pemanfaatan getah pulp lidah buaya sebagai ida dan bio regulator

24
PEMANFAATAN GETAH PULP LIDAH BUAYA SEBAGAI BIOREGULATOR DAN BIOPESTISIDA PADA PERTUMBUHAN AWAL UBI JALAR (Ipomoea batatas) Diusulkan Oleh: ANUGRAH WIDHI PUTRANTO (051510101134) BERNET AGUNG SAPUTRA (051510101046) RENY FAJARWATI (051510101160) JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS JEMBER 2007

Upload: bernet-agung-saputra

Post on 12-Jun-2015

2.493 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

PEMANFAATAN GETAH PULP LIDAH BUAYA SEBAGAI

BIOREGULATOR DAN BIOPESTISIDA PADA

PERTUMBUHAN AWAL UBI JALAR

(Ipomoea batatas)

Diusulkan Oleh:

ANUGRAH WIDHI PUTRANTO (051510101134)

BERNET AGUNG SAPUTRA (051510101046)

RENY FAJARWATI (051510101160)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS JEMBER

2007

Page 2: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

PEMANFAATAN GETAH PULP LIDAH BUAYA SEBAGAI

BIOREGULATOR DAN BIOPESTISIDA PADA PERTUMBUHAN AWAL

STEK UBI JALAR

(Ipomaea batatas L.)

Disusun oleh :

1. Nama : ANUGERAH WIDHI PUTRANTO

NIM : 051510101134

Jurusan : Budidaya Pertanian

Prodi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

2. Nama : BERNET AGUNG SAPUTRA

NIM : 051510101046

Jurusan : Budidaya Pertanian

Prodi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

3. Nama : RENY FAJARWATI

NIM : 051510101160

Jurusan : Budidaya Pertanian

Prodi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

Page 3: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Anugrah Widhi P

Nim : 051510101134

Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 08 Desember 1986

Pengalaman Organisasi : PANJALU

2. Nama : Bernet Agung Saputra

Nim : 051510101046

Tempat/tanggal Lahir : Lampung, 07 Agustus 1987

Pengalaman Organisasi : -

3. Nama : Reny Fajarwati

Nim : 051510101160

Tempat/tanggal Lahir : Banyuwangi, 28 Maret 1987

Pengalaman Organisasi : PANJALU

Page 4: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, Indonesia mengimpor tidak

kurang dari 2 juta ton beras pertahun (Adiratma, 2004). Bahkan, saat ini Indonesia

merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia. Kondisi ini sebenarnya

sangat ironis karena Indonesia sebagai negara agraris. Semestinya, Indonesia

dapat berswasembada beras (Dandy, 1990).

Impor beras pada dasarnya menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan,

baik dari masalah anggaran negara maupun masalah psikologis yang harus

dihadapi oleh petani, yaitu dampak pada kemandirian atau kedaulatan pangan

bangsa. Untuk mengurangi impor beras, ubi jalar dapat digunakan sebagai

makanan pangan pengganti/tambahan. Ubi jalar pada saat ini dapat dimanfaatkan

secara maksimal sebagai makanan subtitusi, mengingat kebijakan pemerintah

yang melakukan impor beras. Seperti halnya Jepang sebagai salah satu negara

maju, merupakan importir umbi jalar dari Indonesia. Jadi tidak ada masalah bila

warga masyarakat Indonesia mengkonsumsi tiwul (pangan dari umbi-umbian)

sebagai makanan alternatif. Apalagi harga beras akhir-akhir ini daat mencapai Rp

6000.-/kg. Potensi ubi jalar juga cukup baik digunakan sebagai bahan baku

industri pembuatan gula cair (fruktosa) ataupun alkohol. Kandungan gizi ubi jalar

meliputi vitamin A, C, karbohidrat, betakaroten, dan oligosakarida. Penggunaan

ubi jalar saat ini masih harus menghadapi tantangan dalam masalah luas/areal

penanaman, karena sejak dulu umumnya hanya berupa kebun sela setelah padi

atau tanaman palawija lainnya, sehingga permintaan dalam jumlah besar akan

sukar dapat dipenuhi.

Oleh karena itu, pembudidayaan dan pengembangan ubi jalar dalam bidang

industri dan pertanian perlu ditingkatkan. Pembiakan tanaman tersebut secara

vegetatif yaitu dengan cara stek. Keuntungan utama stek adalah dapat

menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang dan daun yang serupa

dengan induknya, dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, pembiakan

vegetatif dengan cara stek tidak memerlukan teknik yang rumit. Untuk

Page 5: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

mempercepat pertumbuhan stek ubi jalar ini maka dapat diberikan bantuan

rangsangan pertumbuhan dari pulp lidah buaya.

Getah pulp lidah buaya berperan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) alami

pada tanaman stek. Zat pengatur tumbuh dapat berupa zat pengatur tumbuh

sintesis maupun zat pngatur tumbuh alami. Zat pengatur tumbuh sintetis misalnya

IBA, IAA, NAA, dan Rootone-F. Dalam penggunaan zat pengatur tumbuh sintetis

memerlukan biaya yang mahal dan ZPT sintetis sulit didapatkan dipasaran. Oleh

karena itu sebagai solusinya dapat menggunakan pulp lidah buaya sebagai zat

pengatur tumbuh alami. Zat pengatur tumbuh alami, utamanya auksin, banyak

terkandung dalam gel lidah buaya.

