pemanfaatan limbah susu cair dan daun paitan …

17
1 PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN (Tithonia diversifolia) MENJADI PUPUK ORGANIKCAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica Oleraceae L Var Acephala) RIA ANDRIANIENY, DYAH YUNIWATI, YEKTI SRI RAHAYU, ¹) Wisnuwardhana University Abstrak: Produk yang dihasilkan dari budidaya pertanian yang menggunakan pupuk organik lebih disukai masyarakat. Alasannya produk tersebut lebih aman bagi kesehatan. Selain itu, sistem pertanian organik juga merupakan salah satu cara dalam rangka melestarikan lingkungan. Penggunaan pupuk organik telah terbukti mampu memperbaiki degradasi lahan dan mampumenyediakan unsur hara bagi tanaman,. Pemanfaatan bahan organik yang tersedia di alam merupakan suatu alternatif baru untuk mendapatkan pupuk organik, dengan memanfaatkan limbah sebagai media hidup mikroorganisme lokal dalam pembuatan pupuk cair. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai media hidup mikroorganisme lokal adalah limbah susu. Limbah susu cair atau susu basi mengandung mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses fermentasi. Penambahan nitrogen atau unsur N, diperoleh dari daun paitan (Tithonia diversifolia), tanaman perdu atau gulma yang dapat dimanfaatkan sebagai kompos karena kandungan nitrogen dalam daunnya tinggi yakni 3,50%. Dari proses fermentasi limbah susu dan daunpaitan akan menghasilka pupuk cair yang dapat diaplikasikan pada tanaman kailan (Brassica Oleraceae L Var Acephala). Penelitian dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang pada bulan Desember 2013 – April 2014. Percobaan ini bertujuan untuk menguji apakah ada interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pupuk cair limbah susu dan daun paitan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. Percobaan ini menggunakan ranb\cangan acak kelompok (RAK) yang diulangsebanyak 3 kali dan disusun dengan 2 faktor. Faktor 1 adalah lama fermentasi (F), F1 : fermentasi 10 hari, F2 : fermentasi 20 hari, F3 : fermentasi 30 hari dan faktor II adalah konsentrasi pemberian (D), D0 : perlakuan kontrol tanpa pengenceran, D1 : 100 ml/l, D2 : 200 ml/l, D3 : 300 ml/l. Hasil data pengamatan dianalisa menggunakan sidik ragam. Jika F hitung lebih besar dari F tabel-5% artinya berpengaruh nyata dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pemberian terhadap parameter pertumbuhan ( jumlah daun, luas daun,dan diameter batang) dan hasil tanaman kailan. Namun, intyeraksi terjadi pada parameter tinggi tanaman pengamatan umur 35 hst pada perlakuan lama fermentasi 30 hari dan konsentrasi pemberian 100ml/l (F3D1) dengan rata-rata tinggi tanaman 6.15 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 30 hari dan konsentrasi pemberian 300 ml/l (F3D3) dengan rata- rata tinggi tanaman 6.05 Kata kunci: Limbah susu, daun paitan, pupuk organik, tanaman kailan

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

1

PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN

(Tithonia diversifolia) MENJADI PUPUK ORGANIKCAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica Oleraceae L Var Acephala)

RIA ANDRIANIENY, DYAH YUNIWATI, YEKTI SRI RAHAYU,

¹) Wisnuwardhana University

Abstrak: Produk yang dihasilkan dari budidaya pertanian yang menggunakan pupuk organik lebih disukai masyarakat. Alasannya produk tersebut lebih aman bagi kesehatan. Selain itu, sistem pertanian organik juga merupakan salah satu cara dalam rangka melestarikan lingkungan. Penggunaan pupuk organik telah terbukti mampu memperbaiki degradasi lahan dan mampumenyediakan unsur hara bagi tanaman,. Pemanfaatan bahan organik yang tersedia di alam merupakan suatu alternatif baru untuk mendapatkan pupuk organik, dengan memanfaatkan limbah sebagai media hidup mikroorganisme lokal dalam pembuatan pupuk cair. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai media hidup mikroorganisme lokal adalah limbah susu. Limbah susu cair atau susu basi mengandung mikroorganisme yang bermanfaat bagi proses fermentasi. Penambahan nitrogen atau unsur N, diperoleh dari daun paitan (Tithonia diversifolia), tanaman perdu atau gulma yang dapat dimanfaatkan sebagai kompos karena kandungan nitrogen dalam daunnya tinggi yakni 3,50%. Dari proses fermentasi limbah susu dan daunpaitan akan menghasilka pupuk cair yang dapat diaplikasikan pada tanaman kailan (Brassica Oleraceae L Var Acephala). Penelitian dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang pada bulan Desember 2013 – April 2014. Percobaan ini bertujuan untuk menguji apakah ada interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pupuk cair limbah susu dan daun paitan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. Percobaan ini menggunakan ranb\cangan acak kelompok (RAK) yang diulangsebanyak 3 kali dan disusun dengan 2 faktor. Faktor 1 adalah lama fermentasi (F), F1 : fermentasi 10 hari, F2 : fermentasi 20 hari, F3 : fermentasi 30 hari dan faktor II adalah konsentrasi pemberian (D), D0 : perlakuan kontrol tanpa pengenceran, D1 : 100 ml/l, D2 : 200 ml/l, D3 : 300 ml/l. Hasil data pengamatan dianalisa menggunakan sidik ragam. Jika F hitung lebih besar dari F tabel-5% artinya berpengaruh nyata dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%.

