Ibu Miah dan Ibu Khatijah sedangkan Ibu Manih
tidak mengalami perubahan setelah menjadi anggota KUBE.
Peningkatan yang dialami oleh Ibu Miah sebesar
Rp3.050.000 yang digunakan untuk membeli berbagai furnitur,
diantaranya adalah handphone, rak piring, kipas angin, radio, tv 21
inci, kulkas, meja tv, dan kasur. Adapun peningkatan yang dialami
oleh Ibu Khatijah sebesar Rp700.000 yang digunakan untuk
membeli rak atau buffet tv.
54 Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
9000000
MH MN KH
FURNITUR
furnitur sebelum furnitur setelah
75
e. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama. Memiliki sifat yang
sama dengan mesin pada sektor bisnis keduanya.
Dalam bentuk aset mesin, penulis menemukan bahwa dari 3
anggota tidak ada yang memiliki mesin yang dapat membantu
produksi. Mesin yang didapat di lapangan adalah mesin roda dua
yaitu, sepeda motor.
Ibu Miah mengatakan dalam wawancara, bahwa beliau
memiliki 1 unit sepeda motor, tetapi motor tersebut bukan hasil
dari keanggotaannya. Sepeda motor tersebut dibelinya dengan gaji
suaminya. Berikut penuturannya:
“Kalo motor, kadang bapaknya nawarin ke Rizka (anak ibu
Miah) suruh bawa motor, kalo bapaknya libur gitu, tapi
kadang anaknya dia gak mau, seringnya dia kalo berangkat
kerja maunya naek Gra* kalo gak naek angkot dia bayar
Rp.5.000-. kan dia kuliahnya gak setiap hari, cuma 2 kali
seminggu, itu jugakan tergantung dosennya ya bisanya
kapan.”55
Begitu pun yang dengan Ibu Manih, beliau memiliki 2 unit
sepeda motor, tetapi aset tersebut bukanlah hasil dari keanggotaan
KUBE. Berikut penuturannya:
“Kadang anak saya pake motor satunya, kalo bensinnya
abis dia pinter pake motor yang satu lagi, kan kalo saya
anter jemput anak yang SMP sama yang SD itu pasti setiap
hari.”56
Hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Khatijah, bahwa tidak ada
mesin yang membantu dalam produksi, mesin yang dimiliki beliau
juga sama berbentuk sepeda motor. Aset tersebut bukanlah hasil
dari keanggotaan KUBE. Berikut penuturannya:
55
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
56
Wawancara Pribadi dengan MN, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
76
“Ada motor bapaknya buat anterin kue dia kerja, nganterin
kue ke warung-warung, sama anak saya juga kerja di salah
satu ojek online.”57
Grafik 5 Mesin Produksi (Anggota) Sebelum dan
Setelah Adanya KUBE
Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa tidak ada kenaikan
aset dalam bentuk mesin yang dialami anggota. Dapat disimpulkan
bahwa dari hasil pemberdayaan ekonomi, ketiga anggota tidak
mengalami perubahan dalam bentuk aset ini setelah menjadi
anggota KUBE.
f. Memiliki sumber alam seperti perkebunan, minyak, mineral dan
kayu hutan.
Dari ketiga anggota, hanya satu orang saja yang memiliki
perkebunan yaitu Ibu Miah, tetapi hasil perkebunannya bukan
berupa minyak, dan kayu hutan. Perkebunan yang beliau miliki
menghasilkan mineral, yaitu buah-buahan. Berikut penuturannya:
“Ada dek, buat nanem taneman depan rumah, ibu tanemin
alpuket, rambutan cipelat yang manis banget. Nanti kalo
berbuah sebagian dimakan, dijual, terus dibagi ke
sodara.”58
57 Wawancara Pribadi dengan KH, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
58
Wawancara Pribadi dengan MH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
0
1
MH MN KH
MESIN PRODUKSI
mesin produksi sebelum mesin produksi setelah
77
Grafik 6 Perkebunan (Anggota) Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat pada grafik, bahwa adanya kenaikan aset
dalam bentuk perkebunan yang dialami 1 anggota mengalami
peningkatan. 1 orang anggota yang mengalami peningkatan ialah
Ibu Miah sedangkan Ibu Khatijah dan Ibu Manih tidak mengalami
perubahan setelah menjadi anggota KUBE. Ibu Miah mengalami
kenaikan karena, beliau mampu memutar modal yang bersumber
dari penghasilan KUBE yang beliau gunakan untuk membeli bibit
alpukat, maupun tanaman lainnya.
g. Bentuk aset yang terakhir dengan bentuk hak paten dengan
keuntungan dalam bentuk royalti dan biaya penggunaan. Dari hasil
wawancara dan pengamatan anggota KUBE Alkesa Lestari tidak
memiliki aset dalam bentuk hak paten.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
MH MN KH
PERKEBUNAN
perkebunan sebelum perkebunan setelah
78
Grafik 7 Hak Paten (Anggota) Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa tidak ada kenaikan
aset dalam bentuk hak paten yang dialami anggota. Dapat
disimpulkan bahwa masyarakat tidak ada yang mengalami
perubahan dalam aset ini setelah menjadi anggota KUBE.
Tabel 2
Aset Nyata yang dimiliki (Anggota) Sebelum Mengikuti
program KUBE dan Setelah Mengikuti program KUBE
N
Kategori Aset
Nyata
Sebelum mengikuti
program KUBE
Setelah mengikuti
program KUBE
1. Tabungan atau uang
yang pemasukannya
dalam bentuk bunga.
1 orang anggota
memiliki tabungan
dalam bentuk
simpanan
dirumah. Yaitu
MH.
3 orang anggota
memiliki
tabungan dalam
bentuk simpanan
dirumah. Yaitu
MH, MN, dan
KH.
2. Saham, surat
tanggungan, dan
surat obligasi dan
semua bentuk
jaminan finansial
yang bentuk
pemasukannya
seperti saham.
Tidak ada anggota
yang memiliki aset
pada bentuk yang
kedua.
1 orang anggota
memiliki aset
dalam bentuk
kedua. Yaitu
MH.
0
0.5
1
MH MN KH
HAK PATEN
hak paten sebelum hak paten sesudah
79
No. Kategori Aset
Nyata
Sebelum mengikuti
program KUBE
Setelah mengikuti
program KUBE
3. Properti nyata,
berbentuk bangunan
atau tanah. Dengan
pemasukan dalam
bentuk pembayaran
sewa beserta
keuntungan.
2 orang anggota
memiliki
bangunan rumah
dan bangunan
yang disewakan,
yaitu MH dan
MN.
1 orang anggota
hanya memiliki
bangunan saja,
yaitu KH.
1 orang anggota
memiliki
bangunan rumah
dan bangunan
yang disewakan,
yaitu MH.
2 orang anggota
hanya memiliki
bangunan saja,
yaitu KH dan
MN.
4. Aset-aset besar
seperti perhiasan,
furnitur dan metal
berharga.
3 orang anggota
memiliki
perhiasan, yaitu
MH, MN, dan KH.
1 orang anggota
memiliki furnitur
meja dan kursi,
yaitu MN.
1 orang anggota
memiliki barang
elektronik, yaitu
MH.
2 orang anggota
menambah
furnitur, yaitu
MH dan KH.
5. Mesin, alat-alat dan
komponen produksi
lainnya dengan
bentuk keuntungan
penjualan dari
produk yang
dihasilkan.
Aset ini tidak
dimiliki semua
anggota KUBE.
Mesin disini
dalam bentuk
kendaraan beroda
dua yaitu sepeda
motor yang
dimiliki oleh MH,
MN, dan KH.
Aset ini tidak
dimiliki semua
anggota KUBE.
Mesin disini
dalam bentuk
kendaraan
beroda dua yaitu
sepeda motor
yang dimiliki
oleh MH, MN,
dan KH.
6. Barang keluarga
yang kuat dan tahan
lama, dengan
keuntungan lewat
meningkatnya
efisiensi tugas
keluarga.
3 orang anggota
memiliki sepeda
motor sebagai
kendaraan
keluarga, yaitu
MH, MN, dan KH.
3 orang anggota
memiliki sepeda
motor sebagai
kendaraan
keluarga, yaitu
MH, MN, dan
KH.
80
No. Kategori Aset
Nyata
Sebelum mengikuti
program KUBE
Setelah mengikuti
program KUBE
7. Sumber alam seperti
perkebunan, minyak,
mineral dan kayu
hutan dengan
keuntungan
penjualan panen atau
komoditas yang
diambil.
1 orang anggota
memiliki sumber
alam hasil
perkebunan, yaitu
MH.
1 orang anggota
memiliki sumber
alam hasil
perkebunan,
yaitu MH.
8. Hak cipta dan hak
paten dengan
keuntungan dalam
bentuk royalti dan
penggunaan lainnya.
Tidak ada yang
memiliki hak cipta
dan hak paten.
Tidak ada yang
memiliki hak
cipta dan hak
paten.
Sumber: Hasil Penelitian
Jika dilihat dari tabel di atas aset nyata yang dimiliki anggota
sebelum dan setelah mengikuti program KUBE terdapat perubahan
seperti bertambahnya tabungan, furnitur, dan 1 orang anggota memiliki
aset yang berupa surat tanggungan. Hal ini membuktikan setelah
menjadi anggota KUBE Alkesa Lestari bagi anggota berpengaruh pada
pada aset nyata.
Disini tampak jelas bahwa adanya KUBE sangat berpengaruh
khususnya bagi anggotanya. Adanya perubahan aset yang signifikan.
Adanya peningkatan serta penurunan aset yang dialami oleh anggota
karena sebelum para anggota produksi, mereka hanya mengurus rumah
tangga, yang tidak memiliki penghasilan. Setelah mereka produksi,
mereka mempunyai penghasilan, berikut penjabaran 3 orang
masyarakat yang terdaftar dalam struktur KUBE: Ibu Miah mengalami
kenaikan aset dalam kategori: tabungan, surat tanggungan, bangunan
yang disewakan, furnitur berbentuk barang elektronik maupun lemari,
81
dan kasur. Serta penambahan sumber alam perkebunan yang berbuah
mineral. Adapun yang dialami oleh Ibu Manih sebagai berikut,
mengalami kenaikan aset dalam kategori: tabungan. Serta adanya
penurunan dalam kategori bangunan yang disewakan. Begitupun yang
dialami oleh Ibu Khatijah, yang mengalami kenaikan aset dalam
kategori: tabungan dan furnitur yang berbentuk lemari.
2. Aset-Aset Nyata (tangible asset) yang dimiliki Masyarakat
Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk di
dalamnya properti fisik sebagaimana hak milik dan berfungsi sama
seperti properti fisik.59
Memiliki delapan kategori;
a. Memiliki tabungan uang yang pemasukannya dalam bentuk uang.
2 orang dari kelompok masyarakat sekitar KUBE memiliki
tabungan yang jenisnya tunai, yaitu Ibu Tumi, dan Ibu Rodiah.
Berikut penuturan Ibu Tumi, dan Ibu Rodiah:
“Insya Allah (sambil menganggukkan kepala) ya kalo
untung saya misalkan ya Rp8.000.000 itu udah lepas biaya
produksi ya mba. Ya itu biasanya saya alokasikan ke invest
atau tabungan ya sekitar Rp6.000.000 an sebulan.
Rp2.000.000 nya biasanya ya buat transport, kalo uang
modal, udah diluar itu ya mba. Nah kalo sebelum adanya
KUBE dulu omset kita masih sekitar Rp5.000.000 an lah.
Itu dulu saya tabungin perbulannya mah gak sampe kaya
sekarang ya mba dulu sekitar Rp4.000.000 perbulannya ya
kurang lebih segitu. Alhamdulillah ya (tersenyum).”60
Dari penuturan diatas dapat kita lihat bahwa dampak
hadirnya program pengembangan ekonomi masyarakat berdampak
pada aset yang berbentuk tabungan yang dialami oleh Ibu Tumi.
