pembahasan surveilans epid sementara

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes melitus, kecelakaan dan sebagainya. Upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta 1

Upload: qitut

Post on 17-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Surveilans Epid

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak

menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,

sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar

daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa

penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare,

malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit

saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular

yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung

koroner, hipertensi, kanker, diabetes melitus, kecelakaan dan sebagainya.

Upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian

Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit

tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans penyakit yang mampu

memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota,

Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan sektor serta

kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan internasional.

Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu surveillance, yang

berarti “mengamati tentang sesuatu”. Meskipun konsep surveilans telah

berkembang cukup lama, tetapi seringkali timbul kerancuan dengan kata

surveillance dalam bahasa inggris, yang berarti “mengawasi perorangan yang

sedang dicurigai”. Sebelum tahun 1950, surveilans memang diartikan sebagai

upaya pengawasan secara ketat kepada penderita penyakit menular, sehingga

penyakitnya dapat ditemukan sedini mungkin dan diisolasi secepatnya serta

dapat diambil langkah-langkah pengendalian seawal mungkin.

Surveilans atau surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara

sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah

kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan

penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat

1

Page 2: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses

pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan.

Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan

wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam

berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis

antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare,

tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia,penyakit

HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit

pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke

dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru

obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat

kecelakaan.

B. Rumusan Masalah

Bertolok dari latar belakang tersebut, maka dapat diketahui rumusan

permasalahnnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian survailens epidemiologi?

2. Apa tujuan survailens epidemiologi?

3. Bagaimana ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi

kesehatan?

4. Siapa sasaran penyelenggaraan survailens kesehatan?

5. Bagaimanaklasifikasi jenis dan pendekatan surveilans?

6. Apa syarat-syarat sistem surveilans yang baik?

7. Bagaimana aktifitas inti surveilans?

8. Bagaimana komponen kegiatan surveilans?

9. Bagaimana desain sistem surveilans?

C. Tujuan

2

Page 3: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran mengenai survailens

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian survailens epidemiologi.

b. Mengetahui tujuan survailens epidemiologi

c. Mengetahui ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans

epidemiologi kesehatan.

d. Mengetahui sasaran penyelenggaraan survailens kesehatan.

e. Mengetahui klasifikasi jenis dan pendekatan surveilans.

f. Mengetahui syarat-syarat sistem surveilans yang baik.

g. Mengetahui aktifitas inti surveilans.

h. Mengetahui Komponen Kegiatan Surveilans

i. Mengetahui Desain Sistem Surveilans.

3

Page 4: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Surveilans

Ada beberapa definisi surveilans, antara lain:

a. Menurut DCP2 (Disease Control Priorities in Developing Countries,

2nd Edition, 2008) surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian

diinformasikan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam

pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Surveilans

memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti

perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.

Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada

pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah

pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001).

b. Menurut WHO (2004), surveilans adalah proses pengumpulan,

pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus

menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan

untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat

diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan

penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap

kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan

penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

c. Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara

sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan

dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata

lain surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara

teratur dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan

4

Page 5: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

kematian akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun

penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan

pencegahan dan penanggulangan (Noor, 1997). 

Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin

dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat

memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan

dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat

merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan

mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar.

Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan,

kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi

telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008). Gambar 5.1 menyajikan skema

sistem surveilans.

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa.

Surveilans dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu),

sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan

mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-

perubahan kecenderungan penyakit dan factor yang mempengaruhinya

5

Page 6: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah

investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

B. Tujuan Surveilans

Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan

pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini

terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh

informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat

administrasi (Depkes RI, 2004).

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang

masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat

dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan

lebih efektif. Tujuan khusus surveilans, antara lain:

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;

2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi

dini outbreak;

3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit

(disease burden) pada populasi;

4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;

5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).

