pelumas

Upload: ari-ridha-amril

Post on 01-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biolubricants

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PelumasPelumas adalah zat yang dipakai dalam pemeliharaan mesin untuk melumasi mesin kendaraan bermotor, kendaraan diesel, mesin industri, mesin kapal dan lain-lain. Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan menempatkan fluida di antara permukaan-permukaan yang bergesekan. Teknik pelumasan sangat dibutuhkan dalam suatu industri terutama dalam dunia permesinan, dimana banyak terjadi gesekan antara komponen-komponen mesin yang harus dijaga kondisinya agar umur dari suatu komponen mesin tersebut lebih panjang dalam pemakaian.2.1.1 Fungsi dari pelumasan1. Mengurangi gesekan dan keausan

Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan (film) untuk menghindari kontak langsung pada bagian-bagian mesin yang saling bergesekan2. Pencegahan Korosi Peranan pelumas dalam rangka mencegah korosi, pelumas berfungsi sebagai preservative. Pada saat mesin bekerja pelumas melapisi bagian mesin dengan lapisan pelindung yang mengandung adiktif untuk menetralkan bahan korosif. Kemampuan pelumas untuk mengendalikan korosi tergantung pada ketebalan lapisan fluida dan komposisi kimianya.

3. Menjaga sistem agar tetap bersih

Pelumas bisa mencegah terjadinya pengotoran pada serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, degradasi pelumas, maupun proses pembakaran. Deposit seperti karbon padat dan endapan dapat mengganggu pengoperasian alat5.Pengurangan Panas Salah satu fungsi pelumas yang lain adalah sebagai pendingin, dimana pelumas tersebut mampu menghilangkan panas yang dihasilkan baik dari gesekan atau sumber lain seperti pembakaran atau kontak dengan zat tinggi. Perubahan suhu dan oksidatif material akan menurunkan efisiensi pelumas (Sukirno, 2010).

2.1.2 Tipe-tipe pelumasana. Pelumasan Hidrolik

Pada pelumasan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan yang bergesekan baik yang bergerak meluncur atau pun menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. b. Pelumasan hidrostatis

Pelumasan hidrostatis menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis ini tidak memerlukan gerakan relatif dan biasanya digunakan pada mesin yang bagian bergeraknya terlalu berat seperti turbin. Setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi biasanya pompa tekanan tinggi yang digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan rendah sebagai penyuplai minyak pelumas terus difungsikanc. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)

Pelumasan Elastohidrodinamis dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang bergerak sangat kecil sehingga akan timbul tekanan yang besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi kedua permukaan tersebut. Pelumasan tipe ini dapat ditemukan pada bantalan gelindingd. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)

Pelumasan bidang batas ini terjadi karena lapisan tipis minyak pelumas terbentuk tidak sempurna disebabkan beban yang terlalu besar, penurunan kecepatan dari permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam bantalan dan kenaikan suhu pelumas.

e. Pelumas Padat (Solid Lubricantion)Pelumasan padat (Solid Lubrication) diartikan seperti sebuah sistem pelumasan dimana diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang dilapisi. Misalnya bahan an-organik tertentu seperti grafit dan molybdenum disulfida, memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang bergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan yang bergesekanf. Pelumasan Tekanan Ekstrim

Pelumas tekanan ekstrim digunakan apabila ada pemotongan roda gigi sehingga mengalami beban kejut. Tekanan ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan mengandung zat belerang, klorin dan fosfor yang bereaksi dengan permukaan bantalan pada temperatur tinggi yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah dan membentuk zat lapisan tipis yang titik cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses pelumasan tekanan ekstrim terjadi sedikit keausan antara permukaan yang bergerak bagi permukaan yang bergerak relatif.Tabel 2.1 Karakteristik Pelumas berbasis PetroliumKarakteristikPelumas berbasis Petrolium

Densitas 25oC (Kg/m3)

Viskositas 40oC (cSt)Viskositas 100oC (cSt)

