pelacakan batas kota surabaya

12
1 MODEL PELACAKAN BATAS SECARA KARTOMETRIK UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN PENEGASAN BATAS DAERAH SESUAI PERMENDAGRI NO.76 TAHUN 2012 (Studi Kasus:Batas Kecamatan Tandes, Kota Surabaya) Teguh Fayakun Alif, Suryanto Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial Jalan Jakarta Bogor Km.46 Cibinong, Bogor, Telp./Fax:021-8754654 Email :[email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Pemberlakuan UU No.32 tahun 2004 serta berkembangnya era otonomi daerah membawa implikasi pentingnya pelaksanaan penegasan batas daerah. Sejak tahun 2006 proses penegasan batas daerah diatur dengan Permendagri No.1 Tahun 2006. Namun sampai tahun 2012 segmen batas daerah yang sudah ditegaskan dengan mengikuti peraturan tersebut baru sekitar 15%. Sehingga untuk kelancaran pelaksanaan otonomi daerah perlu dilakukan percepatan proses penegasan batas. Salah satu langkah percepatan yang sudah diambil pemerintah adalah dengan merevisi Permendagri No.1 Tahun 2006 menjadi Permendagri No.76 Tahun 2012, dimana dalam revisi tersebut diakomodir proses penegasan batas secara kartometrik. Yang menjadi tantangan bersama saat ini adalah bagaimana implementasi metode kartometrik tersebut dalam proses penegasan batas. Pada karya tulis ini akan dibahas model pelacakan batas menggunakan metode kartometrik yang mengambil sampel pada wilayah administrasi kelurahan dan kecamatan. Model tersebut diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana proses pelacakan secara kartometrik yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses penegasan batas daerah itu dilakukan. Lebih jauh lagi model tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dalam penegasan batas daerah secara kartometrik sesuai Permendagri No.76 Tahun 2012. Kata kunci : daerah otonom, Permendagri No.76 tahun 2012, penegasan batas daerah, pelacakan batas daerah, metode kartometrik

Upload: teguh-fayakun-alif

Post on 13-Apr-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Batas Wilayah Administrasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pelacakan Batas Kota Surabaya

1

MODEL PELACAKAN BATAS SECARA KARTOMETRIKUNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN PENEGASAN BATAS DAERAH

SESUAI PERMENDAGRI NO.76 TAHUN 2012(Studi Kasus:Batas Kecamatan Tandes, Kota Surabaya)

Teguh Fayakun Alif, SuryantoPusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial

Jalan Jakarta Bogor Km.46 Cibinong, Bogor, Telp./Fax:021-8754654Email :[email protected], [email protected], [email protected]

AbstrakPemberlakuan UU No.32 tahun 2004 serta berkembangnya era otonomi daerah membawaimplikasi pentingnya pelaksanaan penegasan batas daerah. Sejak tahun 2006 prosespenegasan batas daerah diatur dengan Permendagri No.1 Tahun 2006. Namun sampai tahun2012 segmen batas daerah yang sudah ditegaskan dengan mengikuti peraturan tersebut barusekitar 15%. Sehingga untuk kelancaran pelaksanaan otonomi daerah perlu dilakukanpercepatan proses penegasan batas. Salah satu langkah percepatan yang sudah diambilpemerintah adalah dengan merevisi Permendagri No.1 Tahun 2006 menjadi PermendagriNo.76 Tahun 2012, dimana dalam revisi tersebut diakomodir proses penegasan batas secarakartometrik.Yang menjadi tantangan bersama saat ini adalah bagaimana implementasi metodekartometrik tersebut dalam proses penegasan batas.Pada karya tulis ini akan dibahas model pelacakan batas menggunakan metode kartometrikyang mengambil sampel pada wilayah administrasi kelurahan dan kecamatan. Model tersebutdiharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana proses pelacakan secara kartometrik yangmenjadi salah satu bagian terpenting dalam proses penegasan batas daerah itu dilakukan.Lebih jauh lagi model tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dalam penegasan batasdaerah secara kartometrik sesuai Permendagri No.76 Tahun 2012.

Kata kunci : daerah otonom, Permendagri No.76 tahun 2012, penegasan batas daerah,pelacakan batas daerah, metode kartometrik

Page 2: Pelacakan Batas Kota Surabaya

2

PENDAHULUAN

Bergulirnya era otonomi daerah membawa implikasi pentingnya pelaksanaan penegasanbatas daerah. Hal ini dikarenakan batas daerah berpengaruh dalam banyak segi pelaksanaanotonomi daerah, diantaranya: besaran Dana Alokasi Umum, kewenangan pengelolaan SDA,tertib administrasi pertanahan dan kependudukan, penetapan daftar pemilih dalam pemilu danlain sebagainya. Oleh karena itu penegasan batas daerah sangat penting dilakukan.

Berdasarkan status kepastian hukumnya batas daerah dapat diklasifikasikan menjadi dua,yaitu: batas indikatif dan batas definitif. Batas indikatif merupakan batas yang belummemiliki kepastian secara hukum. Sedangkan batas definitif adalah batas yang sudahmemiliki kepastian hukum. Jika dikaitkan dengan proses penegasan maka batas indikatifmerupakan data awal yang akan ditegaskan, biasanya berasal dari peta dasar sedangkan batasdefinitif merupakan batas yang dihasilkan dari proses penegasan yang sudah dilegalisasisehingga memiliki kekuatan hukum. Dalam kontek batas daerah di Indonesia maka menjadibatas definitif jika sudah dikeluarkan legalisasinya dalam bentuk permendagri.