Surveilans dapat juga digunakan untuk memantau efektivitas

program kesehatan. Gambar 5.3.menyajikan contoh penggunaan

surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas program

pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana

surveilans mampu memberikan informasi tentang kinerja program TB

yang meningkat dari tahun ke tahun, baik jumlah kasus TB yang dideteksi,

ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesembuhan kasus. Perhatikan

pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilans

yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan interval sama.

6

Page 7: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

Tujuan: Memonitor kemampuan program TB dalam memastikan

kerampungan pengobatan (completion) dan kesembuhan (cure) kasus TB

tahun 2006-2009.

C. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Kesehatan

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh

karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat

diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana

terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar

sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem

survailans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans

Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak

Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku,

Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi

Kesehatan Matra

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, merupakan analisis terus

menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko

untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

7

Page 8: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, merupakan analisis

terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan

faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak

menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku,

merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, merupakan analisis

terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor

risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra, merupakan analisis terus

menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko

untuk upaya mendukung program kesehatan matra

D. Sasaran Penyelenggaraan

Sasaran penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan

meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatan yang

ditetapkan berdasarkan prioritas nasional, bilateral, regional dan global,

penyakit potensial wabah, bencana dan komitmen lintas sektor serta

sasaran spesifik lokal atau daerah. Secara rinci sasaran penyelenggaran

sistem surveilans epidemiologi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Prioritas sasaran

penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit menular adalah :

a) Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

b) Surveilans AFP

c) Surveilans penyakit potensial wabah atau kejadian luar biasa

penyakit menular dan keracunan

d) Surveilans penyakit demam berdarah dan demam berdarah dengue

e) Surveilans malaria

f) Surveilans penyakit-penyakit zoonosis, antraks, rabies,

leptospirosis dan sebagainya

g) Surveilans penyakit filariasis

8

Page 9: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

h) Surveilans penyakit tuberkulosis

i) Surveilans penyakit diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit

perut lainnya

j) Surveilans penyakit kusta

k) Surveilans penyakit frambosia

l) Surveilans penyakit HIV/AIDS

m) Surveilans penyakit menular seksual

n) Surveilans penyakit pnemonia, termasuk penyakit pneumonia akut

berat (severe acute respiratory syndrome)

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Prioritas sasaran

penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular

adalah:

a) Surveilans hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner

b) Surveilans diabetes mellitus

c) Surveilans neoplasma

d) Surveilans penyakit paru obstuksi kronis

e) Surveilans gangguan mental

f) Surveilans kesehatan akibat kecelakaan

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku. Prioritas

sasaran penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan

dan perilaku adalah :

a) Surveilans sarana air bersih

b) Surveilans tempat-tempat umum

c) Surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan

d) Surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya

e) Surveilans vektor penyakit

f) Surveilans kesehatan dan keselamatan kerja

g) Surveilans rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya,

termasuk infeksi nosokomial.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan. Prioritas sasaran

penyelenggaraan surveilans epidemiologi masalah kesehatan adalah :

a) Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

9

Page 10: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

b) Surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan

vitamin A

c) Surveilans gizi lebih

d) Surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi.

e) Surveilans kesehatan lanjut usia.

f) Surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat

adiktif dan bahan berbahaya

g) Surveilans penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisionil,

bahan kosmetika, serta peralatan

h) Surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra. Prioritas sasaran

penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan matra adalah :

a) surveilans kesehatan haji

b) Surveilans kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan

c) Surveilans bencana dan masalah sosial

d) Surveilans kesehatan matra laut dan udara

e) Surveilans pada kejadian luar biasa penyakit dan keracunan

Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan

sebagaimana tersebut diatas disusun dalam suatu pedoman yang ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan. Sesuai kebutuhan nasional dapat dikembangkan

penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan lainnya dengan

keputusan Menteri Kesehatan, dan sesuai kebutuhan di daerah Propinsi

dengan keputusan Gubernur Propinsi bersangkutan.

