kajian potensi limbah batubara untuk campuran pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur lapindo

28
KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara merupakan bahan bakar utama yang kini banyak digunakan oleh industri skala menengah besar karena mampu menghasilkan tenaga yang besar dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Keunggulan batubara sebagai bahan bakar utama pembangkit tenaga adalah potensi panas yang dihasilkan relatif stabil, praktis cata pemakaiannya, tersedia dalam jumlah yang relatif besar dan murah. Akan tetapi, limbah hasil pembakaran batubara ditengarai banyak mengandung unsur berbahaya B3 yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia. Disisi lain, Lumpur Lapindo atau Lumpur Panas Sidoarjo (Lusi) muncul akibat peristiwa alam yang mengakibatkan timbulnya pemikiran untuk model pemanfaatan yang bersifat lokal dengan skala besar. Komponen dasar Lusi yang terdiri dari clay merupakan kombinasi padatan pasir, cairan dan gas dengan berbagai kandungan bahan kimia dan senyawa-senyawa yang terdapat dalam perut bumi terbawa keluar bersama saat terjadi semburan. Hal ini lebih baik dapat disikapi sebagai suatu potensi bahan baku industri daripada suatu bencana yang berkepanjangan tanpa pemikiran untuk pemanfaatan dalam skala besar. Untuk jangka panjang, dalam upaya pemanfaatan mineral serta mendukung kegiatan pembangunan infrastruktur serta penanganan masalah lingkungan maka Lusi dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Berdasarkan sifat- sifat dasar yang dimiliki serta hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan ternyata Lusi setelah ditambah dengan abu batubara dapat dikembangkan menjadi bahan keramik melalui proses pembakaran dengan hasil yang cukup baik, keras, stabil dan memiliki bobot relatif ringan dibandingkan dengan bahan keramik pada umumnya.

Upload: dhita-wulan

Post on 28-Jul-2015

944 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batubara merupakan bahan bakar utama yang kini banyak digunakan oleh

industri skala menengah besar karena mampu menghasilkan tenaga yang besar

dengan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Keunggulan batubara sebagai

bahan bakar utama pembangkit tenaga adalah potensi panas yang dihasilkan

relatif stabil, praktis cata pemakaiannya, tersedia dalam jumlah yang relatif

besar dan murah.

Akan tetapi, limbah hasil pembakaran batubara ditengarai banyak mengandung

unsur berbahaya B3 yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada

manusia.

Disisi lain, Lumpur Lapindo atau Lumpur Panas Sidoarjo (Lusi) muncul akibat

peristiwa alam yang mengakibatkan timbulnya pemikiran untuk model

pemanfaatan yang bersifat lokal dengan skala besar. Komponen dasar Lusi

yang terdiri dari clay merupakan kombinasi padatan pasir, cairan dan gas

dengan berbagai kandungan bahan kimia dan senyawa-senyawa yang terdapat

dalam perut bumi terbawa keluar bersama saat terjadi semburan. Hal ini lebih

baik dapat disikapi sebagai suatu potensi bahan baku industri daripada suatu

bencana yang berkepanjangan tanpa pemikiran untuk pemanfaatan dalam skala

besar.

Untuk jangka panjang, dalam upaya pemanfaatan mineral serta mendukung

kegiatan pembangunan infrastruktur serta penanganan masalah lingkungan

maka Lusi dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi. Berdasarkan sifat-

sifat dasar yang dimiliki serta hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan

ternyata Lusi setelah ditambah dengan abu batubara dapat dikembangkan

menjadi bahan keramik melalui proses pembakaran dengan hasil yang cukup

baik, keras, stabil dan memiliki bobot relatif ringan dibandingkan dengan

bahan keramik pada umumnya.

Page 2: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

2

Abu batubara yang digunakan sebagai bahan tambahan merupakan limbah dari

pembakaran batubara yang dihasilkan dari beberapa pabrik atau industri seperti

pabrik tekstil, pengolahan kayu serta pabrik lainnya yang memerlukan bahan

bakar berkelanjutan dalam jumlah yang besar dengan harga relatif murah.

Bahan ini potensinya ternyata cukup melimpah dan belum banyak

termanfaatkan dengan baik seiring dengan naiknya harga BBM.

Proses pembakaran batubara untuk menghasilkan tenaga dalam industri akan

menghasilkan sisa pembakaran yang disebut abu terbang (fly ash) serta

endapan abu (bottom ash) yang apabila tidak dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya akan dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Penelitian bermaksud untuk mengetahui seberapa besar potensi limbah

batubara di wilayah kajian yang dapat digunakan sebagai bahan campuran

pembuatan batu bata dari bahan dasar Lusi.

Tujuan penelitian adalah menyelaraskan kapasitas potensi limbah batubara dari

berbagai industri di wilayah kajian dengan kapasitas pengelolaan Lusi menjadi

bata bata serta mempelajari prosedur teknis pengadaan limbah batubara dari

industri di wilayah kajian untuk dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo.

1.3. Permasalahan

Besarnya potensi limbah batubara (fly ash maupun bottom ash) sebagai hasil

pembakaran untuk memperoleh tenaga pada industri di beberapa daerah sentra

industri terpadu Jawa Timur hingga kini belum ada program penanganan untuk

mengelola dan memanfaatkannya secara terpadu berskala ekonomis.

Di sisi lain, besarnya luapan Lumpur Sidoarjo (Lusi) juga belum dapat

dimanfaatkan secara maksimal sebagai suatu solusi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah terdampak.

Hasil kajian awal secara teoritis menyebutkan, bahwa penambahan limbah

batubara dalam pembuatan batu bata dengan bahan baku utama Lusi diduga

akan menghasilkan batu bata dengan tingkat kekuatan yang lebih baik, lebih

kuat dan relatif murah harganya karena potensi sumber bahan baku yang

melimpah, baik Lusi maupun limbah batu bara.

Page 3: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

3

Dalam aspek teknis pengelolaan limbah batubara dengan memanfaatkannya

sebagai bahan baku pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo, saat

ini belum ada keterpaduan prosedur administratif antara para pengelola industri

yang menghasilkan limbah batubara dengan pengelola industri batu bata

berbahan dasar lumpur Lapindo, sehingga perlu dirancang suatu program kerja

teknis bersama yang dapat mendukung pembuatan batu bata tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menelaah sejauh mana potensi

limbah batu bara dari segi kuantitas, kualitas serta keterpaduan teknis detil

pemanfaatannya sehingga dapat menghasilkan batu bata yang bermutu tinggi.

