pemberantasan poliomielitis

13
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAM SEMERTER VI, TA. 2012/2013 MODUL : SISTEM SARAF KULIAH : POLIOMIELITIS DOSEN : dr. INDRADJID, MS. WAKTU : APRIL 2013

Upload: atmayadi-gunawan

Post on 11-Apr-2016

222 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

polimielitis

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAM

SEMERTER VI, TA. 2012/2013MODUL : SISTEM SARAFKULIAH : POLIOMIELITISDOSEN : dr. INDRADJID, MS.WAKTU : APRIL 2013

Page 2: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

I. PENDAHULUAN- Polimielitis ialah penyakit menular akut, disebabkan oleh virus dengan predileksi pada

sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan dan atrofi otot.

- Virus polio adalah virus-RNA dari famili Picornoviridae, genus Enterovirus yang mempunyai 3 strain :

o Tipe 1 = P₁ = Brunhildeo Tipe 2 = P₂ = Lansingo Tipe 3 = P₃ = Leon.- Tipe P₁ merupakan tipe yang paling paralitogenik.- Tahun 1840 Heini untuk pertama kalinya mengumpulkan catatan beberapa kasus

polimielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi polimielitis. Atas jasa kedua ilmuan ini, maka penyakit tersebut disebut juga penyakit Heine & Medin.

- Sinonim = -Acute anterior polimyelitis -Infantile paralysis- Tahun 1908 Landsteiner dapat menimbulkan kelumpuhan pada kera dengan cara

menyuntikan intraperitoneal jaringan sumsum tulang belakang penderita yang meninggal akibat polio.

Page 3: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

II. EPIDEMIOLOGI- Paul (Swedia, 1955) mengemukakan bahwa kelompok umur yang terserang polio mula-

mula 0 – 4 tahun, kemudian berubah 5 -9 tahun dan saat ini sudah meyerang usia 15 – 25 tahun.

- Goar (1955) meneliti di negara-negara berkembang dengan sanitasi buruk, epidemi polio di temukan 90% umur < 5 tahun.

- Di RSCM, Jakarta pada tahun 1953 – 1957, dari 21 penderita polio, ⅔ nya adalah anak umur 1 -5 tahun.

- Jarang dilaporkan dibawah umur 6 bulan (imunitas pasif dari ibunya)- Penyakit ini dapat ditularkan oleh karier atau oleh kasus yang abortif.- Virus polio dapat hidup dalam air selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam

deep freeze.- Virus juga tahan terhadap berbagai bahan kimia seperti sulfonamide, antibiotika, eter,

fenol dan gliserin, tetapi dapat dimatikan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian oksidator kuat (peroksida, kalium permanganat)

- Manusia adalah satu-satunya “host” alami virus polio dan hanya menginfeksi sel-sel saluran pencernaan dan sel-sel susunan saraf pusat.

- Virus berkembang biak dalam sitoplasma sel yang diinfeksi terjadinya perubahan sitopatik berupa pembulatan bentuk sel, pignosis inti dan kemudian lisis.

- Perjalanan selanjutnya adalah perkembangan virus dan reaksi tubuh membentuk Ab-spesifik.

Page 4: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

- Bila Ab-spesifik cukup banyak, akan menetralisir virus gejala klinisringan atau asimtomatik.

- Bila perkembangan/ proliferasi virus lebih cepat Viremia dan muncul gejala klinis, kemudian virus akan terdapat dalam feses selama beberapa minggu.

- Virus hanya menyerang sel/ area tertentu dari susunan saraf pusat :1. Medula spinalis terutama kornuanterior.2. Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial3. Serebelum terutama inti-inti pada vermis 4. Midbrain, terutama pada masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nukleus

rubra.5. Talamus dan hipotalamus6. Korteks serebri hanya daerah motorik.- Tidak semua neuron yang terinfeksi akan mengalami kerusakan yang sama dan bila

hanya ringan akan terjadi penyembuhan neuron dalam 3-4 minggu.- Kekebalan :• Kekebalan aktif diperoleh : Dari infeksi alamiah saat epidemi Imunisasi yang terprogram.• Kekebalan pasif dengan pemberian imunoglobalin yang mengandung antibodi terhadap

3 tipe virus polio atau naturally acquired dari ibu yang imun secara transplasental.

Page 5: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

III. GAMBARAN KLINIS Setelah masa inkubasi 3 – 20 hari, akan mengalami febris nonspesifik, disertai

malaise umum, nyeri kepala dan meningismus. Setelah 1 – 4 hari timbul paralisis dengan pola penyebaran yang progresif

selama beberapa jam atau hari. Gangguan sensorik (parestesia) bukan bagian dari gambaran polio mielitis

anterio walaupun kadang-kadang otot-otot yang terkena terasa nyeri dan nyeri tekan.

