pemanfaatan limbah lumpur lapindo dalam …konteks.id/p/04-099.pdf · pemanfaatan limbah lumpur...

8
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 29 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM CAMPURAN BETON NORMAL Jonie Tanijaya 1 dan Mardiana Oesman 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jl. P. Kemerdekaan Km.13 Makassar Email : [email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Jl. Geger Kalong Hilir, Desa Ciwaruga Bandung Email : [email protected] ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mekanis beton lumpur Lapindo dengan pemanfaatan lumpur Lapindo sebagai bahan baku campuran beton, serta mengetahui komposisi campuran beton tersebut sehingga didapat kuat tekan optimum. Studi ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan variabel slump dan nilai rasio antara kandungan lumpur Lapindo dan pasir dalam agregat halus. Perencanaan campuran beton dilaksanakan berdasarkan metode ACI 221.1-91 Pembuatan benda uji tekan menggunakan benda uji kubus dengan dimensi 150 mm x 150 mm x 150 mm, sedangkan benda uji tarik tidak langsung dan modulus elastisitas menggunakan silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Jumlah benda uji adalah 84 buah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perilaku beton lumpur Lapindo sama dengan perilaku beton pada umumnya, di mana nilai slump mempengaruhi kuat tekan beton. Semakin rendah nilai slump, maka semakin tinggi kuat tekan yang dihasilkan. Pada umumnya beton yang mengandung kadar lumpur Lapindo terendah mencapai kuat tekan yang tertinggi. Kuat tekan untuk slump 25-50 mm dan slump 75-100 mm adalah 22,00 MPa dan 16,33 MPa secara berurutan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beton dengan komposisi perbandingan lumpur : pasir = 35% : 65% dapat dikategorikan sebagai beton lumpur Lapindo dengan komposisi optimum. Kuat tarik beton lumpur Lapindo rata-rata di bawah 20% kekuatan tekan beton tersebut, yaitu 6,48% untuk beton dengan slump 25-50 mm dan 11,60% untuk beton dengan slump 75-100 mm. Modulus elastisitas beton lumpur Lapindo untuk slump 25- 50 mm dan slump 75-100 mm adalah 11504,1 MPa dan 22012,0 MPa, secara berurutan. Kata kunci : lumpur Lapindo, slump, kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas. 1. PENDAHULUAN Banjir lumpur panas Lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo , Kecamatan Porong , Kabupaten Sidoarjo , Jawa Timur sejak tanggal 29 Mei 2006 . Semburan lumpur panas tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadii jauh lebih berat akibat semakin membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, antara 40.000 m³ sampai 60.000 m³ (Mei-Agustus 2006) menjadi 126.000 m³ per hari (Oktober 2008), sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar Panji 1 (www.wikipedia.com ). Limbah lumpur Lapindo ini harus segera ditangani, salah satu cara penanganan masalah tersebut adalah dengan mengurangi volume lumpur yang ada pada daerah sekitar yang tergenangi, yaitu dengan memanfaatkan lumpur tersebut menjadi salah satu bahan baku konstruksi pada campuran beton yang disebut beton lumpur Lapindo, sehingga pemanfaatan dan penggunaan lumpur sebagai bahan baku konstruksi dapat mengurangi dampak negatif limbah lumpur tersebut. Untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan lumpur Lapindo sebagai agregat halus dalam bahan baku konstruksi yaitu beton lumpur Lapindo, maka perlu dilakukan penelitian mengenai campuran beton dengan menggunakan lumpur Lapindo pada beton. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku mekanis beton lumpur Lapindo dengan pemanfaatan lumpur Lapindo sebagai bahan baku dalam campuran beton. Selain itu juga untuk mengetahui komposisi campuran beton lumpur Lapindo tersebut sehingga didapat kuat tekan optimum, serta mengetahui perilaku mekanis beton lumpur Lapindo seperti kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas. 2. STUDI PUSTAKA Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa beberapa limbah industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran beton, antara lain limbah tailing dan abu terbang.