1.4. Manfaat

Hasil kajian sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran luas kepada

Pemerintah dan industri yang mengolah Lusi dengan campuran limbah

batubara menjadi batu bata dan bahan bangunan berupa seberapa besar potensi

limbah batu bara yang secara ekonomis dapat menunjang operasional

pembuatan batu bata dari bahan dasar lumpur.

1.5. Out Put

Diperolehnya data-data konkret dan akurat mengenai jumlah potensi limbah

batubara (baik dalam bentuk fly ash maupun dalam bentuk bottom ash) dan

jumlah potensi lumpur Lapindo yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang

pengadaan bahan baku pembuatan batu bata di sekitar wilayah terdampak

Lumpur Lapindo, Porong – Sidoarjo.

Diperolehnya rancangan prosedur teknis administratif pengelolaan limbah

batubara dari para pengelola industri untuk mendukung pengadaan bahan baku

limbah batubara sebagai campuran dalam pembuatan batu bata berbahan dasar

lumpur Lapindo secara berkesinambungan.

Terbukanya peluang jalinan kerjasama multisektoral antara para pengelola

industri penghasil limbah batubara dengan pengelola industri batu bata

berbahan dasar lumpur Lapindo.

1.6. Out Come

Bagi dunia Industri pengguna batubara akan diperoleh solusi mengenai

program perencanaan pembuangan limbah batubara yang nantinya dapat

ditingkatkan menjadi hasil samping (by product) untuk campuran bahan baku

Page 4: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

4

pembuatan batu bata dengan bahan utama Lusi. Dengan demikian, potensi

cemaran (terutama kandungan logam berat B3) dapat dieliminasi sekaligus

dapat menciptakan nilai tambah baik dari segi distribusi, mobilitas kerja bagi

masyarakat dan tumbuhnya industri baru.

Bagi masyarakat di wilayah terdampak lumpur lapindo akan memberikan

solusi nyata berupa pola pemanfaatan Lusi menjadi batu bata dengan

penambahan limbah batubara sehingga akan dihasilkan batu bata berkualitas

tinggi dengan teknologi madya.

Bagi Pemerintah merupakan jalan keluar (way out) bagi pemecahan masalah

penanganan dan pengelolaan Lusi sekaligus limbah batubara menjadi batu bata

berkualitas tinggi sehingga menumbuhkan lapangan kerja baru dan

meningkatkan dinamika perekonomian di propinsi Jawa Timur dalam arti luas.

Bagi khalayak luas merupakan alternatif baru dalam memilih batu bata untuk

pembangunan properti terutama sarana/prasarana fasilitas umum dengan

memanfaatkan batu bata yang dibuat dari bahan baku utama Lusi dengan

campuran limbah batubara yang aman bagi kesehatan, mudah diperoleh dan

murah harganya.

Page 5: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

5

BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1. Pemanfaatan Batubara dan Potensi Limbahnya

Di Indonesia batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar yang telah

umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih

hemat dibandingkan solar dengan perbandingan sebagai berikut :

Solar Rp. 0,74 / kg kalori sedangkan batu bara hanya Rp. 0,09 / kg kalori

(berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200,- / liter).

Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi

Indonesia, sangat berlimpah dan mencapai puluhan milyar ton. Keberadaan

limbah batubara di Jawa Timur cukup melimpah karena keberadaan

perusahaan pemakai batubara seperti pabrik kertas serta industri-industri besar

yang tersebar di daerah Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto dan Gresik.

Abu terbang batubara umumnya dibuang di landfill atau ditumpuk begitu saja

di dalam area industri. Penumpukan abu terbang batubara ini menimbulkan

masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu

terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya

serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) disebutkan bahwa fly ash tidak boleh dipaparkan

di tempat terbuka.

Namun penggunaan batubara itu sendiri masih menimbulkan masalah yang

membutuhkan penyelesaian secara bersama antara pemerintah dan dunia usaha,

yaitu dalam pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

batubara “bottom ash and fly ash”, mengingat volume limbah yang semakin

meningkat dengan kualitas yang bervariasi. Pengelolaan limbah batubara

(bottom ash and fly ash) melalui upaya pemanfaatan sebagai bahan bakar dan

sebagai filler pada industri semen, batu bata serta untuk bahan baku lainnya,

maka penanganan permasalahan sebagian limbah batu bara telah mendapatkan

solusinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang

Page 6: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

6

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disebutkan bahwa fly

ash tidak boleh dipaparkan di tempat terbuka.

Abu terbang sebagai limbah pembakaran batubara selama ini masih ditimbun

di lahan kosong. Hal ini berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat

sekitar seperti, logam-logam dalam abu terbang terekstrak dan terbawa ke

perairan, abu terbang tertiup angin sehingga mengganggu pernafasan. Sudut

pandang terhadap abu terbang harus dirubah, abu terbang adalah bahan baku

potensial yang dapat digunakan sebagai adsorben murah. Beberapa investigasi

menyimpulkan bahwa abu terbang memiliki kapasitas adsorpsi yang baik untuk

menyerap gas organik, ion logam berat, gas polutan. Modifikasi sifat fisik dan

kimia perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi.

2.2. Lumpur Lapindo

Lumpur Lapindo sering disebut juga dengan Lumpur Sidoarjo (Lusi) diduga

berasal dari paduan formasi Kalibeng dan formasi Kujung yang banyak

mengandung silt dan sisipan pasir. Silt adalah nama umum clay dengan mineral

utama monmorilonit mengandung 50 % partikel klasik berdiameter kurang dari

0,0625 mm. Mineral umum yang terdapat dalam kandungan lumpur Lapindo

antara lain kuarsa, kalsedon, opal, feldspar, mika, hydromika (illit), khlorit,

besi oksida, kaolit, monmorilonit, karbonat, material karbonaseus, glaukonit

dan campuran komposit mineral amorphous. Kandungan ini secara umum tidak

membahayakan manusia, akan tetapi saat terjadi semburan ke permukaan bumi

melalui beberapa lapisan dalam tanah diduga akan terbawa gas metan dan gas

sulfida, maka kandungan akhir yang terjadi di permukaan bumi menjadi

bermacam-macam.