Bentuk gangguan spinal lebih sering terjadi, walaupun paralisis yang lain pernah dilaporkan (otot respirasi, fasialis, gerakan okuler eksterna dan ensefelitis)

Cairan serebrospinal :• Pada fase awal CSS banyak mengandung leukosit PMN, kemudian dalam

1 -2 minggu berubah sel monosit yang predominan disertai kadar protein yang meningkat.

Diagnosa banding :• GBS• Virus – virus lain yang menyerang kornu anterior (terutama ECHO dan

COXSACKIs)

Page 6: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

Prognosis :• Stadium penyembuhan dimulai pada puncak paralisis sehingga penyembuhan

yang sempurna dari otot – otot yang lumpuh masih mungkin terjadi dalam beberapa minggu.

• Pada kebanyakan pasien hanya terjadi penyembuhan parsial dengan kelainan sisa berupa kelumpuhan motorik, atrofi otot dan refleks menghilang.

Imunisasi :• Secara oral dengan vaksin hidup (SABIN) → menurunkan secara drastis bentuk

paralitik.• Komplikasi imunisasi jarang terjadi dan dikalahkan oleh manfaat praktis yang

mengeliminasi penyakit ini.

Page 7: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

IV. PROGRAM PEMBERANTASAN POLIO. (ERADIKASI POLIO GLOBAL = ERAPO GLOBAL)A. DASAR1. Tahun 1988, sidang WHA/ WHO ke 41 eradikasi polio pada tahun 2000.2. Tahun 1989, sidang World Summit for Children eradikasi polio global, dalam arti

tidak sekedar mencegah, tetapi menghentikan terjadinya transmisi virus polio liar di seluruh dunia.

3. Pengertian ERADIKASI POLIO GLOBAL.• Apabila tidak ditemukan virus polio liar “indigenous” selama 3 tahun berturut-turut

disuatu region WHO, yang dibuktikan dengan surveilans AFP (acute flacid paralysis) yang sesuai dengan standar sertifikasi WHO.

4. Dasar pemikiran eradikasi polio.a. Manusia satu-satunya reservior dan tidak ada Longterm carier pada manusia.b. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup dilingkungan.c. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas > 90% dan mudah dalam pemberian

(oral)d. Layak dilaksanakan secara operasional.5. EMPAT STRATEGI ERAPO :a. IMUNISASI, yang meliputi : Peningkatan cakupan imunisasi rutin polio. PIN (Pekan Imunisasi Nasional) MOP-Up

Page 8: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

b. SURVEILANS AFPc. Sertifikasi bebas poliod. Pengamanan virus polio di laboratorium.6. Proses sertifikasi bebas polioo Ditetapkan secara bertahap berdasarkan regional WHO (6 region). Setiap negara

tidak bisa menyatakan bebas polio secara sendiri-sendiri, tetapi harus serentak dengan negara lain dalam satu region.

o Setiap tahun perkembangan eradikasi polio suatu negara akan dinilai oleh TIM SERTIFIKASI NASIONAL yang kemudian dinilai secara bersama oleh TIM REGIONAL DAN GLOBAL.

o Dari 6 region WHO, 3 region telah dinyatakan bebas polio (sertifikat), sedangkan 3 region lainnya belum bebas, yaitu :

-region AFRO Afrika-region EMRO Timur Tengah-region SEARO South East Asia, dimana Indonesia berada.o Tahun 2005, masih terdapat 6 negara endemis polio didunia yaitu Nigeria, Egypt,

Niger, India, Afganistan, Pakistan.o Virus polio liar dari Nigeria (Afrika) telah menyebar ke beberapa negara : Mali,

Guenia, Yaman, Sudan, Arab Saudi, Indonesia.o Indonesia tahun 2002, sebenarnya menyatakan bebas polio, tetapi WHO belum

memberi sertifikat karena masih potensial menerima virus liar dari negara lain.

Page 9: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

B. STRATEGI ERAPO1) IMUNISASI POLIO• Imunisasi polio dapat menggunakan vaksin hidup yang dilemahkan (sabin) atau vaksin

mati (salk). Dengan vaksin sabin 2 dosis, dapat dicapai proteksi 100% sangat dianjurkan.

• Indonesia mulai melaksanakan imunisasi polio secara nasional th 1982 dengan tujuan perlindungan pada anak :

Kekebalan intestinal yang bersifat sementara (100 hari setelah imunisasi) Kekebalan humoral seumur hidup• Vaksin yang dicapai Indonesia adalah Oral Polio Vaccine (OPV) Shabin produksi PT.

Biofarma, yaitu 2 tetes setiap dosisnya.a) IMUNISASI RUTIN• Jadwal pemberian pada bayi adalah 4 kali 2 tetes, setiap bulan mulai umur 2 bulan.• Cakupan diharapkan > 80% bayi• Tujuan = perlindungan humoral.b) PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN)• PIN adalah pemberian imunisasi polio (OPV) pada anak belita tanpa melihat status

imunisasi sebelumnya.• Dilaksanakan secara masal dan serentak pada saat transmisi terendah yaitu pada bulan

Oktober dan November (2 kali putaran, interval 4 minggu)

Page 10: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

• Tujuan = lebih kepada upaya pemutusan penularan virus polio yaitu pada saat yang bersamaan (serentak) usus semua anak balita terisi dengan vaksin polio (kekebalan intestinal 100 hari).

