pelaksanaan konseling individual melalui teori …
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL MELALUI TEORI GESTALT DALAM
MENGURANGI KENAKALAN SISWA DI KELAS X IPS MADRASAH ALIYAH
SWASTA TAHFIZHIL QUR’AN ISLAMIC CENTER SUMATERA UTARA
TAHUN PEMBELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
SRI ANDRIANA HARAHAP
NPM: 1502080184
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
ABSTRAK
Sri Andriana Harahap. NPM. 1502080184. Pelaksanaan Konseling Individual
Melalui Teori Gestalt Dalam Mengurangi Kenakalan Siswa Di Kelas X IPS
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara
Tahun Pembelajaran 2018/2019. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Program Studi Bimbingan dan Konseling. UMSU. Skripsi. 2019.
Permasalahan yang ditemukan dalam peneltian ini adalah siswa suka
membolos, agresif, suka menentang guru. Siswa merasa kesepian, marah, kehilangan
dan rasa bersalah, perasaan-perasaan tersebut terlihat dari dalam bentuk perilaku
seperti suka mengamuk, tidak ceria, tidak bergaul, prestasi belajar menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Konseling Individual
Melalui Teori Gestalt Dalam Mengurangi Kenakalan Siswa yang Brokenhome Di
Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Tahun
Pembelajaran 2018/2019.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)
dengan model siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap penelitian tindakan, yaitu:
(1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi. Peneliti mengambil 4
orang siswa yang memiliki masalah kenakalan berdasarkan rekomendasi guru
bimbingan dan konseling. Instrumen yang digunakan adalah observasi dan
wawancara.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan konseling
Individual dapat Mengurangi Kenakalan Siswa Di Kelas X IPS Madrasah Aliyah
Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara Tahun Pembelajaran
2018/2019. Setelah menerapkan Konseling Individual siswa semakin berkurang
Kenakalan Di Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center
Sumatera Utara Tahun Pembelajaran 2018/2019.
Kata Kunci: Konseling Individual, Teori Gestalt, Kenakalan Siswa
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr....Wb...
Syukur Alhamdulillah penulis ucapakan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL
MELALUI TEORI GESTALT DALAM MENGURANGI KENAKALAN
SISWA KELAS X IPS MADRASAH ALIYAH SWASTA TAHFIZHIL
QUR’AN ISLAMIC CENTER SUMATERA UTARA TAHUN
PEMBELAJARAN 2018/2019“. Sebagai syarat dalam meraih gelar sarjana di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Tidak lupa pula shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada taladan
sepanjang zaman yaitu Baginda Rasullah SAW, yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Penulis menyadari sebagai umat yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih kepada orangtua, yaitu ibu
Nuroli Siregar dan bapak Toboroni Harahap yang telah bekerja keras dan
memenuhi segala kebutuhan selama masa pendidikan sampai sekarang serta Do’a
yang selalu di ucapkan kepada sang Maha pengabul Do’a, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sungguh tiada terbalas kasih sayang
iii
ayahanda dan ibunda berikan kepada penulis, semoga Allah balas dengan pahala
yang berlimpah dan keluarga kita selalu dilimpahi keberkahan Allah SWT. Pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr.H.Agussani, M.A.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.H.Elfrianto Nasution S.Pd, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
3. Ibu Dra Hj. Syamsuryurnita M.pd selaku wakil Dekan 1 Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
4. Ibu Dra. Jamilah M.Pd selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk
revisi skripsi yang akan diperbaiki untuk lebih baik lagi.
5. Bapak Drs. Zaharuddin Nur,MM selaku Sekretaris Program Studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhmmadiyah Sumatera Utara.
6. Seluruh Bapak,Ibu staf FKIP UMSU yang bersusah payah memberikan
pemahaman serta ilmu yang bermanfaat.
7. Saudara-saudara Eva Solina Siregar S.pd, Ismail Saleh Siregar S.Pd yang
membantu dalam memotivasi penulis dan Mawaddah S.Pd yang
membantu peneliti pada saat riset di sekolah.
iv
8. Seluruh teman-teman seperjuangan BK.A.Sore Eva Purnama, Sri Rizki
Putri Agung, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka yang banyak
membantu penulis.
9. Taufiq Hasibuan S.Psi (C.O.R) yang tidak bosan-bosannya selalu
memberikan motivasi dan doa kepada peneliti sehingga dapat mengerjakan
penelitian ini lebih baik lagi.
Billahi Fi Sabilillhaq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu’alaikum Wr,Wb.
Penulis
Sri Andriana Harahap
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 5
C. Batasan Masalah......................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS ............................................................... 8
A. KerangkaTeoritis ........................................................................................ 8
1. Pengertian Kenakalan Remaja ............................................................. 8
2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ...................................................... 10
3. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja ............................................... 13
4. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja ............................................... 16
5. Layanan konseling Individual .............................................................. 19
6. Layanan Konseling Individual Menggunakan Teori Gestalt ............... 26
7. Tujuan Teori Gestalt ............................................................................ 27
vi
8. Prinsip Kerja dangan Teori Gestalt ...................................................... 29
9. Penggunaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt dalam
Mengurangi Kenakalan Siswa yang Brokenhome ............................... 30
B. Kerangka Konseptual ................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 33
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 33
B. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................... 34
C. Desain Penelitian ........................................................................................ 35
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ............................ 41
A. Gambaran Umum Madrasah ...................................................................... 41
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 48
C. Analisis Konseling individual melalui teori Gestalt dalam Mengatasi
Kenakalan Siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center
Sumatera Utara ........................................................................................... 52
D. Pelaksanaan Layanan Konseling Individual di Madrasah Aliyah Swata
Tahfizhil Qur’an Islamic Center ................................................................ 66
E. Diskusi Hasil Penelitian ............................................................................. 68
F. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 74
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 76
A. Kesimpulan ................................................................................................ 76
B. Saran ......................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................. 24
Tabel 3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 25
Tabel 3.3 Objek Penelitian ............................................................................... 26
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual ........................................................ 23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling (RPL)
Daftar Riwayat Hidup
Lembar Observasi
Pedoman Wawancara
Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi (K-1)
Surat Permohonan Persetujuan Proyek Proposal (K-2)
Surat Pengesahan Proposal dan DosenPembimbing (K-3)
Surat Keterangan Seminar
Surat Pengesahan Seminar
Surat Pernyataan Plagiat
Surat Balasan Riset
BeritaAcaraBimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta tanggung jawab.
Masalah kenakalan anak dan remaja di Indonesia pada saat ini
menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan
remaja dari mulai tawuran antar siswa, pencurian, narkoba sampai pada
sex bebas. Banyak masalah yang pelakunya adalah siswa usia sekolah/
remaja, baik itu perilaku menyimpang maupun prilaku kriminal yang
dilakukan oleh remaja Indonesia di masa sekarang.
Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan
yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama
dinas pendidikan dengan sikap dukungan dari lembaga pendidikan, masyarakat
dan keluarga. Kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan masyarakat khususnya
lingkungan sekolah banyak dialami oleh pelajar remaja. Kenakalan remaja pada
usia sekolah sangat rentan terjadi karena para siswa masih mencari jati dirinya dan
sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan keluarga di rumah atau lingkungan
masyarakat serta pengaruh teman sebaya di rumah maupun di sekolah.
2
Salah satu upaya untuk meminimalisir kenakalan remaja yang terjadi pada
usia sekolah adalah dengan pembinaan moral yang baik kepada para siswa di
sekolah karena dengan adanya pembinaan moral tersebut, para siswa akan lebih
memahami pentingnya moral dalam melaksanakan hubungan sosial yang baik di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Wujud adanya moral dalam kehidupan sosial
masyarakat adalah dipatuhinya suatu peraturan yang timbul dan berlaku dalam
kehidupan sosial agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Siswa memerlukan pelayanan yang secara sistematis agar mampu
membantu mengentaskan masalah yang di hadapinya sehingga dapat
mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan efektif sehari-
hari (effektive daily living), misalnya dengan menggunakan konseling individual
melalui teori Gestalt. Konseling individual adalah jantung dari usaha layanan
bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance program) “.
Dengan adanya kepuasan siswa terhadap konseling individual dengan teori
Gestalt yang sudah di alami, di mana permasalahan yang di alaminya bisa di
selesaikan dengan baik, tuntas dan memuaskan sehingga siswa akan lebih terbuka,
suka rela, tidak mempunyai keraguan dan tidak melanggar norma-norma pada
lingkungannya dan konselor dalam rangka pengentasan permasalahan yang di
alaminya. Lebih lanjut, fokus utama layanan konseling individual dalam teknik.
Gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-
hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugas konselor
adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirnya serta
mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu di arahkan agar klien ingin
3
belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu bisa di ajak untuk
memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.
Hal ini di pertegas lagi oleh Gerald Corey (2009:118), mengatakan bahwa terapi
gestalt yang di kembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi yang
mengharuskan individu menemukan jalannya sendiri dan menerima tanggung
jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani
menghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus di hadapi.
Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/ orang lain menjadi percaya pada diri, dapat
berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya dan membantu
klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas.
Oleh karena itu para petugas dalam bimbingan dan konseling perlulah
kiranya memahami dan dapat melaksanakan usaha layanan konseling itu dengan
sebaik-baiknya. Dengan begitu konseling individual juga terkenal di sekolah
karena berbagai alasan. Pertama, mayoritas organisasi- organisasi sekolah yang
terstruktur di sekitar kelas dan guru kelas. Guru lebih cendrung untuk melepaskan
satu siswa di satu waktu dari kelas mereka karena mengganggu rutinitas atau
kegiatan kelas mereka. Konseling individu lebih mudah untuk di jadwalkan dari
pada intervensi lain dan mungkin tampak lebih praktis.
4
Konseling juga merupakan suatu teknik dalam membimbing. Oleh
karenanya setiap konselor selalu dituntut darinya untuk menguasai teknik yang
satu ini dengan tujuan agar konselor secara optimal di dalam membantu
memecahkan masalah yang di alami klien. Selanjutnya, manusia juga individu
sosial yang baru dapat hidup dengan wajar apa bila berada serta berkembang
dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu kelompok kerabat yang paling kecil
dalam sistem kekerabatan berdasarkan keanggotaan.
Demikian pula hal nya hasil wawancara peneliti pada guru BK di sekolah
terdapat pula kasus-kasus siswa yang mengalami brokenhome atau perceraian.
Satu kasus di mana siswa tersebut marah kepada orang tuanya karena orang tua
sering bertengkar dan akhirnya bercerai. Oleh karena itu anak tersebut merasa
tertekan dan apa bila ada teman- temannya yang memberikan kritikan selalu akan
di balasnya karena merasa setiap kritikan itu seperti menjatuhkannya. Selaian itu,
ada juga siswa-siswa yang tidak yakin pada dirinya sendiri, menjadi malas belajar,
membolos, agresif, suka menentang guru dan tidak bersikap terbuka. Hal ini juga
berlaku kepada anak-anak yang orang tuanya bercerai.
Berdasarkan berbagai keadaan dan permasalahan yang telah di uraikan di
atas, maka akhirnya penulis memilih untuk memudahkan penelitian dengan judul
“Pelaksanaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt dalam Mengurangi
Kenakalan Siswa di kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an
Islamic Center Sumatera Utara Tahun Pembelajaran 2018/2019”.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun identifikasi masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Siswa suka membolos, agresif, suka menentang guru
b. Siswa merasa kesepian, marah, kehilangan dan rasa bersalah, perasaan-
perasaan tersebut terlihat dari dalam bentuk perilaku seperti suka mengamuk,
tidak ceria, tidak bergaul, prestasi belajar menurun.
c. Siswa tidak percaya diri/tidak yakin pada dirinya sendiri, tidak terbuka
d. Siswa tidak pernah dikunjungi orang tauanya seperti teman-temannya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah dari
penelitian ini adalah: “Pelaksanaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt
Dalam Mengurangi Kenakalan Siswa Yang Brokenhome di Kelas X IPS
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Tahun Pembelajaran
2018/2019.”
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah
Pelaksanaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt Dapat Mengurangi
Kenakalan Siswa Yang Brokenhome Di Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta
Tahfizhil Qur’an Islamic Center Tahun Pembelajaran 2018/2019 ?
6
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah sebagaimana yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya, maka tujuan di adakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pelaksanaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt Dalam Mengurangi
Kenakalan Siswa yang Brokenhome Di Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta
Tahfizhil Qur’an Islamic Center Tahun Pembelajaran 2018/2019.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitisn ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Konselor, yaitu sebagai memperluas wawasan serta pengetahuan konselor
dalam mengatasi kenakalan siswa yang brokenhome melalui lyananan konseling
individual.
b. Bagi Calon Konselor, sebagai pengalaman selama meneliti dan akan
menjadikan pengalaman ini sebagai bahan masukan ketika peneliti sudah berada
di dunia kerja sebagai konselor.
c. Bagi Siswa Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic
Center, yaitu untuk membantu siswa dalam mengatasi permasalahan siswa yang
khususnya mengalami brokenhome di sekolah.