Sejak tahun 2006 proses penegasan batas daerahdiatur dalam Permendagri No.1 Tahun 2006Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah sedangkan penegasan batas desa diatur dalamPermendagri No.27 tahun 2006 Tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa. Dalampermendagri ini disebutkan bahwa proses penegasan batas daerah dilakukan dalam rangkamenentukan letak dan posisi batas secara pasti di lapangan sampai dengan penentuan titikkoordinat batas diatas peta. Dengan peraturan ini sampai akhir tahun 2012 pemerintah barudapat menyelesaikan proses penegasan batas daerah ±15% dari seluruh segmen yang ada. Halini termasuk sangat lambat jika dibanding urgensinya dalam pelaksanaan otonomi daerah.Oleh karena itu perlu dilakukan upaya percepatan penegasan batas daerah. Salah satu upayatersebut adalah dengan merevisi aturan mainnya menjadi Permendagri No.76 Tahun 2012.Dalam Permendagri No.76 Tahun 2012 ini disebutkan bahwa “Penegasan batas daerah adalahkegiatan penentuan titik-titik koordinat batas daerah yang dapat dilakukan dengan metodekartometrik dan/atau survei di lapangan”, artinya peraturan ini mengakomodir prosespenegasan secara kartometrik. Hanya saja saat ini masih menjadi tantangan bersamamengenai bagaimana proses penegasan batas secara kartometrik itu dilakukan.

Dalam Permendagri No.76 Tahun 2012 BIG termasuk salah satu anggota tim PenegasanBatas Daerah di pusat. Sebagai lembaga teknis BIG memiliki tanggung jawab dalamimplementasi peraturan tersebut secara teknis. Oleh karena itu BIG membuat suatu modelproses pelacakan yang menjadi salah satu proses dalam penegasan batas secara kartometrik.

Dari model ini diharapkan dapat dikumpulkan materi teknis mengenai implementasi prosespenegasan batas daerah secara kartometrik. Dari model ini diharapkan juga didapatkan bahanuntuk mereview kesesuaian Permendagri No.27 Tahun 2006 tentang Penetapan danPenegasan Batas Desa dengan perkembangan saat ini. Karena sampai saat ini PermendagriNo.27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa belum mengakomodirproses penegasan secara kartometrik.

Page 3: Pelacakan Batas Kota Surabaya

3

STUDI AREA

Model pelacakan batas secara kartometrik ini mengambil lokasi Kecamatan Tandes, KotaSurabaya.

Gambar 1 : Studi area di Kecamatan Tandes Kota Surabaya

Di Kecamatan Tandes terdapat 6 kelurahan yaitu: Kelurahan Banjarsugihan, KelurahanBalongsari, Kelurahan Karangpoh, Kelurahan Tandes, Kelurahan Manukan Kulon danKelurahan Manukan Wetan dengan jumlah segmen batas antar kelurahan di dalamKecamatan Tandes sendiri sebanyak 8 (delapan) segmen.

DATA DAN METODE

Data yang digunakan dalam pemodelan ini meliputi :

1. Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012

Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012 diperoleh dari Dinas Cipta Karyadan Tata Ruang Kota Surabaya digunakan untuk mengidentifikasi objek – objek alamdan buatan seperti sungai, punggungan bukit, jalan, saluran irigasi, pematang sawah danlain – lain karena pada umumnya batas administrasi mengikuti objek – objek tersebut.

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000

Dalam model pelancakan ini peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digunakan untuk:- Pengecekan akurasi citra satelit secara sederhana.

Citra satelit yang digunakan didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Surabayasudah berupa citra siap pakai, oleh karena itu untuk menjamin bahwa citra satelit yangdigunakan sudah benar secara geometrik maka perlu dilakukan pengecekan geometrik

3

STUDI AREA

Model pelacakan batas secara kartometrik ini mengambil lokasi Kecamatan Tandes, KotaSurabaya.

Gambar 1 : Studi area di Kecamatan Tandes Kota Surabaya

Di Kecamatan Tandes terdapat 6 kelurahan yaitu: Kelurahan Banjarsugihan, KelurahanBalongsari, Kelurahan Karangpoh, Kelurahan Tandes, Kelurahan Manukan Kulon danKelurahan Manukan Wetan dengan jumlah segmen batas antar kelurahan di dalamKecamatan Tandes sendiri sebanyak 8 (delapan) segmen.

DATA DAN METODE

Data yang digunakan dalam pemodelan ini meliputi :

1. Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012

Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012 diperoleh dari Dinas Cipta Karyadan Tata Ruang Kota Surabaya digunakan untuk mengidentifikasi objek – objek alamdan buatan seperti sungai, punggungan bukit, jalan, saluran irigasi, pematang sawah danlain – lain karena pada umumnya batas administrasi mengikuti objek – objek tersebut.

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000

Dalam model pelancakan ini peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digunakan untuk:- Pengecekan akurasi citra satelit secara sederhana.

Citra satelit yang digunakan didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Surabayasudah berupa citra siap pakai, oleh karena itu untuk menjamin bahwa citra satelit yangdigunakan sudah benar secara geometrik maka perlu dilakukan pengecekan geometrik

3

STUDI AREA

Model pelacakan batas secara kartometrik ini mengambil lokasi Kecamatan Tandes, KotaSurabaya.

