pedum kormonev inpres 5 tahun 2004

24
PEDOMAN UMUM KOORDINASI, MONITORING, DAN EVALUASI (KORMONEV) PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Upload: daxclin

Post on 29-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

PEDOMAN UMUM KOORDINASI, MONITORING, DAN EVALUASI (KORMONEV)

PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI

KEMENTERIAN NEGARAPENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Page 2: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004
Page 3: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

BAB I

PENDAHULUAN

Diktum KESEBELAS angka 4 huruf e Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi menugaskan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara untuk mengkoordinasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden tersebut. Untuk melaksanakannya, perlu disusun Pedoman Umum Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi (Kormonev) Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

Obyek kegiatan (Kormonev) Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 meliputi :

a). Pelaksanaan 10 (sepuluh) Diktum instruksi umum oleh semua Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah.

b). Pelaksanaan 11 (sebelas) instruksi khusus oleh beberapa Instansi Pemerintah yang ditugasi secara khusus.

c). Pelaksanaan butir-butir rencana aksi yang terdapat di Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi (RAN – PK).

Mekanisme Kormonev pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dilakukan secara berjenjang. Dengan cara ini, masing-masing instansi pemerintah melakukan Kormonev di lingkungan masing-masing dan melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menneg.PAN.

Dengan prinsip kerja Kormonev berjenjang, kegiatan utama Kormonev Nasional difokuskan pada upaya-upaya yang bertujuan untuk mengefektifkan fungsi Kormonev di seluruh instansi pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. Tujuannya adalah agar pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di semua instansi mampu bersinergi dalam mempercepat pemberantasan korupsi.

Ruang lingkup kegiatan Kormonev Nasional meliputi:

a). Penyusunan, sosialisasi dan asistensi Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan serta Modul-modul yang berkaitan dengan Kormonev Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

b). Penyelenggaraan konsultasi publik dan survei pendapat masyarakat untuk mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak.

c). Penyelenggaraan rapat koordinasi tingkat Nasional, Regional dan Sektoral, dalam rangka mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi.

d). Pengumpulan data, peninjauan lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi.

e). Pembentukan ruang operasi serta pengembangan dan pemeliharaan Sistem Kormonev yang berbasis teknologi informasi.

Yang dimaksud dengan :

• Koordinasi : mengarahkan pelaksana Inpres agar mampu :

1

Page 4: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

o memahami Inpres dengan benar;

o menjabarkannya menjadi upaya-upaya nyata pemberantasan korupsi;

o melakukan Kormonev di lingkungan instansinya.

• Monitoring : pemantauan pelaksanaan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui kemajuan hasil-hasil yang dicapai dikaitkan dengan pencapaian target kinerja yang ditetapkan.

• Evaluasi : penilaian kinerja pelaksanaan yang dilakukan setiap periode waktu (semesteran, tahunan) untuk menganalisis kemajuan pencapaian target dan hambatan pelaksanaan setiap Diktum Inpres dikaitkan dengan pencapain tujuan Inpres secara keseluruhan.

• Instansi Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan RI yang terdiri dari: Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Markas Besar TNI, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung, Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten/Kota, dan Lembaga/Badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara.

• Indikator kinerja atau tolok ukur keberhasilan adalah uraian ringkas tentang suatu kondisi atau kinerja yang ingin diwujudkan melalui pelaksanaan suatu program atau sekumpulan kegiatan. Indikator kinerja perlu ditetapkan untuk pelaksanaan instruksi umum, instruksi khusus, maupun butir-butir Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi (RAN – PK).

• Kelompok Kerja (Pokja) Kormonev Nasional adalah kelompok kerja yang terdiri dari pejabat pemerintah yang berasal dari lintas instansi serta melibatkan unsur-unsur masyarakat dan dunia usaha yang memiliki kompetensi di bidang pemberantasan korupsi yang bertugas untuk membahas bahan-bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 untuk dilaporkan kepada Presiden RI dan dipublikasikan kepada masyarakat.

• Sekretariat Kormonev Nasional adalah suatu unit kerja yang terdiri dari Pejabat Kementerian PAN dan pejabat pemerintah dari instansi yang lain, yang bertugas untuk mempersiapkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 untuk dibahas di Pokja Kormonev Nasional.

2

Page 5: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

BAB II

PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004

A. Penetapan Tolok Ukur Keberhasilan

Indikator kinerja atau tolok ukur keberhasilan perlu ditetapkan baik untuk pelaksanaan instruksi umum maupun instruksi khusus. Indikator kinerja berguna untuk: (a) memberikan gambaran yang jelas tentang program yang dilaksanakan; (b) menciptakan kesepakatan untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program/kegiatan; (c) membangun dasar bagi pemantauan dan evaluasi; (d) memotivasi pelaksana program dalam pencapaian hasil; dan (e) mengkomunikasikan hasilnya kepada stakeholders.

Kriteria pemilihan indikator kinerja adalah SMART meliputi :

Specific : jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahan interpretasi. Measureable : menyatakan sesuatu yang jelas ukurannya. Attributable : bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Relevant : sesuai dengan ruang lingkup program dan menggambarkan

hubungan sebab-akibat antar indikator kinerja. Timely : dikumpulkan dan dilaporkan tepat pada waktunya sebagai bahan

pengambilan keputusan.