Hasil percobaan menunjukan bahwa tidak terjadi interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pemberian terhadap parameter pertumbuhan ( jumlah daun, luas daun,dan diameter batang) dan hasil tanaman kailan. Namun, intyeraksi terjadi pada parameter tinggi tanaman pengamatan umur 35 hst pada perlakuan lama fermentasi 30 hari dan konsentrasi pemberian 100ml/l (F3D1) dengan rata-rata tinggi tanaman 6.15 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 30 hari dan konsentrasi pemberian 300 ml/l (F3D3) dengan rata-rata tinggi tanaman 6.05 Kata kunci: Limbah susu, daun paitan, pupuk organik, tanaman kailan

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

2

Perkembangan sistem pertanian modern di Indonesia dengan penggunaan input pestisida dan pupuk buatan telah memberikan kontribusi besar terhadap penanggulangan kelaparan dan peningkatan standart hidup namun, disisilain berakibat pada kerusakan lingkungan yaitu menurunya produktivitas atau kesuburan tanah, pencemaran air tanah, sungai, waduk danau yang pada tingkat tertentu dapat membahayakan kesehatan manusia. Bagi manusia, senyawa kimia seperti organoklorin, piretroid, sulfonilurea dalam pestisida dan pupuk buatan ( anorganik ) berpotensi menurunkan kecerdasan karena dapat mengganggu kerja sisitem saraf, menganggu metabolisme tubuh, menimbulkan radikal bebas, menyebabkan kanker, meningkatkan resiko keguguran pada ibu hamil, dan dalam dosis tinggi menyebabkan kematian ( Nurayla, 2009). Sehingga, kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan makanan yang sehat dan mengurangi mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya menjadi meningkat dan sayuran organik menjadi banyak dinikmati oleh masyarakat.

Pada saat ini, produk yang dihasilkan dari budidaya dan peternakan yang menggunakan pupuk organik lebih disukai masyarakat. Alasanya, produk tresebut lebih aman bagi kesehatan. Di negara-negara maju, masyarakatnya mulai beralih mengkonsumsi produk yang dihasilkan secara organik ( Parnata, 2004).

Produk pertanian (buah dan sayur) yang dihasilkan dari sistem pertanian organik lebih menyehatkan karena tidak mengandung bahan residu dari pestisda dan pupuk anorganik, kandungan antioksidan lebih tinggi, dan makanan organik lebih banyak mengandung vitamin dan mineral seperti zat besi dan zinc. Sistem pertanian organik merupakan alternatif bagi petani dalam produksi tanaman. Selain itu, sistem pertanian organik juga merupakan salah satu cara dalam rangka melestarikan lingkungan, karena penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk.

Berbagai bentuk pupuk organik/hijau dalam menunjang pertanian ramah lingkungan antara lain, bahan organik dekomposisi atau dikenal dengan produk kompos, perlakuan dengan Effective Microorganisms-4 (EM-4) yang dikenal dengan produk bokashi, perlakuan dengan M-Bio yang dikenal dengan porasi, bahan organik dicairkan yang dikenalkan dengan pupuk organik cair.

Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan unsur hara yang sesuai engan kebutuhan tanaman sebab pupuk organik memilii kandungan unsur hara makro maupun mikro. Maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk cair dalampemupukan jelas lebih merata, tdak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di suatu tempat, hal ini disebabkan sifat pupuk organik cair yang mudah larut. Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakanhara secara cepat sebab kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap di dalam pupuk organik cair (Musnamar, 2006).

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

3

Jika di bandingkan dengan pupuk anorganik cair memiliki kandungan hara makro dan mikro namun dengan jumlah yang sedikit. Sehingga dalam pengaplikasiannya membutuhkan pupuk organik cair dengan jumlah yang banyak. Tetapi pupuk organik cair telah dikomersialkan secara terbatas dengan berbagai merek dan harganya relatif masih mahal. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dikembangkan suatu cara untuk memperoleh pupuk organik dengan bahan-bahan yang telah tersedia di alam dengan memanfaatkan limbah sebagai media hidup mikroorganisme lokal dalam pembuatan pupuk cair.

Mikroorganisme loka (Mol) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun cair. Bahan untuk pembuatan media MoL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MoL dapat berasal dari pertanian, perkebunan, maupun limabah organik rumah tangga ( Tabalangan,2012).

