pemaknaan korupsi dalam kasus ratu atut...
TRANSCRIPT
PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUS
RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Ali Rahman Mutajalli
NIM: 1110051100077
KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUSRATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
OlehAli Rahman MutajalliNIM: 1 I 10051100077
Pembimbing
KONSENTRASI JURNALISTIKPROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS ISLAM NBGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1436 Ht2014 M
18 200801 I 008
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN
Skripsi berjudul PEMAKNAAN KORUPSI DALAM KASUS RATU ATUT
CHOSIYAH DI MAJAL/IH DETIK telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Kamis, 4 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 4 Desember 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Anggota
Penguji I
Prof. Dr. Murodi. MANIP: 19640705 199203 1003
197801 IDra. Hi. Musfirah Nurlailv, MA
NIP: 19710412 200003 2 001
NIP: 19550309 199403 I 001
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yarry berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,0l
Ali Rahman Mutajalli
Desember 2014
i
ABSTRAK
Ali Rahman Mutajalli
Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik
Korupsi merupakan musuh bersama yang menjadi masalah besar di setiap
negara, termasuk di Indonesia. Korupsi dianggap sebagai penyakit yang
merugikan negara dan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk pada pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhono, telah membantu menyelamatkan aset negara
dari tangan para koruptor dengan cara memenjarakan dan memiskinkan mereka.
Media massa sebagai kontrol sosial juga berperan penting menginformasikan
kepada masyarakat terhadap tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat
dan koruptor lainnya. Majalah Detik, salah satu media digital di Indonesia, telah
memberitakan kasus korupsi yang dilakukan oleh Ratu Atut Chosiyah, mantan
Gubernur Banten, secara sistematis.
Tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di
Majalah Detik? Pesan apa yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik dalam
pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah? Dan makna apa yang terkandung
dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik?
Majalah Detik memberitakan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah dalam
tiga edisi, yaitu edisi 97, edisi 98, dan edisi 109. Beritanya bermula sejak Atut
masih menjadi saksi di KPK hingga menjadi tersangka kasus korupsi. Kasus
korupsi yang dilakukan Atut sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat,
khususnya di Banten. Namun tidak ada yang berani mengungkapnya karena
ketakuatan akan ancaman dari para jawara yang terdiri dari preman, pendekar
silat, pengusaha, hingga pejabat pemerintah, yang akan membuat tidak berdaya
siapa saja yang berani melawan dinasti Atut.
Untuk menemukan makna yang terdapat dalam pemberitaan tersebut,
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Dengan menjadikan pemberitaan tentang kasus korupsi Ratu Atut
Chosiyah sebagai objek penelitian. Teori yang digunakan adalah teori semiotika
menurut Charles Sanders Peirce dengan segi tiga tandanya, yaitu denotatum,
ground, dan interpretan.
Hasilnya penulis menemukan beberapa tanda yang termasuk dalam
denotatum, ground, dan interpretan. Pesan yang ingin disampaikan Majalah Detik
dalam pemberitaan ini bahwa pemerintahan Atut di Banten sudah sangat kronis
dan dinasti Atut harus segera dihentikan. Adapun maknanya adalah dinasti politik
tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat, seperti yang dilakuakan Atut
di Provinsi Banten.
Kata kunci: Korupsi, Ratu Atut, Semiotika, Peirce
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis bisa sampai pada
titik ini. Titik di mana penulis merasa lega telah menyelesaikan beratnya memikul
tanggungjawab dan status sebagai mahasiswa di kampus peradaban, kampus yang
melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim berkualitas, kampus yang kita
cintai bersama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para
sahabatnya. Kita sebagai ummatnya semoga mendapat syafaat kelak dari beliau di
akhirat nanti, amin.
Proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari campur tangan
dan dukungan berbagai pihak, baik mereka yang terlibat secara langsung maupun
tidak terlibat langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan penghargaan
dan terima kasih setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D.,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si., dan Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar, M.A., yang telah
membuat keputusan dan kebijakan-kebijakan yang mempermudah penulis
dalam menempuh pendidikan di fakultas ini.
2. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukannya, memberikan tantangan-tantangan baru
iii
hingga skripsi ini selesai. Penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima
kasih.
3. Kholis Ridho, M.Si., sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah
Nurlaily, M.A., sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, dan Lisma Dyawati
Fuaida, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik, terima kasih telah
memberikan perhatian dan kemudahan kepada penulis selama penulis
menempuh pendidikan di jurusan ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih telah
mendedikasikan ilmunya dalam mengajar serta mendidik penulis hingga bisa
menjadi seperti sekarang.
5. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
membantu dan memberikan pelayanan yang memuaskan selama penulis
menempuh pendidikan di kampus ini.
6. Nanang Supriatna dan Irwan Nugroho dari Majalah Detik, serta seluruh staf
dan karyawan Detikcom, terima kasih telah memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima
kasih atas kerjasamanya.
7. Ayah dan Ibu, yang telah mengorbankan segalanya, mengikhlaskan buah
hatinya pergi jauh dari dirinya, merelakan buah hatinya menunaikan
kewajiban sebagai seorang muslim yaitu menuntut ilmu. Ayah dan Ibu yang
telah mengorbankan rasa rindu yang selalu menggeliat di dalam dadanya, agar
kelak bisa melihat anaknya memiliki masa depan yang lebih baik dari dirinya,
terima kasih.
iv
8. Saudaraku Yusuf Dhahir Rahman dan istri yang selalu menyempatkan
waktunya di kala penulis membutuhkan sesuatu. Umar Anwar Rahman dan
istri yang baru saja meresmikan hubungannya, semoga bahagia lahir batin
dunia akhirat. Adikku Radia Rahman dan Aminuddin Rahman yang selalu
merindukan penulis. Keponakanku Zakia Darajah Yusuf dan Azka, semoga
menjadi anak yang berprestasi.
9. Abdul Qadir Jaelani, sahabat yang selalu membimbing dan memberikan
motivasi kepada penulis agar tetap fokus pada tujuan. Terima kasih atas
segalanya.
10. Ani Berta dan seluruh teman-teman blogger di DBlogger Community dan
Blogger Reporter ID, terima kasih atas kerjasama dan pengalaman yang
sangat berharga selama ini.
11. Kawan-kawan seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2010, kawan-
kawan J-Co, kawan-kawan LTTQ Masjid Fathullah, dan kawan-kawan KKN
AIR, penulis bahagia pernah bersama kalian dan bangga bisa menjadi bagian
dari suka dan duka kawan-kawan semua, kebersamaan itu akan penulis
rindukan.
Terakhir, penulis memohon maaf kepada semua pihak yang pernah penulis
temui selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, jika kiranya
selama ini penulis pernah melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak
disengaja. Semoga budi baik kalian mendapat balasan di sisi-Nya.
v
Dalam skripsi ini juga tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan
yang butuh diperbaiki. Oleh karena itu penulis terbuka menerima saran dan kritik
membangun dari para pambaca. Terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat.
Desember 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 5
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konstruksi Pesan di Media......................................................... 9
a. Konstruksi Sosial Media Massa ........................................... 9
b. Pesan di Media Massa ........................................................ 11
c. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis) ............................... 13
B. Media Online di Indonesia ....................................................... 19
a. Ekonomi Media .................................................................. 22
b. Ekonomi Politik ................................................................. 24
C. Korupsi ..................................................................................... 27
a. Pengertian Korupsi ............................................................. 27
b. Korupsi Dalam Pandangan Islam ....................................... 28
BAB III REALITAS OBJEKTIF RATU ATUT CHOSIYAH DAN
MAJALAH DETIK
A. Ratu Atut Chosiyah .................................................................. 31
a. Profil Ratu Atut Chosiyah .................................................. 31
b. Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah .................................... 32
c. Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah ................................... 34
B. Majalah Detik........................................................................... 35
a. Profil Majalah Detik .......................................................... 35
b. Pandangan Majalah Detik Mengenai Ratu Atut
Chosiyah ............................................................................. 36
vii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA PEMBERITAAN
KASUS KORUPSI RATU ATUT CHOSIYAH DI
MAJALAH DETIK
A. Analisis Majalah Detik Edisi 97 .............................................. 39
B. Analisis Majalah Detik Edisi 98 .............................................. 52
C. Analisis Majalah Detik Edisi 109 ............................................ 64
D. Interpretasi Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah di
Majalah Detik........................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 80
B. Saran ......................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Semiotika Charles Sanders Peirce....................................................... 16
2. Tabel 2 Contoh Semiotika Charles Sanders Peirce .......................................... 18
3. Tabel 3 Karakteristik Media Lama dan Media Baru ........................................ 21
4. Tabel 4 Sistem Ekonomi Politik ...................................................................... 25
5. Tabel 5 Denotatum Berita I : Ada Atut Disuap Akil......................................... 40
6. Tabel 6 Ground Berita I : Ada Atut Disuap Akil .............................................. 42
7. Tabel 7 Interpretant Berita I : Ada Atut Disuap Akil ........................................ 43
8. Tabel 8 Denotatum Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau ....... 44
9. Tabel 9 Ground Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau............. 45
10. Tabel 10 Interpretant Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau .... 47
11. Tabel 11 Denotatum Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua ......................... 49
12. Tabel 12 Ground Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua .............................. 50
13. Tabel 13 Interpretant Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua ........................ 51
14. Tabel 14 Denotatum Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut .................................... 53
15. Tabel 15 Ground Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut .......................................... 54
16. Tabel 16 Interpretant Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut ................................... 56
17. Tabel 17 Denotatum Berita II : Si Doel Menghitung Hari............................... 57
18. Tabel 18 Ground Berita II : Si Doel Menghitung Hari .................................... 58
19. Tabel 19 Interpretant Berita II : Si Doel Menghitung Hari .............................. 59
20. Tabel 20 Denotatum Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar ....................... 60
21. Tabel 21 Ground Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar ............................. 62
22. Tabel 22 Interpretant Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar ...................... 63
23. Tabel 23 Denotatum Berita I : Titah Ratu Dari Bui......................................... 66
24. Tabel 24 Ground Berita I : Titah Ratu Dari Bui .............................................. 67
25. Tabel 25 Interpretant Berita I : Titah Ratu Dari Bui ........................................ 68
26. Tabel 26 Denotatum Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian ....... 69
27. Tabel 27 Ground Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian ............. 70
28. Tabel 28 Interpretant Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian ...... 72
29. Tabel 29 Denotatum Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan ........ 73
30. Tabel 30 Ground Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan ............. 74
31. Tabel 31 Interpretant Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan ....... 76
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Majalah Detik Edisi 97-Berita I ............................................................................. 86
Majalah Detik Edisi 97-Berita II............................................................................ 90
Majalah Detik Edisi 97-Berita III .......................................................................... 93
Majalah Detik Edisi 98-Berita I ............................................................................. 97
Majalah Detik Edisi 98-Berita II.......................................................................... 101
Majalah Detik Edisi 98-Berita III ........................................................................ 103
Majalah Detik Edisi 109-Berita I ......................................................................... 107
Majalah Detik Edisi 109-Berita II........................................................................ 110
Majalah Detik Edisi 109-Berita III ...................................................................... 114
Transkip Wawancara ............................................................................................ 118
Susunan Redaksi Majalah Detik .......................................................................... 122
Profil Detikcom dan Majalah Detik ..................................................................... 124
Surat Izin Penulisan Skripsi ................................................................................. 127
Surat Bimbingan Skripsi ...................................................................................... 128
Foto Wawancara................................................................................................... 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Korupsi merupakan tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau
kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini meliputi perilaku
pejabat-pejabat di sektor publik, pengusaha, dan pegawai negeri yang
menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk memperkaya diri, orang
lain, organisasi, korporasi, ataupun kelompoknya.1 Korupsi berdampak buruk
bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak hanya
berdampak terhadap satu aspek kehidupan, korupsi bahkan menimbulkan efek
domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara.2
Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memberikan dampak
buruk bagi kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal
dengan kualitas yang buruk, akses masyarakat terhadap pendidikan dan
kesehatan menjadi sulit, keamanan negara terancam, kerusakan lingkungan
hidup, dan citra pemerintah menjadi buruk di mata internasional. Sehingga
menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pada investor asing, mengakibatkan
krisis ekonomi yang berkepanjangan.3
Untuk menwujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi
maka dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di era pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. KPK merupakan lembaga negara yang
1 Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri Maris
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2. 2 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 30. 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Pendidikan Anti-Korupsi: Dampak Masif Korupsi. (Jakarta: Dikti, 2012), h. 6.
2
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK bertugas untuk mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi dan melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap pelaku korupsi.4
Media massa sebagai salah satu pilar demokrasi, telah menjalankan
fungsinya mengawal pemerintahan agar tetap berjalan di jalur yang benar,
salah satunya dengan memberitakan pelaku korupsi. Media massa yang
memberitakan pelaku korupsi menciptakan sanksi sosial bagi para koruptor.
Seluruh lapisan masyarakat akan menyorot setiap ada tersangka baru yang
diumumkan oleh KPK melalui media massa. Sanksi sosial tersebut tentunya
berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pejabat yang
korup tersebut.
Seperti halnya pemberitaan Ratu Atut Chosiyah, tersangka kasus
korupsi penyuapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar di
Majalah Detik. Berita tentang Atut tersebut dimuat dalam tiga edisi di
Majalah Detik, yaitu edisi 97 (7-13 Oktober 2013), edisi 98 (14-20 Oktober
2013), dan edisi 109 (30 Desember 2013-5 Januari 2014). Ketiga edisi
tersebut fokus membahas tentang tindak pidana korupsi yang dilakukan Ratu
Atut Chosiyah selama menjadi pejabat pemerintah di Provinsi Banten.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik menganalisis
pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik dalam tiga edisi tersebut,
untuk mengetahui bagaimana sebuah media memberitakan pelaku korupsi,
hingga masyarakat sadar bahwa mereka telah dikhianati oleh pemimpin yang
4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 4.
3
telah mereka pilih saat pemilu. Cara pandang Majalah Detik dalam menyikapi
hal tersebut dipandang perlu untuk dijadikan sebuah penelitian, bagaimana
Majalah Detik menyajikan berita kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah, dan
makna apa yang terkandung dalam pemberitaan tersebut. Untuk menemukan
hal-hal tersebut di atas, penulis menggunakan pendekatan analisis semiotika
Charles Sanders Peirce.
Charles Sanders Peirce dikenal sebagai salah satu tokoh semiotika
yang memperkenalkan tiga unsur dalam mempelajari tanda yang dikenal
dengan nama segi tiga tanda yaitu ground, denotatum, dan interpretant. Peirce
membagi ground dalam tiga kategori yaitu qualisigns, sinsigns, dan legisigns.
Interpretan oleh Peirce juga dibagi dalam tiga ketegori yaitu, rheme, decisign,
dan argument. Begitupun dengan denotatum yang dibagi dalam tiga kategori
yaitu, icon, index, dan symbol.5 Teori inilah yang kemudian dijadikan dasar
pijakan dalam menyusun skripsi ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis menyusun
skripsi dengan judul “Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut
Chosiyah di Majalah Detik”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat beragamnya edisi Majalah Detik yang terbit secara
periodik setiap pekan, maka untuk pembahasan skripsi ini, penulis
membatasi hanya pada edisi 97 (7-13 Oktober 2013), edisi 98 (14-20
Oktober 2013), dan edisi 109 (30 Desember 2013-5 Januari 2014) yang
5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 41-42.
4
fokus memberitakan tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah selama
menjadi pejabat pemerintah di Provinsi Banten.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di
Majalah Detik?
b. Pesan apa yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik dalam
pemberitaan Ratu Atut Chosyiah?
c. Makna apa yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah di
Majalah Detik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis isi pemberitaan kasus
korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik.
Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui dan menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tanda apa yang terdapat dalam pemberitaan Ratu Atut
Chosyiah di Majalah Detik.
2. Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik
dalam pemberitaan Ratu Atut Chosyiah.
3. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut
Chosyiah di Majalah Detik.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kajian ilmu komunikasi khususnya kajian semiotika. Dan
juga bermanfaat untuk mahasiswa yang ingin meneliti tentang isi
pemberitaan suatu media dengan menggunakan metode semiotika Charles
Sanders Peirce.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi
penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu, juga memberi masukan
akademis bagi para mahasiswa yang ingin terjun dan serius dalam bidang
jurnalistik.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh objek yang diteliti.6 Deskriptif
maksudnya dengan mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka yang memungkinkan data-data tersebut menjadi kunci
terhadap apa yang sedang diteliti.7 Dalam hal ini data berupa pemberitaan
Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 6.
7 Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, h. 11.
6
Untuk ketajaman analisis maka pendekatan semiotik akan sangat
membantu. Pendekatan teori semiotik yang penulis gunakan melalui
pendekatan teori semiotik Charles Sanders Peirce. (ground, denotatum,
interpretant).
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian skripsi ini adalah pemberitaan di Majalah Detik.
Sedangkan objek penelitiannya adalah berita Ratu Atut Chosiyah di
Majalah Detik yang terdapat dalam tiga edisi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan berita tentang
Ratu Atut Chosiyah yang terdapat dalam Majalah Detik di tiga edisi yang
berbeda. Selanjutnya penulis melakukan observasi untuk mendukung data-
data yang sudah ada sebelumnya. Selain observasi penulis juga
mengumpulkan dokumentasi dan melakukan wawancara untuk
melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan metode pertama yang
digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dengan melakukan pengamatan
dan mencatat secara sistematis data-data yang terdapat dalam
pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik. Untuk menemukan
dan memahami makna dan pesan yang ingin disampaikan yang
terdapat dalam pemberitaan tersebut.
b. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji
berbagai literatur yang ada relevansinya dengan penelitian ini untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan dalam menyusun penelitian ini.
7
Seperti buku, majalah, jurnal, arsip, dokumen internet, dan catatan
kuliah yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Wawancara dilakukan dengan maksud memverifikasi, mengubah, dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.8
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan pendekatan
teknik analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Peirce merupakan filsuf
Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Lahir pada tahun 1839
dan meninggal 75 tahun kemudian di tahun 1914. Ia dibesarkan dalam
keluarga intelektual. Ayahnya bernama Benjamin, merupakan seorang
profesor matematika di Harvard University.9 Peirce memperkenalkan tiga
unsur dalam mempelajari tanda yang dikenal dengan nama segi tiga
semiotika yaitu ground, denotatum, dan interpretant.10
F. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan observasi
terlebih dahulu ke perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
menemukan beberapa judul skripsi tentang semiotika, skripsi tersebut
8 J. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, h. 186.
9 Sobur, Semiotika Komunikasi, h.39
10 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 14.