B. Pelaksanaan Instruksi Umum

Sasaran yang ingin dicapai adalah:

a). Peningkatan komitmen dalam pemberantasan korupsi dengan melaksanakan 10 (sepuluh) Diktum instruksi umum yang terdapat dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dengan penuh tanggung jawab.

b). Pencapaian suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan tolok ukur keberhasilan atau indikator kinerja dari masing-masing Diktum instruksi umum tersebut.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan instruksi umum meliputi :

a). penetapan indikator kinerja;

b). perencanaan kegiatan;

c). pelaksanaan kegiatan;

d). pemantauan dan pengukuran kinerja;

e). evaluasi kinerja; dan

f). pelaporan kinerja.

3

Page 6: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan masing-masing instruksi umum dan kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mencapainya disajikan dalam Lampiran 1.

Pelaksanaan Diktum instruksi umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penyampaian LHKPN

Para pimpinan instansi mendorong seluruh pejabat di lingkungannya, yang diwajibkan menurut UU Nomor 28 Tahun 1999, untuk melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Selain daripada itu, berdasarkan Surat Edaran Menneg.PAN Nomor SE/03/M.PAN/1/2005, pejabat lain yang wajib menyampaikan LHKPN kepada KPK adalah:

a). Pejabat Eselon II dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan instansi pemerintah dan atau lembaga negara.

b). Semua Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan.

c). Pemeriksa Bea dan Cukai.

d). Pemeriksa pajak.

e). Auditor.

f). Pejabat yang mengeluarkan perijinan.

g). Pejabat/Kepala Unit Pelayanan Masyarakat.

h). Pejabat pembuat regulasi.

2. Penetapan Kinerja dengan Pejabat di bawahnya Secara Berjenjang

Pimpinan unit kerja sampai dengan Eselon II wajib menyusun Rencana Kinerja sesuai dengan kedudukan, tugas, fungsi, dan kebutuhan instansi/unit kerja masing-masing. Rencana kinerja yang telah ditetapkan anggarannya menjadi dasar penyusunan Penetapan Kinerja dengan pejabat di atasnya sebagai tolok ukur evaluasi kinerja. Penetapan Kinerja sudah harus dilakukan sebelum tanggal 31 Maret setiap tahun dan dipertanggungjawabkan pelaksanaannya pada akhir tahun anggaran melalui penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) unit kerja yang bersangkutan.

3. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kepada Publik

Upaya peningkatan kualitas pelayanan kepada publik dilakukan melalui standardisasi dan transparansi pelayanan. Standar pelayanan paling sedikit meliputi: (i) penetapan persyaratan pelayanan, (ii) target waktu penyelesaian, dan (iii) biaya yang harus dibayar oleh masyarakat. Sedangkan transparansi pelayanan mensyaratkan agar standar pelayanan dinyatakan secara terbuka di setiap unit pelayanan, sehingga masyarakat mengetahui dengan pasti persyaratan pelayanan, waktu penyelesaian, dan biaya yang harus dibayar untuk mendapatkan

4

Page 7: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

pelayanan tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghapus pungutan-pungutan liar dalam pemberian pelayanan publik.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik, Menneg.PAN telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: SE/04/M.PAN/2/2005, yang intinya mengharapkan para pimpinan instansi pemerintah untuk:a). Menyempurnakan sistem pelayanan publik secara bertahap ke arah

pemanfaatan teknologi informasi (e-government) yang optimal untuk memperkecil peluang terjadinya praktek KKN.

b). Menyusun dan menerapkan standar pelayanan secara transparan dan akuntabel.

c). Melakukan evaluasi terhadap sistem dan prosedur pelayanan serta melanjutkan deregulasi dan debirokratisasi terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan publik.

d). Menerapkan penetapan kinerja secara berjenjang antara Pembina Penyelenggara Pelayanan Publik dengan Pimpinan Unit Pelayanan Publik sebagai janji peningkatan kualitas pelayanan publik.

e). Melakukan perbaikan terhadap sistem pelayanan publik yang berbasis pada penggunaan aplikasi Nomor Induk Tunggal Penduduk.

Surat Edaran Menneg.PAN Nomor: SE/10/M.PAN/07/2005 menetapkan sebelas sektor layanan, sebagaimana tersebut di Tabel 2, yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh instansi pemerintah sesuai dengan kewenangan dan peran yang dimiliki.

Tabel 2 : Prioritas Utama Pelayanan PublikNo. Sektor Jenis Layanan1. Layanan Administrasi

Kependudukan1.2.3.4.5.6.

KTPAkte KelahiranCatatan SipilAkte KematianAkte Nikah/CeraiKartu Keluarga

2. Layanan Kepolisian 1.2.3.

STNK dan BPKBSurat Ijin Mengemudi (SIM)Penyelesaian Laporan Pengaduan Masyarakat

3. Layanan Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

1.2.3.4.

SIUP, SITU Tanda Daftar PerusahaanMetrologi/TeraPengujian Hasil IndustriKredit Usaha

4. Layanan Cukai dan Pajak

1.2.3.4.

Bea MasukCukaiNPWPPelayanan Pembayaran Pajak

5

Page 8: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

No. Sektor Jenis Layanan5. Layanan Kesehatan 1.

2.3.

Rumah SakitPuskesmasPosyandu

6. Layanan Imigrasi 1.2.

Pengurusan PasporPengurusan Keimigrasian lainnya

7. Layanan Perhubungan 1.2.3.

Ijin Usaha Angkutan Darat/Laut/UdaraPelayanan Bandara/Pelabuhan/ Stasiun/Terminal BisUji Kelaikan Kendaraan Bermotor

8. Layanan Ketenaga-kerjaan

1.2.3.4.