Limbah yang dapat dimanfaatkan sebagi sumber media mikroorganisme lokal adalah limbah susu. Limbah cair yang berasal dari industr susu mempunyai karakteristikkhusus, yaitu kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut mudah mengalami proses pembususkan dan apabila tidak segera didaur ualang akan membahayakanlingkungan disekitar industri (Wagini et al. 2002).

Pada umumnya, susu mengandung natrium, kalium,kalsium,fosfor, dan magnesium. Kandungan pada limbah susu tersebutakan terbuang sia-sia apabila tidak ada pemanfaatan lebih lanjut. Padahal dalam tanaman senyawa-senyawa tersebut sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain itu, dalam limbah susu juga mengandung karohidrat dan glukosa yang merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi. Oleh karena itu, limbah susu dapat dimnafaatkan kembali sebagai tambahan nutrisi untuk tanaman dan sebagai media hidup mikroorganisme lokal (MOL).

Secara kualitas kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair tidak dapat lebih unggul jika dibandingkan dengan pupuk anorganik. Namun, kandungan unsur hara yang dihasilkan dari limbah produksi susu dapat ditingkatkan dengan menambah bahan lain yang mengandung unsur hara makro (Pambudi et al,2012).

Penambahan nitrogen atau unsur N, diperoleh dari daun paitan (Tithonia diversifolia), tanaman perdu atau gulma yang banyak dimanfaatkan sebagai kompos karena kandungan nitrogen dalam daunnya tinggi yakni 3,50%. Namun, limbah susu mengandung gula terlarut, protein, lemak, dan mungkin residu bahan aditif, sehingga diperlukan suatu proses fermentasi untuk mengurangi kandungan bahan tersebut. Dari proses fermentasi tersebut akan menghasilkan pupuk cair yang kaya kandungan unsur N dari tanaman paitan sehingga dapat diaplikasikan pada tanaman, seperti kailan (Brassica Oleraceae L Var Acephala).

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

4

Tanaman Kailan adalah tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian daunnya. Sehingga dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman kailan membutuhkan unsur hara yang cukup terutama ntrogen yang berperan dalam pertumbuhan tanaman terutama bagian daun. Kailan merupakan salah satu jenis sayuran famili kubis-kubisan (Braddicaceae) yang berasal dari negeri china. Kailan masuk Indonesia sekitar abad ke -17, namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati dikalangan masyarakat, sehingga memiliki prospek pemasaran yang cukup baik. Usaha dan pengembangan sayuran komersil dapat dipertimbangkan sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan pendapatan di bidang pertanian (Dermawan,2009).

Permintaan sayuran ini terus meningkat, sehingga perlu dikembangkan usaha dalam meningkatkan produksi kailan. Salah satu sarana peningkatan hasil produksi adalah dengan penambahan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Pupuk cair hasil dari proses fermentasi limbah susu dan daun paitan(Tithonia diversifolia), dapat diaplikasikan pada tanaman kailan (Brassica Oleraceae L Var. Acephala) yang mungkin dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menguji pengaruh pupuk cair hasil fermentasi limbah susu dan daun paitan(Tithonia diversifolia), terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan(Brassica Oleraceae L Var. Acephala). (2) menguji pengaruh lama fermentasi pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan. (3) menguji pengaruh dosis pemberian pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di green house dan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang, Jawa Timur dari bulan Desember 2013 sampai April 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah susu yang tidak layak konsumsi atau yang telah basi sebanyak 15 L, daun paitan sebanyak 5 kg, benih kailan, polybag ukuran 30 x 30 cm berat isis 5 kg. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, drum/tong ,jerigen, handsprayer, penggaris, baskom, pisau, selang, gelas ukur, alat tulis, meteran, timbangan. Pada percobaan ini memakai Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial, dengan menggunakan 2 faktor : Faktor I : Lama fermentasi, F1 = 10 hari, F2 = 20 hari, F3 = 30 hari. Faktor II : Konsentrasi pupuk, D1 = 100ml/Liter, D2 = 200ml/Liter, D3 = 300ml/Liter D0 = tanpa Konsentrasi. Sehingga akan didapat perlakuan sebagai berikut : F1D0 : Lama fermentasi 10 hari dengan konsentrasi 0 (perlakuan kontrol) F2D0 : Lama fermentasi 20 hari dengan konsentrasi 0 (perlakuan kontrol)

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

5

F3D0 : Lama fermentasi 30 hari dengan konsentrasi 0 (perlakuan kontrol) F1D1 : Lama fermentasi 10 hari dengan konsentrasi 100 ml/liter F1D2 :Lama fermentasi 10 hari dengan konsentrasi 200 ml/liter F1D3 : Lama fermentasi 10 hari dengan konsentrasi 300 ml/liter F2D1 :Lama fermentasi 20 hari dengan konsentrasi 100 ml/liter F2D2 :Lama fermentasi 20 hari dengan konsentrasi 200 ml/liter F2D3 :Lama fermentasi 20 hari dengan konsentrasi 300 ml/liter F3D1 :Lama fermentasi 30 hari dengan konsentrasi 100 ml/liter F3D2 :Lama fermentasi 30 hari dengan konsentrasi 200 ml/liter F3D3 :Lama fermentasi 30 hari dengan konsentrasi 300 ml/liter

○ Persiapan Tanah Media tanah yang digunakan adalah tanah dan campuran pasir kali dengan kriteria media bersih dari gulma da sisa-sisa tanaman. Selanjutnya, media tanah digemburkan dan diratakan dengan cangkul, kemudian dikering anginkan selama tiga hari sebelum dimasukkan dalam polybag. Analisa tanah awal dilakukan untuk mengetahui status hara dalam tanah yang digunakan sebelum penelitian.