• Indonesia telah melaksanakan PIN 4 kali yaitu Th. 1995, 1996, 1997 dan 2002, sehingga selama 10 tahun terakhir sejak tahun 1996, virus polio liar indigenous Indonesia tidak ditemukan lagi.

c) SUB – PIN• Mirip PIN, untuk daerah risiko tinggio Cakupan rutin < 80%o Kinerja AFP surveilans rendah o Ancaman penularan virus polio masih tinggi.d) MOP – UP• Mirip PIN, tetapi dilakukan segera mungkin setelah virus dapat di identifikasi di

suatu wilayah yang penyebaran virusnya masih di yakini terlokalisir menurut hasil kajian epidemiologis.

2) SURVEILANS AFPa) Adalah pengematan terhadap semua kasus kelumpuhan yang sifatnya layuh (flaccid)

seperti kelumpuhan pada polimielitis dan terjadi pada anak usia < 15 tahun, dalam upaya menemukan adanya transmisi virus polio liar.

Page 11: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

b) Kasus-kasus dalam kelompok AFP, antara lain :• GBS, Myelitis transversa akut, polio-like paralysis oleh enterovirus lain, acute progressive

myelopati, Myasthenia gravis, China Paralytic Synd, Tick-paralysis, keracunan botulisme.• Untuk membuktikan karena virus polio, dilakukan pemeriksaan tinja penderita di

laboratorium nasional polio yang telah di akreditasi WHO, untuk Indonesia ada 3 laboratorium :

Lab. Puslit Penyakit Menular, Balitbang Depkes di Jakarta. Balai Besar Lab-kes Surabaya Bagian Surv-Epid. Peny. Virus, P.T. Bio Farma (Persero), Bandung, yang melakukan

pemeriksaan tipe P₁, P₂, P₃ dan sejak tahun 2000 dapat melakukan pemeriksaan Intra Typic Differentiation (menentukan virus liar atau shabin)

c) Tujuan Surveilans AFP :• Menenukan adanya risiko transmisi virus polio di suatu wilayah• Mementau kemajuan eradikasi polio dan memberikan masukan kepada program

terutama imunisasi.• Menentukan sertifikasi bebas poliod) Strategi Surveilans AFP di Indonesia adalah :• Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 anak berusia < 15 tahun setiap tahun,

melalui :a. Surveilans AFP Rumah Sakit (hospital based surveillance)b. Surveilans AFP di masyarakat (community based surveillance)

Page 12: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

• Mengumpulkan 2 spesimen dari setiap kasus AFP dengan tenggang waktu ≥ 24 jam, secepatnya tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan.

• Melakukan pemeriksaan spesimen tinja kasus AFP di laboratorium Nasional• Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 hari kelumpuhan.• Melibatkan dokter spesialis anak dan atau dokter spesialis syaraf dalam :a. Memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosis awalb. Menentukan ada tidaknya residual paralisis, serta menentukan diagnosis pada saat

kunjungan ulang 60 hari.

Oleh sebab itu para klinis, rumah sakit, tenaga kesehatan lainnya, maupun masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberantasn polio di Indonesia, tidak saja dalam surveilans AFP tetapi juga dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi polio.

Untuk menentukan sensitivitas surveilans dalam memantau adanya kemungkinan transmisi virus polio dan sebagai dasar penetapan sertifikasi polio, International Certification Committee for Polio Eradication (ICCPE) pada tauhn 1994 menetapkan indikator yaitu :

1. Penemuan kasus AFP (Non Polio AFP Rate) = >1/100.000 anak usia < 15 thn.2. Spesimen tinja penderita adekuat >80%, sesuai persyaratan yang ditentukan yaitu di

ambil ≤ 14 hari setelah kelumpuhan, suhu spesimen 0 – 8 derajat celcius sampai laboratorium.

3. Kelengkapan laporan mingguan rumah sakit maupun puskesmas sebagai pernyataan tentang ada tidaknya kasus AFP dari wilayah kerja mereka > 90%.

Page 13: PEMBERANTASAN POLIOMIELITIS

Referensi :-Ditjen PP&PL (2005) : Seminar : Polio, Masalah dan Penanggulangan, Depkes RI, Jakarta

-Hasan, Rusepno, etal (2007) : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak (2), cetakan XI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK-UI, Jakarta

-Manson, B, etal (1996) : Manson Tropical Diseases, 20th Ed; ELBS – London

Mumenthaler, Mark (1995) : Neurologi, Jilid I, Alih Bahasa dr. Nondra Ali, Binarupa Aksara, Jakrta.

-Scott, R. B. (1995) : The Practice of Medicine. 15th Ed; ELBS – London

-Soedarto (1998) : Dasar-Dasar Virologi Kedokteran; Penerbit EGC, Jakarta