Kartu Kuning (Pencari Kerja)Informasi Kesempatan KerjaPenempatan Tenaga KerjaPelayanan TKI di Bandara dan Pelabuhan Laut

9. Layanan Pertanahan dan Permukiman

1.2.3.4.5.6.

Pengurusan Sertifikat TanahPengurusan Pengalihan atas TanahIMBIjin Lokasi Industri/PerdaganganHOAMDAL

10. Layanan Pendidikan 1.2.3.

Pendidikan DasarPendidikan MenengahPendidikan lainnya

11. Layanan Penanaman Modal

1.2.3.

Ijin PMAIjin PMDNInformasi Potensi Investasi

4. Penetapan Program dan Wilayah Bebas Korupsi

Metoda penetapan program dan wilayah bebas korupsi secara terbatas dapat diterapkan di beberapa instansi pemerintah pusat maupun daerah. Melalui penerapan metoda ini, masing-masing instansi dapat melakukan uji coba berbagai instrumen pemberantasan korupsi, dan mengamati hasilnya dalam lingkup yang terbatas (program atau wilayah). Apabila uji coba ini menunjukkan hasil yang menggembirakan, instrumen yang diuji-cobakan dapat diadopsi pada skala yang lebih besar, yaitu lingkup seluruh instansi. Di lain pihak, apabila hasilnya kurang menggembirakan, instrumen yang diuji-cobakan dapat disempurnakan atau diganti dengan instrumen yang lain, sampai mendapatkan hasil yang menjanjikan.

5. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan kumpulan best practices dalam mencegah terjadinya kebocoran dan inefisiensi dalam pengadaan barang/jasa. Salah satunya adalah dengan mewajibkan penerapan Pakta Integritas diantara pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa.

6

Page 9: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Namun pelaksanaannya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk itu, para pimpinan instansi pemerintah diinstruksikan untuk melaksanakan Keppres ini secara konsisten untuk mencegah berbagai macam kebocoran dan inefisiensi dalam pengadaan barang/jasa. Salah satunya adalah melalui penerapan e-procurement.

6. Penerapan Kesederhanaan Dalam Kedinasan dan Kehidupan PribadiGerakan pola hidup sederhana pernah dilaksanakan pada era tahun 1980-an. Presiden RI mengingatkan kembali pentingnya gerakan pola hidup sederhana dan menginstruksikan para pimpinan instansi untuk melakukan revitalisasi gerakan tersebut sejalan dengan upaya Pemerintah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya praktik-praktik korupsi, misalnya melalui penyusunan program penghematan, baik dalam kedinasan maupun dalam kehidupan pribadi.

7. Pemberian Dukungan Terhadap Upaya Penindakan Korupsi Dalam upaya penegakan hukum, pimpinan instansi harus memberikan dukungan terhadap upaya penindakan korupsi oleh aparat penegak hukum dalam bentuk pemberian informasi yang diperlukan serta pemberian ijin pemeriksaan terhadap pelaku korupsi. Agar efektif, pemberian informasi dan ijin pemeriksaan dilakukan secara tepat waktu dengan tetap menghargai asas praduga tak bersalah.

8. Kajian Sistem Yang Menimbulkan KorupsiSistem yang menimbulkan korupsi dapat berupa sistem berskala nasional, seperti sistem perekrutan PNS, sistem perpajakan, sistem bea cukai, sistem kependudukan, dan sebagainya. Juga dapat berupa sistem berskala lokal di tingkat instansi, seperti sistem pelayanan publik di suatu unit pelayanan. Untuk itu, semua pimpinan instansi harus mengkaji sistem-sistem penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik di lingkungan instansinya secara mendalam, terencana, serta melibatkan KPK dan pihak-pihak yang berkompeten.

9. Peningkatan Upaya Pengawasan dan Pembinaan Aparatur Peningkatan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur sangat diperlukan untuk mengurangi perilaku koruptif. Upaya pengawasan terdiri dari pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat. Laporan dan rekomendasi hasil pengawasan dapat dirumuskan menjadi upaya-upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk diimplementasikan secara nyata dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

C. Pelaksanaan Instruksi Khusus

Terdapat 11 (sebelas) instruksi khusus yang diberikan kepada beberapa Menteri, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung, para Gubernur, Bupati dan Walikota. Sasaran yang ingin dicapai adalah:

7

Page 10: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

a). Memperkuat upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan langkah-langkah khusus sebagaimana dituangkan dalam Diktum KESEBELAS angka 1 hingga 11 Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004.

b). Mencapai suatu kondisi yang lebih baik sebagai akibat dari penataan berbagai instrumen, sistem, prosedur dan peraturan perundang-undangan.

Pada umumnya, instruksi khusus berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dari instansi yang menerima instruksi tersebut. Untuk itu, pelaksanaan instruksi ini sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing instansi yang bersangkutan. Demikian pula, perencanaan kegiatan dan penetapan indikator kinerjanya.

Rencana kegiatan pelaksanaan instruksi khusus mencakup :

a). Indikator kinerja dan target capaian kinerja setiap semester sampai dengan berakhirnya pelaksanaan instruksi khusus.

b). Kegiatan yang akan dilaksanakan.

c). Kurun waktu kegiatan.

d). Biaya yang diperlukan per tahun sampai dengan berakhirnya kegiatan.

e). Uraian yang menjelaskan hubungan antara pencapaian kinerja kegiatan dengan percepatan pemberantasan korupsi.

D. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi

Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi (RAN – PK) merupakan tindak lanjut dan komitmen Pemerintah Indonesia atas hasil Konvensi PBB Menentang Korupsi. Indonesia menandatangani konvensi tersebut pada 18 Desember 2003. Sebagai konsekuensinya, Pemerintah Indonesia merancang, mengembangkan, dan melaksanakan RAN - PK, sebagai acuan untuk menyusun dan mensinergikan program pemberantasan korupsi.

Secara garis besar, RAN - PK Tahun 2004 – 2009 terdiri dari 4 matrik, yaitu:a). Bidang pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi.b). Bidang penindakan terhadap tindak pidana korupsi.c). Bidang pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi dalam Reha-

bilitasi dan Rekonstruksi Nanggro Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.

d). Bidang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan RAN - PK.

Sebagaimana pelaksanaan instruksi khusus, rencana kegiatan pelaksanaan butir RAN - PK paling sedikit mencakup :a). Indikator kinerja dan target capaian kinerja setiap semester sampai

dengan berakhirnya pelaksanaan instruksi khusus.

8

Page 11: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

b). Kegiatan yang akan dilaksanakan.c). Kurun waktu kegiatan.d). Biaya yang diperlukan per tahun sampai dengan berakhirnya kegiatan.e). Uraian yang menjelaskan hubungan antara pencapaian kinerja kegiatan

dengan percepatan pemberantasan korupsi.

9

Page 12: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

BAB III

MEKANISME KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI

A. Prinsip Kerja Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi (Kormonev)

Koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dilakukan secara berjenjang, seperti pada Gambar 1. Artinya, masing-masing instansi pemerintah melakukan kormonev di lingkungan instansinya dan melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menneg.PAN.

Kementerian PANORG Kormonev Nasional

Gubernur

ORG Kormonev Pemprov

Instansi Pusat

ORG Kormonev Ins . Pusat

Bupati/Walikota

ORG Kormonev Pemkab /kota

Gambar 1 : Mekanisme Kormonev Berjenjang

B. Kelembagaan KormonevPrinsip kerja kormonev secara berjenjang mengharuskan adanya organisasi kormonev di tingkat Nasional maupun di setiap instansi Pusat dan Daerah.

Tata cara koordinasi antara organisasi kormonev tingkat Nasional dan organisasi kormonev tingkat instansi dilakukan melalui:a). Penyebaran, sosialisasi, dan asistensi pedoman umum, petunjuk

pelaksanaan, serta modul-modul yang berkaitan dengan Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

b). Penyelenggaraan rapat koordinasi Nasional, Regional dan Sektoral.c). Penyelenggaraan konsultasi publik.d). Pengumpulan data, peninjauan lapangan, pengolahan data dan

penyusunan laporan dan hasil evaluasi dalam rangka memberikan feedback terhadap pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan butir-butir Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi (RAN – PK).

1. Struktur Organisasi Kormonev Nasional

Untuk melaksanakan kormonev nasional, Menneg.PAN membentuk Organisasi Kormonev Nasional, seperti pada Gambar 2 di halaman berikut.

10

Page 13: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Penanggungjawab Kormonev Nasional(Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara)

Pelaksana Harian Kormonev Nasional(Deputi Menteri Negara PAN Bidang Pengawasan)

Sekretariat Koordinasi Monitoring dan Evaluasi

(Struktural di Kementerian Negara PAN)

Kelompok Kerja Koordinasi Monitoring dan Evaluasi :

- Pemerintah- Masyarakat- Dunia Usaha

Desk I Pencegahan

Desk II Penegakan

Hukum

Desk III Penertiban

Aparatur NegaraDesk IV

Pelayanan Publik

Gambar 2 : Struktur Organisasi Kormonev Nasional

Penanggungjawab Kormonev Nasional adalah Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan kewenangan :

a). Mengarahkan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 untuk mempercepat pemberantasan korupsi.

b). Melaporkan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada Presiden RI secara periodik.

c). Menetapkan struktur organisasi, personel dan mekanisme kerja koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

Pelaksana Harian Kormonev Nasional adalah Deputi Menneg.PAN Bidang Pengawasan, dengan tugas:

a). Melaksanakan kegiatan Kormonev Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan melaporkan hasilnya secara periodik kepada Penanggungjawab Kormonev Nasional.

b). Membantu Penanggungjawab Kormonev Nasional dalam menyusun laporan kegiatan Kormonev Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada Presiden RI.

Dalam melaksanakan tugasnya, Pelaksana Harian Kormonev Nasional dibantu oleh Tim Kormonev Nasional yang terdiri dari:

a. Sekretariat Kormonev Nasional

11

Page 14: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Sekretariat Kormonev Nasional adalah struktural di Kementerian Negara PAN yang dipimpin oleh Asisten Deputi Pemantauan dan Evaluasi Pemberantasan Korupsi (Asdep 5/VI), dan membawahi 3 (tiga) Bidang yaitu :

1). Bidang Pemantauan dan Verifikasi Data.

2). Bidang Pengolahan Data.

3). Bidang Evaluasi dan Pelaporan.

Sekretariat Kormonev mempunyai tugas :

1). Mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data/informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan/atau yang diminta oleh Pokja Kormonev Nasional.

