pemahaman dan pengembangan arsitektur jawa dalam konteks kiwari
DESCRIPTION
tentang pemahaman arsitektur jawa di konteks kiwariTRANSCRIPT
PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA DALAM KONTEKS KIWARI
Oleh : Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo M.Arch
Mempelajari mengenai Arsitektur Jawa bukanlah menjadi hal asing bagi para
mahasiswa Arsitektur di Universitas Sebelas Maret ini. Hal ini dikarenakan karena lokasi
kampus yang berada di wilayah yang bisa dikatakan sebagai sebuah tempat yang masih
memiliki budaya yang sangat melekat di setiap masyarakatnya, yaitu Surakarta. Arsitektur
Jawa menjadi sebuah ulasan menarik tersendiri untuk dibahas serta dikaji lebih dalam lagi.
Karena jika kita menggali serta mempelajari mengenai Arsitektur Jawa maka tidak akan habis
materi yang akan kita dapatkan pada pembahasan di dalamnya.
Kali ini di Jurusan Arsitektur mendapatkan sebuah kehormatan serta kesempatan
tersendiri untuk mengenal serta mempelajari lebih dalam lagi mengenai Arsitektur Jawa.
Pembelajaran tersebut diapatkan dari kuliah tamu dengan pembicara yaitu Prof. Dr. Ir. Josef
Prijotomo M.Arch. Beliau adalah seorang arsitek ahli yang sudah mendalami mengenai seluk
beluk dunia arsitektur dan bagaimana Arsitektur Jawa serta perkembangannya.
Dalam perkuliahan umum yang diberikan oleh beliau, beliau banyak mengulas
mengenai pengertian mendasar arsitektur hingga pada ulasan ulasan yang lebih dalam lagi.
Pada sesi awal, beliau menuturkan mengenai pengertian arsitektur, kemudian Arsitektur Jawa
serta mengenai perkembangan arsitektur Jawa pada masa kini. Pada penjelasannya yang
pertama, yaitu mengenai pengertian mendasar dari arsitektur, beliau menjelaskan bahwa
arsitektur memiliki dua buah pengertian, yang pertama yaitu arsitektur adalah bangunan yang
...., dan juga arsitektur sebagai sebuah wadah kegiatan. Arsitektur sebagai sebuah wadah
kegiatan hal ini berarti bahwa arsitektur dimaknai sebagai suatu ilmu yang memiliki
konsentrasi pada sebuah pola kegiatan yang terjadi dan terlihat saja.
Namun jika kita telaah lebih lanjut dan dalam lagi, ternyata arsitektur tidak hanya
berkutat pada sebuah kegiatan yang ditampungnya saja, melainkan arsitektur juga mengajak
untuk berbicara mengeni wadah yang melingkupinya atau wujud dari bagunan itu sendiri.
Dengan adanya sebuah pernyataan ini maka dapat kita kaitkan juga dengan pernyataan beliau
yang mendefinisikan arsitektur adalah/ sebagai bangunan yang (....). Secara tidak langsung
juga kita mengetahui bahwa beliau memberikan sebuah kebebasan kepada khalayak untuk
memberikan penilaian mengenai sebuah karya arsitektur/ arsitektur itu sendiri.
Arsitekturr
Seni Ilmu
Estetika KomposisiSejarah Lambang Makna
Konstruksi UtilitasSains bangunanEkonomi manajemen
Pembahasan yang banyak diutarakan oleh beliau dalam kuliah tamu kali ini lebih
mengarah pada pengertian arsitektur sebagai bangunan yang (...). Pada pengertian ini beliau
banyak menekankan bahwa arsitektur sebagai sebuah bangunan yang ..... dimaknai sebagai
sesuatu yang memutlakkan suatu/ satu hal yang pasti dan harus terlihat. Sesuatu yang terlihat
yang dimaknai di dunia arsitektur adalah bentuk dan wujud.
Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan di dalam dunia arsitektur dimaknai
sebagai sebuah seni yang mendominasi pola pikir terhadap arsitektur di abad ke 19. Pada
abad ini dunia arsitektur lebih menekankan kepada sebuah pemahaman sebagai sebuah seni
yang yang lebih ditekankan kepada bentu/ wujud (form) dari bangunan tersebut.
Dalam perkembangannya juga pada era abad 20, pemikiran mengenai arsitektur mulai
menambah. Kali ini arsitektur dimaknai sebagai sebuah ilmu terhadap bangunan. Hal ini juga
lebih ditekankan sebagai sebuah wadah (space). Kemudian seiring berjalannya waktu
pemahaman mengenai arsitektur mulai lebih berkembang lagi. Kali ini pada era tahun 1970,
arsitektur mempersatukan pemaknaanya sebagai sebuah seni dengan ilmu, dimana arsitektur
ini menjadi sebuah pengetahuan. Dan berikut ini adalah ilustrasinya :
Digram 1 : Penyatuan makna arsitektur sebagai seni dan ilmu
Beranjak dari pengertian di atas, beliau juga memaparkan hubungan antara arsitektur
dengan alam dan manusia. Arsitektur adalah suatu hal yang berada di antara manusia dan
alam. Arsitektur itu sendiri merupakan perwujudan dari sebuah banguan yang pasti berada di
Arsitektur Manusia Alam
Ekologi Lansekap Tata tapak SustainabilityGreen design
Budaya AntropologiEthologicErgonomicSosiologiReligi/ kepercayaan
alam serta berada di sekitar lingkungan hidup manusia. Hal inilah yang mengatakan/
mendasari bahwa arsitektur berada di kedua lingkup subtansi tersebut.
Dalam pernaungannya, arsitektur berada di alam semesta. Alam yang dimaksudkan
disini bukan hanya alam yang ada di daratan, namun diseluruh jagad raya. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan manusia disini adalah makhluk yang dapat membuat tempat tinggal/
bernaungnya dengan sebuah konsep arsitektur yang didasari oleh pemikiran-pemikiran. Hal
inilah yang menyatakan bahwa arsitektur akan selalu ada di dalam lingkungan hidup manusia
dan brfungsi untuk memenuhi kebutuhan dari manusia tersebut.
Diagram 2 : Hubungan antara arsitektur, manusia, dan alam
Dari kedua pernyataan dan pengertian mendasar mengenai arsitektur, maka dalam
kuliah tamunya tersebut beliau menyimpulkan bahwa sejatinya arsitektur itu merupakan
gabungan dari 4 elemen, yaitu alam, manusia, seni, dan ilmu. Arsitektur mewakili keempat
aspek tersebut dalam pelaksanaanya di kehidupan nyata ini. Berikut ilustrasinya :
Arsitektur Seni
Alam
Manusia
Ilmu
Setelah mengetahu dasar-dasar dari arsitektur itu sendiri, kemudian beliau mulai
menginjak pada pokok pembahasan utama dalam kuliah tamu tersebut, yaitu mengenai
Arsitektur Jawa. Arsitektur Jawa diartikan oleh beliau adalah suatu hal yang terlihat dan tidak
terlihat. Dalam pengertian Arsitektur Jawa sebagai sesuatu yang terlihat maka arsitektur
berbentuk wujud, sedangkan arsitektur sebagai sesuatu yang tak terlihat maka arsitektur
berupa pola, tatanan, nilai, dan budaya.
Beliau juga mengutarakan bahwa seharusnya bangunan jawa/ Arsitektur Jawa
haruslah memiliki sebuah perkembangan. Perkembangan ini akan menandakan suatu hal
yang bukan kemarin/ masa lampau namun juga mengikuti arus jaman. Dengan kata lain
Arsitektur Jawa pada masa lalu harusla mengalami sebuah transformasi desain, dimana
terdapat 2 buah macam transformasi, yaitu :
1. Transformasi terkait dengan Arsitektur Jawa pada masa lalu
Dalam transformasi yang terkait dengan Arsitektur Jawa pada masa lalu yang
ada di Indonesia adalah Candi Borobudur. Dalam candi Borobudur kita dapat
melihat bahwa terdapat sebuah transformasi desain yang sangat baik.
