pelimpahan hak asuh anak kepada bapak akibat...

73
PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT PERCERAIAN (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : MOH ANAS MAULANA IBROOHIM NIM : 1110044100078 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435H/2014M

Upload: nguyenxuyen

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT

PERCERAIAN

(Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

MOH ANAS MAULANA IBROOHIM

NIM : 1110044100078

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014M

Page 2: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam
Page 3: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam
Page 4: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

iv

ABSTRAK

Moh Anas Maulana Ibroohim. NIM 1110044100078. Pelimpahan Hak Asuh Anak

Kepada Bapak Akibat Perceraian (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agam Bekasi Perkara

Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.). Skripsi, Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah,

Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pelimpahan

Hak Asuh Anak Kepada Bapak pada Perkara Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. Pada

penelitian ini penulis memilih objek penelitian di Pengadilan Agam Bekasi. Penulis ingin

mengetahui hal-hal yang menyebabkan pelimpahan hak anak kepada bapak kandungnya

sebagai akibat perceraian. Selain itu juga, penulis ingin mengidentifikasi pertimbangan

hukum hakim yang memberikan hak asuh anak kepada bapak kandungnya akibat terjadinya

perceraian, yang seharusnya hak asuh itu berada di tangan ibu kandungnya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menekankan kualitas

sesuai dengan pemahaman deskriptif. Penelitian ini berupa analisis terhadap kasus yang

berkenaan dengan pelimpahan hak asuh anak kepada bapak kandungnya, yang terjadi di

Pengadilan Agama Bekasi. Kriteria data yang didapatkan berupa data primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, dan studi

dokumenter.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelimpahan hak asuh anak kepada bapak

kandungnya dikarenakan ibu anask tersebut tidak amanah, keadaan ekonomi minim, dan

tidak mempunyai kemauan dalam mendidik anak.

Kata Kunci : Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Kandung,

Perkara Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.

Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, MA.

Daftar Pustaka : 1989-2009.

Page 5: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam
Page 6: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Suhanahu wa ta’ala yang telah

memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis, sehingga berkat pertolongan-Nya

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan umat-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Sudarman dan ibunda Sriyati

(Almh), serta ibu Musyarafah, beserta kakak penulis Anisatul Mufadhalah, kakak ipar penulis

Aswan Burhanudin, dan adik Penulis Anik Rif’atul Uluwwiyah, serta bidadari penyelamat

Sena Siti Arafiah beserta keluarganya yang tidak pernah berhenti memberikan motifasi,

bimbingan, kasih sayang dan doa. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat

dan kasih sayang kepada mereka.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar sarjana Syari’ah

(S.Sy) pada Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak akan dapat

menyelesaikanya jika tanpa dukungan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan tulus kepada Bapak:

1. Dr. Phil. JM Muslimin, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., Ketua Program Studi Hukum Keluarga dan Ibu

Hj. Rosdiana, MA., Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. M. Nurul Irfan., MA., Dosen Pembimbing skripsi yang tidak pernah lelah

membimbing, mengarahkan dan memotifasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 7: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

vii

4. Ibu Maskufa., MA., sebagai dosen Pembimbing Akademik yang mengarahkan

penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan.

5. Ibu Yanti dan ibu Aini, terima kasih atas bantuan administrasi pengurusan skripsi

dari awal hingga akhir.

6. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membimbing penulis dari awal masuk hingga bisa menyelesaikan skripsi ini

dan staf-staf karyawan yang membantu proses administrasi penulis

7. Seluruh staf Pengadilan Agama Bekasi, dan Panitera Muda Hukum Enjang Zenal

Hasan, SH., serta Hakim Pengadilan Agama Bekasi Drs. Mansyur., yang

merelakan waktunya untuk penulis.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kemudahan dalam mengumpulkan

refrensi kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar KMF yang selalu memberikan support, Do’a dan motifasi

khususnya kang Hanif, kang Sakir, Roni, Salahudin. Fauzi, Tomi, Adrian, Kholis,

Agung dan lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Seluruh keluarga Ibu Kos Hanum, temen-temen kos Wildan al-Farabi, dan Imam

Furqani yang memberikan semangat tiada lelah.

11. Teman-teman keluarga Besar Peradilan Agama anggkatan 2010 kelas A dan B

yang menjadi temen seperjuangan. Khusus kepada Ibrahim, Husnul Abrar,

Rahmad Yudistiawan, Soraya, dan Sainah serta temen-temen yang tidak bisa

disebutin semua namanya. Terima kasih atas pinjaman buku dan motifasinya.

Kenangan indah yang tidak akan terlupakan bersama kalian semuanya.

Page 8: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

viii

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukunganya, hanya doa

semoga Allah SWT. memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ciputat, 29 April 2014

Moh Anas Maulana Ibroohim

Page 9: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

ix

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR.......................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................. 1

B. Pembahasan dan Perumusan Masalah....................... 7

C. Tujuan dn Manfaat Penelitian.................................. 8

D. Review Study Terdahulu......................................... 9

E. Metodologi Penelitian............................................. 10

F. Sistematika Penulisan............................................. 13

BAB II HADHANAH DALAM ISLAM................................. 14

A. Pengertian Hadhanah............................................. 14

B. Dasar Hukum Hadhanah........................................ 16

C. Syarat-syarat Hadhinah dan Hadhin......................... 19

D. Pihak-pihak yang berhak dalam Hadhanah............... 28

E. Masa Hadhanah........................................................... 33

Page 10: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

x

BAB III HADHANAH DALAM PERSPEKTIF PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA.................................. 35

A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan............................................................. 35

B. Kompilasi Hukum Islam....................................... 38

C. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak...................................................................... 41

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK

KEPADA BAPAK........................................................ 44

A. Duduk Perkara Putusan Pengadilan Agama.......... 44

B. Pertimbangan Hukum Hakim................................. 45

C. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Agama

Bekasi..................................................................... 47

BAB V PENUTUP................................................................... 54

A. Kesimpulan........................................................... 54

B. Saran-Saran............................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... I

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................. II

Page 11: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari hubunganya

dengan manusia lain. Manusia memiliki kepentingan yang berbeda antara satu

dengan yang lainya. Dengan perbedaan kepentingan ini hubungan yang dibangun

antara manusia yang satu dengan manusia yang lain bisa mengarah jadi

terbentuknya pertentangan, perselisihan, sengketa, bahkan permusuhan. Untuk

menghindari terjadinya hal ini, diperlukan norma atau rambu-rambu kehidupan.

Selain norma agama, norma etika, dikenal juga norma hukum yang sangat penting

peranannya dalam mengatur perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat.1

Perkawinan harus dipahami sebagai ikatan manusia untuk menjelaskan hasrat

seksualnya secara sah dan bertanggung jawab, dari sini akan terjalin hubungan

kasih sayang cinta dan tanggung jawab untuk membentuk sebuah masyarakat

kecil yang akan meneruskan perjalanan peradaban manusia.2

Islam memandang perkawinan mempunyai nilai-nilai keagamaan sebagai

wujud ibadah kepada Allah. Mengikuti sunnah Nabi, dan mempunyai nilai-nilai

kemanusiaan untuk memenuhi naluri hidup dan menumbuhkan rasa kasih sayang

dalam hidup bermasyarakat.3

1 Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Djambatan, 2003), cet.2, hal. 1

2 Muhammad Husein, Perempuan, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal 105

3Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hal. 13

Page 12: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

2

Muderis Zaini berpendapat bahwa keluarga mempunyai peranan penting

dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan masyarakat

kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4

Dalam Islam, perkawinan tidak terikat dalam ikatan mati dan tidak pula

mempermudah terjadi perceraian. Perceraian baru boleh dilakukan jika benar-

benar dalam kondisi yang sangat darurat dan terpaksa, sebagai solusi akhir dalam

menyelesaikan masalah rumah tangga. Perceraian diperbolehkan apabila hal

tersebut lebih baik dari pada tetap dalam ikatan perkawinan tetapi tidak tercapai

kebahagiaan dan selalu ada dalam penderitaan, sebagaimana di tulis oleh Sayyid

Sabiq bahwa lepasnya ikatan perkawinan sangat dilarang kecuali terdapat alasan

yang dibenarkan terjadi hal yang sangat darurat.5 Perceraian bukan hanya

merupakan bencana bagi pasangan suami isteri, namun juga merupakan

malapetaka bagi fisik dan psikis anak-anak mereka. Peristiwa perceraian, apapun

alasanya merupakan sesuatu yang sangat berdampak negatif bagi anak dimana

pada saat itu, anak tidak dapat lagi merasakan kasih sayang sekaligus dari kedua

orang tuanya. Padahal kasih sayang kedua orang tua merupakan unsur penting

bagi pertumbuhan mental seorang anak.

Menurut para fuqaha, hadhanah adalah hak untuk memelihara anak kecil,

baik laki-laki maupun perempuan atau yang kurang sehat akalnya, jadi tidak

4Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga System Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,

1992), hal. 7

5 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah, (Kairo: Darul Fath, tth), Juz II, hal. 106

Page 13: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

3

termasuk disini pemeliharaan terhadap anak yang telah dewasa yang sehat

akalnya.6

Ketentuan tentang hak hadhanah akibat terjadi perceraian orang tuanya

diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 105 yaitu:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau berumur 12 tahun

adalah hak ibunya.

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak

untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya.

c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Namun dalam Hadhanah. Agama Islam memberikan syarat-syarat kepada

seorang pengasuh yaitu: berakal, baligh, mempunyai kemampuan dan kemauan

untuk mendidik anak yang diasuh, dapat dipercaya, dan juga harus beragama

Islam atau seakidah dengan sang anak.

Sedangkan di dalam hukum Islam (Fiqh), Mazhab Syi‟ah Imamiyah dan

Syafiiyah berpendapat bahwa seorang kafir tidak boleh mengasuh anak yang

beragama Islam, sedangkan Mazhab lainnya tidak mensyaratkannya. Bagi Ulama

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa kemurtadan wanita atau laki-laki yang

mengasuh, secara otomatis menggugurkan hak asuhnya.7

Dalam proses pemeliharaan anak dari kecil sampai baligh ada istilah yang

berdekatan yaitu kata hadhin atau hadhinah yang berarti istilah yang dipakai bagi

6Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, Penerjemah Anshori Umar

Sitanggal, dkk,

7Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah: Masykur A.B. dkk,,

Al-fiqh Ala Al-Madzahib Al-Khomsah, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2006) h. 416-417

Page 14: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

4

seorang yang melakukan tugas hadhanah yaitu tugas menjaga dan mengasuh atau

mendidik bayi atau anak kecil sejak ia lahir sampai bisa secara sederhana makan

sendiri dan berpakaian sendiri dan bisa membedakan berbahaya baginya. Bila

diukur dengan umur, sampai umur 7 atau 8 tahun. Pada masa sebelum umur

tersebut, pada umumnya seorang anak belum bisa mengatur dirinya dan belum

bisa secara sederhana membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya

bagi dirinya.8

Orang yang akan menjadi pengasuh anak disyaratkan mempunyai Kafa’ah

atau martabat yang sepadan dengan kedudukan si anak, mampu melaksanakan

tugas sebagai pengasuh anak. Karena, dengan adanya kemampuan dan kafa’ah,

maka mencakup beberapa syarat tertentu, dan apabila syarat-syarat tersebut tidak

terpenuhi, maka gugurlah haknya untuk mengasuh anak.9

Kemudian masalah yang paling pokok dalam pemeliharaan anak adalah

syarat-syarat yang menjadi Hadhin, karena sifat seorang pengasuh akan

berpengaruh kuat terhadap anak yang menjadi asuhanya, keberhasilan seorang

anak dalam perkembangan, kedewasaan, dan pendidikanya. Sebab ciri dasar

manusia adalah bersifat dinamis, merdeka, dan sosial. Maka pada saat inilah

seorang anak diberikan pendidikan yang paling besar sifatnya seperti diajarinya

seorang anak mengenal Tuhan sebagai bekal tauhid dan jiwanya.