59 Michael Sherraden, Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan, h. 135.
60
Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
82
Namun, penulis menyadari bahwa beliau sudah terhitung mandiri.
Karena pengalaman Ibu Tumi lebih lama dari pada masyarakat
(anggota KUBE).
Dari hasil wawancara di lapangan, penulis juga menemukan
Ibu Rodiah beliau mengatakan bahwa beliau juga memilki
tabungan yang asalnya uang tunai, dirubah menjadi bentuk
tabungan haji. Yang jatuhnya setiap bulan Ibu Rodiah harus
melebihi target untuk dapat memenuhi tabungannya, dan juga
untuk memutar modalnya. Dari kedua masyarakat KUBE
menyatakan bahwa kedua masyarakat sekitar KUBE memilki
tabungan dari hasil produksi keripik singkong, berikut
penuturannya:
“Tabungan, saya ikut tabungan haji, alhamdulillah baru
sekitar 7 bulan dalam jangka 5 tahun cicilannya, berdua
sama bapaknya (suami ibu Rodiah) udah DP juga
cicilannya perbulan Rp1.155.000. Pas daftar katanya dapet
kouta keberangkatannya tahun 2036, tapi kemaren
dikabarin katanya maju 5 tahun lagi, katanya sih bisa maju
lagi karna umur bapak (suami Ibu Rodiah) kan udah tua
ya. Kata orang sananya “Ibu siapin aja buat ongkos
tambahan”, “Alhamdulillah ya” kata saya gitu. Makanya
saya harus kerja terus, pokoknya saya harus bisa buat
cicilan tiap bulan itu. Kerjanya harus cepet supaya
timbangan keripiknya nambah, ya istilah kata kalo sebulan
saya punya stok 60 kg, 70 kg, saya udah tenang bisa
kekejar buat tabungan hajinya. Selain itu kalo pemasukan
saya perbulan ya dari keripik Rp3.000.000 seringnya, bisa
dibilang stabil ya dalam artian kalo produksi saya cakep
terus gitu. Terus dari pension bapaknya (suami Ibu Rodiah)
sekitar Rp2.000.000 lebih dikit, karna bapak cuma lulusan
SD. Terus dari kontrakan juga ya ada kalo lagi ke isi bisa
sampe Rp2.800.000 cuma ini lagi kosong 1. Jadi kalo di
total ya ada kali kurang lebih untuk pemasukan aja ya Rp
7.000.000 kalo untuk invest atau tabungan, hmmm. Ya yang
waktu saya pernah bilang saya punya tabungan haji buat
berdua sama bapaknya ya itu aja sebulan kita udah
83
Rp2.310.000 tabungan haji, terus modal buat keripik kalo
diputerin sekalinya aja sekitar Rp700.000, terus buat bayar
pinjeman Rp.500.000-an. Ya bangsa Rp3.000.000 mah
nabung ada kali ya. Terus sisanya buat makan sehari-hari,
buat produksi beli minyak, bensinnya.”61
Berikut penuturan bapak Ubet yang mengakui, beliau
melakukan produksi, tetapi penghasilannya habis untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari:
“Gak ada ya udah abis kepake buat sehari-hari. Dari
pendapatan bersihnya ya kalo lagi produksi terus ya bisa
sampe Rp1.500.000 karna saya aja disini yang kerja ya
kadang abis buat nutupin kebutuhan sehari-hari aja gitu.
Apalagi dulu ya sebelum produksi ya penghasilan saya
juga gak nentu, karna jadi tukang kalo lagi kerja ya kerja
kalo gak ada ya nikmatin duit kemarin pas kerja jadi
tukang. Pengluaran sebulan mah ada Rp2.000.000 biar
kata anak sekolah kaga bayaran, tapikan semua harus
makan, ya abis disitu aja.”62
Grafik 8 Tabungan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa adanya kenaikan
yang dialami oleh Ibu Tumi sebesar Rp. 2.000.000,- Ibu Rodiah
Rp. 2.000.000,- disini tampak jelas bahwa adanya usaha
61 Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
62
Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 22 Agustus 2017. (terlampir)
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
TW RH U
TABUNGAN
tabungan sebelum tabungan setelah
84
berpengaruh bagi pelakunya. Adanya perubahan aset dalam bentuk
tabungan yang signifikan yang dialami oleh 2 orang tersebut
karena dampak dari produksi keripik singkong. Namun, ketika
penulis membahas dampak pemberdayaan melalui KUBE, hanya 1
orang dari kelompok masyarakat yang mengalami yaitu, Ibu
Rodiah. Disini tampak jelas bahwa adanya KUBE sangat
berpengaruh khususnya bagi Ibu Rodiah. Adanya perubahan aset
yang signifikan dalam kategori tabungan. Peningkatan ini dialami
oleh anggota karena sebelum masyarakat produksi, mereka hanya
mengurus rumah tangga, yang tidak memiliki penghasilan. Setelah
mereka produksi, mereka mempunyai penghasilan, bahkan Ibu
Rodiah juga mampu menambahkan angka ke tabungannya.
b. Dalam bentuk saham, surat tanggungan dan semua bentuk
tanggungan. Dalam hal ini, 2 orang dari kelompok masyarakat
memiliki surat tanggungan. Yaitu, Ibu Tumi dan Ibu Rodiah.
Ibu Tumi menyatakan dalam hasil wawancara bahwa,
beliau memiliki surat tanggungan pinjaman. Untuk membangun
rumahnya sebesar Rp. 50.000.000,- berikut penuturannya:
“Ada di bank mba, kita bangun rumah kemaren geser
surat. Rp. 50.000.000- ya pokoknya uang pinjemnya sekitar
segitu.”63
Begitu pun dengan Ibu Rodiah, beliau mengakui bahwa
beliau memiliki surat tanggungan, ubtuk membangun kontrakan.
Berikut penuturanya:
63 Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
85
“Ada surat pinjeman kemaren pas bangun (sambil nunjuk
kontrakan) itu karna kan bantuin sodara anaknyas sakit,
sakitnya kaya alm. Olga meningitis, jadi dia jual tanah ke
kita karna anaknya sakit, kita pinjem ke Bank BTPN bank
pensiunan, sekitar Rp.45.000.000, sisanya kita buat bangun
juga, terus pas bapaknya (suami ibu Rodiah) bantuin
bangun rumah itu jatoh, dengkulnya retak buat berobat
Rp.5.000.000 an abis, masih sisa 3 tahunan lebih lah buat
bayar itu.”64
Grafik 9 Surat Tanggungan Masyarakat Sebelum dan Setelah
Adanya KUBE
Dapat kita lihat dari grafik di atas bahwa adanya
peningkatan yang signifikan setelah adanya KUBE, penulis melihat
dampak pemberdayaan melalui KUBE, hanya berdampak kepada 1
orang dari kelompok masyarakat yang mengalami yaitu, Ibu
Rodiah yang mengaku merasa terbantu hadirnya KUBE untuk
menjual produk mentahnya. Setelah adanya KUBE beliau semakin
berani meminjam karena memilki penghasilan yang lebih, untuk
menutupi biaya cicilan. Untuk perubahan yang dialami oleh Ibu
Tumi, beliau terhitung lebih mandiri dari pada Ibu Rodiah,
64
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 15 Maret 2017. (terlampir)
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
TW RH U
SURAT TANGGUNGAN
surat tanggungan sebelum surat tanggungan setelah
86
sehingga penulis menganggap bahwa pemberdayaan melalui
KUBE terhadap masyarakat khususnya Ibu Tumi tidak
berpengaruh.
c. Properti dalam bentuk nyata seperti tanah atau bangunan rumah
yang disewakan. Untuk hal ini, 3 orang dari kelompok masyarakat
ada yang memiliki bangunan atau tanah yang disewakan namun
tanah dan bangunan yang ditempati.
Dari hasil wawancara di lapangan, penulis menemukan
bahwa 3 orang memilki bangunan yang ditempati, 1 orang
memiliki bangunan yang disewakan yakni, Ibu Rodiah.
Ibu Tumi menyatakan dalam hasil wawancara, bahwa
beliau tidak memiliki bangunan atau tanah yang disewakan, beliau
hanya memiliki tanah yang dibangun untuk tempat tinggalnya, dan
selebihnya tanah kosong. Berikut penuturannya:
“Luasnya 200 m² tanahnya, dibagi 100 m buat dibangun
rumah, 100 m tanah kosong. Kalo kontrakan, gak ada mba
cuma tanah kosong aja sebelah rumah 100 m².”65
Ibu Rodiah menyampaikan dalam wawancara, bahwa beliau
memiliki sebidang tanah, yang mana tanah itu di bangun menjadi
tempat tinggal sekaligus sebagian bangunannya disewakan. Berikut
penuturannya:
“Ada 4 pintu kontrakan. Kalo tanahnya 125 m², tanah yang
disewakan, gak ada. Satu pintunya Rp700.000 seringnya
sih yang ngisi mahasiswa ISTN situ.”66
65 Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
66
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
87
Dalam penggalian data, penulis mengobservasi bahwa
benar adanya apa yang dikatakan oleh Pak Ubet bahwa beliau
hanya memiliki tanah yang dibangun menjadi tempat tinggalnya
saja, dan tanah kosong berupa pekarangan rumah yang biasa beliau
gunakan untuk menjemur singkong. Berikut penuturannya:
“Gak, cuma rumah ini doang luasnya kira-kira 70 m², kalo
tanah itu (sambil nunjuk pekarangan) aja.”67
Grafik 10 Bangunan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa tidak ada
peningkatan aset yang berupa bangunan yang disewakan yang
dialami masyarakat sekitar. Dapat disimpulkan bahwa adanya
KUBE tidak mempengaruhi aset dalam bentuk bangunan terhadap
masyarakat sekitar.
d. Berhubungan dengan barang-barang berat dari metal, perhiasan
dan furnitur. Dalam hal ini, anggota memiliki semua seperti alat
elektronik, perhiasan, dan furnitur. 1 orang dari kelompok
masyarakat, yaitu Ibu Rodiah mengaku setelah produksi keripik
singkong beliau menambahkan aset berupa emas di 3 tahun awal
67 Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
0
1
TW RH U
BANGUNAN
bangunan sebelum bangunan setelah
88
beliau produksi. Terhitung dari tahun 2009-2012. Berikut
penuturannya:
“Emas ada, dulu ada kali 2-3 tahunan awal bikin keripik
hasilnya saya buat beli emas, sempet kepake juga buat
bangun kontrakan karna kurang, sekarang masih ada juga
tinggal dikit. Kalo furnitur, saya pernah kredit springbed
Rp.1.200.000-, radio, komputer Rp.1.000.000-, kompor.”68
Grafik 11 Furnitur Masyarakat Sebelum dan Setelah
Adanya KUBE
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa ada peningkatan aset
yang berupa furnitur yang dialami salam satu masyarakat yakni
Ibu Rodiah, dapat disimpulkan bahwa hal ini tidak termasuk
hasil setelah berdirinya KUBE. Karena terhitung dari tahun
2009-2012.
e. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama. Memiliki sifat yang
sama dengan mesin pada sektor bisinis keduanya.
Dalam bentuk aset mesin, penulis menemukan bahwa dari 3
masyarakat tidak ada yang memiliki mesin yang dapat membantu
68
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
0
5000000
10000000
15000000
20000000
TW RH U
FURNITUR
furnitur sebelum furnitur setelah
89
produksi. Mesin yang didapat di lapangan adalah mesin roda dua
yaitu, sepeda motor. Yaitu Ibu Tumi, Ibu Rodiah, dan Pak Ubet.