○ fermentasi Limbah susu dan daun paitan (Tithonia diversifolia), difermentasikan dalam drum/tong besar dengan lama fermentasi sesuai dengan perlakuan. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam fermentasi adalah limbah susu 5 liter, daun paitan atau thitonia 5 kg, air sebanyak 10 liter, tong/drum 3 buah, jerigen 3 buah dan selang. Daun paitan (Tithonia diversifolia), dicacah dengan mneggunakan pisau. Kemudian dimasukkan dalam drum/tong dan diaduk agar tercampur dengan limbah susu. Hasil campuran tadi ditambah dengan air, seluruh bahan fermentasi diaduk kemudian ditutup, dan diatas penutupnya diberi lubang dan selang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Analisis ragam menunjukan adanya interaksi antara konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F) terhadap tinggi tanaman pada pengamatan umur 35 hari setelah tanam (hst), (lampiran 7). Pada tabel 2 rata-rata tinggi tanaman pada kombinasi perlakuan fermentasi selama 30 hari dengan konsentrasi 100ml/l (F3D1) menunjukan nilai rata-rata lebih tinggi dari perlakuan lain, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan fermentasi 10 hari dengan konsentrasi 200ml/l (F1D2). Fermentasi 20 hari dengan konsentrasi 200ml/l (F2D2), dan fermentasi 30 hari dengan konsentrasi 300nl/l (F3D3). Hasil pada tabel 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik histogram pada gambar 4.

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

6

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada pengamatan umur 35 hari setelah tanam (hst) akibat interaksi lama fermentasi dan konsentrasi pemberian pupuk cair.

perlakuan konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F), secara terpisah memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan umur 42 hst dan 49 hst (tabel 3).

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

7

Pada tabel 3 rata-rata tinggi tanaman pengamatan umur 42 hari setelah tanam (hst) menunjukan bahwa perlakuan lama fermentasi 30 hari (F3) berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 10 hari (F1) dan 20 hari (F2). Pada pengamatan umur 49 hst menunjukan rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan lama fermentasi 10 hari tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 30 hari. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi (D) menunjukan bahwa konsentrasi 100ml/l (D1) tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 200 ml/l (D2) dan 300 ml/l (D3) pada semua umur pengamatan 42 hst dan 49 hst. Analisis ragam menunjukan tidak adanya interaksi antara konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F) terhada[ jumlah daun pada semua umur pengamatan (lampiran 13). Perlakuan konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F) secara terpisah memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan umur 35, 42, dan 49 hst (tabel 4).

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

8

Pada tabel 4. Secara terpisah menunjukan bahwa perlakuan lama fermentasi (F) menunjukan hasil tidak nyata pada pengamatan umur 35,42, dan 49 hst, namun lama fermentasi 30 hari (F3) menunjukan nilai rata-rata jumlah daun yang lebih tinggi dari perlakuan lain yakni 6.29 helai pada pengamatan 35 hst, 7.29 helai pada pengamatan 42 hst, dan 8.38 helai pada pengamatan 49 hst. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi (D) menunjukkan bahwa pada pengamatan umur 35 hst perlakuan konsentrasi 300ml/liter menunjukan nilai rata-rata jumlah daun lebih tinggi dengan perlakuan lain yakni 6.39 helai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200ml/liter dengan nilai rat-rata jumlah daun6.22 helai dan perlakuan 100ml/liter dengan nilai rata-rata 6.00 helai. Pada pengamatan 42 hst dan 49 hst menunjukan bahwa perlakuan 300ml/l tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200ml/liter dan 100ml/liter, namun perlakuan 200ml/liter dan 100ml/liter menunjukan tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk atau perlakuan kontrol. Dari nilai rata-rata jumlah daun pada pengamatan 42 hst dan 49 hst menunjukan hasil tertinggi didapat pada perlakuan konsentrasi 300ml/liter yakni 7.61 helai pada pengamatan 42 hst dan 8.83 helai pada pengamatan 49 hst. Analisis ragam menunjukan tidak adanya interaksi antara konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F) terhadap luas daun pada semua umur pengamatan, (lampiran 20). Secara terpuisah perlakuan konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F), memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun pada pengamatan umur 28, 35, 42, dan 49 hst (tabel 5).