Gambar 1 : Studi area di Kecamatan Tandes Kota Surabaya

Di Kecamatan Tandes terdapat 6 kelurahan yaitu: Kelurahan Banjarsugihan, KelurahanBalongsari, Kelurahan Karangpoh, Kelurahan Tandes, Kelurahan Manukan Kulon danKelurahan Manukan Wetan dengan jumlah segmen batas antar kelurahan di dalamKecamatan Tandes sendiri sebanyak 8 (delapan) segmen.

DATA DAN METODE

Data yang digunakan dalam pemodelan ini meliputi :

1. Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012

Citra Satelit resolusi tinggi World View tahun 2012 diperoleh dari Dinas Cipta Karyadan Tata Ruang Kota Surabaya digunakan untuk mengidentifikasi objek – objek alamdan buatan seperti sungai, punggungan bukit, jalan, saluran irigasi, pematang sawah danlain – lain karena pada umumnya batas administrasi mengikuti objek – objek tersebut.

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000

Dalam model pelancakan ini peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digunakan untuk:- Pengecekan akurasi citra satelit secara sederhana.

Citra satelit yang digunakan didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Surabayasudah berupa citra siap pakai, oleh karena itu untuk menjamin bahwa citra satelit yangdigunakan sudah benar secara geometrik maka perlu dilakukan pengecekan geometrik

Page 4: Pelacakan Batas Kota Surabaya

4

dengan data yang terjamin akurasinya, dalam hal ini peta Rupa Bumi Indonesia. Namunkarena ketersediaan peta RBI di lokasi ini paling besar pada skala 1:25.000 maka margineror yang bisa ditentukan hanya sebesar 25m sehingga hasil pengecekan ini hanya bisadigunakan untuk menjamin bahwa pengolahan citra satelit yang dilakukan sudah tidakmengandung kesalahan besar (blunder). Pengecekan ini dilakukan pada 8 titik dengandistribusi sebagai berikut:

Gambar 2: Sebaran titik uji akurasi citra satelit

Tabel 1: Perbandingan bacaan koordinat titik uji

NomorKoordinat Peta Koordinat Citra Selisih

mT mU mT mU ΔmT ΔmU Δ

1 685886,841 9196739,887 685884,868 9196740,078 -1,973 0,191 1,982

2 686575,469 9196674,447 686574,987 9196673,752 -0,482 -0,695 0,845

3 684073,923 9196879,395 684070,604 9196876,692 -3,319 -2,703 4,281

4 683939,624 9196252,881 683940,498 9196254,472 0,874 1,591 1,815

5 685729,839 9198285,507 685736,148 9198284,999 6,309 -0,508 6,329

6 682944,438 9197945,889 682944,052 9197944,225 -0,386 -1,664 1,708

7 685547,835 9195357,682 685547,663 9195358,614 -0,172 0,932 0,948

8 684686,864 9197703,860 684686,006 9197704,021 -0,858 0,161 0,873

Rata-rata 2,348

Berdasarkan hasil pengecekan terhadap 8 titik tersebut didapatkan selisih rata – ratakoordinat yang dibaca di peta RBI dan Citra satelit adalah 2,348m. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa citra satelit tersebut sudah tidak mengandung kesalahan besar(blunder) dan dapat digunakan untuk keperluan adjudikasi batas kelurahan ini.

- Data dasar batas indikatif dan toponimi. Batas indikatif dan toponimi ini nantinya akandi-overlay-kan dengan citra satelit. Batas indikatif berfungsi untuk mengarahkan posisi

4

dengan data yang terjamin akurasinya, dalam hal ini peta Rupa Bumi Indonesia. Namunkarena ketersediaan peta RBI di lokasi ini paling besar pada skala 1:25.000 maka margineror yang bisa ditentukan hanya sebesar 25m sehingga hasil pengecekan ini hanya bisadigunakan untuk menjamin bahwa pengolahan citra satelit yang dilakukan sudah tidakmengandung kesalahan besar (blunder). Pengecekan ini dilakukan pada 8 titik dengandistribusi sebagai berikut:

Gambar 2: Sebaran titik uji akurasi citra satelit

Tabel 1: Perbandingan bacaan koordinat titik uji

NomorKoordinat Peta Koordinat Citra Selisih

mT mU mT mU ΔmT ΔmU Δ

1 685886,841 9196739,887 685884,868 9196740,078 -1,973 0,191 1,982

2 686575,469 9196674,447 686574,987 9196673,752 -0,482 -0,695 0,845

3 684073,923 9196879,395 684070,604 9196876,692 -3,319 -2,703 4,281

4 683939,624 9196252,881 683940,498 9196254,472 0,874 1,591 1,815

5 685729,839 9198285,507 685736,148 9198284,999 6,309 -0,508 6,329

6 682944,438 9197945,889 682944,052 9197944,225 -0,386 -1,664 1,708

7 685547,835 9195357,682 685547,663 9195358,614 -0,172 0,932 0,948

8 684686,864 9197703,860 684686,006 9197704,021 -0,858 0,161 0,873

Rata-rata 2,348

Berdasarkan hasil pengecekan terhadap 8 titik tersebut didapatkan selisih rata – ratakoordinat yang dibaca di peta RBI dan Citra satelit adalah 2,348m. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa citra satelit tersebut sudah tidak mengandung kesalahan besar(blunder) dan dapat digunakan untuk keperluan adjudikasi batas kelurahan ini.

