pembahasan steril (repaired) streptomisin pro injection

13
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan streptomisin sulfat. Pada umumnya streptomisin sulfat digunakan sebagai antibakterial aminoglikosida dan obat antituberkulosis. Berikut adalah struktur dari streptomisin sulfat; Secara organoleptis senyawa ini begitu mudah diidentifikasi dengan bentuknya yang bubuk berwarna putih atau agak putih, higroskopis, dari segi kelarutan sangat larut dalam air dan praktis tak larut dalam etanol. Sediaan streptomisin sulfat ini dibuat sebagai sediaan injeksi padatan karena antibiotik golongan aminoglikosida ini memiliki sifat stabilitas yang sama dengan antibiotic golongan lainnya yaitu stabil pada keadaan kering dan bersifat tidak stabil pada saat dalam bentuk larutan karena potensinya akan terus menurun, untuk tetap menjaga kestabilan streptomisin

Upload: amel-arsya-lalilu

Post on 18-Jan-2016

469 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan streptomisin sulfat.

Pada umumnya streptomisin sulfat digunakan sebagai antibakterial

aminoglikosida dan obat antituberkulosis. Berikut adalah struktur dari

streptomisin sulfat;

Secara organoleptis senyawa ini begitu mudah diidentifikasi dengan bentuknya

yang bubuk berwarna putih atau agak putih, higroskopis, dari segi kelarutan

sangat larut dalam air dan praktis tak larut dalam etanol.

Sediaan streptomisin sulfat ini dibuat sebagai sediaan injeksi padatan

karena antibiotik golongan aminoglikosida ini memiliki sifat stabilitas yang sama

dengan antibiotic golongan lainnya yaitu stabil pada keadaan kering dan bersifat

tidak stabil pada saat dalam bentuk larutan karena potensinya akan terus menurun,

untuk tetap menjaga kestabilan streptomisin sulfat hingga akan digunakan maka

dibuat sediaan injeksi bentuk keringnya sehingga pada saat penggunaanya perlu

dilarutkan terlebih dahulu. Sediaan streptomisin sulfat kali ini dibuat sebanyak 10

mL. Nilai tonisitas pun perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi in karena akan

mempengaruhi keadaan plasma dan sel darah. Tonisitas adalah suatu nilai yang

menyatakan keadaan tekanan osmosis suatu sediaan. Perhitungan tonisitas penting

karena akan mempengaruhi kerja obat dalam tubuh. Perhitungan tonisitas adalah

sebagai berikut :

Page 2: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

W = 0,52 - ∆tb . C

0,576

Jika hasil perhitungan nilai tonisitas itu bernilai 0% maka dapat dikatakan

sediaan bersifat isotonis. Jika positif maka bersifat hipotonis menyebabkan sel

darah pecah, sehingga harus dilakukan perlakuan berupa penambahan garam NaCl

sedangkan jika nilai tonisitas negatif maka maka bersifat hipertonis yang

menyebabkan penarikan cairan dari sel darah dalam tubuh sehingga menyebabkan

sel darah menyusut dan menimbulkan rasa sakit saat penginjeksian,, keadaan

hipertonis masih diperbolehkan jika tidak lebih dari 2%. Sediaan injeksi ideal

bersifat isotonis yang mana memiliki nilai tonisitas sama dengan cairan tubuh.

Pertama disiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan vial, tabung reaksi, spatel,

dan erlenmeyer. Alat yang digunakan harus steril karena supaya terbebas dari

kontaminan khususnya mikroba karena sediaan yang dibuat adalah sediaan steril,

selanjutnya adalah penyiapan bahan. Penyiapan bahan dilakukan dengan aseptis

yaitu dengan menggunakan api di dekat melakukan langkah kerja, harus aseptis

agar selama penyiapan baik bahan maupun alat yang digunakan tidak

terkontaminasi oleh mikroba sehingga mempengaruhi keamanan sediaan nantinya.

Karena sediaan dibuat 10 mL maka bahan yaitu streptomisin sulfat ditimbang

sebanyak 1 g oleh karena saat perhitungan tonisitas menghasilkan nilai W= -

0,25% maka dikatakan hipotonis sehingga perlu dilakukan penambahan NaCl.

NaCl digunakan untuk sedian injeksi karena dapat meningkatkan tonisistas dari

suatu sediaan hingga nilai tertentu sesuai dengan jumlah NaCl yang digunakan.