Bilamana terjadi perceraian, maka orang yang paling berhak mengasuh

dan memelihara anak-anaknya adalah ibunya karena anak di masa kecil

8Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontempoler, (Jakarta:

Kencana, 2004), h. 220.

9H.S. Al-Hamdani, Risalah Nikah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), hal. 321

Page 15: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

5

membutuhkan kasih sayang lebih, pemeliharaan yang optimal agar tumbuh

kembang terpelihara anak tersebut. Yang dimungkinkan bapak sibuk untuk

mencari nafkah, maka ibulah yang berkewajiban untuk memeliharanya.10

Peran

ibu dalam mendidik anak sangatlah penting. Meskipun secara fisik seorang laki-

laki jauh lebih kuat bila dibandingkan perempuan, namun pada beberapa hal ibu

jauh memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh seorang suami. Jadi, peran ibu

mendidik anaknya tidak bisa digantikan oleh orang lain dan bahkan oleh

suaminya sendiri.

Peran seorang ibu dalam mendidik anak tidak bisa disejajarkan dengan

bapak. Oleh karena itu, ibu memiliki naluri yang lebih kuat terhadap anaknya

dibandingkan bapaknya. untuk itu, ibu memiliki keutamaan-keutamaan

dibandingkan bapak. Keutamaan-keutamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Ibu lebih sabar dibandingkan bapak dalam hal mendiidk anak.

Ibu memiliki insting alami yang tidak dimiliki oleh bapak.

Ibu lebih tahu karakter dan moral anak dibandingkan bapak.

Ibu yang mengandung anak, sehingga lebih sayang pada anaknya.

Begitu besarnya peran ibu dalam mendidik anak sangat perlu diapresiasi.

Mengingat ibu mempunyai peran yang ganda, peran sebagai isteri dan peran

sebagai seorang ibu. Sebagai isteri ia harus senantiasa taat kepada suaminya selagi

suaminya tidak menyuruh ke arah kejahatan dan kemaksiatan dan sebagai ibu

ialah menyelamatkan generasi masa depan dengan mendidik anak-anak kearah

yang lebih baik.

10

Al-Hamdani, Risalah Nikah: Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,

2002). H. 318

Page 16: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

6

Pengadilan Agama Bekasi adalah Pengadilan Agama yang bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama

antara orang-orang yang beragama Islam. Sudah semestinya dalam memutuskan

perkara bersikap hati-hati dan mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan dan

hukum, wajib memberikan putusan yang seadil-adilnya, sehingga berbagai

kepentingan dari berbagai para pihak yang berperkara dapat terpenuhi. Termasuk

perkara pelimpahan hak hadhanah. Terhadap anak yang belum mumayyiz hak

hadhanah semestinya ikut ibunya. Namun demikian, dalam perkara ini Pengadilan

Agama Bekasi telah melimpahkan hak asuh seorang anak yang belum mumayyiz

kepada ayahnya.

Penyusun memilih mengadakan penelitian di Pengadilan Agama Bekasi

karena Pengadilan Agama ini telah menerima dan memproses perkara bagi anak

yang belum mumayyiz dan melimpahkan hak asuhnya kepada bapak. Terlepas dari

beberapa kaidah normatif yang mengatakan bahwa anak yang belum mumayyiz

hak asuhnya jatuh pada ibunya.

Beranjak dari latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk

mengangkat sebuah judul Pelimpahan Hak Asuh Anak Kepada Bapak Akibat

Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor:

345/Pdt.G/2007/PA.Bks.)

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan spesifik, maka penulis

memberikan batasan sesuai dengan judul yang diangkat pada penelitian ini

sebagai berikut:

Page 17: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

7

a. Anak dalam skripsi ini dibatasi pada anak kandung yang dilahirkan

dari perkawinan yang sah kedua orang tuanya.

b. Bapak dalam skripsi ini dibatasi pada wali nasab dalam hal ini adalah

bapak kandung.

c. Putusan pengadilan dibatasi pada dasar pertimbangan yurisprudensi

yang digunakan oleh hakim dalam memutus perkara hak hadhanah

yang dilimpahkan kepada bapak dengan putusan perkara Nomor:

345/Pdt.G/2007/PA.Bks. di Pengadilan Agama Bekasi tentang gugatan

pemeliharaan anak.

2. Perumusan Masalah

Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan bahwa pemeliharaan anak yang di bawah umur ketika

terjadi perceraian maka hak asuhnya adalah jatuh pada ibu. Namun pada

kenyataanya putusan di Pengadilan Agama Bekasi hak asuh jatuh dan

dilimpahkan kepada bapak. Dari perumusan tersebut dapat dirinci dalam

pernyataan sebagai berikut:

a. Mengapa hak asuh anak dalam perkara Putusan Perkara Pengadilan

Agama Bekasi Perkara Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. dilimpahkan

kepada bapak?

b. Bagaimana kewajiban bapak setelah putusan hak asuh anak yang

dilimpahkan kepadanya?

c. Apakah dasar hukum yang digunakan dalam perkara Pengadilan

Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. sudah sesuai dengan

undang-undang yang berlaku?

Page 18: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui hak asuh anak dalam Putusan Pengadilan Agama Bekasi

pada putusan Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.

b. Mengetahui kewajiban bapak setelah putusan hak asuh anak yang

dilimpahkan kepadanya.

c. Mengetagui dasar hukum yang digunakan dalam perkara Pengadilan

Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberi masukan dalam bidang munakahat serta mampu menambah

wawasan bagi penulis khususnya dan masyarakat umumnya terutama terkait

penentuan hak hadhanah setelah terjadi perceraian antara suami istri.

b. Memberikan informasi tentang tinjauan Yurisprudensi hak asuh anak

yang dilimpahkan kepada bapak.

c. Memberikan informasi tentang pertimbangan hukum, hakim yang

memberikan pemeliharaan anak kepada bapak akibat terjadinya perceraian.

d. Sebagai dokumentasi ilmiah di dalam maupun di luar kampus.

D. Review Study Terdahulu

Dalam review studi terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya

dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1. Penetapan hak asuh anak kepada ibu non muslim (Studi Analisis Putusan

Pengadilan Agama Jakarta Pusat). Oleh: fauzan Kuswara (1044101430).

Prodi Ahwal Al-Syakhsiyah. Tahun: 2007.

a. Isi

Page 19: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

9

Skripsi ini membahas tentang masalah penetapan hak asuh anak

oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat tentang hak asuh

anak yang diberikan kepada ibu, meskipun si ibu diketahui beragama non-

Muslm.

b. Perbedaan

Perkara perceraian antara pasangan beda agama dengan

menetapkan hak asuh anak yang jatuh kepada ibu non muslim. Dalam

putusan Perkara Nomor: 433/Pdt.G/2007/PAJP. Yang menetapkan hak

asuh anak kepada ibu non muslim dan hal apa yang menjadi dasar

pertimbangan Hakim dalam menetapkan hak asuh anak dalam perkara

cerai gugat.

2. Pencabutan hak asuh anak dari ibu (Studi Analisisis Putusan Pengadilan

Agama Depok Nomor: 430/Pdt.G/2006/PA.Dpk). oleh : Aditya Nur

Pratma (105044101395). Prodi Ahwal Al-Syakhsiyah. Tahun: 2008.

a. Isi

Skripsi ini membahas tentang masalah mengenai pencabutan hak

asuh anak dengan membahas analisis putusan dari Majlis hakim pada

perkara Nomor:430/Pdt.G/2006/PA.Dpk.

b. Perbedaan

Analisa Putusan Perkara Nomor: 430/Pdt.G/2006/PA.Dpk.

dilakukan di Pengadilan Agama Depok. Karena akibat kelalaian ibu

terhadap anak yang mengakibatkan pencabutan hak asuh anak. Gugatan

Page 20: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

10

pencabutan hak asuh anak terjadi setelah adanya keputusan cerai dari

pengadilan.

3. Hak hadhanah terhadap ibu wanita karir (analisa putusan perkara nomor:

458/pdt.g./2006/PA.Dpk Pengadilan Agama Depok). Oleh Mohammad

Anshory (106046920698). Prodi Akhwal Al-Syakhsiyah. Tahun: 2010.

a. Isi

Skripsi ini menjelaskan tentang hak seorang ibu sebagai wanita

karir tetapi tidak mampu mengasuh anaknya sehingga diserahkan kepada

neneknya yang beragama Protestan.

b. Perbedaan

Yang menjadi perbedaan dalam skripsi ini seorang anak yang

masih di bawah umur yang seharusnya dilimpahkan kepada ibu, diasuh

dan didik dengan baik melainkan di Pengadilan Agama Depok

memutuskan untuk dilimpahkan kepada bapak.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian di mana akan

dibahas lebih lanjut sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini diaplikasikan model pendekatan kasus, yaitu

mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik

hukum terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus lalu dipelajari untuk

Page 21: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

11

memperoleh gambaran terhadap dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum

dalam praktik hukum.11

Adapun jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum normatife yang

memiliki persamaan dengan penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum

yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.12

Kepustakaan dilakukan dengan menggunakan buku-buku, kitab-kitab fiqih,

perundang-undangan, dan yurisprudensi yang berhubungan dengan skripsi ini.

Sedangkan jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data kualitatif.

Sedangkan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan kualitas

sesuai dengan pemahaman deskriptif, penelitian ini berupa analisis terhadap kasus

yang berkenaan dengan pelimpahan hak asuh anak kepada bapak yang terjadi di

Pengadilan Agama Bekasi. Menurut Moleong penelitian kualitaif merupakan

penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas subyektif, mencakup

penelaahan dan mengungkap berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman

terhadap fenomena dan kemanusiaan.13

2. Kriteria dan Sumber Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis

menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

11

Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Hukum Normatif, Cet. II, (Jawa Timur:

Baymedia Publising, 2006), h. 321

12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. Ke-8, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada 2004), hlm-13

13 Lexi j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosda

Karya, 2005), h. 6

Page 22: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

12

a. Adapun data primer yang didapat untuk penulisan ini berasal dari studi

dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan, arsip,

dan lain-lain.14

Penulis menjadikan putusan Pengadilan Agama Bekasi

Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. sebagai data primer, untuk kemudian

penulis melakukan analisis hukum terhadap pertimbangan hakim

tentang putusan hak pemeliharaan anak kepada bapak.

b. Sedangkan data sekunder untuk melengkapi data primer diperoleh dari

studi kepustakaan dengan mengkaji dan menelusuri literatur yang

releven baik berasal dari buku-buku, kitab fiqh, majalah, jurnal-jurnal,

dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan yang dikaji.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam yaitu teknik pengumpulan data untuk mendapat

informasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan

kepada hakim yang memutus perkara tersebut. Wawancara ini untuk

mendapatkan data tentang pelimpahan hak asuh anak kepada bapak.

b. Studi Kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori dan konsep yang

berkenaan dengan metode keputusan hakim melalui berbagai buku dan

literatur yang dipandang mewakili dan berkaitan dengan obyek

penelitian.

