pedoman+modul+kedokteran+keluarga+bks+ikm+ikp+ikk+regio+3+september+2014

80
Hal 49 Pedoman Penyelenggaraan Modul Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga

Upload: ardanti-putri

Post on 18-Feb-2016

71 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ikm

TRANSCRIPT

Hal 49

Pedoman PenyelenggaraanModul Kepaniteraan Klinik

Kedokteran Keluarga

Hal 49

Penyusun

Dr. Sutedja – Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Ahmad Yani, CimahiDr. Nita Arisanti – Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, BandungDR.dr. Shirley Moningkey, M.Kes – Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, TangerangDr. Trevino A. Pakasi, MS, Ph.D – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, JakartaDr. Insi – Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, BandungDr. Catur Setiya S, M. Med.Ed– Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, CirebonDr. Ouve Rahadiani - Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati, CirebonDr. Ekayanti – Fakultas Kedokteran Universitas Islam, BandungDr. Marita Fadillah, Ph.D – Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri JakartaDr. Risahmawati Tholib, Ph.D - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri JakartaDr. Yanti Harjono, MKK – Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran,

JakartaDr. Pitut Apriliana – Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah JakartaDR. dr. Maskito A. Soerjoasmoro, MS – Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, JakartaDR. dr. Rina K. Kusumaratna, MKes – Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, JakartaDr. Erni Hermijanti, M.Kes – Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, JakartaDr. Novendy, MKK – Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, JakartaDr. Dewi Novianti, MIPH, MHM – Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, JakartaDr. Ernawati, SE, MS – Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, JakartaDr. Ernawati Tamba – Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta Dr. Adolfina R. Amahorseja, MS – Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, JakartaDR. Sudung Nainggolan, MSc – Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, JakartaDr. Lucia Gan – Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya, JakartaDr. Dian Kusuma Dewi – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Dr. Dini Widianti, MKK – Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, JakartaDr. Yusnita, M.Kes – Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, JakartaDr. Dani – Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, BandungDr. Sri Wahyuningsih, M.Kes – Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran, JakartaDrg. Nunuk Nugrohowati, MS - Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta

EditorDr. Trevino A. Pakasi, MS, PhD

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

ISBN no.

Hal 49

Kata Pengantar

Sejak dimulainya Kurikulum Inti Pendidikan Dokter III tahun 2006, fakultas-fakultas kedokteran mempunyai interpretasi yang beragam disesuaikan dengan keberadaan sumber-sumber dalam masing-masing institusi. Secara operasional KIPDI III belum menekankan secara detail dibandingkan dengan KIPDI II dan KIPDI I. Lebih jauh lagi, kemudian perbedaan latar belakang staf-staf pengajar ketika duduk di bangku kuliah maupun dalam pendidikan lanjut sangat beragam dan mewarnai pelaksanaan KIPDI III.

Di samping perkembangan pendidikan di dalam negeri, dinamika masyarakat dan negara, perubahan iklim, hubungan internasional sangat mempengaruhi Indonesia – yang tentu saja mempengaruhi masalah-masalah kesehatan nasional sampai ke tingkat masyarakat di suatu wilayah kecamatan, bahkan desa. Dinamika perubahan yang relatif sangat cepat perlu diantisipasi oleh dokter-dokter sehingga penekanan pada KIPDI III pun lebih banyak pada kemampuan-kemampuan generik seorang lulusan dokter agar bisa beradaptasi dimanapun dokter itu ditempatkan. Hal ini juga yang mungkin mempengaruhi keragaman interpretasi KIPDI III dalam operasionalnya di setiap Fakultas Kedokteran.

Hal ini pun juga terjadi pada materi ajar yang diampu dalam keilmuan Ilmu Kesehatan Masyarakat – Kedokteran Pencegahan atau yang kemudian berkembang dengan nama Ilmu Kedokteran Komunitas. Di dalam pertemuan-pertemuan Badan Kerjasama IKM-KP IKK nasional maupun di regional 3 (Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten) , staf-staf pengajar menemukan berbagai keragaman materi, waktu pemberian, dan metode pemberian yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan standar penguasana lulusan dokter pada materi ajar ini.

Setelah terbitnya Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012 yang merupakan edisi revisi, maka lebih jelas apa yang menjadi target pendidikan: keterampilan generik yang harus dikuasai, penguasaan masalah kesehatan yang dihadapi, dan juga tingkat keterampilan medik serta keterampilan dalam bidang Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas .

BKS IKM IKP IKK Regio 3 menuangkan SKDI 2012 dan KIPDI III dalam strategi pembelajaran yang diharapkan dapat membuat standar untuk fakultas-fakultas kedokteran, sehingga lulusan FK-FK mempunyai standar yang sama dalam bidang kesehatan masyrakat, kedokteran pencegahan dan kedokteran komunitas. Buku ini merupakan seri dari lima modul pendidikan klinik/kepaniteraan klink bidang IKM IKP IKK. Seri tersebut adalah:

1. Modul Kepaniteraan Klinik Kedokteran Keluarga2. Modul Kepaniteraan Klinik Kedokteran Okupasi3. Modul Kepaniteraan Klinik Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat

Akhir kata kami berharap agar modul-modul ini dapat terlaksana, serta mendapatkan feedback dalam pelaksanannya, sehingga kami dapat melakukan perbaikan-perbaikan modul serta pelaksanaan

Hal 49

pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih atas berbagai pihak yang telah mendukung terselenggaranya rapat-rapat regional kami, sehingga tercapai modul ini.

Medio Maret 2014

Tim Penyusun

Hal 49

Sambutan Ketua BKS IKM IKP IKK Regio IIIPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas

pekenanNya, rapat-rapat pembuatan modul pendidikan kepaniteraan klinik

bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, Kedokteran Pencegahan dan

Kedokteran Komunitas telah diselesaikan dengan baik.

Perjuangan sejak tahun 2011 dimana kami memulai rapat-rapat untuk menentukan topik

yang sebaiknya diberikan dalam rangka implementasi Kurikulum Inti Pendidikan Dokter yang

ketiga, akhirnya telah membuahkan hasil. Setelah lahirnya standar kompetensi dokter Indonesia

tahun 2012, kami berusaha menyesuaikan materi-materi yang ingin dicapai dalam pendidikan

dokter, sehingga bisa memenuhi standar kompetensi lulusan tersebut.

Modul ini merupakan modul generik yang bisa dikembangkan oleh masing-masing fakultas

kedokteran. Modul ini merupakan 80% muatan umum dari semua fakultas kedokteran dalam

bidang IKM-KP maupun Kedokteran Komunitas.

Salah satu impian bersama, adalah para penyusun adalah agar kami bisa mempunyai

standar assessment di setiap universitas sehingga, dapat dilakukan pertukaran penguji yang

meningkatkan akreditasi universitas dan fakultas kedokteran tersebut.

Kami menyadari bahwa banyak hal yang perlu diperbaiki di dalam pembuatan modul

kepaniteraan ini, diantaranya adalah kesepakatan waktu pemberian yang masih bervariasi

tergantung dari kesiapan dan ketersediaan sumber daya di masing-masing fakultas kedokteran.

Kami berharap bahwa buku modul ini menjawab kebutuhan berbagai universitas dan pada tahap

selanjutnya kita semua bisa bersepakat membuat lahan-lahan pendidikan bersama.

Apabila ada kritik dan saran, kami dengan senang hati menerima untuk perbaikan modul ini di

masa yang akan datang.

Jakarta Agustus 2014Ketua Regio IIIBKS IKM IKP IKK

Dr. Trevino A. Pakasi, MS, PhD

Hal 49

Sambutan Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran IndonesiaSebagai perhimpunan institusi-institusi pendidikan kedokteran, kami menyambut baik dilahirkannya modul kepaniteraan klinik bidang ilmu kesehatan masyarakat – kedokteran pencegahan dan kedokteran komunitas. Hal ini menjawab salah satu permasalahan standar lulusan yang dipengaruhi oleh standar pengajaran. Pada dasarnya materi ini penting bagi setiap fakultas kedokteran agar bisa tercapai standar pengajaran dan standar assessment yang sama.

Seyogianya setiap fakultas kedokteran juga bisa menjalankan materi yang sama dalam bidang IKM-KP IKK, apabila modul-modul ini dibahas dan mendapat kesepakatan nasional. Dalam perkembangan selanjutnya sebaiknya modul-modul ini kemudian dibahas di tingkat nasional sehingga menjadi standar dalam pelaksanaan di setiap universitas. Pihak AIPKI bisa membantu diseminasi agar modul-modul ini bisa dijalankan di setiap fakultas kedokteran.

Dengan adanya standar pengajaran ini, seyogianya setiap modul-modul dalam pengajaran fakultas-fakultas kedokteran mencontoh, sehingga materi dasar atau muatan umum 80% dapat tercapai, dan setiap fakultas kedokteran bisa mengembangkan sendiri muatan lokalnya (20%).

Atas prakarsa Badan Kerjasama IKM IKP IKK ini, kami juga menghimbau asosiasi maupun perhimpunan-perhimpunan profesi dan kolegium-kolegium di bawah naungan Ikatan Dokter Indonesia agar bisa membantu menyusun modul-modul pembejalaran serupa yang menjadi standar bagi seorang lulusan dokter dari Fakultas Kedokteran.

Sekali lagi kami mengapresiasi tinggi inisiatif regio 3 BKS IKM IKP IKK dalam menyusun modul-modul ini dan berharap bahwa modul-modul ini bisa dikembangkan secara nasional. Semoga di dalam pelaksanaannya bisa berjalan baik dan sukses mencetak dokter-dokter yang mengabdi kepada masyarakat.

Ketua AIPKI

Hal 49

Sambutan Konsil Kedokteran IndonesiaBuku-buku modul kepaniteraan klinik bidang ilmu kesehatan masyarakat, kedokteran pencegahan, dan kedokteran komunitas merupakan kebutuhan fakultas-fakultas kedokteran dalam menerjemahkan standar kompetensi dan standar pendidikan dokter ke dalam operasional bentuk kurikulum. Selain merupakan suatu kebutuhan, modul ini menekankan pada penguasaan tujuh area kompetensi sebagai luaran modul, yang sering kali ‘terlupakan’ dalam pembicaraan dan pengelolaan modul-modul. Sebagai contoh, sekarang berkembang issue-issue bahwa dokter layanan primer harus menguasai 144 penyakit yang didasarkan pada lampiran SKDI 2012. Padahal penguasaan terhadap pengelolaan penyakit, yang rata-rata adalah pengelolaan masalah individu, hanya satu dari dari tujuh kompetensi yang diharapkan dihasilkan oleh fakultas kedokteran.

Lebih lanjut lagi, berbagai daftar lampiran SKDI bukanlah ‘keharusan’ tetapi contoh penguasaan yang harus dicapai selama sekolah kedokteran. Khusus dalam pengelolaan masalah penyakit, modul ini menambahkan secara komprehensif pengelolaan dari tingkat individu, keluarga sampai ke tingkat komuntas. Modul-modul ini juga memberikan contoh ‘ketidak-harusan’ menguasai penyakit-penyakit dan masalah kesehatan seperti yang terlampir di dalam lampiran-lampiran SKDI, tetapi memberikan keleluasaan pengelolaan pendidikan sesuai dengan kemampuan fakultas. Sebagai contoh, di dalam keterampilan bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas, tertulis bahwa kompetensi pengelolaan kecelakaan akibat kerja adalah 4A. Hal ini tidak berarti bahwa setiap mahasiswa harus mendapatkan kesempatan menangani kecelakaan kerja, karena dengan demikian akan menyebabkan target zero accident tidak akan pernah tercapai.

Kami berharap bahwa fakultas-fakultas kedokteran bisa saling berkomunikasi di dalam penyampaian materi sehingga ada standar pencapaian, dan pada akhirnya mempengaruhi hasil dari ujian kompetensi. Alangkah baiknya apabila setiap modul di dalam kurikulum fakultas-fakultas kedokteran dapat diuji secara bersama-sama efektivitasnya untuk menghasilkan kualifikasi kompetensi tertentu.

Atas nama Konsil Kedokteran Indonesia, kami mengucapkan selamat atas lahirnya buku-buku modul ini dan mengucapkan semoga manfaat buku ini bisa dirasakan secara nasional dalam mencetak dokter-dokter yang baru.