- Data dasar batas indikatif dan toponimi. Batas indikatif dan toponimi ini nantinya akandi-overlay-kan dengan citra satelit. Batas indikatif berfungsi untuk mengarahkan posisi

4

dengan data yang terjamin akurasinya, dalam hal ini peta Rupa Bumi Indonesia. Namunkarena ketersediaan peta RBI di lokasi ini paling besar pada skala 1:25.000 maka margineror yang bisa ditentukan hanya sebesar 25m sehingga hasil pengecekan ini hanya bisadigunakan untuk menjamin bahwa pengolahan citra satelit yang dilakukan sudah tidakmengandung kesalahan besar (blunder). Pengecekan ini dilakukan pada 8 titik dengandistribusi sebagai berikut:

Gambar 2: Sebaran titik uji akurasi citra satelit

Tabel 1: Perbandingan bacaan koordinat titik uji

NomorKoordinat Peta Koordinat Citra Selisih

mT mU mT mU ΔmT ΔmU Δ

1 685886,841 9196739,887 685884,868 9196740,078 -1,973 0,191 1,982

2 686575,469 9196674,447 686574,987 9196673,752 -0,482 -0,695 0,845

3 684073,923 9196879,395 684070,604 9196876,692 -3,319 -2,703 4,281

4 683939,624 9196252,881 683940,498 9196254,472 0,874 1,591 1,815

5 685729,839 9198285,507 685736,148 9198284,999 6,309 -0,508 6,329

6 682944,438 9197945,889 682944,052 9197944,225 -0,386 -1,664 1,708

7 685547,835 9195357,682 685547,663 9195358,614 -0,172 0,932 0,948

8 684686,864 9197703,860 684686,006 9197704,021 -0,858 0,161 0,873

Rata-rata 2,348

Berdasarkan hasil pengecekan terhadap 8 titik tersebut didapatkan selisih rata – ratakoordinat yang dibaca di peta RBI dan Citra satelit adalah 2,348m. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa citra satelit tersebut sudah tidak mengandung kesalahan besar(blunder) dan dapat digunakan untuk keperluan adjudikasi batas kelurahan ini.

- Data dasar batas indikatif dan toponimi. Batas indikatif dan toponimi ini nantinya akandi-overlay-kan dengan citra satelit. Batas indikatif berfungsi untuk mengarahkan posisi

Page 5: Pelacakan Batas Kota Surabaya

5

garis batas di atas peta, sedangkan toponimi digunakan untuk membantu mempermudahidentifikasi objek – objek tertentu di atas citra satelit, misalnya nama sungai, namapemukiman, nama bukit dan lain sebagainya.

3. Data pendukung lainnya

Data pendukung lain yang dimaksud di sini adalah data peta hasil kegiatan penegasanoleh Bagian Tata Pemerintahan Kota Surabaya, Peta Wilayah dan data spasial lainnya.

Adapun metode pelaksanaan kegiatan ini seperti digambarkan pada diagram alir berikut ini:

Gambar 3: Diagram alir model pelacakan batas secara kartometrik

5

garis batas di atas peta, sedangkan toponimi digunakan untuk membantu mempermudahidentifikasi objek – objek tertentu di atas citra satelit, misalnya nama sungai, namapemukiman, nama bukit dan lain sebagainya.

3. Data pendukung lainnya

Data pendukung lain yang dimaksud di sini adalah data peta hasil kegiatan penegasanoleh Bagian Tata Pemerintahan Kota Surabaya, Peta Wilayah dan data spasial lainnya.

Adapun metode pelaksanaan kegiatan ini seperti digambarkan pada diagram alir berikut ini:

Gambar 3: Diagram alir model pelacakan batas secara kartometrik

5

garis batas di atas peta, sedangkan toponimi digunakan untuk membantu mempermudahidentifikasi objek – objek tertentu di atas citra satelit, misalnya nama sungai, namapemukiman, nama bukit dan lain sebagainya.

3. Data pendukung lainnya

Data pendukung lain yang dimaksud di sini adalah data peta hasil kegiatan penegasanoleh Bagian Tata Pemerintahan Kota Surabaya, Peta Wilayah dan data spasial lainnya.

Adapun metode pelaksanaan kegiatan ini seperti digambarkan pada diagram alir berikut ini:

Gambar 3: Diagram alir model pelacakan batas secara kartometrik

Page 6: Pelacakan Batas Kota Surabaya

6

Secara garis besar metode pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 3 langkah sebagai berikut:

1. Penyiapan Peta Kerja

Dari data – data awal yang sudah terkumpul kemudian disusun peta kerja adjudikasibatas kelurahan. Peta kerja ini dibuat dengan meng-overlay-kan data batas indikatif dantoponimi dengan citra satelit. Data – data yang sudah di-overlay tersebut kemudiandilayout dan dicetak dengan skala terbesar yang memungkinkan. Peta kerja ini dibuatsetiap satu kelurahan satu lembar.

Gambar 4: contoh peta kerja

Tabel 2: daftar skala peta kerja

No. Kelurahan Skala Peta1. Banjarsugihan 1:35002. Balongsari 1:35003. Karangpoh 1:35004. Tandes 1:35005. Manukan Kulon 1:35006. Manukan Wetan 1:5000

2. Pelacakan

Pelacakan dimaksudkan untuk menelusuri kemudian mendelineasi (menarik garis batas)antara dua daerah. Pelacakan dilakukan secara kartometrik, maksudnya kegiatan

6

Secara garis besar metode pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 3 langkah sebagai berikut:

1. Penyiapan Peta Kerja

Dari data – data awal yang sudah terkumpul kemudian disusun peta kerja adjudikasibatas kelurahan. Peta kerja ini dibuat dengan meng-overlay-kan data batas indikatif dantoponimi dengan citra satelit. Data – data yang sudah di-overlay tersebut kemudiandilayout dan dicetak dengan skala terbesar yang memungkinkan. Peta kerja ini dibuatsetiap satu kelurahan satu lembar.

