pemberantasan penyakit menular demam berdarah

10

Click here to load reader

Upload: arwi-wijaya

Post on 23-Nov-2015

163 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Pemberantasan Penyakit Menular Demam Berdarah Jovian AdinataFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida [email protected]

Abstrak Penyakit Demam Berdarah Dengue disebut juga dengue hemorrahagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD) dan dengue shock syndrome (DSS) adalah penyakit yang paling sering ditemui pada negara tropis terutama di negara bagian Asia Tenggara. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia karena banyaknya daerah endemik, jumlah insiden yang tinggi dan fatalitasnya yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan kematian seperti kasus yang terjadi pada kecamatan Tegalwaru. Dalam hal pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue ini dokter kepala puskesmas Tegalwaru menyadari pentingnya upaya kesehatan promotif dan preventif di samping upaya kuratif dan rehabilitatif untuk menghilangkan penyakit Demam Berdarah Dengue secara permanen. Oleh karena itu dilakukanlah promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pemutusan rantai penularan penyakit demi terwujudnya kesehatan yang lestari dan berkesinambungan.Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, promotif, preventif, kuratif, rehabilitatifDengue fever also known as dengue hemorrahagic fever (DHF) and dengue shock syndrome (DSS). Dengue fever is the most common diasease which is found in tropical countries especially in Southeast Asia. Because of many endemic areas, high prevalence and high fatality cause by Dengue fever, it becomes indonesian public health problem where goverment need to pay more attention on. For example this kind of diasease has caused a serious problem at Tegalwaru sub-district, where a child dies of dengue fever after hospitalization. In case to eradicate dengue fever, as a doctor who also serves as the head of Tegalwaru sub-districts clinic, he recognized the importance of health promotion and health prevention besides the curative and rehabilitative on this mission. Therefore he decided to make continuous efforts on health promotion and health prevention through health education and by breaking the chain of diasease transmission in order to realized a sustainable health.Key word: dengue fever, health promotion, prevention, curative, rehabilitativePendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrahagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD) dan dengue shock syndrome (DSS) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang umumnya menyerang anak-anak. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyaknya daerah endemik, jumlah insiden yang tinggi dan fatalitas yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditanggani secara cepat dan optimal. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara massal, abatisasi massal, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus, selain itu hal yang paling penting adalah promosi kesehatan kepada masyarakat agar pemberantasan penyakit DBD benar-benar tuntas. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penangganannya yang terlambat, seperti pada kasus yang terjadi pada kecamatan Tegalwaru, dimana 1 anak meninggal setelah di rawat di rumah sakit akibat penyakit DBD yang dideritanya. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri, melihat bahwa begitu cepatnya proses penularan penyakit dan dampak kematian yang disebabkan. Oleh karena itu pada makalah ini penulis akan menelaah mengenai masalah penyakit DBD, baik itu penyebabnya maupun solusi dari permasalahan penyakit DBD dan bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan agar terwujud masyarakat Indonesia yang sehat sesuai dengan visi Indonesia sehat.IsiSehat adalah keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan saja(WHO). Sakit merupakan penyimpangan dari keaadaan optimal. Sedangkan penyakit adalah suatu proses gangguan faal tubuh(fisik), dan atau gangguan psikologis (mental) maupun gangguan tingkah laku (behaviour).1Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah pendesaan). Nyamuk Aedes aegypti ini memiliki sayap dan badan yang belang-belang dan berkembangbiak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum dan barang-barang penampung air lainnya seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain, nyamuk Aedes aegypti ini tahan terhadap suhu panas kelembaban tinggi.2Proses perjalanan penularan DBD ini dimulai ketika seekor nyamuk yang menjadi vektor (seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya)3 penularan penyakit DBD terinfeksi saat mengigit manusia yang sedang sakit dan viremia(terdapat virus dalam darahnya). Virus ini juga bisa ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya. Virus ini kemudian berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini mengigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Virus kemudian akan berkembang selama 4-6 hari. Virus kemudian akan masuk ke aliran darah dan memperbanyak diri. Orang yang terinfeksi virus dengue tidak semuanya mengalami demam, semua tergantung dari kondisi kesehatan orang tersebut lemah atau kuat, tetapi baik mengalami demam atau pun tidak keduanya sama-sama berpotensi untuk menularkan penyakit DBD, jika yang terinfeksi adalah orang yang kondisi kesehatannya lemah maka selain mengalami demam juga mengalami pendarahan dari yang ringan sampai berat seperti pada pendarahan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian.2Pada kejadian kasus penyakit DBD di kecamatan Tegalwaru yang terus meningkat bahkan mengakibatkan kematian seorang anak, diduga akibat berkembangbiaknya vektor DBD yang tinggi, yakni nyamuk Aedes aegypti. Sebagai dokter kepala puskesmas Tegalwaru maka sudah menjadi kewajiban bagi dokter untuk menyelesaikan masalah penyakit ini, sesuai dengan upaya kesehatan wajib puskesmas yang telah ditetapkan oleh Keputusan MENKES No. 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yang salah satunya adalah upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.4 upaya ini merupakan salah bentuk dari misi indonesia sehat dalam mewujudkan visi indonesia sehat yaitu lingkungan sehat, prilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.5Dalam penangganan kasus DBD ini ada 4 upaya yang perlu dilakukan antara lain: Upaya promotif Dilakukan dengan cara promosi kesehatan melalui:6 Pendidikan kesehatanMenurut tones dalam De Leeuw (1989) pendidikan kesehatan berfungsi untuk membangkitkan keinsyafan masyarakat tentang aspek-aspek kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber sosial penyakit yang secara ideal diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Pendidikan kesehatan berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan, menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Pendidikan kesehatan dilandasi dengan motivasi dengan mengubah tiga faktor penentu prilaku, yakni sikap, pengaruh sosial, dan kemampuan lewat komunikasi. Penyuluhan kesehatanPenyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan penyebaran pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan melakukan anjuran yang berhubungan dengan masyarakat(Azwar 1983). Upaya penyuluhan kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran di samping pengetahuan sikap dan perbuatan. KIE komunikasi informasi edukasi Pendidikan kesehatan diberikan dalam bentuk yang lebih sistematis, yaitu dengan cara membuka jalur komunikasi sebagai langkah awal, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian informasi dan dimantapkan dengan edukasi kepada masyarakat.Promosi kesehatan ini dapat dibuat dalam bentuk poster, leaflet/pamflet, papan pengumuman (bulletin board), atau pun brosur-brosur yang dapat disebarluaskan agar dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas tidak hanya dalam wilayah kerja puskesmas saja yang dalam tingkatan kecamatan.Sasaran promosi kesehatan:4 Sasaran Primer ( Primary Target )Sasaran yang mempunyai masalah yakni penderita DBD. Sasaran Sekunder ( Secondary Target )Ditujukan kepada orang atau kelompok yang berpengaruh atau disegani oleh sasaran primer, misalnya tokoh masyarakat, tokoh agama atau tokoh adat yang dihormati, dilakukan pendekatan terhadap mereka, mengajak mereka untuk berprilaku hidup sehat dan bersih dan menjadi contoh teladan bagi masyarakat. Sasaran Tertier ( Tertiary Target )Ditujukan kepada penyandang dana dan pembuat keputusan atau kebijakkan, misalnya dengan mengajukan usulan atau saran kepada kepala kecamatan untuk mengeluarkan kebijakkan berupa pemberantasan sarang nyamuk setiap sebulan sekali.