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

9

Pada tabel 5 perlakuan lama konsentrasi (F) menunjukan pengaruh yang tidak nyata pada pengamatan umur 28 hst dan 35 hst dengan nilai rata-rata luas daun tertinggi pada perlakuan lama fermentasi 30 hari (F3) secara berturut-turut yakni 11.86 cm2 dan 22.89 cm2. Pada pengamatan 42 hst dan 49 hst menunjukan rata-rata luas daun yang lebih tinggi pada perlakuan lama fermentasi 30 hari (F3) yakni 41.43 cm2 dan 82.02 cm2 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 10 hari dengan rata-rata luas daun secara berturut-turut 40.24 cm2 dan 72.86 cm2. Rata-rata luas daun terendah didapatkan pada perlakuan lama fermentasi 20 hari (F2) yakni 8.84 cm2 pada pengamatan 28 hst, 18.33 cm2 pada pengamatan 35 hst, 31.00 cm2 pada pengamatan 42 hst, dan 57.73 cm2 pada pengamatan 49 hst. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi (D) menunjukan hasil bahwa pada pengamatan umur 28 hst dan 35 hst konsentrasi 200ml/liter memiliki rata-rata luas daun yang lebih tinggi yakni 12.01 cm2 dan 26.60 cm2yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100ml/liter dan 300ml/liter. Pada pengamatan umur 42hst dan 49 hst menunjukan bahwa konsentrasi 300ml/liter memiliki rata-rata luas daun lebih tinggi dari perlakuan lain yakni 49.34 cm2 dan 91.40 cm2 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 200ml/liter. Analisis ragam menunjukan tidak adanya interaksi antara konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F) terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan, (lampiran 25). Secara terpisah perlakuan konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F), memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang pada pengamtatan umur 28, 35, 42, dan 49 hst (tabel 6).

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

10

Pada tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan lama fermentasi (F) memberikan pengaruh yang tidak nyata pada pengamatan umur 28, 35, dan 42 hst, namun memiliki rata-rata diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan lama fermentasi 30 hari secara berturut-turut yakni 3.70 mm, 4.54 mm, dan 7.71 mm. Pada pengamatan 49 hst menunjukan bahwa rata-rata tertinggi didapat pada perlakuan lama fermentasi 30 hari yakni 10.92 mm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 10 hari. Sedangkan pada perlakuan dosis (D) pada pengamatan umur 28 hst perlakuan konsentrasi 100ml/l. Menunjukan rata-rata diameter batang lebih tinggi 11.78 mm yang tidak berbeda nyatadengan perlakuan 200 ml/l dan 300 ml/l. Pada pengamatan umur 35 hst rata-rata tertinggi di dapat pada perlakuan 200 ml/l yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lain. Pada pengamatan umur 42 hst dan 49 hst rata-rata diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan 300ml/l yakni secara berturut-turut 49.34 dan 91.40 mm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200 ml/l. Analisis ragam menunjukkan tidak adanya interaksi antara konsentrasi pemberian pupuk cair dan lama fermentasi terhadap bobot basah tanaman kailan, (lampiran 28). Secara terpisah perlakuan konsentrasi (D) dan lama fermentasi (F), memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah pada pengamatan umur 49 hst (tabel 7).

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

11

Pada tabel.7 perlakuan lama konsentrasi (F) menunjukan bahwa pada perlakuan 30 hari (F3) memliki rata-rata bobot basah lebih tinggi yakni 42.87 gr yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lama fermentasi 10 hari (F1). Sedangkan pada pemberian pupuk cair organik dengan Dengan konsentrasi (D) 300ml/l menunjukan rata-rata bobot basah lebih tinggi yakni 50.51 gr yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 200/ml.l. 4,2 Pembahasan Dari hasil pengamatan tersebut di atas menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pemberian terhadap ssemua parameter pertumbuhan yang diamati, kecuali pada tinggi tanaman pada pengamatan umur 35 hst. Pada pengamatan tinggi tanaman umur 35 hst menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk organik cair dari fermentasi limbah susu dan daun paitan (Thitinia diversifolia) pada kombinasi perlakuan fermentasi 30 hari dengan konsentrasi pemberian 100 ml/l (F3D1) menunjukan nilai rata-rata lebih tinggi dari perlakuanlain meskipun tidak bebeda nyata dengan perlakuan F3D3, F1D2,F2D2. Hal ini disebabkan karena semakin lama fermentasi pupuk cair dan bertambahnya konsentrasi yang diberikan maka semakin banyak pula ketersediaan dan serapan unsur harabagi tanaman sehingga dapatmeningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Bertambahnya konsentrasi pemberian maka akan menambah kandungan N dan P yang dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur N dan P yang cukupdalam pupuk organik cair mampu mendorong pembelahan sel yakni sel merisistem pada ujung batang, sehingga tanaman kailan ( Brassica Oleraceae L Var acephala) bertambah tinggi. Menurut Sari (2014), bahwa kandungan hara dalam kompos thitonia diversifolia khususnya unsur hara Nitrogen (N)

