pemanfaatan e-ktp dalam e-citizen untuk … · 3 belum seluruhnya diterapkan oleh beberapa wilayah...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN E-KTP DALAM E-CITIZEN
UNTUK MENSUKSESKAN
AKTUALISASI SMART CITY KOTA BANDUNG
Karya Tulis Governansi Digital
Dosen: Tutik Rachmawati, Ph.D
Disusun Oleh:
1. Nining Hasrat Junita Zebua (2017310089)
2. Anastasia Belinda (2017310095)
3. Cecilya Widyani Luahambowo (2017310096)
4. Rossa (2017310014)
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2019
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang .............2-3
1.2 Rumusan Masalah ..............4
1.3 Tujuan ..............4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Elemen Smart City Kota Bandung ..............5
2.1.1 Definisi Smart City Kota Bandung ............5-6
2.1.2 Model Smart City Kota Bandung .............6-7
2.2 Permasalahan Pengguna E-KTP .............7-9
2.3 Definisi E-Citizen Kota Bandung .............9-10
2.3.1 Konsep E-KTP dalam E-Citizen .............11-12
2.3.2 E-KTP dalam model E-Citizen ............12-13
2.4 Langkah Strategis Keberhasilan E-KTP dalam E-Citizen ............14-15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............16
3.2 Saran ............16
DAFTAR PUSTAKA .............17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Pratama (2014), Smart City merupakan konsep tatanan kota cerdas
dengan pengembangan, penerapan, dan implementasi teknologi untuk mencapai
informasi dan pengelolaan kota yang terintegrasi di suatu daerah.1 Smart City merupakan
salah satu strategi pembangunan dan manajemen kota yang masih baru, berkembang
seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Konsep Smart City menekankan
pada tiga konsep, yaitu pertama, sebuah konsep yang diterapkan oleh sistem
pemerintahan daerah dalam mengelola masyarakat perkotaan, kedua mensyaratkan
pengelolaan daerah terhadap segala sumber daya dengan efektif dan efisien dan ketiga
Smart City diharapkan mampu menjalankan fungsi penyedia informasi secara tepat
kepada masyarakat dan mampu mengantisipasi kejadian yang tak terduga.2 Smart City
berfokus kepada kemampuan pemerintah dalam mengelola sumber daya secara efektif
dan efisien dalam menyelenggarakan tatanan kotanya.
Dengan berkembangnya media dan teknologi, kini telah banyak Pemerintah
Daerah di Indonesia yang mulai memasukakan gagasan Smart City dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi.
Inovasi sebagaimana dimaksud adalah semua bentuk pembaharuan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.3 Kota Bandung merupakan salah satu
Pemerintah Daerah yang mengadopsi konsep Smart City untuk mengelola urusan
pemerintah dan tatanan kotanya dalam rangka melaksanakan amanat inovasi daerah
tersebut.
Saat ini Kota Bandung memiliki Dewan Pengembangan Bandung Kota Cerdas atau
biasa disebut dengan Dewan Smart City. Dalam rangka mendukung penerapan Smart
City di daerah, Kota Bandung telah menghibahkan 9 aplikasi untuk memudahkan
pelayanan di masing-masing daerah. Namun dalam pelaksanaanya kebijakan Smart City
1 http://repository.uin-suska.ac.id/2858/3/BAB%20II.pdf 2 https://www.researchgate.net/publication/324251217_IMPLEMENTASI_KEBIJAKAN_SMART_CITY_DI_KOTA_BANDUNG 3 Dalam Bab XXI bertajuk Inovasi Daerah. Dari Pasal 386 hingga Pasal 390 UU 23/2014,
3
belum seluruhnya diterapkan oleh beberapa wilayah daerah di Bandung karena berbagai
kendala yang dihadapi. Salah satunya faktor nya adalah pengguna E-KTP (Electronic
KTP) dalam pemanfaatan Smart City yaitu pelayanan, mengakses informasi dan
pembaharuan dat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2019 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun
2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admistrasi
Kependudukan pasal 1 ayat (6), Kartu Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya
disingkat KTP-el adalah kartu tanda penduduk yang dilengkapi chip yang merupakan
identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.