Upload: truongmien

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)

Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 29

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM CAMPURAN BETON

NORMAL

Jonie Tanijaya1 dan Mardiana Oesman

2

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Jl. P. Kemerdekaan Km.13 Makassar

Email : [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Jl. Geger Kalong Hilir, Desa Ciwaruga Bandung

Email : [email protected]

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku mekanis beton lumpur Lapindo dengan pemanfaatan

lumpur Lapindo sebagai bahan baku campuran beton, serta mengetahui komposisi campuran beton

tersebut sehingga didapat kuat tekan optimum. Studi ini dilakukan secara eksperimental di

laboratorium dengan variabel slump dan nilai rasio antara kandungan lumpur Lapindo dan pasir

dalam agregat halus. Perencanaan campuran beton dilaksanakan berdasarkan metode ACI 221.1-91

Pembuatan benda uji tekan menggunakan benda uji kubus dengan dimensi 150 mm x 150 mm x 150

mm, sedangkan benda uji tarik tidak langsung dan modulus elastisitas menggunakan silinder dengan

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Jumlah benda uji adalah 84 buah. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa perilaku beton lumpur Lapindo sama dengan perilaku beton pada umumnya, di

mana nilai slump mempengaruhi kuat tekan beton. Semakin rendah nilai slump, maka semakin

tinggi kuat tekan yang dihasilkan. Pada umumnya beton yang mengandung kadar lumpur Lapindo

terendah mencapai kuat tekan yang tertinggi. Kuat tekan untuk slump 25-50 mm dan slump 75-100

mm adalah 22,00 MPa dan 16,33 MPa secara berurutan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beton

dengan komposisi perbandingan lumpur : pasir = 35% : 65% dapat dikategorikan sebagai beton

lumpur Lapindo dengan komposisi optimum. Kuat tarik beton lumpur Lapindo rata-rata di bawah

20% kekuatan tekan beton tersebut, yaitu 6,48% untuk beton dengan slump 25-50 mm dan 11,60%

untuk beton dengan slump 75-100 mm. Modulus elastisitas beton lumpur Lapindo untuk slump 25-

50 mm dan slump 75-100 mm adalah 11504,1 MPa dan 22012,0 MPa, secara berurutan.

Kata kunci : lumpur Lapindo, slump, kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas.

1. PENDAHULUAN

Banjir lumpur panas Lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo

Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur sejak tanggal 29 Mei 2006.

Semburan lumpur panas tersebut menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian,

serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadii

jauh lebih berat akibat semakin membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, antara 40.000 m³ sampai

60.000 m³ (Mei-Agustus 2006) menjadi 126.000 m³ per hari (Oktober 2008), sehingga yang akan dibuang tidak

hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar

Panji 1 (www.wikipedia.com). Limbah lumpur Lapindo ini harus segera ditangani, salah satu cara penanganan

masalah tersebut adalah dengan mengurangi volume lumpur yang ada pada daerah sekitar yang tergenangi, yaitu

dengan memanfaatkan lumpur tersebut menjadi salah satu bahan baku konstruksi pada campuran beton yang disebut

beton lumpur Lapindo, sehingga pemanfaatan dan penggunaan lumpur sebagai bahan baku konstruksi dapat

mengurangi dampak negatif limbah lumpur tersebut.

Untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan lumpur Lapindo sebagai agregat halus dalam bahan baku konstruksi

yaitu beton lumpur Lapindo, maka perlu dilakukan penelitian mengenai campuran beton dengan menggunakan

lumpur Lapindo pada beton. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku mekanis beton

lumpur Lapindo dengan pemanfaatan lumpur Lapindo sebagai bahan baku dalam campuran beton. Selain itu juga

untuk mengetahui komposisi campuran beton lumpur Lapindo tersebut sehingga didapat kuat tekan optimum, serta

mengetahui perilaku mekanis beton lumpur Lapindo seperti kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitas.

2. STUDI PUSTAKA

Hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa beberapa limbah industri dapat dimanfaatkan sebagai

bahan campuran beton, antara lain limbah tailing dan abu terbang.

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Jonie Tanijaya dan Mardiana Oesman

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 30

Limbah tailing adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri tambang. Limbah tailing

berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga menyerupai bubur kental. Setelah bebatuan

hancur menyerupai bubur, dimasukkan bahan kimia agar mudah memisahkan mineral yang dicari seperti emas,

tembaga dan perak. Biasanya jumlah mineral tersebut sebanyak 2% sampai 5% dari total batuan yang dihancurkan.

Sisa batuan sebanyak 95% sampai 98% dibuang menjadi tailing (www.bappenas.go.id).