8
kemudian penulis jadikan acuan dan perbandingan dalam menyusun skripsi
ini. Adapun judul skripsi tersebut sebagai berikut:
1. “Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo Edisi Tragedi
Muslim Syi‟ah di Sampang Madura” ditulis oleh Puja Abdul Wahid.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Objek penelitian skripsi ini adalah foto-
foto dalam berita Headline edisi Tragedi Muslim Syi‟ah di Sampang
Madura tanggal 27-28 Agustus 2012 pada Koran Tempo.
2. “Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny
dan Mice Talk About Hape” ditulis oleh Nurma Wazibali. Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011. Objek penelitian skripsi ini adalah komik
Benny dan Mice episode Talk About Hape.
3. “Konstruksi Makna Tokoh Politik Melalui Kartun Opini (Analisis
Semiotika Karikatur Megawati Dalam Buku Dari Presiden ke Presiden)”
ditulis oleh Yikki Arstania. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Objek
penelitian skripsi ini adalah karikatur tentang Megawati dalam buku Dari
Presiden ke Presiden karya Benny Rachmadi.
Judul-judul skripsi di atas berbeda dengan judul skripsi yang ingin
penulis angkat yaitu “Pemaknaan Korupsi Dalam Kasus Ratu Atut Chosiyah
di Majalah Detik.” Maksud tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui
bahwa belum ada judul skripsi yang sama dengan yang ingin penulis angkat
dalam penelitian sebelumnya.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konstruksi Pesan di Media Massa
a. Konstruksi Sosial Media Massa
Proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui empat
tahap yaitu tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran konstruksi,
tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi.1
Tahap pertama, menyiapkan materi konstruksi. Yang menyiapkan
materi konstruksi dalam sebuah media massa adalah bagian redaksi.
Bagian redaksi memberikan tanggungjawab kepada divisi tertentu yang
khusus menyiapakan materi konstruksi, umumnya desk editor. Dalam
menyiapkan materi konstruksi, ada tiga hal yang menjadi perhatian utama
yaitu, keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu
kepada masyarakat, dan keberpihakan kepada kepentingan umum. Saat ini,
media massa dikuasai oleh kapitalis. Kaum kapitalis menjadikan media
massa sebagai mesin pendongkrak popularitas dan pelipatgandaan aset.
Setiap elemen media massa termasuk orang-orang yang ada di dalamnya
dituntut untuk melayani kaum kapitalis.2
Tahap kedua, sebaran konstruksi. Maksudnya adalah seberapa
cepat dan tepat (real-time) informasi yang dilepas oleh media bisa sampai
kepada pemirsa atau masyarakat. Media elektronik tentu berbeda dengan
media cetak dalam konsep real-time. Untuk media elektronik yang live,
(audio-visual) dalam pandangannya, ketika peristiwa terjadi maka saat itu
1 Burhan Bungin, Penulisan Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2012), h. 184. 2 Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 185.
10
juga harus disiarkan dan saat itu juga berita harus sampai ke pemirsa.
Berbeda dengan media cetak yang terbit harian, mingguan, atau bulanan.
Walaupun konsep real-time nya tertunda, namun konsep aktualitas tetap
menjadi pertimbangan utama, sehingga pembaca merasa tepat waktu
menerima berita tersebut.3
Tahap ketiga, pembentukan konstruksi. Tahap ini terbagi dua yaitu,
tahap pembentukan konstruksi realitas dan tahap pembentukan konstruksi
citra. Pada tahap pembentukan konstruksi realitas, masyarakat yang telah
menerima informasi dari media massa, akan melalui tahap konstruksi
realitas pembenaran, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, dan
menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif. Pada konstruksi
realitas pembenaran, masyarakat cenderung membenarkan apa saja yang
tersaji di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran.
Setelah menerima dan membenarkan sajian dari media massa,
maka secara alami masyarakat telah bersedia pikiran-pikirannya
dikonstruksi oleh media massa. Selanjutnya, masyarakat tersebut memiliki
ketergantungan pada media massa dan menjadikan media massa sebagai
bagian dari kebiasaan hidup yang tidak bisa dilepaskan. Berbeda dengan
tahap pembentukan konstruksi realitas, pada tahap pembentukan
konstruksi citra hanya ada dua model yang dibangun oleh media massa
yaitu, model good news dan model bad news. Model good news cenderung
mengkonstruksi berita sebagai berita baik. Sehingga menimbulkan kesan
bahwa objek yang diberitakan memiliki citra lebih baik dari yang
3 Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 186.
11
sebenarnya. Model ini sering digunakan pada iklan, baik itu iklan produk
ataupun iklan politik, dan juga untuk menaikkan popularitas. Sedangkan
model bad news adalah model konstruksi berita dengan memberikan kesan
lebih buruk dari objek yang diberitakan. Biasanya media massa
memberikan diksi negatif terhadap objek yang ingin dicitrakan buruk.
Seperti teroris, pembunuh, penjahat, koruptor, dan lain sebagainya.4
Tahap keempat, tahap konfirmasi. Tahap ini terjadi ketika
masyarakat ataupun media massa memberikan argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan
konstruksi. Pada tahap ini masyarakat atau pemirsa akan menunjukkan
bahwa media massa telah masuk dalam kehidupan pribadinya. Masyarakat
yang telah sampai pada tahap ini akan merasa ada yang kurang jika dalam
sehari tidak mendapatkan informasi dari media massa. Media massa
dijadikan sebagai life style dimana masyarakat tersebut sangat suka
terhadap populartias terutama jika dirinya menjadi subjek media massa.5
b. Pesan di Media Massa
Pesan di media massa merupakan informasi yang diperuntukkan
kepada masyarakat secara massal. Massa yang dimaksud adalah
masyarakat dalam jumlah besar dan menyebar dimana-mana. Setiap
anggota massa memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap informasi
yang disampaikan oleh media massa dan sebagian besar diantaranya
memiliki negative image terhadap pemberitaan media. Bahkan untuk hal-
hal tertentu cenderung skeptis dan berpikir negatif, akibatnya jika ada
4 Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 186-188.
5 Bungin, Penulisan Kualitatif, h. 189.
12
pemberitaan yang baik selalu disikapi dengan kecurigaan.6
Pesan yang disampaikan oleh media massa berupa peristiwa aktual,
ilmu pengetahuan, hiburan, nasihat, dan propaganda.7 Proses penyampaian
pesannya dilakukan dengan satu arah, akibatnya proses tersebut
berlangsung secara asimetris, datar dan bersifat sementara. Misalnya jika
ada pesan yang disampaikan media massa yang bersifat emosional, maka
hal itu hanya berlangsung sementara bagi masyarakat dan tidak permanen.
Begitupun jika media melakukan interaksi dengan masyarakat maka
prosesnya sangat terbatas dan tetap didominasi oleh media massa.8
Pesan yang disampaikan media massa selain untuk memberikan
informasi kepada masyarakat, juga memiliki fungsi pengawasan.
Pengawasan tersebut berupa peringatan tentang bahaya yang mungkin bisa
terjadi. Seperti kondisi cuaca ekstrim, ancaman keamanan di tempat
umum, makanan yang mengandung zat kimia berbahaya, informasi
lalulintas, kemacetan, bencana alam dan sebagainya.
Namun dari fungsi pengawasan ini, tidak menutup kemungkinan
terjadinya disfungsi, yaitu kepanikan yang terjadi dimasyarakat karena
adanya penekanan berlebihan terhadap bahaya atau ancaman yang
mungkin belum tentu terjadi. Hal ini terjadi karena terlalu banyaknya
ekspose berita yang tidak biasa, abnormal, lain dari yang lain, yang bisa
menyebabkan masyarakat menjadi pemirsa yang tidak bisa membedakan
hal yang wajar atau tidak wajar, normal atau tidak normal, yang terjadi
6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2008), h. 72-73. 7 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h. 23.
8 Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 75.
13
dalam kehidupan masyarakat.9
c. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Setelah membahas konstruksi dan pesan di media massa,
pembahasan selanjutnya tentang metode yang digunakan pada penelitian
ini. Tujuannya untuk mengetahui makna yang terdapat dibalik
pemberitaan kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik, karena
penelitian ini menganalisis teks, maka metode yang digunakan adalah
analisis semiotik, khususnya analisis semiotik yang berdasarkan pada
pandangan Charles Sanders Peirce.
a. Pengertian Semiotika
Secara bahasa kata semiotik berasal dari bahasa Yunani,
semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda.
Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika,
retorika, dan poetika. Tanda bermakna suatu hal yang menunjukkan
pada adanya hal lain. Misalnya, mendung yang menandakan akan
turun hujan.10
Menurut Jhon Fiske, fokus utama semiotik adalah teks.11
Semiotika atau semiologi merupakan kajian mengenai tanda dan cara
tanda-tanda tersebut bekerja. Kajian tersebut terbagi tiga yaitu kajian
mengenai tanda itu sendiri, kajian mengenai kode-kode atau sistem
dimana tanda-tanda itu diorganisasi, dan kajian mengenai budaya
tempat dimana kode-kode dan tanda-tanda itu beroperasi. Dalam hal
9 Warner J. Severin dan James W. Tankard Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta: Kencana, 2008), h. 386-387. 10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.16-17. 11
Jhon Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 67.
14
ini tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam
kerangka penggunaan atau konteks orang-orang yang menempatkan
tanda-tanda tersebut. Tanda juga berupa sesuatu yang bersifat fisik,
dapat diterima oleh indera manusia, mengacu pada sesuatu di luar
dirinya, dan bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu
adalah tanda.12
Menurut Roland Barthes, Semiotika adalah suatu ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai
hal-hal (things). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya
sendiri, dan makna (meaning) adalah hubungan antara suatu objek atau
ide terhadap suatu tanda. Semiotika adalah segala sesuatu yang
merujuk pada studi tentang tanda.13
Secara umum, ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam
analisis semiotika. Pertama, tentang makna (the problem of meaning).
Bagaimana seseorang memahami sebuah pesan dan informasi apa yang
terkandung dalam struktur sebuah pesan. Kedua, tentang tindakan (the
problem of action). Tentang pengetahuan bagaimana seseorang
memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi
(problem of coherence). Hal ini membahas tentang bagaimana
membentuk pola pembicaraan yang masuk akal dan bisa dimengerti.14
Menurut Umberto Eco, tanda bisa digunakan untuk
menyatakan kebenaran ataupun kebohongan. Menurutnya, semiotika
12
Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 66-68. 13
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15-16. 14
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 147-148.
15
adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mendustai, mengelabui, atau mengecoh. Jika sesuatu
tidak dapat digunakan untuk mengatakan kebohongan maka sesuatu itu
juga tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran.15
Marcel Danesi menjelaskan bahwa semiotika adalah ilmu yang
mencoba menjawab pertanyaan, apa yang dimaksud dengan X? X dapat
berupa apa saja, baik itu kata, isyarat, teks, komposisi musik atau film,
warna, gambar, bunyi, gerakan tangan, dan lain sebagainya. X adalah
sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain yaitu Y.
Penggambaran dan penelusuran sifat hubungan X = Y inilah yang
menjadi objek penelitian semiotika.16
Dalam semiotika ada dua pendekatan penting ketika
mengamati tanda-tanda. Pertama, pendekatan dari sudut pandang
Ferdinand de Saussure. Saussure mengatakan bahwa tanda-tanda
disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (kata atau
representasi visual), dan konsep di mana citra bunyi itu disandarkan.
Hal ini menandakan bahwa penanda dan petanda merupakan unsur-
unsur mentalistik. Maksudnya, di dalam tanda tersebut terungkap citra
bunyi atau konsep sebagai dua komponen yang tidak terpisahkan. Atau
dengan kata lain, kehadiran satu berarti kehadiran yang lain seperti dua
sisi mata uang.
Kedua, pendekatan dari sudut pandang Charles Sanders Peirce.
Menurutnya, tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang
15
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 18. 16
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 5-6.
16
menyerupainya. Keberadaan tanda memiliki hubungan sebab-akibat
dengan objek yang menyerupainya karena memiliki ikatan
konvensional. Peirce menggunakan istilah icon untuk kesamaannya,
indeks untuk hubungan sebab akibat, dan symbol untuk asosiasi
konvensional.17
Secara sederhana pandangan Charles Sanders Peirce
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Semiotika Charles Sanders Peirce18
Tanda Ikon Indeks Simbol
Ditandai
dengan:
Persamaan
(kesamaan)
Hubungan sebab-
akibat
Konvensi
Contoh: Gambar-gambar,
patung-patung,
tokoh besar,
foto Reagan
Asap/api
Gejala/penyakit
Bercak merah/
campak
Kata-kata
Isyarat
Proses Dapat dilihat Dapat diperkirakan Harus dipelajari
b. Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce
Bagi Charles Sanders Peirce yang merupakan ahli filsafat dan
logika, menurutnya semiotika sama dengan logika. Manusia senantiasa
bernalar lewat tanda dan semiotika dapat diterapkan pada segala
macam tanda. Peirce memperkenalkan tiga unsur dalam mempelajari
tanda yang dikenal dengan nama segi tiga tanda yaitu ground,
denotatum, dan interpretant.19
Dari ketiga unsur tersebut, Peirce membaginya masing-masing
dalam tiga kategori. Pertama, ground memiliki kategori yaitu
qualisigns, sinsigns, dan legisigns. Kedua, denotatum yang terbagi
17
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 31-34 18
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 34. 19
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 14.
17
dalam tiga kategori yaitu, icon, index, dan symbol. Ketiga, Interpretan
oleh Peirce juga dibagi dalam tiga ketegori yaitu, rheme, decisign, dan
argument.20
Ground merupakan dasar atau latar dari tanda umumnya
berbentuk sebuah kata. Menurut Peirce ground adalah sesuatu yang
digunakan agar tanda bisa berfungsi. Kategori yang terdapat dalam
ground, pertama, qualisigns. Qualisgns merupakan penanda yang
bertalian dengan kualitas atau tanda yang berdasar pada suatu sifat.
Misalnya, putih yang bermakna suci atau bersih, lingkaran sama
dengan bumi, bola, atau bundar. Boneka sama dengan lucu, imut, atau
empuk. Hitam sama dengan kotor, kelam, atau gelap, dan lain
sebagainya.
Kedua sinsigns, merupakan penanda yang bertalian dengan
kenyataan atau tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. Misalnya
ketika mendengar atau membaca kata „meja hijau‟ maka yang
dimaksud bukanlah meja yang berwarna hijau melainkan meja
persidangan. Ketiga legisigns, merupakan tanda atas dasar suatu
peraturan atau kaidah yang berlaku umum. Misalnya menganggukkan
kepala merupakan tanda bahwa seseorang memberikan persetujuan
terhadap suatu hal.21
Unsur yang kedua dari segi tiga tanda yang dikemukakan
Peirce yaitu denotatum. Denotatum adalah unsur kenyataan tanda atau
tanda yang berdasarkan objeknya. Denotatum sendiri memiliki tiga
20
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41-42 21
Sobur, Analisis Teks Media, h. 97-98
18
kategori yaitu icon, index, dan symbol. Ikon adalah hubungan antara
tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah
tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan
petandanya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat. Simbol
adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan
petandanya.22
Peirce menjelaskan bahwa masing-masing tanda (ikon, indeks,
simbol) memiliki ciri khas dan nuansa yang dapat dibedakan.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, dengan mengambil
objek kucing sebagai contoh.23
Tabel 2.
Contoh Semiotika Charles Sander Peirce24
Ikonis Indeksikal Simbolis
a. Lukisan
kucing
b. Gambar
kucing
c. Patung
kucing
d. Foto kucing
e. Sketsa
kucing
a. Suara
kucing
b. Suara
langkah
kucing
c. Bau kucing
d. Gerak
kucing
a. Diucapkannya kata
kucing
b. Makna gambar
kucing
c. Makna suara
kucing
d. Makna bau kucing
e. Makna gerak
kucing
Adapun unsur ketiga dari segi tiga tanda Peirce yaitu
interpretant. Interpretant adalah interpretasi terhadap kenyataan yang
ada dalam tanda atau hubungan pikiran dengan jenis petandanya.
Interpretant juga terbagi dalam tiga kategori, pertama rheme,
merupakan interpretasi yang berupa sebuah kemungkinan. Misalnya
kalimat berikut: “tingkat pengangguran tahun depan diprediksi akan
22
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 20-22 23
Sobur, Analisis Teks Media, h. 98. 24
Sobur, Analisis Teks Media, h. 99
19
menurun.” Kategori kedua decisign, merupakan interpretasi yang
berupa kebenaran atau tanda yang sesuai dengan kenyataan. Misalnya
rambu lalu lintas yang bergambar sendok dan garpu menandakan
bahwa disekitar rambu tersebut terdapat rumah makan. Kategori ketiga
argument, merupakan tanda yang langsung memberikan alasan tentang
sesuatu atau interpretasi yang berlaku umum. Misalnya seperti
pernyataan berikut: Skripsi merupakan syarat mutlak untuk meraih
gelar sarjana, Ali merupakan mahasiswa tingkat akhir dan sedang
menyusun skripsi, pernyataan umumnya, Ali seorang calon sarjana.25
B. Media Online di Indonesia
Penelitian ini membahas tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah
yang dimuat di Majalah Detik, dimana Majalah Detik merupakan majalah
digital online yang berada dibawah naungan situs warta digital Detikcom. Dan
pada sub bab ini akan membahas tentang media online di Indonesia, ekonomi
media, dan ekonomi politik.
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, memaksa media massa
untuk terus berinovasi agar tidak ditinggalkan oleh khalayak/pembaca. Media
massa berlomba meng-online-kan medianya, yang pada akhirnya
memunculkan istilah “Media Baru”. Era Media Baru dalam penyebaran
informasi lebih cepat dibanding media tradisional. Menurut John Vivian
seperti dikutip Rulli Nasrullah dalam bukunya Cyber Media mengungkapkan
bahwa internet bersifat interaktif, mengaburkan batas geografis, dan bisa
dilakukan secara real time. Media online dikenal juga dengan istilah media
25
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42.
