pembahasan.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH MEKANIKA BATUAN
ROCK LOADING TEST (JACKING TEST)
Disusun oleh :
Abdi Maulana Abar DBD 111 0008
Leliani Susanti DBD 111 0009
Albert G.E. Sihotang DBD 111 0018
Maulana Syahri Ginting DBD 111 0021
Fahmi Yahya DBD 111 0022
Ratih Kristyani DBD 111 0023
Yasica Dien Ariny DBD 111 065
Slamet Riadi DBD 111 0095
Restu Illahi DBD 111 0120
Muhammad Din DBD 111 0125
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYAFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun masih diberi Kesehatan Jasmani dan Rohani. Sehingga
Penyusunan Makalah Mekanika Batuan dengan judul “Rock Loading Test
(Jacking Test)” dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengajar Materi Kuliah Mekanika Batuan, Ayah dan ibu yang
telah memberi dorongan serta nasihat, Saran dari teman-teman, dan akhirnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah Mekanika
Batuan “Rock Loading Test (Jacking Test)”, penyusun mengucapkan terima
kasih.
Penyusun berharap dengan adanya Makalah Mekanika Batuan “Rock
Loading Test (Jacking Test)” dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya
dan bagi semua pihak yang membaca umumnya.
Penyusun telah berupaya dengan optimal dalam Penyusunan Makalah
Mekanika Batuan “Rock Loading Test (Jacking Test)” ini, tetapi penyusun yakin
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Masukan serta kritikan
dan saran yang membangun akan penyusun tunggu.
Palangka Raya, 31 Maret 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Batuan.................................................................................10
Gambar 2.2 Hammer Double Crusher...............................................................11
Gambar 2.3 Fungsi Bagian Alat Hammer Mill.................................................11
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian mekanika batuan menurut beberapa ahli, sbb :
1. Menurut Talobre
Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya
adalah mempelajari perilaku (behaviour) batuan di tempat asalnya untuk dapat
mengendalikan pekerjaan–pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut (seperti
penggalian dibawah tanah dan lain-lainnya).
2. Menurut Coates
Seorang ahli mekanika batuan dari Kanada, Mekanika adalah ilmu yang
mempelajari efek dari gaya atau tekanan pada sebuah benda.
Mekanika Batuan merupakan ilmu teoritis dan terapan tentang perilaku
mekanik batuan, berkaitan dengan respons batuan atas medan gaya
dari lingkungan sekitarnya (Deere, D.V., dalam Stagg & Zienkiewicz, 1968).
Ilmu Mekanika Batuan adalah ilmu Pengetahuan teoritik dan terapan yang
mempelajari karakteristik, perilaku, dan respons massa batuan akibat perubahan
keseimbangan medan gaya di sekitarnya, baik karena aktivitas manusia maupun
alamiah.
Menurut US National Committee on Rock Mechanics (1964) dan
dimodifikasi (1974), mekanika batuan mempelajari antara lain :
Sifat fisik, mekanik, serta karakteristik massa batuan
Berbagai teknik analisis tegangan dan rengangan batuan
Prinsip yang menyatakan respons massa batuan terhadap beban
Metodologi yang logis untuk penerapan teori dan terapan
Teknik mekanika untuk solusi problem fisik nyata dibidang rekayasa batuan
5
Gambar 1.1. Siklus Batuan
Sifat massa batuan di alam dan asumsi dasar antara lain :
1. Heterogen, antara lain :
Mineralogis, yaitu jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda-beda
Butiran padatan, dimana batuan memiliki ukuran dan bentuk berbeda-beda
Void, dimana batuan memiliki ukuran, bentuk, dan penyebaran yang
berbeda-beda
2. Anisotrop, adalah mempunyai sifat yang berbeda-beda pada arah yang
berbeda
3. Diskontinu, adalah massa batuan selalu memiliki unsur struktur geologi yang
mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar, sesar, retakan, fissure,
bidang perlapisan. Struktur geologi ini cenderung “memperlemah” kondisi
massa batuan
Bidang–bidang rekayasa disiplin mekanika batuan berperan penting dalam :
Rekayasa pertambangan, yaitu pada penentuan metode penggalian (rock
cutting), pemboran dan peledakan batuan, stabilitas timbunan overburden,
stabilitas timbunan overburden, stabilitas terowongan dan lombong
(stoping)
Industri minyak bumi, yaitu pemboran oil drilling dan rock fracturing.