Chip E-KTP tersebut berfungsi sebagai alat penyimpan data elektronik penduduk
yang diperlukan termasuk data biometrik. Data yang termuat dalam chip dapat dibaca
secara elektronik dengan alat tertentu seperti card reader.4 Penggunaan e-KTP pada
sekarang ini masih terbatas pada penggunaannya dalam layanan yang masih
konvensional. Contohnya: untuk mendaftar setiap kali berobat, e-KTP masih harus
difotocopy berulang kali. seharusnya ketika kita mendaftar dengan e-KTP, data secara
otomatis sudah tersimpan secara permanen atau harapan lainnya adalah ketika mendaftar
ulang, pihak administrasi rumah sakit seharusnya sudah memiliki data dengan hanya
mengetik nama pasien. Sementara, e-KTP dimaksudkan untuk membangun database
kependudukan secara nasional dalam memberikan identitas kepada masyarakat dengan
harapan pemilik e-KTP dapat terhubung ke dalam satu database nasional sehingga setiap
penduduk hanya memerlukan satu e-KTP untuk mengurus segala sesuatu layanan dalam
bentuk apapun.
Sebagai kota yang menggunakan konsep Smart City dalam pengelolaan urusan
pemerintahan, Kota Bandung seharusnya dapat memanfaatkan fungsi elektronik dari
KTP masyarakat. Sehingga dengan memanfaatkan E-KTP tersebut dalam melayani
masyarakat diharapkan dapat mendukung Smart City. Oleh karena itu, penulis memiliki
ketertarikan
4 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170309140234-185-198990/mengenal-fungsi-biometrik-chip-di-e-ktp
4
1.2 Rumusan Masalah
1) Memahami dan menganalisis konsep E-KTP dalam E-Citizen
2) Memahami dan menganalisis model E-KTP dalam E-Citizen
1.3 Tujuan
1) Untuk memahami dan mengetahui konsep E-KTP dalam E-Citizen
2) Untuk memahami dan mengetahui model E-KTP dalam E-Citizen
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Elemen Smart City Kota Bandung
2.1 1 Definisi Smart City Kota Bandung
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan konsep smart city ini bertujuan
untuk mempermudah segala urusan dengan dukungan konektivitas tinggi dari
pemanfaatan teknologi informasi (TI).5 Menurut Pratama (2014), Smart City merupakan
konsep tatanan kota cerdas dengan pengembangan, penerapan, dan implementasi
teknologi untuk mencapai informasi dan pengelolaan kota yang terintegrasi di suatu
daerah.6 Smart City merupakan salah satu strategi pembangunan dan manajemen kota
yang masih baru, berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Konsep Smart City menekankan pada tiga konsep, yaitu pertama, sebuah konsep yang
diterapkan oleh sistem pemerintahan daerah dalam mengelola masyarakat perkotaan,
kedua mensyaratkan pengelolaan daerah terhadap segala sumber daya dengan efektif
dan efisien dan ketiga Smart City diharapkan mampu menjalankan fungsi penyedia
informasi secara tepat kepada masyarakat dan mampu mengantisipasi kejadian yang tak
terduga.7 Smart City berfokus kepada kemampuan pemerintah dalam mengelola sumber
daya secara efektif dan efisien dalam menyelenggarakan tatanan kotanya.
Namun perlu perlu dipahami bahwa konsep Smart City adalah konsep yang unik
dan dinamis. Inisiasi yang muncul sebagai solusi akan permasalahan kota yang satu tidak
serta merta bisa diaplikasikan sebagai solusi akan permasalahan yang muncul di kota
lain. Hal ini terjadi karena Smart City menekankan pentingnya sebuah inovasi untuk
menyelesaikan persoalan masing-masing kota dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi, sensor, dan data analytic sebagai faktor pendukung untuk
mempermudah penyelesaian masalah (enabling factor). Pembangunan berbasis
Smart City menyediakan ruang inovasi yang luas untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh pemerintah daerah, masyarakat, pelaku bisnis, dunia
5 https://vivastor.co.id/konsep-smart-city-bandung/ 6 http://repository.uin-suska.ac.id/2858/3/BAB%20II.pdf 7 https://www.researchgate.net/publication/324251217_IMPLEMENTASI_KEBIJAKAN_SMART_CITY_DI_KOTA_BANDUNG
6
pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) lain. Jadi inisiasi
Smart City yang muncul bukanlah solusi mutlak yang menutup pintu inovasi dan
pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu diperlukan adanya panduan agar pemerintah
Kota Bandung mampu mempersiapkan dan mengimplementasikan konsep Smart
City dengan baik sesuai dengan karakter dan potensi yang dimiliki.8
2.1 2 Model Smart City Kota Bandung
Dalam website smartcity.bandung.go.id terdapat 6 model yang sampai saat ini
digunakan oleh Kota Bandung dalam mencapai Smart City, diantaranya:9
a) Smart Branding
Pembangunan branding dan citra suatu daerah juga dilakukan oleh pemerintah
kota Bandung yang menjadi poin utama penerapan Smart City di kota Bandung antara
lain adalah bidang transportasi, navigasi, pembelajaran, parkir, rumah, pengawasan,
energi, dan sistem peringatan dini terhadap bencana yang dapat dikaitkan dengan
produk aplikasi smartphone seperti Blackberry, Android, dan IOS. Selain itu, kota
Bandung juga memiliki sejumlah kegiatan untuk Smart City dan Cloud Computing
yang dilakukan oleh pemerintah kota Bandung, institusi pendidikan, dan sejumlah
perusahaan dengan melibatkan para peserta secara aktif.