14

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h.

50.

Page 23: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

13

c. Studi dokumentar yaitu menelaah bahan-bahan yang diambil dari

dokumentasi dan berkas yang mengatur tentang pemeriksaan putusan

hadhanah serta putusan hakim yang menyangkut hadhanah.

4. Teknik Analisis Data

Bahan yang diperoleh, lalu dianalisis secara kualitatif yang dilakukan

terhadap data yang diolah dengan menggunakan uraian-uraian untuk memberi

gambaran, sehingga menjadi sistematis dan menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan. Data yang ada dianalisis sehingga dapat membantu sebagai dasar

aturan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam pengambilan putusan

pelimpahan hak asuh anak kepada bapak.

F. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Bab Pertama, berisi pembahasan tentang latar belakang masalah, batasan

masalah, dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi

terdahulu, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, berisi tentang hadhanah dalam Islam, yang meliputi tentang

pengertian hadhanah, dasar hukum hadhanah, syarat-syarat hadhinah dan hadhin,

pihak-pihak yang berhak dalam hadhanah, masa hadhanah.

Bab Ketiga, berisi mengenai hadhanah dalam perspektif Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Bab Keempat, berisi dalam bab ini yaitu menganalisi Putusan Pengadilan

Agama Bekasi tentang perkara pelimpahan hak asuh anak kepada bapak yang

Page 24: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

14

berisi tentang duduk perkara, pertimbangan hukum hakim, dan analisis penulis

terhadap Putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.

Bab Kelima, berisi dalam bab ini membahas tentang kesimpulan dan

saran-saran dari penelitian ini agar permasalahan hadhanah dapat dijelaskan

dengan baik.

Page 25: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

15

BAB II

HADHANAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Hadhanah

Hadhanah diambil dari kata al-hidhnu yang artinya samping atau

merengkuh ke samping. Adapun secara syara‟ hadhanah artinya pemeliharaan

anak bagi orang yang berhak untuk memeliharanya. Atau, bisa juga diartikan

memelihara atau menjaga orang yang tidak mampu mengurus kebutuhanya sendiri

karena tidak mumayyiz seperti anak-anak, orang dewasa tetapi gila. Pemeliharaan

di sini mencakup urusan makanan, pakaian, urusan tidur, membersihkan,

memandikan, mencuci pakaian, dan sejenisnya.15

Hadhanah adalah salah satu bentuk dari kekuasaan dan kepemimpinan.

Namun demikian, dalam hal ini perempuan lebih layak untuk menempatinya

karena kaum hawa bisa lebih lembut, penuh kasih sayang, dan sabar dalam

mendidik. Menurut Sayyid Sabiq, hadhanah adalah suatu sikap pemeliharaan

terhadap anak kecil baik laki-laki maupun perempuan atau yang kurang akal,

belum dapat membedakan antara baik dan buruk, belum mampu dengan bebas

mengurus diri sendiri dan belum tahu mengerjakan sesuatu untuk kebaikan dan

menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan membahayakan, mendidik serta

mengasuhnya baik fisik, mental maupun akal, agar mampu menegakkan

kehidupan yang sempurna dan tanggung jawab.16

15

Al-badaa‟i, Vol.4, hlm. 40: asy-syarhush Shagir, Vol.2, hlm. 756: Mughni Muhtaaj,

Vol.3, hlm. 456: Kasysyaaful Qina‟, Vol.5, hlm. 576.

16 SayyidSabiq, Fiqh al-Sunnah, Jil.8, h. 228.

Page 26: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

16

Menurut Al-Hamdani, hadhanah artinya pemeliharaan anak baik laki-laki

maupun perempuan yang masih kecil atau anak dungu yang tidak dapat

membedakan sesuatu dan belum dapat berdiri sendiri, menjaga kepentingan anak,

melindunginya dari segala yang membahayakan dirinya, mendidik jasmani dan

rohani serta akalnya, supaya anak dapat berkembang dan dapat mengatasi

persoalan hidup yang akan dihadapinya.17

Dalam buku hukum Perdata Islam di Indonesia, dikatakan bahwa

hadhanah adalah memelihara seorang anak yang belum mampu hidup mandiri

yang meliputi pendidikan dan segala sesuatu yang diperlukanya baik dalam

bentuk melaksanakan maupun dalam bentuk menghindari sesuatu yang dapat

merusaknya.18

Sedangkan menurut KHI yang terdapat dalam Pasal 1 huruf G dikatakan

bahwa: hadhanah atau memelihara anak adalah kegiatan mengasuh, memelihara,

dan mendidik anak hingga dewasa atau berdiri sendiri. Para ulama Fikih

mendefinisikan hadhanah sebagai tindakan pemeliharaan anak-anak yang masih

kecil, baik laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum

mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikanya, menjaganya dari

sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani rohani dan akalnya,

agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab.

Dalam ajaran Islam diungkapkan bahwa tanggung jawab ekonomi

keluarga berada dipundak suami sebagai kepala rumah tangga, dan tidak tertutup

17

Said bin Abdullah bin Thalib Al-hamdani, diterjemahkan oleh Agus Salim, Risalan

Nikah, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), Ed.2, h. 318.

18 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta Sinar Grafindo, 2006), h. 67.

Page 27: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

17

kemungkinan tanggung jawab itu beralih kepada isteri untuk membantu suaminya

bila suaminya tidak mampu melaksanakan kewajibanya. Oleh karena itu, amat

penting mewujudkan kerjasama dan saling membantu antara suami isteri dalam

memelihara anak sampai ia dewasa. Hal ini yang dimaksud pada prinsipnya

adalah tanggung jawab suami isteri kepada anak-anaknya.19

Pemeliharaan anak itu juga adalah tugas dan tanggung jawab untuk

memelihara, mengasuh, dan mendidik anak suami isteri atau ayah dan ibu

mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dalam melaksanakan

pemeliharaan anak yang dilahirkan. Pemeliharaan anak tersebut meliputi

pemberian makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan, dan juga perlindungan diri

berbagai segala macam bahaya dan hal-hal yang lain yang diperlukan.

B. Dasar Hukum Hadhanah

Hukum hadhanah adalah hukumnya wajib karena anak yang tidak

dipelihara akan terancam keselamatanya. Karena itu, hadhanah hukumnya wajib

sebagaimana juga wajibnya memberi nafkah kepadanya. Adapun dasar hukumnya

tentang kewajiban orang tua dalam memelihara seorang anak dalam firman Allah

pada surat Al-Baqarah ayat 233:

19

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta Sinar Grafindo, 2006), h. 64.

Page 28: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

18

“Para Ibu hendaklah menyusuhkan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi

makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupanya. Janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang anak karena ayahnya, dan

warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum

dua tahun) dengan kerelaan keduanya dari permusyawaratan, maka tidak ada

dosa atas keduanya, dan jika kamu ingin anakmu disusukan orang lain , maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut, bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat

apa yang kamu kerjakan.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa hadhanah adalah salah satu

kewajiban bagi kedua orang tua atau yang mendapatkan hal tersebut, pengabaian

terhadap anak adalah suatu penganiayaan terhadap anak tersebut. Pendidikan anak

juga merupakan salah satu faktor yang amat penting dalam kehidupan keluarga.

Orang tua berkewajiban untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk menjadi

orang-orang yang beriman dan berakhlak mulia, serta patuh dalam melaksanakan

ajaran agama dengan baik agar terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat.20

Allah berfirman dalam surat at-tahrim ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.

20

Tihami, dan Sohari sahroni, Fikih Munakahat kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009). Hlm. 217.

Page 29: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

19

Pada ayat ini orang tua diperintahkan Allah swt untuk memelihara

keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya

itu melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah,

termasuk anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak.21

Mengasuh anak-anak

yang masih kecil hukumnya wajib, sebab mengabaikan berarti menghadapkan

anak-anak yang masih kecil kepada bahaya kebinasaan. Hadhanah merupakan

hak bagi anak-anak yang masih kecil, karena ia membutuhkan pengawasan,

penjagaan, pelaksanaan urusanya, dan orang yang mendidiknya. Pendidikan yang

lebih penting adalah pendidikan anak dalam pengakuan ibu bapaknya, karena

dengan adanya pengawasan dan perlakuan akan dapat menumbuhkan jasmani dan

akalnya, membersihkan jiwanya, serta mempersiapkan diri anak dalam

menghadapi kehidupanya di masa yang akan datang.22

Suatu ketika datang sepasang suami isteri kepada Rasullah Saw. untuk

meminta penetapan siapa yang lebih berhak untuk mengasuh anak, sedangkan

mereka sudah bercerai. Dalam hadits nabi Muhammad munyatakan:

“ Dari Abdullah bin Amr R.a. sesungguhnya seorang perempuan datang dan

mengadu kepada rasullah, ya Rasul sesungguhnya anak ini perut saya yang

mengandungnya dan dari susu saya ia mendapat minuman, dan pengakuan

sayalah ia yang menjadi penjaganya sedangkan ayahnya menceraikan saya, dan

ia bermaksud memisahkan diri dari saya, maka Rasul bersabda kepadanya:

21

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat, (Jakarta Kencana, 2006), hlm. 177.

22 Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung Pustaka Setia,1999), hlm. 172.

Page 30: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

20

engkau lebih berhak terhadap anakmu selama engkau belum kawin dengan orang

lain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).23

Hadits tersebut di atas menjelaskan bahwa ibulah yang lebih berhak untuk

memelihara anaknya selama ia belum menikah dengan orang lain, dengan kata

lain jika ibunya menikah maka praktis hak hadhanahnya itu gugur lalu berpindah

kepada ayahnya karena jika ibunya menikah dengan orang lain, besar

kemungkinan perhatianya akan beralih kepada suaminya yang baru, dan

mengalahkan bahkan bukan tidak mungkin ia akan mengorbankan anaknya

sendiri.

C. Syarat-Syarat Hadhanah dan Hadhin

Masalah yang paling pokok dalam pemeliharaan anak adalah syarat-syarat

orang yang menjadi Hadhin. Karena sifat seorang pengasuh akan berpengaruh

kuat terhadap anak yang menjadi asuhanya, seorang hadhinah (ibu asuh) yang

menangani dan menyelenggarakan kepentingan anak kecil yang diasuhnya, yaitu

adanya kecukupan dan kecakapan. Kecukupan dan kecakapan yang memerlukan

syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu ini tidak terpenuhi satu saja maka

gugurlah kebolehan menyelenggarakan hadhanahnya.24

Untuk kepentingan anak dan pemeliharaanya diperlukan beberapa syarat

bagi yang melakukan hadhanah, sebagai berikut:25

23

Tihami dan Sohari Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta Raja

Grafindo Persada, 2009), hlm. 218.

24 Satria Effendi M. Zein, Problrmatika Hukum Keluarga Islam Kontempoler, (Jakarta:

Kencana, 2004), hal. 172.

25 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontempoler, Prenada Media,

Jakarta, September 2004, h. 172-173.

Page 31: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

21

1. Yang melakukan hadhanah hendaklah sudah baligh, berakal, tidak terganggu

ingatanya, sebab hadhanah ini merupakan pekerjaan yang penuh tanggung

jawab. Oleh sebab itu, seorang ibu yang mendapat gangguan ingatan tidak

layak melakukan tugas hadhanah. Ahmad bin Hanbal menambahkan agar

yang melakukan hadhanah tidak menghidap penyakit menular.

2. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik

mahdun (anak yang diasuh), dan tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang

bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.

3. Seorang yang melakukan hadhanah hendaklah dapat dipercaya memegang

amanah, sehingga dengan itu dapat lebih menjamin pemeliharaan anak. Orang

yang rusak akhlaknya tidak dapat memberikan contoh yang baik kepada anak

yang diasuh, oleh karena itu ia tidak layak melakukan tugas ini.

4. Jika yang akan melakukan hadhanah itu ibu kandung dari anak yang akan

diasuh, disyaratkan tidak kawin dengan lelaki lain. Dasarnya adalah

penjelasan Rasullah bahwa seorang ibu hanya mempunyai hak hadhanah bagi

anaknya selama ia belum menikah dengan lelaki lain (HR. Abu Daud).

Adanya persyaratan tersebut disebabkan kekhawatiran suami kedua tidak

merelakan istrinya disibukkan mengurus anaknya dari suami pertama. Oleh

karena itu, seperti disimpulkan ahli-ahli fiqh, hak hadhanahnya tidak menjadi

gugur jika ia menikah dengan kerabat dekat sianak, yang memperlihatkan

kasih sayang dan tanggung jawabnya.

Demikian pula hak hadhanah, hak hadhanah tidak gugur jika ia menikah

dengan lelaki lain yang rela menerima kenyataan. Hal itu terjadi pada diri

Page 32: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

22

Ummu Salamah, ketika ia menikah dengan Rasullah, anaknya dengan suami

pertama selanjutnya tetap dalam asuhanya (HR. Ahmad). Berdasarkan

kenyataan ini Ibnu Hazmin berpendapat tidak gugur hak hadhanah seorang

ibu dengan menikahnya dia dengan lelaki lain, kecuali jika suami kedua itu

jelas menolaknya.

5. Seorang yang melakukan hadhanah harus beragama Islam. Orang kafir tidak

boleh menjadi pengasuh anak yang beragama Islam. Sebab pemeliharaan

anak merupakan perwalian, sedangkan Allah tidak membolehkan orang

mu‟min berada dalam penguasaan orang kafir. Firman Allah dalam surat An-

Nisa ayat 144, menyatakan:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang mukmin. Inginkah kamu

mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).

Golongan Hanafiah, Ibnu Qasim, Maliki serta Abi Saur berpendapat

bahwa hadhanah tetap dapat dilakukan oleh pengasuh yang kafir, sekalipun si

anak kecil.26

Persamaan agama tidaklah menjadi syarat bagi hadhinah kecuali jika

dikhawatirkan ia akan memalingkan si anak dari agama Islam. Sebab, hal yang

paling penting dalam hadhanah ialah hadhinah mempunyai rasa cinta dan kasih

sayang kepada anak serta bersedia memlihara anak dengan sebaik-baiknya.27

26

Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung Pustaka Setia, 1999), hal. 177-179.

27 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hal. 222.

Page 33: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

23

Para ahli Fikih berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya anak diasuh

oleh non muslim, Ulama Mazhab Syafi‟i dan Mazhab Hambali mensyaratkan

bahwa pengasuh seorang muslimah atau muslim, karena orang non-Islam tidak

punya kewenangan dalam mengasuh dan memimpin orang Islam, disampingkan

itu juga dikhawatirkan pengasuh akan menyeret anak masuk kedalam agamanya.

Jika orang Islam tidak ada maka (menurut Hambali) diperbolehkan kepada kafir

zimmi karena kafir zimmi lebih dapat dipercaya dibandingkan kafir harbi. Namun,

ulama Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki tidak mensyaratkan pengasuh seorang

muslimah, jika anak tersebut juga wanita.28

Kriteria Islam di sini juga termasuk sifat adil yang harus terdapat pada

seorang pengasuh. Adil dalam arti mampu menjalankan agama secara benar,

dengan meninggalkan dosa besar dan menjauhi dosa kecil. Kebalikan dari adil

dalam hal ini adalah fasik yaitu tidak konsisten dalam beragama.29

Maka dari itu dari kesamaan agama antara si anak dengan pengasuhnya

menjadi syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena tugas dari hadhin

adalah tidak hanya memberikan pelayanan lahiriyah kepada si anak, tetapi juga

bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kebaikan akidah dan akhlaknya.

6. Merdeka, sebab seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan-urusan

dengan tuanya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk mengasuh anak kecil.

28

Abdurrahman al-Jaziry, Al-Fiqh Ala al-Mazahib Al-Arba’ah, (Bairut: Dar al-Fikr), Jilid

IV, hal. 596-598.

29 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat

dan UU Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), hal. 329.

Page 34: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

24

Ibnu Qayyim berkata: tentang syarat merdeka ini, tidaklah ada dalilnya

yang menyakinkan hati. Hanya murid-murid dari tiga mazhablah yang

menetapkanya. Dan Imam Malik berkata tentang seorang laki-laki yang merdeka

yang punya anak dari budak perempuanya: sesungguhnya ibunya lebih berhak

selama ibunya tidak dijual, maka hadhanahnya berpindah, dan ayahnyalah yang

lebih berhak atas anaknya.30

Imam mazhab yang empat berbeda pendapat dalam menetapkan syarat-

syarat yang menjadi pengasuh, perbedaan tersebut adalah:31

Imam Hanafi berpendapat bahwa, syarat-syarat pengasuh adalah:

1. Tidak murtad, sedang Islam tidak menjadikan syarat-syarat bagi seorang

pengasuh.

2. Tidak fasik, seperti pencuri atau pemabuk, orang seperti ini tidak layak diberi

tugas mengasuh anak kecil.

3. Tidak kawin selain kepada bapaknya, kecuali kawin kepada orang yang

sayang kepada anak.

4. Senantiasa memperhatikan anak asuhnya, (orang yang tidak suka

meninggalkan anak).

5. Bapaknya tidak dalam keadaan susah yang akan memperlambat biaya

pemeliharaan anak.

6. Merdeka.

Menurut pendapat Imam Syafi‟i syarat-syarat seorang pengasuh adalah:

30

Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 2, (Darul Fattah: Kairo, tth), hal. 355.

31 Abdurrahman al-Jaziry, al-Fiqh Ala al-Mazahib Al-Arba’ah, (Bairut: Dar al-Fikr), Jilid IV, hal. 596.

Page 35: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

25

1. Berakal, tidak gila kecuali gilanya itu kadang-kadang, seperti satu hari dalam

satu tahun.

2. Merdeka, tidak ada hak memelihara bagi hamba sahaya.

3. Islam, tidak ada hak memelihara bagi orang kafir.

4. „Iffah (dapat menjaga kesucian diri), tidak ada hak pemeliharaan bagi orang

yang fasik, walaupun hanya meninggalkan shalat.

5. Amanah dan dapat dipercaya dalam segala urusan.

6. Ibunya tidak kawin kepada selain mahram anak yang menjadi asuhanya itu.

Sedangkan pendapat Imam Hanbali adalah sebagai berikut:

1. Berakal, tidak ada hak hadhanah bagi orang gila.

2. Merdeka, bukan hamba sahaya.

3. Tidak lemah, seperti buta yang dapat menghalangi maksud hadhanah.

4. Tidak mempunyai penyakit menular, seperti lepra.

5. Tidak menikah dengan orang lain kecuali dengan kerabat mahram, seperti

paman.

Adapun Imam Malik syarat-syarat pengasuh itu meliputi:

1. Berakal.

2. Mampu menjaga anak yang menjadi asuhanya, sampai anak asuhanya

dewasa.

3. Dapat dipercaya, tidak ada hadhanah bagi orang fasik, seperti pemabuk

pencuri dan pezina.

4. Tidak terkena penyakit menular, yang dapat menular kepada anak asuhanya

seperti kusta.

Page 36: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

26

5. Hemat, tidak ada hak hadhanah bagi orang boros.

6. Tidak menikah dengan orang lain kecuali dengan mahramnya, seperti paman.

Selain syarat-syarat di atas, untuk perempuan masih ada syarat khusus

sebagai berikut:

1. Perempuan yang sudah cerai, namun masih punya anak kecil boleh

memelihara anaknya dengan syarat ia belum menikah lagi dengan leleaki lain,

atau lelaki yang terhitung kerabat, namun bukan mahram. Pendapat ini telah

disepakati para ulama karena ada hadits yang berbunyi, “Engkau lebih berhak

atas hadhanah anak itu selama engkau belum menikah lagi”. Syarat ini

ditetapkan karena terkadang seorang ayah memperlakukan anak tirinya

dengan kasar, sedangkan ibu kandung anak tersebut sibuk dengan tugasnya

sebagai isteri. Jika perempuan tadi menikah lagi dengan kerabat dekat yang

terhitung mahramnya si anak, seperti pamanya si anak, anak pamanya, dan

anak saudaranya maka hak hadhanah perempuan tadi tidak gugur karena

orang yang menikahinya masih tergolong keluarga yang berhak mengurus

hadhanah anak tersebut sehingga keduanya bisa saling bantu untuk

menanggung hidup anak itu.

2. Perempuan yang jadi hadhinah itu syaratnya harus memiliki hubungan

mahram dengan anak yang dipeliharanya, seperti ibu si anak, saudara

perempuan si anak, dan nenek si anak. Hak hadhanah tidak diberikan kepada

anak perempuanya paman atau bibi. Tidak juga pada anak perempuanya

paman dari jalur ibu, atau anak perempuanya bibi dari jalur ibu. Alasanya

Page 37: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

27

karena tidak ada hubungan mahram kepada si anak, namun mereka menurut

Hanafiyah tetap berhak mengurus hadhanah anak perempuan.

3. Perempuan yang jadi hadhinah tidak pernah berhenti meskipun tidak diberi

upah hadhanah karena memang ekonomi ayah si anak sedang kesulitan

sehingga tidak mampu membayar upah hadhanah. Jika ekonomi ayah si anak

sedang sulit sehingga tidak mampu membayar upah hadhanah anaknya, lantas

perempuan yang jadi hadhinah itu berhenti dari tugasnya dan digantikan

kerabat dekat lainya maka haknya sebagai hadhinah gugur. Syarat ini

ditetapkan oleh Ulama Hanafiyah.

4. Hadhinah tidak tinggal bersama orang yang dibenci oleh anak asuhnya,

meskipun orang itu kerabat dekat si anak sendiri karena hal ini akan

menimbulkan dampak negatif pada diri anak asuh. Jadi, seorang nenek tidak

berhak mengasuh hadhanah anak jika ia tinggal bersama puterinya jika ia

sudah menikah, kecuali jika sudah ia pisah rumah. Syarat ini di tetapkan oleh

Ulama Malikiyyah. Mereka juga menysyaratkan agar wali si anak atau

hadhinah tidak pergi meninggalkan si anak sejauh lebih dari enam pos32

. Jika

salah seorang dari keduanya hendak pergi jauh maka anak asihnya harus

diambil darinya, kecuali ia membawa si anak itu. Ulama Syafiiyah dan

Hanabillah mensyaratkan, jika anak yang dipelihara itu sedang dalam masa

menyusui maka hadhinah harus menyusuinya, dan jika ASI-nya tidak keluar,

atau ia menolak untuk menyusui maka haknya mengasuh gugur.

32

1 Pos = 12 Mil, Atau dalam hitungan kilometer, 6 Pos = 133 km.

Page 38: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

28

Kemudian syarat-syarat untuk anak yang akan diasuh (mahdun) adalah

sebagai berikut:33

1. Ia masih berada dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri

dalam mengurus hidupnya sendiri.