Ibu Tumi mengakui untuk mesin ini dibelinya bukan dari
hasil produksi keripik singkong. Beliau menyatakan bahwa pada
sektor mesin ini tidak ada yang dipakai dalam produksi, hanya
sebegai alat transportasi harian saja. Berikut penuturannya:
“Kadang kalo aku kesini dianterin, kadang bawa motor
sendiri.”69
Hal ini serupa dengan Ibu Rodiah yang menyatakan bahwa,
mesin yang dimaksud hanya berupa, alat transportasi bukan berupa
mesin yang dapat memproduksi. Beliau juga menyatakan dalam
hal mesin, yang berupa sepeda motor beliau membelinya dari hasil
produksi tetapi sudah di jual. Berikut penuturannya:
“Motor dulu, terus saya ringkes jadi duit jadi udah gak
ada, itu hasil saya dari keripik juga.”70
Begitu pun dengan Pak Ubet, yang menyatakan bahwa,
mesin yang dimaksud hanya berupa, alat transportasi bukan berupa
mesin yang dapat memproduksi. Dari hasil wawancara
menegaskan bahwa, sepeda motor ini bukan hasil dari produksi
keripik singkong. Berikut penuturannya:
“Ada motor biasanya saya yang pake buat anter keripik ke
Kalibata.”71
Grafik 12 Mesin Produksi Masyarakat Sebelum dan
Setelah Adanya KUBE
69 Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
70
Wawancara Pribadi dengan RH, Jakarta, 29 Maret 2017. (terlampir)
71
Wawancara Pribadi dengan U, Jakarta, 5 April 2017. (terlampir)
90
Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa tidak ada kenaikan
aset dalam bentuk mesin yang dialami masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa dari hasil pemberdayaan ekonomi, ketiga
masyarakat tidak mengalami perubahan dalam bentuk aset ini
setelah adanya KUBE.
f. Memiliki sumber alam seperti perkebunan, minyak, mineral dan
kayu hutan. Masyarakat sekitar KUBE Alkesa Lestari tidak
memiliki perkebunan atau hasil dari alam sehingga masyarakat di
sekitar wilayah KUBE harus membelinya sendiri dari sumbernya
seperti pasar dan toko-toko yang menjual bahan sembako tersebut.
Grafik 13 Perkebunan Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat dari grafik bahwa tidak ada peningkatan aset
yang berupa hasil dari perkebunan yang dialami masyarakat
0
1
TW RH U
MESIN PRODUKSI
mesin produksi mesin sebelum mesin produksi mesin setelah
0
1
TW RH U
PERKEBUNAN
perkebunan perkebunan setelah
perkebunan perkebunan sebelum
91
sekitar. Dapat disimpulkan bahwa adanya KUBE tidak
mempengaruhi aset dalam bentuk hasi perkebunan terhadap
masyarakat sekitar.
g. Bentuk aset yang terakhir dengan bentuk hak paten dengan
keuntungan dalam bentuk royalti dan biaya penggunaan. Dalam hal
ini, 1 orang dari kelompok masyarakat memiliki aset ini. Yaitu,
Ibu Tumi. Beliau menyatakan bahwa aset ini digunakan untuk
menjual produknya. Berikut penuturannya:
“Ada ya karna kita punya usaha sendiri beda sama KUBE,
mulai dari produksi, sampe marketing kita beda.”72
Grafik 14 Hak Paten Masyarakat Sebelum dan Setelah Adanya
KUBE
Dapat dilihat pada grafik di atas, bahwa ada kenaikan aset
dalam bentuk hak paten yang dialami masyarakat sekitar KUBE. 1
orang yang memiliki aset ini yaitu, Ibu Tumi. Dari hasil
kepemilikan hak paten beliau dapat menjual produknya dengan
harga yang cukup bersaing yang dapat meningkatkan
72
Wawancara Pribadi dengan TW, Jakarta, 22 Maret 2017. (terlampir)
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
TW RH U
HAK PATEN
hak paten hak paten sebelum hak paten hak paten setelah
92
penghasilannya. Namun, hak paten yang dimiliki oleh Ibu Tumi
bukanlah dampak hadirnya KUBE melainkan hasil dari usahanya
yang sudah terhitung mandiri.
Tabel 3
Aset Nyata yang Dimiliki Masyarakat Sebelum Adanya
Program KUBE dan Setelah Adanya Program KUBE
N
o
.
Kategori Aset Nyata
Sebelum adanya
program KUBE
Setelah adanya
program KUBE
1. Tabungan atau uang
yang pemasukannya
dalam bentuk bunga.
2 orang
masyarakat
memiliki tabungan
dalam bentuk
simpanan
dirumah, yaitu TW
dan RH.
2 orang
masyarakat
memiliki
tabungan dalam
bentuk simpanan
dirumah, yaitu
TW dan RH.
2. Saham, surat
tanggungan dan
surat obligasi dan
semua bentuk
jaminan finansial
yang bentuk
pemasukannya
seperti saham.
Tidak ada
masyarakat yang
memiliki aset pada
bentuk yang
kedua.
2 orang
masyarakat
memiliki aset
dalam bentuk
kedua, yaitu TW
dan RH.
3. Properti nyata,
berbentuk bangunan
atau tanah. Dengan
pemasukan dalam
bentuk pembayaran
sewa beserta
keuntungan.
3 orang
masyarakat yang
hanya memiliki
bangunan saja,
yaitu TW, RH, dan
U.
1 orang dari
masyarakat sekitar
KUBE memiliki
bangunan rumah
dan bangunan
yang disewakan,
yaitu RH.
3 orang
masyarakat yang
hanya memiliki
bangunan saja,
yaitu TW, RH,
dan U.
1 orang dari
masyarakat
sekitar KUBE
memiliki
bangunan rumah
dan bangunan
yang disewakan,
yaitu RH.
93
No. Kategori Aset Nyata Sebelum adanya
program KUBE
Setelah adanya
program KUBE
4. Aset-aset besar
seperti perhiasan,
furnitur dan metal
berharga.
3 orang dari
masyarakat
memiliki
perhiasan, yaitu
TW, RH, dan U.
1 orang memiliki
furnitur meja dan
kursi, yaitu TW.
1 orang dari
masyarakat
memiliki barang
elektronik, yaitu
RH.
1 orang dari
masyarakat
menambah
furnitur, yaitu
RH.
5. Mesin, alat-alat dan
komponen produksi
lainnya dengan
bentuk keuntungan
penjualan dari
produk yang
dihasilkan.
Aset ini tidak
dimiliki semua
masyarakat sekitar
KUBE. Mesin
disini dalam
bentuk kendaraan
beroda dua yaitu
sepeda motor yang
dimiliki oleh TW,
RH, dan U.
1 orang dari
masyarakat
sekitar KUBE
menambah mesin
yang berbentuk
kendaraan
beroda dua yaitu,
RH.
6. Barang keluarga
yang kuat dan tahan
lama, dengan
keuntungan lewat
meningkatnya
efisiensi tugas
keluarga.
3 orang dari
masyarakat
memiliki sepeda
motor sebagai
kendaraan
keluarga, yaitu
TW, RH, dan U.
3 orang dari
masyarakat
memiliki sepeda
motor sebagai
kendaraan
keluarga, yaitu
TW, RH, dan U.
7.
Sumber alam seperti
perkebunan,
minyak, mineral dan
kayu hutan dengan
keuntungan
penjualan panen
atau komoditas yang
diambil.
Tidak ada yang
memiliki aset
tersebut.
Tidak ada yang
memiliki aset
tersebut.
8. Hak cipta dan hak
paten dengan
keuntungan dalam
bentuk royalti dan
penggunaan lainnya.
1 orang dari
masyarakat
memiliki 1 hak
paten untuk
produknya, yaitu
TW.
1 orang dari
masyarakat
memiliki 1 hak
paten untuk
produknya, yaitu
TW.
Sumber: Hasil Penelitian
94
Jika dilihat dari tabel di atas aset nyata yang dimiliki masyarakat
sebelum dan setelah adanya KUBE terdapat perubahan seperti
bertambahnya tabungan, furnitur, 2 orang masyarakat memiliki aset
yang berupa surat tanggungan, dan 1 orang memiliki hak paten. Hal ini
membuktikan setelah adanya KUBE Alkesa Lestari bagi masyarakat
berpengaruh pada pada aset nyata.
Disini tampak jelas bahwa adanya KUBE sangat berpengaruh
bagi masyarakat sekitarnya. Adanya perubahan aset yang signifikan
serta penurunan aset yang dialami oleh keluarga yang melakukan
produksi keripik singkong, karena sebelum para mayarakat produksi,
mereka hanya mengurus rumah tangga, yang tidak memiliki
penghasilan. Setelah mereka produksi, mereka mempunyai
penghasilan, berikut penjabaran 3 orang masyarakat: Ibu Tumi
mengalami kenaikan aset dalam kategori: tabungan, surat tanggungan,
serta hak paten. Adapun yang dialami oleh Ibu Rodiah sebagai berikut,
mengalami kenaikan aset dalam kategori: tabungan, surat tanggungan,
bangunan yang disewakan, furnitur dalam bentuk elektronik maupun
kasur. Serta adanya penurunan dalam kategori mesin yang berbentuk
alat transportasi yaitu motor. Adapun yang dialami oleh Pak Ubet,
tidak mengalami kenaikan aset serta tidak mengalami penurunan
asetnya.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dam studi dokumen di
KUBE Alkesa Lestari, Cipedak. Mengenai proses pemberdayaan ekonomi
masyarakat serta melihat bagaimana keadaan ekonomi anggota dan
masyarakat sebelum dan setelah adanya program pemberdayaan. Jadi
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan KUBE
Alkesa Lestari memilki fase tersendiri dalam proses pemberdayaan
yang diterapkan. Yaitu penulis menemukan 6 fase dalam proses
pemberdayaan Pertama, inisiatif. Kedua, sosialisasi. Ketiga, motivasi.
Keempat, merubah tekad menjadi usaha nyata. Kelima, perluasan
perubahan. Keenam, adanya kerjasama atau hubungan antara KUBE
dengan Dinas Sosial yang terhenti. Disini terlihat jelas bagaimana
proses masyarakat yang sebelumnya tidak mampu, melalui program
pemberdayaan ekonomi mereka menjadi mampu, masyarakat juga
terlihat inovatif dalam bidang usahanya. Hal ini dibuktikan dengan
adanya pemanfaatan sumber daya manusia yang produktif untuk
memproduksi, mendistribusikan produk untuk dikonsumsi.
2. Keadaan ekonomi masyarakat sebelum dan setelah adanya program
pemberdayaan KUBE Alkesa Lestari sangat positif bagi para
masyarakat maupun anggotanya. Karena melalui KUBE Alkesa Lestari
96
anggota mampu menambah aset seperti tabungan, furnitur, dan surat
tanggungan. Dan melalui KUBE Alkesa Lestari masyarakat sekitar
mampu menambah aset seperti tabungan, furnitur, surat tanggungan,
serta hak paten.
B. Saran
Adapun saran untuk masyarakat dan anggota KUBE (Kelompok
Usaha Bersama) Alkesa Lestari adalah sebagai berikut:
1. Agar lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai.
2. Mempertahankan dan mengembangkan kelompok, serta mitra yang
sudah berkontribusi.
3. Melakukan pemandirian agar anggota kelompok tidak mengalami
ketergantungan, baik dana, fasilitas dan sarana kepada Dinas tertentu.
4. Masyarakat yang menjadi kelompok pemberdayaan harus lebih aktif
untuk kumpul kelompok dan membahas permasalahan yang ada
dikelompok dan menghadirkan solusi setiap masalah yang ditemukan
pada saat kegiatan pemberdayaan berlangsung.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi lebih rutin dan merata, karena
dengan memonitor dan mengevaluasi anggota KUBE dapat
mengetahui potensi dan hambatan yang belum ada solusinya.
