pemahaman yang sejati tentang "pengorbanan" (yajna)
DESCRIPTION
Ulasan yang dapat memberikan pemahaman yang benar dan isnpirasi tentang makna dari pengorbanan atau Yajna dalam arti yang sebenarnya.TRANSCRIPT
WEJANGAN BHAGAVAN TENTANG YAJNA
KUTIPAN DARI WEJANGAN BHAGAVAN SRI SATHYA SAI BABA
“Buku kecil ini ditujukan kepada para pembaca untuk sebagai dasaracuan yang terkait dengan
topic Yajna. Buku ini bukanlah segalanya dan sempurna mengupas tentang topic ini. Kami
berharap dapat memberikan ispirasi bagai para pembaca untuk membaca berbagai buku
wejagangan Bhagavan Sri Sathya Sai Baba yang terkait dengan topic ini”.
Yajna yang bersifat ke dalam
Ada dua jenis Yajna yang disebutkan dalam naskah-naskah suci; kedua jenis Yajna itu adalah
Yajna yang bersifat keluar dan Yajna yang bersifat kedalam. Bentuk dari yajna yang bersifat
keluar tidak begitu penting dan produktif. Ini diumpamakan hanyalah seperti sebuah kulit tanpa
adanya isi di dalamnya, dan kulit ini tidak memiliki makna dan hanya cocok untuk dibuang saja.
Memuja Tuhan sambil dengan memusatkan seluruh perhatian pada nama dan kemuliaan-Nya
adalah bentuk dari yajna yang bersifat kedalam.
Yajna yang mempersembahkan korban binatang di atas altar (bali—peeth) adalah tindakan
yajna keluar namun tetap memiliki arti penting untuk ke dalam diri. Pikiran adalah tempat
pengorbanan dan kualitas serta naluri binatang yang masih melekat di dalam karakter manusia
harus disembelih dii atas altar dari pikiran. Penyakit yang gila akan kehormatan dalam diri
manusia terus mendorong manusia untuk mengejar kekuasaan tanpa adanya kesadaran yang
baik adalah seperti kualitas dari kerbau yang harus dikorbankan. Kedunguan yang menutupi
kecemerlangan manusia dan menganggap dirinya adalah mahluk lemah dan penurut adalah
kualitas dari domba yang segera harus dihilangkan. Kelicikan dan kecerdikan yang menyelimuti
pikiran manusia adalah seperti naluri kucing yang harus dilepaskan dengan cara yang sama. Ini
adalah Yajna yang bersifat ke dalam sedangkan Yajna yang bersifat keluar hanyalah pantulan
belaka. Ketika ritual upacara sedang dilaksanakan, maka maknanya untuk ke dalam diri harus
tetap diingat dan dimaknai. Merupakan sebuah dosa dengan melakukan yajna yang bersifat
formalitas belaka tanpa adanya pengetahuan dari pengorbanan yang dilakukan.
Lima Yajna (panca yajna) yang dijelaskan oleh naskah-naskah suci (sastra)
Manusia di dalam menjalani kehidupannya sehari-hari telah melakukan berbagai jenis tindakan
yang secara sengaja atau tidak sengaja telah menyebabkan penderitaan bagi makhluk hidup
yang lainnya. Untuk memohon pengampunan atas tindakan tersebut, lima jenis Yajna ---- ritual
untuk meredakan kemarahan – telah dijabarkan dalam sastra. Kelima jenis yajna ini adalah:
Deva Yajna, Pitru Yajna, Bhoota Yajna, Manushya Yajna dan Rishi Yajna atau Brahma Yajna.
Makna yang terpendam di dalam kelima jenis Yajna ini seharusnya dipahami dengan jelas oleh
setiap orang.
