pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · donor eksternal dan pengelolaan hutan...

16
Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 161 BAB 7 DONOR EKSTERNAL DAN PENGELOLAAN HUTAN MGORI BERBASIS KOMUNITAS, TANZANIA: APA YANG TERJADI KETIKA DONOR PERGI? Edward Massawe

Upload: phamkhue

Post on 06-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan HutanMgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?161

BBAABB 77

DDOONNOORR EEKKSSTTEERRNNAALL DDAANNPPEENNGGEELLOOLLAAAANN HHUUTTAANN MMGGOORRIIBBEERRBBAASSIISS KKOOMMUUNNIITTAASS,, TTAANNZZAANNIIAA::AAPPAA YYAANNGG TTEERRJJAADDII KKEETTIIKKAA DDOONNOORR PPEERRGGII??

Edward Massawe

Page 2: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?163

DDOONNOORR EEKKSSTTEERRNNAALL DDAANN PPEENNGGEELLOOLLAAAANNHHUUTTAANN MMGGOORRII BBEERRBBAASSII KKOOMMUUNNIITTAASS

TTAANNZZAANNIIAA:: AAPPAA YYAANNGG TTEERRJJAADDII KKEETTIIKKAADDOONNOORR PPEERRGGII??

Edward Massawe

AbstrakCepatnya kerusakan hutan dan ketidakmampuan pemerintah

untuk mengawasi hutan membuat Tanzania mencoba pengelolaanhutan berbasis komunitas. Dalam bab ini saya menggambarkan ini-siatif untuk menyusun kelembagaan pengelolaan berbasis desa didesa-desa sekitar hutan Mgori. Saya fokus pada peran yang dimain-kan oleh penduduk desa, pejabat kehutanan, lembaga donor interna-sional dan penasihat ekspatriat. Lembaga dana dan penasihat ekster-nal telah memberikan sumberdaya yang penting, yang meliputi ban-tuan untuk transportasi dan komunikasi, pengaruh dalam meyakin-kan lembaga pemerintah tingkat tinggi untuk memberikan dukungandan fasilitasi oleh pihak ketiga untuk membantu para pejabat kehuta-nan mendapatkan kepercayaan dari penduduk desa. Untuk mencapaikeberlanjutan dari upaya-upaya pengelolaan kolaboratif begitu paradonor dan penasihat ekspatriat, perlu lebih banyak peningkatan kapa-sitas untuk pejabat kehutanan Tanzania dan penduduk desa lokal,

Edward Massawe162

Page 3: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?165

tator sebagai pihak ketiga yang sangat ahli selalu ada dan dapatdibayar. Tetapi ini tidak benar di bagian dunia yang lain, termasuksebagian besar Tanzania. Banyak proses-proses perlu sepuluh hing-ga duapuluh tahun untuk mencapai suatu kestabilan (Ingles et al.1998). Oleh karena itu, perlu melihat secara dekat peran apa sebe-narnya yang dibayar oleh orang-orang ini dan untuk membuat ren-cana dalam mengisi peran ini jika dana terbatas dan bantuan ekster-nal tidak tersedia. Dalam bab ini, saya menunjukkan beberapamasalah kunci dan cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut.

Hutan Mgori di Tanzania sangat rusak karena pengelolaan yangtidak benar ketika masih dalam kontrol pemerintah. Sekarang, den-gan usaha-usaha negara ini untuk pengelolaan hutan secara kolabo-ratif, kawasan hutan meningkat dan flora dan fauna tumbuh kemba-li. Kelima desa yang terletak di pinggir hutan Mgori melindungi danmengelola sebagian kawasan hutan sebagai Cagar hutan Desa den-gan berkolaborasi bersama pejabat pemerintah lokal dan penasihatinternasional. Melalui uji-coba, semua pihak dalam upaya ini, terma-suk diri saya sebagai pejabat kehutanan yang masih aktif, menjadipunya pengalaman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan partisi-patif. Proyek ini dapat bertindak sebagai dasar dan model yang pen-ting untuk pembangunan lain dalam pengelolaan sumberdaya alamdi Tanzania (Wily 1996).

Namun pendekatan kolaboratif ini belum dilembagakan diTanzania, yang masih kekurangan dana dan orang-orang yang ahlidalam fasilitasi dan hal-hal teknis untuk melanjutkan pekerjaan ter-sebut secara efektif. Terdapat juga pejabat pemerintah yang tidaksepenuhnya menyadari keuntungan dari pendekatan ini, dan ban-tuan eksternal mungkin masih diperlukan untuk meyakinkan mere-ka akan keuntungan ini. Dalam bab ini, saya mengkaji peran donor,penasihat ekspatriat dan pejabat kehutanan pemerintah dalammemfasilitasi pengembangan community forestry di Mgori. Saya jugamembahas beberapa kesulitan yang dihadapi oleh lembaga-lembagalokal untuk memfasilitasi pengembangan community forestry ketikadonor dan penasihat ekspatriat akhirnya pergi dan bagaimana hal inibisa diatasi. Saya mengkaji bagaimana masyarakat dan pe jabatkehutanan da pat menyiapkan dana, me ngem bang kan keahlian tek-

Edward Massawe164

dukungan teknis dan kebijakan yang lebih baik dari semua tingkat dipemerintahan dan sebuah sistem pendanaan untuk lembaga lokalyang dihasilkan dari pembagian keuntungan dari pengelolaan hutanmargasatwa.

PENDAHULUANPengelolaan hutan secara kolaboratif mendapatkan perhatian

yang semakin besar selama tahun-tahun belakangan ini, karenapemerintah tidak mampu mengontrol hutan, dan karena banyakpejabat kehutanan menerapkan pendekatan partisipatif, seperti pen-duduk yang hidup di dekat hutan telah menuntut peran yang lebihbesar dalam pengelolaan hutan (Joshi 1998). Kolaborasi bisa menja-di satu hal yang sangat kompleks, namun ada banyak pelajaran ten-tang bagaimana mendorong kolaborasi di antara kelompok yang ber-beda yang memiliki kepentingan pada hutan. Banyak orang sekarangyang menulis tentang masalah itu menyebutkan peran kunci daripenyelenggara pertemuan dan fasilitator dalam membantu kelompokyang berbeda mengelola sumberdaya secara kolaboratif (Ramirez1999; Röling dan Jiggins 1998; Grimble et al. 1995; Margoluis danSalafsky 1998; Borrini-Feyerabend 1997). Para penyelenggara perte-muan dan fasilitator dapat memainkan peran penting dalam mem-bantu untuk mengidentifikasi siapa yang harus dilibatkan dalamkolaborasi (Grimble et al. 1995; Gilmour dan Fisher 1997), untukmembantu membangun kepercayaan di antara kelompok yang ber-beda (Asanga, buku ini), untuk meratakan arena bermain di antarakelompok-kelompok itu (Ramirez 1999), dan untuk menyelenggara-kan pertemuan untuk membahas permasalahan (Grimble et al. 1995;Ramirez 1999). Fasilitator juga dapat membantu kelompok untukmengembangkan definisi bersama tentang permasalahan, rencanaaksi, standar evaluasi dan pendekatan untuk penyelesaian masalah(Ramirez 1999; Röling dan Jiggins 1998). Oleh karena itu, peran pen-yelenggara pertemuan dan fasilitator akan sangat penting di manabanyak kelompok yang berbeda memiliki kepentingan yang kuat atashutan dan di mana potensi konflik dan kesalahpahaman sangat ting-gi.