Selain pulp lidah buaya dimanfaatkan sebagai ZPT, lidah buaya juga dapat

digunakan sebagai obat luar, dengan berbagai kegunaan. Di antaranya sebagai

penyubur rambut, penyembuh luka (luka bakar/tersiram air panas), obat bisul,

jerawat/noda hitam, pelembab alami, antiperadangan, antipenuaan, serta tabir

surya alami.

Daging daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk

makanan dan minuman. Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya

berpotensi sebagai makanan dan minuman kesehatan. Hal tersebut disebabkan

oleh kombinasi kandungan zat gizi dan non-gizi yang memiliki khasiat untuk

menjaga dan meningkatkan kesehatan.

Lidah buaya yang mempunyai nama Latin Aloe vera L. tergolong ke dalam

suku Liliaceae. Aloe berarti “senyawa pahit yang bersinar”. Eksudat (getah)

tanaman ini pahit rasanya, tetapi dapat digunakan sebagai obat penyembuh pada

berbagai penyakit kulit. Belakangan ini lidah buaya dibudidayakan secara besar-

besaran untuk tujuan industri, baik industri pangan maupun non-pangan. Cara

menanamnya pun cukup mudah. Hanya dengan memisahkan tunas dari batang

daun induknya.

Lidah buaya dapat tumbuh subur hampir di semua benua, terutama di daerah

beriklim panas, seperti Indonesia. Diperkirakan lebih dari 350 spesies lidah buaya

yang tersebar luas di seluruh penjuru dunia (Soeseno, 1993). Sejak tahun 1522

SM, di Mesir lidah buaya sudah digunakan untuk meredakan gangguan

Page 6: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

kemerahan pada kulit maupun sebagai penyembuh luka yang terinfeksi. Demikian

pula di Indonesia, pemanfaatan lidah buaya sudah dilakukan sejak puluhan bahkan

ratusan tahun lampau, terutama untuk menyuburkan rambut, mengatasi

kerontokan sekaligus melebatkan dan menghitamkan rambut.

Hampir seluruh bagian dari tanaman lidah buaya ini bermanfaat. Cara

menggunakannya cukup mudah. Cukup dengan memotong lidah buaya dari

pohonnya lalu belah untuk mengeluarkan lendirnya.

� Bagian pelapis daun dapat digunakan langsung untuk pemeliharaan kulit,

baik secara manual maupun setelah diolah dalam bentuk ekstrak.

� Eksudat atau getah daun yang keluar bila daun dipotong bisa digunakan

untuk pemeliharaan rambut dan penyembuhan luka. Keluhan bisul,

sariawan, ruam, gigitan serangga, bahkan jerawat dan noda hitam di wajah

dapat diobati cukup dengan mengoleskan lendir lidah buaya. Hal ini juga

berpotensi sebagai biopestisida bagi tanaman.

� Gel atau bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam

daun setelah eksudat dikeluarkan, bersifat mendinginkan dan

menyamankan.

� Getah pulp lidah buaya juga berperan sebagai ZPT, karena kandungan

auksinnya cukup tinggi (Sundahri, 1994)

Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas pertanian

yang punya peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagal usaha

agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan telah

membuktikan keberhasilan produksi lidah buaya. Mengingat banyaknya kegunaan

dari lidah buaya, maka pengembangan pembudidayaan lidah buaya perlu

ditingkatkan.

1.2 Kendala Pemanfaatan Lidah Buaya

Pemanfaatan lidah buaya selama ini hanya menitikberatkan pada

pemanfaatan daun daging saja. Pada dasarnya getah pulp sisa pengolahan lidah

buaya yang menjadi limbah dalam memproduksi makanan dan minuman dapat

dimanfaatkan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT), terutama pada pembiakan

Page 7: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

vegetatif stek. Getah pulp (gel) lidah buaya ini mengandung polisaksakarida

(terutama glukuomanan), asam-asam amino (lisin, valin, metionin, leusin,

isoleusin, fenilalanin), enzim-enzim pemecah protein (enzim protease). Selain itu

masih pula ditemukan asam krisorfan, sejumlah vitamin (A, B6, B12, C, E,

niasinamid, kolin) dan mineral (kalium, kalsium, natrium, seng, kobalt dan krom).

1.3 Perumusan Masalah

Pemanfaatan lidah buaya yang ada pada saat ini hanya difokuskan pada

kegunaan dan keuntungannya di bidang kesehatan saja, yaitu sebagai obat luar.