Deva Yajna : Dalam kegiatan sehari-hari misalnya berjalan, bernafas, dan aktifitas yang lainnya,
tanpa disadari orang-orang telah menyebabkan hilangnya nyawa berbagai bentuk kehidupan
seperti, semut, serangga dan mikro organism lainnya. Untuk memohon pengampunan atas
kesalahan dan dosa yang telah diperbuat secara tidak sengaja, Deva Yajna dapat dilakukan
untuk meredakan kemarahan para Dewata dan telah dijabarkan dalam sastra. Selain itu, did
alam tubuh manusia, dalam setiap organ dan anggota badan, para Dewata hadir dalam bentuk
Rasa (cairan yang halus). Karena itu para Dewata ini disebut dengan gelar Angirasa (Dewata
yang menguasai Anga atau anggota tubuh). Karena para Dewata ini hadir dalam wujud yang
halus dan melindungi organ-organ yang ada di dalam tubuh, maka kalian harus mengucapkan
rasa terima kasih kepada mereka dengan jalan melaksanakan Deva Yajna. Selama dalam
keadaan tidur, maka para Dewata ini tetap menjaga tubuh kalian. Karena tubuh yang diberikan
kepada manusia untuk melaksanakan kewajibannya dan telah dilindungi dan dijaga oleh para
Dewata maka manusia wajib untuk mengungkapkan rasa terima kasih. “Tubuh phisik sangat
penting untuk memnuhi kewajiban atau Dharma.” Dengan memusatkan pikiran kepada Anga
Deva, dengan memuja mereka dan mengucapkan rasa terima kasih adalah tugas pertama dari
manusia.
Pitru Yajna : Ketika sebuah dahan pohon dipatahkan dan bunganya dipetik akhirnya pohonnya
ditebang, maka ada banyak makhluk kecil yang kemungkinan kehilangan nyawa mereka.
Menyadari tanggung jawab seseorang terhadap hilangnya nyawa makhluk kecil ini, maka
manusia seharusnya melaksanakan Pitru Yajna (pengorbanan kepada para binatang) dengan
tujuan untuk memohon pengampunan. Sebagai tambahan, seseorang harus tetap ingat
manusia berhutang tubuh dan kelengkapannya dan juga makanan yang membantu tumbuh
kembang mereka sejak masih anak-anak kepada orang tua. Selama mereka masih hidup,
merupakan kewajiban seseorang untuk melayani mereka dan membuatnya bahagia.
Penguburan dan upacara kremasi yang dilakukan kepada orang tua setelah mereka meninggal
adalah untuk menghormati jasa-jasa mereka. Dengan melaksanakan Pitru Yajna maka para
leluhur telah didamaikan dan ditentramkan.
Bhoota Yajna: Ketika kita mandi atau meuncuci pakaian, atau menyapu lanati rumah, banyak
makhluk hidup yang telah terbunuh. Untuk memohon pengampunan atas kematian mereka,
maka upacara Bhoota Yajna (persembahan kepada para Bhoota) harus dilaksanakan. Kegiatan
ini telah dilakukan dan diwariskan oleh para Resi-Resi jaman dahulu. Mereka biasanya
memelihara binatang seperti kijang, sapi dan binatang yang lainnya di dalam ashram tempat
mereka tinggal dan merawatnya dengan kasih sebagai ungkapan kasih mereka kepada semua
makhluk hidup. Sedangkan yang lainnya ada yang menaburkan gula atau tepung di dekat bukit
semut dengan tujuan untuk member makan pada semut. Dengan memberikan sisa makanan
kepada anjing atau binatang yang lainnya adalah juga bentuk dari Bhoota Yajna. Bahkan pada
saat sekarang banyak orang yang memelihara anjing, burung beo, atau binatang peliharaan
lainnya di rumah. Dengan memberikan kasih kepada makhluk hidup dengan cara ini, itu berarti
bahwa kalian telah melakukan beberapa permohonan maaf atas tindakan yang bersifat
menyakiti mereka yang tanpa sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Manava atau Manushya Yajna: Yajna atau ritual ini dilakukan untuk memohon maaf atas
berbagai tindakan penyerangan yang dilakukan terhadap berbagai makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari, baik pada waktu bekerja maupun bermain.
