pemahaman guru taman pendidikan al-qur’an atas...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN
ATAS SURAH LUQMÂN [31]: 12-15
(STUDI KASUS TPA HIKMAH PELANGI PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh :
Sandi Pajriandi
NIM 11140340000160
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Sandi Pajriandi
Pemahaman Guru Taman Pendidikan Al-Qur’ân Atas Surah Luqmân [31]:
12-15
(Studi Kasus TPA Hikmah Pelangi Pesanggrahan Jakarta Selatan)
Islam menjunjung tinggi akhlak yang mulia sebagai puncak kebaikan.
Dengan akhlak maka seseorang akan senantiasa memiliki patokan nilai dalam
keseluruhan orientasi hidup dan tindakannya. Salah satu pembahasan akhlak
dalam al-Qur‟ân adalah birr al-wâlidain (berbuat baik kepada orang tua). Islam
sangat menekankan kepada umatnya untuk memperhatikan, menghargai dan
menghormati hak itu. Karena perantaraan mereka kita hadir di dunia, mengasuh,
mendidik dan membesarkan, sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh
sebab itu kita wajib menyayangi, menghormati dan membahagiakan keduanya,
serta mendoakan kebahagiaannya di dunia dan akhirat, seperti yang diperintahkan
dalam ajaran Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman para guru di Taman
Pendidikan Al-Qur‟ân Hikmah Pelangi Pesanggrahan Jakarta Selatan atas surah
Luqmân [31]:12-15. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dengan jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah para guru TPA
Hikmah Pelangi Pesanggrahan Jakarta Selatan.
Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua dalam bentuk apapun sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan. agama Islam pun sangat memperhatikan betul
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua ini bahkan kedudukannya sangat
tinggi Allah memerintahkan perbuatan baik kepada kedua orang tua setelah Allah
memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
berbakti kepada kedua orang tua merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan.
Berdasarkan temuan data yang penulis peroleh dari informan berkesimpulan
bahwa Guru Taman Pendidikan al-Qurân Hikmah Pelangi Pesanggrahan Jakarta
Selatan dapat menyebutkan dengan baik dan benar surah Luqmân [31]:12-15.
Kemudian birr al-wâlidain sebagai perangai yang terpuji yang merupakan
perbuatan yang sangat baik yang akan menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan
orang tua. Dampak bagi pelaku yang tidak birr al-wâlidain sangat buruk berupa
dosa besar dan termasuk anak yang durhaka kemudian ketika di dunia ia akan
sulit mendapatkan rezeki, tidak diberi kelancaran dalam setiap urusan dunianya,
hidup dilanda kegelisahan, Allah tidak akan rida terhadapnya dan Allah akan
murka terhadapnya, dan ketika di akhirat nanti akan mendapat siksa yang amat
pedih.
Kata Kunci: Berbakti, Pemahaman, Dampak
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Yang senantiasa melimpahkan segala nikmat dan pertolongannyakepada penulis.
Berkat izin dari Allah Swt penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Semoga
kita termasuk umatnya yang istiqamah menjalani perintahnya, dan mendapatkan
syafaat pada hari kiamat kelak.
Penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul “PEMAHAMAN
GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN ATAS SURAH LUQMÂN [31]:
12-15 (STUDI KASUS TPA HIKMAH PELANGI PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN)” ini tidak akan selesai jika hanya mengandalkan daya
yang penulis miliki. Ada banyak sosok, kerabat, orang-orang yang secara
langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis. Maka dalam
pengantar skripsi ini penulis banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku Sekretaris Prodi Ilmu al-Qur‟an
dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak M. Suryadinata, Dr. M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik dan bapak
Eva Nugraha M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
banyak nasihat dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada
penulis.
6. Kepada kedua orang tua terkasih bapak Anwar Hidayat dan Ibu Nina Roslina,
yang selalu memberikan semangat kebaikan di setiap kehidupan penulis dan
mendoakan penulis di setiap ibadahnya. Dan juga untuk adik-adik tersayang Iip
Paisal dan Denisa Ramadhani, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
iii
7. Kepada sepupu penulis bapak H. Mujib Ridwan S. Thi. beserta keluarga, yang
selalu memberikan dukungan, arahan dan semangat kepada penulis selama
menempuh masa studi. Terima kasih telah menjadi orang tua kedua penulis ketika
hidup di jakarta.
8. Kepada teman-teman seperjuangan di Yayasan Hikmah pelangi Ibu Hj. Zulaikha
Asyurati Harnim, bapak Khoir, Bapak Ali, Anam, Agam, Ibu Fiqoh, Ibu Hesti.
Terima kasih telah memberikan berbagai pelajaran dan manfaat selama penulis
menjalankan kuliah.
9. Kepada keluarga besar Himalaya Jakarta Mang Ali, Agung, Arip, Ashly, Rio,
Syekh dll. yang telah menemani dan menghibur serta menjadi saudara bagi
penulis ketika hidup di perantuan. Hatur nuhun sadayana.
10. Kepada teman-teman seperjuangan keluarga Tafsir Hadis angkatan 2014,
terkhusus TH D yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dan
motivasi dalam menyelesaikan studi penulis. Semoga kita selalu menjalin
silaturahmi sampai akhir hayat.
Sekali lagi penulis haturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis. Semoga Allah Swt membalas kebaikan yang berlipat
ganda dan mendapatkan keberkahan yang berlimpah. Âmîn yâ Rabb al-Âlamîn.
Ciputat, 15 November 2018
Sandi Pajriandi
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada
hasil Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Nomor: 507 Tahun 2017.
1. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts Te da es ث
j Je ج
ẖ Ha dengan garis bawah ح
kh Ka dan ha خ
d De د
dz De dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy Es dan ye ش
s Es dengan garis di bawah ص
ḏ De dengan garis di bawah ض
v
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong, untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a Fatẖah _ػ
_ i Kasrah
_ u Ḏammah
ṯ Te dengan garis di bawah ط
ẕ Zet dengan garis di bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
gh Ge dan ha غ
f Ef ؼ
q Qi ؽ
k Ka ؾ
l El ؿ
m Em ـ
n En ف
w We ك
h Ha ق
Apostrof ` ء
y Ye ي
vi
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai A dan i _ ي
au A dan u _ ك
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan
dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
 A dengan topi di atas ػػا
Î I dengan topi di atas ػػي
Û U dengan topi di atas ػػو
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu dialihaksarakan menjadi huruf „l‟ baik diikuti huruf syamsiyah maupun
huruf qamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda (ـــ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya; kata )الضرورة( tidak ditulis ad-
ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf „h‟. Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat. Namun
jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda, maka huruf tersebut dialih
aksarakan menjadi huruf „t‟.
vii
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarîqah طريقة 1
Al-jâmî‟ah al-islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2
waẖdat al-wujûd كحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih aksara
ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut; bukan huruf awal atau kata
sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâli, al-
Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam
alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.
Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd
al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara terpisah.
Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atau kalimat-kalimat dalam bahasa
Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
Dzhab al-ustâdzu دىب األستاد
Tsabata al-ajru ثػبت األجر
al-ẖarakah al-„asriyyah احلركة العصرية
Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أف آل إلو إأل اهلل
viii
موآلنا ملك الصالحMaulânâ Malik al-Sâlih
Yu‟atstsirukum Allâh يػؤثركم اهلل
ظاىر العقلية Al-mazâhir al-„aqliyyah امل
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama
orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialih aksarakan.
Contoh: Nurcholis Madjid, bukan Nûr Khâlis Majid; Mohamad Roem, bukan
Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................ 5
D. Kajian Pustaka .......................................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian ............................................................................. 11
1. Teknik Pengumpul Data ...................................................................... 11
F. Teknik Analisis Data................................................................................ 12
1. Deskripsi data ...................................................................................... 12
2. Analisis data ........................................................................................ 13
3. Teknik Penulisan ................................................................................. 13
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB II GAMBARAN UMUM BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG
TUA ...................................................................................................................... 14
A. Pengertian Birr dan al-Wâlidain ............................................................. 14
B. Akhlak dan Adab terhadap Kedua Orang Tua ........................................ 15
C. Ayat Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (Birrul Walidain) Surah
Luqmân [31]: 12-15 dan Tafsirannya .......................................................... 22
BAB III PROFIL TPA HIKMAH PELANGI .................................................. 26
x
A. Sejarah Berdirinya TPA Hikmah Pelangi ................................................ 26
B. Struktur Organisasi .................................................................................. 26
C. Program Kegiatan .................................................................................... 27
D. Kurikulum Pendidikan ............................................................................. 28
E. Prestasi TPA Hikmah Pelangi .................................................................. 32
F. Profil Siswa TPA Hikmah Pelangi .......................................................... 32
BAB IV PEMAHAMAN GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN
ATAS SURAH LUQMÂN [31]: 12-15............................................................... 34
A. Analisis Data ............................................................................................ 34
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 46
A. Kesimpulan .............................................................................................. 46
B. Saran ........................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Skripsi
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menjunjung tinggi akhlak yang mulia sebagai puncak kebaikan.
Dengan akhlak maka seseorang akan senantiasa memiliki patokan nilai tentang
benar dan salah, baik dan buruk, serta pantas dan tidak pantas dalam keseluruhan
orientasi hidup dan tindakannya. Orang boleh berelaborasi konsep tentang akhlak
atau moral atau etika; yang paling penting bagaimana nilai-nilai kebaikan
diwujudkan menjadi “mode of action” (model tingkah laku) sehingga menjadi
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, yang membentuk kebaikan dan kearifan
hidup manusia baik dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya secara harmonis.
Ketika menyaksikan paradoks perilaku yang berkaitan dengan moralitas
atau etika ditimpakan sepenuhnya kepada agama dan kaum agamawan. maka
pandangan yang demikian lebih merupakan bentuk kesadaran kritis kaum
agamawan sendiri atas fungsi risalah agama sebagai ajaran ke dalam realitas
kehidupan. Kendati demikian, kesadaran atau intropeksi yang kritis semacam itu
menjadi bentuk komitmen kalangan agama yang sangat luhur.
Akhlak atau moralitas agama perlu semakin dijadikan basis dan
ditransformasikan ke dalam proses pembentukan karakter atau watak kepribadian
seseorang. Lebih konkret lagi akhlak perlu di transformasikan menjadi moralitas
atau etika publik. Dengan demikian moralitas keagamaan benar-benar menjadi
sistem pengetahuan dan sistem tindakan yang nyata dalam kehidupan masyarakat
dan bangsa.1
Salah satu pembahasan akhlak dalam al-Qur‟ân adalah birr al-wâlidain
(berbuat baik kepada orang tua). Agama Islam sangat memperhatikan, menghargai
dan menghormati hak itu, sehingga menekankan kepada umatnya untuk
mengamalkan dengan baik. Hak yang sangat penting di antara sekian banyak hak
itu ialah hak orang tua, karena perantaraan mereka kita hadir di dunia, mengasuh,
mendidik dan membesarkan, hingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh
sebab itu kita wajib menyayangi, menghormati dan membahagiakan keduanya,
1 Haedar Nashir, Peran Agama Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara (Jakarta:
Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama, 2008), h. 39-48.
2
serta mendoakan kebahagiaannya di dunia dan akhirat, seperti yang
diperintahkan agama Islam.2
Namun pemahaman tentang birr al-wâlidain hanya menjadi sebuah konsep
tanpa adanya pengamalan atau tindakan, dan hal inilah yang terjadi pada era
modern sekarang ini yang ikut mempengaruhi pola pikir kehidupan sosial
masyarakat, sehingga sering dijumpai seorang anak yang bersikap kasar dan acuh
terhadap kedua orang tuanya. Bahkan ada yang tega sampai membunuh orang
tuanya hanya karena alasan sepele.
Hal ini merupakan tantangan zaman yang dihadapi oleh umat Islam,
sehingga diperlukan sebuah lembaga pendidikan agama yang diharapkan dapat
membendung arus era globalisasi serta menghapus pengaruh-pengaruh negatif
yang dapat merusak akhlak anak-anak selaku generasi muda Islam.
Maka kehadiran pendidikan agama baik formal maupun non formal sangat
diperlukan guna menyiapkan generasi Qur‟ani untuk menyongsong masa depan
gemilang. Tujuan tersebut merupakan moto dari pendidikan agama nonformal
yang ada di Indonesia yaitu lembaga Taman Kanak-kanak/Taman Pendidikan Al-
Qur‟ân.
Taman Pendidikan al-Qur‟ân (TPA) sebagai lembaga pendidikan
nonformal mempunyai tujuan dalam mengembangkan potensi anak ke arah
pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan keagamaan, melalui
pendekatan yang disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak,
berdasarkan tuntunan al-Qur‟ân dan Sunnah Rasul.3
Penelitian tentang TPA sudah banyak dilakukan di dalam buku, skripsi,
dan lain sebagainya. Akan tetapi mayoritas dilakukan oleh sarjana program studi
Tarbiyyah, dengan cenderung membahas tentang metode belajar yang dilakukan
oleh TPA dan peranannya terhadap perilaku santri/siswa. Contoh seperti skripsi
yang berjudul “Peranan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’ân/Taman Pendidikan
Al-Qur’ân (TKA/TPA) Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Desa
2 Ahmad Isa Asyur, Berbakti Kepada Ibu Bapak (Jakarta: Gema Insani Press, 2008), h. 9.
3 H. U. Syamsuddin MZ dkk., Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA (Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 2006), h. 25.
3
Maradekaya Kec. Bajeng Kab.Gowa”4, kemudian “Upaya Taman Pendidikan
Al-Qur’ân Dalam Mempersiapkan Generasi Muda Menuju Masyarakat Islami:
Studi Kasus TPA Baiturrahman Komplek MPR Jaksel”5, lalu “Peranan Taman
Pendidikan Al-Qur’ân Terhadap Akhlak Santri: Suatu Studi Pada TPA. Al-
Wasi’ di RW 09 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara.”6 Penelitian ini
menyatakan bahwa TPA sangat berperan dalam pembentukan akhlak anak-anak di
sekitarnya. Selanjutnya skripsi yang berjudul “Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’ân Pada Anak Usia Dini: Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta
Islamic Centre Jakarta Utara”7, dan “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’ân di
TPA SDN 02 Pinangranti Jakarta Timur.”8Penelitian ini menyatakan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan di TPA tersebut sangat relevan dengan
kemampuan siswanya. Sehingga berbagai materi dan evaluasi berjalan dengan
baik. Selanjutnya “Sosialisasi Peran Gender Tradisional Pada Anak: Studi
Kasus Pada Orang Tua, Anak, dan Guru Taman Kanak-kanak Al-Qur’ân Al-
Ihsan.”9Penelitian ini menghasilkan bahwa cara anak mempelajari peran gender
yang sesuai jenis kelaminnya dari orang tua (keluarga), lingkungan sekolah, dan
teman sebaya yaitu dalam bentuk penjelasan sikap yang tepat, mengenalkan
identitas masing-masing, dan pemilihan permainan sesuai dengan gender.
Dari beberapa penelitian skripsi tersebut penulis belum temukan kesamaan
mengenai fokus kajian yang di angkat. Mengingat latar belakang penulis yaitu
mahasiswa Ilmu Al-Qur‟ân dan Tafsir, sementara penelitian sebelumnya
4 Hasnah, “Peranan Taman Kanak-Kanak Al-Qur‟an/Taman Pendidikan Al-Qur‟an
(TKA/TPA) Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Desa Maradekaya Kec. Bajeng Kab.Gowa,”
(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Makassar, 2011). 5 Syahid Darajat, “Upaya Taman Pendidikan Al-Qur‟an Dalam Mempersiapkan Generasi
Muda Menuju Masyarakat Islami: Studi Kasus TPA Baiturrahman Komplek MPR Jaksel,”
(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,
2005). 6 Aminullah, “Peranan Taman Pendidikan Al-Qur‟an Terhadap Akhlak Santri: Suatu
Studi Pada TPA. Al-Wasi‟ di RW 09 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara,” (Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008). 7 Himmatul Uliya, “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an Pada Anak Usia Dini: Penelitian
Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 8 Mungadi, “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟an di TPA SDN 02 Pinangranti Jakarta
Timur,” (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007). 9 Mega Yunita, “Sosialisasi Peran Gender Tradisional Pada Anak: Studi Kasus Pada
Orang Tua, Anak, dan Guru Taman Kanak-kanak Al-Qur‟an Al-Ihsan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).
4
kebanyakan dari Fakultas Tarbiah. Maka penelitian tentang pemahaman guru atas
suatu ayat yang diajarkan di TPA menarik untuk dikaji.
Mengapa demikian, karena hasil dari observasi awal penulis terhadap guru
yang diasumsikan mengerti atau paham atas ayat birr al-wâlidaintidak selalu
mengaplikasikan pemahamannya dalam bentuk adab-adab kesehariannya terhadap
orang tua.