Namun, dalam banyak kasus, terlihat bahwa keberadaan fasili-

Page 4: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?167

angolenesis, Afzelia quenzensis dan Dalbergia me la no xylon. Empat -pu luh tiga persen dari hu tan Mgori di ke lom pokkan sebagai hutan,meskipun ha nya memiliki ke rapatan sedang hingga rendah danbahkan jarang mencapai 20 meter tingginya. Sisanya adalah semakbelukar setinggi 8-10 meter dengan spesies dominan Combretum,Terminalia dan Acacia. Hidupan liar sangat melimpah di HutanMgori, namun mengalami perburuan yang tinggi. Ada banyak spesi-es hewan, termasuk pangolin daratan yang sangat jarang. Pendudukaslinya adalah para petani yang membudidayakan jagung, sorgum,dan kacang-kacangan. Mereka juga memelihara lebah-madu.Banyak para petani memelihara ternak, namun kawasan tersebutjuga dijangkiti oleh lalat tsetse, sehingga jumlahnya tidak begitubesar. Lima tahun lalu, hutan ini menjadi rusak, karena tebang-habis untuk pembakaran batu-bara, perladangan berpindah, eksplo-itasi spesies kayu secara berlebihan dan perburuan liar terhadapbinatang kecil dan besar. Saat ini, kawasan tersebut merupakanhutan yang sehat yang dinilai sangat tinggi oleh penduduk desa.

Konflik antara pemerintah dan penduduk desa dimulai ketikapemerintah merencanakan membuat hutan tersebut sebagai cagarhutan pemerintah. Tim survei dan inventarisasi yang menyiapkanparit selebar 10 meter (untuk membatasi cagar hutan pemerintahyang dikehendaki) menemui adanya penolakan di lapangan, karenapenduduk desa takut kehilangan barang-barang dan jasa dari hutanyang selama ini mereka nikmati. Penduduk desa sangat menghargaihutan tersebut dan takut jika pemerintah mengambilnya, maka akanada aturan dan persyaratan yang sangat ketat mengenai pemanfaa-tan hutan. Penduduk desa mengeluh melalui pimpinan mereka –para penasihat Ketua Dewan dan Komisi Kabupaten – tentang kehi-langan lahan ini. Secara hukum, hanya sepertiga dari kawasanhutan berada dalam kawasan yang diakui sebagai desa mereka sen-diri. Duapertiga dianggap sebagai lahan publik terbuka, namunmasyarakat lokal masih merasa bahwa itu milik mereka. Pendudukdesa berjuang untuk mendapatkan apapun yang dihasilkan hutan

Edward Massawe166

nis dan fasilitasi yang diperlukan, menjamin tindak-lanjut dan mene-kan pemerintah untuk men dukung com mu nity forestry.

LATAR BELAKANGHutan Mgori merupakan kawasan miombo1 seluas 40,000 hek-

tar, yang terletak pada bentang Lembah Rift Besar di bagian utara-timur Kabupaten Singida, Tanzania (lihat Gambar 7.1). Curah hujantahunan berkisar antara 700-1000 mm dan terjadi dari Novemberhingga Ma ret. Tanahnya ber pasir dan lumpur berpasir. Hutan ter -sebut memiliki spe sies pohon yang ber harga seperti Pte rocarpus

1) Miombo merupakan istilah tidak resmi yang digunakan untuk menggambarkan hutan kering diselatan equator di Afrika, yang biasanya didominasi oleh genera Brachystegia, Julbernadia atauIsoberlinia. Pentingnya miombo untuk pemanfaatan produk hutan dan hidupan liar semakindiakui. Lihat Campbell (1996).Gambar 7.1 Lokasi hutan Mgori di wilayah Singida (Tanzania)

Page 5: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?169

PROSES MENGUMPULKAN STAKEHOLDERDi Hutan Mgori, donor dan penasihat ekspatriatnya membantu

secara signifikan dalam membawa tiga stakeholder utama mengenaibagaimana mengurangi atau mengelola konflik di antara pendudukdesa, dan antara penduduk desa dan pemerintah. Tugas pertamanyaadalah mengunjungi semua kelima desa yang berbatasan dengan renca-na pemerintah untuk mengukuhkan cagar hutan, yaitu Pohama, Ngimu,Unyampanda, Mughunga dan Nduamughanga (lihat Gambar 7.1).Tujuannya adalah untuk membahas apakah mereka bersedia danmampu mengambil tanggungjawab untuk memelihara hutan. Semuadesa sepakat. Proses tersebut baik menurut penduduk desa, karenabaru pertama kali itulah mereka diajak konsultasi. Semua pertemuandihadiri oleh stakeholder yang diharapkan – penduduk desa, Pejabatkehutanan daerah, dan penasihat teknis ekspatriat.

Baru penasihat ekspatriat inilah yang dapat melakukan hal itu per-tama kali, karena penduduk desa tidak mempercayai pejabat ke hutan -an pemerintah. Sejarah ketegangan antara penduduk desa dan pemerin-tah, dan buruknya pengelolaan hutan sebelum dimulainya proyek terse-but – berarti bahwa dibutuhkan pihak ketiga dari luar – dalam kasus iniadalah penasihat ekspatriat. Proses tersebut juga mahal. Beberapa per-temuan dengan setiap desa harus dilaksanakan untuk membuat pendu-duk desa memahami konsep tersebut. Konsep ini menghabiskan biaya-biaya untuk perjalanan dan komunikasi. Donor membayar semua pen-geluaran ini. Keberadaan Pejabat Kehutanan Daerah juga penting kare-na hanya dialah pejabat kehutanan yang tinggal dekat dengan masya-rakat dan mampu menunjukkan bahwa pemerintah sangat serius den-gan keberlangsungan konsultasi tersebut. Dia juga bertindak sebagaipengawas ketika ada masalah dari pihak penduduk desa.

PENETAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERSAMABegitu donor, penasihat dan pejabat kehutanan telah memban-

gun kepercayaan pada penduduk desa, banyak proses-proses laindilakukan untuk membantu stakeholder agar bekerja sama untukmengelola Hutan Mgori. Setiap proses mengatasi masalah tertentudari pengelolaan hutan rakyat dan setiap proses menuntut dukun-gan waktu, keahlian atau keuangan dari donor, penasihat ekspatriat

Edward Massawe168

sebelum pemerintah mengambilnya. Jadi, hutan menjadi rusaksama sekali. Sangat terlihat bahwa pengukuhan kawasan hutan initidak dapat berjalan jika kedua pihak tidak dapat berkompromi.Pemerintah menghentikan proses sementara ada hasil investigasibagaimana masalah tersebut dapat diatasi.

Dua orang penasihat teknis lapangan2 dari lembaga eksternaldipanggil untuk mencoba menemukan pemecahan, yang dibantuoleh Distrik Regional dan Pejabat kehutanan daerah. Konsultan ter-sebut menemukan bahwa pemerintah tidak mampu mengelola hutanbersamaan dengan cagar hutan yang lain yang tersebar, karenamereka tidak mempunyai cukup staf, dana dan input-input lain.Satu-satunya solusinya adalah melibatkan masyarakat dalam penge-lolaan hutan. Pertanyaan-pertanyaan kritis yang masih tersisa ada-lah siapa melakukan apa, dan bagaimana?

Bab ini fokus pada tiga kelompok stakeholder dan peran merekadalam proses pengembangan program pengelolaan oleh masyarakat:pejabat pemerintah (lokal dan pusat) dan donor serta penasihatekspatriat. Penduduk desa tinggal di dekat hutan dan memanfaatkanhutan itu untuk segalanya, termasuk kebutuhan sehari-hari.Pemerintah ingin mengelola hutan untuk perlindungan. Donor, yangbekerja melalui perusahaan konsultan yang mereka sewa, berharapdapat memfasilitasi negosiasi antara berbagai stakeholder, dan mem-berikan dukungan teknis dan keuangan untuk pembangunan berke-lanjutan. Saya tunjukkan di bawah ini bagaimana stakeholder inidikumpulkan bersama-sama dan kemudian bekerja sama denganbantuan oleh fasilitator. Saya tunjukkan bagaimana pihak-pihakketiga ini telah memainkan peran sangat penting dalam negosiasi.Kemudian saya mempermasalahkan bagaimana lembaga-lembagaTanzania mulai mengambil peran fasilitasi untuk menyelesaikan ber-bagai fungsi ini.