Dengan mengacu pada hasil penelitian Lationo, dkk (1997), pemanfaatan tailing sebagai bahan konstruksi dapat

dijadikan sebagai beton mortar (beton yang tidak menggunakan batu kerikil sebagai salah satu bahannya). Secara

fisik komposisi tailing terdiri dari 50% fraksi halus dengan diameter 0,075-4,0 mm dan sisanya merupakan fraksi

lempung dengan diameter 0,075 mm. Tailing juga mengandung silika dan alumunium yang tinggi dengan sedikit

kalsium dan magnesium. Kandungan tailing tersebut menyerupai kandungan semen Portland tipe I pada umumnya.

Beton tailing merupakan jenis beton yang berasal dari limbah pertambangan khususnya tambang tembaga (Lationo,

Budi,1997). Dalam proses pembuatan beton, sebenarnya tailing dapat diikat dengan semen, namun karena tailing

mengandung magnesium yang dapat menyebabkan keretakan pada beton. Oleh karena itu, untuk mengurangi proses

perambatan retak pada beton tailing, maka ditambahkan polimer dalam campuran beton tailing. Di mana semen

tetap sebagai matriks pengikat, dengan polimer sebagai komatriks, sehingga kinerja beton akan lebih baik dan lebih

lentur, serta tidak mudah retak. Bahan baku polimer yang digunakan dapat berasal dari plastik bekas (sintetis)

maupun dari getah pohon (alam). Polimer ini berguna untuk menetralkan unsur bahaya yang berasal tailing baik

berupa timbal maupun air raksa. Disamping itu juga, polimer ini dapat mempercepat dehidrasi (pengeringan beton).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lationo, komposisi campuran beton tailing polimer yang

digunakan terdiri dari 10% semen dan 90% tailing sehingga akan mencapai kuat tekan sekitar 20 MPa; sedangkan

untuk komposisi campuran 30% semen dan 70% tailing akan mencapai kuat tekan sekitar 30 - 40 MPa dimana kadar

polimer yang dipakai adalah antara 2 – 15 % dari kandungan semen, tergantung dari jenis polimer yang digunakan.

Oleh karena itu, campuran tailing yang dibuat dinamakan sebagai beton dikarenakan kuat tekan yang dicapai

sekitar 15 – 30 MPa, walaupun bahan pembentuknya tidak terdiri dari agregat kasar, seperti halnya mortar (

umumnya mempunyai kuat tekan 4,7 – 17,2 MPa).

Abu terbang adalah produk sampingan dari industri pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang menggunakan

batubara sebagai bahan bakar, berupa butiran halus ringan, bundar, tidak porous serta bersifat pozolanik. Hasil

penelitian-penelitian terhadap penggunaan abu terbang pada campuran beton (antara lain di Puslitbangkim,dan ITB,

serta dinegara-negara lain) menunjukkan bahwa dengan mensubstitusi 20% kadar semen pada beton dengan abu

terbang dapat meningkatkan kuat tekan beton.

Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo, Corelab dan Bogorlab, 2006)

diperoleh kesimpulan bahwa lumpur Lapindo tidak termasuk limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti Arsen,

Barium, Boron, Timbal, Raksa, Sianida Bebas dan sebagainya, maupun untuk bahan organik seperti

Trichlorophenol, Chlordane, Chlorobenzene, Chloroform dan sebagainya, seperti tertera pada tabel 1, di mana

parameter bahan kimia itu berada di bawah baku mutu.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan kandungan yang terdapat dalam lumpur Lapindo berbeda-

beda. Menurut Noerwarsito (2006), bahwa karakteristik lumpur mengandung clay 71,43%, silt 10,71%, dan sand

17,86 %, sedangkan menurut Tekmira (2006), bahwa komposisi lumpur yang utama adalah clay 40-45 %.

Berdasarkan kandungan tersebut, Noerwarsito, Tekmira, dan Dirjen Migas menyarankan bahwa lumpur Lapindo

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan blok-blok tanah liat dan batu bata (www.wikipedia.com).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Syekfani (2006), bahwa lumpur Lapindo mengandung unsur S,

K, Ca, dan Mg, di mana zat-zat ini dimiliki oleh semen sebagai bahan pembentuk beton.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lationo (2006), bahwa lumpur Lapindo secara geoteknik termasuk

dalam anorganik lanauan dengan berat jenis 3,04-3,07 (berat jenis anorganik lanauan biasa 2,6), merupakan zeolit

dengan unsur utama SiO2 dan ErSe. Unsur Er dan Se inilah yang menyebabkan berat jenis unsur menjadi sangat

tinggi. Pemanfaatan yang potensial adalah penggunaan lumpur untuk beton.