Gambar 4: contoh peta kerja

Tabel 2: daftar skala peta kerja

No. Kelurahan Skala Peta1. Banjarsugihan 1:35002. Balongsari 1:35003. Karangpoh 1:35004. Tandes 1:35005. Manukan Kulon 1:35006. Manukan Wetan 1:5000

2. Pelacakan

Pelacakan dimaksudkan untuk menelusuri kemudian mendelineasi (menarik garis batas)antara dua daerah. Pelacakan dilakukan secara kartometrik, maksudnya kegiatan

6

Secara garis besar metode pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 3 langkah sebagai berikut:

1. Penyiapan Peta Kerja

Dari data – data awal yang sudah terkumpul kemudian disusun peta kerja adjudikasibatas kelurahan. Peta kerja ini dibuat dengan meng-overlay-kan data batas indikatif dantoponimi dengan citra satelit. Data – data yang sudah di-overlay tersebut kemudiandilayout dan dicetak dengan skala terbesar yang memungkinkan. Peta kerja ini dibuatsetiap satu kelurahan satu lembar.

Gambar 4: contoh peta kerja

Tabel 2: daftar skala peta kerja

No. Kelurahan Skala Peta1. Banjarsugihan 1:35002. Balongsari 1:35003. Karangpoh 1:35004. Tandes 1:35005. Manukan Kulon 1:35006. Manukan Wetan 1:5000

2. Pelacakan

Pelacakan dimaksudkan untuk menelusuri kemudian mendelineasi (menarik garis batas)antara dua daerah. Pelacakan dilakukan secara kartometrik, maksudnya kegiatan

Page 7: Pelacakan Batas Kota Surabaya

7

pelacakan batas tersebut dilakukan di atas peta, jika ada kesulitan mengidentifikasi batasdi atas peta baru dilakukan pelacakan lapangan. Pelacakan batas ini dilakukan secaraterpisah antar masing – masing kelurahan agar meminimalisir konflik di lapangan.Berikut ini langkah – langkah yang dilakukan dalam pelacakan batas:a. Tim lapangan membawa peta kerja ke kantor kelurahan.b. Tim lapangan meminta pihak kelurahan untuk memverifikasi batas indikatif yang

ada dalam peta kerja. Ada tiga kemungkinan saat pihak kelurahan memverifikasibatas indikatif dalam peta kerja, yaitu:- Pihak kelurahan mengetahui batas dan dapat diidentifikasi di atas peta kerja.

Jika demikian pihak kelurahan diminta menarik garis batasnya kelurahannya diatas peta kerja.

- Pihak kelurahan mengetahui posisi batas tapi tidak bisa mengidentifikasi batasdi atas peta kerja. Tidak dapat mengidentifikasi batas di atas peta kerja dapatdisebabkan beberapa kemungkinan, diantaranya peta kerja tertutup awan atauobjek yang menjadi batas sangat kecil (misalnya pematang sawah) sehinggatidak dapat diidentifikasi atau pihak kelurahan ragu - ragu. Dalam kasus sepertiini jalan keluarnya adalah sub-segmen tersebut dilacak ke lapangan. Ketikadilacak ke lapangan pun masih ada dua kemungkinan yaitu pihak kelurahandapat menunjukkan posisi batas di lapangan atau tidak. Jika pihak kelurahandapat menunjukkan posisi batas maka tim lapangan mengukur posisi batas yangditunjukkan dengan GPS handheld. Namun jika pihak kelurahan tidak dapatmenjunjukkan posisi di lapangan maka tim lapangan menandai sub segmentersebut sebagai sub segmen yang belum sepakat.

- Pihak kelurahan tidak mengetahui posisi batas. Jika pihak kelurahan sama sekalitidak mengetahui posisi batas maka tim lapangan menandai sub segmen yangtidak diketahui posisinya tersebut sebagai sub segmen yang belum sepakat.

c. Pihak kelurahan mencantumkan tanda tangan dan nama terang pada peta kerjasebagai bukti bahwa garis batas yang dihasilkan merupakan garis batas yangditunjukkan oleh pihak kelurahan.

3. Pengolahan data dan analisa batas

Pengolahan data hasil pelacakan meliputi beberapa tahapan, diantaranya:a. Digitasi garis batas

Garis batas hasil pelacakan yang masih berupa peta cetak didigitasi dalam formatdigital agar lebih mudah diolah lebih lanjut. Karena model pelacakan yang dilakukanberbasis pada wilayah kelurahan bukan segmen maka untuk mendapatkan satusegmen batas dibutuhkan data pelacakan dari dua desa yang bersebelahan. Proses inidiilustrasikan pada gambar 5 dibawah ini.

b. Segmentasi garis batasSegmentasi garis batas dilakukan untuk memisahkan segmen yang sudah sepakatdan belum. Dalam model pelacakan ini jika penarikan garis batas antara keduakelurahan pada segmen yang sama berhimpit pada satu garis maka segmen tersebutdianggap telah sepakat. Namun jika hasil tarikan garis batas tidak berhimpit pada

Page 8: Pelacakan Batas Kota Surabaya

8

satu garis yang sama maka segmen tersebut akan dikategorikan belum sepakat.Tahapan segmentasi ini diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5: contoh proses digitasi dan segmentasi batas pada segmen batas kelurahanManukan Kulon dan Banjarsugihan

c. Pembuatan titik kartometrik

Setelah data garis batas selesai didigitasi dan segmentasi maka langkah pengolahanselanjutnya adalah pembuatan titik kartometrik. Titik kartometrik dimaksudkansebagai titik – titik koordinat yang diambil di atas peta sebagai pengganti pilar dilapangan. Kriteria pembuatan titik – titik kartometrik ini diantaranya adalah padasimpul – simpul segmen batas, pada ujung segmen batas sepakat dan tidak sepakatdan pada belokan – belokan garis batas yang dinilai perlu.