NaCl yang ditambahkan yaitu sebanyak 0,025 mg karena mengikuti perhitungan

tonisitas seperti berikut :

W = 0,52 - ∆tb . C = 0,52 – 0,038 . 10 = -0,25%

0,576 0,576

NaCl = 10 x 0,25 = 0,025 mg = 0,03 mg

Page 3: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

Berdasarkan perhitungan maka NaCl yang ditambahkan sebanyak 0,025

namun saat penimbangan diberikan sebanyak 0,03 mg karena keterbatasan limit

deteksi dari timbangan. Penimbangan bahan dilakukan dua kali dengan prosedur

yang sama karena akan dibuat sebanyak dua sediaan. Bahan yang sudah

ditimbang dimasukkan ke dalam vial masing-masing. Satu sediaan dalam vial

dibuat dalam bentuk injeksi padat untuk dikemas dan satu lainnya untuk

pengujian sterilitas. Sehingga sediaan (streptomisin sulfat dan NaCl) dalam vial

pengujian langsung di larutkan dalam aqua bidest sebanyak 10 mL. Prosedur

pelarutan dilakukan didalam Laminar Air Flow (LAF) agar baik zat aktif maupun

pembawanya tidak terkontaminasi mikroba saat pencampuran. Prinsip kerja LAF

adalah dengan memfilter mikroba melalui HEPA filter dengan bantuan aliran

udara konstan dan bantuan sinar UV untuk mensterilkan lingkungan LAF.

Setelah sediaan siap untuk diujikan, dibuat media untuk pengujian. Media

yang digunakan ada dua yaitu FTM dan TSB keduanya media cair sehingga

digunakan tabung reaksi untuk pengujiannya. TSB (Tryptone Soya Broth) adalah

media yang mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam

amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi

untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium

klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan

sebagai buffer untuk mempertahankan pH. FTM (Fluid Thioglycolate Medium)

media yang umum digunakan untuk uji sterilitas dan dapat digunakan secara luas

untuk mengisolasi bakteri gram positif dan negative. Media TSB dibuat dengan

cara menimbang 3 g TSB dan dilarutkan dalam 100 mL aquadest. Media FTM

dibuat dengan cara menimbang 2,98 g FTM dan dilarutkan dalam 100 mL

aquadest. Setelah dilarutkan, media disterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121o

C selama 20 menit tujuan sterilisasi media adalah untuk mencegah adanya

mikroba yang tumbuh pada media sebelum pengujian dsterilitas dilakukan. Cara

kerja dengan autoklaf yaitu dengan uap panas yang berpenetrasi pada media yang

disterilkan sehingga bakteri akan mengalami lisis karena suhu uap begitu tinggi

Page 4: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

dengan bantuan tekanan yang begitu tinggi sehingga tidak memungkinkan

mikroba untuk dapat masuk ke autoklaf ataupun media yang disterilkan.

Setelah media siap digunakan, selanjutnya disiapkan 6 tabung reaksi yang

sudah di sterilisasi. Media TSB dituang kedalam 3 tabung reaksi yang sudah di

sterilkan kurang lebih sebanyak 10 mL. Setiap tabung diberi label keterangan

yaitu TSB 1, TSB – dan TSB +. Tabung reaksi TSB 1 berisi media yang akan

diberi sediaan, dengan kata lain tabung ini akan digunakan sebagai tempat uji

sterilitas untuk sediaan obat yang telah dibuat. Tabung yang berlabel TSB –

merupakan tabung yang akan digunakan sebagai kontrol negatif. Tabung TSB –

hanya berisi media saja, tanpa ditambahkan apapun. Tabung berlabel TSB + akan

digunakan sebagai tabung untuk kontrol positif yaitu tabung yang berisi media

dan aqua bidest yang mana aqua bidest tersebut digunakan sebagai pelarut sediaan

obat yang dibuat. Tabung kontrol negatif dan positif digunakan untuk

pembanding akhir saat uji sterilitas, karena dikhawatirkan media dan aqua bidest

yang digunakan sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Begitu pun pada

media FTM, dituang masing-masing sebanyak 10 mL kedalam 3 tabung reaksi

yang berbeda dan diberi label keterangan seperti pada media TSB, yaitu FTM 1,

FTM – dan FTM +. Kegunaan masing-masing tabung sama seperti kegunaan pada

tabung yang berisi media TSB. Proses penuangan media tersebut dilakukan

secara aseptis didalam Laminar Air Flow (LAF) dan dilakukan didekat api.

Setelah media dituangkan kedalam tabung reaksi, secara aseptis sediaan didalam

vial dipindahkan kedalam tabung reaksi TSB 1 dan FTM 1 masing-masing

sebanyak 5 mL dengan menggunakan syringe. Selanjutnya tabung TSB + dan

tabung FTM + diisi aqua bidest masing-masing sebanyak 5 mL. Semua proses

tersebut dilakukan secara aseptis dan dilakukan didalam LAF.

