pemanfaatan tumbuhan obat oleh suku kanum di …

16
57 PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA (Utilization of Medicinal Plants by Kanum Tribe in Wasur National Park, Papua)* Aji Winara 1 dan/and Abdullah Syarief Mukhtar 2 1 Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165 Bogor; Telp. 0251-8633234; Fax 0251-8638111 E-mail: [email protected] 1 ; [email protected] 2 *Tanggal diterima: 3 Agustus 2012l; Tanggal direvisi: 29 Juni 2015; Tanggal disetujui: .............. ABSTRACT The research was aimed to know utilization of medicinal plants by Kanum tribe in Wasur National Park (WNP). Data collecting was conducted throught direct observation in the field and interview with key respondent. The result showed Kanum tribe people in WNP were used 37 species of plants from 26 family as traditional medicine for 24 diseases. Most of medicinal plants were taken form natural forest and mostly from tree habitus. The leaf of those plants were mostly used for medicinal treatment and all of medicinal treatments were simple and without magic approach. The medicinal plants that potentially had an economic values were Asteromyrtus symphiocarp producing an essential (cajuput) oil and Myrmecodia pendans as a herb of Sarang Semutcommodity. Key words: Kanum Tribe, medicine, plants, Wasur National Park. ABSTRAK Kawasan Taman Nasional (TN) Wasur telah lama menjadi domisili bagi 4 suku besar Malind Anim Merauke yaitu Suku Marori Men-Gey, Marind, Kanum dan Yeninan. Suku Kanum merupakan pemegang hak ulayat atas sebagian besar wilayah TN Wasur dan tersebar secara luas pada beberapa kampung di dalam kawasan Taman Nasional. Isolasi geografis yang dialami masyarakat Suku Kanum telah menjadikan alam sebagai sumber utama dalam menopang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam upaya pengobatan penyakit. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Suku Kanum di kawasan TN Wasur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap responden kunci dan observasi lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Suku Kanum di TN Wasur memanfaatkan 37 jenis tumbuhan yang berasal dari 26 famili sebagai obat tradisional untuk mengobati 24 jenis penyakit. Sebagian besar tumbuhan obat tergolong pohon yang berasal dari hutan alam. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Peramuan obat dilakukan secara tunggal atau hanya satu bagian tumbuhan untuk mengobati satu penyakit dan dengan teknik yang sederhana seperti perebusan. Jenis tumbuhan obat yang bernilai ekonomis adalah Asteromyrtus symphiocarpa sebagai penghasil minyak kayu putih dan Myrmecodia pendans sebagai penghasil herbal sarang semut. Kata kunci: Suku Kanum, Taman Nasional Wasur, tumbuhan obat. I. PENDAHULUAN Papua merupakan salah satu kawasan dengan keanekaragaman jenis tumbuhan terbesar di Indonesia. Papua diperkirakan memiliki ribuan spesies tumbuhan (Jhon, 1997; Atamimi, 1997), banyak di antara- nya telah dimanfaatkan secara turun te- murun oleh masyarakat asli untuk me- menuhi kebutuhan hidup sehari-hari me- liputi baik kebutuhan sandang, pangan, papan maupun keperluan ritual pengobat- an. Di samping itu, Papua kaya akan bu- daya, dengan jumlah masyarakat adat mencapai 248 suku (Dinas Kebudayaan Papua, 2010). Kekayaan flora dan ke- ragaman masyarakat adat di Papua meng- hasilkan kekayaan etnobotani, termasuk diantaranya adalah pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat.

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

57

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM

DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA

(Utilization of Medicinal Plants by Kanum Tribe in Wasur National Park, Papua)*

Aji Winara1 dan/and Abdullah Syarief Mukhtar2

1Balai Penelitian Teknologi Agroforestry

Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165 Bogor; Telp. 0251-8633234; Fax 0251-8638111

E-mail: [email protected]; [email protected]

*Tanggal diterima: 3 Agustus 2012l; Tanggal direvisi: 29 Juni 2015; Tanggal disetujui: ..............

ABSTRACT

The research was aimed to know utilization of medicinal plants by Kanum tribe in Wasur National Park

(WNP). Data collecting was conducted throught direct observation in the field and interview with key

respondent. The result showed Kanum tribe people in WNP were used 37 species of plants from 26 family as

traditional medicine for 24 diseases. Most of medicinal plants were taken form natural forest and mostly

from tree habitus. The leaf of those plants were mostly used for medicinal treatment and all of medicinal

treatments were simple and without magic approach. The medicinal plants that potentially had an economic

values were Asteromyrtus symphiocarp producing an essential (cajuput) oil and Myrmecodia pendans as a

herb of “Sarang Semut” commodity.

Key words: Kanum Tribe, medicine, plants, Wasur National Park.

ABSTRAK

Kawasan Taman Nasional (TN) Wasur telah lama menjadi domisili bagi 4 suku besar Malind Anim Merauke

yaitu Suku Marori Men-Gey, Marind, Kanum dan Yeninan. Suku Kanum merupakan pemegang hak ulayat

atas sebagian besar wilayah TN Wasur dan tersebar secara luas pada beberapa kampung di dalam kawasan

Taman Nasional. Isolasi geografis yang dialami masyarakat Suku Kanum telah menjadikan alam sebagai

sumber utama dalam menopang kehidupan sehari-hari, termasuk dalam upaya pengobatan penyakit.

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai

obat oleh Suku Kanum di kawasan TN Wasur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap

responden kunci dan observasi lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Suku Kanum di

TN Wasur memanfaatkan 37 jenis tumbuhan yang berasal dari 26 famili sebagai obat tradisional untuk

mengobati 24 jenis penyakit. Sebagian besar tumbuhan obat tergolong pohon yang berasal dari hutan alam.

Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Peramuan obat dilakukan secara tunggal

atau hanya satu bagian tumbuhan untuk mengobati satu penyakit dan dengan teknik yang sederhana seperti

perebusan. Jenis tumbuhan obat yang bernilai ekonomis adalah Asteromyrtus symphiocarpa sebagai

penghasil minyak kayu putih dan Myrmecodia pendans sebagai penghasil herbal sarang semut.

Kata kunci: Suku Kanum, Taman Nasional Wasur, tumbuhan obat.

I. PENDAHULUAN

Papua merupakan salah satu kawasan

dengan keanekaragaman jenis tumbuhan

terbesar di Indonesia. Papua diperkirakan

memiliki ribuan spesies tumbuhan (Jhon,

1997; Atamimi, 1997), banyak di antara-

nya telah dimanfaatkan secara turun te-

murun oleh masyarakat asli untuk me-

menuhi kebutuhan hidup sehari-hari me-

liputi baik kebutuhan sandang, pangan,

papan maupun keperluan ritual pengobat-

an. Di samping itu, Papua kaya akan bu-

daya, dengan jumlah masyarakat adat

mencapai 248 suku (Dinas Kebudayaan

Papua, 2010). Kekayaan flora dan ke-

ragaman masyarakat adat di Papua meng-

hasilkan kekayaan etnobotani, termasuk

diantaranya adalah pengetahuan tentang

pemanfaatan tumbuhan obat.

Page 2: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

58

Taman Nasional Wasur di Merauke

dengan luas kawasan 413.800 ha me-

rupakan taman nasional model dengan

keunikan berupa kawasan lahan basah

terluas di Papua (Setio & Mukhtar, 2005).

Keanekaragaman vegetasi di TN Wasur

tersebar pada beberapa tipe ekosistem,

antara lain formasi pantai "pascaprae",

hutan bakau, hutan littoral, hutan savana

Nauclea-Baringtonia-Livistona, hutan

monsoon campuran, hutan bambu,

padang rumput dan hutan rawa air tawar

permanen (Purba, 1999).

Di dalam kawasan TN Wasur terdapat

4 komunitas masyarakat adat Suku Besar

Malind Anim yang memiliki hak ulayat

atas kawasan taman nasional, yaitu Suku

Marori Men-Gey, Suku Marind, Suku

Kanum dan Suku Yeinan (BTN Wasur,

1999). Suku Kanum merupakan masya-

rakat adat yang memiliki hak ulayat ter-

besar di dalam kawasan TN Wasur dan

tersebar pada beberapa kampung di ba-

gian utara, tengah dan selatan kawasan

taman nasional (Purba, 1999). Keberada-

an masyarakat adat di dalam kawasan TN

Wasur telah berlangsung lama sebelum

kawasan tersebut ditunjuk sebagai taman

nasional oleh Menteri Kehutanan pada

tahun 1997. Interaksi masyarakat adat,

khususnya Suku Kanum, dengan sumber-

daya alam di dalam kawasan taman na-

sional telah membentuk ikatan emosional

dalam semua sektor kehidupan mulai dari

kepentingan sosial budaya hingga eko-

nomi seperti, pemanfaatan tumbuhan un-

tuk ikatan pernikahan, sanksi adat, peng-

obatan tradisional dan sumber ekonomi

rumah tangga (Winara et al., 2009).

