pematahan dormansi dan respon pertumbuhan bibit … · bibit kaliandra (calliandra calothyrsus...
TRANSCRIPT
PEMATAHAN DORMANSI DAN RESPON PERTUMBUHAN
BIBIT KALIANDRA (Calliandra calothyrsus Meissn.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK DAN KOMPOSISI MEDIA
MERLIN DIANTI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pematahan Dormansi
dan Respon Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.)
terhadap Pemberian Pupuk dan Komposisi Media adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Merlin Dianti
NIM E44120051
ABSTRAK
MERLIN DIANTI. Pematahan Dormansi dan Respon Pertumbuhan Bibit
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) terhadap Pemberian Pupuk dan
Komposisi Media. Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO.
Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan jenis tanaman yang dapat
digunakan sebagai alternatif bahan baku energi yang dapat diperbarui dan mudah
dimanfaatkan. Pertumbuhan awal tanaman kaliandra cenderung lambat akan tetapi
pertumbuhan selanjutnya sangat cepat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
respon pertumbuhan bibit kaliandra (C. calothyrsus) terhadap penggunaan
komposisi media dan pemberian berbagai jenis pupuk. Perlakuan benih yang
direndam dengan air biasa selama 24 jam merupakan perlakuan yang memiliki daya
berkecambah paling besar. Perlakuan perendaman benih kaliandra dengan suhu 980
C dapat menurunkan daya berkecambah benih. Pemberian pupuk NPK sebanyak 1
gram dan biourine sapi 20% pada media tanah+arang sekam mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman kaliandra karena memberikan respon yang paling baik
terhadap tinggi, diameter dan kekokohan bibit kaliandra. Pemberian biourine 20%
mampu menggantikan penggunaan pupuk NPK. Media tanah+arang sekam (4:1)
merupakan media yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan bibit kaliandra.
Kata kunci: biourine, Calliandra calothyrsus, dormansi, pupuk NPK
ABSTRACT
MERLIN DIANTI. Dormancy Breaking and Growth Response of Kaliandra
(Calliandra calothyrsus Meissn.) Seeds to Fertilizers and Media Composition.
Supervised by ANDI SUKENDRO.
Kaliandra (Calliandra calothyrsus) is a species of plant that can be used as
an alternative raw material for renewable energy. The initial growth of kaliandra
tends to grow slowly, and become more faster in the next growth period. The aim
of the experiment is to know the dormancy breaking of kaliandra seed and response
of the seeds applied with fertilizer and various media composition. The result
showed that kaliandra seeds with water soaked treatment for 24 hours has the best
germination capability. Seeds soaked treatment in temperature 98oC can reduce the
germination capability. Application NPK 1 gram and biourine 20% on media
soil+husk charcoal was able to increase the growth of kaliandra because it showed
the best response on height, diameter and rigidness of kaliandra seeds. The
aplication of biourine 20% can replace NPK fertilizer. Media soil+husk charcoal
(4:1) is the most used for the growth of seeds kaliandra.
Key word: biourine, Calliandra calothyrsus, dormancy, NPK fertilizer
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
PEMATAHAN DORMANSI DAN RESPON PERTUMBUHAN
BIBIT KALIANDRA (Calliandra calothyrsus Meissn.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK DAN KOMPOSISI MEDIA
MERLIN DIANTI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah dormansi benih dan respon pertumbuhan tanaman, dengan judul
Pematahan Dormansi dan Respon Pertumbuhan Bibit Kaliandra (Calliandra
calothyrsus Meissn.) terhadap Pemberian Pupuk dan Komposisi Media.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Andi Sukendro, MSi selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran ataupun masukan kepada penulis
demi kelancaran penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya. Selain itu kepada Kak Nok Nurjannah, teman-teman Silvikultur 49,
Silvi, Kareena, teman-teman SHut in Progress dan teman-teman Asbunawa penulis
ucapkan terima kasih atas doa, motivasi dan juga kebersamaan kalian selama ini.
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa secara khusus dan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan ini secara
umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Oktober 2016
Merlin Dianti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Kerja 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.) 4
Pematahan Dormansi Benih Kaliandra 5
Pengaruh Komposisi Media dan Pemberian Pupuk terhadap Tinggi dan
Diameter Bibit Kaliandra 7
Kekokohan Bibit Kaliandra 12
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman
terhadap daya berkecambah benih kaliandra 6 2 Hasil uji Duncan pengaruh suhu dan waktu perendaman benih terhadap
daya berkecambah benih kaliandra 6 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi
media terhadap peubah bibit kaliandra umur 3 bulan 8
4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi
media tanam terhadap pertumbuhan tinggi bibit kaliandra umur 3 bulan
8 5 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi
media tanam terhadap pertumbuhan diameter bibit kaliandra umur 3
bulan 9 6 Hasil analisis kandungan unsur hara, air dan pH biourine sapi 11 7 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dengan komposisi media
tanam terhadap kekokohan bibit kaliandra 12
DAFTAR GAMBAR
1 Penampakan a) tanaman; b) bunga; dan c) biji kaliandra 5
2 Serangan penyakit lodoh pada semai kaliandra 7 3 Bibit kaliandra umur 3 bulan a) tanah+arang (TA); b)tanah+kompos
(TK); c) tanah+kompos+arang (TKA); dan d) tanah 9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil sidik ragam setiap parameter pengamatan 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya
peningkatan industri secara nyata yang diikuti pula dengan peningkatan kebutuhan
energi. Saat ini sebagian besar bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar
yang berasal dari fosil yang jumlahnya semakin lama semakin sedikit. Oleh karena
itu diperlukan alternatif bahan baku energi yang dapat diperbarui dan mudah
dimanfaatkan. Salah satunya adalah tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus)
yang dapat menghasilkan bahan baku energi secara cepat dan berkualitas untuk
produksi wood pellet karena mampu menghasilkan kalor yang tinggi yaitu sebesar
4.7 kkal (Kementerian Kehutanan dan ICCTF 2014).