Viskositas Index

Titik leleh885,610,801

3,136

165,4

-9

Sumber:Abdullahi(2012)2.2 Bio Pelumas

Bio Pelumas adalah pelumas yang memiliki sifat sifat ramah lingkungan seperti mudah diuraikan dilingkungan, memiliki kandungan racun terhadap lingkungan yang sangat rendah akan tetapi tetap memenuhi standar pelumas yang telah ditetapkan. Bio-pelumas tidak selalu terbuat dari minyak nabati akan tetapi bisa juga terbuat dari modifikasi minyak nabati maupun minyak dasar berbasis minyak bumi. Pertumbuhan penggunaan bio-pelumas didunia adalah 2%/tahun dengan pemakaian saat ini sebesar 385 Ribu Barrel. Penggunaan bio-pelumas ini 48% digunakan untuk pelumas mesin, 15,3% untuk pelumas untuk proses, 10,2 % digunakan sebagai oli hidrolik dan sisanya 26,5% untuk pelumasan lainnya. Wilayah yang paling banyak menggunakan bio-pelumas adalah Asia Pasifik dengan 36,7%, Amerika Utara 28%, Eropa 12,5% dan wilayah lain sebesar 22,8%. [Bart, J. B. Dan Larry, P., 2008]. Bio-pelumas memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan pelumas dengan minyak dasar berbasis minyak bumi antara lain :

a. Lebih cepat diuraikan bakteri karena berasal dari bahan organik

b. Kandungan racun yang rendah karena tidak mengandung sulfur dan senyawa aromatik, parafinik dan naftalenik yang berasal dari minyak bumi.

c. Ramah lingkungan

d. Sifat pelumasan yang baik

e. Indeks kekentalan yang baik

Bio-pelumas harus memenuhi syarat fungsi pelumasan sebagai berikut :

a.Memiliki kemampuan melumasi lebih tinggi sehingga mengurangi kehilangan daya karena gesekan dan akan menghasilkan tenaga lebih besar dan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien

b.Memiliki kemampuan menguap yang lebih kecil yang akan menurunkan emisi buang.

c.Memiliki indek viskositas yang lebih tinggi sehingga kemampuan melumasi lebih bertahan lama

d.Memiliki stabilitas geser yang tinggi

e.Memiliki sifat pencucian yang lebih tinggi sehingga mengurangi penambahan bahan pencucian

f.Memiliki kemampuan menyebarkan lebih baik sehingga tidak terbentuk endapan sisa pembakaran ataupun kotoran yang terbawa bahan bakar.

g. Memiliki kemampuan terurai lebih cepat sehingga mengurangi bahaya pencemaran pada lingkungan [Jumat Saliman dkk, 2010].2.3 Esterifikasi

Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis dengan asam dan bersifat reversible [Fessenden, 1990].

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Katalis yang paling efektif digunakan adalah katalis asam kuat, tetapi selain itu dapat digunakan juga asam lainnya.

Secara umum reaksi esterifikasi dapat ditulis:

Asam lemak Alkohol

Ester Air

Gambar 2.1 Reaksi Esterifikasi Fischer [Fessenden & Fessenden, 1990]Menurut Wulandari dan Septiana (2010), faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :

1. Waktu Reaksi

Semakin lama waktu reaksi, maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar, sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi tercapai, maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan, karena tidak memperbesar hasil.2. Pengadukan

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antar molekul zat pereaksi, Semakin besar frekuensi tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan dan konversi reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting, mengingat campuran reaktan dan katalis merupakan larutan yang immiscible. 3. Katalisator

Jumlah katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu reaksi, jika jumlah katalis dinaikkan, energi aktivasi akan menurun, sehingga konstanta laju reaksi akan semakin besar dan kesetimbangan reaksi akan cepat tercapai, maka konversi reaksi maksimal akan cepat tercapai.4. Suhu Reaksi

Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka akan semakin besar nilai konstanta reaksi, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Jika nilai konstanta reaksi meningkat, maka reaksi akan berjalan semakin cepat, namun demikian suhu reaksi harus dipertimbangkan berdasarkan titik didih salah satu reaktan. Disarankan bahwa suhu itu harus dibawah titik didih salah satu reaktan yang titik didihnya paling rendah.