2). Membantu Pelaksana Harian Kormonev Nasional dalam melaksanakan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan penyiapan laporan kepada Presiden RI.

3). Berkoordinasi dengan Pokja Kormonev Nasional dalam penyiapan laporan Penanggungjawab Kormonev Nasional kepada Presiden RI dan publikasi kepada masyarakat.

b. Kelompok Kerja Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Nasional

Pokja Kormonev Nasional terdiri dari para pejabat pemerintah lintas instansi, serta unsur-unsur masyarakat, perguruan tinggi, dan dunia usaha yang berkompeten di bidang pemberantasan korupsi. Susunan dan personel Pokja Kormonev Nasional ditetapkan oleh Menteri Negara PAN selaku Penanggungjawab Kormonev Nasional.

Pokja Kormonev Nasional mempunyai tugas:

1). Membahas bahan-bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dalam rangka memonitor dan mengevaluasi program-program pemberantasan korupsi, penyusunan laporan kepada Presiden RI, dan publikasi kepada masyarakat.

2). Mengadakan pertemuan koordinasi secara periodik atas undangan Pelaksana Harian Kormonev Nasional.

3). Berkoordinasi dengan Sekretariat Kormonev Nasional dalam penyiapan laporan Penanggungjawab Kormonev Nasional kepada Presiden RI dan publikasi kepada masyarakat.

4). Setiap anggota Pokja Kormonev Nasional menyampaikan hasil rapat Pokja kepada pimpinan instansi/lembaga yang diwakili untuk ditindaklanjuti.

12

Page 15: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

5). Setiap anggota Pokja Kormonev Nasional memberikan data dan informasi yang diperlukan Pokja yang berasal dari instansi/ lembaga yang diwakili.

c. Satuan Tugas (Desk) :

Untuk menangani masalah-masalah aktual dalam pemberantasan korupsi, Pelaksana Harian Kormonev Nasional dapat membentuk beberapa satuan tugas (desk). Empat desk yang dibentuk melalui keputusan ini adalah :

1). Desk Pencegahan.

2). Desk Penegakan Hukum.

3). Desk Penertiban Aparatur Negara.

4). Desk Pelayanan Publik.

Masing-masing desk dipimpin oleh Koordinator Desk, yang berasal dari anggota Pokja Kormonev Nasional, dan ditetapkan oleh Pelaksana Harian Kormonev Nasional. Masing-masing Koordinator Desk dapat membentuk tim yang berasal dari anggota Pokja Monitoring dan Evaluasi Nasional atau ditambah dengan unsur-unsur masyarakat.

Masing-masing satuan tugas berkewajiban :

1). Membantu Pelaksana Harian Kormonev Nasional dalam menganalisa masalah-masalah aktual di bidangnya, yang berasal dari aduan masyarakat maupun dari media massa yang meresahkan masyarakat.

2). Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Pelaksana Harian Kormonev Nasional.

3). Berkoordinasi dengan Sekretariat Kormonev Nasional dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Struktur Organisasi Kormonev Instansi

Struktur Organisasi Kormonev Instansi Pusat dan Daerah adalah sebagaimana disajikan di Gambar 3.

13

Page 16: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Penanggungjawab Kormonev Instansi( Menteri / Ka. LPND / Gub / Bupati / Walikota)

Koordinator Pelaksana Inpres 5/2004(Sekjen/Sestama/Sekda)

Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Instansi(Irjen/Irtama/Ka. SPI/Ka. Bawas Prov/Kab/Kota)

Sekretariat Pelaksana Inpres 5/2004(Memanfaatkan Organisasi yang ada)

Sekretariat Monitoring dan

Evaluasi(Memanfaatkan Organisasi yang

ada)

Kelompok Kerja Monitoring dan

Evaluasi:- Pemerintah- Masyarakat- Dunia Usaha

Gambar 3 : Struktur Organisasi Kormonev Instansi Pusat dan Daerah

Sekretariat Pelaksana dan Sekretariat Monitoring dan Evaluasi Instansi dapat memanfaatkan organisasi yang ada. Sedangkan Pokja Monitoring dan Evaluasi Instansi beranggotakan pejabat pemerintah lintas divisi serta melibatkan unsur masyarakat, perguruan tinggi, dan dunia usaha yang menjadi stakeholders dari instansi pemerintah yang bersangkutan.

Penanggungjawab Kormonev Instansi adalah Menteri, Kepala Badan/Lembaga Pemerintah Non-Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan. Penanggungjawab Kormonev Instansi memiliki kewenangan :

a). Mengarahkan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya.

b). Melaporkan kegiatan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada Presiden RI secara periodik dengan tembusan kepada Menteri Negara PAN.

c). Menetapkan struktur organisasi, personel dan mekanisme kerja koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungannya.

Koordinator Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah Provinsi/Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, dan mempunyai tugas:

a). Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya dan melaporkan hasilnya secara periodik kepada Penanggungjawab Kormonev Instansi.

14

Page 17: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

b). Membantu Penanggungjawab Kormonev Instansi dalam penyusunan laporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada Presiden RI.

c). Mendorong para pimpinan unit kerja di lingkungan instansinya untuk melaksanakan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 secara bertanggungjawab.

d). Meningkatkan pemahaman para pimpinan unit kerja di lingkungan instansinya dalam melaksanakan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

Dalam melaksanakan tugasnya, Koordinator Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi dapat membentuk Sekretariat Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di instansinya dengan memanfaatkan organisasi yang ada.

Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi adalah Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Kepala Inspektorat Instansi/Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota, serta mempunyai tugas :

a). Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungannya dan melaporkan hasilnya secara periodik kepada Penanggungjawab Kormonev Instansi setelah berkoordinasi dengan Koordinator Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi.

b). Mengumpulkan, mengolah dan menyiapkan data/informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 untuk dibahas dan dievaluasi oleh Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi tingkat Instansi.

Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi Tingkat Instansi terdiri dari para pejabat pemerintah lintas unit kerja, unsur-unsur masyarakat, perguruan tinggi, dan dunia usaha merupakan stakeholders dari instansi yang bersangkutan. Susunan dan personil Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi Tingkat Instansi ditetapkan oleh Penanggungjawab Kormonev Instansi.

Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi Instansi mempunyai tugas:

a). Membahas bahan-bahan yang berkaitan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dalam rangka memonitor dan mengevaluasi program-program pemberantasan korupsi di lingkungan instansi.

b). Berkoordinasi dengan Sekretariat Monitoring dan Evaluasi Instansi dalam penyiapan laporan Penanggungjawab Kormonev Nasional kepada Presiden RI dan publikasi kepada masyarakat.

c). Setiap anggota Pokja Monitoring dan Evaluasi Instansi menyampaikan hasil pembahasan Pokja kepada pimpinan instansi/ lembaga yang diwakili untuk ditindaklanjuti.

15

Page 18: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

d). Setiap anggota Pokja Monitoring dan Evaluasi Instansi memberikan data dan informasi yang diperlukan Pokja dari instansi/lembaga yang diwakili.

C. Pelaporan Inpres Nomor 5 Tahun 2004

Berdasarkan sistem kormonev berjenjang, masing-masing instansi pemerintah melaksanakan fungsi koordinasi, monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya. Fungsi koordinasi dijalankan oleh Sekretaris Instansi, sementara fungsi monitoring dan evaluasi dijalankan oleh Satuan Pengawas Intern Instansi yang bersangkutan.

Fungsi koordinasi dilakukan guna menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan. Fungsi ini dijalankan antara lain melalui sosialisasi peraturan-peraturan yang terkait dan modul-modul pelaksanaan, alokasi kegiatan serta sumberdaya dan sumberdana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, serta dorongan terus menerus kepada masing-masing Satuan Kerja untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemberantasan korupsi yang menjadi tanggungjawabnya.

Fungsi monitoring dan evaluasi dilakukan guna menjamin tercapainya target yang telah ditetapkan. Untuk itu, Satuan Pengawas Intern perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target-target dari masing-masing Diktum Inpres Nomor 5 Tahun 2004 yang menjadi tanggungjawab dari instansi yang bersangkutan. Fungsi ini dijalankan antara lain melalui penyebaran dan asistensi pengisian formulir laporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada masing-masing Satuan Kerja, pembahasan dan evaluasi laporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 oleh Satuan Kerja dengan melibatkan Pokja Kormonev Instansi, dan penyiapan laporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 kepada Presiden RI.

Laporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dari Bupati/Walikota, selain ditujukan kepada Presiden RI melalui Menneg.PAN juga ditembuskan kepada Gubernur yang bersangkutan untuk dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Dengan demikian, Gubernur di samping melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian target dari masing-masing Diktum Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya, juga perlu mengevaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dari Bupati/Walikota yang ada di wilayahnya. Lihat Lampiran 2.

Formulir isian pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 disajikan seperti pada Lampiran 3, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a). Tetapkan tolok ukur keberhasilan program atau diktum, baik indikator kinerja utama maupun tambahan. - Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, indikator

kinerja utama adalah jumlah atau % pejabat yang menyerahkan LHKPN ke KPK, dan indikator kinerja tambahan adalah Adanya

16

Page 19: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Surat Keputusan pimpinan instansi tentang penetapan pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN ke KPK.

b). Untuk masing-masing indikator kinerja, tulis target dan capaian kinerja untuk periode ini. - Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, target indikator

kinerja utama adalah 99 orang atau 77% pejabat yang menyerahkan LHKPN ke KPK, dan target indikator kinerja tambahan adalah 3 buah/SK.

c). Tulis serangkaian kegiatan atau upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai target kinerja tersebut. - Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, kegiatan-

kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah Inventarisasi dan penetapan pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN; sosialisasi LHKPN; serta pemantauan pengembalian LHKPN ke KPK.

d). Untuk masing-masing program, tulis satuan kerja (pelaksana) yang bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan program ini.- Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, satuan kerja

(pelaksana) yang bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan program ini adalah Biro Organisasi. Apabila ada lebih dari satu satuan kerja yang bertanggungjawab, tulis beberapa satuan kerja.

e). Untuk masing-masing program, tulis hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program ini.- Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, hambatan-

hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program ini adalah keterlambatan penetapan struktur organisasi, kekurangan formulir LHKPN, kekurangan instruktur untuk penjelasan LHKPN, dsb.

f). Untuk masing-masing program, tulis solusi yang diambil dalam menghadapi hambatan-hambatan ini.- Misalnya : untuk program pelaporan harta kekayaan, solusi yang

diambil dalam menghadapi hambatan-hambatan ini adalah membentuk Pokja LHKPN untuk menangani pendaftaran, pengumuman dan pemeriksaan LHKPN.

g). Di samping isian-isian yang terdapat dalam formulir, setiap instansi dapat memberikan uraian lebih lanjut untuk mengelaborasi pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari masing-masing Diktum Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

- Misalnya : untuk program peningkatan kualitas pelayanan publik, perlu diterangkan lebih lanjut standar-standar pelayanan apa saja yang telah, sedang dan akan disusun, bagaimana standar-standar pelayanan tersebut diketahui oleh masyarakat, bagaimana masyarakat dilibatkan dalam pemantauan terhadap standar pelayanan yang diterbitkan, serta bagaimana dampak dari

17

Page 20: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

peningkatan kualitas pelayanan publik terhadap tingkat kepuasan masyarakat.

D. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004

Mekanisme pelaporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dapat dijelaskan seperti Bagan di bawah ini. Ruang lingkup laporan meliputi pelaksanaan 10 Diktum instruksi umum oleh seluruh instansi, 11 instruksi khusus oleh beberapa instansi penerima instruksi khusus, dan butir-butir Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi oleh beberapa instansi pelaksana RAN – PK.

Mekanisme pelaporan pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pelaporan Pelaksanaan Instruksi Umuma. Pelaporan pelaksanaan instruksi umum Instansi Pusat disampaikan

kepada Menneg.PAN. Isinya adalah pelaksanaan instruksi umum oleh seluruh unit kerja yang ada di lingkungan instansi tersebut.

b. Pelaporan pelaksanaan instruksi umum Pemerintah Kabupaten dan Kota disampaikan kepada Gubernur daerah yang bersangkutan. Isinya adalah pelaksanaan instruksi umum oleh seluruh unit kerja yang ada di lingkungan Kabupaten dan Kota tersebut.

c. Pelaporan pelaksanaan instruksi umum Pemerintah Provinsi disampaikan kepada Menneg.PAN. Isinya adalah pelaksanaan instruksi umum oleh seluruh unit kerja yang ada di lingkungan Pemerintah Provinsi ditambah dengan kompilasi pelaksanaan instruksi umum oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi tersebut.

2. Pelaporan Pelaksanaan Instruksi Khusus

Pelaporan pelaksanaan instruksi khusus oleh beberapa instansi penerima instruksi khusus disampaikan kepada Menneg.PAN. Isinya adalah pelaksanaan instruksi khusus berikut perkembangannya dari waktu ke waktu secara kumulatif.

3. Pelaksanaan Butir-butir RAN - PK

Pelaporan pelaksanaan butir-butir RAN - PK oleh beberapa instansi pelaksana RAN - PK disampaikan kepada Menneg. PAN dengan tembusan Menneg.PPN/Kepala Bappenas. Isinya adalah pelaksanaan suatu rencana aksi dalam RAN - PK berikut perkembangannya dari waktu ke waktu secara kumulatif.

E. Mekanisme Kormonev Tingkat NasionalMekanisme koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di tingkat Nasional, seperti tersebut di Lampiran 4, dapat dijelaskan sebagai berikut :

18

Page 21: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

1. Laporan yang masuk ke Tim Kormonev Nasional dapat berbentuk :a. Laporan Proses Hukum oleh instansi penegak hukum tentang

proses penindakan yang sedang dan telah dilaksanakan.b. Laporan Periodik oleh instansi pemerintah berdasarkan format yang

telah ditentukan. Isinya dapat berupa pelaksanaan instruksi umum, pelaksanaan instruksi khusus, serta pelaksanaan butir-butir Rencana Aksi Nasional - Pemberantasan Korupsi (RAN - PK).

c. Laporan Masyarakat yang terkait pemberantasan korupsi, yang berupa aduan adanya praktek korupsi, laporan penanganan kasus, laporan pelaksanaan kormonev, dan lain sebagainya.

2. Ke tiga jenis laporan tersebut masuk ke Bidang Pemantauan dan Verifikasi untuk dipantau dan diperiksa kebenarannya. a. Dalam hal-hal khusus, laporan ini dapat disampaikan ke Pokja

Kormonev Nasional untuk dimintakan bantuannya dalam hal monitoring, klarifikasi, atau supervisi, serta memberikan jalan keluar atas permasalahan yang disampaikan.

b. Setelah diverifikasi, ke tiga jenis laporan yang masuk diserahkan ke Bidang Pengolahan Data untuk diolah dalam Sistem Kormonev.

c. Pokja Kormonev Nasional dapat meminta kelengkapan data atau permintaan format khusus pengolahan data tertentu sesuai kebutuhan Pokja dalam melakukan pembahasan. Di lain fihak, Bidang Pengolahan Data dapat menyampaikan permasalahan yang dihadapi dalam pengolahan data yang terkait dengan keterbatasan data masukan dan sarana pengolahan data.

d. Entry data adalah proses input ke tiga jenis data ke dalam sistem perangkat lunak Siskormonev. Ini dilakukan dengan menggunakan entry sheet yang telah divalidasi oleh Bidang Pengolahan Data.

e. Pemrosesan ke tiga jenis data oleh sistem perangkat lunak Siskormonev menghasilkan dokumen yang berisi informasi matang yang siap disajikan atau dievaluasi oleh Bidang Evaluasi dan Pelaporan.

f. Berdasarkan data dan informasi matang yang telah disiapkan oleh Bidang Pengolahan Data, Bidang Evaluasi dan Pelaporan melakukan proses analisis dan evaluasi sesuai dengan kaidah-kaidah evaluasi yang disepakati. Bidang Evaluasi dan Pelaporan juga menyiapkan bahan laporan dan publikasi.

g. Proses analisis dan evaluasi oleh Bidang Evaluasi dan Pelaporan menghasilkan dokumen yang berisi data dan informasi yang siap dibahas oleh Pokja Kormonev Nasional. Sebelum diserahkan ke Pokja Kormonev Nasional, dokumen ini diverifikasi terlebih dahulu oleh Asisten Deputi Pemantauan dan Evaluasi Pemberantasan Korupsi, sebagai Sekretaris Pokja Kormonev Nasional.

h. Proses pembahasan substansi oleh Pokja Kormonev Nasional menghasilkan simpulan dan informasi yang sifatnya final.