Rendahnya aksesibilitas masyarakat

adat Suku Kanum terhadap fasilitas ke-

sehatan, baik yang ada di dalam kawasan

maupun di luar kawasan (Kota Merauke),

menjadikan pengobatan tradisional de-

ngan pemanfaatan tumbuhan obat men-

jadi hal penting dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat adat. Penelitian ini ber-

tujuan untuk mendapatkan informasi

tentang pemanfaatan tumbuhan obat oleh

Suku Kanum di dalam kawasan TN

Wasur baik untuk kepentingan peng-

obatan tradisional maupun kepentingan

ekonomi.

II. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Ju-

ni dan Juli 2009. Lokasi penelitian adalah

Kampung Rawa Biru (Distrik Sota),

Kampung Onggaya dan Tomerau (Distrik

Nokenjerai), Kabupaten Merauke, Pro-

vinsi Papua. Kampung tersebut merupa-

kan wilayah pemukiman masyarakat Su-

ku Kanum di dalam kawasan TN Wasur

Kabupaten Merauke.

B. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan yaitu

panduan wawancara dan spesimen tum-

buhan obat. Alat perlengkapan yang di-

gunakan dalam penelitian ini adalah per-

lengkapan membuat herbarium dan per-

lengkapan dokumentasi.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara dengan narasumber kunci,

observasi lapang dan demonstrasi pera-

muan tumbuhan obat. Data yang dikum-

pulkan antara lain jenis tumbuhan obat,

cara pengolahan, habitat alami dan nilai

ekonomi. Observasi lapang dimaksudkan

untuk identifikasi jenis dan deskripsi ha-

bitus tumbuhan obat di habitat alaminya

serta pengambilan sampel herbarium dan

dokumentasi. Wawancara dan demonstra-

si teknik peramuan tumbuhan obat bertu-

juan untuk mengetahui cara pengolahan,

bagian tumbuhan yang digunakan, jenis

penyakit yang diobati dan nilai ekonomi

tumbuhan obat.

Wawancara mendalam dilakukan ter-

hadap responden kunci, yakni tetua adat

Suku Kanum di setiap kampung yang

merupakan ketua Lembaga Masyarakat

Adat (LMA) setempat. Pemilihan ketua

LMA sebagai responden kunci didasar-

Page 3: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

59

kan pada pertimbangan budaya lokal

masyarakat Suku Kanum dimana LMA

adalah pemegang otoritas dan sum-ber

informasi adat. Di samping itu, tradisi

masyarakat setempat telah memposisikan

ketua LMA sebagai tabib atau dukun

pengobatan, sehingga tingkat pema-

hamannya akan tumbuhan obat lebih

tinggi daripada masyarakat umum.

D. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara des-

kriptif dengan bantuan tabel dan diagram.

Pendalaman kajian didasarkan pada te-

laahan etnobotani meliputi identifikasi

jenis, teknik pemanfaatan, nilai manfaat

ekonomi serta status konservasi. Selain

itu, dilakukan kajian lebih mendalam ter-

hadap pemakaian tumbuhan obat untuk

penyakit mewabah di Papua, yaitu pe-

nyakit malaria.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Suku Kanum di TN

Wasur

Suku Kanum atau biasa dikenal juga

dengan “Kanume” merupakan suku ter-

besar yang memiliki hak ulayat atas tanah

di kawasan Taman Nasional Wasur

(Purba, 1999). Sebagian ahli berpendapat

bahwa Suku Kanum dapat dikelom-

pokkan ke dalam Suku Marind karena

banyak ditemukan unsur-unsur persama-

an dalam kebudayaannya. Persamaan ter-

sebut antara lain dalam bahasa (terdapat

beberapa kata dalam bahasa Kanum yang

mempunyai kemiripan dengan bahasa

Marind) dan budaya totem (Hariadi,

1994). Terdapat 7 marga dalam Suku

Kanum, antara lain marga Mbanggu, Ndi-

mar, Ndiken, Sanggra, Mayuwa, Gelam-

bu dan Kul.

Keberadaan pemukiman masyarakat

adat Suku Kanum di dalam kawasan TN

Wasur tersebar di 7 kampung, yaitu

Kampung Sota, Yanggandur, Rawa Biru,

Onggaya, Tomer, Tomerau dan Kondo

(BTN Wasur, 1999). Sebagian besar mata

pencaharian masyarakat adat Suku Ka-

num adalah berburu, berkebun dan men-

jaring ikan rawa. Terdapat pula sebagian

kecil masyarakat Suku Kanum yang ber-

mata pencaharian sebagai nelayan pesisir

yaitu yang bermukim di Kampung Ong-

gaya dan Sota (Winara et al., 2010). Ke-

hidupan berburu dan berkebun telah men-

jadi budaya sehari-hari Suku Kanum.

Aktivitas tersebut biasanya dilakukan di

dalam kawasan hutan dengan menjadikan

bivak, yaitu sejenis gubuk yang terbuat

dari kayu dan kulit pohon kayu putih

(Melalueca spp.), sebagai tempat tinggal.

Sebagian besar waktu mereka dihabiskan

di dalam hutan, sehingga interaksi

emosional dengan sumberdaya hutan sa-

ngat kuat, termasuk dalam hal peng-

obatan tradisional.

B. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Se-

cara Tradisional

Interaksi masyarakat adat Suku Ka-

num dengan tumbuhan, khususnya yang

bermanfaat sebagai obat tradisional,

menghasilkan kekayaan pengetahuan et-

nobotani tumbuhan obat dalam kawasan

TN Wasur. Pengetahuan etnobotani ter-

lihat dari adanya nama-nama jenis tum-

buhan dalam bahasa lokal dan peman-

faatan jenis tumbuhan tersebut (Lampiran

1).

Masyarakat adat Suku Kanum yang

bermukim di 3 kampung dalam kawasan

TN Wasur (Rawa Biru, Onggaya dan To-

merau) memanfaatkan 37 jenis tumbuhan

yang berasal dari 26 famili sebagai obat

tradisional untuk mengobati 24 jenis pe-

nyakit (Lampiran 1). Sebagian besar

(15,38%) tumbuhan obat berasal dari fa-

mili Myrtaceae. Family Myrtaceae meru-

pakan famili tumbuhan yang paling ba-

nyak dijumpai di dalam kawasan TN Wa-

sur, khususnya yang ada di habitat savana

campuran (Winara et al., 2009).

Beberapa jenis penyakit oleh masya-

rakat Suku Kanum diobati dengan lebih

dari satu jenis tumbuhan (Gambar 1)

seperti, luka, pegal-pegal, penambah

Page 4: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

60

Gambar (Figure) 1. Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh Suku Kanum di TN Wasur

Merauke berdasarkan enam jenis penyakit terbanyak (The number of medicinal plant

species that was used by Kanum Tribe in Wasur National Park Merauke based on six

types of most disease)

darah, paru-paru, malaria dan pembersih

rahim paska persalinan. Cara peramuan

tumbuhan obat dilakukan secara tunggal

atau hanya memanfaatkan satu jenis

tumbuhan dalam mengobati satu jenis

penyakit. Selain itu, terdapat jenis tum-

buhan yang memiliki lebih dari satu man-

faat pengobatan yaitu jenis Nauclea

orientalis dan Timonius timon. Jenis

Nauclea orientalis digunakan sebagai

obat malaria, batu ginjal dan paru-paru

sedangkan jenis Timonius timon diguna-

kan dalam pengobatan penyakit paru-

paru, kencing nanah dan pembersih rahim

paska melahirkan.

Jenis Nauclea orientalis tersebar di

Indonesia, Papua Nugini, Australia dan

Peru (Zhang et al., 2001). Masyarakat di

Kabupaten Merauke mengenal Nauclea

orientalis dengan sebutan “gempol ku-

ning” disebabkan kulit batangnya berwar-

na kuning sementara itu di Sulawesi lebih

dikenal dengan sebutan longkida. Sebar-

an Nauclea orientalis di dalam kawasan

TN Wasur mendominasi hutan riparian

dan sebagian hutan rawa campuran (Wi-

nara et al., 2009). Selain pemanfaatannya

sebagai tumbuhan obat, Nauclea orien-

talis dimanfaatkan pula oleh masyarakat

di TN Wasur sebagai kayu pertukangan,

khususnya bahan bangunan. Menurut Sun

et al. (2008), jenis Nauclea orientalis ter-

masuk tumbuhan obat tradisional yang

bersifat anti mikroba dan anti parasit.

