pemahaman kode etik pustakawan di perpustakaan...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN KODE ETIK PUSTAKAWAN
DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS BUDI LUHUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
ANNISA TRI OKTAVIANI
NIM 11150251000031
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H / 2019 M
i
ABSTRAK
Annisa Tri Oktaviani (11150251000031) Pemahaman Kode Etik Pustakawan di
Perpustakaan Universitas Budi Luhur. Di bawah bimbingan Fahma Rianti,
M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemahaman kode etik
pustakawan terkait dengan hubungan antar pustakawan di perpustakaan
Universitas Budi Luhur. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas Budi
Luhur terhadap kode etik pustakawan yang terkait dengan hubungan antar
pustakawan jika dianalisa dalam kategori teori Freire adalah sebagai berikut:
1). Pengembangan keterampilan, pemahaman pustakawan perpustakaan
Universitas budi luhur berada dalam kategori kesadaran naif, 2). Hubungan
kerjasama yang baik, pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas Budi
Luhur berada dalam kategori kesadaran kritis, 3). Sementara Partisipasi
terhadap asosiasi, pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas Budi
Luhur berada dalam kategori kesadaran naif namun terdapat satu dari empat
informan yang telah memiliki kesadaran dalam kategori kritis, 4). Menjaga
nama baik rekan kerja, pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas
Budi Luhur berada dalam kategori kesadaran kritis, 5). Sistem kerja yang adil,
pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas Budi Luhur berada dalam
kategori kesadaran kritis.
Dengan demikian, pemahaman kode etik pustakawan yang terkait
hubungan antar pustakawan oleh pustakawan Universitas Budi Luhur
berdasarkan analisa dari teori Freire berada pada kategori kritis ialah point
yang terbangun dari nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari berupa rasa
kekeluargaan yang telah ditanamkan sejak awal. Sementara itu pemahaman
pustakawan terhadap point kode etik pustawan yang terkait hubungan antar
pustakawan lainnya seperti pengembangan keterampilan dan partisipasi
terhadap asosiasi masih berada dalam kategori kesadaran naif.
Kata Kunci: Perpustakaan Perguruan Tinggi, Pustakawan, Kode Etik.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis curahkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Serta shalawat dan salam
tidak lupa penulis hantarkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pemahaman Kode
Etik Pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi Luhur” ini untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar S.IP.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, sehingga
penulis mendapat bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak dalam penyelesaian
skripsi ini mulai dari awal studi, penyusunan proposal, hingga skripsi ini siap dijilid.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Syaiful Umam, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Siti Maryam S.Ag., S.S., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
iii
4. Bapak Amir Fadhila, M.Si., selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Ibu Fahma Rianti, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan
serta memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan serta masukan atas penelitian penulis.
7. Seluruh Ibu/Bapak Dosen program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik di bidang akademis, sosial, dan
agama.
8. Seluruh pihak Perpustakaan Universitas Budi Luhur khususnya Ibu
Margaretha Sri Udari, S.Sos., M.Hum, selaku kepala perpustakaan
Universitas Budi Luhur yang telah bersedia memberikan kesempatan
kepada penulis, memberi banyak bantuan dan informasi yang penulis
butuhkan selama penelitian berlangsung.
9. Kedua orangtua penulis, yang selalu memberikan dukungan baik secara
moril maupun meteril, memberikan banyak pelajaran berharga kepada
penulis serta selalu memanjatkan doa yang tak pernah putus untuk penulis,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
10. Kepada kakak-kakak penulis yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta para keponakan-keponakan
penulis yang selalu memberikan tawa dan semangatnya untuk penulis.
11. Kepada teman serta sahabat penulis sejak SMA Dena, Nadia, Pute, Rima,
Riska, Laura, Soniya, dan Tacia terimakasih untuk setiap canda tawa, doa,
rasa peduli, dan semangatnya kepada penulis.
12. Kepada teman-teman selama perkuliahan Winka, Syafira, Uti, Via, Ika,
Ira, Dita, Abil, Nurcah, Umi Fiqoh, Dila. Terimakasih karena telah
memberi warna-warni dalam hidup penulis selama perkuliahan serta
dukungannya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
13. Terimakasih kepada seluruh keluarga JIPERS 2015 khususnya teman-
teman seperjuangan kelas A Ilmu Perpustakaan 2015, untuk waktunya
yang tak akan terlupakan selama delapan semester bersama, semoga kita
semua bisa mencapai mimpi-mimpi kita.
14. Kepada HMJ Ilmu Perpustakaan 2016 dan HMJ Ilmu Perpustakaan 2017,
Khususnya teman-teman BPH HMJ 2017, terimakasih untuk pengalaman
berharganya.
15. Teman-teman KKN EPIC 038 yang telah memberikan banyak
pengalaman kepada penulis selama di Desa Buaran Bambu.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, hanya doa dan ucapan
terimakasih yang penulis dapat sampaikan. Semoga Allah SWT membalas
v
segala amal dan kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini, Aamiin.
Sesungguhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya serta bagi para pembaca
pada umumnya.
Wasalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, 01 April 2019
Annisa Tri Oktaviani
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Informasi.............................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
D. Definisi Istilah ............................................................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR .......................................................................... 12
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi .................................................................................. 12
1. Pengertian perpustakaan perguruan tinggi .............................................................. 12
2. Tujuan perpustakaan perguruan tinggi .................................................................... 14
3. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi .................................................................... 15
C. Kode Etik Pustakawan ................................................................................................ 19
1. Pustakawan ............................................................................................................. 19
2. Pengertian Kode etik pustakawan ........................................................................... 20
3. Tujuan dan fungsi kode etik pustakawan ................................................................ 22
4. Penjabaran kode etik pustakawan ........................................................................... 26
D. Penelitian Terdahulu ................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................................. 34
B. Pemilihan Informan .................................................................................................... 36
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 38
D. Teknik Analisis Data ................................................................................................... 41
E. Tempat dan waktu penelitian ...................................................................................... 42
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 44
A. Profil Objek Penelitian ................................................................................................ 44
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Universitas Budi Luhur ...................................... 44
2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Budi Luhur .............................................. 45
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Budi Luhur..................................... 46
4. Koleksi Perpustakaan Universitas Budi Luhur ....................................................... 46
5. Daftar Staf Perpustakaan Universitas Budi Luhur .................................................. 47
6. Layanan Perpustakaan Universitas Budi Luhur ...................................................... 48
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................................................... 50
1. Pemahaman Pustakawan Terhadap Kode Etik Pustakawan .................................... 50
2. Pemahaman Kode Etik Pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi Luhur terkait
hubungan antar pustakawan ............................................................................................ 54
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 89
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 89
B. Saran ........................................................................................................................... 90
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi……………………………………………………44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Data Informan………………………………………………………….....35
Tabel 3.2: Jadwal Penelitian…………………………………………………………41
Tabel 4.1: Koleksi Perpustakaan…………………………………………………….45
Tabel 4.2: Daftar Staf Perpustakaan………………………………………………....45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Informasi
Pada era globalisasi ini informasi terus mengalami perkembangan,
begitu juga dengan jumlah manusia yang terus mengalami peningkatan.
Dimana manusia dan informasi mengalami keterkaitan yang kuat, Manusia
sebagai makhluk hidup yang dianugrahi akal akan terus membutuhkan
informasi selama hidupnya. Dalam hal ini perpustakaan sebagai lembaga yang
bergerak dalam bidang jasa penyedia informasi diharapkan untuk selalu peka
terhadap perkembangan informasi yang terus meningkat dan mampu
mengelola informasi dengan baik agar dapat dilayankan kepada para
pemustaka secara efektif dan efisien, Karena kondisi perpustakaan suatu
bangsa adalah merupakan cerminan atau refleksi tingkat kebudayaan serta
tingkat peradaban yang dicapainya, dimana perpustakaan diharapkan mampu
memperkenalkan dan meningkatkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat serta menanamkan sikap untuk terus
menerus bisa belajar secara berkelanjutan seumur hidup sepanjang hayat (long
live education).
2
Dalam kenyataan sehari-hari setiap orang memiliki minat baca serta
kebutuhan informasi yang berbeda-beda, dengan beragamnya kebutuhan
informasi ini maka tumbuhlah berbagai jenis perpustakaan dengan koleksi dan
informasi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat intelektualitas
pembaca. Salah satu jenis perpustakaan yang sering ditemui ialah
perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan
Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang bersama-sama dengan unit lain, turut
melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih,
menghimpun, mengolah, merawat, serta melayankan sumber informasi
kepada umumnya masyarakat akademis serta khususnya kepada lembaga
induknya. Kelima tugas tersebut dilaksanakan dengan tata cara, administrasi,
dan organisasi yang berlaku bagi penyelenggaraan sebuah perpustakaan
perguruan tinggi (PT) di sini meliputi universitas, institut, sekolah tinggi,
akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat.1 Dari
penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa keberadaan perpustakaan di tingkat
perguruan tinggi sangat diperlukan, baik untuk menunjang Tridharma
Perguruan Tinggi maupun untuk menunjang kebutuhan masyarakat akademis
yang dalam hal ini disebut pemustaka. Terdapat ciri khas dari perpustakaan
perguruan tinggi ialah hubungan segitiga antara pustakawan, mahasiswa, dan
pengajar. Hal ini tidak terdapat pada perpustakaan jenis lain. Hubungan
segitiga ini menunjukkan bahwa mahasiswa maupun pengajar berhubungan
1 Purwono, Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perupahan (Yogyakarta: graha ilmu, 2013).
3
langsung dengan pustakawan dalam mencari informasi, serta penelusuran
informasi.2
Perpustakaan juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan
pustakawan, yaitu seseorang yang ahli di bidang perpustakaan. Menurut UU
Republik Indonesia No. 47 Tahun 2007, yang dimaksud pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Seiring
dengan perkembangan perpustakaan, pustakawan diharuskan untuk terus
meningkatkan kinerjanya sebagai pekerja informasi, dalam meningkatkan
kinerja seorang pustakawan dapat melakukan berbagai macam usaha
diantaranya dengan meningkatkan kompetensi yang dimiliki hinggga
mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antar pustakawan. Saat ini
peran pustakawan telah berubah banyak dibandingkan dengan beberapa
dekade sebelumnya. Berbagai tuntutan untuk mencapai perpustakaan yang
bermutu tinggi diemban oleh para pustakawan, dimana kinerja dari seorang
pustakawan memiliki dampak yang tinggi terhadap perpustakaan yang
menaungi. Maka dapat dikatakan bahwa pustakawan ialah orang yang
bertanggung jawab terhadap gerak maju roda perpustakaan. Dalam sebuah
perpustakaan tidak hanya terdiri dari satu individu melainkan beberapa
2 Sullistyo Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014).
4
individu. Maka tidak hanya satu orang saja yang mempunyai tugas untuk
memberikan kinerja yang baik, melainkan seluruh pustakawan didalam
perpustakaan tersebut. Diperlukan usaha untuk meningkatkan kinerja
pustakawan seperti usaha-usaha yang disebutkan sebelumnya baik secara
individu maupun kelompok yang seharusnya mencerminkan kode etik
pustakawan yang mana pustakawan senantiasa berbagi pengetahuan dan
menjalin hubungan kerja yang baik antar pustakawan.
Perpustakaan dan kode etik pustakawan adalah dua hal unsur
penyangga dari ilmu pengetahuan. Perpustakaan yang merupakan pusat jasa
penyedia sumber informasi atas berbagai ilmu pengetahuan, sementara kode
etik pustakawan merupakan aturan bagi gerak laju dari perpustakaan.
Perpustakaan berperan sebagai pengolah informasi yang dimulai dari
pengadaannya hingga penyajian dan pelayanannya kepada pemustaka.
Sedangkan kode etik menjadi suatu ketetapan untuk mengatur wilayah nilai-
nilainya.
Dalam kode etik pustakawan disebutkan bahwa pustakawan adalah
seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang
dimilikinya melalui pendidikan. Kode etik sendiri merupakan sistem norma
nilai-nilai atau aturan professional yang ditetapkan secara tegas biasanya
tertulis menyatakan apa yang benar dan apa yang baik. Kode etik merupakan
5
pernyataan ideal, prinsip-prinsip, dan standar perilaku profesional. Jadi, secara
sederhana kode etik pustakawan dapat diartikan sebagai sebuah aturan,
prinsip, serta standar perilaku mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari oleh seorang pustakawan.
Tujuan dari kode etik adalah untuk memastikan profesional akan
memberikan layanan atau hasil kerja dengan kualitas tertinggi dan paling baik
untuk kliennya. Jadi untuk melindungi para pemakai jasa dari perbuatan atau
tindakan yang tidak profesional. Maka dapat diartikan, bahwa tujuan dari
kode etik pustakawan ialah untuk memastikan para pustakawan memberikan
layanan maupun jasa yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan yang
berkualitas tinggi kepada pemustaka. Dengan begitu dapat diketahui bahwa
kode etik pustakawan memiliki peran penting dalam perkembangan suatu
perpustakaan.
Kode etik yang diterapkan di kalangan pustakawan menjadi aturan-
aturan bagi pustakawan agar mengerjakan tugasnya dengan baik dan
maksimal. Adanya kode etik pustakawan ini tentunya akan menjadi acuan
bagi para pustakawan dalam mengerjakan tugasnya secara optimal.
6
Sebagaimana firman Allah SWT. QS Al-Bayyinah/ 98 Ayat 7:
Terjemahnya:
“sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shaleh mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk”.
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh mereka ialah sebaik-baiknya makhluk. Seperti yang
kita ketahui melaksanakan tanggung jawab sesuai tugas yang diemban dan
menjalankannya dengan baik merupakan amal shaleh bagi kita yang
mengerjakan, dan tentunya akan dicatat sebagai amal kebaikan. Oleh karena
itu, sebagai makhluk yang selalu berharap dan berusaha untuk menjadi sebaik-
baiknya makhluk dimataNya kita harus mampu menjadi makhluk yang
beriman dan mengerjakan amalan-amalan shaleh salah satunya ialah dengan
melaksanakan tugas yang diemban secara ikhlas dan professional. Hal ini
berkaitan dengan Pemahaman kode etik pustakawan pada sebuah
perpustakaan yang menjadi aturan bagi para pustakawan untuk bekerja dengan
professional.
Perpustakaan Universitas Budi Luhur merupakan Unit Pelayanan
Teknis (UPT) yang berada di bawah naungan Universitas Budi Luhur yang
7
termasuk ke dalam jenis perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan
Universitas Budi Luhur merupakan unit yang berfungsi memberikan
pelayanan informasi kepada civitas akademika dalam melaksanakan Tri
Dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Jam buka dan layanan perpustakaan
Universitas Budi Luhur dimulai dari pukul 08.00 WIB-21.00 WIB pada hari
kamis, jumat pukul 08.00 WIB-11.30 WIB/ 13.00 WIB-21.00 WIB,
sementara pada hari sabtu dimulai dari pukul 09.00 WIB-16.00 WIB.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa
perpustakaan Universitas Budi Luhur memiliki mayoritas staf perpustakaan
yang latar belakangnya bukan dari jurusan ilmu perpustakaan. Yaitu dua belas
dari empat belas staf perpustakaan memiliki latar belakang pendidikan non
ilmu perpustakaan sementara hanya dua staf perpustakaan saja yang memiliki
latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan.
Terkait dengan kondisi tersebut maka penulis merasa perlu
dilakukannya penelitian untuk mengetahui bagaimana Pemahaman kode etik
pustakawan di perpustakaan Universitas Budi Luhur lebih khususnya
hubungan antar pustakawan, Karena kode etik merupakan hal yang penting
yang perlu diterapkan dalam sebuah perpustakaan. Adanya perbedaan latar
belakang pendidikan dapat mempengaruhi pemahaman dari kode etik
pustakawan. Sementara kode etik yang merupakan aturan bagi kinerja
pustakawan dapat mempengaruhi kinerja dari pustakawan yang mana salah
8
satu penompang dari kualitas sebuah perpustakaan ialah pada kinerja dari para
pustakawannya, dengan adanya perbedaan latar belakang pendidikan dari para
pustakawan tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut
dengan judul penelitian “Pemahaman Kode Etik Pustakawan di
Perpustakaan Universitas Budi Luhur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka peneliti
memberikan batasan masalah yang sesuai dengan topik yang akan diteliti
yaitu hanya dibatasi pada Pemahaman kode etik pustakawan dalam hal
hubungan antar pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi Luhur tanpa
membahas terlalu dalam keseluruhan isi dari kode etik pustakawan.
Dari batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana Pemahaman kode etik
pustakawan yang terkait hubungan antar pustakawan di Perpustakaan
Universitas Budi Luhur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai masalah yang disebutkan di atas serta yang telah dijelaskan dalam
latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pemahaman kode etik pustakawan yang terkait hubungan antar pustakawan di
Perpustakaan Universitas Budi Luhur.
Berdasarkan dari tujuan di atas, manfaat yang hendak di peroleh dalam
penelitian ini adalah :
9
1. Bagi instansi perpustakaan yang diteliti
Dapat diambil kesimpulan umum yang bisa dijadikan sebagai bahan
evaluasi dalam menghadapi kasus-kasus dalam perpustakaan, khususnya
mengenai kode etik pustakawan yang terkait hubungan antar pustakawan.
2. Bagi pustakawan yang diteliti
Dapat dijadikan sebagai pendoman dalam menjalankan kegiatan
profesinya serta dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan kode etik
pustakawan.
3. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengaplikasian
teori yang selama ini dipelajari dalam diskusi-diskusi perkuliahan,
menambah informasi dan wawasan terkait kode etik pustakawan sebagai
bekal dalam menjalankan tugas profesi pustakawan, ketika berkecimpung
di dunia perpustakaan kelak. Selain itu, tentunya sebagai syarat utama
untuk mendapatkan gelar Strata 1 Jurusan Ilmu Perpustakaan.
D. Definisi Istilah
Dalam penulisan skripsi ini diperlukan pemaparan definisi dari istilah-
istilah yang berkaitan dengan judul dari skripsi ini
10
1. Pemahaman
Penerapan berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti
benar, sedangkan pemahaman merupakan suatu proses cara
memahami atau memahamkan.3
2. Pustakawan
Pustakawan dapat dikatakan sebagai tenaga fungsional yang ahli
dalam bidang pengelolaan literatur tidak hanya mengembangkan
dirinya pada pengelolaan literatur semata. Dalam rincian tugas dan
fungsi yang dimiliki, pustakawan juga memiliki tugas maupun fungsi
sebagai seorang pembimbing.4
3. Kode etik pustakawan
Kode etik adalah seperangkat standar aturan tingkah laku, yang
berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi profesi yang
diharapkan dapat memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai profesional.
E. Sistematika Penulisan
Dalam Sistematika penulisan, penulis menguraikan secara sistematis
kajian penulisan skripsi kedalam lima bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008). 4 Rostamaji Kurniawan, “Optimalisasi Peran Pustakawan Dalam Membentuk Pola Pikir Masyarakat
Melalui Pendidikan Informal” Vol.4 No.2 (2016), http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-
al-hikmah/article/view/1750/1697.
11
Pada bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, definisi
istilah, sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori dan tinjauan pustaka yang
digunakan oleh peneliti untuk mendukung hasil penelitian serta
mempunyai keterkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang metode penulisan yang
digunakan, yaitu jenis dan pendekatan penelitian, teknik
pengumpulan data, pemilihan informan, dan teknik analisis
data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang gambaran umum dari lembaga yang
diteliti, meliputi profil lembaga, visi-misi, struktur organisasi
serta mengutarakan hasil penelitian mengenai Pemahaman
kode etik pustakawan di perpustakaan Universitas Budi Luhur.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil penelitian yang
dikemukakan oleh penulis, dan penulis memberikan saran-
saran yang merupakan masukan dan sumbangan pemikiran
penulis.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian perpustakaan perguruan tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi yang layanannya
diperuntukkan bagi civitas akademika perguruan tinggi yang
bersangkutan.5 Perpustakaan perguruan tinggi merupakan wujud dari
Tridharma perguruan tunggi. Tridharma perguruan tinggi merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan suatu perguruan tinggi, sebagaimana
dinyatakan dalam UU Sisdiknas pasal 20 ayat 3 menerangkan bahwa
kewajiban perguruan tinggi terdiri dari tiga hal yaitu: pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tiga kewajiban ini terkenal
dengan nama Tridharma perguruan tinggi.6 Perpustakaan perguruan tinggi
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika
perguruan tinggi tersebut, seperti mahasiswa dan dosen. Perpustakaan
perguruan tinggi terus mengalami perkembangan sebagai sarana yang
5 M. Arif hakim, “Peran Etika Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kinerja Pustakawan Pada Perpustakaan
Perguruan Tinggi,” Libraria: Jurnal Perpustakaan Vol. 02 Nomor 2 (2014), http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Libraria/article/view/1253. 6 Taufiq Kurniawan, “Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam Mengembangkan Repusitoi
Institusi,” Universitas Negeri Malang Vol. 8 (2016),
http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/pustakaloka/article/view/683/535.
13
mundukung proses kegiatan belajar mengajar di perkuliahan dan penelitian
di perguruan tinggi. Di dalam sistem pendidikan nasional juga
mengisyaratkan bahwa perpustakaan harus ada disetiap satuan pendidikan
sebagai penunjang proses pembelajaran. Di dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0103/o/1981 menyebutkan
bahwa perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat kegiatan belajar
pengajar, pusat penelitian dan informasi bagi pelaksanaan Tridarma
Perguruan tinggi. Pada Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, Pada Pasal 24 yang terdiri dari 4 ayat, Yaitu :7
(1) Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan
yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan
memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.
(2) Perpustakaan memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun
jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
(3) Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan
perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi
(4) Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk
pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan
7 Perpustakaan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tentang Perpustakaan (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2007).
14
perundang-undangan guna memenuhi Standar Nasional
Pendidikan dan Standar Nasional Perpustakaan.
2. Tujuan perpustakaan perguruan tinggi
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi ialah menunjang
tridharma perguruan tinggi, yang terdiri dari penyelenggaraan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Secara khusus adalah untuk
membantu para dosen dan mahasiswa, serta pendidik di perguruan tinggi
tersebut dalam proses pembelajaran. Atau jelasnya tujuan dari
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah sebagai penyedia jasa pelayanan
informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan,
pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan
pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi
kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa informasi
serta pengembangan mutu Perguruan Tinggi pada tempatnya bernaung.8
Adanya perpustakaan di perguruan tinggi menjadi salah satu indikator
mutu pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Semakin baik
perpustakaannya maka akan semakin baik pula mutu pendidikan perguruan
tinggi tersebut.
8 Isti Mawadah, “Jadi Pustakawan Di Perguruan Tinggi, Kenapa Harus Takut?,” STAIN Kudus Vol.3
(2015): 16.
15
3. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi
Fungsi perpustakaan perguruan tinggi dijabarkan dalam rancangan
Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan UU 43 Tahun 2007 yang
selanjutnya disingkat menjadi RPP. Pada RPP dinyatakan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sumber belajar, penelitian,
deposit internal, pelestarian dan pusat jejaring civitas akademika di
lingkungan perguruan tinggi.9
Pada fungsi yang pertama, perpustakaan berfungsi sebagai sumber
belajar, hal ini mengharuskan perpustakaan untuk memiliki berbagai
koleksi lengkap yang dimiliki perpustakaan. Meskipun, perpustakaan buka
menjadi satu-satunya sumber beljar di perguruan tinggi karena masih ada
kegiatan belajar mengajar yang didapat dikelas bersama dosen. Koleksi
buku perpustakaan perguruan tinggi yang ditentukan oleh RPP paling
sedikit berjumlah 2.500 judul. Yang terdiri dari buku teks wajib untuk
mendukung mata kuliah, buku teks penunjang atau buku anjuran dan buku
teks pengayaan. Selain itu juga koleksi-koleksi tersebut harus
ditambahakan koleksi referensi umum dan referensi khusus.
Fungsi yang kedua yaitu sebagai penelitian, perpustakaan perguruan
tinggi dalam fungsi ini dapat diartikan sebagai sumber informasi untuk
9 Abdul Rahman Saleh, Percikan Pemikiran: Di Bidang Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto,
2011).
16
melakukan penelitian atau menjadi tempat penelitian itu sendiri. Seperti
yang tercantum dari salah satu bunyi tri dharma perguruan tingggi ialah
penelitian. Penelitian dalam perguruan tinggi tidak hanya dilakukan oleh
staf pengajar atau dosen sebagai syarat pengembangan karir mereka tetapi
juga dilakukan oleh mahasiswa, yang minimal melakukan penelitian
sebagai tugas akhir mahasiswa tersebut. Untuk itu perpustakaan perguruan
tinggi harus menunjang fungsi penelitian ini dengan menyediakan sumber
informasi yang bermanfaat bagi proses penelitian.
Fungsi yang ketiga ialah pusat deposit internal perguruan tinggi. Hal
ini dikarenakan perpustakaan merupakan lembaga atau unit yang tepat
untuk mengumpulkan, mengolah, serta menyimpan karya-karya ilmiah
yang dihasilkan dari dosen maupun mahasiswa. Semakin bertambahnya
jumlah karya ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi inilah yang menjadi
salah satu latar belakang dari fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang
ketiga.
Fungsi keempat dari perpustakaan perguruan tinggi ialah sebagai pusta
pelestarian informasi. Funsi ini berkaitan dengan fungsi ketiga yaitu
sebagai deposit internal. Dimana perpustakaan harus memelihara semua
informasi ilmiah yang dikoleksinya, salah satu metode untuk memelihara
koleksi yang telah diterapkan di beberapa perpustakaan perguruan tinggi
ialah dengan melakukan alih media dari koleksi tercetak menjadi koleksi
17
digital.dengan koleksi digital informasi yang dimiliki dapat mengurang
resiko kerusakan dan kehilangan. Selain itu, bentuk digital juga lebih
mudah dilayankan kepada pemustaka.
Fungsi yang terakhir dari perpustakaan perguruan tinggi adalah
sebagai pusat jejaring bagi civitas akademika di lingkungan perguruan
tinggi. Fungsi ini dimaksudkan agar perpustakaan dapat menjalin
kerjasama dengan perpustakaan lain, atau mungkin dengan lembaga lain
untuk membantu setiap pemustakanya dalam memenuhi kebutuhan
informasinya.
B. Teori Freire
Teori Freire atau Paulo Freire pada dasarnya berasal dari konsep
pendidikan yang bertujuan akan penyadaran manusia terhadap realitas
sosialnya (konsientisasi). Freire memulai program pendidikannya dengan
mengkonseptualisasikan sebuah proses penyadaran yang mengarah pada
konsep pembebasan yang disebut sebagai “kemanusiaan yang lebih utuh”
hasil dari proses ini dinamakannya konsientisasi, dimana setiap individu
mampu meihat sistem sosial secara kritis. Dalam kesadaran masyarakat Freire
membaginya menjadi tiga kategori, yaitu:10
10
Rijal Abdillah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire” Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati: Jurnal Aqidah dan Filsafat Volume 2 Nomor 1 (2017). http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/download/4247/2489
18
1. Kesadaran Magis, Yaitu suatu kesadaran masyarakat yang tidak mampu
melihat kaitan antara satu faktor pendidikan sebagai paradigma
pembebasan lainya. Masyarakat yang dimaksud didalamnya ialah
masyarakat yang tertutup dan bisu mereka menganggap hidup berarti
hidup di bawah kekuasaan orang lain atau hidup bergantung.
2. Kesadaran Naif, adalah keadaan yang dikategorikan dalam kesadaran ini
lebih melihat aspek manusia menjadi akar penyebab masalah yang ada di
masyarakat. Kesadaran naïf pada manusia hanya sebatas mengerti namun
kurang bisa menganalisis persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
unsur suatu problem sosial.
3. Kesadaran kritis, merupakan kesadaran yang lebih melihat aspek dan
struktur sebagai sumber masalah. Kesadaran kritis merupakan jenis yang
lebih ideal dari jenis-jenis sebelumnya, Masyarakat yang termasuk dalam
kesadaran kritis ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah, percaya
diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya teori Freire berawal dari kesadaran
masyarakat terhadap realitas sosialnya, yang mana dalam hal ini ialah bagaimana
kesadaran pustakawan dalam aturan aturan sosial yang dimiliki yaitu berupa kode
etik pustakawan. Berdasarkan kategori-kategori dari teori Freire hal ini sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menganalisa
jawaban dari para informan terkait pemahamannya terhadap kode etik
19
pustakawan dengan kategori kesadaran-kesadaran masyarakat menurut teori
Freire.
C. Kode Etik Pustakawan
1. Pustakawan
Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka”. Dengan demikian
penambahan kata “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjannya atau
profesinya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Bahan
pustaka dapat berupa buku, majalah surat kabar, bahan pandang dengar
dan multi media. Dalam bahasa inggris pustakawan disebut sebagai
“librarian” yang terkait erat dengan kata “Ilibrary”. Kata pustakawan
juga merujuk pada kelompok atau perorangan dengan karya atau profesi di
bidang dokumentasi, informasi dan perpustakan.11
Oleh karena itu,
Pustakawan dapat dikatakan sebagai orang yang ahli dalam mengelola
perpustakaan beserta isinya. Seperti, buku, dokumen, dan materi non buku
yang merupakan koleksi dari perpustakaan juga menyediakan informasi
serta jasa peminjaman guna memenuhi kebutuhan pemakainya.
Pustakawan merupakan suatu profesi yang bertugas untuk mengelola
perpustakaan beserta isinya. Dalam sebuah perpustakaan biasanya terdiri
dari beberapa pustakawan yang saling menopang untuk meningkatkan
kualitas dari perpustakaan tersebut.
11
Blasius Sudarsono, Antalogi Kkepustakawanan Indonesia (Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia,
2006).
20
Pustakawan dianggap kedudukannya sebagai sebuah profesi karena
sebagian besar kriteria telah dimiliki, diantaranya ialah:12
a. Memiliki lembaga pendidikan baik formal, maupun non formal
b. Memiliki organisasi profesi yaitu, Ikatan Pustakawan Indonesia
untuk Indonesia Congress of Southeast Asia Librarian (CONSAL)
untuk tingak regional dan internasional Federation of Library
Association (IFLA) untuk tingkat Internasional.
c. Memiliki kode etik yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam
melaksanakan profesi
d. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengembangan ilmu serta
komunikasi antar anggota seprofesi
e. Memiliki tujuan profesi
2. Pengertian Kode etik pustakawan
Kode etik dilihat dari segi asal-usul kata (etimologis) terdiri dari dua
kata yaitu kode dan etik. Dalam bahasa inggris terdapat berbagai makna
dari kata “code” diantaranya: a). Tingkah laku, prilaku (behavior), yaitu
sejumlah aturan yang mengatakan bagaimana orang berprilaku dalam
hidupnya atau dalam situasi tertentu; b). peraturan atau undang-
undang(rules/laws), tertulis yang harus diikuti. Sedang kata etik (ethic)
dalam bentuk tunggal memiliki makna perilaku dan sikap masyarakat.
12
Hermawan, Etika Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto, 2006).
21
Kata etik dalam bentuk jamak bermakna sejumlah aturan moral atau
prinsip perilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah
(for deciding what is right or wrong).13
Kode etik adalah seperangkat
standar aturan tingkah laku, yang berupa norma-norma yang dibuat oleh
organisasi profesi yang diharapkan dapat memberikan tuntunan bagi
anggotanya untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
profesional.14
Sementara itu, Kode etik dalam profesi pustakawan dapat dikatakan
sebagai norma atau aturan yang harus dipatuhi pustakawan untuk menjaga
kehormatan, martabat, citra, dan profesionalisme.15
Dengan begitu kode
etik juga dapat dikatakan sebagai acuan bagi pustakawan yang harus
dipatuhi dalam bertindak dan melakukan profesi kepustakawanannya agar
kehormatan, martabat, citra, dan profesionalisme dapat terjaga
kualitasnya.
Dalam kode etik pustakawan juga dimaksudkan bahwa pustakawan
adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
13
Purwono, Perpustakaan Dan Kepustakawanan Indonesia (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2013). 14
Dessy Eka Putri, “Implementasi Kode Etik Pustakawan Indonesia (Studi Deskriptif Tentang
Implementasi Kode Etik Pustakawan Indonesia Pada Pustakawan Anggota Ikatan Pustakawan
Indonesia Cabang Surabaya),” 2015, http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
lnb764d2eebbfull.pdf. 15
Lasa, Hs, Kamus Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Book, 2009).
22
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang
dimilikinya melalui pendidikan.
3. Tujuan dan fungsi kode etik pustakawan
Segala sesuatu yang ada tentunya memiliki tujuan dan fungsinya
masing-masing. Begitu juga denga kode etik pustakawan yang memiliki
beberapa tujuan dan fungsinya. Diantaranya, ialah:16
a. Tujuan kode etik pustakawan
i. Menjaga martabat dan moral profesi. Kode etik profesi sering
disebut sebagai kode etik kehormatan profesi sebab di
dalamnya memuat aturan-aturan moral yang mengatur
perilakau yang semestinya dilakukan oleh anggota profesi agar
terhindar dari dekadensi moral yang menurunkan martabat
dirinya sebagai anggota masyarakat. Maka, salah satu hal yang
harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan moralnya.
Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi dan
berimbas pada baiknya citra yang tinggi di masyarakat.
ii. Memelihara hubungan anggota profesi. Kode etik jiga dibuat
untuk mengatur hubungan diantara anggota. Dalam kode etik,
diatur hak dan kewajiban kepada anggota profesi. Dengan
16
Ikbal Amir, “Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan” (UIN Alauddin Makassar, 2014).