TPA Hikmah Pelangi dipilih karena penulis melihat bahwa TPA tersebut
mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan keagamaan anak-anak di
wilayahnya, dengan menghasilkan ± 700 santri yang khatam Al-Qur‟ân selama
dua dekade terakhir. Berdasarkan kurikulum yang telah diterapkan oleh TPA
Hikmah Pelangi, penulis berasumsi bahwa santri TPA Hikmah Pelangi tingkat
paket B dan C sudah dituntut untuk menguasai hafalan sejumlah surah pendek,
ayat pilihan dan doa harian. Serta mengembangkan dalam perilaku sosial yang
baik.10
Atas dasar itulah penulis berpikir untuk melakukan penelusuran guru TPA
tersebut dalam memahami suatu ayat dan apakah pemahaman mereka
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari berupa sikap dan perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti guru TPA
Hikmah Pelangi, mengenai birr al-wâlidain antara pemahaman tentang ayat dan
pengetahuan seputar berbakti kepada kedua orang tua . Dengan demikian penulis
mengadakan penelitian dengan judul: “Pemahaman Guru Taman Pendidikan
Al-Qur’ân Atas Surah Luqmân Ayat 12-15 (Studi Kasus TPA Hikmah Pelangi
Bintaro Jakarta Selatan)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka penulis membatasinya agar pembahasan dalam skripsi ini terarah dan tidak
terjadi kesalahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, maka penulis
membatasi permasalahan pada pemahaman guru TPA Hikmah Pelangi terhadap
ayat berbakti kepada kedua orang tua yaitu Surah Luqmân ayat 12-15.
10
U. Syamsuddin MZ dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-
Qur‟an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) (LPPTKABKPRMI Pusat:Jakarta, 2006), h.
25-26.
5
Adapun perumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana
pemahaman guru TPA Hikmah Pelangi terhadap ayat berbakti kepada kedua
orang tua yaitu Surah Luqmân [31]: 12-15?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan diatas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mengetahui pemahaman guru TPA Hikmah Pelangi terhadap ayat-ayat
berbakti kepada kedua orang tua.
2. Mengetahui bagaimana pengaruh pemahaman guru TPA Hikmah Pelangi
tentang ayat-ayat berbakti kepada kedua orang tua di aplikasikan pada
kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui bagaimana pemahaman guru terhadap ayat-ayat al-Qur‟ân
yang diajarkan di TPA tentang berbakti kepada kedua orang tua
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Melatih berpikir ilmiah dalam menganalisa persoalan-persoalan di dalam
al-Qur‟ân, dengan melalui penelitian langsung pada objek yang dikaji,
sehingga ilmu yang selama ini dipelajari dapat diaplikasikan.
2. Menjadi bagian dari materi ajar metode penelitian di bidang Ilmu Al-
Qur‟ân dan Tafsir. Terutama yang terkait penulis jadikan penelitian.
3. Menjadi bahan untuk evaluasi pembelajaran al-Qur‟ân di TPA Hikmah
Pelangi.
D. Kajian Pustaka
Untuk menjadikan penelitian ini relevan, diperlukan perbandingan dengan
penelitian sebelumnya yang terlebih dahulu mengangkat tema tentang pemahaman
santri Taman Pendidikan Al-Qur‟ân terhadap ayat birr al-wâlidain. Penelitian
pertama adalah Hasnah yang berjudul Peranan Taman Kanak-Kanak Al-
Qur‟ân/Taman Pendidikan Al-Qur‟ân (TKA/TPA) Terhadap Pembentukan Akhlak
Anak Di Desa Maradekaya Kec. Bajeng Kab.Gowa. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang menggambarkan objek penelitian dengan data yang
bersifat analisis data deskriptif yang bersifat kualitatif dengan menggunakan
teknik induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TKA/TPA memiliki peranan
6
dalam pembentukan akhlak anak dengan kerja sama yang baik antara guru
TKA/TPA dengan orang tua santri.11
Penelitian kedua adalah Syahid Darajat yang berjudul Upaya Taman
Pendidikan Al-Qur‟ân dalam Mempersiapkan Generasi Muda Menuju
Masyarakat Islami: Studi Kasus TPA Baiturrahman Komplek MPR Jaksel.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis yang bersifat lapangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa TPA sebagai pendidikan nonformal
sangat berperan dan mempunyai pengaruh besar serta strategis terhadap
pembentukan generasi islami yang didambakan oleh setiap masyarakat.12
Peneltian ketiga adalah Aminullah yang berjudul Peranan Taman
Pendidikan Al-Qur‟ân Terhadap Akhlak Santri: Suatu Studi Pada TPA. Al-Wasi‟
di RW 09 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan menggunakan angket yang diberikan kepada santri beserta orang tuanya.
Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data
deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa TPA memiliki peranan
yang cukup besar terhadap akhlak santri. Hal ini terbukti bahwa santri TPA Al-
Wasi‟ memiliki Akhlak yang cukup baik, baik dalam ḥablu min Allah, ḥablun min
al-nâs, serta dengan lingkungannya.13
Penelitian keempat adalah Irfan Rafiq Bin Shaari yang berjudul Konsep
Pembinaan Birr Al-wâlidain Dalam Al-Qur‟ân: Kajian Analisis Deskriptif Tafsir
Mauḍu‟i. Penelitian ini menggunakan metode content analysis. Di samping itu,
diperkuat dengan metode tafsir mauḍu‟i. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa, di dalam al-Qur‟ân terdapat banyak ayat-ayat al-Qur‟ân
yang berkait dengan birr al-wâlidain. Selanjutnya kedua mufasir menjelaskan
bahwa, anak-anak secara khusus memang sangat memerlukan arahan untuk
berbakti kepada kedua orang tua, generasi yang mendidik dan merawatnya.
11
Hasnah, “Peranan Taman Kanak-Kanak Al-Qur‟an/Taman Pendidikan Al-Qur‟an
(TKA/TPA) Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Di Desa Maradekaya Kec. Bajeng Kab.Gowa,”
(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011). 12
Syahid Darajat, “Upaya Taman Pendidikan Al-Qur‟an Dalam Mempersiapkan Generasi
Muda Menuju Masyarakat Islami: Studi Kasus TPA Baiturrahman Komplek MPR Jaksel,”
(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,
2005). 13
Aminullah, “Peranan Taman Pendidikan Al-Qur‟an Terhadap Akhlak Santri: Suatu
Studi Pada TPA. Al-Wasi‟ di RW 09 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara,” (Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
7
Pengarahan-pengarahan ini datang dari Allah swt. yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang, yang mengajarkan hamba-hamba-Nya untuk saling menyayangi
baik mereka sebagai anak maupun sebagai orang tua. Oleh demikian, konsep
pembinaan birr al-wâlidaindalam al-Qur‟ân adalah dengan berbakti kepada kedua
orang tua dan ini merupakan kewajiban bagi seorang anak, baik ketika orang tua
masih hidup maupun telah tiada. Hal ini dapat menghindarkan dari sikap durhaka
yang mendatangkan kemurkaan dan azab dari Allah Swt.14
Penelitian kelima adalah Haris Munandar yang berjudul Konsep Birr al-
wâlidainDalam Q.S Al-Isra Ayat 23-24 dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Keluarga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan
pendekatan kualitatif. Karena penelitian ini tentang ayat al-Qur‟ân, maka metode
yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dalam penelitian ini
yaitu metode mauḍu‟i dan muqaran.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa prinsip-prinsip birr al-
wâlidainyaitu berbakti kepada orang tua selama tidak bertentangan dengan
perintah Allah SWT, tidak pernah merasa tersakiti atas perlakuan buruk orang tua
dan berbakti kepada orang tua tidak terbatas ruang dan waktu. Materi-materi
pendidikan yang harus ada dalam keluarga yaitu ke-tauhidan, akhlak, doa, dan
ketaatan. Metode-metode pendidikan dalam keluarga yang harus digunakan antara
lain harus didahului dengan menanamkan keimanan, mendidik dengan sentuhan
emosional, menggunakan kata yang paling baik dan mendidik dengan
menggunakan do‟a.15
Penelitian keenam adalah Mustagfirin yang berjudul Konsep Birr al-
wâlidainDalam Al-Qur‟ân: Studi Komparatif antara Penafsiran Sayyid Qutb
dalam Kitab Tafsir Fî Ẓilal Al-Qur‟ân dengan Penafsiran Muhammad „Alî al-
Ṣâbūnî dalam Kitab Tafsir Ṣafwah Al-Tafâsîr. Jenis penelitian ini adalah library
research (penelitian pustaka) dengan sifat Deskriptif Analitik. Adapun
pengambilan datanya dengan pengumpulan dari pustaka dari kitab tafsir Fî
14
Irfan Rafiq, “Konsep Pembinaan Birrul Walidain Dalam Al-Qur‟an: Kajian Analisis
Deskriptif Tafsir Maudhu‟i,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Aceh, 2017). 15
Haris Munandar, “Konsep Birr al-Walidain Dalam Q.S Al-Isra Ayat 23-24 dan
Implikasinya Dalam Pendidikan Keluarga,” (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013)
8
Ẓilal Al-Qur‟an dan Ṣafwah Al-Tafâsîr sebagai buku primer serta buku-buku
lain tentang birr al-wâlidainsebagai data sekunder.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Di
dalam kitab tafsir Fî Ẓilal Al-Qur‟ân dan Ṣafwah al-Tafâsîr, Sayyid Qutb dan Alî
al-Ṣâbūnî menafsirkan ayat-ayat tentang birr al-wâlidain dengan memerintah
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kemudian disusul dengan menyebut
ibu secara khusus. Ini adalah istilah bahasa disebut “żikru al-khaṣ ba‟da „am”
(menyebutkan yang khusus sesudah yang umum). Gunanya untuk menambah
perhatian dan memandang sebagai hal yang penting, karena hak ibu atas anak
lebih besar dari pada hak ayah.
Dari penafsiran Alî al-Ṣâbūnî ayat-ayat tentang birr al-wâlidain dibahas
secara ringkas dan mudah untuk dipahami, sedangkan dari sisi Sayyid Qutb, ayat-
ayat tentang birr al-wâlidain terasa lebih panjang pembahasannya, beliau
menambahkan pemikiran pergerakan untuk menumbuhkan semangat kaum muda
untuk selalu taat kepada kedua orang tua.
Selain itu terdapat persamaan dan perbedaan dari kedua mufasir di atas
yaitu dari segi metode dan bentuknya. Dari segi metodenya kedua mufasir di atas
sama-sama menggunakan metode tahlili, sedangkan dari segi bentuk tafsirnya
kedua mufasir di atas menggunakan bi al-ra‟yi atau kekuatan akal dalam
menyibak materi yang ada di dalam al-Qur‟ân. Akan tetapi kedua mufassir di atas
juga mempunyai perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat birr al-wâlidain yaitu
dari segi kemandirian dalam menafsirkan. Dari segi Sayyid Qutb, beliau sangat
mandiri dalam menafsirkan ayat-ayat tentang birr al-wâlidain. Sedangkan disisi
Alî al-Sâbûnî beliu belum bisa mandiri dalam menafsirkan al-Qur‟an karena
dalam tafsirnya beliau masih didominasi oleh penafsiran-penafsiran mufassir
sebelumnya. 16
Penelitian ketujuh adalah Fatkhur Rochman yang berjudul Berbakti
Kepada Orang Tua Menurut Penafsiran Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar Dan
Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Tafsir An-Nur: Study Komparatif. jenis penelitian
16
Mustagfirin, “Konsep Birrul Walidain Dalam Al-Qur‟an (Studi Komparatif antara
Penafsiran Sayyid Qutb dalam Kitab Tafsir Fī Ẓilal Al-Qur‟an dengan Penafsiran Muhammad „Alī
al-Ṣâbūnī dalam Kitab Tafsir Ṣafwah At-Tafâsīr,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016).
9
yang ditempuh adalah “Library Research” (kepustakaan) dengan menggunakan
metode deskriptif dan komparatif. Penelitian ini menghasilkan suatu teori
komparatif dari kedua mufasir tersebut, yaitu persamaan dan perbedaan dalam
menafsirkan ayat-ayat tentang berbakti kepada kedua orang tua.
Persamaannya adalah mengenai penafsiran Kedua tokoh tersebut terhadap
lima ayat untuk kata ihsan dan satu ayat untuk ḥusn. Maka perhatikanlah surah
Al-Baqarah: 83, Al-Nisa‟: 36, Al-An‟am: 151, Al-isra‟: 23, dan Al-Ahqaf: 15,
untuk menemukan kata ihsan, dan perhatikan pula surah Al-Ankabut: 8 untuk
menemukan kata husn. Dan Menurut penafsiran kedua tokoh tersebut dengan
menghimbau dan mempertegas bahwasanya Allah SWT, tegas memerintahkan
untuk berbuat baik (ihsan,kebajikan) kepada kedua orang tua, dari kesungguhan,
keseriusan taat, tunduk dan patuh kepada keduanya, atau berlaku lebih baik
(ihsan) dengan memenuhi segala hak-haknya, dan jangan mengecewakan hati
keduanya.
Adapun perbedaannya adalah mengenai sistematika penafsiran. Hamka
dalam tafsirnya Al-Azhar sistematikanya dimulai dengan menerjemahkan ayat-
ayat ke dalam bahasa Indonesia yg simpel, praktis dan mudah dipahami,
kemudian menguraikannya mengenai munasabah ayat dengan ayat sebelumnya,
dilanjutkan penjelasan tentang asbab al-nuzul (jika ditemui pendapat yang
menjelaskan hal itu), contohnya tentang ayat peralihan Kiblat dari Bait al-Maqdis
ke Ka‟bah. Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan dimulai
dengan terjemahkan ayat-ayat ke dalam bahasa Indonesia yg indah simpel, praktis
dan mudah dipahami, menafsirkan ayat dengan didukung oleh ayat yang lain,
hadis, riwayat sahabat dan tabi‟in serta penjelasan yang ada kaitannya dengan ayat
tersebut dan tahapan ini diberi judul ”Tafsirnya”, dan kesimpulan (intisari dari
kandungan ayat yang diberi judul ”kesimpulan”)17
Penelitian kedelapan adalah Windi Wulandari yang berjudul
Perkembangan Perilaku Keberagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Peserta
Daarul Takmiliyah Aliyah Quthrunnada. Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan yang menjadikan DTA di kampung Batukembar 05/07 sebagai objek
17
Fatkhur Rochman, “Berbakti Kepada Orang Tua Menurut Penafsiran Hamka Dalam
Tafsir Al-Azhar Dan Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Tafsir An-Nur: Study Komparatif,” (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2010).
10
penelitian. Yang bertujuan untuk mendapatkan data kualitatif tentang peran DTA
terhadap perkembangan keberagamaan anak. Pengumpulan data ini dilakukan
dengan studi dokumen, observasi interview serta quesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DTA juga memiliki peran yang
sangat penting dalam perkembangan ke-beragamaan pada seorang anak. DTA
menjadi agen kedua yang mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada anak.
Karena DTA tidak hanya sebagai lembaga yang mengajarkan pengetahuan agama
dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah melainkan sebagai
suatu lembaga yang memiliki tujuan untuk membentuk kepribadian anak.18
Penelitian ke sembilan adalah Mega Yunita yang berjudul “Sosialisasi
Peran Gender Tradisional Pada Anak: Studi Kasus Pada Orang Tua, Anak, dan
Guru Taman Kanak-kanak Al-Qur‟ân Al-Ihsan.” Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan tiga kategori informan yaitu orang tua, anak dan guru.
Dan penelitian ini membahas tentang pemahaman anak dalam mempelajari peran
gender dari keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Serta pandangan orang tua
terhadap peran gender anak dan cara orang tua mensosialisasikan peran gender
pada anak.19
Berdasarkan sembilan penelitian terdahulu di atas maka terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan pertama yaitu pada
fokus penelitian yang sama-sama menggunakan lembaga pendidikan agama non-
formal sebagai studi kasus, dan pada penelitian yang ke empat sampai ke tujuh
sama-sama mengangkat tema tentang birr al-wâlidain. Kemudian persamaan
kedua yaitu terletak pada metode penelitian yang di gunakan selain pada
penelitian yang ke empat sampai ke tujuh yaitu metode kualitatif dengan informan
anak-anak dan orang tua. Namun, penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian. Pada penelitian ini dalam
teknik analisis data, penulis menggunakan angket dan pedoman observasi yang
diberikan kepada guru dan orang tua santri/siswa sebagai indikator dalam
18
Windi Wulandari, “Perkembangan Perilaku Keberagamaan Pada Anak Usia Sekolah
Dasar Peserta Daarul Takmiliyah Aliyah Quthrunnada,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017). 19
Mega Yunita, “Sosialisasi Peran Gender Tradisional Pada Anak: Studi Kasus Pada
Orang Tua, Anak, dan Guru Taman Kanak-kanak Al-Qur‟ân Al-Ihsan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014).
11
pemahaman dan pengamalan santri atas ayat birul walidain. Sehingga data yang
diperoleh lebih otoritatif dan menunjukkan hasil yang diharapkan.
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu suatu penelitian yang menggambarkan atau memaparkan secara umum
mengenai siswa atau santri Taman Pendidikan Al-Qur‟ân Hikmah Pelangi Bintaro
Jakarta Selatan dalam mempelajari al-Qur‟ân surah Luqmân [31]: 12-15, dengan
cara mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Dalam pengumpulan data, sebanyak mungkin data yang diperoleh atau
dikumpulkan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian
ini. Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data yaitu surah Luqmân [31]: 12-15, sedangkan data sekunder
adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain, dokumen, hasil wawancara.