Beberapa hasil uji kandungan bahan/mineral yang terkandung dalam lumpur

Lapindo antara lain:

a. Hasil analisa Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan ITS Surabaya,

lumpur Lapindo mengandung Fenol 4 kali lebih besar, raksa 2 kali lipat dan

nitrit 6 kali lipat dari baku mutu limbah cair sesuai SK Gubernur Jatim

Nomer 45 tahun 2002.

b. Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga melakukan analisa bahwa

lumpur Lapindo mengandung hidrogen sulfida (H2S).

Page 7: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

7

c. Balai Besar Teknik Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

(BBTKL PPM) melaporkan bahwa lumpur Lapindo memiliki pH dan

salinitas seperti pada air laut, disamping kandungan fenol dan senyawa

lainnya. Lumpur juga mengandung beberapa senyawa logam berat seperti:

Parameter Satuan Batas Maks. Hasil Pengujian Limit Deteksi

Merkuri (Hg) Mg/l 0,2 <0,0014-0,0041 0,0014

Plumbum (Pb) Mg/l 5,0 0,0525-0,2018 0,0405

Cadmium (Cd) Mg/l 1,0 0,0157-0,0299 0,0100

Chrom (Cr) Mg/l 5,0 <0,0198-0,0198 0,0198

Copper (Cu) Mg/l 10,0 <0,0196-0,0254 0,0196

d. Komponen air dalam lumpur juga mencapai 70 % hasil analisa dari

berbagai lembaga Pemerintah, LSM maupun Swasta yang menunjukkan

bahwa potensi bahan padatan (silt and mud) yang menyimpan bahan-bahan

kimia aktif sebagaimana hasil analisa tersedia dalam jumlah cukup besar;

memerlukan pola pemanfaatan yang paripurna.

2.3. Peluang Pemanfaatan Limbah Batubara dan Lusi Sebagai Bahan Bangunan

Penelitian limbah batubara (bottom ash dan fly ash) yang telah dipublikasikan

di beberapa media yang didasarkan data uji laboratorium menunjukkan hal

yang positif tentang kualitas batubata yang dapat dipakai sebagai bahan

bangunan. Kajian ini mendasarkan campuran lumpur Lapindo dengan limbah

batubara dengan prosentase tertentu menghasilkan batubata yang mempunyai

kuat tekan dengan kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

Sifat kimia abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar

serta teknik penyimpanan dan penaganannya. Pembakaran batubara lignit dan

sub bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium

oksida lebih banyak namun memiliki kandungan silika, alumina dan karbon l

lebih sedikit daripada bituminous. Kandungan karbon dalam abu terbang

diukur dengan Loss On Ignition Method (LOI).

Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus umumnya berbentuk bola padat

atau berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil pembakaran bgituminous

Page 8: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

8

lebih kecil dari 0,075 mm, kerapatan berkisar antara 2100 sanpai 3000 kg/m3

dan luas area spesifiknya (diukur berdasarkan metode permeabilitas udara

Blaine) antara 170 sampai 1000 m2/kg. Abu terbang pada masa kini dipandang

sebagai limbah pembakaran batubara. Modifikasi sifat fisik dan kimia perlu

dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi.

Kajian teknis terhadap seluruh jenis potensi bahan baku yang memiliki peluang

pemanfaatan dalam skala besar perlu diketahui untuk menentukan jumlah

cadangan bagi keberlanjutan dan kualitasnya. Kualitas bahan baku dapat

dilakukan dengan melakukan penelitian pendahuluan untuk menguji atau

melakukan analisis laboratorium terhadap semua contoh bahan baku yang

diambil dari lokasi masing-masing.

Lusi, merupakan bahan mineral yang menyembur akibat kegagalan teknis

dalam pengeboran (eksplorasi) minyak dan gas bumi; material tersebut dapat

dikategorikan sebagai produk erupsi mud vulcano yang biasa terjadi di dalam

kegiatan pengeboran khususnya di wilayah yang mempunyai tatanan geologi

kompleks. Bahan ini berbentuk butiran halus berwarna abu-abu kehitaman,

sangat plastis dan memiliki nilai susut kering yang tinggi. Secara umum unsur

kimia yang terkandung didominasi oleh Silika (Si>50%), Alumunium (26 %)

dan berbagai unsur lainnya.

Saat ini umumnya abu terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai

salah satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang

batubara memiliki berbagai kegunaan yang amat beragam:

1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan

2. Penimbun lahan bekas pertambangan

3. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon

4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori

5. Bahan penggosok (polisher)

6. Filler aspal, plastik, dan kertas

7. Pengganti dan bahan baku semen

8. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)

9. Konversi menjadi zeolit dan adsorben

Page 9: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

9

Dalam upaya pemanfaatannya telah diuji coba untuk dikembangkan sebagai

bahan bangunan keramik seperti batu bata, genteng dan agregat buatan melalui

proses pembakaran sehingga diperoleh produk yang keras, kuat, ringan dan

stabil. Karena sifat teknis dari bahan dasar yang kurang dapat terjamin

homogenitasnya, maka untuk meningkatkan kualitasnya perlu ditambahkan

bahan penstabil berupa abu batubara dengan proporsi antara 10 % sampai 40 %

dari berat Lusi.

Proses pembuatan batubata, genteng dan agregat dilakukan setelah bahan baku

dicampur dengan air sampai menjadi adonan yang lembab dan plastis

kemudian dicetak sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil penelitian

telah diperoleh data bahwa suhu bakar optimum untuk batu bata dicapai pada

800 oC dengan kuat tekan nominal 50 kg/cm

3 atau masuk mutu 50; sedangkan

untuk genteng dan agregat dicapai pada kisaran suhu 900 s/d 1000 oC telah

memenuhi mutu III dengan beban lentur nominal 80 kg.

Page 10: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

10

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian berupa kajian potensi yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten

Gresik, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan

selama 60 hari terhitung sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2009.