Rishi atau Brahma Yajna: Dengan menganggap bahwa kelahiran sebagai manusia adalah
pemberian yang sangat berharga, para Resi jaman dahulu menuangkan semuanya ke dalam
naskah-naskah suci, Upanishad dan Dharma Sastra tentang prinsip-prinsip dari tubuh phisik
sebagai penuntun kehidupan manusia sehingga manusia berusaha untuk mencapai tujuan
utama kelahirannya --- kesadaran diri. Para Resi menjabarkannya ke dalam empat Purushartha -
--- Dharma, Artha, Kama dan Moksha – sebagai tuntunan umat manusia. Peraturan-peraturan
yang ada dan termuat dalam naskah-naskah suci tidak dapat diterapkan pada hewan dan
unggas, dan hanya ditujukan untuk umat manusia saja karena hanya manusia yang diberkati
dengan kemampuan menyelidiki dan membedakan untuk memilih antara yang benar dan salah.
Semua hukum dan sastra ditujukan hanya bagi manusia. Para Resi telah memberikan
bentangan jalan yang megah untuk kehidupan yang baik bagi semua umat manusia. Ini
merupakan kewajiban kita untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada mereka dengan
memusatkan pikiran dan menghaturkan persembahan kepada mereka dengan jalan Rishi Yajna.
Yajna adalah latihan untuk penolakan akan benda-benda duniawi
Setiap tindakan yang dilakukan sebagai persembahan dan pengabdian kepada Tuhan adalah
Yajna. Manu, seorang pembuat dan penegak hukum pada jaman dahulu telah menyatakan
bahwa memberikan penghormatan yang dilakukan di depan ibu, ayah dan pencipta
sesungguhnya adalah makna dari Yajna; ketika sifat ego seperti keangkuhan, kesombongan dan
kerakusan telah hilang dan ketika tujuan seseorang adalah untuk kebaikan semuanya, maka
tindakan itu adalah makna dari Yajna.
Yajna adalah sebuah latihan untuk melepaskan keterikatan dan juga penolakan terhadap
benda-benda duniawi; namun latihan ini seharusnya tidak bersifat kabur dan kemudian menjadi
batal. Semangat untuk pelepasan dan penolakan benda-benda duniawi harus terlihat dengan
jelas dalam setiap tindakan dalam kehidupan seseorang.
Kata Yajna dan kata Yaaga keduanya diterjemahkan menjadi pengorbanan; inilah tujuan utama
dan pertama dari pelaksanaan Yajna. Kalian mengorbankan kekayaan, kesenangan, kekuasaan
(yang dapat menaikkan ego) dan menyatu dalam yang tiada batas. Inilah tujuan dan hasil
akhirnya. Pelaksanaan Yajna sangat berguna karena Yajna ini mendukung idealism
pengorbanan dan mengutuk pada penumpukan kekayaan. Yajna menekankan pada disiplin
daripada kebebasan yang menggila. Pelaksanaan Yajna menuntut pemusatan perhatian yang
penuh pada pikiran, lidah dan tangan untuk Tuhan. Para pembual menghitung berapa banyak
karung biji-bijian, berapa kilogram ghee , berapa liter minyak dan berapa banyak kedamaian
dan kesenangan yang didapat sebagai gantinya! Hasil dan akibat dari Yajna adalah pada
karakter dan kesadaran yang tidak dapat ditimbang dengan ukuran kilogram ataupun liter. Ini
adalah sesuatu yang tidak terhitung, walaupun sesungguhnya dapat dirasakan dan dialami.
Selain itu, para pembual tidak pernah menghitung ghee, biji-bijian dan minyak yang mereka
telah habiskan untuk kepentingan mereka tanpa adanya kebahagiaan. Ghee, biji-bijian yang
dipersembahkan ke dalam api suci yang dilengkapi dengan pengucapan mantra Vedhic telah
memberikan begitu banyak timbal balik; kegiatan ini akan membersihkan dan menguatkan
semua lapisan udara di seluruh dunia. Kalau tidak, Avathaar tidak akan mendorong dan
memugar kembali yajna ini!