6. Menyisihkan sebagian kecil dari penghasilannya untuk ditabung.
97
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997.
Bariadi, Lili, dkk. Zakat & Kewirausahaan. Jakarta: CDE/Center for
Enterpreneurship Development, 2005.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara: 2013.
Hermansah, Tantan & Muhtadi. Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat dalam
Islam. Bogor: Titian Nusa Press, 2010.
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Hikmah, Herry. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin di
Wilayah KUBE. Rintisan Pusat. Departemen Sosial RI, 2005.
Ismail, Asep Usman. Pengamalan Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhua’afa.
Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008.
Kahf, Monzer. Ekonomi Islam: Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Cet Ke-1
Kartono, Dr. Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Kilun, Yusra. Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Badak Putih dan Kampung Satu Duit. Jakarta: Dakwah
Press UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
Kusnadi. Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, strategi, implementasi. Jakarta:
DEPDIKNAS, 2005.
Machendarwaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat
Islam: Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001.
Mardikanto, Totok dan Soebinto, Poerwoko. Pemberdayaan Masyatakat dalam
persepektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta, 2015.
Moleong, Lexy, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006. cet-22.
98
Mujiyadi, B. dkk.. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:
Puslit Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen
Sosial RI, 2007.
Mulyana, Wawan. dkk. Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BPLS)
Tahun 2011. Jakarta: Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial
Departemen Sosial RI, 2011.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1991.
Roebiyantho, Haryati. dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan
Kemiskinan Melalui KUBE. Jakarta: P3KS Press, 2011.
Salam, Syamsir dan Fadhillah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Sherraden, Michael. Aset untuk Orang Miskin Perspektif Baru Usaha
Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2007.
Slamet, Franky, dkk. Dasar-dasar Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Indeks, 2014
Soehadha, Moh. Metode Penelitian sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.
Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, tt.
Soeharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT
Revika Aditama, 2005.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Revika Aditama, 2008.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. cet-2.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Yulistiani, Indriati. Ragam Penelitian Kualitatif, Penelitian Lapangan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001.
99
Zubaedi. Pengembangan Masyarakat: Wacana & Praktik. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2014.
MAKALAH ATAU JURNAL:
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Suharto, Edi. Metode Pengembangan Masyarakat: Jurnal Community
Development. Jakarta: Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam, 2004.
LAPORAN-LAPORAN:
Laporan UAS Praktikum II, Nur Syamsiyah di KUBE Alkesa Lestari RW 003,
Cipedak Jagakarsa (2016).
Laporan Bulanan Kelurahan Cipedak Bulan Desember 2016, Kelurahan Cipedak.
DAFTAR WAWANCARA:
Sumini, salah satu pengurus KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta,
15 Maret 2017.
Miah, salah satu anggota KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta, 15
Maret 2017.
Miah, salah satu anggota KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta, 15
Maret 2017.
Mardiah, ketua KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta, 22 Maret
2017
Tumi Winiarti, salah satu masyarakat sekitar KUBE Alkesa Lestari, Wawancara
Pribadi. Jakarta, 22 Maret 2017.
Manih, salah satu anggota KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta, 29
Maret 2017.
100
Khatijah, salah satu anggota KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta,
5 April 2017. (terlampir)
Mantih, pelatih/trainer KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi. Jakarta, 5
April 2017.
Rodiah, salah satu masyarakat sekitar KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi.
Jakarta, 29 Maret 2017.
Ubet, salah satu masyarakat sekitar KUBE Alkesa Lestari, Wawancara Pribadi.
Jakarta, 5 April 2017.
PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS
1. Nama : Mardiah
2. Nama inisial : (M)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 22 Maret 2017
4. Umur : 49 tahun
5. Jabatan : Ketua
6. Tempat wawancara : Rumah Ibu Mardiah
7. Agama : Islam
8. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana proses awal pembentukan KUBE?
Awal-awalnya itu kita seminggu sekali kumpul, terus kita bersosialisasi, terus
ini dulu konsolidasi ke atas dulu ke Dinsos, terus kumpulin KTP, setelah
terbentuk. Selanjutnya baru bisa sebulan sekali kita sosialisasi dari RT ke RT.
2. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan
KUBE?
Saya pasti mulai dari motivasi dulu, supaya mindset masyarakat bisa
berubah, supaya punya semangat, nantikan kalo udah semangat mereka udah
mulai mau merubah kan artinya, dari situ kalo ada masyarakat yang mau
belajar silahkan, kalo belum bisa produksi saya kasih tau dulu caranya, tapi
rata-rata mereka langsung mau coba, saya sih gak ngelarang, justru saya
seneng gitu bisa ngasih nilai yang bermanfaat ya kalo ada orang yang teriak
saya seneng gitu, artinya saya bisa kasih solusi. Apalagi kalo orang (yang
teriak itu) dengerin, ngelakuin apa yang saya saranin. Seneng banget saya.
Sejauh ini mereka (masyarakat yang terlibat dalam produksi) anggota
maupun non anggota, kalo mereka bisa produksi setenggah mateng nanti
ditimbang di saya gapapa, saya terima, kalo sudah mampu mau masarin
produknya sendiri gapapa. Bebas saya, dan saya gak mau buat mereka
terbatas gitu, kalo stok di gudang saya masih banyak nanti stok mereka yang
saya pending, satu-satu gitu masuknya karna kan di gudang saya gak muat
kan.
3. Berapa lama dalam sehari ada berkontribusi untuk KUBE?
Biasanya saya produksi dari habis solat subuh sampai jam 09.00 kalo lagi
ada acara saya tetep produksi. Pokoknya produksi saya prioritasin, kecuali
kalo saya lagi pergi ada acara yang harus nginep itu baru gak produksi.
4. Apakah ada pelatihan sebelum menjadi anggota?
Kalo pelatihan ada, untuk manajemen pemasaran sama manajemen keuangan
itu emang kita pernah diajarin sama Dinas, saat saya ada umdamgan
pelatihan ya saya berangkat. Untuk pelatihan produksi itu gak ada, karna kan
kita memang sudah mandiri kalo masalah produksi.
5. Apa faktor pendukung berjalannya KUBE?
Faktor pendukung itu banyak ya dek, faktor dalam bidang apa dulu nih,
produksi berupa alat atau apa nih, karna kan sangat banyak. Dari faktor
produksi saya harus punya alat-alat, dari segi pemasaran itu kan juga faktor
pendukung ya masuknya. Faktor pendukung KUBE ini gak cuma satu ada
banyak, dari segi produksi pertama saya melibatkan warga yang terlibat ya
istilahnya SDM, terus bahan bakunya, kita bekerja sama dengan pengepul
singkong yang ada dipasar Kemiri, karna kita gak mau ambil resiko ambil
langsung dari petani, karna kan kita kan butuh singkongnya yang besar-
besar. Supaya pemanfaatannya maksimal, kalo yang kecil-kecil kan kasian
karna lahannya yang terbatas juga, sehingga pemanfaatannya kurang
maksimal. Kalo dari faktor pemasaran ya kita mulai kerjasama online,
warung-warung terdekat, toko-toko juga, di pertemuan-pertemuan seperti itu.
Dan satu lagi faktor yang paling besar adalah dukungan suami, itu yang
paling terpenting. Menurut saya itu faktor pendukung utama. Ridho, karnakan
seorang istri bukan lagi dari orang tua ya dek, tapi ridho dari suami. Itulah
yang saya jadikan motivasi untuk mempertahankan dan bertahan untuk KUBE
ini.
6. Apakah faktor penghambat berjalannya KUBE?
Kalo dari bahan baku produksi memang kadang disini ada keterbatasan kalo
lagi musim ujan saya butuh blower-blower, untuk mengeringkan singkong.
7. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo olahan singkong anggota bikin keripik, saya buat opak juga, ya macam-
macam keripik jagung yang dari jagung itu kita olah juga. Sekarang kan lagi
jaman ya stik yang warna-warni nah kita juga buat tapi cuma warna ungu aja
karna dari ubi ungu bahan dasarnya. Kembang goyang, rempeyek teri,
kacang, ya seadanya bahan pasti kita olah. Sama keripik bawang yang asin,
belum lagi kalo bulan puasa itu Bu Sum kan jual kue kering, udah itu aja
kayanya.
8. Berapa kali mengadakan perkumpulan dalam sebulan?
Pertemuan rutin cukup sebulan sekali aja, setiap rabu, di minggu pertama.
Tapi yang namaya pertemuan biasa itu ada setiap hari ada interaksi lah
antara anggota dengan anggota, anggota dengan masyarakat.
9. Berapakah pendapatan anda perbulan? Lalu anda gunakan untuk apa?
Kalo pendapatan gak nentu ya, ya misalkan sebulan keuntungan KUBE
Rp30.000.000 ya bagian saya 30% dari itu aja. Ya ini saya masih nabung
buat nutupin ini bangun rumah kan kita kemarin, ya hasilnya saya buat nyicil
keatasin lagi. Ya selain itu saya juga punya tabungan, karnakan suami orang
Jawa, jadi kalo kita pulang kampung ke Banyuwangi paling nggak kan kita
punya tabungan ya buat itu. Itung-itung kalo mau ke Jawa tuh ibu harus siap
sekitar Rp15.000.000 ya kan kita pasti dari sini bawa bawaan juga, disana
kita yang ngasih juga. Kalo untuk dapur itu dari suami. Dan jajan saya juga
dari hasil ini, buat jajan cucu kadang, ya itu. Kalo detailnya ya misalkan
pendapatan saya Rp9.000.000 untuk cicilan rumah Rp6.000.000 terus sisanya
saya tabung, karena saya gak ngluarin uang dapur ya. Kalo itu kan dari
suami saya.
10. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Kalo skala dalam pertahun ya namanya kita kan gak kerja kantoran, ya
tergantung pasarnya, bisa dibilang penghasilan kita di KUBE itu
Alhamdulillah stabil ya, ya kalo omset kita sebulan Rp30.000.000 ya gak jauh
sekitar Rp360.000.000 pendapatan pertahun nanti masing-masing tinggal
dibagi aja yang saya bilang tadi itu. Ya kalo saya Rp9.000.000 perbulan.
Setahun ya kurang lebih Rp108.000.000-an ya (tersenyum).
11. Bagaimana presentase pembagian komisi setiap bulan?
Ya itu, presentase pembagiannya adil di KUBE, masing-masing bagian dapet
30%, kaya saya 30%, bagian produksi 30%, bagian pengadaan bahan baku,
pemasaran juga sama semua, nantikan tingal dibagi aja, di bagian produksi
misalnya ada 3 orang ya masing-masing 10% aja.
12. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau tidak?
Jelaskan!
Ya bisa dibilang Alhamdulillah karna masyarakat mendukung sekali, ya
antusias lah dengan adanya KUBE. Kalo dari masing-masing keluarga yang
ikut produksi kita punya hubungan baik sekali. Ya kita sama-sama support.
Kalo ada yang kesusahan ya pasti kita bantu. Ya rata-rata kalo ada acara di
kelurahan kita paling banyak personilnya karna kan kita punya KUBE, KWT,
Jumantik.
13. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Ketika mereka (para anggota KUBE) punya pinjaman di Bank saya berharap
mereka lancar bayarnya, dan bertanggung jawab penuh. Sudah banyak akses
kaya PNPM Mandiri, KMS (Kelompok Swadaya Masyarakat). Anggota sini
kalo buat permasalahan permodalan sudah cukup banyak ya.
PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS
1. Nama : Sumini
2. Nama inisial : (SM)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 15 Maret 2017
4. Umur : 45 tahun
5. Jabatan : Sekertaris
6. Tempat wawancara : Rumah Ibu Mardiah
7. Agama : Islam
8. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana proses awal pembentukan KUBE?
Pertama-tama usahanya kecil neng, teruskan dapet bantuan, abis itu udah
mulai bisa dimanfaatin kan kaya oven nya itu kadang pas mau lebaran bisa
buat sampingan jual kue kering, lumayan pesenannya mah bisa sampe 50
toplesan.
2. Sudah berapa lama bergabung dengan KUBE?
Saya ikut kube dari tahun 2012 tapi saya kurang inget bulan apa, pokonya
dari awal berdirinya KUBE deh neng.
3. Berapa lama dalam sehari ada berkontribusi untuk KUBE?
Kalo pastinya saya ga bisa pastiin gitu berapa lamanya, karna sambil
disambi juga kan sama kerjaan rumah, mulainya sih dari pagi, terus kan ntar
siapin sarapan anak, anter anak sekolah, udah selesai semua baru nerusin
lagi produksi. Ya.. kira-kira ada kali neng 5-6 jam an mah.
4. Apakah ada pelatihan sebelum menjadi anggota?
Ada, dulu pernah neng dari mahasiswa juga kalo gak salah dari UI terus dari
dinas juga.
5. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan
KUBE?
Awalnya, tau dari ibu Mardiah. Ya seneng aja gitu bisa masuk KUBE, mulai
produksi dulu pake barang seadanya, begitu dapet bantuan Dinsos, pelatihan,
kita semakin pede gitu, bangga, bisa bantu perekonomian keluarga juga kan
neng. Terus bangganya lagi kita kan kelompok pasti terbentuk rasa
kekeluargaan. Abis itu, nambah lagi keluarganya, seiring berjalannya waktu
kita dapet dukungan dari MUI dan BPOM, pelabelan halal di produk
singkong neng.
6. Apa faktor pendukung berjalannya KUBE?
Ya, pastinya yang jelas harus ada modal ya neng. Kalo ga ada modal ya ibu
gak produksi.
7. Apakah faktor penghambat berjalannya KUBE?
Cuaca ya neng, matahari neng, wah kalo ga ada matahari ribet. Itu kipas
angin nyala 24 jam. Ya abis gimana lagi, daripada gak produksi. Jadi
mending kipas angin nyala 24 jam gitu kalo gak ada matahari.
8. Berapa kali mengadakan perkumpulan dalam sebulan?
Rutin sebulan sekali, biasanya si hari rabu di minggu pertama. Tapi ya
tergantung, kalo pada berhalangan pas hari rabu itu ada acara dari PKK
RW. 003, atau acara lain pasti kita cari hari lainnya.
9. Berapakah pendapatan anda perbulan? Lalu anda gunakan untuk apa saja?
Kalo matahari lagi bagus terik gitu ya neng, bisa sampe Rp3.000.000 an
sebulan neng. Tapi kalo lagi musim ujan, tuh kadang Rp2.000.000 an. Ya,
alhamdulillah segitu juga udah bersyukur. Pokonya antara Rp2.000.000-
3.000.000 an sebulan. Ya untuk semuanya neng Alhamdulillah ya cukup buat
tabungan walaupun dikit ada ya sebulan bisa Rp300.000 an lah, kan
pengeluaran banyak arisan juga bisa dibilang nabung juga ya, arisan aja ada
3 PKK, RT, sama RW. Ya sebulan buat arisan bangsa Rp300.000 an juga.
10. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda? Jika ya,
tolong jelaskan!
Sangat, sangat, sangat membantu sekali neng. Jelas membantu ya neng, kaya
buat ongkos anak sekolah, buat tambahan dapur, cicilan (rentenir) kan tiap
hari ada yang nagihin, terus ya kaya gini arisan atau apa gitu, bayar sekolah
anak juga kan, apalagi anak saya dua sekolahnya sekolah swasta. Mantep
banget kan pokonya cukup deh alhamdulillah. Karnakan suami ibu kan kerja
proyek jadi seminggu tuh cuma dapet Rp300.000. Yaa maaf-maaf aja
bukannya ngecilin suami ya neng, ya alhamdulillah disyukurin aja.
Alhamdulillah cukup neng.
11. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Buat ongkos anak sekolah, bayar sekolah anak, nambah-nambahin dapur,
bayar cicilan, terus arisan, itu diluar uang suami ya neng. Ya pokoknya
lumayan membantu deh dari hasil disini.
12. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Kalo dalam setahun ya tergantung kita produksinya juga gimana, yaaa. Bisa
dibilang penghasilan kita di KUBE itu Alhamdulillah stabil ya, seringnya sih
kita sebulan terima Rp3.000.000 ya berarti juga gak jauh sekitar
Rp36.000.000 pendapatan pertahun. Kurang lebihnya ya segituan lah. Kalo
sebelum adanya KUBE ya dulu karna saya cuma ngurus rumah ya, jadi
penghasilan cuma dari bapaknya aja.
13. Bagaimana Keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau tidak?
Jelaskan!
Bisa dibilang iya, karna dari keluarga ibu dukung ya neng, dan masyarakat
mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah dengan adanya KUBE gitu.
Kalo dari masing-masing keluarga yang ikut produksi kita punya hubungan
baik sekali. Ya kan kita sama-sama. Kalo kita atau ada yang kesusahan ya
pasti dibantu.
14. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Ya, pasti ibu mah berharap lebih maju ya dari sekarang, biar pendapatan
juga bisa mencukupi kebutuhan, syukur-syukur bisa lebih. Ibu juga berharap
usahanya biar bisa lebih berkembang lagi, modalnya juga ya ditambahin lagi,
hehehehe. Kan kalo modal nambah produksi nambah, terus biar bisa beli
peralatan lagi kaya panci, tampah, terus juga seng, karnakan kita kan pake
seng nya yang bagus ya, seng yang alumunium, yang ukurannya berapa gitu
kemaren, jadi kalo udah karatan itu udah ga bisa di pake lagi.
PEDOMAN WAWANCARA PELATIH
1. Nama : Mantih
2. Nama inisial : (MT)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 5 April 2017
4. Umur : 43 tahun
5. Jabatan : Trainer
6. Tempat wawancara : Rumah ibu Mantih
7. Agama : Islam
8. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada pelatihan untuk para anggota? Jika ada, apa jenis pelatihannya?
Ada pelatihannya, pelatihan pembuatan kembang goyang, akar kelapa, terus
kue kering juga ya tergantung saat itu aja apa yang dibutuhin, untuk berapa
kali nya itu gak nentu kak.
2. Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan
KUBE?
Ya kalo ibu taunya waktu itu bu Mar ya yang sosialisasi kalo lagi ada kumpul
arisan, kumpul PKK juga pasti dikasih kabar bagaimana programnya, terus
yang ibu tau dari itu masyarakat yang ikut bikin keripik ekonominya jadi lebih
bagus, ya jadi lebih baik ya kak.
3. Apa faktor pendukung berjalannya KUBE?
Pasti, yang menjadi faktor pendukungnya anggota itu sendiri dan bantuan
yang diberikan dari Dinas Sosial.
4. Apakah faktor penghambat berjalannya KUBE?
Mereka masih kesulitan dengan permodalan untuk sebagian anggota ya kak.
5. Berapa kali mengadakan perkumpulan dalam sebulan?
Kalo kumpul sebulan sekali ya itu yang pasti kak. Kalo kapannya sesuai
kondisi aja, misalkan bu Mar nih hari kan harusnya kumpul jam 10.00 karna
ada acara diundur jadi jam 13.00 ya pokoknya gitu kak gak pasti kalo
waktunya tapi ada gitu kumpul sebulan sekali.
6. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Tentu ibu berharap lebih maju dari sekarang, lebih banyak lagi produksinya,
terus supaya lebih baik lagi yang jelas ya kak.
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Miah
2. Nama inisial : (MH)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 15 Maret 2017
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Umur : 51 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Betawi
8. Lama menetap : 51 tahun
9. Pekerjaan samping : -
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama menjadi anggota KUBE?
Dari awal ibu sudah gabung KUBE. Berarti sekitar 6 tahunan ya
dek.
2. Dari manakah anda mengetahui program KUBE Alkesa Lestari?
Tau program KUBE dari bu Mar langsung, kan dulu bu Mar sempet
ngumumin, kaya sosialisasi gitu, terus ibu tertarik, ya langsung
dateng gitu ke bu Mar.
3. Sebelum anda mengikuti program KUBE, apakah pekerjaan anda?
Dulu sebelum gabung KUBE, ibu dagang nasi uduk, lontong, kalo
siang dagang es begitu masuk ke KUBE ibu fokus ke keripik
singkong aja.
4. Apakah yang anda kerjakan di KUBE Alkesa Lestari?
Dari ngupas, ngukus singkong, ngiris, terus jemur aja dek.
5. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo olahan singkong Ibu bikin keripik aja. Karna Ibukan bagian
setengah mateng ya jadi itu aja belum ada olahan lain lagi yang ibu
buat.
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti
program KUBE?
Ngga ada dek cuma KUBE aja.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Ya.. sebulan mah kalo kita rajin bisa lebih ya dek, biasanya sekitar
Rp2.000.000, kalo lagi bagus produksinya bisa sampe Rp3.000.000
an. Ya berapapun disyukurin aja ya dek.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Kalo dalam skala pertahun bisa dibilang penghasilan kita di KUBE
itu Alhamdulillah lumayan stabil ya, ya kalo kita sebulan biasa
terima Rp3.000.000 ya gak jauh sekitar Rp36.000.000 pendapatan
pertahunnya dek. Ya biasanya dibaginya segituan lah kurang lebih.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Ya jelas ya dek, bantu banget, kaya nambahin uang dapur, uang
kuliah anak, terus cicilan pinjeman, kalo pengluaran kaya listrik
atau apa gitu itu tangunggan bapaknya (suami).
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Dipake buat nambah-nambahin kuliah anak, kan lumayan mahal ya
dek, setahun bisa Rp18.000.000, kalo pengeluaran sehari-hari itu
dari suami ibu.
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Punya, Rp1.000/ hari di KUBE. Ya itukan dapet
dari setiap nimbang di celengin di KUBE, kalo ibu pribadi ada
tabungan sekitar Rp 2.200.000 sisa penghasilan ibu, karna
masih harus bayar cicilan Rp. 790.000 sekian ya sisa nya ibu
tabungin.
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Punya surat
pinjaman kemaren ngambil di BRI tahun 2014, tahun ini
terakhir, kemaren minjemnya Rp15.000.000 dek.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Ada kontrakan 2 pintu.
Harganya beda-beda yang satu Rp700.000, yang satu lagi
Rp750.000 ya lumayan buat tambahan sekolah bocah (anak).
Kalo luas tanahnya ibu kurang paham ya ada sekitar 200 m
lah dek. Luas kontrakannya beda-beda makanya harganya
juga beda, kalo untuk kamar mandi, tiap pintunya udah ada
sendiri-sendiri gitu, ya seadanya yang penting udah enak udah
masing-masing kamar mandinya.
d. Perhiasan/ Furnitur : Handphone, kulkas dari hasil KUBE,
mesin cuci orang jual butuh Rp200.000-250.000, di jual ibu
beli dari celengan ibu, kipas angin juga ibu yang beli, radio, tv
21 inci, kulkas juga ibu boleh bayarin orang perlu dari
celengan ibu juga hasil dari KUBE, rak piring juga, meja tv.