Kaliandra merupakan jenis tanaman energi yang cocok tumbuh di lahan
kritis, selain itu kaliandra juga mampu menyuburkan tanah (Kementerian
Kehutanan dan ICCTF 2014). Keuntungan menanam kaliandra untuk produksi
kayu energi adalah pemanenannya dapat dilakukan secara berulang sehingga tidak
perlu menanam kaliandra yang baru setelah pemanenan. Produksi biomassa
kaliandra cukup tinggi terutama di areal dengan ketinggian >800 mdpl, akan tetapi
kaliandra juga mampu tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 250 mdpl.
Produktivitas tanaman kaliandra umur 2.5 tahun ialah sebesar 5-20 m3/ha (Hendrati
dan Hidayati 2014).
Pertumbuhan awal tanaman kaliandra cenderung lambat akan tetapi
pertumbuhan selanjutnya sangat cepat (Kementerian Kehutanan dan ICCTF 2013).
Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman kaliandra muda. Penggunaan media tanam yang tepat
merupakan hal yang perlu diperhatikan karena media tanam merupakan tempat
tanaman menyerap unsur hara selama tanaman belum mencapai usia yang siap
untuk di tanam di lapang (Pramono dan Kurniaty 2015).
Penggunaan pupuk kimia banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tanaman, akan tetapi penerapan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
kemunduran sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu cara untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pupuk organik cair seperti
biourine. Biourine adalah urin yang diambil dari ternak umumnya ruminansia
seperti sapi, kambing, kerbau dan kelinci dengan terlebih dahulu difermentasi
sebelum digunakan. Bahan organik yang terdapat dalam biourine mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dharmayanti et al. 2013). Salah
satu jenis urin ruminansia yang dapat digunakan sebagai biourine adalah sapi. Sapi
merupakan hewan ternak yang banyak dikembangkan baik untuk sapi pedaging
ataupun sapi perah. Oleh karena hal tersebut diperlukan penelitian untuk
meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan tanaman muda kaliandra dengan
penggunaan pupuk dan komposisi media yang tepat.
2
Tujuan Penelitian
eeeePenelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit
kaliandra (C. calothyrsus) terhadap pemberian berbagai jenis pupuk dan komposisi
media yang tepat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penggunaan jenis pupuk yang tepat dan pemilihan media yang tepat untuk
pertumbuhan bibit kaliandra (C. calothyrsus) sehingga dapat digunakan sebagai
rekomendasi dalam upaya meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Insitut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei
sampai Agustus 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah, arang sekam,
kompos, pupuk NPK mutiara 16:16:16, urin sapi, dan benih kaliandra merah.
Peralatan yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah termometer,
karung, polybag, timbangan digital, alat tulis, caliper, label, cangkul, sprayer,
ember, gelas ukur, corong, kamera digital, alat tulis, dan laptop dengan aplikasi
Microsoft Excel dan aplikasi SAS 9.1.3 portable.
Prosedur Kerja
Pematahan dormansi
Pematahan dormansi benih kaliandra dilakukan dengan cara perendaman
benih pada suhu 700 C, 800 C, 900 C, dan 980 C selama 30, 60 dan 90 detik pada
setiap perlakuan suhu dan terdapat perlakuan kontrol yaitu benih yang tidak
dilakukan perendaman dengan air panas. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga
kali. Selanjutnya benih direndam dengan air biasa selama 24 jam. Selanjutnya benih
ditanam pada bak kecambah dengan media tanam tanah, kompos dan arang sekam
dengan perbandingan tanah sebanyak 45%, kompos 45%, dan arang sekam 10%.
Pembuatan biourine sapi Biourine sapi dibuat dengan melakukan fermentasi urin sapi selama 7 hari
dengan campuran air dan pada tingkat konsentrasi urin sebanyak 0%, 10% dan 20%.
3
Pemberian biourine Pemupukan dilakukan dengan menggunakan biourine sapi dengan
konsentrasi yang berbeda. Biourine diaplikasikan 1 kali dalam 4 minggu selama 13
minggu waktu penelitian, pemupukan ini dilakukan dengan cara menyiramkan
pupuk di samping tanaman.
Pembuatan media tanam
Media tanam dibuat dengan empat komposisi yang berbeda yaitu media
tanam pertama dengan tanah saja, media kedua dengan komposisi tanah+arang
dengan perbandingan 4:1, media ketiga tanah+kompos dengan perbandingan 1:1
dan media keempat tanah+kompos+arang sekam dengan perbandingan 2:2:1.
Media tersebut kemudian disterilkan dengan cara dijemur selama tiga hari.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag berukuran 15 cm x 20 cm.
Penyapihan
Penyapihan dilakukan dengan memindahkan semai kaliandra yang
memiliki tinggi 3-4 cm ke dalam polybag yang telah diberi label sesuai dengan
perlakuan yang akan diberikan. Penyapihan dilakukan pada pagi hari untuk
mengurangi penguapan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan untuk memberikan kondisi yang baik bagi tanaman
kaliandra dalam proses pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan yaitu penyiraman,
penyiangan dan pengendalian hama serta penyakit. Penyiraman dilakukan 1 kali
sehari yaitu pagi atau sore. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apa bila
terjadi serangan hama atau penyakit.
Pengamatan
Pengamatan akan dilakukan terhadap peubah sebagai berikut:
Daya berkecambah. Pengukuran daya berkecambah benih dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut
Daya Kecambah =jumlah kecambah normal
jumlah benih yang ditanam× 100%
Tinggi bibit. Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah penyapihan, tinggi diukur
setiap minggu selama 13 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
mistar mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai.