b) Smart Governance
Smart Government atau pemerintahan yang cerdas adalah kunci utama dalam
pembentukan Smart City. Pemerintah sebagai bagian dari fundamental sebuah negara,
mempunyai tugas untuk membentuk paradigma atau pandangan kepada masyarakat
tentang kehidupan yang lebih baik. Pemerintah yang pintar merupakan pemerintah
yang peduli dan transparan terhadap rakyatnya, hal tersebut merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan kemauan masyarakat terhadap
pemerintahnya dan yang terpenting dalam menciptakan Smart Government adalah
terbentuknya karakter pemerintah yang profesional, bertanggung jawab dan bersih.
c) Smart Environment
Dengan memantau perubahan lingkungan, layanan pintar dapat memberikan
informasi real-time tentang polusi yang tumbuh di kota-kota. Pemerintah dan warga
8 https://smartcity.bandung.go.id/assets/files/asset_forum/forum-20180725022819-4.pdf 9 https://smartcity.bandung.go.id/
7
negara dapat dibuat sadar akan dampak buruknya, untuk mengubah perilaku mereka
terhadap layanan utilitas seperti listrik, air, dan gas.
d) Smart Living
Lingkungan pintar. Lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, berlanjutan
sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat
dan publik.
e) Smart Economy
Ekonomi pintar. Semakin tinggi inovasi baru yang ditingkatkan maka akan
menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
f) Smart Society
Smart socity yaitu meningkatkan hasil dalam kemakmuran ekonomi,
kesejahteraan sosial, kelestarian lingkungan dan tata pemerintahan yang baik.
Masyarakat cerdas termasuk sistem penghargaan atau insentif yang menimbulkan
perilaku yang diinginkan secara sosial dan lingkungan yang regeneratif tanpa paksaan
atau hukuman.
2.2 Permasalahan Penggunaan E-KTP
Menurut PP Nomor 40 Tahun 2019, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-Ktp)
adalah kartu tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi
penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten/Kota. Memiliki e-KTP dapat bermanfaat untuk mendapatkan berbagai
akses pelayanan, yaitu sebagai berikut.10 E-KTP sebagai identifikasi diri dan informasi
dari dari penduduk agar termuat dengan akurat dan cepat dalam suatu data base. Dari
data base itu tersebutlah autentifikasi diri bisa berbentuk alat untuk nantinya memastikan
bahwa informasi pribadi atau dokumen yang tersimpan adalah asli. Verifikasi dan
validasi data diri dalam e-KTP berbasis biometrik adalah melalui lain sidik jari
(fingerprint).11
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi, memiliki e-KTP dapat
bermanfaat untuk mendapatkan berbagai akses pelayanan publik, yaitu sebagai berikut.12
10 https://kominfo.go.id/content/detail/7997/segera-rekam-ktp-elektronik-untuk-kemudahan-pelayanan-publik/0/artikel_gpr 11 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170309140234-185-198990/mengenal-fungsi-biometrik-chip-di-e-ktp 12 https://kominfo.go.id/content/detail/7997/segera-rekam-ktp-elektronik-untuk-kemudahan-pelayanan-publik/0/artikel_gpr
8
a. Mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
b. Mengurus paspor dan imigrasi.
c. Mengurus tabungan pensiun (Taspen).
d. Ikut BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
e. Menikah dan mengurus akta lahir anak.
f. Ikut pilkada serentak dan Pemilihan Umum (Pemilu).
g. Dengan e-KTP dapat menghindari data ganda, sehingga lebih mudah dalam hal
membuka rekening bank, urus kredit rumah (KPR), mobil (KKB), dan berbagai
dokumen lainnya.