E. Klasifikasi Jenis dan Pendekatan Surveilans

Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut:

1. Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor

resiko kesehatan atau penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap

beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan.

10

Page 11: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

2. Surveilans epidemiologi terpadu penyakit. Menurut Kepmenkes RI  Nomor

1479/Menkes/SK/X/2003, Surveilans Terpadu Penyakit (STP) adalah

pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan surveilans

epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan

surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber

data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Tujuan dari STP menurut Kadun (2006) adalah

memperoleh informasi epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak

menular tertentu dan terdistribusinya informasi tersebut kepada program

terkait, pusat-pusat kajian dan pusat penelitian serta unit surveilans lain.

3. Surveilans epidemiologi sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan sinyal

adanya masalah kesehatan pada suatu poupulasi atau wilayah yang lebih

luas atau suatu sistem yang dapat memperkirakan insiden penyakit pada

suatu negara yang tidak memiliki sistem surveilans yang baik berbasis

populasi tanpa melakukan survei yang mahal. Tujuan dari surveilans

sentinel adalah untuk mendapatkan informasi (insiden CFR) yang tepat

waktu dengan cara yang relatif murah. Jenis-jenis sentinel yang dikenal

yaitu health event sentinel (sentinel kejadian kesehatan), site sentinel

(sentinel tempat, biasanya adalah klinik atau pusat pelayanan lain yang

memonitor kejadian-kejadian kesehatan, dan provider sentinel (sentinel

kerjasama antar para penyelenggara kesehatan perorangan.

Menurut Gordis (2000) pendekatan surveilans berdasarkan cara

mendapatkan data dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Surveilans pasif

Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan

menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable

diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Ciri

surveilans pasif yaitu:

a. Unit surveilans epidemiologi membiarkan penderita

melaporkan diri pada klinik/rumah sakit/unit pelayanan yang

11

Page 12: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

berfungsi sebagai unit-unit surveilans terdepan dalam

pengumpulan data surveilans.

b. Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rumah

sakit/unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan

melaporkan data surveilans yang ada di tempatnya.

Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk

dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan

sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan

surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit

internasional.  Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif

dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan

cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan

dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas

terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan

kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi

problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan

ringkas.

2. Surveilans aktif

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans

untuk kunjungan berkala kelapangan, desa-desa, tempat praktik

pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan

rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit

atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan

konfirmasi laporan kasus indeks. Ciri-ciri surveilans aktif, yaitu:

a. Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah,

sehingga tidak ada satu pun kasus yang lepas dari pendataan.

b. Unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk

meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan

sehingga tidak ada satu pun data yang tidak terekam olehnya.

Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans

pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan

12

Page 13: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif

dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif,

lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans

pasif.

Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut

community surveilance. Dalam community surveilance, informasi

dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga

memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi

kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan

merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat

pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih menggunakan

definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi laboratorium.

Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu (JHU,

2006).

F. Syarat-Syarat Sistem Surveilans yang Baik.

Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi

karakteristik sebagai berikut (Romaguera, 2000) :

a. Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan

pengorganisasian sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk

menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi

yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa

data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu

besar dan prosedur yang terlalu rumit.

b. Fleksibilitas (Flexibility)

Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam

mengatasi perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi

operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan

biaya, waktu dan tenaga.

c. Dapat diterima (Acceptability).

13

Page 14: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat

partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem

dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi

dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan

terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor,

kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan.

Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya

kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang

terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar,

beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang

dijalankan dengan tepat.

d. Sensitivitas (Sensitivity).

Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan

mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang

dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB. Faktor-faktor

yang berpengaruh adalah :

1) Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan.

2) Kemampuan mendiagnosa secara benar dan kemungkinan kasus yang

terdiagnosa akan dilaporkan.

3) Keakuratan data yang dilaporkan

e. Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)

Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi

sebagai kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau

kondisi sasaran surveilans. Nilai Prediktif Positif menggambarkan

sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi/ insidensi penyakit atau

masalah kesehatan di masyarakat.

f. Representatif (Representative).

Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan

secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang,

waktu dan tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans

yang representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus

14

Page 15: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

tetapi juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai

faktor resiko yang penting.

g. Tepat Waktu.

Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh

ketepatan dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan

analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-

pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu

dilakukan dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif

atau tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu

dalam sistem surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi

untuk pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk

perencanaan program dalam jangka panjang.Tekhnologi komputer dapat

sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu

penyediaan informasi.

G. Aktifitas Inti Surveilans

Aktivitas surveilans kesehatan masyarakat meliputi delapan aktivitas

inti (McNabb. et al., 2002), yaitu:

1) Pendeteksian kasus (case detection): proses mengidentifikasi peristiwa atau

keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperlukan

dalam penyelenggaraan surveilans epidemiologi termasuk rumah sakit,

puskesmas, laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor dan unit

statistik lainnya.

2) Pencatatan kasus (registration): proses pencatatan kasus hasil identifikasi

peristiwa atau keadaan kesehatan.

3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi

sampai pada hasil percobaan laboratorium.

4) Pelaporan (reporting): data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil

kegiatan surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak yang

dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau

upaya  peningkatan program kesehatan, pusat penelitian dan pusat kajian

serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi. Pengumpulan

15

Page 16: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

data kasus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas

kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.

5) Analisis data (data analysis): analisis terhadap data-data dan angka-angka

dan menentukan indikator terhadap tindakan.

6) Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness) kesiapsiagaan

dalam menghadapi wabah/kejadian luar biasa.

7) Respon terencana (response and control): sistem pengawasan kesehatan

masyarakat hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan dalam

peringatan dini dan munculnya masalah dalam kesehatan masyarakat.

8) Umpan balik (feedback): berfungsi penting dari semua sistem pengawasan,

alur pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat

yang lebih tinggi.

H. Komponen Kegiatan Surveilans

Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004)

seperti dibawah ini:

1) Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang

jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah untuk menentukan

kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan

penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis

dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan

yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk

mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu

wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.

2) Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya

dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat

berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan

merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi

selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam

menghadapi masalah yang baru.

16

Page 17: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

3) Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan

interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna

menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain

berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai

informasi lebih lanjut.

Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO,

1999) adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena

kualitas informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang

dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada

hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk

dapat menjalankan surveilans yang baik pengumpulan data harus

dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus. Tujuan pengumpulan data:

Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko

terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan

dan lain-lain.

Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.

Menentukan  reservoir infeksinya.

Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi

penyakit.

Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa.

Sumber data yang dikumpulkan berlainan untuk tiap jenis penyakit.

Sumber data sistem surveilans terdiri dari 10 elemen (Langmuir, 1976)

yaitu:

1. Data Mortalitas. Pencatatan kematian yang dilakukan di tingkat desa

dilaporkan ke tingkat kelurahan seterusnya ke tingkat kecamatan dan

puskesmas lalu selanjutnya dilaporkan ke Kabupaten daerah tingkat II.

Beberapa seminar di Indonesia telah diadakan pula untuk menilai dan

membahas usaha untuk meningkatkan kelengkapan pencatatan kematian,

yang validitasnya relatif lebih baik karena didiagnosis oleh dokter.

Elemen ini akan bermanfaat bila data pada pencatatan kematian itu cepat

17

Page 18: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

diolah dan hasilnya segera diberitahukan kepada yang berkepentingan

(Efendy, 2009).

2. Data Morbiditas, merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans.

Data yang diperlukan : nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat,

diagnosis dan tanggal mulai sakit. Elemen ini juga penting untuk

mengetahui distribusi penyakit menurut waktu, apakah musiman atau

siklus. Dengan demikian, dapat diketahui pula ukuran endemis suatu

penyakit (Efendy, 2009).