5. Konsentrasi reaksi

Menurut Le Chatelier, kesetimbangan suatu reaksi kimia akan berubah bila adanya perubahan konsentrasi, temperatur, volume dan tekanan. Semakin tinggi konsentrasi reaktan maka kesetimbangan reaksi akan bergerak ke kanan yang menyebabkan produk yang dihasilkan lebih banyak.

Menurut Riawan (1987), cara-cara meningkatkan hasil ester (penggeseran keseimbangan ke arah produk) adalah dengan :

a. Penambahan asam atau alkohol

b. Pengeluaran H2O dengan H2SO4, ZnCl2, dsb

c. Pengeluaran ester dengan penyulingan2.4 Transesterifikasi

Transesterifikasi atau alkoholisis adalah proses reaksi antara minyak-lemak dengan alkohol membentuk metil ester dan gliserol. Transesterifikasi merupakan reaksi berantai, pertama-tama trigleserida direduksi menjadi digleserida. Selanjutnya digleserida direduksi menjadi monogliserida dan akhirnya menjadi fatty acid ester [Freedman, et al., 1986]. Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses transesterifikasi ini ialah waktu reaksi, kecepatan pengadukan, rasio molar, dan komposisi katalis. Proses transesterifikasi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan mendekati titik didih alkohol yang digunakan. Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan menaikkan pergerakan molekul dan menyebabkan terjadinya tumbukan. Pada awal terjadinya reaksi, pengadukan akan menyebabkan terjadinya difusi antar minyak atau lemak sampai terbentuk metal ester. Pemakaian alkohol berlebih akan mendorong reaksi kearah pembentukan metil ester dan semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-molekul alkohol dan minyak [Hui, 1996]. Transesterifikasi minyak menjadi metil ester dilakukan dengan satu atau dua tahap proses, tergantung pada mutu awal minyak. Proses transesterifikasi memerlukan katalis untuk mempercepat laju pembentukan ester. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum tetapi reaksi berjalan dengan lambat. Secara umum reaksi transesterifikasi dengan isobutanol dapat digambarkan dengan Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi minyak dan isobutanolProduk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih kearah produk, yaitu :

1. Menambahkan alkohol berlebih ke dalam reaksi

2. Memisahkan gliserol

3. Menurunkan temperatur reaksi2.4.1Transesterifikasi-katalis asam

Mekanisme transesterifikasi-katalis asam digambarkan pada gambar 2.3

Keterangan : R = rantai karbon dari asam lemak

R = rantai alkil dari alkohol

Gambar 2.3 Mekanisme Transesterifikasi-Katalis Asam dari Minyak

Gambar 2.3 menunjukkan mekanisme transesterifikasi-katalis asam untuk monogliserida yang juga berlaku sama untuk di- dan tri-. Berdasarkan mekanisme tersebut, asam karboksilat dapat terbentuk oleh reaksi karbokasi tahap II dengan adanya air dalam campuran reaksi. Hal ini menjadi alasan mengapa transesterifikasi-katalis asam harus berlangsung tanpa adanya air, disamping untuk menghindari penurunan yield alkil ester. Proses yang digambarkan dalam gambar 1 dikatalisa oleh asam bronstead misalnya H2SO4. Penggunaan katalis ini memberikan konversi atau yield yang tinggi, tetapi reaksi berlangsung lambat, menggunakan temperature di atas 100oC dan waktu lebih dari 3 jam untuk mencapai rekasi yang sempurna [Fredman, et al., 1984]. Rasio molar alkohol terhadap minyak merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi tranesterifikasi. Di satu sisi alkohol berlebih biasanya digunakan untuk pembentukan produk. Tetapi di sisi lain kelebihan jumlah alkohol mengakibatkan recovery gliserol sulit dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian atau percobaan untuk menetapkan rasio yang optimum.