Manusia memulai suatu pekerjaan dengan tujuan, sasaran dan hasil akhir dalam
pandangannya. Namun, kegiatan dapat dikategorikan ke dalam Yajna (ritual pengorbanan yang
dapat menarik rahmat Tuhan) hanya jika tujuan, sasaran dan hasil akhirnya adalah pemuliaan
Tuhan, dan tanpa mempertimbangkan yang lainnya.
“Yajno vai Vishnu”, Vedha bersabda. Tuhan adalah Yajna, karena Beliau adalah tujuannya.
Rahmat Beliau adalah sebagai hadiah. Ciptaan Beliau digunakan untuk menenangkan-Nya;
pelaksana Yajna adalah Tuhan, penerima Yajna adalah Tuhan juga. Ketika ego dalam
pelaksanaan yajna tidak muncul, maka Yajna itu adalah suci dan murni.
Tanpa adanya keyakinan maka pemujaan adalah palsu
Aham hi, Aham hi, sarvaYajnaanam: “Dalam semua Yajna, Aku adalah pelakunya,
penyumbangnya, penikmatnya dan penerima Yajna.” Inilah alsannya mengapa para pandita
utama di dalam pelaksanaan Yajna seperti dalam Vedapurusha Yajna yang sedang kita lakukan
sekarang, disebut dengan Brahma. Pandita dalam yajna yang disebut sebagai Brahma harus
menuntun seluruh prosesi yajna; beliau harus didampingi oleh istrinya, orang lain dan orang-
orang kepercayaannya tidaklah cukup. Istri melambangkan keyakinan (shraddha). Tanpa adanya
keyakinan, puji-pujian yang disampaikan menjadi kosong, pemujaan adalah palsu dan
pengorbanan menjadi kegiatan yang tidak mengandung arti.
Bicara yang sebenarnya, hati merupakan altar pelaksanaan upacara; tubuh phisik adalah
sebagai tempat api suci, rmabut adalah rumput suci, darbha; harapan-harapan adalah minyak
untuk menghidupkan api; keinginan adalah ghee yang dituangkan ke dalam api dan
membuatnya hangus terbakar; kemarahan adalah binatang yang dikorbankan; api suci itu
adalah thapa yang kita selesaikan. Banyak orang kadang-kadang mengartikan thapa sebagai
melakukan kegiatan olah thapa seperti berdiri dengan satu kaki atau dengan kepala. Bukan!
Thapa bukanlah kemampuan mengolah tubuh. Ini merupakan kesatuan koordinasi antara
pikiran, perkataan dan tindakan. Ketika hal ini telah dicapai, maka kemuliaan dari api suci dapat
terwujud.
Banyak orang yang melakukan Yajna tanpa membersihkan diri mereka sendiri. Hanya Yajna
yang memiliki tujuan untuk kedamaian dan kesejahtraan dunia (Loka-kalyaan) dapat mencapai
Tuhan. Karena Tuhan sendiri adalah sebagai Yajnabhuk (penerima persembahan); Beliau juga
adalah Yajna-bhrith (penjaga yajna) dan Yajna Krith (pelaku dari pelaksanaan Yajna). Tuhan
adalah segalanya; hanya ketika Beliau adalah semuanya maka Yajna itu adalah yang
sesungguhnya. Jika sikap yang seperti ini diterapkan dalam setiap kegiatan, maka hal ini akan
menyucikan setiap momen hidupmu dan membuatnya menjadi sebuah Yajna.
Yajna membantu membersihkan kesadaran
Yajna ini hanya cocok untuk satu tujuan melebihi dari yang lainnya --- membersihkan semua
tingkat kesadaran (chittha – shuddhi), karena Yajna terkait dalam pelepasan ikatan duniawi,
pelantunan doa kepada Tuhan dan pelaksanaan kehidupan pertapa.
Manusia harus melepaskan sifat ego kebinatangannya
Dengan pikiran yang bersih, seseorang harus mengejar penyelidikan akan kenyataan yang
sejati, sampai tidak adanya bekas-bekas jejak daya tarik terhadap pengejaran benda-benda
yang bersifat khayal. Yajna terkait dalam penolakan benda-benda duniawi. Ini berarti
“melepaskan” Apa yang harus kita lepaskan? Apakah kekayaan? Hal ini cukup mudah dilakukan.