Masyarakat umum hanya mengetahui beberapa bagian dan manfaat dari daun

lidah buaya, padahal potensi pengembangan lidah buaya di bidang pertanian

mempunyai peluang yang cukup besar. Selain itu sisa pengolahan lidah buaya

yang menjadi limbah dalam produksi industri makanan dan minuman dapat

dimanfaatkan lebih lanjut yaitu sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan sebagai

penyembuh luka pada stek. Oleh karena itu maka perlu diketahui: (a) apa saja

yang dapat dimanfaatkan dari daun lidah buaya, (b) apakah kandungan pulp lidah

buaya dapat dimanfaatkan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan bio pestisida,

atau bioregulator (c) bagaimana pengaruh kandungan pulp lidah buaya terhadap

pertumbuhan akar pada stek ubi jalar.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pemanfaatan pulp lidah buaya sebagai zat perangsang tumbuh

(ZPT) dan bio pestisida pada bahan stek.

2. Mengetahui pengaruh tingkat kedewasaan pulp lidah buaya terhadap

kepekatan gel yang berpengaruh pada kandungan pulp lidah buaya.

1.5. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memanfaatkan lidah buaya sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan

pestisida alami, sehingga dapat mengurangi penggunaan ZPT dan pestisida

Page 8: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

sintetik karena harganya mahal dan susah didapatkan serta dapat

mencemari lingkungan sekaligus untuk mendukung pertanian berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ubi jalar sebagai

bahan pangan alternatif guna mendukung ketahanan pangan nasional.

3. Memanfaatkan limbah prosessing industri makanan, minuman nata de aloe

vera sebagai ZPT alami.

Page 9: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Ubi Jalar.

Ubi jalar atau telo rambat (Jawa), hui boled (Sunda), serta sederet nama

daerah lainnya, satu keluarga dengan kangkung. Ubi jalar bukan tanaman asli

Indonesia, karena menurut sejarahnya merupakan "pendatang" dari Amerika

Tengah yang beriklim tropis. Penyebaran ubi jalar dari kawasan Amerika Tengah

ke Filipina, Indonesia, India, Malaysia, Jepang, dan sekitarnya, dibawa oleh para

pengembara bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke-16, serta sekarang ubi

jalar cepat menyebar karena memiliki cita rasa yang diterima oleh semua bangsa,

juga penanamannya tidak memerlukan persyaratan khusus (www.nganjuk-

warintek.com).

Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan

makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditas pangan penting di Indonesia dan

diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi.

Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan

demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun. Ubi jalar dapat

diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan (Suriawiria, 2002).

Sebagai makanan pokok sebagian masyarakat Irian Jaya, ubi jalar biasanya

dipanen hanya apabila diperlukan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Hal

tersebut dapat dilakukan karena selama ini ubi jalar ditanam secara tradisional

dalam skala kecil yang bersifat subsistem dan berpindah-pindah. Seiring dengan

makin berkembangnya masyarakat Irian Jaya serta dengan adanya teknologi

budidaya yang berorientasi pasar, akan tersedia umbi dalam jumlah besar. Karena

sifat umbi yang relatif tidak tahan lama, maka diperlukan alternatif hasil olahan

ubi jalar setengah jadi (instan) yang dapat disimpan lama, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan pangan sepanjang tahun. Rasanya sama dengan rasa ubi

jalar segar yang dikukus atau direbus (Anonim, 1999).

Ubi rebus yang berwarna kuning mengandung betakaroten 5400 mikrogram;

angka ini sudah mencakup lebih kebutuhan akan vitamin A. Peran vitamin A

adalah untuk proses pertumbuhan, reproduksi, penglihatan, pemeliharaan sel

Page 10: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

epitel mata, meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh. Fungsi lainnya adalah

untuk antioksidan yang gunanya untuk menetralisir ganasnya radikal bebas.

Kandungan betakaroten pada ubi jalar yang berwarna kuning adalah paling tinggi

di antara padi-padian yang ada. Proses penggorengan ubi jalar akan meningkatkan

bioavailability retensi betakaroten, karena minyak membantu pelarutan senyawa

itu (Robby, 2003).

2.2 Perkembangbiakan Ubi Jalar

Penyetekan adalah suatu perlakuan/pemotongan beberapa bagian dari

tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar organ-organ

tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna

dalam waktu yang relatif singkat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya.

Pembiakan stek dengan cara stek ini pada umumnya dipergunakan untuk

mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta

mempercepat perbanyakan tanaman. Stek yang menggunakan batang sebagai

material sangat menguntungkan karena mempunyai persediaan makanan yang

cukup dan terdapat tunas-tunas akar dan tunas-tunas batang (Koesriningrum,

1973). Bagian tanaman (akar, batang, daun, pucuk) yang digunakan untuk bahan

pembiakan dimana bagian tanaman tersebut diharapkan membentuk akar

dinamakan stek (Siagian, 1996).

Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah-buahan dan

tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit,

tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang

dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi,

ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu, dapat diperoleh

tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang, dan

daun dalam waktu yang relatif singkat. Alasan lain kenapa stek ini banyak dipilih

orang karena caranya sangat sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit,

sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja (Wudianto, 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bibit ubi jalar antara lain adalah

penyimpanan yang kurang baik, kemarau yang terlalu lama sehingga bibit menjadi

Page 11: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

kering, sumber bibit, hama dan penyakit, umur tanaman, dan panjang stek. Pada

kondisi persediaan bibit bermutu terbatas, perlu dilakukan penghematan bibit.