7
2. Manfaat Konseptual
Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan
dalam merancang program konseling individual di sekolah bagi siswa yang
mengalami permasalahan brokenhome sehingga bimbingan dan konseling di
sekolah semakin sesuai dengan kebutuhannya.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Kenakalan Remaja
Berbagai tulisan, ceramah maupun seminar yng mengupas berbagai segi
kehidupan remaja termasuk kenakalan remaja menunjukkan betapa seriusnya
masalah ini dirasakan oleh masyarakat, dengan kata lain kenakalan remaja sudah
menjadi kenyataan sosial dalam masyarakat kita, terlebih lagi jika di
pertimbangkan bahwa remaja sebagai generasi yang akan mengisi berbagai posisi
dalam masyarakat dimasa yang akan datang, maka pembahasan mengenai
kenakalan remaja tidak dapat dihindari lagi. Kenakalan remaja merupakan suatu
pola tingkah lakunya tersebut terlalu berlebihan dalam artian tingkah lakunya
tersebut dapat merugikan dirinya sendiri dan terkadang merugikan orang lain.
Perilaku kenakalan remaja juga akan sangat meresahkan masyarakat, apalagi bila
perilaku kenakalan tersebut dianggap melanggar hukum. Menurut Mussen dkk
(dalam Gunawan, 2011: 29-30) kenakalan remaja adalah: “perilaku yang
melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh remaja berusia 16-
18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapatkan
sangsi hukum.”
Sedangkan menurut Fuhrmann (dalam Gunawan, 2011:30) yang
dimaksud dengan kenakalan remaja adalah: ”suatu tindakan anak muda yang
dapat merusak dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.”
9
Perilaku kenakalan remaja yang melanggar norma hukum, norma social
dan norma agama disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya keadaan kejiwaan
yang tidak sehat. Pada umumnya remaja mempunyai perilaku tidak sehat atau
perilaku nakal untuk memperoleh suatu kepuasan bagi dirinya kepuasan yang
diperoleh tersebut biasanya tidak hanya berupa materi atau fisik tetapi dapat
menjadi suatu kepuasan bagi psikologisnya.
Perilaku tidak sehat yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor dalam dirinya maupun faktor dari luar dirinya.
Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (2011:7) Kenakalan remaja
adalah: “Perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak
muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang ”.
Ditinjau dari usia remaja, usia tersebut merupakan usia sekolah bagi anak.
Di lingkungan sekolah posisi remaja adalah sebagai siswa, jadi kenakalan remaja
yang dilakukan oleh peserta didik dapat disebut sebagai kenakalan siswa. Dari
pengertian ini dapat dijelaskan kenakalan siswa adalah penyimpangan perilaku
siswa yang berakibat siswa melanggar aturan, tata tertib, dan norma kehidupan di
sekolah dan masyarakat. Menurut para ahli sosiologi, antropologi, psikologi
sependapat bahwa “pendidikan meningkatkan proses perkembangan intelek,
perasaan dan sosial yang sudah dimulai dari rumah. Dengan kata lain, sekolah ikut
serta/berperan aktif dalam rangka pembentukan kepribadian dengan jalan anak
10
mempelajari kebiasaan, sikap individu lain, pengalaman baru dan kecakapan-
kecakapan yang dibutuhkan.” (Santoso, 2010:95).
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar
anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik
untuk berperilaku menyimpang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang merupakan
gejala sakit atau patologis secara sosial yang dilakukan oleh remaja dan perbuatan
tersebut merupakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap norma-norma
sosial, norma hukum maupun norma agama.
2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Perilaku kenakalan yang dilakukan remaja pada saat ini sangat beragam
bentuknya, dari kenakalan yng bersifat merugikan diri sendiri sampai bentuk
kenakalan yang akan merugikan orang lain, disamping itu bentuk kenakalan ada
yang bersifat biasa atau tidak melanggar hukum sampai kenakalan yang bersifat
melanggar hukum. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyono, (2011:22) kenakalan
remaja mempunyi sifat yang dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar
yaitu: “ kenakalan yang bersifat a-moral dan anti sosial yaitu yang tidak di atur
dalam undang-undang sehingga tidak dapat di golongkan sebagai pelanggaran
hukum dan kenakalan yang bersifat melanggar hukum “.
Mengenai bentuk-bentuk kenakalan remaja Mulyono (2011:23-24)
menyebutkan sebagai berikut: “1). Kenakalan yang tidak dapat digolongkan
11
kepada pelanggaran hukum, 2). Kenakalan yang dapat digolongkan ke dalam
pelanggaran hukum dan mengarah kepada tindak kriminal “.
Dari kedua golongan pelanggaran yang disebutkan oleh Mulyono akan di
uraikan dibawah ini:
1. Kenakalan yang tidak digolongkan ke dalam pelanggaran hukum yang
dimaksud antara lain:
b. Berbohong, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang
atau menutupi kesalahan.
c. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak
sekolah.
d. Meminum minuman keras, kabur kemudian meninggalkan rumah tanpa
izin orang tua atau menentang keinginan orang tua.
e. Keluyuran tanpa arah tujuan.
f. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain,
sehingga terangsang untuk mempergunakan. Misalnya pisau, pistol.
g. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah
terjerat ke dalam perkara yang benar-benar kriminal, antara lain: ganja
sehingga merusak dirinya.
h. Begadang pada malam hari sambil bernyanyi keras di tempat umum.
2. Kenakalan yang dapat digolongkan ke dalam pelanggaran terhadap norma
hukum dan mengarah pada tindak kriminal, antara lain:
a. Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan kekerasan.
b. Penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan
12
c. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, pemerkosaan.
d. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.
e. Tindakan-tindakan anti sosial: perbuatan yang merugikan milik orang lain.
Bentuk kenakalan siswa di sekolah seperti dibawah ini: Sedangkan
menurut Sudarsono (2115:13) yang termasuk kenakalan siswa atau remaja
meliputi:
a. perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b. perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c. mengganggu teman;
d. memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak
hormat pada orang tua dan saudara;
e. menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu
merokok;
f. menonton pornografi; dan
g. corat-coret tembok sekolah
Menurut bentuknya, Sunarwiyati (2012:98) menyebutkan kenakalan
remaja atau kenakalan siswa yang sering dilakukan di sekolah, yaitu:
a. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. Perilaku ini tampak dalam
hubungan siswa dengan guru atau karyawan di mana siswa sering acuh tak
acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan sekolah.
b. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan. Siswa
masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak memakai seragam
13
dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan
sekolah dan membawa senjata tajam.
c. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku ini
tampak dengan adanya perbuatan mencorat-coret dinding sekolah atau kelas,
merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.
d. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah
bahkan perkelahian antar sekolah.
e. Merokok di sekolah pada jam istirahat.
f. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa putri dan
melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.
Melihat dari beberapa bentuk kenakalan remaja yang telah dikemukakan di
atas maka perilaku kenakalan juga sangat berpengaruh buruk bagi remaja lain
yang masih berperilaku baik. Adapun bentuk penelitian ini adalah untuk
mengetahui penggunaan konseling behavioral dengan teknik Aversion Therapy
dalam menanggulangi kenakalan remaja.
3. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada
masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali
menampilkan beragam gejolak emosi serta mengalami banyak masalah, baik
disekolah atau di lingkungan pertemanannya.
Yang menjadi faktor pemicunya kenakalan yang dilakukan oleh remaja
tidak sepenuhnya karena kesalahan dari remaja itu sendiri, akan tetapi banyak
14
faktor yang menyebabkan remaja tersebut melakukan perilaku menyimpang
seperti yang diungkapkan oleh Merril dan Elliot, (dalam Asyari, 2012:85-86)
bahwa ada 11 sebab alasan kemungkinan terjadinya kenakalan remaja itu:
“keadaan rumah tangga, status ekonomi, perumahan yang jelek, lingkungan
keluarga yang kurang baik, tidak ada ajaran agama, konflik mental, teman-teman
yang kurang baik, perasaan yang terganggu, lingkungan sekolah kurang baik,
waktu luang yang tidak teratur, konflik kebudayaan”.
Perilaku kenakalan sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi disekitar
kita dapat timbul karena disebabkan oleh beberapa hal. Zakiah Daradjat
(2012:356) mengungkapkan sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja,
antara lain:
1. Lemahnya pendidikan agama dilingkungan keluarga
2. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa
3. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik
4. Adanya dampak negatif dari kemajuan teknologi
5. Tidak stabilnya kondisi sosial, politik, ekonomi.
Faktor selanjutnya adalah yang dapat mempengaruhi seorang remaja
melakukan hal-hal menyimpang adalah pengaruh lingkungan. Menurut Eitzen
(2011:10): “seseorang menjadi buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan
yang buruk. Kondisi psikologis remaja yang labil membuat remaja mudah untuk
dipengaruhi. Pengaruh terbesar seseorang saat usia remaja adalag teman
sepermainan. Karena, pada masa-masa ini mereka berpikir bahwa banyak kawan
merupakan suatu hal yang bisa dibanggakan.”
15
Sedangkan penyebab kenakalan remaja menurut Karol Kumpfer dan Rose
Alvarado (dalam Sodiq, 2012:16-18) menyebutkan bahwa kenakalan dan
kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja secara umum berakar dari
masalah-masalah sosial yang saling berkaitan. Dan faktor-faktor penyebab
munculnya kenakalan remaja, antara lain:
1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua kepada anak mengenai nilai-nilai moral
dan sosial.
2. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di
sekolah ataupun di luar sekolah).
3. Kurangnya disiplin yang diterapkkan orangtua pada anak.
4. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas
lain.
5. Kemiskinan dalam lingkungan keluarga.
6. Perbedaan budaya tempat tinggal anak.
7. Adanya saudara kandung atau tiri yang mencontohkan (modeling) melakukan
kenakalan remaja.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah diuraikan tersebut
dapat dijelaskan bahwa penyebab kenakalan remaja diantaranya adalah lemahnya
pendidikan agama di lingkungan keluarga, adanya dampak negatif dari kemajuan
teknologi, pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan
remaja, lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri, pengawasan yang kurabf
dari orangtua, guru dan masyarakat serta terbukanya kesempatan terhadap minat
buruk remaja untuk berbuat nakal.”
16
4. Cara Menanggulangi Kenakalan Remaja
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja,
namun hal itu dapat dilakukan bila ada kemauan dari semua pihak, baik dari
remaja itu sendiri maupun dari pihak-pihak lain yang berkaitan dengan masalah
ini . Pihak-pihak yang dapat membantu menanggulangi kenakalan remaja tersebut
diantaranya orangtua, masyarakat dan pemerintah. Bila penanggulangan
kenakalan remaja tersebut tidak di dukung oleh semua pihak seperti orang tua,
masyarakat dan pemerintah maka kemungkinan masalah ini dapat diatasi akan
sangat kecil. Kerjasama yang baik sangat di butuhkan dalam membantu
menanggulangi kenakalan remaja ini.
Adams dan Gullota (dalam Wirawan, 2008:232-234) mengemukakkan
bahwa ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu menanggulangi
kenakalan remaja antara lain: “1). kepercayaan, 2). kemurnian hati, 3).
kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty), 4). kejujuran dan 5).
mengutamakan persepsi remaja itu sendiri.“
Dengan dipenuhi dan dapat dilakukannya 5 ketentuan untuk membantu
menanggulangi kenakalan remaja maka usaha untuk membantu remaja yang
bermasalah akan semakin mudah dicapai. Apabila perilaku kenakalan remaja
tidak cepat di tanggulangi maka hal ini akan cepat di tiru anak-anak yang akan
beranjak remaja karena pada era yang semakin maju ini akan sangat mudah
pengaruh-pengaruh buruk dari berbagai media di tiru oleh para remaja, karena
memang pada masa remaja merupakan masa kritis.
17
Remaja cenderung ingin meniru sesuatu yang sifatnya baru dikenalinya
yang dianggapnya menarik, padahal terkadang apa yang ditirunya tersebut tidak
sesuai dengan norma-norma yang berlaku, ini lah yang akan menimbulkan
perilaku kenakalan pada remaja. Selain pengaruh buruk yang diperoleh karena
arus globalisasi dan teknologi yang semakin maju, di era yang semakin maju ini
banyak cara atau solusi yang dapat dilakukan untuk membantu menanggulangi
kenakalan remaja.
Menurut Adams dan Gullota, (dalam Wirawan, 2008:235-240) dalam
prakteknya ada beberapa teknik yang bisa dilakukan oleh para tenaga
profesional dalam membantu masalah remaja antara lain: “1). penanganan
individual dengan beberapa tekhnik diantaranya: pemberian petunjuk nasihat
(guidance), konseling dan psikoterapi, 2), penanganan keluarga, 3). penanganan
kelompok, 4), penanganan pasangan”.