Jenis Timonius timon merupakan po-

hon yang banyak dijumpai tumbuh di

daerah savana campuran di TN Wasur

dan tidak termasuk jenis yang diman-

faatkan sebagai bahan bangunan (Winara

et al., 2009). Berdasarkan referensi, Ti-

monius timon belum diketahui memiliki

sifat farmakologi yang sama dengan pe-

manfaatan oleh masyarakat Suku Kanum,

namun telah diketahui bagian daunnya

mengandung senyawa triterpenoid (Ma-

hato & Sen, 1997). Masyarakat Maluku

menggunakan tumbuhan ini sebagai obat

hipertensi (Suhardjito et al., 2014).

Beberapa jenis tumbuhan obat Suku

Kanum dimanfaatkan pula oleh masya-

rakat di negara lain dengan kesamaan

pada bagian tumbuhan yang digunakan

dan manfaat pengobatan penyakit (Lam-

piran 1). Hal ini menjadi konfirmasi atas

kebenaran manfaat tumbuhan obat terse-

but secara etnobotani, selain konfirmasi

melalui analisis farmakologi.

Pemanfaatan tumbuhan obat oleh Su-

ku Kanum sebagian besar untuk meng-

obati penyakit malaria, yaitu sebanyak

lima jenis tumbuhan (Gambar 1). Hal ini

wajar karena malaria hingga saat ini

Jum

lah j

enis

(N

um

ber

of

spec

ies)

Malaria

(Malaria)

Paru-paru

(Phthisis)

Batuk

(Cough) Diare

(Diarrhea)/Disentri

(Dysentery)

Kencing nanah

(Gonorrhoea)

Luka

(Wound)

Page 5: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

61

masih menjadi penyakit yang berbahaya

di dunia, termasuk di Indonesia, khusus-

nya di Papua. Indonesia termasuk negara

yang masih mengalami wabah malaria

dan hingga tahun 2013 termasuk urutan

ke-28 di dunia (WHO, 2013). Penyakit

malaria merupakan salah satu jenis pe-

nyakit yang banyak menimpa masyarakat

Kabupaten Merauke, termasuk masya-

rakat adat Suku Kanum. Jumlah penderita

malaria di Kabupaten Merauke pada ta-

hun 2009 mencapai 8.884 jiwa dan men-

duduki urutan ketiga setelah jumlah pen-

derita penyakit infeksi saluran pernafasan

sebanyak 18.729 jiwa dan penyakit diare

sebanyak 18.217 jiwa (BPS, 2010). Se-

lain itu, hingga saat ini di beberapa ne-

gara dilaporkan telah terjadi resistensi

Plasmodium vivax terhadap obat kloro-

kuin yang menjadi andalan dalam peng-

obatan penyakit malaria (WHO, 2013).

Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan

oleh Suku Kanum untuk mengobati ma-

laria antara lain Caesalpinia bonduc (L).

Roxb, Ficus septica Burm f., Nauclea

orientalis, Syzygium cormiflorum (F.

Muell.) B. Hyland dan Tabernaemontana

pubescens R.Br. Jenis Caesalpinia bon-

duc hanya dimanfaatkan sebagai obat

malaria oleh masyarakat Suku Kanum

yang terdapat di Kampung Onggaya.

Demikian pula dengan jenis F. septica

hanya dimanfaatkan di Kampung Rawa

Biru. Dua jenis tumbuhan yang lainnya

(S. cormiflorum dan Naucle orientalis)

hanya dimanfaatkan sebagai obat malaria

oleh masyarakat Suku Kanum di Kam-

pung Tomerau.

Berdasarkan studi referensi etnobotani

dan farmakologi, 2 jenis tumbuhan yang

digunakan sebagai obat malaria oleh

Suku Kanum dimanfaatkan pula oleh

masyarakat lain sebagai obat malaria dan

secara farmakologi bersifat anti malaria,

yaitu Caesalpinia bonduc dan N. orien-

talis. Pemanfaatan Caesalpinia bonduc,

khususnya bagian biji, sebagai obat

malaria dilakukan pula oleh masyarakat

di Afrika (Assogbadjo et al., 2011) dan

India (Singh & Raghav, 2012). Secara

farmakologi, Caesalpinia bonduc telah

diketahui bersifat anti malaria, anti

diabetes, anti kanker, anti imflamasi dan

anti oksidan (Zanin et al., 2012). Kom-

ponen metabolit sekunder utama yang

terkandung dalam Caesalpinia bonduc

antara lain alkaloid, flavanoid, saponin,

tannin dan triterpenoid (Singh & Raghav,

2012) sedangkan senyawa aktifnya yang

tergolong diterpen telah diketahui bersifat

anti malaria Plasmodium falciparum

(Linn et al., 2005). Sementara itu, bagian

kulit batang Nauclea orientalis dimanfa-

atkan pula sebagai obat malaria oleh ma-

syarakat Togo Afrika (Bahekar & Kale,

2013) dan secara farmakologi telah di-

ketahui bersifat anti malaria dengan kan-

dungan senyawa bioaktif yang bersifat

anti parasit malaria Plasmodium falci-

forum antara lain naucleaorine dan ephy-

metoxynaucleaoine (He et al., 2005; De-

haro & Ginsburg, 2011; Soejarto et al.,

2012).

Jumlah pemanfaatan jenis tumbuhan

obat paling banyak dijumpai di Kampung

Tomerau, yaitu sebanyak 14 jenis

(37,8%) untuk mengobati sebanyak 19

jenis penyakit. Meskipun jumlah jenis

tumbuhan obatnya sama dengan Kam-

pung Rawa Biru namun tingkat peman-

faatan tumbuhan obat di Kampung Tome-

rau lebih tinggi disebabkan beberapa je-

nis tumbuhan digunakan untuk peng-

obatan lebih dari satu penyakit. Posisi

geografis yang lebih jauh dan aksesibi-

litas yang lebih rendah terhadap fasilitas

kesehatan tampaknya menyebabkan pe-

manfaatkan tumbuhan obat di Kampung

Tomerau menjadi lebih tinggi dari 2 kam-

pung lainnya.

C. Tumbuhan Obat yang Bernilai Eko-

nomi

Sebagian besar tumbuhan obat yang

dimanfaatkan masyarakat Suku Kanum

belum bernilai ekonomis, kecuali Astero-

myrtus symphyocarpa Linn. Craven dan

Myrmecodia pendans Merr. Kedua jenis

tumbuhan ini bernilai ekonomis karena

menghasilkan produk yang diperdagang-

Page 6: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

62

kan. Jenis Asteromyrtus symphyocarpa

dimanfaatkan sebagai penghasil minyak

kayu putih sedangkan Myrmecodia

pendans sebagai penghasil herbal sarang

semut. Sebelum populer sebagai obat

herbal, Myrmecodia pendans tidak dikon-

sumsi sebagai obat tradisional dalam

keseharian masyarakat Suku Kanum,

sehingga secara etnomedika tidak dican-

tumkan pada Lampiran 1.

1. Asteromyrtus symphyocarpa

Jenis Asteromyrtus symphyocarpa ter-

sebar di Indonesia, Papua Nugini dan

Australia. Sebaran A. symphyocarpa di

Indonesia terdapat di Kabupaten Merau-

ke, khususnya di hutan savana TN Wasur

hingga membentuk komunitas hutan do-

minan, yaitu hutan Asteromyrtus sym-

phyocarpa. Meskipun di dalam TN Wa-

sur terdapat jenis Melaleuca cajuputi na-

mun yang digunakan oleh masyarakat se-

bagai penghasil minyak kayu putih ada-

lah jenis Asteromyrtus symphyocarpa.

Jenis Melaleuca cajuputi yang tumbuh di

dalam kawasan TN Wasur berbeda de-

ngan jenis kayu putih yang menjadi ko-

moditi minyak kayu putih di Pulau Jawa

dan Maluku yaitu Melaleuca leuca-

dendron dan Melaleuca cajuputi subsp.

cajuputi (Budiadi et al., 2005; Utomo et

al., 2012).