6
Rekayasa sipil, contohnya pada pondasi jembatan dan gedung bertingkat,
underground storage, tunnel dangkal dan dalam, longsoran lereng batu,
pelabuhan, airport, bendungan, dll
Lingkungan hidup, yaitu rock fracturing kaitannya dengan migrasi polutan
akibat limbah industry
Interaksi fungsional dalam rekayasa pertambangan bertujuan untuk
mengembangkan suatu skedul produksi dan biaya yang berkesinambungan untuk
operasi penambangan. Mekanika batuan mempelajari, antara lain :
1. Mekanisme deformasi kristal-kristal mineral yang mengalami tekanan tinggi
pada temperatur tinggi
2. Perilaku triaksial batuan di laboratorium
3. Stabilitas dinding terowongan bahkan mekanisme pergerakan-pergerakan
kerak bumi sendiri, dalam hal ini jelas geologi berperan, antara lain
material-material yang terlibat :
masa batuan yang keberadaannya tidak terlepas dari lingkungan
geologi atau dihasilkan dari lingkungan geologi
karakter fisiknya, yang merupakan fungsi dari cara terjadinya dan dari
semua proses yang terlibat
stabilitas dinding terowongan, bahkan
sejarah geologi pada lokasi kejadian
Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
a. Sifat Fisik batuan, misalnya antara lain :
Berat isi air: Mw
Bobot isi asli (natural density): M = Wn/(Ww-Ws)
Bobot isi kering (dry density): Md = Wo/(Ww-Ws)
Bobot isi jenuh (saturated density) : Ms = Ww/(Ww-Ws)
Berat jenis semu (apperent density): ρ ap = {Wo /(Ww-Ws)}/ γw
Berat jenis nyata (true spesifik density) : ρ tr = {Wo /(Wo-Ws)}/ γw
Kadar air asli(natural water content): (Wn-Wo)/Wo X 100%
7
Kadar air jenuh (absorption): (Ww-Wo)/Wo X 100%
Derajad kejenuhan: (Wn-Wo)/(Ww-Wo) X 100%
Porositas: n = (Ww-Wo)/(Ww-Ws) X 100%
Void ratio: e = n/1-n
b. Sifat Mekanik Batuan misalnya kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
dan poisons ratio Kedua sifat tersebut dapat ditentukan di laboratorium,
maupun di lapangan (insitu-test).
Uji Sifat Mekanik di Lapangan (in-situ), antara lain :
1. Rock loading test (jacking test)
2. Block Shear test
3. In situ Triaxial compression test
4. Hidraulic fracturing
Sedangkan Uji Sifat Mekanik di Laboratorium (ex-situ) mekanika batuan ,
antara lain :
1. Uji kuat tekan (unconfined compressive strength test)
2. Uji kuat tarik (indirect tensile strength test)
3. Uji beban titik (point load test/tes franklin)
4. Uji triaxial (triaxial compression test)
5. Uji kuat geser langsung (punch shear test)
6. Uji kuat geser pada σntertentu (direct box shear strength test)
7. Uj kecepatan gelombang ultrasonic (ultrasonic velocity test)
Tabel 1.1 PenggunaanSifatMekanikBatuanHasilUjiLaboratorium
8
Tabel 1.2.PenggunaanSifatMekanikaBatuanHasilUjiInsitu
Keuntungan pengujian insitu, antara lain :
9
Lebih representatif, karena pengujian dilakukan pada kondisi asli dan
menyangkut volume batuan yang lebih besar.
Kerugian pengujian insitu, antara lain :
Memerlukan waktu lebih lama untuk persiapan dan mobilisasi peralatan.
Biaya menjadi lebih mahal.