Berdasarkan penelitian sifat mekanis beton dari lumpur baik, uji TCLP memenuhi baku mutu dan biaya lebih murah

karena menggunakan bahan yang dianggap limbah. Selain aman terhadap lingkungan, lumpur Lapindo juga

mengandung unsur K, Ca, SiO2, S, Mg yang pada umumnya didapat pada bahan baku pembentuk beton seperti

halnya semen. Kandungan yang terdapat pada semen, tailing, abu terbang, serta lumpur Lapindo tertera pada tabel 2.

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 31

Hasil-hasil penelitian terdahulu terhadap limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran beton

mempunyai fungsi berlainan. Tailing merupakan pengganti agregat pada beton tailing yang memiliki kandungan

kimia menyerupai semen. Sedangkan abu terbang merupakan substitusi semen pada beton yang berfungsi

meningkatkan mutu beton. Pada penelitian ini, lumpur Lapindo dimanfaatkan sebagai substitusi agregat halus

sehingga diketahui komposisi campuran beton lumpur Lapindo yang terbentuk serta pengaruh lumpur perlu

dilakukan studi eksperimental.

Tabel 1. Unsur - unsur dalam lumpur Lapindo (www.wikipedia.com)

Parameter Hasil uji maks Baku mutu (PP Nomor 18/1999)

Arsen 0,045 Mg/L 5 Mg/L

Barium 1,066 Mg/L 100 Mg/L

Boron 5,097 Mg/L 500 Mg/L

Timbal 0,05 Mg/L 5 Mg/L

Raksa 0,004 Mg/L 0,2 Mg/L

Sianida Bebas 0,02 Mg/L 20 Mg/L

Trichlorophenol 0,017 Mg/L 2 Mg/L (2,4,6 Trichlorophenol) 400 Mg/L (2,4,4

Trichlorophenol)

Tabel 2. Perbandingan Unsur-unsur Kimia

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel lumpur

Lapindo untuk dilakukan pengujian sifat fisik material pembentuk beton lumpur Lapindo. Kemudian dilakukan

perencanaan campuran beton lumpur Lapindo, serta dibuat benda uji. Selanjutnya dilakukan pengujian benda uji

beton lumpur Lapindo serta analisis data hasil pengujian. Variabel dalam penelitian ini adalah slump, serta rasio

antara kandungan lumpur Lapindo dan pasir dalam agregat halus.

Perencanaan campuran beton dilaksanakan berdasarkan metode ACI 221.1-91 mengenai beton normal dengan mutu

rencana 25 MPa. Pembuatan benda uji tekan menggunakan benda uji kubus dengan dimensi 150 mm x 150 mm x

150 mm, sedangkan benda uji tarik tidak langsung dan modulus elastisitas menggunakan silinder dengan diameter

150 mm dan tinggi 300 mm. Jumlah benda uji yang dibuat adalah sebanyak 84 buah, dengan jumlah benda uji 3

buah untuk setiap variabel yang digunakan.

4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian terhadap sifat-sifat fisik lumpur Lapindo yang dilakukan berdasarkan Standar

Nasional Indonesia (SNI).

Unsur

kimia Semen Tailing

Abu

Terbang

Lumpur

Lapindo

Al2O3 √ √ √

CaO √ √ √

Fe2O3 √ √ √

SiO2 √ √ √ √

SO3 √ √

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Jonie Tanijaya dan Mardiana Oesman

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 32

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa lumpur Lapindo tidak bersifat pozolan (tidak aktif), maka lumpur

Lapindo tidak bisa digunakan sebagai pengganti semen dalam campuran beton; namun demikian lumpur Lapindo

dapat digunakan sebagai pengganti pasir (agregat halus) dalam campuran beton.

Hasil pengujian terhadap lumpur Lapindo juga menunjukkan bahwa kadar agregat halus yang terkandung dalam

lumpur Lapindo cukup tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1 hasil analisis ukuran butir.

Pada studi ini perencanaan campuran beton lumpur Lapindo dibedakan terhadap:

• Nilai Slump, yaitu slump 75-100 mm dan 25-50 mm.

• Komposisi agregat halus yang terdiri dari lumpur Lapindo dan pasir Cimalaka dengan komposisi 35% : 65%;

25% : 75%; 15% : 85%; dan 0% : 100%

Tabel 3. Sifat-sifat fisik lumpur Lapindo

Pengujian Hasil

Berat Jenis 2,58 gr/ml

Kadar air 51,35 %

Lolos ayakan No. 200 89,83%

Analisa agregat halus Grafik 4.1

Pozolan Tidak aktif

Hasil perencanaan campuran beton lumpur Lapindo untuk setiap slump 75-100 mm dan 25-50 mm tertera pada tabel 4.