Transformasi yang ada di dalam Candi Borobudur terlihat di model stupa yang
dimilikinya. Dalam model stupa yang ada di Candi Borobudur tersebut, memiliki
sifat yang sangat solid dan pejal. Namun terlihat di sekeliling stupa, memiliki sifat
yang lebih renggang. Hal ini terlihat seperti sistem void. Kondisi seperti inilah
yang tidak jauh berbeda dari prinsip sebuah sangkar burung.
Selain contoh dari stupa di Candi Borobudur, kita dapat melihat contoh juga
dari dapur griya di Jawa. Dapur griya yang ada di Jawa menurut kawruh kalang
dan kawruh griya memiliki 4 macam jenis, yaitu :
a. Taju : segitiga
b. Juglo : trapezium meninggi
c. Limangsap : trapezium horizontal
d. Kapung : segi empat.
Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, maka dapur tersebut mengalami
transformasi bentuk. Transformasi bentuk yang terjadi yaitu dari penggunaan atap,
yang semula satu lapis, kemudian menjadi dua lapis. Namun juga terjadi
perubahan nama yaitu pada dari taju menjadi tajuk, juglo menjadi joglo,
limangsap menjadi limasan, kapung menjadi kampong, dan penambahan satu
macam dapur griya jawa yakni panggang pe.
Munculnya type baru adalah merupakan proses transformasi dari
kode-awal yaitu type taju, juglo, limangsap, dan kapung. Type baru yang akan
muncul tersebut hanyalah sebuah variasi dari ke empat type yang ada. Suatu
misal: type joglo hageng dan joglo mangkurat merupakan transformasi dari kode
awal type juglo. Type limasan ceblokan, limasan pacul gowang, limasan gajah
mungkur, dan limasan trajumas lambang gantung, merupakan transformasi dari
kode awal type limangsap. Dan type tajug semar tinandu, tajug lambangteplok.
Merupakan transformasi dari kode awal type taju.
2. Menempel
Transformasi dalam Arsitektur Jawa yang kedua adalah dengan cara
menempel. Maksud dari transformasi desain yang ini adalah untuk menjadikan
suatu bangunan menjadi lebih menarik dan terlihat lebih modern. Namun dari cara
transformasi desain yang kedua ini, dianggap menjadi suatu cara transformasi
yang menghilangkan nilai-nilai kejujuran dari suatu bangunan. Sedangkan yang
dimaksud dengan nilai-nilai kejujuran adalah nilai orisinilitas, kreatifitas,
kebersihan, kerapian. Sebagai contoh adalah hiasan yang terdapat di bangunan
tradisional Jawa.
Dari kedua cara transformasi desain tersebut sebenarnya jika ditelaah di kemudian
hari, maka kita akan dapat melihat hasil/ maha karya desain dengan bentuk yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Sehingga kita dapat melihat hasil karya dari sebuah transformasi
merupakan suatu karya yang berbeda dan menakjubkan pada era tertentu.
Sebagai contoh yang dapat kita lihat adalah bangunan kraton yang ada di Kota
Surakarta ini. Jika kita lihat, bangunan kraton ini mengalami transformasi desain dari segi
bentuknya maupun material yang digunakannya.
Dilihat dari awal/ pintu awal masuk kawasan kraton Surakarta, maka kita akan
menemukan tiang/ gapura-gapura sebagai penanda/ batasan dari kawasan di Kraton tersebut.
Jika kita lihat dari desain utamanya, maka gapura tersebut sedikit sekali mengandung unsur
arsitektur Jawa namun lebih ke unsur Arsitektur Eropa.