Konsil Kedokteran Indonesia

Ketua

Hal 49

Daftar IsiKata Pengantar............................................................................................................................................3

Sambutan Ketua BKS IKM IKP IKK................................................................................................................5

Sambutan Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia.........................................................5

Sambutan Konsil Kedokteran Indonesia......................................................................................................5

Pendahuluan...............................................................................................................................................8

Kompetensi.................................................................................................................................................8

Tujuan Pembelajaran.................................................................................................................................10

Metode pembelajaran...............................................................................................................................12

Kuliah.....................................................................................................................................................12

Pembelajaran sendiri (Mandiri).............................................................................................................12

Distance learning...................................................................................................................................12

Bedside teaching...................................................................................................................................12

Studi kasus.............................................................................................................................................12

Evaluasi Peserta.........................................................................................................................................13

Waktu pemberian......................................................................................................................................14

Evaluasi Modul..........................................................................................................................................14

Daftar Pustaka...........................................................................................................................................15

Lampiran-lampiran....................................................................................................................................16

Kedokteran Keluarga Selayang Pandang...................................................................................................17

Filosofi Kedokteran Keluarga....................................................................................................................22

Pembinaan kesehatan keluarga.............................................................................................................26

Keluarga (WONCA Classification Committee 1994)...............................................................................26

Keluarga (UU RI No.23 / Tahun 1992) (ringkasan).................................................................................26

Keluarga (UU RI No.10 / Tahun 1992)....................................................................................................27

Siklus Hidup Keluarga...............................................................................................................................28

Gambar 1. Duvall’s Family Life Cycle........................................................................................................29

Pengaruh Keluarga terhadap Sehat dan Sakit..........................................................................................30

Fungsi Keluarga dan Family Assessment Tools.........................................................................................33

Contoh genogram......................................................................................................................................35

Hal 49

Tabel 2. Penilaian APGAR Keluarga..........................................................................................................37

Rencana Kesehatan Keluarga (Family Health Care Plan).........................................................................38

Contoh Rencana pemeliharaan keluarga...................................................................................................38

Hal 49

PendahuluanMenurut pasal 1 Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 disebutkan bahwa kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan dan spiritual yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Batasan tersebut menunjukan bahwa kesehatan dalam salah satu organ tidak semata-mata karena adanya penurunan fungsi tubuh, tetapi juga dipengaruhi jiwa, dan faktor-faktor lingkungan baik lingkungan fisik, kimiawi, biologis dan sosial.

Perilaku orang sebagai mahluk sosial dipengaruhi dan mepengaruhi orang di sekitarnya. Keluarga sebagai bagian lingkungan sosial merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.

Pencarian pengobatan ke sarana pelayanan kesehatan untuk mengatasi gangguan kesehatan sangat dipengaruhi oleh citra organisasi, kepercayaan dan kebiasaan keluarga serta kemampuan keluarga untuk mencapainya baik secara fisik maupun secara ekonomi

Agar gangguan kesehatan dapat diselesaikan, keputusan keluarga sangat menentukan keberhasilannya. Peran dokter hanya berperan sebagai mitra keluarga. Berdasarkan fungsi five star doctor menurut WHO, maka mitra keluarga ini adalah seorang advisor, decision maker, communicator, care provider, dan manager. Fungsi-fungsi ini oleh Stewart diterjemahan sebagai bentuk praktik yang memperhatikan kebutuhan pasien atau patient centered approach. Formulasi patient centered approach ini dimulai dari eksplorasi alasan kedatangan pasien sampai kepada menemukan dan merumuskan masalah pasien, diteruskan kepada tindakan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal inilah yang dirumuskan sebagai diagnosis holistik (Nitra Rifki, 2008), sebagai dasar untuk bertindak bagi dokter dalam membuat tatalaksana.

Hal 49

Kompetensi

Area kompetensi Keterampilan Kedokteran Komunitas/Kesehatan MasyarakatArea 1 Profesionalitas yang LuhurArea 2 Mawas diri dan Pengembangan Diri

Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatanArea 3 Komunikasi Efektif

1. Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan2. Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan3. Konsultasi terapi4. Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya

(rujukan dan konsultasi)5. Menulis rekam medik dan membuat pelaporan6. Menyusun tulisan ilmiah dan mengirimkan untuk publikasi7. Mengetahui jenis vaksin beserta cara penyimpanan, cara distribusi, cara skrining dan

konseling pada sasaran, cara pemberian, kontraindikasi, efek samping yang mungkin terjadi dan upaya penanggulangannya

Area 4 Pengelolaan informasi1. Menulis rekam medik (individu dan keluarga) dan membuat pelaporan 2 Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan3. Menyusun tulisan ilmiah

Area 5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 1. Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan dalam

berbagai tingkat pelayanan2. Mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan3. Memperlihatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi

suatu intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier4. Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis

berkala dan dukungan social

5. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan pengendaliannya

6. Melaksanakan enam program dasar Puskesmas: promosi kesehatan , kesehatan lingkungan, KIA (termasuk KB), perbaikan gizi masyarakat, penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, diare, TB, malaria, pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan

7. Pembinaan kesehatan usia lanjut8 Pembinaan individu dan keluarga untuk melakukan self-care

Area 6 Keterampilan Klinis1. Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan2. Konsultasi terapi3. Memperlihatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi

suatu intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier4. Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis

Hal 49

berkala dan dukungan social5. Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja serta merancang

program untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja6. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan

pengendaliannya7. Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga, dan melakukan terapi dasar

secara holistic8. Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan9. Menerapkan tujuh langkah keselamatan pasien10. Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien, keluarga dan masyarakat11. Mengetahui jenis vaksin beserta cara penyimpanan, cara distribusi, cara skrining dan

konseling pada sasaran, cara pemberian, kontraindikasi, efek samping yang mungkin terjadi dan upaya penanggulangannya

Area 7 Pengelolaan masalah kesehatan1. Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan2. Konsultasi terapi3. Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan dalam

berbagai tingkat pelayanan4. Memperlihatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi

suatu intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier5. Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis

berkala dan dukungan social6. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan

pengendaliannya7. Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan8. Menerapkan tujuh langkah keselamatan pasien9. Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk

kesehatan lingkungan10. Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan dengan lingkungan11. Melakukan rehabilitasi medik dasar12. Melakukan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga dan masyarakat13. Mengetahui jenis vaksin beserta cara penyimpanan, cara distribusi, cara skrining dan

konseling pada sasaran, cara pemberian, kontraindikasi, efek samping yang mungkin terjadi dan upaya penanggulangannya

14. Merencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi asuransi pelayanan kesehatan, misalnya BPJS, dll

15. Menyusun rencana manajemen kesehatan

Tujuan PembelajaranTujuan UmumSetelah mengikuti modul ini setiap mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dalam pelayanan kesehatan keluarga (family health practice and care)

Hal 49

Tujuan khususSetelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu:

1. Menganalisis faktor-faktor biopsikososial pada individu dan keluarga, yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya penyakit dan masalah kesehatan

2. Membuat diagnosis holistik dan melakukan penatalaksanaan secara comprehensive3. Membuat diagnosis keluarga dan melakukan manajemen penyelesaian masalah individu dengan

orientasi keluarga 4. Membuat laporan kasus berbasis bukti (evidence-based case report)5. Berkomunikasi efektif dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain termasuk

menyampaikan/mempresentasikan hasil pembinaan keluarga

Karakterisik mahasiswaMahasiwa yang mengikuti kepaniteraan ini telah menyelesaikan program pendidikan sarjana kedokteran, dan secara khusus telah mendapatkan materi mengenai kedokteran komunitas dan kedokteran keluarga di tingkat pendidikan sarjana.

Secara khusus, mahasiswa sudah mendapatkan topik-topik berikut ini pada tahap pendidikan sarjana:

Tabel1. Topik-topik Bahasan Bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat

RUANG BAHASAN KEDOKTERAN KOMUNITAS TERBAGI ATAS 3 BAGIAN 1 Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran komunitas2 Penerapan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas pada Komunitas3 Penerapan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas pada Klinik

AD1. DASAR-DASAR KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS

I Konsep dasar, ruanglingkup dan percabangan ilmu kedokteran sesuai dengan AIPI

1.1 Filosofi (konsep WHO, pengertian kedokteran komunitas, pengertian kesehatan masyarakat) 1.2 Five star doctor

II Epidemiologi dan Biostatistik

2.1 Introduksiepidemiologi2.2 Demografi2.3 Vital Statistik2.4 Biotatistik dan penerapannya

2.5 Epidemiologi pada penyakit spesifik (new emerging disease, prevalensi terbanyak 2.5.1 Penyakit Menular 2.5.2 Penyakit tidak menular (penyakit degeneratif)

2.6 Pola Penyakit 2.6.1 Usia, gender, ras, status social dan ekonomi 2.6.2 Variasi internasional, nasional dan regional 2.6.3 Pola sporadic, musiman, sekeluer dan kohort lahir 2.6.4 Surveilans penyakit

Hal 49

2.6.5 Polaendemik, epidemik dan pandemic 2.6.6 Kejadian luar biasa dan Pengendalian wabah 2.6.7 Penyakit dan Kecacatan terbanyak

III Konsep Sehat dan Sakit

3.1 Definisi sehat dan definisi sakit serta persepsi tentang penyakit3.2 Riwayat alamiah perjalanan penyakit 3.2.1 Metode transmisi penyakit 3.2.2 Masa inkubasi 3.2.3 Metoderasional deteksi dini 3.2.4 Manifestasi penyakit 3.2.5 Determinan perjalanan penyakit3.3 Faktor risiko timbulnya penyakit 3.3.1 Keturunan/genetic 3.3.2 Biologik (usia, ras, gender) 3.3.3 Status Social dan ekonomi 3.3.4 Faktor perilaku, gaya hidup dan social budaya 3.3.5 Pola makanan dan asupan gizi 3.3.6 Pajanan lingkungan 3.3.7 pejanan kerjaan 3.3.8 Pajanan iattrogenic/penyakit nosokomial 3.3.9 Pajanan prenatal 3.3.10 Kelainan metabolic atau status fisiologik 3.4 Pencegahan Penyakit 3.4.1 Pencegahan Primer, sekunder, tersier (level of prevention) padalevel pelayanan primer

breakdown yang dimaksud primer, sekunder, tersier

3.5 Penatalaksanaan penyakit 3.5.1 Penatalaksanaan secara komprehensif holistic 3.5.2 Evaluasi penata laksanaan

IV Promosi dan Pendidikan Kesehatan

4.1 Pengertian dasar promosi dan pendidikan kesehatan bagi anak, remaja dan dewasa4.2 Komunikasi interpersonal dan kelompok 4.3 Teori Perubahan Perilaku4.4 Penerapan promosi dan Pendidikan Kesehatan pada individu, kelompok dan masyarakat4.5 Promosi dan pendidikan kesehatan dengan berbagai teknologi informasi4.6 Advokasi Kesehatan

V Kebijakan Kesehatan (Manajemen kesehatan-dari top level)

5.1 Organisasi Kesehatan International dan isu-isu internasional5.2 Sistim Kesehatan Nasional 5.2.1 Sistim Pelayanan Kesehatan dalam SKN 5.2.2 Sistim Pembiayaan Kesehatan SKN 5.2.2.1 Sistim Pelayanan Kesehatan dalam SKN

Hal 49

5.2.2.2 Jenis pembiayaan pelayanan kesehatan 5.2.2.3 Insurance scheme (sector formal dan informal) 5.2.2.4 Berbagai sistim pelayanan dari pembayaran kesehatan mancanegara

AD.2. PENERAPAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DI KOMUNITAS

I Pelayanan Kesehatan Primer

1.1 Penerapan program kesehatan dasar nasional pada pelayanan primer 1.1.1 Promosi Kesehatan 1.1.2 Kesehatan Lingkungan 1.1.3 Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana 1.1.4 Perbaikan gizi individu dan komunitas (keluarga, pekerja, dll) 1.1.5 Pencegahan dan pemberantasan penyakit 1.1.6 Pengobatan

1.1.7 Pencatatan dan pelaporan 1.2 Upaya pengembangan pelayanan di wilayah kerja 1.2.1 Kesehatan sekolah 1.2.2 Kesehatan Olah Raga 1,2,3 Perawatan kesehatan masyarakat 1.2.4 Kesehatan Kerja 1.2.5 Kesehatan gigi dan mulut 1.2.6 Kesehatan jiwa 1.2.7 Kesehatan mata 1.2.8 Kesehatan usia lanjut 1.2.9 Diagnosis kesehatan komunitas Alur penerapan kedokteran komunitas1.2. diagnosis kesehatan komunitas1.3 Evaluasi program kesehatan1.4 Penerapan sistem rujukan

II Program penanggulangan dan penatalaksanaan masalah kesehatan yang tersering di masyarakat

2.1 Kematian ibu2.2 Kematian bayi2.3 Infeksi saluran nafas2.4 Tuberklosis2.5 Demam Berdarah Dengue2.6 Malnutrisi

III Kesehatan Kerja

3.1 Ruang lingkup Kedokteran Okupasi3.2 Langkah penegakan diagnosis okupasi3.3 Identifikasi masalah kesehatan dan bahaya potensial dalam lingkungan

Hal 49

3.4 Penatalaksanaan masalah kesehatan dan bahaya potensial dalam lingkungan3.5 Pelayanan asuransi penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, serta aspek medikolegalnya

Modul - modul pilihan 1 Kesehatan Perkotaan (option)