Diameter bibit. Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan
kaliper, diukur pada 1 cm dari pangkal batang Pengukuran dilakukan setiap minggu
selama 13 minggu.
Kekokohan bibit. Kekokohan bibit diamati pada akhir pengamatan dengan
membandingkan tinggi tanaman (cm) dengan diameter tanaman (cm).
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan 8 ulangan. Faktor
perlakuan pertama adalah jenis pupuk dan faktor kedua adalah komposisi media.
4
Faktor pupuk P1= biourine sapi 0%; P2= NPK 1 gram/ tanaman; P3= biourine sapi
10%; P4= biourine sapi20%. Faktor komposisi media tanam M1 = tanah;
M2= tanah+arang sekam (4:1); M3= tanah+kompos (1:1) dan
M4= tanah+kompos+arang sekam (2:2:1).
Model rancangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut (Mattjik dan
Sumertajaya 2013):
Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada pemberian jenis pupuk ke-i dan komposisi media
tanam ke-j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh pemberian jenis pupuk ke-i
βj = Pengaruh komposisi media tanam ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi pemberian jenis pupuk ke-i serta komposisi media
tanam ke-j
εij = Galat percobaan
Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excell dan software
SAS 9.1.3 portable. Jika P-value > α (0.05) maka perlakuan tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada peubah yang diamati. Jika P-value < α (0.05)
maka perlakuan memberikan pengaruh yang bebeda nyata pada peubah yang
diamati. Uji Duncan dilakukan setelah analisis keragaman berpengaruh nyata. Uji
tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn.)
Kaliandar (C. calothyrsus) adalah tanaman dengan habitus perdu dengan
tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Kulit batang
berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil. Sistem perakarannya
terdiri dari beberapa akar tunggang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya
sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Kaliandra berdaun
majemuk dengan panjang daun utama mencapai 20 cm dan lebar mencapai 15 cm.
Musim berbunga kaliandra di Indonesia sangat bervariasi antara daerah, puncaknya
berlangsung antara bulan Januari dan April. Polong berbentuk lurus dan berwarna
agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang
pipih (Stewart et al. 2001). Penampakan tanaman, bunga, polong dan biji kaliandra
dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi tanaman kaliandra menurut Benson (1976)
dalam Yuliani (2007) adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Fabaceae
5
Sub-famili : Mimosoidae
Genus : Calliandra
Spesies : Calliandra calothyrus Meissn.
Gambar 1 Penampakan a) tanaman; b) bunga; dan c) biji kaliandra
Kaliandra berasal dari Amerika Tengah dan Selatan khususnya Meksiko,
Suriname dan hampir seluruh kepulauan Karibia. Kaliandra di Meksiko dan
Amerika tumbuh di berbagai habitat pada ketinggian sampai 1860 m dari
permukaan laut. Kaliandra dapat hidup pada daerah dengan curah hujan antara
1000-4000 mm per tahun, terkadang juga ditemukan pada daerah dengan curah
hujan 800 mm per tahun. Kaliandra tumbuh di daerah dengan suhu minimum
tahunan 18-22° C. Kaliandra dapat hidup pada berbagai jenis tanah mulai dari tanah
vulkanik dalam, alluvial sampai tanah lempung pasiran yang tererosi. Kaliandra
merupakan jenis tanaman intoleran dan tahan terhadap tanah yang agak masam
dengan pH 4.5 akan tetapi tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan
yang tergenang secara teratur. Di Indonesia kaliandra dapat ditemukan pada
ketinggian >250 mdpl, akan tetapi kaliandra akan tumbuh baik pada pada
ketinggian >800 mdpl sampai dengan 1700 mdpl (Hendrati dan Hidayati 2014).
Manfaat dari kaliandra diantaranya yaitu untuk kayu energi, pulp, kayu
bakar, pakan ternak, pengontrol erosi, perbaikan tanah karena kemampuannya
mengikat nitrogen dan memproduksi serasah serta penahan api. Kaliandra berbunga
sepanjang tahun sehingga dapat digunakan sebagai sumber nektar bagi lebah
(Hendrati dan Hidayati 2014). Tanaman yang ditanam di lereng bukit sepanjang
garis kontur dapat menahan tanah dan membentuk teras alami (Stewart et al. 2001).
Pematahan Dormansi Benih Kaliandra
Dormansi benih adalah kondisi benih yang hidup tidak dapat berkecambah
meskipun berada pada kondisi lingkungan yang mendukung untuk benih tersebut
berkecambah (Widajati et al. 2013). Kulit benih yang keras merupakan mekanisme
dormansi yang terjadi pada benih legum. Kulit benih yang keras pada benih legum
menyebabkan kulit benih kedap terhadap air (Gardner et al. 2008). Dormansi pada
a
b
c
6
benih kaliandra tergolong ke dalam dormansi fisik karena benih kaliandra memiliki
kulit benih yang keras. Pematahan dormansi fisik yang terjadi pada benih kaliandra
dapat dilakukan dengan perendaman dengan air panas. Perlakuan perendaman
bertujuan untuk meningkatkan kecepatan proses perkecambahan melalui proses
imbibisi (Pancaningtyas et al. 2014). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kaliandra berpengaruh nyata terhadap
daya berkecambah benih akan tetapi interaksi antara suhu dan waktu tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih (Tabel 1).
Perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kaliandra yang memberikan pengaruh
nyata terhadap daya berkecambah selanjutnya dilakukan uji Duncan (Tabel 2).
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman
terhadap daya berkecambah benih kaliandra
Peubah Perlakuan
Suhu Waktu Suhu + waktu
Daya berkecambah <.0001* 0.0029*
0.0930tn
* = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value)
< 0.05 (α).
tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (P-
value) > 0.05 (α).
Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh suhu dan waktu perendaman benih terhadap
daya berkecambah benih kaliandra
Perlakuan Daya berkecambah (%)
S1 (kontrol) 57.33a
S2 (700 C) 47.11ab
S3 (800 C) 39.11bc
S4 (900 C) 21.56c
S5 (980 C) 11.11d
W1 (kontrol) 57.33a
W2 (30’) 36.67b
W3 (90’) 34.67b
W4 (60’) 25.67b
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%
Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa benih yang tidak dilakukan
perendaman dengan air panas memiliki daya berkecambah yang paling tinggi yaitu
57.33%. Hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan benih yang dilakukan
perendaman dengan air panas 700 C yaitu sebesar 47.11%. Perendaman benih
kaliandra pada suhu 980 C memberikan hasil persentase daya berkecambah paling
rendah yaitu sebesar 11.11%. Benih kaliandra yang diberi perlakuan perendaman
selama 30, 60 dan 90 detik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap daya berkecambah benih kaliandra. Benih kaliandra yang langsung
direndam dengan air biasa selama 24 jam tanpa perlakuan perendaman dengan air
panas memberikan hasil rata-rata daya berkecambah yang paling tinggi yaitu
57.33%.
7
Nilai daya berkecambah yang lebih tinggi pada perlakuan benih tanpa
perendaman dengan air panas diduga karena sebelumnya kulit benih tersebut sudah
retak atau terdapat lubang kecil yang menyebabkan kulit menjadi tidak kedap
terhadap air. Retaknya kulit benih menyebabkan air lebih mudah masuk ke dalam
benih sehingga proses imbibisi berjalan dengan cepat. Imbibisi merupakan proses
awal perkecambahan benih yaitu masuknya air ke dalam benih sehingga kadar air
benih mencapai persentase tertentu (50-60 %). Apabila air sudah dapat masuk ke
dalam benih maka proses perkecambahan akan segera terjadi karena akan terjadi
peningkatan laju respirasi benih (Pancaningtyas et al. 2014)
Perlakuan perendaman benih pada suhu air 980 C menyebabkan penurunan
daya berkecambah benih kaliandra. Menurut Situmeang et al. (2014) suhu yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya proses perkecambahan bahkan
dapat mengakibatkan kematian terhadap embrio benih. Oleh karena itu dalam
mengecambahkan benih sebaiknya tidak menggunakan suhu yang terlalu tinggi.
Terjadinya serangan penyakit lodoh (Gambar 2) pada semai kaliandra juga
menyebabkan daya berkecambah menjadi menurun. Serangan lodoh menyebabkan
benih yang akan mulai berkecambah tumbuh tidak normal dan membusuk. Penyakit
lodoh disebabkan oleh sejumlah fungi penghuni tanah seperti Fusarium spp.,
Rhizoctonia solani, dan Pythium spp., Phytophthora spp., Botrytis cinerea,
Cylindrocarpon sp., Sclerotium sp., dan Pestalozia sp. (Boyce 1961 dalam Achmad
1999).
Gambar 2 Serangan penyakit lodoh pada semai kaliandra
Daya berkecambah benih kaliandra yang hanya mencapai 57.33% diduga
disebabakan karena benih yang digunakan dalam penelitian merupakan benih yang
telah disimpan selama 1 tahun dalam suhu kamar (300 C). Menurut Rahayu dan
Widajati (2007) viabilitas benih umumnya akan mengalami penurunan setelah
melewati masa penyimpanan. Penyimpanan benih pada suhu kamar memiliki rata-
rata kadar air yang lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan pada ruang AC
dan kulkas. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan kadar air benih.
Pengaruh Komposisi Media dan Pemberian Pupuk terhadap Tinggi dan
Diameter Bibit Kaliandra
Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan komposisi
media, pemberian pupuk dan interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi dan diameter bibit kaliandra. Perlakuan komposisi media dan jenis
pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap kekokohan bibit, akan tetapi interaksi
8
keduanya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Pengaruh interaksi jenis
pupuk dan komposisi media yang memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra maka dilanjutkan dengan uji
Duncan (Tabel 4 dan Tabel 5).
Tabel 3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi
media terhadap peubah bibit kaliandra umur 3 bulan
Peubah Perlakuan
Jenis pupuk Media tanam Jenis pupuk + media tanam
Diameter (cm) <.0001* <.0001* 0.0233*
Tinggi (cm) <.0001* <.0001* 0.0048*
Kekokohan bibit 0.0016* 0.0009* 0.6484tn
* = Perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value)
< 0.05 (α).
tn = Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 % dengan nilai signifikan (P-
value) > 0.05 (α).