2. Ia berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya dan oleh karena itu tidak

dapat berbuat sendiri, meskipun telah dewasa, seperti orang idiot. Orang yang

telah dewasa dan sehat sempurna akalnya tidak boleh berada dibawah

pengasuhan siapapun.

Tetapi di dalam Peraturan Perundang-Undang Perkawinan di Indonesia

baik itu di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

ataupun Impres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam tidak ada

satupun pasal yang membehas masalah mengenai syarat-syarat atau persyaratan

bagi seseorang yang berhak mendapatkan hak asuh anak. Di dalam Kompilasi

Hukum Islam hanya mengatur bahwa apabila si pemegang hak asuh anak tidak

mampu menjaga keselamatan jasmani dan rohani si anak, maka atas permintaan

kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak

hadhanahnya kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanahnya pula.

D. Pihak-Pihak yang Berhak dalam Hadhanah

Seseorang anak pada permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu,

memerlukan orang lain untuk membantunya dalam kehidupanya, seperti makan,

pakaian, membersihkan diri, bahkan sampai kepada pengaturan bangun dan tidur.

Oleh karena itu, orang yang menanganinya perlu mempunyai rasa kasih sayang,

33

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat

dan UU Perkawinan, (Jakarta, Prenada Media, 2006), hal. 329

Page 39: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

29

kesabaran dan mempunyai keinginan agar anak itu baik (shaleh) di kemudian hari.

Di samping itu juga, ia harus mempunyai waktu yang cukup pula untuk

melakukan tugas itu.34

Ulama fikih berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang memeiliki

hak hadhanah tersebut, apakah hak hadhanah milik wanita (ibu atau yang

mewakilinya) atau hak anak yang diasuh.35

Jika wanita lebih berhak mendidik dan

mengasuh anak daripada laki-laki, maka sesuai ijma ibu kandung si anak tentu

lebih berhak mengasuh anaknya setelah terjadi perpisahan (antara suami dan

isterinya), baik karena talak, meninggalnya suami atau suami menikah dengan

wanita lain, karena ibu jauh memiliki kelembutan dan kasih sayang, kecuali jika

ada penghalang yang menghapuskan hak si ibu untuk mengasuh anak.

Ulama berbeda pendapat siapa yang paling berhak mengasuh anak setelah

ibu kandung atau urutan hak asuh anak jika ternyata ada penyebab yang

menghalangi ibu kandung untuk mendapatkan hak asuhnya. Perbedaan pendapat

ini disebabkan adanya dalil qath‟i yang secara tegas membahas masalah ini.

Hanya saja keempat imam madhab lebih mendahulukan kalangan kerabat dari

pihak ayah dalam tingkat kerabatan yang sama (misalnya mendahulukan nenek

dari pihak ibu dari pada nenek pihak ayah).

Maka dari itu para Ulama memberikan urutan dan skala prioritas hak

mengasuh anak bagi para wanita, sesuai dengan kemaslahatan anak tersebut.

34

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Hal. 217-

218.

35 Andi Syamsu Alam dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Prespektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2008), hal. 116.

Page 40: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

30

Menurut mereka, naluri kewanitaan mereka lebih sesuai untuk merawat dan

mendidik anak, serta adanya kesabaran mereka dalam menghadapi permasalahan

kehidupan anak lebih tinggi dibanding kesabaran seorang laki-laki.

Urut-urutan prioritas orang yang berhak mengasuh anak, menurut ulama

fikih adalah sebagai berikut:

a. Kalangan Mazhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang paling berhak

mengasuh anak adalah:

1. Ibu kandungnya sendiri

2. Nenek dari pihak ibu

3. Nenek dari pihak ayah

4. Saudara perempuan (kakak perempuan)

5. Bibi dari pihak ibu

6. Anak perempuan saudara perempuan

7. Anak perempuan saudara laki-laki

8. Bibi dari pihak ayah.

b. Kalangan Mazhab Maliki berpendapat bahwa urutan hak anak asuh dimulai

dari yaitu:

1. Ibu kandung

2. Nenek dari pihak ibu

3. Bibi dari pihak ibu

4. Nenek dari pihak ayah

5. Saudara perempuan

6. Bibi dari pihak ayah

Page 41: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

31

7. Anak perempuan dari saudara laki-laki

8. Penerima wasiat

9. Dan kerabat lain (ashabah) yang lebih utama.

c. Kalangan Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa urutan hak asuh anak dimulai

pada:36

1. Ibu kandung

2. Nenek dari pihak ibu

3. Nenek dari pihak ayah

4. Saudara perempuan

5. Bibi dari pihak ibu

6. Anak perempuan dari saudara laki-laki

7. Anak perempuan dari saudara perempuan

8. Bibi dari pihak ayah

9. Dan kerabat yang masih menjadi mahram bagi si anak yang mendapat

bagian warisan ashabah sesuai dengan urutan pembagian harta warisan.

Pendapat Mazhab Syafi‟i sama dengan pendapat mazhab Hanafi.

d. Kalangan Mazhab Hambali berpendapat bahwa hak anak asuh dimulai dari:

1. Ibu kandung

2. Nenek dari pihak ibu

3. Kakek dan ibu kakek

4. Bibi dari kedua orang tua

5. Saudara perempuan seibu

36

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Penerjemah: Masykur A.B. dkk.

Al-Fiqh Ala Al-Madhahib Al-Khamsah, (Jakarta: Lentra, 2006), hal. 415-416.

Page 42: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

32

6. Saudara perempuan seayah

7. Bibi dari ibu kedua orangtua

8. Bibinya ibu

9. Bibinya ayah

10. Bibinya ibu dari jalur ibu

11. Bibinya ayah dari jalur ibu

12. Bibinya ayah dari pihak ayah

13. Anak perempuan dari saudara laki-laki

14. Anak perempuan dari paman ayah dari pihak ayah

15. Kemudian kalangan kerabat dari urutan yang paling dekat.

Apabila saudara perempuanya pun dianggap tidak layak maka hak

hadhanahnya pindah ke pihak laki-laki dengan urutan prioritas sebagai berikut:

a. Ayah

b. Kakek yang terdekat

c. Saudara seayah dan seibu

d. Saudara lelaki ataupun kerabat lainya dari pihak ayah dimulai dari jarak

yang paling dekat.

Jika para wali berdasarkan hukum ini tidak ada juga, maka hakim atau

pengadilan menunjuk orang yang akan melakukan hadhanah sekaligus menjadi

walinya.

Dengan demikian jelas bahwa anak yang belum dewasa tidak dapat

mempunyai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum karena itu segala

Page 43: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

33

perbuatan yang menyangkut kepentingan anak tetap menjadi tanggung jawab

orang tua.

E. Masa Hadhanah

Dalam literatur Fikih dua periode bagi anak dalam kaitanya dengan

hadhanah, yaitu masa sebelum mumayyiz, dan masa sesudah mumayyiz. Periode

sebelum mumayyiz adalah dari waktu lahir sampai usia menjelang tujuh tahun

atau delapan tahun. Pada masa tersebut pada umumnya seorang anak belum lagi

mumayyiz atau belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang

berbahaya bagi dirinya.

Periode yang kedua yaitu periode mumayyiz, yaitu masa dimana usia anak

tujuh tahun sampai menjelang balik berakal. Pada masa ini seorang anak secara

sederhana telah mampu membedakan masa yang berbahaya dan mana yang

bermanfaat bagi dirinya.

Beberapa ulama mazhab berselisih pendapat mengenai masa asuh anak,

karena didalam alquran tidak terdapat ayat-ayat dan hadis yang menerangkan

tentang masa hadhanah dan juga kapan berakhirnya masa hadhanah seorang anak

akibat perceraian, perbedaan tersebut diantara seperti:37

Imam Syafi‟i berpendapat, tidak ada batasan tertentu bagi asuhan. Anak

tetap tinggal bersama ibunya sampai dia bisa menentukan pilihan apakah tinggal

bersama ibunya atau ayahnya. Jika si anak sudah sampai pada tingkat ini, dia

disuruh memilih apakah bersama ibu atau ayahnya.

37

Muhammad jawad Mughniyyah, Fikih Lima Mazhab, hal. 417-418.

Page 44: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

34

Imam Hanafi berpendapat, bahwa masa asuhan tujuh tahun untuk laki-laki,

dan sembilan tahun untuk perempuan. Mereka menganggap bagi perempuan lebih

lama, sebab agar dia dapat menirukan kebiasaan-kebiasaan kewanitaan dari

perempuan (ibu) yang mengasuhnya.38

Imam Maliki berpendapat, bahwa masa asuhan, anak laki-laki adalah sejak

dilahirkan hingga baligh, sedangkan anak perempuan hingga ia menikah.

Imam Hambali berpendapat, bahwa masa asuhan anak laki-laki dua tahun,

sedang anak perempuan tujuh tahun, sesudah itu si anak disuruh memilih apakah

tinggal bersama ibu atau ayahnya, lalu si anak tinggal bersama orang yang

dipilihnya itu.39

Berdasarkan pendapat-pendapat para ulama di atas, tampak bahwa tidak

ada ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai masa pengasuhan anak (hadhanah).

Pada umumnya para fukaha sepakat usia pengasuhan anak, dibatasi sampai anak

tersebut sudah mencapai usia mumayyiz.

38

Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, (Bandung Pustaka Setia, 1999), hal. 185.

39 Muhammad Jawad mughniyyah, Fikih Lima Mazhab, Hal. 418.

Page 45: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

35

BAB III

HADHANAH DALAM PERSPEKTIF PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA

A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah

disebutkan tentang hukum penguasaan anak secara tegas merupakan rangkaian

dari hukum perkawinan di Indonesia, akan tetapi hukum penguasaan anak itu

belum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 secara luas dan

rinci. Oleh karena itu, masalah hadhanah ini belum dapat diberlakukan secara

efektif sehingga pada kehakiman di lingkungan Peradilan Agama pada waktu itu

masih merujuk pada hukum hadhanah dalam kitab-kitab fikih.

Baru setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1980 tentang

Peradilan Agama, dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Penyebar Luasan

Kompilasi Hukum Islam, masalah hadhanah menjadi hukum positif di Indonesia

dan Peradilan Agama diberi wewenang untuk menyelesaikanya.

Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 terdapat beberapa pasal

yang menjelaskan hak dan kewajiban antara orang tua dan anak seperti pada Pasal

45 Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan

bahwa:

1) Kedua orang tua memiliki kewajiban memelihara dan mendidik anak-

anak mereka sebaik-baiknya.

Page 46: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

36

2) Kewajiban tersebut berlaku sampai anak itu menikah atau dapat berdiri

sendiri dan kewajiban tersebut berlaku terus meskipun pernikahan

antara kedua orang tua putus.40

Mengenai batas kewajiban pemeliharaan dan pendidikan ini berlaku

sampai anak tersebut berumah tangga atau dapat berdiri sendiri dan kewajiban

tersebut berlangsung terus-menerus meskipun pernikahan orang tuanya bercerai.

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

mengatur mengenai kekuasaan orang tua terhadap kekuasaan anak di bawah umur,

di mana disebutkan bahwa:

Pasal 46:

2) Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang

baik.

3) Jika anak yang telah dewasa, ia wajib memelihara menurut

kemampuanya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila

mereka itu memerlukan bantuanya.