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

12

sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan fase vegetatif. Unsur N dan P merupakan unsur yang berperan dalam pembelahan sel. Pada pengamatan parameter pertumbuhan jumlah daun, luas daun, dan diameter batang tidak mununjukan interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pemberian. Hal ini mungkin diakibatkan oleh menurunya kandunan unsur hara terutama nitrogen pada pupuk cair hasil fermentasi limbah susu dan daun paitan (Thitonia diversifolia). Sehingga kandungan unsur hara dalam pupuk cair belum mampu untuk menunjang pertumbuhan jumlah daun, luas daun, dan diameter batang. Dari hasil uji laboratorium menunjukan bahwa terjadi penurunan kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair. Padahal kandungan bahan utama pembuatan pupuk cair yakni daun tanaman thitonia mengandung unsur hara nitrogen yang tinggi 3.5%. Sedangkan pada hasi uji labolatorium kandungan Nitrogen pada pupuk cair hasil fermentasi 10 hari, 20 hari, dan 30 hari adalah 0,26%, 0.11%, dan 0.21%. penurunan kadar nitrogen dapat diakibatkan oleh terlalu banyaknya kandungan N pada bahan baku. Karena dalam proses fermentasi bakteri sangat memerlukan nitrogen dalam pertumbuhanya, sebab nitrogen merupakan komponen penting sebagai penyusun protein dan bakteri disusun oleh tidak kurang dari 50% biomassanya adalah protein. Jika jumlah N terlalu banyak akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba sangat dan hal ini akan menyebabkan masalah pada aroma pupuk cair, sebagai akibat dari keadaan anaerobik. Dalam keadaan seperti ini sebagian nitrogen akan berubah menjadi gas amoniak yang menyebabkan bau dan keadaan ini merugikan, karena menyebabkan nitrogen yang dibutuhkan akan hilang. Kebalikannya, jika julah nitrogen terlalu sedikit, maka populasibakteri tidak akan optimal dan proses dekomposisi pupuk akan melambat. Disisi lain keadaan tanah sebelum tanam menunjukan kandungan hara yakni C. Organik 0.4%, N total 0.08, C/N 6, bahan organik 0.84%, P.Bray15.94 mg kg-1, dan K 0.10 me/100gr ini menunjukan kandungan hara yang sangat rendah. Akibatnya penambahan pupuk organik cair kurang efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartatik dan Setyorini (2012), bahwa untuk mendapatkan produktivitas yang optimal dibutuhkan kandungan C . organik lebih dari 2% dalam tanah.

Kurangnya ketersediaan unsur hara bagi tanaman kailan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang optimal. Tersedianya usur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertmbuhan tanaman, dapat menyebabkan proses pembelahan, pembesaran,sel, dan pemanjangan sel akan berlangsung cepat mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh dengan cepat ( Palimbungan Et al.,2006).

Menurut Lingga (2005), bahwa keetersediaan uunsur hara yang cukup dan seimbang mutlak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya salah satunya tanaman kailan. Kandungan unsur hara yang cukup

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

13

dalam tanah akan membuat tanaman dapat melaksanakan proses fisiologi dengan baik. Adanya unsur N dan P dalam pupuk mendorong pembelahan sel skunder (kambium) sehingga diameter batang tanaman menjadio lebih besar.

Pertambahan jumlah daun merupakan salah satu fungsi pertumbuhan tanaman. Untuk dapat tumbuh secara optimal tanaman memerlukan ruang tumbuh yang baik dan juga nutrisi yang cukup untuk kebutuhan fisiologis dan metabolisme. Bagi tanaman kailan unsur nitrogen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan daun. Oleh karena itu, semakin sedikit unsur nitrogen yang berada dalam tanah, maka jumlah daun yang dihasilkan pun semakin sedikit.

Kailan membutuhkan nitrogen untuk pertumbuhan meristematik. Nitrogen merupakan unsur pokok protein, asam nukleik, klorofil, dan enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan pembelahan sel terhambat dan akibatnya menghambat pertumbuhan. Jika kebutuhan nitrogen cukup daun tanaman akan tumbuh besar, sehingga mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein yang kemudian diubah menjadi protoplasmadan sebagaian digunakan sebagai penyusun dinding sel. Pengaruh tingginya pemberian nitrogen menyebabkan meningkatnya ukuran protoplasma (Da Costa, 2010).

Menurut Taufika (2008), bahwa nitrogen terkandung dalam protein dan berguna untuk pertumbuhan pucuk daun, selain itu juga untuk menyuburkan bagian-bagian batang daun. Pupuk yang mengandung unsur hara N.P.K yang cukup memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan.

Jumlah daun dan luas daun tanaman merupakan organ terpenting dalam menunjang proses pertumbuhan tanaman, karena daun berfungsi sebagai tempat menghasilkan makanan bagi tanaman melalui proses fotosintetis. Selain itu daun merupakan faktor yang menentukan jumlah energi matahari yang dapat diserap oleh daun, dan akan menentukan besarnya fotosintat yang dihasilkan.