3. Data Pemeriksaan Laboratorium. Laboratorium merupakan suatu sarana

yang penting untuk mengetahui kuman penyebab penyakit menular dan

pemeriksaan tertentu untuk penyakit-penyakit lainnya, misalnya kadar

gula darah untuk penyakit diabetes melitus, trombosit untuk penyakit

demam berdarah, dan lainnya (Efendy, 2009).

4. Laporan Penyakit

5. Penyelidikan peristiwa penyakit

6. Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.

7. Survei penyakit, vektor, dan reservoir : memerlukan tenaga, biaya dan

fasilitas. Survei adalah suatu cara penelitian epidemiologi untuk

mengetahui prevalensi penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui

luasnya masalah penyakit tersebut. Bila setelah survei pertama dilakukan

pengobatan terhadap penderita, maka dengan survei kedua dapat

ditentukan keberhasilan pengobatan tersebut (Efendy, 2009).

8. Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada

hewan. Penyakit zoonosis terdapat pada manusia dan binatang; dalam hal

ini binatang dan manusia merupakan reservoir. Penyakit malaria

ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles dan penyakit demam berdarah

ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Vektor-vektor tersebut

perlu diselediki oleh entomologi untuk mengetahui apakah mengandung

plasmodium malaria atau virus dari demam berdarah (Efendy, 2009).

9. Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin. Keterangan yang

menyangkut mengenai bahan-bahan tersebut, yaitu mengenai banyak,

jenis, dan waktu memberi petunjuk kepada kita mengenai masalah

18

Page 19: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

penyakit. Selain itu, dapat pula dikumpulkan keterangan mengenai efek

samping dari bahan-bahan tersebut.

10. Data kependudukan dan lingkungan. Elemen ini penting untuk

menetapkan population at risk. Faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan kependudukan dan lingkungan ini perlu selalu dipikirkan dalam

rangka analisis epidemiologis. Data atau keterangan mengenai

kependudukan dan lingkungan itu tentu harus didapat di lembaga-

lembaga non kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan

mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dicurigai

atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveilance)

atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan rutin dari sarana pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, atau laporan dari petugas

surveilans di lapangan, dan laporan dari masyarakat serta petugas

kesehatan yang lain (pasive surveilance) (Budiarto, 2002)

b. Pengolahan Data. Data yang terkumpul segera diolah, biasanya dilakukan

secara manual atau dengan komputerisasi sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan yang dimiliki.

c. Analisa dan interpretasi data. Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Analisa Deskriptif. Analisa deskriptif dilakukan berdasarkan variabel

orang, tempat, dan waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis

tentang penyakit yang sedang diamati. Visualisasi dalam bentuk grafik,

tabel, diagram yang disertai uraian atau penjelasan.

2. Analisa Analitik. Analisa analitik dilakukan dengan cara uji komparasi,

korelasi, dan regresi. Uji komparasi untuk membandingkan kejadian

penyakit pada kondisi yang berbeda. Uji korelasi untuk membuktikan

keterkaitan antara satu variabel dengna variabel lainnya. Uji regresi

untuk membuktikan pengaruh suatu variabel (kondisi) terhadap

kejadian penyakit.

Kunci keberhasilannya yaitu data lengkap, cepat, dan tahu cara

memanfaatkannya. Tahap-tahapnya meliputi coding (membuat kode-kode

dari data yang ada), editing (melengkapi dan memperjelas tulisan), entry

19

Page 20: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

(memasukkan dalam program pengolahan data), dan pengolahan secara

diskriptif dan analitik.

d. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik. Hasil analisa dan interpretasi

data selain terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk

keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarluaskan dengan jalan

dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai

umpan balik (feed back) kepada unit kesehatan pemberi laporan. Umpan

balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data

(pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah

diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up.