1.1 Karakteristik perkotaan1.2 Masalah kesehatan di perkotaan1.3 Masalah kesehatan urban1.4 Upaya kesehatan perkotaan dan urban 1.5 Aplikasi sistem pembiayaan kesehatan

2 Kesehatan Pedesaan, Daerah terpencil dan perbatasan (option)

2.1 Karakteristik pedesaan2.2 Masalah kesehatan di pedesaan dan pemecahannya2.3 Pendidikan kesehatan masyarakat desa2.4 Lembaga kesehatan masyarakat desa2.5 Aplikasi sistem pembiayaan kesehatan

3 Kesehatan Matra (option)

3.1 Pengertian kesehatan matra3.2 Introduksi kedokteran penerbangan3.3 Introduksi kedokteran kelautan3.4 Kesehatan haji3.5 Bahaya potensial akibat perubahan iklim

4 Penanggulangan dampak perubahan iklim global dan bencana alam5 Kesehatan Wisata (option)

5.1 Pengertian, edukasi dan konseling kesehatan perjalanan5.2 Peran kedokteran wisata dalam globalisasi

AD.3. PENERAPAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DI KLINIK

I Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

1. Identifikasi masalah atau fenomena2. Faktor eksternal yang berhubungan dengan promosi dan pencegahan kesehatan di komunitas 2.1.2.1 Ekonomi 2.1.2.2 Sosial / pendidikan 2.1.2.3 Etnik / budaya 2.2.2.4 Hukum 2.2.2.5 Pelayanan Kesehatan 2.2.2.6 Lingkungan3. Faktor internal yang berhubungan dengan promosi dan pencegahan kesehatan di komunitas di keluarga 2.1.3.1 Genetik 2.1.3.2 Sistem imun

Hal 49

2.1.3.3 Usia 2.2.3.4 Gender 2.2.3.5 Ras 2.2.3.6 Hormonial 2.2.3.7 Personal behavioral4. Clinical reasoning5. Analisis faktor biopsikososiokultural6. Implementasi diagnosis banding7. Prioritas masalah8. Telaah evaluasi ilmiah untuk hasil yang diinginkan pada pasien9. Telaah informasi keefektifan pembiayaan10. Determinasi dan inisisasi penatalaksanaan11. Evaluasi dan tindak lanjut12. Aplikasi rujukan klinis

IIMelakukan pencegahan penyakit (disease - doctor's aspect) dan keadaan Sakit (illness - patient's aspect)

1. Penegakan diagnosis holistic2. Penatalaksanaan komprehensif (pembinaan keluarga: home visit, family conference), terpadu, bersinambung3. Pencegahan dengan medikamentosa4. Pencegahan dengan meningkatkan imunitas5. Pencegahan dengan pendekatan lingkungan biopsikososioeknomikultural dan lingkungan fisik (physical environment)6. Perubahan perilaku kesehatan7. Manajemen pelayanan pasien yang berkualitas (pengobatan rasional, patient safety, komunikasi)8. Advokasi intervensi politis dan peraturan untuk meningkatkan kesehatan kelompok

III Penerapan biostatistik dan epidemiologi klinik 1. Penerapan konsep pengukuran pada praktik kedokteran

2.3.1.1 Tendensi angka tengah 2.3.1.2 Variabilitas, probabilitas dan distribusi 2.3.1.3 Skala pengukuran 2.3.1.4 Frekuensi penyakit 2.3.1.5 Angka kematian dan survival rate 2.3.1.6 Risiko relatif, odds rasio, angka kematian terstandar 2.3.1.7 Perbedaan risiko, attributable risk 2.3.1.8 Pensitifitas dan spesifisitas 2.3.1.9 Positif dan negatif value 2.3.1.10 Analisis keputusan 2. Interpretasi artikel kedokteran; rancangan penelitian 2.3.2.1 Percobaan klinik (clinical trial), percobaan dengan intervensi komunitas (communitintervention trial)

Hal 49

2.3.2.2 Studi kohort, kasus-kontrol, potong-lintang, rangkaian kasus, survey komunitas 2.3.2.3 Kesesuaian subyek penelitian, pengambilan sampel 2.3.2.4 Kerugian berbagai rancangan penelitian 2.3.2.5 Jumlah sample (sample size) 2.3.2.6 Interpretasi artikel kedokteran; statistical inference 2.3.2.7 Penentuan hipotesa, pengujian hipotesa dan uji statistic 2.3.2.8 Kemaknaan statistik dan eror tipe I 2.3.2.9 Kekuatan statistik dan eror tipe II 2.3.2.10 Confidence Interval3.3.3. Evidence based medicine in daily practice

IV Berkomunikasi Pada Praktik Kedokteran

1. Anamnesis berpusatkan pada pasien2. Menyampaikan kabar buruk3. konseling individual4. konseling keluarga5. Berkomunikasi dengan sejawat dan petugas kesehatan lainnya6. Rekam medic7. Penggunaan teknologi informasi pada praktik8. Edukasi pada pasien, keluarga dan masyarakat

VMengelola sumber daya secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

1. Manajemen sumber daya manusia2. Manajemen fasilitas, sarana dan prasarana3. Manajemen obat-obatan (farmasi dan pendekatan kesehatan)4. Manajemen sistem informasi5. Manajemen pembiayaan/finance klinik

Sumber: Notulensi Rapat-rapat BKS IKM IKP IKK Regio 3

Lingkup bahasanUntuk mencapai kemampuan tujuan khusus 1, mahasiswa perlu pengetahuan mengenai: Family system Konsep mandala of health Family assessment tools Konsep keluarga

Untuk mencapai kemampuan tujuan khusus 2, mahasiswa harus pengetahuan mengenai: Perjalanan penyakit (patogenesis dan patofisiologis) serta faktor-faktor risikonya Sosio antropologi budaya kesehatan termasuk agama dan kepercayaannya Psikologi kesehatan Pendidikan dan perilaku kesehatan

Hal 49

Kesehatan lingkungan Ilmu komunikasi dan konseling individu Kedudukan, fungsi, dan kewenangan dokter praktik umum atau dokter keluarga dalam sistem

kesehatan nasional. Kemitraan antara dokter dengan individu beserta keluarganya Sistem pembiayaan kesehatan Kemampuan manajerial kasus/pasien secara terpadu dengan berbagai profesi kesehatan lainnya Kemampuan manajerial sebuah klinik : manajemen secara umum dan manajemen keuangan Konsep patient safety dan K3

Untuk mencapai kemampuan tujuan khusus 3, mahasiswa perlu pengetahuan mengenai: Konsep keluarga Struktur dan fungsi keluarga Pengaruh lingkungan fisik, biologis, kimia dan sosial dalam sebuah keluarga terhadap timbul dan

berkembangnya penyakit serta masalah kesehatan Psikologi keluarga dan perkembangan Ilmu komunikasi dan konseling keluarga Patogenesis dan patofisiologis penyakit dikaitkan dengan kesehatan lingkungan tempat tinggal

Untuk mencapai tujuan khusus 4, mahasiswa perlu pengetahuan mengenai: Evidence based medicine Teknik menulis ilmiah dan membuat laporan kasus

Untuk mencapai tujuan khusus 5 mahasiswa perlu memahami Prinsip dan teknik komunikasi verbal Teknik presentasi ilmiah

Hal 49

Tabel 2. Tujuan, lingkup bahasan dan metode pemelajaran yang dianjurkan serta assessment-nya

No. Tujuan khusus Kompetensi Pokok bahasan Metode belajar

Metode asesmen

1. Menganalisis faktor-faktor biopsikososial pada individu dan keluarga, yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya penyakit dan masalah kesehatan

Menjelaskan faktor-faktor biopsikosoial

Aplikasi konsep mandala of health

MandiriKuliah refreshing

MCQ – pretestLogbook

Menganalisis faktor-faktor biopsikososial dalam proses perkembangan penyakit

Patient-centered care MandiriKuliah refreshingTask- based learning

MCQ – pretestLogbook

2. Membuat diagnosis holistik dan melakukan penatalaksanaan secara comprehensive

Membuat diagnosis holistik pada masalah pasien, yang terdiri dari: persepsi pasien, masalah klinis pasien, faktor-faktor risiko internal dan eksternal, serta skala fungsional pasien

Diagnosis holistik Komunikasi internpersonal

Task-based learningBedside teaching

Mini C-exStudi KasusPortfolio

Membuat perencanaan untuk diagnosis maupun penatalaksanaan untuk pasien

Clinical practice guideline Konseling Kemitraan antara dokter dengan

individu beserta keluarganya Sistem pembiayaan kesehatan Konsep patient safety Manajemen klinik dan K3 klinik

Task-based learning

Studi KasusPortfolio

Melakukan penatalaksanaan dan mengevaluasi masalah kesehatan pasien

Sistem pelaporan, informasi dan coding: ICPC-2R, ICD-10

Skala fungsional pasien

Task-based learning

Portfolio

3. Membuat diagnosis keluarga dan melakukan manajemen penyelesaian masalah individu dengan orientasi keluarga

Membuat diagnosis keluarga yang terdiri dari: bentuk keluarga, siklus keluarga, disfungsi di dalam keluarga, faktor-fakor risiko internal dan eksternal, serta indeks coping keluarga

Aplikasi konsep-konsep keluarga

Family assessment tools Indeks coping keluarga SCREEM Apgar Score keluarga

Task-based learning

Portfolio

Hal 49

Melakukan family conference Komunikasi dan konseling Task-based learning

Laporan Studi kasusPortfolio

Melakukan family counselling Komunikasi dan konseling Task-based learning

Laporan studi kasusPortfolio

4. Membuat laporan kasus berbasis bukti (evidence-based case report)

Membuat formulasi masalah klinis yang merupakan etiologi, diagnosis, prognosis dan terapi

Evidence-based practice Task-based learning

Laporan EBCR

Melakukan telaah kritis terhadap literatur

Evidence-based practice Task-based learning

Laporan EBCR

Membuat kesimpulan untuk kasus binaan

Evidence-based practice Task-based learning

Laporan EBCR

5. Berkomunikasi efektif dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain termasuk menyampaikan/mempresentasikan hasil pembinaan keluarga

Melakukan patient-centered anamnesisMelakukan konseling individuMelakukan family conferenceMelakukan family councelling

Konseling Komunikasi

Task-based learning

Mini C-exPortfolio360 degree

Membuat laporan kasus (EBCR) dan seminar kasus

Penulisan ilmiah Presentasi ilmiah

Task-based learing

Laporan EBCRSeminar

Hal 49

Metode pembelajaran

Studi kasusSetiap mahasiswa dianjurkan mempunyai sekurang-kurangnya satu kasus binaan, dimana ada indikasi untuk melakukan pembinaan keluarga. Laporan studi kasus ini ditulis dalam satu rekam medik yang berisi berkas mahasiswa dan berkas keluarganya. Setiap langkah kegiatan mahasiswa mulai dari pemeriksaan, kunjungan rumah, penatalaksanaan individu dan keluarga merupakan langkah-langkah manajemen pasien yang harus diketahui oleh Puskesmas/Klinik tempat mahasiswa bekerja. Karena itu status rekam medik mahasiswa juga merupakan dokumen hukum dan mengikuti kaidah-kaidah penyimpanan dan pemusnahan rekam medik Puskesmas/klinik.

Pembelajaran sendiri (Mandiri)Belajar mandiri diberikan kepada mahasiswa, terutama untuk mendalami kasus yang diterima dalam kepaniteraan, selain mempelajari materi kedokteran keluarga itu sendiri.

Distance learningBelajar jarak jauh dianjurkan sesuai dengan kemampuan fakultas-fakultas kedokteran itu sendiri, terutama mereka yang mengirimkan mahasiswanya keluar dari wilayah administratif tempat universitas berdomisili.

Bedside teachingMetode pembelajaran ini dianjurkan untuk mengajarkan teknik dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum maupun khusus. Metode ini juga dapat dianjurkan bila ada kasus-kasus jarang dimana mahasiswa dapat mempelejari kasus secara bersama-sama. KuliahKuliah diberikan untuk menjelaskan mengenai keseluruhan modul dan penyegaran materi yang diperlukan dalam penyelesaian kepaniteraan ini.

Hal 49

Evaluasi PesertaKomponen dan metode evaluasi yang dapat dilakukan adalah

No Komponen Metode1 Pengetahuan a. Ujian tulis

b. Studi kasusc. bedside teaching

2 Keterampilan a. Studi kasusb. Mini Clinical examinationc. OSCE atau modifikasinya

3 Sikap 360 degree assessment

Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara :1. Pre test untuk menilai pengetahuan awal yang harus sudah diketahui/dipelajari2. Menilai hasil diskusi kelompok untuk skenario kasus 3. Post test perorangan 4. Metode assessment portfolio: (lihat contoh dari UIN)

Refleksi mahasiswa dari praktik klinik: kesenjangan teori dan praktik, penyebab hal ini terjadi, materi yang belum diketahui dan apa yang akan dilakukan, feedback dari perseptor

Mahasiswa diberi tugas menangani kasus-kasus di pelayan primer (status rekam medik mahasiswa perlu disepakati)

Studi kasus : dilakukan pembinaan keluarga, intervensi holistik dan komprehensif Bentuk komunikasi dengan petugas kesehatan

Evaluator direncanakan dalam lingkup BKS IKM IKP IKK dengan membuat perencanaan bersama, penyamaan persepsi evaluator, serta materi evaluasi.