23
demikian, satu sama lain saling menghormati dan bersikap adil,
serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan
adanya aturan tersebut,diharapkan mendukung keberhasilan
bersama.
iii. Meningkatkan pengabdian anggota profesi. Dalam kode etik
dirumuskan tujuan pengabdian profesi sehingga anggota
profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab. Oleh karena itu, biasanya kode etik
merumuskan ketentuan bagaimana anggota profesi melayani
masyarakat. Dengan adanya ketentuan ini, Para anggota profesi
dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bangsa dan tanah air, serta kemanusiaan.
iv. Meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan mutu profesi
pustakawan, kode etik juga memuat kewjiban-kewajiban agar
para anggota profesi berusaha untuk memelihara dan
meningkatkan mutu profesi. Selain itu, kode etik juga mengatur
agar para anggotanya mengikuti perkembangan zaman. Setiap
anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan
mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah
organisasi profesi.
v. Melindungi masyarakat pemakai, Sebegai profesi pustakawan
yang bertujuan melayani masyarakat. Melalui kode etik yang
24
dimiliki, pustakawan dapat melindungi pemakai jasa, ketika
ada anggota profesi maka kode etik menjadi rujukan bersama.
b. Fungsi kode etik pustakawan
i. Mendorong para pustakawan untuk bertingkah laku secara
profesional dalam bidang perpustakaan yang tidak dipandang
salah oleh teman-teman sejawat dalam profesi.
ii. Mendorong anggota untuk mematuhi aturan yang telah
ditetapkan.
iii. Menuntut anggota agar mereka tidak memilih berperilaku yang
mungkin secara serius berprasangka terhadap kedudukan dan
reputasi profesi atau asosiasi pustakawan.
iv. Mensyaratkan anggota untuk bekerja profesional, yaitu (1)
senantiasa mengikuti perkembangan dalam dunia perpustakaan
dan cabang-cabang kegiatan professional lainnya dan (2)
menghormati anggota profesi yang bertanggung jawab
melakukan supervisi, pelatihan, atau tugas pustakawan lainnya.
v. Tugas utama anggota adalah melayani pengunjung atau
pengguna.
vi. Menempatkan anggota dengan kewajiban untuk memfasilitasi
terhadap alur informasi dan ide-ide dan melindungi serta
mendorong hak setiap individu untuk bebas dan hak akses
25
yang sama terhadap sumber informasi tanpa diskriminasi dan
dalam batas-batas hukum.
vii. Anggota harus memberikan kemampuan mereka yang terbaik
dalam kewajiban kontrak yang harus dibayar kepada yang
mempekerjakannya.
Dari beberapa tujuan dan fungsi kode etik pustakawan yang
telah dijelaskan secara umum, terdapat beberapa tujuan dan fungsi
kode etik pustakwan mengenai hubungan antar pustakawan secara
khusus. Seperti pada tujuan kode etik pustakawan point pertama
hingga point keempat dimulai dengan menjaga martabat dan moral
profesi, memelihara hubungan anggota profesi, meningkatkan
pengabdian anggota profesi, hingga meningkatkan mutu profesi.
Dimana profesi yang dimaksud ialah pustakwan. Sementara itu,
dalam fungsi kode etik pustakawan terdapat beberapa point yang
berkaitan dengan hubungan antar pustakawan. Seperti mendorong
pustakawan untuk bertingkah secara professional, mendorong
untuk mematuhi aturan yang telah ditentukan, menuntut agar
berprilaku terhadap asosiasinya, serta mensyratkan pustakawan
agar bekerja secara professional.
26
4. Penjabaran kode etik pustakawan
Kode etik pustakawan terdiri dari beberapa bagian yang dijabarkan,
dalam berbagai kewajiban yang dimiliki oleh pustakwan diantaranya ialah
sikap dasar, pengguna, antar pustakawan, perpustakaan, organisasi profesi,
dan dengan masyarakat. Dalam penelitian ini sesuai dengan pembatasan
masalah yang ada, maka peneliti hanya mebahas kode etik antar
pustakawan saja. Sementara itu, kode etik yang menjadi landasan dari
penelitian ini ialah kode etik menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)
dan kode etik menurut International Federation of Library Associations
and Instituins (IFLA).
a. Hubungan antar pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia
pada Pasal 5:17
i. Pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya
dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan. Point ini menjelaskan bahwa sebagai pustakawan
dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki salah satunya dengan cara berbagi pengalaman
dengan sesama pustakawan mengenai pengalaman
kepustakawanan.
17
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah,” Diakses March 29,
2019, http://ipi.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2017/09/KODE_ETIK-IPI-2015_B5.pdf.
27
ii. Pustakawan bekerjasama dengan pustakawan lain dalam upaya
mengembangkan kompetensi profesional pustakawan, baik
sebagai perorangan maupun kelompok. Dalam point ini dapat
dimaksudkan bahwa pustakawan dapat bekerjasama dengan
pustakawan lain dalam mengembangkan kompetensi yang
dimilikinya baik itu secara individu maupun secara kelompok.
iii. Pustakawan memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang
baik antara sesama rekan. Dalam point ini dimaksudkan bahwa
menjaga komunikasi dan rasa kekeluargaan sesame pustakawan
merupakan yang penting untuk menjaga hubungan kerja yang
baik.
iv. Pustakawan memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan
terhadapa korps pustakawan secara wajar. Pustakawan dituntut
untuk mampu memiliki kesadaran, kesetiaan, dan rasa menghargai
korps atau kelompok profesinya semampu yang ia bisa.
v. Pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan, baik didalam
maupun diluar kedinasan. Dan yang terakhir sesama pustakawan
juga harus menjaga nama baik satu sama lain, selain itu juga
saling mengingatkan satu sama lain jika terjadi kesalahan. Hal ini
juga berguna untuk menjaga nama baik dan kualitas perpustakaan
yang dinaungi.
28
b. Hubungan antar pustakawan Menurut IFLA:18
i. Librarians and other information workers treat each other with
fairness and respect. Yang bermaksud bahwa pustakawan atau
pekerja informasi lainnya harus adil dan hormat dalam
memperlakukan satu sama lain.
ii. Librarians and other information workers oppose discrimination
in any aspect of employment because of age, citizenship, political
belief, physical or mental ability, gender, marital status, origin,
race, religion or sexual orientation. Yang bermaksud bahwa
pustakawan atau pekerja informasi lain menentang adanya
diskriminasi dalam segala aspek mulai dari usia,
kewarganegaraan, kepercayaan politik, fisik atau mental, jenis
kelamin, atau orientasi sosial.
iii. Librarians and other information workers promote equal payment
and benefits for men and women holding comparable jobs. Yang
bermaksud bahwa pustakawan atau pekerja informasi lain
mendapatkan promosi, upah, serta keuntungan yang setara antara
laki-laki dan perempuan dalam bekerja
iv. Librarians and other information workers share their professional
experience with colleagues and they help and guide new
18
IFLA, “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers,” Diakses March 29,
2019, https://www.ifla.org/publications/node/11092.
29
professionals to enter the professional community and develop
their skills. They contribute to the activities of their professional
association and participate in research and publication on
professional matters. Yang bermaksud bahwa pustakawan dan
pekerja informasi lain saling berbagi pengalaman dan masuk
kedalam komunitas professional dan pembangunan kemampuan.
Serta berkontribusi dalam kegiatan asosiasi profesi dan
berpartisipasi dalam penelitian dan publikasi tentang masalah
profesi.
v. Librarians and other information workers strive to earn a
reputation and status based on their professionalism and ethical
behaviour. They do not compete with colleagues by the use of
unfair methods. Yang bermaksud bahwa pustakawan atau pekerja
informasi lain berusaha untuk mendapatkan reputasi profesi dan
etika profesi mereka dengan cara yang adil dan bukan dari bentuk
kecurangan.
Dari penjelasan kode etik pustakawan dalam hubungan antar
pustakawan baik menurut Ikatan Pustakawan Indonesia maupun
menurut IFLA, keduanya memiliki kesamaan yang bermaksud
agar pustakawan senantiasa meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki, menjalin kerjasama yang baik antar
30
pustakawan, serta mengedepankan sikap adil dengan satu sama
lain.
D. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Skripsi dengan judul “Pemahaman Kode Etik Pustakawan di Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”, Ikbal Amir
(2014). Menjelaskan tentang sejarah Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemahaman kode etik pustakawan di
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dan
mengulas masalah kendala-kendala dalam pelaksanaan kode etik
pustakawan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Pemahaman Kode Etik Pustakawan di Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pemahaman kode etik pustakawan di Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dijalankan sesuai dengan budaya
masyarakatnya, budaya yang dimaksud dalam penelitian ini ialah
kebiasaan sehari-hari dari para masyarakatnya seperti dari sikap sehari-
hari, keyakinan agama yang diyakini, serta tradisi-tradisi kehidupan
dalam bermasyarakat. budaya dan kode etik ini saling menguatkan
terutama terkait dengan hubungan sosial yang menggunakan tatakrama
31
dan saling menghargai yang disimbolkan melalui sikap dan bahasa yang
digunakan dalam melayani para pemustaka.
2. Skripsi dengan judul “Penerapan Etika Pustakawan dalam Melayani
Pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri Alla Kabupaten Enrakeng”,
Haslinda (2017). Menjelaskan penerapan etika pustakawan dalam
melayani pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri Alla kabupaten
Enrakeng yaitu dengan cara melayani dengan sopan, ramah, murah
senyum, jujur, amanah, adil, dan lain-lain. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana etika yang diterapkan dalam
melayani Pemustaka di perpustakaan SMP Negeri 6 Alla Kabupaten
Enrekang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan etika pustakawan dalam melayani pemustaka di perpustakaan
SMP Negeri 6 Alla Kabupaten Enrekang yaitu dengan cara melayani
dengan sopan, ramah, murah senyum, jujur, amanah, adil, dll.
Menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
pemustaka serta kerja sama dengan guru pengajar.
3. Skripsi dengan judul “Penerapan Kode Etik Pustakawan Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar”, ST. Khadijah Jafar
(2015). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan kode etik
pustakawan dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi di Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar oleh pustakawan di
32
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan kode etik Pustakawan
diperpustakaan UIN Alauddin Makassar telah berusaha melaksanakan
semua aturan yang tercantum dalam kode etik pustakawan mulai dari
sikap dasarnya pustakawan, hubungannya dengan pemustaka,
hubungannya dengan sesama pustakawan, hubungannya dengan
perpustakaan, hubungannya dengan organisasi profesi dan hubungannya
dengan masyarakat, dan kendala yang terdapat pada penerapan kode etik
pustakawan bagian sirkulasi khususnya layanan penitipan barang (Loker)
yang pelayanannya masih kurang maksimal dalam hal melayani.
4. Jurnal dengan judul “Implementasi Kode Etik Pustakawan dalam
Meningkatkan Kualitas Kinerja Pelayanan Pustakawan di Badan
Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara”, Jurnal
Acta Diurna Vol. 2 No. 4 oleh Risno Mbonuong (2013). Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui implementasi kode etik pustakawan oleh
pustakawan di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sulawesi Utara dalam meningkatkan kualitas kinerja pelayanan
pustakawan di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sulawesi Utara. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pustakawan
Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulawesi Utara setuju bahwa penerapan
kode etik pustakawan dapat meningkatkan kualitas kinerja pelayanan
pustakawan. Dan hasil penelitian ini membuktikan pelayanan yang diberikan
33
pustakawan di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sulawesi Utara belum sesuai dengan harapan dan kebutuhan pemustaka
serta hubungan yang harmonis antar pustakawan di Badan Perpustakaan
Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utaramasih sangat jarang
tercipta.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodelogi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui
tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun, serta
menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu
pengetahuan berdasarkan bimbingan tuhan.19
Jadi, dapat dikatakan bahwa
metodelogi penelitian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
berfokus pada cara-cara untuk melaksanakan penelitian.
Untuk memperoleh data-data yang maksimal, maka diperlukan
pembahasan mengenai jenis dan pendekatan penelitian, pemilihan informan,
teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
kualitatif, Penelitian Kualitatif ialah jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
19
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan (Jakarta:
Kencana, 2014).
35
diartikan sebagai penelitian yang berfokus pada fenomena sosial dan pada
pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan dibawah
studi.20
Para peneliti dalam penelitian kualitatif diminta untuk mampu
memahami makna suatu kejadian atau peristiwa dengan cara menjalin
interaksi dengan orang-orang yang terlibat dalam kejadian atau peristiwa
tersebut.
Pendekatan kualitatif ini digunakan karena sifatnya yang luwes, sangat
rinci, tidak rumit dalam mendeskripsikan suatu konsep serta memberikan
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang
lebih mendasar, menarik, dan unik yang terjadi di lapangan.21
Dengan
kata lain pendekatan kualitatif dapat dikatakan fleksible atau mudah
disesuaikan.
Sementara itu, jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah
deskriptif. Jenis penelitian dengan metode deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan gambaran secara sistematis yang sesuai dengan fakta-fakta
yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif juga untuk memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu kejadian atau fenomena yang
ada.
20
Emzir, Analisis Data: Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). 21
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Radja Grafindo, 2003).
36
B. Pemilihan Informan
Dalam melakukan penelitian perlu adanya informasi dari sumber-
sumber yang paham atas tema penelitian yang dipilih, salah satu yang
dianggap mampu memberikan informasi dalam suatu penelitian ialah
informan. Informan adalah orang yang memiliki kapasitas untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Dengan bahasa yang
sederhana, informan menjadi orang yang ditanyai oleh peneliti karena
dianggap memiliki pengetahuan tentang suatu yang ingin diketahui
peneliti.22
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa informan
merupakan orang yang diminta informasinya untuk membantu sebuah
penelitian dengan kapasitas yang dimiliki yaitu mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terkait dengan tema
penelitian yang diteliti.
Oleh karena itu, dari hasil pengertian mengenai informan. Kriteria
Informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah para pustakawan yang
bekerja di perpustakaan Universitas Budi Luhur yaitu perwakilan dari
pustakawan berlatar belakang ilmu perpustakaan dan pustakawan yang
berlatar belakang non ilmu perpustakaan yang telah bekerja lebih dari 10
tahun, termasuk didalamnya pustakawan berlatar belakang ilmu
22
Tedi Sutardi, Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya (Bandung: PT Setia Purna Inves,
2007).
37
perpustakaan yaitu kepala perpustakaan Universitas Budi Luhur karena
beliau lah yang bertanggung jawab terhadap pustakawan-pustakawan
yang dibawahinya, yang akan diminta informasi serta pengetahuannya
terkait Pemahaman kode etik pustakawan di perpustakaan Universitas
Budi Luhur khususnya dalam hubungan antar pustakawan.
Tabel 3.1: Data Informan
NO. LATAR
PENDIDIKAN
NAMA JABATAN LAMANYA
WAKTU
KERJA
1.
Ilmu perpustakaan
Margaretha
Sri Udari,
S.Sos.,
M.Hum
Kepala
Perpustakaan
(Pustakawan)
< 5 tahun
2. Yudi
Nugroho,
S.E., M.M.,
M.Hum
Pustakawan
15 Tahun
3. Non-ilmu
perpustakaan
Hasan Anas
Bakri,
S.I.Kom
Staf pelayan
teknis
perpustakaan
15 Tahun
4.
Suparman
Kepala
urusan
pengadaan
perpustakaan
15 Tahun
Sumber : Arsip Perpustakaan Universitas Budi Luhur
38
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan bagian dari
tahapan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang
akurat serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan permasalahan
yang akan diteliti. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya maka dibutuhkan sumber data, Sumber
data dapat diperoleh dari lembaga atau situasi sosial, subjek atau
informan, dokumentasi lembaga badan atau historis.23
Untuk
memudahkan sumber data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder.
1. Data Primer, merupakan data yang diambil langsung tanpa melalui
perantara berasal langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data
primer dapat diperoleh dari para informan yaitu kepala perpustakaan
serta pustakawan di perpustakaan Universitas Budi Luhur sebagai
instrument penelitian.
2. Data sekunder, ialah data-data yang tidak langsung diperoleh dari
sumbernya.24
Data sekunder ini merupakan data pelengkap dari data
primer berupa dokumen, artikel, ataupun laporan yang sesuai dengan
permasalahan penelitian.
23
Muhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013). 24
Basrowi Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
39
Sementara dalam teknik pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian meliputi :
1. Observasi
Istilah observasi dalam penelitian diarahkan pada kegiata
memerhatikan secara akurat, mencatat menomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.25
Maka Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
observasi dalam penelitian ini ialah dengan melakukan pengamatan
pada pustakawan terhadap fungsi, tugas, serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pustakawan di perpustakaan saat menjalankan tugasnya
dalam melayani pemustaka. Hal ini dirasa penting, karena memiliki
kaitan dengan topik pada permasalahan penelitian ini.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di kontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.26
Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk
memperoleh informasi dari informan secara mendalam.
Dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara
ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif:Teori Dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2017). 26
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010).
40
pihak yang terkait dengan topik permasalahan penelitian ini. Baik itu
pertanyaan secara lisan maupun tulisan yang telah disiapkan peneliti
sebelumnya untuk mendapatkan data semaksimal mungkin.
Jenis wawancara yang digunakan ialah wawancara semi
terstruktur. Wawancara semi terstruktur ialah gabungan antara
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dimana
pewawancara telah menyiapkan topik wawancara sebagai panduan
wawancara sebelum aktifitas wawancara dimulai, tetapi pewawancara
perlu menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang
diberikan partisipan.27
Jadi, dalam penelitian ini selain menanyakan
pertanyaan yang telah disiapkan peneliti juga dapat menanyakan
secara pertanyaan secara spontan yang berasal dari jawaban informan
yang diteliti. Tujuannya ialah agar mendapatkan jawaban yang lebih
rinci dari para informan yang tidak diperkirakan sebelumnya terkait
topik yang ditanyakan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian merupakan bagian dari sumber
data sekunder, dimana berguna untuk melengkapi data-data dalam
penelitian dengan menggunakan catatan-catatan yang telah terjadi
seperti catatan lapangan, laporan, maupun artikel yang berkaitan
dengan topik permasalahan ini.
27
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar (Jakarta: Indeks, 2012).
41
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data. Mencari
pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.28
Analisis
data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun
data secara sistematis yang diperoleh dari teknik-teknik pengumpulan
data yang telah dilakukan sebelumnya yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, serta bahan-bahan lain. Maka dengan begitu, akan lebih
mudah untuk dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi dua yakni,
analisis data sebelum memasuki lapangan dan analisis data setelah di
lapangan.