3.2. Uraian Jadwal Pelaksanaan

Adapun rincian jadwal pelaksanaan kegiatan yang terbagi dalam uraian

kegiatan per sepuluh hari kerja efektif (10 HOK x 6) adalah sebagai berikut :

No Uraian Kegiatan I II III IV V VI

1 Tahap Persiapan

- Administrasi Perijinan

- Koleksi Data Sekunder

- Analisis Data Sekunder

- FGD

- Penetapan Langkah Tindak

- Penetapan Tahap Kerja

x

x

x

x

x

x

2 Tahap Pelaksanaan

- Survey awal potensi limbah

batubara industri

- Survey potensi Lusi

- Analisis limbah batubara

- Analisis Lusi (spesifik)

- Pemetaan hasil analisis

- Uji coba skala laboratorium

- Survey akseptabilitas para

industri pengguna batubara

- Survey model kerjasama

pemanfaatan limbah

batubara

- Pemetaan potensi riil

limbah batubara

- Perencanaan teknis

pemanfaatan limbah terpadu

xxx

xxx

xx

xx

x x

x x

x x

x

x x x x

x x

x x x

x x

x x

x xx

3 Tahap Pelaporan

- FGD dan revisi-revisi

x x

Page 11: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

11

- Penulisan Laporan Akhir

- Seminar Hasil Penelitian

- Publikasi Jurnal Ilmiah

x x

x x

x x

3.3. Metode Pelaksanaan

Kajian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, pengambilan

data dilakukan dengan mengumpulkan data primer maupun data sekunder

sebagai bahan kajian untuk merumuskan hasil penelitian secara mendalam.

Pengambilan data primer dilakukan secara survey langsung dengan

menggunakan alat bantu berupa kuosioner yang telah diuji terlebih dahulu

validitas dan reliabilitasnya. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan

data-data resmi Pemerintah yang dirilis melalui Biro Pusat Statistik, serta data-

data aktual yang dimiliki oleh perusahaan penyalur batubara maupun

perusahaan pengguna batubara sebagai bahan bakar utama proses industrinya.

Analisa data hasil pengamatan untuk memperoleh kesimpulan digunakan

metode analisis SWOT.

3.4. Sumberdaya Pelaksana

Pelaksana kegiatan adalah tim peneliti Pusat Kajian Pendidikan dan Penerapan

Ipteks - Fakultas Teknik (PKP2I-FT) Universitas Negeri Surabaya yang terdiri

dari tenaga-tenaga ahli:

Ahli Manajemen, sebagai koordinator/ketua tim pelaksana kegiatan

Ahli Teknik Lingkungan

Ahli Geologi

Ahli Kimia

Ahli Teknik Industri

Tim surveyor lapangan

Page 12: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

12

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Potensi Limbah Batubara di Wilayah Kajian

Potensi limbah batubara ditentukan oleh besarnya skala pemakaian batubara

oleh industri-industri. Di wilayah kajian yang meliputi: kabupaten Mojokerto,

kabupaten Gresik, kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Pasuruan adalah

merupakan kawasan industri yang penting di Jawa Timur.

Dua sisi kepentingan yang dapat diperoleh dari penanganan pola ini adalah:

terpecahkannya pemanfaatan limbah batu bara (baik fly ash maupun bottom

ash yang selama ini merupakan limbah bahan beracun berbahaya / B3)

sekaligus memecahkan masalah pemanfaatan luberan lumpur (mud vulcano)

menjadi batu bata untuk bahan bangunan. Limbah batubara dalam jumlah besar

baik berupa fly ash maupun bottom ash dihasilkan dari industri-industri di

wilayah kajian diantaranya, seperti:

a. Pabrik kertas

b. Pabrik semen

Page 13: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

13

c. Pabrik besi dan baja

d. Pabrik keramik

e. Pabrik tekstil

f. Pabrik minyak pelumas

Page 14: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

14

g. Pabrik kimia dasar/petrokimia

h. Pembangkit listrik

i. Pabrik/pengolahan kayu

4.1.1. Kabupaten Mojokerto

Industri-industri skala menengah besar di wilayah kabupaten Mojokerto yang

menghasilkan limbah batubara sebagai sisa pembakaran untuk menghasilkan

tenaga pada umumnya terdapat di wilayah Kawasan Industri Ngoro atau

dikenal dengan Ngoro Industrial Park di kecamatan Ngoro. Potensi limbah

batubara (fly ash maupun bottom ash) yang dapat dihasilkan dari wilayah

kabupaten Mojokerto untuk mendukung pengadaan bahan baku pembuatan

batu bata dengan bahan dasar lumpur lapindo diperkirakan mencapai lebih

Page 15: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

15

dari 1.000 ton per bulan. Limbah batubara sangat memungkinkan diperoleh

dari perusahaan industri di kabupaten Mojokerto terutama di wilayah Ngoro

Industrial Estate karena letaknya cukup berdekatan dengan lokasi pabrik batu

bata dan bahan bangunan di desa Mindi kecamatan Porong.

Jarak terjauh hasil kajian untuk biaya pengangkutan/pembuangan limbah

batubara dari beberapa titik lokasi menuju ke Porong adalah sebagai berikut:

a. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik gula di desa Gedeg

kecamatan Gedeg berjarak kurang lebih 54 kilometer bila melalui akses

jalan raya Krian-Surabaya dan 46 kilometer bila melalui akses jalan raya

Mojokerto-Mojosari-Japanan.

b. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik jamur champignon di

desa Jatirejo kecamatan Jatirejo berjarak kurang lebih 42 kilometer

melalui akses jalan raya Mojosari-Japanan.

c. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik minuman bir bintang

dan peternakan ayam potong/petelur di sekitar kecamatan Pacet dan

kecamatan Pungging diperkirakan membutuhkan jarak tempuh berkisar

30 kilometer menuju ke Porong melalui akses jalan raya Mojosari-

Japanan.

Sedangkan potensi limbah batubara yang dihasilkan oleh industri/pabrik

lainnya di wilayah kabupaten Mojokerto membutuhkan jarak tempuh yang

relatif lebih dekat menuju ke industri pengolahan batu bata dan bahan

bangunan berbahan dasar lumpur lapindo. Bahkan di sekitar kecamatan

Mojosari terdapat pabrik kertas berskala besar PT. Pakerin yang memiliki

akses khusus melalui kecamatan Krembong langsung menuju ke pusat kota

Porong dengan jarak tempuh sekitar 15 kilometer saja melalui jalan akses

antara Japanan-Mojosari-Mojokerto dengan jarak tempuh kurang dari 20

kilometer.