8

satu garis yang sama maka segmen tersebut akan dikategorikan belum sepakat.Tahapan segmentasi ini diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5: contoh proses digitasi dan segmentasi batas pada segmen batas kelurahanManukan Kulon dan Banjarsugihan

c. Pembuatan titik kartometrik

Setelah data garis batas selesai didigitasi dan segmentasi maka langkah pengolahanselanjutnya adalah pembuatan titik kartometrik. Titik kartometrik dimaksudkansebagai titik – titik koordinat yang diambil di atas peta sebagai pengganti pilar dilapangan. Kriteria pembuatan titik – titik kartometrik ini diantaranya adalah padasimpul – simpul segmen batas, pada ujung segmen batas sepakat dan tidak sepakatdan pada belokan – belokan garis batas yang dinilai perlu.

8

satu garis yang sama maka segmen tersebut akan dikategorikan belum sepakat.Tahapan segmentasi ini diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5: contoh proses digitasi dan segmentasi batas pada segmen batas kelurahanManukan Kulon dan Banjarsugihan

c. Pembuatan titik kartometrik

Setelah data garis batas selesai didigitasi dan segmentasi maka langkah pengolahanselanjutnya adalah pembuatan titik kartometrik. Titik kartometrik dimaksudkansebagai titik – titik koordinat yang diambil di atas peta sebagai pengganti pilar dilapangan. Kriteria pembuatan titik – titik kartometrik ini diantaranya adalah padasimpul – simpul segmen batas, pada ujung segmen batas sepakat dan tidak sepakatdan pada belokan – belokan garis batas yang dinilai perlu.

Page 9: Pelacakan Batas Kota Surabaya

9

d. Penyusunan peta pelacakan

Data batas yang sudah lengkap kemudian di-layout untuk dicetak menjadi petapelacakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan Adjudikasi terhadap segmen batas kelurahan di kecamatan tandes dapatdilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 : hasil pelacakan segmen batas kelurahan

Garis batas yang diberikan warna hijau merupakan garis batas yang hasil penarikan darikedua kelurahan berimpit. garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasilpenarikan kedua daerah tidak berhimpit (gap/overlap) atau penarikannya baru sepihak.Sedangkan garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasil penarikan keduadaerah tidak berhimpit dan overlap. Sementara itu pada gambar sebelah kanan ditampilkantitik – titik kartometrik yang dibuat pada segmen yang sudah sepakat untuk menguncikoordinat titik – titik yang dianggap penting.

Total panjang segmen batas kelurahan di Kecamatan Tandes ±40,8km termasuk batas dengankelurahan di kecamatan lain (batas kecamatan). Setelah proses adjudikasi ini segmen bataskelurahan di kecamatan tandes dapat dibagi sebagai berikut:

Segmen sepakat : panjang 11,9km atau 29,19% dari panjang keseluruhan(61% dari total batas kelurahan dalam Kecamatan Tandes saja).

Segmen yang belum sepakatOverlap : panjang ±1,5km atau 3,72% dari panjang keseluruhanGap : panjang ±3,2km atau 7,78% dari panjang keseluruhanKlaim sepihak : panjang 24,2km atau 59,3% dari panjang keseluruhan(sekitar 21,5km merupakan batas dengan kelurahan di kecamatan lain dimanakelurahan yang berbatasan belum diminta untuk menarik garis batasnya).

9

d. Penyusunan peta pelacakan

Data batas yang sudah lengkap kemudian di-layout untuk dicetak menjadi petapelacakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan Adjudikasi terhadap segmen batas kelurahan di kecamatan tandes dapatdilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 : hasil pelacakan segmen batas kelurahan

Garis batas yang diberikan warna hijau merupakan garis batas yang hasil penarikan darikedua kelurahan berimpit. garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasilpenarikan kedua daerah tidak berhimpit (gap/overlap) atau penarikannya baru sepihak.Sedangkan garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasil penarikan keduadaerah tidak berhimpit dan overlap. Sementara itu pada gambar sebelah kanan ditampilkantitik – titik kartometrik yang dibuat pada segmen yang sudah sepakat untuk menguncikoordinat titik – titik yang dianggap penting.

Total panjang segmen batas kelurahan di Kecamatan Tandes ±40,8km termasuk batas dengankelurahan di kecamatan lain (batas kecamatan). Setelah proses adjudikasi ini segmen bataskelurahan di kecamatan tandes dapat dibagi sebagai berikut:

Segmen sepakat : panjang 11,9km atau 29,19% dari panjang keseluruhan(61% dari total batas kelurahan dalam Kecamatan Tandes saja).