1) Dr. Liz Wily, konsultan pembangunan internasional yang tinggal di Nairobi, Kenya dan BapakHåkan Sjöholm, penasihat pengelolaan hutan alam yang tinggal di Darussalam, Tanzania, telahbertindak sebagai fasilitator dari pembangunan ini atas nama Orgut Consulting AB. Perusahaankonsultan dari Swedia ini memberikan bantuan-bantuan teknis pada program-program sum-berdaya alam dan pengelolaan lahan di Tanzania atas nama Lembaga PembangunanInternasional Swedia (SIDA) dan dalam kerja samanya dengan Pemerintah Tanzania.

Page 6: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?171

sihat ekspatriat dan Pejabat kehutanan daerah memberikan petunjukme ngenai permasalahan teknis tentang status desa dan pergi ke kan-

tor pertanahan untuk mem -percepat per siap an peta.

Persiapan RencanaPengelolaan Hutan Desadan AD/ART

Donor dan stafDepartemen Kehutananduduk bersama denganpenduduk desa danmenyiapkan RencanaPengelolaan Hutan Desa(VFMP) yang akan

mengarahkan mereka dalam kerja sehari-hari untuk mengelolasumberdaya hutan mereka. Pertama-tama, fokus pada VFMP ituadalah pada fungsi perlindungan, karena penduduk desa sudahmemiliki sumberdaya di sekitar lahan pertanian mereka. Namun,VFMP juga menunjukkan bahwa penduduk desa juga dapatmemanfaatkan beberapa produk dari hutan dengan petunjuk daripejabat teknis. Rencana pengelolaan tersebut menggambarkan lokasicagar hutan desa dan perbatasan dengan desa tetangga. Mereka jugamenggambarkan cara penduduk desa membuat zonasi pada hutanmereka, misalnya untuk fungsi pengumpulan kayu kering, buah-buahan, pancang atau kayu, atau untuk menggantungkan saranglebah. VFMP juga menyatakan di mana harus melaporkan pelanggaryang telah ditangkap, menentukan denda yang dikenakan danmenjalin kerjasama dengan Dewan Kabupaten dan desa-desa lain.Selain itu, VFMP juga menyatakan alasan mengapa harus melindungihutan. Sekali lagi, donor mendukung semua biaya untuk ini (untuklima pertemuan yang masing-masing berlangsung dua hari denganpenduduk desa, dokumentasi dan penerjemahan, dan distribusiren cana tersebut). Para penasihat dan pejabat kehutanan pemerintahmem bantu mendefinisikan apa yang harus ada dalam rencana pe -ngelolaan untuk menjamin perlindungan dan kelestarian. Penasihat

Edward Massawe170

dan pejabat kehutanan pemerintah. Proses-proses ini dibahas seca-ra ringkas di bawah ini.

Pembentukan Komite Hutan DesaPenduduk desa membentuk Komite Hutan Desa (VFC) yang ter-

diri dari enam hingga 12 anggota, termasuk satu sesepuh yangmengetahui hutan itu dengan sangat baik dan seorang perempuanuntuk membahas masalah-masalah jender. Sangat penting untukmemiliki komite seperti ini yang bisa bertanggungjawab pada bentukbaru dari pengelolaan hutan, karena penduduk desa belum pernahdiajak konsultasi tentang hal-hal kehutanan sebelumnya, dan dera-jat perlindungan atau kehutanan teknis sebelumnya belum pernahdilakukan dalam otoritas tradisionalnya. Donor mendukung komitetersebut dengan cara memberikan dana untuk semua kegiatan mere-ka. Penasihat dan Pejabat Kehutanan Daerah bersama-sama mem-bantu merancang komite tersebut, dan juga menentukan perananggota komite dan bagaimana mereka harus melaporkan ke pemer-intah desa. Awalnya, penasehat dan pejabat kehutanan membantumereka untuk menjalankan pertemuan, meskipun penduduk desasekarang bisa menjalankannya sendiri.

Demarkasi Cagar hutan desaSetelah saling setuju dengan desa tetangga, penduduk desa

menandai batas antara cagar hutan desa dengan menggunakan catpada pohon dan batu (Gambar 7.2). Ini penting, karena setiap desadapat bertanggungjawab pada kawasan yang spesifik dan diketahuiserta dapat mempertanggungjawabkan kawasan tersebut kepadapejabat kehutanan daerah. Kemudian surveyor dari pemerintah kem-bali lagi dan menandai batas-batas tersebut dengan tanda perma-nen. Tanda-tanda ini memberi penduduk desa dengan perasaanaman atas kepemilikannya dan dasar hukum dan politik untukmelindungi sesuatu yang dikenal sebagai ‘hutan desa kami’.Penduduk desa menghormati tanda-tanda batas ini dan tidak konflikdengan ini. Donor memberikan dana untuk pemasangan tanda-tanda batas ini (yang me liputi transport, uang saku, pem bu at an petadan apli kasi untuk akta status hu tan ini) yang sa ngat mahal. Pe na -

Gambar 7.2 Penanda batas antara dua desa –Nduamughanga dan Mughunga

Page 7: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?173

temu sekali dalam tiga bulan (Gambar 7.3). Banyak permasalahanbisa diselesaikan dalam pertemuan ini, seperti ber hubungan denganpenduduk desa atau komite hutan desa yang korupsi. Komite jugamenyelenggarakan kunjungan lapangan untuk mengumpulkan infor-masi yang diperlukan dalam membuat keputusan bersama mengenaipengelolaan Hutan Mgori. Pejabat Kehutanan daerah juga memerlukanpertemuan tersebut dan penasihat hingga saat ini memiliki peran yangsangat penting. Namun, donor juga telah memberikan dana untuk per-temuan-pertemuan tersebut dan penasihat teknis menerima laporankemajuan dan masalah-masalah sehubungan dengan pengelolaanhutan Mgori. Dana dari donor sangat penting untuk memberikan trans-port, karena banyak anggota yang sudah tua dan tidak bisa bolak-balikberjalan sekitar 40 km atau lebih. Donor juga memberikan alat tulisuntuk notulensi dan uang saku untuk makan. Hasil dari pertemuan ter-sebut dikirimkan kepada Dewan Kabupaten sebagai aksi dan informasidari mereka.

Monitoring kondisihutan

Monitoring sangatpenting untuk meren-canakan pengelolaanyang berkelanjutan(Margoluis dan Salafsky1998) dan membantupenduduk desa untukmengetahui berapa pro-duk hutan yang bisadipanen tanpa menyebabkan kerusakan pada hutan. Namun, moni-toring bisa sangat mahal dan rumit secara teknis. Dukungan untukpenduduk desa dekat Hutan Mgori untuk memonitor hutan diberi-kan oleh donor, penasihat ekspatriat dan pejabat kehutanan pemer-intah: donor membantu mendanai monitoring yang sudah ber-langsung selama ini, termasuk pengolahan data dan analisis data.Penasihat membantu merancang rencana monitoring dan memberi-kan petunjuk tentang interpretasi dan penggunaan hasil monitoring

Edward Massawe172

ini juga membantu mempresentasikan rencana tersebut pada DewanKabupaten, yang akan menjamin adanya persetujuan secara cepat.Sekarang ini, desa-desa tersebut dapat membuat rencana merekasendiri, dengan konsultasi bersama para pejabat kehutanan.

Membuka rekening di bankSemua kelima desa tersebut telah membuka rekening bank

untuk hutan desa untuk menyimpan uang hasil denda ataspelanggaran, setelah sebagian diberikan pada petugas patroli. Sangatpenting untuk membuka rekening ini untuk menjamin transparansi,sehingga penduduk desa tidak akan mencurigai bahwa anggotakomite tersebut tidak memasukkan uang itu ke dalam saku pribadiuntuk kepentingan pribadi. Di sini, donor tidak menduduk pendu-duk desa, karena mereka telah mengumpulkan sejumlah uang daripemberlakuan denda. Juga penasihat ekspatriat tidak memainkanperan penting di sini. Namun sebaliknya, Pejabat kehutanan daerahmengarahkan mereka kepada Bendahara (pemerintah daerah) untukdukungan, dan kemudian baru ke bank. Sebagai pejabat pemerin-tah, dia juga harus menandatangani formulir-formulir dan kartu-kartu untuk bersaksi bahwa dia mengenal penduduk desa tersebutdan program yang sedang mereka kerjakan bersama. Penarikan danpenyetoran uang dilakukan oleh penduduk desa itu sendiri. Belumada desa yang menarik uangnya, karena jumlah yang ditabungmasih terlalu kecil, berkisar antara USD 50 hingga USD 150. Karenajumlah pe lang garan menurun se jalan dengan waktu, jumlah ini jugatidak ber tambah. Untuk saat ini paling tidak dana ter sebut tidakmampu men dukung kegiatan pe ngelolaan Hutan Mgori atas danamereka sen diri.

