pembahasan batua non fragmental

Upload: heirbintang

Post on 06-Mar-2016

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pembahasan Batua Non Fragmental

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

Pada tanggal 12 Oktober 2015 telah dilaksanakan pendahuluan praktikum petrologi acara batuan beku fragmental. Batuan beku fragmental merupakan batuan beku yang langsung terbentuk dari hasil erupsi material letusan gunungapi. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yang dilakukan pada tanggal 12, 17 Oktober 2015. Pengamatan dilakukan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi yang mengamati sayatan tipis batuan. Dari pengamatan secara mikroskopis diperoleh deskripsi tekstur umum, tekstur khusus, komposisi mineral serta persentase kristal, lithik, dan vitrik yang dapat digunakan untuk penamaan batuan beku fragmental menggunakan klasifikasi Mac Donald 1972, WTG 1954, dan Pettijohn 1975. Sayatan batuan yang diamati antara lain PR 07, DAYAT, PR 01, R 13 1 L, PR 11, TW 04.

2.1Sayatan Batuan Nomor PR 07Sayatan batuan nomor PR 07 termasuk dalam jenis batuan beku fragmental yang terbentuk dari material hasil erupsi gunungapi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop polarisasi dengan perbesaran 4 kali. Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis terhadap sayatan tipis, sayatan ini didominasi oleh material gelasan sehingga disebut vitrofirik, tesktur vitrovirik yang berarti pada sayatan ini memiliki massa dasar yang berupa gelasan, namun pada sayatan ini juga terdapat fenokris berupa mineral kuarsa, namun mineral kuarsa ini memiliki banyak pecahan sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dalam waktu yang tidak terlalu lama namun telah terjadi proses rombakan mineral yang menyebabkan kerusakan pada fenokrisnya. Kemungkinan fenokrisnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat setelah proses erupsi berlangsung, sehingga mineral yang terbentuk belum sempurna. Kristal-kristalnya memiliki ukuran kurang dari 0,25 mm yang dapat dikarenakan proses kristalisasi yang belum maksimal. Selain itu sayatan ini juga memiliki tekstur khusus nonwelded yang menunjukan bahwa pada sayata ini tidak terdapat orientasi mineral (arah) sehingga dari tekstur dan ukurannya yang sangat halus dapat diinterpretasikan bahwa batuan memiliki tipe endapan piroklastik jatuhan dimana piroklastik jatuhan ini merupakan piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan tersuspensi, yang selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk endapan piroklastik. Tipe endapan ini menghasilkan endapan dengan sortasi yang bagus. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari hasil erupsi magma yang bersifat asam, dimana magma asam ini memiliki viskositas yang tinggi sehingga akan menghasilkan ledakan yang eksplosif yang mengeluarkan material piroklastik.Sayatan batuan PR 07 memiliki komposisi mineral berupa mineral pertama dengan sifat optik berupa warna colourless, relief rendah, terdapat pecahan, gelapan bergelombang berdasarkan sifat optik tersebut mineral ini merupakan mineral kuarsa. Adanya pecahan pada mineral kuarsa ini dapat disebabkan waktu pembentukan yang relatif singkat sehingga mineral yang dihasilkan tidak sempurna. Selain itu juga terdapat material berwarna colourless, memiliki relief rendah, dengan kenampakan pada saat XPL berwarna hitam dan pada saat bajikuarsa memiliki kenampakan warna merah jambu, dari sifatnya tersebut, material ini digolongkan dalam gelasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan ini terdiri dari 31,67% kristal dan 68,33% gelasan.Berdasarkan tekstur yang diperoleh serta komposisi mineralnya, dapat diperkirakan bahwa sayatan batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat asam, hal ini karena magma yang bersifat asam akan menghasilkan letusan yang eksplosif karena memiliki viskositas yang tinggi. Serta tipe pengendapan jatuhan karena didominasi material berukuran halus yang berarti memiliki sortasi yang baik serta tidak menunjukkan adanya orientasi mineral. Pada tipe pengendapan jatuhan, material yang dihasilkan cenderung menghasilkan suatu gradasi karena pada tipe pengendapan ini material terendapkan sesuai dengan massa serta gaya berat yang mempengaruhinya. Berdasarkan klasifikasi Mac Donald 1972 batuan ini terbentuk dari lava atau piroklastik yang terdapat pada kerusut vulkanik sehingga termasuk Accessor . Berdasarkan klasifikasi Williams, Turner dan Gilbert 1954, batuan ini didominasi oleh material gelasan sehingga termasuk Vitric tuff. Berdasarkan klasifikasi Pettijohn 1975 batuan ini mengandung material gelasan lebih dari 50% sehingga termasuk Vitric crystal tuff. Maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk pada zona medial yang memiliki jarak yang jauh dari pusat erupsi sehingga lebih banyak didominasi oleh material berukuran halus, sehingga memiliki litologi penciri berupa lahar dan tuff.

Gambar 1. Fasies Gunung Api