Setelah itu, semua tabung di inkubasi didalam inkubator. Inkubasi

dilakukan untuk memberikan kondisi lingkungan yang optimal atau suhu optimal

untuk pertumbuhan hidupnya yang memberikan waktu bagi bakteri untuk tumbuh

berkembang serta melakukan aktivitas metabolismenya. Untuk tabung yang berisi

media TSB, di inkubasi didalam inkubator pada temperatur 20-25°C karena pada

Page 5: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

temperatur tersebut, mikroba pada media TSB dapat melakukan pertumbuhan dan

aktivitas metabolismenya secara optimal. Sedangkan pada media FTM, suhu

inkubasi yang digunakan yaitu pada suhu 30-35°C karena , mikroba pada media

FTM dapat melakukan pertumbuhan dan aktivitas metabolisme secara optimal

pada suhu tersebut. Inkubasi dilakukan selama 2x24 jam karena pada waktu

tersebut jumlah mikroba maksimal atau pertumbuhannya optimal setelah masa

tersebut, yang disebut dengan masa akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel

yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata.

Setelah masa inkubasi berakhir, setiap tabung reaksi diamati. 

Pada waktu 1x24 jam, dilakukan pengamatan. Pegamatan tersebut

dilakukan agar dapat dibandingkan pertumbuhan mikroba saat 1x24 jam dengan

hasil pengamatan pada waktu 2x24 jam. Berdasarkan hasil pengamatan, pada

media TSB tabung TSB 1 tidak terlihat keruh atau tidak terdapat adanya koloni

bakteri saat dibandingkan dengan kontrol negatif pun kejernihannya sama. Namun

pada tabung TSB + yaitu yang berisi media dan aqua bidest, terdapat adanya

bintik-bintik putih pada media. Bintik-bintik tersebut merupakan koloni bakteri

yang tumbuh didalam media. Adanya koloni ini dapat disebabkan mungkin karena

teknik pemindahan aqua bidest pada tabung reaksi yang berisi media tidak aseptis.

Sehingga mikroba dapat dengan mudah tumbuh didalam media tersebut. Namun

aqua bidest tetap dapat dikatakan steril karena pada tabung TSB 1 yang berisi

sediaan tidak terdapat koloni bakteri (tabung tidak keruh), padahal serbuk

streptomisin sulfat dilarutkan dalam aqua bidest. Pada tabung dengan media FTM

1, terdapat sedikit koloni mikroba pada bagian atas media. Adanya koloni ini

dapat disebabkan mungkin karena teknik pemindahan aqua bidest pada tabung

reaksi yang berisi media tidak aseptis. Sehingga mikroba dapat dengan mudah

tumbuh didalam media tersebut. Mikroba yang mengkontaminasi merupakan

bakteri aerob yang mana untuk hidupnya ia butuh oksigen, sehingga bekteri

tersebut tumbuh di bagian atas media untuk mendapatkan oksigen untuk

kelangsungan hidupnya dari luar. Namun pada tabung FTM + (tabung yang berisi

media dengan aqua bidest) jumlah koloni lebih banyak dari tabung FTM 1. Pada

Page 6: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

tabung ini, bakteri yang tumbuh tidak hanya bakteri aerob, karena pada bagian

tengah dan bawah media pun tumbuh beberapa koloni bakteri. Banyaknya

mikroba yang yang tumbuh ini disebakan karena teknik aseptis mungkin tidak

terjaga. Selain itu, perlakuan penambahan aqua bidest pada media FTM ini

dilakukan paling terakhir sehingga syringe yang digunakan untuk memindahkan

aqua bidest tersebut sudah digunakan untuk memindahkan sediaan-sediaan ke

dalam media. Sehingga dapat dikatakan bakteri-bakteri terakumulasi pada media

terakhir ini. Hal lain mungkin ini disebabkan terjadinya kontaminan yang berasal

dari alat yang digunakan, praktikan ataupun udara selama waktu pengerjaan.

Selain itu bisa juga disebabkan oleh kurangnya kecermatan dan ketelitian

praktikan baik dalam proses praktikum. Serta yang terpenting adalah

kemungkinan teknik kerja aseptis juga belum dilaksanakan secara optimal

sehingga banyak mikroba yang bukan dari sampel tumbuh di dalam media.