Adapun analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan data yang diperoleh dari hasil
menyingkirkan segala sesuatu (data) subjektif untuk menerima data-
data yang obyektif. Hal ini diperlukan untuk memilah data tersebut
agar dalam proses pengamatan terhadap gejala-gejala yang dicari
dapat dilakukan.29
Reduksi data juga dapat dikatakan proses
28
Maulidya Istiqfani, “Kebutuhan Informasi Guru MTsN Tangerang II Pamulang Dalam Proses
Belajar Dan Mengajar” (Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta, 2015). 29
Yanuar Ikbar, Metode Penelitian Sosial Kualitatif: Panduan Membuat Tugas Akhir Atau Karya
Ilmiah (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012).
42
pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan data kasar yang
muncul dari catatan lapangan. Langkah ini dimulai dari sebelum
terjadi penelitian dan dilakukan secara terus menerus selama
penelitian berlangsung.
b. Penyajian data
Langkah selanjutnya setelah reduksi data ialah penyajian data
yang dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat berupa teks yang
bersifat naratif. Langkah ini bertujuan agar data yang didapat mudah
dipahami sehingga dapat memudahkan langkah selanjutnya.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari penelitian,
Data-data yang disajikan dalam bentuk uraian teks bersifat naratif
kemudian dianalisis berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di
lapangan. Penarikan kesimpulan juga dikemukakan berbentuk naratif
sebagai penarikan kesimpulan dari jawaban-jawan rumusan masalah
yang telah dirumuskan sejak awal.
E. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di perpustakaan Universitas Budi
Luhur. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Pemahaman kode etik pustakawan di perpustakaan
Universitas Budi Luhur.
43
Adapun jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2: Jadwal Penelitian
NO. Kegiatan Waktu
1. Pengajuan proposal skripsi Januari 2019
2. Seminar proposal skripsi 30 Januari 2019
3. Penyusunan skripsi 01 Februari 2019
4. Pelaksanaan penelitian 01 Maret 2019
5. Pengajuan daftar siding 15 Mei 2019
6. Sidang skripsi 22 Mei 2019
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Perpustakaan Universitas Budi Luhur berdiri bersamaan dengan
kampus yang menaunginya yaitu tahun 1965 tepatnya pada bulan April.
Sebelumnya, saat itu Budi Luhur masih belum menjadi universitas
melainkan sebuah sekolah tinggi yaitu Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer atau yang disingkat dengan STMIK dan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi yang disingkat menjadi STIE. Sebelum
menjadi universitas, setiap sekolah tinggi memiliki perpustakaannya
masing-masing. Kemudian dengan perkembangan saat itu Budi Luhur
naik tingkat menjadi universitas, dan setelah berubah menjadi universitas
perpustakaan-perpustakaan yang ada saat itu dipusatkan menjadi satu
perpustakaan. Saat ini koleksi perpustakaan terus bertambah, seiring
dengan kebutuhan para pemustakanya. Dimana perpustakaan Universitas
Budi Luhur harus menyediakan informasi kepada berbagai fakultas yaitu
fakultas teknologi informasi, fakultas ilmu komunikasi, fakultas ekonomi
dan bisnis, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, fakultas teknik, dan
akademi sekretari.
45
2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Adapun visi dan misi perpustakaan Universitas Budi Luhur ialah :
Visi :
Menjadikan UPT Perpustakaan Universitas Budi Luhur sebagai pusat
layanan informasi yang memiliki investasi sumber daya pengetahuan yang
tinggi, lengkap dan professional dalam memberikan pelayanan prima
kepada civitas akademika dan pengguna perpustakaan secara luas berbasis
teknologi informasi untuk meningkatkan daya saing di era digital.
Misi :
a. Menyediakan kebutuhan koleksi yang relevan dengan kebutuhan
pemustaka.
b. Mengembangkan pusat repository lokal konten (deposit) yang open
access.
c. Menyelenggarakan pelayanan prima yang memenuhi standar
pelayanan minimum.
d. Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia dengan
mengembangkan kompetensi kepustakawanan yang bersertifikasi.
e. Pengembangkan Sumber Daya Informasi Tercetak dan Elektronik.
f. Pengembangan Layanan berbasis internet.
g. Mengembangkan total quality manajemen dalam pengelolaan
perpustakaan yang terakreditasi.
46
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Gambar 4.1: Struktur Organisasi Perpustakan
Sumber : Arsip Perpustakaan Universitas Budi Luhur
4. Koleksi Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Aadapun ragam koleksi dan jumlah koleksi yang terdapat di
perpustakaan Universitas Budi Luhur ialah sebagai berikut terdapat dalam
tabel :
47
Tabel 4.1: Koleksi perpustakaan
NO. Jenis Pustaka Jumlah Judul Jumlah
eksemplar Cetak Elektronik
1. Buku teks 10.792 100 34.020
2. Jurnal Nasional yang
terakreditasi Dikti
25 25
3. Jurnal Internasional 12 12
4. Prosiding 81
Total 10.910 137
Sumber : Arsip Perpustakaan Universitas Budi Luhur
5. Daftar Staf Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Berikut ialah tabel daftar staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
Tabel 4.2: Daftar staf perpustakaan
NO. Nama Staf Jabatan
1. Dr. Gandung Triyono, M.Kom Direktur Digitalisasi
Penunjang Akademik
2. Margaretha Sri Udari, S.Sos.,
M.Hum
Kepala Seksie Perpustakaan
3. Budi Saryatno, S,Sos, M.M Kepala Sub Bagian Teknis
dan Publikasi Perpustakaan
4. Hasan Anas Bakri, S.I.Kom Kepala Urusan Perpustakaan
5. Mardjana Kepala Urusan Perpustakaan
6. Marjuni Kepala Urusan Perpustakaan
7. Hayi Endah, A.Md Kepala Urusan Bidang
48
Sumber : Arsip Perpustakaan Universitas Budi Luhur
6. Layanan Perpustakaan Universitas Budi Luhur
Layanan utama perpustakaan Universitas Budi Luhur ialah:
a. Layanan Teknis
Layanan yang menjalankan tugas pengembangan koleksi dan
pengolahan bahan pustaka serta menginformasikan kepada pengguna.
Dengan pelayanan ini memungkinkan pengguna memberikan usulan
koleksi yang diperlukan
b. Layanan Pengguna
Pengolahan Terbitan Berseri
Perpustakaan
8. Suparman Kepala Urusan Pengadaan
Perpustakaan
9. Herdiaman Kepala Urusan Pelayanan
Perpustakaan
10. Buti Suparwi Kepala Urusan Bidang
Pelayanan Pengguna Sore
Perpustakaan
11. Yudi Nugroho, S.E., M.M.,
M.Hum
Pustakawan Bidang Publikasi
12. Yulianti, S.I.Kom Staf Pelayanan Perpustakaan
13. Ahmad Arifin Wahyu Wibowo
14. Wahyu Wibowo Staf Bagian Pelayanan Sore
15. Eny Retnoningrum, S,Kom.,
M.M
Staf Bagian Pendataan Jurnal
49
Layanan pengguna terdiri dari:
i. Layanan sirkulasi, yang memberikan pelayanan peminjaman dan
pengembalian buku, keterangan bebas pustaka, dan keanggotaan
perpustakaan.
ii. Layanan tugas akhir, yang memberikan layanan informasi kepada
pengguna khususnya mahasiswa yang sedang menyusun tugas
akhir dengan Memberikan bantuan penelusuran skripsi,
Menyajikan koleksi skripsi dan laporan KKP dari semua program
studi yang ada di Universitas Budi Luhur, Menyediakan ruang
baca skripsi, Menerima skripsi yang sudah di hard cover.
iii. Layanan referensi, bertugas mengarahkan, menunjukkan,
menggali, menelusur informasi dari berbagai sumber informasi
yang ada di perpustakaan maupun di luar perpustakaan baik
tercetak maupun non cetak untuk menjawab kebutuhan pengguna.
iv. Layanan jurnal dan majalah, Layanan ini menyediakan ruang baca
majalah serta koleksi surat kabar, jurnal dan majalah dari berbagai
terbitan baik nasional maupun internasional, tercetak maupun
elektronik (CD-ROM) dan jurnal dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia.
v. Layanan ruang baca dan diskusi, Disediakan ruang baca baik
untuk individu dengan tersedianya meja baca untuk individu
maupun kelompok dengan tersedianya meja baca kelompok. Di
50
samping itu pengguna dapat melakukan diskusi dengan
memanfaatkan ruang diskusi/rapat dengan daya tampung 10
orang.
c. Layanan administrasi
Aktivitas yang ada dalam layanan administrasi antara lain
pembuatan surat keterangan bagi mahasiswa yang ingin memanfaatkan
perpustakaan lain khususnya dengan perpustakaan yang telah menjalin
kerja sama silang layan dengan perpustakaan Universitas Budi Luhur.
Di samping itu layanan ini juga mengeluarkan surat ijin membaca bagi
pengguna non civitas akademika Universitas Budi Luhur.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Pemahaman Pustakawan Terhadap Kode Etik Pustakawan
Pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang dalam
mengertikan, menafsirkan atau menyatakan pendapat tentang suatu hal.
Dalam hal ini, para informan akan diminta pendapatnya mengenai kode
etik pustakawan.
Kode etik pustakawan bukan menjadi kata yang asing lagi bagi
pustakawan, namun hal ini tidak menjamin semua pustakawan mengetahui
pengertian dari kode etik pustakawan. Ibu Margaretha pustakawan
Universitas Budi Luhur juga selaku kepala perpustakaan Universitas Budi
Luhur mengungkapkan bahwa menurutnya kode etik pustakawan dalam
51
profesi pustakawan merupakan dasar pustakawan dalam bersikap dimana
pustakawan diharuskan untuk menjalankan tugasnya dengan saling
menghormati satu sama lain, mengembangkan perpustakaan bersama-
sama, serta tidak saling menjatuhkan antar rekan kerja. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Ibu Margaretha seperti berikut.
“Kode etik pustakawan itu bagaimana kita harus saling menghormati
sesama pustakawan, bagaimana kita mengembangkan perpustakaan
dengan tidak saling menjatuhkan.”30
Tanggapan terkait pemahaman kode etik pustakawan juga
diungkapkan oleh ketiga informan lainnya. Jika Ibu Margaretha
memahami kode etik sebagai sesuatu dasar dalam bersikap antar
pustakawan. Bapak Hasan memahami kode etik pustakawan sebagai
dasar dalam bersikap melayani pemustaka.
“Kode etik pustakawan merupakan bentuk pelayanan kita kepada
pemustaka agar pemustaka mendapat pelayanan yang baik.” 31
Sementara itu, Bapak Yudi dan Bapak Suparman memahami kode etik
pustakawan sebagai aturan yang ditujukan bagi pustakawan.
“Kode etik pustakawan menurut saya ialah rambu-rambu yang harus
ditaati sebagai seorang pustakawan dalam menjalankan
profesinya.”32
“Saya sering dengar tetapi saya belum tau mendalam sebenarnya
kode etik itu seperti apa, saya juga belum tau apakah kode etik
30
Margaretha, Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019. 31
Hasan, Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019. 32
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi, March 13, 2019.
52
pustakawan sudah saya amalkan. Tetapi kalau menurut saya kode etik
pustakawan itu mengenai apa yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan, Seperti aturan tapi diastasnya peraturan
kedudukannya.”33
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kode etik pustakawan
merupakan hal wajib dipatuhi dan ditaati bagi pustakawan untuk
menunjang kualitas kerja yang baik dalam menjalankan tugasnya terkait
apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang. Hal tersebut sesuai
dengan definisi dari kode etik menurut Lasa yaitu norma atau aturan yang
harus dipatuhi pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra,
dan profesionalisme.34
Dari pendapat-pendapat para informan tersebut
mungkin belum semuanya sesuai dengan pengertian-pengertian yang
dipaparkan pada bab dua sebelumnya, namun jika dicermati semua
pendapat para informan tercantum pada kode etik pustakawan apabila
ditelaah lebih lanjut. Seperti tanggapan dari Ibu Margaretha dan Bapak
Hasan yang sesuai dengan ketentuan umum dalam kode etik pustakawan
menurut Ikatan Pustakawan Indonesia, yaitu kode etik merupakan
ketentuan yang mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada
diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan Negara.35
Namun jika dilihat berdasarkan teori Freire hasil wawancara dari para
informan menunjukkan pada kategori naïf dimana masyarakat sudah dapat
33
Suparman, Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019. 34
Lasa, Hs, Kamus Kepustakawanan Indonesia. 35
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah,” March 29, 2019,
http://ipi.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2017/09/KODE_ETIK-IPI-2015_B5.pdf.
53
mengidentifikasi diri, sadar akan permasalahan, menerima penjelasan
namun belum memperjuangkan apa yang harus dimiliki dan banyak
berpolemik namun bukan berdialog36
Pada kesempatan wawancara tersebut peneliti juga menanyakan
pertanyaan yang dikhususkan kepada Ibu Margaretha dan Bapak Yudi
selaku pustakawan yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu
perpustakaan, Yaitu terkait perannya sebagai pustakawan yang memiliki
latar belakang ilmu perpustakaan dalam berbagi informasi terkait kode
etik pustakawan kepada rekan kerja yang memiliki latar belakang
pendidikan non-ilmu perpustakaan. Hal ini dirasa perlu dikerenakan setiap
staf yang bekerja di perpustakaan diharapkan dapat memahami isi dari
kode etik pustakawan untuk menunjang kinerjanya.
“Kalau menjelaskan secara rinci atau mendalam tentang kode etik
tidak pernah, tetapi jika kode etik secara luas atau umumnya
pernah.”37
Senada dengan Ibu Maragretha, Bapak Hasan juga mengaku belum
pernah menjelaskan kepada rekan kerja lainnya terkait kode etik
pustakawan secara eksplisit.
“Mungkin secara eksplist menjelaskan tentang kode etik itu apa dan
bagaimana tidak pernah, tetapi tanpa disadari kita sering berbagi
36
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire,” Universitas Islam Sunan
Gunung Djati Bandung Vol 2, Nomor 1 (2017),
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/download/4247/2489. 37
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
54
informasi tentang hal-hal yang sebenarnya terkandung dalam kode
etik.”38
Jawaban dari Ibu Margaretha dan Bapak Yudi dapat menjadi cerminan
dari jawaban pustakawan yang memiliki latar belakang pendidikan non-
ilmu perpustakaan, yaitu Bapak Hasan dan Bapak Suparman terkait
pendapat mereka tentang kode etik pustakawan di atas. Saat diwawancarai
Bapak Hasan dan Bapak Suparman masih terlihat kesulitan dalam
mengutarakan pemahamannya terkait kode etik pustakawan.
2. Pemahaman Kode Etik Pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi
Luhur terkait hubungan antar pustakawan
Dasar dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti kepada
informan dalam mendapatkan informasi terkait Pemahaman kode etik
pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi Luhur ialah pasal-pasal
yang dipaparkan dari kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan
Indonesia dan kode etik menurut International Federation of Library
Associations and Instituins (IFLA) terkait hubungan antar pustakawan
yang telah dibagi menjadi beberapa topik pertanyaan.
a. Pengembangan keterampilan
38
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
55
Topik pengembangan keterampilan merupakan gabungan dari kode
etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia point 1 dan 2.
Sebagai pustakawan mengembangkan kompetensi merupakan hal
yang penting diantaranya ialah dengan mengembangkan keterampilan
yang dimiliki, Karena keterampilan yang dimiliki oleh pustakawan
dapat menjadi penunjang dari kinerja pustakawan tersebut. Untuk itu
peneliti telah menanyakan beberapa pertanyaan terkait pengembangan
keterampilan seperti berikut :
i. Salah satu upaya dari sebuah perpustakaan dalam
mengembangkan keterampilan pustakawannya ialah dengan
membuat kegiatan yang dapat menambah informasi atau ilmu para
pustakawan seperti kegiatan berbagi pengalaman.
Sementara itu di perpustakaan Universitas Budi Luhur, Ibu
Margaretha menanggapi bahwa untuk kegiatan yang diagendakan
khusus untuk berbagi pengalaman sampai saat ini belum pernah
ada, tetapi para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur mengaku saling berbagi pengalaman ketika rapat
berlangsung.
“Kalau untuk mengadakan kumpul khusus untuk berbagi
pengalaman belum ada, tetapi biasanya setiap rapat kami
sering berbagi pengalaman disana”39
39
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
56
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Hasan dan Bapak
Suparman yang mengatakan bahwa pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur saling berbagi pengalaman
saat rapat, yang diadakan beberapa kali dalam satu semester.
“Ya, biasanya dirapat”40
“Iya, kita sering bertukar cerita pengalaman di rapat yang
diadakan beberapa kali dalam satu semester.”41
Sementara itu, Bapak Yudi menambahkan bahwa selain ketika
rapat para pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur juga saling berbagi pengalamannya disela-sela aktivitas
dalam menjalankan pekerjaan mereka di perpustakaan.
“Selain ketika rapat, Saya rasa dalam semua aktivitas dalam
kegiatan perpustakaan kita sering berbagi pengalaman.”42
Dari jawaban-jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa
pustakawan dan staf perpustakaan universitas Budi Luhur
melakukan kegiatan berbagi pengalaman antar pustakawan dan
staf hanya pada saat rapat, sementara untuk kegiatan khusus yang
ditujukan untuk berbagi pengalaman belum pernah diadakan.
