pembahasan parameter ekstrak cair
DESCRIPTION
bafTRANSCRIPT
Setelah dihasilkan maserat yang berupa ekstrak cair. Dilakukan
standarisasi ekstrak, yaitu serangkaian parameter sehingga ekstrak sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Parameter terbagi menjadi Parameter
spesifik dan Parameter non spesifik. Parameter spesifik digunakan untuk
mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia
digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia.
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang
disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu,
kadar air, kadar larut, kadar minyak atsiri, dan penetapan susut pengeringan
(Depkes RI, 1985). Untuk ekstrak cair, hanya dilakukan beberapa parameter
spesifik, yaitu organoleptik, pola dinamolisis, dan pola kromatografi. Pertama,
uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indra. Dari
pengamatan diketahui bentuk ekstrak cair yang dingin karena pelarut yang
digunakan adalah etanol, warna hitam hingga kehijauan, bau khas daun dan
rasa yang sangat pahit dari ekstrak cair.
Kedua dilakukan pola dinamolisis yang bertujuan untuk
memberikan gambaran secara kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat
dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak memiliki pola dinamolisis yang
berbeda. Uji dinamolisis dilakukan dengan cara menuangkan sekitar 1/3
ekstrak cair ke dalam cawan petri, kemudian ditutup dengan kertas saring
bersumbu vertical yang menghubungkan cairan ekstrak dengan kertas saring.
Uji dinamolisis dilakukan selama lebih kurang 10 menit sampai dihasilkan
noda pada kertas saring, lalu diamati polanya. Berdasarkan hasil percobaan,
pola yang dimiliki oleh Gynura procumbens menunjukkan pola lingkaran
namun tidak sempurna lingkaran. Selain sebagai penyaring, kertas saring
dapat berfungsi untuk kromatografi sederhana. Dari hasil didapatkan Diameter
1(0,95 cm; warna: putih sedikit kehijauan); Diameter 2 (1,4 cm; warna: hijau
tua); Diameter 3 (8,5 cm; warna: kuning muda kehijauan) Diameter 4 (2,225
cm; warna: putih bening). Pola ini menunjukkan karakteristik dari simplisia
Gynura procumbens.
Uji parameter ketiga adalah kromatografi lapis tipis (KLT).
KLT merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang
ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel
berdasarkanperbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Mula- mula kertas silika gel dipotong dengan ukuran tertentu
(10 x 1 cm), lalu kertas tersebut ditandai dengan garis di ujung atas dan
bawah masing-masing 1 cm, lalu hasil maserat/ekstrak cair ditotolkan
diujung bawah titik. Penotolan dilakukan berulang pada tempat yang sama
dengan rentang waktu tertentu untuk menghindari kemungkinan totolan
terlalu lebar. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen
maka sampel akan semakin terbawaoleh fase gerak tersebut. fasa diam
adalah fasa yang terikat pada pendukung, yaitu silika gel. sedangkan
fasa gerak adalah fasa yang bergerak melalui fasa diam. Pengembang
yang digunakan pada metode ini adalah n-Heksan; P-Etil Asetat: P-Asam
Format (6:4:0,2) sesuai yang tertera pada Farmakope Herbal Suplemen
Indonesia. Larutan pengembang ini mampu memisahkan komponen-
komponen Gynura Procumbens. Pengembang dibiarkan didalam chamber
sampai jenuh, setelah jenuh plat KLT dimasukkan ke dalam chamber
sampai fase gerak mencapai batas atas dari plat KLT. Pengembang yang
digunakan untuk proses KLT ini bersifat non-polar. Silica gel dapat
membentuk ikatan hidrogen di permukaannya karena pada
permukaannya terikat gugus hidroksil. Oleh karenanya, silika gel
sifatnya sangat polar sementara itu, fasa gerak yang digunakan
dalam percobaan ini bersifat non-polar maka pada saat campuran
dimasukkan, senyawa-senyawa yang semakin polar akan semakin lama
tertahan di fasa stasioner, dan senyawa-senyawa yang semakin tidak
(kurang) polar akan terbawa keluar kolomlebih cepat.Setelah fasa gerak
sampai pada batas atas dari plat KLT, kemudian plattersebut dikeluarkan
dari chamber, dan dilihat dibawah sinar UV dan dihitung Rf-nya. Pada
lampu UV 254 Rf yang dihasilkan sebesar 0,975 dan 366 nm dihasilkan Rf
sebesar 0,911.