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media
tanam terhadap pertumbuhan tinggi bibit kaliandra umur 3 bulan
Perlakuan Tinggi rata-rata (cm)
M2P3(ta+urin 20%) 54.30a
M2P2(ta+NPK) 53.50a
M1P2(tanah+NPK) 37.40b
M2P4(ta+urin 10%) 31.30bc
M3P3(tk+urin20%) 27.70bcd
M4P2(tka+NPK) 22.90bcde
M1P3(tanah+urin20) 21.30cde
M3P2(tk+NPK) 20.30cde
M4P3(tka+urin 20%) 19.80cde
M1P4(tanah+urin 10%) 19.60cde
M4P4(tka+urin 10%) 19.10cde
M3P4(tk+urin 10%) 18.30cde
M4P1(tka+urin 0%) 12.20de
M2P1(ta+urin 0%) 11.70f
M1P1(tanah+urin 0%) 11.60f
M3P1(tk+urin 0%) 10.50f
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%
9
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi jenis pupuk dengan komposisi media
tanam terhadap pertumbuhan diameter bibit kaliandra umur 3 bulan
Perlakuan Diameter rata-rata (cm)
M2P2 (ta+NPK) 5.58a
M2P3(ta+urin 20%) 4.83ab
M1P2(tanah+NPK) 4.49abc
M2P4(ta+urin 10%) 4.26bcd
M3P2(tk+NPK) 4.06bcd
M3P3(tk+urin20%) 3.80bcde
M3P4(tk+urin 10%) 3.56bcdef
M4P4 (tka+urin 10%) 3.36cdef
M4P3(tka+urin 20%) 3.30cdef
M4P2(tka+NPK) 3.15defg
M3P1(tk+urin 0%) 3.58efg
M4P1(tka+urin 0%) 3.56efg
M1P4 (tanah+urin 10%) 2.51fg
M1P3(tanah+urin20) 2.40fg
M2P1(ta+urin 0%) 2.39fg
M1P1(tanah+urin 0%) 1.93g
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%
Hasil uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan M2P2 (media
tanah+arang sekam dengan penambahan pupuk NPK) dan M2P3 (media
tanah+arang sekam dengan penambahan biourine sapi 20%) menghasilkan respon
pertumbuhan yang paling baik. Pertumbuhan tinggi dan diameter pada perlakuan
M2P2 dan M2P3 menunjukkan bahwa media tanah+arang sekam dengan
penambahan pupuk NPK ataupun biourine 20% menghasilkan pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penampakan bibit kaliandra
umur 3 bulan dari masing-masing perlakuan (Gambar 2)
Gambar 3 Bibit kaliandra umur 3 bulan a) tanah+arang (TA); b)tanah+kompos
(TK); c) tanah+kompos+arang (TKA); dan d) tanah
10
Media tanam yang baik menurut Dalimoenthe (2013) yaitu harus dapat
menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat
menahan ketersediaan unsur hara. Agoes (1994) dalam Yuna AP (2008)
menambahkan bahwa media yang baik adalah yang tidak mudah lapuk dan tidak
menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Penggunaan media tanah+arang yang
memberikan respon paling baik terhadap tinggi dan diameter tanaman kaliandra.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Irawan dan Kafiar (2015) yaitu media
tanah+arang sekam merupakan media yang memberikan respons terbaik terhadap
pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering pucuk, dan berat kering akar bibit
cempaka wasian.
Penggunaan tanah dan arang sekam dengan perbandingan 4:1 merupakan
perbandingan media yang sesuai bagi pertumbuhan bibit kaliandra karena mampu
memberikan respon paling baik terhadap tinggi dan diameter tanaman kaliandra.
Hal ini sesuai dengan pernyatan Junaedhie (2007) dalam Riyanti (2009) yaitu arang
sekam disarankan sebagai campuran media tanam dengan jumlah yang tidak lebih
dari 25%. Penggunaan arang sekam lebih dari 25% akan mengurangi kemampuan
media dalam menyerap air. Menurut Prayugo (2007) arang sekam merupakan
media tanam yang porus dan memiliki kandungan karbon yang tinggi sehingga
membuat media tanam ini menjadi gembur. Menurut Danu dan Kurniaty (2015)
pemberian arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat
memperbaiki sifat tanah diantaranya yaitu mengefektifkan pemupukan dan juga
sebagai pengikat hara ketika terjadi kelebihan hara yang dapat digunakan pada saat
tanaman kekurangan hara.
Penggunaan pupuk NPK maupun biourine sapi 20% pada media
arang+tanah mampu meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi bibit
kaliandra. Hasil uji Duncan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan M2P3
memberikan respon pertumbuhan tinggi yang paling besar yaitu sebesar 54.30 cm
nilai tersebut tidak berbeda nyata terhadap perlakuan M2P2 dengan nilai tinggi
sebesar 53.50 cm. Hasil uji Duncan pada Tabel 5 juga menunjukkan bahwa
perlakuan M2P2 dan M2P3 memberikan respon pertumbuhan diameter yang paling
besar dan tidak berbeda nyata dengan nilai diameter pada perlakuan M2P2 sebesar
4.83 mm dan perlakuan M2P3 5.58 mm.
Pemberian pupuk NPK yang memberikan respon pertumbuhan yang baik
terhadap tanaman kaliandra sejalan dengan hasil penelitian (Wibowo dan Sukendro
1997) yaitu pemberian pupuk NPK 0.75 gram hampir selalu menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik terhadap bibit balsa dibandingkan dengan perlakuan
tanpa pemberian pupuk NPK. Pemberian NPK sebanyak 1 gram yang memberikan
hasil terbaik pada peubah pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra karena
pupuk NPK memiliki sifat yang slow release atau larut secara perlahan sehingga
unsur hara dapat diserap oleh tanaman dengan maksimal. Hal ini didukung oleh
pernyataan (Novizan 2007 dalam Wibowo 2014) yaitu pupuk NPK mutiara
(16:16:16) mempunyai komposisi unsur hara yang seimbang dan larut secara
perlahan sehingga dapat mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian dan
penguapan.
Penggunaan biourine sapi 20% yang memiliki respon pertumbuhan tinggi
dan diameter yang lebih baik dari penggunaan biourine sapi 10% sejalan dengan
hasil penelitian Nurjanah (2015) yaitu pemberian biourine sapi 20% pada wadah
polybag menghasilkan pertumbuhan tinggi 40.81 cm dan diameter sebesar 3.81 mm
11
sedangkan penggunaan biourine sapi 10% menghasilkan pertumbuhan tinggi
sebesar 21.34 cm dan diameter sebesar 1.29 mm. Selain penggunaan pupuk NPK,
penggunaan biourine sapi dengan konsentrasi 20% dapat digunakan sebagai
alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kaliandra yang pertumbuhannya
cenderung lambat.