Apakah tempat tinggal? Hal ini juga tidak begitu sulit. Apakah melepaskan anak, istri, tanah
ladang dan meninggalkan rumah untuk selanjutnya pergi menuju ke hutan? Hal ini juga telah
banyak dilakukan oleh yang lainnya. Namun walaupun tubuh dan pikiran seseorang istirahat di
hutan, namun bayangan istri, anak, tanah ladang, dan rumah mungkin masih terpatri dalam
perasaan dan hatinya. Lantas, apa yang harus dilkepaskan? Maka dari itu, hal yang patut untuk
dibuang adalah kecendrungan sifat-sifat buruk, pikiran yang jahat, perasaan untuk kepentingan
diri sendiri dan tertarik pada kesenangan sensual. Seseorang harus luput dari kebencian, suka
pamer dan menonjolkan diri. Ketika kualitas ini telah dihilangkan, maka semua banyangan tadi
tidak akan mengganggu lagi.
Vedha mengharapkan agar manusia melepaskan sifat ego kebinatangannya berserta dengan
pelengkapnya seperti kemarahan. Sifat-sifat jahat seperti kebencian, kesombongan dan
kedengkian adalah ada dalam satu keturunan. Semuanya ini adalah “kebinatangan” yang ada
dalam wujud manusia. Vedha menjelaskan bahwa kasih, toleransi, rasa iba, tanpa keterikatan
dan mentaati kebenaran adalah karakter dari manusia yang sesungguhnya.
Karma Kaanda dari Vedha harus memurnikan pikiran sehingga dapat berhasil dalam upaasana
(pemujaan dan persembahan kepada Tuhan) dan mencapai jnaana yang membebaskan
seseorang dari keterikatan. Vedhic Karma atau ritual ini disebut dengan nama Yajna. Yajna
mengandung arti “melepaskan,” “penolakan benda-benda duniawi,” atau thyaaga. Apa yang
sebenarnya yang harus dilepaskan? Kekayaan? Rumah? Melakukan semuanya ini tidaklah sulit.
Apakah itu berarti harus menyepi ke dalam hutan, melepaskan hubungan teman dan kerabat?
Banyak orang yang telah melakukannya dan merasa sombong akan kemampuan ini. Thyaaga
yang Yajna tuntut adalah melemparkan jauh-jauh kebanggaan diri, kesombongan, kebencian,
singkatnya adalah ego itu sendiri.
Setiap ritual yang dijabarkan di dalam Vedha hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk
mengembangkan serta meningkatkan sifat tanpa mementingkan diri dan kasih yang bersifat
universal. Hindarilah memusatkan perhatian pada sifat-sifat binatang seperti daya tarik
sensualitas, kemarahan, dan kebencian. Manusia seharusnya merasa malu walaupun
mempunyai sedikit kualitas –kualitas binatang. Karakteristik dasar dari sifat manusia adalah
kasih, kesabaran, tanpa keterikatan, pengunduran diri dari duniawi dan kebenaran.
Aannandha pada akhirnya mengacu pada makanan, makanan berasal dari hujan, hujan adalah
rahmat dari Tuhan sebagai timbal balik dari persembahan Yajna. Yajna adalah ritual yang
dilakukan sebagai bagian dari Karmakaanda, yang merupakan bagian dari Vedha yang berkaitan
dengan tindakan. Jadi, Vedha Purusha (Vedhic yang utama) adalah seperti air mancur yang
keluar dari sumurnya Aanandha. Itulah sebabnya mengapa yajna ini disebut dengan Vedha
purusha yajna.