4.1.2. Kabupaten Gresik

Di wilayah kabupaten Gresik, industri yang menghasilkan limbah batubara

pada umumnya terdapat di kecamatan Driyorejo, kecamatan Kedamaian dan

kecamatan Manyar. Industri kimia dasar milik Pemerintah seperti PT.

Petrokimia Gresik dan PT. Semen Gresik merupakan salah satu penghasil

Page 16: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

16

limbah batubara yang terpenting di wilayah kabupaten Gresik. Potensi limbah

batubara (fly ash maupun bottom ash) yang dapat dihasilkan dari wilayah

kabupaten Gresik untuk mendukung pengadaan bahan baku pembuatan batu

bata dengan bahan dasar lumpur lapindo diperkirakan mencapai lebih dari

2.000 ton per bulan.

Limbah batubara sangat memungkinkan diperoleh dari perusahaan-

perusahaan tersebut diatas maupun perusahaan industri lainnya di wilayah

kabupaten Gresik terutama berasal dari Kawasan Industri Maspion dan

kawasan pesisir/pelabuhan kota Gresik karena letaknya memiliki akses jalan

raya dan jalan bebas hambatan (tol way).

Jarak terjauh hasil kajian untuk biaya pengangkutan/pembuangan limbah

batubara dari beberapa titik lokasi menuju ke Porong adalah sebagai berikut:

a. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik-pabrik di Kawasan

Industri Maspion desa Manyar kecamatan Manyar berjarak kurang lebih

67 kilometer bila melalui akses jalan bebas hambatan langsung dari

gerbang tol Manyar ke gerbang tol Dupak dan terus menuju hingga ke

gerbang tol Porong atau kini disebut dengan gerbang tol Sidoarjo 2.

Disamping itu jarak tempuh yang lebih kurang sama 62 kilometer bila

melalui akses jalan raya Gresik-Bunder-Krian-Sidoarjo.

b. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik pengolahan kayu di

sekitar wilayah pelabuhan Gresik, pabrik Semen Gresik dan PT.

Petrokimia Gresik di kota Gresik berjarak kurang lebih 44 kilometer

melalui akses jalan bebas hambatan melalui gerbang tol Romo Kalisari.

c. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik makanan dan minuman,

pabrik kertas, pabrik keramik, pabrik tekstil, pabrik bumbu masak, pabrik

bahan bangunan genteng dan pabrik pengolahan kayu di sekitar

kecamatan Kedamean, kecamatan Wringinanom dan kecamatan Driyorejo

diperkirakan membutuhkan jarak tempuh berkisar 30 kilometer menuju

ke Porong melalui akses jalan raya Krian-Sidoarjo.

Sedangkan potensi limbah batubara di kabupaten Gresik membutuhkan jarak

tempuh lebih dekat terutama bagi industri yang berada di perbatasan dengan

Page 17: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

17

kabupaten Sidoarjo dan kotamdaya Surabaya melalui berbagai alternatif jalan

akses menuju ke kota Porong dengan jarak tempuh kurang dari 20 kilometer.

4.1.3. Kabupaten Sidoarjo

Potensi limbah batubara yang dihasilkan oleh para pengelola industri di

wilayah kabupaten Sidoarjo diduga merupakan salah satu yang terbesar di

provinsi Jawa Timur. Di wilayah ini terdapat banyak industri raksasa yang

menghasilkan limbah batubara dalam jumlah sangat besar seperti : PT. Sinar

Mas Grup (pabrik kertas dan bahan-bahan baku kertas di kecamatan Tarik),

industri pengecoran logam dan baja yang tersebar di kecamatan Krian, Taman

dan Waru, industri pengolahan kayu, industri plastik dan kimia dasar, pabrik-

pabrik gula serta industri pengolahan makanan, pakan ternak dan berbagai

jenis industri lainnya yang tersebar di kabupaten Sidoarjo.

Penyebaran industri penghasil limbah batubara di wilayah kabupaten Sidoarjo

merata hampir di seluruh wilayah kecamatan dengan potensi mencapai

ratusan ribu metrik ton per bulannya.

Limbah batubara sangat memungkinkan diperoleh dari perusahaan industri di

kabupaten Sidoarjo karena letaknya relatif dekat menuju ke pabrik batu bata

dan bahan bangunan di desa Mindi kecamatan Porong. Jarak terjauh hasil

kajian untuk biaya pengangkutan/pembuangan limbah batubara dari beberapa

titik lokasi menuju ke Porong adalah sebagai berikut:

a. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik kertas PT. Tjiwi Kimia

dan pabrik kimia PT. Sindopex Perotama di desa Bakungtemenggungan

kecamatan Balongbendo berjarak kurang lebih 40 kilometer bila melalui

akses jalan raya Krian-Sidoarjo dan 43 kilometer bila melalui akses jalan

raya Mojokerto-Mojosari-Japanan. Jarak tempuh yang lebih dekat melalui

akses ini dapat diakses untuk memperoleh limbah batubara dari pabrik

kimia, pabrik baja, dan sebagainya.

b. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik besi dan baja di desa

Wedoroanom kecamatan Waru berjarak kurang lebih 21 kilometer

melalui akses jalan raya Surabaya-Malang.

c. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik gula di sekitar

kecamatan Prambon dan kecamatan Krembong diperkirakan

Page 18: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

18

membutuhkan jarak tempuh sangat pendek berkisar kurang dari 20

kilometer menuju ke Porong melalui akses jalan raya Prambon-Porong

yang merupakan jalur jalan alternatif pasca penanganan bencana luapan

lumpur lapindo.

4.1.4. Kabupaten Pasuruan

Industri skala menengah besar yang terdapat di wilayah kabupaten Pasuruan

cukup banyak dan beragam. Mengingat wilayah kabupaten ini sangat luas

yang terdiri dari kawasan pesisir di Utara berbatasan dengan Selat Madura

serta kawasan Selatan yang merupakan perbukitan dan pegunungan

berbatasan dengan kabupaten Mojokerto dan kabupaten Malang.

Potensi limbah batubara (fly ash maupun bottom ash) yang dapat dihasilkan

dari wilayah kabupaten Pasuruan untuk mendukung pengadaan bahan baku

pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur lapindo diperkirakan

mencapai lebih dari 1.000 ton per bulan. Khusus wilayah kabupaten Pasuruan

meskipun memiliki akses jalan yang relatif mudah menuju ke Porong akan

tetapi beberapa titik lokasi industri penghasil limbah batubara relatif jauh

letaknya karena wilayah kabupaten ini sangat luas baik ke arah Selatan

berbatasan dengan kabupaten Malang dan ke arah Timur berbatasan dengan

kabupaten Probolinggo.