Penggunaan urin sapi sebagai pupuk (biourine sapi) dengan terlebih dahulu
difermentasi selama satu minggu akan meningkatkan kandungan unsur hara seperti
unsur N, P, dan K. Unsur hara tersebut merupakan usur hara makro yang berperan
dalam proses pertumbuhan tanaman. Hasil analisis kandungan biourine sapi dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Hasil analisis kandungan unsur hara, air dan pH biourine sapi
Keterangan Kadar unsur hara (%)
Nitrogen 1.0
Fosfor 0.5
Kalium 1.5
Air 92.0
Lain-lain 5.0
pH 7.2 (Sumber: Nurjanah 2015)
Hasil analisis kandungan urin sapi setelah difermentasi diketahui bahwa
unsur K merupakan unsur hara yang memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan
unsur hara N dan P. Hal ini sejalan dengan hasil uji urin sapi setelah difermentasi
yang dilakukan oleh Marduwo (2004) dalam Mirna et al. (2013) yaitu kandungan
unsur hara kalium pada urin hasil fermentasi sebesar 3.8%, unsur N sebesar 2.7%
dan unsur P sebesar 2.4%. Kandungan unsur hara K yang tinggi pada biourine sapi
sangat berguna bagi tanaman kaliandra. Unsur kalium pada tanaman berfungsi
sebagai aktivator enzim dalam reaksi fotosintesis dan respirasi. Kalium juga
berperan dalam mengatur turgor sel seperti membuka dan menutupnya stomata
(Lakitan 2008). Menurut Gardner et al. (2008) kalium berperan dalam proses
fotosintesis karena dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
translokasi hasil fotosintesis keluar daun. Tanaman yang kandungan kalium yang
cukup akan kehilangan sedikit air karena kalium berfungsi dalam pengaturan
penutupan stomata.
Unsur N dan P yang terdapat pada biourine sapi juga berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan bibit kaliandra. Nitrogen merupakan komponen
penyusun senyawa esensial bagi tumbuhan seperti asam amino dan protein.
nitrogen juga merupakan unsur penting dalam pembentukan kloforil, hormon
sitikonin dan auksin. Fosfor berperan dalam reaksi-reaksi gelap fotosintesis,
respirasi dan beberapa proses metabolisme lainnya (Lakitan 2008).
Urin sapi adalah limbah hewan ternak yang tidak hanya memiliki unsur hara
yang di perlukan oleh tanaman, di dalamnya juga terdapat hormon auksin dan
senyawa nitrogen. Auksin yang terkandung dalam urin sapi berasal dari berbagai
zat yang terkandung dalam protein hijauan dari makanannya. Auksin tidak terurai
dalam tubuh sehingga auksin dikeluarkan bersama dengan urin (Adrian dan
Muniarti 2007).n
12
Penggunaan pupuk NPK dan biourine sapi 20% seperti telah dijelaskan
diatas memberikan respon positif terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit
kaliandra. Oleh karena itu penggunaan biourine sapi sebanyak 20% mampu
menggantikan penggunaan pupuk NPK karena penggunaan pupuk kimia dalam
jangka panjang dapat menyebabkan kemunduran sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Keunggulan dari pemupukan menggunakan biourine yaitu lebih merata
sehingga tidak terjadi akumulasi disuatu tempat (Priangga et al. 2013). Keunggulan
lain dari penggunaan biourine sapi adalah mudah untuk diaplikasikan, urin sapi
banyak tersedia di masyarakat, pembuatannya relatif mudah dan murah serta dapat
dijadikan sebagai alternatif pemanfaatan limbah cair peternakan. Pemanfaatan
limbah cair peternakan sebagai biourine dapat memberikan keuntungan yang lebih
bagi peternak dan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk NPK.
Kekokohan Bibit Kaliandra
Nilai kekokohan bibit merupakan perbandingan antara tinggi tanaman (cm)
dengan diameter (cm) tanaman (Jayusman 2011 dalam Djamhuri et al. 2012). Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk dan komposisi media
berpengaruh nyata terhadap kekokohan bibit, akan tetapi interaksi keduanya tidak
berbeda nyata (Tabel 3). Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dan media
terhadap bibit kaliandra disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian pupuk dengan komposisi media
tanam terhadap kekokohan bibit kaliandra
Perlakuan Kekokohan bibit
P3 (urin 20%) 88.79a
P2 (NPK) 73.37ab
P4 (urin 10%) 69.49bc
P1 (urin 0%) 52.67c
M1 (tanah) 85.50a
M2 (tanah + arang) 83.23a
M4 (tanah + kompos + arang) 60.73b
M3 (tanah + kompos) 54.96b
Ket: Huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan
95%
Perlakuan pemberian biourine 20% dan NPK memberikan nilai kekokohan
bibit yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan nilai sebesar 88.79 dan 73.37.
Perlakuan media tanah dan tanah+arang sekam yang memberikan nilai kekokohan
bibit yang tinggi dan tidak berbeda nyata dengan nilai kekokohan bibit sebesar
85.50 dan 83.23. Nilai kekokohan bibit menggambarkan keseimbangan
pertumbuhan antara tinggi dan diameter bibit. Nilai kekokohan yang diatas rata-rata
menunjukkan kemampuan hidup yang rendah karena tidak seimbangnya
perbandingan tinggi dengan diameter tanaman tersebut. Nilai kekokohan bibit di
persemaian dikategorikan baik apabila memiliki nilai kekokohan bibit berkisar
antara 63-108 (Suyana 2010). Oleh karena itu perlakuan pemberian biourine sapi
13
20%, NPK dan biourine 10% merupakan perlakuan yang memberikan respon yang
baik bagi nilai kekokohan bibit karena menggambarkan pertumbuhan yang baik.
