pekerjaan beton bertulang

6
METODELOGI KERJA PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON BERTULANG 1. Lingkup Pekerjaan dan Ketentuan Umum Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan beton bertulang. Pedoman ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan pengecoran pada beton bertulang yang tercantum pada gambar kerja sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang ditentukan. 2. Bahan , Material dan Peralatan Kerja 2.1 Bahan beton bertulang yang memenuhi persyaratan dan sesuai spesifikasi diantaranya adalah : 2.1.1 Semen (type I, II, III, IV, V) 2.1.2 Pasir Beton 2.1.3 Split 2.1.4 Air 2.1.5 Besi beton dan bendrat 2.1.6 Bahan tambahan (admixtures) bila disyaratkan 2.1.7 Bahan perekat beton (bonding agent) bila disyaratkan 2.1.8 dan bahan lainnya. 2.2. Material pelaksanaan pekerjaan beton bertulang diantaranya adalah : 2.2.1 Perancah (Bekisting ) dan penyangga (scafolding) 2.2.2 Minyak bekisting (formwork oil treatment) 2.2.3 Form tie 2.2.4 Beton deking 2.2.5 dan material lainnya.

Upload: tojambret-toke-karambia

Post on 09-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Concrete

TRANSCRIPT

PROSEDUR MUTU

METODELOGI KERJA

PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON BERTULANG

1. Lingkup Pekerjaan dan Ketentuan Umum

Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan beton bertulang.

Pedoman ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan pengecoran pada beton bertulang yang tercantum pada gambar kerja sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang ditentukan.

2. Bahan , Material dan Peralatan Kerja

2.1 Bahan beton bertulang yang memenuhi persyaratan dan sesuai spesifikasi diantaranya adalah :

2.1.1 Semen (type I, II, III, IV, V)

2.1.2 Pasir Beton

2.1.3 Split

2.1.4 Air

2.1.5 Besi beton dan bendrat

2.1.6 Bahan tambahan (admixtures) bila disyaratkan

2.1.7 Bahan perekat beton (bonding agent) bila disyaratkan

2.1.8 dan bahan lainnya.2.2. Material pelaksanaan pekerjaan beton bertulang diantaranya adalah :

2.2.1 Perancah (Bekisting ) dan penyangga (scafolding)

2.2.2 Minyak bekisting (formwork oil treatment)

2.2.3 Form tie

2.2.4 Beton deking

2.2.5 dan material lainnya.2.3 Peralatan-peralatan kerja dipakai diantaranya adalah :

2.3.1. Alat survey

2.3.2. Crane serta wadah beton (bucket)

2.3.3. Pompa beton

2.3.4. Truck mixer

2.3.5. Gerobak (Cart)

2.3.6. Compressor

2.3.7. Pengetar (Vibrator)

2.3.8. Trowel

2.3.9. Cetakan test beton

2.3.10. dan peralatan kerja lainnya

3. Persiapan

3.1. Mempersiapkan data sesuai gambar kerja dan spesifikasi diantaranya :

3.1.1. Mutu Beton

3.1.2. Volume beton

3.1.3. Rencana slump (kekentalan)beton di tempat

3.1.4. Bahan tambahan (admixtures) untuk mempercepat atau memperlambat pengerasan adukan beton bila disyaratkan

3.1.5. Lapisan atas (top surface finish) bila disyaratkan

3.1.6. Curing

3.1.7. dan lainnya diperlukan bila ada.

3.2. Mempersiapkan metode kerja atau cara pengecoran,

3.3. Rencana posisi crane, truck mixer, dan manuvernya dan system perancah.

3.4. Menyiapkan bekisting dan pembesian yang dipasang dengan posisi dan ukuran sesuai dengan gambar kerja (konstruksi).

3.5. Pembersihan area yang akan di cor

3.6. Dipersiapkan bila ada batas pengecoran atau siar (stop pouring)

3.7. Menyiapkan sparing untuk pekerjaan lain yang berada dalam beton seperti angkur embedded plate, conduit untuk pekerjaan listrik, pipa dan sebagainya.

3.8. Menyiapkan level guide sebagai acuan.

3.9. Meminta inspeksi pekerjaan (concrete prepouring check list), izin pengecoran (concrete pouring check list I & II) dan working permit pada pengawas.

4. Pelaksanaan4.1. Pengecoran dilaksanakan setelah ada persetujuan tertulis dari pengawas lapangan.

4.2. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus lancar.

4.3. Pengecoran dilakukan dengan baik yang dilakukan sedekat mungkin untuk mencegah pemisahan bahan-bahan adukan beton dan mengunakan alat getar (vibrator) untuk menjamin kepadatan dari beton.

4.4. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat berhenti pengecoran harus sesuai persyaratan dan disetujui pengawas lapangan.

4.5. Pada sambungan dimana pengecoran terhenti maka beton lama (beton yang sebelumnya yang telah mengeras) dibersihan dari sisa cor yang lepas atau kotoran, kemudian dioleskan bahan perekat beton (bonding agent) sebelum pengecoran dilanjutkan.

4.6. Pelapisan atau perlindungan beton setelah pengecoran selesai (curing).5. Test dan Persyaratan

5.1. Mutu Beton

Pelaksanaan mutu beton yang digunakan adalah sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi dan gambar kerja.

5.1.1. Mutu beton tersebut harus dibuktikan dengan percobaan atau test beton dari laboratorium.

5.1.2. Pengambilan contoh adukan beton (benda uji) yang akan ditest laboratorium harus sesuai ketentuan yang disyaratkan.

5.2. Campuran Beton

5.2.1. Komposisi adukan dinyatakan dalam perbandingan berat untuk menghasilkan mutu beton yang ditentukan untuk masing-masing jenis konstruksi.

Untuk masing-masing jenis material harus diadakan percobaan komposisi adukan dan hasil dari percobaan tersebut harus segera diserahkan kepada pengawas untuk dijadikan pedoman pada waktu diadakan pengecoran.

5.2.2. Kekentalan (slump) untuk campuran beton harus disesuaikan dengan hasil percobaan laboratorium untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan.

5.3. Bekisting

5.3.1. Bekisting harus dipasang dengan perkuatan-perkuatan sehingga menjamin ukuran-ukuran dan jarak tidak berubah selama diadakan pengecoran.

5.3.2. Bekisting sebelum diadakan pengecoran beton harus dibersihkan dari berbagai bentuk kotoran.

5.3.3. Setelah pengecoran bekisting dapat dibuka/dibongkar sesuai sesuai persyaratan dan ketentuan.

5.4. Pembesian

5.4.1. Besi yang dipasang tidak menghalangi material batu dari campuran beton dan juga alat pengetar (vibrator).

5.4.2. Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu yang ditentukan dan dapat diuji atau dibuktikan oleh hasil test laboratorium.

5.5. Pengecoran

5.5.1. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuan yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan adukan beton

5.5.2. Pengecoran harus bekelanjutan tanpa berhenti sampai siar pelaksanaan yang ditetapkan.

5.5.3. Pemadatan dengan alat pengetar (vibrator)

5.6. Perawatan Beton

5.6.1. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.

5.6.2. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.

5.6.3. Beton harus tetap dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran (Curing)5.7. Kerusakan konstruksi beton

Meskipun hasil pengujian beton memuaskan, konstruksi beton yang cacat seperti berikut :

5.7.1 Konstruksi beton yang keropos adalah konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

5.7.2 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.

5.7.3 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.

5.7.4 Konstruksi beton yang mutu atau kekuatannya tidak mencapai syarat yang telah ditentukan.