Upaya preventif Upaya preventif adalah upaya pencegahan terjadinya penyakit dengan cara:1 Mengenal dan mengetahui riwayat alamiah perkembangan penyakit, sehingga kita dapat mengetahui prilaku dan karakteristik suatu penyakit sehingga kita dapat mengembangkan intervensi yang tepat untuk identifikasi/mengatasi masalah penyakit. Memutuskan rantai penularan penyakit antara Agent

Vektor

Host Enviroment

Dengan cara:7 Membasmi atau menghilangkan agent(segala sesuatu yang menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit manusia/individu/masyarakat),8 Menghilangkan sumber penularan(reservoir) dengan cara pengasapan (fogging) secara massal, abatisasi massal, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. Mengetahui cara penularan (transmisi), dengan mengetahui cara penularan DBD maka kita dapat mengantisipasi diri agar tidak tertular DBD misalnya dengan cara menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk, tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang dan menggantungkan baju, penyemprotan dan menghindar dari daerah-daerah yang merupakan tempat nyamuk bersarang serta larvasidasi untuk pembersihan jentik. Meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh dengan cara makan makanan bergizi dan hidup sehat supaya pertahanan tubuh kuat walaupun terinfeksi virus dengue. Memperbaiki kualitas lingkungan melalui hygiene dan sanitasi lingkungan misalnya, dengan program 3M, mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor DBD, menguras bak mandi supaya bersih dan bebas dari bibit penyakit dan menutup tempat atau wadah penampungan air agar tidak menjadi tempat nyamuk berkembangbiak.