Kasur juga kalo ada yang murah ibu beli.
e. Mesin yang dapat memproduksi/menghasilkan: Kalo motor,
kadang bapaknya nawarin ke Rizka (anak ibu Miah) suruh
bawa motor, kalo bapaknya libur gitu, tapi kadang anaknya
dia gak mau, seringnya dia kalo berangkat kerja maunya naek
Gra* kalo gak naek angkot dia bayar Rp5.000-. kan dia
kuliahnya gak setiap hari, cuma 2 kali seminggu, itu jugakan
tergantung dosennya ya bisanya kapan.
f. Perkebunan/ Pertanian : Ada dek, buat nanem taneman depan
rumah, ibu tanemin alpuket, rambutan cipelat yang manis
banget. Nanti kalo berbuah sebagian dimakan, dijual, terus
dibagi ke sodara.
g. Hak cipta/ hak paten : Ngga ada dek.
12. Apakah anda mengikuti organisasi/perkumpulan lain?
Ya ikut banyak kegiatan yang lain kaya KWT, PKK, Posyandu,
UPPKS, Majlis taklim juga.
13. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mengikuti program
KUBE Alkesa Lestari?
Manfaatnya banyak selain disini dapet penghasilan, terus ke
sosialnya juga nambah ya dek, ya pokonya berubah drastis deh.
14. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak?
Ya bisa dibilang Alhamdulillah ya dek, karna masyarakat
mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah dengan adanya
KUBE. Kalo dari masing-masing keluarga yang ikut produksi kita
punya hubungan baik sekali. Ya kita sama-sama support. Kalo ada
yang kesusahan ya pasti kita bantu.
15. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Ya semoga aja, produksinya bisa lebih dari sekarang ya dek, terus
pendapatannya juga nambah lagi.
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Manih
2. Nama inisial : (MN)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 29 Maret 2017
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Umur : 46 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Betawi
8. Lama menetap : 27 tahun
9. Pekerjaan samping : -
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/ PAUD
b) SD/ MI
c) SMP/ MTS
d) SMA/ MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama menjadi anggota KUBE?
Ya dari awal adanya KUBE dulu tahun berapa ya lupa, mba pernah
wawancara gak ke bu Mar kapan, tahun berapa gitu, pastinya? Ya
sekitar tahun 2012 an lah. Kalo produksi dulu liatin ibu mertua, terus
lama-lama coba-coba, terus bikin sendiri deh.
2. Dari manakah anda mengetahui program KUBE Alkesa Lestari?
Tau dari bu Mar saya, diakan aktif ya suka kumpul-kumpul gitu di
kelurahan, kecamatan, terus punya banyak kenalan, makanya dulu dia
coba-coba dibikin lah kelompok gitu.
3. Sebelum anda mengikuti program KUBE, apakah pekerjaan anda?
Dirumah aja kerjanya, ya ngurus rumah, ngurus anak, masak, anter
anak sekolah, terus jemput juga, ya kalo yang kerja diluar ayahnya aja
(suami ibu Manih) ya abis nikah kerjanya cuma dirumah aja.
4. Apakah yang anda kerjakan di KUBE Alkesa Lestari?
Kalo saya cuma ngolah produk yang mentah bu Mar yang goreng.
Sama kaya yang laen. Itu ada yang baru kering mau dijual gitu loh,
yang mentah tadi baru dianterin pas saya lagi nyuci, pas liat ada
karung (isinya singkong). Cara bayarnya langsung. Kalo beli
dipasarkan, kita harus milihin singkong sendiri gede-kecilnya, kita
berebut sama orang gitu, kalo ini kan kita udah langsung dari nyabut
apasih manen, terus langsung dibawa kesini.
5. Berapa rapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo olahan singkong anggota termasuk saya cuma bikin keripik aja,
ada juga bu mar bikin opak juga, terus keripik jagung yang dari
jagung itu, terus stik ubi ungu. Kembang goyang Bu Mantih, rempeyek
teri, kacang, lumayan banyak ya ka.
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti program
KUBE?
Gak ada, cuma di rumah aja ya ibu rumah tangga.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Kalo dari singkong pendapatannya, kadang gak perbulan ya, saya
kadang gak bikin catetan, jadi kalo abis nimbang nih kadang-kadang
lebihnya ada, 1 kwintal singkong jadi keripiknya ya minimal banget
36-37 kg. Itu kalo singkongnya yang bagus. Tapi kalo singkongnya
gak bagus, kadang-kadang kan ada yang kadar airnya gabar bahasa
Betawi nya mah, ngocor banyakan airnya, itu paling ada 29 kg, ya
taro lah dari 1 kwintal singkong jadi keripik lebihnya paling
Rp200.000-. itu per 5 hari lah.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Kalo dalam setahun ya ka namanya kita kan kerjanya begini, ya
penghasilan kita di KUBE itu Alhamdulillah stabil ya ka. Sebulan
kurang lebih biasanya Rp3.000.000 ya berarti kan gak jauh sekitar
Rp36.000.000 pendapatan pertahunnya.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Ngebantu, buat nopang kehidupan sehari-hari aja gitu, terus buat
muterin modal lagi, ya ngebantu. Misalkan uang dari ayahnya (suami
ibu Manih) udah gak cukup nih, berarti besok kita jual dapet uang,
jadi apa ya nutupin gitu loh, muter gitu, pokoknya saya sehari harus
pegang uang Rp100.000 buat jajan anak 4. Yang gede udah nikah
dibawa sama suaminya, terus yang kedua sekolah SMK, yang ketiga
SMP, yang paling kecil SD kelas 3.
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Buat listrik, buat bekel anak sekolah, buat dapur, buat nutup
kebutuhan sehari-hari dah.
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Tabungan ada di KUBE kadang saya sebulan kalo
abis nimbang ya lebihnya adalah, bangsa Rp 52.000-55.000 ya
kalo di total ada sekitar Rp 219.000 lah. Kalo nyelengin sendiri
gak ada, abis buat itu aja udah sehari-hari. Sebenernya kita bisa
kalo mau nyisihin duit, misalkan kita hari ini kita jual ya
begitulah, karna kita banyak keperluannya juga ya ka.
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Gak sih, takut kalo
minjem-mijem gitu.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Tanah gak ada, tadinya sih iya
begitu, yang belakang di kontrakin 2 petak, tapi saya jebol saya
jadiin satu, pas kemaren mau ada acara nikahin anak, “Sempit
ah”, yaudah saya jadiin satu. Jadi udah gak punya kontrakan,
dulu kalo ada cuma Rp650.000- satu pintunya. Lumayan dari
tahun 2013-2016.
d. Perhiasan/ Furnitur : Kayanya ngga deh gak ada.
e. Mesin yang dapat memproduksi/ menghasilkan: Kadang anak saya
pake motor satunya, kalo bensinnya abis dia pinter pake motor
yang satu lagi, kan kalo saya anter jemput anak yang SMP sama
yang SD itu pasti setiap hari.
f. Perkebunan/ Pertanian : Geleng (gak ada).
g. Hak cipta/ hak paten : Gak ada juga.
12. Apakah anda mengikuti organisasi/perkumpulan lain?
Ya paling seperti PKK RT gitu aja.
13. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mengikuti program KUBE
Alkesa Lestari?
Apa ya... ya ini sih kita bisa menopang kebutuhan sehari-hari, ya
berputar lah, dapet dana dari pemerintah yang berbentuk barang,
seperti langseng, kompor, singkong, ya sekitar Rp2.000.000- dulu.
14. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak? Jelaskan!
Ya… Alhamdulillah ka, dari keluarga sangat mendukung, masyarakat
juga mendukung sekali, ya bisa dibilang antusias lah dengan adanya
KUBE. Kalo dari masing-masing keluarga kaya yang selain anggota
KUBE yang ikut produksi kita punya hubungan baik ya ka. Ya kita
sama-sama bantu. Kalo ada yang kesusahan ya pasti kita bantu.
15. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Ya pengen nya sih pengen dapet dana lagi gitu pengennya sih, ya
supaya ada peningkatan gitu loh, jadi yang biasa kita beli sekintal
bisa nambah jadi 2 kwintal.
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Khatijah
2. Nama inisial : (KH)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 5 April 2017
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Umur : 47 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Jawa
8. Lama menetap : 28 tahun
9. Pekerjaan samping : -
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama menjadi anggota KUBE?
Saya baru 2 tahun ngerjain (produksi keripik) ini, iya baru jadi
anggotanya juga sekitar 2 tahunan ya mba.
2. Dari manakah anda mengetahui program KUBE Alkesa Lestari?
Saya kan baru bantu suami juga nah ini (produksi keripik), awalnya
sih bu Mar kan bentuk KUBE ya udah lama sih, terus bu Mar
kekurangan anggota, terus saya nyoba ngajuin, kali-kali, karna ada
yang gak aktif jadi saya yang gantiin itu. Ya terus belajar dulu liat dia
bikin gimana, ya cuma gak langsung bagus gitu ya, pas pertama-tama
mah gak semua bagus, saya pilihin dulu, mana yang bagus kita
kesonoin, yang kurang bagus bentuknya kita goreng sendiri. Jadi gak
semua kerjaan saya diakuin semua, itu nggak, jadi dipilih-pilih dulu
gitu, yang kurang bagus saya goreng saya titipin ke 3 warung, saya
jual Rp1.000-an gitu kak. Warungnya deket ISTN sana kak. Ya
lumayan buat ngurang-ngurangin yang gak diterima di KUBE.
3. Sebelum anda mengikuti program KUBE, apakah pekerjaan anda?
Dirumah aja hehhee.
4. Apakah yang anda kerjakan di KUBE Alkesa Lestari?
Awalnya saya nyoba, 10 kg singkong 2 hari, terus nambah sampe
sekarang jadi 50 kg udah tuh mentok ngerjaiinnya 2 hari. Kadang
saya kerjain bareng suami saya kalo dia udah pulang selesai anter
kue, ngupas, ngukus singkong sore, terus lanjut ngiris malemnya, pagi
baru dijemur sampe siang baru diangkat. Kan sama kaya yang laen
kita jual yang mentah.
5. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo saya bikin keripik singkong aja dan yang saya tau anggota bikin
keripik juga sama. Tapi ya kalo produk KUBE banyak ya. Ada stik
yang warna-warni, tapi di KUBE buat tapi cuma warna ungu aja
karna dari ubi ungu bahannya. Terus kembang goyang, rempeyek teri,
kacang, keripik bawang yang asin. Lumayan ya ka, tapi kalo saya ya
cuma itu tadi keripik aja.
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti program
KUBE?
Ya gak ada kak dirumah aja, jadi ibu rumah tangga.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Ya kan sistem, misalkan kita perkilo ya misalnya Rp200.000- sekarung
itu, di jual jadi Rp300.000- gitu, jadi untungnya Rp100.000- per 2
hari. Ya kalo kita ngerjainnya terus gitu, kalo misalkan lagi keadaan
sehat. Kalo perbulan ya Rp1.000.000-1.500.000 ada kak.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Kalo dalam setahun bisa dibilang penghasilan kita di KUBE itu ya
kalo kita sebulan biasa terima Rp3.000.000-an ya gak jauh sekitar
Rp36.000.000 pendapatan pertahunnya. Ya bisa segituan lah kurang
lebih.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Ya membantu, ya pokoknya nambahin apa yang kurang deh, hehhee.
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Apa yang kurang pake duit hasil dari sini, ya pokok nya kagak itung-
itungan nih duit keripik, pokoknya ya lumayan buat nutup-nutupin
kebutuhan. Terus bisa jajan hehehe. Beli baju, terus bisa pulang
kampung nenggokin orang tua.
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Pokoknya buat nutupin yang kurang aja gitu, kalo
tabungan khusus dari sini ya ada tapi sedikit, Rp.50.000 seminggu
ada. Ya total kalo dalam sebulan pemasukan saya Rp 3.000.000,
pengeluarannya ya banyak sisa mingguan aja Rp 50.000 x 4 ya
dalam sebulan itu Rp 200.000, berarti pengeluaran saya Rp
2.800.000 itu udah masuk biaya produksi juga.