Sasaran penyebaran informasi adalah instansi terkait baik secara vertikal

maupun horizontal dengan tujuan untuk memperoleh kesepahaman dan

feedback dalam perumusan kebijakan. Manfaat penyebaran informasi adalah

mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feedback, tindak lanjut, dan

kesepahaman. Metode yang dapat digunakan dalam penyebaran informasi

adalah tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan

elektronik.

I. Desain Sistem Surveilans

Desain sistem surveilans merupakan tahap-tahap dalam

melaksanakan surveilans hingga menuju proses evaluasi. Desain sistem

surveilans terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Menetapkan Tujuan Surveilans

Tujuan utama epidemiologi surveilans adalah untuk memperoleh

gambaran kejadian morbiditas dan mortalitas serta kejadian peristiwa vital

secara teratur sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan

perencanaan dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,

seperti memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan

populasi, sehingga penyakit dan faktor resiko dapat terdeteksi dini dan dapat

dilakukan respon pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Menetapkan

tujuan surveilans dapat mempermudah dalam menetukan output yang

diinginkan. Contoh dari tujuan surveilans adalah deteksi dan prediksi KLB,

20

Page 21: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

evaluasi program pencegahan, memproyeksikan perencanaan pelayanan

kesehatan dan masih banyak lagi (Noor, 2008).

Menurut WHO (2002), ada lima kriteria agar surveilans efektif

dengan akronim “SMART”, yaitu:

a. Spesific. Masalah yang dihadapi harus khusus dan spesifik baik itu

rencana maupun tujuannya.

b. Measurable. Indikatornya harus dapat diukur.

c. Action-Oriented. Hasil surveilans harus berguna bagi pengambilan

kepututusan dan kebijakan terutama orientasi kepada sasaran.

d. Realistic. Sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.

e. Time frame. Mempunyai batas waktu dalam pencapaian tujuan. Tepat

waktu baik sasaran maupun rencana.

2. Mengembangkan Definisi Kasus

Definisi kasus digunakan untuk mengklasifikasikan kasus kepada

individu yang diduga mengalami penyakit. Berdasarkan tingkat

ketidakpastian diagnosis, kasus dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Kasus suspect atau tersangka

Kasus hanya berdasarkan gejala klinis. Kriterianya adalah tanda dan

gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat bukti epidemiologi, tetapi

tidak terdapat bukti laboratoriium yang menunjukan tengah atau telah

terjadi infeksi (bukti laboratorium negatif, tidak ada atau belum ada).

b. Kasus probable atau kemungkinan

Kasus suspek secara epidemiologi berhubungan dengan kasus yang

terbukti secara laboratorium. Kriterianya adalah tanda dan gejala klinis

cocok dengan penyakit, terdapat bukti epidemiologis, terdapat bukti

laboratorium yang mengarah tetapi belum pasti, yang menunjukan

tengah atau telah terjadi infeksi (misalnya bukti dari sebuah tes

serologis tunggal)

c. Kasus confirmed atau pasti

21

Page 22: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

Kasus suspek dengan hasil laboratorium positif. Kriterianya adalah

terdapat bukti pasti laboratorium (serologis, biokimia, bakteriologis,

virologist, parasitologis) bahwa tengah atau telah terjadi infeksi dengan

atau tanpa kehadiran tanda, gejala klinis atau bukti epidemiologis.

Klasifikasi kasus bersifat dinamis, bisa berubah dan direvisi selama

investigasi seiring dengan tambahan informasi baru tentang sumber, modus,

transmisi, agen etiologi (Bres, 1986).

3. Menentukan Sumber Data, Alat Pengumpul Data dan Mekanisme Laporan

Pengumpulan data merupakan tahap awal dari rangkaian kegiatan

surveilans yang paling penting untuk proses selanjutnya. Pengumpulan data

surveilans dapat secara aktif dan pasif. Pengumpulan data aktif dapat

melalui survei, penelitian, penyelidikan langsung ke lapangan (masyarakat).

Sedangkan, pengumpulan data pasif melalui laporan dari fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah dan swasta, laporan dari jajaran departemen kesehatan

yang secara aktif memonitor suatu keadaan kesehatan.