Penggunaan stek secara konvensional dengan panjang 15-20 cm dilakukan untuk

mendapatkan teknik perbanyakan bibit ubi jalar secara mudah dan murah

(Wargiono, 1987).

Batang ubi jalar sebagai bahan stek mengandung bahan makanan cadangan

berupa karbohidrat, air, dan lain-lain untuk keperluan metabolisme tumbuh.

Bahan makanan tersebut akan menurun sejalan dengan waktu karena digunakan

untuk pertumbuhan. Penurunan kadar bahan makanan stek selama di persemaian

akan berpengaruh terhadap persentase kemampuan tumbuh. Stek yang pendek

mempunyai persentase kemampuan tumbuh yang lebih kecil dibanding stek yang

panjang, karena semakin pendek stek, semakin sedikit kandungan cadangan

makanan. Terbatasnya cadangan bahan makanan akibat ukuran stek yang pendek

berpengaruh terhadap bobot bahan makanan berupa karbohidrat, air, dan lemak.

Stek berukuran pendek kurang mampu bertahan di lapangan. Dengan demikian,

ukuran stek berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan kemampuan untuk

bertahan hidup. Penggunaan stek ini berpeluang untuk dikembangkan dalam

program perbanyakan bibit ubi jalar karena mampu menghasilkan bibit lebih cepat

dan lebih efisien (Efendi, 2002).

2.3 Pemanfaatan Lidah Buaya

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Mula-mula

lidah buaya hanya dikenal sebagai obat luar, dengan berbagai kegunaan. Di

antaranya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka (luka bakar/tersiram air

panas), obat bisul, jerawat/noda hitam, pelembab alami, anti peradangan, anti

penuaan, serta tabir surya alami (Santoso, 2005).

Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) dicirikan dengan batang yang pendek

sekali, sekitar 10 cm. Batang lidah buaya dikeliligi daun-daun tebal berbentuk

roset dengan ujung-ujung runcing mengarah ke atas. Tanaman lidah buaya

termasuk sukulen (berdaging dan bergetah) dari suku Liliaceae

Page 12: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

Daging daun lidah buaya juga dapat diolah menjadi berbagai produk

makanan dan minuman, berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de

aloe, dawet, dodol, selai, dan lain-lain. Makanan dan minuman hasil olahan lidah

buaya sangat berpotensi sebagai makanan/minuman kesehatan. Hal tersebut

disebabkan oleh kombinasi kandungan zat gizi dan non-gizi yang memiliki

khasiat untuk menjaga/meningkatkan kesehatan (Atherton,1997).

Daun lidah buaya sebagian besar berisi pulp atau daging daun yang

mengandung getang bening dan lekat. Getah yang masih segar mempunyai

khasiat, seperti untuk mengobati luka akibat peperangan, sehingga sejak tahun

2000 SM lidah buaya telah digunakan oleh orang Mesir. Hasil pengamatan

mereka, tanaman asal Kepulauan Canary di sebelah barat Afrika Utara tersebut

mampu menutup setiap lukanya sendiri dengan cepat, jika bagian tubuh (tanaman

itu) terlanda binatang buas atau diterjang kaki unta. Kemampuan menutup luka

tersebut diduga berkaitan erat dengan kandungan getah beningnya (Soeseno,

1993). Lebih lanjut Soeseno (1993) menyatakan bahwa daun lidah buaya

diketahui mengandung aloin (cairan daun) dan getah pulp. Getah pulp (gel)

mengandung polisaksakarida (terutama glukuomanan), asam-asam amino (lisin,

valin, metionin, leusin, isoleusin, fenilalanin), enzim-enzim pemecah protein

(enzim protease). Selain itu masih pula ditemukan asam krisorfan, sejumlah

vitamin (A, B6, B12, C, E, niasinamid, kolin) dan mineral (kalium, kalsium,

natrium, seng, kobalt dan krom).

Vitamin, enzim, dan zat-zat lain pada lidah buaya diproduksi oleh ekstraksi

dingin pada daun yang disebut filet. Tidak hanya daun, gelatin juga digunakan.

Bagian luar kulit memiliki banyak aloin, yang sangat respon terhadap efek

laxative dari lidah buaya. Pengolahan lidah buaya sebaiknya langsung dilakukan

setelah panen untuk mencegah oksidasi. Pengolahan lidah buaya harus dilakukan

dalam keadaan dingin, tidak dipanaskan atau dengan penambahan bahan-bahan

kimia. Pengolahan yang dingin menghasilkan gel yang sama pentingnya dengan

daun lidah buaya yang masih segar (Anon, 1996).

Hasil penelitian Sundahri (1994) menyimpulkan bahwa aplikasi gel lidah

buaya pada stek kumis kucing secara linier cenderung meningkatkan pertumbuhan

Page 13: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

akar stek pada konsentrasi gel lidah buaya antara 0% hingga 12%, dengan

perendaman bahan stek selama 10 jam. Hal ini diduga karena getah pulp lidah

buaya mengandung zat pengatur tumbuh alami, terutama auksin yang relatif tinggi

di samping senyawa-senyawa penyembuh luka.

Zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa

organik yang bukan hara (nutrient) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung

(promote), menghambat (inhibit) dan merubah proses fisiologis tanaman. Zat

pengatur tumbuh tersebut mengawali reaksi-reaksi biokimia dan mengubah

komposisi di dalam tanaman. Sebagai akibat pengubahan komposisi kimia

terjadilah pembentukan organ-organ tanaman seperti akar, tunas, daun, bunga dan

lain-lain. Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman dikelompokkan menjadi lima

kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik; dimana

masing-masing zat pengatur tumbuh mempunyai cirri khas dan pengaruh yang

berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin, 1989).

Page 14: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat Penelusuran Data

Penelusuran informasi dalam karya tulis ilmiah ini dilakukan di UPT

Perpustakaan Universitas Jember, Perpustakaan Fakultas Pertanian, Perpustakaan

Budidaya Pertanian, Universitas Jember dan Perpustakaan Pribadi dosen

pembimbing melalui studi pustaka secara langsung, searching melalui internet,

dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

3.2 Waktu

Karya tulis ilmiah ini disusun mulai tanggal 1 Maret 2007 sampai 5 Maret

2007.

3.3 Metode Penulisan

Penulisan didukung informasi yang diperoleh dari internet dan telaah

pustaka. Selanjutnya, tulisan ini disusun dari seluruh informasi yang diperoleh,

terutama yang berhubungan dengan pemanfaatan lidah buaya sebagai zat

perangsang tumbuh (ZPT) pada stek ubi jalar (Ipomoea batatas). Penulisan judul

berdasarkan beberapa pertimbangan manfaat, efisiensi, dan efektivitas yang akan

diperoleh melalui informasi yang akan dikaji. Data dan informasi yang telah

terkumpul dianalisis dan telaah untuk menjawab permasalahan yang ada.

Berdasarkan permasalahan yang ada, selanjutnya dikembangkan secara kronologis

menjadi kerangka pemikiran dalam bentuk tulisan ilmiah. Pada akhir pembahasan,

penulis mencoba untuk memberikan suatu alternatif dalam penggunaan zat

perangsang tumbuh (ZPT) yang ramah terhadap lingkungan. Pada akhirnya, hasil

pembahasan disimpulkan dengan menyertakan saran dengan satu harapan adanya

tindakan lebih lanjut dari penyampaian informasi ini.

Page 15: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

BAB 4. PEMBAHASAN

Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas pertanian

yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai usaha

agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan telah

membuktikan keberhasilannya dalam memproduksi lidah buaya.

Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Seluruh

bagian dari tanaman lidah buaya mengandung unsur-unsur penting yang dapat

dimanfaatkan. Bagian-bagian tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan

adalah: (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun

dalam bentuk ekstrak, (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa

pahit dan kental), secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk

pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya. Proses

pemotongan/pemisahan daging lidah buaya dan kulit bagian luar tertera pada

gambar berikut.

Gambar Pemisahan Daging Lidah Buaya dengan Kulit Luar

Lidah buaya pada awalnya hanya dikenal dalam bidang kesehatan yaitu

sebagai obat luar, dengan berbagai kegunaan lainnya. Manfaat tersebut

diantaranya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka (luka bakar/tersiram air

Pulp Lidah Buaya

Kulit Lidah Buaya

Getah Pulp Lidah Buaya

Page 16: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

panas), obat bisul, jerawat/noda hitam, pelembab alami, antiperadangan,

antipenuaan, serta tabir surya alami. Potensi sebagai penyembuh luka dapat pula

dimanfaatkan sebagai biopestisida pada stek ubi jalar untuk mengendalikan

serangan penyakit. Hal ini disebabkan getah pulp mengandung enzim pemecah

protein.

Belakangan ini, lidah buaya dibudidayakan secara besar-besaran untuk

tujuan industri, baik industri pangan maupun non-pangan. Daging daun lidah

buaya dapat diolah menjadi berbagai produk makanan/minuman kesehatan,

berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dan lain-lain.

Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai

makanan/minuman. Hal tersebut dikarenakan kandungan zat gizi dan non-gizi

yang memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan.

Yang menjadi titik permasalahan saat ini adalah masalah pengolahan lidah

buaya yang kurang optimal. Selama ini bagian yang dimanfaatkan dari lidah

buaya hanya terfokus pada bagian daging lidah buaya saja, sehingga pemanfaatan

bagian-bagian lain dari lidah buaya belum optimal. Dalam bidang industri

makanan dan minuman limbah daging lidah buaya tidak dimanfaatkan lebih

lanjut. Bagian daging lidah buaaya tersebut dibuang dan menjadi limbah yang

berpotensi menjadi bahan pencemar lingkungan. Salah satu bagian dari lidah

buaya yang dibuang sebagai limbah industri adalah getah pulp daun lidah buaya.