Berbagai teknik dapat dilakukan untuk membantu menanggulangi
kenakalan remaja, maka beberapa cara tersebut akan sangat membantu
masyarakat dan khususnya para orangtua untuk merubah perilaku kenakalan
remaja yang pada saat ini banyak dilakukan oleh para remaja.
Menurut Mulyono (2011:29-30): “akibat perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh para remaja ada yang bersifat intern dan ada pula yang bersifat
ekstern”. Menurut Mulyono (2011;29-30) akibat perilaku menyimpang yang
dilakukan remaja adalah:
a. Akibat intern dari perilaku nakal misalnya:
18
1) Penderitaan fisik, bilamana yang bersangkutan berbuat kenakalan yang
dapat menimbulkan kerusakan badaniah seperti alkoholisme,
perkelahian fisik yang berbahaya, narkotika.
2) Tekanan psikologis, akibat dari perbuatan nakal bisa menjadi frustasi,
dan ini berarti mengarah kepada hal-hal negatif.
b. Akibat ekstern dari perilaku tidak sehat atau perilaku nakal misalnya:
1) Merusakkan hubungan primer (hubungan dalam keluarga yang
bersangkutan), juga mengakibatkan retaknya hubungan-hubungan
dalam masyarakat.
2) Perilaku kenakalan remaja juga mengakibatkan ketentraman umum
menjadi terganggu.
3) Merangsang terjadinya peningkatan perilaku kenakalan pada remaja di
masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat
dijelaskan bahwa cara menanggulangi kenakalan remaja yaitu dengan cara adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya. Remaja harus pandai memilih teman
dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul. Dan hal yang penting lagi untuk
menanggulangi kenakalan remaja tersebut yaitu remaja sebaiknya membentuk
ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
19
5. Layanan konseling Individual
a. Pengertian layanan Konseling Individual
Konseling Individual merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk
“guidance services“ (layanan bimbingan). Layanan ini bahkan di sebut-sebut
sebagai layanan yang paling utama dari semua bentuk layanan bimbingan yang
ada. Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas, di bawah ini akan di bahas
tentang pengertian konseling individual, sebagai berikut:
Definisi yang di kemukakan Gibson dan Mitchell sejalan dengan pendapat
Dryden (dalam Palmer & Mc Maho, 2011:39) bahwa konseling perorangan akan
membuat hubungan akrab antara klien dan konselor, konseling perorangan adalah
sebuah teraputik. Lebih lanjut, Dryden menyimpulkan bahwa konseling
perorangan membantu klien yang ingin membuat perbedaan dirinya dengan yang
lain. Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat
variasi gaya terauputik untuk klien yang berbeda.
Menurut Dewa Kutut Sukardi dan Desak P.E Nila Kusmawati (2008:62),
Konseling perorangan/individu adalah pelayanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien/konseli) mendapatkan pelayanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing pribadi yang di
deritanya.
Menurut Prayitno dan Amti (2004:105), Konseling perorangan adalah
“proses pemberian bantuan yang di lakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (di sebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
20
masalah (di sebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang di hadapi
klien”.
Menurut Roger dalam Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E Nila
Kusmawati (2008: 2), konseling adalah menyediakan kondisi, sarana, dan
keterampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam
memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan, dan aktualisasi diri.
Berdasarkan pengertian yang di kemukakan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa konseling perorangan/ individual adalah suatu hal yang memuat
beberapa hal yaitu usaha membantu klien/ sebuah proses dalam upaya
mengentaskan permasalahan, menjaga kerahasiaan klien, konseling perorangan
akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor dan pelaksanaan di
lakukan secara tatap muka, tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang di alaminya.
b. Tujuan Konseling Individual
Tujuan Layanan Konseling menurut Prayitno (2004;4), tujuan layanan
konseling individual yaitu Tujuan umum adalah pengentasan masalah konseli.
Tujuan khusus layanan konseling individual dapat di rinci melalui layanan
konseling individual konseli dapat memahami seluk beluk masalah yang di alami
secra mendalam dan komperhensif, serta positif, dan dinamis.
Menurut Sofyan S. Willis (2004: 20) bahwa, secara umum tujuan
konseling haruslah mencapai:
21
1. Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus dapat
menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna untuk
diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Tuhannya.
2. Relationship with other, artinya klien mampu menjalin hubungan yang
harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor, masyarakat, dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Carkhuff dan Gordon (dalam sofyan Willis, 2004:
22), Tujuan konseling adalah agar mampu bekerja agar hidup lebih efektif dalam
segala hal seperti belajar, berkarya, bekeluarga, dan sebagainya. Kemudian di
tambahkan lagi bahwa konseling juga bertujuan untuk menghilagkan gangguan-
gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti: rasa benci, rasa takut, rasa
bersalah, rasa cemas, sebagai konsekuensi dari cara berfikir dan sistem
keyakianan yang keliru dengan jalan melatih dan mengejar klien untuk
menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasioanl dan membangkitkan
kepercayaan, nilai- nilai dan kemampuan diri.
Dari dua rumusan tentang tujuan konseling individual di atas dapat di
ambil makna bahwa konseling pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada konseli sehingga hubungan yang terjadi dalam konseling
merupakan “helping relationship“ (hubungan yang bersifat membantu). Dalam
proses pemberian bantuan ini berlangsung suasana yang menunjang pencapaian
tuajuan melalui pertalian antara kepribadian dan keterampilan konselor dan
konseli.
22
c. Langkah-Langkah Konseling Individual
Langkah-langkah dalam konseling individual menurut Wibowo (dalam
http://konselorindonesia.blogspot.com/2010/11/konsep-dasar-konseling-
perorangan-dyp.html) yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan, meliputi kesiapan fisik dan psikis konselor, tempat dan
lingkungan sekitar, perlengkapan, pemahaman klien dan waktu.
b. Rapport, yaitu menjalin hubungan pribadi yang baik antara konselor dan
konselor sejak permulaan, proses, sampai konseling berakhir, yang di
tandai dengan adanya rasa aman, bebas, hangat, saling percaya dan saling
menghargai.
c. Pendekatan masalah, di mana konselor memberikan motivasi kepada klien
agar bersedia menceritakan persoalan yang di hadapi dengan bebas dan
terbuka.
d. Pengungkapan, dimana konselor mengadakan pengungkapan untuk
mendapatkan kejelasan tentang inti masalah klien dengan mandalam dan
mengadakan kesepakatan bersama dalam menentukan masalah inti dan
masalah sampingan, serta masalah yang di hadapi klien sendiri maupun
yang melibatkan pihak lain. Sehingga klien dapat memahami dirinya dan
mengadakan perubahan atas sikapnya.
e. Diagnostik, adanya langkah untuk menetapkan latar belakang atau faktor
penyebab yang di hadapi klien.
f. Prognosa, adalah langkah dimana konselor dan klien menyusun rencana
pemberian bantuan atau pemecahan masalah yang di hadapi klien.
23
g. Treatment, merupakan realisasi dari langkah prognosa. Atas dasar
kesepakatan antara konselor dengan klien dalam menangani masalah yang
di hadapi, klien melaksankan suatu tindakan untuk mengatasi masalah
tersebut dan konselor memberikan motivasi agara klien dapat
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuan yang
dimilikinya.
h. Evaluasi dan indak lanjut, langkah untuk mengetahui keberhasilan dan
efektifitas konseling yang telah diberikan. Berdasarkan hasil yang telah di
capai oleh klien, selanjutnya konselor menentukan tindak lanjut secara
lebih tepat, yang dapat berupah meneruskan suatau cara yang sedang di
tempuh karena telah cocok maupun perlu dengan cara lain yang dipikirkan
lebih tepat.
d. Proses Pelaksanaan Konseling Individual
Menurut Sofyan Willis (2004:50-54), dalam proses konseling ada tiga
tahapan konseling yakni: (1) tahapan mendefenisikan masalah (Tahap Awal), (2)
tahap atau fase bekerja dengan defenisi masalah (Tahap Pertengahan), (3) tahap
keputusan untuk membuat (action) disebut juga tahap akhir.
Menurut winkel & M.M Sri Hastuti (2004: 473-476), lebih ringkas di
bahas mengenai proses konseling yaitu sebagai berikut:
24
a. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working
relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah
dalam wawancara konseling.
b. Penjelasan Masalah
Konseli mengemukakan hal ingin dibicarakan dengan konselor, sambil
mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan denagn hal itu.
Insiatif berada pada pihak konseli dan bebas mengutarakan apa yang di anggap
perlu di kemukakan.
c. Penggalian Latar belakang Masalah
Oleh karena konseli pada fase sebelumnya belum menyajikan gambaran
lengkap mengenai kedudukan masalah, di perlukan kejelasan lebih mendetail dan
mendalam. Fase ini juga disebut analisis kasus, yang di lakukan menurut
sistimatika tertentu sesuai dengan penedektan konseling yang diambil.
d. Penyelesaian masalah
Berdasarkan apa yang telah digalih dalam fase analisis kasus, konselor dan
konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama
fase ini harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peranan
konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada
umumnya lebih besar. Konselor menerapkan sistimatika suatu penyelesaian yang
khas bagi masing-masing pendekatan yang di sebut dalam butir. Jika konselor
telah mengambil pendekatan konseling untuk membuat pilihan dalam fase analisis
25
kasus, akan menerapkan langkah penyelesaian masalah yang sesuai dengan
pendekatan itu dan seterusnya.
e. Penutup
Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian masalah yang
ditemukan bersama dengan konselor, proses konseling dapat diakhiri. Penutup ini
sebaiknya mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan konseli
menyadari bahwa hubungan antar pribadi, sebagaimana berlangsung selama
wawancara atau rangkaian wawancara konseling telah selesai.
f. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Layanan Konseling Individual
Menurut Wahid Suherman (dalam http://konselorindonesia.blogspot-
2010/11/konsep-dasar-konseling-perorangan -dyp.html), adapun waktu dan
tempat layanan konseling individual hakikatnya dapat di laksanakan kapan saja
dan di mana saja, atas kesepakatan konselor-klien, dengan memperhatikan
kenyamanan klien dan terjaminnya asas kerahasiaan. Kondisi tempat layanan
perlu mendapat perhatian tersendiri dari konselor. Selain kursi dan meja
secukupnya, ruangan konseling dapat di lengkapi dengan tempat penyimpanan
bahan-bahan seperti dokumen, laporan, dan dan buku-buku lain.
Dalam hal ini kondisisi ruangan tempat layanan di selenggarakan
menggambarkan kesiapan konselor memberikan pelayanan kepada klien. Kapan
layanan konseling perorangan di laksanakan juga atas kesepakatan kedua pihak.
Kepentingan klien diutamakan tanpa mengabaikannya kesempatan dan kondisi
konselor. Dalam hal ini konselor yang memiliki hak panggil atas klien perlu
26
mengatur pemangilan terhadap klien sehingga tidak mengganggu kepentingan
klien atau sedapat-dapatnya tidak menimbulkan kerugian apapun pada diri klien.
Jadwal ataupun janji untuk bertemu konselor ditepati dengan baik,
pengingkarannya dapat berdampak negatif terhadap proses layanan konseling
perorangan. Apabila jadwal atau janji untuk bertemu itu perlu di ubah, maka klien
harus di beritahu sebelum waktu yang di jadwalkan atau janji untuk bertemu itu
perlu di ubah, maka klien harus di beritahu sebelum waktu yang di jadwalkan/
dijanjikan tiba. Untuk sesi-sesi layanan konseling perorangan yang berlanjut (sesi
kedua, ketiga, dsb) diperlukan ketetapan mengenai waktu dan tempat yang di
sepakati dan di tepati oleh kedua belah pihak.
6. Layanan Konseling Individual Menggunakan Teori Gestalt
Diatas telah di sebutkan bahwa teori Gestalt adalah lebih dari sekedar
sekumpulan teknik atau cara-cara. Apabila interaksi konselor dan konseli
merupakan inti dari proses teraupeutik, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat
untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh, mengalami
konflik-konflik internal, dan menebus jalan buntu untuk menghambat
penyelesaian urusan yang tak selesai. Teknik-teknik terapis Gestalt di gunakan
sesuai dengan pribadi konseli. Psikoterapi Gestalt menitik beratkan pada semua
yang timbul pada saat ini. Pendekatan ini tidak memperhatikan masa lampau dan
juga tidak memperhatikan yang akan datang. Jadi pendekatan Gestalt lebih
menekankan pada proses yang ada selama terapi berlangsung.