KURVA GRADASI AGREGAT HALUS

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 5,0 9,5 20,0<0,15

UKURAN AYAKAN (MM), DALAM SKALA LOG.

LO

LO

S

KU

MU

LA

TIF

(%

)

Gambar 1. Grafik hasil analisis ukuran butir lumpur Lapindo

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 33

Tabel 4. Campuran beton Lumpur Lapindo (1m³)

Agregat Halus

Slump

Rencana

Semen Lumpur Lapindo Pasir Kerikil Air

75 mm 354 kg 250,3 kg (35%) 464,8 kg (65%) 715,5 kg 216 kg

s.d 354 kg 178,8 kg (25%) 536,3 kg (75%) 715,5 kg 216 kg

100 mm 354 kg 107,3 kg (15%) 607,8 kg (85%) 715,5 kg 216 kg

354 kg 000,0 kg (0 %) 715,1 kg (100%) 715,5 kg 216 kg

25 mm 326 kg 266,1 kg (35%) 494,1 kg (65%) 715,5 kg 199 kg

s.d 326 kg 190,0 kg (25%) 570,1 kg (75%) 715,5 kg 199 kg

50 mm 326 kg 114,0 kg (15%) 646,2 kg (85%) 715,5 kg 199 kg

326 kg 000,0 kg (0 %) 760,2 kg (100%) 715,5 kg 199 kg

Tabel 5. Hasil Uji Tekan Beton

Kuat Tekan rata-rata (MPa) Slump

(mm)

Komposisi

Lumpur Lapindo :

Pasir 7 hari 21 hari 28 hari

35% : 65% 9,16 11,97 13,55

25% : 75% 7,79 10,08 10,84

15% : 85% 13,53 16,46 17,86

75-

100

0% : 100% 22,55 28,27 30,90

35% : 65% 13,76 16,06 17,84

25-50 25% : 75% 12,05 16,38 16,75

15% : 85% 19,91 23,03 23,78

0% : 100% 23,85 29,81 33,44

Hasil pengujian kuat tekan terhadap perbandingan lumpur Lapindo : pasir untuk benda uji beton dengan nilai slump

yang berbeda (25-50 mm dan 75-100 mm) diperlihatkan pada gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa

beton lumpur Lapindo dengan nilai slump yang lebih kecil (25-50 mm) mencapai kuat tekan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan beton lumpur Lapindo dengan nilai slump yang lebih tinggi (75-100mm). Pada umumnya

beton yang mengandung kadar lumpur Lapindo terendah mencapai kuat tekan yang tertinggi. Namun demikian,

hasil pengujian dari 4 perbandingan yang ada menunjukkan bahwa kuat tekan beton dengan komposisi perbandingan

lumpur Lapindo : pasir = 35% : 65% mencapai kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tekan beton

dengan perbandingan lumpur Lapindo : pasir = 25% : 75%. Kuat tekan untuk slump 25-50 mm dan slump 75-100

mm adalah 17,84 MPa dan 13,55 MPa. Kuat tekan yang dicapai oleh beton lumpur lapindo dengan nilai slump 25-

50 mm memenuhi syarat sebagai beton struktural (mutu beton struktural minimum yang disyaratkan dalam SNI

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Jonie Tanijaya dan Mardiana Oesman

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 34

adalah 15 MPa) dan dalam gambar 2 terlihat kuat tekan terendah dicapai dengan perbandingan lumpur Lapindo :

pasir = 25% : 75% yaitu 16,75 MPa. Sedangkan untuk beton lumpur Lapindo dengan slump 75-100 mm yang

memenuhi persyaratan untuk diaplikasikan sebagai beton struktural adalah dengan perbandingan lumpur Lapindo :

pasir = 15% : 85%.