Proses pengumpulan data diperlukan formulir sebagai alat untuk

pengumpulan data. Mekanisme pelaporan dalam pengumpulan data dapat

dilakukan harian, mingguan, bulanan, atau laporan nihil. Pengumpulan data

tersebut harus mengumpulkan data-data dari berbagai sumber data. Sumber

data dalam surveilans epidemiologi merupakan sumber data atau subjek dari

mana data dapat diperoleh yang digunakan untuk kegiatan surveilans

epidemiologi. Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi

menurut Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 :

a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dati unit pelayana kesehatan

masyarakat.

b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta

laporan kantor pemerintah dan masyarakat.

c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan

dan masyarakat.

d. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit meteorologi dan geofisiska

e. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan

dan masyarakat.

22

Page 23: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

f. Data kondisi lingkungan.

g. Laporan wabah.

h. Laporan penyelidikan wabah/KLB

i. Laporan hasil penyelididkan kasus perorangan

j. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya

k. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat

diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.

l. Laporan kondisi pangan

4. Melaksanakan Analisis dan Presentasi Data

Analisis dan interpretasi data digunakan untuk keperluan kegiatan.

Data yang telah disususn dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan

dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan

tentang situasi yang ada dalam masyarakat. Analisis dapat dilakukan

berdasarkan orang, tempat dan waktu. Data yang sudah diolah kemudian

dibuat suatu tabulasi, grafik dan peta yang standard an mudah dipahami

(Noor, 2008).

5. Mengembangkan Mekanisme Umpan Balik dan Disseminasi Informasi

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki nilai

keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu

kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang

berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagaimana

mestinya. Penyebarluasan data dan informasi dilakukan dalam tiga arah

yang meliputi:

a. Ditujukan ke tingkat informasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk

menetukan kebijakan selanjutnya.

b. Dikirim kepada instansi pelapor atau ke tingkat administrasi yang lebih

rendah yang berfungsi sebagai pengumpulan dan pelopor data dalam

bentuk umpan balik.

c. Disebarluaskan kepada instansi terkait dan kepada masyarakat luas

(Noor, 2008).

6. Pembagian Tugas Surveilans

23

Page 24: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

Pembagian tugas surveilans dapat melalui pembentukan organisasi

dan staffing serta harus memasikan dalam organisasi dan staffing tersebut

tidak mempunyai beban ganda atau jabatan ganda.

7. Evaluasi Surveilans

Evaluasi data surveilans dapat digunakan untuk perencanaan

penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak

lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan

program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi atau

penilaian hasil kegiatan (Noor, 2008).

24

Page 25: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Surveilans epidemiologi adalah suatu proses pengamatan terus menerusdan

sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit serta kondisi yang

meperbesar risiko penularan dengan melakukan pengumpulan data,

pengolahan dan analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta

tindak lanjut perbaikan dan perubahan secara efektif dan efisisen.

2. Tujuan survailens epidemiologi adalah untuk memonitor trends penyakit,

mendeteksi dini outbreak, memantau kesehatan populasi, menentukan

kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi,

monitoring, dan evaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan,

mengidentifikasi kebutuhan riset.

3. Ruang lingkup penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan

adalah surveilans penyakit menular dan faktor resiko, surveilans penyakit

tidak meular dan faktor resiko, surveilans masalah gizi dan KIA, surveilans

kesehatan dan perilaku, surveilans kesehatan matra.

4. Sasaran penyelenggaran surveilans kesehatan bergantung pada ruang

lingkup dari surveilans kesehatan itu sendiri. Terbagi menjadi lima point,

yaitu:

a. Sasaran epidemiologi penyakit menular diantaranya adalah surveilans

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, surveilans ATP,

surveilans malaria, dll

b. Prioritas sasaran surveilans penyakit tidak menular adalah surveilans

hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, surveilans diabetes

mellitus, surveilans neoplasma, surveilans gangguan mental, dan lain-

lain.

c. Sureveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku adalah

surveilans saranan air bersih, surveilans tempat-tempat umum,

surveilans vektor penyakit, dan lain-lain.