Untuk mengakses berbagai pelayanan tersebut, idealnya masyarakat hanya
perlu membawa e-KTP kepada para penyelenggara pelayanan publik untuk discan dan
semua data diri akan muncul. Yang membedakan e-KTP dengan KTP konvensional
adalah bahwa e-KTP dilengkapi dengan chip yang dapat dibaca secara elektronik dengan
menggunakan alat berbasis teknologi terntetu. Namun yang terjadi di Kota Bandung
adalah ketika mengakses layanan publik, masyarakat harus terlebih dahulu melengkapi
dan mengisi data diri dengan menyertakan fotocopy e-KTP. Hakikat e-KTP dengan
embel-embel elektronik tidak difungsikan, sehingga tidak ada perbedaaan keguananaan
e-KTP dengan KTP konvensional. Masyarakat masih harus perlu mengumpulkan
fotocopy e-KTP ketika mengurus pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK), paspor dan imigrasi, tabungan pensiun (Taspen),
dalam urusan menikah dan mengurus akta lahir anak, membuka rekening bank, urus
kredit rumah (KPR), dan berbagari pelayanan publik lainnya.
Berdasarkan wawancara penulis dengan YF (20), ketika mengurus Surat Izin
Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) di Polrestabes Kota
Bandung, yang bersangkutan diwajibkan untuk mengisi formulir permohonan dan
melengkapi berkas, seperti, fotocopy e-KTP, fotocopy akte kelahiran, fotocopy Kartu
Keluarga (KK). Padahal seharusnya, jika pemerintah bisa memfungsikan kegunaan KTP
berbasis elektronik yang ada, maka yang dilakukan adalah mengakses data diri yang
bersangkutan terhadap pelayanan dengan menggunakan e-KTP yang ada, tanpa perlu
melengkapi berkas yang cukup rumit.
Persyaratan dalam pembuatan tabungan pensiun (Taspen) adalah sebagai berikut.13
a. Mengisi Formulir Surat Pengesahan Tanda Bukti Diri (SPTB) dilegalisir oleh Lurah
13 http://e-klim.taspen.com/mservices/JKK/detailPersyaratan.php?id=&syarat=8
9
b. Fotokopi SK Pensiun
c. Pas Foto Ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar
d. Fotokopi Buku Rekening
e. Fotokopi NPWP (bila ada)
f. Fotokopi KTP
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu masyarakat Kota Bandung,
yaitu AB (21 tahun), diketahui bahwa ketika yang bersangkutan membuka rekening di
salah satu Bank, AB diwajibkan untuk memenuhi persyaratan, salah satunya adalah
menyerahkan fotocopy e-KTP beserta mengisi identitas diri dalam formulir pembukaan
rekening.
Terakhir, berdasarkan wawancara penulis terhadap CW (20 tahun), ketika
berobat di Rumah Sakit Borromeus, pasien diminta untuk menyerahkan e-KTP guna
untuk mengisi data diri pasien, dan setelah 45 menit baru dikembalikan. Menurut analisis
kami, untuk menggunakan e-KTP yang sudah berbasis teknologi elektronik, waktu 45
menit yang digunakan petugas administrasi untuk menginput data diri pasien cukup lama,
karena hal ini dapat berdampak kepada pasien lain yang sedang antri untuk mengurus
administrasi mereka. Ketika menggunakan fitur elektronik dari e-KTP, maka langkah
yang dilakukan untuk menginput data pasien adalah melakukan scan terhadap e-KTP
yang diperkirakkan memakan waktu sekitar 5-10 menit.
Dari berbagai kasus diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-KTP
diberbagai akses pelayanan publik masih sebatas penggunanan KTP dalam pengertian
konvensional. Ada banyak keluhan masyarakat atas kerumitan pengumpulan berkas
ketika mengakses suatu pelayanan tertentu. Padahal jika memiliki e-KTP, maka ketika
mengakses layanan tertentu, cukup memberikan e-KTP sebagai kelengkapan diri kita,
tidak perlu mengumpulkan fotocopy akte kelahiran, fotocopy Kartu Keluarga (KK), dan
sebagainya, karena data kita sudah terintegrasi dalam satu kartu e-KTP.
