pemahamn sosial

19
BAB II PEMBAHASAN II.1 Teori Pemahaman Sosial & Pengaruhnya dalam Bidang Kesehatan Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang lain/kelompok lain secara akurat dan menafsirkan perilaku mereka. Meskipun tak seorangpun memiliki waktu atau energi yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara cermat suatu individu atau kelompok masyarakat tertentu. Teori ini bertujuan sekaligus sebagai ilmu dinamika psychososial didalam melancarkan perilaku kesehatan dan sebagai metode untuk mempromosikan perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Dalam teori ini, perilaku manusia merupakan penjelasan terminology dari sebuah tritunggal, ilmu dinamika, dan model timbal balik dalam perilaku, faktor personal, serta pengaruh dari likngkungan. Diantara semuanya, faktor personal sangat penting karena ia merupakan kemampuan dari setiap individu untuk melambangkan perilaku, untuk mengharapkan hasil dari perilaku, untuk belajar dari berbagai pengamatan, untuk memiliki kepercayaan dalam menunjukkan sebuah perilaku, untuk menentukan diri sendiri atau untuk mengatur prilaku diri sendiri, dan untuk reflex serta menganalisa pengalaman (Bandura, 1997). 1

Upload: butik-ku

Post on 24-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemahamn sosial

TRANSCRIPT

Page 1: pemahamn sosial

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Teori Pemahaman Sosial & Pengaruhnya dalam Bidang Kesehatan

Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang lain/kelompok

lain secara akurat dan menafsirkan perilaku mereka. Meskipun tak seorangpun memiliki

waktu atau energi yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara cermat suatu individu atau

kelompok masyarakat tertentu.

Teori ini bertujuan sekaligus sebagai ilmu dinamika psychososial didalam

melancarkan perilaku kesehatan dan sebagai metode untuk mempromosikan perubahan yang

berhubungan dengan perilaku. Dalam teori ini, perilaku manusia merupakan penjelasan

terminology dari sebuah tritunggal, ilmu dinamika, dan model timbal balik dalam perilaku,

faktor personal, serta pengaruh dari likngkungan. Diantara semuanya, faktor personal sangat

penting karena ia merupakan kemampuan dari setiap individu untuk melambangkan perilaku,

untuk mengharapkan hasil dari perilaku, untuk belajar dari berbagai pengamatan, untuk

memiliki kepercayaan dalam menunjukkan sebuah perilaku, untuk menentukan diri sendiri

atau untuk mengatur prilaku diri sendiri, dan untuk reflex serta menganalisa pengalaman

(Bandura, 1997).

Pendidik kesehatan dan para ahli ilmu perilaku dengan kreatif menggunakan teori ini

untuk mengembangkan intervensi, prosedur, atau tekhnik yang dapat mempengaruhi pokok

variable-variabel kognitif, dengan demikian hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya

perubahan perilaku. Cabang provider ini adalah sebuah sejarah singkat dari

perkembangan Social Cognitive Theory, yang meliputi sebuah gambaran dari berbagai

konsep kunci, dan menganalisis dua contoh baru dari bagaimana teori ini digunakan untuk

mendesign program pendidikan dalam kesehatan.

Teori Pemahaman Sosial ini dikembangkan oleh Bandura (West dan Wicklund, 1980)

yang pada dasarnya menguraikan ide bagaimana belajar dan merubah perilaku, dan awalnya

muncul sebagai kritik terhadap teori belajar tradisional terhadap berbagai masalah yang

kurang dapat diselesaikan. Masalah itu misalnya bagaimana menciptakan kreativitas kalau

hanya berdasarkan reinforcement semata, bagaimana memandang proses belajar perilaku

melalui trial and error jika perilaku itu beresiko seperti belajar menyetir mobil, apakah

1

Page 2: pemahamn sosial

reinforcement selalu mutlak diberikan dan sebagainya.Teori ini dalam menjelaskan

terjadinya perilaku melibatkan aspek kognitif, yang diartikan bagaimana manusia

memikirkan sesuatu dan melakukan interpretasi terhadap berbagai pengalaman yang

diperoleh. Di samping itu, teori ini menjelaskan bahwa perilaku yang baru dan kompleks

dapat diciptakan dengan observasi terhadap model yang dihadirkan secara langsung ataupun

tidak langsung serta melalui mental reherseal. Oleh karena itu, teori ini juga disebut

observational learning theory. Di sini individu juga dapat mengembangkan perilaku lewat

self-administered reward dan mengembangkan perilaku hanya dengan berpikir tentang suatu

aktivitas.Selain yang tersebut di atas teori ini juga berbeda dari teori yang lain dalam

menjelaskan terjadinya suatu perilaku, yaitu bahwa perilaku terjadi dengan melibatkan

serangkaian proses psikologis.

Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga

konsep :

1.      Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan

tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara

determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi

tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh

kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam

teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah

laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk

menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari

perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif

dari organisasi dan sistem sosial.

2.      Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner

dan Hull terlalu bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang

kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah

tidak belajar apapun. Menurutnya, reinforsemen penting dalam menentukan apakah

suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya

pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan

mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi

tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi

konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.

2

Page 3: pemahamn sosial

3.      Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional

sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk

menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi

yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku

dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan

konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.

II.2 Aplikasi Teori

Belajar melalui observasi ini akan melibatkan orang lain yaitu model dalam

memperagakan suatu aktivitas.Bandura : Pribadi, Lingkungan dan Tingkah laku saling

mempengaruhi Bandura melukiskan : Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkah laku

manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif,

tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak

kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya

untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi

semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang

dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang

dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor

yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977).

.

Tahap-tahap dalam Social/Observational Learning Menciptakan dan mengembangkan

perilaku melalui observational learning ini meliputi empat macam tahap, yaitu:

1.      Attentional Processes

Individu dapat belajar melalui observasi apabila ada model yang dihadirkan secara

langsung ataupun tidak langsung, dan secara akurat ada aspek-aspek yang relevan

dengan aktivitas model. Respon yang baru dapat dipelajari dengan cara melihat,

mendengarkan dan memperhatikan orang lain, maka perhatian dalam hal ini menjadi

sangat penting. Namun seperti yang kita ketahui tidak semua model yang dihadirkan

akan mendapatkan perhatian dari individu. Oleh karena itu, supaya dapat mengamati

dan belajar dari model maka perlu diarahkan dan ditingkatkan perhatiaannya. Cara

yang dipakai tidak selalu sama untuk semua orang, misalnya anak-anak berbeda dari

orang dewasa dalam mengarahkan perhatian. Namun secara umum untuk

meningkatkan perhatian dapat digunakan reward dan penonjolan pada kualitas

3

Page 4: pemahamn sosial

model misalnya model mempunyai daya tarik tertentu.Selain itu agar aktivitas model

dapat diperhatikan perlu beberapa strategi antara lain, penekanan pada keistimewaan

perilaku, ucapan ucapan yang menyertai model pada aspek yang pokok dan

strateginya, penjabaran aktivitas yang umum menjadi lebih spesifik dan latihan awal

untuk mendeteksi bagian-bagian yang sulit. Sebagai contoh apabila mengajarkan

anak supaya selalu menggosok gigi dapat dilakukan dengan menawarkan sikat gigi

yang menarik, pasta gigi ang tidak selalu pedas, model benar-benar giginya sehat,

putih dan sebagainya.

2.      Retention Processes

Setelah aktivitas model diobservasi langkah selanjutnya adalah proses encoding

dalam bentuk visual dan atau verbal symbol. Informasi yang diperoleh ini

selanjutnya akan disimpan di memori dalam short-term memory ataupun long-term

memory. Namun sebenarnya tidak semua informasi dari model akan disimpan oleh

individu, jika individu tidak berminat dan tidak perhatian biasanya informasi akan

segera dilupakan. Informasi yang diterima akan lebih fektif jika disampaikan model

secara visual ataupun verbal, tetapi untuk tahap perkembangan awal (anak-anak)

informasi secara visual ternyata lebih baik mengingat perkembangan verbal anak-

anak memang belum sempurna. Informasi yang sudah disimpan itu akan sangat

membantu individu apabila sering diulang dengan latihan.

3.      Production Processes

Apa yang telah disimpan dalam memori perlu diujudkan dalam bentuk aktivitas. Di

sini feedback dapat diberikan untuk mengoreksi imitasi perilaku sehingga dapat

dilakukan penyesuaian. Dalam proses ini diperlukan syarat-syarat tertentu agar

aktivitas dapat terwujud, yaitu:

         Individu mempunyai komponen skill yang mendukung terwujudnya aktivitas

yang telah diamati.

         Individu mempunyai kapasitas fisik untuk melakukan koordinasi aktivitas

tersebut.

         Hasil dari koordinasi ini dapat diamati.