20
siber (cybermedia), digital media, media virtual, e-media, atau network
media.26
Ciri khas media online adalah interaktifitasnya. Media online
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi bagi pengguna media dengan
media itu sendiri. Pada media massa tradisional seperti surat kabar, radio, dan
televisi, khalayak harus menunggu umpan balik yang cukup lama karena
dibatasi oleh ruang dan waktu. Begitupun jika seseorang ingin mengirimkan
artikelnya ke surat kabar. Artikel yang dikirimkan harus melewati proses
editing yang dilakukan oleh redaktur. Berbeda dengan media online,
hubungan antara pembaca dan media bisa berlangsung cepat. Media Baru,
telah menyatukan semua yang dimiliki media lama. Pengguna internet dapat
membaca berita melalui blog, website, dan sosial media. Radio dapat didengar
melalui radio streaming, begitupun dengan siaran televisi yang bisa disaksikan
melalui live streaming. Majalah dan surat kabar pun bisa diunduh dalam
bentuk digital.27
Media lama dan Media Baru oleh Holmes disebut juga era media
pertama dan era media kedua. Kedua era media tersebut memiliki perbedaan
dan karakteristik masing-masing, seperti dalam tabel berikut:
Tabel 3.
Karakteristik Media Lama dan Media Baru28
Era Media Pertama (Broadcast) Era Media Kedua (Interactifity)
Tersentral, dari satu sumber ke
banyak khalayak
Tersebar, dari banyak sumber ke
banyak khalayak
Komunikasi terjadi satu arah Komunikasi terjadi timbal-balik
atau dua arah
26
Rulli Nasrullah, Cyber Media (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), h. 16-17. 27
Apriadi Tamburaka, Literasi Media (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 77-78. 28
Rulli Nasrullah, Cyber Media, h. 18.
21
Terbuka peluang sumber atau
media untuk dikuasai
Tertutupnya penguasaan media
dan bebasnya kontrol terhadap
sumber
Media merupakan instrumen yang
melanggengkan strata dan ketidak
setaraan kelas social
Media memfasilitasi setiap
khalayak/warga negara
Terfragmentasinya khalayak dan
dianggap sebagai massa
Khalayak bisa terlihat sesuai
dengan karakter dan tanpa
meninggalkan keragaman
identitasnya masing-masing
Media dianggap dapat sebagai alat
memengaruhi kesadaran
Media melibatkan pengalaman
khalayak secara ruang dan waktu
Adapun media massa di Indonesia yang pertama kali membuat media
online adalah Majalah Tempo pada 6 Maret 1996. Hal tersebut dilakukan
untuk mempertahankan Majalah Tempo tetap hidup yang saat itu sedang
dibredel.29
Namun dari segi bisnis, Detikcom adalah media online pertama di
Indonesia yang menyajikan informasi secara real time dengan menjual konten
bagi para pengiklan. Detikcom mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli
1998. Keberhasilan Detikcom dalam merambah dunia online kemudian diikuti
oleh media-media lain seperti okezone.com, vivanews.com, merdeka.com,
kompas.com, dan lain-lain.30
a. Ekonomi Media
Pada dasarnya media massa memiliki dua kepribadian, pertama
sebagai institusi bisnis dan kedua sebagai institusi sosial. Sebagai institusi
bisnis, media massa menempatkan dirinya sebagai korporasi yang
mementingkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Sedangkan dalam
menjalankan fungsinya sebagai institusi sosial, media massa berorientasi
29
“Kecap Dapur,” Majalah Tempo, Edisi Ulang Tahun ke-40. 30
Dwi Aris Subakti, “Indepth Report: Media Online dan Media Kapita.” (Jakarta:
Yayasan Satu Dunia), h. 9.
22
untuk kepentingan masyarakat. Hal ini mulai terlihat pada masa awal era
reformasi. Dimana pada masa orde baru, pers di Indonesia terbelenggu
oleh rezim Soeharto. Setelah keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 49
Tahun 1999 yang mengatur tentang kebebasan pers, media massa
menganggap PP ini sebagai suatu kemerdekaan yang mengawali
kebangkitan kebebasan pers di Indonesia.31
Terlalu bebasnya media massa saat ini membuat membuat media
memberitakan informasi yang bukan lagi menyangkut kepentingan atau
kebutuhan masyarakat, melainkan menyajikan apa yang bisa laku paling
banyak atau apa yang tingkat penjualannya paling tinggi bagi pengiklan.
Hal ini menyebabkan masyarakat memandang media tidak lagi sebagai
penyampai informasi yang netral, melainkan memandang media sebagai
penyampai informasi yang memihak kepada pengiklan dan pemilik
media.32
Dalam perkembangannya, media massa sudah menjadi industri dan
institusi ekonomi yang menjanjikan. Menurut Herman dan Chomsky
seperti dikutip Usman Ks dalam bukunya Ekonomi Media menyebut
media massa sebagai mesin atau pabrik penghasil berita (news
manufacture) yang sangat efektif dalam mendatangkan keuntungan besar
dari sisi ekonomi.33
Seperti saat ini, banyak pengusaha besar yang tertarik
dan menanamkan modalnya dalam bisnis media massa. Pengusaha yang
sudah menanamkan modalnya dalam bisnis media, tentunya berharap
modal yang dia tanamkan bisa kembali dan menghasilkan keuntungan. Hal
31
Alfarabi, “Kajian Komunikasi Kritis Terhadap Ekonomi Politik Media,” IDEA
FISIPOL UMB IV, No 17 (Juni 2010): h. 1. 32
Alfarabi, “Kajian Komunikasi Kritis,” h. 2. 33
Usman Ks, Ekonomi Media (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 6.
23
ini kemudian memunculkan fenomena baru, dimana media massa dikuasai
oleh segelintir orang yang memiliki modal. Fenomena ini disebut juga
dengan istilah “Konglomerasi Media.”
Menurut Picard, ekonomi media erat kaitannya dengan bagaimana
industri media mengalokasikan berbagai sumber untuk menghasilkan
materi informasi dan hiburan untuk memenuhi kebutuhan audiens,
pengiklan, dan institusi sosial lainnya. Menurut Albarran, ekonomi media
merupakan studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumber-
sumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang akan didistribusikan
kepada konsumen dan masyarakat untuk memenuhi berbagai keinginan
dan kebutuhan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa media massa sangat
tergantung pada persoalan finansial.34
b. Ekonomi Politik
Ilmu ekonomi politik secara umum membahas tentang anatomi
sistem yang diterapkan oleh suatu negara atau pemerintahan. Dalam ilmu
ekonomi politik, dikenal dua sistem yang sangat terkenal dan masih
dipakai sampai saat ini. Sistem tersebut adalah sistem ekonomi politik
kapitalisme dan sistem ekonomi sosialisme. Negara barat dikenal
menggunakan sistem ekonomi kapitalisme. Peranan swasta dalam sistem
ekonomi sangat diutamakan sebagai wujud hak partisipasi ekonomi oleh
setiap individu di dalam masyarakat. Tegaknya dunia usaha dalam sistem
ekonomi kapitalis terjadi karena inisiatif individu atau swasta dalam
membentuk perusahaan-perusahaan dan tidak ada campur tangan negara.
Sedangkan di negara timur atau di dunia kedua sistem ekonomi
politik yang dianut adalah sistem ekonomi sosialisme-komunisme. Pasar
34
Usman Ks, Ekonomi Media, h. 3.
24
dianggap sebagai perusak sistem ekonomi masyarakat yang tidak mampu
menciptakan keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Pembentukan badan
usaha lebih banyak dilakukan oleh negara dan dikendalikan oleh aparat
pemerintah.
Objek kajian ekonomi politik adalah hubungan antara institusi
ekonomi dengan institusi politik. Ilmu ekonomi membahas aspek manusia
dan institusi ekonominya. Yaitu pasar, produksi dan konsumsi, investasi,
perdagangan, keuangan, dan sebagainya. Ilmu politik membahas tentang
kekuasaan, seperti presiden, kabinet, parlemen, dan kekuasaan kehakiman.
Ilmu politik adalah teori tentang kekuasaan dan pemerintahan, dan ilmu
ekonomi adalah teori tentang pasar.35
Ilmu ekonomi politik secara konvensional mempelajari anatomi
sistem politik dan ekonomi suatu negara yang diterapkan untuk
masyarakat dalam praktik pemerintahan sehari-hari. Intinya adalah
bagaimana sistem kekuasaan menjadi fokus paling utama dalam ilmu
ekonomi politik. Secara garis besar, ada empat bentuk sistem ekonomi
politik yang sampai saat ini cukup dominan. Yaitu sistem ekonomi politik
kapitalisme, sistem ekonomi sosialisme, sistem ekonomi komunisme, dan
sistem ekonomi campuran (mixed economic system).36
Jika digambarkan, maka sistem ekonomi politik tersebut secara
sederhana seperti dalam tabel berikut:
35
Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik (Bogor: Ghalia Indonesia,
2006), h. 4-5. 36
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 11.
25
Tabel 4.
Sistem Ekonomi Politik37
No Sifat Dasar Kapitalisme Sosialisme Komunisme Campuran
1 Pemilikan Individu Industri
besar
dimiliki
negara,
sisanya
individu
Seluruhnya
dimiliki
negara
Individu dan
negara
2 Inisiatif
pembentukan
Individu,
partnership,
korporasi
Usaha
bersama
pada
industri
dasar dan
individu
lainnya
Negara Individu dan
negara
3 Inisiatif
ekonomi
Keuntungan
sebagai motif
utama
Motif
ekonomi
dan non
ekonomi
Insentif
terbatas
Ekonomi,
sosial
politik, dll.
4 Mekanisme
harga
Pasar
(supplay) dan
demand
Pemerintah
birokrasi
Negara Birokrasi
hukum
pasar
5 Kompetisi Eksis Ada, bila
negara mau
Tidak ada Antara ada
dan tidak
ada
6 Struktur
organisasi
Desentralisa-
si
Semi
sentralisasi
Sentralisasi
penuh
Desentrali-
sasi
7 Inisiatif
kegiatan
Meterialistik Sosialistik Untuk
ideologi
Gabungan
Pertanyaan yang sering muncul, apakah negara bisa lepas dan tidak
terkait atau bahkan menjauh dari kegiatan ekonomi? Jawabannya, negara
atau birokrasi adalah sebuah entitas kelembagaan yang paling dominan
dan bahkan sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena
itu, dunia ekonomi dan politik sangat diperlukan oleh setiap masyarakat
karena tidak semua interaksi ekonomi dan sosial dapat dikelola dengan
37
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 12.
26
cara altruisme, anarki, atau dengan mekanisme pasar.38
Menurut Max Weber seperti dikutip Didik J. Rachbini dalam
bukunya Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik mengatakan bahwa
birokrasi merupakan organisasi besar dan lebih unggul. Keunggulan ini
bertujuan untuk mengambil keputusan strategis yang rasional dengan
berbagai kepentingan yang ada di dalamnya. Tugas-tugas negara dalam
bidang ekonomi ketika mengambil keputusan harus mempertimbangkan
perspektif teori-teori ekonomi yang mengarah pada pasar, efisiensi,
pencapaian keuntungan yang optimal, dan kesejahteraan anggota
masyarakat secara umum.39
Hal inilah yang kadang dimanfaatkan oleh pejabat pemerintah
untuk memperkaya diri. Dengan cara memenangkan perusahaan tertentu
dalam pelelangan tender proyek milik pemerintah. Seperti yang terjadi di
Banten di bawah kepemimpinan Ratu Atut Chosiyah. Dia mendesain
birokrasi pemerintahan Banten dengan sedemikian rupa dengan
melibatkan keluarga dan perusahaan-perusahaan miliknya untuk
mempermudah aksinya menggerogoti anggaran pemerintah.40
C. Korupsi
a. Pengertian Korupsi
Secara bahasa, korupsi berasal dari kata latin coruptio atau
corruptus yang berarti kerusakan, kehancuran atau kebobrokan. Dalam
bahasa Inggris, kata korupsi digunakan untuk menyebut kerusakan fisik,
38
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 131-132. 39
Rachbini, Ekonomi Politik, h. 133. 40
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, edisi 97, 7-13 Oktober 2013, h. 47.
27
seperti dalam frasa a corrupt manuscript (naskah yang rusak). Secara
umum, korupsi diartikan sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau
kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini meliputi perilaku
pejabat-pejabat sektor publik, pengusaha, dan pegawai negeri yang
menggunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk memperkaya diri, orang
lain, organisasi, korporasi, ataupun kelompoknya.41
Menurut Robert Klitgaard, korupsi merupakan tindakan berupa
memungut uang atas layanan yang seharusnya sudah diberikan,
menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sah, dan tidak
melaksanakan tugas karena lalai atau lupa.42
Igm Nurdjana dalam bukunya Sistem Hukum Pidana dan Bahaya
Laten Korupsi, menyimpulkan bahwa korupsi merupakan perbuatan
melawan hukum yang dapat merugikan perekonomian atau keuangan
negara, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dari segi
meteriil perbuatan tersebut dipandang sebagai perbuatan yang
bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Pandangan lain dari
Lubis dan Scott, menyebutkan bahwa korupsi adalah tingkah laku pejabat
pemerintah yang melanggar batas-batas hukum yang menguntungkan
kepentingan diri sendiri dan merugikan orang lain.43
b. Korupsi Dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, khusunya di Indonesia, ulama dari kalangan Nadlatul
Ulama (NU) telah berfatwa dan menegaskan bahwa korupsi adalah
41
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri Maris
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 2. 42
Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam” Jurnal Hukum No. 1 Vol.
15 (Januari 2005): h. 15-16. 43
Igm Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 16-18.
28
kemungkaran yang sangat besar, seperti dikutip Lukman Hakim dari
Tempo Interaktif dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam. Begitupun
dengan pandangan ulama Muhammadiyah melihat korupsi sebagai syirik
akbar yang dosanya tidak diampuni oleh Allah SWT.44
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang membahas mengenai
tindakan-tindakan yang dapat dipandang sebagai perilaku korupsi.
Diantaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 188:
كى أيىانكى تأكهىا وال فريقا نتأكهىا انحكاو إنى بها وتدنىا بانباطم بي ي
وأتى باإلثى اناس أيىال ى تعه
“Dan janganlah kamu memakan harta sesama di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.” (QS. 2: 188)
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, ayat ini
bermakna untuk mencegah seseorang agar tidak mengambil dan
menguasai harta orang lain dengan jalan yang batil karena merupakan
pelanggaran hukum dan tidak sejalan dengan tuntunan Ilahi, walaupun
dilakukan atas dasar kerelaan orang tersebut, misalnya menyogok.
Menyerahkan urusan harta kepada hakim untuk mengambil hak orang lain,
padahal orang tersebut mengetahui bahwa sebenarnya tidak ada hak atas
harta tersebut, juga termasuk dalam kasus ini.45
Frasa „memakan harta
sesama dengan jalan batil‟ dalam ayat ini, menurut Syamsul Anwar
merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
44
Lukman Hakim, “Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kurikulum
Pendidikan Islam” Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim No. 2 Vol. 10 (2012): h. 144. 45
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 414-415.
29
yang bertentangan dengan hukum/syariah.46
Selanjutnya ayat yang menyinggung tentang korupsi terdapat
dalam surat Ali Imran ayat 161. Dalam ayat ini korupsi dipahami dengan
kata gulul.
بي أى يغل وهي يغلل يأت بوا غل يوم القياهة ثن جوفى كل وها كاى ل
فس ها كسبث وهن ال يظلووى
“Tidak mungkin seorang nabi melakukan gulul (berkhianat dalam
urusan harta kekayaan). Barang siapa yang melakukan gulul
(berkhianat dalam urusan harta kekayaan), maka pada hari kiamat ia
akan datang membawa apa yang digululnya (dikhianatkan itu);
kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia
kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak
dirugikan.” (QS. 3: 161)
Secara harfiah, gulul berarti pengkhianatan terhadap kepercayaan
atau amanah. Menurut Syekh Husen Alatas, pemerhati fenomena korupsi,
berpendapat bahwa inti korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk
kepentingan pribadi dengan melakukan kejahatan berupa pencurian
melalui penipuan dalam situasi mengkhianati kepercayaan. Adapun makna
gulul dalam ayat ini adalah kebijakan pembagian ganimah atau harta
rampasan perang yang menyimpang dari ketentuan yang ada dan tidak
sebagaimana mestinya. Seperti yang terjadi dalam Perang Uhud pada
tahun ke-3 hijriah, dimana pada umumnya para ulama menghubungkan
ayat ini dengan peristiwa perang tersebut.47
Adapun hukuman bagi orang yang khianat dalam ayat ini, menurut
sebagian ulama diumpamakan seperti seorang yang memikul seekor unta
46
Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam” h. 18. 47
Syamsul Anwar, “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam”, h. 19-20.
30
yang mengeluarkan suara dan itu membuatnya malu karena semua mata
tertuju kepadanya. Pada hari kiamat orang yang khianat akan
dipermalukan, karena khianat disebut juga al-fadhihah, yaitu sesuatu yang
mencemarkan dan memalukan.48
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, h. 265-266.
31
BAB III
REALITAS OBJEKTIF RATU ATUT CHOSIYAH DAN MAJALAH DETIK
A. Ratu Atut Chosiyah
a. Profil Ratu Atut Chosiyah
Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE., adalah gubernur wanita pertama di
Indonesia. Lahir di Ciomas, Serang, Banten, pada 16 Mei 1962. Menikah
dengan Hikmat Tomet (almarhum) dan memiliki tiga anak yaitu, Andika
Hazrumi, Andiara Aprilia, dan Ananda Triana Salichan. Atut merupakan
anak pertama dari pasangan Tubagus Chasan Sochib dan Wasi‟ah
Samsudin. Atut mengawali karir politiknya pada tahun 2001. Saat itu
menjadi Wakil Gubernur Banten berpasangan dengan Djoko Munandar.1
Awalnya Atut lebih dikenal sebagai pebisnis dan tidak tertarik
berkarir di jalur politik. Namun ayahnya Tubagus Chasan Sochib
(almarhum) berhasil meyakinkan putrinya agar tidak menjadi penonton
dalam perkembangan Provinsi Banten. Banten ditetapkan menjadi provinsi
pada 4 Oktober 2000. Pada 3 Desember 2001, DPRD Banten
melaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode
2001-2006. Pemilihan tersebut dimenangkan oleh pasangan Djoko
Munandar-Ratu Atut Chosiyah dengan perolehan 37 suara dari 69 suara.
Mengalahkan dua pasangan lain yakni, Ace Suhaedi-Tb. Mamas dan
Herman Haeruman-Ade Sudirman.2
Pada 11 Januari 2002 pasangan Djoko Munandar-Ratu Atut
Chosiyah resmi dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur pertama di
1 “Jawara, Uang, dan Sang Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 87.
2 “Jawara, Uang, dan Sang Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 88.
32
Provinsi Banten. Disinilah awal mula terbentuknya dinasti Atut di Banten.