25

Page 26: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

d. Prioritas sasaran dari surveilans epidemilogi masalah kesehatan adalah

surveilans gizi dan kewaspadaan pangan dan gizi, surveilans gizi lebih,

surveilans kesehatan lanjut usia, dan lain-lain.

e. Prioritas sasaran surveilans epidemiologi kesehatan matra adalah

surveilans kesehatan haji, surveilans kesehatan pelabuhan dan lintas

perbatasan, surveilans bencana dana masalah sosial, dan lain-lain.

5. Klasifikasi jenis dan pendekatan surveilans adalah surveilans epidemiologi

terpadu, surveilans epidemiologi terpadu penyakit, surveilans epidemiologi

senitinel. Surveilans berdasarkan cara mendapatkan data dibagi menjadi

dua jenis, yaitu surveilans aktif dan surveilans pasif.

6. Syarat-syarat system surveilans yang baik adalah Kesederhanaan

(simplicity), fleksibilitas (flexibility), dapat diterima (acceptability),

sensitivitas (sensitivity), nilai prediktif positif (positive predictive value),

representative (representative) dan tepat waktu.

7. Aktivitas inti surveilans adalah pendekatan kasus (case detection),

pencatatan kasus (registration), konfirmasi (confirmation), pelaporan

(reporting), analisis data (data analysis), respon segera (epidemic

preparedness), respon terencana (response and control), umpan balik

(feedback).

8. Komponen kegiatan surveilans adalah pengumpulan data, pengolahan

data, analisis dan interpretasi data, penyebarluasan informasi dan umpan

balik.

9. Desain sistem surveilans meliputi menetapkan tujuan surveilans,

mengembangkan definisi kasus, menentukan sumber data, alat pengumpul

dan mekanisme laporan, melaksanakan analisis dan presentasi data,

mengembangkan maknisme umpan balik dan diseminasi informasi,

pembagian tugas surveilans, dan evaluasi surveilans.

26

Page 27: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

Daftar Pustaka

Bres, P. 1986. Public Health Action in Emergencies Caused By Epidemics: a

Practical Guide. Am J Public Health; 97:544-48.

Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi, Edisi 2. Jakarta:EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004a. Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan dan

Penyakit.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004b. Kepmenkes tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Penyakit

Menular dan Tidak Menular Terpadu.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Giesecke, J. 2002. Modern Infectious Disease Epidemiology. London:Arnold.

Gordis, L. 2000. Epidemiology. Philadelphia, PA: WB Saunders Co.

JHU. 2006. Disaster Epidemiology. Baltimore, MD: The Johns Hopkins and IFRC

Public Health for Emergencies.

Kadun, I Nyoman. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta : CV

Infomedika.

Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Langmuir, AD. 1976. William Far: Founder of Modern Concepts of Surveillance.

Int. J. Epid. 5: 13-18.

27

Page 28: Pembahasan Surveilans Epid Sementara

McNabb, S.J., Chungong, S., dkk. 2002. BMC Public Health : Conceptual

Framework of Public Health Survellance and Action and Its

Application in Health Sector Reform. BioMed Central.

Noor, Nasri. 2008. Dasar Epidemiologi. Jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Romaguera, A. Raul, German, R.Robert & Klaucke N. Douglas, 2000.

Evaluating Public Health Surveillance in : Teutsch, M. Steven and

Churchill, E. R. ed. Principles and Practice of Public Health

Surveillance. New york : Oxford university  press pp. 176 – 193.

WHO. 1999.  WHO Recommended Surveillance Standards. The united Kingdom

of Great Britain: WHO.

WHO. 2004. WHO Comprehensive Assessment of The National Disease

Surveilans in Indonesia. Washington DC: WHO.

28