Jarak terjauh hasil kajian untuk biaya pengangkutan/pembuangan limbah

batubara dari beberapa titik lokasi menuju ke Porong adalah sebagai berikut:

a. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik tekstil, pembangkit

listrik dan pabrik gula di kecamatan Ngopak berjarak kurang lebih 48

kilometer bila melalui akses jalan raya Probolinggo-Surabaya. Jarak

tempuh yang lebih dekat yang melalui sepanjang jalan melalui akses ini

untuk memperoleh limbah batubara adalah dari pabrik tekstil, pabrik

pengolahan kayu, pabrik bumbu masak (Cheil Jedang dan Cheil Samsung

Astra), pabrik pengolahan ikan dan sebagainya.

b. Potensi limbah batubara hasil pembakaran pabrik jamur champignon di

desa Tutur kecamatan Tutur (Nongkojajar) berjarak kurang lebih 42

kilometer melalui akses jalan raya Malang-Purwosari-Sidoarjo. Jarak

tempuh ini juga dapat dilalui lebih pendek oleh limbah batubara hasil

Page 19: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

19

pembakaran pabrik minuman kesehatan, pabrik tekstil Easterntex dan

peternakan ayam.

4.2. Komitmen Industri Dalam Pemanfaatan Limbah Batubara

Para pengelola industri menengah besar memiliki komitmen yang kuat untuk

mengelola dan memanfaatkan limbah batubara menjadi produk bernilai tambah

yang dibuktikan dengan kesediaan para pengelola memberikan sampel limbah

batubara agar dapat dikaji lebih mendalam potensi pemanfaatannya sebagai

bahan campuran dalam pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo.

Hasil kajian menunjukkan bahwa; seluruh pengelola industri/pabrik yang

merupakan pengguna batubara kini tengah menunggu realisasi teknis

pemanfaatan limbah batubara menjadi bahan bangunan, karena pengelola

industri pada umumnya mengalami kesulitan dan terbebani oleh biaya

pembuangan limbah batubara sisa pembakaran. Cara pembuangan dengan

memanfaatkan limbah tersebut sebagai landfill semakin lama dirasakan

semakin mahal karena hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya harga tanah-tanah untuk pembuangan limbah batubara, hal

ini mengingat kebutuhan tanah untuk landfill bersaing dengan kebutuhan

tanah pertanian, perumahan dan fasilitas umum.

2. Mahalnya biaya transportasi menuju ke tempat pembuangan,

3. Sulitnya memperoleh tenaga kerja, mengingat pekerjaan membuang limbah

batubara merupakan pekerjaan beresiko tinggi terhadap radiasi bahan

beracun berbahaya (B3), sehingga kini biaya tenaga kerja menjadi mahal

dan kewajiban perusahaan untuk menyediakan jaminan hari tua bagi

keluarga, jaminan kesehatan, asuransi dan tanggungan kesejahteraan

merupakan permasalahan sosial yang perlu pemecahan khusus.

4. Mahalnya biaya penyiapan sarana dan prasarana pendukung, mengingat

dalam jumlah yang besar limbah batubara harus dibuang dengan

menggunakan peralatan yang khusus.

Menyikapi berbagai kesulitan dan kendala teknis tersebut, maka pihak

pengelola industri/pabrik juga tengah menunggu komitmen balik dari pihak

Pemerintah akan kesungguhan dalam merealisasikan pembangunan unit

industri pengelolaan lumpur lapindo menjadi bahan bangunan dengan

Page 20: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

20

menggunakan campuran limbah batubara karena diyakini akan mampu

membantu memecahkan masalah pembuangan limbah tersebut.

Harapan yang diperoleh dari hasil kajian adalah perlunya Pemerintah

memikirkan kapasitas pabrik pembuatan batu bata dan berbagai jenis bahan

bangunan lainnya yang lebih besar agar limbah batubara dapat tertampung dan

tertangani dengan dengan baik, disamping tertanganinya lumpur lapindo agar

termanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Para pengelola industri/pabrik juga berminat untuk membeli produk batu bata

dan berbagai jenis bahan bangunan lainnya apabila rencana pembangunan

pabrik bahan bangunan berbahan dasar lumpur lapindo ini terwujud sebagai

bentuk komitmen nyata dalam memberikan dukungan akan pemasaran hasil

produk. Dasar pemikiran yang diambil adalah batu bata tersebut akan

digunakan tidak untuk rumah tinggal melainkan untuk pengembangan pabrik

dan fasilitas umum sekitarnya yang menjadi kewajiban pihak perusahaan untuk

pengadaannya.

4.2.1. Sifat Kimia Limbah Batubara di Wilayah Kajian

Hasil analisa kimia terhadap limbah batubara baik fly ash maupun bottom ash

yang dihasilkan oleh industri-industri pengguna batubara di wilayah kajian

pada umumnya memiliki kesesuaian untuk dimanfaatkan sebagai campuran

dalam pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur Lapindo. Adapun

kandungan limbah batubara yang diambil secara purposive sampling dari

beberapa sampel limbah berbagai industri di wilayah kajian untuk dijadikan

bahan baku campuran pembuatan batu bata berbahan dasar lumpur Lapindo

adalah sebagai berikut:

Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit

listrik adalah ilica (SiO2), alumina, (Al2O3), dan besi oksida (Fe2O3),

sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium, dan belerang. Rumus empiris

abu terbang batubara ialah: Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011

Page 21: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

21

Tabel 1. Komposisi kimia abu terbang batubara

Komponen Bituminous Sub-bituminous Lignite

SiO2 20-60% 40-60% 15-45%

Al2O3 5-35% 20-30% 10-25%

Fe2O3 10-40% 4-10% 4-15%

CaO 1-12% 5-30% 15-40%

MgO 0-5% 1-6% 3-10%

SO3 0-4% 0-2% 0-10%

Na2O 0-4% 0-2% 0-6%

K2O 0-3% 0-4% 0-4%

LOI 0-15% 0-3% 0-5%

4.2.2. Pemanfaatan Untuk Campuran Batu Bata Berbahan Dasar Lumpur Lapindo

Hasil analisa sifat kimia limbah batubara di wilayah kajian menunjukkan

bahwa potensi untuk pemanfaatan sebagai campuran dalam industri

pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur Lapindo dapat dilakukan.