Selain saat rapat sebenarnya secara tidak langsung mereka juga
sering kali berbagi pengalaman terkait kepustakawanan disela-sela
40
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 41
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 42
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
57
aktivitas mereka dalam menjalankan tugas mereka di
perpustakaan. Hal ini sesuai dengan kode etik pustakawan pasal
lima point pertama yaitu Pustakawan berusaha mencapai
keunggulan dalam profesinya dengan cara memelihara dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.43
Dengan
berbagi pengalaman di bidang kepustakawan dapat memelihara
dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan para
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur.
ii. Dalam pengembangan keterampilan untuk meningkatkan kualitas
diri seseorang dapat menggunakan target sebagai bentuk
pencapaiannya. Hasil wawancara dengan Ibu Margaretha beliau
mengaku memiliki target setiap tahunnya seperti yang dipaparkan
berikut ini.
“Saya memasang target setiap tahun, seperti tahun ini saya
mencoba membuat buku terkait information center, jadi tidak
hanya tentang perpustakaan. Saya juga akan aktif di
kepengurusan FPPTI DKI dimana dalam beberapa hari ini
pengurus baru akan dilantik.”44
Sementara itu berbeda dengan Ibu Margaretha, Bapak Hasan
dan Bapak Suparman mengaku tidak memiliki target untuk
meningkatkan keterampilan pribadinya di bidang perpustakaan.
43
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah.” 44
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
58
“Saya tidak pernah memasang target, hanya mengikuti saja
arahan pimpinan”45
“Saya tidak ada target”46
Sedangkan Bapak Yudi memberikan jawaban bahwa beliau
tidak memiliki target secara spesifik, tetapi beliau selalu ingin
mengembangkan diri melalui pendidikan, baik pendidikan formal
maupun non formal
“Saya selalu ingin mengembangkan diri dalam bidang yang
saya tekuni melalui pendidikan formal maupun non formal.
Tetapi untuk target secara spesifik tidak ada, karena kebetulan
saya punya dua background keilmuan yang berbeda yang juga
menuntut pengembangan diri secara terus menerus.”47
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak semua
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
memiliki target terkait pengembangan keterampilan di bidang
perpustakaan. Hanya satu dari empat informan yang memiliki
target secara spesifik sementara informan lainnya lebih memilih
untuk menjalankan tugas sesuai perintah.
iii. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tentunya terdapat usaha yang dilakukan oleh para pustakawan
untuk memperolehnya. Dalam meningkatkan pengetahuan dan
45
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 46
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 47
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
59
keterampilan pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur, menurut Ibu Margaretha terdapat beberapa usaha yang
telah dilakukan baik secara bersama-sama maupun secara individu
diantaranya dengan mengadakan rapat, mengikuti pelatihan-
pelatihan untuk pustakawan, hingga kunjungan bersama ke
Perpustakaan Nasional
“Dalam satu semester kami membuat rapat untuk berbagi
pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, kami juga mengikuti
pelatihan-pelatihan untuk pustakawan. Kami juga pernah
melakukan kunjungan bersama ke perpusnas untuk belajar
bersama cara mendapatkan e-resources di perpusnas”48
Ketiga informan lainnya juga memberikan jawaban yang
senada, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang
dilakukan oleh pustakawan dan staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur ialah dengan mengikuti pelatihan atau seminar
perpustakaan.
“Disamping berbagi pengalaman kita sering mengikuti
seminar untuk meningkatkan keterampilan dengan cara
bergiliran”49
“Biasanya sih, kami diajak pelatihan atau seminar tentang
perpustakaan”50
“Dulu pernah kita belajar bareng jadi diajarkan oracle sistem
katalog buatan perpustakaan ubl. Dan seminar atau pelatihan
diluar juga pernah”51
48
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 49
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 50
Hasan, Hasil wawancara pribadi.
60
Keempat tanggapan para informan di atas memiliki kesamaan
yaitu para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka
salah satunya yaitu dengan mengikuti seminar atau pelatihan
seputar perpustakaan, tidak hanya pelatihan perpustakaan usaha
lainnya ialah para pustakawan atau staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur juga melakukan belajar bersama seputar perpustakaan.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik secara individu
maupun dengan cara berkelompok merupakan hal yang diperlukan
bagi seseorang yang bekerja di bidang perpustakaan sesuai dengan
kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia pasal
lima point ke-dua yaitu Pustakawan bekerjasama dengan
pustakawan lain dalam upaya mengembangkan kompetensi
profesional pustakawan, baik sebagai perorangan maupun
kelompok.52
iv. Untuk menunjang jawaban dari para informan yang menjawab
bahwa salah satu bentuk usaha para pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur dalam meningkatkan
keterampilan ialah dengan mengikuti seminar atau pelatihan maka
51
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 52
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah.”
61
peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana intensitas para
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur dalam
mengikuti seminar. Menurut Ibu Margaretha pustakawan atau staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur cukup sering mengikuti
seminar atau pelatihan terkait bidang perpustakaan dengan
intesitas waktu satu kali dalam satu bulan sampai dua bulan.
“Kami mengikuti pelatihan satu kali dalam sebulan sampai
dua bulan, masih tidak tentu tetapi dalam satu semester kami
pasti mengikuti pelatihan.”53
Sementara itu, Bapak Yudi menambahkan bahwa setiap
mendapatkan undangan pelatihan di bidang perpustakaan, para
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur selalu
mengikuti secara bergiliran.
“Cukup sering, setiap ada undangan sebisa mungkin kami
ikuti dengan bergilir.”54
Jawaban yang serupa juga diberikan oleh Bapak Hasan dan
Bapak Suparman.
“Lumayan sering, kalau saya sendiri sudah tiga kali ikut
seminar pelatihan.”55
“Kalau saya sendiri pernah sekali, tapi teman-teman yang lain
sih cukup sering.”56
53
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 54
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 55
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 56
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
62
Menurut jawaban-jawaban dari para informan di atas dapat
disimpulkan bahwa pustakawan dan staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur cukup sering dalam mengikuti pelatihan, yaitu sekitar
satu kali dalam satu bulan sampai dua bulan. Hal ini bergantung
pada kegiatan seminar yang diadakan.
v. Seperti pertanyaan sebelumnya, peneliti juga merasa perlu untuk
menanyakan kuota dari pustakawan atau staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur yang didelegasikan untuk mengikuti
seminar atau pelatihan di bidang perpustakaan. Dari keempat
informan yang ditanyakan, keempatnya menyatakan bahwa
jumlah pustakawan atau staf perpustakaan Universitas budi Luhur
yang didelegesaikan jumlahnya berbeda-beda. hal ini terjadi
karena pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
juga harus melihat kondisi dari perpustakaan saat itu.
“Untuk staf yang didelegasikan untuk mengikuti seminar juga
tidak tentu. Seperti saat libur kuliah karena perpus sedang
kurang ramai kami bisa mendelegasikan lebih dari empat
orang sementara jika perpustakaan sedang ramai kami
delegasikan cukup 2-4 orang saja.”57
“Mungkin sesuai dengan kuota yang ditentukan dari undangan
dan melihat lagi kondisi perpustakaan saat itu. Jadi, meskipun
pustakawan dikirim untuk mengikuti seminar, kegiatan
perpustakaan harus tetap berjalan.”58
57
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 58
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
63
“Tidak tentu, karena disesuaikan juga dengan kondisi
perpustakaan disini.”59
“Setiap mengikuti seminar jumlah yang dikirim berbeda-beda,
karena melihat kondisi di perpustakaan juga, apakah di
perpustakaan sedang dibutuhkan banyak tenaga atau tidak.” 60
Sesuai dengan jawaban para informan di atas maka dapat
diketahui bahwa jumlah pustakawan atau staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur yang didelegasikan untuk mengikuti
seminar atau pelatihan dalam satu waktu berbeda-beda. hal
tersebut disesuaikan dengan aktivitas di perpustakaan Universitas
Budi Luhur hal lainnya juga dilihat dari kuota yang diminta dari
pihak penyelenggara kegiatan.
vi. Setelah mengikuti seminar, peserta yang didelegasikan oleh
perpustakaan untuk mengikuti seminar perlu dilihat mengenai apa
yang dilakukan untuk perpustakaan atau rekan kerjanya setelah
mendapat informasi baru dari hasil seminar, hal ini perlu diketahui
untuk mengetahui kualitas dari para pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur setelah mengikuti seminar
atau pelatihan dibidang perpustakaan. Bapak Hasan menjawab
bahwa setiap kali setelah mengikuti seminar atau pelatihan di
bidang perpustakaan para pustakawan atau staf perpustakaan
59
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 60
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
64
Universitas Budi Luhur memberikan laporan terkait informasi apa
yang telah didapatkan. Berikut hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan.
“Ya pasti ada laporannya gitu ya tentang apa yang didapat
diseminar.”61
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Margaretha dan Bapak
Suparman yang menjawab bahwa setelah menikuti seminar atau
pelatihan para pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur saling berbagi cerita dan informasi yang didapatkan sela
mengikuti seminar atau pelatihan.
“Kami biasanya sharing ke teman-teman yang lain saat
sedang kumpul.”62
“Setelah ikut yang ditugaskan saling cerita ke teman yang lain
yang bertugas diperpustakaan.”63
Sementara itu, Bapak Yudi berpendapat bahwa karena tidak
semua pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
memiliki cara penyampaian komunikasi yang baik. Maka tentunya
ada pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
yang hanya menyimpan informasi yang didapat secara pribadi.
Namun, hal ini dimaklumi oleh pustakawan atau staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur lainnya.
61
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 62
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 63
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
65
“Biasanya saling berbagi informasi baru, tetapi ada juga
pustakawan yang memang komunikasinya kurang jadi
disimpan untuk sendiri, minimal dirinya sendiri sudah
mendapat pengetahuan baru atau keterampilan baru.”64
Dari jawaban para informan di atas, setiap kali selesai
melakukan seminar atau pelatihan para pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur saling berbagi inforasi yang
didapat kepada rekan kerja yang lainnya. Namun hal ini tidak
dilakukan oleh semua pustakawan atau staf perpustakaan
dikarenakan adanya keterbatasan penyampaian dalam komunikasi
yang kurang maka terdapat pustakawan atau staf perpustakaan
Universitas Budi luhur yang hanya menyimpan informasi yang
didapat untuk tambahan pengetahuan dirinya sendiri.
vii. Peneliti menanyakan pertanyaan khusus untuk Ibu Margaretha selaku
Kepala perpustakaan terkait anggaran rutin dari perpustakaan yang
ditujukan untuk pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur melakukan pengembangan keterampilan.
“iya itu ada, tetapi tidak tentu karena terkadang setahun ada
banyak dan terkadang sedikit. Estimasi per tahun untuk SDM
antara Rp 2.000.000 sampai Rp 5.000.000 untuk segenap staf
jadi bukan per-orang”
Menurut hasil penelitian di atas, perpustakaan memiliki
anggaran untuk pengembangan SDM tetapi jumlahnya tidak
ditentukan sejak awal. Sehingga jumlah anggaran setiap tahunnya
64
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
66
berbeda-beda. anggaran menjadi salah satu bagian penting bagi
suatu program jika dengan dikelola secara baik. Dengan adanya
anggaran yang dikelola dengan baik sedari awal terkait
pengembangan pustakawan atau staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur akan berjalan lebih sistematis.
Dari hasil wawancara mengenai pengembangan keterampilan
para pustakawan perpustakaan Universitas budi luhur telah
menerapkan upaya-upaya untuk meningkatkan keterampilan
namun dalam hal ini penerapan yang dilakukan belum optimal.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa pustakawan perpustakaan
Universitas Budi Luhur dalam teori Freire termasuk dalam
kategori naif dimana masyarakat telah melihat dan mengetahui
masalah yang ada disekitar namun belum ada rasa untuk bangkit
dan menyelesaikan masalah secara kongkrit.65
Seperti dalam
mengikuti pelatihan para pustakawan mengerti akan pentingnya
informasi atau ilmu yang didapat dalam sebuah pelatihan namun
pusrakawan belum membuat program khusus agar para
pustakawan dapat mengetahui setiap informasi yang didapat
dalam sebuah pelatihan yang diikuti oleh rekan kerjanya.
b. Hubungan kerjasama antar pustakawan
65
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.”
67
Pada topik hubungan kerjasama antar pustakawan merupakan
penggabungan dari point ke-3 pada kode etik pustakawan IPI dan point
1 dan 2 pada kode etik pustakawan menurut IFLA
Pustakawan merupakan profesi yang dinaungi oleh organisasi,
dimana didalamnya tidak hanya terdapat satu pustakawan melainkan
beberapa individu yang memiliki tujuan yang sama. Untuk mencapai
keunggulan profesi pustakawan dituntut untuk bekerjasama dan
memiliki hubungan yang baik antar pustakawan. Begitu juga dengan
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur yang terdiri
dari beberapa individu, maka sudah seharusnya didalamnya terdapat
kerjasama yang baik antar pustakwan dan staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur. Berikut ini ialah pertanyaan beserta tanggapan
seputar hubungan kerjasama antar pustakwan yang telah diajukan
kepada para informan.
i. Dalam melakukan pekerjaan yang terdiri dari beberapa individu
diperlukan adanya kerjasama yang baik, untuk itu diperlukan
usaha agar tercipta sebuah kerjasama yang baik. Ibu Margaretha
menyampaikan bahwa agar tercipta kerjasama yang baik para
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
menciptakan Susana kerja layaknya keluarga. Sementara itu,
beliau juga menambahkan bahwa kerjasama yang baik tidak hanya
68
diciptakan dengan para pustakawan atau staf perpustakaan di
Universitas Budi Luhur saja melainkan pustakawan dari beberapa
perpustakaan universitas lainnya.
“Kalau disini cara kami saling bekerja sama dengan
menciptakan rasa kekeluargaan, kami juga tidak hanya
menciptakan kerjasama yang baik antar pustakawan di
Universitas Budi Luhur melainkan juga pustakawan dari
Universitas lain seperti dengan pustakawan perpustakaan
universitas Budhi Dharma, pustakawan Universitas Mercu
Buana, dan Bhakti Pembangunan yang sudah melakukan
kerjasama dengan kami. Kerjasamanya biasanya dalam bentuk
saling pembinaan pustakawan dan akses mahasiswa di
perpustakaan, jadi jika ada mahasiswa dari Universitas
tersebut ingin berkunjung kesini cukup dengan menunjukkan
KTM tanpa surat pengantar dari Universitas dan begitu juga
sebaliknya.”66
Sementara itu, Bapak Yudi berpendapat bahwa untuk menjalin
kerjasama yang baik diperlukan peran penting dari kepala
perpustakaan.
“Ini menjadi tugas kepala perpustakaan, dimana kepala
perpustakaan berperan penting dalam menciptakan suasana
kerja yang baik. Agar komunikasi secara horizontal dan
vertical selalu terjaga.”67
Hal lainnya juga disampaikan oleh Bapak Hasan dan Bapak
Suparman yang memiliki pendapat masing-masing dalam menjalin
kerjasama yang baik.
“Supaya kerjasamanya baik ya kita sering-sering kumpul
biasanya.”68
66
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 67
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 68
Hasan, Hasil wawancara pribadi.
69
“Saling menjaga diri, paham pekerjaan masing-masing dan
saling berbagi.”69
Dari pendapat para informan di atas, terdapat berbagai
tanggapan yang temui. Keempat informan memiliki tanggapan
yang baik dalam menjalin kerjasama antar pustakawan yang sesuai
dengan kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan
Indonesia pada point ke-tiga yaitu Pustakawan memelihara dan
memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan.70
ii. Dalam menjalin sebuah kerjasama dengan beberapa individu hal
yang paling penting untuk diterapkan ialah komunikasi yang baik.
Maka dari itu, diperlukan usaha agar komunikasi dapat terjalin
dengan baik antar sesama pustakawan atau staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur. Ibu Margaretha dan Bapak Hasan
menjawab bahwa salah satu usaha yang telah dilakukan ialah
dengan membuat group whatsapp untuk seluruh unit perpustakaan
Universitas Budi Luhur.
“Untuk sesama pustakawan agar komunikasi terjalin dengan
baik kami membuat group Whatsapp, dimana para pustakawan
dapat bertukar cerita disana tujuannya agar hubungan sesama
rekan kerja semakin erat. Kalau ada yang ulang tahun juga
kita sering mengadakan makan bersama.”71
69
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 70
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah.” 71
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
70
“Kita ada group whatsapp sih sama sering kumpul agar lebih
dekat jadi komunikasinya lebih baik.”72
Selain dengan adanya group whatsapp Bapak Yudi dan Bapak
Suparman menambahkan bahwa usaha lainnya agar komunikasi
terjalin dengan baik ialah dengan adanya kegiatan-kegiatan yang
dilakukan bersama-sama.
“Komunikasi yang baik bisa dilakukan dengan adanya kumpul
bersama seperti rapat ataupun dengan seringnya mengikuti
seminar pustakawan juga dapat melatih dirinya dalam
berkomunikasi dan pengetahuan kepustakaan.”73
“Kita kumpul bersama kemudian saling mengevaluasi”74
Dari tanggapan para informan di atas, keempatnya sepakat
bahwa cara para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas
Budi luhur dalam menjalin komunikasi yang baik yaitu dengan
adanya kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Hal ini
dirasa memang cara yang baik untuk membuat komunikasi antar
individu terjalin dengan baik. Karena dengan seringnya bersama
maka antar individu akan semakin dekat dan saling memahami.
Selain itu, pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur juga membuat group whatsapp sebagai wadah komunikasi
serta untuk memudahkan komunikasi satu sama lain.
72
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 73
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 74
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
71
iii. Adanya kelompok-kelompok dalam suatu organisasi ataupun
pekerjaan menjadi salah satu hal yang dapat mengganggu
hubungan kerjasama dari individu-individu didalamnya.
Menanggapi hal tersebut Ibu Margaretha, Bapak Hasan, dan
Bapak Suparman memberikan jawaban yang senada bahwa tidak
ada kelompok-kelompok didalam hubungan kerja para
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur seperti
berikut ini.
“Tidak, kami disini saling terbuka satu sama lain, jadi tidak
perlu ada kubu-kubu.”75
“Tidak ada, disini kita kekeluargaan banget. Makanya, unit
lain suka iri dengan unit perpustakaan karena kompak.”76
“Kalau untuk kubu-kubu disini tidak ada, karena disini kita
kerjasama bukan kubu-kubuan.”77
Sama dengan tanggapan ketiga informan lainnya, Bapak Yudi
juga menanggapi bahwa didalam hubungan kerjasamanya para
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur tidak
terdapat kelompok-kelompok melainkan hubungan yang saling
menghormati antara senior dan junior.
“Disini bukan kubu, tetapi lebih saling menghormati jika ada
senior maka senior dihormati tetapi bukan dalam pengertian
75
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 76
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 77
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
72
yang negatif. Yang senior pun tidak ada yang semena-mena
karena semua saling menghormati.” 78
Dari keempat jawaban para informan di atas memiliki
kesamaan, yaitu bahwa tidak ada kelompok-kelompok diantara
para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur,
hal ini karena sistem kerja yang terjalin berasaskan rasa
kekeluargaan. Dalam hubungan kerja, hal ini sangat baik karena
dengan tidak adanya kelompok-kelompok diantara para
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur maka
kerjasama yang terjalin akan lebih baik dikarenakan semua lebih
menyatu. Selain itu, dengan tidak adanya kelompok-kelompok
bertujuan agar terhindar dari diskriminasi perbedaan-perbedaan
yang dimiliki pada setia individu. Tanggapan para informan di
atas sesuai dengan kode etik pustakawan menurut IFLA pada
point ke-dua yang berbunyi Librarians and other information
workers oppose discrimination in any aspect of employment
because of age, citizenship, political belief, physical or mental
ability, gender, marital status, origin, race, religion or sexual
orientation.79
Yang berarti bahwa pustakawan atau pekerja
informasi lain menentang adanya diskriminasi dalam segala aspek
78
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 79
IFLA, “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers,” March 29, 2019,
https://www.ifla.org/publications/node/11092.
73
mulai dari usia, kewarganegaraan, kepercayaan politik, fisik atau
mental, jenis kelamin, atau orientasi sosial. Dengan begitu,
sebagai pustakawan atau staf perpustakaan dilarang adanya
diskriminasi ataupun perbedaan-perbedaan yang mengakibatkan
perpecahan.
iv. Dalam sebuah hubungan kerjasama tentunya sering kali terdapat
hambatan-hambatan yang terjadi salah satunya ialah adanya
selisih paham antar rekan kerja. Menanggapi pertanyaan ini Ibu
Margaretha menjawab bahwa dalam menangani selisih paham
yaitu dengan menangani masalah yang terjadi yaitu dengan
menyelesaikannya secara kekeluargaan.
“Kami biasanya menangani secara kekeluargaan, biasanya
meereka cerita terlebih dahulu ke saya kemudian saya yang
menasihati. Saya panggil atau karyawannya yg bicara”80
Sedangkan Bapak Yudi menjawab bahwa dalam mengatasi
selisih paham di atasi sesuai dengan bentuk permasalahan yang
terjadi.
“Ditangani sesuai dengan masalahnya, jika cukup secara
pribadi maka bisa ditangani secara pribadi. Tetapi jika ada
kesalah pahaman disini masalah hanya cukup dalam lingkup
internal agar ketika keluar dari perpustakaan maka sudah
tidak ada lagi kesalah pahaman atau masalah.”81
80
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 81
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
74
Hal lainnya diungkapkan oleh Bapak Hasan dan Bapak
Suparman yang merasa tidak pernah terjadi selisih paham antara
pustakwan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur.
“Belum pernah sih, saya belum mengalami.”82
“Kami belum pernah ada kesalah pahaman.”83
Dalam menangani selisih paham antar sesama rekan kerja para
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
menanganinya dengan cara kekeluargaan dan diselesaikan sesuai
level dari masalah tersebut. Sementara itu dari tanggapan
informan di atas, dapat disimpulkan bahwa para pustakawan atau
staf perpustakaan Universitas Budi Luhur hampir tidak pernah
berselisih paham dalam kerjasamanya. Hal tersebut sesuai dengan
kategori kritis dalam teori Freire bahwa masyarakat telah sadar
akan realita soisalnya, dapat berdiskusi, serta memacahkan
masalah yang ada disekitarnya.84
c. Partisipasi terhadap asosiasi
Pada topik penghargaan dan partisipasi terhadap asosiasi
merupakan gabungan dari point 4 kode etik menurut Ikatan
Pustakawan Indonesia dan point 4 kode etik menurut IFLA.
82
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 83
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 84
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.”
75
Pustakawan merupakan sebuah profesi yang memiliki wadah
dalam kehidupan berorganisasinya. Pustakawan dan asosiasi yang
menaunginya merupakan satu kesatuan yang terpisahkan. Dengan
adanya asosiasi bagi profesi pustakawan maka akan memudahkan para
pustakawan dalam meningkatkan keterampilan dan membangun
jaringan antar pustakawan. Berikut ini ialah tanggapan para informan
terkait partisipasi pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur terhadap asosiasi.
i. Apakah pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur tergabung dalam komunitas atau asosiasi pustakawan?
Di Indonesia terdapat beberapa komunitas atau asosiasi yang
terdiri dari beberapa individu dengan kesamaan profesi, salah satu
komunitas atau asosiasi profesi di Indonesia ialah komunitas atau
asosiasi profesi pustakawan. Hal ini menjadi penting bagi seorang
pustakawan untuk bergabung dalam asosiasi pustakawan begitu
juga dengan pustakawan di perpustakaan Universitas Budi Luhur.
Ibu Margaretha sendiri tergabung ke beberapa komunitas atau
asosiasi pustakawan.
“Iya, kami tergabung ke Forum Perpustakaan Perguruan
Tinggi wilayah Jakarta. Sementara saya sendiri juga menjadi
anggota di ISIPII, P3RI, juga di komunitas Bincang Senang
76
Pustakawan yang merupakan komunitas diskusi terkait
perpustakaan, arsip, dokumen, dan informasi science.”85
Sementara itu, berbeda dengan Ibu Margaretha yang tergabung
dalam beberapa komunitas atau asosiasi pustakawan. Para
informan lainnya hanya tergabung di FPPTI.
“Kami tergabung di FPPTI”86
“Iya, perpustakaan Universitas Budi Luhur itu kan tergabung
di FPPTI jadi otomatis kita juga tergabung disana.”87
“Karena perpustakaan tergabung di FPPTI jadi saya yang
karyawannya juga tergabung.”88
Hasil wawancara pada informan pertama mendapatkan hasil
bahwa ia tergabung dalam beberapa komunitas atau asosiasi
pustakawan yang diantaranya ialah ISPII (Ikatan Sarjana Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Indonesia), selain itu P3RI
(Perkumpulan Profesi Pengelola Rekod Indonesia), serta
komunitas Bincang Senang yang merupakan komunitas dari
profesi pustakawan yang sering kali mengadakan diskusi terkait
perpustakaan, arsip, dokumen, dan ilmu informasi lainnya. Hal ini
sesuai dengan point keempat dai kode etik pustakawan pada pasal
lima yang mana dikatakan bahwa Pustakawan diharuskan
memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadapa korps
85
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 86
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 87
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 88
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
77
pustakawan secara wajar.89
Bentuk dari kesadaran, kesetiaan, serta
penghargaan terhadap korps atau asosiasi pustakawan salah
satunya ialah dengan bergabung menjadi bagian dari komunitas
atau asosiasi pustakawan. Namun, ketiga informan lainnya merasa
dengan perpustakaan yang menaunginya sudah tergabung kedalam
asosiasi, maka pustakawan didalamnya sudah terwakilkan. Hal ini
tentu belum sesuai dengan kode etik terkait hubungan antar
pustakawan, dimana asosiasi yang dimaksudkan pada point
keempat bukan saja asosiasi antar perpustakaan melainkan
asosiasi pustakawan.
ii. Tidak hanya dituntut tergabung dalam asosiasi pustakawan saja
para pustakawan juga sudah seharusnya menjadi bagian dari
sebuah asosiasi sebagai anggota yang aktif, seperti tanggapan dari
Ibu Margaretha yang menjawab bahwa dirinya cukup aktif di
beberapa asosiasi pustakawan.
“Di FPPTI Jakarta Cukup aktif, karena kebetulan pertengahan
maret nanti saya akan dilantik menjadi wakil sekretaris di
FPPTI Jakarta. Dengan aktif di komunitas tersebut kami
menjadi banyak mendapat info baru seputar perpustakaan dan
info pelatihan atau seminar disana. Walaupun kami bayar
untuk menjadi anggota yaitu 500.000 per tahun. Sementara
untuk yang lainnya seperti saya aktif sebagai anggota”90
89
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah.” 90
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
78
Sementara informan lainnya tidak aktif di komunitas atau
asosiasi pustakawan terkait keterlibatannya didalam komunitas
atau asosiasi pustakawan.
“Kalau dulu di FPPTI kita tergabung tetapi hanya sebagai
anggota pasif. Tetapi sekarang Bu Margaretha cukup aktif
disana.”91
“Biasanya yang aktif itu Ibu Margaretha, tetapi saya juga
pernah ikut kumpul di UMJ.”92
“Kalau saya sendiri baru sekali mengikuti kegiatannya, tetapi
dari sini ada Ibu Margaretha yang cukup aktif.”93
Menurut hasil wawancara para informan terkait keaktifannya
dalam komunitas atau asosiasi pustakawan dapat disimpulkan
bahwa hanya Ibu Margaretha yang aktif dalam komunitas atau
asosiasi pustakawan. Hal ini tentu sangat disayangkan karena
belum sesuai dengan kode etik pustakawan menurut IFLA pada
point keempat yaitu dijelaskan bahwa Librarians and other
information workers share their professional experience with
colleagues and they help and guide new professionals to enter the
professional community and develop their skills. They contribute
to the activities of their professional association and participate in
research and publication on professional matters.94
Yang
91
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 92
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 93
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 94
IFLA, “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers.”
79
bermaksud bahwa pustakawan dan pekerja informasi lain
diharuskan untuk saling berbagi pengalaman dan masuk kedalam
komunitas professional dan pembangunan kemampuan. Serta
berkontribusi dalam kegiatan asosiasi profesi dan berpartisipasi
dalam penelitian dan publikasi tentang masalah profesi. Hasil dari
wawancara di atas juga menunjukkan bahwa tiga dari empat
informan yang telah diwawancarai dalam teori Freire masih berada
dalam kategori kesadaran naïf, dimana para pustakawan telah
menyadari akan realita sosial pada dirinya sebagai pustakawan
tetapi cara berpikir yang masih primitif menyebabkan belum
adanya kesadaran untuk bangkit atau dalam hal ini terlibat aktif
secara langsung dalam asosiasi pustakawan sementara satu dari
empat informan lainnya telah berada pada kategori kritis yaitu
dengan telah lebih menyadari terhadap sebab akibat, serta masalah,
dan tugas yang diemban padanya.95
d. Menjaga nama baik sesama rekan kerja
Pada topik menjaga nama baik sesama rekan kerja berasal dari
point ke-lima kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan
Indonesia
95
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.”
80
Aktualisasi dari kerjasama antar pustakawan ialah saling menjaga
nama baik sesama rekan kerja yang tercermin dalam aktivitas sehari-
hari seperti dengan saling menutupi kesalahan satu sama lain dan tidak
menjatuhkan satu dengan yang lainnya.
i. Dalam menjalankan suatu pekerjaan, setiap orang tentu memiliki
resiko untuk melakukan kesalahan termasuk juga bagi
pustakawan. Ketika suatu kesalahan terjadi akan terdapat berbagai
tanggapan dari rekan kerja lainnya. Ibu Margaretha berpendapat
bahwa tanggapan yang dilakukan jika rekan kerja melakukan
kesalahan ialah dengan cara kekeluargaan.
“Masih dengan cara kekeluargaan, karena di Perpustakaan
Universitas Budi Luhur ada sistem Rolling jadi ada
pustakawan yang dari unit lain baru masuk ke unit
perpustakaan melakukan kesalahan maka kami tegur tapi
dengan halus jangan sampai bicara dengan kasar dan diingat
seumur hidup pernah dimarahi.”96
Senada dengan Ibu Margaretha, bapak Yudi sangat memaklumi
adanya kesalahan dalam bekerja dan cara beliau menanggapinya
ialah dengan menegur secara baik-baik.
“Ya manusia pasti pernah melakukan kesalahan, jadi kami
menegur secara baik-baik.”97
Bapak Hasan dan Bapak Suparman juga memiliki jawaban
yang sama yaitu dengan menegur secara baik-baik kemudian jika
96
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 97
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi.
81
terjadi lagi maka akan diserahkan kepada Ibu Margaretha selaku
kepala perpustakaan.
“Ya, paling saya tegur tapi kalau masih salah baru dilaporkan
ke bu Margaretha.”98
“Kalau kami hanya mengingatkan saja . umtuk wewenang
diserahkan ke atasan saja.”99
Dari hasil wawancara para informan di atas, keempat informan
sepakat bahwa cara yang tepat dalam menyikapi rekan kerja yang
melakukan kesalahan dalam pekerjaannya yaitu dengan menegur
secara baik-baik dan menyelesaikannya secara kekeluargaan. Hal
ini merupakan bentuk dari rasa saling menghormati dan menjaga
nama baik sesama rekan kerja seperti yang tertuang didalam kode
etik pustakawan point kelima menurut Ikatan Pustakawan
Indonesia yang berbunyi bahwa Pustakawan menjaga nama baik
dan martabat rekan, baik didalam maupun diluar kedinasan.100
ii. Bentuk lain dari saling menghormati dan menjaga nama baik
sesama rekan kerja ialah dengan menentukan cara yang tepat
dalam menangani konflik yang terjadi. Dalam menangani konflik
yang terjadi Ibu Margaretha dan Bapak Yudi menyikapinya
dengan cara kekeluargaan.
98
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 99
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 100
Ikatan Pustakawan Indonesia, “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah.”
82
“Harus dibicarakan baik-baik terlebih dahulu dan
diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Agar konfliknya
tidak membesar.”101
“Kami selesaikan masalahnya, dan kami dalam menyelesaikan
masalah lebih dengan cara kekeluargaan”. 102
Sementara itu Bapak Hasan dan Bapak Suparman mengaku
selama bekerja belum pernah menemukan adanya konflik.
“Tidak pernah ada konflik disini saya juga tidak pernah ada
konflik.” 103
“Tidak ada, disini enak-enak aja,”104
Dengan demikian dari hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam menyikapi konflik para pustakawan
atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur menyikapinya
dengan cara kekeluargaan. Dari hasil wawancara di atas juga dapat
dianalisis bahwa dalam hubungan kerja pustakawan atau staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur hampir tidak pernah terlibat
konflik. Hasil wawancara dari para informan menyatakan bahwa
pustakawan perpustakaan Universitas Budi Luhur dalam teori
Freire bukan bagian dari masyarakat yang tertutup pustakawan
perpustakaan universitas budi luhur sudah mulai berpikir terbuka
101
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 102
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 103
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 104
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
83
dan dapat berdiskusi akan realita sosial yang ada sesuai dengan
kategori kesadaran masyarakat kritis.105
e. Sistem kerja yang adil
Pada topik sistem kerja yang adil ini merupakan gabungan dari
point 1 dan point 5 kode etik pustakawan menurut IFLA.
Dalam dunia kerja salah satu yang menjadi penentu kinerja
seseorang ialah sistem kerja yang adil. Dengan sistem kerja yang
adil maka staf akan merasakan kenyamanan dalam melakukan
pekerjaannya. Hal ini juga yang harus diterapkan dalam sebuah
perpustakaan yaitu sistem kerja yang adil bagi para pustakawan
atau staf perpustakaan.
i. Setiap pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
berhak mendapatkan perlakuan yang adil. Menurut Ibu
Margaretha para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur diperlakukan secara adil.
“Tidak, disini kita selalu adil. Seperti kalau saya ingin teraktir
berarti harus semua. Atau ada yang habis dari luar kota maka
oleh-olehnya harus dapat semua.”106
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Bapak Hasan
dan Bapak Suparman yang mengungkapkan bahwa semua
105
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.” 106
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
84
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
diperlakukan sama.
“Sama disini semua.”107
“Sama saja disini, semuanya sama.”108
Sementara itu, Bapak Yudi menambahkan bahwa semua
pustakawan atau staf perpustakaan Universita Budi Luhur
diperlakukan sama. Namun, jika ada yang mendapat kepercayaan
lebih masih dalam batasan yang wajar.
“Tidak ada yang memang dimaksudkan disini untuk
dikhususkan atau dijadikan anak emas, sebenarnya semua
disini sama tetapi mungkin jika ada yang kualitas kerjanya
lebih baik maka wajar saja bila diberi kepercayaan lebih.
Tetapi semua masih dalam batas yang wajar.”109
Dari hasil wawancara keempat informan, keempatnya sepakat
bahwa tidak ada pustakawan atau staf perpustakaan Universitas
Budi Luhur yang mendapatkan perlakuan khusus atau yang
diistimewakan. Dengan begitu, hal tersebut senada dengan kode
etik pustakawan menurut IFLA pada point pertamanya, yaitu
Librarians and other information workers treat each other with
fairness and respect.110
Yang berarti bahwa pustakawan atau
107
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 108
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 109
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 110
IFLA, “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers.”
85
pekerja informasi lainnya harus adil dan hormat dalam
memperlakukan satu sama lain.
ii. Pembagian tugas yang adil juga harus diterapkan di Perpustakaan,
hal ini untuk menghindari terjadinya rasa iri antara satu sama lain.
Ibu Margaretha dan Bapak hasan memiliki pendapat yang senada
bahwa pembagian tugas di perpustakaan Universitas Budi Luhur
sudah adil karena sesuai dengan job description yang telah dibuat.
“Sudah, karena kami bekerja sudah ditentukan dengan
jobdesc. Seperti saya kepala perpustakaan sekaligus juga
pustakawan bagian referensi.”111
“Adil karena sudah sesuai dengan jobdesknya.”112
Begitu juga dengan Bapak Suparman yang merasa sudah adil
dengan pembagian tugas di perpustakaan Universitas Budi Luhur.
“Saya rasa, sudah adil.”113
Sedangkan Bapak Yudi mengaku tidak bisa memastikan adil
secara subjektif. Tetapi sejauh yang dilihat semua dalam batas
wajar dan tidak pernah ada rasa iri antar pustakawan atau staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur.
“Kalau keadilan secara subjektif saya tidak bisa memastikan.
Karena setiap pustakawan beban kerjanya berbeda. Mungkin
saja ada yang kualitas kerjanya lebih baik dari yang lain maka
111
Margaretha, Hasil wawancara pribadi. 112
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 113
Suparman, Hasil wawancara pribadi.
86
beban kerjanya lebih berat. Tetapi selama ini tidak ada yang
saling iri.”114
Dari Hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembagian tugas di perpustakaan Universitas Budi Luhur sudah
adil. Meskipun jika terjadi perbedaan beban kerja hal tersebut
telah dilihat dari kemampuan tiap individunya.
iii. Bagi sebuah profesi salah satu yang menjadi titik pencapaian ialah
mendapatkan reputasi yang baik, begitu juga dengan pustakawan.
Dalam mendapatkan reputasi yang baik tentunya juga harus diikuti
dengan usaha yang baik. Ibu Margaretha menjelaskan bahwa
untuk mendapatkan reputasi yang baik maka diperlukan usaha
untuk mendapatkannya yaitu dengan memaksimalkan
performance kerjanya.
“Untuk mendapatkan reputasi yang baik maka pustakawan
biasanya memaksimalkan performancenya seperti
kehadirannya atau Universitas Budi Luhur juga mewadahi
unit-unit disini dalam melakukan inovasi. Jadi, bila ada
pustakawan yang mempunyai inovasi terkait perpustakaan
bisa mendaftar ke web yang ada. Dengan begitu, tentunya
reputasinya akan meningkat.”115
Sementara ketiga informan lainnya menjawab bahwa untuk
memperoleh reputasi yang baik yaitu dengan pendidikan,
pengetahuan, kerajinan, dan kerja yang maksimal dan setelahnya
semua diserahkan kepada pimpinan yang memberi penilaian.
114
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 115
Margaretha, Hasil wawancara pribadi.
87
“Yang pasti dengan pendidikan, kemudian pengetahuan dan
skill yang dimiliki.”116
“Biasanya itu dinilai oleh atasan dari kerajinannya, jadi
paling pustakawannya mengerjakan tugas saja sebaik
mungkin.”117
“Karena disini sudah ada pimpinan yang melihat jadi kami
hanya bekerja saja yang maksimal.”118
Dari hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa usaha
ataupun cara pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi
Luhur dalam mendapatkan reputasi yang baik ialah dengan
meningkatkan performance, pendidikan, keterampilan, kerajinan,
dan kerja yang maksimal dan setelahnya semua diserahkan kepada
pimpinan yang memberi penilaian. Usaha tersebut sesuai dengan
kode etik pustakawan point kelima menurut IFLA yaitu Librarians
and other information workers strive to earn a reputation and
status based on their professionalism and ethical behaviour. They
do not compete with colleagues by the use of unfair methods,119
yang bermaksud bahwa pustakawan atau pekerja informasi lain
berusaha untuk mendapatkan reputasi profesi dan etika profesi
mereka dengan cara yang adil dan bukan dari bentuk kecurangan.
Hal tersebut sesuai dikarenakan usaha-usaha yang telah
116
Yudi Nugraha, Hasil wawancara pribadi. 117
Hasan, Hasil wawancara pribadi. 118
Suparman, Hasil wawancara pribadi. 119
IFLA, “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers.”
88
disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari cara-cara yang adil
dan bukan termaksud pelanggaran atau kecurangan. Sesuai dengan
teori Freire jawaban para informan termasuk ke dalam kategori
kritis dimana secara kritis menyadari struktur dan sistem sosial,
politik, ekonomi, budaya dan akibatnya pada keadaan
masyarakat.120
Dapat dilihat bahwa para informan telah menyadari
sebab akibat dalam mendapatkan reputasi yang baik dalam
profesinya seperti dengan meningkatkan kinerjanya maka
pustakawan dapat meningkatkan reputasinya.
120
Rijal Abdilah, “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.”
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian Pemahaman kode etik di
perpustakaan Universitas Budi Luhur, Penulis dapat menyimpulkan bahwa
Pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas Budi Luhur terhadap kode
etik pustakawan yang terkait dengan hubungan antar pustakawan jika
dianalisa dalam kategori teori Freire adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan keterampilan, pemahaman pustakawan perpustakaan
Universitas budi luhur berada dalam kategori kesadaran naif
2. Hubungan kerjasama yang baik, pemahaman pustakawan perpustakaan
Universitas Budi Luhur berada dalam kategori kesadaran kritis
3. Sementara Partisipasi terhadap asosiasi, pemahaman pustakawan
perpustakaan Universitas Budi Luhur berada dalam kategori kesadaran
naif namun terdapat satu dari empat informan yang telah memiliki
kesadaran dalam kategori kritis.
4. Menjaga nama baik rekan kerja, pemahaman pustakawan perpustakaan
Universitas Budi Luhur berada dalam kategori kesadaran kritis
5. Sistem kerja yang adil, pemahaman pustakawan perpustakaan Universitas
Budi Luhur berada dalam kategori kesadaran kritis.
90
Dengan demikian pemahaman kode etik pustakawan yang terkait
hubungan antar pustakawan oleh pustakawan Universitas Budi Luhur
derdasarkan analisa dari teori Freire berada pada kategori kritis ialah point
yang terbangun dari nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari berupa rasa
kekeluargaan yang telah ditanamkan sejak awal. Sementara itu pemahaman
pustakawan terhadap point kode etik pustawan yang terkait hubungan antar
pustakawan lainnya seperti pengembangan keterampilan dan partisipasi
terhadap asosiasi masih berada dalam kategori kesadaran naif.
B. Saran
Dalam penelitian Pemahaman kode etik pustakawan di perpustakaan
Universitas Budi Luhur, penulis mendapatkan saran bagi perpustakaan
Universitas Budi Luhur yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikirin dalam meningkatkan Pemahaman kode etik pustakawan di
perpustakaan Universitas Budi Luhur, saran-saran tersebut ialah sebagai
berikut:
1. Kepala perpustakaan Universitas Budi Luhur memberikan informasi
ataupun penyuluhan terkait kode etik pustakawan kepada seluruh
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur. Hal ini sangat
diperlukan untuk pemahaman seluruh pustakawan dan staf perpustakaan
Universitas Budi Luhur terkait Pemahaman kode etik pustakawan.
91
2. Perpustakaan Universitas Budi Luhur membuat jadwal rutin secara
bergilir para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur
mengikuti seminar atau pelatihan kepustakawanan agar seluruh
pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur dapat
merasakan mengikuti seminar atau pelatihan secara adil.
3. Perpustakaan Universitas Budi Luhur perlu melaksanakan kegiatan yang
ditujukan untuk pengembangan keterampilan pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur.
4. Setiap pustakawan yang mengikuti pelatihan atau seminar di bidang
perpustakaan diharuskan mempresentasikan hasil dari pelatihan atau
seminar yang telah diikuti. Hal ini agar semua pustakawan dan staf
perpustakaan Universitas Budi Luhur mendapatkan pengetahuan baru dari
setiap kegiatan seminar atau pelatihan yang diikuti.
5. Perpustakaan membuat anggaran rutin untuk pengembangan keterampilan
para pustakawan dan staf perpustakaan Universitas Budi Luhur. Hal ini
agar program pengembangan keterampilan berjalan secara sistematis.
6. Pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur perlu menjadi
komunitas atau asosiasi pustakawan agar menjalin hubungan yang baik
antar pustakawan dari perpustakaan lain serta untuk memperkaya
informasi terkait perpustakaan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh. Percikan Pemikiran: Di Bidang Kepustakawanan.
Jakarta: Sagung Seto, 2011.
Basrowi Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Blasius Sudarsono. Antalogi Kkepustakawanan Indonesia. Jakarta: Ikatan
Pustakawan Indonesia, 2006.
Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Radja
Grafindo, 2003.
Emzir. Analisis Data: Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers,
2011.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif:Teori Dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2017.
Hasan. Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019.
Haslinda. “Pemahaman Etika Pustakawan Dalam Melayani Pemustaka Di
Perpustakaan SMP Negeri 6 Alla Kabupaten Enrekang,” 2017.
Hermawan. Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
IFLA. “IFLA Code of Ethics for Librarians and Other Information Workers,”
diakses March 29, 2019. https://www.ifla.org/publications/node/11092.
Ikatan Pustakawan Indonesia. “Kode Etik Pustakawan Indonesia Mukadimah,”
diakses march, 29, 2019 http://ipi.perpusnas.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/KODE_ETIK-IPI-2015_B5.pdf.
Ikbal Amir. “Pemahaman Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan Dan
Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.” UIN Alauddin Makassar,
2014.
93
Isti Mawadah. “Jadi Pustakawan Di Perguruan Tinggi, Kenapa Harus Takut?”
STAIN Kudus Vol.3 (2015): 16.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Lasa, Hs. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book, 2009.
M. Arif hakim. “Peran Etika Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kinerja
Pustakawan Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi.” Libraria: Jurnal
Perpustakaan Vol. 02 Nomor 2 (2014)
.http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Libraria/article/view/1253.
Margaretha. Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019.
Maulidya Istiqfani. “Kebutuhan Informasi Guru MTsN Tangerang II Pamulang
Dalam Proses Belajar Dan Mengajar.” Universitas Islam Negeri Syarief
Hidayatullah Jakarta, 2015.
Muhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi,
2013.
Perpustakaan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tentang
Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2007.
Purwono. Perpustakaan Dan Kepustakawanan Indonesia. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2013.
———. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perupahan. Yogyakarta:
graha ilmu, 2013.
Putri, Dessy Eka. “Implementasi Kode Etik Pustakawan Indonesia (Studi
Deskriptif Tentang Implementasi Kode Etik Pustakawan Indonesia Pada
Pustakawan Anggota Ikatan Pustakawan Indonesia Cabang Surabaya),”
2015.http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-lnb764d2eebbfull.pdf.
Rijal Abdilah. “Analisis Teori Dehuminisasi Pendidikan Paulo Feire.” Universitas
Islam Sunan Gunung Djati Bandung Vol 2, Nomor 1 (2017).
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jaqfi/article/download/4247/2489.
94
Rostamaji Kurniawan. “Optimalisasi Peran Pustakawan Dalam Membentuk
Pola Pikir Masyarakat Melalui Pendidikan Informal” Vol.4 No.2 (2016).
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-
hikmah/article/view/1750/1697.
Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Sullistyo Basuki. Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
Suparman. Hasil wawancara pribadi, March 8, 2019.
Supriyanto. Aksentuasi Perpustakaan Dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan
Pustakawan Indonesia, 2006.
Sutardi, Tedi. Antropologi: Mengungkap Keragaman Buday. Bandung: PT
Setia Purna Inves, 2007.
Taufiq Kurniawan. “Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam
Mengembangkan Repusitoi Institusi.” Universitas Negeri Malang Vol. 8
(2016).
http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/pustakaloka/article/view/683/5
35.
Yanuar Ikbar. Metode Penelitian Sosial Kualitatif: Panduan Membuat Tugas
Akhir Atau Karya Ilmiah. Bandung: PT. Refika Aditama, 2012.
Yudi Nugraha. Hasil wawancara pribadi, March 13, 2019.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana, 2014.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Surat Tugas Dosen Pembimbing
Lampiran 3
Surat Perubahan Judul Skripsi
Lampiran 4
Kode Etik Pustakawan IPI (terkait hubungan antar pustakawan)
Lampiran 5
Kode Etik Pustakawan IFLA (terkait hubungan antar pustakawan)
Lampiran 6
Draft wawancara
DRAFT WAWANCARA PENELITIAN
Draft wawancara ini terdiri dari beberapa topic yang didapat dari point-point
yang ada pada Kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia dan
IFLA.
Pengembangan kemampuan
Pada topik pengembangan kemampuan merupakan gabungan dari point kode etik
pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia pasal 1 dan 2.
1. Apakah perpustakaan Universitas Budi Luhur pernah mengadakan kegiatan
berbagi pengalaman antar pustakawan dan staff?
2. Bagaimana para pustakawan dan staff di perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam meningkatkan pengetahuan atau keterampilan diri?
3. Seberapa sering pustakawan dan staff mengikuti seminar atau pelatihan
tentang kepustakawanan?
4. Berapa kuota pustakawan atau staff yang di delegasikan untuk mengikuti
seminar setiap pertemuan?
5. Apa yang dilakukan peserta seminar yang didelegasikan tersebut setelah
mengikuti seminar?
Hubungan kerjasama antar pustakawan
Pada topik hubungan kerjasama antar pustakawan merupakan penggabungan
dari pasal ke-3 pada kode etik pustakawan ikatan pustakawan Indonesia dan pasa 1
dan 2 pada kode etik pustakawan menurut IFLA?
1. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam menjalin kerjasama yang baik?
2. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
agar komunikasi terjalin dengan baik antar sessama?
3. Apakah terdapat kubu di antara pustakawan staff perpustakaan Universitas
Budi Luhur? (contoh: senior dengan junior)
4. Bagaimana cara pustakawan staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
menangani kesalah pahaman?
5. Dalam menjalankan tugas yang diemban apakah bapak/ibu merasa pembagian
tugas di perpustakaan Universitas Budi Luhur cukup adil?
Penghargaan dan partisipasi terhadap asosiasi
Pada topik penghargaan dan partisipasi terhadap asosiasi merupakan gabungan
dari pasal 4 kode etik menurut Ikatan Pustakawan Indonesia dan pasal 4 kode etik
menurut IFLA
1. Apakah pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
tergabung dalam komunitas/ asosiasi pustakawan?
2. Seberapa aktif pustakawan staff perpustakaan Universitas Budi Luhur di
komunitas/ asosiasi tersebut?
Menjaga nama baik sesama rekan kerja
Pada topik menjaga nama baik sesame rekan kerja berasal dari pasal 5 kode etik
pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia
1. Bagaiman sikap anda jika rekan kerja anda melakukan kesalahan dalam
pekerjannnya?
2. Apa yang anda lakukan jika terlibat konflik dengan rekan kerja anda?
Sistem kerja yang adil
Pada topik sistem kerja yang adil ini merupakan gabungan dari pasal 1 dan pasal
5 kode etik pustakawan menurut IFLA.
1. Apakah ada pustakawan yang mendapatkan perlakuan khusus di perpustakaan
Universitas Budi Luhur?
2. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam mendapatkan reputasi yang baik sebagai pustakawan?
Lampiran 7
Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN
Draft wawancara ini terdiri dari beberapa topik yang didapat dari point-point
yang ada pada Kode etik pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia dan
IFLA.
Apa pendapat bapak/ibu mengenai kode etik pustakawan?
Ibu Margaretha : bagaimana kita harus saling menghormati sesama pustakawan,
bagaimana kita mengembangkan perpustakaan dengan tidak menjatuhkan.
Bapak Yudi : Rambu-rambu yang harus ditaati sebagai seorang pustakawan dalam
menjalankan profesinya.
Bapak hasan : bentuk pelayanan kita kepada pemustaka agar mendapat pemustaka
pelayanan yang baik.
Bapak Suparman : saya sering dengar tetapi saya belum tau mendalam sebenarnya
kode etik itu seperti apa, tetapi kalu menurut saya ode etik pustakawan itu mengenai
apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Seperti aturan tapi
diastasnya peraturan kededekannya.