Setahun sebelum masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur Banten habis,
tepatnya pada 20 Oktober 2005, Atut menjadi Pelaksana Tugas Gubernur
Banten menggantikan posisi Djoko Munandar yang tersangkut kasus
korupsi. Posisi ini dimanfaatkan oleh Atut untuk memperkuat pondasi
dinastinya di Banten. Hingga pada pemilu tahun 2006 terpilih menjadi
Gubernur Banten berpasangan dengan Mohammad Masduki.3
b. Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah
Pada 11 Januari 2007, Atut dilantik menjadi Gubernur Banten
untuk periode 2007-2012. Selama periode itulah Atut mulai menancapkan
tiang-tiang kekuasannya di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi
Banten. Pada 28 Juli 2010 misalnya, Atut melantik adiknya, Ratu Tatu
Chasanah, sebagai Bupati Serang berpasangan dengan Ahmad Taufik
Nuriman. Kemudian pada 2011, Atut melantik tiga kerabatnya untuk
menempati posisi penting di Banten. Pertama ibu tirinya, Heryani, sebagai
Wakil Bupati Pandeglang, kemudian adik tirinya, Tubagus Haeri Jaman,
sebagai pelaksana tugas Wali Kota Serang, dan adik iparnya, Airin
Rachmi Diany, sebagai Wali Kota Tangerang Selatan.4
Posisi-posisi tersebut tentu bersimbiosis membentuk kekuatan
dinasti politik di Banten. Ditambah lagi posisi suami Atut, Hikmat Tomet,
sebagai anggota komisi V DPR RI yang telah banyak membantu
menggolkan anggaran dari pemerintah pusat untuk Provinsi Banten. Posisi
penting lainnya juga diduduki oleh adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana,
3 “Jawara, Uang, dan Sang Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 89.
4 “Setelah Atut Jadi Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 71.
33
sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Banten. Posisi-posisi
penting ini memiliki peran masing-masing dalam membentuk dinasti
politik Atut di Banten. Suami Atut bertugas menyalurkan dana dari pusat,
Atut kemudian membuat proyek pemerintah yang anggarannya banyak
dimanipulasi, dan proyek-proyek tersebut dieksekusi oleh adiknya,
Tubagus Chaeri Wardana. Proyek-proyek tersebut kemudian disalurkan ke
berbagai perusahaan kontraktor yang berada dibawah pimpinan Wawan.
Tentunya dengan hitung-hitungan yang menguntungkan bagi pihak dinasti
Atut.5
Satu lagi posisi penting dan sangat berpengaruh di Banten saat itu
adalah ayah Atut, Tubagus Chasan Sochib, sebagai Ketua Persatuan
Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI). Posisi
ini digunakan untuk mengamankan seluruh proyek yang dikelola oleh
dinasti Atut. Mengamankan kelompok-kelompok yang berani menggaggu
atau mengotak-atik dinasti politik yang dibangun Atut di Banten. Dan
Tubagus Chasan Sochib lah otak sebenarnya dibalik dinasti ini. Dia yang
telah mengskenario seluruh pejabat, proyek, anggaran, dan seluruh
kebijakan di Banten. Tubagus Chasan Sochib memiliki kekuatan untuk
menempatkan seseorang dalam jabatan tertentu di pemerintahan Banten.
Begitupun sebaliknya, dia bisa mencopot seseorang dari jabatannya jika
tidak sehaluan dengan dinastinya. Semua itu bisa dilakukan dengan
jawara, uang dan sang ratu.6
5 “Setelah Atut Jadi Ratu.” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 73.
6 “Jawara, Uang, dan Sang Ratu,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 90.
34
c. Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah
Ratu Atut Chosiyah mulai berurusan dengan KPK sejak adiknya,
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, ditangkap KPK pada Kamis, 3
Oktober 2013. Sejak saat itu, Atut dicegah bepergian keluar negeri oleh
KPK, terkait penyidikan adiknya dalam kasus suap sengketa pemilihan
kepala daerah Kabupaten Lebak di Mahkamah Konstitusi (MK). Pada 11
Oktober 2013, Atut mulai diperiksa KPK sebagai saksi dalam tertangkap
tangannya Susi Tur Andayani, saat menerima suap dari seseorang
berinisial F yang diduga sebagai tangan kanan Wawan.7
Pada 20 Desember 2013, Atut mulai ditahan KPK terkait kasus
suap perkara Pilkada Lebak, Banten, dan kasus pengadaan alat kesehatan
di pemerintahan Provinsi Banten. Dari penangkapan inilah Jaringan Warga
Untuk Reformasi (Jawara) Banten yang terdiri dari Indonesian Coruption
Watch, Masyarakat Transparansi Banten, Sekolah Demokrasi, Koalisi
Guru Banten, Lingkar Madani, Aliansi Independen Peduli Publik (Alipp),
dan Tangerang Transparansi Watch (TRUTH), mulai menunjukkan
keberaniannya untuk melaporkan kasus korupsi yang dilakukan oleh
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiah dan keluarganya yang berkuasa sejak
Banten berdiri.8
Kasus-kasus yang dilaporkan tersebut jumlahnya mencapai 1.063
kasus. Diantaranya penyaluran dana hibah dari kas pemerintah Provinsi
Banten pada tahun 2011 yang diduga digelapakn dan jatuh ke organisasi
kemasyarakatan fiktif senilai Rp 18 miliar. Monopoli berbagai proyek
7 “Ada Atut di Suap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48.
8 “Ratu Atut Cenat-Cenut,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 52.
35
pemerintah melalui perusahaan yang dikelola kelurga Atut juga menjadi
penyumbang terbesar dalam kasus korupsi yang dilakukan Atut.
Diantaranya PT Sinar Ciomas Wahana Putra yang memenangi tender
proyek pengamanan Pantai Kronjo senilai Rp 4,6 miliar dan Pantai
Tirtayasa senilai Rp 6,2 miliar. Namun dalam pelaksanaannya, proyek ini
dijalankan oleh PT Glindingmas Wahananusa, milik Ratu Tatu Chasanah,
adik Atut. Kekayaan Atut yang tercatat dalam Data Laporan Hasil
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2006 mencapai Rp 41,6
miliar. Hal tersebut mencakup 65 bidang tanah yang tersebar di Provinsi
Banten dan Jawa Barat, dan berbagai perusahaan yang bergerak dibidang
jasa dan konstruksi, seperti hotel dan SPBU.9
B. Majalah Detik
a. Profil Majalah Detik
Majalah Detik lahir sebagai wujud pengembangan bisnis dari
Detikcom, salah satu portal berita online di Indonesia. Berbeda dengan
penyajian berita di situs Detikcom yang singkat dan padat, informasi di
Majalah Detik lebih mendalam dan akurat, seperti penyajian berita dan
informasi majalah pada umumnya. Yang membedakan Majalah Detik
dengan majalah cetak lainnya adalah Majalah Detik lebih interaktif
dengan menghadirkan video dan info grafis yang bergerak untuk
melengkapi informasi yang disajikan.10
Setiap pengunjung situs Detikcom bisa mengunduh Majalah Detik
9 “Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 14-20 Oktober 2013, h. 65.
10 Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Jakarta, 8 September 2014.
36
secara gratis di situs https://majalah.detik.com. Tersedia dalam empat
versi, yaitu versi pdf, versi iphone, versi ipad, dan versi android. Hal ini
memudahkan bagi para pembaca dari berbagai kalangan untuk mengakses
Majalah Detik. Selain kemudahan yang diberikan kepada pembaca dalam
mengunduh Majalah Detik, tampilan desain, sampul yang menarik, juga
menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pembaca.
Majalah Detik lahir untuk memenuhi kebutuhan berita dan
informasi masyarakat dengan gaya penulisan yang menarik. Hadir tiap
Sabtu dengan berbagai topik mulai dari laporan utama, isu politik,
ekonomi, teknologi, gaya hidup, dan traveling. Dilengkapi dengan grafis
yang bagus dan interaktif. Majalah detik memberikan pengalaman baru
yang berbeda dalam membaca majalah. Total unduh per Januari 2014
mencapai 10.057.480 kali unduhan.11
b. Pandangan Majalah Detik Mengenai Ratu Atut Chosiyah12
Majalah Detik menilai, pemerintahan Ratu Atut Chosiyah di
Banten merupakan pemerintahan yang tidak bersih. Walaupun dalam
peraturan perundang-undangan, politik dinasti tidak dilarang, namun
secara etika politik, menurut Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus
Majalah Detik, dinasti politik kurang baik. Karena mengakibatkan
penguasaan terhadap sumber daya dan sumber ekonomi di wilayah
kekuasaan politik dinasti tersebut. Mengakibatkan korupsi tumbuh subur
dan akses-akses politik bisa dikuasai dan diatur seenaknya. Akhirnya
dunia politik dijadikan sebagai lahan korupsi yang menjanjikan. Seperti
11
Mediakit Detikcom 2014 12
Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho.
37
yang dilakukan Atut di Banten.
Irwan Nugroho menilai kasus korupsi di Banten sudah sangat
kronis. Realita politik di Banten sudah menjadi momok menakutkan bagi
warga Banten. Tubagus Chasan Sochib, ayah Atut, sebagai arsitek politik
di Banten, saat itu, bisa menempatkan seseorang untuk menduduki jabatan
tertentu di Banten. Chasan yang awalnya menentang terbentuknya
Provinsi Banten, bisa berubah 180 derajat dan berada di barisan depan
setelah Provinsi Banten terbentuk. Irwan Nugroho menilai Chasan sebagai
arsitek politik yang sangat canggih.
Tubagus Chasan Sochib sebagai tokoh yang sangat disegani di
Banten, bisa menempatkan Atut menjadi orang nomor dua di Banten saat
Banten pertama kali terbentuk. Hingga pada pemilu 2006 Atut berhasil
menang dalam pemilihan Gubernur Banten periode 2007-2012. Saat
itulah, dengan menjabat sebagai Gubernur Banten, Atut lebih leluasa
melebarkan sayap dinasti politiknya. Dalam dua tahun (2011-2012),
keluarga dan kerabat Atut sudah menggurita di beberapa kabupaten dan
kota di Provinsi Banten.
Walaupun saat ini Atut dan Wawan sudah ditahan KPK, namun
menurut Irwan Nugroho, dinasti politik yang sudah terbentuk di Banten
masih sulit dihilangkan. Secara sistemik, dinasti politik yang dibangun
Atut di Banten sudah kokoh, sistem mereka sudah berjalan meskipun
pemimpinnya tumbang. Apalagi saat ini Ratu Tatu Chasanah, adik Atut,
terpilih sebagai ketua DPD Golkar Banten, Tatu diprediksi akan
melanjutkan estafet kepemimpinan Atut di Banten.
38
Tapi Irwan Nugroho dan Majalah Detik tetap optimis bahwa
dinasti politik di Banten bisa diruntuhkan. Dengan diusutnya kasus Atut
oleh KPK, menjadi angin segar bagi warga Banten yang selama ini geram
terhadap kepemimpinan dinasti politik Atut di Banten. Kasus penyuapan
Atut di MK, bisa menjadi pintu masuk bagi KPK untuk mengungkap
semua kasus korupsi yang dilakukan Atut selama ini.
39
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA PEMBERITAAN KASUS KORUPSI
RATU ATUT CHOSIYAH DI MAJALAH DETIK
A. Analisis Majalah Detik Edisi 97: “Ratu Atut Goyah”
Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang babak baru KPK
dalam mengusut kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Banten. Pada laporan
utama edisi ini, terdapat tiga berita yang membahas tentang kasus Atut.
Analisis yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah analisis semiotika
Charles Sanders Peirce. Dimana dalam menemukan makna yang terkandung
dalam sebuah teks berita, maka teks tersebut harus dibedah dengan mencari
objek, representasi, dan interpretasi dari teks tersebut. kemudian menemukan
mana yang termasuk dalam kategori segi tiga tanda Peirce, yaitu ground,
denotatum, dan interpretant. Berikut analisisnya:
1. Berita I : Ada Atut Disuap Akil
Pada berita pertama Majalah Detik edisi ini memaparkan tentang
dicegahnya Atut bepergian keluar negeri. Pada surat cegah yang
dikeluarkan KPK tertulis Atut dicegah guna proses penyelidikan dugaan
tindak pidana korupsi sengketa pilkada tahun 2011-2013 di Mahkamah
Konstitusi (baris 142).1 Hal tersebut terkait tertangkapnya adik Atut,
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang menjadi tersangka kasus suap
sengketa pilkada Lebak di MK. Wawan diduga memberi suap kepada
Ketua MK Akil Mochtar sebesar Rp 1 miliar untuk membatalkan
keputusan KPUD Lebak. Keputusan tersebut tertanggal 8 September 2013
1 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54.
40
yang memenangkan pasangan Iti Oktavia-Ade Sumardi. Hasilnya, MK
meminta KPUD Lebak menggelar pencoblosan ulang di semua tempat
pemungutan suara (baris 64).2
a. Objek
Objek utama pada berita ini adalah Ratu Atut Chosiyah selaku
Gubernur Banten yang dicegah bepergian keluar negeri tekait
penyelidikan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dalam
kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak di
Mahkamah Konstitusi (baris 30),3 Atut diduga terlibat dalam kasus
penyuapan tersebut. Selain Atut, ada juga Rano Karno sebagai Wakil
Gubernur Banten yang menggantikan tugas Atut selama Atut diperiksa
KPK (baris 5).4 Dalam berita ini juga membahas tentang Akil Mochtar
selaku Ketua Mahkamah Konstitusi yang diduga menerima suap dari
Atut untuk membatalkan keputusan KPUD Lebak (baris 32).5 Selain
itu, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan juga sempat disinggung
dalam berita ini selaku perantara dari Atut dan Akil (baris 15).6
Untuk melihat lebih jelas mengenai objek dan tanda yang
terdapat dalam berita ini, maka penulis mengkategorikannya seperti
dalam tabel berikut:
2 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51.
3 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
4 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
5 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
6 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
41
Tabel 5.
Denotatum Berita I : Ada Atut Disuap Akil
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Atut Chosiyah sebagai ikon Gubernur
Provinsi Banten dan ikon dinasti Atut.
Rano Karno sebagai ikon Wakil Gubernur
Provinsi Banten.
Akil Mochtar sebagai Ketua MK merupakan
ikon Mahkamah Konstitusi.
6
5
32
Indeks
KPK membatasi ruang gerak Atut: Atut
dicegah keluar negeri, menandakan ada
kasus korupsi yang diduga dilakukan oleh
Atut.
26
Simbol
Dinasti Atut: Simbol penguasa di Banten
yang dikenal korup dan tidak memberikan
perhatian terhadap rakyatnya.
167
b. Representasi
Pada berita ini, Majalah Detik mengemas liputannya dengan
mengambil sudut pandang Atut yang dicegah keluar negeri tekait
pemeriksaan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, oleh
KPK (baris 26).7 Representasi dari berita ini sangat jelas terlihat pada
lead berita ini. Pada paragraf kelima dituliskan tentang alasan KPK
mencegah Atut keluar negeri terkait skandal suap pilkada Lebak yang
menyeret ketua MK Akil Mochtar. Representasi tersebut juga bisa
ditemukan pada paragraf kedua belas.
Kemudian pada paragraf keenam belas lebih diperjelas lagi
dengan mengutip Pimpinan KPK yang menyatakan bahwa pencegahan
tersebut untuk mempermudah proses penyelidikan KPK terhadap Atut
terkait dugaan tindak pidana korupsi sengketa pilkada pada tahun
7 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
42
2011-2013 di Mahmakah Konstitusi (baris 143).8 Selain itu, pada
berita ini juga menggunakan pilihan kata yang hiperbola dengan
menggunakan bahasa-bahasa isyarat sebagai kata ganti orang atau
sesuatu selain orang (baris 88).9 Sehingga lebih menggambarkan derita
yang sedang dialami oleh objek dalam berita ini.
Tabel 6.
Ground Berita I : Ada Atut Disuap Akil
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Wawan dicokok KPK: Wawan ditangkap
oleh KPK.
Famili Atut menghilang: Tidak
menampakkan diri di depan publik.
88
22
Sinsigns
Berinisial F: Seseorang dengan nama
berawalan F. Misalnya: Faisal, Firman, dll.
Mulyadi menyebut suku Badui bodoh:
Mulyadi menyebar isu SARA.
79
50
Legisigns
Rano ban serep Atut: Rano tidak diberikan
kesempatan berkarya di Banten.
Tangan kanan Wawan: Orang kepercayaan
Wawan.
9
79
c. Interpretasi
Kecurigaan masyarakat selama ini tentang kasus korupsi yang
merajalela di Provinsi Banten akhirnya bisa diselidiki oleh KPK.
Terutama dugaan masyarakat tentang Atut yang ingin menguasai
Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang yang berada dibawah
kekuasaan Mulyadi Jayabaya, rival Atut (baris 44).10
Dengan adanya
kasus suap pilkada Lebak, maka KPK menjadikan kasus ini sebagai
pintu masuk untuk menyelidiki kasus korupsi yang diduga dilakukan
8 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54.
9 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52.
10 “Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 50.
43
dinasti Atut (baris 166).11
Dugaan awal kasus ini ketika seseorang berinisial F yang
diduga tangan kanan Wawan, memberikan uang kepada Susi Tur
Andayani, pengacara yang dikenal dekat dengan Akil Mochtar (baris
79).12
Skenario awalnya, Atut dicegah bepergian keluar negeri,
kemudian dijadikan saksi dalam kasus Wawan, dan akhirnya mudah
bagi KPK untuk menyelidiki kasus korupsi dan sengketa pilkada yang
menempatkan kerabat Atut sebagai pemenang pilkada selama tahun
2011-2013 (baris 143).13
Tabel 7.
Interpretant Berita I : Ada Atut Disuap Akil
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Sejumlah sumber menyebut Atut menaruh
perhatian khusus pada pilkada Lebak dan
Kota Tangerang.
104
Decisign
Rano Karno adalah wakil dari Ratu Atut
Chosiyah.
Tubagus Chaeri Wardana adalah adik Ratu
Atut Chosiyah.
5
15
Argument
Susi mengambil uang Rp 1 miliar milik
seseorang berinisial F.
F diduga merupakan tangan kanan Wawan.
Uang Rp 1 miliar itu adalah milik Wawan.
77
2. Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau
Pada berita kedua dijelaskan tentang peran adik Atut, Tubagus
Chaeri Wardana alias Wawan dalam mengatur proyek di pemerintahan
Banten. Dia disebut sebagai Gubernur Jenderal, lebih berkuasa dibanding
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Semua proyek di Banten berada di
11
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 55. 12
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 13
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54.