Jenis Asteromyrtus symphyocarpa

menjadi substitusi Melaleuca cajuputi

dalam produksi minyak kayu putih di-

sebabkan kadar sineol yang terkandung

pada daun Asteromyrtus symphyocarpa

cukup tinggi. Menurut Siarudin dan

Widiyanto (2014), kadar sineol yang di-

hasilkan oleh Asteromyrtus symphyo-

carpa yang tumbuh di TN Wasur men-

capai 80% dengan tingkat rendemen mi-

nyak kayu putih mencapai 0,3%. Kadar

sineol Asteromyrtus symphyocarpa yang

terdapat di TN Wasur lebih tinggi di-

bandingkan jenis Asteromyrtus symphyo-

carpa di Australia. Menurut Brophy dan

Doran (1996), kadar sineol Asteromyrtus

symphyocarpa di Australia sebesar 39-

43%. Selain di Indonesia, jenis Astero-

myrtus symphyocarpa dimanfaatkan pula

oleh masyarakat Papua Nugini sebagai

komoditi minyak kayu putih atau dikenal

secara lokal Papua Nugini dengan

sebutan Weria Weria Oil (Doran, 1998).

Kegiatan penyulingan minyak kayu

putih di TN Wasur telah dilakukan ma-

syarakat sejak tahun 1997, terutama oleh

masyarakat adat Suku Kanum yang ter-

dapat di Kampung Rawa Biru, Yang-

gandur, Sota dan Tomerau. Menurut Wi-

nara et al. (2011), produksi minyak kayu

putih di TN Wasur mencapai angka ter-

tinggi sebesar 1.025 liter/tahun dengan

nilai jual sebesar Rp. 70.000/liter. Meski-

pun berdasarkan angka produksi masih

tergolong rendah, namun, menurut Indra-

jaya et al. (2013), kegiatan penyulingan

minyak kayu putih di TN Wasur cukup

menjanjikan secara ekonomi apabila di-

dukung dengan ketersediaan alat suling

dalam jumlah yang memadai. Minimnya

jumlah alat suling yang dimiliki masya-

rakat menyebabkan kapasitas produksi

minyak kayu putih di TN Wasur masih

tergolong kecil. Pada saat penelitian dila-

kukan jumlah alat suling yang masih ber-

operasi di Kampung Rawa Biru dan To-

merau masing-masing satu unit dengan

kapasitas muat sebanyak 160 kg daun.

2. Myrmecodia pendans

Sarang semut (Myrmecodia pendans)

merupakan salah satu komoditi herbal

asal Papua yang saat ini dipercaya dapat

menyembuhkan berbagai penyakit. Engi-

da et al. (2014) melaporkan bahwa Myr-

mecodia pendans mengandung polifenol

yang bersifat sebagai antioksidan dengan

kandungan senyawa kimia aktif berupa

rosmarinic acid, procyanidin B1, polimer

dari procyanidin B1. Masyarakat adat Su-

ku Kanum di Kampung Rawa Biru hanya

memanen jenis tumbuhan obat tesebut

dari alam untuk dijual ke pengumpul sa-

rang semut. Menurut Winara et al.

(2011), produksi sarang semut di TN Wa-

sur tidak menentu, namun apabila dirata-

ratakan dapat mencapai 500 kg/tahun

dengan harga jual sebesar Rp 60.000/kg

kering.

Page 7: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

63

D. Status Konservasi Tumbuhan Obat

Keberadaan tumbuhan obat dan ma-

syarakat adat Suku Kanum di dalam ka-

wasan TN Wasur menjadikan kajian me-

ngenai status konservasi pemanfaatan

tumbuhan obat sangat penting untuk

menjamin kelangsungan konservasi tum-

buhan dan kawasan. Status konservasi

tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh

masyarakat adat Suku Kanum di TN Wa-

sur dapat ditinjau dari 3 aspek antara lain

aspek perundangan, habitat dan cara pe-

manfaatan.

Berdasarkan peraturan perundangan

yang ada di Indonesia, hanya 1 jenis

tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh

Suku Kanum yang tergolong jenis tum-

buhan yang dilindungi yaitu Nepenthes

sp. (Peraturan Pemerintah Republik Indo-

nesia Nomor 7 Tahun 1999). Sementara

itu, berdasarkan habitat tumbuhan obat,

sebagian besar tumbuhan obat yang

dimanfaatkan berasal dari hutan sekitar

pemukiman masyarakat adat dan masih

tergolong zona pemanfaatan. Demikian

pula berdasarkan pemanfaatan bagian

tumbuhan masih tergolong aman secara

konservasi, yaitu sebagian besar tumbuh-

an obat yang dimanfaatkan Suku Kanum

adalah bagian daun (Gambar 2) dan ter-

masuk habitus pohon (22 jenis). Peman-

faatan daun kayu putih hingga saat pe-

nelitian ini dilakukan masih dalam jum-

lah yang terbatas dan dilakukan dengan

cara yang ramah lingkungan.

Pemanfaatan bagian daun dalam peng-

obatan tradisional menggunakan herbal

banyak dilakukan oleh masyarakat di

wilayah lainnya. Yeni dan Noya (2006)

menyatakan bahwa masyarakat di 28

lokasi dari 13 Kabupaten di Pulau Papua

sebagian besar memanfaatkan bagian

daun dari tumbuhan obat dalam peng-

obatan (113 jenis) disusul kemudian ba-

gian kulit batang (51 jenis). Menurut

Zuhud (2008), daun merupakan bagian

tumbuhan yang paling banyak digunakan

sebagai obat di Indonesia, yaitu sebesar

749 spesies (33,50%). Pemanfaatan ba-

gian daun sebagai obat tradisional tergo-

long mudah dalam proses pengambilan

bahan baku dan lebih aman secara kon-

servasi. Di samping itu, proses pertum-

buhan daun relatif lebih cepat dibanding-

kan proses pertumbuhan bagian tanaman

lainnya, sehingga keberlanjutannya lebih

terjaga.

Gambar (Figure) 2. Jumlah jenis tumbuhan obat berdasarkan bagian yang dimanfaatkan oleh suku Kanum

di TN Wasur Merauke (The number of species base on part of use for medicinal plants

of Kanum tribe in Wasur National Park Merauke).

Jum

lah j

enis

(N

um

ber

of

spec

ies)

Daun

(Leaf)

Pucuk

daun

(Shoot)

Bunga

(Flower)

Buah

(Fruit)

Biji

(Seed)

Batang

(Stem)

Kulit

batang

(Bark)

Kulit

akar

(Root

bark)

Getah

(Sap)

Semua

bagian

(All of

part)

Page 8: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

64

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masyarakat adat Suku Kanum di Ta-

man Nasional Wasur memanfaatkan 37

jenis tumbuhan yang berasal dari 26 fa-

mili sebagai obat tradisional untuk meng-

obati 24 jenis penyakit.

Terdapat dua jenis tumbuhan obat

yang dimanfaatkan untuk mengobati be-

berapa jenis penyakit yang berbeda, yaitu

Nauclea orientalis dan Timonius timon.

Jenis tumbuhan obat yang bernilai

ekonomis adalah Asteromyrtus symphio-

carpa sebagai penghasil minyak kayu

putih dan Myrmecodia pendans sebagai

penghasil herbal sarang semut.

B. Saran

Konservasi in-situ diperlukan untuk

menyelamatkan jenis-jenis tumbuhan

obat penting bagi masyarakat adat.

Diperlukan analisis kandungan senya-

wa aktif tumbuhan obat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Balai Penelitian

Kehutanan Manokwari yang telah menda-

nai penelitian dan Balai Taman Nasional

Wasur Merauke, Kepala Lembaga Ma-

syarakat Adat Suku Kanum Rawa Biru,

Onggaya dan Tomerau serta Saudara La

Hisa (Pengendali Ekosistem Hutan BTN

Wasur) yang telah mendukung pelaksa-

naan kegiatan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Assogbadjo A.E., Kakai R.G., Adjallala F.H.,

Azihou K.F, Vodohue G.F., Kyndt T. &

Codjia J.T.C. (2011). Ethnic difference in

use value and use patterns of the

threatened multipurpose scrambling shrub

(Caesalpinia bonduc L.) in Benin. Journal

of Medicinal Plants Research 5(9): 1549-

1557.

Atamimi F. (1997). Pengetahuan masyarakat

Suku Mooi tentang pemanfaatan sumber

daya nabati di Dusun Maibo, Desa Aimas,

Kabupaten Sorong. Skripsi Sarjana Ke-

hutanan. Faperta Universitas Negeri Cen-

derawasih, Manokwari. Tidak dipublikasi-

kan.

Badan Pusat Statistik [BPS]. (2010). Kabupaten

Merauke dalam angka tahun 2009. BPS

Kabupaten Merauke-Badan Perencanaan

dan Pembangunan daerah Kabupaten Me-

rauke. Merauke.