Jenis test batuan berdasarkan kerusakan bahan :
a. Non destructive test, adalah pengujian tanpa merusak conto misalnya pada
pengujian sifat fisik dan ultrasonic velocity test
b. Destructive test, adalah pengujian yang mengakibatkan conto batuan rusak
atau hancur misalnya pada pengujian kuat tekan, kuat geser, triaxial, dan
point load test
Macam–Macam Penimbangan Conto Batuan :
1. Berat contoh batuan asli (Natural) : Wn
2. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan dalam oven 900 C selama 24
jam) : Wo
3. Berat contoh jenuh (sesudah direndam dalam air selama 24 jam) : Ww
4. Berat contoh jenuh + berat air + berat bejana : Wa
5. Berat contoh jenuh tergantung dalam air + berat air + berat bejana : Wb
6. Berat contoh jenuh dalam air : Ws = (Wa – Wb)
7. Volume contoh total = Ww – Ws
8. Volume contoh tanpa pori-pori = Wo–Ws
10
BAB II
PEMBAHASAN
Uji beban batuan dilakukan untuk menentukan besaran dari modulus
deformasi atau modulus elastisitas massa batuan di dalam sebuah lubang bukaan.
Kemampuan rubahan (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya
ditentukan dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacking test). Peralatan
yang digunakan untuk jacking test seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah
ini.
Gambar 2.1. Peralatan digunakan untuk jacking test
Peralatan yang digunakan pada rock loading test (jacking test) :
1. Doaring part
2. Boaring plate
3. Spherical base
4. Dial gauge
5. Support column
11
6. Joint
7. Oil jack
8. Prosoure plate
9. Facing
10. Extensor retor
11. Rock surface
12. Basic doam
13. Basic doam support
14. Oil pressure hones
15. Pressure gauge
16. Oil pump
Uji ini dilakukan di bawah tanah di dalam sebuah lubang bukaan batuan
atau lebih dikenal dengan istilah test adit. Dongkrak menekan atap dan lantai
lubang bukaan atau menekan dinding yang pada bagian kontaknya merupakan
permukaan plat yang rata. Hasil dari uji ini adalah deformasi atap dan lantai atau
dinding akibat pembebanan oleh jack tersebut. Deformasi ini diukur dengan dial
gauge dan extensometer pada berbagai kedalaman.
Dial Gauge
Dial Gauge atau ada yang menyebutnya dial indicator adalah alat ukur yang
dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari bidang
datar, bidang silinder atau permukaan bulat dan kesejajaran. Konstruksi sebuah
alat dial indikator seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri atas jam ukur (dial
gauge) yang di lengkapi dengan alat penopang seperti blok alas magnet, batang
penyangga, penjepit, dan baut penjepit.
12
Gambar 2.2 Bagian-bagian alat dial gauge
Cara Pembacaan Dan Penggunaan Alat
Saat akan digunakan dial indikator tidak dapat digunakan sendiri, tapi
memerlukan kelengkapan seperti di atas yang harus diatur sedemikian rupa pada
saat pengukuran. Posisi dial gauge harus tegak lurus terhadap benda kerja yang
akan diukur.
Gambar 2.3 Posisis dial gauge terhadap benda kerja
Pada dial indikator terdapat 2 skala. Yang pertama skala yang besar (terdiri
dari 100 strip) dan skala yang lebih kecil. Pada skala yang besar tiap stripnya
bernilai 0,01 mm. Jadi ketika jarum panjang berputar 1 kali penuh maka
menunjukkan pengukuran tersebut sejauh 1 mm. Sedangkan skala yang kecil
merupakan penghitung putaran dari jarum panjang pada skala yang besar.
13
Gambar 2.4 Dial gauge
Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6 strip
dan jarum pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya
adalah3,06 mm. Pengukuran ini diperoleh dari :
skala pada jarum panjang dibaca : 6 x 0,01 mm = 0,06 mm
skala pada jarum pendek dibaca : 3 x 1 mm = 3 mm
maka hasil pengukurannya adalah 0,06 mm + 3 mm = 3,06 mm.
Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan
penunjuk. Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran
penunjuk. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah
keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial
(ujung peraba) tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan
metode pengukuran yang digunakan.