44
bawah kendali Wawan, mulai dari proyek recehan hingga proyek miliaran
rupiah (baris 99).14
Wawan leluasa mengatur seluruh proyek di Banten
dengan memanfaatkan posisinya sebagai Ketua Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Banten. Hasilnya, Wawan memiliki banyak harta
kekayaan dari usahanya tersebut. Mulai dari rumah mewah di Jalan
Denpasar IV Nomor 35, Kuningan, Jakarta Selatan. Kapling tanah yang
tersebar di 102 titik di Jakarta, Bandung, Serang, Bogor, dan Bali. Serta
deretan mobil-mobil super mewah yang harganya mencapai ratusan miliar
rupiah (baris 58).15
a. Objek
Objek dalam berita ini adalah Tubagus Chaeri Wardana alias
Wawan. Dia memiliki peran penting dalam mengatur seluruh proyek di
Banten. Disebut sebagai Gubernur Jenderal, lebih berkuasa dibanding
Gubernur Banten. Memiliki jaringan jawara yang juga sebagai
pengusaha dan menguasai sektor ekonomi di Banten (baris 83).16
Tabel 8.
Denotatum Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Tubagus Chaeri Wardana sebagai ikon
Gubernur Jenderal Banten dan ikon Kadin
Banten.
Ratu Atut Chosiyah sebagai ikon Dinasti
Rau.
100
104
Indeks
Kedudukan Wawan sebagai Ketua Kadin
banyak dikeluhkan: hal ini menandakan ada
ketidak beresan dalam pengaturan proyek di
Banten.
95
Simbol Harta Wawan merupakan simbol kekayaan 65
14
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. 15
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 16
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59.
45
yang didapat dengan mudah dari posisinya
sebagai Ketua Kadin Banten.
b. Representasi
Representasi dari berita ini tentang sepak terjang Tubagus
Chaeri Wardana alias Wawan yang dikenal sebagai Gubernur Jenderal
Banten. Posisinya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Banten dimanfaatkan oleh Wawan untuk mengatur seluruh proyek
pemerintahan di Banten (baris 66).17
Mulai dari proyek recehan sampai
proyek yang nilainya miliaran rupiah. Wawan menggantikan posisi
ayahnya, Tubagus Chasan Sochib, yang juga pernah menjabat sebagai
ketua Kadin. Perannya pun sama yaitu mengontrol sektor swasta di
Banten. Dari posisinya tersebut, Wawan bisa memiliki banyak harta
kekayaan berupa rumah mewah, kapling tanah, dan deretan mobil
mewah yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah (baris 58).18
Selain itu, pada berita ini Majalah Detik menggambarkan
Wawan sebagai orang yang sangat royal bagi warga disekitar
rumahnya. Dengan mengulang kata “royal” sebanyak tiga kali, ini
menegaskan bahwa Wawan benar-benar royal terhadap warga disekitar
rumahnya, terutama bagi petugas keamanan yang selalu berjaga di
kompleks perumahan tempatnya tinggal (baris 7, 19, & 29).19
17
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 18
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 19
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57.
46
Tabel 9.
Ground Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Wawan dikenal royal: Wawan sering
memberikan uang kepada petugas keamanan.
Wawan mengobral kemakmuran: Wawan
sering membagikan uang kepada karang
taruna untuk kegiatan bakti sosial.
7
22
Sinsigns
Uang rokok: uang tip yang diberikan
Wawan kepada petugas kemanan di
kompleks rumahnya.
Merogoh kocek: mengambil uang untuk
diberikan ke warga di sekitar rumah Wawan.
8
26
Legisigns
Wawan duduk sebagai Ketua Kadin Banten:
duduk disini maksudnya menempati posisi
sebagai Ketua, bukan duduk yang dipahami
secara umum, seperti duduk dikursi.
Wawan meringkuk di ruang tahanan KPK:
meringkuk disini bukan seperti orang yang
kedinginan, tapi meringkuk maksudnya
ditahan di KPK.
62
165
c. Interpretasi
Provinsi Banten diatur oleh dua orang pemimpin, yaitu
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah dan Gubernur Jenderal Banten,
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Kedua pemimpin ini
bersimbiosis mengatur pemerintahan di Banten dalam membangun
dinasti yang dikenal dengan nama dinasti Rau atau dinasti Atut.
Gubernur bertugas untuk mengatur dan mengalokasikan anggaran di
pemerintahan, khususnya dinas yang memiliki proyek-proyek besar,
seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan sumber daya air
(baris 125).20
Sedangkan eksekusinya dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal
20
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
47
dengan mengambil alih seluruh proyek tersebut. Kemudian dibagikan
ke perusahaan yang berada di bawah jaringan jawara Banten yang
terdiri dari para pengusaha yang berada dibawah kendali Wawan.
Perusahaan yang menerima proyek kemudian diwajibkan menyetor 30
persen keuntungan yang mereka dapatkan setiap menerima proyek dari
Wawan (baris 80).21
Posisi Wawan sebagai Ketua Kadin Banten tidak lepas dari
campur tangan ayahnya Tubagus Chasan Sochib. Posisi tersebut
sebelumnya diduduki oleh ayahnya. Setelah ayahnya meninggal maka
digantikan oleh Wawan. Tugasnya sama ketika ayahnya masih
menduduki posisi tersebut, yaitu mengatur seluruh proyek
pemerintahan di Banten (baris 65).22
Chasan Sochib sudah merancang
dinasti di Banten sejak Banten pertama kali dibentuk. Untuk
memuluskan aksinya maka dia menempatkan anak dan kerabatnya di
pemerintahan. Generasinya juga sudah disiapkan untuk menggantikan
posisinya ketika dia tiada. Namun karena kuatnya KPK saat ini
sehingga menggoyah dinasti yang sudah dibangun oleh Tubagus
Chasan Sochib (baris 168).23
Tabel 10.
Interpretant Berita II : Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Wawan diduga memberi suap kepada Akil
Mochtar.
Kekayaan Airin konon lebih banyak
disumbang oleh Wawan.
44
59
21
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 22
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 59. 23
“Sang Gubernur Jenderal Dari Pasar Rau,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 62.
48
Decisign
Airin adalah Walikota Tangerang Selatan
yang juga istri Wawan.
Tubagus Chasan Sochib adalah ayah
Tubagus Chaeri Wardana.
30
65
Argument
Ketua Kadin Banten memiliki peran
mengatur seluruh proyek pemerintahan di
Banten.
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan
adalah Ketua Kadin Banten.
Wawan memiliki peran untuk mengontrol
seluruh proyek di Banten.
66
3. Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua
Pada berita terakhir laporan utama di edisi ini, mengisahkan
tentang awal karir Akil Mochtar. Mulai dari sejak ia kecil yang pernah
menjadi loper koran dan tukang semir sepatu, hingga akhirnya menjadi
tahanan KPK (baris 37).24
Pria kelahiran 18 Oktober 1960 ini mengawali
karir politiknya di Partai Golkar. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua I
Dewan Pimpinan Daerah Golkar Kalimantan Barat. Akil kemudian
memanfaatkan jabatannya tersebut sebagai modal awal untuk menduduki
kursi anggota DPR periode 1999-2004. Mulai bergabung dengan
Mahkamah Konstitusi ketika dia gagal memenangi pemilihan Gubernur
Kalimantan Barat tahun 2007.
Akil lolos mengikuti uji kepatutan di MK bersama enam orang
lainnya, dan dua diantaranya dari partai politik, yakni Akil Mochtar dan
Mahfud Md. Akil mulai dicurigai melakukan korupsi pada tahun 2006
terkait pembentukan wilayah baru di Kalimantan Barat. Indonesia
Corruption Watch (ICW) menuding Akil menerima gratifikasi (baris 53).25
24
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65. 25
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65.
49
Setelah sekian lama dicurigai, pada 2 Oktober 2013, Akil akhirnya
ditangkap oleh KPK atas kasus penerima suap Rp 3 miliar dalam pecahan
dolar Singapura berkaitan dengan pemilihan Bupati Gunung Mas,
Kalimantan Tengah, dan Rp 1 miliar dari pemilihan Bupati Lebak, Banten
(baris 130).26
a. Objek
Akil Mochtar sebagai tersangka kasus suap pilkada Lebak dan
Bupati Gunung Mas menjadi objek utama dalam berita ini. Total Rp
7,2 miliar rupiah milik Akil diduga KPK sebagai hasil kosupsi. Selain
itu, KPK juga menemukan dua linting ganja dan dua butir ekstasi di
laci meja kerja Akil di gedung MK (baris 158).27
Tabel 11.
Denotatum Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Akil Mochtar sebagai ikon Mahkamah
Konstitusi tahun 2013.
Akun twitter @akilmochtar sebagai ikon
Akil Mochtar di sosial media twitter.
92
163
Indeks
KPK menemukan Rp 2,7 miliar di rumah
dinas Akil menandakan Akil melakukan
korupsi.
KPK menemukan dua linting ganja dan dua
butir ekstasi di meja kerja akil menandakan
Akil adalah pecandu obat terlarang.
152
157
Simbol Akil Mochtar menerima suap sebagai simbol
pejabat MK yang korup.
127
b. Representasi
Representasi dari berita ini tentang sepak terjang Akil Mochtar
saat bergabung dengan Mahkamah Konstitusi, lembaga yang menjadi
26
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68. 27
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 69.
50
tempatnya menjalankan aksi memalak pihak-pihak yang berpekara di
MK (baris 56).28
Bergabung dengan MK ketika kecewa dengan partai
Golkar pada pemilihan Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007. Saat
itu Partai Golkar lebih memilih mengusung pasangan lain dibanding
mengusung Akil Mochtar sebagai Calon Gubernur Kalimantan Barat
(baris 16).29
Padahal Partai Golkar sudah menjadi kendaraan politiknya
sejak tahun 1998. Akil terpilih menjadi ketua MK pada 1 April 2013.
Enam bulan kemudian, tepatnya pada 2 Oktober 2013, Akil ditangkap
KPK terkait kasus penyuapan sengketa pilkada Bupati Gunung Mas,
Kalimantan Tengah, dan sengketa pilkada Bupati Lebak, Banten (baris
127).30
Tabel 12.
Ground Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Golkar mengganjal ambisi Akil Mochtar:
Partai Golkar tidak mendukung Akil
Mochtar menjadi calon Gubernur
Kalimantan Barat.
Akun twitter Akil Mochtar digembok: Akun
twitternya diprivasi agar tidak terbaca oleh
orang lain.
14
164
Sinsigns
Akil bermain mata dengan pihak
berperkara: Akil meminta suap kepada pihak
yang berperkara agar bisa memenangkannya
di MK.
Operasi tangkap tangan: penyidik
menjebak pelaku dan membuatnya tidak bisa
mengelak.
55
151
Legisigns
Permintaan mahar pun sudah dipenuhi:
Akil memenuhi keinginan beberapa partai
untuk bisa mendukungnya sebagai calon
Gubernur Kalimantan Barat.
27
28
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 66. 29
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 30
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68.
51
c. Interpretasi
Akil berasal dari rakyat kecil, dia pernah menjadi loper koran
dan tukang semir sepatu (baris 37).31
Namun hal ini tidak bisa
menjamin dan mencegahnya untuk melakukan hal yang tidak terpuji.
Karirnya di dunia hukum dan politik harus berakhir di balik tahanan
KPK. Padahal dia sering menulis di sosial media lewat akun twitternya
@akilmochtar menentang segala tindak pidana korupsi, mengutuk
narkotika, dan menolak pemberian keringanan hukuman oleh
pemerintah dan pengadilan terhadap pelaku korupsi dan pengedar
narkoba (baris 165).32
Akil termakan omongannya sendiri lewat
postingannya di twitter “Banyak jalan untuk menggapai keinginan.
Jalan yang paling banyak adalah menjual idealisme, melacurkan diri
dengan kekuasaan, melakukan kebutaan nurani.”
Tabel 13.
Interpretant Berita III : Dolar dan Ganja Pak Ketua
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
ICW menuding Akil menerima gratifikasi.
Refly Harun menduga ada dua kasus lain
yang juga melibatkan Akil.
52
78
Decisign
Akil Mochtar berasal dari Putussibau,
Kalimantan Barat, lahir 18 Oktober 1960.
Akil Mochtar adalah aggota DPR periode
1999-2004.
20
8
Argument
Akil Mochtar menerima suap dari pihak
yang berperkara di MK.
Kasus penyuapan termasuk dalam tindak
pidana korupsi.
Akil Mochtar merupakan pelaku tindak
pidana korupsi.
127
31
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65. 32
“Dolar dan Ganja Pak Ketua,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 69.
52
B. Analisis Majalah Detik Edisi 98: Cenat Cenut Atut
Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang posisi Atut yang
mulai terancam dan akan digantikan oleh Rano Karno. Selain itu edisi ini juga
membahas tentang kehidupan glamor nan mewah dari sang Ratu. Laporan
utama edisi ini mengangkat delapan berita, namun penulis hanya memilih tiga
berita untuk dianalisis mewakili edisi ini, berikut analisisnya.
1. Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut
Berita ini memaparkan tentang posisi Atut yang mulai goyah di
Banten. Kasus korupsinya sedikit demi sedikit sudah mulai terkuak.
Walaupun sebenarnya dari dulu sudah menjadi rahasia umum bagi warga
Banten tentang maraknya korupsi yang dilakukan oleh dinasti Atut.
Namun kasus tersebut tidak pernah diusut tuntas dan menguap begitu saja,
karena semua lini mulai dari kejaksaan dan kepolisian sudah “diamankan”
oleh dinasti Atut (baris 172).33
Dengan tertangkapnya Tubagus Chaeri
Wardana alias Wawan dalam kasus suap pilkada Lebak, pihak yang
berseberangan dengan Atut mulai bergerak kembali mengumpulkan data
soal penyelewengan dinasti Atut yang mencapai 1.063 kasus. Salah
satunya penyaluran dana hibah senilai Rp 18 miliar yang dianggap fiktif.
Data-data tersebut kemudian dilaporkan ke KPK (baris 80).34
a. Objek
Objek dalam berita ini tetap pada Atut sebagai fokus utama
yang diduga melakukan berbagai tindak pidana korupsi. Namun pada
awal berita ini memaparkan tentang pihak yang berseberangan dan
33
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57. 34
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53.
53
pihak yang membela Atut. Pihak yang membela Atut adalah jawara
Banten. Mereka terdiri dari pendekar-pendekar Banten dan pengusaha
yang siap membela Atut dan keluarganya jika ada yang berani macam-
macam. Mereka selalu bersiaga dan siap menanti komando dari
pimpinan. Para jawara bahkan sudah berziarah ke makam panglima
perang Banten yang menandakan bahwa mereka sangat siap berperang
(baris 33).35
Sedangkan pihak yang berseberangan dengan Atut adalah
ormas yang tergabung dalam Jaringan Warga untuk Reformasi Banten
atau Jawara Banten (baris 24).36
Mereka juga berkumpul untuk
membahas cara mengakhiri kekuasaan dinasti Atut. Mereka
mengumpulkan seluruh bukti-bukti penyelewengan dana yang pernah
dilakukan Atut selama menjabat. Bukti-bukti tersebut mencakup 1.063
kasus dan yang terbesar adalah penyaluran dana hibah dari kas
pemerintah Banten senilai Rp 18 miliar yang diduga fiktif (baris 83).37
Tabel 14.
Denotatum Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Atut Chosiyah adalah ikon Gubernur
Banten.
Pendekar Banten adalah ikon jawara
pelindung aset dinasti Atut.
55
5
Indeks
Para jawara bersiaga menandakan kondisi
Banten saat itu sedang genting.
Para jawara mendatangi makam panglima
perang Banten, menandakan mereka siap
berperang.
9
33
Simbol Ratu Atut Chosiyah adalah simbol penguasa 173
35
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 36
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 37
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53.
54
di Banten.
Tubagus Chasan Sochib adalah simbol
pendiri Persatuan Pendekar Persilatan dan
Seni Budaya Banten Indonesia.
5
b. Representasi
Representasi dari berita ini tentang pihak-pihak yang
bersebarangan dengan keluarga Atut yang mulai membentuk kekuatan
untuk mengakhiri dinasti Atut di Banten. Mereka adalah para
penggagas pembentukan Provinsi Banten yang disingkirkan oleh
Tubagus Chasan Sochib (baris 70).38
Mereka mengumpulkan seluruh
data tentang dugaan korupsi dinasti Atut dalam memimpin Provinsi
Banten. Data tersebut kemudian dibawa untuk diserahkan ke KPK.
Di sisi lain para jawara yang terkumpul dalam Persatuan
Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia yang didirikan
oleh Tubagus Chasan Sochib, ayah Atut, juga tengah bersiap untuk
membela dan melindungi keluarga serta kerabat Ratu Atut Chosiyah.
Diawal berita ini menggambarkan betapa beraninya para pendekar-
pendekar dari perguruan silat tersebut. Dengan mengutip salah satu
pendekar yang sedang bersiaga. “Kalau komandan bilang ke Jakarta ya
ke Jakarta, geruduk ya geruduk, bacok ya bacok!” (baris 1).39
Tabel 15.
Ground Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Para jawara mendatangi makam panglima
perang Banten: mereka datang untuk
meminta ijin dan restu kepada leluhur
27
38
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53. 39
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51.
55
mereka.
Atut menghilang dari muka publik: Atut
sebenarnya ada hanya saja tidak
menampakkan diri di depan umum.
53
Sinsigns
Proses hukumnya membeku: proses
hukumnya tidak diteruskan.
Kasus korupsi dinasti Atut menguap begitu
saja: kasus korupsi yang menyangkut
keluarga Atut tidak diusut tuntas.
170
172
Legisigns
Atut seolah tak tersentuh hukum: Atut
kebal terhadap hukum.
Kasus korupsi Atut terkuak dengan tangan
Tuhan: masyarakat sudah putus asa terhadap
kasus korupsi Atut.
166
182
c. Interpretasi
Walaupun sudah menjadi rahasia umum dikalangan masyarakat
Banten bahwa dinasti Atut sudah banyak merugikan rakyat selama ini,
namun tidak ada yang berani menindak mereka. Karena mulai dari
kejaksaan dan kepolisian daerah Banten hingga ke KPK, sudah
“diamankan” oleh orang-orang Atut (baris 179).40
Selain itu dinasti
atut punya jawara yang siap menindak siapa saja yang berani melawan
dan macam-macam terhadap keluarga Atut (baris 1).41
Dengan
ditangkapnya Wawan, adik Atut, dalam kasus penyuapan pilkada
Lebak, bagi masyarakat Banten merupakan momentum yang pas untuk
melakukan perlawanan dan melaporkan semua permainan yang
dilakukan oleh dinasti Atut (baris 75).42
Agar mereka bisa
mendapatkan haknya sebagai warga negara di Banten dengan
mendapatkan fasilitas hidup yang layak.