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Gak ada.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Gak punya kontrakan, rumah
ini aja luas 60 m² kurang lebih, tanah di kampung punya orang tua
ya berarti gak punya tanah juga.
d. Perhiasan/ Furnitur : Ini aku beli ini doang nih (sambil nunjukin
meja tv) hasil dari KUBE.
e. Mesin yang dapat memproduksi/ menghasilkan: Ada motor
bapaknya buat anterin kue dia kerja, nganterin kue ke warung-
warung, sama anak saya juga kerja di salah satu ojek online.
f. Perkebunan/ Pertanian : Gak ada juga karna punya orang tua.
g. Hak cipta/ hak paten : Gak ada juga.
12. Apakah anda mengikuti organisasi/ perkumpulan lain?
PKK aja ikutnya.
13. Manfaat apakah yang anda rasakan setelah mengikuti program KUBE
Alkesa Lestari?
Ya itu ya, ya jadi bisa jajan pake hasil keringet sendiri, bantu nambah-
nambahin, bantuin bapaknya nyari duit gitu.
14. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak? Jelaskan!
Ya mendukung kalo dari keluarga saya, suami dukung, anak-anak
juga, bisa dibilang dari keluarga sangat mendukung apa yang saya
lakukan, masyarakat juga keliatan mendukung Kalo dari masing-
masing keluarga selain anggota KUBE yang ikut produksi,
hubunganya baik ya ka kalo saya liat gitu. Ya kalo ada yang susah apa
sakit sih kita sama-sama bantu.
15. Apa yang anda harapkan untuk KUBE Alkesa Lestari?
Ya gimana sih ya, kitakan bahan dari sana semua kan ya, nih singkong
udah dari sono (dari pengepul langganan KUBE) udah mahal ya,
kalo saya nyari sendiri di pasar gak enak, ya tapi gitulah. Karnakan,
semuanya juga dari situ, jadi kita, kalo mau nyari keluar di pasar ya
keliatan banget. Kayanya yang disanannya juga keluarga, jadinya gak
enak. Dari dianya juga kan harganya udah tinggi, mungkin dari situ
juga kali ya untungnya. Ya nanti dia dapet untung dari mana yang
nyariin singkong kalo gak dari kita juga.
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Tumi Winiarti
2. Nama inisial : (TW)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 22 Maret 2017
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Umur : 50 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Betawi
8. Lama menetap : 50 tahun
9. Pekerjaan samping : Marketing
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/PAUD
b) SD/MI
c) SMP/MTS
d) SMA/MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda produksi keripik singkong?
Udah lama ya aku produksi, yaaa kira-kira setelah nikah aku produksi
sendiri.
2. Dari manakah anda mengetahui cara produksi keripik singkong?
Kalo tau cara produksi ya dari dulu ya mba, dari dulu bantuin orang
tua bikin. Jadi tau dari orang tua aja gitu.
3. Sebelum anda produksi, apakah pekerjaan anda?
Sebelum aku produksi keripik singkong, dulu aku juga produksi
minuman jahe instan, itu produk KWT juga dulu, tapi sekarang karna
kita binggung gitu mau dijual kemana, karna banyak saingan juga ya
mba. Lagi dulu aku produksi harga gula masih Rp3.000/kg. Sekarang
kan tau sendiri harga gula 5x lipat dari dulu, jadi kalo sekarang bisa
produksi bingung gitu mau di pasarin kemana. Terus juga pernah jadi
supliyer. Jadi setelah itu, aku fokus aja ke produksi keripik.
4. Apakah yang anda kerjakan? Apa hanya produksi atau memasarkan?
jika ya, bagaimana cara memasarkan produk?
Produksi iya, marketing juga iya, ya fleksibel aja gitu, kita kan juga
harus pinter baca situasi, ya dijual di toko pisang, toko oleh-oleh,
warung, kadang juga ada langganan yang pesen sekian-sekian. Karna
kan untuk pemasaran kita beda ya sama KUBE jadi kita harus pinter
juga gitu.
5. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo saya bikin keripik singkong aja. Ya kita kan kalo masalah
produkusi kan beda ya sama KUBE, ya kalo produk KUBE banyak ya.
Kalo saya disini ya keripik aja, hehe (sambil senyum).
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti produksi?
Fleksibel aja aku mah bisa produksi, bisa memasarkan produk.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Hmmm berapa yaaa? (senyum), kadang perminggu Rp1.500.000,
kadang Rp2.000.000,. Rp5.000.000-6.000.000 an lah kalo sebulan
bisa, Alhamdulillah. Kadang lebih, kadang kurang, ya pokoknya
sekitar segitu lah mba.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Dalam setahun ya, ya tergantung pasarnya juga ya mba, bisa dibilang
penghasilan kita bisa dibilang Alhamdulillah, walaupun gak stabil ya,
ya kalo omset kita sebulan ambil paitnya ya Rp5.000.000 ya gak jauh
sekitar Rp60.000.000 pendapatan pertahun saya ya. Itu kalo amit-amit
sedikit-sedikitnya ya pernah sih Rp4.000.000 tapi jarang ya.
Alhamdulillah… ya seringnya sih karna kita mingguan bisa mencapai
Rp2.000.000 an ya itu untungnya aja.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Alhamdulillah… insya Allah bisa mba. Yah yang jelas buat
keluargalah, buat anak-anak.
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Ya macem-macem mba, kemaren bangun rumah sebagian dari hasil
sini juga, separohnya bapaknya (suami ibu Tumi), terus kalo kita
pengen beli baju, pake duit sendiri hehe..
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Insya Allah (sambil menganggukkan kepala) ya kalo
untung saya misalkan ya Rp8.000.000 itu udah lepas biaya
produksi ya mba. Ya itu biasanya saya alokasikan ke invest atau
tabungan ya sekitar Rp6.000.000 an sebulan. Rp2.000.000 nya
biasanya ya buat transport, kalo uang modal, udah diluar itu ya
mba. Nah kalo sebelum adanya KUBE dulu omset kita masih
sekitar Rp5.000.000 an lah. Itu dulu saya tabungin perbulannya
mah gak sampe kaya sekarang ya mba dulu sekitar Rp4.000.000
perbulannya ya kurang lebih segitu. Alhamdulillah ya
(tersenyum).
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Ada di bank mba, kita
bangun rumah kemaren geser surat.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Luasnya 200 m² tanahnya,
dibagi 100 m buat dibangun rumah, 100 m tanah kosong. Kalo
kontrakan, gak ada mba cuma tanah kosong aja sebelah rumah
100 m².
d. Perhiasan/ Furnitur : Kayanya belom deh mba, ada tapi gak
banyak mba. Kalo emas mah banyak ya di toko hehehe sebutin
aja nama-nama mas Miran hahaa (bercanda).
e. Mesin yang dapat memproduksi/ menghasilkan: Kadang kalo aku
kesini dianterin, kadang bawa motor sendiri.
f. Perkebunan/ Pertanian : Gak ada juga.
g. Hak cipta/ hak paten : Ada ya karna kita punya usaha sendiri
beda sama KUBE, mulai dari produksi, sampe marketing kita
beda.
12. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak? Jelaskan!
Hmmm, bisa dibilang masyarakat mendukung ya, ya gak ada yang
merasa terganggu. Ikut antusias malah mba tetangga-tetangga sini liat
kita setiap hari produksi. Malah kadang ponakan saya (rumahnya
disebelah tempat produksi Ibu Tumi) kadang dia malah ngikut ngirisin
kadang, hehehhe. Ya kita sama-sama dorong, support walaupun gak
harus materi, ya senyum aja cukup ya mba. Kalo ada yang kesusahan
ya pasti kita bantu pasti, masa kita diemin kan gak mungkin.
13. Apakah anda mengikuti organisasi/ perkumpulan lain?
Ada KWT (Kelompok Tani) Melati Jaya, UPPKS itu dari kantor KB,
APP (Perlindungan Anak dan Perempuan).
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Rodiah
2. Nama inisial : (RH)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 29 Maret 2017
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Umur : 46 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Betawi
8. Lama menetap : 46 tahun
9. Pekerjaan samping : -
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/ PAUD
b) SD/ MI
c) SMP/ MTS
d) SMA/ MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda produksi keripik singkong?
Saya sekitar 8 tahunan, 8 tahun kemarilah, kurang lebih dari tahun
2009 an lah.
2. Dari manakah anda mengetahui cara produksi keripik singkong?
Saya tahu dari usaha keluarga, dulu dari orang tua juga, terus turun
ke anak-anaknya, ke sodara-sodaranya, tapi orang tua sekarang udah
pada gak ada, jadi tinggal anak-anaknya aja.
3. Sebelum anda produksi, apakah pekerjaan anda?
Dulu kerja sama orang nyuciin baju, ngosokin baju juga, nyuci juga,
tapi setelah ini (produksi) udah gak lagi.
4. Apakah yang anda kerjakan? Apa hanya produksi atau memasarkan?
jika ya, bagaimana cara memasarkan produk?
Ya saya jual kering, mateng juga, kalo jual mateng ke temen-temen
kantor bapak, naro dikantin kantornya, ke ABEH. ABEH itu seperti
swalayan pasar seperti minimarket besar dalem nya banyak, komplit
pokonya dah, ada sayur, sembako lengkap, sampe pakaian, gak gede-
gede tapi semua ada. Kalo lagi rame, seminggu udah abis, sayanya
sibuk ini baru balik abis dari Ciledug, kalo gak rame kadang 2
mingguan, nih tadi nelpon udah mesen minta anterin keripik disana
udah abis, kadang ada pesenan saya yang nganterin ke yang pesen,
kalo ada orang yang mau beli buat acara, arisan, nanti tergantung
janjiannya gimana. Kalo untuk stok saya gak ada, ngiris mah setiap
hari, kalo udah kering saya goreng, kalo lebih saya guyur ke bu Mar,
biar dikelola dia, jadi istilah kata barang saya baru terus.
5. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo saya bikin keripik singkong aja ini. Kalo bikin yang lain juga
waktunya gak kecandak. Jadi ya cuma bikin keripik singkong aja.
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti produksi?
Gak ada de, dulu doang itu sebelum produksi, setelah produksi saya
fokus aja.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Sebenernya sih kalo gak ada hambatan atau saya kerja aja kaya gini,
kaya kemaren gak jadi RT, sebulan bisa mencapai diatas
Rp2.000.000-, satu bulan, bisa lebih lah, malah kalo kemaren-kemaren
bu Mar ngasih pasokannya ke saya terus bisa Rp3.000.000 lebih, kalo
sekarangkan udah banyak yang bikin juga, pengen kerja juga, terus bu
Mar ngasih saran terus orang-orang pada mau, ya gapapa jadi bagi-
bagi ke yang laen juga. Saya juga gak selalu buang yang kering ke bu
Mar karna kalo lagi banyak pesenan saya bingung suka kurang juga,
kaya lebaran nih, pas mau puasa kan ya sebenernya saya harus sering
ngiris nih harus banyak karna nantikan banyak pesenan keluar,
barang keringnya yang susah, tetep ngiris nih buat stok dia (bu Mar),
lebaran yang banyak pesenan yang keluar.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Ya kalo pendapatan dari keripik aja ya sekitar Rp3.000.000 perbulan
dikali 12 ya berarti sekitar Rp36.000.000 itu kalo dari keripik aja.
Kalo keseluruhan yaa tadikan Rp7.000.000 dalam setahun ya gak
nentu ya karna itu kan campur uang kontrakan yang gak selalu keisi
gitu.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Membantu, soalnya kan kita jadi ada buat tambahan. Saya disamping
bapaknya ada pensiunan juga.