Upaya kuratif Merupakan upaya pengobatan terhadap orang yang telah jatuh sakit, pada kejadian demam berdarah upaya kuratif mencakup pengobatan pada fase demam dan fase kritis. Fase demam9Pada fase ini dapat dilakukan pengobatan asimptomatik atau pun hanya pengobatan gejala saja seperti menurunkan demam dan pengobatan suportif atau tindakkan yang dapat mendukung keadaan penderita DBD. Tindakkan awal ini sangat penting untuk dilakukan agar penderita tidak memasuki stadium yang lebih buruk. Untuk DBD tahap ini biasanya dokter tidak mengharuskan rawat inap di rumah sakit, tetapi bisa saja dirawat di rumah, tindakkan medis yang diberikan pada fase demam ini berupa pemberian obat penurun demam seperti parasetamol 10mg/kg/dosis setiap 4-6 jam, obat diberikan terus menerus sampai suhu badan turun kembali normal. Setelah itu diberikan minum yang banyak sekitar 4-6 gelas setiap hari dengan sedikit demi sedikit supaya tidak menimbulkan rasa mual. Minuman dapat berupa air putih biasa, jus buah, teh manis, sirup atau oralit. Penderita juga diberi makan makanan yang lunak yang mengandung banyak kandungan besi dan vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Fase kritis9Fase ini berlangsung selama 24-48 jam dimana penderita sudah mengalami pendarahan. Jika penderita menjadi syok maka tindakkan yang diambil adalah pemberian oksigen dan cairan elektrolit(kristaloid) serta cairan basa dengan infus untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma darah dan mengoreksi keadaan asidosis akibat syok, adapun pilihannya dapat menggunakan ringer laktat atau ringer asetat. Jika syok tidak ditanggani secara sempurna, tidak segera memberikan respon yang diharapkan atau terjadi syok yang berulang maka cairan dapat digantikan dengan koloid yang berfungsi untuk menjaga agar pembuluh darah tidak berkurang volumenya akibat molekul koloid yang besar. Apabila terjadi pendarahan maka perlu mempertimbangkan untuk pemberian komponen darah. Upaya rehabilitatif.Merupakan upaya pemulihan agar seseorang yang telah sembuh dari penyakit dapat kembali ke kondisi sehat semula dengan cara banyak istirahat. Pada kasus penyakit DBD keadaan pasien pada tahap rehabilitatif sudah membaik, nafsu makan membaik, diuresis (frekuensi kencing) membaik dan kembali normal serta ditandai dengan hemodinamik (peredaran darah yang stabil), pada tahap ini pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat dan makan makanan bergizi untuk meningkatkan kondisi kesehatan tubuh. Angkak merupakan perwarna dan penyedap makanan terbukti secara empiris meningkatkan kadar trombosit pada pasien penderita DBD dengan cepat.10 Oleh karena itu angkak bisa dijadikan sebagai alternatif pemulihan kadar trombosit dalam darah akibat pendarahan yang terjadi pada fase kritis.

PenutupUpaya promotif dan preventif yang dilakukan oleh dokter kepala puskesmas Tegalwaru merupakan tindakan yang efektif dalam rangka pemberantasan penyakit demam berdarah secara menyeluruh tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, sebab upaya kuratif dan rehabilitatif hanya bisa menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh DBD, namun dengan dilakukannya upaya promotif dan preventif secara bersamaan, maka prevalensi angka morbiditas akibat penyakit DBD dan kasus insiden baru akibat penyakit DBD dapat ditekan, dikurangi bahkan dihilangkan. Dengan pelaksanaan pemberantasan penyakit DBD yang komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehablitatif yang serentak ini maka besar kemungkinan keberhasilan pemberantasan penyakit DBD yang tuntas dan terciptanya kesehatan yang lestari dan berkesinambungan.

Daftar Pustaka1. Tumilisar DL. Konsep sehat-sakit. Dalam: Modul Paradigma Sehat. Jakarta: UKRIDA; 2012.2. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.3. Adi HS, editor. Kader kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC;1993.h.43.4. Hendrata JH. Promosi kesehatan. Dalam: Modul Paradigma Sehat. Jakarta: UKRIDA; 2012.5. Susanto AA. Paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010. Dalam: Modul Paradigma Sehat. Jakarta: UKRIDA; 2012.6. Heri DJM, Sos S. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2007.h.12-4.7. Irwandy ET. Penyakit menular. Dalam: Modul Paradigma Sehat. Jakarta: UKRIDA; 2012.8. Dainur. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Widya Medika; 1992.9. Hindra I, Satari, Meiliasari M. Deman berdarah perawatan di Rumah & Rumah sakit + menu. Jakarta: Puspa Swara; 2004.h.22-33.10. Tisnadjaja D. Bebas kolesterol dan demam berdarah dengan angkak. Depok: Penebar Swadaya; 2006.h.86.