Nilai kekokohan yang di bawah standar baik pada perlakuan pemberian biourine
sapi 0% disebabkan karena tidak adanya suplai unsur hara yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman seperti halnya pada perlakuan pemberian biourine sapi 20%,
NPK dan biourine sapi 10%. Suplai unsur hara yang cukup yang yang berasal dari
kegiatan pemupukan mengakibatkan pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat
(Adinugraha 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Perlakuan suhu dan waktu perendaman benih kalaindra berpengaruh nyata
terhadap daya berkecambah benih, akan tetapi interaksi antara suhu dan waktu
perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih. Perlakuan
benih yang direndam dengan air biasa (kontrol) selama 24 jam merupakan
perlakuan yang memiliki daya berkecambah paling besar. Perlakuan perendaman
benih kaliandra dengan suhu 980 C dapat menurunkan daya berkecambah benih.
Perlakuan komposisi media, jenis pupuk dan interaksi keduanya memberikan hasil
yang berbeda nyata terhadap peubah tinggi dan diameter bibit kaliandra, akan tetapi
pada peubah kekokohan bibit hanya perlakuan komposisi media dan jenis pupuk
yang berbeda nyata. Pemberian pupuk NPK sebanyak 1 gram dan biourine sapi
20% pada media tanah+arang sekam mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
kaliandra karena memberikan respon yang paling baik terhadap peubah tinggi,
diameter dan kekokohan bibit kaliandra. Pemberian biourine 20% mampu
menggantikan penggunaan pupuk NPK. Media tanah+arang sekam (4:1)
merupakan media yang paling baik digunakan untuk pertumbuhan bibit kaliandra.
Saran
Pengecambahan benih kaliandra lebih baik dilakukan dengan merendam
benih menggunakan air biasa selama 24 jam tanpa perlakuan perendaman dengan
air panas sebelumnya. Penggunaan biourine sapi 20% atau NPK 1 gram pada media
tanam tanah+arang sekam dapat menjadi rekomendasi untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman muda kaliandra. Perlu dilakukannya pemilihan dan sterilisasi
media perkecambahan secara tepat agar semai tidak terserang penyakit lodoh. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi biourine dan frekuensi
pemberian biuorine yang tepat untuk media yang tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit kaliandra.
14
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 1999. Prospek pengendalian terpadu penyakit lodoh pada persemaian
tanaman kehutanan. J Man Hut Trop. 5(1):1-9.
Adinugraha HA. 2012. Pengaruh cara penyemaian dan pemupukan NPK terhadap
pertumbuhan bibit mahoni daun lebar di persemaian. Jurnal Pemuliaan
Hutan Hutan. 6(2):1-9.
Adrian dan Muniarti. 2007. Pemanfaatan urine sapi pada stek batang tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas L). Jurnal Saint dan Teknologi. 6:(2):1-8.
Dalimoenthe SL. 2013. Pengaruh media tanam organik terhadap pertumbuhan dan
perakaran pada fase awal benih teh di pembibitan. Jurnal Penelitian Teh dan
Kina. 16(1)1-11
Danu, Kurniaty R. 2015. Penggunaan serbuk sabut kelapa dan arang sekam padi
dalam pembibitan bambang lanang (Michelia champaca L.). Di dalam:
Mindawati N, Bramasto Y, Astho A, Rahmat M, Sudrajat DJ, editor.teknologi
Perbenihan, Silvikultur dan Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivutas
Hutan dan Lahan; 2015 Agu 11; Bandar Lampung, Indonesia. Bogor (ID):
Badan Litbang dan Inovasi Bogor. Hlm 145-151.
Dharmayanti NK, Supadma AN, Artagama. 2013. Pengaruh pemberian biourine
dan dosis pupuk anorganik (N,P,K) terhadap beberapa sifat kimia tanah pegok
dan hasil tanaman bayam (Amaranthus sp). Jurnal Agroteknologi Tropika.
2(31): 65-174.
Djamhuri E, Yuniarti N, Purwani HD. 2012. Viabilitas benih dan pertumbuhan awal
bibit akasia krasikarpa (Acacia crasicarpa A. Cunn. Ex. Benth.) dari lima
sumber benih di Indonesia. Jurnal Silvikultur Tropika. 3(3):187-195.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta
(ID): UI press.
Hendrati RL, Hidayati N. 2014. Budidaya Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
untuk Bahan Baku Sumber Energi. Bogor (ID): IPB Press.
Irawan A, Kafiar Y. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi sebagai
media tanam bibit cempaka wasian (Elmerrilia ovalis). di dalam: Setyawan
AD, Sugiyarto, Pitoyo A, Hernawan UE, Sutomo, Widiastuti A, editor.
Manajemen Biodiversitas dalam Melindungi, Mempertahankan dan
Memperkaya Sumberdaya Genetik dan Pemanfaatannya. Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia;2015 Mar 21; Yogyakarta, Indonesia.
Yogyakarta(ID): Masyarakat Biodiversitas Indonesi. hlm 805-808.
Kementerian Kehutanan dan Indoneisa Climate Change Trust Fund. 2014.
Kaliandra Bersemi Pelet Kayu Berseri. Madura (ID): Kementerian
Kehutanan.
Kementerian Kehutanan dan Indoneisa Climate Change Trust Fund. 2013. Laporan
Desk Study Pembibitan, Pemilihan Jenis dan Desain Tanaman Calliandra
calothyrsus. Madura (ID): Kementerian Kehutanan.
Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
Mirna N, Salim H, Gani ZF. 2013. Pengaruh biourine sapi terhadap pertumbuhan
bibit karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) asal stum mata tidur. Jurnal
Bioplantae. 2(1): 27-32.