Hal 49

Waktu pemberianDurasi modul serta penempatan modul dalam kurikulum adalah di bawah otoritas masing-masing fakultas kedokteran. Dalam beberapa pertemuan BKS IKM IKP IKK telah diidentifikasi variasi durasi kepaniteraan mulai dari lima minggu sampai 10 minggu. Pertemuan fakultas-fakultas kedokteran swasta se-Indonesia menyepakati waktu 10 minggu untuk kepantieraan di dalam IKM IKP IKK, yang terbagi-bagi atas materi kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, dan kedokteran komunitas.

Penempatan modul pun bervariasi, sebagian besar fakultas kedokteran menempatkan modul ini dalam rotasi tahun terakhir tanpa memperhatikan apakah mahasiswa sudah menyelesaikan rotasi di Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, dan Ilmu Bedah.

Evaluasi ModulKeberhasilan modul ini dinilai dari:

1. Ketepatan mahasiswa menyelesaikan modul serta perolehan nilai akhir, serta nilai per komponen.

2. Kesesuaian antara perencanaan dengan penyelenggaraan modul.3. Umpan balik perseptor lapangan dan komentar dari penyelenggaraan Puskesmas/Klinik. 4. Umpan mahasiswa dalam penyelenggaraan kepaniteraan. 5.

Hal 49

Daftar Pustaka1. Mc Whinney. A textbook of Family Medicine. Second Edition, Oxford New York, 1997. pp 3 -28,

229-57, 381-87,411-192. Lee Gan, Azwar.A, Wonodirekso. Family Medicine Practice. Singapore, 2004. 3. Azrul Azwar. Dokter Keluarga. Direktorat Jenderal Bina Kesmas Departemen Kesehatan RI.

Jakarta, 2002. pp 1-15, 23-314. Good BJ, Good MD, Burr BD. Impact of Illness on the Family: Disease, Illness and the Family

Illness Trajectory. In Robert T. Family Medicine Principles and Practice. Springer – Verlg. New York. 1978. pp 32 – 44.

5. Grimm KJ, Diebold MM. The Periodic Health Examination. In Rakel RE. Textbook of Family Practice. Sixth Edition. WB Saunders Co. Philadelphia. 2002. pp 159 – 179.

6. Rakel RE. The Family Genogram. In Rakel RE. Textbook of Family Practice. Sixth Edition. WB Saunders Co. Philadelphia. 2002. pp 19 – 30.

7. Yu-Maglonzo EI. The Filipino Physician Today. A Practical Guide to Holistic Medicine. UST Publishing House. 2003.

8. Azrul Azwar. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta 1996.

Hal 49

Lampiran-lampiran

Hal 49

Kedokteran Keluarga Selayang Pandang1

Sejarah perkembangan, arah pendidikan dan pengembangan profesi

Nitra N. Rifki, Trevino A. Pakasi, Dhanasari V. Trisna

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

PENDAHULUANDokter Keluarga adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien, di fasilitas pelayanan primer dalam sistem pelayanan kesehatan. Perannya adalah untuk membantu penyelesaian semua masalah kesehatan yang dihadapi pasien/klien, tanpa memandang jenis penyakit, sistem/organ, golongan usia, dan jenis kelamin. Pelayanannya bersifat paripurna (comprehensive), holistik, bersinambung (continue), dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya. Prinsip pelayanan dokter keluarga harus efektif dan efisien, yang mengutamakan pencegahan. Dokter keluarga menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral.

Layanan yang diselenggarakannya (wewenang) sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran dasar ditambah dengan kompetensi dokter layanan primer yang diperoleh melalui PKB/P2KB terstruktur atau program spesialisasi kedokteran keluarga. (1) Secara lebih sederhana Dokter Keluarga dapat didefinisikan sebagai Dokter Praktik Umum penyelenggara Pelayanan Primer Paripurna dengan pendekatan Kedokteran Keluarga.(2)

Keberadaan ilmu Kedokteran Keluarga dengan pemanfaatannya adalah melalui adanya dokter keluarga (atau dokter dengan pendekatan kedokteran keluarga) dalam melaksanakan pelayanan medis tingkat primer menimbulkan banyak pertanyaan, karena kedudukannya yang sama dengan dokter yang melaksanakan pelayanan medis tingkat primer, yaitu dokter praktik umum.Lingkup pelayanan tentunya sama namun kedalaman pengetahuan kedokteran dan keterampilan pelayanan klinis ada bedanya, dokter keluarga lebih mendalami masalah perilaku , masalah sosial dalam dinamika kehidupan keluarga yang erat kaitannya dengan upaya pencegahan penyakit dan permasalahan kesehatan keluarga. Pemahaman terminologi yang digunakan dalam kedokteran keluarga diperlukan bagi persamaan konsep dan pandangan dalam ruang gerak dokter keluarga untuk meningkakan mutu pelayanan. Karena itu di dalam glossary ini dikemukakan berbagai batasan terminology untuk memudahkan seseorang di dalam mengerti wawasan keilmuannya dan dalam pelaksanaannya. Beberapa pengertian dari berbagai negara juga dikemukakan, namun kami merasakan bahwa perlunya pengertian dokter keluarga dari aspek pendidikannya yang akan membedakan dokter dengan dokter keluarga. Sudut pandang kekhususan pendidikan berbagai pendalaman sesuai dengan disiplin kedokteran serta wewenang yang diperolehnya setelah masa pendidikan selesai. Karena itu masalah wewenang operasional yang dilindungi oleh undang-undang serta legitimasi dari ikatan profesi amat menentukan kekhususan dokter keluarga dan keterampilan yang harus dimilikinya, yang dikemukakan dalam glossary ini.

1 Disampaikan dalam Pelatihan Kedokteran Keluarga FK YARSi 2010

Hal 49

SEJARAH PERKEMBANGAN Lahirnya profesi dokter keluarga di dunia adalah reaksi dari berkembangnya pelayanan spesialistik bahkan superspesialistik, yang cukup membingungkan bagi konsumen/pasien/klien. Dimulai di Eropa di awal abad 20, tetapi berkembang pesat di Amerika Serikat sejak pertengahan abad XX. Pada dekade ke-7, hampir di semua negara-negara maju di Barat, dokter praktik umum (general practitioner) dan dokter keluarga (family physician) sudah dikembangkan, mengingat pelayanannya juga efisien dan efektif sehingga dapat menekan pembiayaan kesehatan. Perkembangan dokter keluarga tidak lepas dari perkembangan sistem pembiayaan, dimana negara-negara Eropa Barat yang merupakan negara sosialis mengandalkan sistem asuransi sosial, yang mencakup semua warga negaranya, sehingga efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan menjadi salah satu indikator kinerja. Hal ini juga yang menyebabkan adanya pemerataan pendapatan di antara profesi dokter dan profesi kesehatan lainnya, juga pemerataan beban kerja yang bertujuan memberikan pelayanan berkualitas, aman bagi pasien/petugas kesehatan.

Di Indonesia sendiri, perkembangan ini dimulai pada tahun 80-an, setelah ada perkunjungan ke negara tetangga di Phillipine yang sudah mengembangkan terlebih dahulu. Pengembangan pertama masih berupa kelompok seminat dan pendidikan pertamanya diberikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Di dalam KIPDI II, setial fakultas kedokteran dimungkinkan untuk memasukkan muatan lokal yang oleh FKUI diberikan materi dokter keluarga, dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas sebagai pengampu keilmuaannya. Sejarah perkembangan berikutnya terasa lambat bagi dokter keluarga karena sampai saat ini belum ada regulasi dari pemerintah, tarik ulur dari ikatan profesi, sehingga perkembangannya lebih pesat di dalam pendidikan. Pendidikan kedokteran sudah menetapkan sejak tahun 2000 untuk memasukkan materi kedokteran keluarga, dan pendekatan kedokteran keluarga menjadi standar kompetensi kurikulum berbasi kompetensi tahun 2005.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGAStandar kompetensi merupakan perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan kinerja yang disyaratkan. Pencapaian standar kompetensi tersebut akan memungkinkan seseorang mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya, mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan, segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah di bidang profesinya, serta melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.(2)

Berikut adalah daftar kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter keluarga, diperbandingkan dengan kompetensi dokter lulusan fakultas kedokteran(2)

Tabel-1: Garis Besar Kompetensi Dokter Penyelengara Pelayanan Kesehatan Strata INo. Kompetensi Dr DKKompetensi dasar (diperoleh selama pendidikan dokter, harus dimiliki semua dokter, termasuk Sp)1. Komunikasi efektif X X2. Keterampilan Klinis X X3. Landasan Ilmiah Kedokteran X X4. Pengelolaan Masalah Kesehatan X X5. Pengelolaan Informasi X X

Hal 49

6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri X X7. Etika, Moral, Profesionalisme, dan Medikolegal X XBidang Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer cabang ilmu utama (diperoleh selama pendidikan dokter)1. Bedah X X2. Penyakit Dalam X X3. Kebidanan dan Penyakit Kandungan X X4. Kesehatan Anak X X5. THT X X6. Mata X X7. Kulit dan Kelamin X X8. Psikiatri X X9. Saraf X X10. Radiologi X X11. Kedokteran Komunitas X XBidang Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer lanjut (belum diperoleh selama pendidikan dokter)1. Melakukan “health screening, assessment, and promotion” - X

2.Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut termasuk hasil pemeriksaan Ronsen, EKG, dan USG

- X

3. Ilmu dan keterampilan klinis layanan primer selain 8-18* - X4. Kedokteran pencegahan - X5. Kedoktreran kedaruratan lanjut - X6. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif - XKompetensi pendukung (belum diperoleh selama pendidikan dokter)1. Riset X X2. Mengajar ilmu kedokteran keluarga - X3. Manajemen klinik dokter keluarga - XCatatan:Dr = DokterDK = Dokter KeluargaX = kompetensi yang harus dikuasai* dicantumkan dalam lampiran-1

STANDAR PELAYANAN DOKTER KELUARGADemi mencapai mutu pelayanan medik yang baik, Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga telah menyusun standar-standar agar dokter keluarga dapat melaksanakan pelayanannya dengan baik. Standar-standar ini dibuat dengan pendanaan softloan yang diperoleh pemerintah RI dan telah disahkan dalam Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. Oleh karena itu standar pelayanan ini disusun bagi dokter keluarga dan berlaku bagi semua dokter keluarga yang praktik di Indonesia. Standar pelayanan dokter keluarga ini disusun sekaligus untuk menjelaskan pelayanan dokter berkualitas di strata pertama sesuai dengan harapan masyarakat. Prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga atau pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan pelayanan yang:(1)

Hal 49

1. Komprehensif dengan pendekatan holistik 2. Kontinu3. Mengutamakan pencegahan4. Bersifat koordinatif dan kolaboratif5. Memberikan penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya7. Menjunjung tinggi etika dan hukum 8. Sadar biaya dan sadar mutu9. Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan

Berikut adalah standar pelayanan dokter keluarga:Standar pemeliharaan kesehatan• Standar Pelayanan Paripurna• Standar Pelayanan Medis• Standar Pelayanan Menyeluruh• Standar Pelayanan Terpadu• Standar Pelayanan BersinambungStandar prilaku dalam praktik Standar Perilaku terhadap Pasien Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di KlinikStandar pengelolaan praktik Standar sumber daya manusia Standar manajemen keuangan Standar manajemen klinikStandar sarana dan prasarana Standar Fasilitas Praktik Standar Peralatan Klinik Standar Proses-Proses Penunjang Medik

KURIKULUM PENGEMBANGAN PROFESI UNTUK DOKTER KELUARGAGuna mencapai standar tersebut, Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga telah menyusun standar kurikulum yang merupakan hasil penggodokan bersama antara Departemen Kesehatan RI, PDKI, dan fakultas kedokteran yang diwakili oleh FKUI. Hasil standar kurikulum yang pertama tahun 2000 kemudian dikembangkan kembali menjadi standar P2KB merujuk pada acuan yang diberikan IDI.

STANDAR KURIKULUM P2KBBerikut adalah program pengenalan dokter keluarga.(3)

PAKET A Merupakan pengenalan Konsep Kedokteran Keluarga. Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai pengertian, ruang lingkup dan wewenang dokter

layanan primer yang ditekankan pada layanan pencegahan; filosofi, wawasan dan aplikasi pelayanan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga; profesionalisme sebagai dokter layanan primer yang berkualitas; serta penyelenggaraan pelayanan dengan pemanfaatan pengetahuan terkini kedokteran, komunikasi, manajemen dan ilmu pengetahuan lain yang berkaitan dengan kesehatan.