Di dalam mentransformasikan suatu arsitektur tradisional, yang terpenting adalah
kesan, nilai, roh, jiwa arsitektur yang tercipta yang sesuai dengan kode awal arsitektur
tradisional. Bangunan yang ditransformasikan yang hanya mementingkan kemiripan pada
bentuk, namun tidak ada roh dan jiwa arsitektur tradisional di dalamnya, maka bangunan
tersebut akan terlihat sepi, rapuh, dan hanya terlihat sebuah tempelan yang kurang dimaknai
sebagai suatu hasil transformasi arsitektur.
Dari contoh yang ada di Keraton Surakarta tersebut, kita dapat mengambil suatu
kesimpulan mengenai tujuan daru suatu transformasi yang ada di dalam dunia arsitektur ini.
Tujuan dari transformasi desain arsitektur tradisional itu sendiri adalah untuk memberikan
sebuah gambaran mengenai ekspresi yang memiliki suatu ciri khas tersendiri namun tetap
memiliki suatu nilai kekayaan dalam desain yang terbentuk. Dimana desain yang terbentuk
ini akan tetap mengunggulkan unsur dari arsitektur tradisional Jawa.
Selain bertujuan seperti halnya di atas, kita juga dapat mengambil manfaat bahwa
adanya transformasi desain ini akan membuat karya-karya arsitektur tradisional akan tetap
eksis dan tetap berkembang di jaman kapanpun. Walaupun arsitektur tradisional tersebut
mengalami suatu transformasi, namun dalam hal transformasi ini, arsitektur tradisional akan
tetap menyimpan nilai-nilai identitasnya. Sehingga suatu karya hasil dari transformasi akan
dapat meningkatkan suatu citra tradisi dan budaya yang sebagaimana digunakan sebagai kode
awal dalam suatu transformasi arsitektur tradisional tersebut.
Jika kita menarik kesimpulan dari hasil kuliah tamu yang telah diadakan ini, maka
kita akan mengetahui bahwa beliau ingin menyampaikan kepada kita sebagai arsitek/ calon
arsitek untuk dapat berkarya lebih banyak lagi. Dan juga menekankan kepada kita bahwa
sebenarnya arsitektur tradisional yang ada di Indonesia itu tidaklah kuno/ ketinggalan jaman.
Jika kita pandai dan cermat dalam mentransformasikan desain dari suatu arsitektur
tradisional, khususunya Jawa, maka kita akan dapat menghasilkan suatu karya yang berbeda,
bahkan luar biasa. Selain dapat menghasilkan karya yang berbeda kita juga tetap bisa untuk
melestarikan kekhasan yang ada di arsitektur tradisional tersebut dengan tetap menjaga nilai-
nilai utama dan citra utama dari suatu arsitektur tradisional tersebut, khususnya Arsitektur
Jawa.
Jika kita menelaah lebih dalam lagi mengenai transformasi yang ada di dalam
arsitektur tradisional ini, maka kita juga akan mengetahui seluk beluk manfaat serta fungsi
diterapkannya transformasi desain pada sebuah bangunan. Hadirnya tradisi dibutuhkan untuk
mendapatkan kepastian dimasa yang akan datang, karena apa yangtelah dilalui pada masa
lampau telah mendapat kepastian dan telah teruji hasilnya .Tradisi selalu memberi keteraturan
dan ketertiban, menjadikan alat komunikasi, sebagai alat untuk menumbuhkangagasan,
sebagai aturan untuk bertindak agar terus berlanjut dan akhirnya dapat tumbuh sebagainorma.
Masyarakat dalam kehidupannya adalah selalu melihat ke depan dan juga selalu
melihatkemasa yang lampau sebagai alat kajian. Sekarang bagaimana dengan arsitektur,
tidakkah tradisiberarsitektur yang berupa naskah dan obyek arsitektur tradisional dapat
dijadikan pedoman berarsitektur sekarang ini?
Pada arsitektur jawa, hal yang dapat dikajiadalah, bentuk fisik pada beberapa
bangunan yang ada (tajug, joglo, limasan, kampung), dan apa yangtertulis pada beberapa
naskah arsitektur jawa. Seperti yang dikatakan oleh Jorge Selvitti, bahwa
dalammentransformasikan bentuk harus diawali dengan adanya “kode-awal”. Disinilah letak
peran arsitektur tradisional dalam merencanakan bangunan khususnya pada proses untuk
mendapatkan bentuk,pasisinya berperan sebagai “kode awal” dan sebagai alat pengendali
pada proses transformasi.Transformasi arsitektur tradisional selain untuk maksud tujuan
pemerintahan dan kepariwisataan,sebenarnya masih ada lagi tujuan lain, yaitu digunakan
untuk mewujudkan apa yang dikehendakimasyarakat setempat yaitu muatan “nilai” tradisi,
sejauh mana setiap karya arsitek harus diberi muatantradisi, ini tergantung dari sejauh mana
klien dan arsitek mempunyai tanggung jawab moral terhadaptradisi ini, khususnya tradisi
setempat. Bahwa sebenarnya untuk menterjemahkan tradisi ini tidak harus dengan
menggunakan saluran transfromasi, akan tetapi arsitek dapat menggunakan saluran kreatifitas
yang lain. (Jurnal Transformasi Bentuk Arsitektur Jawa, Gatot Adi Susilo)
Setelah kita mengetahui akan pentingnya pelestarian akan suatu nilai dari arsitektur
tradisional di atas, maka dalam review kali ini kita akan mengetahui/ dapat mengambil suatu
kesimpulan-kesimpulan yang ada, yaitu :
- Alat pengendali proses transformasi bentuk arsitektur jawa adalah kepekakan
seorang arsitek terhadap rasa estetika terhadap “tradisi”. Sedangkan untuk
memperoleh rasa estetika tradisidiperoleh dengan memperkaya pengalaman dalam
mendalami arsitektur jawa. Dan apabiladigunakan untuk transformasi arsitektur
tradisional lainnya, maka arsitek harus memahamiarsitektur tradisional yang akan
di transformasikan
- Saluran transformasi merupakan saluran yang dapat dikaitkan dengan saluran
yang lain, bahwatransformasi adalah prosesnya. Suatu misal dalam saluran
geometri, sebagai “kode awal” dapatmenggunakan salah satu bentukan geometri,
kemudian ditransformasikan bentukannya, barukemudian dilakukan penambahan-
penambahan dengan prosedur saluran geometri
- Untuk menjawab tantang arsitek dalam membantu mencari identitas arsitektur
tradisional, denganmenggunakan metode transformasi bentuk seperti diatas. Yaitu
menetapkan “kode-awal”kemudian melakukan langkah transformasi bentuknya
dengan berpegangan pada pengendali yangdigali dari rasa estetika tradisi.
Kemudian untuk supaya dapat dipahami maka kehadiran karyatersebut harus
disertai teks yang berkaitan dengan arsitekturnya.
- Dalam saluran transformasi seorang arsitek dalam menggunakan saluran ini tidak
dituntut untuk selalu mempertahankan konsisten terhadap bentuk “kode awal”-
nya, akan tetapi bebas untuk melakukan perubahan-perubahan, akan tetapi tetap
dituntut untuk konsisten terhadap variabelpengendali yang telah ditentukan.
- Dalam mentransformasikan arsitektur tradisional yang terpenting bukanlah
bentuknyayang mirip, akan tetapi kesan, “jiwa”, “roh” arsitektur yang tercipta,
sesuai tidak dengan kesan,“jiwa”, “roh” yang dimiliki oleh “kode awal” dalam hal
ini adalah arsitektur tradisional
REVIEW KULIAH TAMU
PEMAHAMAN DAN PENGEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA DALAM
KONTEKS KIWARI
Disusun oleh :
MAULINA SUKMAWATIE BUDIHARJO
I0211039
Prodi Arsitektur
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2013