Pasal 47:

1) Anak yang belum mencapai umur 18 (depan belas) tahun atau yang

belum pernah melangsungkan pernikahan ada di bawah kekuasaan

orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaanya.

2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di

dalam dan di luar Pengadilan.41

40

Lihat Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 45.

41 Lihat Pasal 47, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawainan

Page 47: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

37

Pasal 48

Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan

barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18

(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan,

kecali apabila kepentingan anak itu menghendakinya.

Pasal 49

1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya

terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu tertentu atas permintaan

orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas dan saudara

kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang, dengan

keputusan Pengadilan dalam hal-hal:

a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya

b. Ia berkelakuan buruk sekali.

c. Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih

berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak

tersebut.

Ketentuan tersebut pun tetap berlaku meskipun pernikahan orang tuanya

putus. Jadi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan,

kekuasan orang tua itu dapat dicabut jika orang tuanya sangat melalaikan

kewajibannya terhadap anaknya dan salah satu orang tuanya berkelakuan buruk

sekali. Tetapi meskipun kekuasaannya dicabut mereka masih berkewajiban

memberi pemeliharaan dan mengasuh anaknya tersebut

.

Page 48: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

38

B. Kompilasi Hukum Islam

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) masalah pemeliharaan anak atau

yang dalam Islam disebut Hadhanah diatur dalam beberapa pasal di dalamnya,

seperti yang terdapat dalam pasal:

Pasal 105:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun

adalah hak ibunya;

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya;

c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Penyebarluasan Kompilasi

Hukum Islam, mengenai hadhanah menjadi hukum positif di Indonesia dan

Peradilan Agama diberi wewenang untuk menyelesaikanya. Hadhanah sebagai

salah satu akibat putusnya perkawinan diatur secara panjang lebar oleh KHI dan

materinya hampir keseluruhan mengambil dari Fikih menurut jumhur Ulama,

khususnya Syafi‟iyah. Kompilasi Hukum Islam kaitannya dengan masalah ini

dibagi menjadi dua periode bagi anak yang perlu dikemukakan yaitu:

Periode Sebelum Mumayyiz

Apabila terjadi perceraian di mana telah diperoleh keturunan dalam

perkawinan itu dan pada masa tersebut seorang anak belum lagi mumayyiz atau

belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi

dirinya, maka anak tersebut dikatakan belum mumayyiz. KHI menyebutkan pada

bab 14 masalah pemeliharaan anak Pasal 98 menjelaskan bahwa “Batas usia anak

Page 49: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

39

dalam pengawasan orang tuanya adalah sampai usia anak 21 tahun selama belum

melakukan pernikahan”. Pada Pasal 105 huruf (a) bahwa pemeliharaan anak yang

belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Kemudian

KHI lebih memperjelas lagi dalam Pasal 156, dirumuskan sebagai berikut:

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah:

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukanya digantikan

oleh:

1. Wanita-wanita garis lurus keatas dari ibu

2. Ayah

3. Wanita-wanita garis lurus keatas dari ayah

4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

5. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ibu

6. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ayah

7. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan

hadhanah dari ayah atau dari ibunya

8. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah

dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan

Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang

mempunyai hak hadhanah juga;

Page 50: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

40

9. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah

menurut kemampuanya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

dewasa dapat mengurusi diri sendiri sampai 21 tahun;

10. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama yang memberikan putusan yaitu berdasarkan huruf (a),

(b), (c), dan (d);

11. Pengadilan dapat pula dengan mengingatkan kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

yang turut padanya.42

Periode Mumayyiz

Pada masa ini seorang anak secara sederhana telah mampu membedakan

mana yang berbahaya dan mana yang bermanfaat bagi dirinya. Oleh sebab itu, ia

sudah dianggap dapat menjatuhkan pihaknya sendiri apakah ikut ibunya atau ikut

ayahnya. Dengan demikian ia diberi hak pilih menentukan sikapnya. Hal ini telah

diatur dalam KHI Pasal 105 ayat (b) bahwa: “Pemeliharaan anak yang sudah

mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya

sebagai pemegang hak pemeliharaanya”, dan juga terdapat dalam Pasal 156 ayat

(b) yang menyebutkan bahwa anak diberi pilihan untuk ikut dalam asuhan ibu

atau ayahnya.

Berakhirnya masa asuhan adalah pada waktu anak itu sudah bisa ditanya

kepada siapa dia akan terus ikut. Batas usia anak dalam pengawasan orang tuanya

adalah sampai usia anak 21 tahun selama belum melakukan pernikahan (Pasal 98

42

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta, Akademika Pressindo, 2007), h. 151.

Page 51: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

41

KHI). Jika anak tersebut memilih ibunya maka si ibu tetap berhak mengasuh anak

itu. Jika anak itu memilih ikut ayahnya maka hak pengasuh pindah pada ayah.

Sebagaimana Pasal 98 Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah:

1) Batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,

sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum

pernah melangsungkan pernikahan.

2) Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di

dalam dan di luar Pengadilan.

3) Pengadilan agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang

mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak

mampu.43

C. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Kewajiban dan tanggung jawab orang tua diatur dalam Pasal 26 ayat (1)

dan (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal

26 yang berbunyi:

Pasal 26:

1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya

c. Dan mencegah terjadinya pernikahan pada usia anak.

2) Dalam hal orang tua tidak ada atau karena suatu kewajiban dan tanggung

jawabnya maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam

43

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta, Akademika Pressindo, 2007), h. 137.

Page 52: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

42

ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.44

Di dalam penjelasan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak ditegaskan: “Bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga,

masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindungnya dan terarah guna

menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik mental, spiritual,

maupun sosial”.45

Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi

anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memeiliki

nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta

berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.

Dalam melakukan pembinaan pengembangan dan perlindungan anak perlu

peran masyarakat baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,

lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia

usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.

Setiap anak berhak untuk berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan

dan usianya dalam bimbingan orang tuanya. Karena anak memerlukan kebebasan

dalam rangka mengembangkan kreatifitas dan intelektualitasnya (daya nalarnya)

sesuai dengan tingkat usia anak. Dan pengembangan anak yang belum cukup

umur masih harus dalam bimbingan orang tuanya.

44

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

45 Penjelasan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Page 53: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

43

Melihat peranan hukum Islam dan pembangunan hukum nasional, ada

beberpa fenomena yang bisa dijumpai dalam praktik. Pertama, hukum Islam

berperan dalam mengisi kekosongan hukum dalam hukum positif. Dalam hal ini

hukum Islam diberlakukan oleh negara sebagai hukum positif bagi umat Islam.

Kedua, hukum Islam berperan sebagai sumber nilai yang memberikan kontribusi

terhadap aturan hukum yang dibuat. Oleh karena itu, aturan hukum tersebut

bersifat umum, tidak memandang perbedaan agama, maka nilai-nilai hukum Islam

dapat berlaku pula bagi seluruh warga negara dan wajib ditaati oleh masyarakat.

Dengan demikian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak dapat dikatakan pengejewantahan dan Fikih Hadhanah yang

memililiki cakupan yang lebih luas bukan dalam keluarga saja, tetapi masyarakat

dan pemerintah mempunyai peran yang besar dalam memberikan perlindungan

terhadap anak. Materi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan implementasi dari pengembangan

Fikih Hadhanah. Dalam hal ini dapat diketahui juga transformasi Fikih Hadhanah

dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Maka selayaknya sebagai

masyarakat wajib menaatinya karena tujuanya tidak lain untuk mencapai

kemaslahatan bersama.

Page 54: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

44

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA

BAPAK

A. Duduk Perkara Putusan Pengadilan Agama

Duduk perkara ini sesuai yang didaftarkan pada kepaniteraan yang tertera

pada Nomor 345/Pdt.G/2007/PA.Bks. adalah pada saat Teuku Elwin Hamzah bin

H. Teuku Allie sebagai penggugat mengajukan gugatan di Pengadilan Agama

Bekasi dengan Imas Hilatunnisyah binti H. Hasanudin Sidi sebagai tergugat.

Menikah pada tanggal 05 Februari 1993 di hadapan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Tangerang Nomor 961/12/11/1993, tertanggal 05 Februari 1993.

Pada awalnya perkawinan antara penggugat dan tergugat berjalan dengan

baik, hidup rukun dan bahagia akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu terjadi

percekcokan dan perbedaan prinsip yang mendalam sehingga sering terjadi

pertengkaran, perselisihan mana semakin hari semakin besar dan sudah tidak

dapat didamaikan lagi yang akhirnya penggugat mengajukan permohonan cerai

talak di Pengadilan Agama Bekasi.

Dari perkawinan antara penggugat dengan tergugat telah dikaruniai tiga

orang anak; Cut Shahnaz Jihan yang lahir pada tanggal 04 Nopember 1993, Teuku

Zulfikar Ali Fahrezi yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1998, dan Cut Adila

Hana Faiza yang lahir pada tanggal 17 Mei 2003.

B. Pertimbangan Hukum Hakim

Acuan utama dalam membuat pertimbangan hukum adalah apa yang

terjadi dalam proses persidangan serta ketentuan hukum yang berlaku di

Page 55: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

45

lingkungan peradilan. Putusan-putusan hakim pada dasarnya tidak boleh melewati

apa yang dimohon atau digugat.

Salah satu celah yang dapat memanfaatkan untuk memaksimalkan

tuntutan, misalnya melalui permintaan menetapkan putusan berdasarkan pada

prinsip ex aequo et bono, yang memberikan kelonggaran bagi hakim untuk

menggali hukum seluas-luasnya demi menegakkan keadilan.

Majelis Hakim dalam memutuskan suatu perkara dituntut suatu keadilan

dan untuk itu hakim melakukan penilaian terhadap peristiwa dan fakta-fakta yang

ada apakah benar-benar terjadi. Hal ini hanya bisa dilihat dari pembuktian,

mengklasifikasikan antara yang penting dan tidak penting (mengkualifikasi), dan

menanyakan kembali kepada pihak lawan mengenai keterangan saksi-saksi dan

fakta-fakta yang ada.

Adapun pertimbangan hukum dalam memutuskan perkara Nomor:

345/Pdt.G/2007/PA.Bks. adalah bahwa: Majelis Hakim telah berupaya

mendamaikan pemohon agar bersabar dahulu akan tetapi tidak berhasil.

Majelis Hakim juga mempertimbangkan hal lainya yaitu, bahwa gugatan

penggugat dapat dibuktikan dengan mengajukan alat bukti berupa fotocopy

salinan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama dengan Nomor: 961/12/11/1993.

Dan fotocopy akta kelahiran ketiga anaknya. Selain bukti surat, penggugat juga

menghadirkan dua orang saksi yang menerangkan mengenai dalil gugatan

pemohon yang pada intinya menguatkan dalil-dalil permohonan Pemohon dan

telah berusaha merukunkan akan tetapi tidak berhasil kini rumah tangga Pemohon

pisah tempat tinggal sejak bulan agustus 2006.

Page 56: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

46

Berdasarkan hasil penelitian dai gugatan penggugat, Putusan

Nomor:345/Pdt.G/2007/PA.Bks. maka pertimbangan hukum majelis hakim yang

mencakup hal-hal pokok tersebut, yang salah satunya:

1. Menimbang, bahwa berdasarkan pernyataan pemohon yang dikuatkan

dengan adanya bukti P.1 kepada Pengadilan Agama Bekasi yaitu

bahwa pemohon dan termohon terikat dalam perkawinan yang sah.

2. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan pemohon

mengajukan permohonanya adalah karena rumah tangga pemohon dan

termohon tidak harmonis, sering berselisih dan tidak menghargai satu

sama lain. Antara pemohon dan termohon sudah bermusyawarah akan

tetapi tidak berhasil untuk itu pemohon mengajukan dan mengikrarkan

talak terhadap pemohon.

3. Menimbang, bahwa saksi-saksi keluarga dari pemohon di dalam

persidangan telah menerangkan yang pada intinya menguatkan dalil-

dalil permohonan pemohon. Hal ini diperkuat oleh saksi dari pihak

pemohon bahwa rumah tangga pemohon telah pisah tempat tinggal

sejak bulan agustus 2006.

4. Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam bahwa tujuan

perkawinan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal namun yang terjadi dalam rumah tangga pemohon

adalah sebaliknya yaitu suatu rumah tangga yang dibarengi dengan

perselisihan dan pertengkaran dan pihak pemohon telah menghadirkan

Page 57: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

47

saksi keluarga yang keterangannya menguatkan dalil-dalil pemohon

sementara termohon meskipun telah dikaruniai tiga orang anak,

dipanggil dengan patut tidak hadir dipersidangan, untuk itu Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa termohon mengetahui adanya

persidangan dan demikian alasan pemohon patut untuk dinyatakan

terbukti.

5. Menimbang, bahwa selama perkawinan antara pemohon dan termohon

telah dikaruniai tiga orang anak yaitu: Cut Shahnaz Jihan, Zulfikar Ali

Fahrezi, dan Cut Adila Hana Faiza. Berdasarkan ketentuan Pasal 41

huruf (a) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa akibat

putusnya perkawinan baik ibu maupun bapak tetap berkewajiban

dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya berdasarkan

kepentingan anak maka berdasarkan tuntutan pemohon tersebut.

Majelis Hakim mengabulkan permohonan dengan menetapkan bahwa

anak pemohon dan termohon ditetapkan pengasuhan dan

pemeliharaanya kepada pemohon yaitu bapaknya.

C. Analisis terhadap Putusan Pengadilan Agama Bekasi

Dalam hal ini penulis melihat pertimbangan hukum yang diberikan Majlis

Hakim dapat dilihat untuk kepentingan anak atau kemaslahatan anak, dalam

perkara tersebut yang telah diputuskan hak pemeliharaan dan pengasuhan anak

(hadhanah) diserahkan kepada penggugat yaitu bapak kandung sendiri.

Page 58: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

48

Dalam kasus ini Majlis Hakim memberikan keputusan mengenai hak

pemeliharaan dan pengasuhan anak yang dilimpahkan kepada penggugat dengan

berdasarkan Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi:46

Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana

ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan

memberi keputusanya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataanya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut. Pengadilan

dapat menentukan bahwa ibu memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas

istri.

Dari Pasal 14 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 anak berhak diasuh

oleh orang tuanya sendiri, kecuali ada hal yang menentukan yang lain. Kemudian

berdasarkan Pasal 105 huruf (a) KHI Impres No. 1 tahun 1991 yang berbunyi

apabila terjadi perceraian, maka pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau

belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya.

Pemeliharaan anak pasca cerai atau hadhanah, pelaksanaanya tidak

sebatas pada kegiataan formalitas yang begitu saja tanpa dibarengi dengan

46 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hal. 549-550.

Page 59: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

49

mendidik yang bertujuan untuk menjadikan anak sehat baik fisik maupun

psikisnya.

Salah satu hal penting yang mungkin kurang dipertimbangkan oleh kedua

orang tua ketika terjadi perceraian adalah tanggungjawab kedua orang tua, baik

ketika orang tuanya masih hidup atau hilang tidak diketahui keberadaanya atau

juga karena terjadi perceraian. Pemeliharaan ini meliputi berbagai hal, di

antaranya masalah ekonomi, pendidikan dan masalah-masalah lain yang menjadi

kebutuhan pokok anak.

Menurut Syaikh Hasan Ayyub bahwa pemeliharaan dan pendidikan yang

baik adalah menjaga memimpin dan mengatur segala hal yang anak-anak itu

belum mampu dan sanggup mengaturnya sendiri, maka dalam pemeliharaan dan

pengasuhan oleh kedua orang tuanya yakni bapak dan ibunya, sehingga anak akan

dapat tumbuh sehat jasmani dan rohaninya. Akan tetapi seandainya kedua orang

tua terpaksa bercerai, sedangkan keduanya mempunyai anak yang belum

mumayyiz, maka ibulah yang lebih berhak untuk mendidik dan merawat anak itu

hingga ia mengerti akan kemaslahatan dirinya.

Hak pemeliharaan di dalam Pasal 41 undang-undang Nomor 41 Undang-

undang No.1 Tahun 1974, sekalipun kedua orang tua anak tersebut sudah tidak

bersama lagi dalam hal ini adalah bercerai, baik ibu ataupun ayah dari anak

tersebut tetap berkewajiban mendidik dan memelihara anak tersebut, semata-mata

demi kepentingan sianak. Jika terjadi sengketa mengenai hak pemeliharaan anak

sudah jelas hakim Pengadilan Agama yang akan memberi putusannya, sesuai

dengan bukti-bukti dan keterangan dari saksi-saksi yang diajukan ke Pengadilan

Page 60: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

50

Agama dalam persidangan. Karena dalam masalah hak asuh anak adalah

persoalan yang menyangkut masa depan lahir dan batin, perkembangan moral dan

akhlak, pendidikan agama seorang anak.

Dengan demikian penamaan aqidah, budi pekerti dan akhlak sejak dini

menjadi penting untuk perkembangan jiwa si anak. Karena tentunya sebagai orang

tua menginginkan anak hasil perkawinan mereka dapat terpelihara agama, jiwa,

harta, serta keturunan, dan kehormatanya. Hal ini tentunya sesuai dengan tujuan

dari hukum Islam. Karena pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan anak

dalam pengakuan ibu dan bapaknya, dengan adanya pengawasan dan perlakuan

akan dapat menumbuhkan jasmani dan akhlaknya, membersihkan jiwanya, serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupanya di masa yang akan datang.

Pertimbangan lain diberikanya hak asuh anak yang belum mumayyiz

kepada bapaknya dikarenakan bahwa tergugat 1 (satu) karena ketidak jelas tempat

tinggalnya dan tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk memperhatikan

dan mendidik anak.

Bahwa dengan fakta menunjukkan tergugat I tidak banyak waktu dan

perhatian, bahkan tergugat I sampai sekarang belum tahu keberadaanya. Sehingga

penggugat selaku bapak kandung sangat mengharapkan anak tersebut diasuh

kepada ayah kandungnya sendiri. Padahal di dalam Kompilasi Hukum Islam

disebutkan dalam Pasal 105 yang berbunyi:

a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun

adalah hak ibunya;

Page 61: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

51

b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk

memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak

pemeliharaanya;

c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.

Kemudian KHI memperjelas lagi dalam Pasal 156 yang berbunyi: Akibat

putusnya perkawinan karena perceraian adalah:

a. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukanya digantikan

oleh:

b. Wanita-wanita garis lurus ke atas dari ibu

c. Ayah

d. Wanita-wanita garis lurus ke atas dari ayah

e. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

f. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ibu

g. Wanita-wanita kerabat menurut garis ke samping dari ayah

h. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan

hadhanah dari ayah atau dari ibunya

i. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah

dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan

Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang

mempunyai hak hadhanah juga;

Page 62: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

52

j. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah

menurut kemampuanya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa

dapat mengurusi diri sendiri sampai 21 tahun;

k. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama yang memberikan putusan yaitu berdasarkan huruf (a),

(b), (c), dan (d);

l. Pengadilan dapat pula dengan mengingatkan kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

yang turut padanya.

Dalam melaksanakan hadhanah bagi suami isteri yang bercerai jika anak

tersebut belum mumayyiz maka ibulah yang lebih berhak dari pada ayah, namun,

dalam hal ini untuk mendapatkan atau melaksanakan hadhanah bukanlah suatu hal

yang mudah, karena walaupun hadhin adalah orangtua kandung si anak atau dari

kalangan ibu secara berurutan bukan berarti ia begitu saja menguasai atau dapat

melaksanakan hadhanah tetapi ia juga harus amanah, dan mampu mendidik. Tidak

hanya seorang hadhin harus mempunyai kemampuan secara materi saja.

Dalam kasus ini penulis telah melihat pertimbangan-pertimbangan Majlis

Hakim yang sangat releven tidak ada terjadinya Pluralisme dalam pengasuhan

anak. Agar tidak terjadinya kekhawatiran tersebut hak pemeliharaan dan

pengasuhan anak sebaiknya ditetapkan dan diserahkan kepada orang yang

memenuhi syarat-syarat pengasuhan anak yang sesuai dengan kemampuanya.

Dan tidak selamanya hadhanah itu jatuh kepada ibu, bahkan juga jatuh

kepada garis keturunan ibu ke atas, Sang bapak pun mempunyai hak yang sama

Page 63: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

53

dengan ibu, akan tetapi di dalam Islam ibu dan garis keturunan ibu yang menjadi

prioritas pertama dalam pengasuh anak dengan catatan ibu harus memenuhi

persyaratan yang ada.

Karena dalam hal pengasuhan anak ini yang pertama harus diperhatikan

adalah kepentingan anak tersebut dan memiliki kemampuan dan kesanggupan

untuk memberikan rasa aman kepada anak yang menjadi korban perceraian, dalam

hal ini Majlis Hakim mengutamakan bagaimana memberi perlindungan dan

kebaikan bagi anak demi kemaslahatan dan terhindar dari hal-hal yang tidak

diinginkan oleh orang tuanya.

Page 64: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam perkara putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara Nomor:

345/Pdt.G/2007/PA.Bks. Majelis Hakim Pengadilan Agama Bekasi

melimpahkan Hak Asuh Anak yang bernama Cut Shahnaz Jihan, Teuku

Zulfikar Ali Fahrezi, dan Cut Adila Hana Faiza anak dari hasil pernikahan

Penggugat dan Tergugat, yang masing-masing bernama Teuku Elwin

Hamzah bin H. Teuku Allie dan Imas Hilatunnisyaj binti H. Hasanudin Sidi,

dengan adanya Putusan Pengadilan Agama Bekasi Hak Asuhnya dilimpahkan

kepada Bapak kandungnya (penggugat) di karenakan:

a. Ibu dari anak tersebut tidak amanah, tidak mempunyai kemauan dan

mendidik anak yang akhirnya dilimpahkan kepada bapak.

b. Menjaga pertumbuhan, pendidikan dan kenyamanan anak.

c. Menjaga kemaslahatan dan kepentingan anak.

2. Kewajiban bapak setelah putusan hak asuh anak yang dilimpahkan kepadanya

dan setelah putusnya perkawinan, kewajiban bapak selaku orang tuanya

berkewajiban memelihara, merawat, serta memberikan pendidikan, pelajaran

atau pengajaran sampai dewasa agar menjadi manusia yang mempunyai

kemampuan dan kecakapan dalam menatap masa depan dengan segala jiwa

optimis serta berkreatifitas.

3. Dasar hukum yang digunakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bekasi

dalam perkara hak asuh anak adalah Pasal 41 Undang-undang No. 1 tahun

Page 65: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

55

1974 Tentang Perkawinan, Pasal 14 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, dan KHI inpres No. 1 Tahun 1991 dasar hukum

ini sesuai dengan kepentingan anak yang belum mumayyiz.