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Ya itu kadang-kadang saya buat arisan, buat nambah sehari-hari saya
ambil dari keripik, buat makan, buat anak saya kuliah, apa aja deh,
walaupun gak ada pesenan saya tetep ngiris. Bayar listrik juga saya,
buat jajan anak juga, buat cucu.
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Tabungan, saya ikut tabungan haji, alhamdulillah
baru sekitar 7 bulan dalam jangka 5 tahun cicilannya, berdua
sama bapaknya (suami ibu Rodiah) udah DP juga cicilannya
perbulan Rp1.155.000. Pas daftar katanya dapet kouta
keberangkatannya tahun 2036, tapi kemaren dikabarin katanya
maju 5 tahun lagi, katanya sih bisa maju lagi karna umur bapak
(suami Ibu Rodiah) kan udah tua ya. Kata orang sananya “Ibu
siapin aja buat ongkos tambahan”, “Alhamdulillah ya” kata saya
gitu. Makanya saya harus kerja terus, pokoknya saya harus bisa
buat cicilan tiap bulan itu. Kerjanya harus cepet supaya
timbangan keripiknya nambah, ya istilah kata kalo sebulan saya
punya stok 60 kg, 70 kg, saya udah tenang bisa kekejar buat
tabungan hajinya. Selain itu kalo pemasukan saya perbulan ya
dari keripik Rp3.000.000 seringnya, bisa dibilang stabil ya dalam
artian kalo produksi saya cakep terus gitu. Terus dari pension
bapaknya (suami Ibu Rodiah) sekitar Rp2.000.000 lebih dikit,
karna bapak cuma lulusan SD. Terus dari kontrakan juga ya ada
kalo lagi ke isi bisa sampe Rp2.800.000 cuma ini lagi kosong 1.
Jadi kalo di total ya ada kali kurang lebih untuk pemasukan aja
ya Rp 7.000.000 kalo untuk invest atau tabungan, hmmm. Ya
yang waktu saya pernah bilang saya punya tabungan haji buat
berdua sama bapaknya ya itu aja sebulan kita udah Rp2.310.000
tabungan haji, terus modal buat keripik kalo diputerin sekalinya
aja sekitar Rp700.000, terus buat bayar pinjeman Rp.500.000-an.
Ya bangsa Rp3.000.000 mah nabung ada kali ya. Terus sisanya
buat makan sehari-hari, buat produksi beli minyak, bensinnya.
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Ada surat pinjeman
kemaren pas bangun (sambil nunjuk kontrakan) itu karna kan
bantuin sodara anaknya sakit, sakitnya kaya alm. Olga
meningitis, jadi dia jual tanah ke kita karna anaknya sakit, kita
pinjem ke Bank BTPN bank pensiunan, sekitar Rp45.000.000,
sisanya kita buat bangun juga, terus pas bapaknya (suami ibu
Rodiah) bantuin bangun rumah itu jatoh, dengkulnya retak buat
berobat Rp5.000.000 an abis, masih sisa 3 tahunan lebih lah buat
bayar itu.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Ada 4 pintu kontrakan. Kalo
tanahnya 125 m², tanah yang disewakan, gak ada. Satu pintunya
Rp700.000 seringnya sih yang ngisi mahasiswa ISTN situ.
d. Perhiasan/ Furnitur : Emas ada, dulu ada 2-3 tahunan awal bikin
keripik hasilnya saya buat beli emas, sempet kepake juga buat
bangun kontrakan karna kurang, sekarang masih ada juga
tinggal dikit. Kalo furnitur, saya pernah kredit springbed
Rp1.200.000-, radio, komputer Rp1.000.000-, kompor.
e. Mesin yang dapat memproduksi/ menghasilkan: Motor dulu dua,
terus saya ringkes jadi duit jadi tinggal satu, itu hasil saya dari
keripik juga.
f. Perkebunan/ Pertanian : Gak ada, pas-pasan tanahnya cuma yang
dibangun rumah aja ini.
g. Hak cipta/ hak paten : Gak ada, produknya belom punya merk,
masih polos aja kalo jual.
12. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak? Jelaskan!
Ya kalo dari keluarga saya, suami dukung, anak-anak juga, bisa
dibilang dari keluarga sangat mendukung apa yang saya lakukan.
Malah kadang bapak ikut ngiris, ngupasin juga, ya kalo saya liat ya
masyarakat juga keliatan mendukung. Disamping itu kita juga punya
hubungan yang baik sama KUBE, hubunganya baik ya ka kalo saya
liat gitu Bu Mar juga kalo saya liat sebagai ketua baik ya ngayom gak
pelit gitu malah dia kan yang ngajakin orang-orang bikin keripik. Ya
sama-sama lah namanya juga kitakan hidup bertetangga, ya harus
rukun ya.
13. Apakah anda mengikuti organisasi/ perkumpulan lain?
Ada PKK RW, beda ya sama RT, terus ikut KWT juga, kalo UPPKS
ngga karna itu buat keluarga yang di bantu Dinas aja.
PEDOMAN WAWANCARA MASYARAKAT
A. Data diri
1. Nama lengkap : Ubet
2. Nama inisial : (U)
3. Hari/ Tgl wawancara : Rabu, 5 April 2017
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Umur : 46 tahun
6. Status : Menikah
7. Suku : Betawi
8. Lama menetap : 46 tahun
9. Pekerjaan samping : Buruh lepas
10. Agama : Islam
11. Apakah pendidikan terakhir anda : a) TK/ PAUD
b) SD/ MI
c) SMP/ MTS
d) SMA/ MA
e) Strata I/ Starata II/ Starata III
B. Pertanyaan
1. Sudah berapa lama anda produksi keripik singkong?
Udah lama, sekitar 4 tahunan ada jalan 5 tahunan neng kalo saya
keripik cuma buat sampingan aja biasanya yang ngerjain kalo saya
lagi kerja jadi tukang istri saya.
2. Dari manakah anda mengetahui cara produksi keripik singkong?
Ya dulu liat-liat daerah sono (daerah rumah bu Mar) tuh kan banyak
daerah sono yang bikin ginian juga, ya kita liatin, terus praktekin.
Disono ada 4 apa 5 orang gitu ya liat ibu Mardiah dulu.
3. Sebelum anda produksi, apakah pekerjaan anda?
Ya kalo ada yang ngajak kaya kemaren mah jadi tukang, kalo gak ada
ya bikin keripik aja gitu neng. Ntar kalo lagi istirahat belanja ke
pasar, maranin, kalo saya belanjanya di Pasar Kemiri kan noh disono
beli singkongnya.
4. Apakah yang anda kerjakan? Apa hanya produksi atau memasarkan?
jika ya, bagaimana cara memasarkan produk?
Kalo saya jual mentah, dijual di Kalibata karungan, udah langganan
gitu, kadang dia yang maranin kesini kalo lagi banyak, kalo dia gak
sempet saya yang maranin nganter kesana 3, 2 karung apa berapa
gitu seadanya, tergantung bagemana panasnya. Sama jual ke Setu
Babakan jual mentah juga ke toko oleh-oleh.
5. Berapa macam olahan singkong yang anda produksi?
Kalo saya ya bikin keripik singkong aja.
6. Apakah anda memiliki pekerjaan lain, selain anda mengikuti produksi?
Ya ada, kalo ada temen ngajak kerja, ya kadang ambil kerjaan jadi
tukang, kalo saya keripik kadang jadi sampingan kalo lagi ada kerjaan
jadi tukang, ntar kalo lagi istirahat bikin (keripik) lagi, ntar istri saya
yang ngerjain gitu. Kalo saya gak ada kerjaan ya bikin ini (keripik)
aja.
7. Berapakah pendapatan anda perbulan?
Ya gak tau dah, gak tau. Abis kalo baru dapet duit abis langsung buat
belanja, gak nentu, kadang Rp1.000.000- kadang Rp1.500.000-.
8. Berapa pendapatan anda dalam setahun?
Ya kalo pendapatan dari keripik aja ya sekitar Rp1.500.000 perbulan
dikali 12 ya berarti sekitar Rp9.000.000 itu kalo dari keripik aja. Kalo
dari buruh ya ga nentu juga, yah kadang abis aja gitu buat sehari-
hari.
9. Apakah penghasilan anda dapat membantu ekonomi keluarga anda?
Jika ya, tolong jelaskan!
Ya lumayan si, kalo kadang-kadang kalo gak buat jajan- jajan bocah
(anak) ya utuh gitu.
10. Dari hasil penghasilan yang anda dapatkan anda gunakan untuk apa?
Gak anu sih, gak mesti, gak nyimpen juga. Kalo abis jual kan ada
hasilnya, itu buat makan, kalo gas juga, 4 hari sekali beli, kalo
seminggu yang tabung kecil gak kuat. Tadinya kan saya kalo ngukus
tadinya pake kayu tuh disitu (sambil nunjuk ke pekarangan rumah pak
Ubet) tempatnya udah gak ada ganti ke gas.
11. Setelah mengikuti program KUBE apakah anda memiliki?
a. Tabungan : Gak ada ya udah abis kepake buat sehari-hari. Dari
pendapatan bersihnya ya kalo lagi produksi terus ya bisa sampe
Rp1.500.000 karna saya aja disini yang kerja ya kadang abis
buat nutupin kebutuhan sehari-hari aja gitu. Apalagi dulu ya
sebelum produksi ya penghasilan saya juga gak nentu, karna jadi
tukang kalo lagi kerja ya kerja kalo gak ada ya nikmatin duit
kemarin pas kerja jadi tukang. Pengluaran sebulan mah ada
Rp2.000.000 biar kata anak sekolah kaga bayaran, tapikan
semua harus makan, ya abis disitu aja
b. Saham/ Surat tanggungan/ Surat obligasi : Gak ada, gak berani
saya minjem berat resikonya.
c. Bangunan/ Tanah yang disewakan : Gak, cuma rumah ini doang
luasnya kira-kira 70 m², kalo tanah itu (sambil nunjuk
pekarangan) aja.
d. Perhiasan/ Furnitur : Gak ada. Balik modal buat belanja, lebih
dikit buat makan aja udah.
e. Mesin yang dapat memproduksi/ menghasilkan: Ada motor
biasanya saya yang pake buat anter keripik ke Kalibata.
f. Perkebunan/ Pertanian : Gak ada ya pokoknya cuma rumah ini
aja, satu-satunya boleh dibagi sama orang tua dulu.
g. Hak cipta/ hak paten : Gak ada.
12. Bagaimana keadaan sosial sekitar anda? Apakah mendukung atau
tidak? Jelaskan!
Ya baik-baik aja. Kalo dari keluarga saya mendukung apa yang saya
dan istri lakukan. Kadang istri juga gantiin kalo saya lagi jadi tukang
ikut ngiris, ngupasin juga. Terus juga saya sama Bu Mar juga punya
hubungan yang baik sama KUBE juga. Dulu dia kan yang ngajakin
orang-orang sini bikin keripik. Diajarin juga, kita yang ngeliat dia
bikin keripik.
13. Apakah anda mengikuti organisasi/ perkumpulan lain?
Kalo arisan PKK orang perempuan (istrinya) ikut.
LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBERDAYAAN KUBE ALKESA LESTARI
PROSES PENGOLAHAN PRODUK UNGGULAN
KERIPIK SINGKONG
PROSES PENJEMURAN KERIPIK (SETENGAH MATANG)
KERIPIK MATANG SIAP PACKING
IBU MARDIAH DAN KERIPIK SINGKONG BUATAN ANGGOTA KUBE
KEADAAN DI KUBE ALKESA LESTARI
KUMPUL BERSAMA ANGGOTA KUBE DAN DINAS INDUSTRI