19

Page 22: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Pembahasan ini dipimpin oleh Deputi Bidang Pengawasan sebagai Ketua Pokja, dengan melibatkan Ketua Sub Pokja dan anggota Pokja yang lain sesuai dengan kebutuhan.

i. Simpulan yang dihasilkan melalui pembahasan di Pokja Kormonev Nasional merupakan bahan laporan final Tim Komonev Nasional tentang suatu permasalahan tertentu. Laporan final ini merupakan bahan laporan kepada Presiden RI setelah disetujui Menneg. PAN. Beberapa subtansi dari laporan ini disampaikan kepada instansi terkait sebagai feed-back, serta informasi bagi masyarakat.

F. Mekanisme Kormonev Tingkat Instansi

Untuk melaksanakan tugas Kormonev, masing-masing instansi pemerintah diharapkan :

1. Membentuk Organisasi Kormonev Instansi dengan struktur seperti pada Gambar 3 :

a. Penanggung-jawab Kormonev Instansi adalah Menteri/Kepala Badan/Lembaga Pemerintah Non-Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan.

b. Koordinator Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi adalah Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

c. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tingkat Instansi adalah Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Kepala Inspektorat Instansi/Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota.

2. Melakukan konsultasi publik secara reguler untuk mendapatkan masukan dan saran dari masyarakat tentang pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di instansinya.

3. Melakukan konsultasi dengan Kementerian Negara PAN apabila ditemui hambatan dalam pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

G. Partisipasi Masyarakat dan Konsultasi Publik

Keberhasilan pelaksanaan Kormonev juga ditentukan oleh adanya kemitraan antara Pemerintah dan Masyarakat (termasuk dunia usaha dan perguruan tinggi). Kemitraan ini diharapkan menghasilkan pelaporan yang obyektif dan memenuhi harapan masyarakat tentang pelaksanaan program/kegiatan pemberantasan korupsi.

Masyarakat dapat melakukan aksi nyata untuk menghindari dan mencegah praktek korupsi, baik yang telah, sedang maupun yang belum terjadi.

20

Page 23: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

Caranya dengan tidak ikut serta melakukan praktek korupsi dan tidak memberi peluang bagi terjadinya praktek korupsi.

Setiap instansi diharapkan melakukan ‘Konsultasi Publik’ secara rutin. Mekanismenya disesuaikan dengan kebijakan instansi yang bersangkutan. Tujuan konsultasi publik adalah :

1. Menjelaskan dan memberikan klarifikasi tentang program-program yang dijalankan dalam pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

2. Mendapatkan masukan, tanggapan dan kritik dari berbagai pihak dalam pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

3. Merumuskan prioritas kegiatan yang perlu segera dilaksanakan.

4. Merumuskan keterlibatan masyarakat dan sektor swasta dalam pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004.

21

Page 24: Pedum Kormonev Inpres 5 Tahun 2004

BAB IV

PENUTUP

Pedoman Kormonev merupakan acuan bagi seluruh instansi pemerintah untuk melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya.

Obyek Kormonev terdiri dari pelaksanaan Diktum instruksi umum oleh semua Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, pelaksanaan instruksi khusus oleh beberapa Instansi Pemerintah yang ditugasi secara khusus, serta pelaksanaan butir-butir rencana aksi yang terdapat di Rencana Aksi Nasional – Pemberantasan Korupsi.

Untuk pelaksanaan Diktum instruksi umum, Lampiran 1 menyajikan tolok ukur keberhasilan pelaksanaan masing-masing instruksi umum dan pilihan kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mencapainya. Berlainan dengan pelaksanaan Diktum instruksi umum, pelaksanaan instruksi khusus dan butir-butir rencana aksi dalam RAN – PK diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing instansi untuk menetapkan indikator kinerjanya maupun dalam merencanakan kegiatan untuk mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Mekanisme koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dilaksanakan secara berjenjang. Masing-masing instansi diharapkan melakukan Kormonev di lingkungan instansinya masing-masing dan melaporkan hasilnya kepada Presiden melalui Menneg.PAN. Untuk itu, setiap instansi diharapkan membentuk Organisasi Kormonev Instansi dengan struktur yang serupa dengan Organisasi Kormonev Nasional. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Kormonev sangat diharapkan. Dengan keterlibatan masyarakat, program dan kegiatan pemberantasan korupsi akan dilaksanakan secara lebih fokus, lebih obyektif, dan berorientasi hasil.

Terakhir, Pedoman Kormonev diharapkan dapat memacu setiap instansi pemerintah dengan cara mengikuti gagasan-gagasan yang ada di dalamnya untuk melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan instansinya.

22