Ketika dapat memfungsikan e-KTP sebagaimana mestinya, maka hal ini dapat
berdampak pada pendorong kesuksesan penyelenggaraan konsep Smart City di Kota
Bandung.
2.3 Definisi E-Citizen Kota Bandung
Gagasan untuk memaksimalkan kegunaan e-KTP yang berbasis teknologi adalah
diwujudkan dalam suatu aplikasi yang disebut dengan e-Citizen. Konsep e-Citizen
berangkat dari bentuk relasi dalam e-Government, yaitu Government to Citizen (G2C).
10
G2C merupakan interaksi pelayanan yang fokus pada kemampuan pemerintah dan warga
negara untuk bertukar informasi satu sama lain dalam sebuah bentuk elektronik yang
efisien.
E-Citizen merupakan suatu sistem pelayanan publik berbasis tekonologi yang
memungkinkan masyarakat dan pemerintah melakukan transaksi pelayanan dengan
memanfaatkan e-KTP sebagai persyaratan untuk dapat melakukan transaksi. Transaksi
pelayanan publik yang dimaksud adalah masyarakat dapat mengurus segala
keperluannya yang berkaiatan dengan pelayanan publik, seperti pembayaran pajak,
pengurusan kartu identitas, passport dan lain sebagainnya, tanpa ada kendala waktu dan
jarak. Gagasan tentang e-Citizen bukanlah satu gagasan yang baru. McIver, Jr. dan
Elmagarmid (2002) mengemukakan bahwa konsep E-Citizen adalah melalui aplikasi
yang tersedia, masyarakat dapat secara langsung mengakses seluruh bentuk pelayanan
yang disediakan pemerintah..
Gagasan tentang aplikasi e-Citizan yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah
tentang suatu portal yang mengintegrasi pelayanan publik. Masyarakat dapat secara
mandiri melakukan pendaftaran aplikasi e-Citizen dengan memasukkan identitas diri
yang terverifikasi menggunakan e-KTP. Selanjutnya, masyarakat melakukan
pembaharuan identitas diri menggunakan aplikasi e-Citizen. Sehingga ketika mengakses
pelayanan publik (seperti pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK), paspor dan imigrasi, tabungan pensiun (Taspen), dalam
urusan menikah dan mengurus akta lahir anak, membuka rekening bank, urus kredit
rumah (KPR), dan berbagari pelayanan publik lainnya), masyarakat hanya perlu
memberikan e-KTP untuk discan oleh penyelenggara layanan publik, dan semua data diri
masyarakat akan ditampilkan. Dengan sistem pelayanan yang seperti ini, maka akan
memudahkan masyarakat untuk mengakses pelayanan publik, yaitu tidak perlu
melengkapi berbagai berkas dan mengisi formulir data diri.
Bagi penyelenggara pelayanan publik (pemerintah), portal e-Citizen dapat
digunakan sebagai card-reader bagi e-KTP masyarakat yang ingin mengakses pelayanan
publik. Portal e-Citizen dapat memudahkan penyelenggara layanan publik dalam
menginput data masyarakat, serta dapat menghemat waktu dalam menyelenggarakan
pelayanan publik.
11
2.3.1 Konsep E-KTP dalam E-Citizen
E-Citizen Kota Bandung merupakan sarana yang memudahkan masyarakat dalam
hal pemberkasan administrasi untuk mengakses berbagai pelayanan publik yang
disediakan pemerintah Kota Bandung. Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan
gagasan Smart City di Kota Bandung, E-Citizen dikelola oleh Diskominfo Kota Bandung
dengan melakukan mitra hubungan terhadap berbagai lembaga penyelenggara pelayanan
publik (pelayanan yang mengkhusukan peengguna mengisi identitas diri. Pengguna
pelayanan publik hanya perlu membawa E-KTP sebagai syarat administrasi berkas untuk
mengakses pelayanan publik tertentu.