Pembentukan Komite Koordinasi Hutan MgoriPenduduk desa itu sendiri membentuk Komite Koordinasi

Hutan Mgori untuk mengkoordinasikan kegiatan kelima desa dalamhal-hal yang berhubungan dengan kehutanan. Komite tersebut terdi-ri dari anggota-anggota dari masing-masing desa, memiliki sekitar 25anggota keseluruhan dan diketuai oleh penasihat lokal. Seorang per-wakilan dari Dewan Kabupaten juga hadir. Biasanya Komite itu ber-

Gambar 7.3 Pertemuan komite koordinasi HutanMgori, termasuk penasihat teknis proyek

Page 8: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?175

berjalan dengan baik, karena hanya ada satu pohon saja yang dite-bang dalam periode monitoring tiga tahun.

PatroliPenduduk desa menunjuk beberapa petugas patroli untuk

mengawasi cagar hutan desa (Gambar 7.4). Pertama-tama, ada 166orang yang ditunjuk, namun jumlah itu menurun, karena ketidake-fisienan mereka. Sekarang ini terdapat sekitar 100 petugas patroli.Beberapa desa juga merasa bahwa tidak ada kebutuhan untukmemiliki banyak petugas patroli, karena jumlah pelanggaran menu-run tajam begitu patroli harian dimulai. Karena luasnya kawasanhutan, pada pertemuan Komite Hutan Desa penduduk desa menga-dopsi sebuah proses untuk berkonsentrasi pada kawasan yang sen-sitif terhadap kayu, air untuk kehidupan liar dan sarang-lebah.Keputusan untuk mengubah regim patroli datang setelah petugaspatroli mengalami kesulitan dalam mencakup kawasan yang luaspada Cagar hutan Desa mereka. Sekretaris Komite meng organisirpatroli itu. Para penasihat membantu membuat formulir-formuliruntuk mencatat informasi tentang kehidupan liar dan sumberdayahutan. Untuk mendorong petugas patroli melakukan pekerjaannya,mereka terbebas dari kegiatan pembangunan desa seperti pem-bangunan jalan, sekolah dan kontribusi yang lain pada desa terse-but. Donor telah mem beri kan uang untuk sepatu boot, topi, man-tel hutan dan peralatan anti gigitan ular untuk patroli tersebut,namun Kabupaten memblokir distribusi ini dengan alasan yang tidakjelas. Petugas patrolijuga mendapatkandukungan untuk terusbekerja dengan dendayang mereka dapatkandari pelanggar, meski-pun sumber ini menu-run secara signifikan,karena para pelanggartidak lagi pergi ke hutanseperti sebelumnya.

Edward Massawe174

untuk perbaikan pengelolaan Hutan Mgori dan desa. Sebagai contoh,para penasihat membantu mengembangkan rencana untuk penca-paian penebangan pada dua desa, agar menghasilkan pendapatandalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan yang lain. Pejabatkehutanan daerah memberikan dukungan teknis di lapangan untukmelaksanakan program monitoring. Penduduk desa pasti akan men-galami kesulitan melakukan tugas ini jika tidak didampingi olehdonor dan pejabat kehutanan pemerintah.

Tiga bentuk monitoring telah dilakukan dalam Hutan Mgori:plot contoh, patroli dan pengelolaan kebakaran.

Plot ContohPada bulan Februari 1996, pemerintah pusat dan donor meng-

irimkan tim inventarisasi untuk menyusun 17 plot contoh yangdapat terlihat, dan masing-masing plot ini, empat lokasi dipilih seca-ra acak untuk melihat perubahan, misalnya, pertumbuhan ataukerusakan. Jenis monitoring ini sangat teknis dan membutuhkanorang-orang yang sangat berpengalaman teknis. Pemerintah memfa-silitasi kegiatan ini dengan mengirimkan tim inventarisasi, sementa-ra donor membiayainya. Penduduk desa membantu menomori pohondan memasang papan referensi yang terbuat dari logam. Mereka jugamembantu kelompok inventarisasi dalam memberikan nama-namadan fungsi-fungsi tradisional untuk spesies yang tidak diketahui,sehingga dapat ditemukan dengan mudah dalam daftar periksa. Kedepan, ada rencana untuk melibatkan penduduk desa lebih menye-luruh dalam memonitoring kegiatan yang mereka lakukan.Penduduk desa dan pejabat kehutanan bersama-sama menganalisistemuan-temuan yang mereka dapatkan. Setelah melakukan pengola-han data di kantor pusat, informasi itu dikirimkan ke Kabupaten danke kantor cabang kehutanan. Pejabat kehutanan memberikan terje-mahan sederhana dan mengirimkannya kepada penduduk desauntuk memberitahu apa yang telah dilakukan. Beberapa penduduktampak memahaminya, beberapa tidak, meskipun mereka yangsudah mengerti telah berusaha membuat mereka mengerti. Dari dis-kusi pertama mengenai analisis data dari plot itu, penduduk desamenyimpulkan bahwa upaya mereka untuk mengawasi kawasan ini

Gambar 7.4 Petugas patroli lokal dengan senjatatradisional mereka.

Page 9: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?177

desa dan pemerintah. Para donor telah menyediakan dana yang dibutuhkan untuk

mendukung negosiasi ini, dan para penasihat telah menawarkankeahlian dan pengalaman dalam berhubungan dengan masalah-masalah kelembagaan. Pejabat kehutanan pemerintah, penasihatekspatriat dan donor telah berfungsi sebagai pengawas terhadappenduduk desa dan pejabat pemerintah yang lain, yang secara cepatmasuk untuk mengatasi ketidakefisienan atau korupsi dalam setiaplembaga pengelolaan hutan. Khususnya para donor dan penasihatsering menggunakan akses pada pejabat pemerintah tingkat tinggiuntuk menyelesaikan masalah dengan lebih cepat daripada kelom-pok lain. Sebaliknya, pejabat kehutanan pemerintah sangat kritisdengan tindak lanjut, karena donor dan penasihat mereka tidak ting-gal di desa itu selamanya. Berikut ini adalah gambaran dari bebera-pa masalah spesifik.Korupsi dan Ketidakefisienan

Ada beberapa kejadian korupsi dan ketidakefisienan yang perludiselesaikan oleh penduduk desa. Dalam satu kasus, penasihat lokalmengijinkan para peladang berpindah dari kabupaten tetangga bero-perasi secara ilegal dalam kawasan hutan itu. Komite Koordinasi

Edward Massawe176

Sekarang ini desa-desa sedang mencari sumber lain untuk mendukungpetugas patroli. Penduduk desa sedang mempertimbang kan pajak darihasil hutan yang diperoleh dari Hutan Mgori. Untuk sementara ini mere-ka belum menyerahkan patroli ini, karena sebagian dari mereka adalahpemelihara lebah madu dan lagi pula mereka perlu untuk melindungisarang lebih mereka dari pencurian.

Pengelolaan kebakaran hutanKebakaran telah merusak hutan setiap kali musim kemarau.