Bahekar S. & Kale R. (2013). Herbal plants used

for the treatment of malaria a literature

review. Journal of Pharmacognocy and

Phytochemistry 1(6): 141-146.

Balai Taman Nasional Wasur [BTN Wasur].

(1999). Rencana pengelolaan Taman

Nasional Wasur. Buku II. BTN Wasur-

WWF. Merauke.

Beniamin A. (2011). Medicinal fern of north

eastern India with special reference to

Arunachal Pradesh. Indian J. Traditional

Knowledge 10(3): 516-522.

Bourdy G & Walter A. (1992). Maternity and

medicinal plants of Vanuatu I. The cycle

of reproduction. Journal of Ethnopharma-

cology 37: 179-196.

Brophy J.J. & Doran J.C. (1996). Essensial oil of

tropical asteromyrtus, callistemon and

melaleuca species. ACIAR. Australia.

Budiadi H.T., Ishii H.T., Sunarto S & Kanazawa

Y. (2005).Variation in kayu putih (Me-

laleuca leucadendron (L.) L.) oil quality

under different farming system in Java,

Indonesia. Eurasian J. For. Res. 8(1): 15-20.

deAlberquerque U.P., Monteiro J.M., Ramos

M.A. & de Amorim E.L.C. (2007). Me-

dicinal and magic plants from a public

market in northeastern Brazil. Journal of

Ethnopharmacology 110: 76-91.

Deharo E. & Ginsburg H. (2011). Analysis of

additivity and synergism in the anti-

plasmodial effect of purified compounds

from plant extract. Malaria Journal 10(1):

1-5.

Dinas Kebudayaan Provinsi Papua. (2010). Buku

pemetaan suku-suku di tanah Papua.

www.infokebudayaanpapua.blogspot.com.

diakses tanggal 01 Juni 2012.

Doran J. (1998). Seed of an oil-based economy

sown in PNG. Ecos 95: n4. http://www

.ecosmagazine.com/?act=view_file&file_i

d=EC95p4.pdf. [02 Februari 2015].

Engida A.M., Faika S., Nguyen-Thi B.T. & Ju Y.

(2014). Analysis of major antioxidants

from extract of Myrmecodia pendans by

uv/visible spectrophotometer, liquid chro-

matography/tandem mass spectrometry

and high-performance liquid chromatogra-

phy/uv techniques. Journal of Food and

Drug Analysis xxx: 1-7. In Press. Doi:

10.1016/j/jfda.2014.07005.

Page 9: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

65

Hanum F & N. Hamzah. (1999). The use of

medicinal plant species by The Temuan

Tribe of Ayer Hitam Forest, Selangor,

Peninsular Malaysia. Pertranika. J. Trop.

Agric. Sci. 22(2): 85-94.

Hariadi B.T. (1994). Tinjauan etnobotani sistem

pertanian Suku Kanum di Taman Na-

sional Wasur, Merauke. Fakultas Pertanian

Universitas Cendrawasih. Manokwari. Ti-

dak dipublikasikan.

He Z.D., Ma C.Y., Zhang H.J., Tan G.T., Tamez

P., Sydara K., Bouamanivong S.,

Southavong B., Soejarto D.D., Pezzuto

J.M. & Fong H.H.S. (2005). Antimalarial

constituents of Nauclea orientalis (L.) L.

Chemistery and Biodiversity 02: 1378-

1386.

Hynniewta S.R. & Kumar Y. (2007). Herbal

remedies among The Khasi traditional

healers and villages folks in Menghalaya.

Indian Journal of Traditional Knowledge

7(4): 581-586.

Indrajaya Y., Winara A., Siarudin M., Junaedi E.

& Widiyanto A. (2013). Analisis kelayak-

an finansial pengusahaan minyak kayu

putih tradisional di Taman Nasional Wa-

sur, Papua. Jurnal Penelitian Sosial Eko-

nomi Kehutanan 10(1): 21-32.

Jhon R. (1997). Common forest tree of Irian Jaya

Indonesia. Royal Botanical Garden KEW.

Inggris.

Jorim R.Y., Korape S., Legu W., Koch M.,

Barrows L.R., Matainaho T.K. & Rai P.P.

(2012). An ethnobotanical survey of

medicinal plants used in the eastern high-

land of Papua New Guinea. Journal of

Ethnobiology and Ethnomedicine 8(47): 1-

17.

Joshi B. (2011). Ecology and medicinal uses of

Helmithostachys zeylanica (L.) Hook. “ An

endangered flora of India” reportered at

foothills of Kumaun Himalaya (Kashi-

pur), Uttararakhand. Researcher 3(4) : 51-

54.

Kadir M.F., Binsayeed M.S., Setu N.I., Mustofa

A. & Mia M.M.K. (2014). Ethnophar-

macological survey of medicinal plants

used by traditional health practitioners in

Thanchi, Bandarban Hill Tract, Bang-

ladesh. Journal of Ethnopharmacology

155: 495-508.

Kulip J. (2005). Simmilarity of medicinal plants

used by two native communities in Sabah,

Malaysia. Proc. WOCMAF III, 1: 81-85.

Dapat diakses pada: www.lib.teiep.gr.

(diakses pada tanggal 12 Nopember 2014).

Kumari P., Otaghvari A.M., Govindaphyari H.,

Bahuguna Y.M. & Uniyal V. (2011). Some

ethnomedically importance Pteridophytes

of India. Int. J. Med. Arom. Plants 1(1) :

18-22.

Lebot V & Simeoni P. (2004). Is the quality of

Kava (Piper methysticum Forst.F) res-

ponsible for different geoghraphical

patterns. Ethnobotany Research and Appli-

cation 2: 19-28.

Linn TZ., Awale S., Tezuka Y., Banskota A.H.,

Kalauni S.K., Attamimi F., Ueda V., Asih

P.B.S., Syafruddin D., Tanaka K & Kadota

S. (2012). Cassane- and norcassane-type

diterpenes from Caesalpinia crista of

Indonesia and their antimalarial activity

against the growth of Plasmodium

falciparum. Journal of Natural Product

68(5): 706-710.

Mahato S.B. & Sen S. (1997). Advance in

triterpenoid research, 1990-1994: Review

article number 118. Phytochemistry 44(7) :

1185-1236.

Milliken W. (1994). Ethnobotany of the Yali of

West Papua. Royal Botanical Garden,

Edinburg.

Moulds F.W. & Malani J. (2003). Kava : herbal

panacea or liver poison ? Med. J. Aust.

178: 451-453.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa.

Purba M. (1999). Prospek dan kontribusi Taman

Nasional Wasur terhadap pembangunan

daerah. Prosiding Pertemuan Regional Pe-

ngelolaan Taman Nasional Kawasan In-

donesia Timur. Kerjasama Departemen

Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Pro-

tected Areas and Forest. Manado.

www.nrm .bappenas.go.id.

Rosakutty P.J., Roslin A.S. & Ignacimuthu S.

(2010). Antiimflammatory and acute toxi-

city effects of Pittosporum Tetraspermum

wight and arn on rats. Journal of Phy-

tology 2(6): 14-20.

Setio P & Mukhtar A.S. (2005). Pengelolaan

Taman Nasional di Indonesia; Review

Hasil-hasil penelitian litbang. Departemen

Kehutanan. Bogor.

Shangwan S., Rao D.V. & Sharma R. (2010).

Review on Pongamia pinnata L. Pierre: a

great versatile leguminous plant. Nature

and Science 8(11): 130-139.

Siarudin M. & Widiyanto A. (2014). Kadar

penguapan dan kualitas minyak kayu putih

jenis Asteromyrtus symphyocarpa. Jurnal

Penelitian Hasil Hutan 32(2): 139-150. In

Press.

Singh V & Raghav V.K. (2012). Review on

pharmacological properties of Caesalpinia

bonduc L. Int. J. Med. Arom. Plant 2(3):

514-540.

Page 10: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

66

Smith N.M. (1991). Ethnobotanical field notes

from the Northern Territory, Australia. J

Adelaide Bot Gard. 14(1): 1-65.

Soejarto D.D., Gyllenhaal C., Kadushin M.R.,

Southavong B., Sydara K., Bouamanivong

S., Xaiven M., Zhang H.J., Franzblau S.G.,

Tan G.T., Pezzuto J.M., Riley M.C.,

Elkington B.G. & Waller D.P. (2012). An

ethnobotanical survey of medicinal plants

of Laos toward the discovery of bioactive

compound as potential candidates for

pharmaceutical development. Pharm. Biol

51(1): 42-60. Doi:10.3109/13880209.2011

.619700.