Fitur pelayanan yang tersedia di dalam portal E-Citizen terdapat 3 bagian, yaitu
sebagai berikut.
a) Pembaharuan Data
Semua masyarakat Kota Bandung dapat mengakses pelayanan publik
menggunakan portal e-Citizen dengan persyaratan mendaftarkan diri di dalam aplikasi
menggunaakan e-KTP. Melalui portal e-Citizen, masyarakat secara mandiri dapat
melakukan pembaharuan data, misalnya menambahkan data diri mengenai perubahan
status pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit dan sebagainya, dengan menginput
data yang valid (seperti kartu pelajar, dokumen wiwayat penyakit dari rumah sakit,
dan dokumen resmi lainnya). Adanya pembaharuan data ini dapat memudahkan
masyarakat ketika mengakses pelayanan tertentu. Misalnya ketika mengurus
pembuatan Surat Izin Pengemudi (SIM), masyarakat hanya perlu membawa e-KTP
yang kemudian akan discan oleh penyelenggara layanan publik, dan seluruh data diri
kemudian akan ditampilkan. Hal ini dapat menghemat waktu bagi pengguna layanan
tanpa perlu membawa berbagai berkas, serta mengisi berbagai formulir identitas diri,
juga menghemat waktu bagi penyelenggara layanan publik dalam hal menginput data
pengguna layanan.
b) Akses Informasi Pelayanan Publik
Portal e-Citizen juga dapat menyediakan layanan untuk akses informasi tentang
pelayanan publik kepada masyarakat. Melalui portal e-Citizen, pemerintah sebagai
penyelenggara layanan, menyediakan segala informasi terkait akses pelayanan publik
yang mereka selenggarakan, seperti persyaratan administrasi berkas untuk askes
pelayanan publik tertentu, sehingga masyarakat dapat secara mandiri menginput
persyaratan tersebut secara online, dan ketika datang ke tempat pelayanan hanya perlu
menerami pelayanan dengan memberikan e-KTP sebagai persyatan kelengkapan
12
administasi, tanpa perlu mengisi identitas diri dan memabwa berbagai dokumen
persyaratan. Contoh informasi lainnya adalah informasi mengenai jam buka
pelayanan, informasi mengenai ketersediaan pelayanan (seperti informasi mengenai
ada atau tidaknya kamar kosong dalam suatu rumah sakit, sehingga masyarakat dapat
memperkirakan lamanya waktu antrian ketika mengakses layanan kesehatan di rumah
sakit), dan berbagai informasi lainnya.
c) Pelayanan Publik
Portal e-Citizen menyediakan pelayanan publik untuk dapat menginput data diri
dan berkas yang diperlukan dalam mengakses suatu pelayanan tertentu. Pelayanan
publik yang termasuk dalam e-Citizen adalah seperti dalam mengurus pembuatan SIM
dan STNK, paspor dan imigrasi, tabungan pensiun (Taspen), mengurus BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, akses pelayanan kesehatan di rumah sakit,
menikah dan mengurus akta lahir anak, dan dalam hal membuka rekening bank, urus
kredit rumah (KPR), mobil (KKB).
Selain memungkinkan masyarakat untuk menginput data dirinya secara mandiri
untuk mengakses pelayanan publik tertentu, portal e-Citizen juga memungkinkan
transaksi pelayanan publik berbasis online. Pemerintah sebagai penyelenggara publik
secara transparan memberikan informasi tentang biaya akses terhadap pelayanan
publik tertentu (jika ada), dan masyarakat dapat diberikan pilihan untuk membayar
ditempat atau mentransfer biaya tersebut. Dengan begitu, melalui portal e-Citizen
dapat menghindari berbagai pungutan liar dalam akses pelayanan publik.
2.3.2 E-KTP dalam model E-Citizen
Model e-Citizen: Adopsi dari Standar Kebutuhan Setiap Sistem Aplikasi e-
Government
Berikut adalah Standar Kebutuhan Sistem Aplikasi yang harus dipenuhi oleh setiap
sistem aplikasi e-Government dalam hal ini aplikasi e-Citizen.
a. Reliable; Menjamin bahwa sistem aplikasi akan dapat berjalan dengan handal,
robust terhadap kesalahan pemasukan data, perubahan sistem operasi dan bug free.
Dengan menggunakan e-KTP untuk mengakses berbagai pelayanan dalam sistem
aplikasi e-Citizen, dapat diminimalisir atau seharusnya sudah tidak ada lagi yang
namanya kesalahan pemasukan data karena data yang di-input ke dalam sistem
merupakan data yang terekam dan terdapat di dalam e-KTP dibandingkan dengan
data yang diinput secara konvensional atau manual. Input data agar dapat mengakses
13
layanan dilakukan dengan sistem operasi yang lebih praktis seperti scan, barcode
atau dengan cara lainnya
b. Interoperable; Menjamin bahwa sistem aplikasi akan dapat saling berkomunikasi
serta bertukar data dan informasi dengan sistem aplikasi lain untuk membentuk
sinergi system. Sesuai dengan definisi, di dalam sistem aplikasi e-Citizen terjadi
pertukaran data antara pemerintah dengan pemerintah (kolaborasi antar pemerintah)
yang disinkron dengan data di dalam e-KTP, sehingga ketika e-KTP digunakan
sebagai tiket masuk untuk mengakses layanan dalam sistem aplikasi e-Citizen,
terbentuk sistem yang sinergi dan sistem aplikasi dapat membaca data dari e-KTP
dan akhirnya layanan dapat diakses.