15
Nurjanah N. 2015. Respon pertumbuhan bibit sengon (Falcataria moluccana Miq.)
terhadap pemberian biourine sapi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Pancaningtyas S, Santoso TI, Sudarsianto. 2014. Studi perkecambahan benih kakao
melalui metode perendaman. Jurnal Pelita Perkebunan 30(3): 190-197.
Prayugo S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta(ID): Penebar
Swadaya.
Pramono AA, Kurniaty R. 2015. Pertumbuhan bibit jabon putih (Anthocephallus
cadamba) umur 5 bulan pada beberapa media dan naungan. Di dalam:
Mindawati N, Bramasto Y, Astho A, Rahmat M, Sudrajat DJ, editor.teknologi
Perbenihan, Silvikultur dan Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivutas
Hutan dan Lahan; 2015 Agu 11; Bandar Lampung, Indonesia. Bogor (ID):
Badan Litbang dan Inovasi Bogor. Hlm 177-183.
Priangga R, Suwarno, Hidayat N. 2013. Pengaruh level pupuk organik cair terhadap
produksi bahan kering dan imbangan daun-batang rumput gajah defoliasi
keempat. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1): 365-373.
Rahayu E, Widajati E. 2007. Pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode
simpan terhadap viabilitas benih caisin (Brassicia chinensis L.). Buletin
Agron 35(3):191-196.
Riyanti Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih
Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.)[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Situmeang M, Purwanto A, Sulandari S. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap
perkecambahan dan kesehatan benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill).
Jurnal Vegetalika 3(3): 27-37.
Suyana A. 2010. Uji coba pertumbuhan tiga kelas mutu bibit meranti merah di tiga
hak pengusahaan hutan model di Kalimantan. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 7(1):1-11.
Stewart J, Mulawarman, Roshetko JM,Powell MH. 2001. Produksi dan
Pemanfaatan Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Bogor (ID): CIFOR.
Wibowo A. 2014. Pengaruh peningkatan dosis pupuk NPK (16:16:16) dan pupuk
hayati terhadap pertumbuhan dan hasil cabai keriting (Capsicum annuum L.)
[skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Wibowo C dan Sukendro A. 1997. Pengaruh lama dekomposisi, pemberian nitrogen
(urea) serta pupuk NPK terhadap kualitas semai serbuk gergaji dan
pertumbuhan semai balasa (Ochroma bicolor) [inetrnet].[diunduh 2016 Sep
2]. Tersedia pada: http://web.ipb.ac.id/~lppm/lppmipb/penelitian/hasilcari
.php?status=buka&id_haslit=631.84+WIB+p
Widajati E, Murniati E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto, MR, Qadir A. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.
Yuliani E. 2007. Pengaruh penambahan bioaktivator, asam humik dan mikoriza
(CMA) terhadap pertumbuhan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
16
Yuna AP. 2008. Respon pertumbuhan bibit kenanga (Cananga odorata
(Lamk) Hook.f & Thompson forma macrocphylla) pada berbagai
intensitas cahaya, penggunaan inang primer kriminil dan jenis media
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil sidik ragam setiap parameter pengamatan
Hasil sidik ragam pengaruh suhu dan waktu perendaman terhadap daya
berkecambah benih kaliandra
Source DF Anova SS Mean
Square F-value Pr>F
Suhu 4 8183.521368 2045.880342 14.67 <.0001
Waktu 3 8183.521368 845.47008 6.06 0.0029
Suhu*waktu 5 1488.478632 297.695726 2.13 0.0029
Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap diameter
kaliandra umur 3 bulan
Source DF Anova SS Mean
Square F-value Pr>F
Media 3 23.22807375 7.74269125 9.31 <.0001
Pupuk 3 40.16315375 13.38771792 16.10 <.0001
Media*pupuk 9 17.58178125 1.95353125 2.35 0.0233
Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap tinggi
kaliandra umur 3 bulan
Source DF Anova SS Mean
Square F-value Pr>F
Media 3 4848.534375 1616.178125 14.03 <.0001
Pupuk 3 5914.059375 1971.353125 17.12 <.0001
Media*pupuk 9 3105.378125 345.042014 3.00 0.0048
Hasil sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan komposisi media terhadap kekokohan
kaliandra umur 3 bulan
Source DF Anova SS Mean
Square F-value Pr>F
Media 3 14453.47936 4817.82645 6.23 0.0009
Pupuk 3 13213.45704 4404.48568 5.70 0.0016
Media*pupuk 9 5322.08760 591.34307 0.77 0.6484
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu 9 Mei 1994 dari ayah bernama Sunar dan ibu
bernama Sulmiatun. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara. Tahun 2012
penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pringsewu dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) IPB dan diterima di Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan.
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada
tahun 2014 dengan jalur Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat. Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) dilaksanakan pada tahun 2015 di Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW) dan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKP) dilaksanakan
pada bulan Februari-Maret 2016 di Hutan Rakyat Wana Lestari Anak Nusantara
(WALATRA) Kabupaten Bandung.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum matakuliah
Silvikultur dan Dendrologi. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi di
kampus antara lain sebagai anggota Tree Grower Community (TGC) sejak tahun
2013, anggota Departemen Kominfo BEM Fahutan IPB tahun 2014, Ketua
Departemen Fokustik BEM Fahutan IPB tahun 2015, panitia BELANTARA 2014,
panitia Semarak Kehutanan 2014, panitia Semarak Kehutanan 2015 dan beberapa
kegiatan BEM Fahutan 2015. Selama kuliah di IPB penulis mendapatkan beasiswa
BUMN Angkasa Pura II pada tahun 2013-2014 dan beasiswa Daya Adi Cipta pada
tahun 2014-2016. Penulis juga aktif dalam mengikuti seminar-seminar yang
diadakan di dalam ataupun di luar kampus Institut Pertanian Bogor.