Sonal P. & Maitreyi Z. (2011). Pharmacognostic

study of the root of Justicia gendarussa

Burm. Asian Journal of Traditional Me-

dicine 6(2): 61-72.

Suhardjito D., Darusman L.K., Darusman D. &

Suwarno E. (2014). Comparing medicinal

plants use for traditional and modern

herbal medicine in Long Nah Village of

East Kalimantan. Bionatura Jurnal Ilmu-

Ilmu Hayati dan Fisik 16(2): 95-102.

Sun J., Lou H., Dai S., Xu H., Zhao F. & Liu K.

(2008). Indole alkaloids from Nauclea

officinalis with weak antimalarial activity.

Phytochemistry 69: 1405-1410.

Udayan P.S., George S., Tushar K.V. & Ba-

lachandaran B. (2007). Ethnomedicine of

Malapandaram Tribe of Achenkovil Forest

of Kollam District, Kerala. Indian J.

Traditional Knowledge 6(4): 569-573.

Uddin M.R., Sinha S., Hossain M.A., Kaisar

M.A., Hossain M.K. & Rashid M.A.

(2011). Chemical and biological investi-

gation of Justicia gendarussa (Burm) F.

Dhaca Univ J Pharm Sci. 10(1): 53-57.

Utomo P.M., Suhendang E., Syafii W. & Si-

mangunsong B.C. H. (2012). Model pro-

duksi daun pada hutan ta-naman Kayu

Putih (Melaleuca cajuputi Subsp. cajuputi

Powell.) sistem pemanenan pangkas tunas.

Jurnal Hutan Tanaman 9(4): 195-208.

WHO [World Health Organization]. (2013).

World Malaria Report 2013. Prancis.

Winara A., Atapen A., Warsito H., Indouw N &

Rumawak Z.L. (2010). Valuasi potensi

dan manfaat taman nasional di Papua.

Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian

Kehutanan Manokwari. Manokwari. Tidak

dipublikasikan.

Winara A, Nurapriyanto I & Yuliana S. (2011).

Ujicoba valuasi potensi dan manfaat

Taman Nasional Wasur di Papua. Laporan

Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutan-

an Manokwari. Manokwari. Tidak dipubli-

kasikan.

Winara A., Lekitoo K., Warsito H., Triantoro

R.G.N. & Mandibodibo L. (2009). Kajian

potensi biofisik taman nasional di Papua.

Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian

Kehutanan Manokwari. Manokwari. Tidak

dipublikasikan.

Yeni I & Noya Y. (2006). Kekayaan tumbuhan

penghasil obat di Papua. Prosiding

Ekspose Hasil-Hasil Penelitian dan Pa-

meran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Balai Penelitian dan Pengembangan Ke-

hutanan Papua dan Maluku, Manokwari,

18-19 April 2006. Hal. 435-451.

Zanin J.L., de Carvalho B.A., Martineli P.S., dos

Santos M.H., Lago J.H.G., Sartorelli P.,

Viegas C. & Soares M.G. (2012). The

genus Caesalpinia L (Caesalpiniaceae):

phytochemical and pharmacological cha-

racteristic. (Review). Molecules 17: 7887-

7902. Doi:103390/molecules1707887

Zhang Z., ElSohly H.N., Jacob M.R., Pasco D.S.,

Walker L.A. & Clark A.M. (2001). New

indole alkaloids from the bark of Nauclea

orientalis. Journal of Natural Products

64(8): 1001-1005.

Zuhud E.A.M. (2008). Potensi hutan tropika In-

donesia sebagai penyangga bahan obat

alam untuk kesehatan bangsa. www

.images.mutiaramadhani.multipply.

multiplycontent.com. [19 April 2011].

Page 11: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

67

Suk

u d

an n

ama

jeni

s F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use)

P

eman

faat

an d

i w

ilay

ah

lain

(U

tili

zati

on i

n ot

her

si

te)*

Aca

nth

acea

e

Just

icia

gen

daru

ssa

B

urm

.f.

Gan

daro

sa

Peg

al (

Ach

es)

Sem

ua

bag

ian

tum

buha

n d

ipan

aska

n d

i at

as

api,

ke

mu

dia

n di

tem

pel-

tem

pel

dan

dip

ijat

-pij

at p

ada

bag

ian

yan

g p

egal

-peg

al

(All

of

par

ts o

f th

e p

lant

s ar

e h

eate

d o

ver

a fl

am

e, t

hen

tap

ed-

past

e an

d m

assa

ge i

t on

th

e pa

rt o

f a

ches

).

Indi

a (S

onal

& M

aitr

eyi,

2

011)

, Ban

glad

es (

Udd

in

et a

l.,2

011;

Kad

ir e

t a

l.,

201

4),

Bra

zil

(de

Alb

urq

uerq

ue e

t a

lA

po

cyna

ceae

Als

ton

ia a

ctin

oph

ylla

(L

.) R

.Br.

S

uri

Hip

ote

nsi

ata

u te

kan

an d

arah

re

nda

h (H

ypot

enti

on)

Kul

it

bata

ng

bag

ian

dala

m

dir

ebus

ke

mud

ian

dim

inu

m

(The

in

ner

of

ba

rk i

s bo

iled

and

dru

nk)

Als

ton

ia c

f B

itri

cis

Sid

iyas

a B

eya

Lu

ka (

Wou

nd)

Get

ah

dau

n di

tete

skan

pa

da

luka

(L

eaf

sap

dr

ipp

ed

on

the

wou

nd)

Tab

erna

emon

tan

a p

ubes

cens

Lam

. N

dom

b

Mal

aria

(M

ala

ria

) A

kar

dir

ebus

kem

udia

n d

imin

um

tig

a ka

li s

ehar

i (R

oot

is

bo

iled

an

d dr

unk

thre

e ti

mes

in

a d

ay)

Are

cace

ae

Met

roxy

lon s

ag

u

K

eyan

g

Asm

a, C

acar

ai

r, L

uka

(A

sthm

a,

mea

sles

, w

ou

nd

)

- A

ir

yan

g te

rdap

at

pad

a p

ucuk

da

un

dim

inum

la

ngsu

ng

untu

k m

engo

bat

i at

sma

(Wa

ter

cont

ain

ed i

n th

e sh

oots

is

dru

nk t

o cu

re a

n a

thsm

a)

- T

epun

g sa

gu

keri

ng

dita

bur

kan

pa

da

bag

ian

tu

buh

ya

ng

terk

ena

caca

r ai

r (D

ried

sa

go fl

our

is p

owd

ered

on

mea

sles

) -

Sag

u ya

ng s

udah

ker

ing

dit

abur

dia

tas

luka

(D

ried

sa

go

flou

r is

pow

der

ed o

n w

oun

ds)

Asc

lep

iadac

eaea

Dis

chid

ia n

um

mu

lari

a

Mer

o

Dia

re

(Dia

rrh

ea)

Dau

n d

ireb

us

kem

udia

n

air

reb

usan

di

min

um

atau

cu

kup

diku

nya

h d

an a

irny

a d

itel

an (

The

lea

ves

are

boi

led

and

use

the

w

ater

to

dri

nk)

Indi

a (H

ynni

ewta

&

Ku

mar

, 200

7)

Ast

erac

eae

Ag

erat

um

con

izoi

des

L

. 17

53

Mp

ito

-mp

ito

L

uka

(W

ound

) D

aun

dik

unya

h ke

mud

ian

dite

mp

elka

n p

ada

bag

ian

yang

luk

a (L

eaf

is

chew

ed a

nd t

hen

pla

ced

on

the

wou

nd)

Indi

a (H

ynni

ewta

&

Ku

mar

, 200

7), P

apua

(

., 20

07)

Ro

ttb.

R.B

r.

Lam

pira

n (A

ppen

dix)

1.

Jeni

s tu

mbu

han

obat

dan

pem

anfa

atan

nya

oleh

Suk

u K

anum

di T

aman

Nas

iona

l Was

ur M

erau

ke (

The

spe

cies

of m

edic

inal

pla

nts

and

thei

r ut

iliz

atio

ns o

f K

anum

Tri

be in

Was

ur N

atio

nal P

ark

Mer

auke

)

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

Page 12: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

68

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

Suk

u d

an n

ama

jeni

s (F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use)

P

eman

faat

an d

i w

ilay

ah

lain

(U

tili

zati

on i

n ot

her

si

te)*

N

ugi

ni (

Jori

m e

t a

l.,

20

12

)

Car

icac

eae

Ca

rica

pa

paya

L.