2.4.2 Transesterifikasi-katalis basa

Proses dengan menggunakan katalis basa seperti sodium hidroksida umumnya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan katalis asam dikarenakan reaksii berlangsung searah. Namun pemakaian katalis basa hanya berlangsung sempurna bila minyak atau lemak dalam kondisi netral dan tanpa air [Freedman, et al., 1986].Tahapan reaksi transesterifikasi selalu menginginkan agar didapatkan produk dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan fatty acid alkyl ester adalah sebagai berikut [Freedman, 1984] : Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan baku

Semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pengadukan

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius.

k = A e (-Ea/RT)

Dimana, T = suhu (oC)

R = konstanta gas (cal/gmoloK)

E = Tenaga Aktivasi (cal/g mol)

A = Faktor tumbukan (t-1)

K = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)

Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.

Waktu reaksi

Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.

Suhu reaksi

Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan, hal ini sesuai denga persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.2.5Palm Olein Methyl Ester / Biodiesel

Palm Olein Methyl Ester / Biodiesel merupakan suatu nama dari Alkyl Ester atau rantai panjang asam lemak yang berasal dari minyak nabati maupun lemak hewan. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda [Oberlin Sidjabat,2003]. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin yang menggunakan diesel sebagai bahan bakarnya tanpa memerlukan modifikasi mesin. Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi transesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak jarak dan lain-lain) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa.

Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus.

Biodiesel mempunyai beberapa keunggulan di antaranya adalah mudah digunakan, limbahnya bersifat ramah lingkungan (biodegradable), tidak beracun, bebas dari logam berat sulfur dan senyawa aromatik serta mempunyai nilai flash point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan digunakan. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa benzen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.Secara teknis biodiesel yang berasal dari minyak nabati dikenal sebagai VOME (Vegetable Oil Metil Ester) dan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui karena umumnya dapat diekstrak dari berbagai hasil produk pertanian seperti minyak kacang kedelai, minyak kelapa, minyak bunga matahari maupun minyak sawit.

Sifat - sifat yang terdapat di biodiesel yaitu :

1. Dapat Diperbarui (Renewable)

2. Mudah terurai oleh bakteri (Biodegradable)

3. Ramah Lingkungan

4. Menurunkan emisi (CO, CO2, SO2)

5. Menghilangkan asap hitam

6. Sifat pelumasan lebih bagus

7. Digunakan oleh mesin diesel2.6 KatalisKatalis adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan kecepatan sehingga reaksi kimia dapat mencapai kesetimbangan tanpa terlibat di dalam reaksi secara permanen [Satterfield, 1991]. Katalisator merupakan suatu bahan yang mempengaruhi laju reaksi kimia tetapi pada akhirnya keluar tanpa mengalami perubahan [Levenspiel, 1999]. Dengan demikian pada akhir reaksi katalis tidak tergabung dengan senyawa produk reaksi.

Suatu katalis efektif dalam meningkatkan kecepatan suatu rekasi, karena katalis mampu membuat mekanisme alternatif, dimana tiap tahapan memiliki energi aktivasi lebih rendah daripada reaksi tanpa ada katalis. Selain itu, katalis juga mampu memperbesar kemungkinan terjadinya tumbukan efektif antara molekul reaktan, karena molekul-molekul rekatan akan teradsorpsi pada permukaan aktif katalis sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antar molekul-molekul reaktan semakin besar.

Berdasarkan fasenya, material katalis dapat digolongkan menjadi katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase sama dengan fase campuran reaksinya, sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang berbeda dengan campuran reaksinya. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Pada tabel 2.1 dapat dilihat pengelompokan katalis.Tabel 2.1 Pengelompokan Katalis

Katalis HomogenKatalis Homo-HeterogenKatalis Heterogen

Katalis asam/basaBiokatalis (enzim)Bulk katalis (alloy logam)

Kompleks logam transisiFungsional nanopartikelKatalis yang diemban

Sumber : Matha (2009)

Katalis didasarkan atas bentuk atau struktur yang memiliki sifat selektif terhadap beberapa hal berikut ini [Richardson, 1989] :

1. Selektivitas Reaktan

Katalis akan menyeleksi reaktan yang bereaksi pada permukaan dalam pori berdasarkan bentuk dan ukuran reaktan. Hal ini berlaku pada umpan yang terdiri atas beberapa ukuran molekul, sementara sebagian saja yang selektif sebagai reaktan. Apabila umpan yang akan direaksikan merupakan campuran karbon rantai lurus dan rantai bercabang maka dengan kemampuan selektif bentuk dari katalis, komponen yang akan dilewatkan melalui pori katalis hanya yang memiliki rantai lurus dan juga rantai bercabang.

