pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan

Upload: bagas-cipta-mandiri

Post on 07-Jul-2015

1.298 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Pd. T-07-2005-B

Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan

1 Ruang lingkupPedoman ini merupakan acuan untuk pelaksanaan pekerjaan pembetonan jalan dan jembatan. Cakupan beton yang dimaksud dalam pedoman ini adalah beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland yang mempunyai berat isi sekitar 22 kN/mm3 (2200 kg/m3) sampai dengan 24 kN/mm3 (2400 kg/m3) dan mempunyai kuat tekan (berdasarkan benda uji silinder) antara 10 MPa sampai dengan 65 MPa (setara dengan K-125 sampai dengan K-800 berdasarkan benda uji kubus).

2 Acuan normatif SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar SNI 03-1972-1990, Metode pengujian slump beton SNI 03-1973-1990, Metoda pengujian berat isi beton SNI 03-1974-1990, Metode pengujian kuat tekan beton SNI 03-2417-1991, Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles SNI 03-2458-1991, Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar SNI 03-2491-1991, Metode pengujian kuat tarik-belah beton SNI 03-2492-1991, Metode pengambilan contoh benda uji beton inti SNI 03-2493-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium SNI 03-2495-1991, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton SNI 03-2816-1992, Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar dan beton SNI 03-2834-1992, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal SNI 03-3403-1994, Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran SNI 03-3407-1994, Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat ter-hadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat SNI 03-3418-1994, Metode pengujian kandungan udara pada beton segar SNI 03-3449-2002, Spesifikasi agregat untuk beton SNI 03-4141-1996, Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat SNI 03-4142-1996, Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no.200 (0,075 mm) SNI 03-4156-1996, Metode pengujian bliding dari beton segar SNI 03-4433-1997, Spesifikasi beton siap pakai SNI 03-4806-1998, Metode pengujian kadar semen portland dalam beton segar dengan cara titrasi volumetri SNI 03-4807-1998, Metode pengujian untuk menentukan suhu beton segar semen portland SNI 03-4808-1998, Metode pengujian kadar air dalam beton segar dengan cara titrasi volumetri SNI 03-4810-1998, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan 1 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B SNI 15-2049-1994, Semen portland AASHTO T 26-79, Quality of water to be used in concrete ASTM A 416-90a, Uncoated seven-wire stress-relieved strand for prestressed concrete ASTM A 421-91, Uncoated stress-relieved wire for prestressed concrete ASTM A 722, Uncoated high-strength steel bar for prestressed concrete ASTM C 494, Water reducing, retarding, accelarating, high range water reducing ASTM C 618, Pozzolans, fly ash and other mineral admixtures ASTM C 989, Ground granulated blast furnace slag ACI 305.R-77, Hot weather concreting

3 Istilah dan definisiIstilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini sebagai berikut : 3.1 adukan campuran antara agregat halus, semen Portland atau jenis semen hidraulik yang lain dan air 3.2 agregat material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang digunakan bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik 3.3 agregat halus pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm 3.4 agregat kasar kerikil sebagai hasil desintegrasi alami batuan atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 40,0 mm 3.5 beton campuran antara semen Portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat 3.6 beton bertulang beton yang diberi baja tulangan dengan luas dan jumlah yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material tersebut bekerja sama menahan gaya yang bekerja 2 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B 3.7 beton normal beton yang mempunyai berat isi 2200 2500 kg/m3 dan dibuat dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah 3.8 beton pracetak elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi elemen jembatan 3.9 beton prategang beton bertulang yang diberi tegangan dalam, untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja

4 Persyaratan umum4.1 Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam pedoman ini mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan beton untuk struktur baja komposit; b) Pekerjaan ini meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering; c) Beton yang digunakan dalam pedoman ini mempunyai mutu beton sesuai tabel sebagai berikut:

3 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B

Tabel 1 Mutu beton dan penggunaan Jenis Beton Mutu tinggi fc (MPa) 35 65 bk (Kg/cm2) K400 K800 Uraian Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya. Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb, beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan. Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu. digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton

Mutu sedang

20 6 Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat penyetor yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm. g) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilaksanakan lapis demi lapis; h) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).

16 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B

7.6

Beton siklop

Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc=15 Mpa (K175) dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop. Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).