Pada akhir program Paket A peserta diharapkan dapat menjelaskan kembali bentuk dan metode pelayanan kedokteran primer yang komprehensif, menyeluruh, terpadu dan

Hal 49

bersinambung dengan pendekatan kedokteran keluarga dalam sistim pelayanan kesehatan di Indonesia.

PAKET B Merupakan suatu pelatihan kepemimpinan dan pengelolaan pusat layanan kedokteran

(medical centre) yang berkedudukan di primer. Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai pengorganisasian sumber daya manusia serta

sarana-prasarana, sistim informasi dan komunikasi kedokteran, sistem layanan kesehatan terkendali, serta program jaga mutu layanan kedokteran primer.

Pada akhir program paket B peserta dapat menyusun langkah penyelesaian terhadap masalah yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, manajemen fasilitas dan utilitas, manajemen informatika serta manajemen pembiayaan termasuk asuransi kesehatan, sesuai dengan pendekatan kedokteran keluarga.

PAKET C Merupakan rangkaian pelatihan dan pendidikan kedokteran berkelanjutan yang dipilih oleh

peserta sesuai kebutuhan masing-masing Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai k eterampilan pelayanan konsultasi, menangani

keluhan pasien rawat jalan, serta teknis medis penyakit serta perawatannya. Pada akhir program paket C diharapkan peserta dapat melakukan manajemen pasien,

keluarga dan komunitasnya sesuai dengan keluhan yang dialami pasien.PAKET D Merupakan rangkaian pendidikan kedokteran berkelanjutan sebagai antisipasi kemajuan ilmu

kedokteran yang berkembang pesat agar dokter yang berpraktik di primer mendapat kesempatan untuk mengikuti perkembangan pengetahuan kedokteran dan sekaligus sebagai penyegaran dari pengetahuan yang diterima.

Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai pengetahuan kedokteran terkini dalam kelompok yang sesuai dengan siklus kehidupan seseorang dalam keluarga.

Paket D merupakan syarat resertifikasi lima tahunan, sedangkan 3 paket sebelumnya (paket A, paket B, dan paket C) mesti diikuti oleh dokter umum bila ingin menjadi seorang dokter keluarga.

PAKET PELATIH Merupakan kewajiban bagi dokter keluarga yang akan bertugas sebagai pelatih, pendamping

atau penyelia pelatihan dokter keluarga. Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai penyusunan kurikulum, organisasi pelatihan dan

strategi pendidikan berkelanjutan dokter keluargaPAKET PENELITIAN Ruang lingkup pembahasan adalah mengenai metodologi penelitian dan evidence based

medicine. Pada akhir modul paket penelitian peserta dapat diharapkan dapat mengkritisi artikel sesuai

dengan prinsip evidence based medicine, serta dapat merencanakan, melaksanakan, menganalisa dan melaporkan suatu penelitian.

Hal 49

GLOSSARY ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

Visi Kedokteran KeluargaDisiplin kedokteran yang senantiasa meningkatkan dan mengembangkan ilmu kedokteran yang komprehensif dengan berpedoman dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, sesuai dengan kebijaksanaan umum pemerintah, yang memenuhi rangkaian pelayanan kesehatan yang bermutu dalam sistem rujukan primer dan kemandirian pembiayaan.

Misi Kedokteran Keluarga Memanfaatkan pendidikan yang memberikan pengetahuan kedokteran terkini pada tingkat rujukan

primer untuk dapat melaksanakan pelayanan medis yang praktis terhadap individu dalam konteks kehidupan keluarganya, tanpa membedakan kelompok umur atau keluhan

Melakukan pendidikan kedokteran terintegrasi, berdasarkan fakta (evidence) dan pengalaman belajar manajemen klinik terpadu

Menjembatani pengetahuan kedokteran klinis dan dan kedokteran sosial pada komunitas keluarga dalam suasana akademis yang kondusif

Melakukan penelitian dan pengabdian dalam bidang yang berguna bagi peningkatan pelayanan dari semua aspek kehidupan keluarga

Mendidik dan mengikutsertakan individu pengguna jasa (pasien, klien) pelayanan kesehatan (PJPK) dan keluarganya serta komunitasnya untuk meningkatkan upaya peningkatan kesehatannya sendiri

Filosofi Kedokteran KeluargaPelayanan medis yang dilaksanakan dokter keluarga adalah pelayanan kesehatan/asuhan medis yang bertujuan mengantisipasi proses kehidupan manusia secara keseluruhannya, yang merupakan dinamika kehidupan biologis, psikologis, dan sosial dalam lingkungan yang spesifik untuk setiap mahluk hidup, secara berkesinambungan, tak dapat diputuskan dan timbal balik sifatnya.

Filosofi Pelayanan Kedokteran Masalah kesehatan merupakan tanggung-jawab dokter dan juga individu, keluarga dan komunitas serta masyarakat (komunitas dalam arti yang luas).Dasar pelayanan adalah kemitraan kerja antara dokter dengan individu dan keluarganya.

Wawasan Kedokteran KeluargaPengetahuan kedokteran yang mempelajari : Proses tumbuh kembang individu dalam lingkup keluarganya mulai saat pembuahan sampai akhir

hayatnya. Berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan mulai dari tingkat molekuler sampai tingkat

individu. Berbagai faktor genetik. Keadaan dan sebab penyakit yaitu penyimpangan dari keadaan normal pada fungsi sistem organ

terpadu dalam wujud individu utuh.

Hal 49

Pengaruh penyakit ataupun permasalahan kesehatan terhadap kehidupan seluruh anggota keluarga baik fisik, mental, psikologik dan sosial.

Berbagai kemungkinan upaya pelayanan kesehatan untuk mengembalikan sistem tubuh dan sistem keluarga dari pengguna jasa kesehatan pada keadaan normal atau fungsi optimal.

Lingkup Pelayanan1. Pelayanan pencegahan terpadu 2. Pelayanan kebidanan3. Pelayanan rawat jalan kesehatan reproduksi4. Pelayanan rawat jalan umum5. Pelayanan perkembangan anak6. Pelayanan geriatri7. Pelayanan rawat jalan kesehatan kerja8. Pelayanan keluarga berencana9. Pelayanan kedaruratan medis di tingkat primer dan intermediate 10. Pelayanan laboratorium tingkat primer11. Pelayanan penapisan rujukan 12. Pelayanan rehabilitasi medis mental sosial tingkat primer13. Pelayanan rawat rumah

Kedokteran Keluarga (IKK-FKUI, 1996)Disiplin Ilmu Kedokteran yang mempelajari :

Dinamika kehidupan keluarga Pengaruh penyakit , kecacatan dan keturunan terhadap fungsi keluarga Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit serta permasalahan

kesehatan keluarga Cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga dalam

keadaan normal

Family Medicine (syn; General Practice ) (WONCA Classification Committee,1994) A medical specialty which deals with unselected health problems individuals and families and is the first contact to the medical profession in health care system.

Family Medicine (Mc.Whinney,1989)Family Medicine adalah the body of knowledge on which the family practice is based

Kedokteran Keluarga (PB IDI,1983)Kedokteran Keluarga adalah ilmu kedokteran yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor –faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.

Hal 49

The American Academy of Family Physician (1969), Geyman (1971),Mc Whinney (1981), Ikatan Dokter Indonesia (1982), menyimpulkan pengertian pelayanan kedokteran keluarga (family medicine services) sebagai berikut:

Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kedokteran personal, menyeluruh terpadu, bersinambungan dan proaktif serta lebih memusatkan perhatian dan tanggung jawabnya pada pemeliharan dan peningkatan kesehatan anggota keluarga sebagai satu unit , dalam kaitan komunitas dan lingkungan dimana keluarga itu berada, tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin dan / atau keluhan organ tubuh tertentu

Dokter Dokter adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam profesi dokter dan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kedokteran yang mempunyai wewenang untuk menjalankan upaya pelayanan kedokteran

Dokter Keluarga (IKK-FKUI, 1996)Dokter keluarga adalah profesi kedokteran yang mengabdikan dirinya dalam bidang kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktik dokter keluarga.

Dokter Keluarga (The American Board of Family Practice, 1969 )Adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi,meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai.

Praktik Dokter KeluargaUpaya pelayanan kedokteran keluarga yang dilakukan mandiri atau bersama dalam bentuk organisasi, sesuai dengan peraturan setempat dengan menjalankan pelayanan kedokteran keluarga

Fungsi dokter keluargaCare provider: pelaksana pelayanan kesehatan komprehensif, terpadu,bersinambungan pada tingkat primer bagi pasien sebagai bagian dari keluarganya dan untuk penapisan pelayanan spesialistisDecision maker; sebagai penentu dalam setiap tindakan terhadap pasien yang menjunjung etika profesi dan memanfaatkan sumber keluarga secara efisien, efektif Communicator : Pendidik, penyuluh, teman, mediator, penasehat bagi anggota keluarga yang bermasalah, sekaligus bagi keluarganya dalam upaya menyelesaikan masalahnya..Team member:/ manajer; bekerja sama atas dasar kemitraan dalam menyembuhkan pasien dan menyelesaikan masalah keluargaCommunity leader: memantau, menelaah kegiatan pelaksanaan pelayanan dengan memperhatikan risiko dan permasalahan pasien dan keluarganya secara holistik bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Hal 49

Pelayanan kesehatan (health services)Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh provider ( pelaksana pelayanan) yang berwewenang sesuai dengan latar belakang pendidikannya di bidang kesehatan , baik yang dijalankan sendiri ataupun bersama dalam organisasi , dengan cara memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah, memberikan tindakan ,yang dilaksanakan secara menyeluruh , terpadu, bersinambungan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dari pengguna jasa pelayanan baik individu,keluarga , kelompok komunitas.dan masyarakat.

Pelayanan Kesehatan PrimerPelayanan kesehatan esensial yang dapat dijangkau oleh individu dan keluarganya dalam sebuah komunitas, dapat diterima dan didukung oleh partisipasi penuh dari individu, keluarga atau komunitasnya dengan pembiayaan yang dapat dijangkau oleh komunitas dan negara dapat mensibsidinya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.

Pelayanan Dokter Keluarga (IKK-FKUI, 1996)Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kesehatan / asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif) terpadu, bersinambungan tuntuk menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa /pasien sebagai komponen keluarganya dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya, melakukan rujukan bila tak mampu menyelesaikannya.

Pelayanan komprehensif (paripurna).Pelayanan terdiri dari promotif dan pencegahan, pelayanan kuratif , pelayanan pemulihan dengan sasaran semua gender, kelompok umur, keluhan dan penyakit

Pendekatan holistikBerdasarkan pandangan bahwa manusia adalah mahluk biopsikososial dalam kehidupannya.Dalam pelayanan dokter menilai bukan saja faktor organobiologis semata, juga menilai faktor internal serta eksternal dan fungsi sosial,

Pendekatan Kedokteran keluarga Rangkaian kegiatan pelayanan kedokteran yang merupakan bagian integral dari pelayanan kedokteran yang dilaksanakan melalui lintas disiplin kedokteran klinik, komunitas dan kedokteran biomedik dengan memanfaatkan sumber yang dipunyai keluarga dan peran serta keluarga

Pendekatan KeluargaPendekatan keluarga adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana dan terarah untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi / sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi

Hal 49

Pembinaan kesehatan keluargaUpaya dokter keluarga /provider kesehatan untuk mengajak, membina dan mengarahkan segenap anggota keluarga agar dapat berpartisipasi aktif meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebutuhan dan keinginan keluarga disamping melaksanakan penyembuhan dan pemulihan.

Kedudukan dokter keluarga Dalam sistem rujukan

Pada urutan tingkat pelayanan kesehatan rujukan, dokter keluarga berkedudukan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan pertama,pada lini terdepan

Dalam sistem kesehatan nasionalDokter keluarga bertindak sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan

Dalam pembangunan kesehatanBerkedudukan sebagai salah satu unsur pembangunan kesehatan dalam bidang kesehatan terdepan, yang saling terkait dengan unsur pembangunan kesehatan setempat

Sehat (WHO, 1947)Keadaan sempurna secara fisik, mental maupun sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau cacat saja.

Sehat (WHO, 1957)Sehat adalah keadaan seimbangnya seseorag dengan lingkungan biologis, fisik dan sosial serta produktif. dalam kehidupannya. Lebih detail lagi sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki sehingga dapat hidup secara optimum dan produktif secara ekonomi.

Sehat (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992)Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Keluarga (WONCA Classification Committee 1994)Sekelompok individu yang hidup bersama baik melalui hubungan darah, persetujuan hukum dan ataupun adanya tanggung-jawab sosial.