Metode Pengukuran
1. Letakkan V-block di atas plat datar dan letakkan poros di atas block.
2. Sentuhkan spindel dial gauge pada permukaan poros. Aturlah tinggi dial
gauge lock sedemikian rupa sehingga menyentuh permukaan poros.
3. Putarlah poros perlahan-lahan dan temukan point pada permukaan
pembacaan paling kecil. Putarlah outer ring sampai penunjukkan pada "0".
4. Putarlah poros perlahan-lahan. Bacalah jumlah gerakan pointer.
Adapun metode pengukuran yang digunakan dial indikator adalah sebagai berikut:
(a) benda kerja yang dipindahkan, dial indikator tetap pada posisi diam.
(b) Dial indikator yang dipindahkan, benda kerja tetap pada posisi diam.
(c) Benda kerja diputar, dial indikator tetap pada posisi diam.
Modulus Elastisitas
14
Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai hasil pembagian antara
tegangan (σ) dan regangan (e) : E= σ/e.
Jika Modulus Elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan
terhadap regangan linear, maka disebut dengan Modulus Young. Rumus Modulus
Young diturunkan dari rumus tegangan dan regangan, yaitu:
Dalam SI, satuan Modulus Young sama dengan satuan tegangan (N/m2)
karena pembagian tegangan dengan regangan tidak menimbulkan pengurangan
satuan (regangan tidak memiliki satuan).
Modulus Young juga menunjukkan besarnya hambatan untuk merubah
panjang suatu benda elastis. semakin besar nilai Modulus Young suatu benda,
semakin sulit benda tersebut dapat memanjang, dan sebaliknya.
Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap
regangan volume, maka disebut dengan Modulus Bulk yang menunjukkan
besarnya hambatan untuk mengubah volume suatu benda, dan
Jika modulus elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap
regangan shear, maka disebut dengan Modulus Shear yang menunjukkan
hambatan gerakan dari bidang-bidang benda padat yang saling bergesekan.
Di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan nilai dari modulus elastisitas
berbagai jenis benda.
Tabel 2.1 Nilai dari modulus elastisitas
Bahan Modulus Young Modulus Shear Modulus Bulk
(N/m2)
Besi 100.109 40. 109 90. 109
Baja 200. 109 80. 109 140. 109
Kuningan 90. 109 35. 109 75. 109
Aluminum 70. 109 25. 109 70. 109
Beton 20. 109 - -
15
Marmer 50. 109 - 70. 109
Granit 45. 109 - 45. 109
Nylon 5. 109 - -
Tulang 15. 109 80. 109 -
Air - - 2. 109
Alkohol - - 1. 109
Raksa - - 2. 109
H2, He, CO2 - - 1.01. 109
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mekanika Batuan merupakan ilmu teoritis dan terapan tentang perilaku
mekanik batuan, berkaitan dengan respons batuan atas medan gaya
dari lingkungan sekitarnya (Deere, D.V., dalam Stagg & Zienkiewicz, 1968).
Ilmu Mekanika Batuan adalah ilmu Pengetahuan teoritik dan terapan yang
mempelajari karakteristik, perilaku, dan respons massa batuan akibat perubahan
keseimbangan medan gaya di sekitarnya, baik karena aktivitas manusia maupun
alamiah.
Uji beban batuan dilakukan untuk menentukan besaran dari modulus
deformasi atau modulus elastisitas massa batuan di dalam sebuah lubang bukaan.
Kemampuan rubahan (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya
ditentukan dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacking test).
Peralatan yang digunakan pada rock loading test (jacking test) :
Doaring part
Boaring plate
Spherical base
Dial gauge
Support column
Joint
Oil jack
Prosoure plate
17
Facing
Extensor retor
Rock surface
Basic doam
Basic doam support
Oil pressure hones
Pressure gauge
Oil pemp
DAFTAR PUSTAKA
Hasna, Ummu. http://kelasteknik.blogspot.com/2011/01/alat-ukur-teknik-dial-gauge.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013
_____. http://roger-easyphysics.blogspot.com/2010/03/elastisitas.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013
_____. http://www.ews-ugm.com/peralatan/extensometer-otomatis/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013
_____. http://www.slideshare.net/edwinharsiga/bab-iii-mekanika-batuan. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013
18