c. Scalable; Menjamin bahwa sistem aplikasi akan dapat dengan mudah ditingkatkan
kemampuannya, terutama penambahan fitur baru, penambahan user dan
kemampuan pengelolaan data yang lebih besar. Karena e-Citizen dibuat dan
dirancang sesuai dengan tuntutan akan pelayanan yang lebih prima, praktis, efektif
dan efisien, maka e-Citizen akan terus berkembang dalam memudahkan akses
pelayanan oleh masyarakat.
d. User Friendly; Menjamin bahwa sistem aplikasi akan mudah dioperasikan dengan
user interface (antar muka pengguna) yang lazim berlaku di pemerintahan dan
sesuai dengan kebiasaan bahasa dan budaya penggunanya. Sejak dirancang dan
dibuatnya e-Citizen, esensinya diharapkan dapat dioperasikan oleh masyarakat dalam
mengakses layanan publik. Salah satunya dengan menggunakan instrumen yaitu e-
KTP.
e. Integrateable; Menjamin bahwa sistem aplikasi mempunyai fitur untuk kemudahan
integrasi dengan sistem aplikasi lain, terutama untuk melakukan transaksi
pertukaran data dan informasi antar sistem aplikasi e-Government, baik dalam
lingkup satu pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lain. Sistem aplikasi E-
Citizen dimaksudkan untuk mempermudah mengakses pelayanan yang artinya
mempunyai fitur-fitur yang berkaitan dengan bentuk-bentuk pelayanan yang
terintegrasi langsung dengan seluruh lembaga penyedia layanan publik yang
bersangkutan. Penggunaan e-KTP secara multifungsi dapat mempermudah
pengaksesan layanan melalui aplikasi e-Citizen.14
14 Sumber: “Studi Analisis Konsep e-Government: sebuah paradigm baru dalam pelayanan publik oleh Bambang Irawan, jurnal paradigma, vol. 2 no 1. April 2013, hal 192-193
14
2.4 Langkah Strategis Keberhasilan E-KTP dalam E-Citizen
1. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis adalah langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah Kota
Bandung dengan bekerjasama Diskominfo terkait aplikasi E-Citizen dalam
mengakses setiap pelayanan publik dengan berbasis E-KTP. Rencana tersebut
memetakan 5 dorongan strategis:
a) Menyediakan aplikasi E-Citizen
b) Menyediakan integrasi layanan elektronik berbasis E-KTP
c) Menjalin mitra hubungan berbagai lembaga penyelenggara pelayanan publik
d) Menggunakan teknolgi dan informasi untuk membangun kemampuan dan
kapasitas baru
e) Berinovasi dengan teknologi dan informasi untuk fitur website yang disediakan
untuk menarik perhatian masyarakat dan mudah dimengerti
Selain itu, lembaga pemerintah juga perlu menyediakan panduan khusus untuk
diikuti dalam pengembangan e-citizen.
2. Dukungan dari Pemerintah Kota Bandung
Dukungan yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan tujuan program E-
Citizen dalam pemanfaatan E-KTP, dapat terwujud dengan adanya dorongan
strategis yang tercantum sebelumnya. Dukungan kuat dari berasal dari Walikota
Bandung, yaitu dengan bersedia memberikan arahan strategis dan memimpin pada
penyelengaraan penggunaan portal E-Citizen dalam pemanfaatan E-KTP.
3. Pusat Pendanaan dan Pengelolaan E-Citizen
Pendanaan aplikasi E-Citizen menggunakan APBD Kota Bandung. Pusat
pengelolaan E-Citizen adalah dilakukan Diskominfo Kota Bandung, yaitu untuk
memantau dan mengelola E-Citizen dengan lebih baik perkembangannya.
pemerintah Kota Bandung perlu memilih pendekatan tersentralisasi. Dinas
Komunikasi dan Informasi Kota Bandung sebagai badan pemerintah yang mengelola
aplikasi E-Citizen, bertanggung jawab untuk mempromosikan dan mengatur
operasional gagasan E-Citizen. Diskominfo Kota Bandung memberikan saran teknis
untuk mengelola infrastruktur teknologi dan informasi pusat; dan mendefinisikan
kebijakan, standar, dan prosedur teknologi informasi dan komunikasi.