Yajna (pengorbanan), adalah seperti takdir bagi setiap makhluk hidup. Hidup ditopang oleh
pengorbanan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Setiap makhluk hidup mulai dari yang paling
kecil yaitu amoeba sampai pada para sarjana besar secara terus menerus terlibat di dalam
Yajna. Seorang ibu berkorban untuk anak-anaknya, seorang ayah berkorban untuk
keturunannya, seorang sahabat berkorban untuk temannya, seorang individu berkorban untuk
kelompoknya, saat sekarang berkorban untuk masa yang akan datang, orang kaya berkorban
untuk yang miskin dan yang lemah berkorban untuk yang kuat --- semua ini adalah Yajna,
persembahan, pengorbanan. Hanya, kebanyakan yang melakukan pengorbanan adalah tidak
sadar; tidak ikhlas, tidak dengan kebaikan. Pengorbanan yang dilakukan bersifat karena takut
atau tamak atau dengan pandangan untuk mendapatkan hasil atau buah dari tindakan yang
telah dilakukannya, atau hanya karena naluri atau dorongan semata. Pengorbanan yang
dilakukan harus dengan kesadaran yang penuh, selain itu juga untuk meningkatkan
perkembangan spiritual, khususnya pada manusia. Kemudian, ketika hidup telah menjadi
Yajnamaya (ladang pengorbanan), egoisme akan menjadi hilang dan sungai akan menyatu
dengan lautan.
Bawalah keluar pusaka adiluhung yang tidak terkira dari warisan negeri India
Aliran dari sungai Sarasawathi adalah aliran dari Yajna dan merupakan Vedhic Thriveni; makna
dan arti dari setiap nyanyian pujian dan ritual dari Vedha adalah Yajna. Setiap bagian silabus
dari Vedha adalah nama-nama Tuhan; dan setiap bagian silabus mengandung tiga belas lakh
(1.300.000) suku kata. Ketika sungai Saraswathi berada di bawah sungai kembar yaitu Ganga
dan Yamuna mengering maka akan terjadi tragedi yang sangat menyedihkan; begitu juga ketika
aliran dari Yajna mengering, maka akan terjadi kehilangan yang sangat besar dalam kekayaan
spiritual; karena ketika hal itu terjadi maka India tidak bisa lanjut menjadi India.
Bhaarathavarsha disebut dengan Karmabhuumi, karena Yajna adalah karma yang paling
bermanfaat. India merupakan Vedhabhuumi (tanah dari Vedha), dan bukannya Vedhanabhuumi
(tanah dari kesedihan yang mendalam) yang segera akan terjadi. Vedhana atau penderitaan
tidak akan pernah datang jika Vedha dipelajari dan kembali dilaksanakan.
Besok, antara jam delapan dan sembilan pagi akan dilaksanakan Poornahuthi atau
persembahan terakhir ke dalam api suci. Saat itu adalah moment yang sangat berharga di
dalam setiap pelaksanaan Yajna; persembahan yang penuh dan terakhir dianggap sebagai
pemenuhan dari segi ritual. Namun disini, kalian harus menyimpan satu kenyataan di dalam
pikiran kalian. Aku tidak sedang melaksanakan Yajna ini; Aku adalah DIA yang menerima
persembahan dalam yajna.
Aku mengamati banyak dari kalian yang aktif untuk memperoleh benda seperti kayu cendana,
emas, batu berharga, dsb dari Bangalore atau Ananthapur pada waktu Poornaahuthi. Benda-
benda itu untuk dipersembahkan ke dalam api suci pada saat Aahuthi terakhir dilakukan. Aku
tidak mengijinkan siapapun untuk melakukan itu. Adalah sangat gampang untuk membuang
beberapa rupee dan membeli benda-benda baru dari toko dan membawanya kesini dan
mempersembahkannya ke dalam api dan lalu mengatakan bahwa kalian telah melakukan
tindakan pengorbanan yang besar. Aku akan memberikan kalian tugas yang lebih sulit; kalian
tidak bisa lepas dan lari dengan mempersembahkan hal yang sepele. Aku ingin kalian semua,
ketika bertepatan dengan waktunya Poornaahuthi untuk mempersembahkan sesuatu ke dalam
api suci, semuanya harus berdiri dan secara hormat mempersembahkan dhurguna (sifat-sifat
buruk) yang kalian miliki seperti kesalahan-kesalahan, kelalaian, godaan, pelanggaran. Mulailah
mencari kualitas-kualitas buruk yang ada di dalam dirimu dari sekarang, gali dan temukan
mereka dari persembunyiannya, bawalah kesini besok dan dikemas dengan rapi dan dengan
dorongan terakhir buanglah semuanya itu ketika api poornaahuthi menyala dengan besar.