Keluarga (UU RI No.23 / Tahun 1992) (ringkasan)Pasangan suami isteri dengan anggota keluarga lainnya, yaitu setiap orang yang tinggal serumah baik yang mempunyai hubungan darah atau tidak.

Hal 49

Keluarga (UU RI No.10 / Tahun 1992)Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami dan isteri atau suami dan isteri serta anaknya, atau suami dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

Kesehatan keluarga (adaptasi dari kesehatan reproduksi)Keseimbangan fisik, mental sosial, bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi dalam proses kehidupan keluarga, yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi

Kesehatan keluarga (UU RI, no.23 th. 1992 ). Kesehatan keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtera dari suami,isteri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Mutu pelayanan Adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang pada pihak pengguna jasa pelayanan dapat menimbulkan kepuasan sesuai dengan tingkat kepuasan yang dirasakan umumnya oleh seseorang, serta dari pihak pelaksana sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Hal 49

Konsep Dasar KeluargaNita Arisanti, Ardini S Raksanagara, Sharon Gondodiputro

Departemen Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Unpad

Dalam Undang-undang No.10 tahun 1992, disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Batasan lain menyebutkan, keluarga adalah persekutuan dua atau lebih individu yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, saling berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga, serta menciptakan dan memelihara budaya yang sama.

Dari batasan diatas, maka terdapat berbagai bentuk keluarga seperti keluarga inti (suami, istri dan anak kandung), keluarga besar (selain keluarga inti, juga terdiri sanak saudara lainnya), keluarga campuran (keluarga inti dan anak-anak tiri) dan lain-lain.

Siklus Hidup Keluarga

Berdasarkan Duvall’s Life Cycle (1977), terdapat 8 tahapan siklus hidup keluarga. Pengetahuan tentang siklus hidup keluarga ini dipandang penting untuk dimanfaatkan dalam menganalisis permasalahan individu dan penyelesaian masalah individu tersebut.Siklus hidup keluarga tersebut adalah:

1. Pasangan baru menikah tanpa anak Tahap ini biasanya berlangsung selama 2 tahun, dimulai pada saat pasangan suami istri memulai hidup bersama

2. Keluarga dengan pengasuhan anak Tahap ini dimulai sejak anak pertama lahir sampai anak tertua berumur 30 bulan. Rata-rata tahap ini berlangsung selama 2,5 tahun

3. Keluarga dengan anak usia pra sekolahTahap ini dimulai sejak anak tertua berumur 30 bulan sampai 6 tahun. Tahap ini berlangsung kira-kira selama 3,5 tahun

4. Keluarga dengan anak usia sekolahTahap ini dimulai sejak anak tertua berumur 6 tahun sampai 13 tahun. Tahap ini berlangsung selama 7 tahun

5. Keluarga dengan anak usia remajaTahap ini dimulai sejak anak tertua berumur 13 tahun sampai 20 tahun. Tahap ini berlangsung selama 7 tahun

6. Keluarga dengan anak dewasa (meninggalkan keluarga)Tahap ini dimulai sejak anak pertama sampai anak terkecil meninggalkan rumah untuk menikah, bekerja, dll. Tahap ini berlangsung selama 8 tahun

7. Orangtua setengah baya

Hal 49

Tahap ini dimulai sejak semua anak meninggalkan rumah. Tahap ini berlangsung selama 15 tahun

8. Masa tua Tahap ini berlangsung sampai pasangan suami-istri meninggal. Tahap ini berlangsung selama 10 – 15 tahun.

Pada setiap tahapan ini, permasalahan yang dihadapi oleh anggota keluarga akan berbeda. Jika keluarga dapat menyelesaikan masalah pada tahapan ini, diharapkan keluarga akan mampu melewati masalah pada tahapan lain. Selain itu pada setiap tahapan terdapat tugas-tugas yang bisa dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga.

Tabel 1. Tugas-tugas perkembangan keluarga menurut Siklus Hidup Keluarga

Tahapan siklus hidup keluarga

Posisi dalam keluarga

Tugas-tugas perkembangan keluarga

Tugas dokter keluarga

1. Pasangan menikah tanpa anak

Istri Suami

Membentuk perkawinan yang memuaskan

Menyesuaikan diri dengan kehamilan

Menyesuaikan diri dengan keluarga baru

Nasehat dan pelayanan keluarga berencana

Pelayanan antenatal Nasehat persalinan

2.Masa pengasuhan anak

Istri menjadi ibuSuami menjadi bapakAnak

Menyesuaikan diri dengan posisi baru

Membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan bayi

Membentuk rumah tangga yang memuaskan

Pelayanan post natal Pelayanan kesehatan

bayi Imunisasi Pelayanan keluarga

berencana

3. Masa usia pra sekolah

Istri menjadi ibuSuami menjadi bapakAnak menjadi kakak, adik

Merangsang pertumbuhan Mengatasi kecapaian dan

kekurangan privacy sebagai orangtua

Pelayanan kesehatan balita

Penanganan kecelakaan dan luka

Nasehat pendidikan pra sekolah

Pelayanan keluarga berencana

4. Masa usia sekolah

Istri menjadi ibuSuami menjadi bapakAnak menjadi kakak, adik

Masuk ke komunitas keluarga usia sekolah

Mendorong pencapaian pendidikan anak

Pelayanan kesehatan anak usia sekolah

Penanganan kecelakaan dan luka

Nasehat masalah perilaku

Pelayanan keluarga berencana

Tahapan siklus Posisi dalam Tugas-tugas perkembangan Tugas dokter keluarga

Hal 49

hidup keluarga keluarga keluarga5. Masa remaja Istri menjadi ibu

Suami menjadi bapakAnak menjadi kakak, adik

Tanggung jawab sebagai ramaja

Membangun minat dan karir sebagai orang tua dan remaja

Pelayanan kesehatan dan kesehatan reproduksi remaja

Nasehat masalah perilaku remaja

6. Masa usia dewasa (pelepasan anak)

Istri menjadi ibuSuami menjadi bapakAnak menjadi kakak, adik Bibi, paman

Melepas anak dewasa muda ke pernikahan, bekerja

Nasehat untuk hidup mandiri

7. Masa usia setengah baya

Istri menjadi ibu, nenekSuami menjadi bapak, kakek

Membangun kembali kehidupan perkawinan

Menjaga hubungan dekat dengan keluarga dekat

Pelayanan kesehatan geriatric

8. Masa tua Janda/ dudaIstri ibu, nenekSuami bapak, kakek

Menanggulangi kematian pasangan

Adaptasi dengan masa tua Penyesuaian ke masa

pension

Pelayanan kesehatan geriatri

Nasehat menghadapi kehilangan anggota keluarga

Pengaruh Keluarga terhadap Sehat dan Sakit

Peranan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga dan masyarakat sangat penting karena individu adalah bagian dari keluarga dan keluarga bagian dari masyarakat. Keadaan keluarga secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan setiap anggota keluarga, seperti dibawah ini

1. Penyakit keturunanBerdasarkan sejarah keluarga, seorang individu mempunyai kemungkinan menderita satu penyakit keturunan tertentu

2. Perkembangan bayi dan anakTerdapat hubungan antara kelainan perkembangan anak dengan disfungsi keluarga. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis, maka perkembangan anak tersebut akan terganggu baik fisik maupun perilakunya.

3. Penyebaran penyakitApabila salah satu anggota keluarga menderita penyakti infeksi, akan mudah menyebarkan ke anggota keluarga yang lain

4. Pola penyakit dan kematianPenelitian menyebutkan bahwa angka kematian tinggi diantara orang – orang yang berpisah, janda/duda dibanding dengan yang masih menikah.

5. Proses penyembuhan penyakit

Hal 49

Proses penyembuhan penyakit anak yang menderita penyakit kronis jauh lebih baik pada keluarga yang harmonis (fungsi keluarga yang baik). Dukungan keluarga merupakan faktor penting yang berhubungan dengan hasil penyembuhan terutama penyakit kronis dan terminal.

Dengan melihat individu dalam konteks keluarga akan memudahkan doker keluarga untuk menilai masalah lebih baik. Pengertian sakit dari individu akan lebih mudah dipahami.

Dampak Penyakit pada Keluarga

Konsep sakit sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya dan keluarga. Sakit dapat diartikan sebagai pengalaman individu terhadap suatu penyakit dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu maupun keluarganya. Dampak penyakit terhadap keluarga dapat diketahui jika arti penyakit pada keluarga dapat dipahami. Banyak cara yang dapat digunakan oleh seorang dokter untuk mengerti arti sakit pada individu, antara lain

1. Patient’s Explanatory ModelDengan explanatory model, seorang dokter dapat mengerti arti sakit dengan mengetahui persepsi dan reaksi individu terhadap suatu penyakit. Persepsi tersebut meliputi persepsi tentang penyebab, perjalanan penyakit, outcome sebuah penyakit dan bagaimana individu menghadapi penyakit tersebut termasuk upaya untuk mencari pelayanan dan perawatan kesehatan. Persepsi ini dipengaruhi oleh keluarga, sosial, budaya, agama dan pendidikan individu dan anggota keluarga.

2. Patient’s Semantic Illness Network Dengan semantic illness network, seorang dokter dapat mengetahui arti sakit, pengalaman individu yang dihubungkan dengan penyakitnya saat ini. Hubungan ini dapat terbentuk karena pengalaman terdahulu individu terhadap penyakit dan proses pengobatannya. Arti sakit dalam konteks semantic illness network ini sangat dipengaruhi oleh norma yang berlaku di masyarakat.

3. Arti sakit menurut keluarga Penyakit memiliki arti penting tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk keluarga. Dengan melihat keadaan sakit individu dapat dinilai interaksi antar anggota keluarga, kemampuan anggota keluarga beradaptasi terhadap masalah atau stress.

Dengan mengetahui arti penyakit terhadap individu dan keluarga, seorang dokter bisa mengetahui dampak yang dihasilkan dari sebuah penyakit terhadap individu dan keluarganya, sehingga dokter dapat mengantisipasi dan memprediksi respon keluarga terhadap penyakit baik respon normal dan respon abnormal yang harus diperhatikan secara khusus. Dampak tersebut dapat dilihat pada setiap tahapan perjalanan penyakit.

1. Onset of illnessTimbulnya gejala penyakit adalah awal dimulainya perjalanan suatu penyakit. Biasanya individu dan keluarga mengalami tahap ini sebelum mencari pelayanan kesehatan. Tahap ini sangat penting untuk diketahui oleh seorang dokter dalam menentukan dampak penyakit yang akan timbul pada keluarga. Respon keluarga akan berbeda pada penyakit akut dan kronis. Pada tahap ini reaksi yang akan timbul

Hal 49

dapat berupa rasa cemas, takut sampai penolakan. Peran seorang dokter dalam tahap ini adalah mencari arti penyakit bagi individu dan keluarga.

2. Reaction to diagnosis – Impact phaseSaat anggota keluarga didiagnosis menderita suatu penyakit terutama penyakit terminal, waktu tersebut merupakan saat yang sulit dan merupakan pengalaman yang tidak mudah dilupakan bagi individu dan keluarga. Reaksi anggota keluarga pada tahap ini tergantung dari penyakit, mulai dari rasa tidak percaya, panik samapai penyangkalan. Terkadang reaksi awal pada tahap ini sama dengan reaksi pada saat kehilangan anggota keluarga. Peran seorang dokter dalam tahap ini adalah memberikan informasi yang cukup dan dapat dimengerti oleh klien dan keluarganya tentang penyakit mulai dari penyebab dan perjalanan penyakit. Pada tahap ini pula seorang dokter harus memberikan pemahaman kepada klien keluarga untuk beradaptasi dengan penyakit tersebut.

3. Major therapeutic effortsPada tahap ini, individu dan keluarga akan dihadapkan pada beberapa pilihan dalam pengobatan penyakitnya. Pilihan pengobatan ini mulai dari tindakan non-invasif sampai tindakan invasif. Individu dan keluarganya harus dapat memilih pengobatan yang akan dilakukan dengan segala konsekuensi terhadap pengobatan tersebut. Masalah yang mungkin timbul pada tahap ini adalah kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan, tidak ada dukungan keluarga, dan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh anggota keluarga akibat biaya pengobatan yang dijalani. Peran seorang dokter pada tahap ini adalah mengetahui sejauh mana beban psikologis dan ekonomi yang harus dihadapi oleh individu dan keluarganya berkaitan dengan pengobatan sehingga bisa mmberikan alternatif pilihan yang memungkinkan.

4. Early adjustment to outcomes – RecoveryTahap ini adalah penilaian terhadap hasil pengobatan yang telah dilakukan. Hasil pengobatan ini bisa berhasil atau menjadi kronis bahkan cacat dan kematian. Adaptasi terhadap hasil pengobatan ini tergantung faktor sosiodemogafi keluarga, psikologis keluarga dan mekanisme mengatasi masalah yang dipunyai oleh keluarga. Reaksi yang akan timbul pada tahap ini mulai dari puas hingga marah, kecewa, depresi dan ketidakpastian akan kondisi selanjutnya. Peran seorang dokter pada tahap ini adalah memberikan pengertian tentang kondisi penyakit, aktif memberikan informasi dan waspada akan kemungkinan terjadi masalah yang berkaitan dengan penyakitnya ataupun masalah keluarga yang ditimbulkan karena penyakitnya.