1. Teknik Pengumpul Data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses pengamatan dan ingatan terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sarana pengamatan.20
Dalam penelitian ini yang
menjadi objek observasi adalah murid atau santri Taman Pendidikan Al-Qur‟ân
Hikmah Pelangi Bintaro Jakarta Selatan.
b. Wawancara
Penulis menggunakan teknik wawancara terbuka secara intensif yang
bertujuan memperoleh informasi tertentu dari beberapa responden. Dalam
wawancara ini penulis melakukan bertemu langsung dengan responden.
c. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di TKA/TPA Hikmah
Pelangi Jakarta Selatan dengan alamat jl.H. Sailin II no 35 Pesanggrahan Bintaro
20
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 2008),
h.52.
12
Jakarta Selatan. Dengan objek yang diteliti adalah santri Taman Pendidikan Al-
Qur‟ân Hikmah Pelangi.
d. Populasi21
dan Sampel22
Populasi dalam penelitian ini adalah santri TPA Hikmah Pelangi yang
tercatat aktif pada tahun ajaran 2017-2018 dengan jumlah 115 orang. Prinsip-
prinsip dasar penentuan sampel mengacu pada masalah teknis pelaksanaan dan
kualitas produk yang dihasilkan. Dalam hal ini penentuan sampel harus sederhana
mungkin dan sampel yang dipilih haruslah betul-betul mempersentasikan keadaan
populasi yang sesungguhnya. Dari beberapa literatur atau bacaan tentang
metodologi penelitian dapat diperoleh informasi bahwa penulis membatasnya
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel quota.23
e. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian kualitatif24
dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan objek yang diteliti untuk
memperoleh pemahaman mendalam yang otentik mengenai pemahaman
responden. Kebanyakan peneliti kualitatif menganggap bahwa observasi dan
wawancara langsung merupakan metode yang potensial.25
F. Teknik Analisis Data26
1. Deskripsi data
Metode ini bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena
tertentu, berdasarkan data-data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara, dan
21
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga.(Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 154). 22
Sampel adalah karakteristik yang memampukan kita untuk memerinci populasi menjadi
kelompok kecil dan tidak boleh tumpang tindih serta mencakup seluruh populasi riset.(Lisa
Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: kencana, 2009), h.23). 23
Teknik pengambilan sampel quota lazim digunakan dalam pengumpulan pendapat
umum jika jumlah populasi telah diketahui sebelumnya.(Sanapiah Faisal, Format-Format
Penelitian Sosial, h.69). 24
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang mengumpulkan dan
menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta
peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah di peroleh
dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.(Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif
(Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 13). 25
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, h. 53. 26
Analisi data adalah mereduksi data atau kegiatan pemilihan data penting dan tidak
penting dari data yang telah terkumpul, menyajikan data dan menarik kesimpulan.( Afrizal,
Metode Penelitian Kualitatif, h. 174).
13
observasi. Data yang di peroleh dari hasil wawancara, dan observasi tersebut di
deskripsikan dalam bentuk uraian.
2. Analisis data
Data-data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi
tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Kemudian analisis data diuraikan dengan
menggunakan bahasa sendiri dan memberikan interpretasi terhadap data yang
diperoleh secara apa adanya.27
3. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini di bawah panduan
buku Pedoman Penulisan Skripsi.28
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub
bab, adapun sistematika bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama membahas tentang pendahuluan, yaitu terdiri dari latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan Masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, yang terdiri dari Lokasi
dan Waktu Penelitian, Populasi, Sampel, Metode Pengumpulan Data, Teknik
Analisis Data, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua membahas tentang teori gambaran umum berbakti kepada
kedua orang tua dalam Islam, kemudian tentang Ayat-ayat Berbakti kepada Kedua
Orang Tua dan Tafsirannya.
Bab ketiga membahas Profil TPA Hikmah Pelangi, yang terdiri dari:
Sejarah berdirinya, Struktur Organisasi, Program kegiatan, Prestasi, Profil Santri.
Bab keempat membahas tentang analisis data dari Ragam Pemahaman
Guru Taman Pendidikan al-Qur‟ân atas Surah Luqmân [31]:12-15.
Bab kelima penutup yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran-saran.
27
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, h. 13. 28
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi
(Jakarta: CeQDA, 2007).
14
BAB II
GAMBARAN UMUM BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
A. Pengertian Birr dan Al-wâlidain
Kata birr diambil dari bahasa Arab dengan asal kata بػرر atau بػر –يػبػر –بػر yaitu ḏiddu al-„uqūqi artinya kebalikan dari melanggar atau durhaka yakni
berbakti.29
Dalam kamus al-Munawwir kata بر memiliki arti ketaatan atau
berbakti.30
Sedangkan dalam KBBI kata berbakti merupakan asal kata dari bakti
yang artinya tunduk dan hormat, maka berbakti artinya berbuat tunduk dan
hormat.31
Sedangkan menurut al-Asfahâni di dalam Mufradâh alfâzi al-Qur‟ân kata
al-birr memiliki arti al-tawassu‟ fî fi‟li al-khair (kelapangan di dalam
mengerjakan kebaikan) dengan memiliki dua aspek yaitu pekerjaan hati seperti
keyakinan yang benar dan niat yang suci, dan pekerjaan anggota badan seperti
ibadah kepada Allah. Dalam ungkapan birr al- wâlidain diartikan al-tawassu‟ fî
ihsâni ilaihimâ (keluasan untuk berbuat baik kepada keduanya).32
Kata wâlidain merupakan kata gabungan dari wâlid (bapak) dan wâlidah
(ibu), jadi wâlidain adalah ibu dan bapak atau kedua orang tua.33
Dari beberapa
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa birr al-wâlidain adalah suatu
ketaatan yang dilakukan dengan perbuatan hormat dan patuh terhadap ibu dan
bapak atau kedua orang tua.
Manusia adalah makhluk sosial yang kehidupannya tidak dapat
diisolasikan secara permanen dari sesamanya. Kelahiran manusia di muka bumi
ini dikarenakan kedua orang tuanya, yang kemudian menjadi lingkungan pertama
pada masa awal kehidupannya di dunia. Maka kewajiban manusia terhadap
sesama harus dipenuhi sehingga tercipta kondisi yang harmonis dan dinamis yang
menjamin kelangsungan hidupnya. Terutama kewajiban terhadap kedua orang tua,
29
Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab (Libanon: Dar Shȃdir, 1990), j. 4 h. 53. 30
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 74. 31
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 125. 32
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur‟ân: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati,
2007), h. 145-146. 33
Ibnu Mandzur, Lisân al-Arâb (Libanon: Dâr al-Shâdir, 1990), j. 3 h. 467 lihat Ahmad
Warson Munawwir, al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1580.
15
yaitu berbakti secara tulus dengan memenuhi dan mematuhi permintaan serta
nasihat mereka.
Wujud dari sikap berbakti itu, antara lain, di tunjukan melalui sikap sayang
dan hormat, khususnya kepada ibu. Dalam berkomunikasi dengan kedua orang tua
hendaknya bertutur kata secara lembut dan ramah serta menghindari penggunaan
kata-kata yang menyakitkan dan menyinggung perasaan mereka.
Kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua bersifat permanen,
meskipun keduanya telah tiada. Dengan selalu mendoakan keduanya
pengampunan atas segala dosa dan kesalahan mereka.34
B. Akhlak dan Adab terhadap Kedua Orang Tua
Berbuat baik terhadap kedua orang tua merupakan suatu perbuatan yang
menempati kedudukan istimewa dalam ajaran Islam, di dalam al-Qur‟ân Allah
SWT mewasiatkan kepada manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak dan
menempatkan perintah bersyukur kepada ibu bapak langsung sesudah perintah
kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya surah Luqmân ayat 14 :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”35
Sementara di dalam hadis, Rasulullah menempatkan birr al-wâlidain
sebagai amalan terbaik setelah salat tepat pada waktunya.
ـ بن عبد الملك قاؿ: حدثػنا شعبة قاؿ ح زار أخبػرن دثػنا أبػو الوليد ىشا : الوليد بن العيػعت أبا عمر ك الشيبان يػقوؿ: حدثػنا صاحب ىذه الدار، كأشار إل دار عبد اهلل، قاؿ: س
هلل ؟ قاؿ: )الصالة على كقتها(. قاؿ: قاؿ:سألت النب صلى اهلل عليو كسلم: أي العمل أحب إل ابن، كلو ث أي ؟ قاؿ: )ث بر الوالدين(. قاؿ: ث أي ؟ قاؿ: )اجلهاد ف سبيل اهلل(. قاؿ: حدثن
استػزدتو لزادن
34 Affandi Muchtar, “Akhlak,” Dalam Taufiq Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam, Vol. III (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 330-331. 35
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya (Bandung:
Mizan, 2011), h. 413.
16
“Abu Walid bin Abdul Malik menceritakan kepada kami, berkata: Syu‟bah
menceritakan kepada kami, berkata: al-Walid bin al-Aizar memberitakan
kepadaku, berkata: Aku mendengar Abu Amir al-Syaibani berkata: seorang teman
dari daerah Abdullah menceritakan kepada kami, berkata: “Aku bertanya kepada
Nabi SAW: Apa amalan yang paling disukai oleh Allah?” beliau menjawab:
(Salat tepat pada waktunya). Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau
menjawab: (Kemudian berbuat baik terhadap kedua orang tua). Kemudian aku
bertanya lagi: seterusnya apa? Beliau menjawab: (Jihad di jalan Allah).”36
Demikianlah Allah dan Rasul-Nya menempatkan kedua orang tua pada
posisi yang sangat istimewa sehingga berbuat baik terhadap keduanya merupakan
sesuatu kewajiban yang bersifat niscaya.37
Adapun bentuk atau cara berbuat baik kepada kedua orang tua di antaranya
ialah sebagai berikut:
1) Selalu Memuliakan Kedua Orang Tua
Salah satu dari karakteristik seorang muslim ialah orang yang
memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik dan bijak, karena hal tersebut
merupakan salah satu dari ajaran Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surah al-Ankâbut ayat 8 :
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”38
Rasulullah SAW bersabda :
ثػنا إبػراىيم بن سعد، عن ابيو، عن حيد بن عبد الرحن ثػنا أحد بن يػونس، حد ، عن حدن أكب عبد اهلل بن عمر ك رضي اهلل عنػهما، قاؿ: قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو ك سلم : ))إف م
36
Muhammad ibn Ismâil ibn Ibrâhim ibn al Mughirah, Abu abdillah al- Bukhâri,
Sahīh Bukhâri (Beirut: Dar Al Kutub Al Islami, 2009), h.138. 37
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2001), h.148-151. 38
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya (Bandung:
Mizan, 2011), h. 398.
17
ب الكبائر أف يػلعن الرجل كالديو((. قيل: يا رسوؿ اهلل! ككيف يػلعن الرجل كالديو؟ قاؿ : ))يب أمو((. ب اباه ك ي الرجل أبا الرجل، فػي
“Artinya : Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami, Ibrahim bin
Sa‟ad menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Humaid bin „Abd al-
Rahman, dari „Abd Allah bin „Amr r.a, berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya dosa yang paling besar ialah seseorang yang melaknat kedua
orang tuanya.” Sahabat bertanya: wahai Rasulullah! Bagaimana seseorang itu
melaknat kedua orang tuanya? Rasulullah menjawab: „Seseorang mengeluarkan
kata-kata yang isinya mencela dan menghina keduanya.‟”39
Kedua orang tua merupakan sosok yang paling dekat dalam kehidupan
seseorang. Karena keduanya telah berjasa besar dalam menjaga dan membesarkan
dari seorang anak hingga mencapai dewasa. Bahkan sebelum sang anak lahir pun,
peran ibu ketika mengandung hingga akan melahirkan, ia rela dan ikhlas
berkorban waktu dan tenaga untuk menahan rasa sakit yang tak terkira.40
Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam al-Qur‟ân surah Luqmân ayat 14 :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”41
2) Taat Kepada Kedua Orang Tua Kecuali Dalam Mendurhakai Allah
Taat kepada kedua orang tua mempunyai tingkatan yang sama dengan
diwajibkannya beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian membuktikan
bahwa betapa agungnya ketaatan seorang anak terhadap kedua orang tua. Allah
berfirman pada surah al-Isra‟ ayat 23:
39
Muhammad ibn Ismâil ibn Ibrâhim ibn al Mughirah, Abu Abdillah al- Bukhâri,
Sahīh Bukhâri, h. 1517. 40
Imam Ibnul Jauzi, Birrul Wâlidain (Surabaya: Pustaka Progresif, 1993), h. 31. 41
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413.
18
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”42
Bentuk ketaatan kepada orang tua adalah dengan cara menaati segala apa
yang diperintahkan, selama tidak bertentangan dengan syariat Allah dan Rasul-
Nya. Bahkan harus mendahulukan perintahnya dari perkara-perkara yang sunah,
seperti salat sunah, meskipun sang anak sudah dalam keadaan berkeluarga harus
tetap mengedepankan dan memprioritaskan taat kepada kedua orang tua daripada
taat terhadap istri dan anak-anaknya. Hal ini dikarenakan hak orang tua lebih
besar dan lebih utama dari hak keluarga.43
3) Menafkahi Kedua Orang Tua.
Memberi nafkah merupakan bentuk dari birr al-wâlidainyang perlu
diperhatikan dan diamalkan tatkala seorang anak sudah berkecukupan dalam
memenuhi kebutuhan kedua orang tua. Karena menafkahi kedua orang tua
merupakan hal yang diprioritaskan dalam memberi harta. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 215
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
42
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 285. 43
Achmad Sunarto, Kado Buat Ayah Bunda Menurut Al-Qur‟ân dan al-Sunnah (Jakarta:
Tamer, t.t.), h. 190.
19
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya
Allah Maha mengetahuinya.”44
Bagi anak laki-laki yang telah menjadi suami diutamakan untuk menafkahi
kedua orang tua terlebih dahulu kemudian istri dan anak. Karena kewajiban bagi
anak laki-laki yang telah menjadi suami adalah berbakti kepada orang tua setelah
Allah dan Rasul-Nya, berbeda dengan anak perempuan yang telah menjadi istri,
yaitu setelah berbakti atau taat kepada Allah dan Rasul-Nya ialah suami bukan
kedua orang tua.45
4) Memprioritaskan Kepentingan Kedua Orang Tua
Sudah semestinya seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya
untuk selalu mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan dan kebutuhan
pribadi. Bahkan ketika orang tua berbuat yang tidak berkenan di hati sang anak, ia
harus tetap berbuat baik kepada mereka. Sehingga ketika mereka mengajak
anaknya untuk berbuat kemusyrikan, sang anak harus menyikapinya dengan baik,
menolaknya dengan halus, dan tetap mempergaulinya dengan baik. Allah SWT
berfirman dalam surah Luqmân ayat 15:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”46
Termasuk dalam upaya mendahulukan kepentingan kedua orang tua ialah
dengan memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan segala yang
disukainya dalam kebaikan. Ibnu Jarir menyebutkan dalam menjelaskan makna al-
Qur‟ân surah Al-Isrâ ayat 24 yang artinya “dan rendahkanlah dirimu kepada
44
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 34 45
Ahmad Jumadi, Dahsyatnya Birul Wâlidain (Yogyakarta: Lafal, 2014), h. 77-78. 46
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413.
20
mereka (berdua) dengan penuh kasih sayang” beliau berkata bahwa “janganlah
kamu mencegah sesuatu yang disenangi mereka berdua.”47
5) Mendoakan dan Memohon Ampunan Atas Dosa-Dosa Kedua Orang Tua
Setelah kedua orang tua meninggal atau wafat, berbuat baik terhadap
kedua orang tua masih bisa untuk terus dilaksanakan. Yaitu di antaranya dengan
mendoakan dan memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Karena doa
merupakan ibadah yang dibutuhkan oleh orang-orang yang telah meninggal dunia.
Hal itu menjadi persembahan bakti anak terhadap kedua orang tuanya yang telah
wafat.48
Allah SWT berfirman dalam surah Maryam ayat 47:
“Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku
akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat
baik kepadaku.”49
Ayat di atas menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim yang berdoa untuk
ayahnya, meskipun ayahnya selalu mendesak Nabi Ibrahim untuk melakukan
perbuatan musyrik dengan menyembah berhala. Akan tetapi, Nabi Ibrahim tetap
menolak desakan ayahnya, sehingga membuat ayahnya sangat marah.50
Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menjelaskan tentang “betapapun
orang tua marah kepada anaknya, anak akan selalu berusaha untuk berbuat baik
dan akan selalu memohon ampunan kepada Allah untuk kedua orang tuanya. Oleh
sebab itu para ulama menganjurkan ketika selesai salat wajib melakukan duduk
sejenak untuk mendoakan dan memohon ampunan serta surga Allah untuk kedua
orang tua.