Mengingat besarnya potensi bahan baku lumpur Lapindo serta ketersediaan

limbah batubara dalam jumlah yang relatif sangat besar dan

berkesinambungan untuk jangka lebih dari 30 tahun kedepan, maka upaya

Pemerintah dalam memanfaatkan keterpaduan limbah batu bara dengan

lumpur Lapindo untuk dibuat menjadi batu bata bagi keperluan pembangunan

sarana umum dan fasilitas Pemerintah lainnya merupakan langkah yang

dinilai sangat tepat oleh kalangan industri.

Besarnya potensi limbah batubara tersebut, secara kimia telah diteliti untuk

dapat disinergikan dengan lumpur Lapindo sebagai batu bata; mengingat

kandungan lumpur Lapindo itu sendiri dari hasil analisa adalah mengandung:

Mangan, Natrium, Besi ( terlarut dalam 0,1 N), Chlor, Alumunium, Boron,

Barium, Timbal, Raksa ( 2,565 mg/liter Hgbaku mutunya: 0,002 mg/l Hg ),

Sianida Bebas, Arsen, HCL > 700 ppm, Triklorofenol zat B3(bahan beracun

dan berbahaya efek : langsung (iritasi kulit) dan efek sistemik: ( hemolisis,

Page 22: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

22

kardiak aritmia, ginjal), Triklorodane, Triklorobenzen, Kloroform, Minyak

dan lemak ( ITS).

Beton berpori dibuat dari campuran pasir silika (sand), semen, CaCO3,

dengan katalis Al. Permasalahan utama adalah penyediaan pasir sebagai

bahan baku yang makin lama makin berkurang dan mahal, sebagai alternatif

pengganti adalah dari limbah pembakaran batubara disebut abu terbang (fly

ash), dan limbah ini cukup banyak tersedia dibeberapa industri. Pada

Penelitian ini dibuat beton ringan berpori dari campuran semen, pasir/abu

terbang, CaCO3 dan menggunakan katalis aluminium. Komposisi standar

yang digunakan adalah: 25 % berat semen, 15% berat CaCO3,dan sisanya

adalah pasir. Sedangkan variasi ratio komposisi pasir dengan abu terbang

adalah: 60 : 0,50 : 10, 40 : 20, 30 : 30, 20 : 40, 10 : 50 dan 0 : 60 (% berat).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dengan komposisi 30 %

pasir dan 30 % abu terbang, melalui proses pengeringan cepat menggunakan

autoclave bertekanan 6 bar, dengan waktu pengerasan selama 40 menit

menghasilkan karakteristik beton ringan berpori yaitu densitas = 0,87 g/cm3,

dan kuat tekan = 4,33 MPa. Lumpur tersebut kemudian dicetak dengan cara

cor (casting) kemudian dibiarkan selama satu hari. Sifat-sifat Fisis dan

mekanik beton berpori yang diproduksi melalui proses pengeringan dengan

autoclave 12 bar diperlihatkan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Sifat Fisis dan Mekanik Beton Berpori melalui proses ageing dengan

autoclave 12 bar [3].

Parameter Nilai Rata-Rata

Density, kg/m3 575

Compressive Strength, MPa 43

Flexure Strength, MPa 1,06

Thermal Conductivity, W/moC 0,133

Heat Capacity, J/kg K 1224

Karakterisasi beton berpori meliputi parameter fisik dan mekanik, untuk sifat

fisik adalah pengujian densitas betondimana nilai densitas beton dapat dihitung

berdasarkan pesamaan sebagai berikut :

Page 23: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

23

V m …………………………………………………………………… (1)

dengan:

=densitas beton berpori, g/cm3

m= massa beton berpori, g

V= Volume beton , cm3 , Volume beton dapat di tentukan dengan mengukur

dimensi sampel beton berpori yang bebentuk kubus.

Sedangkan sifat mekanik dari beton juga banyak sekali macamnya , salah

satunya adalah kekuatan tekan atau compressive strength. Nilai kekuatan tekan

beton dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

AP KuatTekan/ ........................................................................................ (2)

dengan:

P= Gaya penekan, kgf

A= Luas penampang searah dengan gaya

Preparasi pembuatan sample beton berpori dan komposisi campuran bahan

baku diperlihatkan untuk pembuatan beton berpori, pertama ditimbang masing-

masing bahan baku sesuai dengan komposisi seperti tabel 2. Setelah ditimbang,

kemudian ketiga bahan baku tersebut dicampur dalam suatu wadah plastik,

dengan diaduk menggunakan sendok semen, kemudian tambahkan air, dimana

jumlah air yang digunakan sesuai dengan perbandingan berat air : semen = 0,8.

Tabel 2. Komposisi Pencampuran Bahan Baku

Semen Pasir Bangka Abu Terbang CaCO3 Katalis

(% berat dari total bahan baku)

25 60 0 15 1

25 50 10 15 1

25 40 20 15 1

25 30 30 15 1

25 20 40 15 1

25 10 50 15 1

25 0 60 15 1

Page 24: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

24

Kemudian adonan diaduk hingga merata dan homogen, Selanjutnya adonan

yang dihasilkan dituangkan dalam cetakan yang terbuat dari besi dengan

ukuran: 16 x 4 x 4 cm. Setelah adonan dicetak kemudian dikeringkan diudara

terbuka selama satu hari kemudian dilepaskan dari cetakan.

