pembahasan gizi

16
2.1.2 Status Gizi A. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan gizi seseorang sebagai hasil dari metabolisme dan utilitas zat- zat gizi atau zat makanan sehari- hari. Status gizi yang baik terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat- zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang optimal (Almatsier, 2010). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini kurang lebih 45 jenis zat gizi dan dikelompokan menjadi zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak dan protein serta zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Keadaan tubuh dikatakan dalam tingkat gizi optimal, jika kondisi tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002) B. Cara Penilaian Status Gizi Untuk menentukan atau menilai status gizi seseorang, suatu kelompok atau suatu masyarakat dilakukan pengukuran untuk menentukan tingkatan

Upload: novi-kemala-sari

Post on 20-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Status gizi

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Gizi

2.1.2 Status Gizi

A. Definisi Status Gizi

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang sebagai hasil dari

metabolisme dan utilitas zat- zat gizi atau zat makanan sehari- hari.

Status gizi yang baik terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat- zat

gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat yang optimal (Almatsier, 2010).

Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan

yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan. Sampai saat ini kurang lebih 45 jenis zat gizi dan

dikelompokan menjadi zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi

berupa karbohidrat, lemak dan protein serta zat gizi mikro yaitu vitamin

dan mineral. Keadaan tubuh dikatakan dalam tingkat gizi optimal, jika

kondisi tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang

tinggi (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002)

B. Cara Penilaian Status Gizi

Untuk menentukan atau menilai status gizi seseorang, suatu

kelompok atau suatu masyarakat dilakukan pengukuran untuk

menentukan tingkatan kurang gizi yang terjadi. Penilaian status gizi

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pengukuran secara langsung

dan pengukuran secara tidak langsung (Supariasa, 2002).

Menurut Supariasa (2002), Penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

a. Antropometri

Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Page 2: Pembahasan Gizi

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter antara lain : umur, berat

badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul

dan tebal lemak dibawah kulit. Beberapa indeks antropometri yang

sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB).

b. Klinis

Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan – perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ – organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara

cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda- tanda klinis umum dari kekurangan

salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau

riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian satus gizi secara biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara

Page 3: Pembahasan Gizi

faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan

gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat

digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan

adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi

menjadi tiga (Supariasa, 2002), yaitu :

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di

konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan

dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan

penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai

bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi

masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti

Page 4: Pembahasan Gizi

iklim, tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi

dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di

suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi.

C. Jenis dan Parameter Status Gizi

Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku

(reference). Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia

adalah baku World Health Organization – National Centre for Health

Stastics (WHO-NCHS) sesuai rekomendasi pakar gizi dalam

pertemuannya di Bogor tahun 2000. Selain itu juga dapat digunakan

baku rujukan yang dibuat oleh Departeman Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI membuat baku rujukan penilaian status gizi

anak balita yang terpisah antara anak laki-laki dan perempuan.

Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan baku WHO-NCHS

dengan baku Harvard. Baku rujukan penilaian status gizi menurut

Depkes RI terlampir dalam lampiran.

Parameter antropometri untuk penilaian status gizi

berdasarkan parameter :

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status

gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi

status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan

maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti

bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Kesalahan yang sering muncul adalah adanya

kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti

1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan

umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya

adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari.

Page 5: Pembahasan Gizi

Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya

sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,

2004).

Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang

berhubungan dengan umur :

1) Berat Badan

Umur 1 – 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)

Usia 7 – 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3

Umur 1- 6 tahun = 2n + 8

2) Tinggi badan

Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir

Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan

dengan NCHS adalah :

1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NCHS.

2) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO –

NCHS.

3) Gizi buruk jika BB menurut umur ≤ 60% standart WHO - NCHS

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang

memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan

tubuh. Berat badan merupakan pengukuran yang

terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan

untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau

tidak (Supariasa,et all, 2001).

Page 6: Pembahasan Gizi

Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan

semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot,

lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk

melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat

karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan

(Soetjiningsih 1998).

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U

(Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian

dengam melihat perubahan berat badan pada saat

pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya

memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling

banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur,

tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan

perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias

Abunain, 1990) dalam Atmarita, Soendoro, T. Jahari, AB.

Trihono dan Tilden, R. (2009).

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada

pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan

cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi

atau tumbuh kembang anak. Selain menilai berdasarkan

status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga

dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan

makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

Interpretasi :

1) BB/U < dipetakan pada kurva berat badan :

a) BB< sentil ke-10 : disebut defisit

b) BB>sentil ke-90 : disebut kelebihan

Page 7: Pembahasan Gizi

2) BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase:

>120% : disebut gizi lebih

80-120% : disebut gizi baik

60-80%: - tanpa edema : gizi kurang

- dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor)

< 60% : - tanpa edema : marasmus

- dengan edema : marasmus- kwashiorkor

Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan BB dihitung sebagai berikut (BB saat ini/BB semula)x 100%.