8 Pengerjaan akhir8.1 Pembongkaran acuan

a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton, atau ditunjukkan dalam perhitungan bahwa beban yang ditanggung mampu menerima beban; b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan. 8.2 Permukaan (pekerjaan akhir biasa)

a) Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan; b) Beton harus diperiksa segera setelah pembongkaran acuan dan dapat segera dilakukan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen; c) Bilamana secara teknis diijinkan pengisian lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

17 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B

8.3

Permukaan (pekerjaan akhir khusus)

Permukaan yang terekspos dapat diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini: a) bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya, harus digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras; b) perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain yang disetujui, sebelum beton mulai mengeras; c) permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat. 8.4 Perawatan dengan pembasahan

a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton; b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat; Bilamana acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Pasal 8.1, maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton; c) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari; d) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai minimal 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. 8.5 Perawatan dengan uap

a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali bisa dipertanggung jawabkan secara teknis; b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 60 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini : 1) tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan luar; 18 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B 2) temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan berangsurangsur sehingga mencapai 65 0C dengan kenaikan temperatur maksimum 14 0C / jam secara bertahap; 3) perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5 0 C; 4) penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam; 5) perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 11 0C dibanding udara luar; 6) selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air; 7) semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut; c) Pelaksana harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar; d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

9 Pengendalian mutu di lapangan9.1 Pengujian untuk kelecakan (workability)

Satu pengujian "slump" atau lebih, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus disaksikan oleh para pihak yang terlibat. Slump yang diukur merupakan slump yang tidak mengubah komposisi campuran yang disepakati sebelumnya. Slump yang terjadi tidak boleh melebihi 20 mm dari slump rencana. 9.2 Pengujian kuat tekan

a) Harus dibuat satu pasang benda uji untuk pengujian kuat tekan pada setiap campuran beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari satu set pengujian untuk setiap mutu beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran. Setiap set pengujian minimum terdiri dari empat pasang benda uji, yang pertama harus diuji untuk kuat tekan beton umur 3 hari, yang kedua 7 hari, yang ketiga 14 hari dan yang keempat 28 hari; b) Untuk keperluan pengujian mutu beton, harus disediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Untuk masing-masing pengujian disediakan sepasang (2 buah) benda uji, dan yang harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium; c) Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton diterima dengan memuaskan bilamana telah dipenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) rata-rata dari semua nilai hasil uji kuat tekan (satu nilai hasil uji = rata-rata dari nilai uji tekan sepasang benda uji silinder yang diambil dari sumber adukan yang sama seperti telah disebutkan di atas), dan yang sekurang-kurangnya terdiri dari empat nilai (dari empat pasang) hasil uji kuat tekan yang berturut-turut, serta tidak boleh kurang dari (fc + S), di mana s menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan; 19 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B 2) tidak satupun dari nilai hasil uji tekan ( 1 hasil uji tekan sama dengan rata-rata dari hasil uji dua silinder yang diambil pada waktu bersamaan) mempunyai nilai di bawah 0,85 fc; 3) apabila dalam pengambilan sepasang benda uji terdapat perbedaan nilai kuat tekan yang signifikan antara keduanya, maka perlu mendapat perhatian khusus; d) Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkahlangkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur tidak membahayakan; e) Bila kemungkinan terjadinya suatu beton dengan kekuatan rendah telah dapat dipastikan dan perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas daya dukung struktur mungkin telah berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas; f) Beton di dalam derah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan. Untuk memeriksa akurasi dari hasil pengujian bor inti, lokasi yang diwakili oleh kuat tekan benda uji bor inti yang tidak menentu (eratik) boleh diuji ulang. Pengujian tambahan

9.3

Untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, harus dilaksanakan pengujian tambahan sesuai yang diperlukan, meliputi : a) pengujian yang tidak merusak dengan menggunakan alat seperti Impact Echo, Ultrasonic Penetration Velocity (UPV) atau peralatan uji lainnya; b) pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan; c) pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton; d) pengujian lainnya sebagaimana yang direkomendasikan.

20 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com

Pd. T-07-2005-B

Lampiran A (Informatif) Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, ex. Departemen Kimpraswil. 2) Penyusun Nama Ir. Lanny Hidayat, Msi. Ir. Joko Purnomo, MT. Iif Harry Setiadi, ST. Instansi Puslitbang Prasarana Transportasi Puslitbang Prasarana Transportasi Puslitbang Prasarana Transportasi

21 dari 21

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com