4. Dalam perkara putusan ini Majelis Hakim mempertimbangkan dengan cara

melihat kesenangan bathin secara lahiriyyah dalam hal ini adalah nafkah dari

bapak, dan juga demi kepentingan pertumbuhan, pendidikan anak semuanya

itu untuk perlindungan dan kemaslahatan anak.

B. Saran-Saran

Untuk kasus pemeliharaan anak yang jatuh kepada bapak, yang perlu

diberikan saran adalah:

1. Para Hakim Pengadilan, baik itu Pengadilan Negeri maupun Pengadilan

Agama, harus berhati-berhati dalam memutuskan perkara sengketa hak asuh

anak, demi menjaga kemaslahatan dan kepentingan anak.

2. Apabila perceraian tidak dapat terhindar, maka orang yang diberi kuasa hak

asuh anak, menjalankan kewajiban sesuai amanah yang diberikan kepadanya.

3. Orang yang diberikan kuasa hak asuh anak harus bekerja untuk memenuhi

ekonomi keluarga sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya, maka

pengasuhan terhadap anak tidak diberikan kepada orang-orang yang tidak

memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Islam.

4. Anak merupakan buah hati belahan jiwa sekaligus fitrah juga amanat, maka

memelihara, membina serta mendidiknyamerupakan kewajiban orang tua,

sehingga ia akan menjadi anak yang berbudi luhur dan berakhlak mulia.

Page 66: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 1992, Kompilasi Hukum Islam di Indonsesia, Jakarta:

Akademindo Pressendo.

Abdurrahman, 2007, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika

Pressindo, h. 151.

Abdurrahman, al-Jaziry, Al-Fiqh Ala al-Mazahib al-Arba’ah, Bairut: Dar

al-Fikr, hal. 596-598.

Abidin, Slamet, 1999, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, Jilid II.

Al-Hamdani, H.S, 1989, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, Penerjemah

Anshori Umar Sitanggal, dkk.

Basyir, Ahmad Azhar, 2000 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan.

Ghazali, Abdul Rahman, 2006, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, hlm.

177.

Fauzan, dan Alam Andi Syamsu, 2008, Hukum Pengangkatan Anak

Prespektif Islam, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Husein, Muhammad, 2001 Perempuan, Yogyakarta: LKIS.

Ibrahim, Jhony, 2006, Teori dan Metodologi Hukum Normatif, Jawa

Timur: Baymedia Publising, Cet. II, h. 321.

Manan, Abdul, 2006, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy, J, 2005. Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya..

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 1964, al-Akhwal al-Syahsiyyah ala al-

Madhahib al-Khamsah.Baitul: Dar al-Ilmi.

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 2006. Fikih Lima Mazhab, Penerjemah

Masykur A.B. dkk, Jakarta: Lentra, hlm. 415-416.

Nasir, Muhammad, 2003 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan.

Page 67: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

57

Sabiq, Sayyid, 2006, Fiqh Sunnah (Terjemah), Jakarta: Pena Pundi

Aksara, Jilid III, Cet. Ke-I.

Sahroni, dan Tihami, 2009, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Soekanto, Soerjono, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, hlm. 13.

Syarifudin, Amir, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara

Fikih dan Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, hal. 329.

R. Tirosundibio, R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Jakarta: PT. Pramita, hal. 549.

Rofiq, Ahmad, 1995, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo

Perkasa, Cet. I.

Thalib Al-Hamdani, Abdullah bin Said, 2002, diterjemahkan Oleh Agus

Salim, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, h. 318.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar

Grafika.

Zaini, Muderis, 1992, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum,

Jakarta: SinarGrafika.

Zainudin, Ali 2006, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafindo, h. 67.

Zein, M. Satria Efendi, 2004, Problematika Hukum Islam Kontempoler,

Jakarta: Kencana.

Page 68: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

i

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 1992, Kompilasi Hukum Islam di Indonsesia, Jakarta:

Akademindo Pressendo.

Abdurrahman, 2007, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika

Pressindo, h. 151.

Abdurrahman, al-Jaziry, Al-Fiqh Ala al-Mazahib al-Arba’ah, Bairut: Dar

al-Fikr, hal. 596-598.

Abidin, Slamet, 1999, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia, Jilid II.

Al-Hamdani, H.S, 1989, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqhul Mar’ah al-Muslimah, Penerjemah

Anshori Umar Sitanggal, dkk.

Basyir, Ahmad Azhar, 2000 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan.

Ghazali, Abdul Rahman, 2006, Fikih Munakahat, Jakarta: Kencana, hlm.

177.

Fauzan, dan Alam Andi Syamsu, 2008, Hukum Pengangkatan Anak

Prespektif Islam, Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Husein, Muhammad, 2001 Perempuan, Yogyakarta: LKIS.

Ibrahim, Jhony, 2006, Teori dan Metodologi Hukum Normatif, Jawa

Timur: Baymedia Publising, Cet. II, h. 321.

Manan, Abdul, 2006, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 69: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

ii

Moleong, Lexy, J, 2005. Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya..

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 1964, al-Akhwal al-Syahsiyyah ala al-

Madhahib al-Khamsah.Baitul: Dar al-Ilmi.

Mughniyyah, Muhammad Jawad, 2006. Fikih Lima Mazhab, Penerjemah

Masykur A.B. dkk, Jakarta: Lentra, hlm. 415-416.

Nasir, Muhammad, 2003 Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan.

Sabiq, Sayyid, 2006, Fiqh Sunnah (Terjemah), Jakarta: Pena Pundi

Aksara, Jilid III, Cet. Ke-I.

Sahroni, dan Tihami, 2009, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: Rajawali Pers, h. 217.

Soekanto, Soerjono, 2004, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, hlm. 13.

Syarifudin, Amir, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara

Fikih dan Munakahat dan UU Perkawinan, Jakarta: Prenada Media, hal. 329.

R. Tirosundibio, R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Jakarta: PT. Pramita, hal. 549.

Rofiq, Ahmad, 1995, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo

Perkasa, Cet. I.

Thalib Al-Hamdani, Abdullah bin Said, 2002, diterjemahkan Oleh Agus

Salim, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, h. 318.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar

Grafika.

Page 70: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

iii

Zaini, Muderis, 1992, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum,

Jakarta: SinarGrafika.

Zainudin, Ali 2006, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar

Grafindo, h. 67.

Zein, M. Satria Efendi, 2004, Problematika Hukum Islam Kontempoler,

Jakarta: Kencana.

Page 71: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

HASIL WAWANCARA

Nama Responden : Drs. Mansyur

Jabatan : Hakim Anggota

Di tempat : Kantor Peradilan Agama Bekasi

1. Bagaimana proses pengambilan Keputusan di Pengadilan Agama Bekasi dan masalah

pemeliharaan anak atau hadhanah ketika terjadi perceraian?

Jawab : proses pemeliharaan dalam masalah pemeliharaan anak masalah ini prosesnya

sama seperti perkara biasa yang mana didahulukan dengan surat gugatan, kemudian

upaya mediasi atau perdamaian dari hakim, pembuktian dan terakhir kesimpulan

dalam masalah ini.

2. Apa yang menjadi pertimbangan Majlis Hakim dalam Putusan No.

345/Pdt.G/2007/PA.Bks. sehingga hak asuh anak yang belum mumayyiz limpahkan

kepada bapak?

Jawab : yang menjadi pertimbangan Majlis Hakim disini adalah untuk kepentingan

anak atau kemaslahatan anak tersebut, karena Majlis Hakim melihat tidak adanya

kecakapan ibu dalam mengurus anak, dan tidak adanya kemauan dalam mendidik dan

mengasuh anak.

3. Apa landasan hukum yang digunakan hakim dalam melimpahkan hak asuh anak yang

belum mumayyiz kepada bapak dalam perkara Nomor: 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.?

Jawab: dalam hal ini hakim menggunakan Pasal 14 Undang-undang Nomor 23 Tahun

2002 anak berhak diasuh orang tuanya sendiri, kecuali ada hal-hal yang menentukan

lain, maksudnya orang tua atau si ibu sudah tidak mampu dan sudah tidak

memperdulikan anaknya seperti kasus dalam putusan ini, dan juga berdasarkan Pasal

Page 72: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

41 Undang-undang No. 1 Tahun 1975, dan juga berdasarkan Pasal 105 huruf (a) KHI

impres No. 1 Tahun 1974.

4. Bagaimana kebijakan majlis hakim dalam memutuskan perkara hadhanah?

Jawab : kebijakan hakim dalam memutuskan perkara hadhanah sesuai dengan

Undang-undang yang berlaku dan sesuai dalam kasus atau perkara ini. Pada perkara

hadhanah No. 345 mengambil Undang-undang perlindungan anak karena untuk

kepentingan kemaslahatan anak tersebut, selanjutnya mengambil kitab fiqih, salah

satunya ialah kitab fiqih sunnah karangan Sayyid Sabiq dan juga kitab fiqih yang lain

yang didalamnya membahas mengenai syarat-syarat hadhanah salah satunya adalah

amanah, mampu mendidik, beragama Islam, dan juga sesuai dengan keterangan-

keterangan saksi.

5. Menurut ibu sebagai Majlis Hakim, dalam hal faktor-faktor apa saja kasus hadhanah

yang ghoiru mumayyiz bisa dilimpahkan dan ditetapkan hak pemeliharaan dan

pengasuhanya kepada bapak?

Jawab : faktor-faktor yang mana hak asuh anak bisa dilimpahkan dan ditetapkan hak

pemeliharaanya kepada bapak disebabkan karena ibu tidak bisa mengurus dengan

baik, tidak amanah, tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk memperhatikan

anak, dan tidak diketahui keberadaanya.

6. Didalam masalah hadhanah, yang paling dipentingkan adalah kemaslahatan bagi si

anak, bagaimana mewujudkan hal tersebut ketika orang tua bercerai, khususnya dalam

putusan No. 345/Pdt.G/2007/PA.Bks.?

Jawab : dalam mewujudkanya si anak dapat dilihat dari kesenangan bathin,

kesenangan bathin dalam hal ini dasarnya adalah nafkah lahirnya dari bapak, apabila

tidak ada kesenangan bathin nafkah tidak akan dapat mewujudkan kepentingan-

kepentingan dalam mengurusi anak tersebut.

Page 73: PELIMPAHAN HAK ASUH ANAK KEPADA BAPAK AKIBAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24473/3/MOH ANAS... · kecil yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak.4 Dalam

7. Apakakah hadhanah dalam hal ini menguntungkan atau merugikan bagi anak?

Jawab : Jelas hadhanah dalam hal ini menguntungkan si anak, khususnya dalam

perkembangan jiwa si anak, pendidikan anak, akhlak anak, apabila diasuh oleh orang

yang bertanggung jawab dan selalu memberikan kasih sayang, perhatian, pendidikan

yang baik, maka anak tersebut tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan

pendidik dari orang tua yang mengasuhnya, kemudian hadhanah dapat juga

merugikan bagi anak, apabila orang yang mengasuhnya tidak memberikan kasih

sayang bagi si anak, artinya dalam hal ini tidak terlalu peduli dan serius dalam

mendidik anak karena tidak ada kemauan dalam mengasuh anaknya dan memikirkan

kesibukan dirinya sendiri daripada mengurus anak.

Responden

Drs. Mansyur