Sebagian besar kebakaran bermula dari api di luar kawasan HutanMgori, yaitu di Kabupaten Hanang dan Kondoa, yang tidak menerap-kan pengelolaan hutan secara kolaboratif. Setelah beberapa diskusipada tingkat Komite Hutan Desa dan Komite Koordinasi HutanMgori, terakhir memutuskan untuk mulai pembakaran sebelumrerumputan menjadi kering. Keputusan ini didukung oleh penasihatekspatriat yang berkonsultasi dengan pakar lain di Zimbabwe danZambia dalam hal pencegahan kebakaran di hutan miombo.Pengaturan pembakaran direncanakan pada pertemuan KomiteHutan Desa dan petugas patroli bersama dengan anggota Komiteyang berwenang untuk mengatur pembakaran itu. Pembakarandapat dilakukan mulai April hingga Juni. Setiap orang yang melaku-kan pembakaran setelah waktu itu dianggap sebagai pelanggar danpatut kena denda. Sistem ini telah berjalan baik dan hutan tidak lagirusak karena kebakaran (lihat Kotak 7.1).

Ringkasnya, penduduk desa dapat dilatih untuk memonitorbeberapa aspek dari pengelolaan hutan, seperti pemeliharaan lebahmadu. Pelatihan-pelatihan seperti ini belum diorganisir. Untuk aspekpengelolaan yang lain, seperti pengendalian kebakaran, pendudukdesa mungkin perlu bantuan dari penasihat teknis, seperti pejabatkehutanan dari pemerintah. Hingga kini tidak jelas bagaimana hal-hal ini akan diatur setelah donor dan para ekspatriat itu pergi. PENYELESAIAN MASALAH UNTUK KELEMBAGAAN–BELAJARDARI PENGALAMAN

Petugas kehutanan, penasihat ekspatriat dan donor telah memain -kan peran penting dalam memfasilitasi negosiasi untuk pemecahanmasalah di antara penduduk desa itu sendiri, dan antara penduduk

Kotak 7.1 Memperbaiki pengelolaan kebakaran di hutan Mgori

Pada tahun 1995, Komite Koordinasi Hutan Mgori membawa anggotaKomite Koordinasi Hutan Desa bersama-sama dan semua sepakat bahwa kebaka-ran hutan merupakan masalah yang serius. Kebakaran yang tidak terkontrolmerusak hutan, sarang lebah-madu dan membuat hewan ketakutan, dan telahmenyebar ke tanaman pangan dalam beberapa tahun. Disepakati bahwa pemba-karan akan dilarang untuk menghindari masalah ini. Pada tahun pertama pela-rangan tersebut, kita bisa mengendalikan kebakaran pada hutan Mgori. Rumputbisa tumbuh tinggi dan biomassa bisa terkumpul. Namun, pada tahun 1996, keba-karan dari kabupaten tetangga menyebar ke Hutan Mgori dan membakar semua-nya termasuk pohon-pohon besar.

Masing-masing VCF semuanya menyampaikan laporan bahwa kebakaran telahmerusak hutan mereka. Pertama, MFCC berpikir untuk pergi ke tetangga merekauntuk melarang mereka melakukan pembakaran. Namun, pasti hal tersebut akansulit, karena api bisa dimulai oleh siapa saja, seperti pemburu tradisional, yangsangat sulit ditelusuri. Penduduk desa juga mempertimbangkan untuk menggali parit

Page 10: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?179

perwakilan dewan kabupaten. Mereka menemukan bahwa parapelanggar juga melibatkan orang yang sangat kuat, sehingga VFCtakut melaporkan. Melalui Komite Koordinasi, yang didukung olehKomisi Regional, VFC kemudian bubar dan VFC yang baru dipiliholeh penduduk desa. VFC yang baru ini bekerja dengan baik.Kunjungan lapang dan pertemuan-pertemuan tersebut didanai olehdonor, tapi diselenggarakan oleh pejabat kehutanan.

Juga ada kasus-kasus ketidakefisienan di pihak anggota VFC didua desa itu. Beberapa pertemuan diselenggarakan oleh KomiteKoordinasi untuk memperingatkan mereka, namun tidak ada peru-bahan. Akhirnya, bersama dengan penasihat ekspatriat, Pejabatkehutanan daerah pergi ke Kepala Kabupaten yang melalui pejabatlain, membubarkan anggota-anggota ini. Beberapa kasus ini dapatdiatasi oleh penduduk desa itu sendiri melalui pertemuan bulananVFC, pertemuan Komite Koordinasi dan diskusi-diskusi lain yanginformal. Namun beberapa masalah penting lainnya perlu bantuaneksternal. Tanpa tekanan oleh donor, misalnya, akan sangat sulituntuk mengubah VFC.

KeuanganKeuangan belum begitu menjadi masalah, karena pada kenya-

taannya Pejabat Kehutanan Daerah membantu VFC membuka reke-ning bank untuk Hutan desa dan secara reguler memeriksa pem-bukuan rekening-rekening ini. Peran dari pejabat tersebut adalahuntuk menjamin transparansi dalam hal-hal keuangan. VFC jugadisyaratkan untuk melaporkan rekening tersebut pada PemerintahDesa dan Dewan Desa. Adanya pejabat yang dianggap sebagai pihakketiga yang jujur dan seseorang yang diawasi oleh donor memberikankeyakinan pada masyarakat bahwa pembukuan itu pasti tertib danbahwa anggota komite bekerja untuk siapa saja dan bukan untukkeuntungan pribadi mereka. Kelambatan Dewan Kabupaten dalam menyampaikan rencana dananggaran rumah tangga dari pengelolaan

Setiap rencana pengelolaan dikembangkan oleh penduduk desadengan bantuan dari donor, penasihat ekspatriat dan pejabat kehu-tanan. Dengan bantuan donor dan para penasihat, rencana pertama

Edward Massawe178

Hutan Mgori menunjuk sebuah tim untuk memeriksa permasalahanini di lapangan setelah menerima laporan dari individu-individu yangberbeda yang memberitahukan bahwa proses perladangan sedangberlangsung. Tim tersebut meliputi Pejabat kehutanan daerah, peja-bat kehutanan kabupaten, Pejabat Perburuan Kabupaten dan

api. Namun inipun ditolak juga, karena pekerjaan tersebut terlalu keras. Di Miombo,parit ini harus lebar dan menuntut kerja keras, dan para pemburu serta orang lainmasih bisa melompati parit itu dan mulai membakar di dalam dan sulit untuk ditelu-suri. Oleh karena itu mereka memutuskan bahwa api tidak bisa diberhentikan dalamMiombo; namun hanya bisa direncanakan. Anggota VFC membahas tradisi meng-gunakan api kecil untuk memanen sarang lebah yang bisa mengurangi jumlah bahanbakar di hutan dan menjaga agar api itu tetap kecil.

Penduduk biasanya menggunakan api kecil tanpa diorganisir. DenganMFCC, penduduk desa dapat mengkoordinasikan api kecil mereka dan menjaminbahwa api tersebut tidak tetap terkendali. Oleh karenanya MFCC memutuskanbahwa api harus dimulai dua bulan sebelum rumput mengering, yang biasanyaterjadi pada bulan April dan Mei. Api harus dinyalakan oleh VFC dan petugaspatroli mereka. Siapapun yang menyalakan api pada bulan April dan Mei akanterkena hukuman. Siapapun, bahkan termasuk petugas patroli VFC, yang meny-alakan api setelah bulan Mei akan terkena denda oleh VFC.

Upaya-upaya awal ini mulai dari yang kecil. Tahun depannya, 1997,masing-masing VFC melakukan pembakaran di sepanjang batas lahan merekadengan hutan, untuk menjamin bahwa api bisa dikontrol di hutan Mgori. Dua desayang berbatasan dengan kabupaten lain juga membakar di perbatasan dengankabupaten tersebut untuk menjaga api dari luar tidak masuk dalam hutan Mgori.Mereka juga membakar sedikit rumput dalam kawasan VFC untuk mengurangiresiko kebakaran. Prosedur ini diikuti setiap tahun dan sejauh ini bekerja baik.

Monitoring oleh petugas patroli dan dalam plot contoh menunjukkan bahwapohon kecil bertumbuhan setelah kebakaran yang buruk pada tahun 1996.Petugas patroli juga menemukan kehidupan liar terkonsentrasi di kawasan den-gan rerumputan yang muncul dari pembakaran awal. Mereka juga menemukanbahwa gajah memiliki lebih banyak rumput setelah pembakaran, sehinggamereka tidak mengganggu tanaman pangan.