5. Adjustment to the permanency of the outcomeTahap ini adalah hasil akhir dari kondisi penyakit dan sering disebut sebagai masa kritis kedua yang terjadi akibat kecacatan yang menetap. Reaksi individu dan anggota keluarga pada tahap ini biasanya adalah tidak percaya hingga tidak bisa menerima kenyataan. Peran seorang dokter pada tahap ini adalah mengatisipasi terjadinya krisis yang kedua pada keluarga dan membantu keluarga untuk beradaptasi dengan keadaan anggota keluarganya.

Fungsi Keluarga dan Family Assessment Tools

Fungsi keluarga dapat dimanfaatkan dalam menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi individu dan mengatasi masalah kesehatan setiap anggota keluarga.

Hal 49

Menurut Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1994, fungsi keluarga adalah sebagai berikut:1. Fungsi keagamaan

Keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama.2. Fungsi budaya

Keluarga akan memberikan kesempatan anggota keluarganya untuk mengembangakan kekayaan budaya

3. Fungsi cinta kasihKeluarga akan memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anggota keluarga dan kekerabatan antar generasi sehingga menjadi wahana bersemainya kehidupan yang penih cinta kasih

4. Fungsi perlindunganKeluarga akan menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi anggota keluarganya

5. Fungsi reproduksiMekanisme untuk melanjutkan keturunan

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikanKeluarga harus mendidik keturunannya agar bias melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan masa mendatang

7. Fungsi ekonomiKeluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga

8. Fungsi pembinaan lingkunganKeluarga akan memberikan kemampuan setiap anggotanya dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai daya dukung lingkungan yang berubah-ubah.

Apabila fungsi keluarga ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat terwujud keluarga yang harmonis/ fungsional (“functional”). Ciri – ciri keluarga yang fungsional antara lain:

Memiliki perasaan saling menyayangi dan merupakan satu kesatuan Memiliki norma keluarga yang jelas, setiap anggota keluarga dapat mengungkapkan

perasaannya dengan terbuka, dapat berkomunikasi efektif dan terdapat kesempatan dalam setiap pengambilan keputusan

Anggota keluarga – anak-anak, remaja dan dewasa didorong untuk dapat mengembangkan tujuan hidupnya dan mempunyai kemandirian secara emosional

Mempunyai ikatan yang kuat bahkan ketika menghadapi krisis keluargaSedangkan keluarga yang tidak dapat melaksanakan fungsi dengan baik, akan terwujud keluarga yang tidak harmonis/ tidak fungsional (“dysfunctional”) dengan ciri – ciri sebagai berikut:

Memiliki hubungan yang kaku diantara anggota keluarga Komunikasi tidak efektif, kadang-kadang tidak terjadi komunikasi, pengambilan keputusan tidak

berjalan baik, kekuatan ada di satu orang Memiliki kesulitan untuk berhadapan dengan stressor, dan krisis

Untuk menilai keluarga dapat digunakan beberapa metode (family assessment tools) di bawah ini

Hal 49

Genogram

Genogram adalah biopsikososial pohon keluarga yang menggambarkan siklus hidupkeluarga, penyakit dalam keluarga dan hubungan antar anggota keluarga. Biasanya genogram ini dibuat 3 generasi.Guna genogram ini adalah untuk mengetahui secara cepat hubungan diantara anggota keluarga, sebagai cara untuk melihat masalah medis dan psikologis keluarga dan sebagai alat untuk mengerti keluarga dari multigenerasiLangkah-langkah membuat genogram:

1. Nama kepala keluarga ditulis diatas keluarga2. Nama dan umur setiap anggota keluarga ditulis dibawah symbol3. Anggota keluarga yang menjadi fokus pelayanan kesehatan dokter keluarga disebut sebagai

“index pasien” dan ditandai dengan panah4. Tanggal pembuatan genogram ditulis5. Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah ditandai dengan menggambar lingkaran 6. Penyakit dalam keluarga di tulis dengan simbol standar yang diberi keterangan dibawah

genogram 7. Waktu dan sebab kematian anggota keluarga ditulis dengan symbol yang diberi tanda silang

didalam lingkaran atau bujur sangkar8. Tanggal pernikahan dan perceraian dicantumkan pula

Simbol-simbol yang digunakan dalam membuat genogram:

Gambar 1. Simbol- symbol untuk Genogram

Hal 49

APGAR

Untuk dapat menilai fungsi keluarga, metode APGAR ini dapat digunakan. Metode ini digunakan dengan menilai lima fungsi keluarga sehingga dapat diketahui apakah sebuah keluarga fungsional atau tidak fungsional.

1. Adaptasi (Adaptation)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga yang lain.

2. Kemitraan (Partnership)Saling berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan komunikasi yang baik.

3. Pertumbuhan (Growth)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik dan emosi anggota keluarga.

4. Kasih saying (Affection)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih saying serta interaksi emosional antar anggota keluarga

5. Kebersamaan (Resolve)Dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, materi/ uang dan ruang untuk privacy.

Untuk memudahkan penilaian APGAR, biasanya ditulis dalam bentuk pernyataan seperti dalam tabel berikut

Tabel 2. Penilaian APGAR KeluargaNo Pernyataan Selalu/sering

(2)Kadang-kadang/

pernah (1)Jarang/ tidak

(0)1 Saya puas karena saya dapat kembali

pada keluarga saya jika saya menghadapi masalah

2 Saya puas dengan cara keluarga saya membahas serta membagi masalah dengan saya

3 Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya melaksanakan kegiatan dan taupun arah hidup yang baru

4 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi emosi

5 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membagi waktu bersama

Hal 49

Hasil penilaian dijumlahkan semua dan total jumlah yang didapatkan dapat menggambarkan fungsi keluarga.

8-10 poin menggambarkan bahwa fungsi keluarga baik (Highly functional family) 4-7 poin menggambarkan bahwa fungsi keluarga kurang baik (Moderately dysfunctional family) 0-3 poin menggambarkan keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)

SCREEM

Penilaian keluarga terhadap kemampuan untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan anggota keluarganya dan kemampuan menghadapi krisis dapat dianalisis dengan menggunakan metode SCREEM.

1. Interaksi sosial (Social interaction)Adanya komunikasi dan interaksi dengan kerabat dekat, tetangga dan masyarakat di lingkungan sekitar.

2. Dukungan adat istiadat/ budaya (Cultural pride)Dukungan dari budaya setempat.

3. Agama/ kepercayaan (Religion)Agama/ kepercayaan yang dianut memberikan kepuasan secara spiritual.

4. Stabilitas ekonomi (Economic stability)Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan secara ekonomi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun saat menghadapi masala kesehatan.

5. Pendidikan (Education)Mempunyai tingkat pendidikan yang cukup untuk memahami dan memecahkan masalah.

6. Pelayanan medis (Medical health)Tersedia sarana pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh semua anggota keluarga.

Faktor – faktor ini dilihat dan dinilai sebagai keadaan normal (kekuatan) atau tidak normal (kekurangan) dalam mendukung penyelesaian masalah keluarga.

Hal 49

Perjalanan Penyakit dan Pencegahan di Tingkat Keluarga

Nita Arisanti

Departemen Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Unpad

Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit (Natural Course of the Disease)

Riwayat alamiah penyakit (natural course of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut. Proses perjalanan penyakit secara umum dapat dibedakan menjadi 5 tahap seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit

Hal 49

I. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility) Penyakit terjadi akibat interaksi antara ketiga faktor yaitu pejamu (manusia), bibit penyakit dan lingkungan. Pada tahap pre-patogenesis ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia. Pada tahap ini manusia masih mempunyai daya tahan tubuh yang masih baik sehingga belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit.

II. Tahap Inkubasi (Stage of Presymptomatic Disease) Tahap patogenesis adalah tahap dimana bibit penyakit masuk kedalam tubuh pejamu dan dimulai dengan tahap inkubasi.Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang singkat seperti infeksi ada pula yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu bibit penyakit akan bertambah banyak dan penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan fisiologis pada struktur tubuh pejamu. Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.

III. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease) Tahap penyakit dini dimulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, dikarenakan tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat dan berobat jika keadaan sudah semakin berat.

IV. Tahap Penyakit Lanjut Jika penyakit bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Biasanya pada tahap ini memerlukan perawatan.

V. Tahap Akhir PenyakitPada perjalanannya, penyakit akan berakhir dengan lima keadaan dibawah ini:

i. Sembuh sempurna: penyakit berakhir dengan kembalinga bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.

ii. Sembuh tetapi cacat: penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh, namun tidak sempurna, karena ditemukan cacat. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.

iii. Karier: pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan

iv. Kronis: perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan.

v. Meninggal dunia: terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia.

Hal 49

Dengan mengetahui perjalanan suatu penyakit, seorang dokter dapat menentukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.

Tingkatan Pencegahan Penyakit

Usaha-usaha pokok yang bisa dilakukan pada setiap tingkatan pencegahan penyakit adalah sebagai berikutI. Health PromotionUsaha-usaha pencegahan yang bisa dilakukan antara lain

i. Penyuluhan kesehatan yg intensifii. Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuatiii. Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya, anak-anak dan

remaja pada umumnyaiv. Perbaikan perumahan sehat v. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan

kesehatan mental maupun sosialvi. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggungjawabvii. Pengendalian faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit

II. General and specific protectionUsaha-usaha yang bisa dilakukan antara lain

i. Memberikan pengebalan pada golongan yang rentanii. Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yg tidak

menguntungkaniii. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaaniv. Perlindungan kerjav. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun

maupun alergenvi. Pengendalian sumber-sumber pencemaran

III. Early diagnosis and Prompt treatmentUsaha-usaha yang bisa dilakukan antara lain

i. Mencari kasus sedini mungkin (early case detection/finding)ii. Melakukan general check up secara rutiniii. Survey selektif (selective screening)iv. Meningkatkan keteraturan pengobatan pada penderita (case holding)v. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaaan kasus (adequate treatment)

IV. Disability limitation Usaha-usaha yang bisa dilakukan antara lain

i. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar arah penyakit tidak sebaliknya menjurus kepada stadium komplikasi

ii. Pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah sembuhiii. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan

perawatan lebih intensif

Hal 49

iv. Mengusahakan pengurangan beban-beban non medis (sosial) pada seorang penderita untuk memungkinkan ia meneruskan pengobatan dan perawatan dirinya.

V. RehabilitationUsaha-usaha yang bisa dilakukan antara lain

i. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh

ii. Peningkatan work therapy untuk memungkinkan pengembangan kehidupan sosial setelah ia sembuh

iii. Mengusahakan suatu “perkampungan rehabilitasi sosial” sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu berguna di dalam fase adaptasi mula-mula

iv. Penyadaran masyarakat untuk menerima mereka yang dalam fase rehabilitasi dengan memberikan dukungan moral setidak-tidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan

v. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikut sertakan masyarakat

Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Periodic Health Examination)

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah kumpulan usaha atau kegiatan untuk menentukan atau mencari faktor risiko kesehatan atau dapat juga menentukan penyakit seseorang pada tahap tanpa gejala.

“A group of tasks designed either to determine the risk of subsequent disease or to identify disease in its early symptomless state.” (Feightner et al., 1995)

Kegiatan yang termasuk dalam pemeriksaan kesehatan berkala ini adalah1. Skrining2. Konseling3. Imunisasi 4. Profilaksis

I. Skrining Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit, precursor dari suatu penyakit dan kerentanan

terhadap suatu penyakit pada individu yang tidak atau belum menunjukkan tanda atau gejala dari penyakit tersebut.

Ada juga definisi yang menyebutkan bahwa skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit/ kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan ataupun prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

Syarat-syarat skrining antara lain:1. Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting2. Harus ada cara pengobatan yang efektif3. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis4. Diketahui stadium pre-patogenesis dan patogenesis5. Tes harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh

masyarakat6. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit

Hal 49

7. Biaya harus seimbang antara biaya skrining dan hilangnya konsekuensi kesehatan

II. KonselingPada pemeriksaan kesehatan berkala konseling yang diberikan terutama diarahkan untuk

modifikasi gaya hidup dan perubahan perilaku. Gaya hidup dan perilaku yang berkaitan dengan masalah kesehatan antara lain adalah perilaku merokok, mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik dan olah raga, diet, pola tidur dan stress.Selain itu konseling juga bisa diberikan tergantung dari masalah yang dihadapi oleh pasien dan keluarganya.

III. Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan

sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

Macam-macam/ jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.