1) 85-95% : kehilangan BB ringan (5-15%)

2) 75-84% : kehilangan BB sedang (16-25%

3) <75% : kehilangan BB berat (>25%

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering

digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi

masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode

antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi (Supariasa, 2002).

Menurut standar kesehatan penentuan status gizi, status gizi tidak

lagi menggunakan persen terhadap median, melainkan nilai Z- score pada

Baku WHO- NCHS. Secara umum klasifikasi status gizi balita yang

digunakan secara resmi adalah seperti Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Klasifikasi Status Gizi Anak di Bawah Lima Tahun (Balita).

INDEKS Status Gizi Ambang Batas

Berat Badan

menurut Umur

(BB/U)

Gizi Lebih >+2 SD

Gizi Baik >= -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang <-2 SD sampai >= -3 SD

Gizi Buruk <-3 SD

Tinggi Badan Normal >= -2 SD

Page 8: Pembahasan Gizi

menurut Umur

(TB/U) Pendek (Stunted) <-2 SD

Berat Badan

menurut Tinggi

Badan (BB/TB)

Gemuk >+2 SD

Normal >=-2 SD sampai +2 SD

Kurus (Wasted) <-2 SD sampai >= -3 SD

Kurus sekali <-3 SD

Sumber : Depkes RI, 2004

Keterangan : SD = Standard Deviasi

C. Gizi terhadap Imunitas

Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau

menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang berpotensi

merugikan, mempertahankan tubuh dari patogen invasif

(mikroorganisme penyebab penyakit misalnya bakteri dan virus),

menyingkirkan sel dan jaringan yang rusak oleh trauma atau penyakit,

memudahkan jalan untuk penyembuhan luka dan memperbaiki jaringan

(Sherwood, 2002).

Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir,

silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan

terhadap infeksi. Udara yang dihirup mengandung banyak mikroba,

biasanya berupa bakteri dan virus. Sekret di permukaan mukosa

mengandung enzim dekstruktif seperti lisozim yang menghancurkan

dinding sel bakteri. IgA juga merupakan pertahanan permukaan

mukosa, memusnakan banyak bakteri dengan memusnakan dinding

selnya (Baratawidjaja, 2010)

Imunoglobulin A banyak ditemukan pada permukaan mukosa

saluran cerna dan saluran nafas. Dua molekul imunoglobulin A

bergabung dengan komponen sekretori membentuk IgA sekretori

(sIgA). Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman

Page 9: Pembahasan Gizi

patogen pada dinding mukosa dan menghambat perkembangbiakan

kuman di dalam saluran cerna serta saluran nafas (Baratawidjaja, 2010).

Gangguan pada berbagai aspek imunitas, termasuk fagositosis,

respons proliferasi sel ke mitogen, serta produksi T- lymphocyte dan

sitokin telah ditemukan pada kondisi kekurangan gizi (Siagian, 2006).

Infeksi berat dapat memperburuk keadaan gizi. Sebaliknya malnutrisi,

walaupun ringan berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh

terhadap infeksi. Kedua- duanya bekerja sinergistik, maka malnutrisi

bersama – sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih

besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi

secara sendiri – sendiri (Pudjiadi, 2001).

D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan

UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi

beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita,

baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok

masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi

nasional (Depkes RI, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang

mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya

disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.

Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama

merupakan penyebab kurang gizi.

b. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam

jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah

kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan

Page 10: Pembahasan Gizi

dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan

sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana

pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Faktor-faktor tersebut sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan semakin baik tingkat ketahanan

pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga

makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan

pangan keluarga juga berkaitan dengan ketersediaan pangan, harga

pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan

.

E. Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi bakteri, virus dan

jamur. Namun, penyakit pneumonia yang disebabkan karena jamur

sangat jarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% penyakit

pneumonia disebabkan oleh bakteri. Berbagai faktor risiko yang

meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian karena

pneumonia salah satunya status gizi (Kartasasmita, 2010)

Asupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk kejadian dan

kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan. Perbaikan gizi

seperti pemberian ASI ekslusif dan pemberian mikro-nutrien bisa

membantu pencegahan penyakit pada anak (Kartasasmita, 2010).

Menurut Scrimshaw et al (1959) cit. dalam Supariasa, Bakri, &

fajar (2001) menyatakan ada hubungan yang sangat erat antara infeksi

(bakteri, virus, dan parasit) dan malnutrisi. Mereka menekan interaksi

yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga

infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.

Page 11: Pembahasan Gizi

Menurut penelitian Achmad Gozali (2010) membuktikan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan klasifikasi

pneumonia di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.

Balita yang pneumonia lebih banyak pada anak yang status gizi kurang

dan buruk.