Mai

mep

ar

Dia

re

(Dia

rrh

ea)

Aka

r da

n da

un

dir

ebus

kem

udia

n ai

r re

bus

an d

imin

um (

Ro

ot

and

leaf

are

bo

iled

then

dri

nk t

he

bo

iled

wat

er)

Pap

ua N

ugin

i (M

illi

ken,

1

994)

, F

iji

(WH

O,

199

8),

B

angl

ades

(K

adir

et

al.

, 2

014)

D

elin

iace

ae

Wo

rmia

sp

W

apaa

L

uka

(W

ound

) D

aun

diku

nya

h ke

mud

ian

dit

emp

elka

n pa

da

bagi

an l

uka

(Lea

f is

ch

ewed

th

en p

lace

d on

th

e w

ound

)

Dro

sera

ceae

Dro

sera

in

dica

L.

- D

isen

tri

(Dys

ente

ry)

Sem

ua

bagi

an

tum

buh

an

dik

unya

h b

ersa

maa

n,

airn

ya

dite

lan

dan

amp

asny

a di

goso

k di

bag

ian

per

ut u

ntu

k m

enye

mb

uhka

n

dise

ntri

(A

ll o

f p

arts

of

the

pla

nts

are

chew

ed t

oget

her

and

th

e w

aste

w

ater

sw

all

owed

a

nd

rub

bed

on

ab

dom

en

to

cure

dy

sen

tery

)

Eup

horb

iace

ae

Ph

ylla

ntu

s re

ticu

latu

s P

oir

. M

eim

eip

el

Flu

(F

lu)

Dau

n d

ikun

yah

kem

udia

n ai

r ku

nya

han

nya

dit

elan

(L

eaf

is

chew

ed t

hen

sw

allo

wed

th

e ch

ewin

g w

ate

r)

Ban

glad

es (

Kad

ir e

t a

l.,

201

4)

Fab

acea

e

Ca

esal

pin

ia b

ond

uc

(L.)

Rox

b.

Mam

ek

Mal

aria

(M

ala

ria

) A

kar

dir

ebus

lal

u d

imin

um a

tau

bij

i d

itum

buk

hal

us k

emud

ian

dise

duh

den

gan

air

men

did

ih d

an d

imin

um (

Ro

ot i

s bo

iled

the

n dr

unk

or

the

seed

fin

ely

gro

und

and

th

en d

rew

ed w

ith

boil

ing

wat

er a

nd d

run

k)

Afr

ika

(Ass

ogb

adjo

et

al.

, 2

011)

, Ind

ia (

Sin

gh &

R

agha

v, 2

012)

.

Ino

carp

us

fagif

er

(Par

kins

on

ex

Zo

llin

ger)

Fosb

erg

Hay

am

Hip

ote

nsi

(H

ypot

enti

on)

Kul

it b

atan

g d

ireb

us k

emud

ian

air

rebu

san

dim

inu

m (

bar

k is

bo

iled

the

n dr

ink

the

boil

ed w

ater

)

Po

ngam

ia p

inna

ta (

L.)

K

anta

R

ahim

ko

tor

sete

lah

mel

ahir

kan

(Dir

ty u

teru

s a

fter

ch

ildb

irth

)

Kul

it b

atan

g d

ireb

us d

an d

imin

um d

ua k

ali

seha

ri (

Ba

rk i

s bo

iled

an

d th

en d

rink

tw

o t

imes

in

a d

ay)

Van

uatu

(B

ourd

y &

W

alte

r 1

992)

, Ind

ia

(Sha

gw

an e

t a

l., 2

010)

Page 13: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

69

Suk

u d

an n

ama

jeni

s (F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use)

P

eman

faat

an d

i w

ilay

ah

lain

(U

tili

zati

on i

n ot

her

si

te)*

Irid

acea

e

Pa

ters

oni

a m

acra

nth

a

Ben

th.

Pap

ater

M

engu

rang

i na

fsu

mak

an

(Red

uce

a

pp

etit

e)

Dau

n di

kun

yah

kem

udia

n ai

r ku

nyah

anny

a di

hisa

p d

an d

itel

an

(Lea

f is

ch

ewed

the

n i

nha

led

and

ing

este

d th

e ch

ewin

g w

ate

r)

Mo

race

ae

Fic

us

hisp

ida

Lin

n.

Mb

ud

Pel

anca

r A

SI

(Lou

nch

ed

bre

ast

mil

k)

Dau

n m

uda

dip

anas

kan

di

atas

ap

i ke

mud

ian

dit

empe

l-te

mp

el d

i ba

gian

pay

udar

a (Y

oung

lea

ves

are

hea

ted

ove

r a

flam

e an

d th

en

tap

ed-p

ast

e in

the

bre

ast)

Fic

us

sep

tica

Bur

m.

F.

Mei

mep

el

Mal

aria

(M

ala

ria

) E

nam

lem

bar

daun

dir

ebus

kem

udia

n ai

r re

busa

n d

imin

um

dan

ua

p a

ir r

ebus

an d

igu

naka

n u

ntu

k m

and

i sa

una

(Six

lea

ves

are

bo

iled

and

th

en d

rin

k b

oile

d w

ate

r a

nd s

tea

m c

oo

king

wa

ter

used

for

ste

am

ba

ths)

Mal

aysi

a (K

ulip

, 200

5)

Fiq

us s

p.

Tar

agi

Lu

ka (

Wou

nd)

Dau

n di

tum

bu

k ha

lus

kem

ud

ian

dite

mpe

lkan

pad

a b

agia

n l

uka

(L

eaf

is fi

nel

y p

ound

ed a

nd

pla

ced

on

wou

nd)

Myr

isti

cace

ae

Gym

nac

rant

hera

W

arb.

Sar

nta

Ken

cing

nan

ah,

Par

u-P

aru

(Go

norr

hoe

a,

Ph

this

is)

Bij

i b

uah

seb

anya

k ti

ga

sam

pai

tuju

h b

uah

dire

bus

sa

mp

ai

men

did

ih d

an d

imin

um

(F

ruit

see

ds

as m

uch

as

thre

e to

sev

en

are

boil

ed a

nd d

run

k)

Myr

tace

ae

Ast

erom

yrtu

s sy

mp

hioc

arp

a

(F.M

uell

.) C

rave

n

Ru

F

lu (

Flu

) D

aun

dik

unya

h ke

mud

ian

air

kun

yaha

nny

a d

itel

an

(Lea

f is

ch

ewed

th

en s

wal

low

ed c

hew

ing

wa

ter)

Aus

tral

ia (

Sm

ith,

199

1)

Lep

tosp

erm

um

J.R

. F

orst

ter

& G

. F

ors

ter

Say

ya

Bat

uk (

Co

ugh

) B

uah

bagi

an d

alam

dik

uny

ah d

an a

ir k

unya

hann

ya d

itel

an (

Inn

er

part

of

fru

it i

s ch

ewed

the

n s

wa

llow

ed c

hew

ing

wat

er)

Mel

ale

uca

vir

idifl

ora

S

ol.

ex G

aert

n.

Wo

mb

B

atuk

(C

ou

gh)

Dau

n d

ikun

yah

kem

udia

n ai

r ku

nya

han

nya

dit

elan

(L

eaf

is

chew

ed t

hen

sw

allo

wed

ch

ewin

g w

ate

r)

Page 14: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

70

Suk

u d

an n

ama

jeni

s (F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use)

Syz

ygiu

m c

orm

iflor

um

(F

. M

uell

.) B

. Hyla

nd

Mb

ane

Mal

aria

(M

ala

ria

) K

ulit

ba

tang

ba

gia

n da

lam

d

ireb

us

kem

udia

n di

min

um

(

inn

er o

f b

ark

is

boil

ed a

nd t

hen

dru

nk)

Nep

hent

acea

e

Nep

hen

tes

L. (

1753

) K

alam

alin

B

atu

ginj

al

(Uro

lith

iasi

s)

Bun

ga y

ang

mas

ih m

uda

dim

akan

(Yo

ung

flow

er i

s ea

ten

Op

hio

glos

sace

ae

Hel

min

tho

sta

chys

ze

ylan

ica

(L

) H

ook

. S

aper

o K

enci

ng n

anah

(G

ono

rrh

oea

) A

kar

dir

ebus

ke

mud

ian

air

reb

usan

dim

inu

m (

Ro

ot i

s b

oile

d

then

dru

nk)

Pan

dan

acea

e

Pa

ndan

us c

ono

ideu

s L

am.