Peneliti juga menanyakan pertanyaan khusus kepada bapk Yudi dan Ibu Margaretha
sebagai pustakawan yang memiliki latar belakang perpustakaan non ilmu
perpustakaan
Apakah bapak/ibu pernah berbagi informasi atau menjelaskan kepada
pustakawan lain terkait kode etik pustakawan?
Ibu Margaretha : kalau menjelaskan secara rinci atau mendalam tentang kode etik
tidak pernah, tetapi jika kode etik secara luas atau umumnya pernah
Bapak Yudi : Mungkin secara eksplist menjelaskan tentang kode etik itu apa dan
bagaimana tidak pernah tetapi kita berbagi informasi tentang hal-hal yang
sebenarnya terkandung dalam kode etik ytetapi tidak dijelaskan bahwa hal apa saja
yang menjadi bagian dari kode etik.
Pengembangan kemampuan
Pada topik pengembangan kemampuan merupakan gabungan dari point kode etik
pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia pasal 1 dan 2.
1. Apakah perpustakaan Universitas Budi Luhur pernah mengadakan kegiatan
berbagi pengalaman antar pustakawan dan staff?
Ibu Margaretha : Kalau untuk mengadakan kumpul khusus untuk berbagi
pengalaman belum ada tetapi biasanya setiap rapat kami sering berbagi
pengalaman disana
Bapak Yudi : Saya rasa dalam semua aktivitas dalam kegiatan perpustakaan
kita sering berbagi pengalaman
Bapak Hasan : ya biasanya dirapat
Bapak Suparman : iya, kita sering bertukar cerita pengalaman di rapat yang
diadakan beberapa kali dalam satu semester.
2. Apakah pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur memiliki
target dalam mengembangkan keterampilannya dibidang kepustakawanan?
Ibu Margaretha: Saya memasang target setiap tahun, seperti tahun ini saya
mencoba membuat buku terkait information center, jadi tidak hanya tentang
perpustakaan. Saya juga akan aktif di kepengurusan FPPTI DKI dimana
dalam beberapa hari ini pengurus baru akan dilantik.
Bapak Yudi : Saya selalu ingin mengembangkan diri dalam bidang yang saya
tekuni melalui pendidikan formal maupun non formal. Tetapi untuk target
secara spesifik tidak ada, karena kebetulan saya punya dua background
keilmuan yang berbeda yang juga menuntut pengembangan diri secara terus
menerus
Bapak Hasan : Saya tidak pernah memasang target, hanya mengikuti saja
arahan pimpinan
Bapak Suparman : Saya tidak ada target
3. Bagaimana para pustakawan dan staff di perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam meningkatkan pengetahuan atau keterampilan diri?
Ibu Margaretha : dalam satu semester kami membuat rapat untuk berbagi
pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, kami juga mengikuti pelatuhan-
pelatihan untuk pustakawan. Kami juga pernah melakukan kunjungan
bersama ke perpusnas untuk belajar bersama cara mendapatkan e-resources
di perpusnas.
Bapak Yudi : disamping berbagi pengalaman kita sering mengikuti seminar
untuk meningkatkan keterampilan dengan bergiliran
Bapak Hasan : biasanya sih suka diajak pelatihan atau seminar tentang
perpustakaan.
Bapak Suparman : dulu pernah kita belajar bareng jadi diajarkan oracle
sistem catalog buatan perpustakaan ubl. Dan seminar atau pelatihan diluar
juga pernah.
4. Seberapa sering pustakawan dan staff mengikuti seminar atau pelatihan
tentang kepustakawanan?
Ibu Margaretha : Kami mengikuti pelatihan satu kali dalam sebulan sampai
dua bulan, masih tidak tentu tetapi dalam satu semester kami pasti mengikuti
pelatihan.
Bapak Yudi : Cukup sering, setiap ada undangan sebisa mungkin kami ikuti
dengan bergilir
Bapak Hasan: Lumayan sering, kalau saya sendiri sudah tiga kali ikut
seminar pelatihan.
Bapak Suparman : Kalau saya sendiri pernah sekali, tapi teman-teman yang
lain sih cukup sering.
5. Berapa kuota pustakawan atau staff yang di delegasikan untuk mengikuti
seminar setiap pertemuan?
Ibu Margaretha : Untuk staff yang didelegasikan untuk mengikuti seminar
juga tidak tentu. Seperti saat libur kuliah karena perpus sedang kurang ramai
kami bisa mendelegasikan lebih dari empat orang sementara jika
perpustakaan sedang ramai kami delegasikan cukup 2-4 orang saja.
Bapak Yudi : Mungkin sesuai dengan kuota yang ditentukan dari undangan
dan melihat lagi kondisi perpustakaan saat itu. Jadi, meskipun pustakawan
dikirim untuk mengikuti seminar kegiatan perpustakaan tetap berjalan.
Bapak Hasan : Tidak tentu, karena disesuaikan juga dengan kondisi
perpustakaan disini.
Bapak Suparman:Tidak tentu
6. Apa yang dilakukan peserta seminar yang didelegasikan tersebut setelah
mengikuti seminar?
Ibu margaretha: kami biasanya sharing ke teman-teman yang lain saat sedang
kumpul
Bapak Yudi : biasanya saling berbagi informasi baru, tetapi ada juga
pustakawan yang memang komunikasinya kurang jadi disimpan, minimal
dirinya sendiri sudah mendapat pengetahuan baru atau keterampilan baru.
Bapak Hasan : ya pasti ada laporannya gitu ya tentang apa yang didapat
diseminar
Bapak Suparman : setelah ikut yang ditugaskan saling cerita ke teman yang
lain yang bertugas diperpustakaan
7. Apakah perpustakaan memiliki anggaran rutin untuk pengembangan
pustakawan atau staf perpustakaan Universitas Budi Luhur?
Pertanyaan ini dikhususkan untuk Ibu Margaretha selaku kepala perpustakaan
Ibu Margaretha : Iya itu ada, tetapi tidak tentu karena terkadang setahun ada
banyak dan terkadang sedikit. Estimasi per tahun untuk SDM antara Rp
2.000.000 sampai Rp 5.000.000 untuk segenapa staf jadi bukan per-orang
Hubungan kerjasama antar pustakawan
Pada topik hubungan kerjasama antar pustakawan merupakan penggabungan
dari pasal ke-3 pada kode etik pustakawan ikatan pustakawan Indonesia dan pasa 1
dan 2 pada kode etik pustakawan menurut IFLA
1. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam menjalin kerjasama yang baik?
Ibu Margaretha : kalau disini cara kami saling bekerja sama dengan
menciptakan rasa kekeluargaan, kami juga tidak hanya menciptakan
kerjasama yang baik antar pustakawan di Universitas Budi Luhur tetapi juga
pustakawan di Universitas lain seperti dengan pustakawan perpustakaan
universitas Budhi Dharma, pustakawan Universitas Mercu Buana, dan Bhakti
Pembangunan yang sudah melakukan kerjasama dengan kami, kerjasamanya
biasanya dalam saling pembinaan pustakawan dan akses mahasiswa di
perpustakaan, jadi jika ada mahasiswa dari Universitas tersebut ingin
berkunjung kesini cukup dengan menunjukkan KTM tanpa surat pengantar
dari Universitas dan begitu juga sebaliknya.
Bapak Yudi : ini menjadi tugas kepala perpustakaan, dimana kepala
perpustakaan berperan penting dalam menciptakan suasana kerja baik. Agar
komunikasi secara horizontal dan vertikal
Bapak Hasan : supaya kerjasamanya baik ya kita sering-sering kumpul
biasanya.
Bapak Suparman : saling menjaga diri, paham pekerjaan masing-masing dan
saling berbagi
2. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
agar komunikasi terjalin dengan baik antar sessama?
Ibu margaretha : untuk sesama pustakawan agar komunikasi terjalin dengan
baik kami membuat group Whatsapp, dimana para pustakawan dapat
bertukar cerita disana agar hubungan sesame rekan kerja semakin erat.
Kalau ada yang ulang tahun juga kita sering mengadakan makan bersama.
Bapak Yudi : komunikasi yang baik bisa dilakukan dengan adanya kumpul
bersama seperti rapat ataupun dengan seringnya mengikuti seminar
pustakawan juga dapat melatih dirinya dalam berkomunikasi dan
pengetahuan kepustakaan.
Bapak Hasan : kita ada group whatsapp sih sama sering kumpul agar lebih
dekat jadi komunikasinya jadi baik.
Bapak Suparman : kita kumpul bersama kemudian saling mengevaluasi
3. Apakah terdapat kubu di antara pustakawan staff perpustakaan Universitas
Budi Luhur? (contoh: senior dengan junior)
Ibu Margaretha : tidak, kami disini saling terbuka sama lain jadi tidak perlu
ada kubu-kubu
Bapak Yudi: disini bukan kubu, tetapi lebih saling menghormati jika ada
senior maka senior dihormati tetapi bukan dalam pengertian yang negative.
Yang senior pun tidak ada yang semene-mena karena semua saling
menghormati
Bapak Hasan: tidak ada, disini kita kekeluargaan banget. Makanya unit lain
suka iri dengan unit perpustakaan karena kompak.
Bapak Suparman : kalau kubu-kubu kita tidak ada, karena disini kita
kerjasama bukan kubu-kubuan
4. Bagaimana cara pustakawan staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
menangani kesalah pahaman?
Ibu Margareta : Kami biasanya menangani secara kekeluargaan, biasanya
pustakawan cerita terlebih dahulu ke saya kemudian saya yang menasihati.
Saya panggil atau karyawannya yg bicara
Bapak Yudi : ditangani sesuai dengan masalahnya, jika cukup secara pribadi
maka bisa ditangani secara pribadi. Tetapi jika ada kesalah pahaman disini
masalah hanya cukup di internal ketika keluar dari perpustakaan maka sudah
tidak ada lagi kesalah pahaman atau masalah.
Bapak Hasan : belum pernah sih, saya belum mengalami.
Bapak Suparman : kita belum pernah ada kesalah pahaman.
Penghargaan dan partisipasi terhadap asosiasi
Pada topik penghargaan dan partisipasi terhadap asosiasi merupakan gabungan
dari pasal 4 kode etik menurut Ikatan Pustakawan Indonesia dan pasal 4 kode etik
menurut IFLA
1. Apakah pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
tergabung dalam komunitas/ asosiasi pustakawan?
Ibu Margaretha : Iya, kami tergabung ke Forum Perpustakaan Perguruan
Tinggi wilayah Jakarta. Sementara saya sendiri juga menjadi anggota di
ISIPII, P3RI, juga di komunitas Bincang Senang Pustakawan yang
merupakan komunitas diskusi terkait perpustakaan, arsip, dokumen, dan
informasi science
Bapak Yudi : Kami tergabung di FPPTI
Bapak Hasan : Iya, perpustakaan Universitas Budi Luhur itu kan tergabung di
FPPTI jadi otomatis kita juga tergabung disana
Bapak Suparman : karena perpustakaan tergabung di FPPTI jadi saya yang
karyawannya juga tergabung
2. Seberapa aktif pustakawan staff perpustakaan Universitas Budi Luhur di
komunitas/ asosiasi tersebut?
Ibu Margaretha : Di FPPTI Jakarta Cukup aktif, karena kebetulan
pertengahan maret nanti saya akan dilantik menjadi wakil sekretaris di
FPPTI Jakarta. Dengan aktif di komunitas tersebut kami menjadi banyak
mendapat info baru seputar perpustakaan dan info pelatihan atau seminar
disana. Walaupun kami bayar untuk menjadi anggota yaitu 500.000 per
tahun. Sementara untuk yang lainnya seperti saya aktif sebagai anggota.
Bapak Yudi: Kalau dulu kita tergabung tetapi hanya sebagai anggota pasif.
Tetapi sekarang Bu Margaretha cukup aktif disana
Bapak Hasan : Biasanya yang aktif itu Ibu Margaretha, tetapi saya juga
pernah ikut kumpul di UMJ
Bapak Suparman : Kalau saya sendiri baru sekali, tetapi dari sini ada ibu
Margaretha yang cukup aktif
Menjaga nama baik sesama rekan kerja
Pada topik menjaga nama baik sesame rekan kerja berasal dari pasal 5 kode etik
pustakawan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia
1. Bagaiman sikap anda jika rekan kerja anda melakukan kesalahan dalam
pekerjannnya?
Ibu Margaretha : Masih dengan cara kekeluargaan, karena di Perpustakaan
Universitas Budi Luhur ada sistem Rolling jadi ada pustakawan yang dari
unit lain baru masuk ke unit perpustakaan melakukan kesalahan maka kami
tegur tapi dengan halus jangan sampai bicara dengan kasar dan diingat
seumur hidup pernah dimarahi.
Bapak Yudi : Ya manusia pasti perna melakukan kesalahan, jadi kami
menegur secara baik-baik
Bapak Hasan : Ya paling saya tegur tapi kalau masih salah baru dilaporkan k
bu Margaretha.
Bapak Suparman : Kalau kami hanya mengingatkan saja . umtuk wewenang
diserahkan ke atasan saja.
2. Apa yang anda lakukan jika terlibat konflik dengan rekan kerja anda?
Ibu Margaretha : Harus dibicarakan baik-baik terlebih dahulu dan
diselesaikan dengan cara kekeluargaan, Agar konfliknya tidak membesar
Bapak Yudi : Kami dalam menyelesaikan masalah lebih dengan cara
kekeluargaan
Bapak Hasan : Tidak pernah ada konflik disini saya juga tidak pernah ada
konflik.
Bapak Suparman : Tidak ada, disini enak-enak aja
Sistem kerja yang adil
Pada topik sistem kerja yang adil ini merupakan gabungan dari pasal 1 dan pasal
5 kode etik pustakawan menurut IFLA.
1. Apakah ada pustakawan yang mendapatkan perlakuan khusus di perpustakaan
Universitas Budi Luhur?
Ibu Margaretha : Tidak, disini kita selalu adil. Seperti kalau saya ingin
teraktir berarti harus semua. Atau ada yang habis dari luar kota maka oleh-
olehnya harus dapat semua
Bapak Yudi : tidak ada yang dimaksudkan disini untuk dikhususkan atau
dijadikan anak emas, sebenarnya semua disini sama tetapi mungkin jika ada
yang kualitas kerjanya lebih baik maka wajar saja bila diberi kepercayaan
lebih. Tepai semua masih dalam batas yang wajar.
Bapak Hasan : Sama, disini semua.
Bapak Suparman : Sama saja disini semuanya sama.
2. Dalam menjalankan tugas yang diemban apakah bapak/ibu merasa pembagian
tugas di perpustakaan Universitas Budi Luhur cukup adil?
Ibu margaretha : Sudah, karena kami bekerja sudah ditentukan dengan
jobdesk. Seperti saya kepala perpustakaan sekaligus juga pustakawan bagian
referensi.
Bapak Yudi : Kalau keadilan secara subjektif saya tidak bisa memastikan.
Karena setiap pustakawan bebabn kerjanya berbeda. Karena mungkin saja
ada yang kualitas kerjanya lebih baik dari yang lain maka beban kerjanya
lebih berat. Tetapi selama ini tidak ada yang saling iri.
Bapak Hasan : Adil karena sudah sesuai dengan jobdesknya.
Bapak Suparman : Sudah adil
3. Bagaimana cara pustakawan atau staff perpustakaan Universitas Budi Luhur
dalam mendapatkan reputasi yang baik sebagai pustakawan?
Ibu Margaretha : Untuk meningkatkan reputasi yang baik maka pustakawan
biasanya memaksimalkan performancenya seperti kehadirannya atau
Universitas Budi Luhur juga mewadahi unit-unit disini dalam melakukan
inovasi. Jadi bila ada pustakawan yang mempunyai inovasi terkait
perpustakaan bisa mendaftar. Dengan begitu tentunya reputasinya akan
meningkat.
Bapak Yudi : Yang pasti dengan pendidikan, kemudian pengetahuan dan skill
yang dimiliki.
Bapak Hasan : Biasanya itu dinilai oleh atasan dari kerajinannya, jadi paling
pustakawannya mengerjakan tugas saja sebaik mungkin.
Bapak suparman : Karena disini sudah ada pimpinan yang melihat jadi kami
hanya bekerja saja yang maksimal.
Lampiran 8
Dokumentasi Wawancara
Lampiran 9
Dokumentasi Observasi Pustakawan Saat bertugas
BIODATA PENULIS
ANNISA TRI OKTAVIANI. Penulis lahir di Tangerang,
17 Oktober 1997. Anak Kelima dari lima bersaudara dari
ayahanda R.Hamdani dan Ibunda Tati Chaeroni. Pendidikan
yang pernah ditempuh penulis antara lain: SDN Parung
Serab (2003-2009), SMPN 24 Tangerang (2009-2012),
SMAN 12 Tangerang (2012-2015). Setelah menyelesaikan
pendidikan SMA, penulis melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan
Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan. Saat berkuliah penulis pernah menjabat
menjadi sekretaris II Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan (2017/2018)
Dan menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi yang berjudul “Penerapan
Kode Etik Pustakawan di Perpustakaan Universitas Budi Luhur.”
Penulis pernah menjalani magang selama satu bulan di perpustakaan PKN STAN
(2017) dan Praktik Kerja Lapangan (PKL) selama satu bulan di Suku Dinas
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Selatan (2018) serta melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama satu bulan di Desa Paku Haji Tangerang. Selama
proses penyusunan skripsi penulis juga bergabung menjadi relawan TBM Kolong
Ciputat, dan anggota Klub Dongeng kanya untuk meningkatkan kemampuan penulis
dibidang literasi.