Seperti contoh mengajarkan anak menggosok gigi, anak memang mampu

mengembangkan tangannya untuk melakukan koordinasi gerakan naik, turun,

memegang sikat gigi secara benar dan dapat mudah melihat aktivitas tersebut.

4.      Motivational Process

4

Page 5: pemahamn sosial

Di sini reinforcement dapat digunakan sebagai motivator untuk merangsang dan

mempertahankan perilaku agar diwujudkan secara aktual dalam kehidupan.

Menurut Bandura (West dan Wicklund, 1980) ada tiga cara pemberian reinforcement,

yaitu:

1)      Secara langsung; reinforcement diberikan segera setelah perilaku muncul.

2)      Vicarious reinforcement; hanya dengan melihat orang lain merasakan

akibatnya seolah-olah berlaku pada diri sendiri.

3)      Self-reward; dengan cara memotivasi diri sendiri, misalnya mengatakan diri

sendiri mampu melakukan aktivitas.

Pada perilaku menggosok gigi inipun ketiga macam reinforcement dapat dilakukan,

seperti anak merasa giginya bersih, segar, melihat model nafasnya lebih segar dan

sebagainya.Namun, penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya

bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi saja. Tetapi juga

sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of

self Efficacy” dan “self – regulatory system”.

1.    Efikasi Diri (self Efficacy)

Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal

antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang

berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan

tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai

efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil

      Efikasi Diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)

Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa

diri memiliki kemampuan melakukan tindakanyangdiharapkan

      Ekspektasi Hasil (outcomeexpectations) .

Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan

mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan

tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan

sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita),

karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dicapai,

sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang dapat memiliki

ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan), atau

5

Page 6: pemahamn sosial

sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil

nyata yang dapat dicapai).

Dalam hubungannya dengan kesehatan efikasi dirisangat meningkatkan

pemahamantentang bagaimanadan mengapa orang-orang mengadopsi perilaku tak

sehat dan sehat serta bagaimana cara mengubahperilaku yang berpengaruh

terhadap kesehatan.keyakinan efikasi diri mempengaruhi kesehatan dalam dua

arah. Pertama, efikasi diri mempengaruhi dalam adopsi perilaku

sehat,menguranmgi atau memberhentikan perilaku tak sehat dan pemeliharaan

perubahan perilaku dalam menghadapitantangan dan kesukaran. Kedua, Bendura

mengatakan keyakinan efikasi diri mempengaruhi proses fisiologis tubuh seperti

stressyang mencakup sistem kekebalan kurangnya kendali yang dirasakan atas

permintaan lingkungan dapat meningkatkan kepekaan ke arah tejadinya infeksiatau

peradangan dan meningkatnya menjadi penyakit.

2. Efikasi Kolektif

Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan

perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif Ini buka jiwa kelompok

tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura

berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui

efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang

kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau

melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal

mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja dan penyakit infeksi. Efikasi diri

dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup

manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan,

kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozon, kemajuan teknologi, hukum

dan kejahatn, birorasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.

\

II.2 Aplikasi Teori

Belajar melalui observasi ini akan melibatkan orang lain yaitu model dalam

memperagakan suatu aktivitas. Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan , yakni:

1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling)

6

Page 7: pemahamn sosial

mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan

(misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai

relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal

yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular

mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa

takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian

melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya

menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma

behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai

desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut;

modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.

2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata,

biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh

modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan

sendiri tanpa bantuan.

3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita.

Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk

mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.

Pada prinsipnya fungsi model adalah untuk mempengaruhi pemrosesan informasi

(Bandura, 1986). Namun secara rinci dapat dibedakan dalam berbagai macam fungsi, yaitu:

         Instructor.

Di sini peran model mengajarkan keterampilan dan memberikan cara-cara untuk

mengorganisir keterampilan dalam struktur perilaku yang baru.

         Inhibitor dan disinhibitor.

Di sini model dapat memperlemah atau memperkuat perilaku yang telah dipelajari. Model

berfungsi sebagai inhibitor apabila perilaku observer menurun karena melihat akibat

negatif pada model, dan sebaliknya sebagai disinhibitor apabila perilaku observer

meningkat karena akibat positif pada model.

         Facilitator.

Model menjadi lebih memperjelas perilaku yang telah dipelajari, misal cara menggosok gigi

yang benar, pemilihan sikat gigi dan sebagainya.