Inilah bagian yang harus kalian dapatkan dari pelaksanaan Yajna. Itulah intinya, tidak lebih dan
tidak kurang.
Orang-orang umumnya berpikir bahwa melepaskan kehidupan berkeluarga, rumah, tanah
ladang, dan bentuk lain dari kekayaan adalah sebuah Thyaga (pengorbanan). Namun, itu
bukanlah pengorbanan sama sekali! Hal ini bisa dilakukan dengan gampang. Apa yang
diperlukan adalah mengorbankan keinginan-keinginan yang dihasilkan. Itulah pengorbanan
yang sesungguhnya.
Athi Rudra Maha Yajna sedang dilaksanakan adalah untuk kesejahtraanm dunia. Ada sebuah
aspek yang sangat penting. Athi Rudra Maha Yajna melindungi dan mengembangkan sifat atau
kualitas keTuhanan di dalam diri manusia, dan juga menolak dan melepaskan sifat-sifat jahat.
Jadi, yajna ini bekerja untuk kesejahtraan umat manusia. Yajna ini dapat dilakukan oleh
siapapun juga yang tertarik dengan kesejahtraan umat manusia.
Yajna seharusnya tidak dilaksanakan untuk mendapatkan hasil akhir yang mementingkan diri
sendiri namun yajna dilaksanakan untuk kesejahtraan seluruh umat manusia.
Menghancurkan kecendrungan sifat-sifat buruk dan mengembangkan sifat baik dan kualitas
kebajikan adalah tujuan dari yajna.
Upacara pengorbanan dalam api suci
Yajur Vedha menguraikan secara terperinci tentang pentingnya Yajna. Semua Yajna adalah
untuk mengembangkan kedamaian dan kesejahtraan di dunia, karena itu merupakan tujuan
utama dari semua bagian Vedha. Nyanyian pujian dalam Yajur Vedha adalah memuji kemuliaan
dan kebesaran Tuhan dan menenangkan kekuatan Tuhan. Sebagai hasilnya adalah, emas dan
biji-bijian, kekayaan dan kemakmuran, berkecukupan dan kemajuan yang didapat oleh umat
manusia.
Yajna dipusatkan pada pemujaan pada api. Manusia terikat secara kuat dengan api sepanjang
hidupnya. Manusia adalah termasuk dalam ketegori makhluk yang berdarah panas; kehangatan
hati mendorong munculnya kecerdasan dan intuisi. Berdoa kepada Tuhan dan menaruh
persembahan ke dalam api merupakan tindakan yang akan membawa hujan untuk
mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Api adalah media yang begitu berguna untuk
mendapatkan keselamatan dan keamanan dalam upaya menjaga moralitas dan kebaikan.
Samudra juga memiliki Agni (api) yang terpendam dalam ______
Api ada dimana-mana
Dalam upaya untuk menyalakan api di dalam tungku perapian pengorbanan suci, sebuah kayu
kecil sebagai pemutar diletakkan diatas sebuah kayu yang juga keras dan diputar diatasnya
untuk menghasilkan api. Kayu yang harus digunakan sebagai bahan yajna adalah kayu pippala
atau kayu beringin. Kayu penahan itu adalah ibu dan pemutar diatasnya adalah ayah. Agni atau
api yang keluar adalah seorang anak’ Api ini membakar kedua orang tuanya --- Uurvasi adalah
ibu dan Puruurava adalah ayah ketika anak ini mulai lahir! Keduanya dibakar hangus menjadi
abu, itulah yang dikatakan bahwa anak akan menjadi satu dengan mereka dan mereka menjadi
satu dengan anak-anak mereka.