Menurut penelitian Irianto, (2008) peningkatan luas daun tanaman kailan diosebabkan faktor genetis dan lingkungan dalam keadaan seimbang dan menguntungkan. Dalam keadaan tersebut, keadaan genetis tanaman untuk membentuk daun dan organ tanaman lainnya didukung oleh keadaan lingkungan yang menguntungkan sehingga hasil yang didapatkan menjadi maksimal.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lama fermentasi dan konsentrasi pupuk cair hasil fermentasi limbah susu dan daun paitan (Thitonia diversifolia) tidak menunjukan interaksi yang nyata terhadap pengamatan bobot basah tanaman. Hal ini dikarenakan secara umum tinggi tanaman, jumlah daun,luas daun, dan diameter batang tanaman kailan tidak menunjukan pertumbuhan yang optimal, sehingga mempengaruhi hasil pada bobot basah

Page 14: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

14

tanaman. Proses pertambahan tinggi tanaman, pertambahan ukuran batang atau diameter batang merupakan proses pembelahan sel. Proses pembelahan sel akan berlangsung secara optimal jika kandungan unsur N dan P yang dibutuhkan tanaman tercukupi. Dari proses pembelahan sel tersebut akan menentukan besar hasil produksi pada tanaman kailan.

Namun secara terpisah perlakuan lama fermentasi (F) dan konsentrasi pemberian (D) memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah tanaman kailan. Lama fermentasi 30 hari (F3 )menunjukan rata – rata bobot basah tertinggi dibanding perlakuan lama fermentasi yang lain dan berpengaruh nyata terhadap hasil bobot basah tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Makiyah (2013) bahwa waktu lamanya fermentasi daun tanaman (Thitonia diversifolia) mempengaruhi kadar unsur hara N,P,K yang terkandung dalam pupuk organik.

Sedanglan pada perlakuan konsentrasi pemberian pupuk cair menunjukan bahwa rata-rata tertingi didapat pada perlakuan konsentrasi 300ml/l yakni 50.15 dan tidak berbeda nyata dengan pemberian konsentrasi 200ml/l sebesar 39.43. hal ini menunjukan bahwa bertambahnya konsentrasi pemberian dapat meningkatnkan bobot basah tanaman.

Sesuai dengan hasil penelitian Asnawi et al. (2013), bahwa peningkatan pemberian dosis ekstrak tanaman Thitonia yang diberikan 3000 ml/plot menunjukan berat segar sawi hijau tinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan ekstrak Thitonia 2500 ml/plot. Sedangkan menurut pendapat Irianto (2008), terjadi perbedaan yang nyata pada bobot segar kailan, diduga karena adanya perbedaan jumlah air yang terkandung di dalam tanaman. Jumlah cair yang berbeda pada setiap tanaman dikarenakan berbedanya dosis pupuk cair yang diberikan kepada tanaman. Hal ini sejalan dengan sifat kailan yang sekulen (banyak mengandung air). Antara 70 sampai 90 % dari bagian tanaman budidaya yang sedang aktif tumbuh terdiri dari air.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tidak terdapat interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi pemberian pupuk cair limbah susu dan daun patian (Thitonia diversifolia) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan( Brassica Oleraceae L Var acephala) pada berbagai parameter pengamatan pertumbuhan (jumlah daun, luas daun, diameter batang) dan hasil tanaman. Namun, pada parameter tinggi tanaman terjadi interaksi nyata pada pengamatan umur 35 hst.

2. Secara terpisah lama fermentasi 30 hari (F3) memberikan pengaruh nyata terhadap

Page 15: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

15

parameter pertumbuhan dan hasil yakni luas daun pada pengamatan umur 42 dan 49 hst pada diameter batang memberikan pengaruh nyata pada pengamatan umur 49 hst, serta pada bobot basah pada pengamatan umur 49 hst. 3.Pemberian pupuk organik cair dengan perlakuan konsentrasi

300ml/liter (D3) secara umum juga memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan pertumbuhan dan hasil meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan bobot basah tanaman pada pengamatan umur 28, 35, 42, dan 49 hst.

5.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan unuk menetukan teknik fermentasi dan lama

fermentasi yang baik agar tidak terjadi pelepasan nitrogen selama proses fermentasi. 2. Perlu penelitian lanjutan untuk pembuatan pupuk cair dengan limbah susu dan

kombinasi bahan tambahan lainnya, selain daun paitan (Thitonia diversifolia). DAFTAR RUJUKAN Anonymus. 2007. Thitonia diversifolia sumber Pupuk Hijau. Dalam

http://www.docstoc.com/docs/20475813/Thitonia-Diversifolia-Sumber- Pupuk -Hijau. Diakses pada kamis, 9 Oktober 2013 pukul 20.22 WIB.