IV. Chemoprofilaksis Profilaksis diberikan sebelum penyakit terjadi sebagai pencegahan. Profilaksis bisa berupa

suplemen/ vitamin atau obat untuk pencegahan. Chemoprofilaksis adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mencegah terjadinya penyakit. Chemoprofilaksis digunakan untuk pencegahan penyakit menular sampai penyakit kronis.

Rencana Kesehatan Keluarga (Family Health Care Plan)

Rencana kesehatan keluarga adalah rencana kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif untuk semua anggota keluarga dengan mempertimbangkan faktor risiko dan riwayat penyakit yang ada dalam keluarga.Dalam rencana kesehatan tersebut harus pula mempertimbangkan faktor medis, psikologi, spiritual, ekonomi, sosial dan lingkungan.Komponen dalam rencana kesehatan keluarga:

1. DiagnosisDidalamya terdapat tahap-tahap diagnosis holistik, pemeriksaan laboratorium dll.

2. Preventif dan promotif

Hal 49

Rencana promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan setiap anggota keluarga.

3. KuratifTermasuk penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi.

4. RehabilitatifTermasuk penatalaksanaan rehabilitatif seperti terapi fisik dll.

Contoh Rencana pemeliharaan keluargaNo Nama,umur,

jenis kelaminStatus kesehatan

Skrining Konseling Imunisasi Khemo Profilaksis

Ny. Betti (55 th), istri

HipertensiDM tipe 2Menopause

BP monitoringRisiko osteoporosisMammography, dll

Diet rendah garam dan lemakOlah raga ringan

InfluenzaTT booster

Tn. Indra (60 th), suami

CVD BP monitoringEKG, dll

…. … …

Daftar Pustaka

1. Soekidjo N, Ilmu kesehatan masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta , 1997, hal 302. Azrul Azwar, Pengantar epidemiologi, Binarupa Aksara, Jakarta, 1999, hal 29-383. Leavell HR & Clark EG. Chapter 2: Levels of application of preventive medicine. In Preventive

Medicine for the Doctor in His Community: an Epidemiologic Approach. 2nd edition. New York: McGraw-Hill Co. Inc., 1998:13-28

4. Grimm KJ, Diebold MM. The Periodic Health Examination. In Rakel RE. Textbook of Family Practice. Sixth Edition. WB Saunders Co. Philadelphia. 2002. pp 159 – 179.

5. Harkins SS. Chemoprophylaxis. In Mengel M.B, Schwiebert L.P. Family Medicine: Ambulatory Care and Prevention. Fourth edition. McGraw Hill. Boston. 2005. pp 736-43.

Hal 49

Lampiran-lampiran1. Rancangan assessment mahasiswa2. Rancangan Mini-C Ex3. Rancangan rekam medik individu dan rekam medik keluarga4. Format log book5. Format laporan kasus6. Format evidence-based case report7. Contoh soal-soal ujian8. Kualifikasi penguji

Hal 49

Lampiran Assessment Mahasiswa

KOMPETENSI LEVELUjian tulis

Diskusi tugas,

BST

360 degree

Mini CEX

Diskusi audit medik

Ujian lisan

Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan (area 3) 4 v v Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan (area 2, area 3, area 6, area 7) 4 v v Konsultasi terapi (area 3, 6, 7) 4 v Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi) (area 3) 4 v Menulis rekam medik dan membuat pelaporan (area 3, 4) 4 v v Menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan (area 4) 4 Menyusun tulisan ilmiah dan mengirimkan untuk publikasi (area 3, 4) 4 V v v Perencanaan dan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi upaya pencegahan dalam berbagai tingkat pelayanan (area 5, 7) 4 Mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan (area 5) 4 v v vMemperlihatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi suatu intervensi pencegahan kesehatan primer, sekunder, dan tersier (area 5, 7) 4 Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan dukungan sosial (area 5, 6, 7) 4 v vMelakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja serta merancang program untuk individu, lingkungan, dan institusi kerja (area 5, 6, 7) 4 v vMengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan pengendaliannya (area 5, 6, 7)

4 V v vMelaksanakan enam program dasar Puskesmas: promosi kesehatan , kesehatan lingkungan, KIA (termasuk KB), perbaikan gizi masyarakat, penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, diare, TB, malaria, pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan (area 5,6, 7) 4 Pembinaan kesehatan usia lanjut (area 5,6,7)

4 V v v

Hal 49

Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga, dan melakukan terapi dasar secara holistik (area 6) 4 v vMemperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas (area 6)

4 Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan (area 6, 7) 4 v vMenerapkan tujuh langkah keselamatan pasien (area 6, 7)

4

Melakukan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja dan penanganan pertama di tempat kerja, serta melakukan pelaporan penyakit akibat kerja (area 6, 7)

4

Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan (area 7)

4

Memperlihatkan kemampuan penelitian yang berkaitan dengan lingkungan (area 7) 4 Melakukan rehabilitasi medik dasar (area 7)

4 v vMelakukan rehabilitasi sosial pada individu, keluarga dan masyarakat (area 7) 4 v vMelakukan penatalaksanaan komprehensif pasien, keluarga dan masyarakat (area 6,7) 4 v vMengetahui jenis vaksin beserta cara penyimpanan, cara distribusi, cara skrining dan konseling pada sasaran, cara pemberian, kontraindikasi, efek samping yang mungkin terjadi dan upaya penanggulangannya (3, 6, 7) 4 V v vMerencanakan, mengelola, monitoring, dan evaluasi asuransi pelayanan kesehatan, misalnya BPJS, jamkesemas, jampersal, askes, dll (area 7) 4 Menyusun rencana manajemen kesehatan (area 7)

4

Hal 49

Format Penilaian BST

No Nama Mahasiswa NPM Kasus Nilai

Nilai : TIDAK MEMUASKAN MEMUASKAN SANGAT MEMUASKAN56- <60 = C 68- <73= B 80-100 = A60- <64 = C+ 73- <78= B+64- <68 = C++ 78-<80 = B++

Kemampuan yang dievaluasi :

1. Kemampuan wawancara medis2. Kemampuan pemeriksaan fisik3. Keputusan klinis4. Kemampuan humanistic/profesionalisme5. Kemampuan mendiskusikan dan menganalisis masalah pasien yang ditemui

1. Kemampuan wawancara medis (Medical interviewing skill)Kemampuan untuk memberi salam, memperkenalkan diri, memfasilitasi pasien/ keluarga agar dapat bercerita, bertanya dengan efektif agar dapar memperoleh informasi yang akurat dan adekuat, bicara jelas, mendengarkan secara aktif, mencatat dan berreaksi secara tepat terhadap sikap dan tanda-tanda non-verbal lainnya.

2. Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical examination skill)Kemampuan melakukan pemeriksaan fisik mengikuti urutan logis dan efisien, menyeimbangkan langkah skrining dan diagnostik, memberitahu pasien saat pemeriksaan, peka terhadap kenyamanan pasien dan bersikap sopan.

3. Keputusan klinik (Clinical judgment)Kemampuan membuat diagnosis banding, menegakkan diagnosis holistik dan merencanakan penatalaksanaan pasien sesuai diagnosis.

Selektif memilih rencana pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat.

4. Kemampuan kualitas humanistic/ profesionalisme (Humanistic/ professionalism)Kemampuan untuk menghargai pasien, menunjukkan rasa empati, belas kasih, menciptakan kepercayaan,

Hal 49

membantu agar pasien nyaman dan bisa menjaga rahasia

5. Kompetensi klinis keseluruhan (Overall clinical competencies)Kemampuan untuk menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan, sintesis, peduli, efektif, efisien dalam menggunakan sumber yang ada, menyeimbangkan risiko dan manfaat dan menyadari keterbatasan pribadi. Menerapkan pendekatan kedokteran keluarga dalam menangani masalah kesehatan pasien dan keluarga.

Format Laporan Kasus

Hal 49

No Nama Mahasiswa NPM Kasus Nilai

Nilai : TIDAK MEMUASKAN MEMUASKAN SANGAT MEMUASKAN56- <60 = C 68- <73= B 80-100 = A60- <64 = C+ 73- <78= B+64- <68 = C++ 78-<80 = B++

Kemampuan yang dievaluasi:

1. Kemampuan untuk menggali informasi dari klien berupa anamnesis:2. Kemampuan untuk menganalisis struktur keluarga, psychodynamic keluarga, socioeconomic,

lingkungan rumah3. Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan fisik, merencanakan pemeriksaan laboratorium

dan alasannya 4. Kemampuan untuk menegakkan diagnosis holistik:

a. Aspek personalPada aspek personal diuraikan mengenai alasan kedatangan individu untuk berobat, harapan dan kekhawatiran individu mengenai masalah kesehatan dan pelayanan kesehatan yang didapatkan

b. Aspek klinikPada aspek klinik diuraikan diagnosis kerja secara biomedis

c. Aspek risiko internalPada aspek risiko internal diuraikan faktor-faktor internal individu yang mempengaruhi masalah kesehatan seperti aspek psikologis, spiritual, dsb

d. Aspek risiko eksternalPada aspek risiko eksternal diuraikan faktor-faktor eksternal individu yang mempengaruhi masalah kesehatan seperti faktor ekonomi, sosial, budaya dsb.

5. Kemampuan membuat perencanaan kesehatan untuk klien dan keluarga yang terdiri dari:a. Preventive and promotive

•Screening•Immunization •Counseling/ patient education •Chemoprophylaxis

b. Kuratifc. Rehabilitatif

6. Kemampuan mengambil prioritas intervensi untuk dilaksanakan pada kegiatan Mini CEX disertai alasannya

7. Kemampuan untuk menginterpretasikan hasil intervensi (pendidikan kesehatan)8. Kemampuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya bagi klien dan keluarga

Kualifikasi Penguji

Hal 49

Yang dapat menguji peserta didik pada Kepaniteraan Klinik ini harus mempunyai syarat antara lain1. Telah menjadi tenaga pengajar di Departemen IKM/IKK/IKP minimal 5 tahun 2. Mempunyai gelar akademik minimum magister3. Mengikuti pelatihan bidang kedokteran keluarga4. Telah mengikuti pelatihan preceptor dan penguji5. Telah mempunyai pengalaman menjadi preceptor mahasiswa6. Terdaftar menjadi Dosen di DIKTI (mempunyai NIDN)

Hal 49

Lampiran materi berkas pasien dan keluarga

1. Identitas mahasiswa2. Identitas fasyankes3. Identitas pasien4. Nomor rekam medik5. Cara pembayaran6. Catatan anamnesis awal yang relatif permanen: riwayat allergi, riwayat operasi, kecacatan, dsb. 7. Riwayat keluhan/masalah pasien saat kedatangan pertama bertemu mahasiswa : reason for

encounter , keluhan, persepsi, kekuatiran, pengetahuan pasien. 8. Riwayat perjalanan penyakit, keluhan utama dan tambahan dan riwayat penyakit dahulu.9. Riwayat penyakit di dalam keluarga 10. Pemeriksaan fisik: status generalis (termasuk status gizi) dan status lokalis. 11. Status lokalis pasien berisi anamnesis dan pemeriksaan fisik tambahan yang sesuai dengan

bidang terkait, misalnya : status okupasi, status oftamologi, status gigi, status pemeriksaan pendengaran.

12. Pengkajian masalah pasien13. Diagnosis holistik dan skala fungsional menggunakan WONCA 14. Perencanaan pasien berdasarkan skala prioritas masalah dan termasuk waktu pemantauannya

serta tercapainya hasil intervensi. 15. Tempat persetujuan dari pembimbing lapangan.16. Tempat untuk menuliskan hasil follow up17. Kesimpulan setelah ada feedback.

Berkas keluarga terdiri dari:

1. Identitas mahasiswa2. Alamat keluarga3. Pelaku rawat keluarga4. Alasan pembinaan keluarga5. Struktur keluarga6. Bentuk keluarga7. Siklus Duvall Fase kehidupan keluarga8. Genogram9. Fungsi-fungsi keluarga10. Family map11. Risiko internal keluarga: perilaku hidup bersih, lifestyle, pola makan, aktivitas fisik, akses ke

pelayanan kesehatan (jarak, biaya, dsb), lingkungan rumah tinggal.

Hal 49

12. Risiko eksternal keluarga: lingkungan di sekitar rumah (peta wilayah), pelayanan kesehatan, pekerjaan.

13. Masalah eksternal keluarga14. Diagnosis keluarga15. Skala kemampuan keluarga menyelesaikan maasalah (coping score)

Keterangan Coping score: 1 = Tidak dilakukan, menolak, tidak ada partisipasi 2 = Mau melakukan tapi tidak mampu, tak ada sumber (hanya keinginan) penyelesaian

masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider 3 = Mau melakukan, namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan sehingga

penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider 4 = Mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider 5 = Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

16. Rencana pembinaan dan hasilnya, serta tindak lanjut setelah itu17. Kesimpulan hasil pembinaan keluarga18. Pengesahan oleh dokter lapangan