Untuk yakinnya, MFCC meminta Dr. Liz Wily, salah satu dari penasihat tek-nis, bersama dengan rekannya untuk memeriksa nilai dari pembakaran terkontrolitu. Liz menunjukkan bahwa hanya VFC dan petugas patroli mengatur api itusupaya bisa dikelola dengan baik. Pada pertemuan MFCC, perwakilan VFC sendirimenyarankan bahwa semua yang memeriksa atau memanen sarang lebah harusmelapor pada sekretaris VFC untuk mendapatkan ijin (bahkan juga untuk merekayang datang dari desa lain), dan kedua, harus menggunakan korek api daripadasumber api lain. Mereka juga menjamin bahwa setelah pekerjaan semua selesai,mereka akan segera memadamkan api itu. Saran Dr Wily tersebut mendukungkeputusan yang sudah dicapai oleh MFCC.

Page 11: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?181

buat keputusan menurut apa yang dia lihat di lapangan.

Kebijakan PerburuanPejabat perburuan baik yang di regional dan kabupaten juga

sangat mendukung inisiatif Hutan Mgori, setelah pertemuan dengandonor, penasihat dan kantor kehutanan daerah. Kawasan hutan ter-sebut awalnya merupakan areal untuk perburuan bagi publik,namun pejabat-pejabat itu menghentikan pengeluaran ijin untukberburu demi mendukung inisiatif Mgori. Proyek ini kemudianbekerja sama dengan pejabat perburuan untuk mengembangkankebijakan perburuan yang akan menguntungkan penduduk desamelalui ekoturisme. Saat ini, kebijakan yang ada hanya meng -untungkan pemerintah pusat dan meninggalkan masyarakat dengantangan hampa. Penasihat ekspatriat membantu meyakinkan kerjasama dari Pejabat Perburuan dengan berkunjung bersama mereka,yang menjelaskan program dan meminta dukungan mereka.Mungkin dengan ini akan lebih berhasil dibandingkan jika PejabatKehutanan Daerah bekerja sendiri. Donor, penasihat dan pejabatkabupaten juga dibutuhkan untuk membantu para penduduk desamempengaruhi kebijakan pemerintah di Darussalam, mendorongDepartemen Perburuan untuk memberikan lebih banyak bantuandengan monitoring kehidupan liar secara ilmiah dan membantumengiklankan Hutan Mgori secara lokal dan internasional sebagailokasi ekoturisme.

Permasalahan batas-batasAwalnya banyak konflik batas terjadi di antara lima desa.

Konflik-konflik ini diselesaikan dalam pertemuan-pertemuan antaraVFC, yang difasilitasi oleh donor, penasihat dan Pejabat KehutananDaerah. Namun, sekarang ada konflik batas baru dengan kabupatentetangganya, Hanang dan Kondoa. Tidak ada garis yang menandaibatas dengan kedua kabupaten ini; jadi ada kebingungan di manabatas itu ada. Batas-batas ini merupakan tanggungjawab dari KomisiKabupaten, namun Komisi dari kedua kabupaten tersebut sudahdatang dan pergi tanpa menyelesaikan masalah itu. Sejak itu masa-lah tersebut diambil-alih oleh Komisi Regional dan telah ada kun-

Edward Massawe180

bisa disetujui dengan cepat. Setelah bekerja dengan rencana perta-ma selama 18 bulan, penduduk desa menemukan bahwa merekaperlu peruban, berdasar diskusi-diskusi pada pertemuan regulerVFC. Denda untuk pelanggaran pada rencana pertama tidak begitumemadai untuk memperbaiki kerusakan atau menghukum pimpi-nan yang menyalahgunakan posisi mereka dengan melakukanpelanggaran. Revisi rencana itu telah disiapkan dan dikirim keKabupaten, namun belum disetujui. Penduduk desa sekarang mem -bu at aturan tanpa alasan hukum dan memiliki resiko bahwa pihakluar bisa melanggar rencana mereka tanpa takut akan dihukum.Pejabat kehutanan, donor dan penasihat perlu melanjutkan tekananpada Kabupaten untuk menyetujui rencana baru.

Dukungan kelembagaan dari Departemen KehutananAwalnya ada sedikit dukungan untuk inisiatif Hutan Mgori dari

Direktur Kehutanan, yang mencemooh terhadap sesuatu yang diasebut sebagai ‘konsep asing yang salah’ dan yang ingin menjagahutan khusus untuk petugas kehutanan (Newsletter Msitu,Desember 1995). Selain itu, hukum dan kebijakan yang mengurusikehutanan dari jaman penjajahan pada tahun 1950-an, dan meski-pun aturan hukum dan kebijakan tersebut tidak melarang partisi-pasi masyarakat, namun juga tidak menyatakan bahwa me rekamengijinkannya. Jadi, proyek tersebut dimulai tanpa kebijakanresmi yang dapat dilakukan. Setelah itu, ditunjuklah Direktur baruyang secara cepat datang ke lapangan.

Ini merupakan peristiwa penting dalam proyek tersebut, karenaDirektur baru tersebut mampu melihat secara langsung kondisihutan dan mengamati kegiatan pengelolaan oleh penduduk desa. Diamemberi dukungan kepada penduduk desa untuk tetap melanjutkankegiatan pengelolaan mereka. Dia juga mengadakan pertemuan den-gan Pejabat Kehutanan Regional untuk membahas perlunya peru-bahan dalam kebijakan kehutanan. Pada saat penulisan ini, rancan-gan pertama dari kebijakan kehutanan yang baru sedang diper-siapkan dan direview, dan diharapkan dapat disetujui oleh parlemen.Inisiatif Hutan Mgori tidak akan semaju ini tanpa ada Direktur yangbersedia bertemu dengan dan mendengar penduduk desa, dan mem-

Page 12: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?183

KESIMPULAN: APA YANG DIPERLUKAN SEBELUM DONORDAN PENASIHAT EKSPATRIAT PERGI

Bab ini menunjukkan bahwa peran untuk memfasilitasi pe -ngelolaan hutan secara kolaboratif di Hutan Mgori sangat kompleks,dan peran itu dibagi di antara berbagai lembaga. Fasilitasi bisamahal dan makan banyak waktu. Fasilitasi memerlukan keahliantertentu dan membutuhkan dukungan pejabat pemerintah. Sayamengkaji apa yang perlu dilakukan untuk masyarakat Tanzaniauntuk melaksanakan tugas fasilitasi yang sebelumnya dilakukanoleh do nor dan penasihat ekspatriat, dan bagaimana mereka dapatmengatasi sendiri permasalahan biaya, keahlian dan mendapatkandukungan pemerintah untuk pengelolaan hutan secara kolaboratif.Berdasar keterlibatan saya dalam proyek tersebut dan analisis peranstakeholder, saya berkesimpulan bahwa stakeholder di hutan Mgoridapat melakukan lima langkah untuk mengambil tanggungjawabdalam pelaksanaan fasilitasi.

Pertama, harus ada pengembangan kapasitas untuk staf kehu-tanan, sehingga mereka dapat mengambil-alih pekerjaan itu denganmelibatkan masyarakat dalam mengelola sumberdaya mereka begitudonor dan para penasehat itu pergi. Penasihat yang bekerja denganHutan Mgori, Liz Wily, telah memulai dengan mengembangkan sebu-ah Forum, yang terdiri dari tim petugas kehutanan berpengalamanyang telah bekerja dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan(lihat Kotak 7.2). Namun dana-dana tersebut disediakan oleh OrgutConsulting AB. Direktur Kehutanan mengetahui inisiatif tersebutdan memberikan dukungannya. Juga diperlukan perubahan dalamsilabus kurikulum pada berbagai lembaga pendidikan kehutananuntuk memasukkan pendekatan partisipatif dalam pengelolaanhutan. Hal ini bisa dimulai mumpung donor dan penasihat masihada, sehingga mereka bisa membantu dan merekomendasikannyakepada Departemen Kehutanan.