4.3. Wacana Prosedur Teknis Pengelolaan Limbah

Pengelolaan limbah batubara dalam bentuk fly ash maupun bottom ash sebagai

bahan baku campuran pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur

Lapindo membutuhkan prosedur teknis pelaksanaan yang dapat mengatur

kinerja secara berkesinambungan diharapkan memenuhi beberapa prinsip dasar

prosedur pengelolaan sebagai berikut:

a. Adanya jaminan dari pengelola industri batu bata akan keberlanjutan

prosedur teknis pembuangan limbah batubara ke lahan penumpukan limbah

batubara sebagai material (bahan baku) campuran pembuatan batu bata

bersama lumpur Lapindo; yang lokasinya diharapkan berada di sekitar

pabrik dengan akses jalan yang mudah ditempuh oleh kendaraan berat.

b. Dukungan analisa kelayakan ekonomis yang menjamin tidak adanya biaya

tambahan karena akan membebani biaya produksi. Apabila biaya

pembuangan lebih rendah dari biaya yang selama ini dikeluarkan, maka

wacana prosedur teknis pengelolaan limbah batubara bersama lumpur

lapindo tersebut diyakini akan dapat berjalan dengan baik.

c. Adanya fasilitasi dari Pemerintah berupa sinergi kerjasama yang saling

menguntungkan secara ekonomi dalam pengelolaan tersebut. Oleh karena

itu, wacana dibentuknya suatu unit kerja khusus yang bertugas menangani

pengadaan limbah batubara serta unit kerja khusus yang menangani

masalah pemasaran hasil merupakan bagian yang penting.

d. Adanya jaminan keberlanjutan pengelolaan; meskipun potensi bahan baku

baik lumpur lapindo dalam jumlah yang sangat besar (pemanfaatan seluruh

lumpur yang ada diperkirakan mencapai puluhan bahkan ratusan tahun ke

depan) dan potensi limbah batu bara juga sangat besar dari hasil sisa

pembakaran industri-industri tersebut; maka diperlukan suatu Peraturan

Pemerintah yang dapat memberikan payung hukum sinergi pengelolaan

lumpur lapindo dengan memanfaatkan limbah batubara.

Page 25: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

25

4.4. Sinergi Bersama Industri Batu Bata Berbahan Dasar Lumpur Lapindo

Akibat dari proses penanganan dan pembuangan lumpur tersebut, maka lahan-

lahan yang ada di wilayah terdampak dan sekitarnya harus menanggung akibat

sebagai berikut:

Tidak dapat digunakan lagi untuk lahan pertanian

Amblesnya permukaan tanah akibat tekanan lumpur

Tidak dapat digunakan untuk tambak dan kegiatan perikanan

Dapat menimbulkan lahan kritis di daerah tersebut pasca genangan lumpur

Mengganggu fungsi tanah sebagai ruang infrastruktur

Krisis sosial akibat tidak berfungsinya lahan sebagaimana mestinya

Sedimentasi dasar kali porong yang berakibat pada ancaman terjadinya

banjir di musim penghujan.

Pengelolaan limbah batubara menjadi batu bata dengan bahan dasar lumpur

Lapindo membutuhkan kesamaan persepsi dan konsep dasar pemikiran antara

para pengelola industri yang menghasilkan limbah batubara dengan pengelola

industri batu bata dengan bahan dasar lumpur Lapindo. Kesamaan persepsi dan

konsep dasar pemikiran tersebut diharapkan oleh semua pihak dapat tertuang

dalam sinergi konkret berupa draft kerjasama (Memorandum of

Understanding/MoU) yang melibatkan seluruh stake holder.

Page 26: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

26

BAB 5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Potensi limbah batubara dari wilayah kajian di kabupaten Gresik, kabupaten

Sidoarjo, kabupaten Mojokerto dan kabupaten Pasuruan untuk bahan

campuran dalam pembuatan batu bata dengan bahan dasar lumpur lapindo

cukup tersedia dalam jumlah yang sangat besar.

Pengambilan abu terbang (fly ash) adalah dengan memasukkan ke

Elektrostatik Presipitator dalam kondisi kering untuk meminimalisir

terjadinya pencemaran lingkungan.

Pemanfaatan limbah batubara membantu industri-industri pemakai batubara

yang diuntungkan dengan dipakainya limbah batubara sebagai bahan baku

pencampur batubata sehingga dapat menghemat biaya pembuangan,

mencegah kerusakan lingkungan, meminimalisir pencemaran dan bahaya

kesehatan serta memberikan nilai tambah secara ekonomis dalam jangka

panjang.

Limbah batubara saat ini merupakan potensi yang dimasa depan mempunyai

nilai ekonomis dengan cara merubah sifat fisik dan kimianya menjadi

adsorben yang lebih baik. Oleh karena itu, upaya Pemerintah dalam

membuat industri batu bata berbahan dasar lumpur lapindo yang

memanfaatkan limbah batubara sebagai campuran mendapat sambutan

positif dari masyarakat dan dunia usaha, terbukti dengan kesungguhan

adanya komitmen untuk memberikan limbah batubara dengan prosedur

teknis yang mudah dan sederhana hingga komitmen kesediaan untuk ikut

serta dalam proses pemasarannya agar terjamin keberlanjutan usaha

tersebut.

5.2. Rekomendasi

Perlu adanya tindak lanjut mengenai diversifikasi produk olahan yang

memanfaatkan limbah batubara dan lumpur lapindo agar dapat memberikan

Page 27: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

27

pilihan bentuk produk yang lebih banyak ke masyarakat sekaligus

menunjang pengembangan industri bahan bangunan tersebut.

Perlu kajian lebih mendalam mengenai aspek kesehatan lingkungan, potensi

cemaran dan resiko bahaya limbah B3 dalam bentuk bahan bangunan (batu

bata) yang berasal dari bahan baku campuran antara lumpur lapindo dengan

limbah batu bara.

Perlunya tindak lanjut kajian yang lebih mendalam mengenai aspek

ekonomis, hukum dan sosial yang terkait dengan prosedur teknis pekerjaan

pembuangan limbah batubara yang bersinergi dengan industri penghasil

bahan bangunan dengan bahan dasar lumpur lapindo.

Page 28: Kajian Potensi Limbah Batubara Untuk Campuran Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Lumpur Lapindo

KAJIAN POTENSI LIMBAH BATUBARA UNTUK CAMPURAN PEMBUATAN BATU BATA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR LAPINDO

28

Referensi :

S.Wang H. Wu,H. Journal of Hazardous Materials (2006)

Indonesia Power, PLTU Suralaya, (2002)

Putu Astari Melati, Utilization of fly ash from power plant for removal of dyes,

(2005)

Yoga Pratama, HeriT. Putranto, Coal fly ash conversion to zeolite for removal of

chromium and nickel from waste waters, (2007)

B. Bayat, Journal of Hazardous Materials, vol. 95(3)275-290, (2002)

X.Querol, et al, Int. J.Coal Geol. 50, 413-423. (2003)