Mar

R

adik

al B

ebas

/ A

ntio

ksid

an

(An

tiox

idan

ts)

Bua

h ya

ng t

elah

mat

ang

dire

bus

ata

u d

ipep

es k

emud

ian

dim

akan

(R

ipe

frui

t is

boi

led

or

spic

ed t

hen

ea

ten

)

Pip

erac

eae

Pip

er m

ethy

stic

um

G

.Fo

rst

Kal

iro

D

epre

si

(Dep

ress

ion

) B

atan

g di

tum

buk

kem

udia

n di

sed

uh a

ir d

an d

imin

um (

poun

ded

th

en b

rew

ed a

nd d

run

k w

ater

)

Pit

tosp

ora

ceae

Pit

tosp

oru

m

tetr

aspe

rmu

m W

ight

&

Arn

.

- L

uka

gig

itan

ul

ar (

Sn

ake

bite

w

ou

nd

)

Kul

it

bat

ang

bag

ian

dal

am

dik

unya

h ke

mud

ian

amp

as

dite

mpe

lkan

pad

a ba

gian

luk

a gi

gita

n ul

ar (

The

inn

er o

f ba

rk i

s ch

ewed

th

en t

he d

reg

s p

lace

d o

n t

he w

oun

d of

sna

kebi

tes

P

rote

acea

e

Gre

vill

ea g

lauca

B

anks

& S

ola

nder

ex

Kni

ght

Gul

ago

l B

atuk

(C

og

h)

Dau

n d

ikun

yah

kem

udia

n ai

r ku

nya

han

nya

dit

elan

(

chew

ed t

hen

sw

allo

wed

ch

ewin

g w

ate

r)

P

teri

dac

eae

Ch

eila

nth

es t

enu

ifol

ia

Sw

. -

Lu

ka (

Wou

nd)

Dau

n di

kuny

ah k

emud

ian

dise

mb

urka

n p

ada

bag

ian

luka

(is

ch

ewed

th

en s

pra

yed

on

the

wo

und

)

Pem

anfa

atan

di

wil

ayah

la

in (

Uti

liza

tion

in

oth

er

site

)*

The

) M

alay

sia

(Han

um &

H

amza

h, 1

999

), I

ndia

(J

osh

i, 2

011;

Ben

iam

in,

201

1)

Pap

ua N

ugin

i (M

illi

ken,

1

994)

Ste

m i

s F

iji

(Mo

uld

& M

alan

i,

200

3), V

anua

tu (

Leb

ot &

S

imeo

ni,

2004

).

)

Indi

a (U

daya

n et

al.

, 200

7;

Ros

akut

ty e

t a

l., 2

010)

Lea

f is

Lea

fs

Indi

a (K

umar

i et

al.

, 2

011

)

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

Page 15: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Suk

u d

an n

ama

jeni

s (F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use

Ran

unc

ulac

eae

Cle

mat

is L

. S

om

pone

ku

S

akit

kep

ala

(Hea

dach

e)

Dau

n d

ikun

yah

kem

udia

n ai

rnya

dih

isap

dan

am

pasn

ya d

igo

sok

di k

epal

a (L

eaf

is c

hew

ed t

hen

sw

allo

wed

th

e ch

ewin

g w

ate

r an

d th

e w

ast

e is

ru

bbed

on

hea

d)

Rha

mnac

eae

Alp

hito

nia

in

can

a

(Rox

b.)

Kur

z B

eula

S

akit

gig

i (T

oo

tha

che

) K

ulit

b

atan

g ba

gian

d

alam

d

ipan

aska

n di

at

as

adi

gigi

tkan

pad

a ba

gian

gi

gi y

ang

saki

t (

hea

ted

ove

r a

flam

e th

en b

itte

d o

n th

e so

re o

f to

oth

Rub

iace

ae

Mor

ind

a ci

trif

oli

a L

. M

bam

in

Peg

al (

Ach

es)

Dau

n d

ipan

aska

n di

ata

s ap

i ke

mud

ian

dit

emp

el p

ada

bag

ian

ya

ng

peg

al-p

egal

(L

eaf

is h

eate

d o

ver

a fla

me

and

then

affi

xed

to t

he a

ches

)

Na

ucl

ea o

rien

tali

s (L

.)

L.

Gal

/Yer

bu

Bat

u gi

njal

, m

alar

ia d

an

par

u-p

aru

(Uro

lith

iasi

s,

ma

lari

a,

Ph

this

is)

- K

ulit

bat

ang

bag

ian

dal

am

dir

ebus

dan

dim

inum

3 k

ali

seha

ri u

ntuk

men

gob

ati

bat

u g

inja

l (

boil

ed t

hen

dru

nk t

hre

e ti

mes

in

a d

ay t

o cu

re u

roli

thia

sis

- K

ulit

bat

ang

bagi

an d

alam

d

ireb

us d

an d

imin

um

3 k

ali

seha

ri u

ntuk

men

gob

ati

mal

aria

(T

he i

nne

r of

ba

rk i

s b

oile

d

then

dru

nk t

hree

tim

es i

n a

day

to

cure

ma

lari

a-

Kul

it

bat

ang

yang

m

engh

adap

m

atah

ari

diam

bil

se

cuku

pny

a,d

ikup

as,

dib

ersi

hkan

d

ari

bagi

an

luar

d

an

dire

bus.

A

ir

reb

usan

d

imin

um

pagi

d

an

sore

un

tuk

men

goba

ti p

aru

-par

u (T

he b

ark

th

at f

aci

ng t

he

sun

take

n i

n m

ode

rati

on,

pee

led

, cl

ean

ed f

rom

th

e ou

tsid

e an

d bo

iled

. D

rink

bo

iled

wa

ter

in t

he

mo

rnin

g a

nd

afte

rno

on t

o cu

re

Ph

this

is)

T

imon

ius

tim

on

(Sp

reng

.) M

err.

W

emen

i /M

ingg

u

Ken

cing

nan

ah,

par

u-p

aru

dan

R

ahim

ko

tor

sete

lah

mel

ahir

kan

(Go

norr

hoe

a,

Ph

this

is,

Dir

ty

ute

rus

aft

er

- D

aun

seba

nya

k 3

-7

lem

bar

d

ireb

us

dan

dim

inum

u

ntuk

m

engo

bati

ke

ncin

g na

nah

(Lea

f as

m

uch

as

3

boil

ed a

nd

dru

nk t

o cu

re g

onor

rhea

) -

Kul

it

bat

ang

bag

ian

dal

am

dire

bus

kem

udia

n d

imin

um

untu

k m

engo

bat

i p

enya

kit

paru

-par

u m

elah

irka

n (T

he i

nner

of

bark

isb

oil

ed t

hen

dru

nk

to c

ure

ph

this

is a

nd

post

-bir

th c

lean

ing

)

) P

eman

faat

an d

i w

ilay

ah

lain

(U

tili

zati

on i

n ot

her

si

te)*

pi

kem

udia

n T

he i

nner

of

bark

is

)

Mal

aysi

a (K

ulip

, 200

5)

The

in

ner

of b

ark

is

)

)

Afr

ika

(Bah

ekar

& K

ale,

2

013)

-7

pea

ces

dan

pem

bers

ih p

asca

Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Kanum…(A. Winara; A.S. Mukhtar)

71

Page 16: PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH SUKU KANUM DI …

Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 57-72

72

Suk

u d

an n

ama

jeni

s (F

am

ily

and

sp

ecie

s)

Nam

a da

erah

(L

oca

l n

ame)

P

enya

kit

(Ail

men

t)

Car

a pe

mak

aian

(D

irec

tion

of

use)

P

eman

faat

an d

i w

ilay

ah

lain

(U

tili

zati

on i

n ot

her

si

te)*

chil

db

irth

)

Sm

ilac

acea

e

Sm

ilax

aus

tral

is R

.Br.

N

suo

l S

akit

tel

inga

(E

ara

che)

A

ir t

unas

dau

n d

itet

es p

ada

teli

nga

(Wa

ter

fro

m s

hoo

ts a

re d

rops

on

ea

r)

Pap

ua N

ugin

i (M

illi

ken,

1

994)

Urt

icac

eae

Pip

turu

s W

edd

. Y

ariy

ari

Bis

ul

(Fu

runk

el)

Kul

it a

kar

bagi

an d

alam

dit

umb

uk

dan

dit

emp

el p

ada

bagi

an

bisu

l ag

ar c

epat

pec

ah (

The

inn

er o

f ro

ot b

ark

is p

ound

ed a

nd

tap

ed o

n t

he p

art

of

boi

ls t

o ru

ptu

re q

uic

kly

)

Ket

eran

gan

(Rem

ark

) :

* K

esam

aan b

erda

sark

an b

agia

n t

um

buha

n ya

ng

digu

naka

n da

n p

eman

faat

ann

ya (

The

sim

ila

rity

b

ased

on

part

of

pla

nts

and

uti

liza

tio

n)