Anonymus. 2012. Pemanfaatan Paitan (Thitonia diversifolia) A. Gray) dalam Perspektif LEISA. Dalam http://suprihati.wordpress.com/2012. Diakses pada Jumat, 9 Oktober 2013 pukul 20.17 WIB

Anonymus. 2014. Bakteri Dalam Susu Basi. Dalam http://www.amazine.co /tips-aman-susu-penyebab-susu-menjadi-basi/.Diakses pada senin, 20 Januari 2014 pukul 10.30 WIB.

Asnawi H. Et al. 2013. Thitonia diversifolia Extract Application As Liquid Fertilizer Complementary for growth and Production Mustard Green (Brassica Juncea.L). Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian. Universitas Riau.

Da Costa J. A. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Brokoli (Brassica oleraceae L.). Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Wisnuwardhana Malang.

Dermawan. 2009. Pemeliharaan Kailan Secara Ilmiah Tepat dan Terpadu.

Bogor Fisher J. 2013. Pemanfaatan Tanaman Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai

Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi

Page 16: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

PRIMORDIA VOLUME 11, NOMOR 2, OKTOBER 2015

16

Tanaman Kailan ( Brassica Oleraceae L Var acephala). Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Wisnuwardhana Malang.

Gradner, P.F., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1985. Physiology of crop plants. The lowa State. University Press. Lowa.

Hartatik W dan D. Setyorini. 2012. Pemanfaatan Pupuk Organik untuk meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman. Bogor : Balai Penelitian Tanah.

Irianto. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Kailan ( Brassica albrograba) pada Berbagai Dosis Limbah Cair Sayuran. Jurnal Agronomi Vol. 12 no. 1. Hal 50-53.

Lingga P. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya. Nurayla, A.N. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Rumah

Tangga Terhadap Sayuran Organik di Kota Bogor, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Magfirah I. 2011. Kajian Komposisi Bahan Organik dan Penggunaan Bioaktifator EM-4 pada Pembuatan Larutan Nutrisi Organik untuk Budidaya Baby Kailan ( Brassica Oleraceae Var Albograba) dengan Sistem Hidroponik Substrat. Skripsi, Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Makiyah M. 2013 Peningkatan Kadar N,P, dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu Dengan Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia diversivolia) Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Mayadewi dan Ni Nyoman Ari. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unud-Agritop, 26 (4) : 153-159 (2007).

Musnamar, I.E. 2006. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. J. Agrisistem Vol 2 (2) :96-101.

Pambudi, F. et al. 2012. Peran Mikroorganisme Azotobacter chroococcum, Pseudomonas putida, dan Aspergillus niger pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Cair Industri Pengolahan Susu. Jurnal Teknik POMITS Vol. 1. Nol. 1 (2012) 1-4.

Parnata, S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Purnawi, J. 2010. Pemanfaatan Thitonia diversifolia (Hamsley) Aa Gray untuk

Perbaikan Tanah dan Produksi Tanaman. Prosiding Seminar Balai Penelitian Tanah hal 253-263.

Purwasasmita, M. 2009. Mengenal SRI (System Of Rice Intensification). Jakarta : Penebar Swadaya.

Page 17: PEMANFAATAN LIMBAH SUSU CAIR DAN DAUN PAITAN …

R Andruany, Eny D Y, dan Y S Rahayu, Pamanfaatan limbah susu cair dan daun paita ..............

17

Reijntjes, C., B. Haverkort, and A.W. Bayer, 1999. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta : Kanisius.

Samadi, B. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik. Jakarta : Pustaka Mina.

Sari, D. 2014. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kubis ( Brassica Oleraceae L.var. capitata L.) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Kompos Tithonia. http://jurnal.umsb.ac.id/wp-content/upload/2014/03/JURNAL-DEDE.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juni 2014 Pukul 20.00WIB.

Rizky. 2009. Tanaman Kailan digemari Wisatawan Manca Negara. Dalam http://bangkittani.com. Diakses pada selasa, 15 oktober 2013 pukul 20.36 WIB.

Sarief, E.S. 1993. Pemupukan dan Kesuburan Tanah Pertanian. Jakarta : Pustaka Buana.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius. Sutedjo, m.m. dan Kartasapotra. 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5

Rineka Cipta, Jakarta Hal 41-46. Tabalagan, B. 2012. Mikroorganisme Lokal (MOL). Dalam http://

bungsu-tabalagan.blogspot.com/2012/11/mikro-organisme-lokal-mol.html. Diakses pada kamis 17 Oktober 2013 pukul 20.14 WIB.

Taufika, R. 2008. Pengujian Beberapa Dosis Pupuk Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.). Jurnal Tanaman Hortikultura, Hal 1-9.

Tryse. 2012. Limbah Industri Olahan susu. Dalam http://analisakimia.com/?p=54. Diakes pada kamis 9 Oktober 2013 pukul 2016 WIB.

Wagini, R., Karyono dan Agus Setia Budi. 2002. Pengolahan Limbah Cair Industri Susu. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. IX, No. 1.

Yamaguchi, M. 1983. World Vegetable : Principle, Production, & Nutritive Value. Van Nusland : New York.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interprestasinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.