pembahasan parameter ekstrak cair

4
Setelah dihasilkan maserat yang berupa ekstrak cair. Dilakukan standarisasi ekstrak, yaitu serangkaian parameter sehingga ekstrak sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Parameter terbagi menjadi Parameter spesifik dan Parameter non spesifik. Parameter spesifik digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar larut, kadar minyak atsiri, dan penetapan susut pengeringan (Depkes RI, 1985). Untuk ekstrak cair, hanya dilakukan beberapa parameter spesifik, yaitu organoleptik, pola dinamolisis, dan pola kromatografi. Pertama, uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indra. Dari pengamatan diketahui bentuk ekstrak cair yang dingin karena pelarut yang digunakan adalah etanol, warna hitam hingga kehijauan, bau khas daun dan rasa yang sangat pahit dari ekstrak cair. Kedua dilakukan pola dinamolisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak memiliki pola

Upload: raissa-dwi-astuti

Post on 17-Feb-2016

145 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

baf

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Parameter Ekstrak Cair

Setelah dihasilkan maserat yang berupa ekstrak cair. Dilakukan

standarisasi ekstrak, yaitu serangkaian parameter sehingga ekstrak sesuai

dengan persyaratan yang berlaku. Parameter terbagi menjadi Parameter

spesifik dan Parameter non spesifik. Parameter spesifik digunakan untuk

mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia

digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia.

Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang

disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu,

kadar air, kadar larut, kadar minyak atsiri, dan penetapan susut pengeringan

(Depkes RI, 1985). Untuk ekstrak cair, hanya dilakukan beberapa parameter

spesifik, yaitu organoleptik, pola dinamolisis, dan pola kromatografi. Pertama,

uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indra. Dari

pengamatan diketahui bentuk ekstrak cair yang dingin karena pelarut yang

digunakan adalah etanol, warna hitam hingga kehijauan, bau khas daun dan

rasa yang sangat pahit dari ekstrak cair.

Kedua dilakukan pola dinamolisis yang bertujuan untuk

memberikan gambaran secara kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat

dalam ekstrak karena masing-masing ekstrak memiliki pola dinamolisis yang

berbeda. Uji dinamolisis dilakukan dengan cara menuangkan sekitar 1/3

ekstrak cair ke dalam cawan petri, kemudian ditutup dengan kertas saring

bersumbu vertical yang menghubungkan cairan ekstrak dengan kertas saring.

Uji dinamolisis dilakukan selama lebih kurang 10 menit sampai dihasilkan

noda pada kertas saring, lalu diamati polanya. Berdasarkan hasil percobaan,

pola yang dimiliki oleh Gynura procumbens menunjukkan pola lingkaran

namun tidak sempurna lingkaran. Selain sebagai penyaring, kertas saring

dapat berfungsi untuk kromatografi sederhana. Dari hasil didapatkan Diameter

1(0,95 cm; warna: putih sedikit kehijauan); Diameter 2 (1,4 cm; warna: hijau

tua); Diameter 3 (8,5 cm; warna: kuning muda kehijauan) Diameter 4 (2,225

cm; warna: putih bening). Pola ini menunjukkan karakteristik dari simplisia

Gynura procumbens.

Page 2: Pembahasan Parameter Ekstrak Cair

Uji parameter ketiga adalah kromatografi lapis tipis (KLT).

KLT merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang

ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel

berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel

berdasarkanperbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang

digunakan. Mula- mula kertas silika gel dipotong dengan ukuran tertentu

(10 x 1 cm), lalu kertas tersebut ditandai dengan garis di ujung atas dan

bawah masing-masing 1 cm, lalu hasil maserat/ekstrak cair ditotolkan

diujung bawah titik. Penotolan dilakukan berulang pada tempat yang sama

dengan rentang waktu tertentu untuk menghindari kemungkinan totolan

terlalu lebar. Larutan atau campuran larutan yang digunakan

dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen

maka sampel akan semakin terbawaoleh fase gerak tersebut. fasa diam

adalah fasa yang terikat pada pendukung, yaitu silika gel. sedangkan

fasa gerak adalah fasa yang bergerak melalui fasa diam. Pengembang

yang digunakan pada metode ini adalah n-Heksan; P-Etil Asetat: P-Asam

Format (6:4:0,2) sesuai yang tertera pada Farmakope Herbal Suplemen

Indonesia. Larutan pengembang ini mampu memisahkan komponen-

komponen Gynura Procumbens. Pengembang dibiarkan didalam chamber

sampai jenuh, setelah jenuh plat KLT dimasukkan ke dalam chamber

sampai fase gerak mencapai batas atas dari plat KLT. Pengembang yang

digunakan untuk proses KLT ini bersifat non-polar. Silica gel dapat

membentuk ikatan hidrogen di permukaannya karena pada

permukaannya terikat gugus hidroksil. Oleh karenanya, silika gel

sifatnya sangat polar sementara itu, fasa gerak yang digunakan

dalam percobaan ini bersifat non-polar maka pada saat campuran

dimasukkan, senyawa-senyawa yang semakin polar akan semakin lama

tertahan di fasa stasioner, dan senyawa-senyawa yang semakin tidak

(kurang) polar akan terbawa keluar kolomlebih cepat.Setelah fasa gerak

sampai pada batas atas dari plat KLT, kemudian plattersebut dikeluarkan

dari chamber, dan dilihat dibawah sinar UV dan dihitung Rf-nya. Pada

Page 3: Pembahasan Parameter Ekstrak Cair

lampu UV 254 Rf yang dihasilkan sebesar 0,975 dan 366 nm dihasilkan Rf

sebesar 0,911.