Kedua, otoritas lokal juga perlu memberikan dukungan kepadapenduduk desa dan rumahtangganya. Otoritas lokal harus mendorongpenduduk desa dengan memberikan persetujuan pada rencana pe -ngelolaan nya dan anggaran rumahtangganya. Dokumen ini digunakan

Edward Massawe182

jungan silang oleh Komisi Kabupaten dan surveyor-nya. untuk mene-mukan fakta antara kabupaten tersebut. Pemburu tradisional

Donor memfasilitasi transportasi penduduk desa Hutan Mgoriuntuk berkunjung ke kabupaten tetangga untuk berbicara dengansesepuh orang-orang yang berburu. Pejabat kehutanan daerahkemudian menyelenggarakan suatu pertemuan dengan para sesepuhdan membantu meyakinkan mereka untuk menghentikan para pem-buru tradisional supaya tidak berburu lagi di hutan Mgori. Para pem-buru tersebut mau mendengar, karena sekarang hutan dikelola olehpenduduk desa. Donor dan penasihat ekspatriat tidak memilikiperan penting dalam kegiatan ini.

Untuk menyelesaikan permasalahan kelembagaan di atas,sangat perlu melibatkan penduduk desa dalam diskusi-diskusi deng-an stakeholder lain, untuk memiliki proses-proses yang transparan,sehingga penduduk desa dapat membangun ke percayaan dirinya ter-hadap para penasihat dan rencana mereka sen diri, serta untukmemiliki akses pada dan dukungan dari pemerintah tingkat tinggi.Pendanaan merupakan hal penting untuk mendukung kegiatan-kegiatan ini. Para rimbawan memainkan peran penting dalam meng-awasi bagaimana rencana tersebut bisa diwujudkan di lapangan.

Petugas kehutanan seharusnya mampu meneruskan pe ker ja -annya setelah donor dan para penasihat itu pergi, karena dia seka rangmenjadi punya pengalaman. Penduduk desa juga mendapatkan pen-galaman dalam pengelolaan hutan dan dapat menyelesaikan sendirimasalah-masalah teknis dan kelembagaan. Masih ada pertanyaan-pertanyaan: bagaimana akan mengisi peran donor dan para penasi-hat setelah mereka pergi? Siapa yang akan memandu proses, siapayang akan menyelesaikan masalah-masalah teknis dan kelembagaanyang lebih kompleks yang kurang diakrabi oleh masyarakat desa,serta siapa yang mampu menekan pemerintah untuk mendukungprogram Hutan Mgori dengan pelayanan dan kebijakan baru?Bagaimana tugas-tugas pengelolaan akan didanai? Pada saat inipara petugas kehutanan dan penduduk desa belum siap untuk mela-kukan tugas-tugas ini.

Page 13: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?185Edward Massawe184

sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pelaksanaanpekerjaan dan sebagai dasar hukum yang perlu ditegakkan.

Ketiga, dukungan pemerintah juga harus didapatkan untukkepemilikan lahan lokal. Undang-Undang Pertanahan tahun 1998secara jelas menyatakan bahwa penduduk desa akan mengelolalahan yang menjadi milik mereka, yang meliputi kawasan hutan,dengan cara yang lestari. Undang-undang ini memberi pendudukdesa dengan kesempatan untuk merencanakan dan me nge mbang -kan sumberdaya mereka tanpa takut bahwa mereka akan dicidukoleh pemerintah, jika mereka memenuhi semua persyaratanUndang-Undang tersebut, khususnya dalam melakukan survei ter-hadap lahan desa mereka. Dengan demikian, penduduk desa seka-rang dapat mengerahkan waktu dan tenaganya untuk me -ngembangkan lahan mereka.

Keempat, ada kebutuhan akan dukungan teknis dari dalamnegeri, khususnya untuk monitoring. Kasus Hutan Mgori dimaksud-kan untuk menjadi model dari pemanfaatan sumberdaya hutan seca-ra berkelanjutan, dan ini menggunakan monitoring yang secara tek-nis sangat canggih. Monitoring hutan dan hidupan liar yang sesuaijuga membantu penduduk desa untuk mengambil keuntunganfinansial, dengan menunjukkan bagaimana sumberdaya yang berni-lai ini dipanen. Hal ini bisa membawa penduduk desa pada keman-dirian yang lebih besar dalam pengelolaan mereka, sehingga merekatidak lagi tergantung pada donor. Sekarang adalah waktu yang baikuntuk menggunakan keberadaan donor dan penasihat ekspatriatuntuk melatih penduduk desa dalam melaksanakan monitoring,sehingga mereka bisa mengelola dan memfasilitasi monitoring yanglebih canggih oleh petugas kehutanan dan perburuan.

Kelima, ada kebutuhan akan sistem yang menjamin bahwakeuntungan pengelolaan hutan dan kehidupan liar dari Hutan Mgorisampai pada penduduk desa dan otoritas lokal. Hal ini sekali lagiakan membawa pada kemandirian yang besar di sisi penduduk desadan otoritas lokal yang mengelola Mgori. Jika donor pergi sebelumsistem ini ada, program Mgori tidak akan mampu berlanjut, karenakekurangan dana.

Jika stakeholder dapat membuat perubahan ini sebelum donor

Kotak 7.2 Membangun forum untuk pengelolaan hutan berbasis rakyat di Tanzania

Menjelang tahun 2000, pemerintah berharap sekitar 9000 cagar hutan desaakan operasional. Kebijakan kehutanan yang baru dan Undang-UndangPertanahan yang baru pada tahun 1998 memberikan hak kepada penduduk desauntuk mengidentifikasi dan mengelola sumberdaya alam untuk pembangunandesanya (Wily 1999). Ada kebutuhan akan pejabat kehutanan yang sangat ber-pengalaman untuk membantu pengelolaan hutan berbasis rakyat seperti ini.

Hingga saat ini ada sedikit upaya untuk melatih pejabat kehutananTanzania, agar mengambil banyak peran yang dibutuhkan dalam rangka membu-at Cagar Hutan Desa berfungsi. Lembaga-lembaga kehutanan melatih mengenaikehutanan tradisional: silabus yang dikembangkan tidak mempertimbangkan tun-tutan baru terhadap para pejabat kehutanan akan adanya pengelolaan hutan ber-basis rakyat. Para donor kadang-kadang melatih para pejabat kehutanan terse-but. Sebagai contoh, penulis ini berkesempatan – atas sponsor dari donor – mela-kukan kunjungan untuk mempelajari kehutanan berbasis rakyat di Chiang Mai,Thailand. Namun demkian, ini adalah cara mahal untuk memberikan pelatihandan tidak mungkin diberikan untuk banyak pejabat kehutanan. Ke mu dian, bagai-mana para pejabat kehutanan tersebut belajar mengenai pengelolaan berbasisrakyat, dan selalu mengembangkan pembelajaran tersebut secara teratur, sehing-ga mereka dapat bekerja lebih efektif dalam bidang tersebut.

Pada bulan Juni 1999, pertemuan pertama Forum Pengelolaan Hutan ber-basis rakyat di Tanzania diselenggarakan di Arusha. Dengan bantuan dari DirekturKehutanan, Perusahaan konsultasi Orgut dan Dr. Liz Wily, forum tersebut meng-umpulkan 13 pejabat kehutanan yang terlibat dalam melaksanakan pengelolaanhutan berbasis rakyat di seluruh Tanzania. Pertemuan ini dimak sud kan untukmenjadi pertemuan pertama dari rangkaian pertemuan berkelanjutan, yang per-temuan selanjutnya dijadwalkan pada bulan September. Tujuan Forum ini adalahuntuk menciptakan platform yang dapat digunakan oleh para pejabat kehutananuntuk membahas masalah-masalah dan keberhasilan dalam melak sa na kan peng-elolaan hutan yang berbasis rakyat. Para pejabat kehutanan tersebut mempelaja-ri bagaimana memainkan peran fasilitasi dengan saling membagi pengalamannya.Mereka mendokumentasikan pengalamannya dalam sebuah buku pedoman yangberisi tentang teknik dan strategi untuk berhubungan dengan masalah yang diha-dapi dalam pengelolaan berbasis rakyat. Buku ini meliputi cara satu per satubagaimana untuk memulainya. Sebagai contoh, buku itu menyajikan bagaimanamembangun kepercayaan dengan penduduk desa, bagaimana menyusun KomiteHutan Desa, bagaimana menyelenggarakan kunjungan lapang an dengan pendu-duk desa untuk menentukan batas-batas, bagaimana menyiap kan RencanaPengelolaan Hutan Desa bersama para penduduk desa, dan bagai mana berhu-bungan dengan konflik di antara penduduk desa dan pejabat pemerin tah, di anta-ranya. Buku Pedoman tersebut akan selalu diperbaharui; jadi bukan meru pakansesuatu yang saklek, karena akan muncul masalah baru dan pendekatan-pende-katan baru untuk menyelesaikannya. Forum tersebut juga merupakan peluang

Page 14: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?187

kolaborator untuk melakukan ini menjadi kunci utama untukmenjamin keberlangsungan inisiatif ini dalam jangka panjang.