40
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57. 41
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 51. 42
“Ratu Atut Cenat Cenut,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 53.
56
Tabel 16.
Interpretant Berita I : Ratu Atut Cenat Cenut
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Atut diduga mengetahui asal-muasal uang
yang diberikan Wawan kepada Akil.
Atut diduga menggelapkan dana hibah ke
ormas fiktif.
48
85
Decisign
Ratu Atut Chosiyah adalah anak dari
Tubagus Chasan Sochib.
Abraham Samad adalah Ketua KPK.
8
62
Argument
Pendekar Banten siap mati membela
keluarga keturunan Tubagus Chasan Sochib.
Ratu Atut adalah keturunan Chasan Sochib.
Pendekar Banten siap membela Ratu Atut
Chosiyah.
44
2. Berita II : Si Doel Menghitung Hari
Berita dengan judul Si Doel Menghitung Hari memaparkan tentang
Rano Karno yang akan segera menggantikan posisi Ratu Atut Chosiyah
sebagai Gubernur Banten. Namun melihat kiprahnya selama ini di
pemerintahan Banten, beberapa kalangan meragukan kemampuan Rano.
Seperti Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Banten, Ribka
Tjiptaning. Menurutnya Rano belum pantas menggantikan Atut karena
selama ini tidak menunjukkan karakter seorang pemimpin (baris 45).43
Begitupun dengan Gandung Ismanto, pengamat politik dari Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, yang meragukan kepemimpinan Rano.
Menurutnya, selama ini dia gagal mewujudkan target dan janji
kampanyenya (baris 69).44
43
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. 44
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60.
57
a. Objek
Objek dalam berita ini adalah Rano Karno, menjabat sebagai
Wakil Gubernur Banten dan sesaat lagi akan menggantikan posisi Ratu
Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Serta beberapa kalangan
yang meragukan kemampuan Rano dalam memimpin Banten (baris
61).45
Hal tersebut tidak lepas dari peran Rano Karno selama ini yang
seolah dikebiri oleh rekannya karena takut prestasinya melebihi sang
Gubernur, seperti pendapat Gandung Ismanto, pengamat politik di
Banten (baris 75).46
Tabel 17.
Denotatum Berita II : Si Doel Menghitung Hari
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ikon Wakil Gubernur Banten yakni Rano
Karno.
Megawati Soekarno Putri sebagai ikon PDI
Perjuangan.
5
7
Indeks
Ratu Atut menjadi tersangka KPK
menandakan kalau posisinya akan digantikan
oleh Rano Karno.
Pengamat meragukan kemampuan Rano
Karno untuk memimpin Banten,
menandakan selama ini Rano Karno tidak
menunjukkan kinerjanya sebagai Wakil
Gubernur.
23
45
Simbol Rano Karno merupakan simbol Doel dalam
sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
9
b. Representasi
Representasi berita ini tentang Rano Karno yang sesaat lagi
akan menggantikan posisi Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur
Banten. Namun beberapa kalangan meragukan kemampuan Rano
45
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61. 46
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
58
untuk memimpin Provinsi Banten. Pasalnya, selama ini Rano tidak
memperlihatkan kinerjanya sebagai Wakil Gubernur. Dia seperti
berada dibawah kendali Atut (baris 49).47
Walaupun sebagian kalangan
menilai bahwa Rano sengaja tidak diberikan kewenangan agar tidak
lebih menonjol dari Atut. Seperti yang dikatakan Gandung Ismanto,
sebagai pengamat politik di Banten, bahwa Atut tidak ingin Rano
melebihi prestasinya (baris 78).48
Tabel 18.
Ground Berita II : Si Doel Menghitung Hari
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Rano ketiban pulung: Rano mendapat
keberuntungan menggantikan posisi Atut
sebagai Gubernur.
Rano sengaja dikebiri oleh mitra kerjanya:
Rano tidak diberikan kewenangan.
10
75
Sinsigns
Andai Juli lalu Rano mundur maka dia akan
Gigit jari: Jika Rano mundur saat itu maka
dia akan kecewa karena tidak mendapatkan
posisi Gubernur.
Rano lebih di ketiaknya Atut: Rano tidak
punya inisiatif dalam memimpin Banten.
5
49
Legisigns
Ribka Tjiptaning berubah 180 derajat:
Ribka berubah pendapat yang awalnya setuju
mendukung Rano menggantikan Atut
kemudian tidak setuju dan meragukan Rano
menjadi Gubernur.
43
c. Interpretasi
Walaupun Rano sudah pasti akan menggantikan posisi Atut
sebagai Gubernur, namun masih saja ada kalangan yang meragukan
dan tidak mengiginkan Rano menduduki jabatan Atut sebagai
Gubernur Banten. Sebenarnya saat inilah kesempatan Rano Karno
47
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 60. 48
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
59
untuk membuktikan bahwa dirinya mampu memimpin Banten dan
menepis pendapat beberapa kalangan yang meragukan dirinya.
Kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh Rano Karno sebagai ajang
pembuktian bahwa dirinya tidak hanya dijadikan sebagai pendulang
suara dalam pilkada Banten karena popularitasnya sebagai artis (baris
74).49
Namun tidak menutup kemungkinan hal ini akan sulit
dilakukan oleh Rano, karena di Banten sudah terbentuk sistem yang
dibangun oleh dinasti Atut yang akan mempersulit kerjanya di
pemerintahan Banten, kelak jika dia menduduki jabatan sebagai
Gubernur. Sistem tersebut akan bekerja secara otomatis dengan
sedemikian rupa untuk menjatuhkan orang-orang dipemerintahan
Banten yang bukan dari kalangan dinasti Atut (baris 78).50
Tabel 19.
Interpretant Berita II : Si Doel Menghitung Hari
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Ribka Tjiptaning berancang-ancang untuk
menjadikan Banten sebagai basis perjuangan
PDI Perjuagan.
40
Decisign
Megawati Soekarno Putri adalah ketua PDI
Perjuangan.
Rano Karno adalah Wakil Gubernur Banten.
6
2
Argument
Wakil Gubernur Banten akan menggantikan
posisi Atut sebagai Gubernur Banten karena
menjadi tersangka kasus korupsi.
Rano Karno adalah Wakil Gubernur Banten.
Rano Karno akan menduduki jabatan sebagai
Gubernur Banten menggantikan posisi Atut.
23
49
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61. 50
“Si Doel Menghitung Hari,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 61.
60
3. Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar
Di berita ini menjelaskan tentang harta kekayaan milik Atut dan
kerabatnya dari hasil monopoli proyek pemerintahan Banten. Mulai dari
tanah yang tersebar di 65 titik di Banten dan Jawa Barat, hotel, media
berupa radio, SPBU, dan tempat rekreasi. Total kekayaan Atut mencapai
Rp 41,6 miliar (baris 154).51
Untuk menjaga asetnya agar terus
berkembang, beberapa perusahaannya menjalin kerjasama dengan
pemerintah Banten. Seperti Hotel Ratu Bidakara yang sering dipakai oleh
pemerintah Provinsi Banten melaksanakan berbagai kegiatan. Seperti
rapat, pemberian penghargaan, dan acara seremonial lainnya (baris 67).52
a. Objek
Objek pada berita ini adalah Ratu Atut Chosiyah sebagai
nyonya besar pada dinasti yang dipimpinnya. Selain itu kerabatnya
juga sempat disinggung dalam berita ini. Dimana mereka menempati
posisi penting pada beberapa anak perusahaan milik dinasti Atut.
Seperti Andiara Aprilia Hikmat (anak bungsu Atut), Tanto Warsono
(suami Andiara), Andika Hazrumy (anak pertama Atut), dan Ade
Rossi Chaerunnisa (istri Andika). Masing-masing dari mereka
menduduki posisi penting di PT Hotel Ratu, mulai dari direktur utama
sampai komisaris (baris 50).53
51
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68. 52
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 53
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64.
61
Tabel 20.
Denotatum Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Atut Chosiyah merupakan ikon
Gubernur Banten.
Pendekar dari jawara Banten merupakan
ikon pasukan kemanan keluarga Ratu Atut.
27
39
Indeks
Kehadiran jawara dan pendekar di beberapa
tempat sebagai tanda Banten dalam kondisi
genting.
Kekayaan Atut yang fantastis menandakan
adanya permainan dengan APBD di Banten.
1
143
Simbol
Pakaian hitam-hitam merupakan simbol
jawara pendekar Banten.
Berbagai perusahaan dan kapling tanah yang
tersebar di Banten merupakan simbol
kekayaan dinasti Atut.
14
114
b. Representasi
Representasi pada berita ini tentang harta kekayaan yang
dimiliki oleh Atut dan kerabatnya. Terdiri dari beberapa perusahaan
dengan berinduk pada perusahaan PT Sinar Ciomas Raya Utama (baris
62).54
Perusahaan ini merupakan usaha yang didirikan oleh ayah Atut,
Tubagus Chasan Sochib. Perusahaan tersebut bergerak disektor usaha
konstruksi dan pernah menguasai seluruh proyek konstruksi di Banten
saat wilayah Banten masih tergabung dengan Provinsi Jawa Barat
(baris 60).55
Perusahaan tersebut sudah memiliki banyak anak perusahaan,
diantaranya PT Sinar Ciomas Wahana Putra, PT Hotel Ratu, PT
Pelayaran Sinar Ciomas Pratama, PT Radio Bahana Banten, dan PT
Andikapradana Utama. Perusahaan-perusahaan tersebut seringkali
54
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 55
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64.
62
memenangi tender proyek dari pemerintahan Banten. Selain beberapa
perusahaan ini, keluarga Atut juga memiliki aset berupa tanah yang
tersebar di beberapa daerah di Provinsi Banten dan Jawa Barat (baris
48).56
Tabel 21.
Ground Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Jawara yang tidak kebagian ingin
melampiaskan amarah: melampiaskan
dengan cara membuka semua kasus korupsi
yang dilakukan Atut.
Banyak masalah korupsi yang terpendam:
banyak kasus korupsi di Banten yang tidak
diusut hingga tuntas.
188
203
Sinsigns
Anak perusahaan: cabang perusahaan.
Perputaran APBD Banten bermuara di
kantong keluarga Atut: tidak memberikan
hak-hak rakyat yang seharusnya mereka
dapatkan.
56
109
Legisigns
Mata para jawara melotot setiap ada
kendaraan yang masuk hotel: mata melotot
dimaksudkan untuk menakut-nakuti.
Tangan jawara itu memberikan tanda
larangan ketika ada yang hendak memotret:
menandakan kalau disekitar tempat itu tidak
boleh mengambil gambar.
7
18
c. Interpretasi
Kekayaan yang dimiliki Atut saat ini adalah hasil kerjasama
pemerintah Banten dengan beberapa perusahaannya. Sebagian besar
APBD Banten dikelola oleh perusahaan-perusahaan milik dinasti Atut
(baris 85).57
APBD Banten hanya berputar dikalangan keluarga dan
kerabat Atut saja melalui beberapa perusahaan yang ada dibawah
56
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 64. 57
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 65.
63
kendali dinasti Atut. Makanya kekayaan Atut berlimpah, dia menjadi
tuan tanah di jantung Provinsi Banten. Yang dirugikan tentunya adalah
masyarakat Banten. Namun masyarakat tidak bisa berbuat banyak
karena ditakut-takuti oleh jawara dari berbagai perguruan silat di
Banten. Mereka siap melakukan apa saja sesuai perintah Atut jika ada
yang berani menganggu aset dan harta kekayaannya (baris 185).58
Demonstrasi mahasiswa juga sudah tidak mempan
menjatuhkan dinasti Atut di Banten. Bahkan ketika Atut sudah dalam
penjara pun seakan masih sulit untuk memperbaiki birokrasi dan
kesejahteraan masyarakat Banten. Karena di Banten sudah terbentuk
sebuah sistem dinasti yang dibangun oleh Tubagus Chasan Sochib. Dia
sudah mempersiapkan putra-putrinya sejak lama untuk tetap
menduduki dan menguasai Banten. Irwan Nugroho Redaktur
Pelaksana Majalah Detik bahkan menyebut Tubagus Chasan Sochib
lebih hebat dari Soeharto dalam memonopoli kekuasaan.
Tabel 22.
Interpretant Berita III : Wah, Tajirnya Nyonya Besar
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Data Jawara menyebutkan tiga bisnis Ratu
Atut telah memonopoli APBD Banten.
Ampi N. Tanudjiwa khawatir jika para
pendekar jawara dan mahaiswa bertemu
maka akan terjadi bentrok.
84
197
Decisign
Hotel Ratu Bidakara bernaung sebagai anak
perusahaan PT Sinar Ciomas Raya Utama.
Tubagus Chasan Sochib adalah pendiri
Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni
Budaya Banten Indonesia.
56
43
Argument PT Sinar Ciomas Raya Utama merupakan
perusahaan yang memonopoli APBD di
57
58
“Wah, Tajirnya Nyonya Besar,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 68.
64
Banten.
PT Sinar Ciomar Raya Utama adalah milik
keluarga Ratu Atut Chosiyah.
Ratu Atut Chosiyah memonopoli APBD di
Provinsi Banten.
C. Analisis Majalah Detik Edisi 109: Tatu Jadi Ratu
Pada edisi ini mengangkat laporan utama tentang kehidupan Atut di
balik tahanan KPK. Serta skenario yang diduga dibentuk oleh dinasti Rau
(sebutan untuk dinasti yang dibangun Chasan Sochib, ayah Atut) untuk
mempertahankan kekuasaannya di Banten. Ratu Tatu Chasanah digadang-
gadang akan menggantikan posisi Atut untuk mempertahankan dinasti Rau di
Banten. Laporan utama edisi ini memuat tiga berita, seperti yang diuraikan
berikut ini.
1. Berita I : Titah Ratu Dari Bui
Berita ini menjelaskan tentang kegelisahan Atut dari Rumah
Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dia berusaha keluar dari tahanan
dengan alasan masih aktif sebagai Gubernur Banten. Hingga mengajukan
permohonan penangguhan penahan. Pengacara Atut juga berusaha
mengalihkan status Atut menjadi tahanan kota namun ditolak oleh KPK
(baris 79).59
Disisi lain, situasi pemerintahan di Banten dikabarkan tidak
stabil karena para pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terpecah dalam beberapa kelompok. Selain itu Wakil Gubernur Banten,
Rano Karno, juga seakan tidak menunjukkan sikapnya mengambil alih
pemerintahan. Masyarakat pun terbagi antara yang mendesak Atut untuk
mundur dari jabatannya dan gerakan yang menolak Rano menduduki
59
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39.
65
jabatan Gubernur Banten (baris 141).60
a. Objek
Objek berita ini berfokus kepada Ratu Atut Chosiyah yang
ditahan KPK sejak 20 Desember 2013. Kegelisahannya di dalam Rutan
Pondok Bambu yang tidak terbiasa dengan layanan yang serba
terbatas, digambarkan secara dramatis pada awal berita ini (baris 6).61
Selain itu, berita ini juga membahas objek tentang parlemen Banten
yang terpecah-belah antara kelompok yang mendukung Atut untuk
tetap menjadi Gubernur Banten dan kelompok yang menyarankan Atut
untuk mundur dari jabatannya.
Adapun kelompok yang mendesak Atut untuk mundur, datang
dari politikus PDI Perjuangan dan PKS yang merupakan partai
pengusung Rano Karno. Menurut politisi PDI Perjuangan, Agus
Wisas, di Banten banyak persoalan yang harus diselesaikan. Jika Atut
bersikeras tidak menanggalkan jabatannya maka persoalan tersebut
sulit dirampungkan. Selain itu menurut Agus, Provinsi Banten bukan
sebuah perusahaan atau kartel narkoba yang bisa dipimpin dari dalam
penjara (baris 125).62
Sedangkan pihak yang menginginkan Atut agar
tetap menjadi gubernur adalah dari kalangan keluarga Atut. Dia
menganggap bahwa Rano Karno tidak memiliki kemampuan
mengendalikan pemerintahan di Banten (baris 143).63
60
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41. 61
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 37. 62
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41. 63
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41.
66
Tabel 23.
Denotatum Berita I : Titah Ratu Dari Bui
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Atut Chosiyah merupakan ikon
Gubernur Banten.
Ruangan dengan jeruji besi merupakan ikon
rumah tahanan/penjara.
83
6
Indeks
Atut tidak mau bertegur sapa dengan
penghuni sel lainnya, dan cenderung dingin,
namun jika bertemu dengan sosialita seperti
Hartati Murdaya dan Angelina Sondakh dia
bersikap ramah, ini menandakan kalau Atut
pilih-pilih teman.
Keluarga Atut bisa membesuknya di penjara
tanpa harus antri menandakan kalau
dipenjara tersebut ada diskriminasi terhadap
napi lain.
15
49
Simbol
Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan
simbol perlawanan terhadap para koruptor.
Kalangan sosialita adalah simbol orang-
orang yang hidup dengan kemewahan dan
sehari-hari tampil glamor.
53
25
b. Representasi
Representasi dalam berita ini adalah tentang Ratu Atut yang
berusaha keluar dari Rumah Tahanan Pondok Bambu. Kesehariannya
yang penuh dengan kemewahan dengan layanan VVIP membuatnya
merasa sangat berbeda dan menderita saat harus mendapatkan fasilitas
rutan yang serba terbatas. Hal itu sangat terlihat ketika beberapa
keluarganya datang menjenguknya, tangannya diletakkan dikening dan
menangis tersedu-sedu (baris 43).64
Dia lantas mendesak kuasa hukumnya mengajukan
penangguhan penahanan atau setidaknya berubah status menjadi
tahanan kota. Dengan alasan Atut masih menjabat sebagai kepala
64
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 38.
67
daerah aktif yang harus menjalankan tugas-tugas pemerintahan di
Banten (baris 70).65
Namun usaha tersebut ditolak KPK. Atut bahkan
mengirim surat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk
dikeluarkan dari Rutan Pondok Bambu karena akan melantik Walikota
Tangerang, namun SBY menunjuk Rano Karno untuk melantik
pasangan Walikota terpilih itu (baris 95).66
Tabel 24.
Ground Berita I : Titah Ratu Dari Bui
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Atut berpesan kepada Tatu untuk menjaga
Banten: maksudnya menjaga kekuasaan
dinasti yang telah dibangun ayahnya.
Wawan dan kelompoknya banyak
menggarap proyek di Banten: sebagian
besar proyek di Banten dikuasai oleh
kelompok Wawan.
102
112
Sinsigns
Atut mendesak kuasa hukumnya
mengajukan penangguhan penahanan: Atut
tidak ingin berlama-lama berada di dalam
tahanan KPK.