اللهم إغفرل كلوالدي ك ارحهما كما ربػيان صغيػرا “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku sayangilah
mereka, seperti mereka menyayangiku sejak aku kecil”51
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad Bin Hanbal :
47
Achmad Sunarto, Kado Buat Ayah Bunda Menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, h. 199. 48
M. Quraish Shihab, Birul Wâlidain: Wawasan al-Qur‟ân tentang Bakti kepada Ibu
Bapak (Tangerang Selatan: Lentara Hati, 2014), h. 142. 49
Sofyan Abdul Rasyid. Dkk, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 309. 50
Achmad Sunarto, Kado Buat Ayah Bunda Menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, h. 205. 51
M. Quraish Shihab, Birul Wâlidain: Wawasan al-Qur‟an tentang Bakti kepada Ibu
Bapak, h. 146.
21
ثػنا يزيد، أخبػرنا حاد بن سلمة، عن عاصم بن أب النجود، عن أب صالح، عن أب حدرجة للعبد الصالح، ىريػرة قاؿ : قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو ك سلم : إف اهلل عز ك جل ليػرفع الد
، أن ل ىذه؟ فػيػقوؿ : باستغفار كلدؾ لك. ف اجلنة فػيػقوؿ : ياربArtinya: “Yazid menceritakan kepada kami, Hammâd bin Salamah
memberitakan kepada kami, dari „Âsim bin Abu al-Nujum, dari Abu Sâlih, dari
Abu Hurairah berkata : Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya Allah „Azza
wa Jalla meninggikan derajat seorang hamba saleh di surga, kemudian ia
bertanya : Wahai Tuhanku, kenapa aku ada di sini? Allah SWT berfirman :
dikarenakan kamu sering memohon ampunan untuk kedua orang tua mu.”52
6) Tidak Memanggil Orang Tua Dengan Namanya.
Ketika seorang anak memanggil atau berbicara kepada kedua orang tuanya
tidak dianjurkan untuk berkata dengan menyebut namanya melainkan berbicara
dengan penuh adab, sopan santun, dan lemah lembut.53
Sebagaimana Imam Bukhari menyebutkan dalam kitabnya Adab al-
Mufrad :
ـ بن عركة ، عن أبيو ، أك ثػنا ىشا ثػنا أبػو الربػيع عن إسعيل بن زكريا قاؿ : حد غيه ، حدو . أف أبا ىريػرة أبصر رجلي فػقاؿ ألحدها : ما ىذا منك ؟ فػقاؿ : أب . مو با س فػقاؿ : ل ت
لو. كلتش أمامو . كل تلس قػبػAbu al-Rubai‟u menceritakan kepada kami dari Ismail bin Zakariya
berkata : Hisyam bin „urwah menceritakan kepada kami, dari ayahnya, atau
selainnya, sesungguhnya Abu Hurairah pernah melihat dua orang, lalu dia
bertanya kepada salah satunya : “apa yang ada di dekat kamu” ? orang itu
menjawab : “ia ayahku”. Maka Abu Hurairah berkata : “Janganlah kamu
panggil ia dengan namanya, jangan berjalan di depannya, dan jangan duduk
sebelumnya”54
Tidak hanya dalam memanggil mereka, adab saat berbicara dan hal
lainnya, kita diharuskan untuk berbicara dengan penuh adab, sopan santun, dan
lemah lembut. Jangan mencela, mencaci, dan mengolok-olok kepada mereka.
Tidak boleh berbohong kepada mereka. Tidak mengeraskan suara, berkata kasar
52
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal (Riyadh, Bait al-Ifkâr, 1997), h.751. 53
Majid Sa‟ud al-Ausyan, Panduan Lengkap dan Praktis: Adab dan Akhlak Islami
Berdasarkan al-Qur‟ân dan al-Sunnah (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 326-328. 54
Muhammad ibn Ismâil ibn Ibrâhim ibn al Mughirah, Abu Abdillah al- Bukhâri, al-
Adab al-Mufrad,(T. tp.: al-Maṯba‟ah al-Salafiyyah, t.t.), h.22.
22
dan membantah di depan mereka.55
Penuhilah dengan segera panggilan mereka
bila mereka memanggil kita.56
C. Ayat Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (Birrul Walidain) Surah
Luqmân [31]: 12-15 dan Tafsirannya.
1. Tafsir Surah Luqmân Ayat 12
“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqmân, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barang siapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"”.57
Ayat ini menjelaskan tentang salah seorang yang bernama Luqmân yang
dianugerahi oleh Allah SWT berupa hikmah yaitu kebenaran dalam perbuatan,
tepat dalam pendapat, dan mengucapkan sesuatu sesuai dengan kebenaran.
Mujahid berkata: Hikmah adalah mengerti dan memahami serta benar dalam
ucapan.58
Hikmah tersebut kemudian beliau sampaikan kepada anaknya. Ayat diatas
menyatakan Dan sesungguhnya Kami Yang Maha Perkasa dan Bijaksana telah
menganugerahkan dan mengajarkan juga mengilhami hikmah kepada Luqmân,
yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri; dan
barang siapa yang kufur yakni tidak bersyukur, maka yang merugi adalah dirinya
sendiri. Dia sedikit pun tidak merugikan Allah, sebagaimana yang bersyukur tidak
menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak butuh kepada
apapun, lagi Maha Terpuji oleh makhluk di langit dan di bumi”.59
2. Tafsir Surah Luqmân ayat 13
55
Majid Sa‟ud al-Ausyan, Panduan Lengkap dan Praktis:”Adab dan Akhlak Islami”
Berdasarkan al-Qur‟ân dan al-Sunnah, h. 326-328. 56
Choiruddin Hadhiri, Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim Ideal (Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer, 2015), h.245-248. 57
Sofyan Abdul Rasyid, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413. 58
M. Ali al-Shâbuni, Shawatu al-Tafâsir. Penerjemah Yasin (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2011), j. 4, h. 168. 59
M. Quraish Sihab, Tafsir al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian al-Qur‟ân (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), j. 12, h. 121.
23
“Dan (ingatlah) ketika Luqmân berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar"”.60
Ayat ini menjelaskan tentang nasihat yang tidak dicurigai memuat maksud
yang tidak baik, karena seorang ayah tidak menghendaki apapun bagi anaknya
selain kebaikan; dan yang harus dilakukan ayah kepada anaknya adalah
menasihati. Luqmân al-Hakîm melarang anaknya melakukan kemusyrikan, dan
memberi alasan terhadap larangan ini bahwa kemusyrikan merupakan kedzaliman
yang besar.61
Sisi keberadaan syirik sebagai kedzaliman yang sangat besar adalah karena
sesungguhnya tidak ada yang lebih keji dan lebih buruk daripada orang yang
menyamakan makhluk dengan Allah sang Pemilik segala perkara.62
3. Tafsir Surah Luqmân Ayat 14
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”63
Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada kedua orang tua sering diulang
di dalam al-Qur‟ân dan pesan-pesan Rasulullah SAW. Sedangkan nasihat kepada
orang tua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit. Karena fitrah semata
telah menjamin orang tua melindungi anaknya. Orang tua pasti mau
60
Sofyan Abdul Rasyid, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413. 61
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan al-Qur‟ân. Penerjemah
M. Misbah, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid (Jakarta: Robbani Press, 2009), j. 21, h. 723. 62
Abdurrahman bin Nashir al-Sa‟di, Taisir al-Kârim al-Rahmân Fi Tafsīr Kalam al-
Mannân. Penerjemah M. Iqbal dkk (Jakarta: Darul Haq, 2012), j. 5, h. 534. 63
Sofyan Abdul Rasyid, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413.
24
mengorbankan jiwa, raga, usia, dan segala miliknya yang berharga untuk anaknya,
tanpa berkeluh kesah.
Jadi, fitrah semata telah menjamin nasihat untuk orang tua, tanpa
memerlukan nasihat lain! Sedangkan anak membutuhkan nasihat yang berulang-
ulang agar ia memperhatikan orang tua yang telah berkorban, mendidik,
mengayomi, dan telah sampai di usia senja kehidupannya, setelah ia
mengorbankan usia, jiwa, dan raganya untuk kehidupan anaknya! Akan tetapi,
seorang anak tidak akan mampu dan tidak bisa mengganti apa yang telah
dikorbankan orang tua, meskipun ia menghibahkan usianya untuk keduanya.64
Kemudian pada ayat “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah,” menjelaskan bahwa ibunya mengandungnya berupa
janin dalam perutnya dan setiap hari dia bertambah lemah sejak hamil sampai saat
melahirkan, sebab kehamilan semakin hari semakin berat dan semakin
melemahkan. “Dan menyapihnya dalam dua tahun,” anak disapih ketika berusia
dua tahun penuh. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu.” Maksudnya ialah: Bersyukurlah kepada Tuhanmu atas nikmat iman
dan ihsan dan bersyukurlah kepada kedua orang tuamu atas nikmat pendidikan.
“Hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” Artinya adalah: lalu Aku membalas orang
yang berbuat baik berdasarkan perbuatan baiknya dan orang yang berbuat buruk
berdasarkan perbuatan buruknya.65
4. Tafsir Surah Luqmân Ayat 15
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
64
Sayyid Quṭub, Tafsir Fi-Ẓīlâl al-Qur‟ân: Di Bawah Naungan al-Qur‟ân. Penerjemah
M. Misbah, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, j.21 h. 725. 65
M. Ali al-Ṣâbuni, Shawatu al-Tafâsir. Penerjemah Yasin, j. 4, h. 169.
25
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”66
Pada firman Allah “Dan jika keduanya memaksamu,”Maksudnya, kedua
ibu bapakmu bersikeras “untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mematuhi keduanya,” dan
jangan kamu mengira hal tersebut termasuk berbuat baik kepada keduanya, sebab
hak Allah harus lebih diutamakan atas hak semua orang, dan tidak ada kepatuhan
kepada makhluk dalam kemaksiatan terhadap sang Khalik.67
Kemudian pada firman Allah “Dan tetap pergauilah keduanya secara
makruf di dunia.” Hasbi Ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa dalam
memperlakukan kedua orang tua dalam masalah keduniaan harus dengan cara
yang paling baik yakni cara yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
tinggi.
Pada firman Allah “ Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadamu.”
Maksudnya ialah kembali kepada Islam yang benar dengan mengikuti ajaran
Muhammad dan turutilah jalan Allah dengan paham tauhid, sikap ikhlas dan taat.
Sebaliknya, jangan menuruti kedua orang tua yang berbuat salah.68
Firman Allah “Kemudian kepada-Ku tempat kembalimu, lalu Aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Abu Bakar al-Jazairi
menafsirkan bahwa Allah akan memberitahukan kepada manusia tentang apa yang
mereka kerjakan, dan Allah akan membalas setiap perbuatan mereka dengan surga
dan neraka. Oleh sebab itu maka bertakwalah kepada Allah dengan berbuat taat
dan mengesakan-Nya, karena kepada-Nya lah kembalinya segala sesuatu.69
66
Sofyan Abdul Rasyid, Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya, h. 413. 67
Abdurrahman bin Nashir al-Sa‟di, Taisir al-Kârim al-Rahmân Fi Tafsir Kalam al-
Mannân. Penerjemah M. Iqbal dkk, j. 5, h. 536. 68
Teungku M. Hasbi al-Shiddieqy, Tafsir al-Qur‟ân al-Majid Al-Nuur (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 200), j. 4 h. 3208-3209. 69
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Qur‟ân al-Aisar. Penerjemah Fityan Amaliy dan
Edi Suwanto (Jakarta: Darus Sunnah, 2012), j. 5 h. 714.
26
BAB III
PROFIL TPA HIKMAH PELANGI
A. Sejarah Berdirinya TPA Hikmah Pelangi
Taman Pendidikan al-Qur‟ân (TPA) Hikmah Pelangi merupakan lembaga
pendidikan nonformal yang mempelajari tentang baca tulis al-Qur‟ân dan hafalan
lainnya. Berlokasi di Jl. H. Sailin II NO 35 RT 003 RW 005 Pesanggrahan
Bintaro Jakarta Selatan. TPA Hikmah Pelangi berdiri di bawah naungan Yayasan
Hikmah Pelangi dengan akta no 9 tanggal 14 Januari 1998 notaris PPAT H. Abu
Yusuf H dan terdaftar di Kementrian Agama oleh lembaga LPPTKA BKPRMI
Jakarta Selatan dengan nomor unit 847. 70
Sejarah dari TPA Hikmah Pelangi, sebagaimana yang diungkapkan oleh
kepala sekolah TPA Hikmah Pelangi bahwa:
“TPA Hikmah Pelangi didirikan pada tanggal 10 Oktober 1996 oleh ustadz
Abu Khoir yang bermula dari seorang ibu tetangga rumah yang mendengarkan
bacaan al-Qur‟ân beliau yang kemudian menyuruh putranya agar belajar mengaji.
Dan pendidikan mengaji pun dimulai oleh beberapa orang bersama anak-anak
yang berada di sekitar rumah; dengan memakai tempat dan sarana yang sangat
sederhana. 71
”
Kemudian, seiring berjalannya waktu dengan terlihat dari minat dan
kebutuhan masyarakat setempat akan pendidikan. Maka mulai dilakukan
pembangunan gedung untuk kegiatan belajar mengajar TKA / TPA sekaligus
Majelis Taklim Hikmah Pelangi berupa sewa kontrak bangunan di atas tanah
seluas ±145 m2
persis di depan rumah tinggalnya ketua yayasan yaitu Hj. Zulaika
Asyurati di Jl. H. Sailin II No. 35 C, Rt 003/05 – Bintaro, Jakarta Selatan.72
B. Struktur Organisasi
Kemampuan dan perkembangan sebuah instansi/lembaga/organisasi
terletak pada kinerja struktur ke pengurusan dan semua sistem yang ada di
dalamnya. TPA Hikmah Pelangi memiliki struktur ke pengurusan sebagai berikut
:
70
Zulaika Asyurati, “Profil Yayasan Hikmah Pelangi”,(Jakarta: Yayasan Hikmah
Pelangi, 2016), h. 6. 71
Wawancara Pribadi dengan Ustaz Abu Khoir, Jakarta, 16 Maret 2018. 72
Zulaika Asyurati, Profil Yayasan Hikmah Pelangi, h. 1.
27
Bagan 3.1 Struktur Organisasi TKA/TPA Hikmah Pelangi
C. Program Kegiatan
Taman Pendidikan al-Qur‟ân sebagai lembaga pendidikan nonformal
mempunyai tujuan kelembagaan sebagai berikut :
1. Membantu mengembangkan potensi anak ke arah pembentukan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan keagamaan, melalui pendekatan yang
disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak, berdasarkan
tuntunan Al-Qur‟ân dan Sunnah Rasul.
2. Mempersiapkan anak agara mampu mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan keagamaan yang telah dimilikinya melalui program
pendidikan lanjutannya.
Tujuan kelembagaan tersebut di implementasikan dalam bentuk
pengajaran atau kurikuler pada Taman Pendidikan Al-Qur‟ân dengan disesuaikan
kepada tarap perkembangan daya serap dan pengalaman belajar pada masing-
masing kelompok usia anak didik/siswa tersebut. Bahan pengajarannya sendiri
disusun dalam bentuk paket pengajaran materi pokok dan paket pengajaran
materi penunjang.
Penasehat dan Pelindung
Hj. Zulaika Asyurati, dra. Psy
Ketua Yayasan Hikmah Pelangi
Abu Khoir
Kepala Sekolah
Agam Bahruddin
Sekretaris
Siti Faiqah R
Bendahara
Staf Guru-Guru
Siswa-Siswi
28
Tujuan pengajarannya adalah sebagai berikut :
1. Siswa dapat mengagumi dan mencintai Al-Qur‟ân sebagai bacaan
istimewa dan pedoman utama.
2. Siswa dapat terbiasa membaca al-Qur‟ân dengan lancar dan fasih serta
memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid.
3. Siswa dapat mengerjakan salat lima waktu dengan tata cara yang benar
dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari.
4. Siswa dapat menguasai hafalan sejumlah surat pendek, ayat pilihan dan
doa harian.
5. Siswa dapat mengembangkan perilaku sosial yang baik sesuai tuntutan
Islam dan pengalaman pendidikannya.
6. Siswa dapat menulis huruf Arab dengan baik dan benar.73
D. Kurikulum Pendidikan
1. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur‟ân meliputi subtansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun,
yang terdiri dari jenjang Paket A, B, dan C. Struktur kurikulum disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kurikulum Taman Pendidikan Al-Qur‟ân memuat 7 materi pokok dan
materi muatan lokal (Paket A dan Paket C), 8 materi muatan dan materi
lokal (Paket B). Muatan pokok yang dimaksud adalah Dasar Pembelajaran
al-Qur‟ân, tadarus Al-Qur‟ân, hafalan bacaan salat, hafalan surah pendek,
latihan praktek salat, adab dan doa harian, tahsîn al-kitâbah, pengenalan
dasar dinul islam, dinul islam, ilmu tajwid, sedangkan muatan lokal
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi diri
siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan, ciri khas, dan potensi daerah
masing-masing.
b. Pembelajaran pada Taman Pendidikan Al-Qur‟ân dilakukan melalui
pendekatan pembiasaan.