4. Penghapusan Kesenjangan Digital
Pemerintah Kota Bandung harus mendorong warga untuk menggunakan
layanan elektronik ini, dan menjembatani kesenjangan digital dalam populasi. Untuk
15
menjembatani kesenjangan digital pada masyarakat Kota Bandung perlu dilakukan
pelatihan kepada penyelenggara pemerintah ditingkat kelurahan untuk mengakses
portal E-Citizen. Penyelenggara pemerintah ditingkat kelurahan kemudian akan
memberikan sosialisasi pada masing-masing warganya tentang penggunaan portal
E-Citizen. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan digital di Kota
Bandung.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
E-Citizen Kota Bandung merupakan sarana yang memudahkan masyarakat
dalam hal pemberkasan administrasi untuk mengakses berbagai pelayanan publik
yang disediakan pemerintah Kota Bandung. Dalam rangka mensukseskan
pelaksanaan gagasan Smart City di Kota Bandung, E-Citizen dikelola oleh
Diskominfo Kota Bandung dengan melakukan mitra hubungan terhadap berbagai
lembaga penyelenggara pelayanan publik (pelayanan yang mengkhusukan peengguna
mengisi identitas diri). Pengguna pelayanan publik hanya perlu membawa E-KTP
sebagai syarat administrasi berkas untuk mengakses pelayanan publik tertentu.
Fitur pelayanan yang tersedia di dalam portal E-Citizen terdapat 3 bagian, yaitu
pembaharuan data, akses informasi pelayanan publik dan pelayanan publik.
Kemudian, langkah strategi yang digunakan untuk mensukseskan E-KTP dalam portal
E-Citizen berupa perencanaan teknis, dukungan dari pemerintah Kota Bandung, pusat
pendanaan E-Citizen dan penghapusan kesenjangan digital.
3.2 Saran
Penulis memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kota Bandung bersama dengan
Dinas Komunikasi dan Informasi terkait pelaksanaan gagasan Smart City di Kota
Bandung dengan melakukan mitra hubungan terhadap berbaga lembaga penyelenggaran
pelayanan publik (pelayanan yang mengkhususkan pengguna mengisi identitas diri).
Artinya, ketika masyarakat membawa E-KTP dalam melakukan berbagai administrasi
pelayanan dapat langsung terverifikasi datanya sehingga masyarakat tidak perlu fotocopy
KTP untuk pemenuhan berkas pelayanan publik di setiap lembaga.
17
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Wijaya. 2017. MENUJU KONSEP SMART CITY. Universitas Mercubuana
I Putu Agus Eka Pratama, ST MT. 2014. Seminar Network Security 2014Membangun Smart
City dan Memproteksi Data Penting Anda. Universitas Langlangbuana Bandung
WEBSITE:
https://www.researchgate.net/publication/324251217_IMPLEMENTASI_KEBIJAKAN_SM
ART_CITY_DI_KOTA_BANDUNG
“Studi Analisis Konsep e-Government: sebuah paradigm baru dalam pelayanan publik oleh
Bambang Irawan, jurnal paradigma, vol. 2 no 1. April 2013,
http://e-klim.taspen.com/mservices/JKK/detailPersyaratan.php?id=&syarat=8
https://kominfo.go.id/content/detail/7997/segera-rekam-ktp-elektronik-untuk-kemudahan-
pelayanan-publik/0/artikel_gpr
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170309140234-185-198990/mengenal-fungsi-
biometrik-chip-di-e-ktp
https://kominfo.go.id/content/detail/7997/segera-rekam-ktp-elektronik-untuk-kemudahan-
pelayanan-publik/0/artikel_gpr
https://smartcity.bandung.go.id/assets/files/asset_forum/forum-20180725022819-4.pdf
https://smartcity.bandung.go.id/
UNDANG-UNDANG:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2019 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Admistrasi Kependudukan pasal 1 ayat (6), Kartu
Tanda Penduduk Elektronik yang selanjutnya disingkat KTP-el adalah kartu tanda
penduduk yang dilengkapi chip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti
diri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.