Penahanan Atut dilakukan tanpa rasa
kemanusiaan: KPK dengan tega menangkap
Atut setelah kematian beberapa kerabatnya.
70
62
Legisigns
Atut meletakkan tangannya di kening dan
menangis tersedu-sedu: menggambarkan
betapa Atut menderita di dalam tahanan
KPK.
Atut cenderung dingin dan lebih memilih
menyendiri di dalam tahanan KPK: Atut
tidak mau bergaul dengan tahanan lain.
43
19
c. Interpretasi
Saat ini KPK sudah kuat, berani, tegas, dan tidak pandang bulu
menindak pelaku korupsi di Indonesia. Buktinya, sekelas Atut pun
65
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39. 66
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 40.
68
dibuat tidak berdaya di dalam rumah tahanan KPK. Tapi
kelemahannya malah ada pada undang-undang yang mengatur tentang
pemerintahan daerah. Yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004,
yang baru akan memberhentikan sementara seorang Kepala Daerah
jika statusnya menjadi terdakwa (baris 86).67
Atut pun yang sudah
menjadi tersangka KPK tidak mau melepaskan jabatannya. Hal ini
membuat masyarakat Banten tidak terima dipimpin dari dalam penjara.
Seperti yang diungkapkan Agus Wisas, Politikus PDI Perjuangan di
Banten. Menurutnya, Banten bukan sebuah perusahaan atau kartel
narkoba yang bisa dikendalikan dari dalam penjara (baris 133).68
Tabel 25.
Interpretant Berita I : Titah Ratu Dari Bui
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Rano dianggap belum mempunyai
kapabilitas mengendalikan pemerintahan
Banten jika ditinggalkan Atut.
Situasi di pemerintahan Banten dikabarkan
makin limbung.
143
106
Decisign
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
mengatur tentang Kepala Daerah baru akan
diberhentikan sementara jika statusnya
menjadi terdakwa.
Atut ditahan di Rumah Tahanan Pondok
Bambu, Jakarta Timur, Blok C-13.
86
7
Argument
Atut masih memimpin Banten dari dalam
tahanan KPK.
Banten bukan perusahaan atau kartel
narkoba.
Masyarakat Banten tidak terima dipimpin
dari dalam penjara.
133
67
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 39. 68
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 41.
69
2. Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian
Berita ini menceritakan tentang proses pemilihan Ketua DPD
Partai Golkar Banten. Hasilnya, Ratu Tatu Chasanah keluar sebagai
pemenang menggantian Hikmat Tomet (almarhum) suami Ratu Atut
Chosiyah. Skenarionya, Tatu digadang-gadang meneruskan dinasti yang
telah dibangun Chasan Sochib menggantikan posisi kakaknya Atut, yang
menjadi tersangka kasus suap pilkada Lebak dan kasus pengadaan alat
kesehatan di Provinsi Banten. Namun dia berusaha mengelak dengan
alasan yang memilih Gubernur adalah masyarakat (baris 162).69
a. Objek
Objek utamanya adalah Ratu Tatu Chasanah, adik Ratu Atut
Chosiyah. Saat ini Tatu menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Banten.
Tatu dianggap lebih lihai dalam berpolitik daripada Atut. Dia
digadang-gadang menjadi penerus dinasti politik Ratu Atut. Jika sudah
menempati posisi sebagai Ketua DPD Golkar Banten, maka selangkah
lagi akan menduduki jabatan sebagai Gubernur Banten (baris 143).70
Tabel 26.
Denotatum Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Tatu Chasanah adalah ikon Partai
Golkar di Provinsi Banten.
Tubagus Chasan Sochib adalah ikon pendiri
dinasti Rau di Banten.
83
77
Indeks
Tubagus Imam Ariyadi meninggalkan ruang
pemilihan Ketua DPD Partai Golkar Banten,
menandakan adanya ketidakberesan dalam
pemilihan ketua tersebut.
Ratu Tatu Chasanah terpilih menjadi Ketua
29
143
69
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 70
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48.
70
DPD Partai Golkar Banten, menandakan
sesaat lagi dia akan menduduki jabatan
sebagai Gubernur Banten.
Simbol
Kemenangan Tatu menjadi Ketua DPD
Partai Golkar Banten sebagai simbol bahwa
dinasti Rau masih punya kekuatan di Banten.
Al Hidayah adalah simbol organisasi wanita
Islam yang didirikan Partai Golkar Banten.
119
35
b. Representasi
Representasi dalam berita ini tentang skenario pemerintahan di
Banten dan Ratu Tatu Chasanah sebagai pemeran utamanya. Dia
dipersiapkan menggantikan posisi Atut yang akan meneruskan dan
mempertahankan dinasti yang telah dibangun oleh ayahnya, almarhum
Tubagus Chasan Sochib (baris 99).71
Caranya dengan menduduki
jabatan penting di Partai Golkar Banten. Tatu terpilih sebagai Ketua
DPD Golkar Banten pada Musyawarah Daerah Luar Biasa DPD Partai
Golkar Banten pada 27 Desember 2013 (baris 82).72
Kemudian akan
mendampingi Rano Karno jika Atut dicopot dari jabatannya sebagai
Gubernur Banten (baris 153).73
Tabel 27.
Ground Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Iman meradang karena suara dari kelompok
organisasi yang didirikan Golkar diwakili
oleh Al Hidayah: Iman kecewa terhadap
kelompok organisasi Partai Golkar.
Klan politik Tatu kembali memakai cetak
biru manuver politik yang diciptakan
Chasan Sochib: Tatu menggunakan strategi
politik ayahnya untuk tetap mempetahankan
kekuasaan di Banten.
35
164
71
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 47. 72
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 46. 73
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 48.
71
Sinsigns
Jalan politik buat Tatu telah dibuka lebar
oleh Chasan dan Atut jauh hari sebelumnya:
Tatu diberikan peluang besar dalam karir
politiknya di Banten.
Perubahan arah angin mengantarkan Tatu
pada kemenangan: beberapa organisasi
mayoritas Partai Golkar Banten yang
awalnya mendukung Iman beralih memilih
Tatu.
99
81
Legisigns
Tubagus Iman Ariyadi angkat kaki dari
ruang pemilihan Ketua DPD Partai Golkar
Banten: Iman meninggalkan ruang pemilihan
menandakan kalau dia tidak setuju dengan
pemilihan tersebut.
Dinasti Chasan punya banyak stok
politikus: Chasan memiliki anak dan kerabat
sebagai kader politik untuk menguasai
Banten.
29
186
c. Interpretasi
Dinasti yang dibangun oleh almarhum Tubagus Chasan Sochib
sudah dipersiapkan dengan matang dan sedemikian rupa untuk
menguasai Banten dalam beberapa generasi kedepan (baris 185).74
Buktinya, jika ada satu atau beberapa anggota keluarga yang mandek
dalam memimpin Banten, maka anggota keluarga yang lain sudah siap
untuk menggantikan posisinya. Diparlemen Banten pun sudah dikuasai
oleh orang-orang dari dinasti yang dibangun oleh Chasan. Sehingga
sulit jika ingin meruntuhkan dinasti tersebut, sistemnya sudah
terbentuk sejak Porovinsi Banten mulai berdiri (baris 164).75
Tatu yang diupayakan untuk melanjutkan estapet
kepemimpinan di Banten pun sudah siap menerima tongkat dari Atut
jika diperlukan. Bahkan jika Tatu juga tersangkut kasus korupsi,
74
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 75
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
72
karena beberapa LSM di Banten menganggap Tatu terlibat dalam
menguapnya kas Provinsi Banten yang disalurkan dalam bentuk dana
hibah bantuan sosial ke berbagai organisasi (baris 183),76
maka dinasti
Chasan masih punya banyak stok politikus di Banten. Seperti saudara
tiri Atut, anak, dan menantunya yang sudah matang berpolitik di Partai
Golkar Banten (baris 187).77
Tabel 28.
Interpretant Berita II : Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Langkah Tatu menjadi komandan baru di
trah politik Chasan Sochib diperkirakan akan
mulus setelah menjadi Ketua DPD Golkar
Banten.
Tatu konon lebih punya kemampuan lobi
dibanding Atut.
94
127
Decisign
Ratu Tatu Chasanah terpilih sebagai Ketua
DPD Golkar Banten pada Jumat, 27
Desember 2013.
Tatu rangkap jabatan sebagai Ketua DPP
Golkar Pandeglang dan Ketua Pelaksana
Harian DPD Golkar Banten.
82
102
Argument
Calon Gubernur Banten adalah Ketua DPD
Golkar Banten.
Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua DPD
Golkar Banten.
Ratu Tatu Chasanah adalah calon Gubernur
Banten.
143
3. Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan
Pada berita ini memaparkan tentang awal karir Ratu Tatu Chasanah
di dunia politik. Awalnya dia hanya seorang ibu rumah tangga yang
senang berinvestasi di bidang tanah. Kemudian didorong oleh suaminya,
76
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49. 77
“Ratu Golkar Dulu, Gubernur Kemudian,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 49.
73
Jhon Chaidir, untuk masuk ke dunia politik (baris 90).78
Pertama kali Tatu
berkiprah di dunia politik pada tahun 2006, langsung menjadi Ketua DPD
Partai Golkar Pandeglang. Dua kali gagal menjadi Wakil Bupati yaitu di
Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, Tatu akhirnya memilih
masuk DPRD Banten tahun 2009 dan menjadi Wakil Ketua DPRD
Banten. Sampai akhirnya saat ini berhasil menjadi Wakil Bupati Serang.
Tatu juga menjabat sebagai ketua dibeberapa organisasi sosial (baris
148).79
a. Objek
Objek pada berita ini adalah Ratu Tatu Chasanah sebagai
komandan baru dalam dinasti Chasan Sochib. Di tangannyalah nasib
dinasti akan ditentukan, masih tetap bertahan hingga beberapa generasi
kedepan atau akan berakhir seperti era orde baru (baris 10).80
Setelah
menduduki posisi penting di Partai Golkar Banten dan menjadi ketua
di beberapa organisasi sosial, maka akan mudah bagi Tatu dalam
memimpin dinasti Chasan (baris 17).81
Tabel 29.
Denotatum Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Ikon
Ratu Tatu Chasanah adalah ikon Partai
Golkar di Provinsi Banten.
Ratu Tatu Chasanah adalah ikon baru di
dinasti Chasan.
11
14
Indeks
Ratu Tatu Chasanah pemimpin baru di
dinasti Chasan menandakan bahwa dialah
penerus dan penentu nasib dinasti yang telah
dibangun ayahnya.
18
78
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. 79
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 56. 80
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52. 81
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52.
74
Sepanjang 2010-2011 Atut melantik empat
kerabatnya sebagai pejabat pemerintah di
Provinsi Banten menandakan Atut tengah
membentuk dinasti di Banten.
77
Simbol
Ratu Tatu yang kurang mempedulikan
penampilan menyimbolkan kalau dirinya
perempuan yang tomboi.
Ratu Atut yang sangat memperhatikan
penampilan menyimbolkan kalau dirinya
merupakan perempuan yang sangat feminim.
84
83
b. Representasi
Ide dalam berita ini menjelaskan tentang perbedaan yang
mencolok antara Atut dan Tatu. Adik-kakak ini sangat berbeda dalam
hal penampilan dan kemampuan dalam retorika politik. Jika Atut
putih, feminim, sangat memperhatikan penampilan, suka dandan,
bahkan bisa menghabiskan milyaran rupiah untuk menjaga
penampilannya, maka sangat berbeda dengan Tatu yang tomboi (baris
84).82
Dia mengaku tidak bisa didandani dan lebih memilih tampil
natural. Tatu juga dipersepsikan lebih cerdas, lebih santun, dan lebih
alami dalam berpolitik dibanding Atut ataupun Wawan. Posisinya
sebagai ketua dibeberapa organisasi sosial membuat dirinya juga lebih
dipersepsikan positif, sehingga dia lebih memiliki potensi
mempertahankan dinasti ketimbang Atut yang sudah tersangkut kasus
korupsi dan ditahan KPK (baris 17).83
82
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 54. 83
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 52.
75
Tabel 30.
Ground Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Qualisigns
Proyek pembangunan sarana dan prasarana
Rumah Sakit Balaraja, Banten, senilai 13,7
miliar menyeret Jhon menjadi tersangka:
Jhon Chaidir suami Tatu menjadi tersangka
korupsi proyek tersebut.
Kasus korupsi Jhon Chaidir dihentikan oleh
kejaksaan tinggi Banten: kasusnya tidak
diusut sampai tuntas.
130
136
Sinsigns
Dalam Pilkada Serang, Ahmad Taufik
Nuriman hanya duduk manis, semua diurus
oleh Tatu: Ahmad tidak perlu pusing soal
kampanye karena semuanya sudah diurus
dan ditanggung oleh Tatu.
Setelah melantik Tatu, Atut seperti tidak
terbendung lagi melantik beberapa
kerabatnya: Atut ketagihan melantik
kerabatnya dalam proses membangun
dinasti.
56
64
Legisigns
Ketua DPD Golkar hanya dijadikan loncatan
bagi Tatu: ketua DPD hanya sebagai modal
awal untuk menduduki posisi wakil
Gubernur Banten.
Jalan politik Tatu sudah lama dirancang
keluarga Chasan Sochib: karir politik Tatu
sudah diskenario oleh keluarga Chasan.
21
25
c. Interpretasi
Karakter Tatu yang berbeda 180 derajat dengan Atut membawa
dampak positif bagi dirinya. Atut yang memiliki karakter glamor dan
bisa menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk menjaga penampilan,
tidak akan didapati pada karakter Tatu. Hal ini akan membuat persepsi
masyarakat Banten positif terhadap Tatu, bahwa pemimpin mereka
kedepan, lebih sederhana dengan penampilan apa adanya yang lebih
natural di depan masyarakat. Selain itu, Tatu juga dipersepsikan positif
dan terkesan lebih cerdas dalam berpolitik di banding Atut (baris
76
171).84
Sehingga Masyarakat Banten tentunya akan lebih mudah
menerima dan mendukung Tatu untuk menjadi pemimpin mereka
selanjutnya.
Tabel 31.
Interpretant Berita III : Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan
Jenis Tanda Tanda Baris ke
Rheme
Menjadi Ketua DPD Golkar diprediksi hanya
loncatan bagi Tatu untuk mengincar posisi
Wakil Gubernur Banten.
Tatu dipersepsikan lebih cerdas, lebih
santun, serta alamiah disbanding Atut dan
Wawan.
20
171
Decisign
Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua Dewan
Pimpinan Daerah Partai Golkar Banten.
Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua Palang
Merah Indonesia Banten periode 2012-2017.
10
150
Argument
Ratu Tatu Chasanah adalah Ketua DPD
Golkar Banten.
Tatu merupakan komandan baru dinasti
Chasan Sochib.
Tatu memiliki kekuasaan besar untuk
menyelamatkan dinasti Chasan dari
keruntuhan.
10
D. Interpretasi Kasus Korupsi Ratu Atut Chosiyah di Majalah Detik
Ketika seseorang menjadi pejabat publik, banyak hal yang bisa
dilakukan. Mereka bisa memilih melakukan hal yang positif ataupun hal-hal
yang negatif. Apapun yang dilakukan oleh pejabat tidak bisa lepas dari sorotan
media massa. Dalam hal ini media massa yang penulis jadikan sebagai bahan
penulisan adalah Majalah Detik.
Salah satu pejabat yang menjadi sorotan media massa pada tahun 2013
adalah Ratu Atut Chosiyah, terkait kasus korupsi yang dilakukannya secara
sistematis dan terstruktur sejak awal pemerintahannya. Korupsi yang
84
“Ratu Baru, Hitam & Tak Suka Dandan,” Majalah Detik, 7-13 Oktober 2013, h. 57.
77
dilakukan Atut sudah sampai pada titik yang tidak wajar, sangat berdampak
buruk bagi warga di Provinsi Banten, khususnya warga kecil menengah yang
belum bisa menikmati infrastruktur yang layak.
Majalah Detik, dalam mengkonstruksi berita tentang Ratu Atut
Chosiyah, tidak serta merta memberitakan tentang Atut begitu saja. Majalah
Detik mengkonstruksi berita tentang Atut sesuai dengan ideologinya, dalam
hal ini berpihak kepada masyarakat. Memberikan informasi sesuai kenyataan
yang terjadi di lapangan. Dengan membentuk konstruksi citra model bad
news, sesuai teori yang dipaparkan oleh Burhan Bungin dalam bukunya
Penulisan Kualitatif, sebagaimana telah dijelaskan pada bab dua skripsi ini.
Sesuai sudut pandang Majalah Detik, kasus korupsi yang dilakukan
oleh Ratu Atut Chosiyah telah membuat geram masyarakat Banten. Betapa
tidak, provinsi yang berbatasan langsung dengan ibukota negara, yang
seharusnya menjadi role model bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia dalam
segala hal, malah menjadi sebaliknya. Mulai dari bidang pendidikan, ekonomi,
sosial, hingga infrastruktur, belum ada yang bisa dibanggakan. Masih terlihat
potret di berbagai media massa, bagaimana perjuangan anak-anak sekolah di
Banten yang mempertaruhkan keselamatannya melewati jembatan yang sudah
tidak layak digunakan, hanya untuk bisa sampai ke sekolah mereka.
Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin juga masih kental di provinsi
Banten.
Pesan yang disampaikan oleh Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu
Atut Chosiyah telah digambarkan secara mendalam bahwa betapa
terstrukturnya kasus korupsi yang dilakukan oleh dinasti Atut. Di Banten
78
sudah terbentuk sebuah sistem yang mengatur pergerakan APBD Banten agar
dana tersebut dikelola dan hanya berputar dikalangan keluarga dan kerabat
dinasti Atut saja. Sehingga sulit bagi perusahaan-perusahaan dan kontrkator
yang ingin memulai usaha di Banten, untuk bisa bersaing jika mereka tidak
mempunyai hubungan dekat dengan keluarga Atut.
Majalah Detik sebagai media massa juga merasakan hal itu. Ketika
mengirim jurnalisnya meliput di daerah Banten, mereka tidak lepas dari rasa
was-was akan intimidasi dari pihak dinasti Atut. Beberapa ancaman pun
diterima, misalnya beberapa kali kendaraan yang digunakan oleh jurnalis
Majalah Detik dilempari batu ketika memasuki kawasan tertentu di Banten.
Namun hal tersebut harus dilalui agar bisa mendapatkan informasi tentang
kepemimpinan Atut di Banten. Sebagai wujud tanggung jawab Majalah Detik
kepada masyarakat dan pemilik modal agar bisa terbit setiap pekan.