27
Dalam buku Gerald Corey (2012: 147), dalam terapi Gestalt terdapat juga
konsep tentang urusan yang tak terselesaiakn, yaitu mencakup perasaan-perasaan
yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, sakit hati, kecemasan rasa di
abaikan dan sebagainya. Meskipun tidak bisa di ungkapkan, perasaan-perasaan itu
di asosiasikan dengan ingatan dan fantasi tertentu. Karena tidak terungkap dalam
kesadaran, perasaan itu tetap tinggal dan dibawa kepada kehidupan sekarang yang
menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Dengan ini, di harapkan klien akan dibawa kesadarannya dimasa sekarang dengan
mencoba menyuruhnya kembali kemasa lalu dan kemudian klien disuruh untuk
mengungkapkan apa yang di inginkannya saat lalu sehingga perasaan yang tak
terselesaikan dulu bisa di hadapi saat ini.
7. Tujuan Teori Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani
menghadapi berbagi macam tantangan maupun kenyataan yang harus di hadapi.
Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya diri, dapat
berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Inidividu
yang bermasalah pada umumya belum memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru di manfaatkan
sebagian ini di manfaakan dan di kembangkan secara optimal.
Melalui pelibatan yang kreatif dalam proses terapi Gestalt, J. Rrhyne
dalam, Hartono dan Boy Soedarmaji (2012: 41) mengharapkan klien akan:
28
1. Meningkatkan kesadaran diri
2. Secara bertahap, mengambil hikmah pengalaman.
3. Mengembangkan kemampuan dan memperoleh nilai untuk memenuhi
kebutuhan tanpa harus melanggar hak orang lain.
4. Lebih sadar akan perasaannya
5. Belajar bertanggungjawab pada apa yang mereka lakukan termasuk
menerima konsekwensi perbuatannya.
6. Beralih dari dukungan luar pada peningkatan dukungan internal diri
sendiri.
Menurut Perls dalam, Gerald Corey (2005: 138-139) tugas utama terapis
adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan
sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri
merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu terapi gestalt pada
dasarnya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi
sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsiran sendiri, menciptakan pernyataan-
pernyataan sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien
didorong untuk langsung mengalami perjuangan disini-dan-sekarang terhadap
urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik,
meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas
kasadarannya. Pengakuan (menyadari) bahwa satu satunya kenyataan yang kita
miliki adalah kenyataan saat ini, orang serupa itu tidak melihat kebelakang atau
kedepan untuk menemukan arti atau maksud dalam kehidupan. Hal ini
mengandung pengertian bahwa seseorang tidak selalu tertancap pada kondisi
masa lalu. Selain itu dengan menyadari keadaan saat ini, mereka tidak akan
berangan-angan tentang masa depan. Sehingga yang terpenting adalah masa kini
yang harus dihadapi.
29
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut:
1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami
kenyataan atau realitas.
2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribbadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan
orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to him self).
Meningkatkan kesadaran individu agar klien dapat bertingkah laku
menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines)
yang muncul dan selalu akan muncul dapat di atasi dengan baik.
8. Prinsip Kerja dangan Teori Gestalt
Adapun beberapa prinsip kerja teori pendekatan Gestalt yaitu sebagai
berikut:
1. Penekanan pada tanggung jawab klien. Konselor menekankan bahwa
konselor bersedia membantu klien, namun kesemuanya itu tidak akan bisa
mengubah klien tanpa klien mampu membantu dirinya juga. Dalam hal ini
konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas usaha
tingkah lakunya.
2. Berorentasi pada masa sekarang. Dalam proses konseling konselor tidak
merekonstruksi masa lalu klien ataupun motif-motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu
tidak penting. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang.
Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah bertanya “ mengapa “.
30
3. Berorentasi eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang
diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien
mengintegrasikan kembali dirinya
Menurut Gerald Corey (2009: 133), salah satu tujuan dari teori Gestalt
adalah mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek-aspek
keperibadian yang di coba di buang atau di ingkari. Teori Gestalt menaruh
perhatian yang besar pada memisahkan dalam fungsi kepribadian. Yang paling
utama adalah pemisahan antara “ top dog “ dan “ underdog “. Terapi sering di
fokuskan pada pertentangan antara top dog dan underdog itu .
9. Penggunaan Konseling Individual Melalui Teori Gestalt dalam
Mengurangi Kenakalan Siswa yang Brokenhome
Siswa yang brokenhome selalu menganggap masalahnya sulit untuk di
selesaikan, padahal banyak yang bisa di lakukan untuk menyelesaikan masalahnya
terbut. Salah satunya dengan layanan konseling individual melalui teori Gestalt
yang mempunyai pengaruh dalam mengatasi masalah siswa yang brokenhome.
Karena konseling individual merupakan salah satu pemberian bantuan secara
perorangan dan secara langsung yang berkaitan dengan teori Gestalt yang
kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhinya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko.
Selain itu, teori Gestalt yang merupakan suatu pendekatan konselor dalam
menyarankan percobaan-percobaan guna membantu konseli dalam memperoleh
fokus yang lebih tajam kepada apa yang di lakukannya sekarng.
31
Dengan demikian, konseling individual dengan menggunkan teori Getalt
dalam mengatasi kenakalan siswa yang brokenhome, siswa menjadi berprilaku
baik karena menyelesaikan masalahnya dengan teori Gestalt karena konselor
dalam konseling menganjurkan konseli boleh berteriak, menangis, berbicara
tentang diri sendiri, mengeksplorisasi kebingungannya sendiri.
B. Kerangka Konseptual
Brokenhome kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada
perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi
anak-anak. Bisa saja jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain
itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa trnsisi menuju
kedewasaan.
Kenakalan siswa yang brokenhome merupakan suatu tindakan atau
perbuatan yang menyimpang dan melawan tata tertib atau peraturan sekolah
maupun kondisi keluarga di sebabkan oleh tidak harmonis dan serta tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi
keributan serta perselisiahan. Untuk mengurangi masalah siswa maka di lakukan
salah satu jenis layanan konseling individual dengan menggunkan teori Gestalt
untuk mengatasi siswa yang brokenhome merupakan hal yang sangat cocok untuk
di lanjutkan. Melalui konseling individual dengan menggunakan teori Gestalt
siswa di ajak untuk memecahkan masalah pribadinya.
32
Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/ orang lain menjadi percaya pada diri, dapat
berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Individu yang
bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh,
melainkan baru memanfaatkan sebagian dari potensi yang dimilikinya. Melalui
konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru di manfaatkan
sebagian ini di manfaatkan dan di kembangkan secara optimal. Dengan demikian,
konseling individual melalui teori Gestalt dapat mengurangi masalah yang di
alami siswa yaitu kenakalan siswa yang brokenhome.
PELAKSANAAN KONSELING
INDIVIDUAL MELALUI TEORI
GESTALT
MENGURANGI KENAKALAN
SISWA YANG BROKENHOME
KENAKALAN SISWA
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil
Qur’an Islamic Center yang terletak di Jl. Selamat Ketaren Medan Estate, Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara peneliti memilih lokasi
penelitian tersebut di karenakan jarak yang cukup dekat dengan domisili peneliti
yang akan memberikan kemudahan pada peneliti dan waktu penelitian dilakukan
dengan sampai selesai.
2. Waktu Penelitian
Sedangkan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2019
sampai Juni 2019. Untuk lebih jelas tentang rincian waktu penelitian dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian
No. Kegiatan
Minggu/Bulan
April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Persetujuan Judul
3 Penulisan Proposal
4 Bimbingan Proposal
5 Proposal Disetujui
6 Seminar Proposal
34
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek
Subjek penelitian kualitatif adalah mereka para responden atau informan
yang dijadikan sebagai nara sumber untuk menggali yang dibutuhkan peneliti.
Menurut Sugiyono (2012, 148), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
mengambil data yang tidak berupa angka. Maka dalam penelitian ini ditentukan
subjek penelitian yang kiranya peneliti dapat menggali informasi dari mereka
yakni, kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan guru bimbingan konseling
sebagai orang-orang yang mengetahui keadaan objek penelitian.
2. Objek Penelitian
Karena penelitian ini memakai penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
tujuannya untuk menganalisis fenomena atau kejadian maka, pengambilan
sampelnya tidak ditentukan seperti penelitian kuantitatif. Oleh sebab itu peneliti
mengambil 4 orang siswa yang memiliki masalah kenakalan berdasarkan
rekomendasi guru bimbingan dan konseling.
Tabel 3.2
Objek Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa Sampel
1 X IPS-1 30 4
Jumlah 30 4
35
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research)
dengan model siklus seperti yang di kemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart
(1999) dalam Hidayat & Badjuraman (2012). Setiap siklus terdiri dari empat tahap
penelitian tindakan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4)
Refleksi.
Konseling individual dengan menggunakan teori Gestalt merupakan
inovasi terbaru untuk mengoptimalkan siswa dalam memahami dan mengambil
keputusan yang sangat berperan dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
Peneliti mengadakan konseling individual dengan menggunkan teori Gestalt
sebanyak 4 kali rinci dengan rincian siklus pertama di lakukan konseling
sebanyak 2 kali pertemuan, sehingga masalah siswa dapat teratasi selama proses
konseling, konselor menggunkan teori Gestalt sebagai pendekatan konseling
makna yang ingin di sampaikan kepada siswa sehingga lebih fokus dan mengerti
apa yang harus di lakukan dan keputusan apa yang akan di pilihnya.
D. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan di gunakan variabel
independen (bebas) yaitu X dan dependen (terikat) variabel Y. Adapun variabel
bebas yaitu layanan konseling individual dengan menggunakan teori Gestalt dan
variabel terikat adalah kenakalan siswa yang brokenhome.
36
b. Definisi Operasional
a. Layanan Konseling individual dengan menggunakan Teori Gestalt
Layanan Konseling Individual adalah layanan pemberian bantuan kepada
konseli dalam upaya mengentaskan masalah dalam pelaksanaan di lakukan
dengan tatap muka yang bertujuan agar konseli dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap persoalan persoalan atau masalah khusus yang di alaminya.
Layanan konseling individual dengan menggunakan Teori Gestalt merupakan
pemeberian bantuan ataupun pendekatan dalam konseling konseling yang tidak
memperhatikan masa lampau dan juga tidak memperhatikan yang akan datang.
Jadi pendekatan Getalt lebih menekankan pada proses yang ada selama terapi
berlangsung .
b. Kenakalan Siswa yang Brokenhome
Kenakalan siswa adalah perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan
keresahan dilingkungan masyarakat sekolah maupun keluarga. Brokenhome
merupakan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya
keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera. Kenakalan siswa yang Brokenhome
merupakan salah satu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera yang menimbulkan pada
perbuatan- perbuatan seperti pemberontan, ketidak percayaan anak pada orang
tua, penyimpangan pergaulan karena kecewa dan kurang prhatian, dan hubungan
interaksi yang kurang antara orang tua anak yang berakibat pada keresahan di
lingkungan masyarakat sekolah.
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap
yaitu:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan menurut Sugiyono (2012: 310) dapat diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
tampak pada objek penelitian. Observasi ini menggunakan observasi
partisipasi, dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian.
Tabel 3.3
Pedoman Observasi untuk Siswa
No Aspek yang diamati Hasil
1. Antusias dalam konseling individual melalui teori
Gestalt
a. Mendengarkan dan menerima pendapat
orang lain.
b. Keefektifan dalam mengemukakan
pendapat dalam mengikuti konseling
individual melalui teori Gestalt.
- Memahami layanan yang diberikan
- Mengembangkan layanan yang
diberikan
2. Prilaku siswa dalam proses pemberian layanan
sesuai dengan materi yang diberikan guru
bimbingan dan konseling sesuai dengan asas-asas
konseling
a. Positif
- Siswa memberikan respon mengenai
konseling individual melalui teori
Gestalt.
- Siswa merasa nyaman dalam proses
pemberian layanan berlangsung
38
- Siswa melakukan tanya jawab
b. Negatif
- Tidak adanya respon dari siswa
terhadap guru Bk
- Tidak adanya responn guru bk
terhadap siswa
- Siswa merasa tidak nyaman selama
proses pemberian layanan
berlangsung
2. Wawancara
Menurut Lexy. J. Moleong (2000: 135) wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikanjawaban atas pertanyaan. Dalam hal ini,
peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana seorang pewawancara
menetapkan sendiri masalah danpertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Wawancara Konseling Individual Melalui Teori Gestalt
Variabel Indikator
Kenakalan
siswa
Berbohong
Membolos
Meminum minuman keras
Keluyuran tanpa arah tujuan
Memiliki dan membawa benda yang
membahayakan orang lain
Bergaul dengan teman yang memberi
pengaruh buruk
Begadang pada malam hari
39
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data deskriptif kualitatif,
yaitu menjelaskan perkembangan berdasarkan hasil pengamatan konseling
melalui pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh konseli selama proses
konseling berlangsung sehingga tahap akhir (data verbatim).
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidka perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data
dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Conclucion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
40
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Ukuran keberhasilan penelitian ini mengacu pada kriteria rentangan persentase
menurut Irianto dalam dewi (2010:41) sebagai berikut: 0-25% (kurang), 26% -
50% (cukup), dan 76% - 100% (baik). Peneliti mengambil 75% sebagai batas
persentase keberhasilan penelitian. Agar lebih lengkap maka konseli diminta
untuk mengisi format leiseg, laijapen dan laijapa. Format ini diisi oleh siswa
untuk evaluasi keberhasilan proses konseling. Data dari hasil evaluasi ini akan
menunjukkan perkembangan kenakalan siswa yang brokenhome.
41
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah
1. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic
Center Sumatera Utara
Pada tahun 1980 kemajuan perkembangan peradaban Islam di Indonesia
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan menjamurnya pondok
pesantren, baik klasik maupun modern dan berdirinya pusat penyebaran dakwah
islam yang dikenal dengan Islamic Center yang berfungsi sebagai pusat informasi
Islam di daerah.
Di sumatera Utara ide pendirian Islamic Center ini di prakarsai Majlis
Ulama Indonesia (MUI) Prov. Sumatera Utara dan beberapa tokoh masyarakat
dan ulama di Sumatera Utara. yang antara lain; Alm. Drs. H. Adul Jalil
Muhammad (Ketua MUI Sumatera Utara), Drs. H. A. Muin Isma Nasution (Kabid
Pendidikan dan Agama Islam pada Kanwil dep. Agama), dan Dr. H. Maratua
Simanjuntak (Dosen IAIN Sumatera Utara), Haji Probosoetedjo, Haji Raja
Syahnan, Drs. Alimuddin Simanjuntak, Drs. Haji Ahmad A. Gani, Haji Zainuddin
Tanjung, Ir. Haji Nursuhadi, Hajjah Salmah Lahmuddin Dalimunthe, Djanius
Djamin, Taty Habib Nasution.
Ide pembangunan Islamic Centre Sumatera Utara ini disambut baik oleh
Majlis Ulama Sumatera Utara dan beberapa Majlis Ulama tingkat II se Sumatera
Utara yang akhirnya mengeluarkan rekomendasi bersama untuk segera
membangun Islamic Center Sumatera Utara.
42
Hasil rekomendasi Majlis Ulama ini disampaikan kepada Gubernur
Sumatera Utara dan disambut baik oleh gubernur Sumatera Utara. Pada seminar
Dakwah Islam se-Sumatera Utara yang dihadiri oleh 163 ulama, zu’ama dan para
cendikiawan muslim pada tanggal 23-31 Maret 1983 disepakati bahwa seluruh
Ulama, Zu’ama dan para cendikiawan Muslim yang hadir mendukung gagasan
MUI Sumatera Utara untuk membangun gedung Islamic Center Sumatera Utara.
Untuk mengelola Islamic Center Sumatera Utara maka dibentuklah yayasan yang
bergerak dibidang pengembangan pendidikan dan dakwah Islam Sumatera Utara
yang bernama YAYASAN ISLAMIC CENTER SUMATERA UTARA, yang
beralamatkan di jalan Williem Iskandar/Selamat Ketaren (Saat ini) Medan Estate
kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.
Melalui prakarsa Alm. H. Abdul Manan Simatupang yang saat itu
menjabat sebagai SEKWILDA Prov. Sumatera Utara yang juga berperan sebagai
ketua Yayasan Islamic Center saat itu akhirnya mampu menggerakkan motor
pembangunan sarana dan prasarana Islamic Center sehingga terbangunlah
beberapa bangunan yang dianggap layak untuk sarana pendidikan dan pusat
informasi Islam di Sumatera Utara.
43
2. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic
Center Sumatera Utara
Visi:
“Masyarakat yang berakhlak mulia, penghafal Al-qur’an dan pengintegrasi
ilmu agama, ilmu kalam,ilmu sosial, dan ilmu humaniora dengan nilai-niali
islam.”
Misi:
“ Melaksanakan pendidikan dan pembumian Al-qur’an yang berkualitas
dibidang ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu humaniora.”
3. Profil Yayasan
Nama Lembaga: Yayasan Islamic Centre Sumatera Utara
Tahun Berdiri : 1982
Lokasi : Jl. Williem Iskandar/Pancing Kel. Sidorejo,
Kecamatan Medan Tembung Medan-Sumatera Utara
Telp. : 061-6627322-6627332
Website : www.icsumut.com
Luas Tanah : ± 5,3 Ha
Fasilitas :
1. Asrama Putera dan Puteri
2. Lokal Belajar yang nyaman
3. Kantor Administrasi
4. Kantin
5. UKS
44
6. Sarana Olah Raga
7. Islamic Centre Mini Bank
8. Security 24 Jam
Menaungi Pendidikan :
a. SD-IT Tahfizhil Quran
b. Madrasah Tsanawiyah Hifzil Quran akreditasi B
c. Madrasah Aliyah Tahfizhil Quran akreditasi B
d. Madrasah Hifzhil Quran (Khusus Tahfizhil Quran)
3. Struktur Organisasi
Susunan Pengurus Yayasan Islamic Centre Sumatera Utara
Dewan Pembina
Ketua : H. Armyn Simatupang, SH
Anggota : 1. Drs. H. Taufan Gama Simatupang, M.AP
2. H. Zahrin Abu Bakar, SP
Dewan Pengurus
Ketua Umum : Drs. H. Rudy Supriatna, MM.
Ketua I : Drs. H. A. Muin Isma Nasution
Ketua II : Dr. H. Maratua Simanjuntak, MA
Ketua III : dr. Hj. Rosita Nurjannah Simatupang
Sekretaris Umum : Drs. H. Alwan Rizal Simatupang
Sekretaris I : H. Marahansan Harahap, SH
Bendahara Umum : Drs. H. Irfan Mutyara
45
Bendahara I : 1. Syaiful Bachri Simatupang, SH, MH
2. Hj. Kesuma Mekar Harahap
Pengawas
Ketua : dr. H. Zulkarnaen Rangkuti
Anggota : 1. Prof. Dr. Hj. Rita Fatimah Dalimunthe
2. Ir. Fikri Akbar Nasution
4. Susunan Pengurus Ponpes Mahad Tahfizhil Quran
Yayasan Islamic Centre Sumatera Utara
Mudir : Drs. H. A. Muin Isma Nasution
Wakil Bag. Kurikulum : Irham Taufik, S.Pd.I
Kepala Tata Usaha : Satria Santoso, A.Md
Staf Tata Usaha : Muhammad Windi, S.Pd
Kepala SDIT : Dra. Hj. Erni Ritonga
Kepala Tata Usaha : Nanda Kardina, S.Pd.I
Kepala MTs Hifzil Quran : Dahrin Harahap, S.Pd.I
WKM Bid. Kurikulum : Quwahid, S.Pd
WKM Bid. Kesiswaan : Zulkifli Harahap, S.Pd
WKM Bid. Tahfizh : Akhyaruddin, S.Pd
Kepala Tata Usaha : Abd. Kadir Tanjung, S.Sos.I
Staf Tata Usaha : Muhammad Irham Putra, S.Kom
Bendahara : Sri Purnama, S.Pd
Kepala MA Tahfizhil Quran : Charles Rangkuti, M.Pd.I
46
WKM Bid. Kurikulum : Ir. Parlindungan, S.Pd
WKM Bid. Kesiswaan : Andi Syahputra Harahap, M.Pd
WKM Bid. Tahfizh : Andi Zaenal, S.Pd.I
Kepala Tata Usaha : Gusri Dahriani, S.Pd.I
Staf Tata Usaha : Ajran Aridh Gea, S.Kom
Bendahara : Irsa Akmila, S.Akun
Kepala MHQ : H. Zulfanuddin Marbun, MA
WKM Bid. Kurikulum : H. Marie Muhammad, S.HI
WKM Bid. Kesiswaan : Drs. H. Sabaruddin Nasution
Staf Tata Usaha : Uswatun Niswah Gea, S.Kom
Staf Tata Usaha : Fadli Alhadi
Bendahara : Agust Sulaiman, S.Pd.I
5. Data Guru
No. Nama Guru Jenis
Kelamin
Materi Pelajran
yang di Ajarkan Jabatan
1 Charles Rangkuti, M.PdI L Fiqih Ka. Madrasah
2 Ir. Parlindungan, S.Pd L Matematika Guru/Wkm
3 Andi Syahputra, M.Pd L Bahasa Indonesia Guru/Wkm
4 Muliadi Arisandi, S.Sos.I L WKM
Tahfidz
5 Gusri Dahriani, S. Pd I. P Fiqih TU/Guru
6 Ajran Aridh Gea, S.Kom L TIK Staf TU /
Guru
7 Syarwan Nasution,S.PdI L Alquran Hadis Guru
8 Dra. Hj. Erni Ritonga P Sosiologi Guru
47
9 Rahayu Nur Syahri,S.Pd P Bahasa Inggris Guru
10 R. Ani Syamsidar ,S.H P Bahasa Indonesia Guru
11 Ahsani Taqwiem Nasution, S.Pd L PJKS Guru
12 Drs.Hairul L Akidah Akhlak Guru
13 Siti Sahara,S.Si P Biologi Guru
14 Adrianis,S.Pd P Kimia Guru
15 Zulkifli Harahap, S.Pd L Geografi Guru
16 Hilda Mutiara Ayu, S.Pd P Sejarah Guru
17 Rika Putri Nasution, S.Pd P PKN Guru
18 Eva Solina Siregar, S.Pd P Bahasa Inggris Guru
19 Muhammad Zali, Lc. M.HI L Ushul Fiqh Guru
20 Dr. H. Abdi Syahrial, MA L Tafsir-Ilmu Tafsir Guru
21 Taufik Akbar Batubara, S.Pd.I L Ilmu Kalam
Guru SKI
22 Siti Hasnita Nasution, S.Pd.I P Bahasa Arab Guru
23 Ali Mahmud Ansyari, Lc L Hadis-Ilmu Hadis Guru
24 Muliatno, M.Pd.I L Nahu Guru
25 Fatimah Harahap, S.Pd P Ekonomi Guru
26 Putri Syahreni Harahap, M.Pd P Fisika Guru
27 Ihsan Daulay, M.Pd.I L Alquan Hadis
Guru Akidah Akhlak
28 Ahmad Rosadi Pohan, S.Pd L Matematika Guru
29 Robiatul Adawiyah, S.Ag P Shorof Guru
30 Lisna Wati Harahap, S.Pd P Bimbingan
Konseling Guru
31 Ahmad Syafii Saragi, M.Pd L Akhlak Guru
32 Bismi Radhiah, S.Pd.I P Bahasa Arab Guru
48
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Kenakalan remaja adalah kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh
para pelaku yang masih remaja, meliputi bidang moral, susila, yuridis, sosial dan
psikologis. Kenakalan remaja dapat terjadi karena beberapa sebab. Oleh karena itu
dalam menyelesaikan masalah kenakalan remaja perlu diadakan analisa terhadap
masalah kenakalan tersebut.
Kenakalan remaja merupakan suatu permasalahan klasik yang dihadapi
oleh para pengajar di sekolah. Permasalahan tersebut tidak hanya menjadi
tanggungjawab pihak sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab orang tua,
masyarakat, dan lingkungan. Keberadaan remaja yang sehari-harinya di sekolah
dan orang tua yang sudah menyerahkan tanggungjawabnya kepada pihak sekolah,
maka sekolah memiliki tanggungjawab yang lebih besar dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh remaja tersebut, dalam hal ini adalah siswa.
Pihak sekolah yang memiliki wewenang lebih adalah guru bimbingan
konseling. Setelah mengadakan penelitian di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil
Qur’an Islamic Center Sumatera Utara yang berkaitan dengan peran guru
bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa penulis membuat analisis
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling (hasil
wawancara Bu Lisna, 22 Juli 2019), bahwa kenakalan yang dilakukan oleh
siswa diantaranya disebabkan oleh latar belakang siswa yang orang tuanya
mengalami broken home sehingga siswa kehilangan sosok untuk menjadi
teladannya.
49
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Bapak Charles Rangkuti,
M.Pd,I, 22 Juli 2019) bahwa faktor penyebab kenakalan siswa di Madrasah
Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara yaitu:
1. Faktor lingkungan keluarga, dimana karena keluarga mengalami broken
home sehingga tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik maka anak
mengalami kebingungan dalam bersikap dan mengambil sosok yang
diteladani. Karena keluarga dalam kondisi yang tidak baik maka perhatian
orang tua menjadi berkurang terhadap tingkah laku anak di sekolah
maupun di lingkungan teman sebayanya.
2. Faktor pergaulan, terpengaruh pergaulan teman dari sekolah terdahulu
sehingga kenakalan siswa di sekolah terdahulu terbawa sampai di sekolah
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa Madrasah
Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara, bahwa
kenakalan yang mereka lakukan dikarenakan kurangnya perhatian keluarga
sehingga anak melampiaskan dengan cara melakukan kenakalan bersama dengan
teman-temannya. Selain itu juga disebabkan oleh pengaruh yang diberikan oleh
teman sekelasnya yang juga melakukan kenakalan (hasil wawancara dengan
siswa Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara
korban broken home berinisial “AR”, 24 Juli 2019).
Hasil wawancara dengan siswa berinisial “AR” juga didukung dengan
pernyataan dari siswa berinisial “Nh” ketika penulis tanya “Mengapa Anda dan
50
teman-teman Anda sering melakukan kenakalan dalam mematuhi tata tertib
sekolah?” dan “Nh” menjawab:
“Saya pengen aja, ikut teman, diajakin teman dari sekolah lain untuk membolos
karena teman saya itu lagi males sama pelajarannya (wawancara pada tanggal
26 Juli 2019).”
Dari teori yang penulis paparkan dan hasil penelitian yang penulis
dapatkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa teori yang ada sesuai dengan apa
yang penulis dapatkan di lapangan. Dapat dijelaskan menurut teori Rational
choice: Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interes, motivasi atau
kemauannya sendiri, dan teori Differential association: kenakalan remaja adalah
akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anak-anak
nakal juga. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh siswa berinisial “Nh”
ketika penulis tanya “Mengapa Anda dan teman-teman Anda sering melakukan
kenakalan dalam mematuhi tata tertib sekolah?” dan “Nh” menjawab: “saya
pengen aja, ikut teman, diajakin teman dari sekolah lain untuk membolos karena
teman saya itu lagi malas sama pelajarannya (wawancara pada tanggal 29 Juli
2019).”
Orang tua yang sibuk dan guru yang kelebihan beban merupakan
penyebab dari berkurangnya fungsi keluarga dan sekolah sebagai pranata
kontrol. Faktor keluarga juga sangat mempengaruhi terjadinya kenakalan
remaja. Karena menjadi orang tua tunggal dalam keluarga broken home, maka
orang tua lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dibandingkan
51
untuk memerhatikan perilaku anak-anaknya (hasil wawancara dengan guru BK
pada tanggal 22 Juli 2019).
Keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial) yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, dan
tingkah laku yang baik. Sementara itu, keluarga harus menciptakan situasi belajar
yang kondusif bagi anak.
Keluarga memegang peran penting untuk kehidupan anak, lingkungan
keluarga yang baik akan membentuk anak yang baik sebaliknya jika keluarga
mengalami broken home dan tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik maka
akan mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Keluarga broken
home yang tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat menjadi salah
satu faktor penyebab anak melakukan kenakalan.
Kenakalan yang dilakukan oleh keempat siswa di Madrasah Aliyah Swasta
Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara diantaranya adalah kehadiran
siswa di sekolah tidak tepat waktu (terlambat), membolos saat pergantian jam
pelajaran, bersikap kurang sopan terhadap guru, meremehkan dan membantah
guru, tidak mengerjakan tugas, tidak memiliki tujuan hidup (sulit dibimbing dan
diarahkan) dan bersikap semaunya sendiri, membuat gaduh saat KMB (Kegiatan
Belajar Mengajar), membolos (cabut), membuat status kasar, tidak fokus dengan
pelajaran serta tidak memiliki motivasi untuk belajar, sholat bolong-bolong,
mengaku haid saat diajak jamaah sholat dzuhur atau dhuha (berbohong), dan
berkelahi (adu mulut) (hasil wawancara Bu Lisna, 22 Juli 2019).
52
Kenakalan siswa yang terjadi di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an
Islamic Center Sumatera Utara yaitu mendominasi sering membolos dan
berperilaku tidak sopan terhadap guru dan teman-temannya.
Hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kenakalan yang dilakukan siswa di Madrasah Aliyah Swasta
Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara merupakan kenakalan yang
bersifat ringan dan sedang. Kenakalan ini tidak diatur dalam undang-undang
sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
C. Analisis Konseling individual melalui teori Gestalt dalam Mengatasi
Kenakalan Siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic
Center Sumatera Utara
Kegiatan konseling individual melalui teori Gestalt mencakup berbagai
aspek yang saling berkaitan dan mendukung, sehingga tidak memungkinkan jika
pelayanan itu hanya dilakukan oleh konselor saja. Pelaksanaan layanan ini
merupakan tanggung jawab seluruh personil sekolah, yaitu kepala sekolah, guru
BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan petugas lainnya. Semua personil sekolah
memiliki peran yang penting dalam melaksanakan layanan konseling individual
melalui teori Gestalt karena selain demi kelancaran proses belajar mengajar
layanan konseling individual melalui teori Gestalt juga memiliki peran penting
dalam membentuk pribadi yang berakhlakul karimah.
Meskipun layanan konseling individual melalui teori Gestalt merupakan
tanggung jawab seluruh personil sekolah, namun guru bimbingan konseling tetap
53
memegang peran penting dalam setiap kegiatan konseling individual melalui teori
Gestalt karena beliau merupakan koordinator bimbingan konseling.
Guru bimbingan konseling diharapkan melakukan tindakan sesuai dengan
hak dan kewajibannya untuk mengatasi kenakalan siswa di Madrasah Aliyah
Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara.
Guru bimbingan konseling dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
melakukan beberapa tindakan sebagai upaya untuk mengatasi kenakalan siswa
terkait dengan fungsi dan tujuan konseling individual melalui teori Gestalt.
Tindakan yang dilakukan guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah
Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara adalah melakukan
tindakan pencegahan yaitu sering disebut dengan kegiatan preventif. Untuk
menjalankan fungsi preventif guru bimbingan konseling melakukan bimbingan
dan arahan bagi siswa yang melakukan kenakalan, agar kenakalan yang dilakukan
siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera
Utara tidak meningkat pada jenis kenakalan yang melanggar hukum.
Bimbingan dan arahan yang dilakukan guru bimbingan konseling kepada
siswa yang melakukan kenakalan diantaranya dengan berperan sebagai
informator, dalam peran ini guru bimbingan konseling dengan kemampuannya
sendiri memberi informasi yang berkaitan dengan akibat dari suatu kenakalan
yang dilakukan siswa baik melalui program klasikal maupun program konseling
individual.
Guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an
Islamic Center Sumatera Utara tidak hanya memberikan informasi dengan
54
kemampuannya sendiri melainkan juga dengan meminta bantuan kepada lembaga-
lembaga lain yang menguasai informasi yang diharapkan dapat membantu siswa,
seperti: KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Sumatera Utara, yang mana
guru bimbingan konseling berharap siswa dapat memperoleh informasi berkaitan
dengan literasi media, berkaitan dengan bagaimana pentingnya siswa cerdas
dalam memilih berita baik itu yang berasal dari televisi maupun radio. Kerjasama
dengan BNN (Badan Narkotika Nasional) Sumatera Utara, dengan tujuan agar
siswa memiliki pengetahuan apa saja jenis-jenis zat-zat adiktif dan narkotika, apa
bahayanya bila mengonsumsi zat-zat adiktif dan narkotika. Kerjasama dengan
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sumatera Utara, dengan
tujuan agar siswa memiliki pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan
reproduksi remaja dan bahayanya sex pranikah. Kerjasama dengan Kepolisian,
dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang tata tertib lalu lintas lalu
dapat taat aturan berkendara dan sadar akan keselamatan berkendara di jalan raya.
Pihak kepolisian melakukan sosialisasi dan memberikan berbagai masukan
tentang kelengkapan dalam berkendara sepeda motor, pentingnya memahami
dan menaati rambu-rambu lalu lintas, serta mengutamakan kehati-hatian
dalam berkendara, tidak bersikap ugal-ugalan karena dapat membahayakan
diri sendiri dan orang lain di jalan raya.
Selain tindakan preventif upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara adalah
memberikan kegiatan bimbingan berkelanjutan yang sering disebut dengan
tindakan kuratif. guru bimbingan konseling menjalankan fungsi kuratif atau
55
korektif yaitu dengan membantu siswa memecahkan masalah yang sedang
dihadapi atau dialaminya. Dalam hal ini masalah yang sedang dialami siswa di
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara adalah
melakukan kenakalan. Dalam hal ini guru bimbingan konseling membantu siswa
dengan cara mencari tahu alasan mengapa siswa melakukan kenakalan dan
melakukan layanan konseling individual melalui teori Gestalt agar siswa tidak lagi
melakukan kenakalan.
A. Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
1. Perencanaan
Peneliti mengadakan kesepakatan awal melalui kegiatan konseling
individual pada tahap siklus I dengan semua masing-masing konseli sebelum
melaksanakan layanan konseling individual untuk membahas masalah konseli,
berikut jadwal pertemuan pemberian layanan konseling individual adalah sebagai
berikut :
2. Tindakan/Aksi
Pada tahap tindakan, peneliti melakukan pemberian layanan konseling
individual dengan teori gestalt. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dua
kali pertemuan dengan langkah-langkah sebgai berikut :
Pertemuan I
Pada pertemuan pertama peneliti mengadakan layanan konseling individual sesuai
kesepakatan dalam pelaksanaan konseling individual. Layanan konseling
individual diadakan di ruang BK dengan suasana yang nyaman kurang lebih 40
menit. Berikut dijelaskan tahap-tahap konseling individual :
56
1) Tahap awal ( Attending )
Konselor menciptakan hubungan yang hangat dengan konseli. Menerima
dan mengucapkan salam serta menyampaikan perasaan senang atas kesedihan
konseli untuk datang menemuinya.
Ko: “ Pertama kakak ucapkan terimkasih ya dek, telah bisa hadir di
pertemuan ini, kenalkan nama kakak Sri, kakak mahasiswi UMSU yang akan
penelitian di sekolah ini, adik maukan membantu kakak melakukan penelitian ini,
karena adik adalah salah satu siswa yang akan kakak teliti”. Konselor
menginformasikan pada siswa bahwa dari hasil wawancara dengan guru BK.
Selanjutnya, konselor menyampaikan pada siswa apa yang dimaksud dengan
kenakalan akibat brokenhome.
Masalahnya untuk mengatasi dengan mengikuti konseling individual.
Ko: “ Konseling yaitu merupakan suatu pertemuan langsung dengan
individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya, jadi kita disini akan
sama-sama mencoba menyelesaikan masalah Ahmad Riyansyah “, apakah adik
mau mengikuti konseling ini ?”.
2) Tahap inti (Eksplorasi )
Setelah konselor memberikan pemahaman awal tentang brokenhome,
selanjutnya konselor menyampaikan beberapa hal tentang akibat dari brokenhome
tersebut.
57
Perumusan Masalah
Konselor dan konseli menyepakati bersama permasalahan semua konseli
sesuai untuk mengurangi kenakalan dari keluarga yang brokenhome.
Identifikasi masalah
Pada tahap ini konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi
masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan masalah. Alternatif yang
diidentifikasi adalah alternatif yang tepat.
Ko: “ Jadi dengan cabut, mengganggu teman, bolos jam pelajaran, itu yang buat
kamu tenang, memangnya apalagi yang buat kamu tenang selain nakal
disekolah?”.
Ko: Kesedihan yang kamu alami ternyata tidak seperti teman-teman kamu
yang tidak memiliki orangtua, bisa dikatakan orangtuanya sudah tiada, dan apakah
dengan nakal kamu bisa tenang?
Konselor hanya membantu dalam menyusun daftar alternatif, yaitu:
meningkatkannya sendiri, mengikuti konseling individu bersama konselor, atau
meminta bantuan teman.
Ko:” Nah, coba kamu bayangkan dek, teman-teman yang ada di luar sana (panti
asuhan) yang tidak memiliki kedua orangtua yang lengkap/meninggal dunia,tapi
mereka masih bisa bersikap sewajarnya dan tidak berprilaku nakal dek”.
Perencanaan Pertemuan
Jika klien telah menetukan alternatif pemecahan masalah, kemudian klien
bersama konselor membuat rencana tindakan yaitu menyepakati jadwal pertemuan
58
konseling berikutnya hari, tanggal dan jam. Rencana tersebut juga meliputi
tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana caranya dan kapan waktunya.
Ko: “ Pertemuan pertama kakak sudah memberi tahu tujuan kakak selanjutnya
kita bahas masalah adik lusa karena tujuan dari konseling pertama kita ini sudah
tercapai, maka kita lanjutkan besok ya dek dipertemuan kedua, kakak akan
melakukan konseling lagi yang mungkin membantu mengurangi kenakalan adik
di sekolah, adik maukan ?”.
3) Kegiatan akhir ( Tahap Penilaian dan umpan balik )
Pada tahap ini konselor menanyakan pada konseli mengenai hal baru yang
didapatkannya ( pengetahuan dan perasaan) setelah membahas permasalahannya
mengenai masalah yang dihadapinya. Konselor bersama konseli menyimpulkan
kegiatan konseling dan merumuskan kembali keadaan mengenai masalah yang
dihadapinya yaitu masalah brokenhome. Konselor bersama konseli merencanakan
pertemuan selanjutnya. Dan berakhir dengan mengakhiri proses/sesi konseling.
Ko: “ Baiklah dek terimkasih, semoga pertemuan kita ini bermanfaat untuk
adik ya..
Ki: “ Iya kak..”
3. Pengamatan/ Observasi
Peneliti melakukan observasi baik selama proses konseling individuak
berlangsung terhadap hasil percakapan yang telah dilakukan. Pada proses
pelaksanaan konseling individual, peneliti melakukan observasi dimana tahapan
konseli melalui dialog-dialog, nada suara dan bahasa tubuh yang muncul selama
proses tersebut. Hasil penagamatan yang kemudian ditulis verbatimnya, dan hasil
59
verbatim kenakalan siswa yang brokenhome setiap siswa ditulis pada tabel
analisis verbatim.
4. Refleksi
Maka peneliti melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I,
dengan hasil sebagai berikut :
a. Pada awal kegiatan penelitian ini siswa merespon dengan cukup baik terhadap
kehadiran peneliti sebagai seorang konselor yang hendak memberikan layanan
konseling individual.
b. Pada kegiatan pelaksanaan layanan konseling individual hubungan siswa dan
konselor terjalin cukup akrab.
c. Pada siklus I, siswa masih ada yang terlihat malu-malu mengungkapkan
permasalahannya dengan terbuka.
d. Pada siklus I, suasana dan kondisi tempat kegiatan konseling individual masih
kurang nyaman, karena terlalu terbuka. Meskipun begitu antusias siswa
menceritakan masalahnya tidak terpengaruh.
e. Pada siklus I, ada salah satu Ki 4 sudah mampu mengurangi kenakalannya
walaupun belum maksimal. Sehubungan dengan permasalahan yang
dialaminya yaitu ditinggal oleh ayahnya dari kecil . hal ini terlihat dari hasil
percakapan proses pelaksaaan layanan konseling individual.
f. Pada siklus I, dari hasil data yang diperoleh dari penilaian proses pelaksaan
layanan konseling individual, lembar layanan segera (laiseg), lembar penilaian
layanan jangka pendek ( laijapen), lembar penilaian layanan jangka panjang
(laijapan) yang di isi oleh siswa, ditemukan bahwa siswa merasa lebih
60
nyaman, senang dan lega karena masalah yang mereka alami sudah
mengalami kemajuan ke arah membaik, namun belum sampai pada kriteria
yang ditargetkan dalam penelitian.
5. Evaluasi
Pada tahapan ini peneliti mengevaluasi semua tahap kegiatan yang telah
dilakukan mulai dari tahap pelaksanaan kegiatan, tindakan, observasi hingga
refleksi. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
diperoleh data sebagai berikut:
a. Ditemukan bahwa dari 3 siswa yang mengikuti layanan konseling individual,
terdapat Ki ke empat yang sudah mencapai nilai bauk, dan 3 siswa masih
mencapai nilai kurang baik yang perlu perbaikan. Dari 95 % target yang
ditetapkan peneliti, hanya 25 % siswa yang mengalami kemajuan
perkembangan ke arah membaik dalam mengurangi kenakalannya.
b. Tahap refleksi siklus I maka penelitian dapat dilanjutakan ke siklus II untuk
mengurangi kenakalan siswa yang brokenhome.
Setelah data ditemukan dapat disimpulkan hasil tindakan siklus I
ditemukan bahwa siswa belum sepenuhnya terjadi perubahan dalam mengurangi
kenakalannya.
61
B. Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
1. Perencanaan
Peneliti mengadakan kesepakatan awal melalui kegiatan konseling
individual pada tahap siklus II dengan semua masing-masing konseli sebelum
melaksanakan layanan konseling individual untuk membahas masalah konseli.
2. Tindakan / Aksi
Pada tahap tindakan, peneliti melakukan pemberian layanan konseling
individual dengan teori gestalt. Pelaksaan tindakan pada siklus II dilakukan dua
kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertemuan III
Pada pertemuan pertama peneliti mengadakan lyanan konseling individual
sesuai kesepakatan dalam pelaksaan konseling individual. Layanan konseling
individual diadakan di ruang BK dengan suasana yang nyaman kurang lebih 40
menit. Berikut dijelaskan tahap-tahap konseling individual :
1) Tahap awal ( Attending )
Konselor menciptakan hubungan yang hangat dengan konseli. Menerima
dan mengucapkan salam serta menyampaikan perasaan senang atas kesediaan
konseli untuk datang menemuinya.
Ko: “ Terimkasih kakak ucapakan atas kedatangan adik untuk
kegiaytan konseling kita yang ke 3 ini , nah disini kakakkan sudah tau
bagaiamna keadaan adik , tau bagaimana keluarga adik, sekrang kakak
akan ajak adik untuk saling terbuka dan benar-benar melepaskan semua
rasa yang ada dihati adik sekarang”.
62
Konselor menyarankan konseli untuk melepaskan semua masalah dalam
pelaksaan konseling yang dilakukan. Dan konselor menanyakan kembali tentang
arti dari brokenhome.
Ko: “ Adik tidak usah malu ataupun segan dengan kakak, kalau adik
mua menangis, menangislah supaya memang benar-benar lepas semua
beban adik”.
Ko: Baiklah disini kakak ingin nanya dulu masih ingatkan pengertian
kenakaln siswa yang brokenhome?
Ki: suatu tindakan yang sudah melanggar norma yang diakibatkan
karena keluarganya yang tidak harmonis.
2) Tahap inti ( Eksplorasi )
Setelah konselor memberikan pemahaman awal tentang brokenhome,
selanjutanya konselor menanyakan beberapa hal tentang akibat dari brokenhome
tersebut,
Identifikasi masalah
Pada tahap ini konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi
masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan masalah. Alternatif yang
diidentifikasi adalah alternatif yang tepat.
Ko: “ Nahhh, apakah teman kamu itu yang orangtuanya bercerai brtindak
sama dengan apa yang kamu lakukan ?
Ki: “ Ngga sih kka.. “
Ko: “ Mengapa mereka tidak nakal walaupun orangtuanya bercerai ?”
Ki: “ Mungkin mereka ngga ambil pusing kak”.
63
Ko: “ nahhh, itu kamu tau dek, mereka itu selalu bersyukur dengan
keadaan yang diberi Allah “.
Konselor hanya membantu dalam menyusun daftar alternatif, yaitu :
meningkatkannya sendiri, mengikuti konseling individual bersama konselor, atau
meminta bantuan teman.
Tahap Tindakan atau Komitmen
Pada tahap selanjutnya hasil perencanaan kemudian dilaksanakan. Disini
konseli harus melakukan rencana yang telah disusun. Pelaksanaan ini harus
dilakukan karena proses konseling akan sia-sia jika perencanaan yang telah
disusun sedemikian dilaksanakan.
3) Kegiatan akhir ( Tahap Penilaian dan Umpan balik )
Pada tahap ini konselor menanyakan pada konseli mengenai hal baru yang
didapatkannya ( pengetahuan dan perasaan ) setelah membahas permasalahannya
mengenai masalah yang dihadapinya. Konselor bersama konseli menyimpulkan
kegiatan konseling dan merumuskan kembali keadaan mengenai masalah yang
dihadapinya yaitu masalah brikenhomne. Konselor bersama konseli
merencanakan pertemuan selanjutanya. Dan berakhir dengan proses/sesi
konseling.
Pertemuan IV
Pertemuan ke IV dilaksanakan kurang lebih 40 menit diruang BK dengan
kondisi yang nyaman agar konseli dapat mengikuti layananan konseling
individual berjalan dengan baik tanpa trganggu dengan aktivitas sekolah lainnya.
Tahap konseling individual pertemuan IV dijelaskan sebagai berikut :
64
1) Tahap awal (Attending)
Konselor menciptakan hubungan yang hangat dengan konseli. Menerima
dan mengucapkan salam serta menyampaikan perasaan senang atas kesediaan
konseli untuk datang menemuinya.
Ko: “Baiklah terimkasih atas kehadiharannya , disini akan melakukan konseling
pertemuan yang ke empat, dimana tujuan dari konselung ini kita akan membahas
masalah-masalah adik sebelumnya mengenai mengurangi kenakalan siswa yang
brikenhome, jadi kakak harapkan kejujuran adik, agar masalah adi dapat
terbantu”.
Konselor menjelaskan yang dilakukan dari pertemuan kesatu sampai
ketiga ini adalah sebgaai berikut :
Ko: “ Baik, untuk pertemuan 1 kemarin kakak sudah menjelaskan dan
memberikan informasi dri pengertian apa dek ?”
Ki: “ Kenakalan kak”.
Ko: “ Ya kenakalan siswa yang brokenhome, dan dipertemuan kedua kamu
mencoba menceritakan keluarga kamu dik, dan ketiga kakak memberikan
motivasi dan pengarahan terhadap masalah kamu “.
2) Tahap inti ( Identifikasi masalah )
Pada tahap ini konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi
masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan masalah. Alternatif yang
diidentifikasi adalah lternatif yang tepat.
65
Ko: “ Ooh, baiklah ternyata adik tidak memiliki masalah lagi ya, terhadap
keluarga adik, lalu pengen nanya ini kedepannya, usaha apa lagi yang akan
adik lakukan?”
Ki I:” Saya akan lebih bersyukur lagi kak, dan berusaha kkeras untuk
membahagiakan ibu saya dengan cara tidak nakal lagi disekolah”.
Ki II :” Saya akan lebih bersyukur kak dengan keadaan yang lebih sabar
kak”.
Ki III: “ Saya akan lebih dekat lagi dengan orangtua saya kak, saya akan
coba terus untuk bercerita pada orangtua saya untuk tetap ada dirumah jika
hari libur. Dan yang pastinya saya tidak akan nakal lagi disekolah”.
Ki IV: “ Saya akan tidak nakal lagi kak, dengan mengingat selalu wajah
ibu saya, karena tidak nakal lagi dengan mengingat wajah ibu karena dengan
begitu saya merasa tenang kak walaupun Cuma dengar suara dari HP saja kak,
terus saya akan belajar yang rajin “.
Konselor mencoba memberikan motivasi agar siswa-siswa terdorong
untuk melakukan yang terbaik dan dapat mengurangi kenakalan lagi.
Ko: “ Iya , bagus dek kakak do’akan agar adik bisa menggapai cita-cita
adik ya , baiklah dek, kita akhiri pertemuan ini “.
Ki: “ iya kak”.
3. Pengamatan/Observasi
Peneliti melakukan observasi baik selama proses konseling individual
berlangsung terhadap hasil percakapan yang telah dilakukan. Pada proses
pelaksanaan konseling individual, peneliti melakukan observasi dimana tahapan
66
konseli melalui dialog-dialog dan bahasa tubuh yang muncul selama proses
tersebut. Hasil pengamatan yang kemudian ditulis verbatimnya, dan hasil
verbatim kenakalan siswa yang brokenhome setiap siswa ditulis verbatimnya, dan
hasil verbatim kenakalan siswa yang brikenhome setiap siswa ditulis pada tabel
analisis hasil verbatim.
Berdasarkan format observasi penilaian hasil proses rencana pelaksanaan
layanan konseling individual dan analisis verbatim positif yang diberikan peneliti.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Penilaian dan Analisis Verbatim
Identitas
Siswa Sebelum Konseling
Sesudah konseling
Siklus 1 Siklus 2
P1 P2 P3 P4
01 Kurang Kurang Cukup Baik Baik
02 Kurang Kurang Cukup Baik Baik
03 Kurang Kurang Cukup Baik Baik
04 Kurang Kurang Cukup Baik Baik
Berdasarkan tabel ini menunjukkan berkurangnya atau teratasinya masalah
siswa yang brokenhome. Sebelum kegiatan konseling kenakalan sisiwa berada
kategori kurang. Pada siklus 1 pertemuan kedua meningkat menjadi cukup dan
pada siklus 2 sudah mengalami kemajuan menjadi baik.
D. Pelaksanaan Layanan Konseling Individual di Madrasah Aliyah Swata
Tahfizhil Qur’an Islamic Center
Pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam dunia
pendidikan yaitu adanya guru bimbingan dan konseling (BK) disekolah. Hal ini
disebabkan karena dalam setiap individu memiliki masalah baik didalm maupun
67
diluar dirinya. Ada orang yang mampu untuk mengatasi masalah dan ada sebagian
orang yang tidak mampu mengatasi masalahnya. Untuk itu bimbingan dan
konseling disekolah dibutuhkan agar dapat membantu menyelesaikan masalah
siswa dan mengembangkan pemikiran perilakunya kearah positif.
Di sekolah Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center
Sumatera Utara pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling juga diterapkan.
Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru bimbingan dan
konseling yaitu ibu Lisna Wati S.pd mengatakan:
“Pelaksanaan bimbingan dan konseling selalu dilaksanakan oleh guru
bimbingan dan konseling yang ada di sekolah ini, salah satunyanya adalah saya
sendiri. Yang menjadikan hambatan dalam pelaksanaan layanan tersebut adalah
tidak adanya jam khusus untuk memberikan layanan. Jadi yang digunakan guru
BK untuk memberikan layanan tersebut ketika ada jam pelajaran yang kosong,
jam kosong itu adalah jam ketika guru mata pelajaran tidak masuk, maka guru BK
dapat masuk untuk memberikan layanan secara klasikal, seperti layanan
informasi. Namun apabila ada masalah yang penting, maka mereka akan dipanggil
kebilik konseling untuk melaksanakan layanan konseling individual”.
Meskipun dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini tidak
memiliki jam khusus, pihak sekolah tetap memberikan dukungan kepada guru BK
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tersebut. Hal ini
disampaikan oleh ibu Lisna wati menyatakan :
“Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling benar tidak adanya jam
khusus yang disediakan oleh pihak sekolah tetapi pihak sekolah tetap
68
menyediakan sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses
bimbingan dan konseling, meja guru BK, bangku untuk siswa, daftar absebsi
siswa, buku data pribadi siswa, buku proses layanan bimbingan dan konseling,
dan lemari untuk menyimpan data – data penting siswa, surat ijin siswa dan surat
panggilan untuk orangtua”.
Dari keterangan yang disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Swasta
Tahfizhil Qur’an Islamic Center melalui tahapan – tahapan yang disesuaikan
dengan program yang telah disusun oleh guru bimbingan dan konseling, tetapi
dalam pelaksanaan bimbingan dan koseling tersebut dilaksanakan ketika ada
permasalahan siswa dengan memanfaatkan waktu kosong dan jam istirahat siswa
agar tidak mengganggu jam pelajaran siswa.
Untuk memberikan layanan konseling individual kepada siswa, maka
tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan yakni :
a. Melakukan identifikasi terhadap masalah yang dihadapi siswa
b. Merumuskan masalah
c. Menentukan jenis atau teknik bantuan yang diberikan
d. Melaksanakan proses konseling
e. Tindak lanjut terhadap permasalahan
E. Diskusi Hasil Penelitian
Guru bimbingan konseling dalam melakukan layanan konseling individual
melalui teori Gestalt memiliki beberapa peran diantaranya adalah berperan
sebagai organisator, menyusun dan mengatur jadwal program konseling
69
individual melalui teori Gestalt yang dilakukan. Guru bimbingan konseling
berperan sebagai fasilitator, memberi waktu dan kesempatan kepada setiap siswa
untuk melakukan konseling individual melalui teori Gestalt baik itu secara
klasikal, kelompok maupun individual. Guru bimbingan konseling berperan
sebagai mediator, menjadi penengah disaat terjadi konflik antar siswa hingga
masalah diantara mereka terselesaikan. Menjadi tempat wali kelas dan guru mata
pelajaran bertukar pendapat tentang masalah yang dihadapi siswa baik itu yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar, sikap siswa, maupun tentang
masalah yang sedang dihadapi siswa.
Guru bimbingan konseling dalam melakukan perannya sebagai mediator
juga memanggilan orang tua untuk menjalin kerjasama dalam mengatasi
kenakalan siswa, karena orang tua memiliki peran yang sangat penting. Dengan
melakukan pemanggilan terhadap orang tua, guru bisa menginformasikan
kenakalan siswa di sekolah dan dapat meminta tolong kepada orang tua untuk
memerhatikan anaknya dan dapat mengarahkan anaknya untuk berperilaku yang
lebih baik. guru bimbingan konseling juga melakukan home visit, ketika guru
bimbingan konseling dan wali kelas telah bersepakat perlu diadakannya layanan
konseling tersebut.
Guru bimbingan konseling juga melakukan tindakan memberi nasehat
kepada siswa yang melakukan kenakalan bahwa kenakalan merupakan perbuatan
yang tidak baik, menerangkan kepada mereka bagaimana pentingnya berakhlakul
karimah. Serta mengajak siswa untuk taat beribadah di sekolah maupun di luar
sekolah. Di sekolah dengan cara membiasakan siswa melakukan sholat berjamaah
70
dhuha, berjamaah zhuhur, istighosah, dan membaca asmaul husna. Sedangkan di
luar sekolah dengan senantiasa menasehati siswa supaya senantiasa melakukan
sholat.
Guru bimbingan konseling juga membantu siswa menyelesaikan
masalahnya dengan pendekatan do’a. Baik guru bimbingan konseling mendo’akan
sendiri siswa-siswanya yang bermasalah, maupun guru bimbingan konseling
meminta kepada orang tua siswa untuk mendo’akan anaknya agar tidak
melakukan kenakalan lagi dan dapat menjadi anak yang berakhlakul karimah.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan guru bimbingan konseling Madrasah
Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara adalah membantu
siswa menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of
good) yang sering disebut dengan fungsi preservatif. Dalam melakukan tindakan
preservatif guru bimbingan konseling berperan sebagai evaluator. Setelah
dilaksanakan konseling individual melalui teori Gestalt pada siswa-siswi korban
broken home yang melakukan kenakalan, guru bimbingan konseling membuat
evaluasi baik dalam bidang pendidikan maupun tingkah laku sosialnya. Dari
evaluasi yang telah lakukan guru bimbingan konseling kemudian beliau membuat
kesimpulan bahwa terdapat perubahan dimana siswa berubah menjadi lebih baik
dan tidak melakukan kenakalan lagi. Namun ada juga sebagian siswa yang masih
melakukan kenakalan.
Guru bimbingan konseling kemudian mengambil langkah selanjutnya baik
itu melakukan konseling individual melalui teori Gestalt lanjutan maupun
71
membuat program konseling yang baru untuk siswa yang masih melakukan
kenakalan. Sedangkan untuk siswa yang sudah berubah menjadi baik dan tidak
melakukan kenakalan lagi guru bimbingan konseling tetap membimbing siswa
agar tetap mau melakukan jamaah sholat dhuha, sholat dhuhur, membaca asmaul
husna di sekolah dan tetap melakukan sholat ketika berada diluar lingkungan
sekolah.
Bimbingan yang dilakukan guru bimbingan konseling agar siswa tetap
melakukan kebaikan dan tidak lagi kembali melakukan kenakalan diantaranya
dengan melakukan tindakan menjalin keakraban serta empati kepada siswa yang
sudah tidak melakukan kenakalan agar mereka tidak lagi mengulangi berbuat
kenakalan. Guru bimbingan konseling senantiasa siap untuk menjadi teman curhat
siswa sehingga siswa merasa diperhatikan dan dipedulikan kemudian dapat
menerima setiap nasehat yang diberikan guru bimbingan konseling kepadanya.
Tindakan terakhir yang dilakukan guru bimbingan konseling adalah
membantu siswa memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah
baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab munculnya masalah baginya. Tindakan ini yang sering disebut
fungsi developmental atau pengembangan. Guru bimbingan konseling dalam
melakukan tindakan ini berperan sebagai motivator, memberi motivasi kepada
para siswa agar mereka dapat merencanakan masa depannya, dapat belajar dengan
giat, dapat menyelesaikan masalahnya, dan dapat meraih cita-citanya.
Siswa yang sudah tidak melakukan kenakalan guru bimbingan konseling
mengarahkan mereka untuk mengembangkan potensi dalam dirinya seperti
72
mengajak siswa untuk mengikuti seminar sebagai rangsangan agar siswa memiliki
keinginan untuk maju, pergi jalan-jalan dan makan bersama untuk tetap menjalin
keakraban agar siswa mudah terbuka untuk bercerita kepada guru bimbingan
konseling apa yang sedang dirasakan dan dialaminya, pergi sowan ke ustadz agar
siswa memiliki motivasi untuk melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada
Allah sehingga dapat menjadi siswa yang benar-benar berakhlakul karimah.
Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa peran guru
bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di Madrasah Aliyah
Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara sangat besar sekali
mengingat Bu Lisna sebagai guru bimbingan konseling di Madrasah Aliyah
Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara adalah satu-satunya guru
bimbingan konseling yang ada di sekolah itu. Dan peran-peran yang dijalankan
guru bimbingan konseling lewat layanan konseling individual melalui teori
Gestalt yang meliputi konseling individual, dan bimbingan dalam bidang belajar,
karir, keagamaan, serta sosial. Semua peran yang dilakukan guru bimbingan
konseling itu membuat siswa yang melakukan kenakalan dapat menjadi siswa
yang tidak lagi melakukan kenakalan, dapat menata masa depannya, menjadi rajin
beribadah, dan berakhlakul karimah.
Pada dasarnya, upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam
mengatasi kenakalan siswa lebih bersifat ke arah bimbingan. Bimbingan yang
diberikan dalam mengatasi kenakalan siswa berfungsi sebagai upaya pemahaman,
melalui fungsi ini guru bimbingan konseling dapat memberikan pemahaman dan
73
penjelasan kepada siswa tentang diri siswa, perilakunya dan lingkungan
sekitarnya.
Tujuan yang ingin dicapai melalui konseling individual melalui teori
Gestalt adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa
berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi yang kaffah,
dan secara bertahap dapat mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam
kehidupan sehari-hari, yang tampil dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di
bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Maka pada hakikatnya peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kenakalan siswa di Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center
Sumatera Utara merupakan bimbingan yang bertujuan agar siswa:
1. Mengalami suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa
dan mental. Jiwa siswa menjadi tenang, tunduk dan damai, bersikap lapang
dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah dari Tuhannya.
2. Mengalami perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat baik pada diri siswa sendiri, lingkungan keluarga,
dan lingkungan sosial dimana siswa bertempat tinggal serta alam
sekitarnya.
3. Memiliki kecerdasan spiritual pada diri siswa sehingga muncul dan
berkembang, rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya dan ketabahan menerima ujian-
Nya.
74
Memiliki potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi itu siswa dapat
melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, siswa dapat
menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan
dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek.
F. Keterbatasan Penelitian
Sebagai manusia bisa peneliti tidak bisa terlepas dari kesalahan dan
kekhilafan yang berakibat dari keterbatasan berbagai faktor yang ada pada
penulis. Kendala-kendala yang dihadapi sejak dari pembuatan, rangkaian
penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga pengolahan data seperti:
1. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti baik moril maupun
materil dari awal proses pembuatan proposal, pelaksanaan proposal hingga
pengolahan data.
2. Terbatasnya waktu yang penulis miliki untuk melakukan riset lebih lanjut
pada Kelas X IPS Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic
Center Sumatera Utara Tahun Pembelajaran 2018/2019.
3. Selain keterbatasan di atas, penulis juga menyadari bahwa kurangnya
wawasan penulis dalam membuat daftar pertanyaan wawancara yang baik
dan baku ditambah dengan kurangnya buku pelaksanaan mengenai teknik
penyusunan daftar pertanyaan wawancara secara baik merupakan
keterbatasan peneliti yang tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan-tulisan di masa
mendatang. Di samping adanya keterbatasan dana, buku panduan, waktu serta
75
moril dan material yang penulis miliki akibat dari berbagai faktor tersebut, maka
penelitian ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu dengan
senang hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan ke depannya.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan konseling individual
melalui teori gestalt telah mengurangi kenakalan siswa di kelas X IPS Madrasah
Aliyah Swasta Tahfhizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara Tahun
Pembelajaran 2018/2019.
1. Dengan pengurangan terhadap kenakalan siswa setelah dilaksanakannya
konseling individual dilihat dari hasil penelitian observasi dan wawancara.
Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang brokenhome berada
pada kreteria cukup dalam mengurangi kenakalannya. Namun setelah
mendapat layanan konseling ketuntasan masalahnya berkurang dimana
diperoleh dari kemajuan-kemajuan siswa dalam memperbaiki sikap yang
salah.
2. Maka dari hasil penelitian tersebut bahwa layanan konseling individual
melalui teori gestalt dapat mengurangi kenakalan siswa di kelas X IPS
Madrasah Aliyah Swasta Tahfizhil Qur’an Islamic Center Sumatera Utara
Tahun Pembelajaran 2018/2019.
B. Saran
1. Untuk Kepala Sekolah
Sekolah hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dan dapat menunjang proses layanan konseling individual
melalui teori Gestalt. Selain itu, sekolah juga hendaknya memahami kembali
77
pembagian tugas konseling individual melalui teori Gestalt yang harus
dilakukan oleh seluruh personil sekolah sehingga proses konseling individual
melalui teori Gestalt tidak terpusat pada guru bimbingan konseling saja.
2. Untuk Guru bimbingan konseling
Guru bimbingan konseling hendaknya lebih meningkatkan kerjasama
antar guru dan wali kelas sehingga semua personil sekolah dapat
menjalankan layanan konseling individual melalui teori Gestalt.
78
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Irwanto. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mudzakir, A. 2001. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Balai Pustaka.
Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prawitasari. 2005. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
Shapiro, M.E. 2005. Dasar-dasar Bimbigan Konseling: Jakarta: Rineka Cipta.
Sia, Tjundjing. 2001. Pengaruh Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi
Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiono, 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Supriyono, W. dan Ahmadi, A. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tulus, Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Hasil belajar siswa. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel, W.S. 2001. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia.
Wirawan, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.