Dari hasil pengujian ini maka beton lumpur Lapindo dengan komposisi perbandingan lumpur Lapindo : pasir = 35%

: 65% dapat dikategorikan sebagai beton lumpur Lapindo dengan komposisi optimum. Dengan pemanfaatan lumpur

Lapindo maksimum dicapai kuat tekan yang memadai sebagai beton struktural. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan

beton lumpur Lapindo disarankan untuk menggunakan komposisi perbandingan lumpur Lapindo : pasir = 35% :

65%, dengan slump 25-50 mm.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0;100 15;85 25:75 35:85

Slump (mm)

Ku

at

Te

ka

n (

MP

a)

Slump 25-50 mmSlump 75-100 mm

Gambar 2. Grafik hubungan antara Komposisi Lumpur Lapindo: Pasir terhadap Kuat Tekan

Keterangan:

0 → lumpur Lapindo : pasir = 0% : 100%

0.17 → lumpur Lapindo : pasir = 15% : 85%

0.33 → lumpur Lapindo : pasir = 25% : 75%

0.54 → lumpur Lapindo : pasir = 35% : 65%

Pengujian kuat tarik dan modulus elastisitas beton dilakukan berdasarkan SNI 2491-2002 dan SNI 03-4169-1996,

secara berurutan, dilakukan terhadap komposisi optimum yaitu dengan perbandingan lumpur Lapindo : pasir = 35%

: 65%.

Hasil pengujian tersebut, untuk slump 25-50 mm didapatkan modulus elastisitas sebesar 11504,1 MPa dan kuat tarik

sebesar 1,37 MPa. Sedangkan untuk slump 75-100 mm didapatkan modulus elastisitas sebesar 22012 MPa dan kuat

tarik sebesar 1,51 MPa.

Pengujian kuat tekan, kuat tarik tidak langsung, dan modulus elastisitas dilakukan dengan alat UTM dengan

kapasitas 2500 kN. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji tekan, uji tarik dan modulus elastisitas beton lumpur Lapindo

Komposisi Optimum Beton

Lumpur Lapindo Nilai Slump

(mm) Lumpur

Lapindo Pasir

Kuat Tekan

(MPa)

Kuat Tarik

(MPa)

Modulus

Elastisitas

(MPa)

25-50 35% 65% 17,84 1,37 11504,1

75-100 35% 65% 13,55 1,51 22012,0

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 35

5. KESIMPULAN

Perilaku beton lumpur Lapindo sama dengan perilaku beton pada umumnya, dimana nilai slump mempengaruhi kuat

tekan beton. Semakin rendah nilai slump, maka semakin tinggi kuat tekan yang dihasilkan. Pada umumnya beton

yang mengandung kadar lumpur Lapindo terendah mencapai kuat tekan yang tertinggi.

Namun demikian, hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton dengan komposisi perbandingan lumpur

Lapindo : pasir = 35% : 65% mencapai kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tekan beton dengan

perbandingan lumpur Lapindo : pasir = 25% : 75%, ini terjadi pada campuran beton dengan nilai slump yang

berbeda. Kuat tekan untuk slump 25-50 mm dan slump 75-100 mm adalah 17,84 MPa dan 13,55 MPa secara

berurutan. Dengan demikian, dimungkinkan kuat tekan maksimum dicapai pada komposisi lumpur : pasir lebih dari

35% : 65%.

DAFTAR PUSTAKA

1. ACI (2005) “American Concrete Institute Manual” (ACI 211.1-91), American Concrete Institute.

2. ASTM (1996) ”American Standard Testing Method Manual”, (ASTM C), American Standard Testing Method.

3. Lationo, Budi (2002) ”Pemanfaatan Limbah Tailing”, www.wikipedia.com

4. Lationo, Budi (2006) ”Pemanfaatan Lumpur Lapindo”, www.wikipedia.com

5. Oesman, Mardiana (2007) ”Pemanfaatan Limbah Tailing Papua”, Orasi Ilmiah Penerimaan Mahasiswa Baru

Politeknik Negeri Bandung, Mei 2007.

6. Noerwarsito, Totok (2006) ” Pemanfaatan Lumpur Lapindo”, www.Bappedal-jatim.com

7. Lismito (2006) ” Pemanfaatan Lumpur Lapindo” , www.Bappedal-jatim.com

8. Tekmira (2006) ” Pemanfaatan Lumpur Lapindo” , www.Bappedal-jatim.com

9. Syekfani (2006)” Pemanfaatan Lumpur Lapindo”, www.Bappedal-jatim.com

10. Sucofindo, Corelab dan Bogorlab (2006) ”Pengujian Lumpur Lapindo”, www.wikipedia.com

11. www.wikipedia.com ”Banjir Lumpur Panas Sidoarjo ”.

12. www.hotmudflow.com ”Banyak Pihak Ingin Memanfaatkan Deposit Lumpur Sidoarjo”.

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR LAPINDO DALAM …konteks.id/p/04-099.pdf · Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo Dalam Campuran Beton Normal Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan

Jonie Tanijaya dan Mardiana Oesman

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 36