73
U. Syamsuddin MZ dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-
Qur‟an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), (LPPTKABKPRMI Pusat:Jakarta, 2006), h.
25-26.
29
c. Jam pembelajaran untuk setiap materi dialokasikan sesuai program
kegiatan.
d. Alokasi waktu untuk satu jam pembelajaran adalah 30 menit.
e. Pertemuan tatap muka perhari adalah 4 jam pembelajaran (120 menit).
f. Hari efektif dalam seminggu adalah 5 hari.
g. Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran adalah 38 - 40 minggu (200
hari, 800 jam pelajaran).
2. Muatan kurikulum
Muatan kurikulum dalam Taman Pendidikan Al-Qur‟ân adalah sebagai
berikut :
a. Dasar Pembelajaran al-Qur‟ân
1) Dasal pembelajaran al-Qur‟ân adalah bimbingan membaca al-Qur‟ân
dengan mengacu pada buku iqra susunan KH. As‟ad Humam, yang terdiri
dari 6 jilid atau semacamnya.
2) Bahan bimbingan belajar membaca al-Qur‟ân tersebut diselesaikan oleh
siswa selambat-lambatnya dalam waktu dua semester untuk TPA Paket A.
3) Metodologi pembelajarannya didasarkan atas petunjuk yang telah
dirumuskan oleh penyusun buku tersebut melalui pengajaran individual
dan secara klasikal.
4) Proses pembelajarannya harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut : bacaan langsung (tanpa dieja), tatap muka langsung, CBSA, dapat
melalui asistensi, dan menggunakan modul. Dan yang juga diperhatikan
guru yang bertugas harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan
psikologis dan karakteristik anak.
b. Hafalan Bacaan Sholat
1) Bacaan sholat yang diprioritaskan untuk siswa TPA adalah bacaan sholat
fardu dengan dzikir/doa sesudah sholat yang sederhana, diberikan di level
A (dua semester).
2) Untuk mengatasi perbedaan fiqih maka hendaknya guru mengambil
langkah dengan menentukan pilihan (salah satu versi) yang diyakininya,
berdasarkan dalil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan pada tahap
tertentu guru dapat memperkenalkan versi bacaan lain kepada para
30
siswanya, minimal untuk menjadi pengetahuan siswa dan maksimalnya
agar bacaan versi lain tersebut dapat pula untuk dihafal.
3) Metode pembelajaran bacaan sholat lebih dengan cara klasikal dan sekali
waktu dilaksanakan dengan cara privat, supaya guru dapat memperhatikan
ketepatan cara pengucapannya.
c. Hafalan Surah Pendek
1) Yang dimaksud dengan surat pendek ialah sejumlah surah yang terdapat
dalam juz amma (juz ke 30), dan targetnya untuk siswa TPA sebanya 28
surah, ditempuh dalam 6 semester yakni 13 surah pada level A (2
semester), dan 9 surah pada level B (2 semester), dan 6 surah pada level C
(2 semester).
2) Metode ini dilakukan dengan cara klasikal dan private, guru sangat
diharapkan untuk memperhatikan dengan seksama kualitas bacaan siswa
agar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid serta makharijul huruf yang benar
dan baik.
d. Praktik Ibadah
Praktik ibadah adalah pembelajaran pelaksanaan ibadah mahdhoh secara praktek.
Untuk TPA materinya meliputi praktek wudhu, adzan dan iqamah, dan
salat fardhu yang lima waktu (Level A), di tahun ke dua (Level B) siswa
dikondisikan selalu dikondisikan selalu berwudhu dan sholat berjamaah.
Pada praktek sholat berjamaah ditekankan cara mengatur barisan sholat
yang benar, praktek menjadi imam dan ma‟mum secara bergiliran. Ditahun
ke tiga (Level C) siswa dikenalkan cara melaksanakan beberapa sholat
sunnah (Sholat sunnah rawatib, dhuha, idul fitri dan idul adha, dan
gerhana) dan sholat fardhu kifayah (Sholat jenazah).
e. Bacaan Tadarus bi al-Tartil
Bacaan tadarus bi al-tartil adalah membaca al-Qur‟ân dengan dengan pola tartil
(Murotal). Bimbingan tadarus bi al-tartil ini baru diberikan kepada siswa
setelah menyelesaikan dasar-dasar pembelajaran al-Qur‟ân (iqra atau
sejenisnya), pada level B (Tahun ke 2) diharapkan siswa bertadarus
sebanyak 15 juz (juz 1 s/d juz 15) dan pada level C (Tahun ke 3)
diharapkan bertadarus hingga juz 30.
31
f. Ilmu Tajwid
Pembelajaran ilmu tajwid diberikan pada siswa di level B (2 semester) dan
level C (2 semester), penekanan kompetensinya siswa mampu menguasai ilmu
tajwid ini baik secara teori maupun secara praktek.
g. Hafalan Ayat Pilihan
Ayat pilihan yang dimaksud adalah sejumlah ayat-ayat tertentu yang berisi
tentang akidah, syariah, akhlak, dan ayat yang berisi tentang rahasia alam (Ayat
kauniyah). Ayat pilihan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Surat al-Baqarah ayat 255, 284-286
2) Surat Ali Imran ayat 133-136
3) Surat al-Mu‟minun ayat 1-11
4) Surat Luqmân ayat 12-15
5) Surat al-Nahl ayat 65-69
6) Surat al-Fath ayat 28-29
7) Surat al-Rahman ayat 1-16
8) Surat al Jumu‟ah ayat 9 -11
Berhubung materi hafalan ayat pilihan ini tidak sepopuler surat-surat
pendek (karena surah pendek sering dibaca ketika salat), maka teknis
pembelajarannya, selain di hafal di luar kepala, juga ditopang melalui tulisan.
Dengan demikian diharapkan dapat menunjang memori anak, baik dari segi
ketepatan dalam cara pengucapannya maupun dari segi penulisannya. Dan yang
tak kurang pentingnya adalah segi pemahaman dan penghayatan terhadap
kandungan maknanya. Untuk itu sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang
isi ayat yang bersangkutan. Tentu saja dengan penafsiran yang proposional dan
dengan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak.
h. Doa dan Adab Harian
Materi doa dan adab harian adalah bahan pengajaran yang terdiri dari doa
harian dan adab yang menyertainya. Di tahun pertama (level A / 2 semester)
diberikan 20 doa harian dan di tahun kedua (Level B / 1 semester) diberikan 10
doa berikut adabnya.
i. Dîn al-Islâm
32
Materi dîn al-islâm adalah berupa pengetahuan dasar tentang ajaran Islam
yang terdiri dari ajaran akidah, syariah, dan akhlak. Materi ini diberikan pada
tahun kedua (Level B) semester 2 sampai dengan tahun ke 3 semester 1 dan 2.
j. Tahsîn al-Kitâbah
Materi tahsîn al-kitâbah ialah pengajaran tentang cara belajar menulis
huruf al-Qur‟ân serta angka arab. Materi ini diberikan pada tahun pertama (level
A / 2 semester), di tahun kedua (level B / 2 semester) dan di tahun ketiga (level C
/ 2 semester).
k. Muatan Lokal
Muatan lokal adalah materi tambahan yang sifatnya alternatif sesuai
dengan kondisi dan potensi yang memungkinkan untuk dapat diselenggarakan
dilingkungan unit TPA yang bersangkutan. Beberapa alternatif muatan lokal yang
sinkron dan dapat menarik minat siswa antara lain sebagai berikut :
1) al-Arabiyyah li aulâd
2) English for kids
3) Senam Siswa
4) Kreativitas
5) Dan lain-lain.74
E. Prestasi TPA Hikmah Pelangi
Prestasi TPA Hikmah Pelangi sebagaiamana yang di ungkapkan oleh
Kepala sekolah TPA Hikmah Pelangi ialah:
“Prestasi TPA Hikmah Pelangi berawal dari perlombaan tingkat rt, rw,
kelurahan sampai tingkat kecamatan anak-anak TPA Hikmah Pelangi selalu
menjadi juara. Bahkan kami selalu mengikutsertakan anak-anak kami kepada
kegiatan munaqasyah akhir yang diselenggarakan oleh lembaga kami yaitu
LPPTKA BKPRMI untuk kelulusan bagi anak-anak kami yang sudah khatam al-
Qur‟ân dan menguasai kurikulum, dan alhamdulillah anak-anak kami dalam
kurun waktu delapan tahun ini berturut-turut menjadi juara nilai terbaik tingkat
kota Jakarta Selatan.”75
F. Profil Siswa TPA Hikmah Pelangi
TPA Hikmah Pelangi memiliki siswa dengan berjumlah 121 orang, terdiri
dari 73 siswa putra dan 50 siswa putri. Dengan dibagi menjadi tiga
74
U. Syamsuddin MZ dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-
Qur‟an (TKA) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), h. 9-13. 75
Wawancara Pribadi dengan ustadz Abu Khoir, Jakarta, 16 Maret 2018.
33
tingkatan/kelas, yaitu TPA Paket A berjumlah 41, TPA Paket B berjumlah 23,dan
TPA Paket C berjumlah 46.
Waktu belajar siswa dilaksanakan pada tiga waktu, yaitu pada pagi hari
jam 07.30-08.45 WIB berjumlah 10, dan siang hari jam 13.00-14.15 WIB
berjumlah 31, dan sore hari jam 15.45-17.00 WIB berjumlah 57.
Untuk daftar siswa lebih detailnya bisa lihat di bagian lampiran. Adapun
daftar siswa yang menjadi informan ialah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Identitas Informan
NO NAMA KODE ALAMAT USIA/Jenis
Kelamin
PENDIDIKAN
TERAKHIR
1 Hestiwati HW Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 40/P SLTA
2 Ali Murtadho AM Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 37/L MA
3 Abu Khoir AK Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 42/L MA
4 Agam
Bahruddin AB
Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 21/L SMA
5 Khoirul
Anam KA
Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 29/L MTS
6 Mohammad
Arifin MA
Jl. H. Sailin I
RtRw 03/05 43/L MA
7 Siti Faiqoh
Rika SF
Jl. H. Sailin II
RtRw 03/05 40/P MA
34
34
BAB IV
PEMAHAMAN GURU TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN ATAS
SURAH LUQMÂN [31]: 12-15
A. Analisis Data
al-Qurân dan Hadis turun ke kehidupan manusia bertujuan untuk
menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. oleh sebab itu, peraturan yang
terdapat di dalam al-Qurân dan hadis perlu diterapkan dan menjadikan al-Qurân
dan hadis sebagai pedoman hidup manusia agar selamat di dunia dan di akhirat.
Bab ini menjelaskan tentang pemahaman guru atau tenaga pengajar Taman
Pendidikan Al-Qurân Hikmah Pelangi Bintaro Pesanggrahan Jakarta Selatan
terhadap Surah Luqman [31]: 12-15 tentang berbakti kepada kedua orang tua. ada
beberapa hal yang akan dijelaskan didalamnya, yaitu tentang pemahaman mereka
seputar pengertian birr al-wâlidain, lingkup dan cakupan birr al-wâlidain, contoh
sikap birr al-wâlidain, pemahaman mereka tentang pengaruh birrul wilaidain bagi
kehidupan di dunia dan di akhirat, pemahaman mereka tentang konsekuensi atau
balasan bagi orang yang tidak birr al-wâlidain, serta kemampuan mereka dalam
memahami perintah birr al-wâlidain dalam al-Qurân dan mengaitkannya dengan
hadis-hadis Nabi SAW.
a. Pengetahuan Informan Terhadap Surah Luqman [31]: 12-15 dan ayat
Birr al-Wâlidain lainnya.
Dalam sub bab ini penulis dalam memperoleh data yang diinginkan
dengan mengajukan sebuah pertanyaan kepada informan dengan bentuk
pertanyaan pengetahuan informan tentang ayat-ayat yang membahas birr al-
wâlidain dalam al-Qurân.
Pertanyaan yang diajukan penulis terhadap responden dalam wawancara
penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menanyakan “apakah mereka
mengetahui Surah Luqman 12-15? Dan ayat al-Qurân lain yang terkait dengan
perintah birr al-wâlidain?” Dari tujuh informan yang penulis wawancarai, semua
informan dengan spontan mampu menyebut surah Luqman 12-15 dan
menyebutkan ayat al-Qurân lain yang terkait dengan perintah birr al-wâlidain
dapat dirincikan dalam sebuah tabel berikut ini:
35
No Nama Informan Menyebut Luqman 12-15 Ayat al-Qurân lain
1 AK Lengkap Surat al-Isra ayat 23-24
2 SF Lengkap Surat al-Isra ayat 23
3 HW Lengkap Tidak
4 AM Lengkap Surat al-Isra ayat 23-24,
Surat al-Ankabut ayat 8
5 KA Lengkap Surah al-isra ayat 23-25,
surat al-Nisa ayat 36
6 AB Lengkap Surah al-isra ayat 23-25
7 MA Lengkap Surah al-isra ayat 23-25
b. Pemahaman Informan Tentang Isi Kandungan Surah Luqman [31]:
12-15.
Pada sub-bab ini menjelaskan tentang sejauh mana pemahaman informan
tentang isi kandungan dari surah Lukman [31]: 12-15 secara keseluruhan dengan
mengajukan pertanyaan kepada informan, “Apakah anda bisa menyebutkan pesan
apa yang disampaikan pada surah Luqman ayat 12-15?”. Berikut adalah rincian
pemahaman mereka.
Menurut pemahaman HW, isi kandungan dari ayat tersebut ialah
menjelaskan tentang perintah Allah untuk berbakti kepada kedua orang tua
terutama kepada ibu kandung dan tentang untuk selalu bersyukur kepada Allah.76
Begitu juga dengan pemahaman AB, ia menjelaskan bahwa ayat tersebut
mengandung tentang perintah harus menghormati kedua orang tua. ia
menambahkan dengan alasan karena ibu yang telah berjasa melahirkan kita dan
bapak telah menafkahi kita.77
Itu menandakan bahwa peran orang tua kepada
anaknya sangatlah besar dan itu tidak cukup dibayar dengan harta akan tetapi
diharuskan untuk senantiasa menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua.
Sementara menurut pemahaman KA, dalam menjelaskan isi dari
kandungan ayat tersebut ialah bahwasanya di dalam ayat tersebut Allah melarang
76
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati (42 Tahun) pada 13 Desember 2018. 77
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin (20 Tahun) pada 23 Desember 2018.
36
kita untuk berbuat musyrik atau menyekutukan-Nya, kemudian setelah itu Allah
menyuruh kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.78
Pendapat tersebut
juga diamini oleh pemahaman SF, ia menambahkan bahwa setelah allah
menyuruh kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua selanjutnya Allah
memerintahkan bahwa jika kedua orang tua kita menyuruh untuk
mempersekutukan-Nya atau perbuatan maksiat lainnya maka jangan dipatuhi
tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada kedua orang tua.79
Adapun menurut pemahaman MA, ia menjelaskan bahwa pesan yang
disampaikan pada ayat tersebut ialah tentang wasiat Lukman kepada anaknya
tentang larangan musyrik kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua
terutama kepada ibu kandung, dan boleh tidak mengikuti perintah orang tua yang
menyuruh kepada kemusyrikan.80
Hal yang sama juga diutarakan oleh AM, dalam
menjelaskan isi kandungan dari ayat tersebut ia menyebutkan bahwa Allah
memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya, dan larangan tentang
mempersekutukan Allah, kemudian tentang berbakti kepada kedua orang tua.81
begitu juga dengan pemahaman AK, ketika menyatakan pendapatnya tentang isi
kandungan dari ayat tersebut ialah bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang
wasiat Lukman kepada anaknya mengenai larangan mempersekutukan Allah, serta
bersyukur kepada Allah, dan berbakti kepada kedua orang tua, kemudian menolak
tanpa mengurangi rasa hormat kepada keduanya jika orang tua menyuruh kita
untuk musyrik kepada Allah dan dosa-dosa lainnya.82
c. Pemahaman Informan Tentang Pengertian Birr al-Wâlidain
Dalam sub bab ini menjelaskan tentang bagaimana pemahaman informan
terhadap pengertian atau makna dasar dari birr al-wâlidain melalui pertanyaan
yang diajukan kepada mereka, “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birr al-
wâlidain?”
Hampir semua informan memahami makna birr al-wâlidain secara global
yakni mengandung arti tentang berbuat baik kepada kedua orang tua. Menurut
pemahaman AM Birr al-wâlidain adalah berasal dari dua kata yaitu kata birru
78
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 79
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019. 80
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 81
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018. 82
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019.