Padahal kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam getah pulp lidah buaya

merupakan unsur-unsur penting yang memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.

Selain itu, daun lidah buaya diketahui mengandung aloin (cairan daun) dan getah

pulp yang mengandung asam krisofan, berfungsi dalam mendorong penyembuhan

sel yang rusak. Asam amino membantu menyusun protein pengganti sel-sel yang

rusak. Kandungan yang lain adalah vitamin dan mineral yang dapat menjadi

pemicu rangkaian proses biokimia yang diperlukan dalam penyembuhan luka.

Selain itu, glukomanan yang terdapat dalam getah pulp lidah buaya dapat

bekerjasama dengan enzim protease memecah bakteri penganggu sehingga dapat

bertindak sebagai biopestisida.

Page 17: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

Getah pulp (gel) mengandung polisaksakarida (terutama glukomanan),

asam-asam amino (lisin, valin, metionin, leusin, isoleusin, fenilalanin), enzim-

enzim pemecah protein (enzim protease). Selain itu masih pula ditemukan asam

krisofan, sejumlah vitamin (A, B6, B12, C, E, niasinamid, kolin) dan mineral

(kalium, kalsium, natrium, seng, kobalt dan krom). Sebagian besar senyawa dan

unsur-unsur tersebut merupakan unsur essensial yang diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman.

Pemanfaatan getah pulp di bidang pertanian masih jarang sekali dilakukan.

Penelitian tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 1994. Hasil penelitian

Sundahri (1994) menyimpulkan bahwa aplikasi gel lidah buaya pada stek kumis

kucing secara linier cenderung meningkatkan pertumbuhan akar stek pada

konsentrasi gel lidah buaya antara 0% hingga 12%, dengan perendaman bahan

stek selama 10 jam. Hal ini diduga karena gel lidah buaya mengandung zat

pengatur tumbuh alami, terutama auksin, yang relatif tinggi di samping senyawa-

senyawa penyembuh luka. Penelitian selanjutnya Tri Hartatik dan Sundahri

(1995) melanjutkan bahwa dalam pengaplikasiaanya getah pulp lidah buaya tidak

diperlukan pengolahan lebih lanjut, karena bentuknya yang cair memudahkan

pemanfaatannya sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT), hanya yang perlu mendapat

perhatian adalah penentuan konsentrasinya. Konsentrasi yang dianjurkan adalah

10% dengan perendaman bahan stek selama 10 jam. Bahan stek sebaiknya

dipotong menjadi satu ruas untuk menghemat pemakaian bahan tanam. Kendala

yang dihadapi pada stek satu ruas yaitu kandungan cadangan zat pengatur tumbuh

yang lebih sedikit dibandingkan dengan stek yang berukuran panjang. Oleh karena

itu diperlukan penambahan cadangan dengan ZPT eksogen. Penambahan ini dapat

dilakukan dengan memanfaatkan getah pulp lidah buaya.

Zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa bukan hara yang

dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan merubah proses

fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh tersebut mengawali reaksi-reaksi

biokimia dan mengubah komposisi di dalam tanaman. Sebagai akibat pengubahan

komposisi kimia maka terjadi pembentukan dan pertumbuhan organ-organ

tanaman seperti akar, tunas, daun, bunga.

Page 18: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

Ubi jalar memiliki kemungkinan sangat besar bila dikembangkan sebagai

sumber pangan alternatif jika dibandingkan dengan ubi kayu atau singkong.

Pertama, ubi jalar dapat ditanamkan pada lahan kering seperti halnya ubi kayu.

Kedua, ubi jalar dapat ditanamkan pada lahan sawah seperti umumnya yang

banyak dilakukan oleh para petani. Ketiga, kalau di dalam ubi kayu terdapat

senyawa cyanida yang bersifat racun atau dikenal dengan istilah weureu sampeu

(keracunan singkong) pada manusia dan hewan ternak seperti domba, kambing,

sapi, dan sebagainya, sedangkan pada ubi jalar tidak mengandung senyawa

tersebut. Keempat, daun ubi jalar mengandung vitamin C paling tinggi di antara

daun-daunan lainnya, sehingga layak untuk dijadikan bahan makanan, seperti

umumnya dilakukan oleh masyarakat tani di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Vitamin C pada daun ubi jalar sekitar 45-62 mg, sedang pada daun/pucuk

singkong hanya sekitar 23 mg saja.

Salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk perbanyakan ubi jalar

adalah dengan pembiakan vegetatif yaitu stek. Dalam pembiakan vegetatif dengan

stek, auksin berperan mendorong pembesaran sel, penghambatan mata tunas

samping, absisi (pengguguran daun), pembelahan sel-sel di daerah kambium dan

pertumbuhan akar (Sukmadjaja, 2003).