2. Selektivitas Produk

Disamping menyeleksi reaktan yang masuk, katalis juga akan menyeleksi produk yang dihasilkan dari reaksi. Produk yang dihasilkan memiliki ukuran molekul yang beragam, sementara hanya molekul yang mempunyai ukuran tertentu yang akan melewati mulut pori dan molekul yang tidak dikehendaki akan tersaring. Selanjutnya molekul yang tidak bisa melewati mulut pori tadi akan bereaksi kembali membentuk produk lain yang lebih kecil.

Pemilihan katalis memerlukan pertimbangan untuk mendapatkan efektivitas dalam penggunaannya. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan katalis [Richardson, 1989] adalah :

1. Umur panjang, sehingga menghemat pembelian katalis baru.

2. Harga katalisator murah, sehingga menghemat investasi.

3. Mudah atau tidaknya diregenerasi, jika tidak merusak aktivitas dapat menghemat pembelian katalis baru.

4. Tahan terhadap racun, sehingga umur katalis panjang

Katalis homogen adalah senyawa yang memiliki fase sama dengan reaktan ketika reaksi kimia berlangsung. Selektifitas hasil reaksi dan kondisi reaksi yang lembut adalah pertimbangan utama pemilihan katalis homogen. Kelebihan dari katalis homogen yaitu mudah dikarakterisasi, misalnya secara spektroskopi. mekanisme reaksi dapat dibuat untuk memprediksi reaksi. Selain itu, katalis mudah terdispersi secara efektif sehingga semua molekul katalis dapat berinteraksi dengan reaktan.

Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan yaitu mencemari lingkungan dan tidak dapat digunakan kembali. Selain itu katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada skala laboratorium ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara komersil, operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis. Contoh katalis homogen yang biasanya banyak digunakan seperti basa yaitu NaOH dan KOH, asam HCl dan H2SO4. Di Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun produk lebih sering ditemui pada sistem katalis homogen. Karena katalis homogen larut dalam campuran, pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau dekantasi. Teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi produk dari campuran, misalnya katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi biodiesel dipisahkan dengan ekstraksi untuk kemudian campuran sisa reaktan-katalis yang tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi. Kasus pemisahan untuk katalis heterogen lebih mudah ditanggulangi karena sudah terpisah dengan sendirinya tanpa membutuhkan usaha lain.

Daur ulang dan usia katalis memiliki kaitan. Selama bisa dipisahkan, katalis homogen boleh dikatakan tetap aktif dan memiliki usia yang sangat panjang bahkan nyaris tak terhingga dan bisa digunakan berulang-ulang. Nyawa katalis homogen mungkin tamat jika mengalami deaktifasi akibat teracuni atau perubahan struktur akibat proses ektrim.

Mekanisme reaksi katalitik menurut Richadrson (1989) berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :

1. Perpindahan massa reaktan dari fluida menuju permukaan luar katalis.

2. Difusi reaktan dari pori pada permukaan luar menuju permukaan aktif.

3. Adsoprsi reaktan pada permukaan aktif.

4. Reaksi permukaan.

5. Desorpsi produk dari permukaan aktif.

6. Difusi dari permukaan aktif menuju mulut pori pada permukaan luar.

7. Perpindahan massa produk dari permukaan luar pelet katalis menuju fluida.

2.6.1 Natrium Hidroksida (NaOH)Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Natrium hidroksida tidak larut dalam dietil eter dan pelarut nonpolar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Kimia NaOH (Perry, 1984)

Massa molar40 g/mol

WujudZat padat putih

Specific gravity2,130

Titik leleh318,4 oC (591 K)

Titik didih1390 oC (1663 K)

Kelarutan dalam air111 g/100 ml(20 oC)

Kebasaan (pKb)-2,43

620