UCAPAN TERIMA KASIHSaya berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh CIFOR

dan East-West Center yang memampukan saya untuk menghadirilokakarya ini. Juga untuk staf di Center: Jeff Fox, June Kuramoto,Mary Abo, Sonja Brodt. Saya berterima kasih atas kebaikan merekaselama kami tinggal di Center tersebut. Juga, David Edmunds mem-berikan bantuan dan petunjuk yang luar biasa dalam menuliskanbab ini. Tinggal selama kurang lebih satu bulan di Center telahmeningkatkan keahlian saya dan kami berharap menjadi katalisperubahan di tempat kerja kami masing-masing.

BAHAN RUJUKAN Asanga, C. This volume. “Facilitating viable partnerships in community forest man-

agement in Cameroon: the case of Kilum-Ijim mountain forest area.” In: Wollenberg,E., Edmunds, D., Buck, L., and Brodt, S. (eds.) Social Learning in Community Forest,pp. 21-44. CIFOR and East West Center, Honolulu and Bogor, Indonesia.

Borrini-Feyerabend, G. (ed.) 1997. “Beyond Fences: seeking social sustainability inconservation.” Volume 2: a resource book. World Conservation Union (IUCN), Gland,Switzerland.

Campbell, B. (ed.) 1996. “The Miombo in transition: woodlands and welfare inAfrica.” Monograph. Center for International Forestry Research, Bogor, Indonesia.

Gilmour, D and Fisher, B. 1997. “A project or a process? The story of Chaap alDanda.” In: Borrini-Feyerabend, G. (ed.) “Beyond social fences: seeking social sustain-

Edward Massawe186

dan para penasihat pergi, posisi untuk pengelolaan hutan secarakolaboratif di Hutan Mgori akan cerah. Penduduk desa akan mampumengambil tugas yang lebih besar untuk mendanai kegiatan penge-lolaan mereka sendiri. Bersama dengan petugas kehutanan lokal,mereka akan mampu menyelesaikan masalah teknis dan kelemba-gaan yang lebih kompleks yang mereka hadapi di Mgori. Mereka jugaakan memiliki dasar hukum yang lebih kuat untuk menekan peme-rintah memberikan pelayanan dan kebijakan yang merekabutuhkan. Peran fasilitator luar akan digantikan oleh bentuk-bentukkolaborasi baru. Evolusi dalam peran fasilitasi ini mungkin akanterjadi di mana-mana di mana ada inisiatif baru. Kemampuan fung-si-fungsi fasilitasi untuk diambil oleh pihak lain, serta fleksibilitas

bagi para pejabat kehutanan untuk mempengaruhi kebijakan. Forum tersebuttelah disetujui oleh Direktur Kehutanan dan Direktur tersebut akan merencanakanhadir dalam pertemuan reguler forum tersebut. Para pejabat kehutanan jugadapat mempengaruhi Direktur dengan menunjukkan padanya pengalamanlapangan. Forum tersebut lebih efektif daripada laporan individu dari lapangan,karena Forum tersebut menggunakan komunikasi langsung dan peluang untukberinteraksi dengan banyak pejabat kehutanan pada satu waktu. Forum tersebutjuga lebih efisien, karena sangat cepat untuk mendapatkan respon terhadap per-tanyaan atau permintaan. Forum tersebut masih dalam fase persiapan. Satudonor telah mengakui nilai pentingnya dan setuju untuk mendanai forum terse-but. Tetapi untuk berapa lama? Dan apa yang akan terjadi begitu donor pergi?Pada waktu itu, Direktur Kehutanan harus mencari cara lain untuk mendukungForum tersebut. Karena Forum tersebut merupakan cara yang efisien untuk mela-tih pejabat kehutanan dalam pekerjaan-pekerjaan praktis di lapangan, pemerin-tah harus mempertimbangkan untuk mendukung Forum itu sendiri. Forum itutelah mengatasi bagaimana pejabat kehutanan harus mengambil hingga duaperan sekaligus yang selama ini diisi oleh penasihat ekspatriat. Pertama, Forummembantu pejabat kehutanan Tanzania mengem bangkan keahlian dan berbagipengalaman yang membantu para penduduk desa untuk menyusun Komite,mengembangkan rencana monitoring dan mengejar aktivitas lain yang perluuntuk pengelolaan hutan secara kolaboratif. Kedua, karena forum tersebutmerupakan organisasi yang diakui, para pejabat kehutanan akan lebih memilikikekuatan untuk melaksanakan pengelolaan hutan berbasis rakyat tanpa campur-tangan dari para politisi dan pejabat kehutanan tradisional. Oleh karena itu,Forum tersebut menawarkan peluang konkret bagi pemerintah dan pejabat kehu-tanannya untuk membuat dampak positif pada pertumbuhan pengelolaan hutanberbasis rakyat di seluruh negeri itu, yang tidak tergantung pada bantuan ekster-nal.

Page 15: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania:

Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi?189Edward Massawe188

ability in conservation.” Volume 2: A resource book, 103-106. World ConservationUnion (IUCN), Gland, Switzerland.

Grimble, R., Chan, M., Aglionby, J, and Quan, J. 1995. “Trees and trade-offs: a stake-holder approach to natural resource management.” Gatekeeper Series No. 52.International Institute for Environment and Development, London.

Ingles, A., Musch, A. and Qwist-Hoffman,H. 1998. “The participatory process forsupporting collaborative management of natural resources: an overview.” Draft discus-sion paper prepared for the Community Forestry Unit. The Food and AgricultureOrganization, Rome.

Joshi, A. 1998. “Progressive bureaucracy: an oxymoron? The case of Joint ForestManagement in India.” Rural Development Forestry Network paper, 24a. OverseasDevelopment Insitute, London.

Margoluis, R. and Salafsky, N. 1998. Measures of success: designing, managing, andmonitoring conservation and development projects. Island Press, Washington, DC.

Ramirez, R. 1999. “Stakeholder analysis and conflict management.” In: Buckles, D.(ed.) Conflict and Collaboration in natural resource management, 101-126.International Development Research Centre/World Bank, Ottawa, Canada andWashington, USA.

Röling, N. G. and Jiggins, J. 1998. “The ecological knowledge system.” In: Röling, N.G. and Wagemakers, M. (eds.) Facilitating Sustainable Agriculture: participatory learn-ing and adaptive management in times of environmental uncertainty, 283-311.University of Cambridge Press, Cambridge, UK.

Wily, L. 1996.” Collaborative forest management, villages and government: the casestudy of Mgori Forest, Tanzania.” Forest, Trees and People working paper. Food andAgriculture Organization, Rome.

Wily, L. 1999. “The evolution of community based-forest management in Tanzania.”Unpublished document presented to the Ministry of Land, the Republic of Tanzania.

Page 16: Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas: … · Donor Eksternal dan Pengelolaan Hutan Mgori Berbasis Komunitas, Tanzania: Apa yang Terjadi Ketika Donor Pergi? 165 tator

Edward Massawe190