7

Page 8: pemahamn sosial

         Stimulus Enhancer.

Model tidak hanya mendorong perilaku yang sama tetapi juga dapat merangsang perilaku

lain pada situasi yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena adanya perhatian yang meluas,

tidak hanya pada perilaku model tetapi juga mungkin alat yang dipakai, misalnya sikat tidak

hanya untuk gosok gigi.

         Emotional Arousal.

Dalam interaksi umumnya melibatkan emosi dan model biasanya juga memperlihatkan

emosi tertentu yang selanjutnya akan membangkitkan emosi observer.

Dalam kenyataanya fungsi model tidak selalu tunggal tetapi dapat bersamaan seperti menjadi

instruktur, facilitator dan disinhibitor.

Jenis – jenis Peniruan (modeling):

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajara social Albert

Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana

seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu

ketrampilan itu dilakukan.Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui

proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.

Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru

mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu

peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan

cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

8

Page 9: pemahamn sosial

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Penerapan dan Penelitian Social Learning Theory

Banyak penelitian telah dilakukan berdasarkan pendekatan teori ini, baik pada anak-

anak, remaja dan orang tua, serta pada berbagai kasus untuk orang normal ataupun

mengalami gangguan. Penilitian tersebut antara lain dilakukan oleh:

1.      Andrews dkk. (1997), meneliti pengaruh model orangtua terhadap kecenderungan

pemakaian substance tertentu pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

kondisi hubungan keluarga yang baik/akrab orangtua berpengaruh besar dalam memberi

contoh anak-anaknya terhadap pemakaian alkohol, mariyuana dan merokok.

2.      Lockwood dan Kundan (1997), yang meneliti tentang peran model terhadap perubahan

self-perception. Dalam penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa individu dapat belajar dari

orang lain bagaimana cara mengubah persepsi yang keliru tentang kematian karena penyakit

kanker serta bagaimana mengatasi masalah yang berhubungan dengan penyakit kanker dan

masalah perceraian sehingga tetap dapat bertahan hidup.

Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari

“Perilaku merokok”

Misalnya apabila seorang anak yang di dalam lingkungan rumahnya ayah dan ibunya

merokok, maka anak tersebut memandang perilaku merokok sebagai hal yang biasa. Hal

ini dikarenakan frekuensi anak tersebut melihat perilaku dari kedua orang tuanya sudah

terlalu sering. Sehingga dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang belum dia miliki,

dia tidak akan memandang kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang salah.

 Nantinya, apabila anak ini beranjak dewasa, dan teman-teman sebayanya banyak

yang merokok maka dia akan ikut-ikut merokok. Hal ini dikarenakan banyak teman-

temannya memandang merokok sebagai suatu hal yang jantan, merokok itu

menunjukkan tingkat pergaulan, atau kalau anak muda tidak merokok itu tidak keren.

Hal-hal yang berasal dri lingkungan seperti ini merupakan hal yang paling besar

pengaruhnya dalam mengubah mainset atau pemikiran si anak mengenai kebiasaan

9

Page 10: pemahamn sosial

merokok. Terdapat dua kemungkinan dari pengaruh lingkungan ini, si anak akan

menolak atau mengikuti kebiasaan teman-temannya untuk merokok.

BAB III

PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

         Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang

lain/kelompok lain secara akurat dan menafsirkan perilaku mereka.

         Pemahaman sosial Dalam hubungannya dengan kesehatan sangat meningkatkan

pemahaman tentang bagaimana dan mengapa orang-orang mengadopsi perilaku tak

sehat dan sehat serta bagaimana cara mengubah perilaku yang berpengaruh

terhadap kesehatan. Dimana dalm pemahaman sosial menjelaskan tentang

hubungan dan pengaruh lingkungan (eksternal), pribadi (internal) mempengaruhi

tingkah laku.

         Dalam aplikasi teori pemahaman sosial dalm kehidupan ada 3 pendekatan yang

diperlukan

1.      Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling)

2.      Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata,

3.      Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar.

III.2 Saran

         Dalam menuliskan atau menjelaskan Teori Social Learning hendaknya

mempunyai& mencari referensi yang lebih banyak

10

Page 11: pemahamn sosial

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: Social

Cognitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Baron, R.A. and Byrne. D. 1987. Social Psychology: Understanding

Human Interaction. 5

Behavior and Healthy Eating? Journal of Health Psychology.

Vol. (21) no. 2, 194-201.

11

Page 12: pemahamn sosial

12