Pertumbuhan akar stek pada ubi jalar dirangsang oleh ZPT endogen (dari

dalam) yang berasal dari tunas, yaitu auksin dan dapat lebih dirangsang dengan

pemberian ZPT eksogen (dari luar) yaitu dengan pemberian getah pulp lidah

buaya yang berfungsi sebagai ZPT. Zat pengatur tumbuh dapat merangsang

pertumbuhan akar stek pada kadar tertentu, karena pada kadar yang tinggi dapat

menghambat pertumbuhan akar dan tunas, sedang pada kadar yang terlalu rendah

kurang berdayaguna (efektif) (Kusumo, 1990).

Zat pengatur tumbuh yang banyak terkandung dalam getah pulp lidah buaya

adalah auksin. Auksin dapat merangsang dan mempercepat pembentukan akar,

serta meningkatkan jumlah dan kualitas akar pada ubi jalar. Auksin berpengaruh

sangat nyata terhadap pembentukan akar stek ubi jalar. Auksin berfungsi dalam

differensiasi sel daun dan batang maupun sel akar di dasar stek ubi jalar. Auksin

dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,

Page 19: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis

protein, dan dapat meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel

(Thimann, 1969).

Asam krisofan yang terkandung dalam getah pulp lidah buaya berfungsi

mendorong penyembuhan sel-sel yang rusak akibat sayatan/luka pada stek. Asam

amino membantu menyusun protein pengganti sel-sel yang rusak akibat sayatan

stek ubi jalar. Vitamin dan mineral menjadi pemicu pendorong rangkaian proses

biokimia yang diperlukan dalam penyembuhan luka dan pembentukan sel-sel

baru. Glukomanan bekerjasama dengan enzim pemecah protein (enzim protease)

memecah patogen yang menyerang luka, sehingga stek ubi jalar lebih aman dari

gangguan penyakit. Pengaruh sinergetik zat-zat tersebut menyebabkan getah pulp

lidah buaya mampu bertindak sebagai pendorong koagulasi yang kuat, pendorong

perbaikan sel-sel yang rusak akibat luka sayatan, yang dapat merangsang

tumbuhnya siatem perakaran pada stek umbi jalar.

Tingkat kedewasaan pulp juga mempengaruhi hasil stekan ubi jalar.

Pengaruh tingkat kedewasaan pulp lidah buaya erat hubungannya dengan

kepekatan gel, sedang kepekatan gel erat kaitannya dengan zat-zat yang

terkandung di dalam pulp daun lidah buaya. Pulp daun bagian bawah memberikan

hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan pulp daun bagian

pucuk. Hal ini dikarenakan semakin dewasa daun lidah buaya, kepekatan gelnya

akan semakin tinggi. Penggunaan gel dari pulp daun bagian pucuk memberikan

hasil yang rendah karena pulp daun yang muda kepekatan gelnya masih rendah,

sehingga zat-zat yang terkandung dalam gel tidak berada pada kondisi yang

optimal.

Mengingat cara dalam mengaplikasikan penggunaan getah pulp lidah buaya

sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) sangat mudah dan tidak diperlukan

pengolahan lebih lanjut, dikarenakan bentuknya yang cair, maka cara ini dapat

digunakan sebagai inovasi baru dalam mengurangi pengunaan ZPT dan pestisida

sintetis menjadi penggunaan ZPT alami yang lebih aman, ramah lingkungan dan

tentunya dapat dijangkau oleh masyarakat karena sangat mudah untuk

memperolehnya.

Page 20: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

Pada akhirnya penggunaan getah pulp lidah buaya pada stek ubi jalar dapat

memecahkan dua persoalan utama dalam penyetekan yaitu :

a) Gel lidah buaya dapat menjadi alternatif dalam mendorong pertumbuhan stek

karena dapat berfungsi sebagai bioregulator pertumbuhan stek. Hal ini

disebabkan karena gel tersebut mengandung auksin, vitamin, protein/asam

amino dan nutrisi yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan

perkembangan stek ubi jalar.

b) Gel lidah buaya dapat berfungsi sebagai biopestisida pada stek ubi jalar karena

didalam gel tersebut mengandung enzim protease yang dapat memecah protein

jasad pengganggu sehingga prosentase kematian stek dapat ditekan.

Seluruh upaya diatas diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan

produksi pengembangan ubi jalar di tanah air sehingga pada akhirnya diharapkan

pula ubi jalar memberi kontribusi signifikan terhadap pemenuhan gizi masyarakat

untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Page 21: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan rumusan masalah yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan:

a) Limbah industri makanan dan minuman yang berupa getah (gel) pulp lidah

buaya dapat dimanfaatkan sebagai bioregulator pada stek ubi jalar karena

mengandung zat pengatur tumbuh alami auksin.

b) Pulp lidah buaya mengandung polisaksakarida (terutama glukuomanan),

asam-asam amino (lisin, valin, metionin, leusin, isoleusin, fenilalanin),

enzim-enzim pemecah protein (enzim protease) yang dapat dimanfaatkan

sebagai biopestisida. Selain itu masih pula ditemukan asam krisorfan,

sejumlah vitamin (A, B6, B12, C, E, niasinamid, kolin) , mineral (kalium,

kalsium, natrium, seng, kobalt dan krom) dan sumber nutrisi sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman.

