pembahasan kemasan, etiket, dan label

5
Pada produk farmasi, baik produk steril maupun non steril akan dibutuhkan kemasan yang berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut : 1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran. 2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk. 3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan. 4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan. 5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.

Upload: alsya-utami

Post on 01-Feb-2016

441 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Teknologi sediaan formulasi steril

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Kemasan, Etiket, Dan Label

Pada produk farmasi, baik produk steril maupun non steril akan dibutuhkan kemasan yang

berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang

memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen.

Secara garis besar fungsi pengemasan adalah sebagai berikut :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk

tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.

2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,

panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang

dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat

komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.

4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10,

1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini

penting dalam dunia perdagangan.

5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di

dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau

produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan

warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di

sekitarnya.

6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan

sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.

7. Menambah daya tarik calon pembeli.

8. Sarana informasi dan iklan.

9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).

Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan):

a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan.

Misalnya kaleng susu, botol minuman.

b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok

kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak karton untuk wadah

strip obat dan sebagainya.

Page 2: Pembahasan Kemasan, Etiket, Dan Label

c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder

atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya botol yang

sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan

setelah itu ke dalam peti kemas (Lund, 1994).

Pada kemasan primer produk steril bahan-bahan yang biasanya digunakan adalah Vial

5ml, 1m ml; Ampul 1 ml; botol tetes plastik; infusa dll. Untuk pengemasan produk steril harus

dibuat secara aseptis.

Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah yang

memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk harus steril, wadah pengemas harus steril,

lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harussteril, dan wadah pengepak yang

digunakan harus rapat untuk mencegah kontaminasi kembali selama penyimpanan. Sistem

pengemasan aseptis digunakan untuk mengemas berbagai macam produk seperti bahan pangan

dan obat-obatan. Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi

secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril

sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama.

Dalam sistem pengemasan aseptis, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah lebih

bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas akan

menghasilkan suhu tinggi pada tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karena

mikroorganisme lebih tahan di dalam uap/udara panas daripada di dalam uap jenuh. Sterilisasi

wadah menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungan karena prosesnya cepat dan

efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yang terbuat dari plastik yang

sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan karena biayanya yang mahal dan lokasinya

terbatas.

Pada praktikum, kemasan primer yang digunakan adalah vial 5 ml. Wadah ini dipilih

karena disesuaikan dengan sediaan yang akan dibuat yaitu berupa injeksi kering Streptomisin

sulfat yang berfungsi sebagai pengobatan penyakit TBC. Vial ini disterilisasi dengan oven pada

suhu 105 derajat celcius. Pembahasan sterilisasi ini sudah dibahas pada bagian awal.

Kemasan sekunder pada sediaan steril harus mencantumkan,

1. Nama dagang obat

2. Kandungan obat dan dosis

3. Aturan pemakaian, Indikasi, Kontraindikasi, Efek samping (tertera pada brosur)

Page 3: Pembahasan Kemasan, Etiket, Dan Label

4. Nomor registrasi

5. Tanggal pembuatan

6. Tanggal kadaluwarsa

7. Nama pabrik yang memproduksi

8. Tempat pabrik yang memproduksi

9. HET

10. Logo golongan obat (bebas, terbatas, keras)

11. Barcode

Sedangkan pada brosur yang harus tertera adalah: merk dagang, bentuk sediaan, kekuatan,

kemasan, komposisi, efek farmakologi, mekanisme kerja, indikasi, aturan pakai, kontraindikasi,

efek samping, interaksi obat, stabilitas penyimpanan, peringatan dan perhatian.

Pada Etiket, Sediaan ini termasuk dalam golongan obat keras oleh karena itu dicantumkan

logo obat keras. Obat keras yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan

resep dokter, yang termasuk golongan obat keras adalah antibiotic (tetrasiklin, penisilin, dll).

Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan

huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi, seperti ini:

Lalu,karena obat ini termasuk obat keras. Maka pada label dibawahnya harus ditulis dengan

tulisan “HARUS DENGAN RESEP DOKTER” berwarna merah dan border pinggir dengan

warna merah. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Daftar Pustaka

Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas

Sumatera Utara Press : Sumatera

Lund, Walter, 1994, Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press : London