Segmen yang belum sepakatOverlap : panjang ±1,5km atau 3,72% dari panjang keseluruhanGap : panjang ±3,2km atau 7,78% dari panjang keseluruhanKlaim sepihak : panjang 24,2km atau 59,3% dari panjang keseluruhan(sekitar 21,5km merupakan batas dengan kelurahan di kecamatan lain dimanakelurahan yang berbatasan belum diminta untuk menarik garis batasnya).

9

d. Penyusunan peta pelacakan

Data batas yang sudah lengkap kemudian di-layout untuk dicetak menjadi petapelacakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan Adjudikasi terhadap segmen batas kelurahan di kecamatan tandes dapatdilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6 : hasil pelacakan segmen batas kelurahan

Garis batas yang diberikan warna hijau merupakan garis batas yang hasil penarikan darikedua kelurahan berimpit. garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasilpenarikan kedua daerah tidak berhimpit (gap/overlap) atau penarikannya baru sepihak.Sedangkan garis batas berwarna merah merupakan garis batas yang hasil penarikan keduadaerah tidak berhimpit dan overlap. Sementara itu pada gambar sebelah kanan ditampilkantitik – titik kartometrik yang dibuat pada segmen yang sudah sepakat untuk menguncikoordinat titik – titik yang dianggap penting.

Total panjang segmen batas kelurahan di Kecamatan Tandes ±40,8km termasuk batas dengankelurahan di kecamatan lain (batas kecamatan). Setelah proses adjudikasi ini segmen bataskelurahan di kecamatan tandes dapat dibagi sebagai berikut:

Segmen sepakat : panjang 11,9km atau 29,19% dari panjang keseluruhan(61% dari total batas kelurahan dalam Kecamatan Tandes saja).

Segmen yang belum sepakatOverlap : panjang ±1,5km atau 3,72% dari panjang keseluruhanGap : panjang ±3,2km atau 7,78% dari panjang keseluruhanKlaim sepihak : panjang 24,2km atau 59,3% dari panjang keseluruhan(sekitar 21,5km merupakan batas dengan kelurahan di kecamatan lain dimanakelurahan yang berbatasan belum diminta untuk menarik garis batasnya).

Page 10: Pelacakan Batas Kota Surabaya

10

Berdasarkan unsur yang diikutiUnsur Alam : panjang 7,4 Km atau 18,1% dari panjang keseluruhanBuatan : panjang 30,8 Km atau 75,5% dari panjang keseluruhanLain-Lain : panjang 2,6 Km atau 6,4% dari panjang keseluruhan.

Berikut ini penjelasan lebih detil mengenai segmen yang masih belum sepakat:

a. Overlap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 7 : overlap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Balongsari dan Kelurahan Manukan Wetan

Gambar 8 : overlap pada segmen Kelurahan Balongsari dan Manukan Wetan

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen tersebut masing-masing kelurahan meyakini kalau daerah tersebutmasuk wilayahnya. Menurut Kelurahan Manukan Kulon, dahulu tanah didaerahtersebut milik Kelurahan Manukan Kulon, namun Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsari sudahmelakukan pengecekan lapangan namunkelurahan Karangpoh tidak melakukanpengecekan lapangan karena merasa sudahcukup mengenali batas dari atas citra satelit.

Permasalahan segmen batas antaraKelurahan Balongsari dan Manukan Wetanadalah masing-masing meyakini kalaudaerah tersebut masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut menurut KelurahanManukan Wetan terdapat rumah yangsetengah bagian rumah masuk ManukanWetan dan setengahnya lagi masukBalongsari, sedangkan menurut KelurahanBalongsari, seluruh daerah tersebut masukwilayah Balongsari

10

Berdasarkan unsur yang diikutiUnsur Alam : panjang 7,4 Km atau 18,1% dari panjang keseluruhanBuatan : panjang 30,8 Km atau 75,5% dari panjang keseluruhanLain-Lain : panjang 2,6 Km atau 6,4% dari panjang keseluruhan.

Berikut ini penjelasan lebih detil mengenai segmen yang masih belum sepakat:

a. Overlap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 7 : overlap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Balongsari dan Kelurahan Manukan Wetan

Gambar 8 : overlap pada segmen Kelurahan Balongsari dan Manukan Wetan

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen tersebut masing-masing kelurahan meyakini kalau daerah tersebutmasuk wilayahnya. Menurut Kelurahan Manukan Kulon, dahulu tanah didaerahtersebut milik Kelurahan Manukan Kulon, namun Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsari sudahmelakukan pengecekan lapangan namunkelurahan Karangpoh tidak melakukanpengecekan lapangan karena merasa sudahcukup mengenali batas dari atas citra satelit.

Permasalahan segmen batas antaraKelurahan Balongsari dan Manukan Wetanadalah masing-masing meyakini kalaudaerah tersebut masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut menurut KelurahanManukan Wetan terdapat rumah yangsetengah bagian rumah masuk ManukanWetan dan setengahnya lagi masukBalongsari, sedangkan menurut KelurahanBalongsari, seluruh daerah tersebut masukwilayah Balongsari

10

Berdasarkan unsur yang diikutiUnsur Alam : panjang 7,4 Km atau 18,1% dari panjang keseluruhanBuatan : panjang 30,8 Km atau 75,5% dari panjang keseluruhanLain-Lain : panjang 2,6 Km atau 6,4% dari panjang keseluruhan.