c) Penggunaan gel lidah buaya berpotensi untuk merangsang dan

mempercepat pembentukan akar, serta meningkatkan kuantitas dan

kualitas akar pada ubi jalar.

d) Daun lidah buaya yang sudah dewasa/tua mempunyai perbedaan kadar

nutrisi dengan daun lidah buaya yang masih muda. Daun lidah buaya yang

sudah dewasa mempunyai kepekatan gel lebih tinggi dibanding daun lidah

buaya yang masih muda. Kepekatan gel yang tinggi menandakan

kandungan nutrisi yang lebih besar.

e) Ubi jalar memiliki kemungkinan sangat besar bila dikembangkan sebagai

sumber pangan alternatif karena kandungan gizi ubi jalar cukup banyak,

meliputi vitamin A, C, karbohidrat, betakaroten, dan oligosakarida. Selain

itu ubi jalar aman untuk dikonsumsi dan ubi jalar dapat ditanam pada

lahan kering.

Page 22: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

5.2 Saran

Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman serbaguna, seluruh bagian

tanaman terutama bagian daun sangat banyak kegunaannya.. Pemanfaatan lidah

buaya hendaknya dilakukan secara optimal, baik dari pemanfaatan daging maupun

limbah lidah buaya yang berupa getah pulp yang dapat untuk digunakan sebagai

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Untuk menghindari oksidasi, setelah dipanen, daun

lidah buaya harus segera diolah, tidak melalui pengawetan dengan pemanasan

atau bahan kimia

Page 23: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1989. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Angkasa. Bandung.

Adiratma, E.R. 2004. Stop Tanaman Padi?. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anon. 1996. Cold Extaction Process For Aloe Vera.

http://www.aloevera11.com/aloe_vera_sitemap.htm. Diakses tanggal 2

Maret 2007.

Asnawi. 1989. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Stek Panili.

Pemberitaan Penellitian Tanaman Industri vol. XV.

Atherton. 1997. Aloe Vera, Myth Or Medicine?.

http://www.medicinemegazine.com/aloe_atherton.htm. Diakses tanggal 2

Maret 2007

Dandy. 1990. Penghargaan FAO: Saat Mencapai Swasembada Pangan. (online).

http://www.soehartocenter.com/opini/review/data/swasembada.shtml.

Diakses tanggal 3 Maret 2007.

Efendi, S. 2002. teknik perbanyakan bibit ubi jalar secara mudah dan murah.

http:// www.pustaka.deptan.go.idpublicationbt072028.pdf. Diakses tanggal 4

Maret 2007

Koesriningrum, R. 1973. Pembiakan Vegetatif, Departemen Agronomi Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kusumo, R. (1990). Zat Pengatur Tumbuh-Tumbuhan. Yasaguna. Bogor.

Robby. 2003. Buta Dapat Dicegah Dengan Ubi Jalar.

http://posmetrobalikpapan.com/ubi_jalar_index.asp.htm. Diakses tanggal 3

Maret 2007.

Santoso, J. B. 2005. Percayalah Pada Lidah Buaya.

http://www.merapi.com/lidah_buaya_article.php.htm. Diakses tanggal 2

Maret 2007

Sasmita, K. R. dan S. S. Harjadi. (1973). Pembiakan Vegetatif. Department

Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soeseno, S. 1993. Lidah Buaya Penyembuh Luka di Amerika. Trubus Volume

XXIV (228).

Page 24: Pemanfaatan Getah Pulp Lidah Buaya Sebagai ida Dan Bio Regulator

Sukmadjaja, D. 2003. Stek Tanaman Pertanian.

http://www.indobiogen.or.id/terbitan/pdf/Buku_%20Jati.pdf. Diakses

tanggal 2 Maret 2007

Suprijadji, G. 1985. Pengaruh Berbagai Macam Hormon Tumbuhan Terhadap

Perakaran Stek Coffea arabica. Menara perkebunan volume LIII.

Suriawiria, U. 2002. Ubi Jalar. http://www.kompas.com/ubij_index.asp.htm.

Diakses tanggal 3 Maret 2007.

Sundahri. 1994. Efektifitas Gel Lidah Buaya Terhadap Perakaran Stek Kumis

Kucing. Laporan Penelitian Fakulatas Pertanian Universitas Jember. Jember.

Thimann, K.V. (tth). The Auxins In Wilkins, M.B. (Ed. 1969). The Physiology of

Plant Growth and Development. Tata Mc. Graw-Hill, Londom.

Wargiono, J. 1987. Agronomic practiecs in major cassava growing areas of

Indonesia. Proc. Regional Workshop, Thailand. p. 186-205

.

Wattimena, G.A. 1998. Mari Menanam Panili. C.V. Simplex. Lembaga

Sumberdaya Informasi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wudianto, R. 1991. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya.

Jakarta.

_____________. 1999. Membuat Nasi Instan Ubi Jalar. www.pustaka-

deptan.go.idagritechppua0113.pdf. Diakses tanggal 4 Maret 2007

_____________. 1993. Lidah Buaya Memperbaiki Kinerja Tubuh. Intisari

September 1993