Jika dilihat dari sudut pandang Islam, maka Atut dan keluarganya tidak
mencerminkan nilai-nilai Islam dalam memimpin. Walaupun sehari-hari Atut
berbusana muslimah namun pakaian yang dia gunakan merupakan barang-
barang bermerek yang harganya mahal dan dibelanja dengan menggunakan
uang rakyat dari hasil korupsi yang nilainya mencapai miliaran rupiah.
Menurut Al-Quran surah Ali Imran ayat 161 sebagaimana dijelaskan
dalam bab dua skripsi ini, Atut termasuk pengkhianat karena telah
menghianati rakyatnya dengan menyalahgunakan amanah dan kekuasaan yang
telah dititipkan Allah SWT kepadanya. Di akhirat nanti Atut akan
mendapatkan balasan dengan dipermalukan oleh Allah SWT. Karena orang
yang berkhianat disebut juga al-fadhihah, yaitu sesuatu yang mencemarkan
79
dan memalukan. Oleh para ulama diumpamakan seperti seorang yang
memikul seekor unta yang mengeluarkan suara dan hal itu akan membuatnya
malu karena semua mata tertuju kepadanya.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab sebelumnya, penulis telah menganalisis berita tentang Ratu
Atut Chosiyah yang dimuat di Majalah Detik dalam tiga edisi dengan
menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Peirce
mendefinisikan tanda yang terdiri dari tiga dimensi yaitu ground, denotatum,
dan interpretant. Ketiga dimensi ini kemudian penulis gunakan sebagai dasar
pegangan dan patokan menganalisis kasus Atut. Penulis kemudian
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan dalam bab
pertama skripsi ini, jawaban tersebut sebagai berikut:
1. Tanda yang terdapat dalam Majalah Detik dalam pemberitaan Ratu Atut
Chosiyah meliputi semua tanda yang telah dikemukakan oleh Charles
Sander Peirce, yaitu qualisigns, sinsigns, legisigns, icon, index, symbol,
rheme, decisign, dan argument. Setiap berita di tiga edisi Majalah Detik
yang membahas tentang Atut, memiliki sembilan tanda ini. Tanda-tanda
tersebut telah diklasifikasikan dalam tabel yang terdapat pada bab empat
skripsi ini.
2. Adapun pesan yang ingin disampaikan oleh Majalah Detik melalui
pemberitaan Ratu Atut Chosiyah dalam tiga edisi di Majalah Detik, bahwa
di Provinsi Banten, telah berlangsung sebuah pemerintahan yang tidak pro
terhadap rakyatnya. Dimana pemerintah telah sewenang-wenang yang
tidak memberikan perhatian penuh terhadap masyarakat. Pemerintah
Banten, melalui Ratu Atut Chosiyah malah mendirikan sebuah dinasti
81
melalui politik. Menempatkan kerabat dan keluarganya pada posisi-posisi
penting di Provinsi Banten, agar bisa mengeruk seluruh kekayaan dan
seluruh sumber daya di Banten. Atut terus mengumpulkan pundi-pundi
melalui kekuasaannya sebagai Gubernur Banten. Memperkaya diri dengan
berbagai cara. Tampil glamor di tengah-tengah rakyatnya yang serba
kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan di bidang pendidikan,
membutuhkan pekerjaan, fasilitas hidup yang layak, dan kebutuhan hidup
sehari-hari.
3. Makna yang terkandung dalam pemberitaan Ratu Atut Chosiyah di
Majalah Detik ingin menyatakan bahwa kasus korupsi yang dilakukan
Atut di Banten sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat khususnya
di Provinsi Banten. Namun tidak ada yang berani mengungkapnya karena
ketakutan akan ancaman dari para jawara yang terdiri dari preman,
pendekar silat, pengusaha, hingga pejabat pemerintah yang siap
melindungi dan membela Atut jika ada pihak-pihak yang berani
mengungkap kasus korupsi yang sudah mendaging di kalangan pemerintah
Banten, khususnya yang dilakukan Atut dan keluarganya. Jawara tersebut
siap „menguliti‟ dan membuat tidak berdaya siapa saja yang berani
melawan dinasti Atut. Politik dinasti tidak memberikan dampak positif
bagi masyarakat. Oleh karena itu politik dinasti harus segera dihentikan
hingga ke akar-akarnya. Melalui pemberitaan ini Majalah Detik ingin
memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa betapa buruknya politik
dinasti dalam sebuah pemerintahan.
82
B. Saran
Setelah menyelesaikan penulisan ini, penulis memiliki beberapa saran
seperti berikut ini:
1. Wartawan/jurnalis agar terus memberikan pengawasan terhadap
pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Tidak berhenti untuk terus
mengejar sumber berita yang bahkan mungkin sulit untuk ditemui.
Berbagai ancaman dan intervensi dari pemerintah agar disikapi dengan
cerdas. Supaya masyarakat mengetahui apa yang dilakukan pemerintah,
apakah mereka sudah menjalankan fungsinya untuk melayani masyarakat
dengan baik sebagaimana mestinya atau malah pemerintah hanya
menjadikan negeri ini sapi perah untuk kesejahteraan diri dan
kelompoknya saja, seperti yang terjadi di Banten.
2. Kejadian seperti ini (politik dinasti) agar dicegah supaya tidak menyebar
ke daerah-daerah lain di Indonesia. Dan politik dinasti di Banten harus
dihentikan secepatnya, agar masyarakat Banten bisa bahagia dengan hidup
yang layak. Masyarakat Indonesia cukup banyak, negeri ini pun kaya, jadi
jangan sampai ada pihak yang rakus akan kekayaan dan kekuasaan
sehingga memanfaatkan negeri ini dengan sewenang-wenang.
3. Kepada masyarakat, mahasiswa, dan lembaga terkait agar terus
memberikan pengawasan terhadap pemerintah. Tidak apatis terhadap
dunia politik, politik itu asyik, susah ditebak, tapi pasti. Jadi sayang jika
kita bermasa bodoh dengan dunia politik. Karena disitulah kita
menggantungkan nasib bangsa dan masa depan anak cucu kita.
83
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas.
Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Bungin, Burhan. Penulisan Kualitatif: Komuikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2012.
-- -- -- -- . Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2008.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Fiske, Jhon. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Ks, Usman. Ekonomi Media. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penulisan Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press, 2013.
Nurdjana, Igm. Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
Pope, Jeremy. Strategi Memberantas Korupsi (Edisi Ringkas). Penerjemah Masri
Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008
Rachbini, Didik J. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006.
Severin, Warner J dan W. Tankard Jr, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
84
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
-- -- -- -- . Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Jurnal
Alfarabi. “Kajian Komunikasi Kritis Terhadap Ekonomi Politik Media.” IDEA
FISIPOL UMB IV, No 17 (Juli 2010): h. 1.
Anwar, Syamsul. “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Hukum No. 1
Vol. 15 (Januari 2005): h. 15-16.
Hakim, Lukman. “Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Kurikulum
Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim No. 2 Vol. 10
(2012): h. 144.
Subakti, Dwi Aris. “Indepth Report: Media Online dan Media Kapita.” Jakarta:
Yayasan Satu Dunia.
Sumber Lain
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Pendidikan Anti-Korupsi: Dampak Masif Korupsi. (Jakarta: Dikti,
2012), h. 6.
Mediakit Detikcom, 2014
Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan. (Jakarta: 2010).
85
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h.
30.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta, 2002), h. 4.
Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Jakarta, 8 September 2014.
“Ada Atut Disuap Akil,” Majalah Detik, edisi 97 (7-13 Oktober 2013).
“Cenat Cenut Atut” Majalah Detik, edisi 98 (14-20 Oktober 2013).
“Kecap Dapur,” Majalah Tempo, Edisi Ulang Tahun ke-40.
“Titah Ratu Dari Bui,” Majalah Detik, edisi 109 (20 Desember 2013-5 Januari
2014).
86
Majalah Detik Edisi 97-Berita I
Lead
5
10
15
20
25
30
LAMPIRAN
87
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
88
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
89
135
140
145
150
155
160
165
170
90
Majalah Detik Edisi 97-Berita II
Lead
5
10
15
20
25
30
35
91
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
92
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
93
Majalah Detik Edisi 97-Berita III
145
150
155
160
165
170
175
Lead
94
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
95
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
96
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
97
Majalah Detik Edisi 98-Berita I
Lead
5
10
15
20
25
30
35
98
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
99
110
90
95
100
105
115
120
125
130
135
140
145
100
165
150
155
160
170
175
180
101
Majalah Detik Edisi 98-Berita II
Lead
5
10
15
20
25
30
102
35
40
45
50
55
60
65
70
75
103
Majalah Detik Edisi 98-Berita III
Lead
5
10
15
20
25
30
35
104
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
105
125
110
115
120
130
135
140
145
106
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
107
Majalah Detik Edisi 109-Berita I
Lead
5
10
15
20
25
30
35
108
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
109
105
90
95
100
110
115
120
125
130
135
140
145
110
Majalah Detik Edisi 109-Berita II
165
150
155
160
170
175
Lead
111
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
112
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
113
150
135
140
145
155
160
165
170
175
180
185
190
114
Majalah Detik Edisi 109-Berita III
Lead
5
10
15
20
25
30
35
115
40
45
50
55
60
65
70
75
90
95
80
85
116
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
117
185
180
170
175
118
Transkip Wawancara
Narasumber: Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus Majalah Detik.
Senin, 8 September 2014
Pesan apa yang ingin disampaikan ke masyarakat dari pemberitaan Ratu Atut
Chosiyah di Majalah Detik?
Kasus Atut di Banten sebenarnya sudah lama menjadi sorotan, terutama kasus
korupsi, pemerintahan Ratu Atut dianggap pemerintahan yang tidak bersih. Sejak
tahun 2011 dia sudah dilaporkan dalam penyalahgunaan dana bansos. Dana
bansos yang digunakan untuk pemilihan gubernur, untuk kepentingan dia sendiri,
untuk pencalonannya. Dibagi-bagi ke berbagai yayasan yang tidak valid. Tahun
2011, Atut sebenarnya sudah memberikan jawaban klarifikasi mengenai kasus
korupsinya. Selain itu, kasus korupsinya bukan hanya dana bansos, tapi banyak.
Selain kasus korupsi di Banten, disorot juga mengenai politik dinasti, bagaimana
keluarga besar itu, juga ikut menguasai politik dan pemerintahan di Banten,
hubungan kekerabatan merajalela di Banten, hal itu memang tidak salah, tidak ada
yang melarang, sistem atau undang-undang tidak melarang, tapi etika politiknya,
melanggar norma-norma sosial, tidak bagus jika sebuah dinasti menguasai
jabatan-jabatan politik dan pemerintahan, karena semua akses dan sumber daya
yang ada di wilayah itu akan dikuasai oleh keluarga, yang terjadi di Banten tidak
hanya keluarga yang memegang jabatan politik, hal itu untuk melanggengkan
bisnis di keluarga mereka.
Banyak bisnis di Banten maupun di tingkat kabupaten atau kota, dikuasai oleh
keluarga itu. Dia menguasai politik sekaligus menguasai bisnis. Akhirnya terjadi
korupsi, dari politik menjadi korupsi. Dinasti sepanjang itu proporsional
sepanjang tidak berlebihan, tidak melampaui batas, oke. Tapi di Banten, politik
dinasti pada akhirnya menyebabkan korupsi. Kita ingin memberikan pesan kepada
pembaca bahwa inilah sebuah realita tentang politik pemerintahan di Banten, jika
salah satu orang sangat kuat posisinya maka birokrasi yang dia ciptakan,
pemerintahan yang dia ciptakan, pemerintahan yang koruptif.
Kita bisa mengatakan seperti itu , karena sekarang sedang didakwa kasus korupsi
dan sudah di vonis empat tahun mengenai kasusnya dengan Akil Mochtar, belum
lagi kasus pencucian uang. Ketua KPK mengatakan kasus korupsi di Banten
sudah sangat kronis. Penyebabnya pola jaringan kekuasaan dan politik dinasti
119
yang menyebabkan hal itu terjadi. Akhirnya berbagai proyek pembangunan di
Banten dikuasai oleh mereka sendiri. Itu yang kita temukan di lapangan.
Awal mula pemembentukan Provinsi Banten dari keluarga Atut sendiri yah?
Sebenarnya kalau kita lihat dari cerita sejarah yang kita dapat dari para pendiri
Banten, Tubagus Chasan Sochib sebenarnya dulu orang yang sangat menentang
terbentuknya Provinsis Banten, karena dia sudah sangat diuntungkan pada
zamannya Soeharto. Proyek-proyek di Jawa Barat dikuasai semua melalui PT
Ciomas Raya. Jika Provinsi Banten terbentuk maka rezeki dia terputus, dia dan
eksistensinya akan terancam. Dia itu orangnya Soeharto, orang orde baru. Dia
sangat berkuasa di Banten karena menjabat Ketua DPD Golkar Banten. Jika
Banten terbentuk, kekuasaan dia akan hilang dan terputus.
Awalnya dia berseberangan dengan para pendiri Banten, tapi ketika desakan
masyarakat semakin kuat untuk mendirikan Banten dan akhirnya terwujud, dia
bisa menelikung di akhir-akhir perjalanan, dia tampil di depan dan mendukung
terbentuknya Banten. Sebelumnya menolak dan setelah terbentuk dia menjadi
orang di barisan para pendiri.
Salah satu tim penyusun sejarah Banten, dosen dari kampus UIN di Serang
bercerita bahwa, Chasan Sochib merupakan orang yang sangat disegani dan
ditakuti oleh masyarakat Banten. Saat ingin menulis sejarah Banten, dosen ini
harus wawancara terlebih dahulu. Dia harus melalui orang dilingkaran satu
Chasan Sochib terlebih dahulu. Ketika tulisan dan bukunya selesai, buku ini
dilaunching, Chasan Sochib di undang. Sebelum acara dimulai, Chasan Sochib
menerima buku tersebut, dibaca, dan dia tidak menemukan namanya sebagai
pendiri Banten dalam buku tersebut, akhirnya Chasan Sochib marah besar.
Tapi kenyataannya, Chasan Sochib memang tidak ada di barisan pendiri, karena
dulunya dia menentang, tapi setelah Banten terbentuk, dia berubah sikap. Orang
LIPI menyebut dia sebagai arsitek politik yang sangat canggih, otak politiknya
sangat canggih.
Saat itu pemilihan Gubernur masih dipilih DPRD, dia bisa menempatkan Atut
menjadi wakil gubernur. Coba bayangkan, sebelumnya menolak Provinsi Banten,
setelah Banten terbentuk, dia mendukung, berubah sikap 180 derajat. Setelah itu
dia bisa memasukkan Atut menjadi wakil gubernur, kan luara biasa. Itu sepak
terjang politik Chasan Sochib. Setelah itu, pada tahun 2002 Atut menjadi Wakil
Gubernur, tahun 2005 Atut jadi Gubernur karena Gubernurnya, Djoko Munandar,
korupsi. Tahun 2007 dia berhasil pilkada langsung, Atut menang, tahun 2006 Atut
menang, setelah Atut menang jadi gubernur, keluarga-keluarganya mulai
menggurita.
120
Sampai sekarang data yang kita himpun, Banten memiliki delapan kabupaten
kota, separuhnya keluarganya Atut. Itu kan luar biasa. Kalau kita mengatakan
bahwa akhirnya politik dinasti itu membawa korupsi, proyek-proyek dikuasai
mereka, coba lihat Tangsel, tempat Airin, terjadi hal seperti itu juga. Banyak
proyek-proyek di Tangsel dikuasai Wawan yang kantor-kantornya fiktif. Katanya
alamatnya di Serang. Itulah politik dinasti seperti itu, bukannya lebih baik,
birokrasinya bukannya lebih baik, tapi akses negatifnya adalah sumber daya
ekonomi kemudian proyek-proyek dikusai oleh mereka, jadilah korupsi.
Inti dari yang ingin disampaikan bahwa ternyata politik dinasti itu kurang baik?
Kita ingin memberikan gambaran bahwa di Banten inilah terjadi sebuah politik
dinasti yang sangat massif dan dinati itu mengusai seluruh sumber ekonomi dan
seluruh sumber daya di wilayah itu, sehingga korupsi tumbuh subur disana.
Apakah dinasti Atut akan segera berakhir?
Bagi kita inilah saatnya Banten berubah. Sejak dulu masyarakat bingung, Banten
dikenal dengan korupsinya, tapi tidak ada yang berani, entah karena apa. Sekarang
ada momentum tertangkapnya ketua MK yang melibatkan Gubernur Banten.
Akhirnya KPK punya pintu masuk untuk mengusut kekayaan-kekayaan Atut,
kasus-kasus korupsi dia yang dulu-dulu itu bisa terkena juga.
Setelah Wawan di penjara, apakah dia masih punya kekuatan?
Sepertinya masih, tapi jika hal ini tidak terjadi, maka tidak akan ada tranformasi
sosial, kita sudah menulis satu persatu, artinya kita mau memberitahu bahwa di
Banten ini tidak akan beres, Atut bisa di penjara, tapi politik dinasti sudah sangat
sistemik, sehingga mereka sudah kokoh , sistem mereka sudah berjalan meski pun
pemimpinnya tumbang, Atut dipenjara, mereka sudah tersistem, apalagi saat ini
Tatu sebagai ketua DPD Golkar Banten.
Tapi Ratu Atut saat ini masih menjabat yah?
Mungkin sekarang sudah tidak menjabat lagi karena sudah diproses. Proses yang
seharusnya ketika dia jadi terdakwa, dia harus diberhentikan sementara dan
digantikan oleh Rano Karno, menjadi Plt, setelah Plt diangkat menjadi Gubernur,
prosesnya seperti itu. Seharusnya dari kemarin, saat itu Rano Karno kita kawal
juga.
Saat ini merupakan momentum yang bagus untuk Banten memperbaiki
keadaannya, tapi penggantinya Rano, kapasitas Rano banyak yang meragukan.
Kita dapat info bahwa Rano hanya dijadikan vote gater, penarik suara bagi Atut,
setelah jadi wagub dia juga tidak terlalu menonjol. Katanya, dia dapat uang dari
121
Atut Rp 6 miliar. Artinya susah bagi Banten, selalu terbentur, padahal Atut sudah
dipenjara, tapi Banten sepertinya masih gelap, masih jauh dari perbaikan.
Narasumber
Irwan Nugroho
Wawancara pribadi dengan Irwan Nugroho, Redaktur Pelaksana Fokus Majalah
Detik, mengenai kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah di Banten, pada Senin, 8
September 2014.
Videonya bisa dilihat disini: https://www.youtube.com/watch?v=hlkTZSFZ7UQ