Berikut ini penjelasan lebih detil mengenai segmen yang masih belum sepakat:

a. Overlap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 7 : overlap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Balongsari dan Kelurahan Manukan Wetan

Gambar 8 : overlap pada segmen Kelurahan Balongsari dan Manukan Wetan

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen tersebut masing-masing kelurahan meyakini kalau daerah tersebutmasuk wilayahnya. Menurut Kelurahan Manukan Kulon, dahulu tanah didaerahtersebut milik Kelurahan Manukan Kulon, namun Kelurahan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsari sudahmelakukan pengecekan lapangan namunkelurahan Karangpoh tidak melakukanpengecekan lapangan karena merasa sudahcukup mengenali batas dari atas citra satelit.

Permasalahan segmen batas antaraKelurahan Balongsari dan Manukan Wetanadalah masing-masing meyakini kalaudaerah tersebut masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut menurut KelurahanManukan Wetan terdapat rumah yangsetengah bagian rumah masuk ManukanWetan dan setengahnya lagi masukBalongsari, sedangkan menurut KelurahanBalongsari, seluruh daerah tersebut masukwilayah Balongsari

Page 11: Pelacakan Batas Kota Surabaya

11

mengklaim daerah tersebut masuk wilayahnya dengan didukung terdapat balai RWKelurahan Banjarsugihan pada daerah tersebut.

Gambar 9 : overlap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

b. Gap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 10 : gap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Gambar 11 : gap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsarisudah melakukan pengecekan lapangannamun kelurahan Karangpoh tidakmelakukan pengecekan lapangan karenamerasa sudah cukup mengenali batas dariatas citra satelit.

Pada segmen tersebut masing-masingKelurahan meyakini bahwa daerahtersebut tidak masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut baik dari KelurahanManukan Kulon dan Bajarsugihan telahmelakukan pengecekan batas dilapanganbersama tim adjudikasi batas.

11

mengklaim daerah tersebut masuk wilayahnya dengan didukung terdapat balai RWKelurahan Banjarsugihan pada daerah tersebut.

Gambar 9 : overlap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

b. Gap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 10 : gap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Gambar 11 : gap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsarisudah melakukan pengecekan lapangannamun kelurahan Karangpoh tidakmelakukan pengecekan lapangan karenamerasa sudah cukup mengenali batas dariatas citra satelit.

Pada segmen tersebut masing-masingKelurahan meyakini bahwa daerahtersebut tidak masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut baik dari KelurahanManukan Kulon dan Bajarsugihan telahmelakukan pengecekan batas dilapanganbersama tim adjudikasi batas.

11

mengklaim daerah tersebut masuk wilayahnya dengan didukung terdapat balai RWKelurahan Banjarsugihan pada daerah tersebut.

Gambar 9 : overlap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

b. Gap

Segmen batas Kelurahan Karangpoh dan Kelurahan Balongsari

Gambar 10 : gap pada segmen Kelurahan Karangpoh dan Balongsari

Segmen batas Kelurahan Manukan Kulon dan Kelurahan Banjarsugihan

Gambar 11 : gap pada segmen Kelurahan Manukan Kulon dan Banjarsugihan

Pada segmen ini kelurahan Balongsarisudah melakukan pengecekan lapangannamun kelurahan Karangpoh tidakmelakukan pengecekan lapangan karenamerasa sudah cukup mengenali batas dariatas citra satelit.

Pada segmen tersebut masing-masingKelurahan meyakini bahwa daerahtersebut tidak masuk wilayahnya. Padadaerah tersebut baik dari KelurahanManukan Kulon dan Bajarsugihan telahmelakukan pengecekan batas dilapanganbersama tim adjudikasi batas.

Page 12: Pelacakan Batas Kota Surabaya

12

Data garis batas yang telah sepakat, segmen-segmen yang terdapat permasalahan sertainformasi – informasi pendukungnya tersebut kemudian akan diserahkan kepada pihakTata Pemerintahan Kota Surabaya untuk ditindak lanjuti. Hal ini dikarenakan pihak TataPemerintahan Kota Surabaya lah yang memiliki kewenangan untuk memproses segmenyang sudah sepakat menjadi batas definitif serta menyelesaikan segmen – segmen yangmasih ada permasalahan.

KESIMPULAN

Kesimpulan

a) Pelacakan batas secara kartometrik cukup efektif diterapkan pada batas kelurahan.b) Terkait dengan data dasar, Citra Resolusi Tinggi dan Peta Rupa Bumi Indonesia cukup

efektif digunakan untuk pelacakan batas kelurahan secara kartometrik khususnya didaerah perkotaan.

c) Dari model pelacakan batas secara kartometrik yang dilakukan dapat diperoleh informasibatas yang sepakat, yang tidak sepakat serta permasalahan – permasalahan yang adasehingga akan membuat proses penegasan penyelesaian sengketa batas yang dilakukanoleh pihak Tata Pemerintahan menjadi efektif dan lebih fokus.

d) Dengan melakukan pelacakan secara terpisah antar kelurahan dapat meminimalisirterjadinya konflik sehingga pelacakan batas secara kartometrik menjadi lebih efektif.

Saran

a) Perlu dilakukan pemodelan di daerah yang tidak datar dimana ada segmen batas yangmengikuti punggungan bukit sehingga pelacakan batas memerlukan model terain 3dimensi.

b) Perlu dilakukan kajian yang lebih komprehensif untuk mengetahui data dan metode yangtepat untuk diterapkan dalam pelacakan batas daerah (batas Kabupaten/Kota dan batasPropinsi).

DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Permendagri No.76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.

Permendagri No.27 Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa.