pembelajaran kooperatif tipe stad
DESCRIPTION
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) )TRANSCRIPT
MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN
“Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”
Disusun oleh: Kelompok 1
1. Aji Ramadhan
2. Dedi Firmanto
3. Dwi Iswahyudi
4. Nurlitasari Ningsih
5. Ristiana
6. Umi Yuli Astuti
7. Zakaria Akhmad
Semester III A
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran
Dosen : Drs. Mugiadi, M. Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia mengalami pergantian beberapa kurikulum.
Kurikulum yang saat ini dianut Indonesia adalah KTSP atau yang lebih
dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan kurikulum KBK
menjadi KTSP adalah salah satu inovasi dalam bidang pendidikan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Peningkatan kualitas
ini dapat dilihat dari bentuk penguasaan kompetensi sebagai target dan
indikator keberhasilan belajar siswa di sekolah. Namun, dengan penerapan
KTSP pada tahun pelajaran 2006/2007 banyak sekolah yang belum siap untuk
mengimplementasikan KTSP.
Salah satu karakteristik KTSP yang mempunyai ciri-ciri proses
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi serta
sumber belajar tidak terbatas pada guru tetapi dapat dilengkapi dengan
berbagai sumber lain yang relevan, menuntut setiap guru untuk lebih kreatif
dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang bervariatif dapat menunjang keberhasilan belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Oleh karena itu, pada makalah ini akan
dibahas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah disampaikan, ditemukan
beberapa permasalahan diantaranya:
1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
2. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3. Apakah ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD?2
4. Apakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD?
5. Bagaimana langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam proses belajar mengajar?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif.
2. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam proses belajar mengajar.
3
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin, dkk (2000) dalam Widyantini (2008)
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Wina (2006) dalam Widyantini (2008)
mengemukakan bahwa model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu, dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar. Ada empat unsur
penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta
dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap
anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
Sementara menurut Anita (2007) dalam Widyantini (2008), model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya
menekankan kerjasama. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang menekankan pada kerjasama antarsiswa dalam menyelesaikan
masalah-masalah belajar, saling bertukar pikiran dalam belajar yang
dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga siswa bertangung
jawab secara individu maupun kelompok untuk mencapai hasil belajar.
4
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Widyantini (2008) tujuan pembelajaran kooperatif yaitu,
pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keberagaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.
1. Pencapaian hasil belajar
Belajar kooperatif membantu siswa dalam memahami konsep-
konsep yang sulit serta dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan
hasil belajar. Pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma budaya
anak muda dan membuat budaya lebih dapat menerim prestasi
menonjol dalam berbagai tugas pembelajaran akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan pembelajaran kooperatif salah satunya adalah dengan
penerimaan terhadap perbedaan individu. Perbedaan meliputi
perbedaan ras, agama, tingkat sosial, dan tingkat kecerdasan.
Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerjasama, saling
tergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui
struktur penghargaan kooperatif serta belajar menghargai satu sama
lain.
Dalam mewujudkan tujuan di atas dilakukan dengan
pembentukan kelompok secara heterogen baik dalam tingkat
kecerdasan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain, dengan begitu siswa
akan terlatih menerima kenyataan yang ada bahwa di dalam setiap
individu terdapat perbedaan.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa
ketreampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah kerjasama, menghargai
pendapat orang lain, melaksanakan tugas dalam kelompok,
5
berpartisipasi dalam kelompok, menerima tanggung jawab, dan
menerima perbedaan.
3. Unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif
Johnson dan Johnson (1994) dalam Trianto (2010) mengemukakan
bahwa ada lima unsur penting yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yakni:
1) Saling ketergantungan positif (positif interpendence)
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya
juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
Artinya lewat pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat
tergantung pada usaha setiap anggotanya.
Saling ketergantungan positif bertentangan dengan
ketergantungan negatif. Dalam ketergantungan negatif siswa berada
dalam situasi saling bersaing, dimana kemajuan, kemampuan, dan
kecerdasan masing-masing anggota kelompok tidak digunakan untuk
saling membantu antarsiswa. Karena itu, untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif guru perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2) Interaksi langsung antarsiswa (face to face interaction student)
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antarsiswa. Hal
ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini
akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam
kelompok akan mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi
masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan
dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar
6
kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah
yang sedang dipelajari bersama.
Kegiatan interaksi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bersinergi demi keuntungan semua
anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik disbanding
pemikiran seorang diri. Inti dari sinergi itu adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-
masing.
3) Tanggung jawab individu (individual accountability)
Tanggung jawab individual dalambelajar kelompok dapat
berupa tanggung jawab siswa dalam hal: a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan, b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
Artinya setiap anggota kelompok dalam pembelajaran
kooperatif perlu menyadari tanggung jawab pribadi dalam
kelompoknya. Secara individu seseorang menentukan keberhasilan
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. Karena itu, kunci utama
keberhasilan mendorong tanggung jawab individu dalam kelompok
terletak pada tugas yang dirancang guru untuk dikerjakan setiap
kelompok.
4) Keterampilan interpersonal (interpersonal skill)
Dalam pembelajaran kooperatif selain dituntut untuk
mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa juga dituntut untuk
belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lai dalam kelompoknya.
Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan
khusus.
Keterampilan ini berperan mengarahkan seorang siswa
berinteraksi dan membangun kerjasama dengan siswa yang lain.
Keterampilan interpersonal yang dimiliki akan menuntun siswa lebih
7
peka menghargai berbagai perbedaan diantara teman belajar, sehingga
ia mampu menempatkan diri diantara berbagai keragaman baik
budaya, ekonomi, dan bahasa yang justru dapat digunakan untuk
menunjang keberhasilan belajar.
5) Proses kelompok (group processing)
Pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends dalam Trianto (2010) pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
dan jenis kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat, diantaranya
sebagai berikut:
a) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama. Kerjasama
yang dimaksud adalah saling membantu dan mengembangkan sikap
yang lebih mementingkan kepentingan bersama.
b) Membiasakan siswa bekerjasama menurut paham demokrasi, yakni
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap
musyawarah dan bertanggungjawab.
8
c) Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan hidup yang
mendasar. Keterampilan-keterampilan yang berkembang melalui
pembelajaran kooperatif misalnya mendengarkan, menghargai
pandangan orang lain, berkomunikasi secara intensif, memecahkan
konflik, dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
d) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik dan
rasa percaya diri siswa.
B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Trianto (2010) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Slavin dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim. Mereka harus memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen agar semua siswa
menguasai materi yang diberikan oleh guru.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Arends dalam Widyantini (2008) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, mereka heterogen dalam
berbagai hal seperti prestasi akademik dan jenis kelamin. Penempatan
9
siswa dalam kelompok lebih baik ditentukan oleh guru dari pada memilih
sendiri.
2. Bahan pelajaran disajikan oleh guru.
3. Materi pelajaran disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja siswa.
4. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tes individu berupa kuis mingguan
yang dikerjakan siswa sendiri-sendiri.
5. Penghargaan terhadap upaya maupun hasil belajar individu.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Sebagaimana setiap model pembelajaran, di satu sisi memiliki
berbagai kelebihan, namun juga memiliki kelemahan, demikian halnya
dengan STAD ini. Namun dalam STAD apa yang dikatakan kelemahan,
sebenarnya adalah kesulitan dalam menerapkan STAD di kelas, kerumitan
tersebut seminimal mungkin dapat diatasi.
Beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni:
1. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
2. Mengharuskan setiap siswa aktif berinteraksi satu sama lain.
3. Saling ketergantungan positif dan kepercayaan kelompok dikembangkan.
4. Meningkatkan rasa tanggung jawab.
5. Adanya penghargaan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:
1. Kecocokan antarsiswa untuk membentuk kelompok kadang-kadang sulit
untuk menggabungkan siswa yang mau bekerjasama dengan baik.
2. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang sehingga
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
3. Memerlukan waktu yang banyak, tenaga, dan pikiran.
4. Ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas.
E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
10
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari
lima komponen utama, yaitu:
1. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali
dilakukan dengan metode ceramah, demonstrasi, atau diskusi pelajaran
yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Presentasi kelas berbeda dengan presentasi biasa, karena
dalam presentasi kelas harus benar-benar terfokus pada unit STAD.
Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-
benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membantu siswa-siswa untuk mengerjakan kuis-
kuis, dan skor yang mereka peroleh akan menentukan skor tim mereka.
Presentasi kelas haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan
pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran, pada tahap
presentasi kelas ini, guru memulai dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran serta memotivasi rasa ingin tahu para siswa tentang materi
yang akan dipelajari. Selanjutnya guru memberikan apersepsi untuk
mengingatkan kembali materi prasyarat agar siswa dapat menghubungkan
materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki.
2. Tim
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Dalam model
kooperatif STAD ini dibentuk tim yang terdiridari 4-5 orang siswa yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras dan etnisitas. Para siswa akan duduk bersama dalam
kelompok/tim tersebut.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota
tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul bersama rekan
11
timnya untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Dalam hal ini pembelajaran melibatkan pembahasan
masalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap
kesalahpahaman apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan.
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Tahap kerja kelompok ini memerlukan waktu
satu atau dua jam pelajaran untuk masing-masing kelompok menuntaskan
materi yang telah diberikan. Anggota kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan LKS yang telah diberikan dan guru perlu memeriksa bahwa
setiap anggota kelompok dapat menjawab semua pertanyaan dalam LKS.
Guru perlu memotivasi siswa dalam kelompok untuk saling bekerjasama
karena selama sesi kelompok inilah para siswa akan saling mengajari dan
belajar dari temannya.
Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Sehingga untuk membantu proses ini, guru berkeliling dari satu kelompok
ke kelompok lainnya sambil mengajukan pertanyaan dan memotivasi
siswa untuk menjelaskan jawabannya.
3. Kuis
Sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode melakukan kerja tim, para siswa akan
diberikan kuis yang akan dikerjakan secara individual. Para siswa tidak
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling
membantu dalam mengerjakan kuis. Tanggung jawab individual seperti ini
memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain.
Karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat
semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
Kuis yang dilakukan adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
12
pengetahuan siswa tentang materi yang telah dipelajari selama diskusi
kelompok berlangsung.
4. Skor kemajuan individual
Skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap
siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat
dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa
dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam
sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukan tanpa
memberikan usaha mereka yang terbaik.
Skor perkembangan individual ini diperoleh dari perbandingan antara
skor awal (pretest) sebelu diadakan pembelajaran dengan skor yang
diperoleh siswa setelah diadakan pembelajaran model kooperatif STAD
(posttest). Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal,
berdasarkan kriteria dibawah ini:
Kriteria Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Kuis Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
Antara 10 sampai 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
30
Contoh perhitungan: Seorang siswa dalam kelompok belajar
memperoleh skor awal (pretest) yaitu 20 dari skor maksimal yang harus
diperoleh (misalnya skor maksimal adalah 30). Kemudian setelah
melaksanakan posttest siswa tersebut mendapatkan nilai 25, maka nilai 13
perkembangan yang disumbangkan siswa tersebut untuk kelompoknya
adalah 20 (karena nilai posttest yang diperoleh adalah 5 poin di atas skor
pretest).
Untuk menghitung skor tim, dilakukan dengan mencatat tiap poin
kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan setelah itu
jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dibagi dengan jumlah
anggota tim.
5. Rekognisi tim/penghargaan
Salah satu hal yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa
adalah dengan memberikan sebuah penghargaan. Begitupun dalam
kelompok, penghargaan yang diberikan dapat membuat sebuah kelompok
lebih kompak dan lebih aktif lagi untuk belajar. Tim akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Adapaun kriterianya adalah sebagai berikut:
Kriteria Tingkat Penghargaan Kelompok
Penghitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing sumbangan skor individu anggota dalam kelompok dan
hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya, sehingga
didapat rata-rata skor perkembangan individu dalam kelompok yang
disebut rata-rata kelompok/tim.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Perangkat pembelajaran
14
Kriteria (Rata-rata Tim) Predikat0 ≤ x ≤ 5 -5 ≤ x ≤ 15 Tim baik15 ≤ x ≤ 25 Tim hebat25 ≤ x ≤ 30 Tim super
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kegiatan siswa
(LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan
siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan
antarkelompok relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok
kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar
belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang
yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan
pada prestasi akademik, yaitu:
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran tertentu, sains fisika misalnya. Tujuannya
adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains
fisikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok.
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,
kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas
sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking
satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah
sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah
diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah
nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada
kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan
tes, maka hasil masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
d. Pengaturan tempat duduk
15
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga
diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama
kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-
masing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada
langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari 6 langkah atau fase, yaitu:
1. Fase 1: menyampaiakan tujuan dan menyajikan informasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
menyajikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan metode
pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa.
Misal, antara lain dengan metode ceramah, demonstrasi, ataupu lewat bahan
bacaan. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi
dapat lebih dari satu.
2. Fase 2: mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-
5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik
yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota
kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender.
3. Fase 3: membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru memberikan tugas (LKS) kepada kelompok yang berkaitan
dengan materi yang diberikan. Kemudian, kelompok mendiskusikannya
secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas
16
jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan
bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas
untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang
diharapkan dapat dicapai. Guru perlu memotivasi siswa dalam kelompok
untuk saling bekerjasama karena selama sesi kelompok inilah para siswa akan
saling mengajari dan belajar dari temannya.
4. Fase 4: menyerahkan/mempresentasikan hasil kerja kelompok
Guru meminta masing-masing kelompok untuk menyerahkan atau
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Setelah semua
kelompok telah menyerahkan atau mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, kemudian guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari sehingga pemahaman siswa pada
materi yang dipelajari semakin mantap dan mengatasi kesalahpahaman
terhadap materi yang dipelajari.
.
5. Fase 5: pemberian tes/kuis
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individu. Dan skor
dari tes atau kuis dari masing-masing siswa akan menentuan poin yang
diperoleh kelompoknya masing-masing.
6. Fase 6: memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis
berikutnya.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan diatas dapat ditarik bebrapa kesimpulan yaitu:
1. pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
menekankan pada kerjasama antarsiswa dalam menyelesaikan
masalah-masalah belajar, saling bertukar pikiran dalam belajar
yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga
siswa bertangung jawab secara individu maupun kelompok
untuk mencapai hasil belajar.
2. Dalam pembelajaran koopertaif ini perlu adanya unsur-unsur
yang saling mendukung yaitu,saling ketergantungan positif
(positif interpendence),interaksi langsung antarsiswa (face to
face interaction student),tanggung jawab individu (individual
accountability),keterampilan interpersonal (interpersonal skill),
proses kelompok (group processing).
3. Tujuan pembeljaran kooperatif
1. Pencapaian hasil belajar
1. Penerimaan terhadap perbedaan individu
2. Pengembangan keterampilan sosial
3. Manfaat pembelajran koopertif
a) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama.
Kerjasama yang dimaksud adalah saling membantu dan
mengembangkan sikap yang lebih mementingkan
kepentingan bersama.
b) Membiasakan siswa bekerjasama menurut paham
demokrasi, yakni memberikan kesempatan kepada mereka
18
untuk mengembangkan sikap musyawarah dan
bertanggungjawab.
c) Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan hidup
yang mendasar. Keterampilan-keterampilan yang
berkembang melalui pembelajaran kooperatif misalnya
mendengarkan, menghargai pandangan orang lain,
berkomunikasi secara intensif, memecahkan konflik, dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
d) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
akademik dan rasa percaya diri siswa.
B. Saran
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika diterapkan dengan baik
dan benar sesuai dengan langkah-langkah yang ada, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa. Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran
siswa maka hasil belajar siswa pun meningkatkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun dan
dapat disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Kelebihan tipe
STAD diharapkan dapat menutupi kekurangan tipe STAD itu sendiri.
19