Pada pengamatan 2x24 jam tidak terlihat perubahan yang signifikan dari

media TSB. Sama seperti hari sebelumnya yang mana pengujian yang dilakukan

pada media ini terlihat bahwa sediaan dapat dikatakan cukup steril karena tidak

terlihat adanya koloni bakteri. Namun pada media FTM, semakin banyak bakteri

yang tumbuh. Hal ini dilihat dari kekeruhan yang terjadi dibagian permukaan

media pada tabung reaksi. Adanya perbedaan hasil pengujian sterilitas sediaan

disebabkan oleh penggunaan syringe yang digunakan berulang dimana

pemindahan sampel sediaan dari vial ke media FTM dilakukan setelah

pemindahan ke media TSB, sehingga memungkinkan bakteri terakumulasi di

media kedua ini. Selain itu mungkin adanya bakteri ini disebabkan karena teknik

aseptis kurang diperhatikan dalam pengujian ini. Kuragnya ketelitian dan kehati-

hatian pun dapat menyebabkan teknik aseptis kurang terjaga. Berdasarkan hasil

pengamatan, walaupun pada kedua media menunjukkan hasil yang berbeda,

sedian injeksi streptomisin sulfat yang dibuat dapat dikatakan steril karena pada

media TSB tidak terlihat adanya bakteri yang tumbuh, sedangkan pada media

FTM walaupun terdapat sedikit bakteri aerob yang tumbuh dipermukaan, itu dapat

disebabkan karena kesalahan saat pengerjaan, bukan dari sediaan yang dibuat.

Page 7: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

Dalam hal pengemesan sediaan juga sangatlah penting, selain menjaga

stabilitas dari isi sediaan juga memberikan informasi penting tentang sediaan baik

cara penggunaan ataupun peringatan penting tentang sediaan. Dalam hal ini

pembuatan sediian pro injeksi yang penggunaannya intra vena dan berhubungan

langsung dengan cairan tubuh khususnya darah sehingga sangat diperlukan sekali

ketelitian dalam pembuatan juga pengemasaanya, digunakan vial yang terbuat dari

kaca agar tidak ada kemungkinan terjadinya pengaruh yang diberikan oleh wadah

atau kemasan primer terhadap stabilitas sediaan. Selain itu sediaan ini juga ditutup

rapat dengan tujuan tidak ada udara ataupun mikroorganisme yang masuk dalam

sediaan yang sudah dibuat secara aseptis agar terhindar dari kontaminan.

Pembuatan sediaan ini merupakan sediaan pro injeksi yaitu dalam bentuk padatan

sehingga perlu dilakukan pelarutan dengan pelarutnya terlebih dahulu sebelum

digunakan.

Pada suatu sediaan yang sangat penting adalah brosus karena pada brosur

tercantum Komposisi obat, Indikasi, Efek samping, Peringatan – Perhatian,

Peringatan khusus (bila ada) Cara penyimpanan, Nomor izin edar/registrasi, dan

Tanda Khusus untuk obat keras/bebas terbatas /bebas. Segala yang tercantum pada

brosur sangatlah penting mulai dari komposisi obat. komposisi obat harus

dicantumkan semua sesuai formulasinya, indikasi adalah kegunaan suatu obat

terhadap suatu kondisi penyakit tertentu maka dari itu indikasi sangatlah penting

tercantum pada brosur. Kemudian peringatan dan perhatian ini tergantung pada

zat aktif sediaan obatnya, pencantuman peringatan dan perhatian dan peringatan

khusus ini sangan penting karena apabila obat yang dibuat adalah obat golongan

keras sedangkan tidak dicantumkan maka itu bernilai fatal. Kemudian cara

penyimpanan ini wajib dicantumkan karena pada dasarnya sediaan dapat rusak

pada suhu yang berbeda-beda apalagi pada suhu panas dan tidak boleh lembab

juga. Nomor izin edar/registrasi penting untuk mengetahui kapan sediaan dibuat

dan kapan sediaan kadaluarsa atau tidak boleh dikonsumsi kembali. Tanda khusus

untuk obat keras/bebas terbatas /bebas ini penting. Biasanya ada beberapa obat

yang harus menggunakan resep dokter, tidak dengan mudah dijual diapotek.

Page 8: PEMBAHASAN STERIL (Repaired) Streptomisin Pro Injection

Selain itu juga, yang perlu diperhatikan adalah konten dalam etiket

kemasan walaupun dalam dus telah tercantum keterangan yang lengkap dan pada

brosur yang juga sudah menyangkut semua informasi tentang sediaan, etiket juga

sangat diperlukan karena mungkin saja terjadi kekeliruan jika tidak diberi etiket,

dalam etiket melliputi identitas industri, ingredients atau zat aktif yang digunakan

beserta banyaknya, logo-logo penting seperti logo obat keras, harus dengan resep

dokter dan juga jumlah pelarut yang harus ditambahkan sebelum pemakaian

karena sediaan yang kita buat merupakan sediaan padat pro injeksi. Dalam etiket

haruslah jelas walaupun space nya kecil yang terpenting sudah menyangkut smua

aspek penting sediaan. Warna dan desain etiket harusnya mirip dengan dus karena

mungkin saja terjadi kekeliruan dan meyakinkan konsumen atau dokter bahwa

isinya sesuai dengan yang diinginkan.