37
yang artinya kebaikan atau berbuat baik. Dan kata walidain artinya kedua orang
tua. Jadi, menurutnya birr al-wâlidain mempunyai arti berbuat baik kepada kedua
orang tua dengan melaksanakan dan mentaati perintahnya, serta melaksanakan
perbuatan yang bisa membuat keridaan hati orang tua, dan menjauhkan perkara
yang bisa membuat hati orang tua marah dan kecewa.83
hal senada juga di
kemukakan oleh informan AK, ia menyebutkan bahwa birr al-wâlidain diambil
dari kata bahasa Arab yang memiliki arti yaitu perbuatan baik atau berbakti
terhadap kedua orang tua.84
Sementara itu menurut pemahaman MA birr al-wâlidain adalah Birr al-
wâlidain diambil dari bahasa arab dengan akar kata birr dan walid. Birr adalah
perbuatan baik sementara walid adalah anak bentuk tasniyah litaglibnya ialah
walidain yang artinya kedua orang tua. Jadi birr al-wâlidain adalah sikap atau
perbuatan dalam berbakti kepada kedua orang tua.85
Adapun menurut pemahaman KA birr al-wâlidain adalah sikap atau
perbuatan yang menjunjung tinggi nama baik kedua orang tua, dengan cara taat
dan patuh terhadap keduanya selama tidak melanggar syariat Islam.86
Menurutnya
berbakti kepada kedua orang tua itu merupakan nilai atau prinsip yang harus
dipegang sampai kapan pun.
Sedangkan menurut pemahaman AB tentang pengertian atau definisi dari
birr al-wâlidain menggunakan arti yang secara keseluruhan yaitu menaati segala
perintah dan menjauhi segala larangan orang tua.87
Begitu juga menurut
pemahaman HW, ia menjelaskan bahwa birr al-wâlidain adalah berbuat baik
dalam bentuk apapun kepada kedua orang tua.88
pendapat tersebut juga diamini
oleh SF bahwa birr al-wâlidain mengandung arti tentang perbuatan baik atau
berbakti kepada kedua orang tua.89
Dari keterangan informan tersebut dapat diketahui bahwa birr al-wâlidain
hanya sekedar berbuat baik kepada kedua orang tua saja. untuk lebih detailnya
83
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018. 84
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 85
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 86
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 87
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin (20 Tahun) pada 23 Desember 2018. 88
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati (42 Tahun) pada 13 Desember 2018. 89
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019.
38
tentang definisi birr al-wâlidain yakni aspek-aspek ruang lingkup dan bentuk-
bentuk birr al-wâlidain. penulis bahas di sub bab berikutnya.
d. Pemahaman Informan tentang Lingkup/Cakupan Perbuatan Birr al-
Wâlidain
Dalam subbab ini penulis membahas tentang pemahaman informan tentang
ruang lingkup atau cakupan atau bentuk-bentuk dari perbuatan birr al-wâlidain
melalui pertanyaan yang diajukan ialah “menurut anda, pada dan sikap apa saja
yang termasuk kategori birr al-wâlidain?”
Menurut pemahaman AL cakupan atau ruang lingkup dari birr al-wâlidain
ialah: Mendengarkan dengan baik di saat orang tua memberikan nasihat, berkata-
kata dengan halus pada saat berbicara dengan orang tua, Membantu orang tua
pada saat mampu untuk membantunya, Meringankan pekerjaan orang tua yang
mampu dikerjakan, Mendoakan orang tua pada waktu kapan saja.90
Adapun menurut pemahaman MA bentuk-bentuk atau ruang lingkup dari
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua adalah perilaku atau tindakan
merendah diri di hadapan orang tua, berkata sopan santun dalam berbicara, selalu
siap ketika diperintah oleh orang tua, selalu mendoakannya setelah salat.91
Sedangkan menurut pemahaman KA cakupan dari perbuatan berbakti
kepada kedua orang tua ialah untuk terus taat dan patuh kepada kedua orang tua,
dan jangan menyakiti hati kedua orang tua akibat dari perbuatan atau sikap kita
terhadapnya.92
Begitu juga dengan pemahaman AB dalam menjelaskan mengenai
cakupan atau bentuk-bentuk dari perbuatan berbakti kepada kedua orang tua
bahwasanya kita dianjurkan ketika berbicara dengan orang tua hindari dari
perkataan kasar, mencela apalagi membentak.93
Kemudian menurut pemahaman AK, menyatakan bahwa bentuk-bentuk
dari perbuatan birr al-wâlidain ialah sikap atau perilaku kita senantiasa santun
terhadap mereka bahkan ketika memiliki pilihan atau keinginan yang berbeda
dengan kita, begitu juga dalam berbicara dengan mereka untuk terus menghindari
90
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018. 91
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 92
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 93
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin (20 Tahun) Pada 23 Desember 2018.
39
berkata kasar, berteriak, dan ngambek apalagi sampai membentak. Dan selalu
mendoakan mereka ketika kita selesai salat fardhu.94
Sementara itu, ada pula informan yang menjelaskan lingkup perbuatan
berbakti kepada kedua orang tua dalam kaitannya ketika terjadi perbedaan prinsip
atau pilihan antara anak dan orang tua. Menurut pemahaman yang diungkapkan
oleh HW dinyatakan bahwa ketika kita mempunyai perbedaan dari mulai prinsip
sampai dengan hal yang sepele kita harus tetap menghormati keputusan dari orang
tua. Dan lingkup lain perihal birr al-wâlidain ialah kita harus lebih menyayangi
mereka di saat mereka sudah tua.95
Kemudian, menambahkan dari pemahaman tentang cakupan atau bentuk
dari berbakti kepada kedua orang tua tersebut di atas informan SF menyatakan
bahwa untuk selalu merawat orang tua ketika kita sudah berkeluarga, jangan
sampai kita lupa untuk merawat dan mengurusi orang tua saat mereka
membutuhkan kita.96
e. Pemahaman Informan Tentang Perintah Berbuat Baik Kepada
Kedua Orang Tua.
Subbab ini membahas tentang bagaimana pemahaman informan dalam
mendeskripsikan dan merinci penjelasan tentang perintah berbakti kepada kedua
orang tua. Ada beragam pendapat dan pemikiran dalam menjelaskan alasan dari
diperintahkannya berbakti kepada kedua orang tua. Berikut adalah rincian dari
pemahaman mereka.
Menurut pemahaman MA dalam menjelaskan alasan dari
diperintahkannya berbakti kepada kedua orang tua bahwasanya berbakti kepada
kedua orang tua merupakan kewajiban sang anak sampai kapan pun karena
sebagai tanda syukur dan terima kasih kita kepada Allah dan orang tua yang telah
melahirkan kita ke dunia ini, serta mengurusi dan membimbing kita sampai
sekarang. Dan hikmahnya ialah segala urusan dunia kita berjalan lancar,
mendapatkan keridaan dari Allah SWT, dan di akhirat bisa menjadi syafaatnya
dan mendapatkan surga.97
94
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 95
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati (42 Tahun) Pada 13 Desember 2018 96
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019. 97
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019.
40
Sementara menurut pemahaman AM menjelaskan alasan dari perbuatan
baik terhadap kedua orang tua ialah karena perbuatan baik, hormat, patuh dan
taat pada perintah orang tua adalah wajib hukumnya. Tetapi, apabila perintah
orang tua itu perintah maksiat maka tidak wajib untuk diikuti perintahnya. Oleh
sebab itu manfaat yang didapatkan dari berbuat bakti kepada kedua orang tua
ialah Mendapatkan rida dan keberkahan dari Allah dalam hidupnya, Dilancarkan
dan dimudahkan dalam mencari rezeki yang halal.98
Begitu juga menurut penjelasan dari HW bahwasanya dengan
diperintahkannya berbakti kepada kedua orang tua itu menjadi jalan atau petunjuk
dalam mendapatkan keridaan dari Allah SWT karena keridaan Allah SWT
tergantung dari keridaan kedua orang tua. Maka hikmah yang diperoleh ialah
selain akan mendapatkan julukan anak yang saleh juga bisa menjadi penolong
bagi orang tuanya untuk masuk ke dalam surga. Dan di kehidupan sehari-hari pun,
anak yang berbakti pada orang tua pasti mempunyai akhlak yang baik di
lingkungannya dan akan menjadikan anak itu banyak teman dan disukai banyak
orang.99
Sama halnya dengan pendapat AB ia menyatakan bahwa dengan
melaksanakan perbuatan baik terhadap kedua orang tua, anak pasti akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat karena berbakti kepada kedua
orang tua adalah kunci dari kebahagiaan tersebut. Dan hikmah yang didapatkan
adalah hidup menjadi tenteram, rezeki tidak akan sempit, dan kelak di akhirat bisa
menolongnya atau menjadi syafaatnya untuk masuk bersama ke dalam surga.100
Hal tersebut juga disetujui oleh KA yang menjelaskan bahwa alasan dari
diperintahkan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah karena tanpa kedua
orang tua, kita tidak akan pernah ada di dunia ini. Dan sebab mereka pula yang
membesarkan dan membimbing kita hingga menjadi manusia yang baik. Dan
manfaat yang kita peroleh dari berbuat baik terhadap kedua orang tua adalah
ketika di dunia hidupnya akan menjadi tenang dan dimudahkan segala urusannya
98
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018. 99
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati (42 Tahun) Pada 13 Desember 2018 100
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin (20 Tahun) Pada 23 Desember 2018.
41
kemudian ketika di akhirat nanti akan mendapatkan keridaan dari Allah SWT dan
mendapatkan balasan yang baik serta ditempatkan di surganya Allah SWT.101
Sementara itu informan AK mengutarakan pendapatnya bahwa perbuatan
baik atau berbakti kepada kedua orang tua sangat penting karena perintahnya
datang langsung dari Allah seperti halnya perintah wajibnya salat. Kemudian ia
menambahkan bahwa imbalan atau manfaat dari perbuatan tersebut memiliki
banyak manfaat di antaranya ialah mendapatkan rida dari Allah serta selama
hidupnya selalu diberi keberkahan berkat doa orang tua dan bakti kita kepadanya.
Dan di akhirat nanti pasti mendapat ampunan dan surga dari Allah SWT.102
Adapun menurut pemahaman SF dalam menjelaskan alasan dari perbuatan
baik terhadap kedua orang tua berbeda dari informan lainnya. Ia menyebutkan
bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu setara dengan perbuatan jihad. Karena
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua adalah perintah Allah SWT dan
perbuatan tersebut dicintai oleh Allah SWT. serta mendapatkan keridaan dari
Allah SWT dan selama di dunia dimudahkan segala urusan perkaranya.103
f. Pemahaman Informan Tentang Balasan Bagi Pelaku yang Tidak Birr
al-Wâlidain
Dalam sub-bab ini masalah yang akan dibahas adalah mengenai
bagaimana pemahaman informan tentang balasan bagi pelaku yang tidak berbakti
kepada kedua orang tua atau yang sering disebut dengan sebagai anak durhaka.
Secara keseluruhan informan menyatakan bahwa pelaku orang yang tidak birr al-
wâlidain di akhirat kelak akan mendapatkan siksa. Ada banyak pandangan tentang
bagaimana meruginya atau sengsaranya orang yang tidak berbakti kepada kedua
orang tua. berikut adalah uraian rinci yang diberikan oleh informan dengan
mengajukan pertanyaan “Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti
kepada kedua orang tuanya? Apa saja konsekuensinya?”
Menurut pemahaman AK, balasan bagi orang yang tidak berbakti kepada
kedua orang tua ada banyak balasan atau konsekuensi yang didapat. Di antaranya
ialah Allah tidak akan rida terhadapnya, berdosa besar, tidak diberi kelancaran
dalam setiap urusan dunianya. Dan di akhirat kelak mendapatkan murka dan
101
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 102
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 103
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019.
42
siksaan dari Allah SWT.104
Pendapat tersebut juga disetujui oleh AM, ia
menambahkan dengan menyebutkan bahwa anak yang tidak berbakti pada orang
tuanya dalam hal kebaikan termasuk dosa besar dan termasuk anak yang
durhaka.105
Sementara menurut pemahaman MA, konsekuensi atau balasan bagi orang
yang tidak berbakti terhadap kedua orang tuanya ialah ketika di dunia ia akan
sulit mendapatkan rezeki, hidup dilanda kegelisahan, dan Allah murka
terhadapnya, dan ketika di akhirat nanti akan mendapat siksa yang amat pedih.106
Hal tersebut juga diamini oleh KA, ia berpendapat bahwa orang yang tidak
berbakti terhadap kedua orang tuanya dicatat sebagai anak yang durhaka dan
selama hidupnya tidak akan diberi ketenangan.107
Adapun menurut pemahaman SF, dalam menjelaskan balasan bagi orang
yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya ada beberapa ancaman-ancaman
yang bakal orang itu terima yaitu orang tersebut telah di murkai oleh Allah,
kemudian Allah akan memberikan azab, serta dosanya tidak diampuni, dan
terputus rezekinya, dan di akhirat kelak haram masuk ke surganya Allah.108
begitu
juga menurut pemahaman AB, ia menyatakan bahwa orang yang tidak berbakti
kepada kedua orang tuanya sudah pasti akan mendapatkan laknat dari Allah
SWT.109
Kemudian menurut pemahaman HW, ketika menjelaskan perihal balasan
bagi orang yang tidak berbakti kepada kedua orang tua ia menuturkan bahwa
orang tersebut ketika berdoa kepada Allah, doa nya tidak akan terkabul, dan dicap
menjadi anak yang durhaka, serta di akhirat nanti pelaku akan dimasukkan ke
nerakanya Allah SWT.110
g. Pemahaman Informan Tentang Hadis Perintah Berbakti Kepada
Kedua Orang Tua.
Subbab ini akan membahas pemahaman informan terkait hadis-hadis yang
memerintahkan melakukan perbuatan baik atau berbakti kepada kedua orang tua
104
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 105
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018. 106
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 107
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 108
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019. 109
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin (20 Tahun) Pada 23 Desember 2018. 110
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati (42 Tahun) Pada 13 Desember 2018
43
dan pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah anda dapat menyebutkan Hadis
yang terkait perintah birr al-wâlidain?”.
Beberapa informan dapat menyebutkan hadis-hadis tersebut meskipun
hanya sebatas lafal matan hadis saja, tidak mampu menyebutkan hadis secara
utuh. Untuk lebih detailnya pada data berikut ini.
Beberapa informan AK,111
KA,112
MA113
menyebutkan hadis yang sama
terkait perintah berbakti kepada kedua orang tua. hadisnya secara lengkap
berbunyi sebagai berikut :
ثػن ، حد ثػنا أبػو حفص عمرك بن علي ثػنا شعبة عن يػعلى بن عطاء عن حد ا خالد بن احلارث، حدف رض الوالدين ك ا الرب صلى اهلل عليو ك سلم قاؿ : رض عن النب لو بن عمر عن عبد الأبيو
ف سحط الوالدين الرب سحط Artinya : Abû Hafsin „Amr bin „Ali Telah menceritakan kepada kami,
Khâlid bin Hârits telah menceritakan kepada kami, Syu‟bah telah menceritakan
kepada kami dari Ya‟lâ bin Atâ‟ dari ayahnya dari „Abd Allah bin „Amr dari Nabi
SAW bersabda: “Rida Tuhan ada pada rida kedua orang tua, dan murka Tuhan
ada pada murka kedua orang tua”.114
Jadi dalam hadis ini dijelaskan bahwa tidak hanya himbauan untuk
berbakti kepada kedua orang tua, tetapi juga anjuran untuk mendapatkan kerelaan
mereka berdua. karena kedudukan berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang
tua nomor dua setelah perintah beribadah kepada Allah. dan Allah tidak akan rela
dengan kita, kecuali setelah orang tua kita rida dengan kita.
Pemahaman yang sama dengan beberapa informan di atas juga dilontarkan
oleh informan AM,115
Namun, selain menyebutkan hadis di atas AM
menambahkan penjelasannya dengan menyebutkan hadis yang lain. Menurutnya,
al-Qurân menyuruh untuk melakukan perbuatan baik atau berbakti kepada kedua
orang tua dengan hadis di atas saling berhubungan terutama ketika berbuat baik
kepada seorang ibu yang lebih diutamakan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW
bersabda:
111
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 112
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 113
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 114
Al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi (Beirut: Darl Fikr,2005), h. 566 115
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho, (37 Tahun) pada 11 Desember 2018.
44
ثػنا جريػر، عن عمارة بن القعقاع بن شبػرمة عن زرعة، ثػنا قػتػيبة بن سعيد، حد رة عن أب ىريػ حدأحق الناس رضي اهلل عنو قاؿ جاء رجل إل رسوؿ اهلل صل اهلل عليو كسلم ، فػقاؿ يا رسوؿ اهلل من
ن صحابت قاؿ أمك قاؿ ث من قاؿ أمك قاؿ ث من قأؿ ث أمك قاؿ م ن قاؿ ث أبػوؾ ب Artinya: Qutaibah bin Sa‟îd telah menceritakan kepada kami, Jarîr telah
menceritakan kepada kami, dari „Umârah bin al-Qa‟qâ‟a bin Syubrumah dari
Zur‟ah, dari Abû Hurairah R.A. berkata “telah datang seorang laki-laki kepada
Rasulullah SAW kemudian bertanya “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya
lagi; “Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi;
“Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi;
“Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.”116
Jadi dalam hadis ini disebutkan bahwa berbakti kepada ibu lebih
diutamakan ketimbang berbakti kepada ayah karena pengulangannya kata ibu
dalam hadis tersebut.
Adapun pendapat SF,117
berbeda dengan pendapat sebelumnya,
menurutnya hadis yang terkait perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah
tentang wasiatnya Allah kepada manusia, yaitu :
ثػنا إساعيل بن عياش عن ب ـ بن عمار حد ثػنا ىشا عن ي بن )سعد( عن خالد بن معداف حدكرب أف رسوؿ اهلل صل اهلل عليو كسلم إف اهلل يػوصيكم بأمهاتكم ثالثا إف اهلل المقداـ بن معدي
ا لقػرب فالقػرب يػوصكم بأ بائكم إف اهلل يػوصيكم ب Artinya : Hisyâm bin „Ammar menceritakan kepada kami, Ismâ‟îl bin
Ayyâsy menceritakan kepada kami, dari Bahîr bin Sa‟d, dari Khâlid bin Ma‟dân,
dari al-Miqdâm bin Ma‟dîkariba bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah SWT mewasiatkan kepada kalian untuk berbakti (berbuat
baik) kepada ibu-ibu kalian, kemudian mewasiatkan kepada kalian untuk berbakti
(berbuat baik) kepada ibu-ibu kalian, mewasiatkan kepada kalian untuk berbakti
(berbuat baik) kepada ibu-ibu kalian, mewasiatkan kepada kalian untuk berbakti
(berbuat baik) kepada bapak-bapak kalian, mewasiatkan kepada kalian untuk
berbakti (berbuat baik) kepada kerabat kalian yang paling dekat kemudian
seterusnya”.118
Jadi menurutnya, dalam berbakti kepada kedua orang tua lebih diutamakan
kepada ibu kandung daripada berbakti ke ayah kandung karena berdasarkan hadis
di atas.
116
Al-Bukhari,Sahih Bukhari (Beirut: Darl Fikr,tanpa tahun), h. 1516 117
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika (40 Tahun) pada 5 Januari 2019. 118
Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah (Riyadh: Baitul
Ifkar),, h. 393
45
Adapun menurut pemahaman AK,119
KA,120
MA,121
mengenai hadis lain
yang terkait dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua ialah tentang hadis
surga di bawah telapak kaki ibu meskipun hadis yang disampaikan oleh para
informan memiliki redaksi yang berbeda dikarenakan redaksi yang populer di
masyarakat ialah هات ة تحت أقدم األم 122,الجن sementara hadis yang hasan sahihnya
ialah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa‟i yaitu :
ثػنا حجاج عن ابن جريج قاؿ أخبػرن مد بن أخبػرنا عبد الوىاب بن عبد احلكم الوراؽ قاؿ حد . أف جاهة طلحة كىو ابن عبد اهلل بن عبد الرحن عن أبيو طلحة عن معاكية بن جاحة لمي ال
فػقاؿ يا رسل اهلل أردت أف أغزك كقد جئت أستشيػرؾ فػقاؿ ىل صل اهلل عليو كسلم جاء إل النب ـ ؟ قاؿ نػعم قاؿ فالزمها فإف اجلنة تت رجليػه ا. لك من أ
Artinya : „Abd al-Wahhâb bin „Abd al-Hakam al-Warrâq memberitakan
kepada kami, Hajjâj menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij berkata
Muhammad bin Talhah adalah Ibn „Abd Allah bin ;Abd al-Rahmân memberitakan
kepada ku dari ayahnya Talhah dari Mu‟âwiyah bin Jâhimah al-Salamiy.
Sesungguhnya Jâhimah telah datang kepada Nabi kemudian bertanya “Wahai
Rasulullah! Aku ingin ikut dalam peperangan dan aku datang untuk minta
pendapatmu.” Maka Rasullah bersabda “Apakah kamu mempunyai ibu?” Dia
menjawab, “Ya” kemudian Rasulullah bersabda “Tetaplah bersamanya! Karena
sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya.”123
Dari pendapat-pendapat informan tentang hadis-hadis terkait perintah
berbakti kepada kedua orang tua di atas dapat diketahui bahwa informan
memahami hadis tersebut secara umum dan bisa menyebutkan matan hadisnya
saja dengan memakai hadis tentang anjuran untuk berbuat baik kepada kedua
orang tua terutama kepada ibu.
119
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir, (42 Tahun) Pada 8 Januari 2019. 120
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam (29 Tahun) pada 7 Januari 2019. 121
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin (43 Tahun) pada 6 Januari 2019. 122
Hadis dengan redaksi ini adalah hadis yang palsu sebagaimana yang dikatakan oleh
para ulama ahli hadis, di antaranya Imam Ibnu Thahir, Imam al-Dzahabi al-Syafi‟i, dan Imam Ibnu
Hajar al-Asqalani. 123
Abi Abdul Rahman Ahmad bin Syuaib bin Ali Al-Nasa‟i, Sunan Al-Nasa‟i (Riyadh:
Baitul Ifkar), h. 329
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada data yang telah diperoleh, penulis berkesimpulan bahwa
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua dalam bentuk apapun sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan. agama Islam pun sangat memperhatikan betul
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua ini bahkan kedudukannya sangat
tinggi Allah memerintahkan perbuatan baik kepada kedua orang tua setelah Allah
memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan
berbakti kepada kedua orang tua merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan.
Berdasarkan temuan data pada surah Luqman [31]:12-15 yang penulis
ujikan kepada informan, semua informan mengetahui betul surah Luqman
[31]:12-15 dan dapat menyebutkannya dengan baik , yang menunjukkan bahwa
ayat al-Qur‟an tersebut sudah tidak asing lagi bagi mereka.
Sejalan dengan informan mengetahui dan membaca dengan baik beserta
artinya berarti informan sudah memahami bahwa berbakti kepada kedua orang tua
adalah perbuatan yang sangat dianjurkan. Dan berbakti kepada kedua orang tua
memiliki kedudukan yang tinggi setelah perintah beribadah kepada Allah.
Mengenai pandangan informan tentang berbakti kepada kedua orang tua
adalah perbuatan yang mentaati segala yang diperintahkan oleh kedua orang tua
dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh kedua orang tua, intinya
melaksanakan perbuatan yang bisa membuat keridaan hati orang tua, dan
menjauhkan perkara yang bisa membuat hati orang tua marah dan kecewa.
Pemahaman informan mengenai lingkup atau bentuk-bentuk dari
perbuatan berbakti kepada orang tua adalah perilaku atau tindakan merendah diri
di hadapan orang tua, berkata sopan santun dalam berbicara dengan terus
menghindari berkata kasar, berteriak, dan ngambek apalagi sampai membentak.,
selalu siap ketika diperintah oleh orang tua, selalu mendoakannya setelah salat,
dan sikap atau perilaku kita senantiasa santun terhadap mereka bahkan ketika
memiliki pilihan atau keinginan yang berbeda dengan kita, serta untuk selalu
merawat orang tua ketika kita sudah berkeluarga, jangan sampai kita lupa untuk
merawat dan mengurusi orang tua saat mereka membutuhkan kita.
47
Kemudian informan juga memahami bahwa jika seseorang melakukan
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua pasti akan mendapatkan banyak
manfaat di antaranya ialah Mendapatkan rida dan keberkahan dari Allah dalam
hidupnya, dilancarkan dan dimudahkan dalam mencari rezeki yang halal. segala
urusan dunia kita berjalan lancar, mendapatkan keridaan dari Allah SWT, dan di
akhirat bisa menjadi syafaatnya dan mendapatkan surganya Allah SWT. Begitu
juga sebaliknya jika seseorang tidak melakukan perbuatan berbakti atau durhaka
kepada kedua orang tua akan mendapatkan balasan yang setimpal berupa dosa
besar dan termasuk anak yang durhaka kemudian ketika di dunia ia akan sulit
mendapatkan rezeki, tidak diberi kelancaran dalam setiap urusan dunianya, hidup
dilanda kegelisahan, Allah tidak akan rida terhadapnya dan Allah akan murka
terhadapnya, dan ketika di akhirat nanti akan mendapat siksa yang amat pedih.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari
bahwa penelitian ini jauh dari cukup apalagi sempurna. Sehingga penulis yakin
bahwa penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di
dalamnya. Karena itu penelitian ini sesungguhnya tidak dapat dikatakan selesai,
masih banyak hal yang dapat dikaji dari penelitian ini lebih dalam lagi.
Perlunya kepada tokoh agama yakni guru atau ustad hendaklah
menekankan pengajarannya yang berada di TPA, Majelis Taklim, dan Pondok
Pesantren tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua agar masyarakat
sadar akan dampak atau manfaat dari perbuatan tersebut.
48
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2015.
al- Bukhâri, Muhammad ibn ismâil ibn ibrâhim ibn al Mughirah, abu abdillah.
Sahîh Bukhâri. Beirut: Dar Al Kutub Al Islami, 2009.
. al-Adabu al-Mufrodu. tp: al-Maṯba‟ah al-Salafiyyah, tt.
al-Ausyan, Majid Sa‟ud. Panduan Lengkap dan Praktis: Adab dan Akhlak Islami
Berdasarkan al-Qur‟ân dan al-Sunnah. Jakarta: Darul Haq, 2014.
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tafsir al-Qur‟ân al-Aisar. Penerjemah Fityan Amaliy
dan Edi Suwanto. Jakarta: Darus Sunnah, 2012.
Al-Sa‟di, Abdurrahman bin Nashir. Taisir al-Kârim al-Rahmân Fi Tafsir Kalam
al-Mannân. Penerjemah M. Iqbal dkk. Jakarta: Darul Haq, 2012.
al-Ṣâbuni, M. Ali. Shawatu al-Tafâsir. Penerjemah Yasin. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2011.
Al-Shiddieqy, Teungku M. Hasbi. Tafsir al-Qur‟ânul Majid An-Nuur. Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000.
Aminullah. “Peranan Taman Pendidikan Al-Qur‟ân Terhadap Akhlak Santri:
Suatu Studi Pada TPA. Al-Wasi‟ di RW 09 Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta
Utara.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Asyur, Ahmad Isa. Berbakti Kepada Ibu Bapak. Jakarta: Gema Insani Press, 2008.
Asyurati, Zulaika “Profil Yayasan Hikmah Pelangi”, Jakarta: Yayasan Hikmah
Pelangi, 2016.
Darajat, Syahid. “Upaya Taman Pendidikan Al-Qur‟ân dalam Mempersiapkan
Generasi Muda Menuju Masyarakat Islami: Studi Kasus TPA Baiturrahman
Komplek MPR Jaksel.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟ân Jakarta, 2005.
Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
49
Hadhiri, Choiruddin. Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim Ideal.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2015.
Hanbal, Ibn. Ahmad. Musnad Ahmad Bin Hanbal. Riyadh: Bayt al-Ifkâr, 1997.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.
Hasnah. “Peranan Taman Kanak-Kanak Al-Qur‟ân/Taman Pendidikan Al-Qur‟ân
Terhadap Pembentukan Akhlak Anak di Desa Maradekaya Kec. Bajeng
Kab.Gowa.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 2011.
Ibn al-Jauzi, Imam. Birrul Walidain. Surabaya: Pustaka Progresif, 1993.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI), 2001.
Jumadi, Ahmad. Dahsyatnya Birul Walidain. Yogyakarta: Lafal, 2014.
Mandzur, Ibnu. Lisân al-Arâb. Libanon: Dar Shâdir, 1990.
Muchtar, Affandi. “Akhlak.” Dalam Taufiq Abdullah, ed. Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, Vol. III. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Munandar, Haris. “Konsep Birr al-Walidain Dalam Q.S Al-Isra Ayat 23-24 dan
Implikasinya dalam Pendidikan Keluarga.” Skripsi S1 Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Mungadi. “Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur‟ân di TPA SDN 02 Pinangranti
Jakarta Timur.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Mustagfirin. “Konsep Birrul Walidain Dalam Al-Qur‟ân: Studi Komparatif antara
Penafsiran Sayyid Qutb dalam Kitab Tafsir Fî Ẓilal Al-Qur‟ân dengan
Penafsiran Muhammad „Alî al-Ṣâbūnî dalam Kitab Tafsir Ṣafwah At-
Tafâsîr.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Kudus, 2016.
MZ, U Syamsuddin. dkk. Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA. Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 2006.
Nashir, Haedar. Peran Agama Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.
Jakarta: Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama, 2008.
50
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi.
Jakarta: CeQDA, 2007.
Nufus, Fika Pijaki. Dkk. “Konsep Pendidikan Birrul Walidain dalam QS. Luqman
[31]: 14 dan al – Isra [17]: 23-24.” DIDAKTIKA XVIII, no. 1 (Agustus 2017).
Qutub, Sayyid. Tafsir Fi-Ẓîlâl al-Qur‟ân: Di Bawah Naungan al-Qur‟ân.
Penerjemah M. Misbah, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Jakarta: Robbani Press,
2009.
Rafiq, Irfan. “Konsep Pembinaan Birrul Walidain Dalam Al-Qur‟ân: Kajian
Analisis Deskriptif Tafsir Maudhu‟i.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Aceh, 2017.
Rasyid, Sofyan Abdul. dkk. Al-„Alim: Al-Qur‟ân dan Terjemahannya. Bandung:
Mizan, 2011.
Rochman, Fatkhur. “Berbakti Kepada Orang Tua Menurut Penafsiran Hamka
Dalam Tafsir Al-Azhar Dan Hasbi Ash-Shiddieqy Dalam Tafsir An-Nur:
Study Komparatif.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, 2010.
Shihab, M. Quraish. Birul Wâlidain: Wawasan al-Qur‟an tentang Bakti kepada
Ibu Bapak. Tangerang Selatan: Lentara Hati, 2014.
. Ensiklopedia al-Qur‟ân: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera
Hati, 2007.
. Tafsir al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian al-Qur‟ân.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sunarto, Achmad. Kado Buat Ayah Bunda Menurut Al-Qur‟ân dan Al-Sunnah.
Jakarta: Tamer, t.th.
Syibromalisi, Faizah Ali. “Pendidikan Spiritual Anak Usia Dini.” Dalam Women‟s
Fair Aliansi Azanutrian Gold Generation. Jakarta: Masjid Fathullah, 2014.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008.
Uliya, Himmatul. “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟ân Pada Anak Usia Dini:
Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara.”
51
Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir. Jakarta, 16 Agustus 2018.
Wawancara Pribadi dengan Abu Khoir. Jakarta, 8 Januari 2019.
Wawancara Pribadi dengan Ali Murtadho. Jakarta, 11 Desember 2018.
Wawancara Pribadi dengan Mohammad Arifin. Jakarta, 6 Januari 2019.
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Anam. Jakarta, 7 Januari 2019.
Wawancara Pribadi dengan Siti Faiqoh Rika. Jakarta, 5 Januari 2019.
Wawancara Pribadi dengan Agam Bahruddin. Jakarta, 23 Desember 2018.
Wawancara Pribadi dengan Hestiwati. Jakarta, 13 Desember 2018
Wulandari, Windi. “Perkembangan Perilaku Keberagamaan Pada Anak Usia
Sekolah Dasar Peserta Daarul Takmiliyah Aliyah Quthrunnada.” Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
Yunita, Mega. “Sosialisasi Peran Gender Tradisional Pada Anak: Studi Kasus
Pada Orang Tua, Anak, dan Guru Taman Kanak-kanak Al-Qur‟ân Al-Ihsan.”
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
52
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian Skripsi
53
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan Penelitian Skripsi
54
LAMPIRAN 3
Pedoman Wawancara
DATA DIRI INFORMAN
Nama : ........................................................
Jenis Kelamin : ...............
Usia : ...............
Alamat : ...........................................................
............................................................
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : ............................................................
Pendidikan Terakhir : ...........................................................
Lama Mengajar : ...................
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : ...................
Pedoman Wawacara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur‟an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15?
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15?
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain?
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur‟an mengenai perintah
untuk berbakti kepada orang tua?
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul walidain?
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain?
55
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang tua,
setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga perintah berbakti
ini harus selalu diikuti?
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda anggap
sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua?.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang tua
bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat nanti?
Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan?
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua orang
tuanya? Apa saja konsekuensinya?
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua wajib
dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak mengikuti
perintah berbakti ini?
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak berbakti
kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan apak itu patut
menurut anda?
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
56
LAMPIRAN 4
Transkrip Wawancara
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Hestiwati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jl. H. Sailin II RtRw 03/05 Bintaro
Pesanggrahan Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : -
Pendidikan Terakhir : SLTA
Lama Mengajar : 8 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : -
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
57
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15?Perintah Allah untuk berbakti kepada kedua orang tua,
terutama kepada ibunya, dan untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15?Dengan
membaca terjemahan al-Qur‟an.
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain?Berbakti
kepada kedua orang tua.
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua?
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain?
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain?Menyayangi kedua orang tua di saat mereka sudah tua. Tetap
menghormati walaupun berbeda prinsip.
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti?Sangat setuju, karena ridho Allah
tergantung kepada ridho orang tua kita.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua?Membentak
ketika diperintah, Membuat mereka menangis dengan perbuatan dosa kita.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan?Hikmah berbakti
kepada kedua orang tua, selain akan menjadi anak yang shaleh yang bisa
menolong orang tuanya masuk surga. dalam kehidupan sehari-hari pun anak
yang berbakti pada orang tua pasti mempunyai akhlak yang baik di
lingkungannya dan akan menjadikan anak itu banyak teman dan disukai
banyak orang.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya?Masuk neraka, Doanya tidak
dikabulkan sama Allah, Menjadi anak yang durhaka
58
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini?Wajib ditaati asal perintah itu sesuai
dengan ajaran Islam. Boleh kita tidak taat sama perintah orang tuaselagi
perintah itu tidak sesuai dengan perintah agama Islam
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda?Tidak benar dengan alasan apapun, tetap
anak harus berabkti pada orang tua dan tidak patut anak melawan perintah
orang tua selagi perintah itu benar.
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Tidak setuju, karena orang tualah kita ada di dunia karena orang tualah kita
bisa pintar, berstatus sosial tinggi, dihormati orang, jadi bagaimanapun
keadaan orang tua kita wajib menghormatinya.
59
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Ali Murtadho
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 37
Alamat : Jl. H. Sailin II no 35 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : -
Pendidikan Terakhir : MA/SMA
Lama Mengajar : 12 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : Pernah
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15?Perintah Bersyukur kepada Allah, Dilarang
mempersekutukan Allah, Berbakti kepada kedua orang tua.
60
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15?Tafsir
Ibnu Katsir
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain?Birrul walidain
adalah berasal dari dua kata yaitu kata birru yang artinya kebaikan atau
berbuat baik. Dan kata walidain artinya kedua orang tua. Jadi birrul walidain
artinya berbuat baik kepada kedua orang tua dengan melaksanakan dan
mentaati perintahnya, serta melaksanakan perbuatan yang bisa membuat
keridoan hati orang tua, dan menjauhkan perkara yang bisa membuat hati
orang tua marah dan kecewa
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua?Surat al-Isra ayat 23-24
Surat al-Ankabut ayat 8
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain?
ف عن عبد اللو بن عمر رضي اهلل عنػهما قاؿ : قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو ك سلم : رض اهلل رض الوالدين ك سحط اهلل ف سحط الوالدين
إل رسوؿ اهلل صل اهلل عليو كسلم ، فػقاؿ يا رسوؿ اهلل عن أب ىريػرة رضي اهلل عنو قاؿ جاء رجل ن صحابت قاؿ أمك قاؿ ث من قاؿ أمك قاؿ ث من قأؿ ث أمك ق اؿ من قاؿ من أحق الناس ب
ث أبػوؾ
61
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain?Sikap yang termasuk kategori birrul walidain: Mendengarkan
dengan baik di saat orang tua memberikan nasihat, Berkata-kata dengan
halus pada saat berbicara dengan orang tua, Membantu orang tua pada saat
mampu untuk membantunya, Meringankan pekerjaan orang tua yang mampu
dikerjakan, Mendoakan orang tua pada waktu kapan saja.
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti?saya setuju terhadap perintah
kepada orang tua. Sebab, hormat patuh dan berbuat baik taat pada perintah
orang tua adalah wajib hukumnya. Tetapi, apabila perintah orang tua itu
perintah maksiat maka tidak wajib untuk diikuti perintahnya.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua? Contoh
sikap dan perbuatan yang tidak menghormati orang tua : Memotong
pembicaraan orang tua pada saat orang tua memberikan nasihat, menolak
perintahnya orang tua pada perintah yang baik, berkata-kata kotor terhadap
orang tua.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan?Hikmah berbakti
pada orang tua: Mendapatkan ridho Allah, Mendapat keberkahan dari Allah
dalam hidupnya, Dilancarkan dan dimudahkan dalam mencari rezeki yang
halal.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya?Anak yang tidak berbakti pada
orang tuanya dalam hal kebaikan termasuk dosa besar dan termasuk anak
yang durhaka.
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini?Berbakti kepada orang tua itu wajib
hukumnya selama dalam hal kebaikan, akan tetapi tidak wajib hukumnya
62
berbakti pada orang tua bila dalam hal keburukan atau kemaksiatan karena
itu larangan dari Allah manusia melaksanakan hal-hal yang berupa suatu
kemaksiatan.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda?Seseorang anak tidak dibenarkan kalau untuk
tidak berbakti kepada orang tuanya walaupun bukan karena ketauhidan
misalnya : orang tua berbicara menasihati anak, maka wajib hukumnya anak
mendengarkannya.
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Terhadap teman atau kerabat yang tidak menghormati kedua orang tuanya
sangat tidak setuju . sebab, orang tua adalah orang yang sangat berjasa
kepada anak, yang jasa-jasa tersebut tidak akan mungkin bisa di tebus dengan
apapun oleh seorang anak bahkan Allah belum akan meridhai anak sebelum
mendapat ridho dari kedua orang tuanya.
63
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Abu Khoir
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 42
Alamat : Jl. H. Sailin II no 35 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : Konsulat Herbalife
Pendidikan Terakhir : MA
Lama Mengajar : 22 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : Pernah
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15? Wasiat Luqman kepada anaknya tentang larangan
mempersekutukan Allah, bersyukur kepada Allah, Berbakti kepada kedua
64
orang tua, menolak tanpa mengurangi rasa hormat kepada keduanya jika
orang tua menyuruh kita untuk musyrik kepada Allah dan dosa-dosa lainnya.
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15?
Membaca terjemahan al-Qur‟an
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain? Birrul
walidain diambil dari bahasa Arab yang memiliki arti yaitu perbuatan baik
atau berbakti terhadap kedua orang tua.
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua? al-Isra ayat 23-24
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain? : رض اهلل ف رض الوالدين ك سحط اهلل ف سحط الوالدين
اجلنة تت أقدـ األمهات 7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain? Bentuk-bentuk dari perbuatan birrul walidain yaitu sikap atau
perilaku kita senantiasa santun terhadap mereka bahkan ketika memiliki
pilihan atau keinginan yang berbeda dengan kita, begitu juga dalam
berbicara dengan mereka untuk terus menghindari berkata kasar, berteriak,
dan ngambek apalagi sampai membentak. Dan selalu mendoakan mereka
ketika kita selesai salat fardu
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti? Sangat setuju, karena perintah
65
berbakti kepada orang tua adalah langsung perintah Allah di dalam al-
Qur‟an yang hukumnya wajib seperti wajibnya melaksanakan shalat.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua? males atau
ngeyel ketika diperintah sesuatu, berkata kasar, berteriak, ngambek, bahkan
membentak ketika berbicara dengan orang tua. ketika orang tua kita sudah
renta kita tidak mengurusnya.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan? Ada banyak manfaat
ketika kita berbakti dan menghormati kedua orang tua. di antaranya ialah
mendapatkan rida dari Allah serta selama hidupnya selalu diberi keberkahan
berkat doa orang tua dan bakti kita kepadanya. Dan di akhirat nanti pasti
mendapat ampunan dan surga dari Allah SWT.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya? begitu juga ketika kita tidak
berbakti kepada kedua orang tua ada banyak balasan atau konsekuensi yang
didapat. Allah tidak rida terhadapnya, berdosa besar, tidak diberi kelancaran
dalam setiap urusan dunianya. Dan di akhirat kelak mendapatkan murka dan
siksaan dari Allah SWT.
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini? Berbakti kepada kedua orang tua
hukumnya wajib sampai kapanpun, bahkan ketika orang tua telah meninggal,
kita masih wajib berbakti kepada nya. Kita tidak boleh mengikuti perintah
orang tua ketika mereka menyuruh kita untuk maksiat.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apakah itu patut menurut anda? Tidak dibenarkan, tapi kita harus
menolaknya dengan baik-baik.
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
66
Tidak setuju, karena birrul walidain merupakan perintah yang wajib
dilakukan oleh anak. ketika ada teman ayau kerabat yang tidak birrul
walidain, kita wajib mengingatkannya.
67
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Agam Bahruddin
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 21
Alamat : jl. H. Sailin II No 35 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan.
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : ......................................................
Pendidikan Terakhir : SMA
Lama Mengajar : 3 tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : ......................................................
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15?Kita harus menghormati kedua orang tua kita karena
ibu yang telah mengandung kita dan bapak yang telah yang telah
menafkahkan kita.
68
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15?Surat al
isra ayat 23-25
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain?Yaitu mentaati
segala perintah dan menjauhi segala larangan orang tua
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua?Surah al-isra ayat 23-25
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain?
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain? Berkata dengan tidak kasar
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti? Setuju, Alhamdulillah saya ikuti
karena itu kunci kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua? Berkata
dengan kasar dan tidak mendegarkan nasihatnya.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan? Hidup menjadi
tenteram, rezeki tidak akan sempit, dan di akhirat bisa menolongnya.
69
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya? Tentunya akan dilaknat oleh
Allah
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini? Iya wajib, karena merekalah mengurusi
kita, membimbing kita, dan selalu menyayangi kita.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda? Alasan fi‟liyah, itu tidak baik dan tidak benar
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Pendapat saya, saya tidak setuju jika ada teman atau kerabat saya yang tidak
menghormati kedua orang tuanya, karena itu perbuatan yang tidak terpuji
dan itu tidak dibenarkan dalam hal apapun.
70
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Khoirul Anam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 29
Alamat : Jl. H. Sailin II No 35 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : -
Pendidikan Terakhir : Mts
Lama Mengajar : 2 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : Pernah
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15? Jangan Menyekutukan Allah dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua (ibu dan bapak)
71
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15? Kitab
hadis Shahih Muslim
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain? Menjunjung
tinggi nama baik kedua orang tua, taat dan patuh terhadap keduanya selama
tidak melanggar syariat Islam.
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua? Surah al-Isra ayat 23-25,
dan surat al-Nisa ayat 36.
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain?
رض اهلل ف رض الوالدين ك سحط اهلل ف سحط الوالدين اجلنة تت أقدـ األمهات
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain? Taat patuh kepada kedua orang tua, jangan menyakiti hati orang
tua
72
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti? Setuju, kita harus berbakti
kepada kedua orang tua karena tanpa mereka berdua kita tidak akan pernah
ada di dunia ini, mereka pula yang membesarkan dan membimbing kita
hingga menjadi manusia yang baik.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua? Membentak
dan berkata kasar kepada kedua orang tua.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan? Insya Allah di dunia
hidupnya akan tenang dimudahkan segala urusannya dan di akhirat nanti
akan mendapat ridho Allah dan mendapatkan balasan yang baik ditempatkan
di surganya Allah.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya?dicatat sebagai anak yang
durhaka dan hidupnya tidak akan tenang.
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini? Wajib setiap anak berbakti kepada kedua
orang tua dalam hal kebaikan. Alasan untuk tidak mengikuti perintah orang
tua kalau melanggar syariat agama Islam dan menyekutukan Allah.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda? Tidak dibenarkan
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Tidak setuju, karena orang tua lah yang merawat, membesarkan dan mendidik
kita.
73
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Mohammad Arifin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 43 tahun
Alamat : Jl. H. Sailin I No 24 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : -
Pendidikan Terakhir : MA
Lama Mengajar : 3 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : Pernah
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15? Pesan yang disampaikan pada ayat tersebut ialah
tentang wasiat Lukman kepada anaknya tentang larangan musyrik kepada
74
Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua terutama kepada ibu kandung,
dan boleh tidak mengikuti perintah orang tua yang menyuruh kepada
kemusyrikan.
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15? dengan
membaca terjemahan kemudian melihat ke tafsir
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain? Birrul
walidain diambil dari bahasa arab dengan akar kata birr dan walid. Birr
adalah perbuatan baik sementara walid adalah anak bentuk tasniyah
litaglibnya ialah walidain yang artinya kedua orang tua. Jadi birrul walidain
adalah sikap atau perbuatan dalam berbakti kepada kedua orang tua.
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua? Al-isra 23-25
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain?
: رض اهلل ف رض الوالدين ك سحط اهلل ف سحط الوالدين اجلنة تت أقدـ األمهات
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain?perilaku atau tindakan merendah diri dihadapan orang tua, berkata
sopan santun dalam berbicara, selalu siap ketika diperintah oleh orang tua,
selalu mendoakannya setelah shalat.
75
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti?setuju dan selalu saya ikuti,
karena berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban sang anak
sampai kapanpun sebagai tanda syukur dan terimakasih kita kepada Allah
dan orang tua karena telah lahir di dunia ini, serta mengurusi dan
membimbing kita sampai sekarang.
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua?berkata
kasar atau membentak ketika berbicara dengan orang tua, selalu mengelak
ketika diperintah, tidak mendoakannya setiap setelah salat,.
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan?hikmahnya ialah
segala urusan dunia kita berjalan lancar, diridhoi oleh Allah SWT, dan di
akhirat bisa menjadi syafaatnya dan mendapatkan surga.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya? Sulit mendapatkan rezeki, hidup
dilanda kegelisahan, dan Allah murka terhadapnya, dan di akhirat mendapat
siksa yang amat pedih.
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini? Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan kewajiban sang anak sampai kapanpun dari mulai kecil, remaja,
dewasa, hingga sampai berkeluarga pun kita harus tetap terus berbakti
kepada mereka bahkan ketika mereka sudah meninggal pun kita harus tetap
berbakti dengan selalu mendoakannya setiap setelah salat.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda? Selain alasan tauhid tidak dibenarkan untuk
tidak berbakti kepada kedua orang tua.
76
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Tidak setuju, karena perbuatan tersebut sangat tercela dan merupakan
tindakan orang yang tidak tahu berterima kasih dan bersyukur.
77
DATA DIRI INFORMAN
Nama : Siti Faiqoh Rika
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 Tahun
Alamat : Jl. H. Sailin II No 35 Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan
Pekerjaan Selain Guru (Jika Ada) : wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA/MA
Lama Mengajar : 18 Tahun
Pernah membaca kitab tafsir/hadis : pernah
Pedoman Wawancara
1. Apakah anda mengetahui ayat al-Qur’an Surah Luqman 12-15, jika
mengetahui tolong bacakan ayat tersebut?
2. Apakah anda bisa menyebutkan pesan apa yang disampaikan pada surah
Luqman ayat 12-15? Dan kami wajibkan kepada manusia agar berbuat
kebaikan kepada kedua orang tuanya dan jika keduanya memaksa untuk
78
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu
tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya, hanya kepada Allah
tempatmu kembali
3. Apa referensi anda dalam memahami surah Luqman ayat 12-15? Hikmah
Lukman bersyukur kepada Allah untuk dirinya sendiri. Pesan Lukman kepada
anak-anaknya jangan mempersekutukan Allah dan diperintahkan kepada
manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah.
4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan birrul walidain? Berbuat baik
kepada kedua orang tua atau berbakti kepada orang tua
5. Apakah anda dapat menyebutkan ayat lain dalam al-Qur’an mengenai
perintah untuk berbakti kepada orang tua? Surat al-Isra ayat 23
6. Apakah anda dapat menyebutkan Hadis yang terkait perintah birrul
walidain? رب فالقػرب إف اهلل يػوصيكم بأمهاتكم ثالث : إف اهلل يػوصكم بأ بائكم ، إف اهلل يػوصيكم با لقػ
7. Menurut anda, pada dan sikap apa saja yang termasuk kategori birrul
walidain? Merawat orang tua dan berbuat baik pada orang tua
8. Apa pendapat anda pribadi terhadap perintah berbakti kepada orang
tua, setujukah dan selalu anda ikuti? Apa saja alasannya sehingga
perintah berbakti ini harus selalu diikuti? Sangat setuju karena berbakti
kepada orang tua adalah perintahnya Allah SWT
9. Dapatkah anda menyebutkan contoh sikap dan perbuatan yang anda
anggap sebagai tindakan yang tidak menghormati orang tua? Membentak
orang tua, tidak menuruti orang tua, bicara tidak sopan terhadap orang tua.
79
10. Apakah anda melihat ada hikmah dalam perintah berbakti kepada orang
tua bagi kebaikan dalam kehidupan anda di dunia ini dan juga di akhirat
nanti? Apa sajakah hikmah itu jika bisa disebutkan? Berbakti kepada
kedua orang tua setara dengan jihad. Perbuatan yang dicintai Allah, Ridha
Allah tergantung ridho orang tua, dan dimudahkannya segala perkara.
11. Apakah ada konsekuensi jika seseorang tidak berbakti kepada kedua
orang tuanya? Apa saja konsekuensinya? Di murkai oleh Allah, Allah akan
memberikan azab, dosanya tidak diampuni, terputus rezekinya, haram masuk
ke surga Allah
12. Apakah anda menilai bahwa sikap berbakti kepada kedua orang tua
wajib dipenuhi setiap anak, dan apa ada alasan-alasan untuk tidak
mengikuti perintah berbakti ini? Wajib, karena mereka belum mengerti
tentang birrul walidain dan pengetahuan tentang berbakti kepada orang tua.
13. Selain karena alasan tauhid, apakah seseorang dibenarkan untuk tidak
berbakti kepada kedua orang tuanya? Jika ada, apa saja misalnya? Dan
apak itu patut menurut anda? Tidak ada, tidak benar, tidak patut
14. Bagaimana pendapat anda terhadap teman atau kerabat yang tidak
menghormati kedua orang tuanya? Setujukah anda, apa alasannya?
Mereka termasuk orang yang mendapat kerugian besar, tidak setuju, karena
menghormati orang tua hukumnya wajib.